KODE MODUL
KTI TKF 206 Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif
Kumpulan Modul
KARYA TULIS ILMIAH
Penyusun: Sukoco, M.Pd.
Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran (SP4)
Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif 2005
1
KODE MODUL
KTI TKF 206 - 01 Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif
KARYA TULIS ILMIAH Sebagai Bahasa Komunikasi
Penyusun: Sukoco, M.Pd.
Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran (SP4)
Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif 2005 2
Kata Pengantar Komunikasi adalah suatu kegiatan yang menghubungkan dan menyampaikan pesan-pesan ke dalam dan ke luar diri sesorang yang memberikan manfaat terhadap sejumlah fungsi kehidupan masyarakat
maupun
dalam
kehidupan
pribadi
baik dalam
seseorang.
Proses
komunikasi memungkinkan manusia dapat melakukan kendali terhadap lingkungannya (alam, sosial, buatan). Komunikasi juga membantu membangun dan menjamin hubungan-hubungan sosial antar manusia, sehingga memungkinkan seseorang mampu mengembangkan dirinya secara pribadi maupun secara sosial. Seperti dikemukakan lebih lanjut oleh Dave Ulrich 1 , Communication programs became critical vehicles for sharing
information with employees and thus became part of the human resource agenda. Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat pada umumnya dan masyarakat ilmiah, yang diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran dan kemampuannya nantinya, memerlukan penguasaan komunikasi ilmiah pada khususnya. Kebermanfaatan mereka sebagai bagian dari sebuah kehidupan ditentukan melalui kemampuan komunikasi yang dikuasai. Melalui komunikasi mereka akan dapat menyampaikan ide pemikirannya, untuk menyelesaikan suatu permasalahan kehidupan. Potensi kemampuan baik, tanpa didukung kemampuan komunikasi yang baik, maka tingkat perannya akan rendah. Semua jenis komunikasi selalu mengandung adanya transaksi atau transfer makna antara sumber pesan dan penerima pesan. Umpan balik merupakan sebuah reaksi dari penerima pesan terhadap pesanpesan verbal dan non-verbal yang disampaikan dalam sesuatu situasi yang
1
Dave Ulrich, Human Resource Champions (Boston: Harvard Business School Press, 1977), p. 240.
3
komunikatif. Semua komunikasi dapat menjadi efektif, apabila komunikasi itu memberikan manfaat baik bagi penyampai pesan maupun penerima pesan. Dalam banyak hal bermanfaat bagi kedua belah pihak. Sejumlah ahli-ahli komunikasi seperti Michael Burgoon
yakin bahwa seluruh
perilaku manusia pada hakikatnya mengandung komunikasi, sehingga karenanya tak ada perilaku yang tidak komunikatif sifatnya. 2 Berdasarkan
uraian
singkat
tersebut,
maka
kemampuan
berkomunikasi sangat diperlukan bagi mahasiswa, khususnya komunikasi dalam kawasan ilmiah. Hal ini sesuai dengan makna kampus sebagai kawasan masyarakat ilmiah, dan sebagai bekal kemampuan saat terjun dibidang pekerjaan nantinya. Di dalam modul ini akan dibahas sebanyak 10 topik, yaitu : 1. (KTI TKF 206 – 01) - Karya Tulis Ilmiah sebagai Bahasa Komunikasi 2. (KTI TKF 206 – 02) - Pendekatan dalam Karya Tulis Ilmiah. 3. (KTI TKF 206 – 03) - Struktur Karya Tulis Ilmiah. 4. (KTI TKF 206 – 04) - Metode ilmiah dan Penelitian. 5. (KTI TKF 206 – 05) - Kajian Masalah Karya Tulis Ilmiah 6. (KTI TKF 206 – 06) - Kajian Teori dalam Karya Tulis Ilmiah. 7. (KTI TKF 206 – 07) - Metodologi. 8. (KTI TKF 206 – 08) - Hasil Kajian dan kesimpulan. 9. (KTI TKF 206 – 09) - Format Penulisan Laporan. 10. (KTI TKF 206 – 10) - Teknik Notasi Ilmiah. Melalui
kesepuluh
materi
tersebut
diharapkan
mahasiswa
menguasai dasar-dasar komunikasi ilmiah, yang pada akhir penyelesaian 2
Michael Burgoon, Approach Speech/Communication (New York: Holt, Reinhart and Winstone, Inc., 1974), p. 5.
4
modul ini mahasiswa telah siap dengan sebuah proposal tugas akhirnya. Komunikasi ilmiah tentunya sangat berbeda materinya dibandingkan dengan komunikasi pada umumnya. Komunikasi ilmiah merupakan transfer pesan ilmiah setelah melalui pengkajian dan kebenarannya teruji secara ilmiah.
5
Daftar Isi Halaman Sampul Halaman Francis Kata Pengantar Daftar Isi Kedudukan Modul Glosarium I
PENDAHULUAN A. Deskripsi B. Prasyarat C. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Penjelasan Bagi Mahasiswa 2. Peran Dosen D. Tujuan Akhir E. Kompetensi F. Cek Kemampuan
II
PEMBELAJARAN A. Rencana Belajar Mahasiswa B. Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar Konsep Dasar KTI 2. Kegiatan Belajar Kerangka Penulisan KTI 3. Kegiatan Belajar Penyusunan Laporan
III
EVALUASI 1. Kognitif 2. Psikomotor 3. Attitude 4. Produk/Benda Kerja Sesuai Kriteria Standard 5. Batas Waktu yang Telah ditetapkan 6. Kunci Jawaban
IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
6
KODE MODUL
KTI TKF 206 - 01 Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif
KARYA TULIS ILMIAH Sebagai Bahasa Komunikasi
Penyusun: Sukoco, M.Pd.
Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran (SP4)
Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif 2005 7
BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Modul Konsep Dasar KTI ini terdiri dari empat kegiatan belajar yaitu karya tulis ilmiah sebagai bahasa komunikasi, pendekatan dalam karya tulis ilmiah, Bagian-bagian karya tulis ilmiah, dan Dasar-dasar karya tulis ilmiah. Modul KTI TKF 206 – 01 ini sebagai dasar atau awal untuk mempelajari modul KTI TKF 206 – 02 dan modul KTI TKF 206 – 03. Hasil pembelajaran modul ini adalah pengetahuan dan kemampuan dasar untuk membuat karya tulis dan membedakan dengan karya tulis yang lainnya. Penguasaan pengetahuan dan kemampuan ini relatif sangat penting dalam berpikir, mengambil keputusan, dan menyelesaikan tugas pekerjaan di dunia kerja. Perlu diketahui tuntutan dunia kerja saat ini, tidak hanya mnguasai ketrampilan namun berkembang pada kemampuan berpikir minimal kemampuan menerapkan konsep. Hal ini sejalan dengan perkembangan teknologi di bidang otomotif akhir-akhir ini.
B. Prasyarat Karena tujuan akhir dari modul ini adalah mengharapkan mahasiswa dapat menyusun Proposal Tugas Akhir, maka penguasaan modul-modul bidang studi otomotif akan menjadi dasar yang diperlukan. Tanpa penguasaan modul-modul tersebut, maka kualitas proposal tugas akhir yang dihasilkan akan rendah, khususnya terhadap materi yang akan dibahas pada tugas akhir.
8
C. Petunjuk Penggunaan Modul Untuk mempermudah di dalam mempelajari modul ini, diharapkan selalu berpegang bahwa modul ini untuk mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, dan memahami aturan-aturan dalam menulis karya ilmiah. Untuk itu maka diharapkan mahasiswa membaca dengan baik petunjuk penggunaan modul ini baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus, berikut ini: 1.
Penjelasan Bagi Mahasiswa a. Pelajari terlebih dahulu modul-modul prasyarat b. Pelajarilah modul ini dengan baik terhadap sajian konsep yang diberikan pada setiap kegiatan belajar. Didalam modul ini ada 3 kegiatan belajar. c. Untuk memahammi isi materi yang terdapat di dalam setiap kegiatan belajar, maka kerjakan semua pertanyaan yang diberikan pada setiap kegiatan belajar, dan jawaban anda harap ditulis pada tempat yang telah disediakan dalam modul ini. d. Selain itu, diharapkan mahasiswa menyelesaikan tugas-tugas, dan bila diperlukan dapat dilakukan diskusi dengan 3 – 5 orang teman atau dengan dosen pembimbing mata kuliah. Selanjutnya jawaban anda, tulis di dalam buku kerja.
2.
Peran Dosen Dalam penyelesaian modul ini, dosen bertindak sebagai tutor yang mendampingi mahasiswa dalam menyelesaikan modul ini, beberapa hal yang perlu dilakukan ialah:
9
1). Membantu mahasiswa membuat perencanaan kegiatan belajar. 2). Membantu
mahasiswa
bila
mengalami
kesulitan/hambatan
dalam menyelesaikan modul ini. 3). Membantu
koordinasi
mahasiswa
dalam
mempergunakan
fasilitas jurusan atau yang fasilitas lainnya. 4). Sebagai tutor, dosen jangan berlebihan dalam memberikan penjelasan, ingat kegiatan ini untuk mengarahkan mahasiswa dapat belajar mandiri. Penjelasan cenderung bersifat mengarahkan bukan menuntaskan sebagaimana saat mengajar. 5). Setelah mahasiswa selesai dan siap diuji, maka tugas dosen adalah menguji kompetensi mahasiswa sebagai wujud pengusaan materi modul.
D. Tujuan Akhir Tujuan akhir modul ini diharapkan mahasiswa menguasai konsep dasar dalam membuat karya tulis ilmuah.
E. Kompetensi 1. Mengidentifikasi karya tulis ilmiah sebagai bahasa komunikasi, 2. Mengidentifikasi ciri-ciri pendekatan yang dipergunakan dalam karya tulis ilmiah, 3. Mengidentifikasi bagian-bagian karya tulis ilmiah, dan 4. Mengidentifikasi konsep dasar karya tulis ilmiah
10
F. Cek Kemampuan No
Judul Kegiatan
1
Karya tulis ilmiah sebagai bahasa komunikasi
2
Pendekatan karya tulis ilmiah Bagian-bagian karya tulis ilmiah Konsep dasar karya tulis ilmiah
3 4
Waktu
11
Kegiatan
Hasil
BAB II PEMBELAJARAN A. Rencana Belajar Mahasiswa Sebelum anda melanjutkan mempelajari modul ini, sebaiknya anda membuat rencana belajar dan mendiskusikan dengan Dosen/tutor yang berkaitan dengan modul pembelajaran ini. Untuk membuat perencanaan kegiatan belajar anda, maka isilah rencana kegiatan tersebut dalam format berikut ini. Kegiatan diisi dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan. Tanggal diisi dengan rencana tanggal dilakukannya kegiatan belajar. Waktu adalah lamanya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan belajar hingga dapat dikuasai dengan baik. Tempat belajar adalah keterangan tempat kegiatan belajar. Alasan perubahan adalah bila rancangan yang telah dibuat terjadi perubahan. Dosen tutor diminta tanda tangan bila telah selesai. Judul
: Konsep Dasar Karya Tulis Ilmiah
Kompetensi
: Mengidentifikasi Konsep Dasar Karya Tulis Ilmiah
Sub Kompetensi
:
1).
Mengidentifikasi karya tulis ilmiah sebagai bahasa komunikasi
2).
Mengidentifikasi ciri-ciri pendekatan yang dipergunakan dalam karya tulis ilmiah
3).
Mengidentifikasi bagian-bagian karya tulis ilmiah
4).
Mengidentifikasi konsep dasar karya tulis ilmiah
12
Kegiatan
Tanggal
Waktu
Tempat belajar
Alasan Perubahan
Tanda tangan Dosen
1. Kegiatan Belajar1 2. Kegiatan Belajar2 3. Kegiatan Belajar 3 4. Kegiatan Belajar4
B. Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1 : Karya tulis ilmiah sebagai bahasa komunikasi a. Tujuan Pembelajaran: Diharapkan setelah mempelajari modul ini, mahasiswa akan dapat 1).
Menjelaskan dan menggunakan dasar-dasar yang harus dikuasai untuk dapat berpikir ilmiah dengan baik.
2).
Menjelaskan dan menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi kegiatan ilmiah.
3).
Menjelaskan
dan
menggunakan
cara-cara
menarik
kesimpulan di dalam penalaran ilmiah. 4).
Mengidentifikasi dan membedakan teori kebenaran dalam kegiatan berpikir ilmiah.
b. Uraian Materi: Pelajari dengan cermat bahan bacaan yang disajikan berikut ini:
13
1). Sarana Berpikir Ilmiah. Tugas akhir, skripsi, tesis, atau sejenisnya merupakan ungkapan hasil pemikiran mahasiswa dalam bentuk karya tulis. Karya tulis yang dihasilkan tersebut termasuk dalam kelompok karya tulis ilmiah. Hal ini karena proses untuk menghasilkan karya tulis tersebut diharuskan melalui prosedur ilmiah yang benar. Untuk mampu melakukan kegiatan ilmiah secara baik, maka perlu menguasai yang disebut sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada setiap langkah kegiatan ilmiah memerlukan sarana ber-pikir tertentu. Oleh karena itu, kini dua hal yang perlu dikuasai untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan benar, yaitu sarana berpikir ilmiah dan langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah itu sendiri. Dalam kaitannya dengan sarana berpikir ilmiah, terdapat dua hal yang perlu diingat, pertama sarana berpikir ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana berpikir ilmiah merupakan
kumpulan
pengetahuan
yang
diperoleh
dari
pengalaman penerapan metode ilmiah. Seperti diketahui salah satu karakteristik ilmu adalah penggunaan berpikir induktif dan deduktif dalam proses mendapatkannya. Sementara sarana berpikir ilmiah untuk mendapatkannya tidak menggunakan cara ini. Sehingga sarana berpikir ilmiah merupakan kumpulan pengetahuan yang dikembangkan berdasarkan pengalaman dalam penerapan metode ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk dapat melakukan penelaahan ilmiah sesuatu permasalahan dan
14
solusi secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu adalah untuk mendapatkan pengetahuan untuk memecahkan suatu permasalahan. Sehingga sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya dengan baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan pada seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut pada orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya, ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu penalaran ilmiah menggunakan proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peran penting dalam dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika berperan dalam berpikir induktif. Proses pembuatan kaya tulis ilmiah, merupakan proses pengujian dalam kegiatan ilmiah yang mengharuskan penguasaan metode penelitian ilmiah yang pada dasarnya, merupakan proses pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka kegiatan ilmiah tidak akan dapat dicapai pada taraf kualitas yang memuaskan sekiranya, sarana berpikir ilmiahnya memang kurang dikuasai. Bagaimana mungkin seseorang dapat melakukan penalaran yang cermat, tanpa menguasai struktur bahasa yang tepat? Dan bagaimana seseorang dapat melakukan generalisasi tanpa menguasai statistika?
15
Sehingga kalau dikaitkan dengan proses penyusunan karya tulis mahasiswa, untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan maka mahasiswa seharusnya menguasai sarana berpikir ilmiah dengan baik.
2). Fungsi Bahasa. Bahasa pada dasarnya mempunyai dua fungsi pokok yaitu, pertama, sebagai sarana komunikasi antar manusia dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang menggunakan bahasa tersebut. Fungsi petama dapat disebutkan sebagai fungsi komunikatif dan fungsi kedua sebagai fungsi kohesif atau integratif. Apakah latar belakang pada tanggal 28 Oktober 1928, terjadi sumpah pemuda yang salah satunya memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional?. Alasan utamanya saat itu, lebih ditekankan pada fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana untuk mengintegrasikan berbagai suku ke dalam satu bangsa yaitu bangsa Indonesia. Pada masa perjuangan saat itu yang diperlukan adalah bersatunya berbagai potensi bangsa, oleh karena itu maka kriteria bahasa sebagai fungsi kohesif itulah yang menentukan. Bahasa sebagai alat perjuangan untuk mempersatukan bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai alat komunikasi pada dasarnya bahasa mencakup tiga unsur, yaitu pertama, bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif); kedua, berkonotasi sikap (afektif); dan ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Atau secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi bahasa dapat dirinci lebih lanjut sebagai fungsi emotif, afektif, dan penalaran.
16
Perkembangan bahasa pada dasarnya merupakan pertumbuhan ketiga fungsi komunikatif tersebut agar mampu mencerminkan perasaan, sikap, dan pikiran suatu kelompok masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut. Sebagai contoh, misalkan dua unsur kebudayaan yaitu ilmu dan seni. Secara teoritis dapat dikemukakan bahwa, kemajuan di bidang seni terkait dengan perkembangan
bahasa
dalam
fungsi
emotif
dan
afektif.
Sedangkan perkembangan di bidang keilmuan terkait dengan perkembangan bahasa dalam fungsi penalaran. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang menghubungkan dan menyampaikan pesan-pesan, ke dalam dan ke luar diri sesorang, yang memberikan manfaat terhadap sejumlah fungsi kehidupan, baik dalam masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi seseorang. Karya ilmiah merupakan sebuah hasil pemikiran dari hasil kajian secara ilmiah, yang disusun dalam bentuk bahasa tulis. Karya ini merupakan sebuah pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain, untuk mengatasi suatu permasalahan tertentu. Semua jenis komunikasi selalu mengandung adanya transaksi atau transfer makna atau pesan antara sumber pesan dan penerima pesan. Umpan balik merupakan sebuah reaksi dari penerima pesan terhadap pesan-pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan dalam sesuatu situasi yang komunikatif. Semua komunikasi dapat menjadi efektif, apabila komunikasi itu memberikan manfaat baik bagi penyampai pesan maupun penerima pesan. Kebermanfaatan tersebut tidak semata-mata pada isi pesan, namun juga bagaimana pesan tersebut dikemas agar mudah dimengerti oleh sipenerima pesan.
17
Dalam kaitannya dengan karya tulis ilmiah dengan demikian lebih banyak menggunakan bahasa dalam fungsi komunikasi penalaran. Kemampuan menalar ini yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Sebuah humor pernah dikemukakan oleh ilmuwan Andi Hakim Nasution, sekiranya binatang mempunyai kemampuan menalar, maka bukan harimau jawa yang perlu dilestarikan supaya jangan punah, melainkan manusia jawa. Usaha pelestarian dilakukan oleh menteri PPLH yang bukan Emil Salim, melainkan seekor harimau yang bergelar profesor. Humor tersebut untuk menjelaskan perbedaan antara manusia dan binatang adalah pada kemampuan menalar. Karena manusia mempunyai kemampuan menalar, maka harimau seganas apapun jelas bukan tandingan manusia. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya. Manusia akan terus memikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk baru, karena manusia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup. Sehingga pada hakekatnya manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan
manusia
mengembangkan
pengetahuannya,
untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi tersebut. Pengembangan pengetahuan yang dilakukan manusia dikarena kan dua hal, yaitu karena manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi
informasi
tersebut.
Sebab
kedua,
yang
menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya
dengan capat dan mantap, karena kemampuan berpikir
menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Kemampuan 18
berpikir tersebut tidak lain adalah penalaran. Perbedaan utama antara seorang profesor nuklir dengan anak kecil yang membangun bom atom dari pasir, terletak pada kemampuan menalarnya. Dari uraian di atas, akhirnya terlihat peranan bahasa dalam komunikasi
dan
menghasilkan
pengetahuan.
Karya
tulis
merupakan sarana untuk menyampaikan hasil pemikkiran dalam bentuk bahasa tulisan. Dengan bahasa yang baik, maka penulis akan mampu mengkomunikasikan hasil pemikiran dengan baik, dan dengan bahasa pula penulis dapat meng-gambarkan hasil penalarannya dalam menghasilkan sebuah pengetahuan.
3). Hakekat Penalaran Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakekatnya adalah makluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya berangkat dari pengetahuannya yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir, bukan dengan perasaan. Meskipun demikian tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Sehingga penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteriktik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciriciri tertentu, ciri pertama adalah adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut dengan logika. Atau dapat dikatakan
19
kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis dalam hal ini diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu. Ciri kedua, adalah sifat analitik dari proses berpikir. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir. Penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang menggunakan logika ilmiah. Sifat analitik tersebut sebagai konsekuensi dari adanya pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut, maka tidak akan ada kegiatan analisis, sebab analisis pada dasarnya merupakan kegiatan berpikir berdasarkan langkahlangkah tertentu. Berdasarkan analisis di atas, akhirnya dapat membedakan antara berpikir menurut panalaran dan yang bukan berdasarkan penalaran. Perbedaannya terletak pada sifat logis dan analitis. Berpikir menurut penalaran bersifat logis dan analitis, sedangkan berpikir yang tidak termasuk penalaran bersifat tidak logis dan tidak analitis. Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Kegiatan berpikir yang didasarkan pada perasaan disebut sebagai intuisi. Intuisi merupakan kegiatan berpikir non analitik yang tidak mendasarkan diri pada pola berpikir tertentu. Sehingga terdapat dua kelompok berpikir berpikir analitik berupa penalaran dan berpikir non-analitik yang berupa intuisi atau perasaan. Ditinjau dari hakikat usahanya, maka dalam menemukan kebenaran, dapat dibedakan menjadi dua jenis pengetahuan. Pertama, pengetahuan yang didapatkan sebagai hasil usaha
20
yang aktif dari manusia untuk menemukan kebenaran, baik melalui penalaran maupun melalui kegiatan intuisi dan perasaan. Kedua, pengetahuan yang didapat dari usaha non-aktif manusia. Dalam hal ini maka pengetahuan yang didapat bukan berupa kesimpulan sebagai produk usaha aktif manusia dalam menemukan kebenaran, melainkan berupa pengetahuan yang ditawarkan atau diberikan, yaitu wahyu. Sehingga manusia dalam menemukan kebenaran berisifat pasif sebagai penerima pemberitaan
tersebut, yang selanjutnya dipercaya atau tidak
dipercaya, berdasarkan keyakinan masing-masing. Sehingga wahyu menjadi kebenaran berangkat dari percaya. Sedangkan ilmu berangkat dari ketidak percayaan. Dalam hal penalaran maka belum berbicara mengenai materi dan sumber pengetahuan, sebab penalaran merupakan cara berpikir tertentu. Untuk melakukan kegiatan analisis, maka kegiatan penalaran harus diisi dengan materi pengetauan yang berasal dari sumber kebenaran. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber dari rasio dan fakta. Rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham yang kemudian disebut sebagai rasionalisme. Sedangkan fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran mengembangkan paham empirisme. Penalaran dalam hal ini adalah penalaran ilmiah, sebab usaha dalam mengembangkan kekuatan penalaran merupakan bagian dari usaha untuk meningkatkan ilmu dan teknologi. Penalaran ilmiah adalah merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Penalaran deduktif lebih lanjut terkait dengan rasionalisme, dan penalaran induktif terkait dengan empirisme.
21
4). Logika Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan tersebut mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir tersebut harus dilakukan dengan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau prosesnya dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan disebut dengan logika, dimana logika dapat diartikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih. Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun dalam penalaran ilmiah hanya terdapat dua jenis yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kasus yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif dalam kaitannya dengan proses penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual. Terdapat sebuah cerita dari khsanah humor ilmiah, seorang peneliti ingin menemukan apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang itu mabuk. Untuk itu dia mengadakan penyelidikan dengan mencampur berbagai minuman keras. Pertama dia mencampur air dengan wiski luar negeri, setelah diminum habis dia terkapar mabuk. Setelah siuman dia mencampur air dengan wiski lokal, setelah ditegak habis campuran inipun menyebabkan dia mabuk. Terakhir dia mencampur air dengan tuak, juga menyebabkan
mabuk
seperti
yang
pertama
dan
kedua.
Berdasarkan penelitian tersebut, dia menarik kesimpulan bahwa airlah yang menyebabkan seseorang itu mabuk. Benar-benar
22
masuk akal, bukan, namun apakah hal itu benar?
Induksi
merupakan
cara
berpikir
dimana
cara
menarik
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Cara penarikan kesimpulan ini dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Sebagai contoh, kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing dan berbagai binatang lainnya. Dari pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus ini, dapat ditarik kesimpulan yang bersifat umum, yaitu semua binatang mempunyai mata. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya karena mempunyai dua keuntungan. Pertama, pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis. Seperti diketahui daalam kehdupan manusia yang beraneka ragam dengan berbagai corak dan segi, dapat
direduksikan
menjadi
beberapa
pernyataan.
Sebab
pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi dari berbagai fakta, melainkan esensi dari fakta-fakta tersebut. Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan pada struktur dasar yang menyangga fakta tersebut. Pernyataan yang bagaimanapun lengkap dan cermatnyatidak bisa mereproduksikan betapa manisnya semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina. Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris, bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit.
23
Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis. Keuntunngan yang kedua, pernyataan umum dimungkinkan dilakukan proses penalaran selanjutnya, baik secara induktif maupun secara deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum tersebut, dapat disimpulkan pernyataan yang lebih umum lagi. Sebagai contoh, semua binatang mempunyai mata, semua manusia mempunyai mata, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
semua makhluk mem-
punyai mata. Penalaran seperti ini memungkinkan disusun pengetahuan secara sistematis, yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental. Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir sebaliknya dari penalaran induktif. Deduktif adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan
kesimpulan
secara
deduktif
biasanya
mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Penyataan yang mendukung silogisme disebut dengan premis, yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis major dan premis minor. Sebagai contoh, Semua makhluk mempunyai mata, ini sebagai premis mayor. Si polan adalah seorang makhluk, ini sebagai premis minor. Jadi si Polan mempunyai mata, ini sebagai kesimpulan. Kesimpulan yang diambil bahwa si Polan mempunyai mata, adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini
24
ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya. Pertanyaannya, apakah kesimpulan tersebut benar?. Maka hal ini harus ditinjau kembali pada kebenaran premis yang mendukungnya. Apabila kedua premis tersebut benar, maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditarik tersebut benar. Kemungkinan yang lain, kesimpulan tersebut salah, meskipun kedua premisnya benar, hal ini terjadi bila cara penarikan kesimpulannya tidak sah. Argumentasi deduktif di atas sama dengan argumentasi yang digunakan pada matematika, matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif. Sebagai contoh, sebuah persamaan a sama dengan b, bila b sama dengan c, maka a sama dengan c. Penarikan kesimpulan demikian merupakan penalaran deduktif.
Dengan
demikian,
maka
ketepatan
penarikan
kesimpulan tergantung pada tiga hal, yaitu kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan kesimpulan. Apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratan tidak dipenuhi, maka kesimpulan yang ditariknya akan salah.
5). Kriteria Kebenaran Dalam kegiatan ilmiah dipergunakan tiga teori kebenaran, yaitu teori koherensi, teori korespondensi, dan teori pragmatis. Ketiga teori tersebut untuk mengantisipasi terjadinya variasi kriteria kebenaran pada setiap orang. Teori koherensi dikembangkan oleh Plato (327-347 S.M.) dan Aristoteles (384-422 S.M.). Berdasarkan teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat koheren
atau
konsisten
25
dengan
pernyataan-pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar. Bila menganggap bahwa “semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan “Si Polan adalah seorang manusia, dan si Polan akan mati” adalah benar pula. Sebab pernyataan yang kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama. Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan
pembuktian
berdasarkan
teori
koheren.
Sistem
matematika disusun di atas beberapa dasar pernyataan yang dianggap
benar
yaitu
aksioma.
Dengan
mempergunakan
beberapa aksioma, maka disusun suatu teorema. Di atas teorema dikembangkan kaidah-kaidah matematika, yang secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang konsisten. Teori kebenaran kedua adalah teori korespondensi, yang dikembangkan oleh Bertrand Russell (1872 – 1970). Teori ini mengungkapkan bahwa, suatu pernyataan dianggap benar, jika pengetahuan yang dikandung dalam pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Pengertiannya, bila pernyataannya adalah “Ibukota indonesia adalah Jakarta”. Pernyataan itu benar sebab obyek yang bersifat faktual yaitu Jakarta, memang menjadi Ibu Kota Republik Indonesia. Apabila pernyataannya “Ibukota indonesia adalah Bandung”, maka pernyataan itu salah karena tidak ada obyek yang sama dengan pernyataan tersebut. Teori kebenaran yang ketiga adalah teori pragmatis, dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839 – 1914). Kebenaran dari sebuah pernyataan dalam teori ini diukur dari sifat fungsionalnya dalam kehidupan praktis. Sehingga suatu pernyataan adalah benar, jika konsekuensi dari pernyataan tersebut mem-punyai kegunaan praktis
dalam
kehidupan 26
manusia.
Teori
kebenaran
ini
dipergunakan dalam kegiatan ilmiah dilihat dari perspektif waktu. Apabila suatu pernyataan ilmiah dianggap benar pada saat ini, namun tidak demikian pada periode wktu yang akan datang. Dengan demikian selama pernyataan tersebut fungsional dan mempunyai kegunaan maka pernyata-an tersebut dianggap benar. Namun pada saat sudah tidak fungsional karena perkembangan ilmu itu sendiri yang menghasilkan pernyataan baru, maka pernyataan itu ditinggalkan karena sudah dianggap tidak benar.
c. Rangkuman: Tugas akhir, skripsi, tesis, atau sejenisnya merupakan ungkapan hasil pemikiran mahasiswa dalam bentuk karya tulis. Karya tulis yang dihasilkan tersebut termasuk dalam kelompok karya tulis ilmiah. Untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai kegiatan ilmiah secara baik, maka perlu menguasai yang disebut sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan pada seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut pada orang lain. Bahasa pada dasarnya mempunyai dua fungsi pokok yaitu, pertama, sebagai sarana komunikasi antar manusia dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang menggunakan bahasa tersebut. Fungsi petama dapat
27
disebutkan sebagai fungsi komunikatif dan fungsi kedua sebagai fungsi kohesif atau integratif. Sebagai alat komunikasi pada dasarnya bahasa mencakup tiga unsur, yaitu pertama, bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif); kedua, berkonotasi sikap (afektif); dan ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Atau secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi bahasa dapat dirinci lebih lanjut sebagai fungsi emotif, afektif, dan penalaran. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakekatnya adalah makluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteriktik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran, di mana tiaptiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masingmasing. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciriciri tertentu, ciri pertama adalah adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut dengan logika. Ciri kedua, adalah sifat analitik dari proses berpikir. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir. Penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang menggunakan logika ilmiah. Penalaran ilmiah pada dasarnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Penalaran deduktif lebih lanjut terkait dengan rasionalisme, dan penalaran induktif terkait dengan empirisme.
28
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.
Pengetahuan
dihasilkan
tersebut
dilakukan
dengan suatu cara tertentu yaitu dengan proses penarikan kesimpulan. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau prosesnya dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan disebut dengan logika, dimana logika dapat diartikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih. Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun dalam penalaran ilmiah hanya terdapat dua jenis yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kasus yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif dalam kaitannya dengan proses penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual. Dalam kegiatan ilmiah dipergunakan tiga teori kebenaran, yaitu teori koherensi, teori korespondensi, dan teori pragmatis. Berdasarkan teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori korespondensi, mengungkapkan bahwa, suatu pernyataan dianggap benar, jika pengetahuan yang dikandung dalam pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori kebenaran yang ketiga adalah teori pragmatis. Kebenaran dari sebuah pernyataan dalam teori ini diukur dari sifat fungsionalnya dalam kehidupan praktis. Sehingga suatu pernyataan adalah benar, jika konsekuensi dari pernyataan ter-
29
sebut mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
d. Tugas: d.1).
Ambillah sebuah laporan tugas akhir, cermatilah bagaimana cara penulis menggunakan logika induktif dan deduktif dalam menarik kesimpulan!
d.2).
Cermatilah apakah penulis menggunakan premis-premis yang memadai pada saat penulis menarik logika deduktif?
e. Tes Formatif: Kerjakan tes ini dengan cermat dan jujur tanpa melihat materi sajian di atas, dilembar kertas lain. Tes ini untuk mengukur penguasaan materi kegiatan belajar pertama. e.1).
Terdapat dua hal yang perlu dikuasai oleh seorang mahasiswa sebagai penulis ilmiah atau tugas akhir. Apakah kedua pengetahuan tersebut?
e.2).
Apakah penertian sarana berpikir ilmiah?
e.3).
Terdapat empat pengetahuan yang berfungsi sebagai sarana dalam kegiatan berpikir ilmiah. Sebutkan dan jelaskan peran keempat pengetahuan tersebut!
e.4).
Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai tiga fungsi, sebutkan ketiga fungsi tersebut, dan fungsi yang manakah yang dipergunakan dalam kaitannya dengan penulisan tugas akhir?
e.5).
Apakah pengertian penalaran? Dan jelaskan dua ciri penalaran yang dipergunakan dalam kegiatan ilmiah!
e.6).
Didalam penalaran ilmiah hanya terdapat dua jenis
30
logika, sebutkan dan jelaskan pengertiannya! e.7).
Dalam
kegiatan
ilmiah
dipergunakan
tiga
teori
kebenaran, sebutkan dan jelaskan kriterianya!
Perhatian: Sebelum
melanjutkan
pada
kegiatan
belajar
selanjutnya,
cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang termuat pada halaman berikut ini.
31
f. Kunci Jawaban Tes formatif f.1).
Sarana berpikir ilmiah dan langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah
f.2).
sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya dengan baik.
f.3).
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik,
diperlukan
sarana
berupa
bahasa,
logika,
matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan pada seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut pada orang lain. Ditinjau
dari
pola
berpikirnya,
ilmu
merupakan
gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu penalaran ilmiah menggunakan proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peran
penting
dalam
dalam
berpikir
deduktif,
sedangkan statistika berperan dalam berpikir induktif. f.4).
Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi bahasa dapat dirinci lebih lanjut sebagai fungsi emotif, afektif, dan penalaran. Dalam kaitannya dengan karya tulis ilmiah dengan demikian lebih banyak menggunakan bahasa dalam fungsi komunikasi penalaran.
f.5).
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik
kesimpulan
32
yang
berupa
pengetahuan.
Sebagai
suatu
kegiatan
berpikir
maka
penalaran
mempunyai ciri-ciri tertentu, ciri pertama adalah adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut dengan logika. Ciri kedua, adalah sifat analitik dari proses berpikir. f.6).
Didalam penalaran ilmiah hanya terdapat dua jenis logika, yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kasus yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif dalam kaitannya dengan proses penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual.
f.7).
Tiga teori kebenaran, yaitu teori koherensi, teori korespondensi, dan teori pragmatis. Berdasarkan teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori korespondensi, mengungkapkan bahwa, suatu pernyataan dianggap benar, jika pengetahuan yang dikandung dalam pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan)
dengan
obyek
yang
dituju
oleh
pernyataan tersebut. Teori kebenaran yang ketiga adalah teori pragmatis. Kebenaran dari sebuah pernyataan dalam teori ini diukur dari sifat fungsionalnya dalam kehidupan praktis.
33
2. Kegiatan Belajar 2 : Pendekatan karya tulis ilmiah a. Tujuan Pembelajaran: Diharapkan setelah mempelajari modul ini, mahasiswa akan dapat 1).
Mengenal berbagai macam bentuk karya tulis atau karangan yang telah ada.
2).
Membedakan cara
pendekatan ilmiah dan non ilmiah
yang dipergunakan dalam sebuah karya tulis. 3).
Menjelaskan fungsi metode
ilmiah dalam membuat
karya tulis ilmiah dan kegiatan ilmiah.
b. Uraian Materi: 1). Model Karya Tulis Karya tulis atau karangan dalam bentuk tulisan banyak sekali bentuk dan cara yang dapat ditemui dalam berbagai pedoman penulisan. Meskipun demikian semuanya tergantung pada tujuan pembuatan karya tulis tersebut. Seperti terlihat pada diagram berikut ini, karangan atau karya tulis paling tidak dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu karya tulis yang bersifat ilmiah dan yang bersifat non ilmiah. Dengan demikian yang perlu diperhatikan bukan saja teknikteknik pelaksanaannya, melainkan juga perlu diperhatikan landasan berpikir yang dipergunakan oleh penulisnya. Pemilihan bentuk dan cara penulisan tersebut merupakan masalah selera dan preferensi perorangan dengan memperhatikan tentang apa yang sedang dikaji, siapa pembaca tulisan ter-
34
sebut dan dalam rangka kegiatan apa karya tulisan tersebut disampaikan. Berdasarkan konsep di atas, untuk membedakan pendekatan yang dipergunakan dalam sebuah karya tulis yaitu antara pendekatan ilmiah dan non ilmiah, maka akan dilihat dari aluralur berpikir yang dipergunakan dalam sebuah karya tulis. Karya tulis ilmiah tentunya sejalan dengan alur-alur berpikir yang terdapat di dalam sebuah penelitian ilmiah. Sementara karya non ilmiah tentunya tidak mengikuti alur-alur berpikir tersebut.
Dalam
pembahasan
ini
tentunya
tidak
akan
membahas aspek-aspek penelitian seperti teknik statistika, teknik pengambilan contoh atau sample, cara pengumpulan data, namun akan mengambil rambu-rambu pikiran yang merupakan tema pokok dari sebuah proses penelitian. Tema pokok ini akan dibahas secara logis dan kronologis dari metode keilmuan. Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan operasionalisasi dari metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan. Sementara itu penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Untuk itu tentunya diperlukan penguasaan yang baik mengenai hakikat keilmuan agar dapat melakukan penelitian dan juga mengkomunikasikannya secara tertulis. Seseorang yang telah menguasai tema pokok dengan baik tentu akan dengan mudah untuk mengembangkan berbagai variasi. Namun perlu disadari bahwa improvisasi yang baik perlu mengetahui tema pokok, serta taknik-teknik dasar untuk mengungkapkan ide pemikiran secara kreatif. Bagi seorang maestro hal ini sudah tidak menjadi masalah dari mana akan 35
dimulai,
sesudah
itu
akan
melangkah
kemana,
sebab
penguasaan tematis dan teknik yang baik, akan menjamin suatu keseluruhan bentuk yang utuh. Demikian juga halnya dengan seorang penulis ilmiah yang baik, tidak akan jadi masalah apakah hipotesis ditulis langsung setelah perumusan masalah, dimana akan dinyatakan
postulat, asumsi atau
prinsip, sebab dia tahu benar hakikat dan fungsi unsur-unsur tersebut dalam keseluruhan struktur penulisan ilmiah. Bagaimana bagi penulis yang pada tingkatan awal?, mereka tentunya belum mengusai logika penalaran dengan baik, hal ini akan menyebabkan implementasi bentuk dan cara penulisan yang kaku. Untuk itu mereka tidak dapat ditawar-tawar sangat memerlukan materi dalam buku pedoman, meliputi urutan dan langkah dalam proses penulisan. Hal ini kadang muncul bentuk-bentuk keharusan dalam penulisan, dan diperlukannya pembimbing yang benar-benar manguasai.
Untuk itu akan
dicoba membahas struktur penulisan ilmiah secara logis dan berurutan yang menggambarkan kerangka penalaran ilmiah. Model Karya tulis atau karangan telah berkembang cukup banyak. Paling tidak dapat dikelompokan menjadi empat kelompok, yaitu karangan ilmiah yang dikelompokan menjadi dua yaitu karangan kependidikan dan karangan penelitian. Karangan
informatif seperti tulisan tentang suatu kisah,
laporan liputan, sebuah ringkasan, tulisan yang merupakan ulasan terhadap suatu fenomena dan sebagainya. Kelompok ketiga karya tulis adalah prosa, seperti cerpen, novel, fiksi ilmu, drama dan sejenisnya. Dan kelompok keempat adalah puisi, seperti lirik lagu, epik, dan dramatik.
36
Kelompok karangan atau karya tulis tersebut seperti terlihat pada diagram berikut ini.
Karangan Ilmiah
• Karangan Kependidikan • Karangan Penelitian
Karangan Informatif
• • • •
Kisah Laporan Ringkasan Ulasan
Prosa
• • • •
Novel Cerpen Fiksi Ilmu Drama
Puisi
• • •
Lirik Epik Dramatik
Jenis Karangan
Gambar 1. Jenis-jenis karangan Diagram di atas memberikan gambaran bahwa tidak semua karya tulis merupakan karya tulis ilmiah. Dengan kata lain terdapat karya tulis dalam kelompok ilmiah dan karya tulis yang masuk dalam kelompok non ilmiah. Perbedaan tersebut terletak pada pendekatan yang dipergunakan. Modul ini hanya akan membahas salah satu kelompok karangan yaitu karangan ilmiah. Dalam diagram tersebut terdiri dari dua karangan yaitu karangan ilmiah dalam bidang
37
pendidikan dan dalam bidang penelitian. Karangan ilmiah dapat dikelompokan sebagai berikut: Karangan Kesarjanaan: • • • •
Paper Skripsi Tesis Disertasi
Karangan Pengajaran:
Karangan Ilmiah bidang Kependidikan
• •
Diktat Kuliah Buku Pelajaran
Karangan Referensi:
Karangan Ilmiah
• •
Kamus Ensiklopedia
• Artikel Jurnal Ilmiah • Makalah Seminar • Naskah Penelitian
Karangan Ilmiah bidang Penelitian
Gambar 2. Jenis Kelompok Karangan Ilmiah Dari kelompok karangan ilmiah tersebut, tugas akhir mahasiswa dapat masuk karangan ilmiah bidang pendidikan atau bidang penelitian. Tugas akhir akan masuk kelompok bidang kependidikan bila obyeknya mengarah pada obyek social. Sedang bila obyek kajiannya mengarah inovasi teknologi, maka tugas akhir akan masuk bidang penelitian.
2). Metode Ilmiah Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut dengan ilmu. Sehingga tidak semua pengetahuan
dapat
disebut
dengan
ilmu,
sebab
ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkanya harus 38
memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi tersebut tidak lain adalah apa yang disebut dengan metode ilmiah. Metode, menurut senn, merupakan merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkahlangkah yang sitematis. Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Sehingga metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Seperti telah diuraian dalam kegiatan belajar 1, berpikir merupakan kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Sehingga metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran dengan pola berpikir tertentu. Dengan pola berpikir
demikian,
maka
pengetahuan
yang
dihasilkan,
diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu bersifat rasional dan teruji. Untuk itulah maka metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuan. Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan khasanah pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Secara sistematik dan komulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru, berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Dengan demikian secara konsisten dan koheren ilmu pengetahuan dapat memberikan penjelasan yang rasional, terhadap obyek yang berada dalam fokus penelaahan. 39
Penjelasan yang bersifat rasional dengan kebenaran koherensi tidak memberikan kesimpulan yang bersiat final. Hal ini karena rasionalisme
pada
dasarnya
bersifat
pluralistik,
dimungkinkan disusun berbagai penjelasan pemikiran
tertentu.
Seperti
telah
maka
terhadap obyek
dijelaskan
sebelumnya
argumentasi rasional didasarkan pada premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya, namun dimungkinkan pula dipergunakan premis yang berbeda dari sejumlah premis ilmiah yang tersedia. Oleh karena itu, perlu dipergunakan cara berpikir
induktif
yang
berdasarkan
kriteria
kebenaran
koresponensi. Seperti juga telah dibahas, Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernytaan dapat dianggap benar sekiranya materi yang terkandung dalam pernyataan bersesuaian dengan obyek faktual yang dituju. Atau suatu pernyataan dianggap benar, apabila terdapat fakta empiris yang mendukungnya. Seseorang menyatakan bahwa “kandungan CO gas buang motor Diesel lebih sedikit dibandingkan dengan motor bensin”. Pernyataan ini adalah benar apabila terdapat kenyataan yang mendukungnya. Dalam arti pernyataan tersebut dapat diuji, bahwa kandungan CO gas buang motor Diesel lebih sedikit dibandingkan motor bensin. Bagi orang-orang otomotif pengujian semacam ini tidaklah terlalu berarti. Namun bagi mereka yang diluar otomotif, pengujian empiris mempunyai makna yang lain. Keadaan semacam ini sering terjadi dalam pengkajian masalah keilmuan, yaitu adanya pernyataan-pernyataan yang secara empiris belum dikenali. Kondisi ini sebenarnya memang esensi dari penemuan ilmiah, yaitu mengetahui sesuatu yang belum 40
pernah diketahui. Hal ini dalam kajian ilmiah sebagai kesimpulan dalam penalaran deduktif. Proses kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Pengamatan tersebut terjadi saat manusia mempunyai perhatian
terhadap
obyek
tersebut.
Perhatian
tersebut
menurut para ahli, merupakan masalah atau kesukaran yang dirasakan,
bila
menemukan
sesuatu
yang
menimbulkan
pertanyaan. Sehingga karena adanya masalah, maka proses kegiatan berpikir dimulai. Dalam kehidupannya, manusia akan selalu berhadapan dengan yang disebut masalah dan bermaksud untuk menyelesaikanya. Dalam mennghadapi masalah tersebut, maka reaksi manusia berbeda-beda sesuai dengan perkembangan cara
berpikir
mereka. Apabila kembali dikelompokan ada dua cara, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah dan non ilmiah. Pendekatan nonilmiah lebih bertumpu pada perasaan, sementara pendekatan ilmiah lebih bertumpu pada pikiran yang berdasarkan penalaran. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai permasalahan tersebut, agar dimengerti mengenai hakikat permasalahan yang dihadapi, dan dengan demikian ilmu akan dapat memecahkannya. Masalah yang dapat diselesaikan oleh ilmu, adalah masalah yang bersifat konkret yang terdapat di dalam dunia fisik yang nyata. Hal inilah yang membedakan pendekatan ilmiah dan non ilmiah. Karena pendekatan ilmiah tidak mampu untuk menyelesaikan permasalahan surga atau neraka. Ilmu hanya menyelesaikan masalah nyata, maka ilmu mencari jawabannya pada dunia yang nyata pula. Ilmu berangkat dari fakta dan diakhiri dengan fakta. 41
Penjelasan ilmu mengenai gejala-gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut sebagai sebuah teori. Sehingga teori merupakan abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya, sebuah teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian
dengan
obyek
yang
dijelaskan.
Suatu
penjelasan biar bagaimanapun meyakinkannya, untuk dapat dinyatakan benar, tetap harus didukung dengan fakta empiris. Langkah-langkah
pendekatan
rasional
digabung
dengan
pendekatan empiris merupakan metode ilmiah. Secara rasional ilmu
menyusun
pengetahuannya
secara
konsisten
dan
komulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai dengan fakta dengan yang tidak. Sehingga secara sederhana bahwa semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yaitu (a) konsisten dengan teoriteori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadi kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan; (b) cocok dengan fakta-fakta empirisnya. Alur pikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah sebagai berikut:
Perumusan masalah merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasi faktor-faktor yang terkait di dalamnya. Permasalahan yang dikaji mengungkapkan terjadinya kesenjangan antara kondisi yang diharapkan dengan kondisi riil yang ada. Di dalam mengkaji suatu permasalahan perlu dikemukakan batas-batas empiris yang jelas, sehingga dapat diketahui dengan jelas ciriciri dan karakteristiknya.
42
PERUMUSAN MASALAH
KHASANAH PENGETAHUAN ILMIAH
DEDUKSI KOHERENSI
PENYUSUNAN KERANGKA BERPIKIR
PERUMUSAN HIPOTESIS
INDUKSI
KORESPONDENSI
DITERIMA
PENGUJIAN HIPOTESIS
DITOLAK
Gambar 3. Alur langkah-langkah metode ilmiah
Memilih dan merumuskan permasalahan merupakan salah satu aspek yang sulit di dalam dalam kegiatan ilmiah, namun kegiatan ini harus dilakukan sebelum yang lainnya dilakukan. Sebab penelitian atau kegiatan ilmiah dilakukan untuk menjawab suatu permasalahan tertentu. Jadi Penelitian diawali dengan adanya suatu permasalahan yang memerlukan jawaban. Tahap ini banyak menjadi kendala bagi pemula, termasuk di dalamnya mahasiswa. Kesulitan sering terjadi karena adanya keinginan untuk melakukan terhadap sesuatu yang baru, 43
berbeda, dan bila memungkinkan amat penting. Kriteria dalam memilih permasalahan tersebut, tentunya sangat baik, namun perlu diingat adanya sumber data dan ketersediaan referensi. Berikut ini beberapa cara yang mudah dilakukan untuk memilih dan menemukan permasalahan yang akan dikaji, yaitu:
Pertama, mereplikasi hasil penelitian yang sudah lama dengan corak
baru. Cara ini berangkat dari sebuah pengkajian dari
hasil-hasil yang telah ada, selanjutnya mengembangkan untuk konteks permasalahan yang sedang berkembang. Sehingga dengan konsep lama, dibuktikan dengan fakta yang sedang berkembang.
Kedua, berangkat dari ide-ide penelitian yang telah ada dari penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain. Dalam setiap pengkajian
masalah
melalui
penelitian
akan
ditemukan
berbagai alternative solusi yang dikembangkan oleh peneliti. Ide-ide tersebut biasanya tidak seluruhnya dilakukan. Maka ide yang belum dilakukan dapat diambil untuk diangkat sebagai kajian kegiatan ilmiah.
Ketiga, dalam penelitian orang lain, sering ditemukan dari variable yang diteliti belum mampu memprediksi sampai 100 %, maka kekurangan tersebut dapat di pergunakan sebagai dasar penelitian yang baru. Cara ini akan ikut menuntaskan penelitian yang lama. Karakteristik Permasalahan yang Baik: 1.
Pemasalahan harus feasible, yaitu dapat diteliti tanpa memerlukan waktu yang panjang, dan uang yang berlebihan.
44
energy yang besar,
2.
Permasalahan harus jelas, yaitu secara umum orang akan setuju terhadap kata kunci permasalahan tersebut
3.
Permasalahan harus signifikan, yaitu jawaban yang dihasilkan akan memberikan kontribusi penting dalam bidangnya.
4.
Permasalahan harus ethical, yaitu tidak membahayakan kehidupan baik secara fisik atau psikologis.
Penyusunan kerangka berpikir merupakan proses penyusunan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya, dengan memperhatikan faktorfaktor empiris yang relevan dengan permasalahan. Premis diperoleh dengan mengkaji dari berbagai sumber kepustakaan dan hasil-hasil penelitian yang relevan. Bila kembali diperhatikan gambar 3 di atas. Setelah perumusan masalah terdapat dua anak panah satu mengarah ke khsanah pengetahuan ilmiah, dan yang satu lagi mengarah ke kerangka berpikir. Panah yang mengarah ke khasanah ilmu pengetahuan dimaksudkan, bahwa permasalahan tersebut dalam kegiatan ilmiah
perlu
dikaji
jawabannya
menggunakan
khasanah
pengetahuan yang telah ada. Kajian tersebut merupakan proses berpikir deduktif, yaitu mengambil konsep-konsep umum dan akan dipergunakan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Dengan demikian kajian yang dilakukan, membuat konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang
45
memungkinkan tidak terjadi kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan. Ini seperti telah dikemukakan di atas merupakan syarat pertama dari sebuah teori ilmiah, dan terpenuhinya syarat ini yang memungkinkan ilmu pengetahuan terus berkembang lebih lanjut. Penjelasan rasional yang disusun berdasarkan premis-premis untuk
menjawab
permasalahan
yang
telah
dirumuskan,
statusnya hanyalah bersifat sementara. Penjelasan sementara ini, biasanya disebut hipotesis. Dengan demikian dalam menghadapi suatu masalah tertentu, dalam rangka memecahkan masalah tersebut, dapat diajukan hipotesis yang merupakan jawaban semenntara dari permasalahan yang dihadapi. Secara teoritis sebenarnya dapat diajukan hipotesis sebanyakbanyaknya, hal ini sesuai dengan hakikat rasionalisme yang bersifat pluralistik. Hanya yang perlu dimengerti, hipotesis yang diterima berdasarkan kebenaran korespondensi, hanya hipotesis yang didukung oleh fakta-fakta empiris. Dengan demikian, hipotesis merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir, yang disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis, dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Penyusunan hipotesis secara deduktif, mengambil premispremis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Penyusunan yang demikian memungkinkan terjadinya konsistensi dalam mengembangkan ilmu secara keseluruhan dan menimbulkan efek komulatif dalam kemajuan ilmu. Apabila dikaji lebih lanjut bagaimana terjadinya proses pengembangan ilmu, sebenarnya tidak hanya oleh sekelompok kecil para jenius
dengan
buah 46
pikirannya
yang
monemental.
Pengembangan ilmu justru lebih banyak dilakukan oleh manusia-manusia
biasa
(termasuk
mahasiswa),
yang
selangkah demi selangkah menyusun tumpukan ilmu berdasarkan penemuan sebelumnya. Para jenius berperan sebagai inspirator yang meletakan dasar-dasar keilmuan, sedangkan pengisiannya dilakukan oleh manusia biasa dengan ketekunan dan kerja kerasnya. Dengan langkah kegiatan ilmiah ini, maka setiap kegiatan mahasiswa (tentu yang memenuhi syaratsyarat seperti yang telah dibahas di atas) sebenarnya akan menyumbangkan kontribusi pengembangan sistem keilmuan secara keseluruhan, dan karena sifatnya yang komulatif meneyebabkan ilmu berkembang dengan sangat pesat.
Pengujian hipotesis, merupakan proses pengumpulan data yang relevan, untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan terdapat fakta-fakta yang mendukungnya. Dalam proses pengumpulan data ini, seorang peneliti atau ilmuwan (termasuk
mahasiswa)
seakan-akan
melakukan
interogasi
terhadap alam atau obyek penelitian. Hipotesis dengan demikian berfungsi sebagai petunjuk jalan yang memungkinkan, untuk mendapatkan jawaban. Perlu disadari oleh setiap peneliti, pada dasarnya alam atau obyek penelitian membisu dan tidak responsif terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Fakta-fakta pada obyek penelitian kadang bersifat sederhana, yang kadang dapat ditangkap secara langsung oleh pancaindera peneliti. Kadang terdapat fakta yang tidak dapat ditangkap secara langsung oleh pancaindera peneliti, untuk itu maka diperlukan adanya sebuah instrumen untuk membantu pancaindera manusia. Pancaindera manusia tidak akan dapat menangkap seberapa 47
besar tenaga mesin, kandungan CO dalam gas buang, motivasi belajar bagi seseorang yang sedang belajar dansebagainya. Instrumen penelitian memegang peranan yang sangat penting, sebab akan menentukan terhadap kebenaran fakta-fakta untuk pembuktian. Hal inilah yang menyebabkan penelitian ilmiah menjadi sangat mahal, disebabkan bukan karena penyusunan teorinya, namun dalam proses pembuktiannya. Pembuktian merupakan vonis terhadap teori ilmiah, apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. Hal inilah yang mendasari sebuah aturan bahwa dalam menyusun atau menggunakan instrumen untuk mendapatkan data harus dilakukan dengan cermat dan terkontrol validasinya. Hal ini akan dibahas secara khusus pada kegiatan belajar selanjutnya. Seorang ilmuwan pada mulanya selalu bersikap skeptif, dia selalu meragukan segala sesuatu. Apabila seseorang mengemukakan pernyataan padanya, maka keraguan tersebut tercermin pada ungkapannya: “Jelaskan pada saya, lalu berikan buktinya!” jadi pertama dia memerlukan penjelasan yang masuk akal, yang tidak kontradiktif dengan pengetahuan ilmiah yang telah diketahui. Selanjutnya dia minta pembuktian, sebab konsistensi secara logis saja baginya tidak cukup, dia menghendaki verifikasi secara empiris. Setelah diketahui penjelasan itu ternyata didukung oleh fakta-fakta dalam dunia fisik yang nyata, maka dia akan percaya. Sehingga secara sederhana dapat dikatakan proses berpikir ilmiwan dimulai dengan ragu-ragu dan diakhiri dengan kepercayaan Seperti telah dikemukan hipotesis merupakan jawaban yang berisfat tentatif atau sementara, yang membatu di dalam melakukan penyelidikan. Sering dijumpai kesalahpahaman di 48
mana analisis ilmiah berhenti pada hipotesis, tanpa ada usaha selanjutnya untuk melakukan verifikasi teerhadap kebenaran hipotesis tersebut. Kecenderungan ini terjadi pada ilmuwan yang sangat dipengaruhi oleh faham rasionalisme, dan melupakan bahwa metode ilmiah merupakan gabungan dari rasionalisme dan empirisme. Penarikan kesimpulan, merupakan proses penilaian apakah hipotesis yang diajukan ditolak berarti tidak didukung oleh fakta, atau diterima berarti didukung oleh fakta-fakta yang dikumpulkan. Hipotesis yang diterima kemudian menjadi bagian pengetahuan ilmiah karena telah memenuhi persyaratan keilmuan. Seperti terlihat pada gambar 3, bila diterima maka jawaban tersebut menjadi bagian dari khasah ilmu pengetahuan, tanpa melihat siapa penelitinya. Sedangkan bila ditolak karena tidak didukung oleh fakta, maka panahnya mengarah pada keranngka berpikir. Hal ini berarti perlu dilakukan pengkajian ulang. Keseluruhan langkah metode ilmiah tersebut harus dilakukan, agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. Meskipun langkah-langkah tersebut telah disusun secara teratur, di mana langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya. Langkah yang satu bukan hanya sebagai landasan untuk langkah senjutnya, namun sekaligus juga merupakan landasan koreksi bagi langkah yang lainnya. Dengan cara demikian konsistensi ilmu akan akan terus berjalan sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya dan teruji kebenarannya secara empiris. Langkah-langkah metode ilmiah tersebut harus dianggap sebagai patokan utama, di mana dalam proses penelitian yang 49
sesungguhnya
dimungkinkan
berkembang
variasi
sesuai
dengan bidang dan permasalahan yang dikaji. Hal ini menjadi peringatan bagi peneliti awal (termasuk mahasiswa) yang sedang mendidik dirinya menjadi ilmuwan, maka tema pokok metode ilmiah harus dikuasai terlebih dahulu. Sebab tanpa kemampuan dasar tersebut, dikhawatirkan bahwa variasi yang dikembangkan tersebut tidak mencerminkan ciri-ciri yang seharusnya dipenuhi oleh suatu kegiatan keilmuan. Metode ilmiah adalah penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan, namun lebih-lebih laagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmuwan. Sebuah laporan penelitian atau tugas akhir, mempunyai sistematika cara berpikkir tertentu dalam format dan tekniknya. Perbedaan utama metode ilmiah dengan metodemetode yang lainnya, metodee ilmiah bersifat sistema-tik dan eksplisit. Sifat eksplisit ini yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang intensif di dalam kalangan masyarakat ilmuwan. Ilmu ditemukan secara individual, namun dimanfaatkan secara sosial. Ilmu merupakan pengetahuan milik umum, di mana teori ilmiah yang ditemukan secara individual dikaji, diulangi, dan dimanfaatkan secara komunal. Karakteristik mengisyaratkan seorang ilmuwan harus menguasai sarana komunikasi ilmiah dengan baik, yang memungkinkan komunikasi eksplisit antar ilmuwan dan pengguna ilmu pengetahuan secara intensif. Ilmu akan berkembang dengan cepat, pada masyarakat yang telah mempunyai tradisi komunikasi tertulis dengan mantap. Perlu disadari bahwa metode
ilmiahnya,
kebenaran yang dicapai ilmu dengan bukan 50
kebenaran
absolut
meskipun
kebenaran tersebut telah teruji secara empiris. Apabila saat ini dapat dikumpulkan fakta-fakta yang mendukung hipotesis, bukan berarti selamanya akan mendapatkan fakta-fakta yang sama. Kemungkinan suatu saat akan ditemukan fakta yang menolak hipotesis yang selama ini dianggap benar tersebut. Hal ini membawa dimensi pada hakikat ilmu yaitu sifat pragmatis. Ilmu tidak bertujuan untuk mencari kebenaran absolut, melainkan kebenaran yang bermanfaat bagi manusia dalam tahap perkembangan tertentu. Hipotesis-hipotesis bila sampai saat ini tidak ditolak kebenarannya, dan mempunyai manfaat bagi kehidupan kita, maka dapat dianggap sebagai pengetahuan yang sahih dalam keluarga keilmuan. Dengan metode ilmiah sebagai paradigma, maka ilmu dapat berkembang dengan sangat cepat, dibandingkan dengan berbagai
pengetahuan
lainnya.
Salah
satu
faktor
yang
mendorong perkembangan ini adalah, faktor sosial dari komunikasi ilmiah, dimana penemuan individual segera dapat diketahui dan dikaji oleh anggota masyarakat lainnya. Terdapat alat komunikasi tertulis dalam bentuk majalah, bulletin, jurnal, mikro
film
dan
berbagai
media
massa
lainnya
sangat
menunjang intensitas dan efektivitas komunikasi ini.
c. Rangkuman: Karya tulis atau karangan dalam bentuk tulisan banyak sekali bentuk dan cara yang dapat ditemui dalam berbagai pedoman penulisan. Meskipun demikian semuanya tergantung pada tujuan pembuatan karya tulis tersebut. Karangan atau karya
51
tulis paling tidak dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu karya tulis yang bersifat ilmiah dan yang bersifat non ilmiah. Dari kelompok karangan ilmiah tersebut, tugas akhir mahasiswa dapat masuk karangan ilmiah bidang pendidikan atau bidang penelitian. Tugas akhir akan masuk kelompok bidang kependidikan bila obyeknya mengarah pada obyek sosial. Sedang bila obyek kajiannya mengarah inovasi teknologi, maka tugas akhir akan masuk bidang penelitian. Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut dengan ilmu. Sehingga metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran dengan pola berpikir tertentu. Dengan pola berpikir demikian, maka pengetahuan yang dihasilkan, diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik
tertentu
yang
diminta
oleh
pengetahuan ilmiah, yaitu bersifat rasional dan teruji. Untuk itulah maka metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuan. Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan khasanah pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian secara konsisten dan koheren ilmu pengetahuan dapat memberikan penjelasan yang rasional, terhadap obyek yang berada dalam fokus penelaahan. Penjelasan yang bersifat rasional dengan kebenaran koherensi tidak memberikan kesimpulan yang bersiat final. Hal ini karena rasionalisme
pada
dasarnya
bersifat
dimungkinkan disusun berbagai penjelasan
52
pluralistik,
maka
terhadap obyek
pemikiran tertentu. Oleh karena itu, perlu dipergunakan cara berpikir
induktif
yang
berdasarkan
kriteria
kebenaran
korespondensi. Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan dapat dianggap benar sekiranya materi yang terkandung dalam pernyataan bersesuaian dengan obyek faktual yang dituju. Atau suatu pernyataan dianggap benar, apabila terdapat fakta empiris yang mendukungnya. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai permasalahan tersebut, agar dimengerti mengenai hakikat permasalahan yang dihadapi, dan dengan demikian ilmu akan dapat memecahkannya. Masalah yang dapat diselesaikan oleh ilmu, adalah masalah yang bersifat konkret yang terdapat di dalam dunia fisik yang nyata. Hal inilah yang membedakan pendekatan ilmiah dan non ilmiah. Penjelasan ilmu mengenai gejala-gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut sebagai sebuah teori. Sehingga teori merupakan abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Sehingga secara sederhana bahwa semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yaitu (a) konsisten dengan teoriteori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadi kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan; (b) cocok dengan fakta-fakta empirisnya. Alur pikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah sebagai berikut:
53
Perumusan masalah merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasi faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
Penyusunan kerangka berpikir merupakan proses penyusunan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Penyusunan hipotesis secara deduktif, mengambil premispremis
dari
pengetahuan
ilmiah
yang
sudah
diketahui
sebelumnya.
Pengujian hipotesis, merupakan proses pengumpulan data yang relevan, untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan terdapat fakta-fakta yang mendukungnya. Penarikan kesimpulan, merupakan proses penilaian apakah hipotesis yang diajukan ditolak berarti tidak didukung oleh fakta, atau diterima berarti didukung oleh fakta-fakta yang dikumpulkan. Keseluruhan langkah metode ilmiah tersebut harus dilakukan, agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. Langkah yang satu bukan hanya sebagai landasan untuk langkah senjutnya, namun sekaligus juga merupakan landasan koreksi bagi langkah yang lainnya.
d. Tugas: 1). Ambil sebuah laporan tugas akhir, baca dan cermati bagaimana
si
penulis
menerapkan
langkah-langkah
metode ilmiah. Apakah tulisan tersebut memenuhi syarat sebagai karya ilmiah?
54
2). Masih pada laporan tugas akhir tersebut, apakah penulis menerapkan pola berpikir deduktif dan induktif?
e. Tes Formatif: Kerjakan tes berikut ini secara jujur, setelah anda selesai mempelajari kegiatan belajar 2. e1). Apakah
yang
dimaksud
dengan
karya
tulis
atau
karangan? e2). Karya tulis dikelompokan menjadi dua. Sebutkan dan jelaskan perbedaannya! e3). Apakah yang dimaksud dengan metode ilmiah? Dan mengapa pengetahuan yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai pengetahuan ilmiah? e4). Untuk membangun pengetahuan metode ilmiah menggunakan dua bentuk pola berpikir, sebutkan dan jelaskan! e5). Mengapa pengetahuan ilmiah tidak dapat dipergunakan untuk
menelaah
permasalahan-permasalahan
yang
terkait dengan keyakinan keagamaan? e6). Apakah yang dimaksudkan dengan masalah yang akan ditelaah dalam metode ilmiah? f7).
Terdapat empat karakteristik permasalahan yang baik untuk dikaji dalam metode ilmiah, sebutkan dan jelaskan secara singkat!
Perhatian: Sebelum melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya, cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang termuat pada halaman berikut ini. 55
f. Kunci Jawaban Tes formatif f1).
Karya tulis adalah sebuah gagasan pemikiran yang dituangkan dalam sebuah bahasa tulis.
f2).
Karangan ilmiah dan non ilmiah. Perbedaannya terletak pada pola berpikir yang dipergunakan, karangan ilmiah menggunakan pendekatan ilmiah dan karangan nonilmiah tidak menggunakan pola tersebut.
f3).
Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut dengan ilmu. Atau merupakan ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran dengan pola berpikir tertentu. Sebab metode ilmiah menghasilkan
pengetahuan
yang
mempunyai
karakteristik-
karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu bersifat rasional dan teruji. f4).
Metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuan. Cara berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dan koheren dengan khasanah pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Cara berpikir induktif yang berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi. Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan dapat dianggap benar sekiranya materi yang terkandung dalam pernyataan bersesuaian dengan obyek faktual yang dituju.
f5).
Sebab, masalah yang dapat diselesaikan oleh ilmu dengan metode ilmiahnya, adalah masalah yang bersifat konkret yang terdapat di dalam dunia fisik yang nyata. 56
Sehingga ilmu tidak dapat menjelaskan masalah surga atau neraka. f6).
Permasalahan adalah kesenjangan antara kenyataan dan harapan, yang perlu dicarikan solusi pemecaahannya.
f7).
Pertama, pemasalahan harus feasible, yaitu dapat diteliti tanpa memerlukan waktu yang panjang,
energy yang
besar, dan uang yang berlebihan; Kedua, Permasalahan harus jelas, yaitu secara umum orang akan setuju terhadap kata kunci permasalahan tersebut; Ketiga, Permasalahan harus signifikan, yaitu jawaban yang dihasilkan akan memberikan kontribusi penting dalam bidangnya; dan Keempat, Permasalahan harus ethical, yaitu tidak membahayakan kehidupan baik secara fisik atau psikologis.
57
3. Kegiatan Belajar 3 : Struktur Karya Tulis Ilmiah a. Tujuan Pembelajaran Diharapkan setelah mempelajari modul ini, mahasiswa akan dapat: 1). Mengidentifikasi dan mengenal struktur dan isi dari sebuah karya tulis dengan baik. 2). Membuat pemetaan struktur karya tulis ilmiah dengan benar. 3). Mengidentifikasi Asas-Asas penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
b. Uraian Materi 1). Pendahuluan. Karya tulis merupakan sarana komunikasi, yaitu untuk menyampaikan pesan-pesan yang diharapkan dapat diterima oleh penerima pesan/ pembaca dengan baik. Tentunya tidak diinginkan pesan yang sudah ditulis pada akhirnya tidak sesuai dengan tujuan
penulisan
yang
diharapkan.
Banyak
permaslahan yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan penulis-an, antara lain salah satunya karena bentuk penyusunaan yang tidak teratur. Susunan karya tulis demikian akan menyebabkan pembaca sulit mencerna isi tulisan, meskipun isi tulisan tersebut mungkin sangat diperlu-kan oleh penerima pesan.
58
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka sebelum
melakukan
penulisan
maka
penulis
seharusnya memahami struktur bagian-bagian dari sebuah karya tulis. Secara ringkas pada tatap muka kali ini akan dibahas materi bagian dan unsur-unsur penulisan sebuah karya tulis.
2). Bagian dan Unsur Karangan. Bagian
Keterangan AWAL
Pembuka
Fokus
Gagasan pokok
Pembuka berguna untuk menarik minat dan perhatian pembaca terhadap karangan. Caranya sangat bervariasi, bisa menggunakan anekdot, atau cerita kecil yang dikemas dalam tiga pragraf. Pembuka menguraikan latar belakang. Fokus berarti perhatian pembaca mulai difokuskan, yaitu dengan mengemukakan topik atau pokok pembicaraan dan permasalahan yang akan dibahas. Gagasan pokok merupakan suatu permasalahan yang dianggap sangat penting untuk diselesaikan. BATANG TUBUH
Bagian I
Bagian II
Gagasan pokok yang telah dikemukakan di bagian awal akan dijabarkan dalam beberapa bagian. Setiap bagian makalah berisi gagasan pengembangan yang terdiri dari pikiran-pikiran utama dan pikiran penjelas yang akan menunjukkan kebenaran gagasan pokok tersebut, dan disinilah mulai bagian pertamanya Bagian II diawali dengan peralihan, disebut dengan transisi. Peralihan berfungsi untuk melancarkan aliran gagasan, dengan menunjukkan kaitan gagasan yang satu dengan gagasan yang berikutnya, dengan memberikan petunjuk bahwa gagasan baru akan menyusul. Seperti jembatan dan rambu-rambu di jalan, tujuannya untuk melancarkan arus lalu lintas.
59
Peralihan
Terdapat beberapa macam bentuk peralihan, yang semuanya berdasarkan pada dua teori pokok ... yaitu teori adaptasi dan teori restorasi. Contoh-contoh yang berupa kata yaitu: 1. Keesokan harinya, sore harinya dsb. 2. Didepan rumahnya,di kanan kirinya dsb 3. Di satu pihak, di lain pihak dan sebagainya 4. jadi, maka dari itu, oleh karenanya, dengan demikian, dsb. 5. meskipun demikian, akan tetapi, bagaimanapun juga, dsb. 6. pertama-tama, kemudian, lalu, selanjutnya, dsb. 7. juga, tak terkecuali, tak ubahnya, dsb 8. misalnya, umpamanya, contohnya, dan sebagainya. 9. pendek kata, pendeknya, kesimpulannya, dsb 10. atau, kalau tidak, alternatifnya, dsb. 11. hendaknya, hendaklah, mohon sudilah dsb Kesinambungan paragraf demi paragraf harus dikelola dengan sebaik-baiknya, terutama bila membuat karangan argumentatatif dng pola pro-kon, atau pola “membangun-membersihkan lapangan”, artinya saat akan membangun pendirian dengan membersihkan pendapatpendapat lain yang menentang. Kesinambungan paragraf-paragraf karangan argumentatif dapat didiagramkan sebagai berikut: Tesis: “inilah pandangan penulis” “Memang, juga dapat begitu” “Tetapi hal itu tidak penting dari segi ...” “Dan ...” “Apalagi ...” 60
“Seterusnya ...”
Bagian IIA
Peralihan ke IIB Bagian IIB Kesimpulan Bagian II Bagian selanjutnya
Akhir Peralihan Kesimpulan Umum
“Maka dari itu ...” Dimungkinkan bagian II terdiri dari dua subbagian: IIA dan IIB. Danseterusnya. Cara menyusunnya seperti telah dijelaskan diatas. Pada pokok pikiran utama, dan diperjelas dengan pikiran penjelas. Peralihan disini berupa sebuah paragraf ringkas, yaitu rangkuman dari IIA, namun masih dipertanyakan. Disini dikemukakan pikiran utama IIB. Pikiran utama ini dijelaskan dengan penjelasan pro dan kemudian dengan pikiran penjelas kontra. Penjelasan diakhiri dengan rangkuman dalam kesimpulan bagian II. Bagian selanjutnya caranya seperti pada bagian II, termasuk bagai mana bila terdapat subbagiannya. AKHIR Sudah terbukti bahwa sebab musabab dari permasalahan yang dibahas dengan berbagai bukti dan penjelasan yang telah disampaikan. Memberikan kesinambungan dari seluruh pembahasan kepada proses pembangunan kesimpulan secara umum Kesimpulan dari seluruh pembahasan yang telah dilakukan. Yang perlu diperhatikan adalah perlu diperhatikan pokok permasalahan yang sejak awal akan dibahas.
3). Mendiagramkan/Memetakan Karangan. Sebuah karangan ilmiah atau karangan ilmiah populer
dapat
didiagramkan/dipetakan.
Melalui
diagram tersebut dapat dilihat bagian-bagiannya, dan dinamikanya.
61
AWAL Awal karangan dipetakan berupa trapesium dengan ruang lebar di atas dan ruang sempit di bawah. Bentuk ini menggambarkan dinamika pandangan meluas yang diikuti dengan pandangan memusat; dengan
kata
lain,
dinamika
difusi-konsentrasi.
Komponen-komponennya adalah latar belakang, topik, masalah, gagasan pokok karangan. Pandangan luas atau difusi menyampaikan latar belakang berupa cerita kecil, atau lukisan, atau kutipan, atau bahan
lainnya.
Pandangan
memusat
atau
konsentrasi menyampaikan topik, masalah, dan gagasan pokok. BATANG TUBUH Karangan dipetakan berupa batang yang lurus dan tegak.
Bentuk
ini
menggambarkan
dinamika
pemikiran yang ilmiah (lurus, obyektif, tenang, jelas, ringkas, tepat). Tegak lurus berarti langsung mendukung gagasan pokok karangan. Mendukung dalam hal ini berarti membuktikan, menjelaskan, menunjukkan kebenarannya. Batang tubuh karangan terdiri atas beberapa bagian sesuai dengan keperluan. Tiap-tiap bagian terdiri dari komponenkomponen : satu pikiran utama atau lebih, pikiranpikiran penjelas, dan peralihan-peralihan. Tiap-tiap bagian bagian)
mempunyai untuk
tujuan
menuju
antara
tujuan
(kesimpulan akhir,
membuktikan kebenaran gagasan pokok.
62
untuk
AKHIR Akhir karangan dipetakan berupa trapesium dengan ruang sempit di atas dan ruang lebar di bagian bawah.
Bentuk
ini
menggambarkan
dinamika
pandangan memusat yang diikuti dengan pandangan
meluas;
atau
dinamika
konsentrasi-difusi.
Komponen-komponennya adalah penegasan kembali gagasan pokok karangan, rangkuman pikiranpikiran utama. Pandangan meluas menyampaikan kesimpulan tentang implikasi, harapan, tindakan, atau hal yang lainnya.
4). Asas-Asas dan langkah penyusunan Karya Tulis Ilmiah Asas-asas
untuk
mengelola
dan
membangun
sebuah karya tulis yang baik adalah Kejelasan,
keringkasan, ketepatan, kesatuan, pertautan, dan harkat. Asas kejelasan, keringkasan, dan ketepatan berkaitan dengan unsur gagasan dalam sebuah karya
tulis.
Sehingga
ketiganya
merupakan
karakteristik dari gagasan yang dipergunakan dalam karya tulis. Untuk itu maka akan dipergunakan pada saat gagasan tersebut dituliskan, harus memenuhi ketiga asas tersebut. Untuk selanjutnya akan dibahas ketiga asas yang lainnya, yaitu kesatuan, pertautan, dan harkat terkait dengan model penulisan. Asas kesatuan menuntut
untuk
membangun
kesatuan
antara
pikiran-pikiran utama dan gagasan pokok tulisan,
63
antara pikiran-pikiran utama dan pendukung, dan antara pikiran pendukung dengan pikiran-pikiran penjelas. Asas pertautan menuntut untuk membangun pertautan atau koherensi antara bentukbentuk bahasa, antar kata, antar klausa, antar kalimat, dan antar paragraf. Sementara, asas harhat dalam karya tulis menuntut untuk membangun sosok karya tulis yang berbobot, berdaya kekuatan. Hal ini berarti, bahwa setiap bagian tulisan harus dikembangkan secara memadai dan proporsional.
Ketiga
asas
ini
berarti
menjadi
karakteristik struktur sebuah karya tulis. Tata
susunan
dalam
penulisan
yang
menjadi
kesatuan sebuah karya tulis tersebut, merupakan cita rasa tata susunan (sense of structure) Cita rasa ini akan membangun kepercayaan diri pada saat menghadapi tugas membuat karya tulis apapun, sebab dengan pengetahuan dan kemampuan cita rasa ini, akan tumbuh kepercayaan diri terhadap tatanan gagasan-gagasan yang dikemukakan. Terdapat delapan langkah yang perlu diperhatikan dalam membuat karya tulis, yaitu: Pertama, rumuskanlah terlebih dulu pernyataan gagasan pokok, dalam sebuah kalimat lengkap. Gagasan
pokok
merupakan
pandangan
atau
pendirian anda tentang topik yang anda pilih. Gagasan pokok ini menjadi pedoman bagi seluruh yang akan anda tulis dan karya tulis. Contoh
64
gagasan pokok yang sederhana adalah “kemampuan membaca-menulis”, dan gagasan ini dapat dirumuskan dalam sebuah kalimat sebagai berikut:
Kemampuan membaca-menulis fungsional sifatnya bagi pengembangan diri mahasiswa, baik untuk melanjutkan studinya ke lembaga-lembaga pendidikan yang lebih tinggi maupun terjun dalam dunia kerja atau masyarakat. Kedua, untuk menulis karya tulis yang anda inginkan, maka pikirkanlah dan rumuskanlah pikiranpikiran utama yang mendukung dan menguraikan gagasan pokok tersebut. Contoh gagasan yang mendukung
dan
menguraikan
gagasan
pokok
tentang “kemampuan membaca-menulis” dapat diutarakan pikiran-pikiran utamanya sebagai berikut: a. Kemampuan membaca-menulis dapat diibaratkan sebagai kunci pembuka gudang ilmu pengetahuan. b. Kemampuan membaca-menulis dapat diibaratkan pula sebagai mikroskop c. Kemampuan membaca-menulis dapat diibaratkan juga sebagai mesin waktu. Ketiga, untuk mengembangkan dan menjelaskan tiap pikiran utama tersebut, temukan dan tulis evidensi-evidensi Sebagai
atau
contoh,
fakta-fakta
untuk
pikiran
penguatnya. utama
(a)
“Kemampuan membaca-menulis dapat diibaratkan sebagai kunci pembuka gudang ilmu pengetahuan”, dapat diberikan pikiran-pikiran pengembang sebagai berikut:
65
a. Dengan kemampuan membaca-menulis mahasiswa dapat membuka khasanah yang terdapat dalam literatur. b. Dengan kemampuan membaca-menulis mahasiswa dapat membuka khasanah yang terdapat dalam buku-buku kehidupan. c. Dengan kemampuan membaca-menulis mahasiswa dapat membuka khasanah yang terdapat dalam dunia bathinya sendiri. Keempat, mencoba membangun sebuah paragraf dengan pikiran utama (a) dan pikiran-pikiran pengembangannya. Dalam membangun hendaknya diperhatikan modelnya, yaitu model P-D-K yaitu Pendirian-Dukungan-Kesimpulan (proses deduktif); Model P-S-P yaitu Pendapat-Sanggahan-Pendirian Proses Deduktif-Induktif); dan M-B-P yaitu MasalahPembahasan-Pemecahan atau Model inversi yaitu menempatkan gagasan pokok pada akhir tulisan (proses Induktif). Di samping itu, juga perlu diperhatikan unsur-unsur di dalam membangun sebuah paragraf, yaitu pembuka, pikiran utama,
pikiran pendukung, pikiran penjelas, peralihan, kesimpulan. Sebagai contoh, pikiran utama (a) akan dibangun menjadi sebuah paragraf dengan model P-D-K. (Pembuka)
Banyaknya
siswa
yang
meraih
prestasi gemilang dalam studinya baik sebagai siswa SMU dan sebagai mahasiswa karena kemampuan membaca-menulis. (Peralihan) Dalam rangka melanjutkan studi kelembaga pendidikan yang lebih tinggi, (pikiran utama) kemampuan
66
membaca-menulis bagi mahasiswa, tidak ubahnya sebagai kunci pem-buka gudang ilmu pengetahuan. (Peralihan) Dengan kunci ini, (Pikiran pendukung 1) mereka akan dapat membuka khasanah yang terdapat dalam buku-buku atau literatur. (pikiran
penjelas) Mereka akan dapat menghayati perkembangan ilmu, mengambil manfaat dari berbagai ilmu tersebut, hingga studinya berjalan lancar dan sukses. (Peralihan) Kelancaran dan sukses studi juga disebabkan oleh faktor lain. (Pikiran pen-
dukung 2) kemampuan membaca-menulis juga merupakan kunci untuk membuka khasanah ilmu pengetahuan yang terdapat dalam buku kehidupan. (pikiran penjelas) Mampu membaca buku kehidupan berarti mampu membaca tanda-tanda zaman demi perkembangan diri sendiri dan perkembangan masyarakat.
(Peralihan)
Se-lanjutnya,
(pikiran
pendukung 3) dengan kemampuan membacamenulis siswa memperoleh kunci untuk membuka khasanah yang terdapat dalam dunia bathinnya sendiri. (pikiran penjelas) Mahasiswa akan dapat melihat bakat-bakatnya yang terpendam dalam diri mereka,
terdorong
untuk
mengembangkannya,
dapat mengkomunikasikan isi jiwa, penghayatan, dan pengalaman mereka kepada berbagai pihak, dan dapat memperbesar peluang mereka untuk mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik. (peralihan)
Tidak
diragukan,
(kesimpulan)
kemampuan membaca-menulis merupakan kunci
67
untuk meraih berbagai prestasi, khususnya dalam studi. Kelima, membangun paragraf untuk pikiran utama yang lainnya dengan menggunakan model-model yang anda sukai. Namun, harus selalu diingat akan gagasan pokok anda yang hendak dituju dengan karya tulis. Keenam, setelah paragraf-paragraf pikiran utama diselesaikan, maka dilanjutkan dengan paragraf kesimpulan.
Sebagai
contoh,
dapat
disusun
kesimpulan tentang fungsi membaca dan menulis sebagai berikut: (Rangkuman pikiran-pikiran utama) Bermacammacam nilai dan fungsi kemampuan membacamenulis
bagi
mahasiswa.
(peralihan)
Namun,
semuanya dapat dikembalikan kepada pernyataan Mortimer J. Adler yang secara filosofis mengungkapkan, (gagasan pokok) “Reading a basic tool
in the living of good life” – membaca-menulis merupakan alat pokok untuk menghayati kehidupan yang baik. Ketujuh, Setelah paragraf kesimpulan diselesaikan, selanjutnya memikirkan paragraf pengantar untuk memperkenalkan topik atau masalah dan untuk menarik
perhatian
pembaca.
Modelnya
dapat
digunakan sebagaimana saat membuat pragraf sebelumnya yaitu P-D-K atau yang lainnya, dan
68
juga dinyatakan gagasan pokok tulisan. Sebagai contoh dapat dituliskan dengan menggunakan model P-D-K, sebagai berikut: (Pembuka) Kemampuan membaca-menulis merupakan jenis kemampuan dari berbagai kemampuan yang perlu dan harus dimiliki oleh mahasiswa. (Gagasan Pokok) Kemampuan membaca-menulis ini fungsional
sifatnya
bbagi
pengembangan
diri
mahasiswa, baik untuk keperluaan melanjjutkan studi, maupun untuk terjun dalam dunia kerja atau masyarakat. (Penjelas) Dekan Beaver College di Glenside meyakini betul hal ini. Iapun prihatin ketika membaca artikel yang diturunkan oleh majalah Newsweek, berjudul “Why Johnnya Can’t write”, dan kemudian mengajak Dr. E. Maimon, dosen bahasa Inggris untuk mahasiswa tahun pertama diperguruan tinggi tersebut. Sejak itu, bangkitlah
gerakan
untuk
menggalakkan
dan
meningkatkan kemampuan menulis dengan berbagai program – gerakan yang akan menyebar luaskan keseluruh negeri. Kedelapan, setelah seluruh paragraf diselesikan, maka tugas terakhir dalam membuat karya tulis adalah melakukan editing/revisi dengan menambah atau mengurangi isi, membetulkan penggunaan kata, frase, dan kalimat. Langkah kedelapan ini sangat penting, bila dikaitkan dengan fungsi karya tulis sebagai media komunikasi. Sebagai media
69
komunikasi, karya tulis ilmiah dituntut untuk jelas dan mudah difahami oleh pembaca. Sehingga, segala sesuatu yang kemungkinan menjadi kendala bagi pembacanya, perlu diminimalisir. Kejelasan karya tulis adalah masalah psikologis, kata Wilson, sering sekali ditemui ilmuwan yang menderita rasa rendah diri yang menyebabkan mereka secara terus-menerus memompakan ego mereka dengan menulis sekabur mungkin (Wilson, 1952: 35). Sedangkan menurut Maugham, seorang yang pikirannya semrawut akan menulis secara semrawut juga. Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas
dan
tepat,
yang
memungkinkan
proses
penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan
impersonal. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif, artinya bahwa si penerima pesan atau pembaca mendapatkan kopi yang benar-benar sama dengan prototipe yang disampaikan oleh si pemberi pesan atau penulis. Di dalam karya tulis ilmiah tidak boleh terdapat penafsiran yang lain, selain isi yang terkandung dalam pesan. Komunikasi ilmiah tidak ditujukan kepada situasi penjiwaan, melainkan untuk penalaran. Oleh karena itu, harus dihindarkan setiap bentuk pernyataan yang tidak jelas dan bermakna jamak. Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal, artinya bahwa karya tulis ilmiah bukan bersifat pribadi,
70
namun bersifat universal. Sifat ini menyebabkan penggunaan kalimat dalam karya tulis, mempergunakan bentuk kalimat pasif bukan aktif. Contohnya, “saya bermaksud mengumpulkan data dengan mempergunakan
kuesioner”,
seharusnya
ditulis
menjadi “data akan dikumpulkan dengan mempergunakan
kuesioner”.
Dalam
hal
ini,
yang
mengumpulkan data adalah ilmuwan atau peneliti yang tidak dinyatakan secara tersurat. Sehingga saat menulis karya ilmiah kata ganti orang, saya, penulis, peneliti, kita dan sebagainya agar dihilangkan dari rangkaian kalimat yang disusun dalam karya tulis ilmiah.
5). Diagram Bagian Karya Tulis. Dari uraian bagian & unsur karangan di atas, akhirnya dapat dibuat sebuah diagram karya tulis sebagai sebuah arahan atau panduan. Diagram tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagian Awal Bagian awal sebuah karya tulis dapat digambarkan sebagai sebuah trapesium dengan sisi lebar di atas. Defusi: Latar belakang Fokus/konsentrasi: Topik, masalah, gagasan pokok
Awal karangan dipetakan berupa trapesium dengan ruang lebar di atas dan ruang sempit di bawah. 71
Bentuk ini mengilustrasikan dinamika pemikiran penulis yang seharusnya semakin memusat; cara ini disebut
dengan
dinamika
difusi-konsentrasi.
Komponen-komponennya adalah latar belakang, topik, masalah, gagasan pokok karangan. Pandangan memusat atau konsentrasi menyampaikan topik, masalah, dan gagasan pokok. Kalau dalam karya tugas akhir, maka isinya latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, hingga perumusan masalah.
Batang Tubuh Batang tubuh karangan dipetakan berupa batang yang lurus dan tegak. Bentuk ini menggambarkan dinamika pemikiran yang ilmiah (lurus, obyektif, tenang, jelas, ringkas, tepat). Tegak lurus berarti langsung mendukung gagasan pokok karangan. Mendukung dalam hal ini berarti membuktikan, menjelaskan, menunjukkan kebenarannya. Batang tubuh karangan bisa terdiri atas beberapa bagian sesuai dengan keperluan. Tiap-tiap bagian terdiri dari komponen-komponen : satu pikiran utama atau lebih,
pikiran-pikiran
peralihan.
Tiap-tiap
penjelas, bagian
dan
peralihan-
mempunyai
tujuan
antara (kesimpulan bagian) untuk menuju tujuan akhir, untuk membuktikan kebenaran gagasan pokok.
72
Pikiran utama (satu atau lebih) Pikiran-pikiran pendukung Pikiran-pikiran penjelas Pikiran-pikiran penjelas
Bagian Akhir Bagian akhir karangan dipetakan berupa trapesium dengan ruang sempit di atas dan ruang lebar di bagian
bawah.
Bentuk
ini
menggambarkan
dinamika proses pemikiran yang kembali meluas; atau
dinamika
konsentrasi-difusi.
Komponen-
komponennya adalah penegasan kembali gagasan pokok karangan, rangkuman pikiran-pikiran utama. Pandangan
meluas
menyampaikan
kesimpulan
tentang implikasi, harapan, tindakan, atau hal yang lainnya.
Fokus/konsentrasi: Penegasan kembali Gagasan Pokok Defusi: Kesimpulan Tindak lanjut, harapan, dan sebagainya
73
Berdasarkan uraian di atas kini seharusnya jelas bahwa sebelum penulisan sebuah karangan, dapat dibuat diagram dan petanya. Diagram penulisan karangan menggambarkan kondisi dinamika proses pemikiran yang dikembangkan. Proses pemikiaran berawal dari situasi dan kondisi yang umum/luas yang selanjutnya difokuskan agar proses pembahasan dapat dikonsentrasikan pada permasalahan.
Selanjutnya
diakhiri
dengan
kesimpulan
dikemukakan secara umum kembali.
c. Rangkuman Semua bentuk karangan pada dasarnya mempunyai pola/struktur yang sama, yaitu mempunyai bagian awal, batang tubuh dan bagian akhir. Bagian awal membahas topic kajian atau fokus atau permasalah-an.
Sehingga
sifatnya
dari
kondisi
umum menjadi kondisi khusus atau diberi istilah difusi-konsentrasi. Batang tubuh karangan dipetakan berupa batang yang lurus dan tegak. Bentuk ini menggambarkan dinamika pemikiran yang ilmiah (lurus, obyektif, tenang, jelas, ringkas, tepat). Tegak lurus berarti langsung mendukung gagasan pokok karangan. Batang tubuh karangan bisa terdiri atas beberapa bagian sesuai dengan keperluan. Tiap-tiap bagian terdiri dari komponen-komponen : satu pikiran utama atau lebih, pikiran-pikiran penjelas, dan peralihan-peralihan. Tiap-tiap bagian mempunyai
74
tujuan antara (kesimpulan bagian) untuk menuju tujuan akhir, untuk membuktikan kebenaran gagasan pokok. Asas-asas untuk mengelola dan membangun sebuah karya tulis yang baik adalah Kejelasan,
keringkasan, ketepatan, kesatuan, pertautan, dan harkat. Asas
kesatuan
menuntut
untuk
membangun
kesatuan antara pikiran-pikiran utama dan gagasan pokok tulisan, antara pikiran-pikiran utama dan pendukung, dan antara pikiran pendukung dengan pikiran-pikiran penjelas. Asas
pertautan
menuntut
untuk
membangun
pertautan atau koherensi antara bentuk-bentuk bahasa, antar kata, antar klausa, antar kalimat, dan antar paragraf. Sementara, asas harhat dalam karya tulis menuntut untuk membangun sosok karya tulis yang berbobot, berdaya kekuatan. Hal ini berarti, bahwa setiap bagian tulisan harus dikembangkan secara memadai dan proporsional. Ketiga asas ini berarti menjadi karakteristik struktur sebuah karya tulis. Terdapat delapan langkah yang perlu diperhatikan dalam membuat karya tulis, yaitu: Pertama, rumuskanlah terlebih dulu pernyataan gagasan pokok, dalam sebuah kalimat lengkap.
75
Kedua, untuk menulis karya tulis yang anda inginkan, maka pikirkanlah dan rumuskanlah pikiranpikiran utama yang mendukung dan menguraikan gagasan pokok tersebut. Ketiga, untuk mengembangkan dan menjelaskan tiap pikiran utama tersebut, temukan dan tulis evidensi-evidensi atau fakta-fakta penguatnya. Keempat, mencoba membangun sebuah paragraf dengan
pikiran
utama
dan
pikiran-pikiran
pengembangannya. Dalam membangun hendaknya diperhatikan modelnya, yaitu model P-D-K yaitu Pendirian-Dukungan-Kesimpulan (proses deduktif); Model P-S-P yaitu Pendapat-Sanggahan-Pendirian Proses Deduktif-Induktif); dan M-B-P yaitu MasalahPembahasan-Pemecahan atau Model inversi yaitu menempatkan gagasan pokok pada akhir tulisan (proses Induktif). Di samping itu, juga perlu diperhatikan unsur-unsur di dalam membangun sebuah paragraf, yaitu pembuka, pikiran utama,
pikiran pendukung, pikiran penjelas, peralihan, kesimpulan. Kelima, membangun paragraf untuk pikiran utama yang lainnya dengan menggunakan model-model yang anda sukai. Namun, harus selalu diingat akan gagasan pokok anda yang hendak dituju dengan karya tulis. Keenam, setelah paragraf-paragraf pikiran utama diselesaikan, maka dilanjutkan dengan paragraf
76
kesimpulan. Ketujuh, Setelah paragraf kesimpulan diselesaikan, selanjutnya memikirkan paragraf pengantar untuk memperkenalkan topik atau masalah dan untuk menarik perhatian pembaca. Kedelapan, setelah seluruh paragraf diselesikan, maka tugas terakhir dalam membuat karya tulis adalah melakukan editing/revisi dengan menambah atau mengurangi isi, membetulkan penggunaan kata, frase, dan kalimat.
d. Tugas 1). Masih menggunakan sebuah laporan
tugas
akhir, bagaimana struktur karya tulis dalam laporan tersebut? 2). Apa sajakah yang masih perlu direvisi dari laporan Tugas Akhir tersebut?
e. Tes Formatif Tes berikut ini bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan mahasiswa setelah membahas kegiatan belajar 3. Oleh karena itu, harap dikerjakan dengan jujur. e1).
Apakah yang dimaksud dengan defusekonsentrasi yang menjadi dasar untuk membangun bagian awal dari sebuah karya tulis?
e2).
Mengapa batang tubuh sebuah karya tulis digambarkan dengan sebuah kotak persegi panjang?
77
e3).
Apakah yang dimaksud dengan konsentrasidefuse yang menjadi dasar untuk membangun bagian awal dari sebuah karya tulis?
e4).
Sebutkan asas-asas yang perlu diperhatikan untuk mengelola dan membangun sebuah karya tulis yang baik!
e5).
Asas yang manakah yang dipergunakan untuk dasar membangun tulisan tentang pokok pikiran yang akan dibahas dalam sebuah karya tulis?
e6).
Asas penulisan karya tulis yang manakah yang sejalan dengan adanya persyaratan kebenaran ilmiah koherensi?
e7).
Sebutkan, paling tidak terdapat empat model dalam membuat paragraf!
e8).
Dalam karya tulis sering dikatakan terdapat benang merah yang menghubungkan dari awal hingga akhir tulisan. Apakah pengertian ungkapan tersebut dan apakah dasarnya?
e9).
Terdapat delapan langkah sebagai pedoman dalam membangun sebuah karya tulis, sebut kan dan jelaskan secara singkat!
Perhatian: Sebelum
melanjutkan
pada
kegiatan
belajar
selanjutnya, cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang termuat pada halaman berikut ini.
78
f. Kunci Jawaban Tes formatif f1).
Defusi-konsentrasi
merupakan
sebuah
konsep ilustrasi kegiatan berpikir dari yang bersifat
umum
menuju
sifat
memusat.
Bagian awal karya tulis, bertujuan menemukan fokus atau permasalahan yang menjadi kajian dalam karya tulis. f2).
Batang tubuh karangan dipetakan berupa batang yang lurus dan tegak. Sebab, bentuk ini menggambarkan dinamika pemikiran yang ilmiah (lurus, obyektif, tenang, jelas, ringkas, tepat). Tegak lurus berarti langsung mendukung gagasan pokok karangan.
f3).
Konsentrasi-defusi
merupakan
sebuah
konsep ilustrasi kegiatan berpikir dari yang bersifat khusus menuju sifat umum. Bagian akhir dari sebuah karya tulis berupa kesimpulan
yang
menjadi
jawaban
dari
permasalahan yang dikaji. f4).
Asas-asas untuk mengelola dan membangun sebuah karya tulis yang baik adalah Kejelas-
an, keringkasan, ketepatan, kesatuan, pertautan, dan harkat. f5).
Asas kejelasan, keringkasan, dan ketepatan berkaitan dengan unsur gagasan dalam sebuah karya tulis. Dalam karya tulis topik, fokus atau pokok pikiran harus disampaikan secara jelas, tepat sasaran, dan tidak berke-
79
panjangan. f6).
Yaitu,
asas
pertautan.
Asas
pertautan
menuntut untuk membangun pertautan atau koherensi
antara
bentuk-bentuk
bahasa,
antar kata, antar klausa, antar kalimat, dan antar paragraf. f7).
Keempat model untuk membuat praragraf adalah,
model
P-D-K
Dukungan-Kesimpulan Model
P-S-P
yaitu
yaitu
Pendirian-
(proses
deduktif);
Pendapat-Sanggahan-
Pendirian (Proses Deduktif-Induktif); dan MB-P yaitu Masalah-Pembahasan-Pemecahan atau
Model
inversi
yaitu
menempatkan
gagasan pokok pada akhir tulisan (proses Induktif). f8).
Karya tulis merupakan suatu proses dalam rangka mengkaji atau memecahkan suatu permasalahan.
Sehingga
awal
dimulai
dengan permasalahan, dilanjutkan proses pembahasan, dan diakhiri dengan kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang dikaji. Dasarnya adalah asas kesatuan. f9).
Pertama, merumuskan pernyataan gagasan pokok terlebih dulu. Kedua, memikirkan dan merumuskan pikiranpikiran utama yang mendukung dan menguraikan gagasan pokok tersebut.
80
Ketiga, mengembangkan dan menjelaskan tiap pikiran utama tersebut, menemukan dan menulis fakta-fakta penguatnya. Keempat,
membangun
sebuah
paragraf
dengan pikiran utama dan pikiran-pikiran pengembangannya. Kelima, membangun paragraf untuk pikiran utama yang lainnya. Keenam, membuat paragraf kesimpulan. Ketujuh, memikirkan dan membuat paragraf pengantar Kedelapan, melakukan editing/revisi dengan menambah atau mengurangi isi, membetulkan penggunaan kata, frase, dan kalimat.
81
4. Kegiatan Belajar 4 : Metode Ilmiah dan Penelitian a. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 4 ini diharapkan mahasiswa dapat: 1). Mengidentifikasi
penerapan
metode
ilmiah
dalam prosedur penelitian dengan benar 2). Mengidentifikasi keterkaitan penelitian ilmiah dengan tugas akhir yang akan dikerjakan diakhir studi mereka dengan benar. 3). Mengidentifikasi konsep dasar cara menuangkan karya tugas akhir dalam sebuah laporan ilmiah dengan benar.
b. Uraian Materi 1). Metode ilmiah dan Penelitian Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut dengan ilmu. Sehingga tidak semua pengetahuan dapat disebut dengan ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkanya harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi tersebut tidak lain adalah apa yang disebut dengan metode ilmiah. Sementara itu, tugas akhir mahasiswa merupakan salah satu bentuk kegiatan ilmiah, yang dilakukan oleh
mahasiswa.
82
Tugas
akhir
mahasiswa
pada
dasarnya merupakan kegiatan ilmiah dalam bentuk penelitian murni dan/atau penelitian terapan. Untuk itu, tentunya mahasiswa harus menguasai metode ilmiah sebagai dasar untuk melakukan penelitian. Bila tugas akhirnya menghasilkan produk teknologi, maka metodologi yang dipergunakan sebenarnya adalah penelitian terapan, secara khusus tepatnya adalah
action research. Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan operasionalisasi dari metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan. Seperti telah dibahas sebelumnya, berpikir merupakan kegiatan metal yang menghasilkan pengetahuan. Kegiatan berpikir yang terarah hingga menghasilkan ilmu, diekspresikan sebagai metode ilmiah. Atau, metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran dalam menghasilkan ilmu. Jadi, ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Untuk mengoperasionalkan kegiatan berpikir tersebut, maka dilakukanlah yang disebut dengan prosedur penelitian. Berikut ini digambarkan hubungan antara metode ilmiah dengan prosedur penelitian ilmiah. Diagram ini membantu untuk dapat melakukan prosedur penelitian dengan konsep berpikir ilmiah yang benar. Seperti telah
dibahas
sebelumnya,
untuk
mendapatkan
pengetahuan ilmiah, terdapat dua konsep berpikir yang digabungkan. Konsep tersebut adalah pola berpikir deduksi dan induksi.
83
Gambar 1. Kaitan Metode Ilmiah dan Penelitian
84
Dari diagram di atas dapat dicermati, dimana penerapan pola berpikir deduktif dan induktif, dalam prosedur penelitian ilmiah. Permasalahan, dalam proses penelitian dikaji secara mendalam melalui beberapa tahap. Dilihat latar belakang
keterkaitannya
dengan
faktor-faktor
kehidupan ekonomi, sosial, politik dan teknologi. Selanjutnya diidentifikasi permasalahan yang ada, sehingga pada tahap ini akan ditemukan sejumlah pertanyaan. Dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan,
maka
permasalahan
dibatasi
agar
penyelesaiannya lebih baik. Dan pada tahap akhir permasalahan dirumuskan. Dalam metode ilmiah masalah dikaji melalui kerangka berpikir dan menghasilkan hipotesis. Operasionalnya dalam prosedur penelitian, untuk dapat menghasilkan hipotesis melalui tiga langkah yaitu kajian teori, kajian hasil penelitian yang relevan, penyusunan kerangka berpikir, dan pengajuan hipotesis. Pola berpikir yang diterapkan dalam tahap ini adalah deduktif. Kajian teori dan penelitian yang relevan, dilakukan dalam rangka mendapatkan dasar atau premis-premis, yang diperlukan untuk menyusun kerangka berpikir, dan menarik kesimpulan yang disebut dengan hipotesis. Tahap berikutnya dalam metode ilmiah adalah pengujian hipotesis. Dalam proses penelitian, setelah hipotesis
dirumuskan
berdasarkan
kajian
secara
deduktif dari pengetahuan ilmiah, maka selanjutnya
85
adalah pengujian hipotesis tersebut secara empiris. Artinya apakah hipotesis tersebut didukung oleh kenyataan yang bersifat faktual. Kalau dalam proses perumusan
hipotesis
dituntut
untuk
melakukan
penarikan kesimpulan secara deduktif, maka dalam proses pengujiannya berhadapan dengan proses penarikan kesimpulan secara induktif. Masalah yang dihadapi dalam proses verifikasi adalah, menentukan bagaimana cara mengumpulkan data dan
menganalisis
data,
agar
proses
penarikan
kesimpulan memenuhi persyaratan berpikir induktif. Penetapan prosedur dan cara ini disebut dengan metodologi
penelitian,
yang
pada
dasarnya
merupakan persiapan sebelum proses pengujian hipotesis dilakukan. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah, merumuskan tujuan penelitian secara operasional, menentukan tempat dan waktu penelitian, menentukan metode penelitian, menentukan sampel penelitian, menentukan teknik pengumpulan data, dan menentukan teknik analisis data. Dalam merencanakan metodologi penelitian kunci pokoknya pada tujuan penelitian. Menentukan sampel penelitian, menentukan teknik pengumpulan data, dan menentukan teknik analisis data, didasarkan pada metode penelitian yan akan dipergunakan. Sementara metode penelitian menentukannya didasarkan pada tujuan penelitian. Dengan demikian tujuan penelitian
86
menjadi dasar untuk metodologi penelitian. Melalui teknik pengumpulan data, akan diperoleh fakta yang setelah dianalisis akan diperoleh kesimpulan, apakah hipotesis yang diajukan didukung atau tidak didukung oleh fakta empiris. Dalam peneliti an ilmiah pertama diperoleh kesimpulan analisis data, yang selanjutnya ditafsirkan untuk merumuskan sebagai kesimpulan pengujian hipotesis. Proses tersebut mengikuti pola berpikir induktif.
2). Penelitian Ilmiah dan Karya Tugas Akhir Proyek akhir atau tugas akhir merupakan salah satu mata kuliah yang berstatus wajib tempuh baik bagi mahasiswa Program Diploma 3 (D3), maupun mahasiswa Program Strata 1 (S1) kependidikan. Hal ini berarti mahasiswa mempunyai kewajiban untuk membuat tugas akhir pada akhir masa studinya. Tujuan yang diharapkan adalah membentuk keahlian profesional yaitu mahasiswa memiliki keterampilan dan penerapan suatu bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam pekerjaan. Sasaran tugas akhir adalah meningkatkan kapasitas kemampuan bidang teknik, dalam menghasilkan suatu karya ilmiah dalam bentuk barang (produk), jasa, dan evaluasi terhadap suatu obyek dengan memanfaatkan perkembangan ipteks. Untuk mencapai sasaran tugas akhir tentunya tidak
87
dikehendaki dengan menggunakan pendekatan nonilmiah seperti pendekatan coba-coba atau trial and error, namun seharusnya dipergunakan pendekatan ilmiah. Sebagai contoh, misalkan mahasiswa mengambil tugas akhirnya membuat sebuah bentuk produk barang. Tentunya tugas akhir tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, baik dari desainnya, sampai dengan kelayakan produk tersebut dilihat dari permasalahan yang diatasi. Dalam menghasilkan produk jasa perbaikan misalkan, maka tentunya memerlukan proses penelitian dengan baik. Awalnya tentu menghipotesiskan bahwa model perawatan A,
akan
menghasilkan
hasil
yang
lebih
baik.
Dikumpulkan data, dianalisis, dan akhirnya ditarik kesimpulannya. Apakah hipotesis tersebut diterima, berarti didukung fakta, atau ditolak berarti tidak didukung fakta empiris. Dengan demikian pada dasarnya proyek akhir dalam operasionalnya menerapkan
merupakan konsep
penelitian
kegiatan
yang
ilmiah.
Apapun
sasaran dan bentuk proyek/tugas akhir tentunya diawali
oleh
adanya
suatu
permasalahan
yang
memerlukan penyelesaian. Kebutuhan merupakan ekspresi dari adanya suatu permasalahan, atau kesenjangan antara kenyataan dan yang diharapkan. Permasalahan dikaji hingga terlihat lebih konkrit, dan mudah dirumuskan. Perlu diingat kembali, semua kegiatan proyek akhir yang lainnya, dilakukan dengan dasar permasalahan yang dikaji tersebut. Sehingga
88
perlu diragukan kualitas hasil kegiatan proyek akhir yang permasalahannya tidak jelas. Berikut ini, diagram keterkaitan antara prosedur penelitian ilmiah dengan proyek akhir mahasiswa. PENELITIAN ILMIAH
PROYEK AKHIR BAB I PENDAHULUAN
PENGAJUAN MASALAH ¾ ¾ ¾ ¾ ¾
Latar belakang masalah Identifikasi masalah Pembatasan masalah Perumusan masalah Tujuan penelitian
¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾
PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ¾ Pengkajian teori yang dipergunakan ¾ Pembahasan penelitian yang relevan ¾ Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis (dengan menyatakan postulat asumsi dan prinsip sekiranya ada) ¾ Perumusan hipotesis
Latar belakang permasalah Identifikasi masalah Batasan masalah Rumusan masalah Tujuan Manfaat Keaslian gagasan
BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Pengkajian teori dan temuan-temuan yang dijadikan acuan untuk mengembangkan konsep pemecahan masalah yang menjadi focus kajian
METODOLOGI PENELITIAN ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾
Tujuan Penelitian (secara operasional) Tempat dan waktu penelitian Metode penelitian Teknik pengambilan contoh Teknik pengumpulan data Teknik analisis data
¾ ¾ ¾ ¾ ¾
Variabel yang diteliti Teknik analisis Kesimpulan analisis data Penafsiran kesimpulan analisis data Kesimpulan pengujian hipotesis
BAB III. KONSEP RANCANGAN/PRODUKSI/ JASA/EVALUASI/PENGUJIAN ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾
HASIL PENELITIAN
Analisis kebutuhan Implementasi Cara dan alat pengujian Langkah Kerja Penjadwalan Kalkulasi Biaya
BAB IV. PROSES, HASIL DAN PEMBAHASAN ¾ Proses Pelaksanaan ¾ Hasil yang dicapai ¾ Pembahasan
RINGKASAN DAN KESIMPULAN ¾ Deskripsi singkat mengenai masalah, hipotesis, metodologi dan hasil penelitian ¾ Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis dan seluruh aspek tersebut diatas ¾ Pembahasan hasil penelitian dengan membandingkan thd penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan ¾ Pengkajian implikasi penelitian ¾ Pengajuan saran
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ¾ Simpulan hasil yang telah dilakukan ¾ Keterbatasan hasil yang dicapai ¾ Saran untuk masukan pengembangan selanjutnya.
Gambar 2. Penelitian dan Tugas Akhir
89
Dalam Kaitannnya dengan permasalahan, keduaduanya
sama
yaitu
dikaji
secara
baik,
hingga
permasalahan dapat dirumuskan batas-batasnya. Kajian teori pada dasarnya keduanya sejalan, hanya cara mengemasnya yang berbeda. Keduanya pada dasarnya mengkaji secara teoritis terhadap permasalahan, hingga akhirnya diperoleh konsep jawaban dari permasalahan tersebut. Pola berpikir yang dipergunakan juga sama yaitu deduktif koherensi, artinya rasional berpikir didasarkan pada teori-teori yang telah ada sebagai premis-premisnya. Setelah konsep pemecahan masalah, dilanjutkan dengan implementasinya. Sebagaimana pada penelitian, dalam tugas akhir juga mempersiapkan metodologi yang akan dipergunakan. Bila dilihat komponennya, terdiri dari analisis kebutuhan yaitu sebuah rancangan yang perlu dilakukan untuk proses menjawab masalah yang telah dirumuskan. Selanjutnya implementasi rancangan hingga terwujud barang atau jasa yang diinginkan. Langkah selanjutnya adalah menentukan cara dan alat pengujian, ini merupakan proses verifikasi. Pengujian berarti proses kajian apakah konsep jawaban di BAB II tersebut didukung data empiris?. Dalam BAB IV, dalam penelitian dilakukan analisis data, disimpulkan, dibahas dan ditafsirkan. Konsep ini juga dilakukan pada kegiatan proyek akhir, hasil yang dicapai
dari
pelaksanaan,
90
isinya
adalah
hasil
pengujian produk. Hal ini berarti harus dilakukan analisis data hasil pengujian, dibahas, dan ditafsirkan untuk dasar menarik kesimpulan analisis data. Bagian terakhir membuat kesiimpulan, implikasi, dan saran berdasarkan temuan proyek akhir. Dengan demikian proyek akhir hanya akan dapat dilakukan dengan baik, bila mahasiswa menguasai prosedur penelitian dengan baik.
3). Tugas Akhir dan Penulisan Ilmiah. Bagian
akhir
penyelesaian
proyek
akhir
adalah
menuangkannya dalam bentuk laporan tertulis. Untuk itu diperlukan penguasaan teknik penulisan ilmiah, yang mempunyai dua aspek pokok yaitu gaya penulisan dan teknik notasi. Ciri komuniksi ilmiah adalah
harus
bersifat
jelas
dan
tepat
yang
memungkinkan proses penyampaian pesan tertulis jadi reproduktif dan impersonal. Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan
benar.
Sebuah
kalimat
yang
tidak
bisa
diidentifikasikan mana subyek dan mana predikat, serta hubungan apa yang terkait antara subyek dan predikat, merupakan kalimat yang tidak jelas. Hal ini berarti informasi yang ingin disampaikan menjadi ikut tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir, sehingga tata bahasa yang tidak cermat merupakan cermin dari logika berpikir penulis yang tidak cermat pula. Demikian juga dengan
91
penggunaan kata harus dilakukan dengan tepat. Komunikasi ilmiah bersifat reproduktif, artinya bahwa si penerima pesan mendapatkan kopi yang benarbenar sama dengan yang diinginkan oleh si pemberi pesan. Dalam komunnikasi ilmiah tidak boleh ada penafsiran lain, selain isi yang terkandung dalam pesan tersebut. Kondisi ini akan ditentukan oleh kemampuan penalaran si penulis, oleh karena itu harus dihindarkan setiap bentuk pernyataan yang tidak jelas dan bermakna jamak, dan berkonotasi emosional. Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal, di mana kata ganti orang aku, kami, dia, kita dan sebagainya tidak boleh masuk dalam tubuh tulisan. Untuk itu, dalam melakukan penulisan, kalimat yang dipergunakan adalah kalimat pasif. Sebagai contoh, “saya akan mengumpulkan data dengan mempergunakan kuesioner”, kalimat ini seharusnya ditulis “data akan dikumpulkan dengan mempergunakan kuesioner” Dalam membangun argumentasi-argumentasi pembahasan secara ilmiah, maka akan dipergunakan pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebagai premis. Pernyataan ilmiah yang dipergunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal, pertama harus diidentifikasi orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, harus dapat diidentifikasikan media komunikasi ilmiah, di mana pernyataan tersebut disampaikan. Seperti buku, makalah, seminar, lokakarya, dan
92
sebagainya. Ketiga harus diidentifkasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut termasuk tempat domisili dan waktu penerbitan dilakukan. Apabila pernyataan tersebut tidak diterbitkan melainkan
disampaikan
dalam
bentuk
makalah
untuk
seminar atau lokakarya, maka harus disebutkan tempat,
waktu,
dan
lembaga
yang
melakukan
kegiatan tersebut. Cara tersebut dalam tulisan ilmiah merupakan teknik notasi ilmiah. Cara ini akan dibahas dalam kegiatan belajar berikutnya. Dengan demikian dalam penulisan laporan proyek akhir, pada dasarnya mahasiswa membuat sebuah pesan ilmiah dalam bentuk tulisan. Untuk itu, maka mahasiswa sebelum menulis laporan, seharusnya sudah mempelajari cara membuat tulisan ilmiah yang baik, yang mengikuti aturan-aturan penulisan yang berlaku.
c. Rangkuman Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut dengan ilmu. Sehingga tidak semua pengetahuan dapat disebut dengan ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkanya harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Tugas akhir mahasiswa pada dasarnya merupakan kegiatan ilmiah dalam bentuk penelitian murni dan/ atau penelitian terapan. Untuk itu, tentunya mahasiswa harus menguasai metode ilmiah sebagai dasar
93
untuk melakukan penelitian. Berpikir merupakan kegiatan metal yang menghasilkan pengetahuan. Kegiatan berpikir yang terarah hingga menghasilkan ilmu, diekspresikan sebagai metode ilmiah. Jadi, ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Untuk mengoperasionalkan dilakukanlah
kegiatan yang
berpikir
disebut
tersebut,
dengan
maka
prosedur
penelitian. Permasalahan, dalam proses penelitian dikaji secara mendalam melalui beberapa tahap. Dilihat latar belakang
keterkaitannya
dengan
faktor-faktor
kehidupan ekonomi, sosial, politik dan teknologi. Selanjutnya diidentifikasi permasalahan yang ada, sehingga pada tahap ini akan ditemukan sejumlah pertanyaan. Dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan,
maka
permasalahan
dibatasi
agar
penyelesaiannya lebih baik. Dan pada tahap akhir permasalahan dirumuskan. Tahap berikutnya dalam metode ilmiah adalah pengujian hipotesis. Dalam proses penelitian, setelah hipotesis
dirumuskan
berdasarkan
kajian
secara
deduktif dari pengetahuan ilmiah, maka selanjutnya adalah pengujian hipotesis tersebut secara empiris. Masalah yang dihadapi dalam proses verifikasi adalah, menentukan bagaimana cara mengumpulkan data dan
menganalisis
data,
agar
proses
penarikan
kesimpulan memenuhi persyaratan berpikir induktif.
94
Penetapan prosedur dan cara ini disebut dengan metodologi
penelitian,
yang
pada
dasarnya
merupakan persiapan sebelum proses pengujian hipotesis dilakukan. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah, merumuskan tujuan penelitian secara operasional, menentukan tempat dan waktu penelitian, menentukan metode penelitian, menentukan sampel penelitian, menentukan teknik pengumpulan data, dan menentukan teknik analisis data. Melalui teknik pengumpulan data atau instrumen, akan diperoleh fakta/data yang setelah dianalisis akan diperoleh kesimpulan, apakah hipotesis yang diajukan didukung atau tidak didukung oleh fakta empiris. Dalam penelitian ilmiah pertama diperoleh kesimpulan analisis data, yang selanjutnya ditafsirkan untuk merumuskan sebagai kesimpulan pengujian hipotesis. Proses tersebut mengikuti pola berpikir induktif. Proyek akhir atau tugas akhir merupakan salah satu mata kuliah yang berstatus wajib tempuh baik bagi mahasiswa Program Diploma 3 (D3), maupun mahasiswa Program Strata 1 (S1) kependidikan. Tujuan yang diharapkan adalah membentuk keahlian profesional yaitu mahasiswa memiliki keterampilan dan penerapan suatu bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam pekerjaan. Untuk mencapai sasaran tugas akhir tentunya tidak dikehendaki dengan menggunakan pendekatan non-
95
ilmiah seperti pendekatan coba-coba atau trial and error, namun seharusnya dipergunakan pendekatan ilmiah. Dengan demikian pada dasarnya proyek akhir dalam operasionalnya merupakan kegiatan yang menerapkan konsep penelitian ilmiah. Apapun sasaran dan bentuk proyek/tugas akhir tentunya diawali oleh adanya suatu permasalahan atau kesenjangan antara kenyataan dan yang diharapkan yang memerlukan penyelesaian. Kajian teori pada dasarnya keduanya sejalan, hanya cara mengemasnya yang berbeda. Keduanya pada dasarnya mengkaji secara teoritis terhadap permasalahan, hingga akhirnya diperoleh konsep jawaban dari permasalahan tersebut. Pola berpikir yang dipergunakan yaitu deduktif koherensi, artinya rasional berpikir didasarkan pada teori-teori yang telah ada sebagai premis-premisnya. Setelah konsep pemecahan masalah, dilanjutkan dengan implementasinya. Sebagaimana pada penelitian, dalam tugas akhir juga mempersiapkan metodologi yang akan dipergunakan. Dalam BAB IV, dalam penelitian dilakukan analisis data, disimpulkan, dibahas dan ditafsirkan. Konsep ini juga dilakukan pada kegiatan proyek akhir, hasil yang dicapai
dari
pelaksanaan,
isinya
adalah
hasil
pengujian produk. Hal ini berarti harus dilakukan analisis data hasil pengujian, dibahas, dan ditafsirkan
96
untuk dasar menarik kesimpulan analisis data. Bagian terakhir membuat kesimpulan, implikasi, dan saran berdasarkan temuan proyek akhir. Bagian
akhir
penyelesaian
proyek
akhir
adalah
menuangkannya dalam bentuk laporan tertulis. Untuk itu diperlukan penguasaan teknik penulisan ilmiah, yang mempunyai dua aspek pokok yaitu gaya penulisan dan teknik notasi. Ciri komuniksi ilmiah adalah harus bersifat jelas dan tepat
yang
memungkinkan
proses
penyampaian
pesan tertulis jadi reproduktif dan impersonal. Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan
benar.
Sebuah
kalimat
yang
tidak
bisa
diidentifikasikan mana subyek dan mana predikat, serta hubungan apa yang terkait antara subyek dan predikat, merupakan kalimat yang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir, sehingga tata bahasa yang tidak cermat merupakan cermin dari logika berpikir penulis yang tidak cermat pula. Demikian juga dengan penggunaan kata harus dilakukan dengan tepat. Komunikasi ilmiah bersifat reproduktif, artinya bahwa si penerima pesan mendapatkan kopi yang benarbenar sama dengan yang diinginkan oleh si pemberi pesan. Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal, di mana kata ganti orang aku, kami, dia, kita dan sebagainya
97
tidak boleh masuk dalam tubuh tulisan. Dalam membangun argumentasi-argumentasi pembahasan secara ilmiah, maka akan dipergunakan pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebagai premis. Pernyataan ilmiah yang dipergunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal, pertama harus diidentifikasi orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, harus dapat diidentifikasikan media komunikasi ilmiah, di mana pernyataan tersebut disampaikan. Seperti buku, makalah, seminar, lokakarya, dan sebagainya. Ketiga harus diidentifkasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut termasuk tempat domisili dan waktu penerbitan dilakukan. Teknik notasi ilmiah akan dibahas dalam kegiatan belajar berikutnya. Dengan demikian dalam penulisan laporan proyek akhir, pada dasarnya mahasiswa membuat sebuah pesan ilmiah dalam bentuk tulisan. Untuk itu, maka mahasiswa seharusnya mempelajari cara membuat tulisan ilmiah yang baik, yang mengikuti aturanaturan penulisan yang berlaku.
d. Tugas 1). Gunakan laporan proyek akhir sebelumnya, sekarang cermati isi laporan tersebut, seberapa besar laporan tersebut menerapkan konsep penelitian dengan benar? 2). Berikutnya, cermati bagaimana cara penulis melakukan pengujian produk yang dihasilkan, apakah prosedur memenuhi ketentuan?
98
e. Tes Formatif Tes berikut ini dipergunakan untuk mengukur tingkat kemampuan mahasiswa setelah mengkaji kegiatan belajar 4. Demi perbaikan anda sendiri, kerjakan tes berikut dengan jujur. e1). Apakah kaitan antara metode ilmiah dengan prosedur penelitian ilmiah? e2). Kapankah deduktif
dipergunakan dan
induktif
konsep dalam
berpikir prosedur
penelitian ilmiah? e3). Apakah proyek akhir dapat dikategorikan sebagai karya ilmiah? e4). Mengapa rumusan masalah menjadi sentral fungsinya dalam pembuatan Proyek Akhir?. e5). Salah satu langkah yang harus dilakukan dalam
proyek
metodologi,
akhir apakah
adalah
merancang
kegiatan
yang
direncanakan tersebut?. e6). Dalam rangka membuat laporan proyek akhir, terdapat dua aspek yang diperhatikan. Apakah kedua aspek tersebut? Jelaskan implementasinya? e7). Laporan proyek akhir adalah proses pembuatan pesan tertulis. Karya tulis harus mempunyai dua sifat, sebutkan dan jelaskan! e8). Apakah fungsi mengkaji permasalahan proyek akhir melalui ilmu pengetahuan yang telah ada 99
sebelumnya?
100
f. Kunci Jawaban Tes formatif f1). Penelitian ilmiah merupakan operasionalisasi dari konsep berpikir yang terkandung dalam metode ilmiah. f2). Konsep
berpikir
deduktif
diterapkan
saat
berusaha mendapatkan hipotesis penelitian, sedangkan konsep berpikir induktif diterapkan saat melakukan verifikasi hipotesis penelitian. f3). Proyek akhir dapat dikategorikan sebagai karya ilmiah, sebab prosedur implementasinya didasarkan pada aturan-aturan ilmiah. f4). Sebab semua kegiatan yang dilakukan dalam proyek akhir, muaranya pada usaha untuk menjawab permasalahan. f5). Kegiatan yang direncanakan terkait dengan cara yang akan dipergunakan untuk menguji produk yang dihasilkan dalam proyek akhir. f6). Kedua aspek pokok yaitu gaya penulisan dan teknik notasi. Aspek gaya penulisan terkait dengan taat asas format penulisan yang terdapat
dalam
pedoman.
Sedang
aspek
notasi terkait dengan tanggung jawab sebagai penulis ilmiah. f7). Ciri komuniksi ilmiah adalah harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan tertulis jadi reproduktif dan impersonal.
101
Komunikasi ilmiah bersifat reproduktif, artinya bahwa si penerima pesan mendapatkan kopi yang
benar-benar
sama
dengan
yang
diinginkan oleh si pemberi pesan. Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal, di mana kata ganti orang aku, kami, dia, kita dan sebagainya tidak boleh masuk dalam tubuh tulisan. f8). Untuk
mendapatkan
diperlukan
dalam
premis-premis
membuat
yang
argumentasi
rasional dalam menjawab permasalahan.
III EVALUASI 1. Kognitif (skor = 40) Berikut ini tes obyektif untuk mengetahui kapasitas kognitif yang telah berkembang dalam diri mahasiswa. Caranya pilih jawaban yang benar, dengan memberikan tanda silang (X) pada lembar kerjaan. 1). Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka seseorang perlu menguasai dasar-dasar berpikir ilmiah atau sering disebut sebagai: a. logika deduktif
c. teknik komunikasi
b. logika induktif
d. sarana berpikir ilmiah
2). Untuk membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh diperlukan adanya sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah ialah : a.
alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya dengan baik.
b.
prosedur pemikiran dalam kegiatan pengambilan kesimpulan.
102
c.
cara-cara untuk pemikiran.
mengevaluasi
kerangka
d.
instrumen untuk mengevaluasi proses pengambilan kesimpulan.
3). Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana berupa ... a.
bahasa, logika, mekanika, dan statistika
b.
bahasa, logika, matematika, dan statistika
c.
bahasa, logika, matematika, dan estetika
d.
bahasa, logika statistika
induktif,
4). Pola berpikir deduktif penggunaan sarana ....
matematika,
diperoleh
atas
a.
Metode ilmiah
c.
bahasa
b.
Statistika
d.
matematika
dan dasar
5). Sedangkan pola berpikir induktif diperoleh atas dasar penggunaan sarana ... a.
bahasa
c.
matematika
b.
statistika
d.
Metode ilmiah
6). Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk: a.
mendapatkan ilmu pengetahuan
b.
menelaah permasalahan dan solusinya
c.
memahami proses penelitian
d.
proses pengambilan keputusan
7). Melihat cara mendapatkannya, maka sarana berpikir ilmiah dapat dikelompokan sebagai : a.
Ilmu pengetahuan
c.
pengetahuan
b.
Metode penelitian
d.
Teknik analisis
8). Bahasa pada dasarnya mempunyai dua fungsi penting, yaitu : a.
Fungsi komunikasi & fungsi integrasi
b.
Fungsi komunikasi & korespondensi
c.
Fungsi integrasi & fungsi koherensi 103
d.
Fungsi koherensi & korespondensi
9). Sebagai alat komunikasi bahasa mencakup tiga unsur pendukung, yaitu : a.
Emotif, motivatif, & penalaran
b.
Penalaraan, motivatif, & afektif
c.
Strategik, emotif, & afektif
d.
Penalaran, afektif, & emotif.
10). Fungsi bahasa yang manakah yang sangat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan? a.
Fungsi penalaran
c.
Fungsi kohesi
b.
Fungsi afektif
d.
Fungsi emotif
11). Hakikat penalaran dalam perkembangan berpikir manusia adalah : a.
suatu proses penemuan kebenaran
b.
Logika induktif dan deduktif
c.
Penemuan premis-premis berpikir
d.
Landasan kegiatan ilmiah
12). Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu : a.
Sistematis, analitis, dan komprehensif
b.
Sistematis, analitis, dan logis
c.
Imperatif, analitis, dan komprehensif
d.
Konsevatif, imperatif, dan logis
13). Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau prosesnya dilakukan menurut cara tertentu. Cara tersebut adalah, a.
Menggunakan teori ilmiah modern
b.
Menggunakan sistem penalaran yang analitis
c.
Menggunakan logika penalaran
d.
Menggabungkan teori & hasil penelitian
14). Banyak cara membuat logika penalaran, namun dalam kegiatan ilmiah hanya menggunakan dua bentuk logika, yaitu :
104
a.
Analitis & logis
c.
Koheren & logis
b.
Sistematis & logis
d.
Induksi & deduksi
15). Kesimpulan yang diperoleh mempunyai sifat .....
dari
proses
a.
Bersifat komprehensif menyeluruh
b.
Bersifat mandiri khas indivudual
c.
Bersifat umum
d.
Bersifat mendasar sebagai bahan kajian
induksi
16). Kesimpulan yang dihasilkan melalui proses induksi, mempunyai dua keuntungan, yaitu : a.
Praktis dan ekonomis
b.
Ekonomis dan pengembangan
c.
Praktis dan komprehensif
d.
Ekonomis dan strategis
17). Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Pengertiannya adalah : a.
Pola umum ke khusus
b.
Pola khusus ke umum
c.
Menggunakan dua premis
d.
Menggunakan lebih dari dua premis
18). Argumentasi dalam penarikan kesimpulan cara deduktif sama dengan yang dipergunakan dalam, a.
matematika
c.
bahasa
b.
statistika
d.
mekanika
19). Berdasarkan teori koherensi dianggap benar bila.
suatu
pernyataan
a.
pernyataan tersebut bersifat konsisten
b.
pernyataan tersebut bersifat silogisme
c.
pernyataan tersebut ditarik berdasarkan fakta
d.
pernyataan tersebut bersifat komprehen
105
20). Teori korespondensi, suatu pernyataan dianggap benar, jika pengetahuan yang dikandung dalam pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) a.
pengetahuan yang dikandung dalam pernyataan itu konsisten dengan penelitian sebelumnya
b.
pengetahuan yang dikandung dalam pernyataan itu berhubungan dengan obyek
c.
pengetahuan yang dikandung dalam pernyataan itu disimpulkan dari teori-teori yang valid
d.
pengetahuan yang dikandung dalam pernyataan itu bersifat mendasar
21). Teori kebenaran pragmatis, sebuah pernyataan dalam teori ini dianggap benar, bila a.
bersifat fungsionalnya dalam kehidupan praktis.
b.
bersifat rasional dan analitis
c.
bersifat rasional dan komprehensif
d.
Bersifat ekonomis dan praktis
22). Berdasarkan teori kebenaran pragmatis ini, maka ilmu pengetahuan mempunyai keterbatasan, yaitu : a.
Ilmu pengetahuan bersifat individual
b.
Ilmu pengetahuan bersifat multifungsi
c.
Ilmu pengetahuan cepat berkembang
d.
Ilmu pengetahuan bersifat tentatif.
23). Perbedaan antara karangan ilmiah dan non ilmiah terletak pada, a.
Penggunaan bahasa ilmiah dan bahasa baku
b.
Penggunaan alur berpikir dalam karangan
c.
Penggunaan teknik notasi ilmiah
d.
Penggunaan daftar pustaka yang lengkap.
24). Telah banyak karangan ilmiah yang beredar di masyarakat. Salah satunya adalah Artikel Jurnal Iilmiah, yaitu: a.
Sebuah koran yang membahas ilmu pengetahuan ilmiah
106
b.
Sebuah majalah artikel ilmiah populer.
c.
Sebuah majalah artikel kajian ilmiah hasil penelitian.
d.
Sebuah majalah artikel kajian ilmiah populer
25). Dalam membuat laporan proyek akhir, mahasiswa diwajibkan untuk membaca dan mengikuti pedoman penulisan tertentu. Hal ini karena, a.
Laporan tersebut tidak boleh menyimpang dari pembimbing
b.
Laporan harus mengikuti aturan sistematika yang telah ditentukan
c.
Laporan harus mengikuti alur berpikir dan teknik notasi penulisan tertentu
d.
Untuk menghindari ilmiah.
terjadinya
kebohongan
26). Rasionalisme pernyataan yang dibuat dalam sebuah laporan, tidak memberikan kesimpulan yang bersifat final. Hal ini disebabkan karena, a.
Ilmu pengetahuan bersifat tentatif
b.
Ilmu pengetahuan bersifat konservatif
c.
Rasionalisme ilmu pengetahuan bersifat spesifik
d.
Rasionalisme ilmu pengetahuan bersifat jamak.
28). Rasionalisme pada dasarnya mengikuti pola berpikir tertentu, yaitu ... a.
induktif
c.
koherensi
b.
deduktif
d.
korespondensi
29). Untuk mengatasi kelemahan berpikir rasional, maka dalam kerangka berpikir ilmiah dilakukan ... a.
Melakukan induktif
penarikan
keesimpulan
secara
b.
Melakukan deduktif
penarikan
keesimpulan
secara
c.
Menggunakan dasar-dasar argumentasi yang valid
d.
Menggunakan hasil-hasil penelitian yang relevan
107
30). Perbedaan berpikir ilmiah dan non ilmiah, terletak pada pada dasar tumpuan berpikirnya. Berpikir ilmiah bertumpu pada ... a.
penalaran
c.
kajian ilmiah
b.
hipotesis
d.
perasaan
31). Sedangkan berpikir non-ilmiah bertumpu pada ... a.
logika
c.
idivudual
b.
perasaan
d.
kolega
32). Pengertian kerangka berpikir dalam kegiatan ilmiah adalah ... a.
argumentasi hubungan antar faktor terkait
b.
rumusan pengajuan jawaban sementara
c.
Pengajuan teori-teori pendukung
d.
Analisis kebanaran korespondensi
33). Hipotesis akan muncul dalam kegiatan ilmiah baik dinyatakan secara eksplisit ataupun secara implisit, sebab hipotesis adalah ... a.
Solusi teoritis dari permasalahan
b.
Kesimpulan dari kajian teoritis
c.
Kajian premis-premis argumentasi rasional
d.
Jawaban akhir dari permasalahan
34). Setiap penelitian atau pengujian pada dasarnya memerlukan adanya instrumen, sebab ... a.
menjadi persyaratan kegiatan ilmiah
b.
keterbatasan pancaindera
c.
ekspresi dari proses berpikir induktif
d.
Sebagai alur berpikir deduktif
35). Instrumen dalam setiap penelitian atau pengujian, berperan sebagai ... a.
Panduan implementasi raancangan
b.
Metode pengujian hasil proyek akhir
c.
Tolok ukur keberhasilan proyek akhir
d.
Alat ukur data proyek akhir
108
36). Apakah yang dimaksud dengan defuse-konsentrasi yang menjadi dasar untuk membangun bagian awal dari sebuah karya tulis? a.
Penjabaran masalah hingga lebih rinci
b.
Kesenjangan yang menjadi fokus kajian
c.
kegiatan berpikir dari yang bersifat umum menuju sifat memusat
d.
kegiatan berpikir dari yang bersifat spesifik menuju sifat umum
37). Asas yang manakah yang dipergunakan untuk dasar membangun tulisan tentang pokok pikiran yang akan dibahas dalam sebuah karya tulis? a.
Rasionalisme dan empirisme
b.
Koherensi dan korespondensi
c.
kejelasan, keringkasan, dan ketepatan
d.
Rasionalisme dan pragmatisme
38). Terdapat empat model cara penyusunan sebuah paragraf atau alinea, yaitu : a.
P-D-K, P-S-P, M-B-P, & Invers
b.
M-D-K, P-S-P, P-B-P, & Invers
c.
P-D-K, M-S-P, M-B-P, & Invers
d.
P-D-P, P-M-P, M-B-P, & Invers
39). Karya tulis harus mempunyai dua sifat, yaitu reproduktif dan impersonal. Sifat reproduktif adalah: a.
Laporan dapat diperbanyak pembaca
b.
Laporan tidak menyebabkan salah tafsir
c.
Laporan harus sesuai dengan aturan tata tulis
d.
Laporan harus menggunakan deduktif dan induktif
pola
berpikir
40). Karya tulis harus mem-punyai dua sifat, yaitu reproduktif dan impersonal. Sifat impersonal adalah: a.
Laporan disusun menggunakan kalimat tanya
b.
Laporan disusun menggunakan kallimat pernyataan
109
c.
Laporan disusun menggunakan kalimat pasif
d.
Laporan disusun menggunakan kalimat aktif
2. Psikomotor (skor = 40) Berikut ini soal untuk mengukur ketrampilan penggunaan pendekatan ilmiah. Kerjakan pada lembar tersendiri, dan ketik rapi. 1).
Buatlah tiga rumusan masalah, yang kemungkinan anda tertarik untuk menggunakannya sebagai bahan proyek akhir nantinya! Identifikasi masing-masing kondisi riil dan kondisi yang diharapkan !.
2).
Identifikasi faktor-faktor yang terkandung di dalam rumusan masalah, kemudian buat definisi operasionalnya!
3).
Buat kerangka berpikir hubungan antar faktor yang telah diidetifikasi pada tugas nomor 2.
4).
Buat rancangan sederhana, untuk mengimplemantaskan ide gagasan yang akan anda lakukan, untuk mengatasi permasalahan pada tugas nomor 1.
5).
Buat rencana uji coba dan pengujian produk proyek akhir tersebut.
3. Attitude (skor = 20) Berikut ini tes sikap, untuk mengetahui seberapa besar keinginan anda untuk menguasai kegiatan ilmiah dengan benar. Caranya anda tinggal memberikan pilihan angka yang paling cocok dengan kondisi anda.
110
1).
Apakah anda pernah membaca buku-buku jurnal penelitian? Tidak pernah
2).
1
2
3
4
5
Sering
Apakah anda sering menggunakan sebuah konsep dari buku sebagai dasar dalam mengungkapkan pendapat? Tidak pernah
3).
1
2
3
4
5
Sering
Apakah sering mengikuti keegiatan seminar atau lokakarya atau yang sejenisnya selama menjadi mahasiswa? Tidak pernah
4).
1
2
3
4
5
Sering
Apakah anda mempunyai kelompok studi dengan teman se jurusan anda? (ya, tidak), bila ya, seberapa sering anda belajar bersama? Tidak pernah
5).
1
2
3
4
5
Sering
Apakah anda sering melakukan proses pengukuran, selama anda menjadi mahasiswa? Tidak pernah
6).
1
2
3
4
5
Sering
Pada saat anda melakukan proses pengukuran, seberapa sering anda mengkalibrasi alat ukur yang dipergunakan? Tidak pernah
7).
1
2
3
4
5
Sering
Pada saat anda mengikuti perkuliahan, seberapa sering anda mengajukan pertanyaan ke dosen pengampu? Tidak pernah
8).
1
2
3
4
5
Sering
Materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen, hanya garis besarnya saja. Apakah anda melengkapinya dengan
111
membaca diperpustakaan? Tidak pernah 9).
1
2
3
4
5
Sering
Seperti nomor 8, apakah anda melakukan diskusi dengan teman/kelompok belajar anda? Tidak pernah
1
2
3
4
5
Sering
10) Seperti nomor 8, apakah anda memperkaya bahan perkuliahan melalui internet? Tidak pernah
1
2
3
4
5
Sering
11) Apakah anda sering membuat ringkasan dari sebuah buku yang relevan dengan mata kuliah? Tidak pernah
1
2
3
4
5
Sering
12) Apakah anda sering mendiskusikan hasil ringkasan buku dengan dosen mata kuliah? Tidak pernah
1
2
3
4
5
Sering
13) Apakah anda sering menyalin kembali catatan yang diperoleh dari perkuliahan setibanya di rumah? Tidak pernah
1
2
3
4
5
Sering
14) Apakah anda sering melakukan pendalaman sendiri terhadap bidang studi anda, melalui membaca buku-buku yang relevan? Tidak pernah
1
2
3
4
5
Sering
15) Apakah anda sering muncul ide untuk meningkatkan
112
performa mesin otomotif? Tidak pernah
1
2
3
4
5
Sering
16) Dalam mempersiapkan diri untuk membuat proyek akhir, apakah anda membaca buku-buku metodologi penelitian? Tidak pernah
1
2
3
4
5
Sering
17) Seperti nomor 16, apakah anda membaca buku-buku pedoman penulisan ilmiah? Tidak pernah
1
2
3
4
5
Sering
18) Seperti nomor 16, apakah anda membaca buku-buku manual dan sejenisnya? Tidak pernah
1
2
3
4
5
Sering
19) Seperti nomor 16, apakah anda membaca buku-buku laporan proyek akhir mahasiswa yang telah lulus? Tidak pernah
1
2
3
4
5
Sering
20) Selama anda menjadi mahasiswa, apakah anda sering mengoptimalkan penggunaan fasilitas belajar yang ada di kampus untuk memaksimalkan prestasi belajar anda? Tidak pernah
1
2
113
3
4
5
Sering
4. Kunci Jawaban 1.
d
11.
a
21.
a
31.
b
2.
a
12.
b
22.
d
32.
b
3.
b
13.
c
23.
b
33.
a
4.
b
14.
d
24.
c
34.
b
5.
c
15.
c
25.
c
35.
d
6.
b
16.
a
26.
d
36.
c
7.
c
17.
c
27.
37.
c
8.
a
18.
b
28.
b
38.
a
9.
d
19.
a
29.
a
39.
b
10.
a
20.
b
30.
a
40.
c
Bobot
Skor
5. Kriteria Kelulusan Indikator
Nilai
Keterangan
Aspek Sikap: 1. Pemanfaatan sumber belajar
2
2. Pengelolaan waktu belajar
6
3. Pengembangan wawasan
2
Aspek Kogntif: 1. Kemampuan menjawab soal latihan
20
2. Kemampuan menjawab soal evaluasi
20
Aspek Psikomotor: 1. Kemampuan merumuskan masalah
10
2. Kemampuan merumuskan hipotesis
10
3. Kemampuan membuat rencana kerja
10
4. Kemampuan membuat rancangan pengujian dan menganalisis data
10
Jumlah
100
114
Syarat lulus siswa minimal mencapai nilai 56
IV. PENUTUP
Mahasiswa yang telah mencapai tingkat kelulusan minimal dapat melanjutkan ke modul selanjutnya. Sementara mereka yang belum mencapai tingkat kelulusan minimal atau belum berhasil lulus, tidak diperkenankan
untuk
mengambil
modul
selanjutnya,
mengulang kembali modul dasar-dasar karya tulis ilmiah ini.
115
dan
harus
KODE MODUL
KTI TKF 206 - 02 Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif
Pendekatan Dalam
KARYA TULIS ILMIAH
Penyusun: Sukoco, M.Pd.
Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran (SP4)
Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif 2005
116
Kata Pengantar
Modul kerangka penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari empat (4) kegiatan belajar, yaitu kajian masalah, kajian teori, metodologi, dan Hasil dan Simpulan. Kegiatan belajar kajian masalah membahas cara-cara merumuskan pemasalahan, kajian teori membahas cara-cara menggunakan teori-teori yang ada untuk menemukan pemecahan masalah, metodologi sampai dengan kesimpulan membahas cara membuat rancangan untuk proses pengujian secara empiris, serta cara untuk menarik kesimpulan dari hasil pengujian yang telah dilakukan. Keempat kegiatan belajar ini akan memberikan pengalaman belajar yang bermanfaat dalam membuat kerangka secara keseluruhan dari kegiatan proyek akhir atau kegiatan penelitian ilmiah dan penulisan lapooran kegiatannya. Di samping itu, dengan disusunnya kerangka kegiatan yang sesuai dengan alur berpikir ilmiah, maka dapat menghindarkan terjadinya bias-bias yang dapat merusak kegiatan ilmiah. Seperti telah diketahui sifat kegiatan ilmiah adalah sistematis, rasional, dan analitis, yang mewarnai setiap langkah pada kegiatan ilmiah. Perlu diingatkan bahwa belajar menggunakan pendekatan modul, berrbeda dengan PBM klasikal. Pendekatan modul menuntut inisiatif dan keaktifan mahasiswa secara individual. Sebab pendekatan ini diarahkan untuk memberikan kesempatan pada mahasiswa berkembang sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Mereka yang aktif dan memiliki kapasitas yang tinggi tidak perlu terhambat kemajuan belajarnya oleh yang kapasitas dan keaktifannya lebih rendah. Sebagaimana terjadi pada PBM dengan pendekatan klasikal. Keberhasilan kegiatan belajar ditentukan oleh individu orang yang sedang belajar, maka mahasiswa perlu menjaga masalah faktor motivasi 117
belajarnya. Motivasi yang utama yang diperlukan adalah motivasi intrinsik yaitu dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik ada ataupun tidak ada pengaruh dari luar dirinya, ia akan berusaha mencapai hasil yang maksimal. Modul ini telah dicoba disusun secara betahap, yang pada akhirnya dapat memberikan kemampuan dalam membuat karya tulis ilmiah, khusus dalam membuat tugas akhir. Oleh karena itu, ikuti petunjuk dan kerjakan tugas-tugas dalam modul ini, dan bila ada kesulitan berdiskusilah dengan dosen pembimbing yang tersedia.
SUKOCO
118
Daftar Isi Halaman Sampul Halaman Francis Kata Pengantar Daftar Isi Kedudukan Modul Glosarium I
PENDAHULUAN A. Deskripsi B. Prasyarat C. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Penjelasan Bagi Mahasiswa 2. Peran Dosen D. Tujuan Akhir E. Kompetensi F. Cek Kemampuan
II
PEMBELAJARAN A. Rencana Belajar Mahasiswa B. Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1 a. Tujuan Pembelajaran b. Uraian Materi c. Rangkuman d. Tugas e. Tes Formatif f. Kunci Jawaban Tes formatif g. Lembar Kerja 2. Kegiatan Belajar 2 3. Kegiatan Belajar n
III
EVALUASI 1. Kognitif 2. Psikomotor 3. Attitude 4. Produk/Benda Kerja Sesuai Kriteria Standard 5. Batas Waktu yang Telah ditetapkan 6. Kunci Jawaban
IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA 119
BAB I PENDAHULUAN A.
Deskripsi Modul Kerangka Penulisan Ilmiah dengan KTI TKF 206 – 02 ini memberikan pengalaman belajar membuat kerangka penulisan ilmiah secara menyeluruh. Diawali dengan cara-cara merumuskan permasalahan kajian, sebagai titik awal proses kajian ilmiah yang akan dilakukan. Selanjutnya disajikan materi cara membahas permasalahan yang telah dirumuskan, menggunakan khasanah ilmu pengetahuan hingga ditemukan solusi per-masalahan secara teoritis. Metodologi pengumpulan data empiris untuk keperluan pengujian, pembahasan hasil pengujian, dan cara menarik kesimpulan akan dibahas dalam satu kegiatan belajar tersendiri. Pada bagian akhir akan disajikan teknik notasi ilmiah, sebagai aturan tata tulis ilmiah yang berlaku dalam penulisan laporan proyek akhir.
B.
Prasyarat Modul kerangka penulisan ilmiah dengan kode KTI 206 – 02 ini merupakan kelanjutan dari modul dasar-dasar karya tulis ilmiah dengan KTI 206 – 01. Maka sebelumnya mahasiswa sudah harus menuntaskan modul dasar tersebut. Tanpa penguasaan modul tersebut, maka kualitas pemahaman kerangka penulisan tugas akhir yang dihasilkan akan rendah, khususnya terhadap materi alur berpikir yang menjadi dasar penyusunan kerangka penulisan laporan proyek akhir.
120
C.
Petunjuk Penggunaan Modul Untuk mempermudah di dalam mempelajari modul ini, diharapkan
selalu
berpegang
bahwa
modul
ini
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, dan memahami aturan-aturan dalam menulis karya ilmiah. Untuk itu maka diharapkan
mahasiswa
membaca
dengan
baik
petunjuk
penggunaan modul ini baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus, berikut ini:
1.
Penjelasan Bagi Mahasiswa a.
Pelajari terlebih dahulu modul-modul prasyarat hingga tuntas mencapai kelulusan minimal.
b.
Pelajarilah modul ini dengan baik terhadap sajian konsep yang diberikan pada setiap kegiatan belajar. Di dalam modul ini ada 4 kegiatan belajar.
c.
Untuk memahammi isi materi yang terdapat di dalam setiap kegiatan belajar, maka kerjakan semua pertanyaan yang diberikan pada setiap kegiatan belajar, dan jawaban anda harap ditulis pada tempat yang telah disediakan dalam modul ini.
d. Selain itu, diharapkan mahasiswa menyelesaikan tugas-tugas, dan bila diperlukan dapat dilakukan diskusi dengan 3 – 5 orang teman atau dengan dosen pembimbing mata kuliah. Selanjut-nya jawaban anda, tulis di dalam buku kerja.
121
2.
Peran Dosen Dalam
penyelesaian
sebagai
fasilitator
modul
yang
ini,
dosen
mendampingi
bertindak mahasiswa
dalam menyelesaikan modul ini, beberapa hal yang perlu dilakukan ialah: 1). Membantu
mahasiswa
membuat
perencanaan
kegiatan belajar. 2). Membantu mahasiswa bila mengalami kesulitan/ hambatan dalam menyelesaikan modul ini. 3). Membantu koordinasi mahasiswa dalam mempergunakan
fasilitas
jurusan
atau
yang
fasilitas
lainnya. 4). Sebagai fasilitator, dosen jangan berlebihan dalam memberikan penjelasan, ingat kegiatan ini untuk mengarahkan
mahasiswa dapat belajar mandiri.
Penjelasan cenderung bersifat mengarahkan bukan menuntaskan sebagaimana saat mengajar. 5). Setelah mahasiswa selesai dan siap diuji, maka tugas dosen adalah menguji kompetensi mahasiswa sebagai wujud pengusaan materi modul.
D.
Tujuan Akhir Tujuan akhir modul ini mengharapkan mahasiswa mampu membuat rencana penulisan Proyek Akhir dengan kerangka penulisan ilmiah yang benar.
122
E.
Kompetensi Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi sebagai berikut: 1).
Membuat rancangan kerangka penulisan ilmiah dengan benar.
2).
Menganalisis dan merumuskan permasalahan kajian ilmiah dengan benar.
3).
Membuat kajian teoritis untuk menemukan jawaban permasalahan yang telah dirumuskan dengan benar.
4).
Membuat
rancangan
metodologi
yang
diperlukan
untuk pengujian empiris dengan benar. 5).
Mengidentifikasi
dan
menggunakan
teknik
notasi
penulisan ilmiah dengan konsisten.
F. No 1 2 3
4
Cek Kemampuan Judul Kegiatan
Waktu
Kajian masalah KTI
Kajian Teori KTI Metodologi, pembahasan, dan ke simpulan Teknik notasi ilmiah
123
Kegiatan
Hasil
BAB II PEMBELAJARAN
A.
Rencana Belajar Mahasiswa Sebelum anda melanjutkan mempelajari modul ini, sebaiknya anda membuat rencana belajar dan mendiskusikan dengan Dosen/tutor yang berkaitan dengan modul pembelajaran ini. Untuk membuat perencanaan kegiatan belajar anda, maka isilah rencana kegiatan tersebut dalam format berikut ini. Kegiatan diisi dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan. Tanggal diisi dengan rencana tanggal dilakukannya kegiatan belajar. Waktu adalah lamanya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan belajar hingga dapat dikuasai dengan baik. Tempat belajar adalah keterangan tempat kegiatan belajar. Alasan perubahan adalah bila rancangan yang telah dibuat terjadi perubahan. Dosen tutor diminta tanda tangan bila telah selesai.
Kegiatan
Tanggal
Waktu
Tempat belajar
Alasan Perubahan
Tanda tangan Dosen
1. Kegiatan Belajar1 2. Kegiatan Belajar2 3. Kegiatan Belajar 3 4. Kegiatan Belajar4
Judul
: Kerangka Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Kompetensi
: Menggunakan
Kerangka
Penulisan
Karya Tulis Ilmiah dengan benar
124
Sub Kompetensi 5).
:
Menganalisis dan merumuskan permasalahan kajian ilmiah dengan benar.
6).
Membuat kajian teoritis untuk menemukan jawaban permasalahan yang telah dirumuskan dengan benar.
7).
Membuat rancangan metodologi yang diperlukan untuk pengujian empiris dengan benar.
8).
B.
Membuat kerangka penulisan hasil dan simpulan
Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1 : Kajian Masalah a. Tujuan Pembelajaran Setelah menuntaskan modul pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa akan dapat: 1).
Menganalisis
latar
belakang
suatu
permasalahan
sebagai kajian ilmiah. 2).
Menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan kajian ilmiah dengan benar.
3).
Membuat
batasan-batasan
permasalahan
dengan
kajian
dengan
benar. 4).
Merumuskan
permasalahan
ilmiah
benar. 5).
Merumuskan tujuan kajian ilmiah dengan benar.
b. Uraian Materi Permasalahan merupakan suatu langkah awal yang penting dan tidak dapat dipandang ringan. Permasalah-an menjadi dasar proses selanjutnya, baik dalam kaitan-nya
125
dengan kegiatan yang dilakukan maupun dalam kaitannya dengan
penyusunan
laporan
secara
keseluruh-an.
Semuanya itu berangkat dari konsep dasar, bahwa kegiatan tugas akhir dilaksanakan dalam rangka mengatasi sebuah permasalahan. Permasalahan adalah sesuatu yang manyebabkan sesuatu tidak nyaman, sesuatu yang tidak efektif atau efisien, sesuatu yang perlu dikembangkan, atau sesuatu yang tidak dapat bekerja dengan baik. Berdasarkan kondisi tersebut
akan
muncul
pertanyaan-perrtanyaan
dari
seorang peneliti, yang mendorong untuk menjawabnya melalui kegiatan ilmiah. Permasalahan-permasalahan Apabila permasalahan yang akan diatasi, dapat dirumuskan dengan jelas maka langkah-langkah selanjutnya dapat diprediksi akan jelas. Sebaliknya bila permasalahan yang akan diatasi atau diselesaikan tidak jelas, maka dapat ditebak atau diprediksi, maka langkah solusi yang dilakukan
akan
menjadi
kabur.
Kondisi
ini
akan
menyebabkan berbagai penyimpangan alur berpikir dalam kegiatan ilmiah. Kajian masalah dalam format laporan tugas akhir terdapat dalam bab I, meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, dan tujuan serta manfaat. Setiap subbab tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang penting dan berbeda serta saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Kecermatan di dalam menguraikan isi dari setiap subbab tersebut akan memberikan kemudahan, pada
126
tahapan penulisan selanjutnya. Oleh karena itu, kajian masalah dibahas secara khusus, pada satu kegiatan belajar tersendiri. Meskipun secara parsial materinya telah disinggung pada kegiatan-kegiatan belajar sebelumnya.
A.
Latar Belakang Masalah
Langkah
pertama
dalam
suatu
kajian
ilmiah
baik
penelitian ataupun proyek akhir adalah mengajukan masalah. Meskipun seperti telah dikemukakan, memilih dan merumuskan permasalahan merupakan salah satu aspek yang sulit di dalam dalam kegiatan ilmiah, namun kegiatan ini harus dilakukan sebelum yang lainnya. Sebab penelitian atau kegiatan ilmiah dilakukan untuk menjawab suatu permasalahan tertentu. Paling tidak ada dua pertanyaan yang perlu dijawab dalam latar belakang masalah. Pertanyaan pertama yang harus dijawab, fenomena apakah yang sedang terjadi kesenjangan?
Jawaban
pertanyaan ini akan meng-
ungkapkan kondisi/fakta kehidupan yang sedang terjadi dan kondisi yang seharusnya diharapkan. Karena ini merupakan kenyataan, maka diperlukan dukungan datadata yang mendukungnya. Data-data pendukung dapat berupa data kuantitatif, dapat juga berupa data kualitatif namun harus dikemukakan dalam tubuh tulisan, termasuk sumbernya. Kadang untuk meyakinkan, dilakukan pra survey untuk memberikan fakta-fakta pendukung tersebut. Sebagai contoh, saat ini tingkat polusi udara sudah sangat membahayakan. Kondisi ini merupakan fakta
127
dalam kehidupan sebagai hasil dari pembakaran hidrocarbon baik oleh kendaraan bermotor maupun oleh industri. Pada saat mengungkapkan pernyataan ini, diperlukan pendukung berupa kondisi/fakta/data pencemaran yang terjadi dan ambang batas normal yang ditetapkan. Sumber informasi kondisi/fakta/data pencemaran yang terjadi, dapat berupa koran, majalah, journal, tau data survey yang dapat dipercaya secra ilmiah. Hal ini merupakan proses penarikan kesimpulan deduksi dengan kebenaran koherensi. Sehingga pada contoh tersebut, fenomena yang dikaji adalah terjadinya pencemaran udara. Untuk meyakinkan kebenarannya fenomena tersebut, maka harus didukung data, baik melalui data yang telah ada atau diadakan melalui proses pengukuran.
Pengamatan awal ini di-
lakukan untuk memberikan dasar pemikiran, bahwa telah terjadi pencemaran udara yang melebihi ambang batas. Berdasarkan pengalaman yang ada, kegiatan proyek akhir tidak dimulai dari kajian masalah. Kajian dimulai dari ketertarikan untuk membuat suatu produk tertentu. Misalkan, membuat alarm kendaraan bermotor. Konsep alat,
perencanaan,
dengan
baik
dapat
dan
proses
untuk
dilaksanakan.
membuatnya
Permasalahannya
kemudian muncul pada saat mengembangkan karya tulisnya, khususnya untuk menguraikan kajian masalah. Produk proyek akhir yang dihasilkan, pada dasarnya merupakan solusi dari suatu permasalahan. Apakah produk tersebut
untuk
solusi
128
masalah
yang
baru
atau
pengembangan dari yang telah ada?. Keduanya tentu berbeda analisis dan data pendukung yang diperlukan, dan ini merupakan permasalahan yang tidak ringan. Sering terjadi, karena tidak/sulit mendapatkan data pendukung atau referensi, maka muncul analisis pembenaran dengan dasar persepsi si penulis. Hal ini tentunya tidak dibenarkan dalam kajian ilmiah, sebab persepsi sifatnya sangat lemah karena sangat reletif sifatnya, bila dipergunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan. Pembahasan selanjutnya tentunya terkait dengan kondisi yang diharapkan. Meskipun pembahasan pada subbab ini belum begitu rinci, namun perlu diingat pembahasan ini merupakan peletakan dasar-dasar tolok ukur solusi yang akan dilakukan. Seperti contoh di atas, solusinya adalah yang dihasilkan seharusnya tersedia udara yang bersih, untuk mendukung kehidupan yang sehat. Proses pengenalan masalah ini, perlu dilakukan dengan cermat hingga ditemukan batas-batasnya. Sehingga di dalam mengkaji suatu permasalahan perlu dikemukakan batas-batas empiris yang jelas, sehingga dapat diketahui dengan jelas ciri-ciri dan karakteristiknya. Pertanyaan kedua, faktor-faktor kehidupan yang manakah yang terkait atau terpengaruh oleh fenomena kesenjangan yang terjadi?. Apakah dalam kaitannya dengan latar belakang historis, ekonomis, sosial, politis, atau budaya. Satu hal yang perlu disadari dan diingat bahwa pada hakikatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor-faktor yang
129
lainnya. Atau secara operasional suatu gejala dapat disebut sebagai masalah, bila gejala tersebut berada pada suatu situasi tertentu. Konstelasi dengan faktor lain inilah yang merupakan latar-belakang dari suatu masalah. latar belakang tersebut bisa bersumber dari latar belakang historis, ekonomis, sosial, politis, atau budaya. Sebagai contoh, polusi udara tersebut bila terjadinya di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, Atau diisolasi dalam ruangan tertutup, mungkin tak jadi masalah. Merokok misalkan, dilakukan pada ruangan khusus perokok, maka tak akan mengganggu yang lainnya. Namun bila dilakukan ditempat umum, akan menyebabkan
gangguan
pada
mereka
yang
tidak
merokok, di samping kadang putungnya dibuang sembarangan. Namun pada saat polusi tersebut terkait dengan kehidupan masyarakat, maka polusi tersebut menjadi permasalahan. Karena polusi akan menyebabkan berbagai gangguan dalam kehidupan. Analisis
dampak
lingkungan
inilah
polusi
terhadap
memerlukan
kehidupan
argumentasi
dan
rasional.
Dalam memberikan argumentasi inilah, diperlukan dasardasar berpikir yang memiliki kebenaran ilmiah. Sekali
lagi persepsi penulis tidak dapat dipergunakan sebagai dasar. Argumentasi ini untuk memberikan penjelasan, tingkat pengaruh polusi terhadap kehidupan. Semakin tinggi tingkat pengaruhnya, maka akan memberikan dasar semakin mendesak permasalahan polusi tersebut untuk diatasi.
130
Contoh lainnya, misalkan prestasi belajar mahasiswa Teknik Otomotif rata-rata rendah, dilihat dari lingkup FT UNY hal ini mungkin bukan permasalahan yang mendesak. Namun bila dikaitkan dengan dampak yang akan ditimbulkan saat mereka memasuki lapangan kerja, maka permasalahannya menjadi sangat penting. Paling tidak terkait dengan munculnya produktivitas yang rendah, atau meningkatnya jumlah pengangguran terdidik. Keduanya lebih lanjut berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional. Analisis keterkaitan antar faktor tersebut akan memberikan penjelasan pentingnya fenomena rendahnya prestasi belajar mahasiswa untuk ditingkatkan. Tingkat seberapa mendesaknya permasalahan tersebut di atasi, tergantung pada seberapa besar dampak negatif yang akan ditimbulkan. Dengan demikian pada subbab ini, membahas fenomena kesenjangan yang terjadi dengan data pendukungnya. Selanjutnya diuraikan konstelasi faktor yang terkait dengan fenomena, dan argumentasi rasional dampak negatif yang ditimbulkan.
B. Identifikasi Masalah. Subbab ini kelanjutan dari Subbab latar belakang masalah. Di dalam subbab ini merupakan tahap awal dari proses penguasaan dan mulainya dikenalinya permasalahan. Seperti diketahui bahwa suatu obyek dalam jalinan situasi tertentu dikenali sebagai suatu masalah. Seperti dalam contoh di atas, permasalahan polusi udara
131
oleh gas buang dikenali sebagai suatu permasalahan, namun masih terlalu luas lingkupnya. Karena tidak dimungkinkan menyelesaikan terjadinya kesenjangan secara menyeluruh, maka perlu adanya langkah
identifikasi
masalah.
Sehingga
identifikasi
masalah adalah usaha untuk memerinci dan membawa permasalahan pada tingkat yang lebih operasional agar dapat dikelola untuk dicarikan solusinya. Perlu diingat bahwa bobot sebuah kajian ilmiah bukan terletak pada ukuran kuantitas, seperti luasnya lingkup yang dapat dikaji, namun terletak pada kedalaman atau kualitas kajiannya. Pencemaran udara merupakan fenomena yang sangat luas, ini tidak mungkin untuk diatasi dengan sekali tindakan. Dilihat dari sumbernya paling tidak ada dua yaitu industri dan kendaraan bermotor. Industri sendiri sangat bervariasi dari industri yang besar sampai dengan yang industri kecil. Sehingga dapat dimunculkan pertanyaan, apakah pencemaran udara disebabkan karena gas buang dari industri?. Namun rata-rata keberadaan industri jauh dari pemukiman penduduk. Hal ini berarti industri sebagai sumber polusi masih bisa diragukan. Sumber polusi yang lainnya adalah kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor, juga bervariasi dari yang kendaraan kecil satu silinder hingga kapal besar yang multi silinder. Semuanya memberikan kontribusi terhadap pencemaran udara lewat gas buang yang dilepas ke udara. Namun dalam operasionalnya, kapal laut meskipun menggunakan
132
mesin yang besar, berada jauh dari pemukiman penduduk. Sehingga polusi yang dihasilkan masih dapat diabaikan. Sumber polusi yang selalu berdekatan dengan kehidupan manusia adalah kendaraan bermotor sebagai transportasi darat. Sesuai dengan bentuk polusi yang akan diatasi, misalkan gas beracun seperti CO. Dari kendaraan bermotor ada yang menggunakan mesin diesel dan mesin bensin. Keduanya menghasilkan gas buang yang berbeda kandungannya. Gas buang Motor diesel kandungan COnya lebih rendah dibandingkan gas buang motor bensin. Dari analisis ini muncul pertanyaan, seberapa besar gas CO yang terkandung pada gas buang motor bensin? Bagaimana cara mengatasi jumlah kandungan gas CO tersebut? Dari pertanyaan tersebut permasalahan mulai teridetifikasi, yaitu motor bensin sebagai sumber pencemaran udara.
Selanjutnya
kemungkinan
bisa
menganalisis
faktor-faktor
memperbaiki
atau
yang
mengurangi
kandungan gas beracun pada gas buang motor bensin. Sehingga akan dihasilkan lagi pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan usaha mengurangi kandungan gas beracun pada gas buang. Misalkan, apakah produk knalpot yang beredar saat ini dapat berfungsi meredam polusi gas buang? Apakah terdapat kaitan antara sistem pemeliharaan berkala dengan jumlah kandungan polusi gas buang? Apakah bentuk
filter
udara
133
berpengaruh
terhadap
jumlah
kandungan polusi gas buang? Apakah penyetelan timing berpengaruh terhadap jumlah kandungan polusi gas buang? dan seterusnya. Bila proyek akhir tujuannya untuk menghasilkan produk teknologi tambahan pada kendaraan, apakah dengan menambah teknologi A pada sistem bahan bakar, mampu menurunkan kadar polusi gas buang? Seberapa besar penurunan
kadar
polusi
gas
buang,
dengan
digunakannya teknologi B pada sistem pembuangan?. Berdasarkan konsep tersebut, berarti pada subbab ini akan dihasilkan sejumlah permasalahan atau pertanyaanpertanyaan yang menjadi bagian dari kesenjangan yang dibahas pada latar belakang masalah. Atau setiap permasalahan
yang
teridentifikasi
terkait
dengan
kesenjangan pada latar belakang masalah.
C. Pembatasan Masalah Subbab ini sebagai suatu proses untuk membatasi kajian yang akan dilakukan. Pembatasan ini penting karena adanya keterbatasan-keterbatasan seperti kemampuan, pengetahuan, waktu, dan biaya. Pembatasan ini tidak mengurangi bobot hasil kajian, sebab bobot kajian tidak ditentukan oleh kuantitasnya namun kualitasnya. Sehingga mahasiswa yang memang masih sangat terbatas pengetahuan, waktu studinya, dan biaya pendidikan yang tersedia, tidak perlu memaksakan kajian yang tidak terjangkau. Mahasiswa perlu membatasi kajian sebatas kemampuannya,
namun
tanpa
kualitas kajian yang dilakukan.
134
meninggalkan
bobot
Pembatasan diawali dengan memilih salah satu permasalahan yang telah teridentifikasi sebelumnya. Proses pemilihan ini tentunya menggunakan argumentasi rasional, yang mengungkapkan bahwa obyek kajian yang dipilih mempunyai kontribusi penyelesaian solusi paling dominan.
Meskipun
pernyataan
besarnya
kontribusi
tersebut kebenarannya sebatas kebenaran koherensi. Sesudah itu membuat batasan-batasan yang terkait dengan apa yang akan dilakukan. Dengan pembatasan ini, menjadi lebih jelas lingkup kajian yang akan menjadi daerah kajian. Sebagai contoh, berdasarkan identiifikasi masalah di atas, kajian memilih/membatasi kajian penurunan kadar polusi gas
buang
motor
bensin,
yaitu
pengaruh
sistem
pemeliharaan berkala terhadap terhadap kandungan kadar polusi pada gas buang. Kalau pembatasan berhenti demikian, maka obyek kajiannya masih agak luas. Sebab motor bensin ada yang dua tak ada yang empat tak, ada satu silinder ada yang multi silinder. Artinya masih perlu dilakukan pembatasan-pembatasan lebih lanjut. Sehingga mungkin
bisa
dikemukakan
bahwa
kajian
adalah
pengaruh sistem peliharaan berkala terhadap kandungan kadar polusi gas buang pada sepeda motor 4 tak. Atau mungkin mengambil kajian yang menghasilkan produk teknologi, misalkan besarnya penurunan polusi gas buang dengan digunakan teknologi A. Dalam kajian ini masih cukup luas perlu pembatasan lebih lanjut, Yaitu dengan memasukan obyek kajiannya. Inipun masih dipertanyakan teknologi tersebut, akan dibuat atau 135
tinggal menerapkan. Cara seperti ini adalah upaya untuk memperjelas batas-batas kajian proyek akhir.
D. Perumusan Masalah. Seperti yang telah diketahui semua, bahwa proyek akhir atau penelitian tujuannya adalah untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Permasalahan yang akan diselesaikan adalah permasalahan yang dirumuskan pada subbab perumusan masalah ini. Perumusan masalah didasarkan pada pemilihan dan pembatasan yang telah dilakukan. Penyusunan dengan kalimat tanya yang jelas dan lengkap. Sebab perumusan masalah menjadi acuan langkah-langkah selanjutnya dalam kajian proyek akhir. Sehingga perumusan masalah akan membantu baik untuk melakukan kegiatan maupun menyusun laporan tugas akhir.
Karena
peran
yang
begitu
penting,
maka
mahasiswa perlu melakukannya dengan cermat dan teliti. Sebagai contoh berdasarkan pembatasan masalah di atas, misalkan: Seberapa besar pengaruh sistem pemeliharaan berkala terhadap kandungan kadar polusi pada gas buang?. Untuk permasalahan kedua, bagaimana cara merancang teknologi A sebagai alat penurun polusi gas buang? Apakah teknologi A mampu menurunkan kandungan kadar polusi pada gas buang?. Perumusan masalah yang baik bukan saja membantu memusatkan pikiran, namun sekaligus mengarahkan cara berpikir, mengarahkan bentuk data empiris yang harus
136
dikumpulkan. Jadi pada dasarnya saat merumuskan permasalahan kajian, telah terpikirkan bentuk data empiris nantinya yang akan dikumpulkan. Di samping itu, setelah lingkup permasalahan berhasil dirumuskan, maka pada dasarnya telah dapat diajukan tujuan penelitian atau kajian yang akan dilakukan. Meskipun demikian perlu diingat bahwa kelima kegiatan di atas terdapat kaitan yang sangat erat. Antara latar belakang masalah dengan kegunaan kadang sudah terbaca kaitan. Artinya kegunaan hasil kajian akan mewarnai lingkup kajian yang akan dilakukan. Untuk lingkup kegunaan yang lebih luas, maka pembatasan harus dapat memberikan dasar generalisasi.
c. Rangkuman Langkah pertama dalam suatu kajian ilmiah baik penelitian ataupun kegiatan ilmiah lainnya termasuk proyek akhir adalah mengajukan masalah. Memilih dan merumuskan permasalahan merupakan salah satu aspek yang sulit di dalam dalam kegiatan ilmiah, namun kegiatan ini harus dilakukan sebelum yang lainnya dilakukan. Satu hal yang perlu diingat bahwa pada hakikatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor-faktor yang lainnya. Atau secara operasional suatu gejala dapat disebut sebagai masalah, bila gejala tersebut berada pada suatu situasi tertentu.
137
Konstelasi dengan faktor lain inilah yang merupakan latar belakang dari suatu masalah. latar belakang tersebut bisa bersumber dari latar belakang historis, ekonomis, sosial, politis, atau budaya. Paling tidak ada dua pertanyaan yang perlu dijawab dalam latar belakang masalah. Pertanyaan pertama yang harus dijawab, fenomena apakah yang sedang terjadi kesenjang-an? Pertanyaan kedua, faktorfaktor kehidupan yang manakah yang terkait atau terpengaruh
oleh
fenomena
kesenjangan
yang
terjadi?. Identifikasi masalah merupakan tahap awal dari proses
penguasaan
dan
mulainya
dikenalinya
permasalahan. identifikasi masalah adalah usaha untuk memerinci dan membawa permasalahan pada tingkat yang lebih operasional, agar dapat dikelola untuk dicarikan solusinya. Subbab ini akan dihasilkan sejumlah permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan yang menjadi bagian dari kesenjangan yang dibahas pada latar belakang masalah. Subbab pembatasan masalah adalah suatu proses untuk membatasi kajian yang akan dilakukan. Pembatasan
ini
penting
keterbatasan-keterbatasan
karena
seperti
adanya
kemampuan,
pengetahuan, waktu, dan biaya. Pembatasan ini tidak mengurangi bobot hasil kajian, sebab
bobot
kajian
138
tidak
ditentukan
oleh
kuantitasnya namun kualitasnya. Perumusan masalah didasarkan pada pemilihan dan pembatasan yang telah dilakukan. Penyusunan dengan kalimat tanya yang jelas dan lengkap. Apabila permasalahan yang akan diatasi, dapat dirumuskan dengan jelas maka langkah-langkah selanjutnya dapat diprediksi akan jelas. Sebaliknya bila
permasalahan
yang
akan
diatasi
atau
diselesaikan tidak jelas, maka dapat ditebak atau diprediksi, maka langkah solusi yang dilakukan akan menjadi kabur. Kondisi ini akan menyebabkan berbagai penyimpangan alur berpikir dalam kegiatan ilmiah. Setelah lingkup permasalahan berhasil dirumuskan, maka pada dasarnya telah dapat diajukan tujuan dan manfaat penelitian atau kajian yang akan dilakukan.
d. Tugas 1).
Masih menggunakan laporan tugas akhir, apakah pada laporan tersebut, proses penyusunan bab 1 sesuai dengan aturan alur berpikir dalam kegiatan belajar ini. Berikan komentar anda!
2).
Perhatikan juga, apakah batas-batas permasalahan yang akan dikaji diuraikan dengan jelas? Berikan
139
komentar anda!
e. Tes Formatif Berikut ini tes fomatif untuk mengukur kemampuan anda setelah mempelajari kegiatan belajar kajian masalah. Mengingat pentingnya kemampuan ini dalam kegiatan ilmiah, mohon dikerjakan dengan jujur, sehingga hasilnya tes bermanfaat. e1). Kapan suatu gejala dapat disebut sebagai suatu masalah? e2).
Terdapat dua hal yang berbeda, sehingga suatu gejala disebut masalah. Sebutkan dan jelaskan keduanya!
e3).
Terdapat dua pertanyaan yang perlu dijawab pada saat menyusun latar belakang masalah, Sebutkan keduannya!
e4).
Apakah tujuan dari pertanyaan pertama?
e5).
Dan apakah tujuan dari pertanyaan kedua?
e6).
Apakah tujuan adanya subbab identifikasi masalah? Dan apakah yang dihasilkan dalam sub-bab ini?
e7).
Apakah yang dilakukan saat melakukan pembatasan masalah?
e8).
Apakah pembatasan masalah akan megurangi bobot kajian ilmiah?
e9).
Mengapa perumusan masalah harus jelas dan
140
operasional? e10)
Setelah masalah kajian dapat dirumuskan, maka tujuan dapat dirumuskan. Mengapa demikian?
f. Kunci Jawaban Tes formatif f1).
Pada saat gejala tersebut berada pada suatu situasi tertentu.
f2).
Kedua hal yang membentuk masalah tersebut adalah kondisi
riil
perbedaan
dan
kondisi
keduanya
yang
semakin
diharapkan. besar,
Bila
berarti
kesenjangan semakin besar pula. f3).
Pertama, fenomena apakah yang sedang terjadi kesenjangan?; kedua, faktor-faktor yang manakah yang
terkait
atau
terpengaruh
oleh
fenomena
kesenjangan yang terjadi?. f4).
Untuk mengungkap gejala permasalahan yang terjadi yang akan dikaji dalam kegiatan proyek akhir.
f5).
Untuk mengungkap faktor-faktor yang terkait dan
141
seberapa
besar
dampak
yang
terjadi
sebagai
pengaruh dari kesenjangan. f6).
Untuk mengenal permasalahan lebih baik, yaitu dengan memerinci lebih operasional. Identifikasi masalah menghasilkan sejumlah pertanyaan dalam lingkup kesenjangan.
f7).
Kegiatan yang dilakukan pada pembatasan masalah adalah memilih dan membuat batas-batas permasalahan yang akan dikaji.
f8).
Pembatasan masalah tidak mengurangi bobot kualitas kajian ilmiah, sebab bobot kajian ilmiah bukan pada kuantitas namun pada kualitasnya.
f9)
Sebab rmusan masalah merupakan dasar untuk memikirkan langkah solusi selanjutnya.
f10) Sebab penyelesaian masalah berarti pencapaian tujuan.
142
2. Kegiatan Belajar 2 : Kajian Teori a. Tujuan Pembelajaran Setelah menuntaskan modul pembelajaran ini, diharap-kan mahasiswa akan dapat: 6).
Mengidentifikasi faktor/variabel kajian ilmiah yang perlu dideskripsikan.
7).
Menganalisis
dan
mengidentifikasi
konsep-konsep/
teori dasar kajian ilmiah dengan benar. 8).
Merumuskan batasan-batasan faktor kajian karta ilmiah dengan benar.
9).
Merumuskan jawaban sementara permasalahan kajian ilmiah dengan benar.
b. Uraian Materi Setelah permasalahan berhasil dirumuskan dengan baik pada Bab I, maka langkah selanjutnya adalah meng-ajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dirumuskan atau yang telah diajukan. Seperti telah diketahui dalam 143
memecahkan berbagai permasalahan, terdapat berbagai cara yang dilakukan oleh manusia. Cara-cara pemecahan masalah tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu cara ilmiah dengan cara nonilmiah. Dalam kaitannya dengan kegiatan proyek akhir dan penelitian skripsi, tentunya cara yang dipergunakan adalah cara ilmiah. Cara ilmiah dalam memecahkan masalah pada hakikatnya
adalah
menggunakan
pengetahuan
ilmiah
sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji permasalahan yang diajukan. Seperti pada diagram metode ilmiah, langkah sesudah perumusan masalah, yang harus dilakukan oleh seorang peneliti adalah mengkaji permasalahan ter-sebut melalui berbagai teori yang relevan untuk menemukan jawabannya. Proses kajian teori ini dilaku-kan secara deduktif dengan kebenaran koherensi, dan ini merupakan logika deduktif yang dibangun dalam menemukan kebenaran ilmiah. Dengan demikian tujuan kajian teori, adalah agar diperoleh jawaban yang dapat dihandalkan. Untuk itu berarti harus dipergunakan teori-teori ilmiah sebagai alat yang akan membantu
dalam
pemecahan
masalah.
Berdasarkan
argumentasi tersebut, maka dalam kaitannya dengan penulisan tugas akhir dan penulisan skripsi, mahasiswa tidak dapat melepaskan diri dari proses kajian teori. Dalam format penulisan tugas akhir dan skripsi, kajian teori ini ditempatkan dalam bab II. Secara garis besar isinya adalah mendeskripsikan variabel, menganalisis kerangka berpikir, dan mengajukan jawaban sementara.
144
Penelitian Pendidikan/Sosial Sebagai
contoh
dalam
penelitian
misalkan,
suatu
permasalahan dalam studi perbandingan apakah prestasi
belajar mahasiswa pada mata kuliah KTI antara yang
kuliah
diruang
ber
AC
lebih
tinggi
dibandingkan yang kuliah diruang biasa. Langkah pertama
yang
dilakukan
adalah
mengidentifi-kasi
faktor/variabel yang terkandung dalam per-masalahan tersebut. Variabel yang tercakup dalam permasalahan tersebut ada dua yaitu prestasi belajar sebagai variabel terikat dan ruang kuliah sebagai variabel bebas. Langkah kedua, mengkaji semua variabel yang tercakup dalam rumusan masalah, berdasarkan pengetahuan ilmiah yang relevan mengenai karak-teristiknya. Kajian tersebut misalnya, apakah yang disebut dengan ruang kuliah ber AC dan ruang kuliah biasa tersebut?, Apakah prasarana dan sarana ruang kuliah? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lainnya yang dapat mengungkap seluruh karakteristik kedua ruang kuliah tersebut. Apakah prestasi belajar mahasiswa? Kemampuan
apa
saja
yang
diperlukan
sebagai
prasyaratnya? Dan sebagainya, yang pada akhirnya dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi variabel dengan tepat. Langkah kedua ini dihasilkan definisi obyek kajian. Definisi ini disebut sebagai definisi operasional, yang tujuannya untuk menghindarkan terjadinya salah pengertian. Seperti diketahui, karya tulis merupakan kegiatan membuat media komunikasi penelitian.
antara Dalam
peneliti situasi
145
dengan
pengguna
komunikasi,
sering
hasil terjadi
permasalahan pada kata atau kalimat yang sama, yang dapat diartikan berbeda oleh orang yang berbeda. Situasi ini tentunya akan menghasilkan pemaknaan obyek kajian yang berbeda. Definisi
operasional
dalam
kajian
ilmiah
disusun
berdasarkan karakteristik konsep atau obyek yang dapat diamati (observable). Kata atau kalimat yang dapat diamati adalah the significant word in describing an operational
definition. Definisi operasional memungkinkan peneliti membuat pengamatan gejala yang relatif tetap, sehingga pengamatan ini dapat dilakukan oleh orang lain, yang dapat mengidentifikasi obyek yang telah didefinisikan. Apa yang penting adalah definisi operasional dibuat bardasarkan karakteristik observasi tersebut. Selain itu, terdapat definisi konseptual, yaitu mengidentifikasi sesuatu obyek pada tingkat konseptual, atau kriteria hipotetik yang agak dapat diamati. Dalam definisi konseptual,
suatu
konsep
didefinisikan
berdasarkan
referensi yang relevan. Definisi konseptual ini penting untuk proses berpikir logis saat merumuskan hipotesis. Bagaimanapun
definisi
konseptual
akan
membantu
men-
jembatani antara domain hipotetik atau umum dengan domain
kenyataan
yang
dirumuskan
dalam
definisi
operasional. Singkatnya dalam kajian ilmiah, suatu konsep harus didefinisikan secara operasional. Terdapat
tiga
pendekatan
untuk
menyusun
definisi
operasional, yang secara teoritis memungkinkan untuk menyusun definisi operasional suatu obyek atau gejala.
146
Ketiganya cara tersebut diberi label definisi operasional tipe A, tipe B, dan tipe C. Definisi operasional tipe A, dapat disusun dalam perlakuan yang diberikan agar menucul suatu gejala. Tipe ini sering dipergunakan pada penelitian eksperimen, dimana peneliti memunculkan gejala melalui suatu prosedur perlakuan tertentu
terhadap
obyek
kajian.
Deskripsi
perlakuan
tersebut merupakan bentuk dari definisi operasional tipe A. Beberapa contoh definisi tipe A. 1). Frustasi secara operasional dapat didefinisikan sebagai hasil apabila seseorang dihalang-halangi dari tujuan yang sangat ia inginkan. 2). CDI adalah sistem pengapian yang menghasilkan bunga api pada busi yang lebih besar. 3). Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri seorang mahasiswa untuk melakukan usaha-usaha belajar yang lebih intensif saat ingin mencapai hasil yang maksimal. 4). Kepekatan gas buang adalah jumlah karbon yang terkandung
dalam
gas
buang
kendaraan
saat
diakselerasi. 5). Alarm kendaraan adalah tanda signyal berbunyi keras saat, kunci kontak kendaraan bermotor di-on-kan diluar prosedur. Dalam setiap permasalahan, suatu definisi operasional tipe A adalah pernyataan dari perlakuan atau prakondisi yang dikembangkan oleh peneliti untuk melihat indikator gejala
147
yang
muncul.
Dalam
kasus
pertama
dapat
dilihat
penghalang sebagai variabel independen yang digunakan sebagai variabel perlakuan atau eksperimen. Dengan memanipulasikan variabel bebas (independent), maka akan diketahui besarnya tingkat frustasi. Definisi operasional tipe B, dapat disusun berdasarkan bagaimana suatu obyek bekerja, yaitu berkaitan dengan karakteritik dinamiknya. Sebagai contoh, mahasiswa yang pandai secara operasional didefinisikan sebagai mahasiswa yang mendapatkan nilai-nilai mata kuliah yang tinggi. Atau mahasiswa yang dapat mendemonstrasikan kemampuan problem solving yang baik. Garam dapat dilarutkan dalam air untuk menghasilkan listrik, dan seseorang yang lapar adalah seseorang yang depresi 10 kali untuk mendapatkan makanan.
Dosen
yang
direktif
secara
operasional
didefinisikan sebagai seseorang yang memberikan instruksi, dan berhubungan dengan mahasiswa secara formal. Karena sifat-sifat dinamik seseorang ditunjukan dalam tingkah laku, maka definisi tipe B menjelaskan tipe khusus seseorang dalam arti konkrit dan tingkah lakunya dapat diamati. Sehingga, Agresif dapat didefinisikan dengan definisi tipe A sebagai tingkah laku seseorang yang dihalangi dari tujuan yang diinginkan, dan dapat juga didefinisikan menggunakan tipe B, bicaranya keras, acting out, dan beringas. Definisi tipe B lebih tepat untuk mendefinisikan variabel terikat (dependent). Definisi operasional tipe C, dapat disusun berdasarkan sifatsifat statis dari suatu obyek kajian. Sebagai contoh,
148
mahasiswa yang pandai adalah mahasiswa yang memiliki memori yang baik, perbendaharaan kata yang banyak, kemampuan berpikir rasional yang baik,
ketrampilan
aritmatik yang baik, dan sebagainya. Definisi operasional dirumuskan dalam rangka mengidentifikasi karakteristik/ciri-ciri/indikator dari suatu obyek kajian. Indikator-indikator tersebut yang berguna sebagai dasar untuk memilih atau menyusun instrumen pengumpul data penelitian. Instrumen penelitian sosial dapat berbentuk angket, tes, lembar observasi, dan sebagainya. Langkah ketiga, karena studi ini adalah membanding-kan ruang kuliah ber AC dan ruang kuliah biasa, maka perlu dikaji perbedaan karakteristik yang terdapat dalam kedua ruang
kuliah
tersebut.
Kajian
meliputi
perbedaan
karakterisik ruang kuliah yang terkait dengan proses belajar mahasiswa, kegiatan
perbedaan belajar,
tingkat
kebisingan
perbedaan
aktivitas
pada
saat
mahasiswa,
perbedaan pencahayaan, dan seterusnya hingga diperoleh penjelasan yang rinci tentang perbedaan kedua ruang kuliah tersebut. Usaha mengidentifikasi perbedaan diantara kedua ruang kuliah
tersebut
akan
berguna
untuk
memberikan
penjelasan, bila nantinya terdapat perbedaan prestasi belajar mata kuliah KTI mahasiswa. Maka perbedaan tersebut kemungkinan besar baik secara langsung atau tidak langsung terkait dengan perbedaan karakteristik kedua ruang kuliah tersebut. Bila hal ini dapat diterima, maka kajian dilanjutkan pada permasalahan berikutnya,
149
yaitu mengapa prestasi belajar mata kuliah KTI terpengaruh oleh perbedaan ruang kualiah tersebut? Faktor apa saja dari karakteristik ruang kuliah yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa? Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka akhirnya sampai pada kesimpulan ruang kuliah manakah yang akan menghasilkan prestasi belajar KTI mahasiswa yang lebih baik. Kesimpulan seperti ini diambil melalui kerangka berpikir yang dibangun berdasarkan konsep atau teori pengetahuan ilmiah yang tersedia, dan disebut sebagai hipotesis atau jawaban sementara dari permasalahan yang diajukan.
Sehingga
hipotesis
tidak
dapat
diajukan
“seenaknya sendiri”, tanpa didasarkan pada kajian ilmiah yang mendalam. Seperti telah dibahas sebelumnya pada dasarnya metode ilmiah harus dilalui dalam dua langkah utama, yaitu pertama pengajuan hipotesis yang merupakan kerangka teoritis yang secara deduktif dijalin dari pengetahuan yang dapat dihandalkan. Kedua, pengujian hipotesis dilakukan secara induktif melalui data empiris, hingga diketahui apakah data atau fakta atau kenyataan mendukung atau menolak hipotesis.
Jadi pada dasarnya seorang ilmuwan tidak menerima hasil penelitian seseorang, apapun juga hasilnya, jika kerangka teoritis dalam pengajuan hipotesisnya tidak menyakinkan. Tahap pengujian empiris hanyalah sekedar tahap lanjutan dari tahap pengajuan hipotesis dan tidak berdiri sendiri.
150
Dalam artian penelitian yang sesungguhnya, seorang peneliti tidak diperkenankan untuk mengumpulkan data empiris, bila belum berhasil menyusun kerangka teoritis yang meyakinkan. Tugas Akhir Tugas
akhir
mahasiswa
pada
dasarnya
merupakan
penerapan metode ilmiah, di dalamnya terdapat proses penelitian yang harus dilakukan. Sebagai contoh, misalkan mahasiswa mengambil tugas akhir membuat suatu produk teknologi A, dengan
tujuan meningkatkan
efektivitas
konsumsi bahan bakar pada kendaraan. Permasalahannya dirumuskan, apakah teknologi A meningkatkan efektivitas konsumsi bahan bakar pada kendaraan?. Maka langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor yang tercakup dalam rumusan masalah tersebut, yaitu teknologi A dan efektivitas konsumsi bahan bakar. Keduanya dalam penelitian disebut sebagai variabel, yang nantinya akan diper-gunakan pada saat uji coba produk teknologi yang dihasilkan. Meskipun sebenarnya dalam kasus tugas akhir tersebut, ada dua kegiatan yang dilakukan, pertama proses uji coba untuk mengetahui kelayakan konstruksi, dan kedua menguji apakah teknologi tersebut menjawab permasalahan yang dirumuskan. Langkah kedua, adalah mendeskripsikan masing-masing faktor, berdasarkan pengetahuan ilmiah yang relevan mengenai karakteristiknya. Pada permasalahan tugas akhir di atas, berarti mahasiswa harus mendeskripsikan karakteristik teknologi A dan karakteristik efitivitas konsumsi
151
bahan bakar, hingga dapat dirumuskan definisi operasionalnya. Cara merumuskan definisi operasional sama dengan yang telah dijelaskan di atas. Kajian tersebut misalkan apakah yang dimaksud teknologi A?, apakah konsep dasar yang dipergunakan? Bagaimana cara bekerjanya? dan sebagainya
hingga
ditemukan
karakteristiknya
secara
lengkap. Demikian juga dengan faktor efektivitas konsumsi bahan bakar, apakah yang dimaksud faktor tersebut?, faktor apa saja yang terlibat? bagaimana tolok ukurnya?, dan seterusnya. Langkah ketiga, mengidentifikasi perbedaan kendaraan yang tanpa dan yang menggunakan teknologi A. Apakah faktor yang menyebabkan dengan teknologi A konsumsi bahan bakarnya lebih efektif? Bagaimana cara mengujjinya? Dan seterusnya, hingga diperoleh kesimpulan bahwa kendaraan dengan teknologi A, konsumsi bahan bakarnya diduga lebih efektif. Proses untuk sampai pada kesimpulan tersebut, merupakan kerangka berpikir yang menghasilkan hipotesis.
c. Rangkuman Tugas akhir ataupun skripsi merupakan bentuk-bentuk kegiatan ilmiah, yang menerapkan pendekatan ilmiah. Sehingga dalam proses dan pembuatan laporannya harus mengikuti dan memenuhi aturan pendekatan ilmiah. Kajian
teori
merupakan
kelanjutan
kegiatan
setelah
permasalahan kajian ilmiah dapat dirumuskan. Kajian teori merupakan
implementasi
pendekatan ilmiah.
152
dari
logika
deduktif
dalam
Kajian teori dalam format tugas akhir ataupun skripsi, dituangkan dalam bab dua, yang secara garis besar terdapat tiga komponen pokok. Ketiganya adalah deskripsi teoritis, kerangka berpikir, dan pengajuan hipotesis. Deskripsi teoritis digunakan untuk menguraikan faktorfaktor yang terlibat dalam permasalahan hingga ditemukan karakteristiknya. Rumusan akhir deskripsi teoritis adalah definisi konsep dan definisi operasional, yang di dalamnya terkandung sifat-sifat atau indicator-indikator dari masingmasing faktor/variabel. Perumusan definisi operasional dapat menggunakan cara tipe A yaitu berdasarkan prinsip kerja, tipe B berdasarkan sifat dinamis faktor, dan menggunakan tipe C berdasarkan karakteristik statis faktor. Indikator variabel berfungsi sebagai dasar untuk memilih atau menyusun instrument penelitian, baik dalam bentuk angket, tes, ataupun lembar observasi, atau alat ukur lainnya. Kerangka berpikir adalah analisis hubungan antar faktor yang terlibat dalam rumusan masalah kajian. Analisis hubungan tersebut hingga ditemukan bentuk-nya, dan ini secara teoritis merupakan jawaban dari permasalahan yang diajukan. Permasalahan yang dikaji kerangka berpikir dengan demikian, hanya permasalah-an yang melibatkan minimal dua faktor atau lebih. Rumusan kesimpulan dari kerangka berpikir, selanjut-nya diajukan
sebagai
jawaban
permasalahan
yang
telah
dirumuskan, yang disebut sebagai hipotesis. Hipotesis
153
hanya akan ada dan dapat dirumuskan, bila dalam permasalahan
penelitian
mengandung
minimal
dua
faktor/variabel.
d. Tugas Berikut ini beberapa tugas yang perlu dilakukan, sebagai media pendalaman materi kajian teori.
d.1.
Baca sebuah laporan tugas akhir atau skripsi, selanjutnya cermati penulisannya pada BAB II. Jawab pertanyaan
ini,
apakah
ada
acuan
teori
yang
dipergunakan?, apakah relevan dasar teori tersebut dengan faktor yang dikaji? Adakah rumusan definisi operasionalnya? d.2.
Masih mencermati BAB II jawab pertanyaan ini, Berapa faktor yang terkandung dalam per-masalahan yang dikaji? apakah terdapat rumusan kerangka berpikir
yang
dikembangkan?,
apakah
terdapat
rumusan hipotesis?, sesuaikah hipotesis tersebut dengan logika deduktif yang dibangun?
e. Tes Formatif Berikut ini tes fomatif untuk mengukur kemampuan anda setelah mempelajari kegiatan belajar kajian masalah. Mengingat pentingnya kemampuan ini dalam kegiatan ilmiah, mohon dikerjakan dengan jujur, sehingga hasilnya tes bermanfaat.
154
e.1.
Dalam gambar di atas identifikasi di mana wilayah kajian teori, dengan menyebutkan nomor-nomornya!
e.2.
Kajian teori merupakan merupakan salah satu proses pengembangan logika berpikir dalam pendekatan ilmiah. Jelaskan model berpikir logis yang dipergunakan, dan prosedur penarikan kesimpulannya!
e.3.
Proses kriteria
penarikan
kesimpulannya,
kebenaran
tertentu.
menggunakan
Jelaskan
kriteria
tersebut! e.4.
Dalam kajian teori terdapat 3 (tiga) komponen pokok, sebutkan dan jelaskan!
e.5.
Untuk merumuskan definisi operasional faktor atau variabel, terdapat tiga cara yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C. Jelaskan ketiga cara tersebut!
e.6.
Apakah hubungannya rumusan definisi operasional dengan proses memilih atau menyusun instrument
155
penelitian? Jelaskan! e.7.
Apakah resikonya terhadap data penelitian bila indikator sebuah faktor tidak jelas atau tidak teridentifikasikan?
e.8.
Apakah fungsi kerangka berpikir dalam BAB II?
e.9.
Kapan dalam BAB II sebuah laporan kegiatan ilmiah harus tercantum kerangka berpikir? Jelaskan alasannya!
e.10 Bagaimana cara mendapatkan rumusan hipotesis?
f. Kunci Jawaban Tes formatif f.1.
Wilayah kajiann teori pada poin nomor 2 (khasanah ilmu Pengetahuan), 3 (kerangka berpikir), dan 4 (pengajuan hipotesis).
f.2.
Logika berpikir yang dipergunakan adalah logika deduktif, yaitu dari yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. Berdasarkan teori pengetahuan yang relevan, ditarik kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan kajian ilmiah.
f.3.
Kriteria
kebenaran
yang
dipergunakan
adalah
koherensi, yaitu kesimpulan yang ditarik benar bila sesuai dengan dasar teorinya. f.4.
Komponen pokok dalam kajian teori adalah deskripsi faktor, kerangka berpikir, dan pengajuan hipotesis. Deskripsi dipergunakan untuk mendapatkan definisi konsep dan operasional faktor. Kerangka berpikir untuk menganalisis dan membangun bentuk hubung-
156
an antar faktor yang terlibat dalam permasalahan. Pengajuan
hipotesis
adalah
kompilasi
jawaban
sementara dari permasalahan penelitian. f.5.
Cara tipe A, mendefinisikan faktor berdasarkan proses kerjanya. Tipe B, mendefinisikan berdasarkan sifat dinamisnya, sedangkan tipe C berdasarkan sifat statisnya.
f.6.
Hubungan antara definisi operasional dengan proses memilih dan menyusun instrument penelitian terletak pada indicator-indikator yang terkandung. Indicator variabel tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk memilih atau menyusun instrument.
f.7.
Bila
indicator
menyebabkan
variabel
tidak
kesalahan
jelas,
dalam
maka
akan
memilih
atau
menyusun instrument penelitian. Akibatnya hasil pengukuran menjadi tidak valid. f.8.
Fungsi kerangka berpikir adalah membangun logika deduktif dalam rangka menyusun jawaban dari permasalahan secara teoritis yang dapat dihandalkan.
f.9.
Kerangka berpikir akan muncul dalam bab II pada saat penelitian tersebut membahas hubungan antara dua faktor atau lebih.
f.10
Rumusan hipotesis diperoleh dari kesimpulan yang dihasilkan dari kerangka berpikir.
157
3. Kegiatan Belajar 3 : Metodologi Penelitian a. Tujuan Pembelajaran Setelah menuntaskan modul pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa akan dapat: 10). Mengidentifikasi faktor/variabel kajian ilmiah yang perlu dideskripsikan. 11). Menganalisis
dan
mengidentifikasi
konsep-konsep/
teori dasar kajian ilmiah dengan benar. 12). Merumuskan batasan-batasan faktor kajian karta ilmiah dengan benar. 13). Merumuskan jawaban sementara permasalahan kajian ilmiah dengan benar.
b. Uraian Materi Metodologi adalah pengetahuan tentang berbagai metode, jadi metodologi penelitian/tugas akhir adalah pengetahuan tentang
berbagai
metode
158
yang
dipergunakan
dalam
penelitian/tugas akhir. Dalam membahas materi metodologi ini secara berurutan akan diuraikan penerapannya pada kegiatan penelitian, yang pertama dalam kaitannya dengan penulisan Skripsi dan berikutnya dalam kaitannya dengan tugas akhir.
1). Penulisan Bab III penelitian Skripsi Setelah hipotesis berhasil dirumuskan dengan baik yang diturunkan secara deduktif dari pengetahuan ilmiah yang relevan pada Bab II, maka langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis tersebut secara empiris. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dirumuskan atau yang telah diajukan. Pengujian hipotesis merupakan langkah verifikasi, terhadap pernyataan yang dikandung hipotesis tersebut. Verifikasi di maksudkan
untuk
mengetahui
apakah
data
empiris
mendukungnya atau tidak, bila mendukung berarti hipotesis diterima, dan sebaliknya bila tidak berarti hipotesis di tolak. Apabila dalam proses untuk merumuskan dan mengajukan hipotesis dilakukan dengan penarikan kesimpulan secara deduktif, maka dalam proses pengujian hipotesis dilakukan dengan penarikan kesimpulan secara induktif. Proses verifikasi ditujukan dalam upaya menarik kesimpulan yang bersifat umum dari fakta-fakta yang bersifat individual. Dalam proses verifikasi inilah diperlukan cara-cara untuk memperoleh fakta atau data yang relevan. Permasalahannya
adalah
bagaimana
prosedur
dan
cara
dalam
pengumpulan dan analisis data, agar proses penarikan kesimpulan yang ditarik memenuhi persyaratan berpikir 159
induktif. Penetapan prosedur dan cara ini disebut dengan metodologi penelitian, yang merupakan langkah persiapan yang harus dilakukan dalam proses verifikasi. Sehingga metodologi adalah pengetahuan tentang-tentang metodemetode yang dipergunakan dalam proses penelitian. Beberapa kegiatan yang perlu dipersiapkan adalah tujuan penelitian, metode penelitian yang akan digunakan, contoh sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian telah mulai dirumuskan dalam BAB I, dan tujuan tersebut kembali dirumuskan dalam BAB III. Tujuan perlu disadari sebagai arah yang akan dituju melalui seluruh kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Oleh karena itu, tujuan kembali dirumuskan secara lengkap dan operasional. Rumusan tersebut mencakup bukan saja variabel yang akan diteliti, dan karakteristik hubungan antar variabel yang akan diuji, melainkan juga tingkat keumuman (level of generality) dari kesimpulan yang akan ditarik. Untuk itu perlu dijelaskan
tempat,
waktu,
dan
kelembagaan
sumber data
penelitian. Penulisan rumusan tujuan pada BAB III dikembangkan berdasarkan yang telah ditulis di BAB I, hingga dihasilkan rumusan yang lebih operasional. Sebab rumusan di BAB I sifatnya masih umum, sehingga belum bisa untuk dasar terhadap proses penelitian yang akan dilakukan, khususnya
160
untuk penulisan rencana penelitian.
Metode Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan, maka akan dapat dipilih metode penelitian. Berikut beberapa contoh kaitan antara tujuan/permasalahan dengan metode penelitian. 1.
Permasalahan:
Apakah
Client-centered
therapy
memberikan kenyamanan yang lebih baik dari Therapy tradisional?
Tujuan Penelitian : ingin mengetahui tingkat kenyamanan
yang
didapatkan
klien
antara
Client-
centered therapy dengan Therapy tradisional di kota Yogyakarta. Metode yang tepat untuk permasalahan tersebut adalah penelitian eksperimen, sebab dalam masalah tersebut tersirat proses perbandingan antara model terapy dan kaitannya dengan faktor kenyamanan. 2.
Permasalahan: Apakah deskripsi seseorang dalam sosial studi teksbook bias? Tujuan: ingin mengetahui tingkat kebiasan hasil studi teksbook deskripsi seseorang dalam kehidupan social di kecamatan Depok Sleman. Metode yang tepat untuk permasalah-an tersebut adalah penelitian analisis isi. sebab permasalahan tersebut
mempertanyakan
161
pengaruh
seseorang
terhadap deskripsi sosial yang dilakukan. 3.
Permasalahan: Apakah yang dikerjakan dalam klas otomotif FT UNY setiap minggu? Tujuan: ingin mengetahui kegiatan perkuliahan yang terjadi di klas teori jurusan Otomotif semester 3 FT UNY setiap minggunya. Metode yang tepat untuk permasalahan tersebut adalah penelitian ethnografik atau penelitian kualitatif, sebab
permasalahan
tersebut
mempertanyakan
kegiatan yang dilakukan apa adanya dalam kelas, tanpa mnaipulasi apapun 4.
Permasalahan: Apakah ada perbedaan sikap guru terhadap gender? Tujuan: ingin mengetahui perbedaan sikap guru terhadap siswa laki-laki dan perempuan SMA Negeri di Yogyakarta. Metode yang tepat untuk permasalahan tersebut adalah Penelitian Causal Comparative.
5.
Permasalahan:
Bagaimana
dapat
memprediksi
permasalahan belajar siswa pada mata pelajaran? Tujuan:
ingin
mengetahui
faktor-faktor
yang
menhambat prestasi belajar siswa SMA klas III di Yogyakarta. Metode yang tepat untuk permasalahan tersebut adalah Penelitian Correlational, sebab permasalahan ini mengininkan penjelasan faktor-faktor yang dominan
162
berhubungan dengan prestasi belajar siswa. 6.
Permasalahan: Bagaimana sikap orang tua tentang program konseling sekolah? Tujuan: ingin mengetahui sikap orangtua
murid
terhadap program konseling yang dilaksanakan di SMA negeri Yogyakarta. Metode yang tepat untuk permasalahan tersebut adalah Penelitian survey. 7.
Permasalahan:
Bagaimana
kepala
sekolah
mengembangkan moral para guru?
Tujuan:
ingin
mengetahui
strategi
dan
langkah-
langkah yang dilekukan kepala sekolah SMK Negeri di Yogyakarta untuk mengembangkan moral para guru. Metode yang tepat untuk permasalahan tersebut adalah Penelitian interview, sebab dalam permasalahan tersebut menginginkan informasi secara langsung dari kepala sekolah. Contoh di atas, memberikan penjelasan bahwa permasalahan atau tujuan penelitian menjadi dasar dalam memilih metode penelitian.
Teknik Pengambilan Sampel Seperti telah dibahas sebelumnya proses verifikasi adalah meliputi kegiatan mengumpulkan data dan menganalisis hingga diperoleh kesimpulan untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian.
163
Untuk mendapatkan data tentunya diperlukan adanya sumber data, yang dalam penelitian disebut sebagai sampel atau contoh yang mewakili seluruh subyek penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dalam proses penellitian, karena pada dasarnya penelitian tidak perlu dilakukan terhadap seluruh subyek penelitian. Hal ini di samping adanya teknik generalisasi, juga untuk menghemat biaya penelitian. Terdapat beberapa cara/teknik pengambilan sampel yang dapat dipergunakan, yaitu : 1. Simple Random Sampling, adalah cara pengambilan sampel bila dalam populasi penelitian anggotanya sama dan bebas berubah. Random artinya acak, artinya setiap anggota populasi mempunyai kesempatan untuk dipilih sebagai sampel penelitian. 2. Stratified Random Sampling, adalah cara pengambilan sampel bila dalam populasi penelitian anggotanya terdiri dari beberapa tingkatan atau strata. Misalkan populasi penelitian terdiri dari klas 1, 2, 3 dan seterusnya, maka sampel penelitian secara proporsional juga harus diambil dari klas yang ada dalam populasi tersebut.
Teknik Pengambilan Data Pada subbab ini perlu dijelaskan, bagaimana cara peneliti mengumpulkan data dari sampel penelitian. Hal ini tentunya terkait dengan instrumen atau alat pengumpul data dari variabel yang akan diukur. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, instrumen disusun atau dipilih berdasarkan indikator variabel yang telah dirumuskan dalam BAB II. Deskripsi 164
faktor
atau
variabel
menghasilkan
rumusan
definisi
operasional, di mana di dalamnya terkandung indikator tersebut. Peneliti tentunya akan menjabarkan indikator tersebut ke dalam
kisi-kisi
instrumen
hingga
instrumen
tersebut
memenuhi syarat sebagai alat pengumpul data. Selanjutnya peneliti
membuat
instrumen
rencana
tersebut,
cara
sehingga
untuk
data
memvalidasi
yang
dihasilkan
merupakan data yang valid.
Teknik Analisis Data Bagian akhir bab III adalah subbab teknik analisis data. Pada bagian ini peniliti harus menjelaskan teknik analisis data yang akan dipergunakan. Hal ini sebagai bagian penting dalam mengelola data yang akan dikumpulkan, untuk menentukan keterdukungannya hipotesis oleh data empiris yang telah dikumpulkan.
2). Penulisan Bab III Tugas Akhir Seperti
telah
dikemukakan
sebelumnya,
tugas
akhir
mahasiswa pada dasarnya merupakan penerapan metode ilmiah, di dalamnya terdapat proses penelitian yang harus dilakukan. Sebagai contoh, misalkan mahasiswa mengambil tugas akhir membuat suatu produk teknologi A, dengan tujuan meningkatkan efektivitas konsumsi bahan bakar pada kendaraan. Permasalahannya dirumuskan, apakah teknologi A meningkatkan efektivitas konsumsi bahan bakar pada kendaraan?. Permasalahan tersebut dalam BAB II dikaji secara teoritis
165
hingga ditemukan jawabannya. Kajian senjutnya dalam kaitannya konsep dasar konstruksi teknologi A yang akan dibuat dalam kegiatan tugas akhir. Langkah selanjutnya setelah hipotesis dan konsep dasar desainnya telah berhasil dikaji, adalah membuat rencana implentasinya. Semua langkah rencana implementasi tersebut diuraikan di dalam BAB III yaitu Metodologi. BAB ini terdiri
dari
analisis
implementasinya,
kebutuhan
langkah
kerja
alat proses
dan
bahan,
pembuatan
teknologi, proses pengujian meliputi proses uji coba dan proses
pengujian
kenerja
alat,
dan
diakhiri
dengan
rekapitulai pembiayaan.
Analisis Kebutuhan Pada subbab ini, peneliti perlu menjelaskan berbagai kebutuhan alat dan bahan, yang diperlukan baik dalam kaitannya dengan proses pembuatan teknologi maupun untuk proses pengujiannya. Semua itu dapat diprediksi berdasarkan konsep desain yang telah dibahas dalam BAB II.
Implementasi Subbab ini menguraikan implementasi berbagai kebutuhan bahan dan alat tersebut, dalam kaitannya dengan proses pembuatan teknologi yang direncanakan. Analisis dimulai dari proses perencanaan implementasi desain teknologi, mulai dari pembuatan gambar perencanaan, pembuatan, uji coba, hingga proses pengujian kinerja peralatan teknologi yang diinginkan.
166
Langkah Kerja Subbab ini menguraikan proses pembuatan teknologi yang diinginkan
sejak
awal
persiapan,
proses
pembuatan,
finishing, proses uji coba, hingga proses pengujian kenerja peralatan teknologi yang diharapkan. Langkah kerja disusun secara berurutan dan diikuti penjelasan secukupnya pada setiap langkahnya.
Proses Pengujian Pada dasarnya proses pengujian suatu produk dalam kegiatan tugas akhir, merupakan kegiatan pengujian hipotesis dalam proses penelitian. Proses pengujian produk tugas akhir ada dua tahap, yaitu proses uji coba dan proses pengujian kinerja. Proses uji coba dengan tujuan menguji konstruksi dan kehandalannya untuk mengetahui kesesuaian dengan desain rancangan. Sementara pengujian kinerja bertujuan untuk mengetahui jawaban permasalahan yang diajukan dalam proyek tugas akhir tersebut. Untuk itu, proses pengujian perlu diuraikan mengenai langkah-langkah pengujian, proses pengukurannya, lembar tabulasi data, dan analisis datanya. Penggunaan alat ukur perlu dikemukakan proses kalibrasinya, untuk mengetahui validitas dan reliablitas hasil pengukuran.
c. Rangkuman Tugas akhir ataupun skripsi merupakan bentuk-bentuk kegiatan ilmiah, yang menerapkan pendekatan ilmiah. Sehingga dalam proses dan pembuatan laporannya harus mengikuti dan memenuhi aturan pendekatan ilmiah.
167
Metodologi adalah pengetahuan tentang berbagai metode, jadi metodologi penelitian/tugas akhir adalah pengetahuan tentang
berbagai
metode
yang
dipergunakan
dalam
penelitian/tugas akhir. Semua metode yang akan dipergunakan, baik dalam penulisan skripsi ataupun tugas akhir dituangkan dalam BAB III. Hanya topik yang diuraikan berbeda, meskipun pada hakikatnya sama. Apabila dalam BAB II dilakukan kajian teori dengan proses penarikan kesimpulan secara deduktif, maka dalam BAB III merupakan
langkah persiapan untuk proses pengujian
dengan proses penaikan kesimpulan secara induktif. BAB III untuk penulisan laporan penelitian skripsi, meliputi beberapa subbab, yaitu tujuan, tempat dan waktu, metode penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB III untuk penulisan laporan tugas akhir, meliputi beberapa subbab, yaitu analisis kebutuhan, implementasi, langkah kerja, proses pengujian, dan kalkulasi biaya.
d. Tugas Berikut ini beberapa tugas yang perlu dilakukan, sebagai media pendalaman materi kajian teori. d.1.
Baca sebuah laporan tugas akhir atau skripsi, selanjutnya cermati penulisannya pada BAB III. Jawab pertanyaan ini, apakah ada penjelasan tentang instrumentasi
yang
akan
dipergunakan
untuk
pengumpulan data?, apakah diuraikan juga rencana
168
kalibrasinya? d.2.
Masih mencermati BAB III jawab pertanyaan ini, Apakah subbab disusun lengkap dan berurutan? apakah
implentasi
dikembangkan
berdasarkan
konsep rancangan di BAB II?, apakah rancangan kerjanya sesuai dengan pendekatan ilmiah?,
e. Tes Formatif Berikut ini tes fomatif untuk mengukur kemampuan anda setelah mempelajari kegiatan belajar kajian masalah. Mengingat pentingnya kemampuan ini dalam kegiatan ilmiah, mohon dikerjakan dengan jujur, sehingga hasilnya tes bermanfaat. e.1.
Apakah yang harus diuraikan dalam BAB III, baik pada penulisan skripsi ataupun tugaas akhir?
e.2.
Uraian
bab
III
merupakan
penjelasan
langkah
rancangan dan persiapan, apakah yang dimaksudkan dengan ungkapan tersebut? e.3.
Dalam proses penelitian, mengapa tujuan perlu dirumuskan secara operasional di BAB III?
e.4.
Dalam uraian teknik pengumpulan data, menjelaskan instrumen yang akan dipergunakan dalam penelitian. Sebutkan jenis instrumen dan untuk mengukur data jenis apa!
e.5.
Apakah
sebenarnya
yang
diukur
menggunakan
instrumen? e.6.
Apakah yang perlu dijelaskan dalam proses memilih
169
atau menyusun instrumen penelitian dalam kaitannya dengan definisi operasional? Jelaskan! e.7.
Apakah yang perlu dijelaskan dalam kaitannya dengan kalibrasi instrumen?
e.8.
Apakah yang diuraikan dalam subab implementasi, dan apa dasarnya?
e.9.
Komponen
apa
saja
yang
harus
ada,
dalam
penyusunan rencana kerja atau action plan! e.10 Dalam penyusunan kalkulasi biaya, apakah dasarnya observasi atau perkiraan?
f. Kunci Jawaban Tes formatif f.1.
Uraian di BAB III, secara garis besar adalah mengidentifikasi
cara-cara/metode
yang
akan
dipergunakan. f.2.
Sebab di dalam BAB III, seluruh isinya adalah perencanaan kegiatan dalam rangka proses verifikasi.
f.3.
Sebab
semua
kegiatan
khususnya
perencanaan
kegiatan difukuskan kearah pencapaian tujuan. f.4.
Instrumen likert untuk sikap, tes untuk kemampuan, observasi untuk ketrampilan.
f.5.
Instrumen berfungsi untuk mengukur varian data faktor atau variabel.
f.6.
Dalam
menyusun
170
instrumen,
diambil
indikator-
indikator dari definisi operasional, kemudia dijabarkan kedalam kisi-kisi dan butir-butir instrumen. f.7.
Uraian tentang kalibrasi instrument meliputi uji validitas
dan
reliabilitas.
Uji
validitas
untuk
mengetahui kesahihan instrument dan uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui kehandalannya. Proses uji instrumen direncanakan melalui uji coba atau judmen ahli atau kedua-duanya. f.8.
Pemaparan implementasi didasarkan pada konsep rancangan
yang
dibahas
dalam
BAB
II,
dan
diaplikasikan dalam perencanaan teknologi yang diajukan dalam tugas akhir.
f.9.
Komponen yang harus ada dalam action plan adalah langkah-langkah kegiatan sejak persiapan hingga selesainya pembuatan teknologi, kemudian uraian kegiatan setiap langkahnya, dan waktu yang disediakan.
f.10
Diusahakan berdasarkan observasi lapangan, sebab biaya
totalnya
dipergunakan
sebagai
pertimbangan kelayakan tugas akhir.
171
bahan
KODE MODUL
KTI TKF 206 - 03 Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif
Penyusunan Laporan
KARYA TULIS ILMIAH
Penyusun: Sukoco, M.Pd.
Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran (SP4)
Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif 2005
172
Kata Pengantar
Modul penyusunan laporan karya tulis ilmiah ini terdiri dari dua (2) kegiatan belajar, yaitu Format Penulisan, dan teknik notasi ilmiah. Kegiatan belajar format penulisan membahas cara-cara menyusun laporan tertulis baik proposal maupun hasilnya. Sedangkan kegiatan belajar teknik notasi ilmiah membahas aturan-aturan penulisan yang harus diikuti oleh penulis, baik dalam rangka menulis laporan tugas akhir ataupun laporan penelitian atau skripsi. Kedua kegiatan belajar ini akan memberikan pengalaman belajar yang bermanfaat dalam menyusun laporan hasil kegiatan ilmiah yang telah dilakukan. Di samping itu, dengan disusunnya format penulisan yang sesuai dengan alur berpikir ilmiah, maka dapat menghindarkan terjadinya bias-bias yang dapat merusak kegiatan ilmiah. Seperti telah diketahui sifat kegiatan ilmiah adalah sistematis, rasional, dan analitis, yang mewarnai setiap langkah pada kegiatan ilmiah. Perlu diingatkan bahwa belajar menggunakan pendekatan modul, berrbeda dengan PBM klasikal. Pendekatan modul menuntut inisiatif dan keaktifan mahasiswa secara individual. Sebab pendekatan ini diarahkan untuk memberikan kesempatan pada mahasiswa berkembang sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Mereka yang aktif dan memiliki kapasitas yang tinggi tidak perlu terhambat kemajuan belajarnya oleh mahasiswa yang kapasitas dan keaktifannya lebih rendah. Sebagaimana terjadi pada PBM dengan pendekatan klasikal. Keberhasilan kegiatan belajar ditentukan oleh individu orang yang sedang belajar, maka mahasiswa perlu menjaga masalah faktor motivasi belajarnya. Motivasi yang diperlukan adalah motivasi intrinsik yaitu dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik ada ataupun tidak ada 173
pengaruh dari luar dirinya, ia akan berusaha mencapai hasil yang maksimal. Modul ini telah dicoba disusun secara betahap, yang pada akhirnya dapat memberikan kemampuan dalam membuat karya tulis ilmiah, khusus dalam membuat tugas akhir. Oleh karena itu, ikuti petunjuk dan kerjakan tugas-tugas dalam modul ini, dan bila ada kesulitan berdiskusilah dengan dosen pembimbing yang tersedia.
SUKOCO
174
Daftar Isi Halaman Sampul Halaman Francis Kata Pengantar Daftar Isi Kedudukan Modul Glosarium I
PENDAHULUAN A. Deskripsi B. Prasyarat C. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Penjelasan Bagi Mahasiswa 2. Peran Dosen D. Tujuan Akhir E. Kompetensi F. Cek Kemampuan
II
PEMBELAJARAN A. Rencana Belajar Mahasiswa B. Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1 a. Tujuan Pembelajaran b. Uraian Materi c. Rangkuman d. Tugas e. Tes Formatif f. Kunci Jawaban Tes formatif g. Lembar Kerja 2. Kegiatan Belajar 2 3. Kegiatan Belajar n
III
EVALUASI 1. Kognitif 2. Psikomotor 3. Attitude 4. Produk/Benda Kerja Sesuai Kriteria Standard 5. Batas Waktu yang Telah ditetapkan 6. Kunci Jawaban
IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA 175
Kedudukan Modul
176
Glosarium
177
BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Modul Kerangka Penulisan Ilmiah dengan KTI TKF 206 – 03 ini memberikan pengalaman belajar dalam menyusun laporan penulisan ilmiah secara menyeluruh. Format penulisan ini baik untuk penyusunan proposal maupun untuk penyusunan laporan hasil akhir. Selanjutnya disajikan materi teknik notasi ilmiah sebagai aturan yang harus diikuti secara cermat, oleh mahasiswa yang sedang membuat tugas akhir atau skripsi. Kedua kegiatan belajar tersebut, merupakan aturan baku yang diharapkan menjadi pedoman bagi mahasiswa.
B. Prasyarat Modul Penyusunan Laporan penulisan ilmiah dengan kode KTI 206 – 03 ini merupakan kelanjutan dari modul dasar-dasar karya tulis ilmiah dengan KTI 206 – 01 dan modul kerangka penulisan ilmiah dengan kode KTI 206 – 02. Maka sebelumnya mahasiswa sudah
harus
menuntaskan
kedua
modul
tersebut.
Tanpa
penguasaan modul tersebut, maka kualitas pemahaman kerangka penulisan tugas akhir yang dihasilkan akan rendah, khususnya terhadap materi alur berpikir yang menjadi dasar penyusunan kerangka penulisan laporan proyek akhir. Di samping itu, modul ini untuk menghindarkan bervariasinya format penulisan sebagai akibat banyaknya bentuk pedoman yang berkembang.
C. Petunjuk Penggunaan Modul
178
Untuk
mempermudah
diharapkan
selalu
di
dalam
berpegang
mempelajari
bahwa
modul
modul
ini
ini,
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, dan memahami aturan-aturan dalam menulis karya ilmiah. Untuk itu maka diharapkan
mahasiswa
membaca
dengan
baik
petunjuk
penggunaan modul ini baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus, berikut ini: 1.
Penjelasan Bagi Mahasiswa e.
Pelajari terlebih dahulu modul-modul prasyarat hingga tuntas mencapai kelulusan minimal.
f.
Pelajarilah modul ini dengan baik terhadap sajian konsep yang diberikan pada setiap kegiatan belajar. Di dalam modul ini ada 4 kegiatan belajar.
g.
Untuk memahammi isi materi yang terdapat di dalam setiap
kegiatan
belajar,
maka
kerjakan
semua
pertanyaan yang diberikan pada setiap kegiatan belajar, dan jawaban anda harap ditulis pada tempat yang telah disediakan dalam modul ini.
h. Selain itu, diharapkan mahasiswa menyelesaikan tugastugas, dan bila diperlukan dapat dilakukan diskusi dengan 3 – 5 orang teman atau dengan dosen pembimbing mata kuliah. Selanjut-nya jawaban anda, tulis di dalam buku kerja. 2.
Peran Dosen Dalam penyelesaian modul ini, dosen bertindak sebagai fasilitator
yang
mendampingi
mahasiswa
dalam
menyelesaikan modul ini, beberapa hal yang perlu dilakukan
179
ialah: 1). Membantu mahasiswa membuat perencanaan kegiatan belajar. 2). Membantu
mahasiswa
bila
mengalami
kesulitan/
hambatan dalam menyelesaikan modul ini. 3). Membantu
koordinasi
mahasiswa
dalam
memper-
gunakan fasilitas jurusan atau yang fasilitas lainnya. 4). Sebagai fasilitator, dosen jangan berlebihan dalam memberikan penjelasan, ingat kegiatan ini untuk mengarahkan
mahasiswa dapat belajar mandiri. Penjelasan
cenderung bersifat mengarahkan bukan menuntaskan sebagaimana saat mengajar. 5). Setelah mahasiswa selesai dan siap diuji, maka tugas dosen adalah menguji kompetensi maha-siswa sebagai wujud pengusaan materi modul.
D. Tujuan Akhir Tujuan akhir modul ini mengharapkan mahasiswa mampu membuat
penulisan
laporan
Proyek
Akhir/Skripsi
dengan
kerangka penulisan ilmiah yang benar.
E. Kompetensi Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi sebagai berikut: 1.
Membuat rancangan kerangka penulisan ilmiah dengan benar.
2.
Membuat proposal tugas akhir/skripsi dengan format yang
180
benar 3.
Membuat laporan hasil tugas akhir/skripsi dengan format yang benar
4.
Mengikuti dan menerapkan teknik notasi ilmiah dengan benar
F. Cek Kemampuan No 1 2
Judul Kegiatan
Waktu
Format Penulisan
Teknik Notasi Ilmiah
181
Kegiatan
Hasil
BAB II PEMBELAJARAN A. Rencana Belajar Mahasiswa Sebelum anda melanjutkan mempelajari modul ini, sebaiknya anda membuat rencana belajar dan mendiskusikan dengan Dosen/tutor yang berkaitan dengan modul pembelajaran ini. Untuk membuat perencanaan kegiatan belajar anda, maka isilah rencana kegiatan tersebut dalam format berikut ini. Kegiatan diisi dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan. Tanggal diisi dengan rencana tanggal dilakukannya kegiatan belajar.
Waktu
adalah
lamanya
yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan kegiatan belajar hingga dapat dikuasai dengan baik. Tempat belajar adalah keterangan tempat kegiatan belajar. Alasan perubahan adalah bila rancangan yang telah dibuat terjadi perubahan. Dosen tutor diminta tanda tangan bila telah selesai. Kegiatan
Tanggal
Waktu
Tempat belajar
Alasan Perubahan
Tanda tangan Dosen
1. Kegiatan Belajar1 2. Kegiatan Belajar2
Judul
: Format Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Kompetensi
: Menggunakan Format Penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan benar
Sub Kompetensi 9).
:
Mengidentifikasi dan menerapkan format proposal dalam menyusun proposal kajian ilmiah.
10). Mengidentifikasi dan menerapkan format laporan dalam
182
pembuatan laporan hasil kajian ilmiah. 11). Mengidentifikasi dan menerapkan teknik notasi ilmiah dalam pembuatan laporan hasil kajian ilmiah.
B. Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1: Format Penulisan a. Tujuan Pembelajaran Setelah menuntaskan modul pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa akan dapat: 14). Mengidentifikasi dan menerapkan format proposal dalam menyusun proposal kajian ilmiah dengan benar. 15). Mengidentifikasi dan menerapkan format laporan dalam pembuatan laporan hasil kajian ilmiah dengan benar. 16). Mengidentifikasi dan menerapkan teknik notasi ilmiah dalam pembuatan laporan hasil kajian ilmiah dengan benar.
b. Uraian Materi I.
Pendahuluan
Seperti telah berulang kali disampaikan, bahwa karya tulis ilmiah merupakan salah satu bentuk Komunikasi, yaitu komunikasi ilmiah dalam bentuk tulis. Komuikasi tulis berbeda dengan komunikasi lisan, dimana komunikasi lisan dapat meminta penjelasan pada sumber pengetahuan bila
183
tidak/belum ada kejelasan. Semetara untuk komunikasi tulis, ketidak jelasan tersebut tidak dapat dimintakan penjelasan terhadap penulis atau pengarangnya. Oleh karena itu, dalam penulisan karya tulis ilmiah dapat dikatakan harus dilakukan dengan tuntas, tidak boleh ada ketidak jelasan dalam tulisan yang dihasilkan. Salah satu cara yang perlu dilakukan untuk membuat sebuah karya tulis yang baik, adalah menyusun tulisan dengan mengikuti
format
yang
disepakati.
Kesepakatan
ini
diasumsikan difahami dengan baik oleh pembaca, baik struktur maupun isi didalamnya. Dengan demikian format struktur penulisan ilmiah bersifat mengikat bagi penulis dan peneliti.
II. Format Proposal Proyek Akhir Proposal proyek akhir paling tidak harus memiliki komponen sebagai berikut: 1.
Halaman sampul: berisi lambang UNY, judul proyek akhir, tujuan dibuatnya proyek akhir, ilustrasi produk (bila perlu), nama dan NIM penyusun, serta informasi program studi, fakultas, universitas, bulan dan tahun penyusunan. Penyusunan seperti gambar 1.
2.
Latar Belakang Masalah: Berisikan uraian tentang suatu
kondisi
yang
melatar
belakangi
perlunya
permasalahan dipecahkan. 3.
Identifikasi Masalah: menguraikan berbagai masalah yang muncul terkait dengan permasalahan yang dikemukakan pada latar belakang masalah. Pada
184
bagian
ini
bersifat
luas
tidak
dibatasi
pada
permasalahan yang akan dipecahkan melalui proyek akhir. Permasalahan yang dipecahkan pada proyek akhir dengan demikian menjadi bagian dan identifikasi masalah.
JUDUL PROYEK AKHIR PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Oleh Nama Mahasiswa NIM. : ………….
PROGRAM STUDI OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Bulan Tahun
Gambar 1. Format Halaman Sampul Proposal
185
4.
Batasan Masalah: memuat uraian tentang fokus masalah yang telah teridentifikasi. Sehingga bagian ini bersifat memilih dan membatasi permasalahan yang begitu luas, dan dijadikan obyek kajian pada proyek akhir.
5.
Rumusan Masalah: masalah yang dipilih dan dibatasi pada batasan masalah, dirumuskan sebagai permasalahan proyek akhir. Perumusan harus disusun dengan cermat dan jelas dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah harus mengandung upaya yang jelas untuk menjawab hal-hal yaang diharapkan.
6.
Tujuan: memaparkan target atau hasil yang ingin dicapai melalui pelaksanaan proyek akhir.
7.
Manfaat: menguraikan nilai manfaat atau sumbangan hasil karya proyek akhir, baik bagi mahasiswa, lembaga, dan masyarakat pengguna.
8.
Keaslian gagasan: merupakan pernyataan secara tertulis tentang keaslian gagasan yang disampaikan pada proyek akhir.
9.
Konsep Rancangan: berisi uraian singkat tentang apa yang akan dikerjakan terkait dengan pemecahan masalah atau fokus dalam proyek akhir.
10
Rencana kerja: berisikan langkah-langkah kerja, prakiraan waktu, dan biaya yang diperlukan.
III. Format Proposal Skripsi Format proposal skripsi berbeda dengan format untuk proyek akhir, namun pada hakikatnya sama. Format skripsi dibuat
186
lebih terinci dan teliti dan disusun sebagai berikut: 1.
Halaman
sampul:
berisi
judul
penelitian
skripsi,
lambang UNY, tujuan penelitian, nama dan NIM penyusun, serta informasi program studi, fakultas, universitas, bulan dan tahun penyusunan. Contoh seperti pada gambar 2.
Proposal Penelitian
JUDUL PENELITIAN SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Oleh Nama Mahasiswa NIM. : ………….
PROGRAM STUDI OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Bulan Tahun
Gambar 2. Format Sampul Proposal Penelitian
187
2.
Lembar Persetujuan: Berisikan persetujuan dilakukannya penelitian skripsi oleh pembimbing yang ditunjuk. Format halaman persetujuan pembimbing seperti gambar 3 sebagai berikut:
Persetujuan Pembimbing Skripsi No
Nama
Tanda Tangan
1
………………………..
………………..
2
………………………..
…………………
Mengetahui: Ketua Jurusan
……………………….. NIP. ………………….
Gambar 3. Format Persetujuan Pembimbing 3.
Daftar Isi: berisikan petunjuk lokasi seluruh materi yang ada dalam sebuah proposal.
188
4.
BAB I. PENDAHULUAN A
Latar Belakang Masalah: isinya sama dengan yang telah dijelaskan.
B
Identifikasi Masalah: isinya sama dengan yang telah dijelaskan.
C
Batasan Masalah: isinya sama dengan yang telah dijelaskan.
D
Rumusan Masalah: isinya sama dengan yang telah dijelaskan.
E
Tujuan Penelitian: isinya sama dengan yang telah dijelaskan.
F
Manfaat Penelitian: isinya sama dengan yang telah dijelaskan.
5.
BAB II. KAJIAN TEORI A
Deskripsi Teoritis. Menguraikan hakikat variabel yang akan diteliti hingga ditemukan definisi konseptualnya.
B
Kerangka Berpikir. Ini hanya untuk penelitian yang menggunakan lebih dari satu variabel. Isinya menguraikan logika hubungan antar variabel, hingga diperoleh kesimpulan bentuk hubungan antar variabel tersebut.
C
Pengajuan Hipotesis. Ini hanya untuk penelitian yang menggunakan lebih dari satu variabel. Isinya
merupakan
kerangka berpikir.
189
komulatif
kesimpulan
6.
BAB III. METODOLOGI A
Tujuan Penelitian: Seperti yang tertulis pada BAB I disusun lebih operasional.
B
Tempat dan Waktu Penelitian. Menjelaskan rencana tempat dan waktu dilaksanakannya penelitian.
C
Populasi dan Sampel Penelitian. Menguraikan tentang jumlah populasi dan jumlah sampel penelitian. Termasuk di dalamnya metode pengambilan sampel penelitian.
D
Teknik Pengumpulan Data. Meliputi bentuk alat/ instrumen
pengumpulan
data,
proses
penyusunan instrumen, serta proses kalibrasi instrumen. E
Teknik Analisis Data. Menguraikan teknik analisis data yang akan dipergunakan, termasuk uji persyaratan analisis data dan cara pengambilan kesimpulan.
7.
Daftar
Pustaka:
diguna-kan
baik
Memuat
seluruh
referensi
yang
secara
langsung
maupun
tidak
langsung.
IV. Format Laporan Proyek Akhir Laporan proyek akhir berisikan komponen sebagai berikut: 1.
Halaman sampul. Serperti telah dicotohkan di atas, pada format proposal (gambar 1)
190
2.
Lembar Pengesahan: seperti pada gambar 4 berikut. PENGESAHAN
Proyek akhir yang berjudul ……………………………………………………... ini telah dipertahankan didepan Dewan Penguji pada tanggal ……………... dan dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI Nama
Jabatan
Tanda Tangann
Tanggal
…………….
Ketua Penguji
………………..
…………….
…………….
Sekretaris Penguji
………………..
…………….
…………….
Penguji
………………..
…………….
Yogyakarta, …………… 200.. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,
…………………………….. NIP. ……………………….
Gambar 4. Format Pengesahan Tugas Akhir 3.
Surat Pernyataan Keaslian: merupakan pernyataan resmi mahasiswa, bahwa hasil tugas akhir yang dikembangkan adalah asli hasil pemikiran sendiri. Hal ini sangat penting sebagai bentuk pertanggungjawaban seorang ilmuwan, ya hasil karyanya dapat diper-tanggungjawabkan secara ilmiah maupun secara moral.
Pemalsuan
pernyataan
ini,
merupakan
pelanggaran etika ilmiah yang perlu dihindari oleh seorang ilmuwan. Bentuk format pernyataan keaslian dapat dilihat pada gambar 5.
191
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Proyek Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya atau gelar lainnya di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pandapat yang pernah ditulis oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, …………………… Yang Menyatakan,
…………………………………..
Gambar 5. Format Pernyataan Keaslian 4.
Abstrak. Merupakan ringkasan laporan Proyek Akhir yang terdiri dari tiga paragraf ditulis dalam satu spasi dan dalam satu halaman. Paragraf pertama berisi tujuan, kedua berisi cara pendekatan untuk mencapai tujuan, dan paragraf ketiga berisi hasil atau simpulan.
5.
Kata Pengantar: berisikan ucapan sukur dengan telah selesainya pembuatan tugas akhir, diikuti uraian singkat manfaat yang bisa dicapai. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu, baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap penyelesaian tugas akhir. Diakhiri dengan permohonan maaf bila masih ada kekurangan, tidak
usah
berjanji
perbaikan.
192
menerima
masukan
untuk
6.
Daftar Isi: seperti telah dijelaskan
7.
Daftar Tabel (bila ada)
8.
Daftar Gambar (bila ada)
9.
Daftar Lampiran (bila ada)
10
BAB I. PENDAHULUAN Berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan keaslian gagasan.
11
BAB II. PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Berisikan teori dan temuan-temuan (hasil penelitian) yang dapat dijadikan acuan untuk mmengembangkan konsep pemecahan masalah yang menjadi fokus kajian.
12
BAB
III. KONSEP RANCANGAN/PRODUKSI/JASA/ EVALUASI/ PENGUJIAN
Berisi analisis kebutuhan, implementasi, dan cara serta alat yang digunakan untuk menguji rancangan/ produksi/jasa/evaluasi/pengujian. Di samping itu juga disampaikan langkah kerja, penjadwalan, dan kalkulasi biaya. 13
BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN Berisikan proses pelaksanaan dan hasil dari rancangan/produksi/jasa/evaluasi/pengujian yang telah dikembangkan pada bab sebelumnya, serta pembahasannya.
193
14
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN. Berisi
simpulan
hasil
rancangan/produksi/jasa/
evaluasi/pengujian yang telah dilakukan, keterbatasan hasil, serta saran yang dapat dijadikan masukan untuk pengembangan dan inovasi hasil rancangan/produksi/ jasa/evaluasi/pengujian di masa mendatang. 15
DAFTAR PUSTAKA Berisi daftar buku, jurnal, hasil penelitian, makalah dan sumber informasi lainnya yang dijadikan acuan.
16
Lampiran-Lampiran. Segala sesuatu yang terkait dengan isi penulisan, yang karena ukuran dan keperluannya, dipertimbangkan cukup dimasukan di dalam lampiran. Hal ini bila masuk ke
dalam
tulisan
akan
mengganggu
proses
pemahaman pembaca.
V. Format Laporan Skripsi Bab 1 sampai dengan bab 3 garis besarnya sama dengan yang ada di proposal penelitian. Sedikit perubahan pada halaman sampul, proposal diganti dengan laporan. Halaman persetujuan diganti dengan halaman pengesahan. Seperti pada gambar 6. Penulisan Laporan dilanjutkan dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN,
IMPLIKASI, DAN SARAN.
194
dan
BAB
V.
SIMPULAN,
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul …………………………………………..……………... ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal …………….. dan dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI Nama
Jabatan
Tanda Tangann
Tanggal
…………….
Ketua Penguji
………………..
…………….
…………….
Sekretaris Penguji
………………..
…………….
…………….
Penguji
………………..
…………….
Yogyakarta, …………… 200.. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,
…………………………….. NIP. ……………………….
Gambar 6. Halaman Pengesahan BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini terdiri dari, hasil penelitian meliputi deskripsi data, pengujian persyaratan analisis, dan pengujian hipotesis.
Pembahasan
adalah
membahas
hasil
temuan penelitian, secara eksplisit juga membahas kaitannya dengan implikasi dan saran-saran sesuai dengan hasil penelitian. BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Simpulan
merupakan
butir
jawaban
terhadap
permasalahan yang diajukan dalam bab satu. Angka-
195
angka hasil analisis statistik sifatnya hanya melengkapi uraian simpulan. Implikasi
merupakan
uraian
yang
mengungkap
konsekuensi dengan hasil simpulan/temuan penelitian yang telah dilakukan terhadap subyek penelitian. Saran merupakan ungkapan ide operasional perbaikan terhadap permasalahan yang dialami oleh subyek penelitian Daftar Pustaka. Berisi daftar buku, jurnal, hasil penelitian, makalah dan sumber informasi lainnya yang dijadikan acuan. Lampiran. 1). Surat Ijin Penelitian 2). Hasil uji coba instrumen penelitian 3). Data Penelitian 4). Hasil perhitungan deskripsi data 5). Hasil perhitungan persyaratan analisis 6). Hasil analisis data 7). Riwayat hidup peneliti.
c. Rangkuman Karya tulis ilmiah merupakan salah satu bentuk komunikasi, yaitu komunikasi ilmiah dalam bentuk tulis. Komuikasi tulis berbeda dengan komunikasi lisan, dimana komunikasi lisan dapat meminta penjelasan pada
sumber
pengetahuan
bila
tidak/belum
ada
kejelasan. Semetara untuk komunikasi tulis, ketidak
196
jelasan tersebut tidak dapat dimintakan penjelasan terhadap penulis atau pengarangnya. Oleh karena itu, dalam penulisan karya tulis ilmiah dapat dikatakan harus dilakukan dengan tuntas, tidak boleh ada ketidak jelasan dalam tulisan yang dihasilkan. Salah satu cara yang perlu dilakukan untuk membuat sebuah karya tulis yang baik, adalah menyusun tulisan dengan mengikuti format yang disepakati. Format penulisan karya tulis ilmiah, disusun berdasarkan logika berpikir deduktif dan induktif yang dipergunakan dalam kegiatan ilmiah. Semua
format
penulisan
selalu
diawali
dengan
formulasi permasalahan yang dikaji. Diikuti dengan proses berpikir deduktif melalui kajian khasanah ilmu pengetahuan yang relevan, hingga ditemukan jawaban secara teoritis terhadap permasalahan yang telah dirumuskan. Selanjutnya dilakukan proses verifikasi, untuk melihat dukungan fakta-fakta empiris, hingga ditemukan bentuk dukungan data terhadap hipotesis yang
diajukan.
Kegiatan
ini
merupakan
proses
penarikan kesimpulan induktif, yang diakhiri dengan jawaban diterima/ditolaknya hipotesis. Proposal pada dasarnya merupakan rencana kegiatan ilmiah yang akan dilakukan. Oleh karena itu, proposal disusun hanya sampai metodologi kegiatan ilmiah. Dalam tugas akhir disusun sampai pada konsep Rancangan yang berisi uraian singkat tentang apa yang
197
akan dikerjakan terkait dengan pemecahan masalah atau fokus dalam proyek akhir.
Sementara untuk
proposal penelitian skripsi disusun hingga BAB III Metodologi Penelitian. Laporan akhir pada dasarnya adalah laporan hasil kegiatan ilmiah yang telah dilakukan. Format laporan hasil ini disusun dengan lengkap, dari permasalahan hingga simpulan verifikasi yang dihasilkan. Teknik notasi ilmiah merupakan aturan tata tulis ilmiah yang harus dipatuhi oleh semua penulis ilmiah, termasuk di dalamnya mahasiswa. Sebab Tugas akhir atau Skripsi merupakan salah satu bentuk kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa. Tata tulis ilmiah telah berkembang dengan berbagai versi, yang dituangkan dalam buku pedoman/panduan penulisan ilmiah. Meskipun pada dasarnya semuanya sama, namun format penulisannya berbeda. Oleh karena itu, mahasiswa atau penulis sebaiknya menggunakan salah satu versi. Karena di lembaga telah mengeluarkan
buku
panduannya
sendiri,
maka
mahasiswa wajib menggunakan buku tersebut. Kecuali terdapat aturan yang belum ada dalam buku tersebut, mahasiswa diperkenankan menggunakan versi lain yang sejalan.
d. Tugas Berikut ini beberapa tugas yang perlu dilakukan, sebagai media pendalaman materi Format Penulisan.
198
d.1 Baca
sebuah
laporan
tugas
akhir
atau
skripsi,
selanjutnya cermati penulisannya secara keseluruhan. Jawab pertanyaan ini, apakah format penulisan yang dipergunakan telah sesuai dengan panduan?, apakah materi
yang
dilampirkan
diacu
seebagai
bahan
pelengkap pembahasan? Apakah tulisan tersebut telah sesuai dengan fungsi BAB dan subbabnya? d.2 Masih mencermati laporan tugas akhir atau skripsi, jawab pertanyaan ini, Apakah ada proses penarikan kesimpulan secara deduktif? apakah terdapat penarikan kesimpulan secara induktif?, apakah aturan teknik notasi ilmiah diterapkan secara konsisten?.
e. Tes Formatif Berikut ini tes fomatif untuk mengukur kemampuan anda setelah mempelajari kegiatan belajar Format Penulisan Ilmiah. Mengingat pentingnya kemampuan ini dalam kegiatan ilmiah, mohon dikerjakan dengan jujur, sehingga hasilnya tes bermanfaat. e.1. Apakah hubungan antara metode ilmiah dengan format penulisan ilmiah? e.2. Apakah konsep dasar dalam penyusunan proposal kegiatan ilmiah baik untuk tugas akhir atau untuk skripsi? e.3. Sebutkan komponen pokok yang harus ada dan diuraikan dalam bab 1 proposal kajian ilmiah! e.4. Paling tidak ada 4 subbab sebagai wadah komponen pokok bab 1, sebutkan dan jelaskan!
199
e.5. Format proposal bab 2 penelitian minimal ada tiga subbab, sebutkan dan jelaskan! e.6. Apakah yang harus diuraikan dalam bab 3 proposal? e.7. Apakah peranan Lampiran pada format laporan akhir? e.8. Format laporan akhir dilengkapi dengan BAB 4, apakah yang harus diuraikan?
200
f.
Kunci Jawaban Tes formatif
f.1. Susunanan format proposal maupun laporan akhir disesuaikan sistematika metode ilmiah. f.2. Konsep dasar penyusunan proposal adalah adanya ide mahasiswa untuk mengatasi suatu permasalahan. Ide tersebut diuraikan secara sistem matis dalam sebuah proposal. f.3. Komponen pokok yang harus ada dalam bab satu adalah rumusan permasalahan, hanya untuk sampai pada rumusan masalah tersebut, harus ada batasan masalah, yang diambil dari identifikasi masalah, yang menjabarkan latar belakang masalah. f.4. Keempat masalah identifikasi
subbab
tersebut
adalah
latar
mengungkap
kesenjangan
masalah
mengidentifikasi
yang
belakang terjadi,
kesenjangan
menjadi sejumlah permasalahan yang feasible untuk diselesaikan, batasan masalah adalah memilih dan menjelaskan batas-batas permasalahan, dan rumusan masalah memformulasikan masalah kajian yang telah dipilih pada subbab sebelumnya. f.5. Ketiga subbab dalam bab 2 adalah deskripsi teoritis untuk mendapatkan definisi konseptual faktor yang dikaji, kerangka berpikir untuk mengungkap bentuk hubungan antar faktor dalam kajian, dan subab ketiga pengajuan hipotesis yang merupakan kesimpulan yang didapatkan daari subbab sebelumnya.
201
f.6. Bab 3 sebagai wadah untuk membuat perencanaan proses verifikasi, yaitu implementasi dari logika induktif sebagai pelengkap kajian ilmiah. f.7. Fungsi lampiran dalam sebuah laporan ilmiah adalah menampung informasi selengkapnya dari informasi yang diuraikan dalam tubuh laporan. f.8. Bab 4 dalam laporan akhir, berisi hasil kajian ilmiah mulai dari deskripsi data, pengujian persyaratan analisis analisis
data,
dan
pembahasan
kesimpulan verifikasi yang dilakukan.
202
hingga
diperoleh
2. Kegiatan Belajar 2 : Teknik Notasi Ilmiah a. Tujuan Pembelajaran Setelah menuntaskan modul pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa akan dapat: 17). Mengidentifikasi keguanaan teknik notasi ilmiah. 18). Mengidentifikasi
cara
merujuk
konsep-konsep/teori
dalam kajian ilmiah dengan benar. 19). Menyusun gambar dan tabel kajian karta ilmiah dengan benar. 20). Menyusun
daftar pustaka referensi
kajian
ilmiah
dengan benar.
b. Uraian Materi Pendahuluan. Teknik notasi ilmiah merupakan bagian penting dari proses pembuatan karya tulis ilmiah. Teknik ini berperan untuk membuat sistematika dan struktur penulisan ilmiah menjadi lebih baik. Teknik notasi juga menjadi petunjuk bagi pembaca dalam mencerna isi dari karya tulis yang diminati. Seperti telah dijelaskan di atas, karya tulias ilmiah harus jelas dan tepat, maka notasi ilmiah akan menjadi petunjuk bagi pembaca. Notasi tulisan ilmiah sebaiknya mengikuti satu pedoman, jangan menggunakan lebih dari satu buku pedoman. Pada dasarnya
notasi
penulisan
sama,
namun
terdapat
perbedaan cara penulisannya. Untuk tujuan proyek akhir atau
tugas
akhir
mahasiswa
203
telah
diterbitkan
buku
pedomannya, maka sebaiknya mahasiswa mengikuti saja buku tersebut. Kecuali bila di dalam buku tersebut tidak mengaturnya. Di dalam buku Pedoman Proyek Akhir dibahas mulai dari ukuran kertas hingga penggunaan huruf. Aturan tersebut sifatnya normatif yang tentunya tidak dapat ditawar-tawar lagi. Untuk itu mahasiswa mengikuti petunjuk tersebut dengan baik. Sementara yang lainnya akan dibahas secara bertahap, meliputi cara penomoran halaman, penggunaan huruf miring, penyajian tabel, cara penulisan kutipan dan penulisan daftar pustaka.
Cara Penulisan. 1. Kosa Kata. Tulisan harus menggunakan kosa kata Bahasa Indonesia yang baku yang tercantum dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia atau Kamus-Kamus istilah dan Daftar Kumulatif Istilah
yang
diterbitkan
oleh
Pusat
Pembinaan
dan
Pengembangan Bahasa. Dilarang mempergunakan kata asingyanng diterjemahkan begitu saja seperti “reliabel” dan “Valid”. Semua terminologi asing, seperti “motor learning”, harus diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Sekiranya perlu terjemahan ini diikuti oleh bahasa aslinya dalam tanda kurung.
2. Penulisan nomor halaman. Nomor halaman sangat penting untuk mempermudah pembaca mencari bagian tulisan yang diinginkan. Bisa dibayangkan betapa sulitnya bagi pembaca sebuah tulisan,
204
yang tidak dilengkapi dengan nomor halaman. Kesulitan yang dihadapi oleh pembaca tersebut menyebabkan minat bacanya menghilang, dan akhirnya muncul keengganannya untuk meneruskan membaca karya tulis tersebut. Di dalam proyek akhir cara penulisan halaman diatur, untuk halaman judul bab diletakan di tengah bawah, berjarak dua spasi di bawah baris terakhir. Sementara untuk halaman yang lainnya diletakkan di sebelah kanan atas. Letaknya dua spasi di atas baris pertama, atau tiga centimeter (3 cm) dari tepi atas. Nomor halaman menggunakan huruf arab (1, 2, 3, 4, ... dst.). Penomoran halaman sebelum bab pendahuluan, seperti Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, dan sebagainya diletakan ditengah bagian bawah, dengan jarak dua spasi sesudah baris terakhir. Hurufnya menggunakan angka romawi (i, ii, iii, iv, dst.)
3. Penulisan Huruf Miring. Dalam tubuh tulisan akan dijumpai beberapa bagian yang harus dicetak dengan huruf miring. Huruf miring dalam buku pedoman proyek akhir dipergunakan untuk: a. Menulis judul buku, nama terbitan berkala, nama publikasi lain serta nomor penerbitan dalam daftar pustaka. b. Istilah kosa kata, atau kalimat bahasa asing yang ikut masuk kedalam teks. c. Huruf, kosa kata, frase, atau kalimat sebagai aspek linguistik
205
d. Huruf-huruf yang dipergunakan untuk simbol-simbol statistika atau aljabar.
4. Penyajian Tabel dan Gambar. Penulisan tabel dalam tubuh tulisan karya tulis ilmiah, termasuk di dalamnya laporan proyek akhir, ditentukan sebagai berikut: a. Penulisan tabel dimulai dari tepi kiri, diikuti nomor tabel, dan diteruska dengan nama tabel. b. Poin a. Ditulis di atas tabel. c. Setiap awal kata nama tabel diketik dengan huruf kapital kecuali kata tugas. d. Nomor tabel meenggunakan angka Arab, ditulis secara urut tanpa memandang dalam keberadaan Bab dalam tubuh tulisan. Tubuh tulisan adalah Bab I hingga Bab penutup. e. Dalam karya tulis tabel dibedakan menjadi dua macam yaitu tabel dalam teks dan tabel dalam lampiran. Tabel yang
ada
dalam
lampiran
menggunakan
urutan
penomoran tersendiri, tidak menyambung urutan nomor tabel dalam tubuh tulisan. f. Penyajian
tabel
dalam
tubuh
tulisan,
diusahakan
sedapat mungkin dalam satu halaman. Pengertian gambar adalah mencakup foto, grafik, diagram, peta,
bagan,
skema
dan
sejenis.
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
206
Penyajian
gambar
a. Tulisan gambar, nomor gambar, dan nama gambar diletakkan di bawah gambar. b. Nomor gambar ditulis dengan angka Arab, ditulis secara berurutan tanpa memandang dalam bab dalam tubuh karya tulis ilmiah. c. Gambar disajikan dalam satu halaman. d. Setiap awal kata nama gambar ditulis dengan huruf kapital kecuali tugas.
5. Pengutipan. Proses pengutipan teori, pendapat, data, rumus dan sebagainya tidak dapat dihindarkan oleh seorang penulis karya ilmiah. Mengapa demikian?, sebab dalam proses penulisan dasar yang dipergunakan tidak lain adalah menggunakan pendekatan ilmiah. Sehingga di dalamnya akan terjadi proses penarikan kesimpulan baik yang bersifat induksi atau bersifat deduksi. Keduanya akan memerlukan dasar-dasar yang kuat untuk memperoleh bobot kesimpulan yang dihasilkan. Untuk menyatakan proses adopsi konsep atau teori inilah, seorang penulis memerlukan cara atau aturan pengutipannya. a. Cara menulis Kutipan Langsung. Kutipan langsung ditulis sama persis dengan yang terdapat pada sumber aslinya, baik mengenai bahasanya maupun ejaan-nya. Kutipan langsung yang setelah diketik di dalam tubuh tulisan lebih dari lima baris atau lebih, diketik satu spasi dengan awal ketikan lima ketukan dari sebelah kiri tulisan. Sementara yang setelah diketik kurang dari lima
207
baris, diketik sama dengan tubuh tulisan, di awali dan diakhiri dengan tanda petik (“). Kemungkinan penulis akan menghilangkan beberapa bagian dari kutipan, maka pada bagian yang dihilanngkan tersebut diberi tanda titik sebanyak tiga buah. Bila yang dihilangkan satu kalimat atau lebih, maka bagian yang dihilangkan diganti dengan titik-titik sepanjang satu baris tulisan. Di samping itu, bila penulis ingin memberikan penjelasan bagian kutipan yang dianggap penting, maka kutipan yang dimaksud diberikan garis bawah dan keterangan diberikan didalam tanda kurung. b. Cara Menulis Sumber Kutipan Langsung. Cara menulis sumber kutipan langsung dengan menyebutkan nama pengarang (tanpa titel), tahun terbitan, dan nomor halaman yang dikutip dan ditulis dibelakang kutipan didalam tanda kurung. Contoh: ................ (Sugiyono, 2005: 12) c. Cara Menulis Kutipan Tidak Langsung Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya atau yang dikutip. Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip dan disusun dalam kalimat yang dikembangkan sendiri oleh pengutip. Kutipan tersebut diketik dengan spasi sama besarnya dengan tubuh tulisan, termasuk bentuk dan besarnya huruf yang dipergunakan.
208
d. Cara Menulis Sumber Kutipan Tidak Langsung Cara menulis sumber kutipan tidak langsung ditulis didepan atau dibelakang teks yang dikutip tidak langsung, dengan menyebutkan nama pengarang (tanpa titel) dan tahun terbitan. Contoh: Di belakang teks ............. (Kaufman: 1981) Di depan, Menurut Kaufman (1981) e. Cara Penulisan Daftar Pustaka. Proses pengutipan teori, pendapat, data, rumus dan sebagainya tidak dapat dihindarkan oleh seorang penulis karya ilmiah.Terdapat banyak alasan yang mendasari, antara lain karena proses penulisan ilmiah mengacu pada proses dan prosedur metode ilmiah. Penulisan ilmiah selalu berhubungan dengan proses berpikir rasional, yang memerlukan premis-premis yang kuat. Di samping itu, juga karena berhubungan dengan proses penarikan kesimpulan baik secara induksi maupun secara deduksi. Sehingga pengutipan merupakan proses untuk mendapatkan dasardasar yang kuat dalam mengungkapkan solusi dari suatu permasalahan yang sedang dibahas. Seperti
yang
telah
dibahas
pada
minggu
ke
lima,
pengutipan ada dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung.
Keduanya berbeda
cara memberikan
tandanya. Untuk itu mahasiswa perlu hati-hati dan cermat dalam memberikan tanda yang harus diketik. Disamping itu, semua buku atau sejenisnya yang dipergunakan sebagai referensi dalam proses penulisan selanjutnya ditulis dalam
209
Daftar Pustaka. Sehingga daftar pustaka merupakan daftar kumpulan buku atau referensi yang dipergunakan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung, berarti
isi
buku
tersebut
ada
bagian
yang
dikutip,
sedangkan yang tidak langsung tidak ada yang dikutip namun dipergunakan isinya, seperti buku panduan, buku pedoman, dan sebagainya. Dalam proyek akhir, penulisan daftar pustaka menganut sistem yang berlaku secara internasional, yaitu model APA (American Psychological Association). Sistem ini cara penulisannya dengan ketentuan sebagai berikut: 1). Pengaturan Urutan Penulisan Daftar pustaka diurutkan secara alfabetis menurut nama pengarang dan tidak menggunakan nomor urut. Pengetikan menggunakan spasi tunggal. 2). Penulisan Referensi Buku. Penulisan buku referensi yang dipergunakan dengan urutan: Nama pengarang, tahun terbitan, Judul buku, tempat penerbitan, dan nama penerbit. Penulisan nama pengarang diawali
nama
famili
pengarang,
misalkan
nama
pengarangnya Bruce W. Tuckman, maka dalam daftar pustaka ditulis Tuckman, Bruce W. Bila nama pengarang tidak ada nama familinya ditulis lengkap seperti yang seharusnya, misalnya Sutrisno Hadi, tidak ditulis Hadi, Sutrisno, sebab hadi bukan nama familinya. Nama pengarang sampai dengan tiga orang ditulis semuanya, bila lebih dari tiga orang hanya ditulis nama pengarang
210
pertama dibelakangnya nama dituliskan et al. (et alii: dan lain-lain). Apabila pengarang tersebut sebagai penyunting, maka dibelakang namanya diberikan tanda (ed). Penggunaan catatan kaki diperkenankan untuk memberikan keterangan lebih lanjut tentang suatu istilah atau sesuatu yang tercantum di dalam teks. Contoh: (1). Buku dengan Pengarang Satu Orang Jujun
S.
Sumantri.
Pengantar
(1998). Filsfat Ilmu, Sebuah Jakarta: Pustaka Sinar
Populer.
Harapan.
Tuckman, Bruce W. (1972). Conducting Educational Research. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc. (2). Buku dengan Pengarang Dua s.d. Tiga Orang Strunk, W., Jr., dan White, E.B. (1979). The Element of Style (3rd ed). New York: Macmilan. (3). Buku dengan Pengarang lebih dari Tiga Pengarang Strunk, W., Jr., et al. (1979). The Element of Style (3rd ed). New York: Macmilan. (4). Buku yang disunting Latheridge, S., dan Canon, C.R. (eds.) (1980). ............... (5). Buku yang direvisi Cothen, J. (1977). Statistical Power Analysis for the Behavioral Science (rev. ed.). New York: Academic Press. (6). Buku Terjemahan Luria R. (1969). The mind of maemonist (Solotaroff. Terjemahan). New York: Avon Books. Buku asli diterbitkan tahun 1965.
211
3). Penulisan Referensi Artikel Jurnal Penulisan daftar pustaka dari artikel dalam jurnal mengikuti urutan: nama pengarang, tahun terbitan, judul artikel, nama jurnal, nomor jurnal dan halaman. Contoh: (1). Artikel dengan Satu Pengarang Paivio, A. (1975). Perceptual Comparisons through the mind’s eye, Memory & Cognition. 3. 635-647. (2). Artikel sampai dengan Tiga Pengarang. Ketiga nama pengarang ditulis semua. (3). Artikel ditulis lebih dari Tiga Pengarang Hanya ditulis nama pengarang pertama, dibelakangnya dituliskan et. al. 4). Penulisan Referensi Artikel Majalah Penulisan daftar pustaka dari artikel dalam majalah mengikuti urutan: nama pengarang, tahun terbitan, bulan terbitan, judul artikel, nama majalah, dan halaman. Contoh: Garder, H. (1981). December. Do babies sing a universal song?. Psychology Today. pp. 70-76.
5). Penulisan Referensi Artikel Surat Kabar Penulisan daftar pustaka dari artikel dalam Surat kabar mengikuti urutan: nama pengarang, judul artikel, tahun & bulan terbitan, nama surat kabar, dan halaman.
212
Contoh: Garder, H. Do babies sing a universal song?. (1981, December). Apa Monitor. p. 14. 6). Penulisan Referensi dari Penelitian, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan. Penulisan daftar pustaka dari Penelitian, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan, mengikuti urutan: nama peneliti, tahun penelitian,
judul penelitian , tempat penerbitan, nama
jurnal penelitian. Contoh: Djemari Mardapi, dkk. (1994). Daya Prediksi tes masuk IKIP Jakarta terhadap prestasi dan lama studi mahasiswa
Abstrak
pascasarjana
Hasil
Pnelitian
IKIP
Yogyakarta.
IKIP
Yogyakarta.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian. 7). Penulisan Referensi Artikel dari Penelitian, Tesis, dan Disertasi yang tidak diterbitkan. Penulisan daftar pustaka dari Penelitian, Tesis, dan Disertasi yang tidak diterbitkan, mengikuti urutan: nama peneliti, tahun penelitian, judul penelitian , jenis penelitian, lembaga peneliti. Contoh: Djemari Mardapi, dkk. (1994). Daya Prediksi tes masuk
IKIP Jakarta terhadap prestasi dan lama studi mahasiswa
pascasarjana
IKIP
Yogyakarta.
Penelitian kelompok. IKIP Yogyakarta.
213
c. Rangkuman Bahasa yang dipergunakan dalam karya tulis ilmiah adalah bahasa Indonesia yang disempurnakan. Bahasa Indonesia yang baku yang tercantum dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia atau Kamus-Kamus istilah dan Daftar Kumulatif Istilah
yang
diterbitkan
oleh
Pusat
Pembinaan
dan
Pengembangan Bahasa. Teknik notasi ilmiah merupakan bagian penting dari proses pembuatan karya tulis ilmiah. Teknik ini berperan untuk membuat sistematika dan struktur penulisan ilmiah menjadi lebih baik. Teknik notasi juga menjadi petunjuk bagi pembaca dalam mencerna isi dari karya tulis yang diminati. Di dalam buku Pedoman Proyek Akhir dibahas mulai dari ukuran
kertas,
penggunaan
huruf,
cara
penomoran
halaman, penggunaan huruf miring, penyajian tabel, cara penulisan kutipan dan penulisan daftar pustaka. Aturan tersebut sifatnya normatif yang tentunya tidak dapat ditawar-tawar lagi. Untuk itu mahasiswa mengikuti petunjuk tersebut dengan baik. Proses pengutipan teori, pendapat, data, rumus dan sebagainya tidak dapat dihindarkan oleh seorang penulis karya ilmiah, sebab dalam proses penulisan dasar yang dipergunakan tidak lain adalah menggunakan pendekatan ilmiah, khususnya dalam proses penarikan kesimpulan. Banyak sistem notasi ilmiah yang beredar, sebaiknya mahasiswa menggunakan satu sumber tata tulis atau tidak mencampur satu dengan yang lainnya dalam satu tulisan.
214
d. Tugas Berikut ini beberapa tugas yang perlu dilakukan, sebagai media pendalaman materi kajian teori. d.1.
Baca sebuah laporan tugas akhir atau skripsi, selanjutnya cermati penulisannya pada BAB II. Jawab pertanyaan ini, apakah taat terhadap tata tulis ilmiah?, apakah penulis membuat sumber kutipan dengan benar?
d.2.
Masih mencermati BAB II dan Daftar Pustaka, jawab pertanyaan
ini,
Apakah
semua
sumber
yang
digunakan dalam BAB II dicantumkan dalam Daftar Pustaka? apakah Daftar Pustaka diurutkan secara alpabetis?,
e. Tes Formatif Berikut ini tes fomatif untuk mengukur kemampuan anda setelah mempelajari kegiatan belajar teknik notasi ilmiah. Mengingat pentingnya kemampuan ini dalam kegiatan ilmiah, mohon dikerjakan dengan jujur, sehingga hasilnya tes bermanfaat. e.1.
Mengapa dalam proses penulisan skripsi ataupun tugas
akhir
diharuskan
menggunakan
bahasa
Indonesia dengan benar? e.2.
Apakah fungsi teknik notasi ilmiah, dalam kaitannya dengan etika ilmiah?
e.3.
Paling tidak ada tiga huruf/kalimat yang harus dicetak miring dalam tubuh tulisan ilmiah, sebutkan!
215
e.4.
Ada tabel yang disajikan ditubuh tulisan dan ada yang di lampiran, jelaskan kapan tabel dicantumkan ditubuh tulisan. Jelaskan!
e.5.
Mengapa kutipan harus ada dalam proses penulisan ilmiah?
e.6.
Apakah yang dimaksud dengan kutipan langsung dan tidak langsung? Jelaskan!
e.7.
Bagaimana cara mengetahui bahwa sebuah kutipan dalam tubuh tulisan tersebut, dilakukan secara tidak langsung?
e.8.
Bagaimana cara menyusun daftar pustaka dalam sebuah karya tulis ilmiah?
e.9.
Kapan nama pengarang tidak ditulis semua dalam daftar pustaka?
e.10 Referensi apa saja yang harus dimasukan kedalam daftar pustaka?
216
f. Kunci Jawaban Tes formatif f.1.
Sebab karya tulis ilmiah, mempunyai tugas untuk menyelesaikan masalah yang bersifat umum. Di samping itu, karya tulis ilmiah merupakkan sebuah pesan, maka perlu ditulis dalam bahasa yang baku yang berlaku bagi pembaca dimana saja.
f.2.
Sebagai bentuk kejujuran ilmiah, dengan memberikan informasi sumber referensi yang dipergunakan.
f.3.
a. Menulis judul buku, nama terbitan berkala, nama publikasi lain serta nomor penerbitan dalam daftar pustaka. b. Istilah kosa kata, atau kalimat bahasa asing yang ikut masuk kedalam teks. c. Huruf, kosa kata, frase, atau kalimat sebagai aspek linguistik.
f.4.
Tabel yang sebagian besar isinya, diperlukan untuk memperjelas pembahasan yang dilakukan.
f.5.
Kutipan dipergunakan sebagai premis/dasar untuk berpikir logis, baik untuk logika iduktif, khususnya logika deduktif.
f.6.
Kutipan langsung adalah kutipan yang sama persis dengan yang ada direferensi, sedangkan kutipan tidak
langsung
adalah
kutipan
konsep
yang
terkandung dalam referensi. f.7.
Sumber kutipan tidak langsung ditulis didepan atau dibelakang
teks,
217
dengan
menyebutkan
nama
pengarang (tanpa titel) dan tahun terbitan, tanpa petunjuk halaman. f.8.
Cara penulisan sesuai dengan bentuk referensinya, dan disusun secara alpabet.
f.9.
Pada saat pengarang referensi lebih dari tiga orang.
f.10
Semua referensi baik digunakan secara langsung maupun tidak langsung.
218
DAFTAR PUSTAKA Jujun S. Sumantri, Filsfat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998. Tuckman, Bruce W., Conducting Educational Research. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., 1972. Al. Widyamartaya dan V. Sudiati, Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT. Grasindo, 2000. Anonim, Pedoman Proyek Akhir, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, 2003. Anonim, (2004). Pedoman Penulisan Tesis & Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.
219