RENUNGAN HARIAN
Segarkan Jiwaku BULAN FEBRUARI 2017
DAFTAR ISI Minggu 1 Senin - Menerima iluminasi ....................................................... 1 Selasa - Terang yang ada padamu ............................................. 2 Rabu - Kesukaannya ialah firman Tuhan .................................... 3 Kamis - Mengenali ciptaan baru ................................................ 4 Jumat - Menjual segalanya ........................................................ 5 Minggu 2 Senin - Daging dan Roh ............................................................. 6 Selasa - Mempercayai Elohim.................................................... 7 Rabu - Kasih karunia yang di dalamnya kita berdiri .................. 8 Kamis - Mari belajarlah pada-Ku ............................................... 9 Jumat - Dimensi-dimensi kasih karunia-Nya ............................ 10 Minggu 3 Senin - Elohim sumber segala kasih karunia ............................ 11 Selasa - Tetap miskin dalam roh .............................................. 12 Rabu - Apa itu rumah tangga perjanjian? ................................ 13 Kamis - Anak-anak dalam rumah tangga perjanjian ................ 14 Jumat - Budaya rumah ............................................................ 15 Minggu 4 Senin - Menangani keduniawian ............................................. 16 Selasa - Mengidentifikasi budaya-budaya duniawi .................. 17 Rabu - Rindu akan pernikahan Kristen ..................................... 18 Kamis - Tujuan pacaran ........................................................... 19 Jumat - Komitmen dari orang tua Kristen ................................. 20
Senin | Minggu 1 Menerima iluminasi Ketika Yesus mengajarkan Nikodemus tentang ‘dilahirkan kembali’, Dia mengidentifikasi tiga unsur yang berbeda dari lahir baru. Dia katakan seseorang harus ‘lahir dari atas’, ‘lahir dari air’ dan ‘lahir dari Roh’ untuk melihat dan masuk ke dalam kerajaan Elohim. Apa artinya dilahirkan untuk melihat kerajaan Elohim? Ketika seorang yang tidak percaya, meresponi berita injil, roh manusia atau identitas mereka, diregenerasi dan dibaharui oleh Roh Kudus sehingga mereka dapat melihat kerajaan Elohim. Yesus mengatakan bahwa seseorang yang menerima kapasitas ini telah ‘lahir dari atas’ atau ‘lahir untuk melihat’. Ketika seseorang telah dilahirkan dari atas, mata dari penglihatan rohani mereka ‘diiluminasi’ dan mereka melihat kerajaan Elohim. Mereka juga melihat jalan ke depan dalam kehidupan yang tidak lagi terikat oleh daging mereka. Sudut pandang dan keputusan-keputusan mereka tidak lagi berdasarkan pada informasi yang dikumpulkan melalui pancaindera alamiah mereka, dan kemudian diproses oleh pikiran mereka yang telah mengalami kejatuhan dan agenda-agendanya. Setelah menjadi rohani, mereka dapat membedakan dan dengan sungguh-sungguh mengejar semua yang Elohim telah persiapkan untuk orang-orang yang mengasihi Dia. Rasul Paulus menggambarkan penglihatan rohani ini sebagai kemampuan untuk ‘tahu, apa yang dikaruniakan Elohim (yang adalah Roh) kepada kita’. Ketika seorang anak dilahirkan dalam keluarga Kristen yang adalah bagian dari kerajaan Elohim, mereka telah dilahirkan dari atas dan memiliki kapasitas rohani untuk menerima iluminasi. Bahaya bagi seorang anak yang bertumbuh dalam rumah Kristen adalah mencapai tahun-tahun dewasa muda mereka tanpa mempelajari bagaimana menerima dan meresponi iluminasi. Ketika Yesus menjelaskan pembahasan tentang iluminasi, Dia menggambarkan roh manusia sebagai ‘mata [penglihatan rohani] adalah pelita tubuh’. Dia katakan, ‘Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu’. Dengan jelas, Dia melanjutkan dengan mengatakan, ‘Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan’.
Referensi Yoh 3:5 Tit 3:5 Luk 11:34-35
1Kor 2:9, 12 Yoh 4:24
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Yohanes 3
Ams a l 3 0
1
Selasa | Minggu 1 Terang yang ada padamu Sangat mungkin bagi seorang anak dalam keluarga Kristen bertumbuh dengan menghadiri program gereja, berpartisipasi dalam perenungan firman (devosi) keluarga, menyanyi pada pertemuan-pertemuan gereja, mengambil bagian dalam perjamuan kudus dan bahkan bermain musik dalam orkestra (gereja), tanpa belajar bagaimana menerima firman dan iluminasi yang datang bersama firman. Dalam hal ini, ‘terang’ yang ada dalam mereka sungguh merupakan ‘kegelapan’ akan informasi dan kepatuhan agamawi. Nabi Yesaya mengatakan, ‘Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah (mengganti) kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan ... Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana, yang menganggap dirinya pintar!’ Nabi Yesaya menyampaikan firman ini kepada umat Elohim karena mereka menganggap diri mereka orang benar, tanpa memiliki hubungan yang sejati dengan Elohim. Jika seorang dewasa muda menganggap bahwa mereka selamat karena kedekatan mereka dengan gereja di sepanjang masa kanakkanak mereka, maka mereka menjadi legalistik dan penuh penghakiman. Mereka akan datang kepada persekutuan berdasarkan informasi agamawi dan akan membandingkan diri mereka dengan yang lain dalam suatu upaya untuk menetapkan siapa mereka dan di mana tempat mereka yang tepat. Penulis kepada orang Ibrani menggambarkan transisi dari masa kanak-kanak kepada orang Kristen yang dewasa. Dia katakan, ‘Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil (bayi). Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat.’ Seorang Kristen akan tetap merupakan ‘bayi’ jika mereka gagal melatih pancaindera rohani mereka. Kita melatih pancaindera rohani kita dengan mencari dan mengaplikasikan diri kita kepada firman kebenaran dan iluminasi yang datang bersama firman itu. Ada suatu titik bagi setiap orang muda dimana mereka harus mengambil inisiatif mereka terhadap persekutuan dalam firman Elohim, melampaui perenungan firman (devosi) keluarga mereka. Jika pengaplikasian mereka kepada firman kebenaran tetap hanyalah suatu partisipasi dalam komitmen orang tua mereka kepada firman, mereka tidak ‘disapih’ dan terus memerlukan ‘susu’ dari orang tua mereka.
Referensi
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Yes 5:20-21 Mat 6:23 Yes 9:2
Matius 6
Ams a l 31
Ibr 5:13-14 Pkh 2:3
2
Rabu | Minggu 1 Kesukaannya ialah firman Tuhan Pengaplikasian seseorang kepada firman Elohim melatih mereka untuk memahami dan menerima hal-hal yang dari Roh. Ini merupakan suatu hal yang penting dimana setiap orang muda ditegakkan dalam persekutuan firman yang diproklamirkan pada perjamuan kudus, karena ini adalah konteks dimana hubungan dengan Elohim ditopang. Tanpa pendekatan pribadi dan pendisiplinan kepada firman Elohim, seseorang yang tidak terlatih akan secara bertahap menganggap hal-hal yang dari Roh sebagai kebodohan. Pencobaan/godaan di sepanjang pertengahan tahuntahun Dewasa Muda adalah menjauh dari persekutuan. Ini adalah respon kebingungan. Bukannya menggunakan tanggung jawab mereka yang muncul sebagai orang dewasa, dengan menjadi bertanggung jawab dalam memelihara persekutuan, mereka malah menggunakannya untuk mengontrol hidup mereka sendiri dan ‘melakukannya sendiri’. Berlawanan dengan itu, seorang dewasa muda yang menjadi dewasa akan memiliki kesaksian, ‘Aku hendak bergemar dalam perintah-perintah-Mu yang kucintai itu’. Ini karena mereka telah bertumbuh menjadi peka dengan iluminasi. Mereka akan mengakui bahwa perkataan Yesus adalah roh dan hidup. Mereka akan sanggup membedakan antara pengaruh-pengaruh yang berkompetisi dalam hidup mereka. Pertama, mereka akan tahu hal-hal yang dikaruniakan kepada mereka oleh Elohim. Ini artinya mereka akan mengenali penyediaan-penyediaan, kesempatankesempatan dan batasan-batasan yang Bapa telah persiapkan untuk mereka. Kedua, mereka akan membedakan hal-hal yang dari Roh ini dengan pencobaan/godaan dari dunia. Iluminasi akan memampukan mereka untuk menilai kesempatan-kesempatan duniawi yang hanya mempesona dan menarik kepada keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Hasil bagi setiap orang yang rindu untuk hidup dengan iluminasi adalah komitmen teguh terhadap persekutuan. Persekutuan adalah konteks di mana kasih karunia untuk kehidupan tersedia. Kesaksian dari seseorang yang telah mengalami iluminasi akan selamanya, ‘Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal.’ Referensi
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
1Kor 2:14 Yoh 6:63 1Yoh 2:16
Mazmur 19
Ams a l 1
Mzm 119:47 1Yoh 5:19 Yoh 6:57
3
Kamis | Minggu 1 Mengenali ciptaan baru Ketika Yesus berbicara kepada Nikodemus tentang perlunya ‘lahir dari air’, Dia merujuk kepada seseorang yang menerima benih yang tidak fana dari nama mereka yang telah direncanakan sejak semula oleh Bapa. Benih ini berisikan Roh Bapa. Melalui Roh-Nya, benih hidup sebagai anak dari seorang yang baru percaya, bertunas di dalam hati mereka dan mereka adalah ciptaan baru. Mereka dilahirkan sebagai anak Elohim yang unik yang Bapa namai sejak sebelum dunia dijadikan. Pada titik ini, Bapa belum mengirimkan Roh Anak ke dalam hati orang percaya itu, yang membuat mereka dilahirkan dari Roh. Seorang anak yang dilahirkan dalam keluarga Kristen yang ada dalam kerajaan Elohim, telah menjadi ciptaan baru. Mereka telah memiliki benih yang tidak fana dari nama mereka yang telah ditentukan sejak semula dari Bapa sorgawi. Orang tua yang saleh diberi mandat untuk membesarkan anak-anak perjanjian mereka sesuai dengan potensi hidup sebagai anak yang terkandung dalam benih ini. Oleh kasih karunia Elohim, mereka diperlengkapi untuk menguduskan anakanak mereka kepada ekspresi nama mereka yang tidak fana. Ini adalah tanggung jawab yang sangat besar yang dianugerahkan atas orang tua Kristen. Mereka diperlengkapi untuk mengenali kapan hukum lain, pengaruh-pengaruh duniawi atau proyeksi-proyeksi yang salah tentang identitas sedang beroperasi dalam diri anak-anak mereka. Menerapkan disiplin menjauhkan anak-anak dari ketidaktaatan yang berhubungan dengan cara-cara yang suka melawan ini. Disiplin meneguhkan dan mendorong kemampuan-kemampuan, kapasitas-kapasitas dan sifat karakter sejati yang menyatakan nama seorang anak yang telah direncanakan sejak semula. Bahayanya bagi seorang anak dalam rumah Kristen, yang mulai mengenali tanggung jawab mereka sebagai orang dewasa, adalah ‘lebih menyukai kegelapan daripada terang’. Ini terjadi ketika seseorang yang telah bertumbuh dewasa dalam gereja, menolak nama dan pekerjaan yang telah dipersiapkan bagi mereka oleh Bapa, meskipun telah mengalami iluminasi dalam roh mereka.
Referensi 1Ptr 1:23 Why 13:8 Ibr 12:15-17
1Yoh 3:1 Yoh 3:19
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Kejadian 4
Ams a l 2
4
Jumat | Minggu 1 Menjual segalanya Sekitar usia dua puluh tahun, seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga Kristen perlu keluar dari partisipasi dalam pemuridan orang tua mereka kepada suatu komitmen berdasarkan iman dan pengakuan mereka sendiri. Bapa meminta komitmen dari setiap orang muda untuk secara pribadi mengenal dan berhubungan dengan Dia dalam musim kehidupan ini. Kita perhatikan, dalam Perjanjian Lama, bahwa setiap orang yang berusia dua puluh tahun ke atas, dihitung dalam sensus umat Tuhan, diminta untuk membuat persembahan, dan dianggap siap untuk bertempur, atau berperang dalam pertandingan iman yang benar sebagai seorang dewasa. Kita telah sering menggunakan istilah ‘krisis ke-Tuhanan’ untuk menggambarkan keputusan yang setiap orang muda hadapi dalam memikul pemuridan mereka. Setelah menjadi dewasa dalam membedakan hal-hal yang dari Roh (lahir dari atas), seorang dewasa muda harus memilih untuk menerima garis-garis yang ditentukan oleh rencana Bapa untuk masa depan mereka. Ketika seorang yang baru bertobat menjamah ‘lahir dari air’, mereka juga menghadapi krisis apakah mereka mau memilih kehendak Elohim untuk hidup mereka. Secara praktis, ini akan termasuk ‘menjual segala’ cita-cita, impian-impian dan tujuan-tujuan mereka sendiri demi ‘membeli’ rencana Elohim untuk hidup mereka. Ini merupakan masa yang sangat menentukan bagi seorang yang baru percaya, seringkali disertai dengan sukacita besar, karena mereka telah menemukan harta dari hidup sebagai anak. Bagi seorang anak Kristen, krisis pemuridan dapat menyebabkan mereka melupakan bahwa harta ini telah tersembunyi dalam hati mereka! Tawaran daging, peluang yang jelas tersedia, dan daya tarik dari ‘dunia yang besar dan luas’, dapat terlihat lebih mulia daripada menjadi anak Elohim. Sedihnya, beberapa dewasa muda meninggalkan persekutuan pada titik ini, mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak menolak Elohim, karena terperdaya dalam kepercayaan bahwa mereka dapat memenuhi kehendak-Nya dengan cara lain. Akan tetapi, Kitab Suci dengan jelas memperingatkan kita bahwa seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat, dan tidak ada hidup di luar persekutuan Elohim.
Referensi
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Bil 1:2-3 1Tim 6:12 1Yoh 5:19
Lukas 18
Ams a l 3
Kel 30:14 Mat 13:45-46
5
Senin | Minggu 2 Daging dan Roh Ketika Yesus menjelaskan kepada Nikodemus bahwa seseorang harus ‘lahir dari Roh’, Dia sedang merujuk kepada tindakan Bapa untuk mengirimkan Roh Anak ke dalam hati seorang percaya yang telah dilahirkan sebagai anak Elohim. Ketika seorang yang baru percaya menerima Roh Anak, mereka menerima suatu bagian dalam kodrat ilahi. Mereka juga menerima kapasitas untuk hidup oleh iman Anak Elohim. Bukti bahwa seorang Kristen telah dilahirkan kembali adalah mereka berhenti dari berusaha untuk membuktikan kebenaran mereka sendiri, dan sebaliknya, mereka hidup untuk menyatakan Yesus Kristus. Sementara mereka menunjukkan kebenaran Kristus, yang merupakan substansi dari hidup mereka sebagai anak, kodrat ilahi dalam mereka akan terus dibentuk sampai mereka menjadi anak Elohim yang sepenuhnya dewasa. Kita bersukacita dalam kebenaran bahwa seorang anak yang telah dilahirkan dalam keluarga Kristen yang adalah bagian dari kerajaan Elohim, telah memiliki berkat kodrat ilahi. Mereka telah memiliki Roh Anak berdiam di dalam mereka. Ketika mereka bertumbuh, yang dilakukan oleh orang tua mereka yang saleh adalah mengaplikasikan pedang firman terhadap sikap-sikap dan tindakan-tindakan yang dimotivasi oleh ‘hukum lain’. Dengan cara ini, orang tua mengundang dan melatih anak-anak mereka kepada persekutuan dalam penderitaan Kristus, untuk melihat motivasi-motivasi dan perilaku-perilaku egois ini disingkirkan. Setiap orang dilahirkan dengan hukum lain yang bekerja dalam anggota-anggota tubuh mereka, mendorong mereka untuk memegang kontrol akan hidup mereka daripada tunduk kepada Elohim, yang merupakan sumber dan yang menetapkan semua kehidupan. Hukum lain merupakan ekspresi dari kedagingan/keduniawian. Kitab Suci menggambarkan kedagingan/keduniawian sebagai ‘hidup (dan berjalan) menurut daging’. Bahaya bagi setiap orang yang telah lahir dari Roh adalah terus hidup secara daging/duniawi. Untuk alasan inilah Paulus mengajukan pertanyaan retoris, ‘Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?’ Referensi Gal 4:6 Kol 3:4 Rm 8:4-7 Gal 3:3 Kej 6:5
Gal 2:20 Rm 7:23 1Kor 3:3
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Galatia 5
Ams a l 6
6
Selasa | Minggu 2 Mempercayai Elohim Kitab Suci mengajarkan bahwa setiap orang Kristen ada pada suatu perjalanan. Ketika seseorang dilahirkan dari Roh, itu hanyalah permulaannya. Paulus mengekspresikan ini dengan jelas ketika dia mengatakan, ‘Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.’ Setelah dilahirkan dari Roh, kita tidak dapat menyenangkan Elohim dengan kebaikan apapun dari daging kita. Oleh karena itu, kita dengan senang hati mati bersama Kristus supaya kecenderungan daging kita dipotong dari pemikiran dan perilaku kita. Ketika kita berpartisipasi dalam sunat Kristus, kita mematikan perbuatan-perbuatan daging dan tetap hidup dalam Roh. Seorang dewasa muda yang telah lahir dari Roh, harus mempercayai Elohim sepenuhnya. Terlepas apakah itu dalam mendapatkan pekerjaan, terus berpartisipasi dan melayani di gereja selama masa-masa sibuk, mengatasi permasalahanpermasalahan relasi/hubungan, atau berpacaran, seorang dewasa muda yang lahir dari Roh harus mempercayai Elohim dan tidak kembali kepada kontrol untuk melayani diri sendiri. Yesus mengatakan, ‘Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh’. Ketika Paulus menggambarkan seseorang yang lahir dari Roh, dia mengatakan, ‘Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri (pikiran) manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Elohim selain Roh Elohim’. Seseorang yang lahir dari Roh dapat memahami diri mereka sendiri. Yesus mengatakan bahwa seorang Kristen yang lahir dari Roh akan mendengarkan Elohim, yang adalah Roh, sehubungan dengan nama dan pekerjaan mereka yang telah ditentukan sejak semula. Hikmat yang olehnya mereka berfungsi tidak akan merupakan hikmat duniawi, nafsu manusia, dan berdasarkan pada ambisi egois yang dipromosikan oleh hukum lain. Ini akan menjadi hikmat yang digambarkan oleh rasul Yakobus sebagai hikmat yang datang ‘dari atas’.
Referensi
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Flp 3:12 Yoh 3:6, 8 1Ptr 3:18 Yak 3:17
2 Korintus 1
Ams a l 7
2Kor 1:9 Kol 2:11 1Kor 2:11
7
1.
Rabu | Minggu 2 Kasih karunia yang di dalamnya kita berdiri Setelah masuk ke dalam kerajaan sorga, kita memiliki tempat berdiri dalam kasih karunia Elohim. Kita telah disatukan kepada Tuhan dan satu Roh dengan Dia. Kasih karunia yang di dalamnya kita berdiri adalah persekutuan Elohim. Penting untuk diperhatikan bahwa ‘kasih karunia yang di dalamnya kita berdiri’ tidaklah berbeda dengan ‘kasih karunia sebelum’. Hanya ada satu kasih karunia Elohim. Ketika Elohim memberikan kasih karunia, Dia memberikan diri-Nya sendiri – Bapa, Anak dan Roh Kudus. Elohim dirujuk dalam empat jalan/cara utama di dalam Kitab Suci: Elohim adalah firman, Elohim adalah kasih, Elohim adalah Roh, Elohim adalah hidup dan hidup Elohim adalah terang manusia. Ini tidak semata-mata menggambarkan Elohim; ini merupakan esensi dari siapakah Dia. Rasul Paulus mengajarkan bahwa kita beroleh jalan masuk ke dalam kasih karunia yang di dalamnya kita berdiri, melalui iman. Ini adalah iman Anak Elohim yang kita terima dari Bapa, memampukan kita untuk mempercayai hidup sebagai anak dan kemudian dilahirkan dari air dan Roh sebagai anak-anak Elohim. Sebagai anak-anak Elohim, kita dibaptis ke dalam Kristus dan disatukan di dalam Dia, melalui Roh, kepada persekutuan Yahweh. Ini adalah konteks kasih karunia Elohim yang di dalamnya kita berdiri. Kasih karunia adalah kapasitas Elohim supaya kehendak-Nya terlaksana. Berdiri dalam kasih karunia adalah diperlengkapi untuk berpartisipasi dalam penggenapan kehendak Elohim sebagai anak Elohim dan anggota tubuh Kristus. Dari salib-lah, melalui persembahan Kristus, kasih karunia Elohim diekspresikan sepenuhnya dalam wajah Yesus Kristus. Dari wajah-Nya yang rusak, terang kemuliaan dari hidup kita sebagai anak yang datang dari Bapa disinarkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Kita sedang diubahkan ke dalam gambar hidup sebagai anak yang kita lihat bersinar dari wajah Kristus yang remuk.
Referensi 1Kor 6:17 Yoh 1:1,4 Yoh 4:24 2Kor 4:6
Rm 5:2 1Yoh 4:16 1Yoh 1:5 Yes 52: 13-15
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Yohanes 1
Ams a l 8
8
2.
Kamis | Minggu 2 Mari belajarlah pada-Ku Ketika kita memandang Kristus yang telah kita tikam, kita diundang untuk bersatu dengan Dia dalam persekutuan persembahan-Nya. Ini adalah undangan Kristus ketika Dia mengatakan, ‘Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.’ Tiba pada titik lemah lembut melalui bangkrut dalam roh dan meratap, adalah panggilan injil. Tuhan berkata, ‘Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas [rendah hati, miskin] dan patah semangatnya (remuk rohnya) dan yang gentar kepada firman-Ku.’ Sangat penting untuk kita perhatikan bahwa kata Ibrani untuk ‘remuk’ artinya ‘memar, luka’. Jelas, orang-orang yang remuk, mau dikenakan kuk bersama dengan Tuhan dalam persekutuan luka-Nya. Di sinilah mereka menemukan kelegaan (perhentian) untuk jiwa mereka. Melalui pelayanan firman dari orang-orang yang bersatu dengan persekutuan penderitaan Kristus inilah, maka terang pengetahuan akan kemuliaan Elohim bersinar dalam hati orang-orang yang rendah hati dan remuk rohnya. Inilah bagaimana kita memperoleh kasih karunia kehidupan. Sebagai anak yang lahir dari Elohim, kasih karunia ini adalah kasih karunia yang di dalamnya kita berdiri. Ini dapat digambarkan dalam empat dimensi. Pertama adalah firman Elohim. Elohim adalah Firman dan firman adalah kehendak Elohim yang diekspresikan. Firman kasih karunia-Nya memampukan kita untuk menjadi orang-orang yang melakukan kehendak Elohim sebagai murid-murid Kristus. Kasih karunia Elohim memperkenankan anak-anak manusia melakukan kehendak Elohim. Firman kasih karunia-Nya menyentuh kemanusiaan kita, memampukan pemulihan dari apa yang telah dirusak oleh dosa dan keadaan-keadaan hidup. Oleh firman kasih karuniaNya, kita dipulihkan kepada siapa kita yang Elohim telah tentukan sejak semula untuk jadi, sehingga kita dapat berdiri dalam identitas yang dipulihkan.
Referensi
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Mat 11:28-29 Mat 5:3-5 Yes 66:2 Yoh 1:1 Yes 57:15-17 Ibr 10:7
Yesaya 53
Ams a l 9
9
Jumat | Minggu 2 Dimensi-dimensi kasih karunia-Nya Ada empat dimensi dari kasih karunia Elohim yang di dalamnya kita berdiri sebagai orang Kristen. Dimensi pertama dari kasih karunia adalah firman Elohim, dan kedua adalah kasih Elohim yang melahirkan anak-anak dan kemudian memelihara mereka melalui kebapaan dan keibuan. Elohim adalah kasih dan, oleh kasih-Nya, kita menerima kasih karunia untuk hidup sebagai anak-anak Bapa. Pekerjaan kebapaan dan keibuan adalah membesarkan anak-anak dalam disiplin dan instruksi Tuhan. Instruksi ini menyebabkan kita untuk hidup sebagai anak, tidak menganggap enteng disiplin Tuhan atau putus asa ketika kita ditegur oleh Dia. Kasih karunia Elohim menyelesaikan pekerjaannya dalam kehidupan kita ketika kita menerima bahwa penderitaan kita adalah dari tangan Bapa kita yang penuh kasih. Dimensi ketiga dari kasih karunia adalah kapasitas untuk menyatakan yang lain. Roh Kudus memberikan kapasitas untuk menyatakan Kristus dan satu sama lain. Elohim adalah Roh dan oleh Roh-Nya, kasih karunia berlimpah kepada kita supaya kita dapat berjalan setiap hari oleh Roh dan dikuduskan kepada nama kita. Kita dapat menjadi seorang budak dalam rumah-Nya hanya oleh Roh. Pekerjaan kita sebagai seorang budak dalam rumah Tuan adalah menyatakan hidup Kristus sebagai anak, bukan hidup kita sendiri. Kita tidak mengekspresikan nama kita sendiri, tapi melakukan segala sesuatu seperti kepada Tuhan. Dimensi keempat adalah kasih karunia kehidupan yang diterima dan diekspresikan melalui persembahan. Persembahan adalah hidup yang bersinar sebagai terang. Kita menerima kasih karunia untuk bersatu dengan persekutuan persembahan Kristus. Kasih karunia Elohim melatih kita untuk mempersembahkan diri kita sebagai korban persembahan yang hidup, giat untuk melakukan perbuatan baik yang dipersiapkan bagi kita oleh Elohim. Melalui persembahan, pekerjaan kita bercahaya sebagai terang. Orang-orang melihat pekerjaan baik kita dan mengenali bahwa kita adalah anak-anak Elohim dan memberikan kemuliaan dan pujian kepada Bapa sorgawi kita. Kasih karunia dari hidup-Nya memampukan kita juga untuk berjalan dalam terang, sebagaimana Dia ada dalam terang, menemukan persekutuan dengan saudara-saudara kita. Referensi
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
1Yoh 3:1 1Yoh 4:16 Mat 5:16 1Yoh 1:7
Yohanes 17
Ams a l 10
Tit 2:11-12, 14 Ibr 12:5-6 Rm 12:1
10
Senin | Minggu 3 Elohim sumber segala kasih karunia Kasih karunia Elohim bukanlah sesuatu yang hanya sekedar kita ‘dapatkan’ dari Elohim. Elohim tidak duduk di sorga dengan tas besar yang disebut ‘kasih karunia’ yang Dia raih setiap kali kita merasa agak lemah. Dia adalah ‘Elohim, sumber segala kasih karunia’. Sama seperti ada satu hidup Elohim, demikian juga kasih karunia Elohim adalah kasih karunia yang satu, diekspresikan sebagai pelbagai, atau bermacam-macam, kasih karunia Elohim. Ketika Elohim memberikan kasih karunia kepada kita, Dia memberikan diri-Nya sendiri. Kita menerima kapasitas-Nya supaya kehendak-Nya terlaksana dalam kehidupan kita. Kitab Suci mengatakan kepada kita bahwa kita mengakses kasih karunia Elohim melalui iman dalam Yesus Kristus. Kasih karunia Elohim dapat diakses oleh orangorang yang telah masuk ke dalam kerajaan oleh iman. Setelah memperoleh akses/jalan masuk, hal yang penting adalah tetap tinggal dalam kasih karunia dan membuktikan diri kita sebagai murid-murid-Nya. Kita lemah dalam arti bahwa kita tidak tahu bagaimana untuk hidup sebagai anak Elohim. Paulus menyoroti kelemahan dan kebutuhan kita untuk pertolongan ketika dia mengatakan, ‘Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa.’ Ketika kita berseru dalam kelemahan ini, kita dipimpin oleh Roh Kudus ke takhta kasih karunia untuk menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (pada waktu kita memerlukan). Waktu di mana kita memerlukan pertolongan ini merupakan realitas kita setiap hari, bukan sesuatu yang kita perlukan sekali-sekali. Kita perlu untuk tetap bersatu dengan sakit bersalin dari Roh, supaya kita dipimpin oleh Roh dan bukan oleh nafsu daging kita. Keperluan/kebutuhan kita tercipta oleh fakta bahwa daging kita tidak dapat menaati Elohim. Setiap hari, kita perlu menanggalkan kedagingan dan dihidupkan dalam Roh. Doa kita adalah supaya kehendak Elohim terjadi; bukan supaya kasih karunia melengkapi atau mengangkat kelemahan kita. Kita tidak mencoba untuk mengakses kasih karunia Elohim dengan cara-cara alamiah, tetapi ‘oleh Roh’. Referensi
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
1Ptr 5:10 Rm 5:1-2 Ibr 4:16
Roma 8
Ams a l 13
1Ptr 4:10 Rm 8:3, 26
11 3.
Selasa | Minggu 3 Tetap miskin dalam roh Partisipasi kita dalam kasih karunia adalah oleh Roh, oleh iman Anak, dan dengan menjadi miskin dalam roh. Paulus menunjukkan kepada kita bagaimana ini bekerja: ‘supaya aku jangan meninggikan diri, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku’. Elohim memberikan penderitaan kepada Paulus supaya dia dapat hidup oleh Roh dan bukan oleh daging. Mengetahui kecenderungan Paulus terhadap keangkuhan/kesombongan, Elohim bekerja untuk kebaikan Paulus dengan membuat dia berjalan dalam kelemahan. Bersamaan dengan kesesakan/penderitaan ini, ada kasih karunia yang membuat Paulus sanggup untuk melakukan setiap pekerjaan baik. Ini karena kuasa Elohim menjadi sempurna dalam kelemahan. Dan kasih karunia Elohim-lah yang memampukan kita untuk berhenti mempercayai daging kita, dan membantu untuk melepaskan kita dari kecenderungan kita kepada dosa. Kasih karunia Elohim memberikan kita kekuatan untuk menderita menurut kehendak Elohim. Kita menemukan kasih karunia ini dalam persekutuan dengan Elohim, menaati Dia dan mengakui ke-Tuhanan-Nya. Jika kita mengabaikan hal-hal ini, maka tidak ada pasokan kasih karunia. ‘Miskin dalam roh’ adalah suatu tempat kebangkrutan dan tempat kebebasan/kemerdekaan. Kita bebas untuk bergantung sepenuhnya kepada Elohim dan menerima apa yang Dia telah tetapkan. Seseorang yang menolak untuk menjadi miskin dalam roh adalah orang yang angkuh dan meninggikan diri. Bukannya memberikan kasih karunia kepada mereka, Elohim malah menentang mereka karena keangkuhan dan penolakan mereka untuk tunduk kepada Dia dan kepada saudara-saudara mereka dalam Kristus. Setiap orang Kristen harus menjadi miskin dalam roh sebagai suatu jalan/cara hidup yang terus-menerus. Sama seperti rasul Paulus, kita harus belajar untuk tidak mempercayai diri kita sendiri, melainkan mempercayai Elohim yang membangkitkan orang mati. Inilah artinya bagi kita untuk mengatakan, ‘Aku telah disalibkan dengan Kristus tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku (terj. Bhs. Ing ‘life’ artinya ‘hidup’) yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman Anak.’
Referensi 2Kor 1:9 Rm 8:28 Ams 3:34 Gal 2:20
2Kor 12:7, 9 Yak 4:6-7 1Ptr 5:5
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
2 Korintus 12
Ams a l 14
12
4.
Rabu | Minggu 3 Apa itu rumah tangga perjanjian? Suatu rumah tangga perjanjian dikuduskan kepada tujuan Elohim dalam Perjanjian Kekal-Nya. Perjanjian Kekal adalah kesepakatan dari ketiga Anggota ke-Elohiman untuk memberkati umat manusia dengan memasukkan kita dalam persekutuan Mereka dan memberikan kita hidup Mereka. Tujuan dari Perjanjian Kekal adalah melahirkan sekumpulan banyak anak Elohim. Dalam konteks perjanjian ini, apakah pernikahan Kristen itu? Rasul Paulus menuliskan dengan ringkas tapi jelas ketika dia merujuk kepada keluarga di atas bumi yang menerima namanya pada titik pernikahan. Kita tahu bahwa pernikahan tidak bertahan sampai di sorga, tapi bumi adalah konteks untuk partisipasi manusia dalam melahirkan benih/keturunan ilahi. Konteks ini adalah keluarga, yaitu rumah tangga. Rumah tangga ditegakkan ketika seorang perempuan menyerahkan diri sepenuhnya untuk ditetapkan kembali dalam hubungannya dengan laki-laki ini, dan laki-laki memberikan diri sepenuhnya untuk mengasihi perempuan ini seperti Kristus mengasihi gereja (jemaat). Penyatuan yang suci ini adalah rumah tangga. Melalui pengudusannya yang terus-menerus, rumah tangga dapat diperluas melalui prokreasi (beranak cucu) dan, secara luar biasa, anak-anak telah menjadi pewaris bersama dengan Kristus (dan orang tua mereka) sejak waktu pembuahan. Mereka dipisahkan sejak dari kandungan ibu mereka, karena mereka telah menjadi milik Perjanjian Kekal. Ini terjadi karena persembahan dan iman orang tua, yang perjanjian pernikahannya diadakan dalam Kristus. Baik pernikahan maupun pola asuh merupakan komitmen yang benar-benar disadari tentang kasih dan kepengurusan, dikuduskan sepenuhnya oleh fakta bahwa anak-anak, suami dan istri, semuanya adalah milik kepunyaan Tuhan. Orang tua tidak mempunyai kepemilikan atas anak-anak mereka; tapi mereka memiliki kepengurusan terhadap anak-anak mereka yang tidak boleh dilanggar oleh orang lain. Kepengurusan ini adalah perhatian akan pemeliharaan kodrat ilahi, yang anak-anak miliki sejak saat pembuahan. Referensi
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Ef 3:15 Mal 2:15 Kol 3:18-20
Efesus 5
Ams a l 15
Mat 22:30 Ef 5:28-31 Mzm 127:3
13
Kamis | Minggu 3 Anak-anak dalam rumah tangga perjanjian Kitab Suci mengajarkan bahwa seorang anak yang dilahirkan bagi orang tua Kristen, menerima benih dari hidup Elohim (kodrat ilahi) ketika mereka dikandung, dan oleh karena itu, merupakan anak Elohim sejak dari kandungan ibu mereka. Meskipun seorang anak perjanjian dilahirkan dengan benih kodrat ilahi, mereka harus mengakui bahwa mereka memiliki hukum lain dalam diri mereka. Jika mereka memilih untuk hidup oleh hukum ini, maka mereka tidak dapat menjadi anak yang Elohim ingin mereka jadi. Jadi bagaimana mereka dilepaskan dari ‘hukum lain’ ini? Paulus menjelaskan bahwa mereka dilepaskan dari ‘hukum lain’ melalui sunat Kristus. Sunat Kristus diaplikasikan kepada anak-anak melalui pendisiplinan ilahi dari orang tua mereka. Ketika orang tua merupakan orang-orang yang berpartisipasi dalam sunat Kristus, mereka akan memastikan anak-anak mereka dibesarkan dalam pemeliharaan dan nasihat Tuhan. Inilah cara yang olehnya seorang anak bertumbuh sebagai seorang percaya buah sulung. Mereka akan mendengar, percaya dan menaati firman Elohim, karena mereka sedang dilepaskan dari cara berpikir dan berperilaku yang lain. Kasih karunia yang diperlukan untuk memelihara dan melatih anak-anak hanya akan datang ketika suami dan istri hidup dalam aturan yang benar di hadapan Tuhan. Ini artinya bahwa seorang laki-laki harus berfungsi sebagai kepala dari rumah. Dia harus mencari kekepalaan dari Kristus, supaya dia dapat dipimpin oleh Tuhan, dan kemudian memimpin istrinya. Istri harus berkomitmen untuk menjadi penolong yang unik bagi suaminya, untuk ditetapkan dalam hubungan dengan kekepalaan suaminya. Hanya dalam hal ini, dimana perempuan ‘lebih lemah’ daripada suaminya – yaitu, dalam hubungan kepada kekepalaan. Dalam semua aspek hidup yang lain, dia dapat berfungsi dengan inisiatif pribadi sebagai jenis buah sulung tertentu, berdiri sebagai saudari bagi suaminya. Ketika suami dan istri dapat berjalan dalam persekutuan satu roh dalam aturan yang benar, mereka akan memiliki jalan masuk kepada ‘kasih karunia kehidupan’.
Referensi Kis 3:25 Yes 65:23 Kol 2:11 1Ptr 3:7
Yes 61:9 1Kor 7:14 Rm 7:23
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
1 Petrus 3
Ams a l 16
14
Jumat | Minggu 3 Budaya rumah Apakah budaya dari suatu rumah Kristen? Rasul Paulus menuliskan beberapa instruksi penting kepada keluarga-keluarga mengenai budaya dan perilaku mereka. Dia memahami bahwa janji-janji perjanjian tersedia bagi setiap keluarga ketika mereka hidup bersama dalam suatu sikap yang spesifik. Jelas, setiap rumah tangga akan memiliki perbedaanperbedaan kecil, tapi pada prinsipnya budaya ilahinya seharusnya sama. Rumah Abraham memberikan kita suatu gambaran yang sangat jelas tentang rumah tangga perjanjian. Sebagai contoh, kita melihat bahwa dia adalah seorang laki-laki yang dimuridkan oleh firman yang keluar dari Elohim. Sangat membantu untuk mengingat bahwa kita menerima firman tentang nama kita sebagai suatu benih dalam Perjanjian Kekal, yang datang melalui firman-Nya. Ketika firman itu disampaikan, firman meminta respon iman – untuk percaya dan taat. Oleh karena itu, kita dapat menggambarkan rumah perjanjian sebagai rumah yang dimuridkan oleh firman kebenaran masa kini. Dalam contoh suatu rumah keluarga, orang tua adalah murid-murid, yang memahami bagaimana berjalan dalam garis ketaatan karena mereka juga ada di bawah otoritas. Oleh karena itu mereka dapat melatih anak mereka dalam jalan yang seharusnya dia tempuh. Orang tua dipanggil untuk hidup sebagai orang-orang rohani yang adalah budak kasih dari Kristus. Dengan cara ini, mereka dapat menyerahkan anak-anak mereka kepada penamaan sorgawi mereka, melampaui warisan dan keluarga alamiah mereka. Mandat dari rumah perjanjian adalah memelihara setiap anak Elohim menuju kepada kehidupan yang berbuah dalam setiap musim. Orang tua Kristen juga seharusnya menjadi orang-orang yang mempersembahkan, yang mudah bersatu dalam persekutuan dan akan secara aktif mempraktekkan kasih akan saudara-saudara. Mereka akan menjadi pelayan-pelayan pendamaian dan anak-anak mereka akan belajar bagaimana diperdamaikan dengan Kristus ketika mereka kedapatan melakukan suatu pelanggaran atau menyimpang dari persekutuan yang ada dalam Kristus. Mereka akan menghargai persekutuan orang-orang kudus dan akan menjaganya, juga menjaga hati mereka sendiri, dengan membereskan pelanggaran. Mereka akan mewujudkan (hidup dalam) kebenaran bahwa ‘kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita’.
Referensi Ams 22:6 Kej 18:19 Gal 6:1
1Yoh 3:14 2Sam 23:5 Ul 6:7
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Ulangan 4
Ams a l 1 7
15
Senin | Minggu 4 Menangani keduniawian Meskipun seorang anak perjanjian dilahirkan dengan benih kodrat ilahi, mereka harus mengakui bahwa mereka memiliki hukum lain di dalam mereka. Jika mereka hidup dari apa yang mereka pikir yang terbaik, maka mereka tidak dapat menjadi anak yang Elohim inginkan untuk mereka jadi. Bagaimana mereka dilepaskan dari ‘hukum lain’ ini? Paulus menjelaskan bahwa mereka dilepaskan oleh sunat Kristus. Secara praktisnya, sunat Kristus adalah tindakan Elohim yang memotong daging kita dan pengaruhnya atas perilaku kita. Kita berkomitmen pada sunat ini dalam baptisan ketika kita mati dengan Kristus, supaya dibangkitkan dengan kapasitas-Nya, tidak lagi bergantung pada diri kita sendiri. Sehingga kita dapat berjalan menurut Roh. Ketika seseorang disatukan kepada pekerjaan sunat dari Bapa, mereka dapat menjadi orang percaya buah sulung. Mereka dapat menjadi tanah yang baik dalam ‘perumpamaan tentang penabur’! Orang-orang ini dapat mendengar, percaya dan menaati firman Elohim karena mereka sedang dilepaskan dari cara berpikir dan berperilaku daging/duniawi. Hanya hati yang digambarkan sebagai ‘tanah yang baik’ yang dapat menghasilkan buah kesalehan/keilahian dari benih yang telah diberikan. Ketika seluruh keluarga bertumbuh dalam iman dengan cara ini, mereka menjadi rumah tangga buah sulung. Oleh karena itu mereka peduli dan terlibat penuh untuk menyatakan Kristus dan menghasilkan buah Roh dalam kehidupan mereka. Rumah tangga buah sulung akan berkomitmen untuk menyingkirkan akibatakibat yang membinasakan dari keduniawian, dosa dan kompromi. Keduniawian/kedagingan dan dosa akan terlihat dalam bentuk budaya palsu atau alternatif, yang mulai menentang terbentuknya kesalehan dalam diri anak-anak. Pengaruh-pengaruh ini biasanya bersumber dalam ikatan tradisi (kebiasaan) kita sendiri yang kadang kala jika tidak secara resmi (sungguh-sungguh) diakui, memiliki kekuatan untuk ditegakkan sebagai perjanjian yang mengatur rumah – Kristen ataupun bukan Kristen.
Referensi
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Kol 2:11 Flp 3:3 1Kor 16:15
Galatia 3
Ams a l 20
Rm 7:23 Luk 8:15 1Ptr 1:18
16
Selasa | Minggu 4 Mengidentifikasi budaya-budaya duniawi Keluarga Kristen duniawi akan percaya bahwa kehendak Elohim dapat dicapai dengan upaya-upaya daging. Mereka mungkin sangat rajin dalam banyak area kehidupan Kekristenan, tapi akan mendapati bahwa mereka tidak memiliki jawaban untuk dilema-dilema yang anak-anak mereka hadapi, karena jawaban itu didapatkan dengan hidup dipimpin oleh Roh. Ada sejenis praduga yang dapat beroperasi dalam keluarga-keluarga yang dengan senang memproklamirkan firman, meskipun secara munafik menolak untuk menghidupi firman itu. Ini akan menghasilkan anak-anak durhaka, yang tidak menghargai otoritas dalam tubuh Kristus. Orang tua mereka akan membuat segala jenis kompromi, atas nama kasih dan keluarga, akan tetapi anak-anak akan tetap memandang rendah orang tua mereka. Pernikahan yang tidak melepaskan dasar romantis mereka akan menciptakan konteks keluarga yang di dalamnya kekepalaan tidak memiliki otoritas. Sudut pandang perempuan akan selalu menang. Anak-anak laki-laki akan tumbuh dalam kemarahan dan kebingungan, sementara anak-anak perempuan tidak akan memiliki hormat kepada laki-laki. Mereka akan mencari kompensasi dengan gaya hidup dan kenyamanan, bukannya melakukan kehendak Elohim. Rumah perjanjian bukan hanya menguduskan dirinya dari kejahatan, mengizinkan dirinya ada dalam suatu ruang gerak yang sangat luas untuk menghidupi sesuatu yang secara umum disebut ‘Kekristenan’. Garis-garis pengudusan kita tidak ditarik pada keadaan yang paling jauh dari dosa dan kebinasaan dalam dunia. Ini akan mengakibatkan anak-anak terhilang atau terbentuk dengan sangat buruk. Berlawanan dengan itu, rumah tangga perjanjian menyadari bahwa ancaman yang sesungguhnya terletak dalam sifat tipu daya dari apa yang diwariskan dan apa yang kelihatan ‘baik’ bagi kita. Inilah terang yang dengan sangat mudah menjadi kegelapan, karena kita tidak melihatnya. Inilah mengapa kita harus berkomitmen dalam kasih, pada tingkatan budaya yang mendasar, untuk persekutuan yang terusmenerus dalam terang dengan Tuhan dan saudara-saudara kita. Kasih yang tulus ini akan menguatkan kita untuk dilepaskan dari semua tradisi sia-sia dari nenek moyang kita, memastikan bahwa kita bukan hanya rumah tangga duniawi/kedagingan, tapi menjadi keluarga-keluarga buah sulung rohani yang sejati, hidup dalam ikatan perjanjian.
Referensi Gal 6:7 Yak 1:22-25 Yer 31:29 Mat 6:23
Gal 3:3 Luk 6:42 Kej 3:6
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Yakobus 1
Ams a l 21
17
Rabu | Minggu 4 Rindu akan pernikahan Kristen Para pemuda-pemudi yang dewasa akan rindu untuk disatukan dalam pernikahan Kristen. Tuhan menjelaskan bahwa pernikahan adalah bagian dari Perjanjian-Nya dan dibentuk untuk menggenapi tujuan-Nya melahirkan banyak anak. Maleakhi mencatat, ‘Bukankah Elohim yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? (terj. Bhs. Ing. ‘Did He not make them one, having a remnant of the Spirit?’ artinya ‘Bukankah Dia menjadikan mereka satu, memiliki yang tertinggal dari Roh?’) Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan [Benih] ilahi!’ Yesus menjelaskan bahwa sejak semula inilah yang telah menjadi maksud Elohim, ‘Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging’. Suatu rumah perjanjian akan ditegakkan ketika dua individu, yang adalah murid, rindu untuk disatukan dalam satu roh dalam pernikahan Kristen. Kerinduan mereka untuk pernikahan menandakan kesadaran dewasa mereka akan hak istimewa untuk berpartisipasi dalam aspek yang lebih lanjut dari Perjanjian Kekal. Motivasi mereka untuk disatukan dalam satu roh mencerminkan pengertian mereka tentang bagaimana benih ilahi akan dilahirkan. Motivasi ini akan secara budaya diselaraskan kepada pengudusan seorang pribadi dalam hubungannya dengan yang lain. ‘Kehendak Elohim’ digambarkan sebagai ‘pengudusanmu’. Seorang pemuda/pemudi yang dewasa akan menunjukkan kepengurusan pribadi sehubungan dengan pengudusan mereka. Ini akan termasuk hal-hal seperti pengetahuan tentang siapa mereka di dalam Tuhan, penundukan kepada ke-Tuhanan Kristus, kapasitas untuk mengurus hidup dan sumber daya mereka sendiri, dapat dipercaya dan bertumbuh dewasa dalam segala persoalan tentang persembahan, perenungan firman (devosi) pribadi kepada Tuhan, dan kasih akan saudara-saudara. Bagi laki-laki, area-area seperti itu menjadi dasar pembuktian munculnya kekepalaannya. Bagaimana dia menjaga dan mengatur hidupnya akan menunjukkan kesiapannya untuk pernikahan. Bagi laki-laki dan perempuan, kekurangan dalam area-area seperti ini akan membantu menyoroti di mana mereka perlu mendapatkan kuasa dari firman Elohim yang meregenerasi dalam kehidupan mereka.
Referensi
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Mat 19:5-6 1Tes 4:3-4 1Yoh 2:14
Kejadian 2
Ams a l 22
Mal 2:15 Ef 3:14-15 Mzm 119:9-11
18
6.
Kamis | Minggu 4 Tujuan pacaran Masa pacaran menguji realitas dari penyatuan yang dirindukan antara seorang laki-laki dan perempuan. Masa pacaran yang memimpin kepada pernikahan akan menghasilkan dua orang muda yang bertanggung jawab, masing-masing dikenal dan mengenal yang lain, memilih untuk dikuduskan dalam ikatan eksklusif dari hubungan perjanjian. Suatu pernikahan seringkali hanya sebaik masa pacaran yang telah memimpin kepada pernikahan itu, dan penting dimana budaya masa pacaran tidak dikompromikan, terkorupsi atau dihilangkan dalam cara apapun. Ketika korupsi menyusup ke dalam masa pacaran, ini akan bermasalah dalam pernikahan, anak-anak dan budaya dari rumah sampai korupsi itu dihadapi dan ditangani dengan tepat dalam persekutuan. Jika masa pacaran itu dijalani di dalam terang, bisa ada keyakinan besar untuk masuk ke dalam pernikahan. Pasangan bisa mengetahui bahwa berkat anakanak akan menjadi suatu partisipasi dalam kehendak Elohim, bukan hanya kehendak daging. Lebih lanjut, mereka akan dikuatkan dan diiluminasi dalam mandat mereka untuk mengurus dan memultiplikasi kodrat ilahi dalam rumah, memahami aturan kekepalaan. Demikianlah, Elohim telah menyediakan bagi umat manusia suatu aturan yang melaluinya hidup-Nya akan mengalir dari Bapa, kepada Anak, kepada laki-laki, kepada istrinya dan kemudian, bersama-sama, mereka bertanggung jawab dengan peran mengimpartasikan hidup Elohim kepada masing-masing anggota keluarganya. Kristus adalah Kepala dari laki-laki dan laki-laki adalah kepala dari perempuan. Ini adalah suatu aturan yang tidak dapat diganggu gugat, yang atasnya terdapat ukuran apakah kasih karunia dapat mengalir kepada rumah tangga itu. Oleh kasih karunia Elohim-lah maka anak-anak dipelihara dan aman sebagai anak-anak Elohim. Dalam hal ini, pernikahan dan pola asuh merupakan hal penting yang mengambil bagian dalam penggenapan Perjanjian Kekal.
Referensi Ams 18:22 1Yoh 1:6-7 Kid 2:7
1Tes 4:3-7 1Kor 11:3 1Ptr 3:7
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Ibrani 13
Ams a l 23
19
Jumat | Minggu 4 Komitmen dari orang tua Kristen Orang tua Kristen harus menunjukkan suatu komitmen untuk membesarkan anak-anak mereka dalam perjanjian tentang hidup menjadi anak dan tidak akan membiarkan mereka dibesarkan oleh orang lain atau di bawah perjanjian yang lain. Elohim telah menyerahkan mandat ini kepada orang tua dan harus dipenuhi secara pribadi oleh orang tua. Keluarga besar kita tidak dapat membesarkan anak-anak kita atau juga melatih mereka dalam takut akan Tuhan dan pemeliharaan Tuhan. Elohim telah memberikan hak istimewa ini kepada orang tua, dan hak istimewa ini disertai dengan tanggung jawab yang sangat besar. Rasul Paulus menyatakan, ‘Janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan’ Orang tua Kristen harus pertama-tama memastikan bahwa mereka tidak mempunyai perjanjian-perjanjian alternatif dalam pernikahan mereka. Perjanjian-perjanjian ini seringkali merupakan kekuatan yang tidak terucapkan di dalam banyak rumah tangga. Perjanjian-perjanjian palsu ini dapat melibatkan hal-hal seperti suami melayani agenda istri, mendahulukan keluarga daripada Tuhan, berkompromi dengan budaya duniawi atau tidak menyalibkan kehendak anak-anak. Semua perjanjian alternatif ini akan memiliki dampak yang sangat berarti atas anak-anak mereka dan bahkan dapat memimpin kepada kehancuran mereka. Elohim memberikan tanggung jawab kepada setiap orang tua. Yesus mengatakan, ‘Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.’ Pertanyaan utama bagi setiap rumah tangga Kristen adalah: apa atau siapa yang kita layani? Rumah tangga perjanjian akan menjawab, ‘Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah (melayani) kepada TUHAN!’ Sebagai orang tua Kristen, kita harus belajar berjalan dengan hati-hati tapi dengan tujuan, supaya kita membuat anak-anak kita menjadi ‘orang yang baik’ yang langkah-langkahnya diatur oleh Tuhan. Inilah artinya melatih mereka dalam jalan yang seharusnya mereka tempuh. Ketika mereka dilatih dengan cara ini, mereka tidak akan menjauh dari Tuhan. Tetapi, mereka dapat menjadi tiang-tiang dalam rumah-Nya, berdiri teguh, yang ‘tidak akan keluar lagi’.
Referensi Mzm 127:3 Mat 18:6 Mzm 37:23 Why 3:12
Ef 6:4 Yos 24:15 Ams 22:6
Pembelajaran Lebih Lanjut
Amsal Harian
Yosua 24
Ams a l 24
20