Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
RESOLUSI KONFLIK ANTAR ORGANISASI Studi Antara Organisasi PMII dan HMI IAIN Mataram M. Irhamdi Alumni Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram Email.
[email protected] Abstract The phenomenon of conflict is inevitable in human life because conflict is an inherent part of existence of humans themselves. Conflict is often present as a manifestation of social, politic, economic, and cultural tension. Conflict can also be caused by general discontent, dissatisfaction to the communication, dissatisfaction to the social symbols and possibility of dissatisfaction to the resolution. The questions of this research are to know conflict causes between PMII and HMI organizations at IAIN Mataram commissariat and to know conflict solution between PMII and HMI organizations at IAIN Mataram commissariat. From this research, it can be concluded that each organization has different ideology. Extra-campus organization of PMII, for example, follows leadership concept which gives full rights to chairman in regulating all organization activities because the chairman is percentage of each member and each management department after elected and agreed democratically. While the HMI organization embraces leadership concept which fully gives freedom to every department to work according to respective department and the chairman position only make agreement and that agreement happens after doing internal board meeting of HMI. The cause of conflict in every organization is the difference of movement ideology so that the behavior and point of view in each organization are also different. While the cause is about the differences of leadership concept in capturing of leader position at Board of Student Executive and Student Association and recruitment of new members Keywords: Conflict Resolution, Organization of PMII and HMI, IAIN Mataram.
34
Resolusi Konflik Antar Organisasi
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
Abstrak Fenomena konflik tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan manusia, karena konflik merupakan bagian yang inheren dari eksistensi manusia sendiri. Konflik seringkali hadir sebagai manifestasi dari ketegangan sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Konflik juga bisa disebabkan oleh ketidakpuasan umum, ketidak puasan terhadap komunikasi, ketidakpuasan terhadap simbolsimbol sosial dan kemungkinan ketidakpuasan terhadap resolusi. Pertanyaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemicu konflik antara organisasi PMII dan HMI komisariat IAIN Mataram? Dan untuk mengetahui solusi konflik antara organisasi PMII dan HMI komisariat IAIN Mataram?. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masing-masing organisasi memiliki idologi yang berbeda. Organisasi ekstar kampus PMII misalnya menganut konsep kepemimpinan yang memberikan hak sepenuhnya kepada ketua umum dalam mengatur segala aktifitas organisasi karena ketua umum adalah persentase dari setiap anggota dan setiap bidang kepengurusan setelah terpilih dan disepakati secara demokrasi utuh. Sedangkan organisasi HMI menganut konsep kepemimpinan yang memberikan kebebasan sepenuhnya kepada setiap bidang untuk bekerja sesuai bidang masing-masing sedangkan posisi ketua umum hanya menyepakati saja, dan kesepakatan itupun terjadi setelah melakukan rapat internal pengurus HMI. Adapun penyebab terjadinya konflik adalah perbedaan ideologi gerakan sehingga prilaku dan sudut pandang masing-masing organisasi berbeda pula. Adapun pemicunya adalah tentang perbedaan konsep kepemipinan dalam merebut posisi ketua di tataran BEM dan HMJ dan masa pengrekrutan anggota baru. Kata Kunci: Resolusi Konflik, Organisasi PMII dan HMI, IAIN Mataram. A. Pendahuluan
Konflik adalah fenomena yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan manusia, karena konflik merupakan bagian yang inheren dari eksistensi manusia. Fenomena konflik terjadi mulai dari tingkat mikro,
interpersonal sampai pada tingkat kelompok, organisasi, komunitas dan Negara, semua hubungan manusia (hubungan sosial) hubungan ekonomi dan hubungan kekuasaan. Konflik muncul
M. Irhamdi
35
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
dari ketidakseimbangan dalam hubungan-hubungan tersebut.1 Konflik seringkali hadir sebagai manifestasi dari ketegangan sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Atau bisa juga disebabkan ketidakpuasan umum, ketidak puasan terhadap komunikasi, ketidakpuasan terhadap simbol-simbol sosial, dan kemungkinan ketidakpuasan terhadap resolusi.2 Aspirasi bangkit dan kemudian menghasilkan konflik karena salah satu dari dua alasan, yaitu masingmasing pihak memiliki alasan untuk percaya bahwa mereka mampu mendapatkan sebuah objek yang bernilai untuk mereka sendiri atau mereka percaya bahwa mereka berhak memiliki objek tersebut. Pertimbangan pertama bersifat realitas sedangkan yang kedua bersifat idealitas masing-masing pertimbangan diambil dari berbagai macam cara.3 Dengan demikian konflik merupakan suatu fenomena yang kompleks. Oleh karenanya, dalam realitasnya selalu multilayer, yang melibatkan dua atau lebih, individu Muksin Jamil, Mengelola Konflik Memabangun Damai, (Semarang Wali SongoMediation Senter, 2007), 47. 2 Wiliam Henmdrik, Bagaimana Mengelola Konflik, (Bumi Aksara, 2006), 1. 3 Dean G. Pruitt, Teori Konflik Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 28. 1
36
Resolusi Konflik Antar Organisasi
atau kelompok yang memiliki tujuan atau serta kepentingan yang incountable satu dengan yang lain4. Konflik seringkali terjadi karena kurangnya keterbukaan diantara dua belah pihak yang terlibat konflik karena, seringkali mendapatkan ego dalam kehidupan sehari-hari dan merasa selalu yang ada dalam dirinya dianggap lebih baik dan berhak daripada yang ada pada orang lain. Misalnya, konflik dari segi perbedaan agama yakni masyarakat Islam dan masyarakat Kristen, Agama Islam dengan Agama Budha dan Agama Islam dengan Agama Hindu. Adapun konflik antar agama tentang perbedaan faham Madzahab Hambali dan Syafi’i. Dalam organisasi kemahasiswaan tertutama organisasi ekstra kampus yang ada di IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Mataram, juga tidak jarang terjadi konflik antara Mahasiswa yang tergabung di dalam organisasi Pergerakan Mahasisa Islam Indonesia (PMII) dengan Mahasiswa yang tergabung di dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang kedua organisasi ini termasuk kategori organisasi ekstra kampus. Fenomena ini masih mewarnai keberagaman organisasi kemahasiswaan khususnya yang ada di kampus IAIN Mataram. Hampir 4
Muksin Jamil, MengelolaKonflik …, 48.
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
setiap tahun konflik-konflik sering bermunculan kepermukaan untuk merebut posisi ketua pada organisasi intra kampus yaitu organisasi BEM Institut, BEM Fakultas dan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) ketika ada kegiatan pemilihan ketua umum BEM (Badan Eksekutif Mahasisa) pada tingkat fakultas, bahkan tidak jarang juga konflik terjadi ketika pemilihan ketuaketua pada tingkatan Fakultas. Sebut saja ketika ada pemilihan ketua umum HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan). Pada tahun 2013 bulan September, ketika pemilihan ketua BEM Fakultas Dakwah, kedua organisasi ekstra kampus yaitu antara PMII dan HMI terlibat konflik. Penyebabnya karena salah satu diantara kedua organisasi ini menolak keputusan KPUM yang diketuai oleh Supardi dan menetapkan atas terpilihnya salah satu calon secara aklamasi. Konflik ini berkelanjutan sehingga BEM Fakultas Dakwah sempat fakum selama empat bulan dan pada awal Januari 2014 pemilihan ulang kembali dilakukan dengan cara demokrasi parlementer sehingga terpilihnya ketua BEM masa bakti 2014-2014.5 Selain itu fenomena konflik juga terjadi ketika pemilihan PRESMA Aziz Muslim, Sekretaris KAPUM, Wawancara Dasan Agung 19 Desember 2014. 5
masa bakti 2014-2015, konflik disebabkan karena kebijakan KPUM pada akhir Desember 2013 yang mengeluarkan kebijakan tentang mekanisme pemilihan yaitu dengan cara demokrasi parlementer dan kemudian membuat kedua organisasi ekstra kampus antara PMII dan HMI terlibat konflik karena salah satu diantara kedua organisasi ini tidak setuju mekanisme pemilihan. Hampir satu bulan konflik dan akhirnya pemilihan dimulai pada awal Januari 2014 dan tetap menggunakan mekanisme pemilihan yaitu dengan cara demokrasi parlementer untuk masa bakti 2014-2015. 6 Di Fakultas Syariah IAIN Mataram juga terjadi konflik, setelah berakhir masa bakti Yakub tahun 2013-2014 pemilihan ketua BEM pada masa bakti 2014-2015 terjadi konflik disebabkan karena KPUM terindikasi melakukan kerja sama dengan salah satu dari kedua organisasi ekstra kampus dan dampak dari konflik tersebut BEM fakultas Syari’ah di fakumkan untuk sementara, guna untuk menetralisisr konflik.7 Perbedaan sudut pandang kedua organisasi tersebut seringkali memicu terjadinya konflik, karena masing-masing merasa berhak Kusuma Wardana, Anggota KPUM, Wawancara IAIN Mataram 19 Desember 2014. 7 Satriawan, Mahasiswa Fakultas Syari’ah,Wawancara Kerinci 19 Desember 2014. 6
M. Irhamdi
37
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
untuk menduduki jabatan ketua baik itu diposisi Ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) ataupun diposisi ketua HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan). Di dalam kehidupan sehari-hari perbedaan itu tidak bisa ditolak. Penyikapan kita tentu saja bukan dengan penolakan, namun hidup di dalamnya. Manusia tidak memiliki pilihan lain dalam hal ini kecuali menerimanya baik dengan ikhlas ataupun terpaksa. Tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa perbedaan itu adalah Sunnatullah. Menolak perbedaan adalah suatu yang tidak mungkin,karena menolaknya berarti menolak sunnatullah.8 Dalam hidup ini selalu dibayangbayangi dengan perbedaan untuk saling mengenal antara satu dengan yang lainya supaya perbedaan itu benar-benar menjadi Rahmatan lil ’alamin. Jangan sekali-kali karena perbedaan kita saling menjatuhkan, saling bertikai bahkan saling membunuh. Konflik juga mempunyai sisi-sisi yang positif karena konflik bisa juga dijadikan sebagai barometer sejauh mana perjuangan kita, karena hidup adalah perjuangan dan persaingan. Apabila orang lain mampu kenapa masih ada yang tidak mampu, ketika tidak mampu menggapai capaian 8
38
Muksin Jamil, Mengelola Konflik.., 27.
Resolusi Konflik Antar Organisasi
yang sudah digapai oleh orang lain maka hendaklah mengevaluasi diri bukan mempertajam perbedaan dan menjadikan perbedaan itu menjadi suatu hal yang negatif dan merugikan. B. Konflik Antar Organisasi
Konflik antar organisasi, konflik ini biasanya disebut dengan persaingan. Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan pengalaman produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah pemanfataan sumberdaya secara lebih efisien. Konflik itu sendiri dianggap tidak buruk karena konflik dapat menjadi suatu fase untuk mencontohi tahapan yang lebih baik. Yang kurang baik di sini adalah penggunaan kekerasan untuk menyelesaikan konflik. Untuk membantu dan mempertimbangkan cara-cara pembahasan konflik, berikut dikemukakan teori-teori penyebab konflik itu terjadi, yang masing-masing menunjuk pada metode dan sasaran yang berbeda.9 1. Konflik Konflik secara etimologi berasal dari bahasa Inggris yaitu Conflict, dari bahasa Latin berasal dari kata Configure yang berarti: 9
Muksin Jamil, Mengelola Konflik…., 16.
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
saling menjatuhkan atau konflik terjadi karena ada pihak-pihak yang mengejutkan dengan kata lain kekerasan, sindiran, sikap, pendapatpendapat, perilaku, tujuan-tujuan dan kebutuhan yang bertentangan.10 Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki pola pemikiran dan tujuan yang berbeda. Adapun teori konflik menurut pakar sosiologi adalah: 2. Lewis A. Coser Konflik adalah kecerdasan yang tercermin dalam semangat pembaharuan untuk memperbaiki masyarakat, konflik juga proses sosial dapat merupakan lewat mana kelompok-kelompok , batasan-batasan terbentuk dan 11 dipertahankan. Coser membedakan konflik menjadi dua yakni realitis dan non realistis. Konflik yang realistis “ berasal dari kekecewaan berdasarkan tuntunan-tuntunan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan para partisipan dan dilanjutkan pada obyek yang dianggap mengecewakan ”konflik non realistis“ konflik yang terjadi bukan berasal dari tujuan-tujuan Azwandi, Konflik Sosial Keagamaan…., 12. Margaret M Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Yogyakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), 106.
saingan dan antagonis, tetapi dari kebutuhan-kebutuhan untuk membedakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak.12 Menurut Coser terdapat seseorang terlibat dalam konflik realistis tanpa sikap permusuhan atau agresif, sebagai contoh bisa dilihat dalam dua pengacara, semasa menjadi mahasiswa hukum berteman erat yang saling mewakili kepentingan klien mereka di pengadilan. Selama persidangan masing-masing pangacara itu secara agresif dan teliti melindung kepentingan klienya, tetapi setelah meninggalkan ruang sidang kedua pengacara itu melupakan perdebatannya dan langsung 13 berbincang-bincang. 3. George Simmel Memandang konflik sebagai gejala yang tidak mungkin dihindarkan dalam masyarakat. Struktur sosial bersifat asosiatif dan diaosiatif dilihatnya sebagai gejala yang mencakup sebagai proses penggabuangan antara dua obyek yang tidak mungkin dapat dipisahkan namun dapat dibedakan dalam analisa. Itu artinya konflik dapat menjadi penyebab dan pengubah kepentingan kelompok organisasi, kesatuan dan lainya.
10
11
12 13
Ibid., 110. Ibid.,112.
M. Irhamdi
39
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
Dengan demikian konflik ada untuk mengatasi sudut pandang yang berbeda, walaupun dengan cara memindahkan salah satu pihak lain.14 Adapun tipe-tipe konflik antara lain a. Konflik Laten (Laten Conflict) konflik yang berada dipermukaan dan sebagaimana yang telah disarankan, konflik ini perlu dibawa ke permukaan sebelum dapat diselesaikan secara efektif.15 b. Konflik terbuka (Open Conflict) konflik ini mengakar secara mendalam serta sangat tampak jelas, dan membutuhkan tindakan untuk mengatasi penyebab yang mengakar serta efek yang tampak.16 c. Konflik Permukaan (Surface Conflict) konflik ini memiliki akar yang tidak dalam atau mengakar. Mungkin pula bahwa konflik permukaan ini muncul karena kesalahpahaman mengenai sasaran.17 Menurut James A.F Stoner dan Carles Wankel dikenal ada lima jenis Hakimul Ikhwan Efendi, Akar Konflik Sepanjang ZamanElaborasi Pemikiran Ibnu Khaldun, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 135-136. 15 Muksin Jamil,Mengelola Konflik…, 10. 16 Ibid., 17 Ibid., 14
40
Resolusi Konflik Antar Organisasi
konflik interpersonal, Konflik Intra Personal, Konflik Individu dan kelompok konflik antar organisasi, antara lain: 1. Konflik intrapersonal adalah konflik seorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin terpenuhi sekaligus. 2. Konfilik interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam prilaku organisasi. 3. Konflik antar individuindividu dan kelompok– kelompok ini sekali ber hubungan dengan individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konfromitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. 4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, konflik ini merupakan
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
tipe konflik yang banyak terjadi dalam organisasi – organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok. 5. Konflik antar organisasi yang berbeda, konflik ini biasanya disebut dengan persaingan. Konflik ini berdasarkan pe ngalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pe ngambangan produk-produk baru, teknologi baru dan service baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumberdayanya secara efisien. Konflik itu sendiri tidak dianggap selalu buruk karena konflik dapat menjadi suatu fase untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Yang kurang baik disini adalah penggunaan kekerasan un tuk menyelesaikan konflik. Untuk membatu dalam mem pertimbangkan cara-cara pembahasan konflik, berikut dikemukakan teori-teori pe nyebab konflik itu terjadi, yang masing-masing menuju pada metode dan sasaran yang berbeda-beda.18
Edit C. Mengatakan konflik adalah;(1) bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan individu atau kelompok karena mereka yang terlibat memiliki perbedaan sikap, kepercayaan, nilai-nilai serta kebutuhan; (2) hubungan pertentangan dua pihak atau lebih yang memeiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran tertentu, namaun diliputi pemikiran, perasaan, atau perbuatan yang tidak sejalan. 19 a. Teori Hubungan Komunitas Teori ini mengasumsi bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi, ketidakpercayaan, dan perumusan antara kelompok-kelompok yang berbeda antara suatu komunitas. Sasaran kerja yang didasarkan pada teori hubungan komunitas adalah : a) Untuk memperbaiki komunitas dan pemahaman diantara kelompok yang bertentangan b) Untuk mendukung toleransi yang lebih besar dan penerimaan keragaman dalam masyarakat.20 b. Teori Negosiasi Utama (Principled Negotiations Theory) Komunikasi ini mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh pisisi Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multi Kultural, (Yogyakarta: LKiS, 2005), 249-250. 20 Ibid, 17. 19
18
Muksin Jamil, Mengelola Konflik..., 16.
M. Irhamdi
41
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
yang tidak tepat serta pandangan tentang “zero sum” mengenai konflik yang diadopsi oleh kelompok yang bertentantangan. Sasaran kerja yang didasarkan pada teori negosiasi adalah. 1. Membantu kelompokkelompok yang bertentangan untuk memindahan peribadi atas dasar kepentingan mereka dan bukan atas dasar posisi mereka.21 2. Memfasilitasi kesepakatan yang menawarkan keuntungan bersama bagi kedua atas semua kelompok. Konflik merupakan suatu yang alami (natural) dan merupakan fenomena yang sangat tipikal dalam setiap jenis hubungan antara manusia pada setiap tingkatan interpersonal sampai tingkat global. Maka dari itu masyarakat dan konflik merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan dan bersifat alamiyah. Konflik timbul dari adanya perbedaan, perbedaan merupakan sifat hakiki dari kemanusiaan, oleh karena itu manusia juga disebut dengan makhluk yang selalu terlibat dalam perbedaan, pertentangan dan persaingan baik sukarela maupun terpaksa. 22 Ibid, 16. Novi Susan, Pengantar Ilmu Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2009), 8. 21 22
42
Resolusi Konflik Antar Organisasi
Konflik juga terjadi karena adanya perbedaan pendapat (alIkhtilaf ) dikalangan para ulama, penuntut ilmu, tau antar sesama Muslim adalah perkara yang tidak diragukan lagi. Perbedaan itu jerjadi pada sejak zaman awal Islam sampai saat ini. Sebagaian perbedaan menimbulkan keburukan, tentu saja kita berharap , seandainya terjadi perbedaan pendapat, yang diasilkan adalah manfaat dan hikmah, bukan keburukan dan bencana. Dalam hal ini kita perlu memahami etika berbeda pendapat yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.23 C. Tinjauan Organisasi Organisasi adalah unit sosial (pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuantujuan tertentu.24 Tujuan organisasi ialah keadaan yang dihendaki pada masa yang akan datang yang senantiasa dikejar oleh organisasi agar dapat direalisasikan.25 Ada beberapa tipe-tipe Organisasi sosial dapat dibedakan atas dua
Abu Abdurrahman Al Tolibi, Dakwah Salafiah, Dakwah bijak-Bijak Menjawab Tuduhan, ( Jakarta: Hujjah Press, 2007), 13-14. 24 Amitai Etzioni, Organisasi-organisasi Moderen, ( Jakarta: Universitas Indonesia Press 1995), 5. 25 Ibid., 8. 23
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
macam yaitu Organisasi formal dan informal. a. Organisasi formal adalah, dimana para anggotanya dalam usaha mencapai tijuannya dilakukan menurut ketentuan-ketentuan resmi (formal). Organisasiorganisasi formal pada umumnya ditandai oleh batasan-batasan kewenangan dan tanggung jawab secara tegas sesuai dengan peraturan-peraturan sebagai pedoman kerjanya. Dasar dengan kedisiplinan dari anggota ini diukur dengan kepatuhannya terhadap peraturan-peraturan. b. Organisai informal adalah organisasi, dimana para angggotanya dalam usaha mencapai tujuannya dilakukan atas dasar hubungan pribadi dengan struktur informal dan tidak ditentukan menurut ketentuan resmi (formal). Organisasi-organisasi informal pada umumnya ditandai oleh adanya pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab dan tidak terpengaruh oleh jabatan 26 struktural. 1. Penyebab Terjadinya Konflik Secara umum konflik dapat terjadi apabila seseorang atau Abdulsyani, Sosiologi Sekemematika, Teori dan Tarapan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara), 118120. 26
kelompok terhalang upayanya dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat disebaban karena perbedaan faham terhadap tujuan itu sendiri, nilainilai sosial dan norma-norma sosial, maupun tindakan dalam masyarakat. Terlebih lagi apabila sangsi dalam pelanggaran yang terjadi di atas nilai dan norma tidak dilaksanakan dengan adil, maka konflik dapat berubah menjadi tindak kekerasan. Hendrik mengidentifikasi proses terjadinya konflik terdiri dari tiga tahap, pertama, peristiwa sehari-hari, kedua : adanya tantangan dan yang ketiga, timbulnya pertentangan. Untuk dapat menyelesaikan konflik yang terjadi di masyarakat, tentunya harus diketahui penyebab konflik yang terjadi. Dengan mengetahui penyebabnya, konflik diharapkan segera bisa diselesaikan dan tidak jarang terjadi distribusi kekuasaan dan otoritas selalu menjadi faktor yang menentukan konflik sosial sistematis. Secara umum, penyebab konflik terjadi adalah sebagai berikut: a. Kompetisi, suatu pihak berupaya meraih sesuatu dengan mengorbankan pihak lain. b. Dominasi, suatu pihak berusaha mengatur yang lain sehingga merasa haknya dibatasi dan dilanggar.
M. Irhamdi
43
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
c. Kegagalan, menyalahkan pihak tertentu bila terjadi kegagalan dalam mencapai tujuan. d. Komunikasi macet, padahal komunikasi adalah bagian mutlak dari proses budaya dan adab. Komunikasi adalah menciptaan kebesaran dalam makna. Tidak dapat dianggap sepele komunikasi terhadap manusia karena konflik terjadi hanya karena dua pihak yang kurang komunikasi. Kegagalan komunikasi karena kedua pihak tidak dapat menyampaikan pikiran, perasaan dan tindakan sehingga membuka jurang perbedaan informasi diantara mereka, dan hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya konflik. e. Perbedaan, perbedaan pola kebudayaan, perbedaan status sosial, perbedaan nilai dan perbedan kepentiangan antara anggota masyarakat baik secara pribadi maupun kelompok, menjadi penyebab terjadinya konflik. f. Provokasi, suatu pihak sering menyinggung perasaan pihak yang lain.27 Siti Nurul Yaqinah, Konflik Sosial dan Peran Komunikasi (Komunike, Jurnal Komunikasi Penyaran Islam, 2012), 37. 27
44
Resolusi Konflik Antar Organisasi
2. Strategi Penyelesaian Konflik Organisasi Secara umum, menyelesaikan konflik beberapa istilah yakni:
untuk dikenal
a. Pencegahan konflik, pola ini bertujuan mencegah timbulnya kekerasan dalam konflik b. Penyelesaian konflik, bertujuan untuk mengakhiri kekerasan melalui persetujuan perdamaian. c. Pengelolaan konflik, bertujuan membatasi atau menghindari kekerasan melalui atau mendorong perubahan pihak-pihak yang terlibat agar berperilaku positif. d. Resolusi konflik, bertujuan menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang relativ dapat bertahan lama diantara kelompok-kelompok yang bermusuhan. e. Transformasi konflik, yakni mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas, dengan mengalihkan kekuatan negativ dari sumber perbedaan kepada kekuatan positif.
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
f. Komunikasi, selain modelmodel penyelesaian konflik yang sudah ada secara teoritis di atas, ada beberapa pola komunikasi yang idealnya bisa digunakan intuk mengantisipasi bahkan bahkan mencegah konflik yang terjadi terjadi dalam masayarakat, diantaranya adalah sebagai berikut; pertama, komunikasi konvergen dan sirkuler, sejatinya komunikasi yang dikehendaki bukan propaganda dan bersifat linier, berlangsung satu arah. Komunikasi harus dirancang secara konveregen dan sirkuler. Menurut pola ini sumber dan arus komunikasi tidak tergantung pada komunikator tunggal. Tetapi siapa saja harus diusahakan dan harus di beri kesempatan untuk menjadi objek dan subjek. Pendeknya, siapa saja yang peduli dan kompeten, berdedikasi dan kredibel perlu diberi akses komunikasi dan diberi kesempatan untuk menjadi komunikator.28 Kedua, Modalitas Komunikasi sambung makna, komunikasi untuk untuk mengantisipasi Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), 46-47. 28
dan meredam konflik, adalah komunikasi yang mengedepankan keadilan, kejujuran, demokrasi dan beradab. Semua modalitas bisa saja dipakai mulai dari komunikasi jarak jauh (distan communication) samapai tatap muka (feace to feace). 29 Ketiga, jaringan komunikasi terkoordinasi. Pola komunikasi yang konveregen dan sirkuler memerlukan koordinasi yang baik. Koordinasi disini bukan sentralisasi dengan satu instansi pemerintah atau kelompok resmi yang menjadi fokus sentral. Koordinasi yang dimaksud adalah interaksi yang mengarah kepada kerja sama sebagai tim antara berbagai pemeran komunikasi atas dorongan masyarakat. 30 Secara umum ada beberapa setrategi dapat diterapkan dalam menyelesaikan konflik diantaranya adalah: 1. Bersaing (competiting) 2. Kerjasama (collaborating) 3. Kompromi (compromising) Santoso S. Hamijoyao, Komunikasi Partisipatis Pemikiran dan Impelmentasi Komunikasi Dalam Pengembangan Masyarakat, (Bandung: Humaniora, 2005), 162. 30 Ibid., 164-165. 29
M. Irhamdi
45
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
4. Menghindar (avoiding) 5. Menyesuaikan (accomoding).31 D. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik PMII dan HMI IAIN Mataram Secara umum konflik dapat terjadi apabila seseorang atau kelompok terhalang upayanya dalam mencapai tujuannya. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan paham terhadap tujuan itu sendiri, nilai sosoial dan norma-norma social, maupun tindakan dalam masyarakat. Terlebih lagi atas sanksi perlanggaran yang terjadi di atas nilai dan norma tidak dilaksanakan dengan adil, maka konflik dapat berubah menjadi tindakan kekerasan. Adapun faktor Konflik Organisasi Ekstra Kampus PMII dan HMI di IAIN Mataram ialah: 1. Ideologi a. Ideologi HMI Dalam konteks ke-HMI-an dan perkaderan yang ada di dalamnya, Nilai Dasar Perjuangan (NDP) sebagai landasan ideologis, jelasnya bahwa ideologi HMI mengacu pada NDP menjadi way of lifenya kader, sebab di dalamnya NDP mengajarkan hubungan manusia dengan Sang Pencipta, hubungan Siti Nurul Yaqinah, Konflik Sosial dan Pran Komunikasi, (Komunike, Jurnal Komunikasi Penyaran Islam, 2012), 43. 31
46
Resolusi Konflik Antar Organisasi
manusia dengan sesama, dengan alam dan dengan kehidupan secara menyuluruh. NDP (Nilai Dsar Pergerakan) sebagai hasil reformulasi ayatayat Qauliyah dan Qauniyah Sang Pengatur, diharapkan bisa terkristalisai dalam kehidupan HMI, baik secara organisasi termasuk di dalamnya politik yang dimainkan, hubungan antar kader, dalam memperjuangkan ummat, termasuk dalam dunia keilmuan. Jelasnya apabila seorang kader betul-betul memahami NDP ia juga memahami Islam secara komprehensip, maka ia akan punya sikap tauhid yang khas ala HMI. Dasar itu meliputi tiga konteks, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Nilai Dasar ketuhanan adalah ketauhidan, Nilai Dasar Kemanusiaan adalah kemerdekaan, dan Nilai Dasar Kemasyarakatan adalah keadilan. Ketauhidan, kemerdekaan, dan keadilan merupakan tiga nilai dasar yang sangat fundamental bagi kehidupan manusia. Tiga konteks dasar ini apabila diterapkan dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara bagai semua masyarakat pada umumnya maka tidak akan terjadi penyimpanganpenyimpanagan baik dalam mengatur aturan berpolitik aturan ekonomi ataupun aturan sosial kebudayaan. Bukan hanya kader
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
atau anggota organisasi HMI saja yang pantas menerapkan tiga nilai dasar tersebut, nilai dasar tersebut terbuka untuk semua orang apabila menghendaki keharmonisan dalam berbangsa dan beragama. Tauhid, merdeka, dan adil, ketiganya harus dimiliki oleh setiap kader HMI, karena ketiganya adalah landasan nilai yang benar, utuh, dan kokoh. 32 b. Ideologi PMII Di wilayah keorganisasian PMII, ideologi PMII digali dari sumbernya yang kemudian disebut sebagai identitas PMII, yaitu keislaman dan keindonesiaan. Sublimasi atau perpaduan antara dua unsur tersebut menjadi rumusan materi yang terkandung dalam Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII bisa dikatakan semacam qonun azasi di PMII atau juga dapat disebut sebagai Ideologi. NDP berisi rumusan ketauhidan, pengyakinan kita terhadap Tuhan. Bentuk pengyakinan itu terletak dari pola relasi atau hubungan antar komponen di alam ini, pola hubungan antara mikrokosmos dan makrokosmos, antara Tuhan dan manusia, antar manusia dan antara manusia dengan lingkungan di sekelilingnya.
Fahmi, Anggota HMI, Wawancara 21 Oktober 2015. 32
Platform dan pola relasi PMII dengan institusi, kekuatan dan realitas sekelilingnya, yang meliputi ; Relasi PMII dengan Negara, Relasi PMII dengan rakyat serta kekuatan sipil lainnya, Relasi PMII dengan kampus, gerakan mahasiswa dan pro demokrasi, Relasi PMII dengan kekuatan kapitalisme global.Tak satupun organisasi bergerak tanpa payung ideologi yang jelas. Ideologi berfungsi ibarat obor penerang jalan kiprah sebuah organisasi. Disadari atau tidaknya semua ideologi yang dimiliki oleh semua organisasi pada umumnya memiliki tujuan yang sama walaupun dengan teknis yang berbeda, semua organisasi dalam landasan gerakannya menginginkan keadilan, kebersamaan dalam bingkai keagamaan dan bingkai kenegaraan, oleh karena perbedaan teknis atau perbedaan menafsirkan landasan ini romansa antarorganisasi terasa hilang sebenarnya. 33 2. Perbedaan Ideologi PMII dan HMI Secara tekstual ideologi PMII dan HMI tidak ada perbedaan kedua organisasi tersebut samasama memiliki tiga dasar nalia dari NDP (Nilai Dasar Pergerakan) yaitu hubunagan dengan tuhan, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam, namun Indra Anggota PMII, Wawancara , 20 Oktober 2015. 33
M. Irhamdi
47
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
dari ketiga nilai tersebut menajdi berbeda dalam hal penekanan aflikatifnya dan pemaknaannya khususnya pada organisasi PMII dan HMI komisariat IAIN Mataram sehingga ego kedua organisasi tesebut terlibat konflik secara ideolodis karena secara aflikatif dari ketiga nilai dasar tersebut. Didalam hubunngan sesama manusia sebut saja dalam konteks kepemimpinan secara kepengurusan dibangku struktural BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) PMII mendominasi sehingga resistensi semakin terlihat oleh HMI. Menurut HMI seharusnya yang menjadi pengurus strukural dalam kepengurusan BEM harus merata dari semua elemen mahasiswa baik mahasiswa organisatoris maupun mahasiswa non organisatoris sehingga kemerataan dalam berpolitik itu terjamin. Konsep tersebut oleh PMII di tolak karena duduk dibangku struktural BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) adalah salah satu cara pengkaderan PMII untuk belajar berpolitik dan belajar menjadi seorang pemimpin, sehingga dianggap hal yang wajar apabila kader atau anggota PMII yang mendominasi kepengurusan struktural tersebut. Oleh karena ada dominasi dalam bangku struktural resistensi dari pihak HMIpun secara tidak langsung mulai terlihat karena menghendaki adanya pemerataan dalam berpolitik. Karena dominasi
48
Resolusi Konflik Antar Organisasi
dan resistensi akhirnya melahirkan bentuk-bentuk konflik diantaranya, konflik pasca pengrekrutan anggota baru, konflik merebut bangku struktural BEM dan konflik dalam aflikasi konsep kepemimpinan. 34 E. Bentuk-bentuk Konflik Ideologi Antara PMII dan HMI IAIN Mataram Ideologi merupakan istilah yang berasal dari Yunani. Terdiri dari dua kata, idea dan logi. Idea artinya melihat (idean), dan logi berasal dari kata logos yang berarti pengetahuan atau teori. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ideologi adalah hasil penemuan dalam pikiran yang berupa pengetahuan atau teori. Ideologi dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas, pendapat (kejadian) yang memberikan arah tujuan untuk kelangsungan hidup. Ideologi merupakan gabungan dua kata, yaitu idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, dan cita-cita; sedangkan logos berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi, ideologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang ide-ide atau ajaran tentang pengertianpengertian dasar.
34
2015.
Observasi, IAIN Mataram, 18 Oktober
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
Pengertian dari ideologi ini juga juga dimaknai berbeda-beda oleh beberapa orang, diantaranya adalah: 1. Karl Marx mendefinisikan ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial ekonomi. 2. Lanur menyatakan bahwa ideologi bisa dimasukkan dalam kategori pengetahuan yang subjektif. 3. Carl J. Friederich mendefinisikan ideologi sebagai suatu sistem pemikiran yang dikaitkan dengan tindakan. 4. C.C Rodee menyatakan bahwa ideologi adalah sekumpulan gagasan yang secara logis berkaitan dan mengidentifikasikan nilai-nilai yang memberi keabsahan bagi institusi politik dan pelakunya.35 Konflik antar ideologi organisasi memang sering terjadi, karena Orang yang terlibat dalam konflik organisasi bisa disebabkan oleh konflik ideologi nilai, data, informasi, struktural, kepentingan. a. Konflik nilai bersumber dari perbedaan nilai norma yang menjadi tolak ukur organisasi, 35
http://www.artikelsiana.com/2015/03/ pengertian-ideologi-ideologi-definisi-para-ahli. html.
perbedaan nilai dan norma yang menjadi tolak ukur kriteria penentuan kerja serta evaluasi kinerja organisasi, dan munculnya nilai atau norma baru dari lingkungan internal atau eksternal organisasi yang mempengaruhi organisasi. b. Konflik data atau informasi terjadi karena pihak-pihak yang terlibat konflik mengalamai situasi kekurangan inforfnasi, kesalahan informasi, perbadaan pandangam terhadap mana yang relevan, perbedaan interpretasi data dan perbedaan asasmen terhadap prosedur.. c. Konflik struktural bersumber dari prilaku yang merusak interaksi, kontrol yang tak seimbang, pemilikan, distribusi sumberdaya, ketidak setaraan kekuasaan dan wewenang; faktor geografis, alam atau lingkungan yang menghambat kerja sama dan hambatan waktu. d. Konflik kepentingan berhadapan dengan persaingan atau kepentingan, isi, prosedur dan ideologi. e. Kurangnya komunikasi, konflik bisa terjadi hannya karena dua pihak kurang berkomunikasi. Kegagalan berkomunikasi karena dua pihak tidak dapat menyampaikan pikiran, perasaan
M. Irhamdi
49
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
dan tindakan sehingga telah membuka jurang perbedaan imformasi diantara mereka. Fungsi informsi antara lain untuk mengurangi tngakat ketidak pastian. Keadaan ini mendorong dua pihak menjadi cemas dan takut sehingga mulai bertanya, “Dia atau saya yang harus lebih dahulu berkomunikasi. f. Tidak dipecahkan konflik yang sebelumnya. Banyak pula konflik yang terjadi karena ada konflik diantara dua belah pihak yang sebelumnya tidak dapat diselesaikan. Tidak ada atau tidak jelas proses saling memeaafkan dan saling mengampuni. Keadaan ini seperi api dalam sekam yang setiap saat bisa timbul dan menghasilkan konflik yang lebih besar.36 Memang Setiap organisasi manapun pasti menghendaki atau menginginkan anggota yang banyak supaya eksistensi dan kesolidan organisasi tetap terlihat dan terjaga, pasca pengrekrutan anggota baru adalah waktu sanagat sensitif memunculkan konflik ideologi antar kedua organisasi ekstara kampus yaitu organisasi PMII dan HMI kedua organisasi tersebut berlombalomba untuk mendapatkan anggota Alo Liliweri, Sosiologi Dan Komunikasi Organisasi, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), 331-332.
terbanyak dengan cara dan konsep yang berbeda sesuai dengan landasan ideologi masing-masing dari kedua organsasi tersebut hingga potensi konflik sangat terlihat dari kedua organisasi tersebut, mulai dari timbulnya persaingan hingga saling berebut untuk mengatakan bahwa organisasinyalah yang paling pantas untuk mendapatkan masa atau anggota yang banyak. Dengan timbulnya rasa kompoetisi pada kedua organsasi tersebut yaitu organisasi PMII dan HMI sifat tenggang rasa mulai terlihat dan enggan untuk bersama-sama melebur sebagai mahasiswa IAIN Mataram dan mulai tidak seimbang dalam menginplmentasikan ideologi terbuka dan ideologi tertutup hingga rasa kebersamaan tidak lagi dirasakan oleh kedua organisasi tersebut. 37 Konflik antar organisasi ekstra Kampus di IAIN Mataram tidak dapat terhindarkan atau ditolak. Tentu konflik yang sering muncul adalah konflik yang bersifat positif antar organisasi ekstra walupun kadang-kadang tidak bisa dipungkiri konflik secara negatif pun kadangkadang terjadi. Banyaknya organisasi ekstra kampus di IAIN Mataram membuat persaingan untuk saling menunjukn kemampuan kader dan
36
50
Resolusi Konflik Antar Organisasi
Imron, Anggota PMII, Wawancara, Oktober 2015. 37
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
kecerdasan kader menjadi muncul dipermukaan karena dari masingmasing organisasa mempunyai cara pngkaderan yang berbeda-beda dalam membentuk kecerdasan kader dan nantinya akan bersaing untuk merebut BEM atau bersaing di dalam kelas dalam penguasaan materi kuliah.38 Konflik adalah sunatullah karena berawal dari perbedaan itu sendiri, penyikapan kita terhadap konflik tentu bukan dengan menolaknnya apalagi dengan menggunakan kekerasan. Tuhan menciptakan kita bersuku-suku, berbangsabangsa untuk saling kenal mengenal satu sama lainya dan ketika kita menolak konflik itu sendiri berarti kita menolak sunatullah. Konflik di IAIN Mataram sering muncul pasca pemililihan ketua di tataran BEM fakultas yang sering bersaing adalah organisasi ekstra kampus yaitu PMII dan HMI. Kedua orhanisasi ini adalah orgaanisasi yang mendominasi di IAIN Mataram, pasca momen pemilihan BEM kedua organisasai ini masing-masing bersaing dan menyiapkan kader terbaiknya untuk memenangkan pemilihan tersebut karena kedua organisasi ini masing-masing memiliki konsep kepemimpinan yang berbeda dan tujuan yang berbeda uuntuk
berkontribusi ke organisasi masingmasing. Setiap organisasi pasti mempunyai konsep yang berbeda terkait dengan konsep kepemimpin, selain untuk memepermudah pengrekrutan anggota baru ketika ada kader organisasi yang duduk di kepemimpinan BEM Fakultas, BEM Institut dan di bangku HMJ, posisi tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat belajar untuk menjadi pemimpin yang nantinya juga bisa dipraktikan ketika selesai kuliah dan menjadi pemimpin di kampung halaman sendiri.39 IAIN Mataram adalah kampus yang besar di NTB (Nusa Tenggara Barat) Mahasiswanya berasal dari berbagai daerah dan berbagi aspek pendidikan dan berbagai macam organisasi ekstra maupun intra kampus hingga mememungkin untuk meluapnya konflik karena persaingan baik secara kapasitas keilmuuan dan keterampilan. Yang paling sering memunculkan konflik adalah mahasiswa organisasi ekstra kampus yaitu PMII dan HMI dalam memperbanyak anggota untuk memperluas wawasan keilmuan dan pengalaman yang banyak untuk dipelajari dan oleh sebab iitu, konflik antar organisasai ekstra kampus sering meluap dipermukaan Solihin, Ketua Komisariat PMII IAIN Mataram, Wawancara, Jempong, 15 Mei 2015. 39
38
Observasi, IAIN Mataram 16 Mei 2015.
M. Irhamdi
51
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
dengan sama-sama bersaing untuk menunjukan diri sebagai yang terbaik40 HMI dan PMII memang sering sekali terlibat konflik ketika ada pemilihan bahkan ketika melakukan pengrekrutan anggota baru dan mulai bersaing untuk mendapatkan anggota terbanyak sehingga tidak menutup kemungkinan ada saja dari anggota organisasi HMI ataupun PMII yang saling menjelekan organisasi sehingga membuat persaingan itu seakan-akan menjadi musuh dan merasa enggan untuk saling tegur sapa sehingga memungkinkan terjadi konflik fisik ketika pemiliahan ketua BEM ataupun HMJ seperti yang terjadi pada saat pemilihan HMJ BKI masa bakti 2015-2016 tetapi bagaimanapun juga dengan konflik kita bisa belajar tentang kekurangan dan kelebihan orang lain.41 Dengan adanya konsep kepemimpanan dan perbedaan kedua organisasi PMII dan HMI ini membuat mahasiswa yang tergabung dalam organisasi ekstra kampus baik PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) ini menjadi tak harmonis bahkan Saparwadi, Pengurus Komisariat PMII IAIN Mataram, Wawancara, Jempong 15 Mei 2015. 41 Sahabudi, ketua komisariat FIISI HMI IAIN Mataram, Wawancara, Dasan Agung 1 Juni 2015. 40
52
Resolusi Konflik Antar Organisasi
merasa enggan untuk saling sapa ketika bertemu, bahkan saling menunjukan rasa gengsi untuk bersama-sama belajar ketika kumpul dan ketika berdiskusi sehingga hawa persaingan bahkan permusuhan semakin terlihat diantara kedua Organisasi tersbut yaitu antara organisasi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang secera kebetulan menjadi Mahasiswa di IAIN Mataram. Dan dampaknya Mahasiswa menjadi terkotak-kotak sehingga lupa untuk memberi kontribusi kepada Kampus tempat mereka belajar dan hanya sibuk memperbanyak anggota dan memenangkan bangku BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan). 42 Perbedaan pendapat disebabkan pula oleh perbedaan orientasi. Orientasi hidup seseorang membentuk metode berfikir yang sesuai dengan orientasi itu, sehingga segala pendapatnyapun berjalan menurut orientasi itu pula, tolak ukur mempunyai bentuk dan corak yang berbeda-beda sesuai prinsip, ilmu dan lingkungannya. Adapun tolak ukur mahasiswa yang tergabung dalam organisasi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) dengan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) sesuai dengan konsep kepemimpinan 42
Observasi, IAIN Mataram 11 Juni 2015.
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
yang dipahami oleh organisasi PMII dan HMI, walaupun objek kajian mereka sama maka akan tetap terjadi perbedaan diantar kedua organisasi tersebut karena masing-masing berfikir dan akan memeraktikannya sesuai dengan konsep yang dipahami masing-masing, misalkan konsep kepemimpinan HMI (Himpunan Mahasisawa Islam) yang memahami konsep kepemimpinan dengan menyerahkan segala keputusan dan ketntuan peraturan kepada pemimpin sebagi pemegang kekuasaan skup wilayah kepemimpinan masing-masing. a. Konsep Kepemimpinan PMII Dalam setiap organisasi memiliki dan perlu adanya “ Konsep Kepemimpinan “ Menagemen organisasi ini dibentuk untuk mengatur sistem kerja dalam organisasi tersebut, ataupun aturanaturan yang membentuk kebijakankebijakan yang dikeluarkan oleh organisasi tersebut. Sehingga organisasi memiliki struktural dan aturan yang jelas dalam menghasil output yang dapat mencapai tujuan dalam mengembangkan kemajuan organisasi. Organisasi eksternal keMahasiswaan yakni, PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ) memiliki konsep kepemimpinan organisasi yang berbeda dalam mengolah dan
mengembangkan organisasi dalam mencapai tujuannya. Organisasi PMII ( Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ) memiliki suatu bagan hukum ( UU ) yang disebut dengan AD/ART ( Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga ), dijadikan sebagai acuan penuh dalam mengatur kebijakan-kebijakan organisasi salah satunya membentuk konsep kepemimpinan PMII . Di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), bertumpuk pada ketua umum ( Ketum ) sebagai kepala dalam organisasi, baik dari tingkat Rayon sampai pada tingkat kepengurusan PB ( Pengurus Besar ) PMII. Sehingga yang membentuk, menentukan, dan memutuskan suatu kebijakan adalah Ketua Umum, namun tetap sesuai dengan dan disebutkan dalam AD/ART. Misalkan, dalam pengambilan dan penetapan keputusan membentuk program kerja setiap bidang organisasi adalah Ketua Umum, namun ketua bidang dan anggota dalam semua bidang hanya berfungsi sebagai yang menjalankan setiap program kerja yang telah ditetapkan oleh Ketua Umum. PMII (Pergerakan Mahiswa Islam Indonesia) komisariat IAIN Mataram mempunyai konsep kepemimpinan setelah melewati beberapa proses musawarah dari anggota organisaai, konsep kepemimpinan tersebut yaitu
M. Irhamdi
53
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
dengan memberikan hak priogratif pada pemimpin untuk menentukan kebijakan-kebijakan karna seorang ketua dianggap persentase dari anggota dan mampu mengakomodir setiap kebutuhan anggoata. 43 b. Konsep Kepemimpinan HMI HMI (Himpunan Mahasiwa Islam) sebagai organisasi yang eksistensinya besar tentu juga memiliki konsep-konsep yang jelas untuk menjalankan roda organisasi agar tujuan yang sesuai dengan visimisinya tercapai. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Komisariat IAIN Mataram memiliki konsep tentang kepemimpinan yang telah disepakati dari hasil musyawarah. Konsep kepemipinan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yaitu dengan memberikan keluasan kepada setiap divisi-divisi kepengurusan untuk menjalankan roda organisasi sesuai dengan divisi masingmasing dan posisi ketua umum hanya menyepakati apapun hasil dari keputusan setiap divisi-divisi baik dalam menentukan program kerja ataupun dalam menentukan kewenangan-kewenangan lainnya. konsep ini dianggap rasional karena yang lebih tahu tentang bagaimana kebutuan kader yaitu divisi-divisi tersebut, misalkan divisi yang mengurus tentang kajian, lebih Imron, Pengurus Komisariat PMII, Wawancara, Gomong 11 Juni 2015. 43
54
Resolusi Konflik Antar Organisasi
mengerti tentang materi-materi kajian yang dibutuhkan oleh kader karena setiap hari intens mengkawal dan melihat sejah mana kemampuan kader dalam mengkaji setiap mata kuliah yang didapatkan dari fakultas masing-masing. Dalam hal ini posisi ketua umum hanya menyepakati setiap program-program kerja masing-masing divisi yang tentu disepakati dari hasil musyawarah agar ketua umum tidak merasa dilangkahi oleh anggotanya sendiri.44 F. Solusi Konflik Organisasi Antara PMII dan HMI 1. Pendekatan Relasioanal Pendekatan relasional me ngandung pengertian penyelesaian konflik dengan mepertimbangkan perbaikan relasi antara dua pihak yang terlibat konflik berdasarkan kepentingan, hak dan hukum, etika dan kekuasaan, membangun reklasi antara dua belah pihak memberikan kedua belah pihak untuk berbicara secara terbuka dan bebas dan bebas mengungkapkan perbedaan dan dapat melalui pendekatan negosiasi dan mediasi transformasi untuk mencapai perdamaian. 45 Membentuk forum dialog untuk menyambung tali silaturahmi adalah Shabudin, Ketua Kom, HMI IAIN Mataram, Wawancara, Dasan Agung, 4 Juni 2015. 45 Alo Liliweri, Sosiologi Dan Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), 346. 44
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
salah satu langkh untuk mmperkecil terjadinya konflik, disebabkan oleh perbedaan sudut pandang tentang kepemimpinan yang dipahami oleh organisasi ekstra kampus yaitu PMII dan HMI di kampus IAIN Mataram yang mana kedua belah pihak yang terlibat konflik harus saling terbuka supaya jelas permasalahnnya dan mendapat keuntungan ber sama dalam menyelesaikan per masalahan.
lagi menimbulkan klaim dari phakpihak yang terlibat konflik. 46
2. Pendekatan Distributif
Untuk tercapai penyelesain konflik pendekatan distributif kedua organisasi yaitu PMII dan HMI hendaknya mulai memilahara Kerukunan Dalam Berorganisasi. Dalam memelihara kerukunan berorganisasi sikap yang harus dihindari adalah sikap mengedepankan keegoisan masing-masing, membangun pola komunikasi yang baik sangat mendukung untuk mencegah terjadinya konflik diantara sesama mahasiswa yang berorganisasi. Perbedaan adalah suatu yang lumrah dalam hidup ini jika dilihat dari segi fisik saja kita harus menyadari kewajiban untuk berbeda. Kita tahu meskipun ada beberapa manusia yang dilahirkan kembar, namun tidak pernah ditemukan manusia yang sama persis.
Pendekatan distributif me ngandung pengertian penyelesaian konflik dengan memepertimbangkan distribusi masing pihak dalam masalah sehingga menghasilkan penyelesaian, memamfaatkan sum ber daya dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik yang pada gilirannya dapat menyelesaikan penyelesaian konflik sehingga tidak
Sayangnya, kesadaran terhadap perbedaan diwilayah lahiriah kerap telupakan ketika kita menginjak wilayah yang abstrak dan batin. Perbedaan diwilayah batin ini kerap memicu persoalan dan perbedaan. Perbedaan dalam berorganisasi seringkali memicu pertikaian yang siasia, salah satu sebab dari pertikain ini adalah kurangnya sikap memelihara
Dan peran mediator yaitu alumni dalam masalah ini adalah sebagai penengah dan membantu untuk membentuk keharmonisan diantara kedua organisasi tersebut dan mampu melakukan negosiasi atas kepentingn mahasiswa bukan atas dasar kepentingan pribadi dan jabatan sampai menemukan titik temu dalam permasalahan perbedaan sudut pandang antar organisasi.
Alo Liliweri, Sosiologi Dan Komunikasi Organisasi, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), 346-347. 46
M. Irhamdi
55
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
kerukunaan antar organisasi ekstra kampus dan kurangnya sikap dialogis sehingga nanti pada ujungnya akan menimbulkam konflik. Dalam masalah ini teori hubungan komunikasi sangat tepat digunakan untuk mendukung toleransi yang lebih besar dalam menerima perbedaan dalam berorganisasi yang nantinya dapat meminimalisir terjadinga kesenjangan sosial dan sikap acuh tak acuh tehadap perbedaan sudut pandang antar organisasi. 3. Toleransi Dalam merealisasikan sikap toleransi hubungan komunikasi sanagt tepat demi memperbaiki komunikasi dan pemahaman diantara organisai ekstra kampus yaitu PMII (pergerakan mahasiswa islam indonesia) dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang mana selama ini salingmenutup dirai dan terlihat tidak harmonis dalam permasalahan kepemimpinan dan keorganisasian. Yang dimana nantinya setelah terjalin komunikasi yang baik akan dapat meminimalisir sikap yang tidak intoleran terhadap kedua belah pihak. Sikap terbuka antar organisasi dalam bermahasiswa sangat menopang untuk mencegah terjadinya konflik, kita sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan
56
Resolusi Konflik Antar Organisasi
orang lain dalam segala hal. Sikap keterbukaan ini bisa didasari dengan membangun komunikasi yang baik dan jangan mudah terpengaruh oleh isi-isu yang ingin memecahkan keharmonisan antar organisasi atau umumnya antar mahasiswa. Ketika ada permasalahan yang terjadi dalam konstalasi hidup berorganisasi di ekstar kampus atau sudut pandang dalam pemaknaan sebuah kondisi yang tidak sesua dengan konsep masing-masing organisasi yang digeluti oleh mahasiawa jangan langsung saling mengecam dan menyalahkan sehingga perbedaan itu tidak menjadi konflik yang dilandasi dengan mengedepakan sikap yang egois. Sikap keterbukaan dan komunikatif adalah salah satu langkah untuk mencegah terjadinya konflik karena dengan hal ini kita bisa menghargai perbedaanperbedaan sudut pandang realitas dalam berorganisasi. 4. Peran Alumni Konflik bukan fenomena yang harus kecam keberadaannya, kaerna setiap konflik umumnya terjadi karena perbedaan disadari atau tidak perbedaan adalah sesuatu yang memebayangi kehidupan sejak lahir kedunia sampai keliang lahad dengan saling menerima perbedaan dengan seikap yang positif tetntu akan menjadi Rahmatanlilalamin tetapi jika perbedaan diterima
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
dengan perlawanan dan penolakan tidak akan menutup kemungkinan perbedaan tersebut akan menjadiI Laknatullah. Dengan perbedaan kita dapat mengukur sejauh mana kemampuan kita dalam bersaing dan beraktifitas dimuka bumi ini seharusnya dengan perbedaan kita dapat bersaing secara positif dan bekerja keras bukan saling mnjatuhkan dan saling menyalahi karna alasan perbedaan. Dalam situasi seperti ini untuk mengubah konflik negatif agar menjadi positif antar organisasi ekstra kampus yaitu organisasi PMII dan HMI, peran seorang senior atau alumni sangatlah penting karena memiliki pengelaman dan ilmu yang banyak terkait dengan kehidupan berorganisai dan dianggap lebih bijaksan dalam menyikapi segala permasalahan tentang perbedaan. Peran senior atau alumni antar dua organisasi tersebut yakni PMII dan HMI diharapkan mampu menemukan benang merah atas permasalahan tentang perbedaanperbedaan tersebut dengan mengambil tindakan yang tentunya sama-sama saling mengguntungkan karena sifat senioritas diaktifitas organisai sangat sangat besar pengaruhnya bagi setiap organisasi tentunya tidak terlepas dari halhal yang bersifat positif gar dapat menyatukan setiap perbedaan
dengan tujuan yang sama walau dengan teknis yang berbeda agar kehidupan berorganisasi tercipta keharmonisan dan persatuan. G. Penutup Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan. Bahwa setiap organisasi memiliki ideologi masingmasing sebagai pijakan kolektif menyatukan visi dan misi organisas untuk mencapai tujuan yang kolektif pula, sehingga sering berbenturan dengan organisasi lain yang tentu memiliki idologi yang berbeda pula Sudut pandang organisasi ekstar kampus yakni PMII tentang konsep kepemimpinan yaitu memberikan hak sepenuhnya kepada ketua umum dalam mengatur segala aktifitas organisasi karena ketua umum adalah persentase dari setiap anggota dan setiap bidang kepengurusan setelah terpilih dan disepakati secara demokrasi utuh, sedangkan organisasi HMI dengan konsep yang berbeda yaitu meberikan kebeasan sepenuhnya kepada setiap bidang untuk bekerja sesua bidang masingmasing sedangkan posisi ketua umum hanya menyepakati saja konsep inipun disepakati setelah melakukan rapat internal pengurus HMI. Adapun penyebab terjadinya konflik adalah perbedaan ideologi gerakan sehingga prilaku dan sudut
M. Irhamdi
57
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
pandang masing-masing organisasi berbeda pula. Adapun pemicunya adalah tentang perbedaan konsep kepemipinan, merebut posisi ketua di tataran BEM dan HMJ dan masa pengrekrutan anggota baru. Adaapun solusi terhadap konflik antara organisasi ekstra kampus yakni PMII dan HMI. a. Menjaga kerukunan berorganisasi dengan saling mengedepankan toleransi dan menjaga kerukunan atntar mahasiswa dalam aktifitas berorganisasi b. Pendekatan relasional dengan membangun silaturrahmi
58
Demi mencapai kehidupan berorganisasi yang harmonis dan terjaga dapat diwujudkan dengan memberikan pemahamn yang mendalam dari alumni atau senior-senior organisasi masingmasing tentang toleransi antar organisasi terlebih satu kampus dan setaus yang sama sebagai
Resolusi Konflik Antar Organisasi
mahasiswa dengan menekankan bahawa disetiap perbedaan ada tersimpan kesamaan yaitu bersama-sama ingin menjadi berguna bagi agama dan bangsa sebgai mahasiswa dengan saling mendukung dan menghargai dan setiap organisasi tidak menganjurkan menyinggung ataupun menjelek-jelekkan organisasi lain dan membentuk dialog yang berkesinambunan dari kedua pengurus organisasi tersebut. Dialog atau diskusi harus dibangun dengan nuansa kebersamaan, menunjung tunggi nilai-nilai toleransi dengan tanpa melihat perbedaan sudut pandang antara organisasi PMII dan HMI. c. Peran alumni, pengurus dan anggota yang selalu aktif dalam mensosialisasikan kepada kader atau mahasiswa yang berorganisasi tentang dampak dari konflik negatif.
Komunike, Volume viii, No. 1, Juni 2016
Daftar Pustaka Muksin Jamil, Mengelola Konflik Memabangun Damai, (Semarang: Wali Songo Mediation Senter, 2007)
Amitai Etzioni, Organisasi-organisasi Moderen, ( Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1995)
Wiliam Henmdrik, Bagaimana Mengelola Konflik, (Bumi Aksara, 2006)
Abdulsyani, Sosiologi Sekemematika, Teori dan Tarapan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara)
Dean G. Pruitt, Teori Konflik Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
Siti Nurul Yaqinah, Konflik soSial dan Peran Komunikasi (Komunike, Jurnal Komunikasi Penyaran Islam, 2012)
Margaret M Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) Hakimul Ikhwan Efendi, Akar Konflik Sepanjang Zaman Elaborasi Pemikiran Ibnu Khaldun, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik: komunikasi lintas budaya masyarakat multi kultural, (Yogyakarta: LkiS, 2005) Novi Susan Pengantar Ilmu Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) Abu Abdurrahman Al Tolibi, Dakwah Salafiah, Dakwah bijak-Bijak
Menjawab Tuduhan. ( Jakarta: Hujjah Press, 2007)
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi. ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998) Santoso S. Hamijoyao, Komunikasi Partisipatis Pemikiran dan Impelmentasi Komunikasi Dalam Pengembangan Masyarakat. (Bandung: Humaniora, 2005) h t t p : / / w w w. a r t i k e l s i a n a . com/2015/03/pengertianideologi-ideologi-definisi-paraahli.html Alo Liliweri, Sosiologi Dan Komunikasi Organisasi. ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014)
M. Irhamdi
59