NEUTRON, Vol.4, No. 1, Februari 2004
35
Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen pada Perumahan di Kabupaten Sidoarjo Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK Berdasarkan keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat pengertian rumah sederhana adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai bangunan tidak jauh dari 70 m2 yang dibangun di atas luas kavling 54 m2 – 200 m2, dimana rumah sederhana tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan rumah, layak huni dengan lingkungan yang sehat, serasi dan seimbang, harga yang terjangkau untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Penelitian melibatkan sekitar 105 dari semua rumah yang ada diwilayah Kabupaten Sidoarjo. Besarnya keluarga rata-rata 5,8 orang, 56 % memiliki sepeda motor dan hampir semua keluarga sebelum pindah/rehap rumah tersebut memiliki atau menyewa rumah yang lebih besar. Berdasarkan analisa didapatkan hasil bahwa keinginan akan rumah sederhana sebesar 62% berpendapat bisa memiliki rumah sendiri, walaupun kecil. Sedangkan dalam keadaan sekarang di proyek perumahan sederhana tersebut 42% penghuni ingin menempati rumah sederhana yang lebih besar. Dan jikalau boleh memilih apa yang diinginkan penghuni untuk membangun atau membeli rumah sederhana, maka 31% menuntut rumah inti yang dapat diperbesar menurut keperluan Kata kunci : rumah sederhana, renovasi, layak huni 1. PENDAHULUAN Penyediaan rumah yang dilakukan oleh pihak pengembang dari sisi desain dan konstruksinya kadang kualitasnya kurang, sehingga keadaan tersebut membuat kurang sesuainya kondisi rumah dengan kebutuhan yang diperlukan oleh penghuninya sehingga penghuni melakukan renovasi atas bangunan itu guna pemenuhan kebutuhan yang diharapkan. Pada dasarnya renovasi ini merupakan pemborosan biaya mengingat rumah tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan untuk beberapa tahun kedepan sejak tahun penyerahan dari pihak pengembang. Sasaran pokok yang ingin dicapai dalam pembangunan rumah bagi masyarakat, khususnya masyarakat golongan berpenghasilan rendah, berupa rumah layak dalam lingkungan sehat, serasi, teratur dan seimbang. Pembangunan perumahan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, berusaha mewujudkan perumahan yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. Rumah yang sehat mencerminkan tingkat kesehatan, ketertiban, keamanan, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat. Secara teknis rumah sehat harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu harus memenuhi syarat dalam segi kesehatan, kekuatan bangunan,
NEUTRON, Vol.4, No. 1, Februari 2004
36
penataan ruang setempat, dan kenyamanan. Pelaksanaan pembanguna perumahan banyak dilakukan oleh pengembang / swasta, karena pengembang mempunyai peran dalam penyediaan lahan murah mitra pembangunan, pemupukan modal, upaya pergerakan dan pendampingan. Sedangkan pemerintah berperan dalam perumusan
37
Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen
dan penentuan kebijaksanaan. Sumber daya pembangunan rumah ini bervariasi meliputi swadaya murni, kerjasama dengan bentuk usaha gotong royong. Doktor Meuding berpendapat bahwa konsep “existenz minimum” artinya standard minimum unit rumah dan ruang secara fisik yang dianggap layak, acapkali dibangun menurut kaca mata dan citarasa barat sehingga akibat diberlakukannya konsep tersebut timbul berbagai masalah ikutan, antara lain : rumah-rumah sangat sederhana yang dibangun secara swadaya oleh penduduk kota yang miskin dinilai tidak memenuhi syarat untuk dikategorikan sebagai “ rumah “. Akibatnya perhitungan angka kekurangan jadi membengkak, selain itu biaya pembangunan rumah akan menjadi mahal karena harus berwujud produksi akhir yang serba permanent. Para penghuni pun lantas kehilangan peluang untuk pengejawantahan jati dirinya lewat penampilan rumah, kecuali melalui kegiatan membongkar terlebih dahulu. Karena itu tidak perlu heran, kecuali apabila kebanyakan rumah yang dibangun dengan bantuan KPR-BTN, langsung dibongkar begitu penghuni menghuninya. Bila dihitung-hitung, sungguh merupakan pemborosan investasi yang tidak perlu. Yang membuat galau adalah keengganan pihak-pihak tertentu untuk belajar dari pengalaman dan kesalahan yang telah diperbuat. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan renovasi rumah, bagian mana yang direnovasi oleh penghuni, besarnya biaya renovasi dan deskripsi rentang waktu pelaksanaan renovasi. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan renovasi rumah, bagian rumah yang mana yang direnovasi, berapa besarnya biaya renovasi, dan rentang waktu pelaksanaan renovasi. Lokasi penelitian meliputi 3 lokasi perumahan sederhana yaitu Perumahan Kepuh Permai yang terletak di desa Kepuh Kiriman Kecamatan Waru Sidoarjo, Perumahan Candi Loka yang terletak di desa Ngampelsari Kecamatan Candi Sidoarjo, Perumahan Tanggulangin Asri di desa Kali Tengah Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo. 2. DATA DAN METODE Data yang ada meliputi data observasi di lapangan dan data penelitian kepustakaan. Data observasi lapangan meliputi: macam aktivitas/ pekerjaan yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan pelaksanaan renovasi, hubungan antara aktivitas-aktivitas tersebut, kapasitas produksi dari tenaga kerja dan aktivitas dalam pelaksanaan renovasi, volume pekerjaan dari masing-masing aktivitas dalam pelaksanaan renovasi, biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan biaya overhead. Langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah menentukan variable bebas dan variable tergantungnya. Variabel tergantungnya meliputi: mengapa pada konsumen melakukan renovasi secara dini, bagian rumah yang direnovasi, besarnya biaya renovasi tersebut, rentang waktu pelaksanaan renovasi rumah setelah penerimaan dari pengembang. Variabel bebasnya meliputi : aktivitas pelaksanaan renovasi, kapasitas produksi (tenaga kerja dan peralatan) yang digunakan untuk menyelesaikan setiap aktivitas renovasi, volume pekerjaan dalam aktivitas pelaksanaan renovasi, biaya langsung yang berhubungan dengan konstruksi (biaya tenaga kerja dan bahan baku), biaya tidak langsung (biaya tidak langsung yang ada dalam pelaksanaan konstruksi). Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan
38
Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen
(mencari teori yang relevan dengan materi yang diteliti), penelitian lapangan (melakukan wawancara pada penguhuni rumah sederhana). Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data yaitu: menginventarisasikan kegiatan (menguraikan pelaksanaan renovasi menjadi kegiatan-kegiatan dan volume
NEUTRON, Vol.4, No. 1, Februari 2004
39
yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan), menentukan lama kegiatan, menentukan hubungan antar kegiatan (menentukan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainnya seperti kegiatan mana yang mendahului dan kegiatan mana yang didahulukan berdasarkan pada proses pengerjaan), menyusun network planning (untuk menentukan jadwal pekerjaan dalam proyek didasarkan pada hubungan antar kegiatan). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Survei ini dibuat pada tahun 2001 pada suatu proyek perumahan sederhana yang terdiri dari 438 unit rumah berderet dan dibangun pada tahun 1997-1998 oleh Perumnas / Jasa Pembangunan Perumnas. Survei ini melibatkan sekitar 105 dari semua rumah yang ada. Besarnya keluarga rata-rata 5,8 orang. Keluarga yang memiliki mobil sendiri sekitar 4 %, sepeda motor dan sebagainya 56 %, dan sepeda sekitar 25 %. Hampir semua keluarga sebelum pindah / rehap rumah tersebut memiliki atau menyewa rumah yang lebih besar. Keinginan akan rumah sederhana berdasarkan atas: Bisa memiliki rumah sendiri, walaupun kecil 62 %. Ongkos sewa rumah lebih rendah 16 %. Bisa berpisah dengan orang tuanya 6 %. Adanya air ledeng dan hubungan listrik 4 %. Sebab-sebab lain 12%. Dalam keadaan sekarang di proyek perumahan sederhana tersebut penghuni: Ingin menempati rumah sederhana yang lebih besar 42 %. Merasa senang 38 % Ingin merehab rumah 11 %. Tanpa keterangan 9 %. Jikalau boleh memilih apa yang diinginkan penghuni untukmembangun atau membeli rumah sederhana, maka mereka menjawab: Rumah inti yang dapat diperbesar menurut keperluan 31 %. Rumah sederhana yang terpisah dari rumah-rumah lain 22 %. Kapling yang tersedia untuk membangun rumah sendiri 13 %. Rumah sederhana berderet berlantai satu saja 12 %. Tanpa keterangan 22 %. Survey ini memperlihatkan beberapa titik yang sangat penting. Bagian penghuni yang terbesar memilih rumah sederhana sehingga dapat memiliki sebuah rumah sendiri, walaupun kecil. Penduduk rupanya tidak terlalu suka rumah bertingkat, karena hubungan dengan tanah masih terlalu erat. Rumah inti yang dibangun berderet, dapat memenuhi keinginan penghuni terbanyak, karena rumah itu sangat variable. Berdasarkan uraian diatas maka pada perencanaan perumahan sederhana pada prinsipnya timbul dua kemungkinan dasar sebagai berikut : 1. Rumah kerangka datar : merupakan suatu bangunan rangka dengan atap yang disediakan oleh industri pembangunan atau oleh pemerintah bagi penghuni. Penghuni dengan bantuan seorang ahli dapat mendirikan sendiri rumahnya dengan rangka kayu atau atap sederhana. Dinding, pintu jendela dan sebagainya dipasang dan atau dibuat menurut kepentingan penghuni. Bisa pada permulaan dipilih saja, bahan bamboo yang murah, kemudian menurut
NEUTRON, Vol.4, No. 1, Februari 2004
40
kemampuan dipasang pintu jendela dan akhirnya bilik diganti dengan isian tembok bata merah konstruksi rangka kayu. 2. Rumah Inti : Misalnya suatu ruang kamar mandi – dapur. Penting menjadi infrastruktur jalan, air minum, drainase dan listrik. Penghuni dapat
41
Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen
memperbesar dan membentuknya sebebas mungkin menurut kemampuan dan keadaan keluarga. Kemungkinan pembesaran rumah inti pada prinsipnya harus kearah dua sisi dengan luas paling sedikit tiga kali luas intinya. Makin sederhana dan stabil inti makin lebih berharga bagi penghuni. Rumah inti yang disediakan di Indonesia sampai sekarang ialah rumah inti yang berdiri sendiri atau rumah ganda / berderet. Rumah inti sebgai rumah sederhana yang berangkai dengan inti terletak dipermukaan tanah selalu menjamin kontak manusia dengan bumi, suatu hal psikologis yang penting sekali di indonesia. Pembesaran rumah inti (25 m2) pada proyek berikut dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Memperbesar serambi muka sampai lebar 2,70 meter, jendela dari belakang dipindah kemuka dan ruang tamu / makan menjadi berukuran sebesar 25 m2 (dahulu 12,5 m2) 2. Memasang tangga samping inti, menaikkan atap inti dan memasang sebuah konstruksi loteng dengan lantai atas yang menghasilkan kamar tidur tambahan diatas selebar 7,3 m2, menaikkan atap sengkuap muka dan atau belakang dengan memasang konstruksi loteng dengan lantai atas yang menghasilkan kamar tidur tambahan masing-masing sebesar 2x12,5 m2. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Masalah desain dan konstruksi merupakan hal-hal yang diperhatikan oleh konsumen pada saat membeli rumah. Yang kita jumpai dalam merenovasi adalah kurang pas dengan design, konstruksi rumah, dll. Bagian yang sering direnovasi adalah bangunan induk, tambahan kamar dan lain-lain. Biaya renovasi sekitar: 15 juta sampai dengan 25 juta. Rentang waktu sekitar 1 s/d 5 bulan. Bagi pengembang/developer khususnya dalam menciptakan membangun rumah sederhana hendaknya memperhatikan beberapa persyaratan, diantaranya : segi kesehatan, kekuatan bangunan, penataan ruang dan segi kenyamanan. REFERENSI Eko Budihardjo ( 1994 ). Percikan Masalah Arsitektur Perumahan Perkotaan, Universitas Gajah Mada Jogyakarta. Heinz Frick ( 1982 ). Rumah Sederhana Kebijaksanaan Perumahan dan Permukiman, Penerbit kanisius, Jogjakarta. Keputusan Menteri PU ( 1980 ) Kebijaksanaan Dan Pengawasan Umum atas Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional, Oleh Tim Penyempurnaan Desiminasi Pedoman Teknis Rumah Sederhana Jakarta. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat, Pedoman Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Lingkungan Hunian yang berimbang, Tim Penyempurnaan Desiminasi Pedoman Teknis Rumah Sederhana Jakarta. Nasution S, Prof, Dr. MA ( 1993 ). Metode Research (Penelitian Umum), Cetakan Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
NEUTRON, Vol.4, No. 1, Februari 2004
42