Renungan Harian Bulan Kitab Suci untuk jenjang SD
HIDUP UNTUK MELAYANI
Bulan Kitab Suci Nasional Komisi Kateketik Keuskupan Agung Jakarta 2014
Renungan Harian Kitab Suci untuk jenjang SD
HIDUP UNTUK MELAYANI
Bulan Kitab Suci Nasional Komisi Kateketik Keuskupan Agung Jakarta 2014
Renungan Harian Bulan Kitab Suci untuk jenjang SD
HIDUP UNTUK MELAYANI
Bulan Kitab Suci Nasional Komisi Kateketik Keuskupan Agung Jakarta 2014
Penyusun Tim Komisi Kateketik Editor: RD. V. Rudy Hartono
PENGANTAR Dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, TUHAN menyuguhkan kepada kita aneka ragam bentuk pelayanan. Sebut saja. Guru melayani muridnya dengan mengajar. Sopir melayani majikannya dengan mengantarnya pergi ke kantor. Penjual bakso di tengah panas yang menyengat, melayani dengan menyiapkan bakso untuk pelanggannya. Ibu rumah tangga dengan setia melayani keluarganya dengan menyiapkan makan malam. Kepala keluarga melayani keluarganya dengan bekerja mencari nafkah. Pelayanan toko melayani para pembeli. Pastor melayani umatnya dengan menjalankan tugas sakramentalnya. Masih banyak contoh lain yang bisa dipetik dari kehidupan ini. Terlepas dari keinginan untuk memperoleh upah, pada dasarnya kehidupan kita tidak terpisahkan dari tindakan melayani. Tak bisa dipungkiri, melayani adalah nafas kehidupan kita. Tanpa melayani, kita tidak mungkin menjalani hidup yang sesungguhnya. Sebab, hanya dengan melayani kita bisa memberi arti pada kehidupan kita. Ada slogan saleh yang bertebaran di mana-mana. Kasih itu indah. Damai itu indah. Mungkin bisa kita tambahkan: melayani itu indah. Mengapa melayani itu indah? Bukankah kalau dihitung-hitung secara ekonomis, melayani itu bisa merugikan kita? Rugi waktu, rugi tenaga, dan terkadang juga rugi uang. Meskipun demikian, mengapa tetap saja ada orang yang mau melayani, bahkan tanpa pamrih? Kelihatannya, jawabannya hanya satu ini. Dengan melayani, hidup kita menjadi lebih hidup. Hidup kita menjadi bermakna. Orang merasa bermakna jika ia bisa memberikan sesuatu kepada orang lain demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Dan itu tampak nyata dengan tindakan melayani. Ada banyak ragam tindakan melayani. Ada yang melayani dengan menyumbangkan tenaga, harta, ide, pikiran, dan lain sebagainya. Mau memberikan diri inilah yang membuat orang mengalami kepuasan dalam hidup. Hidupnya menjadi berarti bagi orang lain. Melayani memang terkesan ‘merugi’. Namun, ‘merugi’ inilah yang justru menghasilkan kebahagiaan batin jika dijalankan dengan hati yang tulus. Alkitab banyak berbicara tentang melayani. Jelas di sini bahwa melayani merupakan keutamaan purba yang diwariskan turun-temurun. Sebenarnya, jika mau diringkas, isi seluruh Alkitab mengerucut pada dua kata ini: Relasi dan Melayani. Relasi yang baik dengan TUHAN dan sesama hanya terbukti jika orang mau melayani TUHAN dan sesama. Tentu saja, pelayanan dengan penuh cinta. Malahan, jika diperhatikan lebih dalam, Alkitab tidak hanya berbicara tentang manusia yang melayani TUHAN dan sesamanya, tetapi lebih daripada itu TUHAN yang melayani manusia. Jadi, melayani adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan TUHAN dan manusia. Karena itu, penting bagi kita untuk memahami secara lebih mendalam makna melayani dalam hidup kita. Melayani adalah karunia TUHAN. Tetapi, dalam prakteknya, ada banyak tantangan dan perlawanan dalam melayani. Kita mungkin bermaksud baik untuk melayani. Tetapi, tidak semua orang bisa menerima pelayanan kita. Atau, pelayanan kita ternyata tidak memuaskan harapan banyak orang. Bukan ucapan terima kasih, tetapi justru kritikan datang bertubi-tubi. Bagaimana kita harus menyikapi hal ini? Komisi Kerasulan Kitab Suci KAJ menetapkan tema bulan Kitab Suci tahun ini ”Hidup untuk Melayani.” Agar Kitab Suci semakin diakrabi oleh murid-murid sekolah, Komisi
Kateketik menyusun Renungan Harian untuk jenjang TK, SD, SMP dan SMA. Kita patut berterima kasih kepada tim kerja Komisi Kateketik yang sudah membantu menyusun renungan harian ini yakni Bapak Markus Masan (SD St. Bellarminus Menteng), Ibu Theovila Evinjelina Mbalur (SDN Gambir 01), Bapak Alapinus Siang (SMA Regina Pacis) dan Ibu Agnes Sri Pujiastuti (SMP Regina Pacis). Melalui tema Bulan Kitab Suci tahun ini, kita akan diajak untuk mengerti dan memahami sabda Tuhan melalui renungan harian agar kita semua dipanggil untuk “melayani” Tuhan dan sesama. Selamat merenungkan sabda Tuhan melalui renungan yang dibacakan setiap harinya. Tuhan memberkati kalian semua Hormat kami, RD. V. Rudy Hartono Ketua Komisi Kateketik KAJ
Senin, 1 September 2014. Bacaan:
1Korintus 2:1-5 Injil Lukas Luk 4:16-30
YESUS INGIN SEMUA ORANG BERBAHAGIA “Roh Tuhan ada padaku oleh sebab ia telah mengurapi aku untuk menyampikan kabar baik kepada orang miskin; dan ia telah mengutus aku, untuk memberikan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang buta,untuk membesaskan orang-orang yang tertindas,untuk memberikan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4 : 18-19) Ada seorang tabib berkisah: ”Saya senag dan bangga ketika pasien-pasien yang saya tanggani dengan jujur dan polos mengatakan: “Pak tabib, aku mau melihat, setelah aku disembuhkan dari kebutaanku. Aku sungguh sadar, ternyata menjaga organ tubuh, termasuk mata yang aku miliki menjadi sangat penting. Sebelum aku buta, aku bisa berkerja dengan baik, melayani pelanggan saya dengan baik. Tetapi hanya karena hal yang sepele saja dan kelalaian dalam kerja, mata saya terkena percikan api, selanjutnya saya menjadi buta. Sejak saat itu aku rindu sekali melihat indahnya dunia dan rindu untuk bekerja dengan mata yang sehat.” Teman-teman, baru saja kita mendengar kisah seorang tabib dengan pasiennya. Kerinduan pasien yang buta agar dapat melihat. Harapan seorang tabib agar pasien yang dirawatnya pun dapat melihat. Yesus dalam sabda dan karyanya selalu menyenangkan orang dan ingin membahagiakan semua yang datang kepada-Nya. Keselamatan semua orang termasuk orang miskin, orang buta, orang tawanan, yang tertindas. Yesus melayani dengan suka-cita, dengan semangat kasih. Ia berkuasa atas sakit dan penyakit. Keadaan kita sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kisah hidup pasien dengan Tabib. Sikap dan perilaku kita dalam hidup ini kadang-kadang seperti orang cacat. Cacat rohani dan cacat mental menjadi ketakutan semua murid. Namun jangan takut, Yesus menyembuhkan kita juga, Ia ingin kita merasakan kebahagiaan, asalkan kita percaya.
Refleksi: 1. Apa yang kalian lakukan kalau ada anggota keluarga yang sakit? 2. Apa yang aku harapkan dari teman-teman jika aku sakit?
Marilah berdoa: Bapa yang maha baik, Engkau telah mengutus Yesus putera-Mu untuk menebus dosa-dosa kami. Ia merangkul orang miskin, orang buta, para tawanan, dan orangorang tertindas agar mereka hidup bahagia. Bukalah mata hati kami agar mampu mengasihi sesama kami terlebih yang cacat. Amin
Selasa, 2 September 2014 Bacaan:
1Korintus 2:10b-16 Injil Lukas 4: 31-37
MELAWAN KUASA KEGELAPAN “Dan semua orang takjub lalu berkata seorang kepada yang lain katanya:”Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka pun keluar.” (Lukas,4:36). Ada seorang pedagang hebat sebut saja namanya Kotul. Untuk melariskan dagangannya dia datang kepada nenek pintar, alias mba dukun. Ia sudah tahu apa saja yang diminta oleh orang pintar itu. Ia menyiapkan sejumlah uang, benda-benda yang ditentukan, dan masih banyak lagi persyaratan yang lainnya. Pada awalnya, usahanya maju dengan pesat. Kotul mulai melebarkan usahanya. Keuntungan dari bisnisnya sangat menggiurkan hati. Kebanggaan akan kesuksesannya menyebabkan ia lupa diri. Lama kelamaan, usahanya mulai bangkrut. Kehidupan ekonominya mulai terseok-seok. Kotul sekarang jatuh miskin. Hari demi hari Kotul merenungkan kehancuran bisnisnya sampai badannya kurus karena pikiran. Namun, pada suatu hari, secara tidak sengaja ia bertemu dengan seorang musafir yang hebat. Musafir ini rajin dan tekun berdoa. Kotul menceriterakan pengalamannya kepada sang musafir. Musafir itu rupanya bisa memahami apa yang sedang terjadi pada diri Kotul. Musafir itu menganjurkan supaya merubah cara berbisnis. Dengan syarat yang ditentukan: pertama, hentikan cara cara yang tidak jujur dengan bertobat. Kedua, perbanyaklah amal bagi orang miskin dan menderita. Pada awalnya persyaratan ini dianggap berat karena memang sifat pelitnya. Tapi sang musafir terus menerus berdoa bagi Kotul agar ia berubah. Doa Musafir dikabulkan oleh Tuhan. Kotul pun berubah. Ia kemudian berhasil melakukan syarat-syarat yang diminta oleh musafir. Dalam bacaan hari ini kita mendengar besarnya kewibawaan Yesus. Ia berkuasa untuk mengusir setan-setan. Para murud-Nya diberi kuasa untuk mengusir setan dalam nama Yesus. Bagi Yesus kemerdekaan manusia lebih penting dari pada memiliki harta yang banyak. Kita butuh harta tetapi cara mendapatkannya perlu diperhatikan. Kisah Kotul menjadi contoh bagaimana kita dapat lepas dari kuasa kegelapan. Kita berusaha untuk bersaing secara sehat, sportif, percaya diri, tegas dalam prinsip. Mintalah bantuan kepada Yesus. Yesus pasti akan menolong kalian.
Refleksi: 1. Apa yang dapat kamu lakukan agar terhindar dari kekuasaan setan? 2. Bagaimana sikapmu jika temanmu menyampaikan kekeliruanmu?
Marilah Berdoa: Bapa kami bersyukur karena telah menyelamatkan kami. Bebaskanlah kami dari kuasa-kuasa setan, sehingga kami boleh terus menerus mampu mempertahankan diri kami sebagai milik Yesus. Berkatilah teman-teman, bapa ibu guru, dan orang tua kami, demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Rabu, 3 September 2014 Peringatan Wajib St. Gregorius Agung Bacaan:
1Korintus 3:1-9 Injil Lukas 4:38044 MELAYANI SETELAH SEMBUH
“Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Yesus berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka.’ (Lukas 4:38b-39) Ada kebiasaan masyarakat zaman dahulu, perempuan hanya boleh bekerja dalam rumah saja. Perempuan tidak boleh ikut serta dalam mengambil keputusan penting dalam rapat keluarga besar. Jangan heran banyak perempuan yang teraniaya kebebasannya. Banyak di antara mereka menjadi gila. Namun setelah perjuangan ibu Kartini, kaum perempuan kini sudah bebas menjalankan tugas seperti halnya kaum pria. Dalam kisah ini, diceritakan Yesus menyembuhkan mertua Petrus karena sakit demam. Setelah sembuh, mertua Petrus melayani Yesus dan murid-murid-Nya. Yesus sungguh menyadari bahwa dukungan keluarga terutama kaum perempuan sangat penting dalam setiap tugas pelayanan-Nya. Mertua Petrus pun tentu merasakan hal yang sama. Ia merasa diperhatikan dan didengarkan oleh Yesus. Maka ia memberi pelayanan kepada Yesus dan murid-murid-Nya dengan penuh kasih. Kita berharap Yesus pun menyembuhkan kita dari penyakit-penyakit kita seperti malas belajar, suka menunda-nundan pekerjaan, dan berbohong. Kita pun harus menyadari betapa pentingnya dukungan keluarga untuk seluruh tugas dan karya kita. Refleksi: 1. Apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi rasa malas? 2. Apakah yang dilakukan terhadap teman yang malas kerja kelompok?
Marilah Berdoa: Tuhan Yesus sebagaimana Engkau menyembuhkan mertua Simon Petrus dengan kuasa-MU, kami juga ingin Kau sembuhkan dengan kuasa kasih-Mu; sehingga kami boleh melayani Tuhan dalam hidup sehari-hari.Terima kasih Yesus atas kasihMu pada kami, berkatilah teman-teman serta anak-anak di seluruh dunia. Amin
Kamis, 4 September 2014 Bacaan:
1Korintus 3:18-23 Injil Lukas 5:1-11 KEJUJURAN
“Ketika Simon melihat hal itu ,ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata:Tuhan pergilah daripadaku, karena aku ini seorang berdosa.” (Lukas 5:11). Situasi dan kondisi masyarakat kita sekarang boleh dikatakan lagi sakit. Berbagai pemberitaan di media massa menyoroti semaraknya para koruptor yang tertangkap karena praktek suap-menyuap. Penyakit “korupsi” menjadi bahan pemberitaan utama, karena menyangkut hak rakyat. Hal ini bukanlah hal yang luar biasa di negeri yang kita cintai ini. Banyak orang tidak lagi jujur dalam sikap, perbuatan dan tutur katanya. Pertanyaannya apakah masih ada orang yang benar dan jujur di hadapan Tuhan? Pengakuan Simon kepada Yesus sebagai orang berdosa justru membuahkan pengampunan dari Yesus. Pengakuan Simon dijadikan kekuatan oleh Yesus untuk memilihnya menjadi penjala manusia. ”Kata Yesus kepada Simon:Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjadi penjala manusia.” Yang menarik dari kisah ini adalah sikap Allah yang memilih orang berdosa untuk menjadi pelayan Tuhan, karena menyadari kelemahannya. Kita diharapkan dengan jujur mengakui kesalahan dan dosa kita di hadapan Allah. Pertobatan akan memulihkan hubungan kita dengan Allah. Refleksi: 1. Apa yang kamu lakukan terhadap teman yang jujur mengakui kesalahannya? 2. Apakah kamu pernah berkata dan berbuat tidak jujur?
Marilah Berdoa: Allah bapa yang Mahakasih, kami bersyukur kepadamu, atas sikap pengampunan-Mu terhadap semua orang yang mengaku doasnya Ampunilah dosa kami atas ketidakjujuran kami dalam hidup ini. Semoga dengan bantuan Roh Kudusmu kami sanggup menjadi pelayan-pelayan kecil yang melayani sesama kami di sekolah. Demi Keristus Tuhan kami.Amin
Jumaat, 5 September 2014 Peringatan Beata Teresa dari Kalkuta Bacaaan:
1Korintus 4:1-5 Injil Lukas 5:33-39 KESADARAN BERPUASA
“Tetapi akan datang waktunya, apa bila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” (Lukas 5:35). Ada satu kebiasaan yang sering dilakukan oleh orang Yahudi adalah berpuasa. Orang Yahudi biasanya berpuasa dengan Khusuk demi menaati peraturan agamanya.Tentu saja akibatnya makna puasa bukan untuk menambah iman kepada Tuhan, tetapi lebih pada menaati peraturan. Puasa seperti ini biasanya dilakukan oleh orang Farisi. Kadang-kadang kita pun sama seperti orang Farisi. Mau berpuasa namun hanya untuk pamer. Puasa untuk pamer itu mudah sekali menghakimi orang lain yang tidak puasa. Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun bukan untuk dipamerkan. Ia berpuasa seorang diri saja. Tidak ada orang yang berpuasa bersama Yesus. Yesus sungguh-sungguh berpuasa untuk mempersiapkan diri mewartakan Kerajaan Allah di dunia in. Ia sedikit pun tidak tergoda dengan tawaran iblis yang sangat mempesona. Dari kisah Yesus berpuasa ini mengajarkan kepada kita bahwa berpuasa demi menaati peraturan agama, tidak salah; tetapi apa jadinya kalau kita berpuasa lantas masih membebci orang lain yang tidak berpuasa. Sikap membenci dekat dengan iri hati, dengki, dan sikap-sikap lainnya. Sikap inilah yang menghambat pelayanan kita. Kita berpuasa tujuannya untuk ambil bagian dalam misi keselamatan Tuhan Yesus bagi manusia. Keselamatan kitalah yang Ia utamakan. Refleksi 1. Apakah kalian pernah berpuasa? 2. Apa tujuan kalian berpuasa?
Marilah Berdoa: Ya Yesus Engkau telah menunjukan cara berpuasa dengan baik dan benar. Ajarlah kami agar kami boleh berpuasa dengan ikhlas untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan-Mu. Amin
Sabtu, 6 September 2014 Bacaan:
1Korintus 4 :6b-15 Injil Lukas :6:1- 5 MAKNA PERATURAN
“Kata Yesus lagi kepada mereka: “Anak manusia adalah Tuhan atas hari sabath.” ( Luk 6 : 5 ) Dalam kehidupan sehari-hari sering kita berhadapan dengan peraturan. Misalnya ada peraturan lalu lintas, peraturan permainan, peraturan sekolah, peraturan agama ,dan lain sebagainya. Dalam peraturan ada sangsinya bila dilanggar.Tetapi jika si pelanggar tidak dihukum, kita akan berkomentar ”Ah ini tidak adil” lantas dengan mudah main hakim sendiri. Sikap main hakim sendiri adalah sikap yang tidak terpuji, sebab masih ada cara lain yang lebih baik. Dalam bacaan hari ini mengisahkan tentang orang Farisi yang menghakimi para murid yang memetik gandum pada hari sabat. Para murid memetik gandum pada hari sabat karena lapar. Yesus membenarkan tindakan murid-Nya karena alasannya kuat yaitu lapar. Lapar membuat orang tidak bisa bekerja, tidak berdaya. Dengan alasan ini dengan tegas Yesus mengatakan: Anak Manusia adalah Tuhan atas hari sabat. Orang Farisi diam dan tidak melawan tetapi mereka mencari kesempatan lain untuk menyalahkan Yesus. Teman teman peraturan itu penting demi mencapai tujuan bersama. Kita bisa selamat kalau kita taat pada aturan lalu lintas misalnya. Tetapi peraturan bisa mencelakakan kita kalau tidak tahu tujuannya. Kita bisa terjerumus dalam sikap orang Farisi yang gampang menghakimi orang lain. Kita juga dengan mudah menghakimi temen-teman kalau ia salah, padahal ada Bapa dan Ibu guru yang bisa menjadi penengahnya. Semoga dengan sikap Yesus yang membelah murid-Nya menjadi sikap kita yang tidak mudah menghakimi teman-teman yang bersalah. Refleksi: 1. Sudah berapa kali kalian melanggar aturan sekolah? 2. Bagaimana sikapmu terhadap teman yang melanggar aturan sekolah?
Marilah berdoa: Tuhan Yesus Engkau sendiri taat pada peraturan hukum Taurat. Namun Engkau bijaksana dalam menyikapi peraturan-peraturan itu. Engkau membela murid-murid-Mu ketika mereka memetik gandum pada hari sabat karena lapar. Ajarilah kami dengan Roh-Mu agar tidak mudah menyalahkan teman yang bersalah. Mampukan kami menjadi anak yang baik yang bisa memaafkan teman-teman kalau ia bersalah. Semoga kami menjadi tanda kehadiran Tuhan dalam hidup ini. Amin
Minggu , 7 September 2014 Hari Minggu Biasa XXIII Hari Minggu Kitab Suci Nasional Bacaan:
Yehesekiel 33:7-9 Roma 13;8-10 Injil Matius 18:15-20
BERANI MENGATAKAN YANG SEBENARNYA “Sebab dimana dua atau tiga orang berkumpil dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” ( Mat 18: 20 ) Ada suatu cerita, perihal seorang yang menasehati muridnya, lantaran ribut di kelas. Ibu guru yang baik ini memanggil murid-murid yang suka berisik di kelas menghadap satu persatu. Hasilnya ada murid yang berubah sikapnya tidak lagi membuat ribut di kelas. Tetapi ada dua orang yang tidak setia dengan janjinya kepada Ibu guru. Mereka masih terus buat ribut di kelas. Tugas sekolah jarang mereka kerjakan. Soal ribut di kelas kedua orang ini menjadi jagonya. Ibu guru yang baik dan sabar ini tidak kehilangan akal. Cintanya kepada anak murid-muridnya porsinya sama yaitu menjadikan anak-anaknya orang yang sukses. Bagaimana caranya? Ibu guru memanggil orang tua dari kedua siswa tadi agar menasihat anak-anaknya. Harapannya agar cara menasihat anak-anak menjadi satu kata. Singkat cerita, kedua muridnya menyadari kelalaianya, mau mengikuti dan memperbaiki cara belajar di sekolah. Prestasi belajar mereka meningkat. Ibu guru dan orangtuanya sangat senang. Cara menasihati yang dilandasi dengan semangat kasih dalam melayani sesama menjadi dambaan semua orang, termasuk anak murid di sekolah. Melalui kisah ini kita diajak untuk memberi nasihat kepada teman-teman yang suka buat ribut atau nakal di kelas. Belajar dari sabda Yesus perihal menasehati sesama saudara. “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia dibawah empat mata, jika ia mendengarkan nasihatmu, engkau telah mendapatnya kembali ( Mat 18 : 15 ) Ada banyak cara yang dapat kita lakukan dalam menasihati sahabat kita seperti yang dikisahkan dalam cerita ibu guru yang baik hati, dan dalam bacaan tadi. Semoga sikap kita dalam menasihati teman dilandasi dengan semangat kasih, seperti yang
disabdakan Yesus, sebab dimana dua tiga orang berkumpul dalam namaku disitu aku ada ditengah-tengah mereka. Hal ini juga bermakna bagi pelayanan kita kepada orang tua, para guru, dan masyarakat. Meskipun pelayanan kita kecil-kecilan teatpi Tuhan senantias menyertai kita. Refleksi : 1. Bagaimana caranya menasihati teman-teman dan saudaramu di sekolah dan rumah? 2. Apa yang kalian harapkan dari teman-teman yang suka membuat ribut di sekolah? Marilah berdoa: Tuhan Yesus kami bersyukur atas anugerah kehidupan yang kami terima dari kelimpahan kasihmu. Berkatilah orang tua kami, para guru dan teman-teman kami agar kami selalu hidup rukun dan damai sebagai satu saudara di hadapan Tuhan. Engkau adalah Guru yang sejati bagi kami. Ya Yesus dengarkanlah doa doa kami. Amin.
Senin, 8 September 2014 Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria Bacaan: Kitab Mikha 5:1-4a atau Roma 8:28-30 Injil Matius 1:1-16, 18-23 KETURUNAN UNGGUL “Yacub memperanakan Yusuf suami Maria yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.” ( Mat 1 : 16 ) Negara kita Indonesia memiliki kekayaan adat budaya yang tersebar dari Sabang sampai ke Merauke. Negara kita sering juga disebut sebagai Negara mutumanikam dan dihargai di dunia internasional. Para pendiri negara kita menyatukan budaya yang bermacam ragam dalam satu semboyan yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Salah satu keragaman budaya adalah tradisi mempertahankan silsila keturunan. Tujuan budaya ini adalah untuk kepentingan pergantian pemimpin suku atau mata rumah tersebut. Silsila garis keturunan dalam satu suku menjadi penting karena dari sanalah lahir pemimpin-pemimpin yang cerdas. Dalam bacaan hari ini kita mendengar tentang sila-sila Yesus. Orang Yahudi adalah bangsa pilihan Allah maka mereka sangat ketat dalam mempertahankan tradisi sukunya. Yesus keturunan Yahudi bila dilihat dari Bapa Yusuf. Bapa Yusuf berasal dari keluarga raja Daud sehingga dapat dikatakan sebagai keturunan unggul. Dalam bacaan tadi, ada empat belas keturunan mulai dari Abraham sampai ke Daud, empat belas keturunan mulai dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Yusuf yang menjadi ayah Yesus Kristus. Jadi bapa leluhur iman kita mulai dari Abraham sampai Kristus adalah bangsa terpilih bangsa unggul. Teman teman kita juga mempunyai silsila keluarga yang harus kita hormati. Menjaga nama baik keluarga itu merupakan tugas semua keturunan kita termasuk kita. Semoga melalui kisah ini kita semakin tahu bersyukur kepada Tuhan. Refleksi: 1. Apa yang dapat kamu lakukan untuk keluarga besarmu? 2. Bagaimana sikapmu terhadap teman yang berbeda suku, agama, dan budaya? Marilah berdoa: Ya Tuhan terima kasih atas berkatMU kepada kami anak-anakMu. Semoga kami selalu berusaha hidup baik sebgai cerminan kebaikanmu dalam hidup kami. Amin
Selasa, 9 September 2014 Bacaan : 1Korintus 6:12-19 Injil Lukas 6 :12 -19 MURID-MURID YESUS “Sebelum Yesus memanggil ke 12 rasulnya ia berdoa semalam suntuk. Ketika hari siang Yesus memanggil murid- muridnya kepada Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebutnya rasul.” ( Lukas 6 :12 – 13 ). Yesus memilih kedua belas murid-Nya untuk menjadi rekan kerja Yesus. Tujuannya agar pelayanan terhadap orang-orang lebih mudah. Yesus tidak bekerja sendiri tetapi membutuhkan orang lain. Cara yang Yesus memilih kedua belas muridNya, mengingatkan saya akan suatu kisah seorang Ayah yang sudah sangat lanjut usianya. Ayah ini berusaha menyerahkan tugasnya kepada anaknya. Ia berdoa agar anak yang menggantikannya dapat melanjutkan pucuk pimpinan keluarga dengan penuh arif dan bijaksana. Tepat sekali hasilnya anak laki-laki pertama yang menjadi pemimpinnya dalam segala usuran keluarga. Kisah ini mau mengajarkan kepada kita bagaimana baiknya, kalau segala sesuatu dilakukan dengan berdoa. Misalnya sebelum ujian kenaikan kelas, ujian semester, dan kegiatan –kegiatan lainnya. Hal ini menandakan bahwa hidup ini senantiasa butuh campur tangan Tuhan. Sebelum melakukan tugas kita berdoa karena dengan berdoa kita telah melibatkan Allah dalam segala pelayanan kita sehingga sesulit apapun jika dikerjakan bersama Tuhan kita pasti berhasil. Refleksi: 1. Apa yang kamu lakukan sebelum mengerjakan tugas? 2. Bagaimana cara menjalankan tugas yang dipercayakan kepadamu? Marilah berdoa: Tuhan Yesus kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau memberi kami orang tua yang baik, bapak dan ibu guru yang setia mendidik dan mengajar kami dengan baik. Berkatilah mereka agar mereka dapat membimbing kami menjadi anak-anak yang baik dan berbakti kepada-Mu. Demi Kristus Tuhan kami. Amin
Rabu, 10 Sepetember 2014 Bacaan: 1Korintus 7:25-31 Injil Lukas 6:20 -26 UCAPAN BAHAGIA “Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah.“ (Matius 5 : 9) Ucapan sabda bahagia atau yang sering disebut khotbah di bukit adalah ucapan dari Yesus sendiri. Bahagia adalah kata yang tepat untuk para murid Yesus yang setia. Ungkapan ini tidak hanya berlaku bagi pelaku firman Tuhan yang sukses atau berhasil, tetapi juga bagi mereka yang dianiaya karena mengikuti Yesus. Yesus berkata: “Berbahagialah kamu jika karena aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat .” (Matius 5:11). Berbahagia dalam pengertian masyarakat pada umumnya adalah jika terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Ukuran bahagia dilihat dari banyaknya harta dan kekayaan yang dimiliki. Sikap perilaku seperti ini menghantar orang pada kesombongan, kerakusan akan harta benda bahkan mendewa-dewakan materi atau uang. Akibat selanjutnya jangan heran kalau korupsi muncul di mana-mana, bukan? Teman-teman kita memang butuh sandang, pangan ,dan papan tetapi bila didapat dengan tidak halal sebenarnya kitalah yang celaka. (Lukas 6 :24 -26 ). Belajar dari kisah di atas kita diajak untuk hidup bahagia karena kita memiliki kasih. Barangbarang duniawi kita butuh untuk memenuhi kebutuhan kita tetapi dengan cara yang baik, melalui kerja keras, tekun, ulet dan jangan lupa saling berbagi biarlah yang miskin bisa hidup atau bisa makan. Berbagi adalah bagian dari perwujudan iman karena untuk itulah kita hidup. Jadi orang yang berbahagia karena kasih Tuhan diwujudnyatakan dalam perbuatan kita.
Refleksi : 1. Apakah hari ini kamu merasa bahagia? 2. Apa cita-citamu agar kamu bisa hidup bahagia?
Marilah berdoa: Tuhan Yesus kami bersyukur kepada-Mu atas sabda yang menghidupkan semangat kami; meskipun kami berasal dari latar belakang yang berbeda Kau menghimpun kami dalam satu kawanan di kelas ini dengan cintamu. Berkatilah Bapa dan Ibu Guru agar dengan semangat Firmanmu, mereka boleh menjadi pribadi yang selalu berbahagia mendampingi, mendidik kami, dengan penuh kesabaran. Tolonglah kami agar kehadiran kami menjadi berkat bagi sesama teman. Amin
Kamis, 11 September 2014 Bacaan: 1Korintus 8:1b-7, 11-13 Injil Lukas 6:27-38 KASIHILAH MUSUHMU “Tetapi kepada kamu yang mendengar Aku, Aku berkata, kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu, mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.“ ( Lukas 6 : 27 – 28 ) Ada kisah nyata tentang dua orang sahabat yang bernama Kiki dan Tini. Pada awal persahabatan hidup mereka sangat baik. Saling pengertian, saling mengasihi, saling mengingatkan, saling memaafkan satu dengan lain jika ada konflik. Situasi ini berlangsung selama 4 Tahun. Watak Kiki dan Tini agak berbeda. Kiki keras kepala, materialistis, egois, tidak pernah merasa bersalah, sebaliknya Tini sabar, tekun, tetapi pendendam. Suatu hari Tini mendengar berita tentang Kiki yang menyeleweng uang tabungan bersama. Tini menanyakan hal itu dengan baik tetapi kiki menolak bahkan menfitnah Tini. Tini berusaha menanyakan lagi kejujuran dari Kiki. Kali ini Kiki malah balik menuding bahwa Tinilah yang tidak jujur dan tidak sportif. Tini tetap sabar, tenang,dan tidak melawan kekasaran Kiki. Tini menghargai kebebasan temannya, memaafkannya, karena bagi Tini perbedaan pendapat dan konfllik adalah hal yang wajar dalam suatu persahabatan. Ia memberi ruang gerak kepada Kiki untuk bebas menentukan pilihannya membangun persahabatan dengan teman yang lain. Ia tidak menghitung segala kebaikan dan pengorbanannya selama 4 tahun berteman. Dalam perjalanan selanjutnya Kiki ternyata tidak mengubah sikapnya karena ia tetap saja mau menang sendiri dengan teman yang baru. Kiki sebenarnya gambaran orang yang tidak merdeka atau bahagia dalam hidupnya. Teman-teman kadang-kadang dalam hidup ini kita berjumpa dengan orangorang yang berwatak seperti Kiki dan Tini. Dalam persahabatan pasti ada ceria, tertawa, sukacita, tetapi ada juga dukacitanya. Kadang-kadang kita mempertahankan mempertahankan prinsip demi gengsi atau harga diri. Jika sifat ini dipelihara terus bukan tidak mungkin kita susah memaafkan atau mengampuni orang lain. Dalam bacaan hari ini, Yesus mengajak kita untuk memaafkan musuh, mendoakannya bahkan memberkatinya. Berat bukan? Tetapi jika kita lakukan dalam semangat kasih pasti kita bisa bersama dengan Yesus. Sikap Tini dan Kiki dalam kisah tadi menggambarkan diri kita sendiri agar selalu waspada atau hati-hati dalam membangun persahabatan. Hanya dengan saling memaafkan, berdamai dengan teman kita bisa menghadirkan Allah dalam hidup ini.
Refleksi: 1. Apa yang kamu lakukan terhadap teman yang telah menghianati kamu? 2. Apa yang kamu harapkan dari teman ketika kamu mengakui kesalahanmu? Marilah berdoa: Ya Tuhan, Engkau mengajarkan kami untuk saling memaafkan, saling mengampuni dalam hidup ini. Tetapi kami terkadang lebih cenderung membenarkan sikap kami ketimbang menghargai sesama. Tolonglah kami agar mampu menjadi pribadi yang sanggup memaafkan teman bila kami dikhianati. Demi Kristus Tuhan kami. Amin
Jumat, 12 september 2014 Bacaan : 1Korintus 9:16-19, 22b-27 Injil Lukas 6:39 – 42
SOAL MENGHAKIMI “Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu biarlah aku mengeluarkkan selumbar yang ada didalam matamu, padahal balok yang ada didalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” (Lukas 6 :41- 42) Dalam kehidupan bermasyarakat banyak hal yang kita lihat soal hakimmenghakimi. Seorang pencuri misalnya, ketika baru keluar dari penjara kadang-kadang masih divonis sebagai pencuri. Padahal ia sudah menjalani hukuman bahkan sudah bertobat. Kita semua bersaudara karena kita adalah anak Tuhan, tetapi di sana sini masih kita saksikan permusuhan, kebencian, pertikaian, yang sulit diredam. Yesus dalam bacaan hari ini melihat ada bibit pertikaian di antara pengikutnya. Ia melihat ada nafsu untuk menghakimi, Yesus mau agar para muridnya saling mengampuni dan mengasihi sesama sebagai saudara. Teman teman ketika kita mengolok atau menghakimi orang lain sebenarnya kita sama seperti orang yang kita hakimi. Yesus secara tegas menjelaskan tentang balok dan selumbar sampai tiga kali. Yesus menyampaikan ini untuk menegur para pengikutnya agar tidak mudah menghakimi orang lain, sehingga tidak terjerumus dalam pribadi yang munafik. Yesus melihat hati orang Farisi yang menghakimi orang lain padahal kesalahan mereka jauh lebih besar. Kita sama seperti orang Farisi jikalau kita mudah menghakimi orang lain, menyalahkan orang lain dengan tidak mengoreksi diri kita sendiri. Sifat ini adalah cerminan perbuatan iblis, yang merasa diri lebih hebat, lebih benar dan sok tahu. Dari bacaan ini kita diajak untuk tidak mudah menghakimi orang lain, sebab kita bukan hakim. Ada baiknya kita lebih utamakan memeriksa bathin kita sendiri, dengan demikian kita akan mendapatkan kebahagiaan dari hati yang damai. Tuhan Memberkati.
Refleksi: 1. Apakah aku mudah menyalahkan orang lain? 2. Apakah aku juga pernah disalahkan oleh orang lain? 3. Bagaimana perasaanmu?
Marilah berdoa: Tuhan yesus karena kasihmu, Engkau rela mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kami. Semoga dengan semangat kasih, kami tidak mudah menghakimi orang lain karena diri kami juga orang berdosa. Ampuni kami jika selama ini kami mudah menyalahkan orang lain, ketimbang memerikas kesalahan kami sendiri. Terima kasih Tuhan Yesus atas pengampunan-Mu . Amin
Sabtu, 13 September 2014 Peringatan Wajib St. Yohanes Krisostomus Bacaan: 1Korintus 10:14-22a Injil Lukas 6:43-49 PERBUATAN BAIK CERMINAN HATI “Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik “. (Lukas 6 : 43) Ada ungkapan yang mengatakan “Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya“. Ungkapan ini sering diartikan secara positif bagi keluarga yang baik, santun, berakhlak mulia yang perilaku orang tuanya baik. Tetapi bisa juga ungkapan ini diartikan secara negatif kepada keluarga yang orang tuanya, sikap dan perilakunya kurang diterima dimasyarakat. Dalam bacaan hari ini Yesus memberikan ketegasan agar dalam hidup para muridnya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Yesus. Sebagai murid Tuhan mereka harus menghasilkan buah yang baik. Itulah konsekuensi bagi para murid yang mengikuti Yesus. Lantas apa maknanya untuk kita? Kita sebagai murid Tuhan hendaknya menghadirkan sikap Allah dalm hidup ini. Memandang orang lain sebagai saudara, mengasihinya adalah bagian dari perwujudan iman kita kepada Yesus. Sikap yang baik hanya datang dari pribadi yang baik sehingga tepatlah seperti apa yang dikatakan oleh Yesus ; “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hati nya yang baik, dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaanya yang jahat, karena yang diucapkan mulutnya meluap dari hatinya “. ( Lukas 6 :45 ). Teman-teman marilah kita mengikuti ajakan Yesus agar menjadi pengikut yang setia dan memancarkan kasih kepada orang-orang disekitar kita. Refleksi : 1. Apa yang kamu lakukan untuk nmenjadi anak yang baik? 2. Apakah kamu menjadi anak kebanggaan dalam keluargamu? Marilah berdoa: Tuhan Yesus. Engkau telah memberi teladan yang baik dalam menyikapi hidup yang penuh tantangan ini dengan saling mengasihi satu dengan yang lain. Kami bersyukur atas keteladanan Keluarga Kudus Nazareth yang Kau pilih menjadi keluarga teladan penuh tanggung jawab dalam mendidik Yesus. Berkatilah orang tua kami agar hidup mereka selalu menghadirkan Allah bagi kami anak-anaknya. Terima kasih Tuhan, sudilah mendengarkan doa-doa kami. Amin
Minggu, 14 September 2014 Pesta Salib Suci Bacaan: Bilangan 21:4-9 Filipi 2;6-11 Injil Yohanes 3:13-17 KASIH “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal; sebab Allah mengutus anak-Nya ke dalam dunia, bukan untuk menghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” ( Yoh 5 : 16-17 ). Dalam lagu “Kasih Ibu” terungkap syair sebagai berikut: Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi, tak harap kembali bagai sang surya menerangi dunia. Lagu ini sangat dihafal oleh anak-anak maupun orang tua. Syairnya mengandung arti yang sangat dalam yaitu tentang “Kasih”. Kasih menjadi dasar pelayanan kita. Dengan kasih kita mampu memaafkan kesalahan orang lain. Kita terlahir sebagai perwujudan cinta kasih Tuhan melalui orang tua kita. Inilah makna lagu kasih yang paling dalam. Dalam bacaan hari ini Bapa di surga menyatakan kasih-Nya kepada kita dengan mengutus anak-Nya ke dunia ini untuk menebus dosa umat manusia. Karena kasih kita yang berdosa diampuni oleh Tuhan dan memulihkan kembali yang telah rusak dengan kasih Yesus. Yesus datang ke dunia ini bukan untuk menghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkan manusia. Teman-teman sebagaimana Yesus mengasihi kita apapun keadaan kita maka marilah kita mengasihi sesama teman dengan berbuat baik. Belajar dari Yasus semoga kita mampu menjadi pribadi yang selalu tampil penuh kasih kepada teman-teman ataupun orang lain di sekitar kita. Refleksi: 1. Apa yang kamu lakukan terhadap teman-teman yang sering berkelahi? 2. Apa yang kamu harapkan dari orang tua bila kamu mengasihi mereka? Marilah berdoa: Ya Tuhan karena kasih- Mu Engkau mengampuni orang-orang yang mengkhianati-Mu. Bangkitkanlah semangat kami agar dengan kasih kami mampu mengampuni sesama kami daripada mencemoohkannya. Amin.
Senin , 15 September 2014 Peringatan Wajib SP Maria Berdukacita Bacaan: 1Korintus 12:31-13:13 Injil Lukas 2:33-35 ANAK YANG MEMBAWA BERKAT “Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, Ibu anak itu. Sesungguhnya anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang diIsrael dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang “ ( Lukas 6 ; 34 – 35 ) Ada ungkapan berikut “Banyak anak banyak rejeki “. Ungkapan ini meskipun terkesan jadul tetapi mengandung pesan moral yang kuat dan bermakna, yaitu bagaimana tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anak yang banyak itu menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Setiap orang tua selalu mendoakan agar anakanaknya sukses. Untuk zaman sekarang jumlah anak satu atau dua saja, sudah terasa berat tanggungjawabnya. Dalam bacaan hari ini keluarga Yusuf dan Maria diizinkan oleh Roh Tuhan, melalaui Simeon untuk mengetahui nasib anak semata wayangnya kelak di kemudian hari. Nasib yang baik yang membawa semua orang pada jalan keselamatan walaupun penuh dengan perbantahan.(bdk Lukas 2:33-35). Dalam bulan Kitab Suci ini kita diajak untuk merenungkan bagaimana dengan hidup kita di rumah, di sekolah, dan di antara teman-teman. Dalam Sepuluh Firman Allah yang ke-4 tentang menghormati orangb tua, kita diingatkan agar menghargai orang tua atau yang lebih tua dari kita. Menghormati orang tua tidak hanya dengan kata-kata tetapi dengan sikap dan perbuatan yang nyata, misalnya mendengarkan nasehatnya, selalu jujur dan terbuka akan ketegasan orang tua ketika mereka mendidik kita dengan agak keras, selalu mendoakan mereka agar sehat, panjang umur, sabar dalam memeluhara dan membesarkan kita. Refleksi: 1. Apa kalian sudah menghormati orangtuamu? 2. Apa yang kamu harapkan dari orangtuamu? Marilah berdoa: Terima kasih ya Bapa karena Engkau telah mengutus putra-Mu ke dunia untuk menyelamatkan kami dengan mati di kayu salib. Terima kasih karena Engkau menghadirkan kami di tengah-tengah orang tua yang selalu mencintai dan menyayangi kami walaupun sering kali melawan mereka. Semoga kehadiran kami ditengah-tengah keluarga menjadi tanda berkat bagi orang tua dan diri kami sendiri. Doa ini kami sampaikan kepadaMu dengan perantaraan Kristus Tuhan kami . Amin.
Selasa, 16 September 2014 Peringatan Wajib St. Kornelius dan St. Siprianus Bacaan: 1Korintus 12;12-14, 27-31a Injil Lukas 7:11-17 JANGAN MENANGIS “Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hatinya oleh belaskasihan, lalu ia berkata kepadanya : “Jangan Menangis “ (Lukas 7 : 13). Kata menangis selalu dikaitkan dengan reaksi orang terhadap berita yang menyedihkan, atau anak cengeng. Bagaimana jadinya kalau sang juaralah yang menangis? Apa arti menangis baginya? Dalam suatu suku tertentu di NTT, kalau ada yang meninggal si pelayat terutama ibu-ibu yang mengenakan kerudung di kepala menangis sejadi-jadinya mengenang kebaikan orang yang meninggal apalagi kalau dia seorang tokoh masyarakat. Kalau dipikir secara akal sehat untuk apa menangis meraung raung?. Namun, itulah adat istiadat setempat, bahkan dikatakan “orang gila” kalau ada tetangga yang meninggal dia tidak ikut menangis. Tetapi ada juga suku tertentu yang melarang orang menangis karena dengan menangis menghambat perjalanan arwah ke tempat yang baru, yaitu dunia akhirat. Dilema bukan? Menangis tidak dilarang, tetapi menangis yang seolah-olah tanpa harapan hidup itu keliru. Yesus memahami kesedihan kita seperti janda yang kehilangan anak tunggal satu-satunya. Tetapi Yesus menghibur dengan membangkitkan anak laki-laki yang telah mati itu. Membangkit di sini dalam arti rohani. Artinya Yesus adalah jaminan hidup kita tatkala kita mati. Yesus dalam kisah ini mau menunjukan kasih setianya pada orang yang percaya dan beriman bahwa hanya Tuhan yang dapat membangkitkan orang mati. Kita sebagai murid Tuhan hendaklah hidup saling melayani satu dengan yang lain dalam Roh dan kebenaran. Jangan takut, jangan menangis Tuhan menyertai kita. Refleksi : 1. Apa yang kamu pernah menangis? 2. Apa yang kamu lakukan jika temanmu menangis di kelas? Marilah berdoa: Ya Tuhan kami sekarang sadar ternyata menangis dan menangis tidak menyelesaikan pekerjaan atau tugas kami. Kuatkanlah hati kami agar bangkit dari kelemahan kami dengan lebih giat belajar dan mampu menyelesaikan tugas dengan lebih baik karena kemampuan kami sendiri. Jauhilah sikap cengeng di rumah dan di sekolah agar kami boleh menjadi tanda berkat bagi teman-teman disekitar kami. Amin
Rabu, 17 September 2014 Bacaan: 1Korintus 12:31-13;13 Injil Lukas 7:31-35
MENJADI ANAK-ANAK TUHAN “Kemudian anak manusia datang, Ia makan dan minum, kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa” (Luk 7:34).
Dalam bacaan hari ini Yesus mengeluh tentang sikap orang Farisi dan ahli Taurat yang menolak maksud Allah terhadap mereka. Mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes sehingga Yesus marah dan mengatakan “Dengan apakah akan Kuumpamakan orangorang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama?” (Luk 7:31). Yesus dalam setiap pewartaannya selalu mengutamakan keselamatan manusia. Ia mau supaya dalam pewartaan para murid-Nya banyak orang yang membuka mata hatinya dan memberi diri di baptis. Bagi Yesus pembebasan manusia dari dosa-dosanya dan menikmati hidup dengan baik dalam kasih Tuhan menjadi perjuangan-Nya. Tetapi sikap manusia kadang-kadang tidak seperti yang diharapkan oleh Yesus. Mereka mengomentari Yesus dengan berkata lihatlah Ia seorang pelahap dan pemabuk sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Dicap sebagai pelahap dan pemabuk adalah sikap orang Farisi yang keterlaluan. Teman-teman dari kisah ini kita diajak agar hidup ini selalu terarah pada Tuhan Yesus. Kita sudah dibaptis dan diangkat menjadi anak-anak-Nya maka tugas kita selalu hidup dalam kasih Tuhan. Hal-hal yang dapat kita lakukan misalnya berdoa bersama, bermain dengan teman, menyapa teman dengan baik karena mereka juga adalah saudara kita. Dengan dibaptis kita semua diangkat menjadi Nabi, Imam dan Raja. Refleksi: 1. Bagaimanakah sikap kita terhadap teman yang tidak seiman dengan kita? 2. Apa yang kita lakukan sebagai orang yang sudah di baptis?
Marilah berdoa: Tuhan Yesus kami berterima kasih kepadaMu atas pembaptisan yang telah kami terima. Sebab dengan itu kami diangkat menjadi Nabi, Imam dan Raja. Mampukan kami menjaga martabat ini dengan baik sebagai tanda iman, harap dan kasih. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Kamis, 18 September 2014 Bacaan: 1Korintus 15;1-11 Injil Lukas 7:36-50 PERJUANGAN UNTUK SELAMAT “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat” (Lukas 7:38;7:50). Dalam kehidupan kita sehari-hari sangat terasa perbedaan hidup yang rajin dan yang malas. Bagi yang rajin, ulet, tekut, gigih dalam memperjuangkan hidup ini pasti berhasil. Sebaliknya bagi yang malas, cuek atau menunda-nunda tugasnya, hampir dapat dipastikan kesuksesannya tertunda misalnya bagi yang rajin belajar baginya ulangan sebagai arena berprestasi sebaliknya bagi yang suka menunda-nunda belajarnya ulangan merupakan suatu hal yang berat. Ulangan dapat juga menjadi arena untuk menyontek. Dalam bacaan hari ini kita melihat sikap perempuan yang berdosa, yang berjuang mati-matian dengan segala cara untuk menyenangkan Yesus asal dosanya diampuni. Ia membawa buli-buli pualan yang berisi minyak wangi. Sambil menangis perempuan itu membasuhi kaki Yesus dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, mencium kaki Yesus, meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi. Hebat bukan perjuangan perempuan itu, lalu hasilnya dia selamat dosanya diampuni. Teman-teman sekalian yang dikasihi Tuhan. Tindakan perempuan itu untuk memohon belas kasihan Allah. Tidak hanya iman yang menyelamatkan manusia tetapi juga memerlukan proses atau perjuangan yang keras. Kita sebagai anak-anak Tuhan yang sudah dibaptis tetap berjuang dan berusaha untuk menyesali dosa-dosa dengan datang kepada Yesus. Menyesali dosa dan berjuang untuk memulihkan dosa-dosa kita itulah perjuangan iman kita. Tuhan Yesus tidak memandang seberapa banyak dosa yang kita sudah lakukan melainkan memandang bagaimana perjuangan kita untuk melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh dosa. Refleksi: 1. Apakah kalian banyak melakukan kesalahan? 2. Bagaimana sikapmu terhadap kesalahan yang telah kamu lakukan? Marilah berdoa: Tuhan Yesus sadarkan kami agar dalam hidup ini sanggup untuk memperbaiki sikapsikap kami yang sering keliru. Bantulah kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami
sanggup membedakan hal yang baik yang kami pertahankan dan menghindari hal-hal yang tidak baik. Amin.
Jumat,19 September 2014 Bacaan: 1Korintus 15:12-20 Injil Lukas 8:1-3 MELAYANI SEBAGAI TANDA TOBAT “Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan injil kerajaan Allah. Kedua belas muridnya bersama –sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat.” (Lukas 8 ; 1 -2). Dalam dunia kesehatan banyak cara untuk menyembuhkan segala macam penyakit melalui pendampingan para medis dan obat-obatan yang diminum. Tetapi bagaimana jadinya kalau sakit dan penyakit itu penyebabnya adalah karena kemasukkan Roh-roh jahat? Beberapa waktu yang lalu kita melihat tayangan di televisi banyak anak yang kesurupan massal dan yang menyembuhkan mereka adalah tim pendoa dari agama tertentu dan hasilnya mereka sembuh. Dalam bacaan hari ini perempuan-perempuan yang sudah disembuhkan dari roh-roh jahat melayani rombongan Yesus dengan penuh sukacita dengan kekayaan mereka.( Bdk, Lukas 8 : 3) Teman-teman kita juga dapat melakukan tindakan melayani sesama dengan penuh suka cita karena kita sudah ditebus oleh darah-Nya yang kudus. Persoalannya apakah kita bisa melepaskan sikap ego kita yang hanya mau dilayani oleh orang lain seperti mandi, makan, menyiapkan alat sekolah, yang semuanya disiapkan orang lain? Penyakit kita yang harus kita sembuhkan ialah ego kita yang selalu mengharapkan orang lain melayani kita. Semoga keteladanan para perempuan dalam bacaan hari ini menjadi inspirasi bagi kita untuk mau melayani Tuhan setelah kita disembuhkan. Dengan kekuatan Yesus kita pasti bisa. Refleksi: 1. Apakah di rumah kita sering dilayani oleh pembantu kita? 2. Bagaimana sikap kita terhadap orang yang membantu kita? Marilah berdoa: Ya Tuhan Yesus, Engkau berkeliling dari kota ke kota bersama murid-muridMu untuk mewartakan Injil dan menyembuhkan orang sakit. Sembuhkanlah kami dari penyakit
egois yang hanya mengharapkan orang lain untuk melayani kami. Semoga Firmanmu hari ini mengubah kami menjadi lebih baik lagi dalam hidup ini. Amin
Sabtu, 20 sepetember 2014 Peringatan Wajib St. Andreas Kim Taegon, Paulus Chong Hasang Bacaan: 1Korintus 15:35-37, 42-49 Injil Lukas 8:4-15 TELINGA “Setelah berkata demikian Yesus berseru : Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar. “ ( Lukas 8 : 8b ). Berbicara indera yang satu ini memang penting. Telinga digunakan untuk mendengar apa saja yang didengar, bunyi-bunyian, alunan musik, nasihat, dan lain lain. Jika kita mendengar satu intruksi atau perintah dengan seksama pasti dalam menjalankan tugasnya sukses. Dalam hal pelajaran pun telinga menjadi penting untuk mendengar penjelasan dari guru. Kita kadang-kadang kurang mendengar sebab sibuk dengan diri kita sendiri sehingga terkadang kita dianggap orang yang tidak peduli dan tidak dapat melakukan perintah atau instruksi dari orang lain karena kita kurang memperhatikan. Dalam bacaan hari ini Yesus mengajak kita untuk menggunakan telinga dengan baik untuk mendengar. Seperti sabda Yesus siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar hendaklah dia mendengar. Perumpamaan ini menggambarkan sikap kita yang mendengarkan firman Tuhan. Benih yang dimaksudkan di sini adalah iman, sedangkan tanah yang baik adalah kita yang mendengar firman Tuhan dan menghayati dalam tindakan nyata. Teman-teman sadarkah kita akan panca indera yang diberikan oleh Tuhan untuk digunakan sesuai fungsinya? Marilah kita menjadi tanah yang baik, yang dapat menerima firman Tuhan dan menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari sehingga bertumbuh dan berbuah. Refleksi : 1. Apakah kamu sering mendengar nasihat orang tua dengan baik ? 2. Bagaimana jadinya kalau kita kurang mendengar nasihat dari orang lain ? Marilah berdoa: Tuhan kami bersyukur karena Engkau menciptakan kami dengan kesempurnaan indera kami. Mampukan kami untuk dapat menggunakan telinga kami untuk dapat mendengar firman-Mu dan melaksanakannya dalam hidup kami. Amin
Minggu, 21 september 2014 Hari Minggu Biasa XXV Bacaan: Yesaya 55:6-9 Filipi 1:20c-24,27a Injil Matius 20:1-16a KEBIJAKSANAAN ALLAH Ada kebiasaan orang tua membagi uang jajan kepada anak-anaknya sesuai dengan kebutuhannya. Bagi anak yang mengerti keadaan orang tuanya dia tidak akan menggerutu bila uang jajannya berbeda jumlahnya. Misalnya: punya kakak lebih kecil jumlahnya dibandingkan dengan jumlah adik. Tetapi ada anak yang selalu menggerutu ketika ada perbedaan. Berbagai macam tuntutannya kepada orang tua karena dirasakan kurang adil. Bagi orang tua yang bijaksana pasti menjelaskan sebab-sebab mengapa ada perbedaan jumlah uang jajan. Misalkan saja alasannya karena kakak ke sekolah bisa jalan sendiri tanpa harus menggunakan kendaraan, sedangkan yang adik karena masih kecil harus menggunakan kendaraan ke sekolah. Itulah orang tua yang melakukan kebijaksanaan. Dalam bacaan hari ini bagaimana perumpamaan Tuan kebun anggur membagi upah kepada para pekerjanya seturut kebijaksanaannya atau kebaikkannya. Tetapi di situ muncul masalah karena para pekerja yang masuk dari pagi, masuk pukul 09.00, masuk pukul 12.00, masuk pukul 15.00, mendapat upah yang sama dengan pekerja yang masuk pukul 17.00. Cara seperti ini tidak menimbulkan kebijaksanaan bagi para pekerja. Ini adalah suatu perumpamaan yang mengajarkan kita untuk bagaimana menyikapi hal-hal seperti ini dalam hidup sehari-hari. Contoh: Dalam dunia nyata kehidupan manusia ada yang kaya dan ada yang miskin, apakah Tuhan tidak adil dalam hidup ini? Jawabannya bahwa porsi kasih Tuhan semuanya sama untuk semua manusia. Ia tidak membedakan manusia seperti para pekerja yang menggerutu karena upah yang berbeda menurut mereka. Ia mengasihi manusia tanpa melihat perbedaan orang dibaptis terlebih dahulu dengan yang dibaptis kemudian. Allah mengutamakan keselamatan manusia lebih dari yang dipikirkan oleh manusia. Itulah misteri kasih Allah. Marilah kita menjadi orang yang tidak menggerutu dengan Tuhan dan sesama. Semoga kisah orang tua yang bijaksana dengan Allah yang bijaksana menjadi inspirasi bagi kita dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi lebih bijaksana. Refleksi : 1. Apakah kamu sering menggerutu ketika menerima uang dari orangtuamu ? 2. Bagaimana nasihat orangtua ketika melihat kamu menggerutu?
Marilah berdoa: Tuhan Yesus kami bersyukur kepadamu karena melalui bacaan hari ini kami diajak untuk menjauhi sikap menggerutu yang membuat kami tidak bahagia. Bantulah kami dengan roh kudusmu agar mampu menjadi anak-anak yang mengerti, dan memahami kebijaksanaan orang tua dan bapak ibu guru kami. Terima kasih Tuhan atas kebijaksanaanmu. Amin
Senin, 22 September 2014 Bacaan:
Amsal 3:27-34 Injil Lukas 8:16-18 MENJADI TERANG BAGI SESAMA “Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menampatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahaya-Nya” (Lukas 8:16).
Berbicara mengenai pelita untuk zaman sekarang mungkin sudah tidak sesuai zamannya lagi. Kalau zaman dulu sebelum ada listrik masuk desa orang sering memasang lampu pelita untuk menerangi ruangan rumahnya sehingga bisa bekerja dengan bebas pada malam hari. Tetapi sekarang karena ilmu pengetahuan dan teknologi alat penerang seperti pelita sudah tidak di pakai lagi dan diganti dengan menggunakan lilin kalau listrik padam. Bagi kita dalam hal ini bukan soal pelita atau lilin tetapi bagaimana terang yang bermanfaat untuk menerangi kegelapan. Dalam bacaan hari ini kita mendengar perumpamaan tentang pelita. Pelita dalam perumpamaan ini menggambarakan terang Kristus dan terang para pengikutNya yang bisa menjadi teladan bagi orang lain. Murid-murid Tuhan sangat diharapkan agar hidupnya menjadi pola panutan bagi orang yang dipimpinnya. Nah teman-teman kita juga bisa menjadi teman bagi orang lain kalau sikap hidup kita baik terhadap sesama. Sikap mengasihi, menghargai dan bersyukur kepada Tuhan adalah pancaran cahaya kasih Tuhan dalam hidup kita. Semoga dengan perumpamaan ini kita terinspirasi untuk menjadi terang bagi sesama. Refleksi: 1. Apa yang kamu lakukan agar menjadi terang bagi orang lain? 2. Bagaimana sikapmu terhadap teman yang suka bermusuhan dengan orang lain atau dengan kita? Marilah berdoa: Ya Tuhan, Engkaulah sumber terang hidup kami. Terangilah akal budi kami agar mampu menjadi anak-anak terang yang menerangi sesama kami dengan berprilaku baik terhadap semua orang. Demi Kristus pengantara kami. Amin
Selasa, 23 September 2014 Peringatan Wajib St. Padre Pio dr Pietrelcina Bacaan:
Amsal 21:1-6, 10-13 Injil Lukas 8:19-21 FIRMAN YANG HIDUP
“Pada suatu hari orang memberitahukan kepada Yesus: ”IbuMu dan saudarasaudaraMu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau. Tetapi Ia menjawab mereka: IbuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan melakukannya. ” (Luk 8:20-21). Pengetian saudara dalam kehidupan bermasyarakat adalah orang-orang yang ada hubungan darah dengan kita. Misalnya bapa, mama, opa, oma, cici, popo dll. Dengan ini kita tidak heran kalau ada acara keluarga yang diundang pasti keluarga terdekat. Keluarga menjadi tempat kita hidup berdampingan satu dengan yang lain dan segala aktivitas hidup kita. Berbeda dengan bacaan hari ini di mana Yesus mengatakan kepada saudarasaudaraNya bahwa IbuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka yang mendengar firman Allah dan melakukannya. Pernyataan Yesus terhadap saudara-saudara-Nya tidak berarti menyangkal kehadiran mereka. Dalam benak Yesus mengakui bahwa Ibu dan saudara-saudaraNya pelaku firman Tuhan yang sejati. Dari ucapan Yesus terkesan membuka hubungan persaudraan tidak hanya dengan keluarganya saja tetapi dengan semua orang yang menerima Dia sebagai Tuhan dan sang Juruselamat itulah saudaraNya. Kita juga pelaku firman Tuhan yang hidup yang mampu menghadirkan sifat-sifat Allah dalam kehidupan sehari-hari. Teman-teman marilah kita menjadi pelaku firman Tuhan yang hidup. Semoga kita menjadi saudara dalam hidup kita. Semoga Tuhan memberkati. Refleksi: 1. Apa yang dapat kita lakukan dalam membangun persaudraan di sekolah ini? 2. Bagaimana sikap kita terhadap teman yang berbeda iman dengan kita? Marilah berdoa: Tuhan Yesus ajarilah kami untuk tetap memelihara persaudaraan di antara temanteman kami. Amin.
Rabu, 24 September 2014 Bacaan:
Amsal 30:5-9 Injil Lukas 9:1-6 SALIB PENDERITAAN “Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakitpenyakit . lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan injl dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat.” (Lukas 9:1;6).
Bila kita merenungkan soal penderitaan di dunia ini tak akan habis. Banyak penyakit aneh-aneh menyerang manusia dari zaman ke zaman. Misalnya, penyakit kulit yang menyerang seluruh tubuh pasien sehingga kalau dia berjalan seperti pohon berjalan. Banyak usaha pihak medis untuk menyembuhkan dan membebasakan pasien dari penyakitnya yang aneh tersebut. Rupanya penyakit yang menyerang manusia dari zaman dulu sampai sekarang belum tuntas dalam pengobatannya. Sehingga bila kita mengidap penyakit yang aneh-aneh perasaan kita akan takut. Kita menjadi pribadi yang selalu mengeluh dan mengerang karena kesakitan. Dalam bacaan hari ini murid-murid Yesus ditugaskan untuk mewartakan injil dan menyembuhakan orang sakit. Sebelum para murid menyembuhakan orang sakit Yesus mempersiapkan mereka dengan memberi tenaga dan kuasa untuk menguasai setansetan dan menyembuhkan penyaki-penyakit. Teman-teman meskipun kita masih anak-anak kita juga diberi tenaga dan kuasa untuk menyembuhkan sakit dan penyakit kita sendiri. Penyakit kita adalah kemalasan, iri hati, suka bermusuhan dan sulit mengampuni teman. Kita dapat menyembuhkan penyakit kita sendiri dengan menimba kekuatan dari Tuhan Yesus. Penyembuhan bisa terjadi kalau kita bersatu dengan Yesus di dalam doa dan dengan tindakan nyata memohon maaf kepada sesama teman kalau kita bersalah. Salib Tuhan akan menjadi berarti bagi kita kalau kita dengan hati ikhlas memaafkan musuh walaupun menyakitkan. Refleksi: 1. Apakah aku sering malas belajar? 2. Apakah aku sudah menyadari kemalasanku?
Marilah berdoa: Ya Tuhan, kami bersyukur atas kesehatan jasmani dan rohani yang boleh kami alami saat ini sehingga kami dapat berkumpul di kelas ini dengan teman-teman. Kami mau berdoa bagi semua orang sakit, baik yang di rawat di rumah maupun yang di rawat di rumah. Semoga Tuhan Yesus dapat mengangkat sakit dan penyakit mereka dengan kuasa-Nya. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Kamis, 25 September 2014 Bacaan: Pengkhotbah 1;2-11 Injil Lukas 9:7-9 SUARA HATI “Herodes raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati; tetapi Herodes berkata : “ Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini yangkabarnya melakukan hal-hal demikian?” lalu ia berusaha untuk bertemu dengan Yesus” (Lukas 9:7- 9) Cemas adalah sikap yang sering terjadi pada setiap orang misalnya ketahuna menyontek, melanggar aturan di sekolah, dan dimarahi oleh orangtua. Meskipun demikian apapun alasannya orang cemas karena suara hatinya menghakimi dia soal baik atau buruk dalam tindakannya. Kisah Herodes yang cemas karena ia telah melakukan perbuatan yang salah yang melawan suara hatinya demi harga diri. Ia telah menyingkirkan hati nuraninya karena hanya mempertahankan harga dirinya. Ia telah membuhun Yohanes Pembaptis hanya karena gengsi atau mempertahankan harga dirinya di depan banyak orang. Suara hatinya tumpul. Teman-teman dari kisah ini menyadarkan kita mau bahwa suara Tuhan ada dalam suara hati kita masing-masing. Suara hati menuntun kita ke jalan yang baik, ia selalu mengarahkan kita untuk menghindari yang jahat dan melakukan yang baik. Tetapi meskipun demikian suara hati dapat tumpul karena pilihan kita yang salah yang mengakibatkan terjadinya konflik di dalam diri kita sendiri. Bagaimana caranya agar suara hati kita menjadi penuntun hidup kita yang baik? Tentunya dengan berdoa, mendengar bisikan suara hati yang baik dan melakukannya dalam tindakan nyata. Seperti ungkapan berikut “Berani karena benar takut karena salah”. Herodes takut karena ia bersalah tetapi ia masih membuka hati nuraninya untuk bertemu dengan Yesus dan menghilangkan gengsi dalam dirinya. (Lukas 9:9) Refleksi: 1. Apakah kamu pernah merasa cemas? 2. Apa yang menyebabkan kamu merasa cemas?
Marilah berdoa: Ya Tuhan ajarlah kami untuk mampu mendengar kata hati kami yang baik dalam menjalankan kehidupan kami sehari-hari. Tuntunlah kami dengan Roh KudusMu agar kami mampu membuka mata hati kami agar berani mengakui kelamahan kami masingmasing dan hilangkanlah rasa gengsi ada dalam diri sehingga kami layak disebut anak-anakMu. Amin
Jumat, 26 September 2014 Bacaan: Pengkhotbah 3:1-11 Injil Lukas 9:18-22 PENGALAMAN DITOLAK “Anak manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat dan dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Luk:9 :22). Pada waktu pemilihan ketua OSIS di suatu SMA, terjadilah suatu hal yang aneh. Calonnya hanya satu, tetapi karena harus mengikuti prosedur tata cara pemilihan maka panitia pemilihan OSIS menentukan masa kampanye berlangsung dua minggu. Panitia pemilihan sangat antusias menyiapkan siswa-siswi untuk benar-benar memilih calon ini dengan memberikan suara pada kotak suara. Calon ketua OSIS dalam hartinya berpikir saya pasti menang karena tidak ada lawan. Kini tibalah saatnya untuk memberikan suara dalam pemilihan. Panitia menyipakan dua kotak satu kotak bergambar padi untuk suara calon ketua OSISI dan satu kotak lagi bergambar kelapa untuk tidak memilih calon tersebut. Sebelum kotak suara dibuka, panitia mengadakan pawai bersama keliling lingkungan sekolah sebagai tanda menyosongnya ketua OSIS yang baru. Setelah perhitungan suara selesai hasilnya tenyata calon ketua OSIS kalah dan mereka lebih tidak memilih calon tersebut. Mendengar hasilnya seperti itu, calon ketua OSIS yang berambisi menang jatuh sakit karena malu ditolak oleh temantemanya. Pengalaman ditolak memang tidak menyenangkan tetapi itulah kenyataan hidup. Dalam bacaan hari ini Yesus dengan tegas menyatakan bahwa anak manusia harus banyak menanggung penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Penolakan mereka terhadap Yesus karena hati mereka tertutup oleh kesombongannya. Mereka mengakui Mesias atau penyelamat yang membela hak mereka tetapi tidak menderita mati di salib. Hukuman salib merupakan penghinaan bagi orang Yahudi. Yesus dengan tegas mengatakan penderitaanNya karena Ia mau semua orang harus selamat dan menikmati kebahagiaan kekal, walaupun Yesus ditolak. Dari kisah pemilihan OSIS dan penolakan terhadap Yesus oleh imam-imam kepala dan ahli Taurat memang tidak persis sama tetapi kesombongan manusia menjadi dasar penolakan terhadap orang lain. Penolakan terhadap orang lain karena menganggap diri lebih hebat, lebih kuat, lebih pintar dan lebih jago. Kita juga kadangkadang menolak orang lain karena sikap kita yang sombong. Kiranya melalui bacaan
hari ini mengingatkan kita untuk mengubah sikap kita yang sombong dengan saling mengasihi sesama menghargai sesama, menerima teman apa adanya semoga kita mampu menjalaninya. Tuhan memberkati. Refleksi: 1. Bagaimana perasaamu ketika temanmu menolak kamu bermain dengan mereka? 2. Apa yang dapat kamu lakukan jika temanmu menolakmu? Marilah berdoa: Ya Tuhan kami bersyukur karena Engkau sendiri memberi teladan kepada kami untuk menerima orang lain apa adanya. Bantulah kami agar mampu menerima kahadiran teman apapun suku, buda ya dan agamanya. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Sabtu, 27 September 2014 Peringatan Wajib St. Vinsentius a Paulo Bacaan: Pengkhotbah 11:9-12:8 Injil Lukas 9:43b-45 NASIHAT ”Dengarlah dan camkanlah segala perkataanku ini; anak manusia akan diserahkan kedalam tangan manusia” (Lukas 9:44) Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar nasehat-nasehat, baik dari orang tua, guru maupun dari guru-guru agama. Tujuan nasehat sangat jelas agar kita menjadi orang baik kalau kita mendengar nasehat itu dengan seksama. Dalam bacaan hari ini Yesus menasehati para muridNya agar tetap setia mengikuti Yesus. Yesus tahu akan bahaya apa yang Ia hadapi setelah Ia menyampaikan nasehat itu. Yesus tidak menyatakan secara jelas tentang kematianNya di kayu salib sehingga Ia mengatakan dengarkanlah dan camakanlah. Sikap para murid rupanya tidak mengerti akan perkataan itu karena masih tersembunyi bagi mereka. Teman-teman kadang-kadang dalam hidup ini kita sering mengabaikan nasehatnasehat dari orang tua, guru bahkan nasehat dari teman-teman kita. Biasanya penyesalan selalu datang terlambat setlah kita jatuh atau rugi karena tidak mendengar nasehat orang lain. Misalnya guru meningatkan kita untuk belajar dengan tekun agar nilai ulangan tidak jelak, saat dinasehati kita katakan “ya” tetapi tidak melakukanya ketika ulangan hasilnya jelak lalu kita menysal dari belakang terlambat bukan. Nasehat Yesus maupun nasehat dari guru semua bertujuan untuk memeberikan peneguhan kepada kita. Nasehat tidak selamanya menyenangkan hati mungkin sebaliknya kita sakit hati atau menderita. Kita jarang melihat makna di balik nasihat dari orang lain yang bertujuan untuk kebaikan kita. Semoga dengan kisah ini kita diingatkan untuk tidak bosan-bosan mendengar nasehat dari orang tua, bapak dan ibu guru dengan tujuan agar kita menjadi anak yang beraklak mulia, santun di depan orang lain. Refleksi: 1. Bagaimana sikapmu terhadap nasihat orangtua dangurumu? 2. Apakah nasihat mereka membawa kebaikan bagi kamu? Marilah berdoa: Tuhan Yesus penasehat yang agung, bantulah kami agar kami mampu mendengar nasehat-nasehat Roh Kudus Mu untuk kami selalu berbuat baik dengan sesama dalam hidup ini. Terima kasih Engkau telah memberikan kami orang tua dan guru yang selalu memberi kami nasihat. Amin.
Minggu, 28 September 2014 Hari Minggu Biasa XXVI Bacaan: Yehezkiel 18;25-28 Filipi 2;1-11 Injil Matius 21;28-32 BERTANGGUNG JAWAB “Jawab anak itu; “Baik Bapa”. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi ke kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga” (Luk 21:29-30) Dalam kehidupan ini kita sering menjumpai pribadi-pribadi seperti dalam bacaan tadi. Ada teman yang setia kepada janjinya dan ada teman yang tidak setia kepada janjinya. Tidak dapat disangkal sikap ini sering melanda diri kita juga. Dalam perumpamaan firman Tuhan hari ini kita melihat sikap dua orang anak yang berbeda prilakunya. Anak yang pertama ketika disuruh oleh ayahnya untuk bekerja di kebun anggur menyanggupi tugasnya dengan menjawab “baik bapa”. Jawabannya terkesan menjadi anak yang taat ternyata tidak konsekuen dengan jawabannya. Ia tidak menjalankan tugas yang sudah disanggupinya. Selanjutnya kepada anak yang kedua ayah menyuruh melakukan tugas yang sama. Anaknya menjawab “aku tidak mau” tetapi kemudian ia menyesal lalu ia pergi juga ke kebun anggur untuk bekerja. Sikap anak yang kedua terksen tidak taat atau melawan, namun setelah merenung dan menyesal ia melalukan tugas yang dipercayakan kepadanya (bdk Mat 21:28-32). Teman-teman melalui kisah ini kita diajak untuk merenungkan sikap dan prilaku kita dalam menyikapi hidup ini. Hidup ini merupakan suatu pilihan. Apakah kita termasuk pada sikap anak sulung atau sikap anak yang kedua? Semuanya ada dalam pilihan kita. Kita semua dipanggil untuk bekerja dikebun anggur Tuhan yaitu di dunia ini untuk melayani sesama. Kita menyadari bahwa kita semua orang berdosa tetapi kalau kita menyesal dan memperbaiki sikap kita Tuhan pasti menerima kita apa adanya. Berani berbuat berani bertanggung jawab. Refleksi: 1. Apakah aku sudah menepati janjiku? 2. Bagaimana sikapku terhadap teman yang tidak menepati janjinya?
Marilah berdoa: Tuhan Bapa yang Mahabaik ampunilah dosa kami karena sering melanggar janji-janji kami untuk memperbaiki sikap kami. Setiap kali kami berjanji kami jatuh ke dalam kesalahan yang sama. Semoga melalui firmanMu hari ini kami mampu menjadi anakanak yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas pelayanan yang dipercayakan kepada kami oleh bapak dan ibu guru kami. Amin.
Senin , 29 September 2014 Pesta St. Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung Bacaan: Daniel 7:9-10, 13-14 Inji Yohanes 1;47-51 TUHAN MENGENAL AKU “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau dibawah pohon ara. ” (Yoh 1:48). Ada kebiasaan para peramal mampu melihat nasib seseorang untuk masa-masa yang akan datang. Untuk itu banyak orang yang datang kepada peramal agar apa yang di ramalkan benar-benar terjadi jikalau itu baik. Hal ini tidak salah sebab belajar untuk meningkatakan ilmu pengatuahan termasuk menjadi peramal adalah hak setiap orang. Tetapi ada bahaya bagi mereka yang hidupnya diatur oleh tukang peramal karena hampir setiap kali selalu datang kepada orang-orang pintar yang melihat nasib hidupnya. Pribadi seperti ini ada bahaya karena hidupnya terombang ambing karena apa kata para peramal. Berbeda dengan kemampuan Yesus yang melihat Natanael. Natanael tidak percaya akan pernyataan Yesus yang telah mengenal dia sebelum berjumpa dengan Yesus. Natanael bertanya : “Bagaimana Engkau mengenal aku? ” pertanyaan ini seolah-olah menggambarkan jiwa Natanael yang tidak percaya kepada kuasa Yesus. Setelah Yesus menjelaskan penglihatannya akan Natanael yang duduk di bawah pohon ara, barulah Natanael mengakui siapa Yesus di hadapannya. Dengan berkata “Rabi Engkau anak Allah, Engkau raja orang Israel”. Yesus menegur Natanel karena ketidakpercayaannya. Teman-teman, kadang-kadang kita sama seperti Natanel yang tidak percaya kalau Yesus mengenal kita luar dan dalam. Kita tidak dapat menyembunyikan dosadosa kita di hadapan Allah yang maha tahu. Kita juga tidak dapat mengangtungkan hidup kita kepada manusia atau paramal yang bersifat sementara, yang tidak menyelamatkan kita. Dengan iman kepercayaan kita diijinkan oleh Tuhan untuk mengalami hal-hal yang lebih luar biasa dari Tuhan. Refleksi: 1. Apakah kalian pernah digoda untuk menyontek? 2. Bagaimana perasaanmu ketika menyontek?
Marilah berdoa: Ya Tuhan, kadang-kadang hidup kami sama seperti Natanael yang percaya setelah melihat bukti akan kebaikanMu. Ajarilah kami untuk merasakan bahwa Engkau mengenal kami secara utuh. Tambahkanlah iman, harapan dan kasih kami kepadaMu. Amin.
Selasa, 30 September 2014 Peringatan Wajib St. Hieronimus Bacaan: Ayub 3:1-3, 11-17, 20-23 Injil Lukas 9;51-56 JANGAN BALAS DENDAM “Tuhan apakah Engkau mau supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka? Akan tetapi Ia berpaling dan menegur mereka”. (Lukas 9:54-55) Ada perintah dalam hukum Taurat Musa yang mengatakan; “Mata ganti mata, gigi ganti gigi”. Perintah ini tidak jauh berbeda dalam masyarakat yang sering ketahuan melakukan tawuran. Kekerasan dilawan dengan kekerasan. Semua tindakan balas dendam merupakan tindakan yang tidak dibenarkan dalam hukum dan undang-undang, apalagi dalam ajaran agama manapun. Dalam kenyataan kekerasan di sana sini masih saja terjadi. Dalam bacaan hari ini kedua murid Yesus yaitu Yakobus dan Yohanes menawarkan tindakan balas dendam terhadap orang Samaria yang melarang Yesus pergi keYerusalem. Orang Samaria adalah orang yang tidak sesuku dengan Yesus karena itu peristiwa yang melarang Yesus ke Yerusalem merupakan penghinaan bagi Yakobus dan Yohanes murid-Nya. Mereka memohon restu dari Yesus untuk menurunkan api dari langit agar dapat membinasakan orang-orang Samaria. Sikap Yesus tidak menyetujui hal ini dengan berpaling dan menegur kedua murid itu yang mau melakukan tindakan balas dendam. Bagi Yesus tindakan balas dendam tidak menyelesaikan persoalan. Yesus sebenarnya mau menegakkan hukum kasih yang Ia perjuangkan dalam pewartaan Kerajaan Allah. Teman-teman yang terkasih kita adalah murid-murid Yesus yang dikasihi-Nya. Kita bisa belajar dari Yesus yang tidak mau ada balas dendam dengan orang lain. Beranikah kita meneladani sikap Yesus yang penuh kasih? Refleksi: 1. Apakah aku sering balas dendam dengan teman-teman? 2. Apakah aku sudah meniru teladan Yesus? Marilah bedoa: Bapa, ajarlah kami agar selalu berusaha hidup berdamai dengan semua orang dan mampukan kami menghilangkan sifat iri hati, balas dendam terhadap teman-teman yang memusuhi kami. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.