RERUM: Kumpulan Karya Ilmiah tentang Teologi dan Sosial
2
RERUM: Kumpulan Karya Ilmiah tentang Teologi dan Sosial
Tim Editor Agus Santoso & Arthur Aritonang
STT Cipanas Press 2014
3
RERUM: Kumpulan Karya Ilmiah tentang Teologi dan Sosial ISBN 978-602-70123-2-5 Tim Editor: Agus Santoso & Arthur Aritonang Cover: Agus Santoso Diterbitkan oleh: STT Cipanas Jl. Gadog I No. 36 Cipanas – Cianjur 43253 Website: sttcipanas.ac.id Email:
[email protected] Cetakan Pertama, April 2014
4
Kata Pengantar Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena-Nya buku ”Rerum” ini dapat diterbitkan. Buku ini berisikan kumpulan karya Ilmiah Mahasiswa (S1) STT Cipanas, dari sebuah analisa yang objektif terhadap berbagai fenomena yang terjadi sekarang ini. Kami sebagai pengurus redaksi buku “Rerum” memberikan sebuah tema besar untuk edisi pertama ini ialah “Isu-isu global”. Tujuan dari buku ini ialah mencoba menjelaskan kasus-kasus yang melanda bangsa Indonesia. Sebagai tempat di mana kita berpijak, Bangsa Indonesia ini terkenal dengan keanekaragaman suku dan budaya. Itulah yang menjadi identitas bangsa kita. Akan tetapi, identitas bangsa kita diceraiberaikan oleh orangorang Indonesia sendiri, yakni oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab dan mempunyai motivasi untuk merusak keseluruhan aspek kehidupan bangsa Indonesia. Dengan demikian, itu menandakan bahwa bangsa kita saat ini sedang diperhadapkan dengan pergumulan yang sangat kompleks baik itu dalam aspek politik, sosial, ekologi, dan agama-agama. Indonesia bukanlah negara yang miskin akan SDA (Sumber Daya Alam) dan SDM (Sumber Daya Manusia), namun sebenarnya Indonesia belum dapat mengelola Sumber daya itu dengan baik. Melalui tulisan Ilmiah ini sekiranya dapat mengetuk hati para pembaca, mau bersedia dengan senang hati menggumuli kasus yang rumit ini, dengan semangat yang baru demi perubahan untuk bangsa kita. Maka, perubahan 5
itu dapat terwujud jika di mulai dari diri kita sendiri, sebagai generasi penerus bangsa ini. Di samping itu peran Gereja sangat signifikan. Gereja tidak boleh menjadi nabi bisu (apatis), apalagi hanya bisa berteologi di atas sebuah kertas, namun Gereja harus mampu merespon dan berkaya di dalam konteks di Indonesia. Selamat, membaca! Kiranya tulisan ini dapat menginspirasi dan menumbuhkan rasa cinta akan tanah air kita Bangsa Indonesia. Cipanas, April 2014 Salam kami,
Tim Editor
6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.
.
.
.
.
.
.
.
.
5
DAFTAR ISI .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
7
.
.
1 DI MANA KETEGASAN HUKUM INDONESIA SEBAGAI NEGARA PANCASILA? . . . . . 9-20 2 UPAYA TEOLOGI KONTEKSTUAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT HEDONISME . 21-35 3 LEBIH DEKAT DENGAN KONTEKS “KEMISKINAN” . . . . . . . .
.
.
. 37-50
4 SIKAP ETIS KRISTIANI TERHADAP KASUS ABORSI . . . . . . . . . . . . . . 51-65 5 SUMBANGSIH GEREJA DALAM MITIGASI PEMANASAN GLOBAL . . . . . . . . 67-81 6 TINJAUAN ETIS KRISTIANI TERHADAP TENAGA KERJA . . . . . . . . . . . . . . 83-95
7
7 PROBLEMATIK TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI . . . . . . . . . .
97-109
8 PENYIMPANGAN SEKSUAL & DAMPAKNYA BAGI KELUARGA KRISTEN. 111-123
9 INTERPRETASI ALKITAB .
.
.
.
.
. 125-144
SUSUNAN PANITIA PENERBITAN RERUM .
8
145
1 DI MANA KETEGASAN HUKUM INDONESIA SEBAGAI NEGARA PANCASILA? Suatu Kritikan terhadap Pemerintah Indonesia yang kurang peka melihat Kebebasan Beragama di Indonesia Anthon Phil Karel Nanthi
1. Pendahuluan Sebenarnya persoalan kerukunan hidup umat beragama bukanlah sesuatu yang baru sama sekali. Ia adalah sesuatu yang didambakan, tetapi sekaligus juga membutuhkan perjuangan berat untuk mewujudkannya.1 Salah seorang yang cukup berani dalam menyampaikan ide-idenya tentang nasionalisme adalah Bung Karno. Bagi Bung Karno, nasionalisme adalah rasa ingin bersatu, 1
Andreas A. Yewangoe, Iman, Agama dan Masyarakat (Jakarta: BPK GM, 2002), 3.
9
seperti satunya perasaan perangai, nasib, serta persatuan antara orang dan tempat. Bung Karno mengatakan, “Bukannya jenis (ras), bukannya bahasa, bukannya agama, melainkan perasaan butuh, bukan pula batas-batas negri yang menjadikan bangsa itu”.2 Dengan demikian Konteks indonesia sebagai negara Pancasila yang mempunyai undang-undang kebebasan beragama, tentunya harus dapat menciptakan suasana yang damai antar umat beragama di Indonesia, dan setiap umat beragama harus memiliki sikap pluralis terhadap agama lainnya. Saling menghargai dan saling menghormati di saat umat yang berbeda agama dengan kita melakukan ibadahnya, saling menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pemeluk agama lain. Untuk itu penulis akan mencoba mengkaji masalah kebebasan beragama berdasarkan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia yang menurun drastis dan mengkritik pemerintah yang lalai dalam menegakkan hukum di Indonesia, untuk dapat melihat kembali masalah ini secara serius. 2. Landasan Hukum UUD Mengenai Kebebasan Beragama Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia terdapat dalam pasal 28E ayat (1) UUD 1945: “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.”
2
12.
10
_______, Agama dan Kerukunan (Jakarta: BPK GM, 2001),