perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PERUMAHAN KOTA DI SURAKARTA
Karissa Riasdianti I0607049
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PERUMAHAN KOTA DI SURAKARTA
KARISSA RIASDIANTI I0607049 Menyetujui, Surakarta, Januari 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Murtanti Jani Rahayu, ST, MT
Ir. Rizon Pamardhi Utomo, MURP
NIP. 197201172000032001
NIP . 195902221989031001
Mengesahkan, Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas
Ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan
Teknik
Kota
Dr.Ir. Mohamad Muqoffa, MT
Ir. Galing Yudana
NIP. 19620610 199103 1 001
NIP. 19620129 198703 1 002
Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Kusno Adi Sambodo, ST, MT, Ph.D NIP. 196910261995031002 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
commit to user
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan dan Juruselamat penulis, Tuhan Yesus Kristus atas berkat pimpinanNya sampai diselesaikannya penulisan laporan Tugas Akhir -Urban sebagai
disusun untuk memenuhi syarat menempuh jenjang Strata-1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan laporan ini tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan, dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. 2. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. 3. Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. 4. Ir. Ana Hardiana, MT selaku pembimbing akademik atas kesabaran, bimbingan dan saran yang diberikan selama proses perkuliahan sampai penyusunan laporan ini. 5. Murtanti Jani Rahayu, ST, MT dan Ir. Rizon Pamardhi Utomo, MURP selaku dosen pembimbing seminar dan Tugas Akhir atas semua masukan, kritik, saran, support dan kesabaran dalam membimbing penyusunan Tugas Akhir sampai selesai. 6. Isti Andini, ST, MT selaku dosen penguji atas kritik, saran yang membangun serta atas waktu yang diluangkan selama ini dalam membantu proses penyusunan Tugas Akhir. 7. Ir. Widharyatmo, MSi selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang telah diberikan. 8. Bapak dan ibu tersanyang, atas segala bentuk dukungan, kasih sayang dan doa yang menyertai.
KATA PENGANTAR
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Keluargaku tercinta, mbak Irin, mas Andi dan si kecil Deandra untuk doa, keceriaan keluarga dan dukungannya. 10. Untuk teman-temanku Reni Carica, Agung Tri Kuncoro, Novitriani, Diana, Meri, Dian, Nurul, Dini, terima kasih atas semua bantuan kalian. 11. Teman terkasih, Priska atas dukungan dan doanya. 12. Temen-temen Planol-Tujuh untuk keceriaan, kekompakan, kenangan, teman diskusi, teman bermain hingga ada kebanggaan tersendiri menjadi salah satu bagian dari kalian. 13. Untuk seseorang yang menjadi inspirasi dan semangat tersendiri buat saya, terima kasih untuk dukungan, doa dan semangat yang telah diberikan. 14. Berbagai dinas atas kemudahannya dalam memperoleh data dan masyarakat perumahan Kecamatan Grogol dan Gondangrejo atas kesediaannya berbagi waktu untuk menjawab kuesioner. 15. Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan Tugas Akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tulisan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan tulisan dan penelitian berikutnya. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat. Terima kasih dan Tuhan memberkati.
Surakarta,
Januari 2012
Penulis
commit to user KATA PENGANTAR
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO : Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13)
agi, melipat tangan sebentar maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti (Amsal 6:6,10-11) gunakan perkataanmu sebagai motivasi (Penulis)
commit to user DAFTAR ISI
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii MOTTO ............................................................................................................v DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................x DAFTAR PETA ................................................................................................ xi ABSTRAK ....................................................................................................... xii BAB 1
PENDAHULUAN ............................................................................1 1.1 Latar Belakang ..............................................................................1 1.1.1 Perkembangan Kota ............................................................1 1.1.2 Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban 2 1.1.3 Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban Kota Surakarta .....................................................................3 1.2 Rumusan Masalah.........................................................................5 1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat Penelitian .....................................5 1.3.1 Tujuan Penelitian .................................................................5 1.3.2 Sasaran Penelitian ................................................................6 1.3.3 Manfaat Penelitian ...............................................................6 1.4 Batasan Penelitian ........................................................................6 1.4.1.Batasan Lokasi Penelitian ...................................................6 1.4.2.Batasan Waktu Penelitian ...................................................6 1.5 Sistematika Penulisan ...................................................................8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA PERKEMBANGAN KOTA DAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN ...... 10 2.1. Teori Perkembangan Kota dan Wilayah Peri-Urban ..................10 2.1.1. Perkembangan Kota ......................................................... 10 2.1.2. Perkembangan Wilayah Peri-Urban................................. 12 2.1.3. Aktivitas Masyarakat di Wilayah Peri-Urban terhadap Pusat Kota ........................................................................ 13 2.2. Teori Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban..........................................................................................16 2.2.1. Pengertian Perumahan Formal ......................................... 16 2.2.2. Syarat Pembangunan Perumahan Formal ........................ 17 2.2.3. Pemilihan Lokasi Perumahan Formal .............................. 18 2.2.4. Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban ...................... 23 2.3. Variabel Penelitian ..................................................................... 24
BAB 3
METODE PENELITIAN .............................................................. 27 3.1.Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ................................ 27
commit to user DAFTAR ISI
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.2.Populasi dan Sampel...................................................................28 3.2.1. Populasi ............................................................................28 3.2.2. Sampel.............................................................................. 28 3.3.Metode Pengumpulan Data ........................................................ 36 3.3.1. Studi Literatur .................................................................. 36 3.3.2. Observasi ..........................................................................37 3.3.3. Wawancara ....................................................................... 37 3.4.Teknik Analisis Data .................................................................. 37 3.4.1. Analisis Perkembangan Kota Surakarta ...........................37 3.4.2. Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban ......................................................... 39 3.4.3. Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Rumah Kota di Surakarta ................................................. 40 3.5.Sintesis Data ............................................................................... 40 BAB 4
PERKEMBANGAN KOTA SURAKARTA DAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN ......... 41 4.1.Perkembangan Kota Surakarta ...................................................41 4.1.1. Penggunaan Lahan Kota Surakarta .................................. 41 4.1.2. Kependuduk Kota Surakarta ............................................44 4.1.3. Sarana Permukiman Kota Surakarta ................................ 45 4.2.Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban ........ 46 4.2.1. Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Grogol .............................................................................. 46 4.2.2. Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo ..................................................................... 54
BAB 5
ANALISIS DAN PEMBAHASAN PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PERUMAHAN KOTA SURAKARTA......................................... 61 5.1.Analisis Perkembangan Kota Surakarta ..................................... 61 5.1.1. Analisis Penggunaan Lahan Kota Surakarta ....................61 5.1.2. Analisis Perkembangan Pendudukan Kota Surakarta ...... 64 5.1.3. Analisis Kebutuhan Permukiman Kota Surakarta............65 5.2.Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban ..........................................................................................67 5.2.1. Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Grogol .............................................................................. 67 5.2.2. Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo ..................................................................... 73 5.3.Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Perumahan Kota Surakarta ............................................................................78 5.4.Sintesis Data ............................................................................... 82
commit to user DAFTAR ISI
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 6
PENUTUP........................................................................................ 85 6.1.Kesimpulan ................................................................................. 85 6.2.Rekomendasi ............................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... xiv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... xvii LAMPIRAN .................................................................................................. xviii
commit to user DAFTAR ISI
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Prasarana dan Sarana dalam Suatu Lingkungan Perumahan ............. 18 Tabel 2.2 Indikator Penelitian ............................................................................. 24 Tabel 3.1 Kebutuhan Data................................................................................... 36 Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 1999, 2004 dan 2009 ....... 42 Tabel 4.2 Luas Lahan Terbangun dan Non Terbangun di Kota Surakarta Tahun 1999-2009 ........................................................................................... 43 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999
2009 ....................... 44
Tabel 4.4 Jumlah Rumah di Kota Surakarta Tahun 1999
2009 ....................... 45
Tabel 4.5 Pembangunan Perumahan formal di Kecamatan Grogol Tahun 1999
2009 Dirinci Per Tahun .......................................................... 47
Tabel 4.6 Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan Oleh Masyarakat ...................... 49 Tabel 4.7 Pembangunan Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo Tahun 1999
2009 ......................................................................................... 54
Tabel 4.8 Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan oleh Masyarakat....................... 56 Tabel 5.1 Analisis Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 1999-2009 ......... 62 Tabel 5.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999-2009 ................ 64 Tabel 5.3 Analisis Kebutuhan Rumah Kota Surakarta ....................................... 66 Tabel 5.4 Analisis Pelayanan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun 1999-2009 .................................................................... 70 Tabel 5.5 Analisis Pelayanan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Tahun 1999-2009 ......................................................... 75
commit to user DAFTAR TABEL
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Pikir .............................................................................. 26
Gambar 4.1
Tipe Rumah di Perumahan Formal di Kecamatan Grogol ............ 48
Gambar 4.2
Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan .......................... 50
Gambar 4.3
Kondisi Jaringan Jalan dan Sarana Peribadatan di Perumahan Formal Kecamatan Grogol ............................................................ 51
Gambar 4.4
Jenis Rumah di Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo...... 56
Gambar 4.5
Diagram Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan ........... 57
Gambar 4.6
Kondisi Jaringan Jalan dan Sarana Peribadatan di Perumahan Formal Kecamatan Grogol ............................................................ 58
Gambar 4.5
Tipe Rumah di Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo .. 57
Gambar 4.6
Diagram Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan ........... 59
Gambar 5.1
Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamtan Grogol ........................................................................................... 71
Gambar 5.2
Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo .................................................................................. 76
Gambar 5.3
Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999-2009 ..................................................................................... 79
Gambar 5.4
Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Grogol dan Gondangrejo Tahun 1999-2009 ................................. 79
commit to user DAFTAR GAMBAR
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PETA
Peta 1.1
Peta Lokasi Penelitian ........................................................................... 7
Peta 3.1
Peta Sampel Lokasi Penelitian Tahun 2011 ........................................ 33
Peta 3.2
Peta Administrasi Kecamatan Grogol Tahun 2011............................. 34
Peta 3.2
Peta Administrasi Kecamatan Gondangrejo Tahun 2011 ................... 35
Peta 4.1
Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun 1999 ..................................................................................................... 52
Peta 4.2
Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun 2009 ..................................................................................................... 53
Peta 4.3
Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Tahun 1999 ..................................................................................................... 59
Peta 4.4
Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Tahun 2009 ..................................................................................................... 60
Peta 5.1
Peta Pertumbuhan Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun 1999-2009 ........................................................................................... 72
Peta 5.2
Peta Pertumbuhan Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Tahun 1999-2009 ........................................................................................... 77
commit to user DAFTAR PETA
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Kota adalah pusat permukiman penduduk yang semakin lama semakin meluas dan menjadi pusat perkembangan dalam suatu wilayah. Perumahan formal adalah kumpulan rumah yang dilengkapi dengan sarana prasarana dan utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan hunian meningkat yang kemudian diakomodasi oleh ketersediaan perumahan formal. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, maka akan diketahui identifikasi perkembangan Kota Surakarta, kebutuhan rumah dari perkembangan Kota Surakarta, perkembangan perumahan formal Wilayah PeriUrban serta hubungan antara perkembangan perumahan formal di Wilayah PeriUrban dan perkembangan Kota Surakarta. Analisis data dilakukan terhadap indikator perkembangan kota yang terdiri dari pertumbuhan penduduk, pertumbuhan permukiman dan penggunaan lahan serta pertumbuhan jumlah perumahan formal dan pemilihan lokasi perumahan sebagai indikator perkembangan perumahan formal. Kota Surakarta adalah kota yang berkembang di bidang perumahan, perdagangan dan jasa. Perkembangan tersebut menjadikan Kota Surakarta magnet bagi para pekerja yang berasal dari luar Kota Surakarta untuk bekerja di kota. Bersamaan dengan itu, perumahan formal di wilayah peri-urban berkembang pasca krisis ekonomi. Perkembangan Kota Surakarta menyebabkan pertumbuhan penduduk menurun karena penduduk bermigrasi ke wilayah periurban Kota Surakarta untuk tinggal di perumahan formal wilayah peri-urban. Masyarakat yang tinggal di wilayah peri-urban adalah masyarakat yang bekerja di Kota Surakarta. Kata Kunci : Perkembangan, Kota, Wilayah Peri-Urban, Perumahan Formal.
commit to user ABSTRAK
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
The city is the center of resettlement needs in an increasingly widespread and became the center of developments in the region. Formal housing is a collection of homes equipped with infrastructure and public utility facilities constructed by the business entity engaged in the housing. Development of the city led to the need for increased occupancy are then accommodated by the availability of formal housing. By using quantitative descriptive research method, it will be known to identify the development of Surakarta City, home of the developmental needs of Surakarta City, the development of formal housing Peri-Urban Areas and the relationship between the development of formal housing in Peri-Urban Areas and development of the city of Surakarta. Data analysis was conducted on urban development indicators of population growth, the growth of settlements and land use and growth in the number of formal housing and site selection of housing as an indicator of formal housing developments. Surakarta is a thriving city in the areas of housing, commerce and services. These developments make the city of Surakarta magnet for workers from outside the city of Surakarta to work in the city. Simultaneously, the formal housing in peri-urban areas developed after the economic crisis. The development of Surakarta cause of population growth decreases as the population migrates to the peri-urban area of Surakarta City to live in formal housing peri-urban areas. People living in peri-urban areas are the people who work in the city of Surakarta. Keywords : Development, City, Peri-Urban Areas, Formal Housing.
commit to user ABSTRAK
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG
1.1.1. Perkembangan Kota Kota merupakan konsentrasi permukiman penduduk yang makin lama makin
meluas.
Konsentrasi penduduk
tersebut menimbulkan kubutuhan
kuantitatif, misalnya kebutuhan perumahan, pendidikan, lapangan pekerjaan, kesehatan, rekreasi, fasilitas pelayanan kota seperti air minum, listrik, angkutan umum, komunikasi dan lain lain (Adisasmita:2005). Perkembangan kota menurut Edger, M. Hoover (1977:85) dapat ditinjau dari 3 hal yaitu perkembangan penduduk, kelengkapan fasilitas kota dan tingkat investasi kota. Perkembangan penduduk menunjukkan pertumbuhan dan intensitas kegiatan kota, kelengkapan fasilitas menunjukkan adanya tingkat pelayanan bagi masyarakat kota, sedangkan tingkat investasi menunjukkan tingkat pertumbuhan kota dengan tingkat ekonomi yang tinggi. Perkembangan kota dari penduduk, fasilitas dan investasi tersebut menjadikan kota memiliki daya tarik yang kuat bagi pendatang pendatang dari daerah pinggiran beraktivtas di pusat kota, selain itu perkembangan kota dapat menjadi pendorong bagi kawasan kawasan di sekitarnya untuk berkembang dalam rangka memenuhi kebutuhan kota tersebut, salah satunya di bidang perumahan. Masyarakat di daerah pinggiran yang tertarik untuk beraktivitas di kota karena merasa segala sesuatu yang ada di kota itu lebih baik, lebih berkualitas bahkan lebih menjamin kesejahteraan ekonomi mereka. Hal tersebut menyebabkan kota berkembang terlalu pesat yang menjadikan kota tersebut ramai atau padat dalam segala hal seperti padat penduduk, bangunan maupun padat lalu lintas. Kepadatan tersebut semakin meminimalkan ketersediaan lahan serta menjadikan kota tersebut tidak nyaman untuk menjadi lokasi tempat tinggal bagi masyarakat. Dengan demikian kota hanya menjadi konsentrasi berbagai kegiatan masyarakat dan bukan sebagai tempat tinggal. Dimana tempat tinggal akan
commit to user PENDAHULUAN
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cenderung berkembang ke daerah pinggiran kota yang dirasa masyarakat nyaman untuk menjadi lokasi tempat tinggal. Kota Jakarta menjadi salah satu contoh fenomena tersebut. Perdagangan jasa, komunikasi, pendidikan, transportasi, pemerintahan, perekonomian dan pariwisata berkembang pesat di Jakarta. Semua itu menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi para pendatang yang semakin tahun semakin bertambah. Kedatangan migran tersebut menyebabkan penduduk yang beraktivitas di Kota Jakarta semakin banyak. Akan tetapi Kota Jakarta tidak mampu melayani kebutuhan hunian bagi para pendatang sehingga mereka harus mencari tempat tinggal di daerah pinggiran Kota Jakarta yang menawarkan hunian yang terjangkau dan nyaman bagi mereka. Kota Jakarta terlihat sangat padat disaat jam jam kerja, tetapi dikala libur panjang tiba, Jakarta terlihat sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan Kota Jakarta hanya menjadi tempat bekerja, sekolah, berekreasi, bahkan berbelanja sedangkan untuk tempat beristirahat berada di daerah pinggiran Kota Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
1.1.2. Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-urban Menurut Hadi Sabari Yunus (2005), daerah sekitar kota atau wilayah periurban merupakan wilayah yang berada antara wilayah kekotaan dan wilayah kedesaan. Identifikasi wilayah kekotaan dan kedesaan tersebut ditandai dengan adanya penggunaan 100% lahan terbangun dan 100% lahan non terbangun yang berbentuk lahan pertanian, disanalah wilayah peri-urban berada. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap manusia, selain sandang dan pangan. Kebutuhan akan tempat tinggal berkembang semakin kompleks, sejak manusia diciptakan kebutuhan perumahan berupa tempat untuk berlindung, seiring dengan perkembangan peradaban manusia kebutuhan perumahan meningkat menjadi aktualisasi diri. Pemenuhan kebutuhan perumahan masih sangat dasar ketika manusia pertama dan bukan menjadi permasalahan yang sulit dipecahkan. Akan tetapi semakin lama kebutuhan perumahan menjadi satu permasalahan yang akan terus ada selama lokasi tempat perumahan tersebut semakin berkembang.
PENDAHULUAN
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kebutuhan perumahan yang semakin berkembang dipenuhi dengan adanya pembangunan perumahan formal dan non formal (swadaya). Perumahan yang berkembang pesat beberapa tahun terakhir ini dan tahun tahun ke depan adalah perumahan formal. Perumahan formal merupakan perumahan yang dibangun oleh badan usaha baik itu pengembang (badan usaha yang bergerak di bidang perumahan) dan pemerintah (BUMN atau BUMD). Perkembangan perumahan formal yang begitu pesat cenderung berkembang di wilayah peri-urban karena keterbatasan lahan di pusat kota sehingga tidak dimungkinkannya terjadi pembangunan kawasan atau bahkan lingkungan perumahan di pusat kota. Menurut Yunus (2005:221), bertambahnya luas lahan permukiman merupakan konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk baik alami maupun dari migrasi di wilayah peri-urban. Penyebab utamanya adalah bertambahnya lahan permukiman akibat bertambahnya bangunan rumah mukim yang dibangun oleh perorangan dan bertambahnya lahan permukiman akibat bertambahnya kelompok bangunan yang dibangun oleh para pengembang. Dengan adanya kecenderungan tersebut dapat menjadi peluang yang dilihat sangat baik untuk berinvestasi khususnya investasi di bidang perumahan oleh developer developer pembangun perumahan. Para developer atau pengusaha pengusaha pada umumnya sangat tertarik untuk memberikan penawaran bagi para konsumen perumahan yakni hunian yang terjangkau baik dari segi kebutuhan ruangan bagi keluarga, segi pembiayaan, segi kelengkapan sarana prasarana dan tawaran tawaran lain yang mendukung perumahan tersebut. Tidak hanya pengusaha atau developer besar yang menawarkan hunian hunian tersebut, tetapi pengusaha pengusaha kecil yang hanya membangun beberapa unit rumah juga ikut menawarkan hunian hunian baru bagi para konsumen.
1.1.3. Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-urban Kota Surakarta Perkembangan kota yang pesat seperti yang dialami Kota Jakarta mulai terlihat di Kota Surakarta dan sekitarnya. Kota Surakarta merupakan pusat pelayanan bagi daerah daerah di sekitarnya seperti Boyolali, Sukoharjo,
commit to user
PENDAHULUAN
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Wonogiri, Sragen dan Klaten. Kota Surakarta semakin berkembang dari tahun ke tahun, kelengkapan sarana dan pembangunannya kian hari kian mampu memikat masyarakat sekitar untuk datang ke Surakarta baik untuk bekerja, menuntut ilmu, berobat maupun sekedar melepas rasa penat bekerja dengan berbelanja di pasar pasar modern yang sedang berkembang di Kota Surakarta. Dengan keadaan demikian Kota Surakarta akan sangat dimungkinkan hanya menjadi pusat pelayanan jasa tetapi tidak mampu menjadi lokasi hunian yang nyaman bagi masyarakat. Kota Surakarta dinilai terlalu padat (padat penduduk, permukiman, lalu lintas) oleh masyarakat, terlalu rawan polusi (udara, air, sosial) sampai harga lahan yang terlalu mahal. Pemilihan tempat tinggal akan beralih ke wilayah peri-urban Kota Surakarta dengan berbagai alasan masyarakat memilih rumah di daerah pinggiran Kota Surakarta. Daerah pinggiran Kota Surakarta tersebut adalah wilayah peri-urban Kota Surakarta yang dibatasi oleh batas administrasi Kabupaten Karanganyar yaitu Kecamatan Jaten (timur), Gondangrejo (utara) dan Colomadu (barat) dan Kabupaten Sukoharjo yaitu Kecamatan Mojolaban (tenggara), Kecamatan Grogol (selatan) dan Kecamatan Kartasura dan Kecamatan Baki (barat daya) dan Kabupaten Boyolali di Kecamatan Ngemplak (barat laut). Wilayah peri-urban Kota Surakarta sama sama berkembang di berbagai bidang dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat secara internal yakni masyarakat wilayah tersebut dan secara eksternal yakni kebutuhan Kota Surakarta. Perkembangan di bidang perumahan, perdagangan, jasa, transportasi, pariwisata, industri terdapat di wilayah tersebut meskipun tidak semuanya berkembang pesat. Khusus untuk bidang perumahan, pembangunan berkembang seimbang karena memiliki kecenderungan yang sama. Persamaan yang terlihat dari kecenderungan tersebut antara lain adanya pembangunan kelengkapan sarana prasarana pendukung perumahan di wilayah peri-urban, selain itu juga dapat dilihat dari kegiatan masyarakat sehari hari yang beraktivitas di pusat kota seperti aktivitas pendidikan dan pekerjaan. Perkembangan Kota Surakarta yang semakin pesat, dibarengi dengan perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta menjadi
commit to user
PENDAHULUAN
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dua hal yang saling berkaitan. Kota Surakarta dengan perkembangannya sebagai pusat pelayanan bagi kawasan sekitarnya menjadikan Kota Surakarta daerah tujuan untuk mencari kerja tetapi bukan menjadi daerah tujuan untuk bermukim. Lokasi untuk bermukim yang ditawarkan adalah lokasi perumahan yang berkembang di wilayah peri-urban sehingga pembangunan perumahan formal di wilayah peri-urban terlihat lebih berkembang dari pada perkembangan perumahan di Kota Surakarta tetapi untuk perdagangan, jasa, transportasi, pendidikan, kesehatan masih lebih berkembang di Kota Surakarta sendiri. Dengan keadaan demikian penduduk Kota Surakarta akan lebih memilih bermigrasi ke wilayah peri-urban untuk mencari tempat tinggal yang nyaman, yang bebas polusi, bebas dari hiruk pikuk kota dan tentunya mencari lokasi tempat tinggal yang lebih nyaman dibandingkan dengan lokasi tempat tinggal di pusat Kota Surakarta.
1.2
RUMUSAN MASALAH Perumahan formal yang tumbuh di wilayah peri-urban suatu kota menjadi
penyedia dari kebutuhan perumahan yang muncul di pusat kota karena perkembangan kota tersebut. Perkembangan kota dilihat dari aktivitas penduduk dan kegiatan-kegiatan kota dari tahun per tahun menimbulkan kebutuhan rumah kota yang dipenuhi di wilayah peri-urban. Demikian halnya dengan Kota Surakarta, perkembangan Kota Surakarta sebagai pusat pelayananan perdagangan dan jasa bagi seluruh wilayah Surakarta semakin meningkatkan kebutuhan akan rumah kota. Kebutuhan tersebut dipenuhi di wilayah peri-urban Kota Surakarta seiring dengan perkembangan kota yang semakin meluas sampai ke wilayah periurban kota. Dengan demikian, rumusan masalah yang ditentukan peneliti adalah Apakah perkembangan perumahan formal di daerah wilayah peri-urban menjadi upaya pemenuhan kebutuhan perumahan Kota Surakarta?
1.3
TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Penelitian Mengetahui perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta. PENDAHULUAN
commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.3.2 Sasaran Penelitian Teridentifikasinya
perkembangan
dan
kebutuhan
perumahan
Kota
Surakarta. Teridentifikasinya perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta. Teridentifikasinya hubungan antara perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban dan perkembangan Kota Surakarta. 1.3.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang peran wilayah peri-urban suatu kota terhadap pusat kota dalam pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat. Diharapkan pula bisa
menjadi rekomendasi dalam pengembangan perumahan
yang lebih baik.
1.4
BATASAN PENELITIAN
1.4.1 Batasan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah perumahan formal yang ada di wilayah peri-urban Kota Surakarta. Pemilihan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta karena perkembangan perumahan formal yang semakin menjamur di berbagai wilayah peri-urban Kota Surakarta. 1.4.2 Batasan Waktu Penelitian Waktu penelitian terkait kebutuhan data yang dicari dibatasi dalam jangka waktu pasca krisis moneter tahun 1999 sampai dengan saat ini. Krisis ekonomi tahun 1998 berdampak pada perkembangan properti di Indonesia termasuk juga Kota Surakarta dan wilayah peri-urban Kota Surakarta. Oleh karena itu perkembangan perumahan formal yang diteliti dalam penelitian ini dimulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2009. Dengan pemilihan rentang waktu tersebut dapat dilihat perkembangan perumahan formal pasca krisis ekonomi sehingga dapat diketahui pula waktu kebangkitan bisnis property pasca krisis ekonomi.
commit to user
PENDAHULUAN
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peta admin Kota solo dan wpu nya
commit to user PENDAHULUAN
20
perpustakaan.uns.ac.id
1.5
digilib.uns.ac.id
SISTEMATIKA PENULISAN Pada tahap pertama penelitian adalah penyusunan proposal penelitian yang
berisi tentang latar belakang penelitian tersebut dipilih sampai ke sasaran sasaran yang diambil dalam penelitian tersebut. Dijelaskan pula batasan
batasan
penelitian seperti batasan lokasi, waktu sampai pembahasan berikut dengan alasan alasan yang mendasari penentuan batasan
batasan tersebut.
Pada tahap kedua, terdapat eksplorasi pustaka yang meliputi teori beserta dengan kebijakan
kebijakan maupun peraturan
peraturan yang digunakan
dalam analisis penelitian. Teori beserta dengan kebijakan yang dimaksud antara lain tentang perkembangan kota dan perkembangan perumahan. Untuk perkembangan perumahan dilengkapi dengan syarat
syarat pembangunan
perumahan. Tahap ketiga dalam penelitian ini dirumuskan metode
metode untuk
melaksanakan penelitian dari metode pengumpulan data, pengambilan populasi dan sampel, metode analisis sampai sintesa yang disusun untuk menjawab sasaran penelitian dalam mengidentifikasi perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban baik dari segi kuantitas hunian dan kelengkapan sarana prasarana pendukung perumahan hingga mampu menjawab perkembangan perumahan formal tersebut dalam memenuhi kebutuhan hunian di Kota Surakarta. Tahap selanjutnya adalah penyusunan hasil penelitian yang berisi kompilasi data hasil dari data primer maupun data sekunder terkait perkembangan perumahan formal tersebut. Data
data yang disusun seperti data pembangunan
perumahan formal, penyediaan sarana prasarana pendukung perumahan di wilayah peri-urban sampai dengan jumlah penduduk dan ketersediaan rumah di Kota Surakarta. Pada tahap selanjutnya akan disajikan pembahasan hasil penelitian. Pembahasan didasarkan pada integrasi antara tinjauan pustaka dengan hasil penelitian yang didapat dari tahap sebelumnya. Pembahasan ini dilakukan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta dan perkembangan Kota Surakarta.
commit to user PENDAHULUAN
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Di akhir penelitian terdapat kesimpulan. Kesimpulan berisi ringkasan dari hasil penelitian yang memuat jawaban-jawaban dari sasaran penelitian, sekaligus saran atau masukan bagi perkembangan perumahan formal lainnya sehingga dapat berkembang lebih baik.
commit to user PENDAHULUAN
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PERKEMBANGAN KOTA DAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN 2.1
Perkembangan Kota dan Wilayah Peri-Urban
2.1.1
Perkembangan Kota Kota adalah permukiman dan kegiatan penduduk yang dicirikan oleh
batasan administratif yang diatur dalam peraturan perundangan serta didominasi oleh kegiatan produktif bukan pertanian (SNI 03-1733-2004). Menurut Budiharjo (1996:11) kota merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia yang paling rumit dan muskil sepanjang sejarah. Kota merupakan pusat perkembangan dalam suatu wilayah dimana pusat kota tumbuh dan berkembang lebih pesat dibandingkan dengan daerah sekelilingnya. (Edger, M. Hoover, 1977:85). Kota merupakan suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dengan penduduk yang heterogen kedudukan sosialnya (Daljoeni, 1998:28). Perkembangan kota dan pertumbuhan kota sangat dipengaruhi oleh faktor manusia, faktor kegiatan manusia dan faktor pola pergerakan manusia antar pusat kegiatan (Sutarjo, 1996:81). Secara teoritis terdapat tiga cara perkembangan kota (Zahnd, 1994:8) : Perkembangan horizontal, artinya daerah bertambah sedangkan ketinggian bangunan dan intensitas lahan terbangun tetap sama Perkembangan vertical, artinya daerah pembangunan dan kualitas lahan terbangun sama sedangkan ketinggian bertambah Perkembangan interstial, artinya daerah dan ketinggian bangunan
bangunan
rata tetap sama sedangkan kuantitas lahan terbangun bertambah. Pada umumnya suatu kota tumbuh dan berkembang karena kegiatan penduduknya, perkembangan kota dapat ditinjau dari beberapa aspek yang dapat menentukan pertumbuhan dan perkembangan suatu kota yaitu :
commit to user TINJAUAN PUSTAKA
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perkembangan penduduk perkotaan menunjukkan pertumbuhan dan intensitas kegiatan kota Kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh kota dapat menunjukkan adanya tingkat pelayanan bagi masyarakatnya. Tingkat investasi kota dimana hasilnya dapat menunjukkan tingkat pertumbuhan kota yang dapat tercapai dengan tingkat ekonomi yang tinggi. Perkembangan penduduk perkotaan menunjukkan pertumbuhan dan intensitas kegiatan kota. Jumlah penduduk di daerah perkotaan menunjukkan perkembangan yang makin meningkat karena daerah perkotaan mempunyai daya tarik yang kuat yaitu menjanjikan kesempatan kerja yang lebih luas, pendapatan yang lebih tinggi dan berbagai kemudahan lainnya yang beraneka ragam. (Adisasmita, 2005). Kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh kota dapat menunjukkan adanya tingkat pelayanan bagi masyarakatnya. Penyediaan sarana prasarana perkotaan diarahkan pada penyelenggaraan fungsi kota dan yang utama adalah pengadaan tempat tinggal, tempat bekerja, transportasi dan rekreasi. Ketersediaan sarana prasarana perkotaan ternyata tidak mampu mengimbangi kebutuhan karena lahan perkotaan semakin terbatas sedangkan perkembangan di daerah perkotaan berlangsing semakin pesat. (Adisasmita, 2005). Tingkat investasi kota dimana hasilnya dapat menunjukkan tingkat pertumbuhan kota yang dapat tercapai dengan tingkat ekonomi yang tinggi. Jika karakter fisik kota sudah semakin kompleks, maka faktor ekonomi sangat menentukan perkembangan kota. (Richardson, 1978). Peranan faktor ekonomi perkotaan menyebabkan suatu kota berkembang dengan cepat dibanding kota lainnya. (Chapin, 1972). Kota merupakan konsentrasi permukiman penduduk yang makin lama makin meluas. Umumnya konsentrasi permukiman penduduk di daerah perkotaan sangat tinggi kepadatannya dibandingkan dengan daerah perdesaan. Konsentrasi penduduk tersebut menimbulkan kebutuhan kuantitatif seperti perumahan, pendidikan, lapangan pekerjaan, kesehatan, rekreasi, fasilitas pelayanan kota seperti air minum, listrik, angkutan umum, komunikasi dan lain lain.
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perkembangan kota mencakup kegiatan pembangunan dan perkembangan kota itu sendiri untuk meningkatkan pelayanan dan perbaikan kondisi permukiman bagi penduduknya. Di samping itu juga mencakup kegiatan pelayanan bagi kawasan ekonomi
yang
dilayaninya
(hinterland).
Jadi
dapat
dikatakan
bahwa
perkembangan kota erat hubungannya dengan jumlah dan kepentingan penduduknya. (Adisasmita, 2005).
2.1.2
Perkembangan Wilayah Peri-Urban Wilayah peri urban adalah suatu lahan kedesaan yang di dalamnya sudah
muncul gejala kekotaan dimana lahan kedesaan tersebut sebenarnya belum masanya berubah menjadi lahan kekotaan, namun karena suatu keadaan yang terpaksa dalam tanda petik, lahan terbseut telah berubah menjadi lahan kekotaan. (Singh, 1967 dalam Yunus, 2008). Pada tahun yang sama
menurut Dickinson dalam Yunus, 2008
menyatakan bahwa wilayah peri urban sebagai suatu daerah kedesaan yang di dalamnya telah terjadi pembangunan pembangunan perumahan, industri industri, perkantoran perkantoran yang bersifat kekotaan. Permukiman yang dibangun bukan untuk petani, namun mereka yang bekerja di kota. Demikian pula dengan industri, kompleks perkantoran, pendidikan dan lain sebagainya mempunyai orientasi pemanfaatan ke sektor kekotaan. Daerah sekitar kota atau wilayah Peri Urban merupakan wilayah yang berada antara wilayah kekotaan dan wilayah kedesaan. Identifikasi wilayah Peri Urban memang diidentifikasi dari dimensi fisikal karena dari dimensi non fisikal sulit untuk diidentifikasi. Dari segi fisik morfologi wilayah kekotaan adalah suatu wilayah yang didominasi pada penggunaan lahan non pertanian sedangkan untuk wilayah kedesaan didominasi pada penggunaan lahan pertanian. Untuk memudahkan identifikasi wilayahnya, WPU dapat dikenali dari batas terluar lahan terbangun suatu kota yang kompak dengan lahan kekotaan utama dan ditandai oleh 100% kenampakan pemanfaatan lahan non agraris sampai ke wilayah yang 100% pemanfaatannya adalah lahan agraris. Disanalah WPU berada dimana di
commit to user TINJAUAN PUSTAKA
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalamnya terdapat percampuran bentuk pemanfaatan lahan kekotaan di satu sisi dan lahan non agraris di sisi lain. (Yunus, 2008 : 11)
2.1.3
Aktivitas Masyarakat di Wilayah Peri-Urban terhadap Pusat Kota Di bagian wilayah peri urban khususnya yang terletak dekat dengan lahan
kekotaan terbangun merupakan sasaran pendatang pendatang baru untuk bertempat tinggal, baik pendatang dari bagian dalam kota maupun pendatang dari bagian yang lebih jauh dari itu. Makin dekat dengan lahan terbangun, makin banyak jumlah pendatang. Bagi migran yang berasal dari dalam kota, wilayah peri urban merupakan daerah yang menarik untuk menjadi tempat tinggal karena menawarkan tingkat kenyamanan dan privacy yang tinggi. Sementara itu bagi migran luar kota, wilayah peri urban adalah lokasi yang tepat untuk memperoleh lokasi tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja. (Yunus, 2008)
spasial horizontal utama yang berpengaruh dalam perkembangan wilayah peri urban, tiga kekuatan tersebut antara lain Kekuatan sentrifugal adalah kekuatan kekuatan yang menyebabkan terjadinya gerakan sentrifugal gerakan. Gerakan sentrifugal adalah gerakan penduduk dan fungsi fungsi yang berasal dari bagian dalam suatu wilayah menuju ke bagian luarnya. o Kekuatan pendorong gerakan sentrifugal dari pusat kota, antara lain tingginya kepadatan penduduk tingginya kepadatan permukiman tingginya polusi udara, air dan sosial tingginya tingkat kriminalitas banyaknya peraturan peraturan yang mengikat tingginya kepadatan dan frekuensi kemacetan lalu lintas kurang dan tingginya harga lahan tingginya suhu udara kurang terjaminnya privacy
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
o Kekuatan penarik gerakan sentirfugal dari pinggiran kota, antara lain : rendahnya kepadatan penduduk rendahnya kepadatan permukiman rendahnya polusi udara, air dan sosial rendahnya tingkat kriminalitas sedikitnya peraturan peraturan yang mengikat rendahnya kepadatan dan frekuensi kemacetan lalu lintas banyak dan rendahnya harga lahan rendahnya suhu udara lebih terjaminnya privacy Kekuatan sentripetal adalah kekuatan kekuatan yang mengakibatkan gerakan penduduk dan atau fungsi fungsi yang berasal dari bagian luar kota menuju ke bagian dalamnya. o Kekuatan pendorong gerakan sentripetal, antara lain kurangnya fasilitas kehidupan (sosial, ekonomi) kurang terjaminnya keamanan rendahnya penghasilan rendahnya prestige rendahnya aksesibilitas rendahnya kesempatan kerja jauhnya dari kersempatan kerja o Kekuatan penarik gerakan sentripetal, antara lain : banyaknya fasilitas kehidupan (sosial, ekonomi) lebih terjaminnya keamanan tingginya penghasilan tingginya prestige tingginya aksesibilitas banyaknya kesempatan kerja dekatnya dari kersempatan kerja Kekuatan lateral adalah kekuatan yang mengakibatkan gerakan lateral penduduk dan atau fungsi yang berlangsung di dalam satu subzona yang sama
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan mempunyai jarak ke lahan terbangun utama maupun ke pusat kota yang relatif sama. o Kekuatan pendorong gerakan lateral keberadaan peraturan / kebijakan keruangan tertentu yang tidak memberikan kenyamanan bertempat tinggal atau menghambat kegiatan keberadaan fasilitas permukiman yang kurang kondisi fisiografi mikro / makro yang menyulitkan / menghambat kegiatan / tidak memberikan kenyamanan untuk bertempat tinggal kondisi aksesibilitas fisik atau non fisik yang tidak memberikan suasana kondusif baik untuk tempat tinggal maupun untuk melaksanakan kegiatan. kondisi sosial budaya yang tidak memberikan kenyamanan bertempat tinggal atau menghambat kegiatan. o Kekuatan penarik gerakan lateral keberadaan peraturan / kebijakan keruangan tertentu yang dianggap akan memberikan
kenyamanan
bertempat
tinggal
atau
memperlancar
kegiatan. keberadaan fasilitas permukiman maupun fasilitas pendukung kegiatan yang dianggap cukup. kondisi fisiografi mikro / makro yang memberikan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan
/ memberikan kenyamanan untuk bertempat
tinggal. kondisi aksesibilitas fisik atau non fisik yang memberikan suasana kondusif baik untuk tempat tinggal maupun untuk melaksanakan kegiatan. kondisi sosial budaya yang memberikan kenyamanan bertempat tinggal atau memperlancar kegiatan.
commit to user TINJAUAN PUSTAKA
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2
Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban
2.2.1
Pengertian Perumahan Formal Perumahan terbagi atas perumahan formal dan non formal. Menurut
Deputi Bidang Perumahan, Perumahan formal adalah perumahan yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Pengertian perumahan yang ada di dalam Undang
Undang Nomor 1
Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menjelaskan bahwa perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Menurut Charles Abrams melalui Kuswartojo (2005:3) Perumahan bukan hanya lindungan, tetapi merupakan bagian dari kehidupan komunitas dan keseluruhan lingkungan sosial. Perumahan sesungguhnya berkaitan erat dengan industrialisasi, aktivitas ekonomi dan pembangunan. Keberadaan perumahan juga ditentukan oleh perubahan sosial, ketidakmatangan saran hukum, politik dan administrasi serta berkaitan pula dengan kebutuhan akan pendidikan. Perumahan juga menghadapi persoalan penempatan peranan pihak swasta, peranan pemerintah, pembiayaan dan kebijakan transportasi. White dalam Chatanese dan Snyder (1992:391) menjelaskan secara tradisional perumahan adalah tempat berlindung, tetapi secara modern selain digunakan sebagai tempat berlindung perumahan juga digunakan sebagai tempat melayani berbagai kebutuhan seperti memasak, makan, bekerja, tidur dan rekreasi. Perumahan merupakan tempat bermukim dan pintu masuk ke dunia yang menjanjikan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Yudohusodo
(1991:6)
menyatakan
bahwa
perumahan
merupakan
kebutuhan dasar manusia yang sifatnya struktural, merupakan bagian dari peningkatan kualitas kehidupan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu pembangunan perumahan bukan hanya berupaya untuk mencapai sasaran kuantitatif saja tetapi juga yang sangat penting adalah memperhatikan pencapaian sasaran kualitatif berupa aspek peningkatan sosial ekonomi penghuni pasca pembangunan perumahan. TINJAUAN PUSTAKA
commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.2
digilib.uns.ac.id
Syarat Pembangunan Perumahan Formal Dalam membangun perumahan diperlukan persyaratan-persyaratan yang
harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan-ketentuan pemerintah maupun teori-teori yang ada. Menurut Sastra dan Marlina (2005:25), peraturan-peraturan dan arahan dalam membangun perumahan antara lain : Tuntutan kesesuaian peruntukan lahan, dibutuhkan untuk menjamin terciptanya daya dukung lingkungan yang optimal. Semua pembangunan harus disesuaikan dengan peruntukan lahannya, tidak hanya perumahan tetapi juga untuk perdagangan, industri dan lain-lain. Konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan, dilakukan untuk mendukung daya dukung lingkungan. Konsep pola hunian 1 : 3 : 6, yang merupakan konsep wajib dari pemerintah bagi pihak pengembang yang akan membangun proyek hunian berskala kota dalam satu lokasi yaitu membangun hunian dengan perbandingan satu rumah mewah, tiga rumah menengah dan enam rumah sederhana dan sangat sederhana. Konsep bangunan 60% : 40%, merupakan peraturan yang harus dipenuhi pengembang yaitu membagi daerah antara luasan hunian sebesar 60% dan luasan wilayah terbuka sebesar 40%. Rencana sarana dan prasarana perumahan, syarat yang harus dipenuhi oleh pengembang sesuai dengan klasifikasi perumahan yang dibangun agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga. Legalitas perusahaan, sangat dibutuhkan bagi para pengembang yang akan membangun perumahan di suatu kawasan. Pengembang secara yuridis harus berbadan hukum
untuk menjamin kelancaran operasional perusahaan,
menjamin kewajiban dan tanggungjawab perusahaan terhadap konsumen. Perizinan proyek, merupakan kewajiban lain yang harus ditaati pengembang, yang meliputi izin penggunaan dan peruntukan tanah (IPPT), izin penetapan lokasi (IPL), pengajuan dan pengesahan site plan, izin mendirikan bangunan (IMB) dan pengesahan sertifikat tanah.
commit to user TINJAUAN PUSTAKA
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peraturan lainnya adalah peraturan berdasarkan Petunjuk Rencana Kawasan Perumahan Kota yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum Tahun 1987, kawasan perumahan harus memenuhi persyaratan dasar untuk pengembangan kota, yakni : Aksesibilitas dimaksudkan sebagai kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan perumahan dalam bentuk jalan dan transportasi Kompatibilitas dimaksudkan sebagai keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang menjadi lingkungannya Fleksibilitas dimaksudkan sebagai kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran kawasan perumahan
dikaitkan
dengan kondisi fisik
lingkungan dan
keterpaduan prasarana Ekologi dimaksudkan sebagai keterpaduan antara tata kegiatan alam yang mewadahinya. Sedangkan prasarana dan sarana yang perlu disediakan dalam suatu lingkungan perumahan adalah : Tabel 2.1. Prasarana dan Sarana dalam Suatu Lingkungan Perumahan Prasarana Sarana Air bersih dan listrik Pendidikan mulai dari Taman Pembuangan air hujan dan air Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, kotor (limbah) Jalan lingkungan Sekolah Menengah Umum Pembuangan sampah Kesehatan, meliputi Balai Pengobatan, Rumah Sakit Bersalin, Puskesmas, Praktek Doktes dan Apotik Perniagaan dan industry Pemerintahan dan pelayanan umum Kebudayaan dan rekreasi Peribadatan Olahraga dan taman Sumber : DPU : Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota, 1987
2.2.3
Pemilihan Lokasi Perumahan Formal
Beberapa hal yang terdapat pada sistem permintaan perumahan (Sastra, 2005:78) adalah sebagai berikut :
commit to user TINJAUAN PUSTAKA
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kebutuhan Kebutuhan akan perumahan merupakan kebutuhan pokok yang bersifat obyektif, sama untuk semua orang. Tingkat intensitas dan arti penting kebutuhan perumahan menurut Maslow dimulai dari yang terbawah sebagai berikut : o Rumah memberikan perlindungan terhadap gangguan alam dan binatang, berfungsi sebagai tempat istirahat, tidur dan pemenuhan fungsi badani. o Rumah harus bisa menciptakan rasa aman, sebagai tempat menjalankan kegiatan ritual, penyimpanan harta milik yang berharga, menjamin hak pribadi. o Rumah memberikan peluang untuk interaksi dan aktivitas komunikasi yang akrab dengan lingkungan sekitar. o Rumah memberikan peluang untuk tumbuhnya harga diri o Rumah sebagai aktualisasi diri dalam bentuk pewadahan kreativitas dan pemberian makna bagi kehidupan yang pribadi. Permintaan Permintaan akan perumahan merupakan kebutuhan khusus yang bersifat subyektif dan berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : o Kondisi sosial Pola hidup sehari
hari suatu masyarakat akan membentuk karakter tertentu
yang dapat mempengaruhi cara pandang seseorang yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi pertimbangan
pertimbangannya dalam memilih
lokasi dan lingkungan sosial untuk huniannya. o Kondisi ekonomi Lokasi, ukuran bangunan serta kualitas bangunan sangat berpengaruh terhadap nilai ekonomi sebuah bangunan. Pembelian sebuah rumah selalu didasarkan pada aspek tersbeut bila ditinjau dari kondisi ekonomi pembeli. o Kondisi budaya Latar belakang budaya masyarakat pada umumnya sangat berpengaruh terhadap pemilihan terhadap hunian. Budaya berpengaruh terhadap pola dan
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cara hidup, pola dan cara berfikir serta adat kebiasaan yang dianut masyarakat. Perasaan membutuhkan Perasaan membutuhkan harus diimbangi dengan kemampuan dan keinginan untuk memiliki, menyewa dan menumpang. Untuk memenuhi kebutuhan perumahan ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain: o swasta (pengembang) o demand (permintaan), merupakan animo permintaan masyarakat yang biasanya selali menunjukkan supply (penawaran), merupakan kemampuan penyedia rumah yang realisasinya dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan pihak angka yang lebih tinggi disbanding tingkat penawaran yang ada (supply). Dalam melakukan pembelian rumah, masing-masing pembeli mempunyai selera yang berbeda-beda dalam menentukan tempat huniannya. Cahyana dan Sudaryatmo (2002. p.6l) menjelaskan, fitur-fitur umum yang diinginkan antara lain: Lokasi aksesibel Lokasi yang aksesibel memungkinkan seseorang mudah menjangkau tempat lain, mtsalnya tempat kerja. Kalau terpenuhi maka akan tercipta kenyamanan karena waktu di perjalanan ke dan dari ke tempat kerja menjadi lebih singkat. Ruang standar Kebutuhan ini tergantung pada jumlah anggota keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar ruang yang dibutuhkan. Standar WHO menetapkan satu orang membutuhkan ruang 10 meter persegi Ruang tambahan Selain untuk kebutuhan anggota keluarga dalam membeli rumah ada kemungkinan diperlukan ruang lain untuk pembantu rumah tangga atau ruang lidur tambahan untuk tamu Fasilitas Fasilitas ini mencakup kebutuhan sosial dan rekreasi, seperti kolam renang, lapangana tennis, atau ruang rekreasi lainnya
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Prestise Banyak orang memilih tinggal di jenis hunian atau lokasi tertentu karena alasan psikologis. Hal ini berkaitan dengan fungsi sosial rumah sebagai simbol status dan ukuran kemakmuran seseorang Posisi Di lokasi yang sama, setiap orang memiliki keinginan khusus dalam menentukan pilihan huniannnya, misalnya yang kena sinar matahari secara langsung, memiliki pemandangan tertentu. serta menghadap arah mata angin tertentu yang kadang dikaitkan dengan fengshui. Disamping faktor - faktor diatas, ada beberapa faktor yang umumnya diperhatikan oleh konsumen dalam membeli rumah di perumahan. (Astudio,2006), yaitu: Harga Harga sebuah rumah selalu berbanding lurus dengan fasilitas didalam dan diluar rumah yang dikembangkan oleh pengembang. Bila fasilitas-fasilitasnya lengkap, tentu saja harganya lebih mahal. Biasanya, lokasi juga menentukan harga rumah. Harga properti menurut Wurtzebach dan Miles (1993) adalah sejumlah uang yang dibayarkan, diminta, atau ditawarkan untuk kepemilikan sebuah properti, yang dalam penelitian ini berupa rumah maupun kavling. Karena kemampuan finansial, motivasi, atau kepentingan khusus dari seorang penjual atau pembeli, harga yang dibayarkan atas sebuah properti dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan nilai properti yang bersangkutan. Meskipun demikian, harga biasanya merupakan indikasi atas nilai dari properti oleh pembeli tertentu dan penjual tertentu dalam kondisi yang tertentu pula. Lokasi Lokasi perumahan juga faktor penting dalam pemilihan rumah yang akan dibeli oleh calon. Lokasi menurut Dasso dan Ring (1989) adalah suatu ketetapan dan menyangkut hubungan dengan suatu properti Lokasi yang lebih prestisius atau strategis menuntul harga yang lebih mahal, namun demikian itu bukanlah masalah bagi sebagian orang bila mereka memang mempunyai cukup uang. Kau dan Sirmans (1985) menjelaskan lokasi yang tepat untuk hunian maupun komersial sangatlah penting, karena dengan memilih lokasi yang tepat maka
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemilik mengharapkan kenaikan nilai propertinya. Pemilihan lokasi properti yang tidak tepat dapat mengakibatkan penurunan nilai dan potensi jual di masa mendatang. Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi yang strategis adalah: o Demographics, yaitu jumlah penduduk yang tinggal di sekitar perumahan o Pendapatan rata-rata masyarakat yang tinggal di sekitar perumahan o Pertumbuhan penduduk di sekitar perumahan o Convenience, yaitu lokasi yang mudah dijangkau o Accessibility yaitu lokasi dapat dicapai dengan sarana transportasi yang ada o Visibility, yaitu lokasi tersebut mudah dilihat Desain Desain adalah salah satu faktor penting dalam pengembangan sebuah perumahan. Pada saat ini banyak sekali perumahan yang dibangun dengan sebuah tenia atau beberapa tema sekaligus. Sebut saja tenia kampung bali, tema eropa, tenia minimalis, tema mediterania, tema tradisional jawa dan sebagainya. Fasilitas Fasilitas apa saja yang ada dalam perumahan yang ditawarkan pengembang. Adapun fasilitas-fasilitasnya adalah: o Berapa lebar jalan, maksudnya lebar jalan dan kondisi jalan di depan rumah merupakan hal yang cukup penting dan diperhatikan oleh calon pembeli. Disini terkandung pengertian bahwa kenyamanan itu penting dan bukan hal yang bisa disepelekan. Lebar jalan bisa dikategorikan sebagai jalan kelas I (bila lebamya tidak kurang dari 50 meter), jalan kelas 2 (bila lebarnya antara 30 - 50 meter), jalan kelas 3 (bila lebarnya antara 12-30 meter), dan jalan kelas empat (bila lebarnya kurang dari 12 meter). Kriteria ini bisa sangat bervariasi tergantung dari tipe perumahan, kota, dan peruntukan golongan ekonomi yang mana sebuah perumahan dibangun. Semakin lebar jalan, maka semakin leluasa dan lega perasaan penghuni. o Keamanan, maksudnya keamanan lingkungan semakin diperhatikan sejalan dengan kesuksesan seseorang. Apalagi pada masa sekarang ini, dimana
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keamanan dikota-kota besar semakin berkurang dan tingkat kejahatan semakin tinggi. Sistem keamanan terpadu dalam sebuah perumahan adalah ha! yang sangat penting untuk dikembangkan. o Fasilitas penunjang kenyamanan dan kemudahan lain seperti pertokoan, pusat kebugaran, arena olahraga, rekreasi dan sebagainya. Semakin tinggi kualitas dan kuantitas fasilitas kenyamanan dan kemudahan ini, semakin tinggi pula nilai jual dan lingkungan sebuah perumahan. o Fasilitas didalam rumah, maksudnya fasilitas dalam rumah seperti berapa jumlah kamar mandi, kamar tidur, serta ruang-ruang dan kelengkapan seperti kolam renang, kolam ikan dan lain-lain patut juga dipertimbangkan dalam desain sebuah rumah untuk meningkatkan kualitasnya.
2.2.4
Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban Menurut Yunus (2005), dampak transformasi spasial terhadap lahan
permukiman salah satunya adalah pertambahan luas lahan permukiman. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan gejala pertambahan jumlah penduduk di wilayah peri-urban. Bagian wilayah peri-urban yang terletak dekat dengan lahan kekotaan terbangun merupakan sasaran pendatang
pendatang baru untuk
bertempat tinggal, baik pendatang dari bagian dalam kota maupun pendatang dari bagian yang lebih jauh dari itu. Bertambahnya luas lahan permukiman, ada dua hal yang merupakan penyebab utamanya, yaitu bertambahnya permukiman yang dibangun perorangan dan permukiman yang dibangun oleh pengembang. Pembangunan
permukiman
yang
dibangun
perorangan
hanya
membutuhkan areal yang sempit dan bersifat sporadis, proses pembangunan berlangsung dalam waktu yang menerus. Sedangkan untuk permukiman yang dibangun oleh developer membutuhkan areal yang lebih luas dalam satuan yang kompak dan berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Indikator perkembangan lokasi perumahan adalah kondisi-kondisi lokasi yang dapat diukur obyektif. Dalam pengertian yang luas, lokasi perumahan dapat dianggap sebagai segala sesuatu di luar diri manusia (orang). Indikator perkembangan lokasi perumahan antara lain adalah : (Lester W. Milbrath. 1979)
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jumlah rumah luas lokasi perumahan supply dan demand perumahan luas lokasi pertanian yang beruban fungsi pola perkembangan lokasi perumahan
2.3
Variabel Penelitian Menurut (Masyhuri dan Zainuddin, 2008) mengatakan bahwa variabel
adalah konsep yang mempunyai nilai, sesuatu yang berubah
ubah atau tidak
tetap, dapat juga diartikan sebagai konsep dalam bentuk kongkrit atau bentuk operasional. Guna mengoperasionalkannya, maka variabel harus dijelaskan parameter atau indikatornya. Di dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel Perkembangan Kota Surakarta dan variabel Perkembangan Perumahan Formal Wilayah Peri Urban. Untuk setiap variabel dijelaskan dalam setiap indikator, seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 2.2. Indikator Penelitian No Indikator Keterangan Perkembangan Kota Surakarta 1 Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk suatu kota menunjukkan perkembangan dan intensitas kegiatan kota karena penduduk merupakan pelaku dari sebuah kegiatan. Dimana pertumbuhan yang tinggi akan berdampak pada kebutuhan perumahan yang semakin tinggi pula. 2 Pertumbuhan Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan jumlah Perumahan rumah di kota. Identifikasi pertumbuhan perumahan digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan rumah dalam suatu kota dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk yang ada. Kebutuhan perumahan kota mengindikasikan adanya demand perumahan.
Sumber Sastra dan Marlina, 2005
Sastra dan Marlina, 2005 Lester, 1979
commit to user TINJAUAN PUSTAKA
24
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
Penggunaan Lahan
Perkembangan suatu kota dilihat dari luas penggunaan lahan terbangun dan non terbangun, luas lahan tiap sektor kegiatan kota sehingga didapatkan pola perkembangan kota dan sektor yang berkembang di kota tersebut. Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban Pertumbuhan jumlah perumahan di 1. Pertumbuhan jumlah perumahan wilayah peri urban dipengaruhi oleh seberapa besar permintaan dari masyarakat dan penawaran dari pihak pembangun. Pembangunan unit rumah merupakan supply perumahan yang disediakan. Dengan besaran jumlah unit rumah yang dibangun, besaran supply rumah dan luasan lokasi perumahan yang dibangun dapat menjadi indikator perkembangan perumahan formal di suatu lokasi. 2. Pemilihan Lokasi Perkembangan perumahan juga dipengaruhi oleh pertimbanganPerumahan pertimbangan calon konsumen perumahan yang didasarkan pada kelebihan yang dimiliki perumahan tersebut sehingga semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk tinggal di suatu perumahan, semakin berkembang perumahan tersebut.
Zahnd, 1994 Adisasmita, 2005
Sastra dan Marlina, 2005 Yunus, 2008 Lester, 1979.
Sastra dan Marlina, 2005 Cahyana, 2002 Astudio, 2006
Sumber : Analisis Penulis
commit to user TINJAUAN PUSTAKA
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KERANGKA PIKIR
Perkembangan Kota
Sarana prasarana
Ekonomi
Perkembangan WPU
Penduduk
Ekonomi
Pertumbuhan jumlah pekerja kota
Sarana prasarana
Penduduk
Perumahan
Perumahan Non Formal
Penggunaan lahan kota meningkat, harga lahan semakin mahal Kepadatan penduduk dan bangunan meningkat Kota semakin ramai, kota menjadi tidak nyaman untuk lokasi tempat tinggal
Perumahan Formal
Kebutuhan rumah kota meningkat Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Pemilihan lokasi perumahan di WPU
Perumahan formal di WPU dibangun untuk memenuhi kebutuhan rumah kota
commit to user TINJAUAN PUSTAKA
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian, sedangkan prosedur penelitian membicarakan urutan kerja penelitian dan teknik penelitian membicarakan alat
alat yang digunakan dalam mengukur atau
mengumpulkan data penelitian. Dengan demikian, metode penelitian melingkupi prosedur dan teknik penelitian. (Hasan, 2002)
3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian an
dengan penghitungan jumlah pembangunan perumahan beserta dengan kebutuhan sarana prasarana di wilayah peri urban Kota Surakarta untuk memenuhi kebutuhan perumahan di Kota Surakarta seiring dengan pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data
data angka yang diolah secara statitiska. Dengan penelitian ini akan
dihasilkan signifikansi perbedaan antar kelompok dan hubungan antar variabel. Dalam penelitian kuantitatif diupayakan analisis menggunakan ukuran frekuensi symbol atau atribut atau menggunakan bilangan angka agar mengandung makna yang lebih tepat daripada menggunakan kata bertambah, berkurang dan lain
kata, lebih, kurang, lebih kurang,
lain. (Sudjana, 2001).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Penelitian deskriptif sekurang kurangnya terdapat satu variable atau lebih yang harus diuraikan secara rinci satu per satu dari setiap variable (Kountur:2004, 53). Dengan penelitian deskriptif ini akan dicapai suatu uraian dari pengolahan data yang menggambarkan dan menjelaskan perkembangan
commit to user METODE PENELITIAN
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perumahan formal di lokasi penelitian untuk mencukupi kebutuhan rumah di Kota Surakarta.
3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008). Di dalam sebuah penelitian, peneliti tidak mungkin mempelajari semua populasi yang ada dikarenakan keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Oleh karena itu dibutuhkan adanya pemilihan sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2008). Terdapat dua populasi dalam penelitian ini, yaitu populasi untuk lokasi penelitian dan populasi masyarakat yang tinggal di lokasi penelitian. Populasi untuk lokasi penelitian adalah semua perumahan formal dibangun di wilayah periurban Kota Surakarta sedangkan populasi masyarakatnya adalah masyarakat yang tinggal di masing-masing perumahan formal tersebut. 3.2.2 Sampel Sampel Lokasi Penelitian Pengambilan sampel lokasi penelitian (area sampling) adalah dengan menggunakan metode purposive sampling. Pemilihan menggunakan purposive sampling didasarkan pada sifat-sifat yang sesuai dengan sifat-sifat populasi. Pengambilan sampel lokasi dalam penelitian ini berdasarkan pertimbanganpertimbangan yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Populasi lokasi penelitian adalah seluruh wilayah peri urban Kota Surakarta yang terdiri dari beberapa kabupaten, yakni Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali. Populasi lokasi penelitian memang tidak dibatasi secara admistratif karena batasan wilayah yang termasuk dalam wilayah peri-urban tidak dibatasi secara administratif melainkan batas fisik penggunaan lahan dalam wilayah tersebut. Akan tetapi untuk memudahkan proses penelitian dalam rangka penentuan sampel lokasi penelitian beserta dengan proses
commit to user METODE PENELITIAN
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengambilan data, maka populasi lokasi penelitian menggunakan batas administrasi wilayah. Populasi lokasi penelitian yaitu seluruh wilayah peri-urban Kota Surakarta dimana di dalam seluruh wilayah tersebut telah berkembang beberapa perumahan formal. Perumahan formal yang terlihat berkembang pesat di wilayah peri-urban Kota Surakarta diantaranya adalah di Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar, dimana di kedua kabupaten tersebut berkembang dengan beberapa persamaan dan perbedaan. Di
keduanya
sama sama
berkembang
perumahan
formal
dengan
kelengkapan sarana prasarana pendukung perumahan, dengan peruntukan hunian masyarakat yang beraktivitas di Kota Surakarta. Akan tetapi bila diamati lebih lanjut dalam pengamatan pra
penelitian, terlihat adanya perbedaan dalam
pembangunan sarana prasarana di kedua kabupaten tersebut. Untuk kondisi sarana prasarana perumahan di Kecamatan Jaten dan Colomadu dengan Kecamatan Gondangrejo yang termasuk Kabupaten Karanganyar sangat berbeda. Di Kecamatan Jaten dan Colomadu diarahkan untuk pembangunan permukiman perkotaan sedangankan Kecamatan Gondangrejo adalah permukiman perdesaan sehingga menyebabkan perbedaan dalam penyediaan dan kualitas sarana prasarana di perumahan tersebut. Untuk Kabupaten Sukoharjo diantaranya adalah perumahan di Kecamatan Mojolaban, Grogol, Baki dan Kartasura yang semuanya diarahkan untuk permukiman perkotaan. Akan tetapi untuk Kecamatan Mojolaban dan Baki, aspek pertanian masih diunggulkan, untuk Kecamatan Kartasura bidang perdagangan dan jasa menjadi andalan dan fungsi utama di kecamatan tersebut, sedangkan untuk Kecamatan Grogol diarahkan menjadi Kota Baru sebagai Kota Satelit dari Kota Surakarta sehingga pembangunan perumahan di kecamatan tersebut diperhatikan secara lebih terencana. Dengan demikian diambil dua sampel wilayah penelitian yaitu Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo dengan mempertimbangkan beberapa alasan di atas. Pengambilan kedua sampel lokasi tersebut karena peneliti ingin mengeksplorasi pembangunan
commit to user
METODE PENELITIAN
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di kedua wilayah yang berbeda karakteristiknya. Dengan demikian heterogenitas perumahan formal yang dibangun di wilayah peri-urban lainnya dapat dilihat dari kedua sampel lokasi penelitian tersebut. Sampel Responden Penentuan sampel selanjutnya adalah sampel untuk populasi masyarakat yang tinggal di lokasi penelitian yaitu masyarakat yang menghuni perumahan formal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo. Obyek yang diteliti dalam setiap populasi adalah kecenderungan aktivitas masyarakat sehari Surakarta atau di wilayah masing
hari, apakah di Kota
masing serta alasan pemilihan lokasi pendapat
masyarakat di perumahan formal tempat mereka tinggal saat ini. Sedangkan sampel untuk populasi ini diambil dengan teknik accidental sampling. Teknik adccidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2004:77). Pemilihan penggunaan teknik sampling ini karena populasi dianggap homogen oleh peneliti, sehingga semua anggota di dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Meskipun secara accidental, tetapi tetap memperhatikan keseimbangan jumlah sampel. Dalam penelitian ini akan diambil responden yang tinggal dalam beberapa unit rumah yang terbagi dalam type rumah kecil, sedang dan besar. Berdasarkan type rumah tersebut, maka jumlah responden untuk setiap type rumah juga diseimbangkan berdasarkan standart pola hunian (1:3:6). Untuk penentuan jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini, menurut Yamane, 1967 : n
N Nd 2
1
Keterangan : n
= jumlah sampel
N
= jumlah populasi
d
= presisi (1%, 5%, 10%)
commit to user METODE PENELITIAN
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan populasi yang sangat banyak dan waktu yang terbatas maka presisi yang digunakan dalam penghitungan jumlah sampel penelitian ini adalah 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dengan jumlah tersebut sudah dapat menjawab kebutuhan data yang sudah dapat mewakili populasi. Jumlah sampel responden di Kecamatan Grogol Dengan menggunakan rumus di atas, maka jumlah sampel respondennya adalah sebagai berikut : Diketahui
: n
= jumlah sampel
N
= jumlah unit rumah di perumahan Kecamatan Grogol, 10.400 unit (sumber : DPU Kabupaten Sukoharjo)
d n
=
= 10%
N Nd 2
1
10.400 = 10.400 0,1
2
1
10.400 = 104,00 1 =
10.400 105,00
= 99,047 dibulatkan menjadi 100 responden Untuk responden di type rumah besar n
1 100responden 10responden 10
Untuk responden di type rumah sedang n
3 100responden 30responden 10
Untuk responden di type rumah kecil n
6 100responden 60responden 10
Jumlah sampel responden di Kecamatan Gondangrejo
commit to user METODE PENELITIAN
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan menggunakan rumus di atas, maka jumlah sampel respondennya adalah sebagai berikut : Diketahui
:
n
= jumlah sampel
N
= jumlah unit rumah di perumahan Kecamatan Gondangrejo 2.765 unit (sumber : DPU Kabupaten Karanganyar)
d n
=
= 10% N Nd 2
1
=
2.873 2 2.873 0,1
=
2.873 28,73 1
=
2.873 29,73
1
= 96,636 dibulatkan menjadi 97 responden Untuk responden di type rumah besar n
1 97responden 9,7 10responden 10
Untuk responden di type rumah sedang n
3 97responden 29,1 29responden 10
Untuk responden di type rumah kecil n
6 97responden 58,2 10
58responden
commit to user METODE PENELITIAN
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peta administrasi sampel lokasi penelitian
commit to user METODE PENELITIAN
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peta administrasi Grogol
commit to user METODE PENELITIAN
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peta Admin. Gondangrejo
commit to user METODE PENELITIAN
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mengacu pada indikator indikator penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya,. Data yang telah terkumpul digunakan sebagai bahan analisis pada tahap selanjutnya. Kebutuhan data
data
tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Kebutuhan Data Jenis Data No Kebutuhan Data
Primer Sekunder
Sumber Data
Perkembangan Kota 1 Data jumlah penduduk BPS Kota Kota Surakarta tahun Surakarta 1999 2009 2 Data jumlah sarana permukiman Kota BPS Kota Surakarta tahun 1999 Surakarta 2009 3 Data penggunaan lahan BPS Kota Kota Surakarta tahun Surakarta 1999 2009 Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban 1 Data pembangunan DPU dan UPT perumahan formal tahun Kabupaten 1999 2009 Sukoharjo dan Karanganyar, survey lapangan. 2 Data lokasi bekerja Survey masyarakat perumahan Lapangan Kecamatan Grogol dan Gondangrejo. 3 Data pemilihan lokasi Survey perumahan oleh Lapangan masyarakat
Teknik Pengumpulan Data
Studi Literatur
Studi Literatur
Studi Literatur
Studi Literatur, Observasi
Wawancara, Observasi Wawancara, Observasi
Sumber : Penulis
Untuk mengumpulkan beberapa data sesuai dengan kebutuhan data dalam penelitian ini, digunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain : 3.3.1 Studi Literatur Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data dari berbagai literature atau dokumen dari instansi METODE PENELITIAN
instansi terkait baik pemerintah maupun swasta.
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Studi literatur dapat dilakukan dari arsip, dokumen, buku, artikel, maupun penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya. Untuk penelitian ini studi literatur akan dilakukan di instansi
instansi terkait seperti BPS Kota Surakarta,
BPS Kabupaten Sukoharjo, BPS Kabupaten Karanganyar, DPU Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar, UPT Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar.
3.3.2 Observasi Observasi adalah proses pengumpulan data secara langsung oleh peneliti dengan mengamati kondisi atau kejadian yang dibutuhkan dalam penelitian. Untuk penelitian ini, observasi digunakan untuk mengamati kondisi sarana prasarana perumahan di setiap lokasi penelitian.
3.3.3 Wawancara Wawancara
adalah
teknik
pengumpulan
data
dengan
mengajukan
pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di perumahan formal Kecamatan Grogol dan Gondangrejo. Penelitian ini menggunakan instrument kuesioner dalam teknik wawancara ini. Pengumpulan data dalam wawancara ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan sehari
hari masyarakat di lokasi penelitian serta faktor-
faktor pemilihan lokasi perumahan oleh masyarakat yang digunakan untuk proses analisis sebagai data yang di trianggulasikan dengan teori. Data yang diperoleh untuk menjawab keterkaitan antara variabel perkembangan Kota Surakarta dengan perkembangan perumahan formal di wilayah peri urban Kota Surakarta.
3.4. Teknik Analisis Data Menurut
Moleong
(2010:280),
analisis
data
adalah
proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.4.1 Analisis Perkembangan Kota Surakarta
commit to user
METODE PENELITIAN
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perkembangan suatu kota diukur dari berbagai aspek pengisi kota tersebut baik dari jumlah penduduk, kegiatan penduduk maupun kesejahteraan penduduk tersebut. Dalam penelitian ini analisis perkembangan Kota Surakarta dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduk serta kegiatan penduduk yang diwadahi dalam penyediaan sarana prasarana kota. Analisis penggunaan lahan Kota Surakarta Analisis dilakukan dengan metode deskriptif, dengan melihat pertumbuhan penggunaan lahan setiap areal terbangun maupun non terbangun di setiap tahunnya beserta dengan bidang-bidang yang termasuk dalam areal terbangun dan non terbangun. Analisis ini digunakan untuk mendukung analisis perkembangan Kota Surakarta dilihat dari persentase pertumbuhan areal terbangun. Analisis pertumbuhan penduduk Kota Surakarta Analisis dilakukan dengan menghitung angka pertumbuhan penduduk dan besar pertumbuhan penduduk. Perhitungan tersebut kemudian dianalisis lagi dengan metode deskriptif. Analisis dilakukan dengan mendeskripsikan fenomena-fenomena yang terjadi di dalam pola pertumbuhan penduduk Kota Surakarta. Perhitungan angka pertumbuhan penduduk dengan menggunakan rumus : Pt
= Po ( 1 + r )n
r
=
Keterangan
n
Pt Po
1
:
Pt = jumlah penduduk pada tahun hitungan Po = jumlah penduduk mula-mula r
= angka pertumbuhan penduduk
n
= selisih tahun perhitungan
Analisis Kebutuhan Rumah Kota Surakarta Perhitungan kebutuhan rumah di Kota Surakarta akan dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan Metode Aritmatika dari Sastra dan Marlina, 2005. METODE PENELITIAN
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KRo
Io I I
Ro
Io
Po Ro
Keterangan : KRo = kekurangan rumah Po
= jumlah penduduk pada tahun hitungan
Ro
= jumlah rumah pada tahun hitungan
Io
= angka rata-rata jumlah anggota keluarga atau penghuni sebenarnya pada tahun hitungan
I
= angka rata-rata jumlah anggota keluarga atau penghuni yang diharapkan
Hasil dari perhitungan kebutuhan rumah dianalisis dengan metode deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan hasil perhitungan kebutuhan rumah beserta dengan penyebab-penyebabnya dan dampaknya pada perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta. 3.4.2 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di WPU Analisis perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban dilakukan dengan metode deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan mendeskripsikan persentase pertumbuhan pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo baik dari data sekunder maupun secara spasial dari peta yang disajikan. Dalam pertumbuhan tersebut dianalisis pula seberapa banyak penduduk yang dapat dilayani / ditampung di perumahan formal yang dibangun pada tahun penelitian baik di Kecamatan Grogol maupun Gondangrejo yaitu dengan mengkalikan antara jumlah unit rumah yang dibangun dengan standart penghuni rumah (5orang). Dari perhitungan tersebut dapat dideskripsikan seberapa banyak masyarakat yang dapat dilayani di perumahan formal yang sudah dibangun. Analisis juga dilakukan dengan mendeskripsikan kelengkapan sarana prasarana perumahan beserta dengan pemilihan lokasi perumahan. Analisis pemilihan lokasi dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif dengan program SPSS. Analisis yang digunakan dalam SPSS adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis hubungan antara lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di
commit to user METODE PENELITIAN
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perumahan dengan alasan masyarakat tersebut memilih perumahan di wilayah peri-urban. Berikut langkah-langkah analisis regresi linier berganda dalam SPSS : Merekap hasil wawancara Mengelompokkan data pemilihan lokasi berdasarkan pekerjaan Melakukan analisis regresi liner berganda dengan program SPSS.
3.4.3 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban dalam Memenuhi Kebutuhan Perumahan Kota di Surakarta Pada tahap ini dilakukan analisis gabungan berupa hubungan antar kedua variabel. Analisis ini dilakukan dengan metode deskripsi yaitu dengan mendeskripsikan secara dalam mengenai pola perkembangan Kota Surakarta dengan perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban sehingga akan terlihat keterkaitan antar keduanya. Analisis tersebut didukung dengan analisis kuantitatif hubungan antara pemilihan lokasi perumahan di seluruh wilayah periurban Kota Surakarta dengan lokasi bekerja menggunakan program SPSS seperti pada analisis sebelumnya.
3.5. Sintesis Data Sintesis data dilakukan setelah diselesaikannya semua analisis yang dibutuhkan.
Sintesis dilakukan dengan pemahaman mengenai bagaimana
perumahan formal yang dibangun di wilayah peri-urban Kota Surakarta memenuhi kebutuhan rumah kota di Surakarta. Dari hasil sintesis ini dapat diketahui apakah memang perumahan formal yang berkembang di wilayah periurban berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang ada di Kota Surakarta.
commit to user METODE PENELITIAN
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 4 PERKEMBANGAN KOTA SURAKARTA DAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN 4.1
Perkembangan Kota Surakarta Perkembangan suatu kota dilihat dapat dilihat dari berbagai aspek
penggunaan lahan baik secara horizontal (penambahan ketinggian bangunan) maupun vertical (penambahan luas
lahan
terbangun),
perkembangan
penduduk, perkembangan kelengkapan fasilitas kota, perkembangan tingkat investasi kota dan masih banyak lagi. Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai
perkembangan
kota
dilihat
dari
penggunaan
lahannya,
perkembangan jumlah penduduknya dan perkembangan jumlah sarana perumahannya. 4.1.1 Penggunaan Lahan Kota Surakarta Perkembangan kota dilihat dari penggunaan lahannya yang disajikan dalam data penggunaan lahan suatu kota setiap tahunnya. Dari data tersebut dapat terlihat pertumbuhan penggunaan lahan areal terbangun dari tahun ke tahun mengindikasikan pertumbuhan pembangunan sarana prasarana kota, dimana pertumbuhan sarana prasarana kota menjadi salah satu indikator dari perkembangan kota. Perkembangan kota dalam hal pertumbuhan areal terbangun di Kota Surakarta juga akan disajikan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi perkembangan Kota Surakarta, dimana data tersebut didapatkan dari reklasifikasi data penggunaan lahan Kota Surakarta tahun 1999-2009. Untuk data penggunaan lahan di Kota Surakarta tahun 1999-2009 disajikan dalam tabel di bawah ini :
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel di atas terlihat adanya pertambahan luas areal terbangun untuk perumahan, jasa dan perusahaan sedangkan untuk tanah kosong, tegalan, sawah mengalami penurunan luas lahan, sedangkan untuk industri, kuburan, lapangan olahraga dan taman cenderung stabil.
Peningkatan jumlah rumah di Kota
Surakarta seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya didukung dengan adanya peningkatan luas lahan untuk pembangunan areal perumahan seperti pada tabel di atas. Penggunaan lahan untuk perumahan, jasa dan perusahaan dari tahun ke tahun berdampak pada penurunan luas lahan untuk areal non terbangun seperti sawah, tegalan dan lapangan kosong karena kebutuhan lahan semakin meningkat sehingga ketersediaan lahan akan semakin terbatas. Untuk melihat perbandingan antara jumlah luas lahan terbangun dan non terbangun, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.2 Luas Lahan Terbangun dan Non Terbangun di Kota Surakarta Tahun 1999-2009 Luas Lahan Persentase Luas Lahan Tahun Non Non Terbangun Terbangun Terbangun Terbangun 1999 3879.83 526.23 88.06% 11.94% 2000 3879.49 524.57 88.09% 11.91% 2001 3890.69 513.37 88.34% 11.66% 2002 3897.72 506.34 88.50% 11.50% 2003 3883.55 518.70 88.22% 11.78% 2004 3896.51 509.67 88.43% 11.57% 2005 3921.29 482.97 89.03% 10.97% 2006 3932.56 471.50 89.29% 10.71% 2007 3932.56 462.67 89.47% 10.53% 2008 3952.95 451.11 89.76% 10.24% 2009 3952.95 453.11 89.76% 10.24% Sumber : BPS Reklasifikasi
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan lahan terbangun di Kota Surakarta mengalami peningkatan selama tahun 1999-2009 sedangkan lahan non terbangun mengalami penurunan. Persentase kepadatan lahan terbangun yang tertinggi adalah pada tahun 2009 dengan perbandingan 89,76% lahan terbangun dan 10,24% lahan non terbangun sedangkan kepadatan terendah berada pada tahun 1999 dengan perbandingan 88,06% lahan terbangun dan 11,94% lahan non
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
43
perpustakaan.uns.ac.id
terbangun.
digilib.uns.ac.id
Selama rentang tahun penelitian, penggunaan lahan terbangun
mengalami peningkatan sebesar 1,7% dan lahan non terbangun mengalami penurunan sebesar 1,7%. 4.1.2 Kependudukan Kota Surakarta Kota Surakarta merupakan sebuah kota yang menjadi pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya (Subosukowonosraten). Pusat pelayanan tersebut menjadikan Kota Surakarta sebagai pusat aktivitas masyarakat baik masyarakat Kota Surakarta sendiri maupun masyarakat di wilayah peri-urban Kota Surakarta. Dengan demikian penduduk yang masuk ke Kota Surakarta pun semakin hari semakin banyak, karena penduduk datang untuk beraktivitas di Kota Surakarta hingga menjadikan Kota Surakarta menjadi kota yang padat penduduk. Untuk melihat jumlah penduduk yang ada di Kota Surakarta, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999 Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
2009
Jumlah Luas Kepadatan Kategori Penduduk Wilayah Penduduk Kepadatan (jiwa) (ha) (jiwa/ha) Penduduk Tinggi 542.832 4.404 123,26 Tinggi 546.469 4.404 124,08 Tinggi 553.580 4.404 125,70 Tinggi 554.630 4.404 125,94 Tinggi 497.234 4.404 112,91 Tinggi 510.711 4.404 115,97 Tinggi 534.540 4.404 121,38 Tinggi 512.898 4.404 116,46 Tinggi 515.372 4.404 117,02 Tinggi 522.935 4.404 118,74 Tinggi 528.202 4.404 119,94
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Tahun 1999-2009
Dari tabel di atas terlihat adanya peningkatan dan penurunan jumlah penduduk dari tahun 1999 sampai 2009. Pada tahun 2002, 2005 dan 2009 penduduk Kota Surakarta mengalami penurunan jumlah penduduk. Pada tahuntahun lainnya yaitu antara tahun 1999-2001, 2003-2004 dan 2006-2008 jumlah penduduk terus mengalami pertambahan jumlah penduduk.
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah penduduk tertinggi dari tahun 1999-2009 di Kota Surakarta adalah pada tahun 2002 sebanyak 554.632 jiwa dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu 12.593,78 jiwa/ha. Untuk jumlah penduduk terendah ada di tahun 2003 yaitu sebanyak 497.234 jiwa dengan kepadatan terendah selama rentang tahun 19992009 yaitu 12.593,78 jiwa/ha. 4.1.3 Sarana Permukiman Kota Surakarta Perkembangan kota dari pertumbuhan penduduk juga berdampak pada perkembangan kota di bidang sarana perumahan. Jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadikan kebutuhan akan rumah juga kian meningkat. Kebutuhan akan rumah dapat dilihat dari jumlah penduduk dibandingkan dengan ketersediaan rumah di suatu wilayah. Begitu juga dengan kebutuhan rumah di Kota Surakarta. Untuk mengidentifikasi kebutuhan rumah akan yang akan dijelaskan pada bab berikutnya, akan disajikan jumlah rumah di Kota Surakarta tahun 1999-2009 terlebih dahulu seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 4.4 Jumlah Rumah di Kota Surakarta Tahun 1999 Tahun 1999 2000 2001
2009
Jumlah Pertumbuhan Pertumbuhan Rumah Rumah (unit) (%) (unit) 89.020 NA NA 89.020 0 0,00 89.129 109 0,12
2002 2003 2004 2005
119.024 124.176 135.040 144.460
29.895 5.152 10.864 9.420
33,54 4,33 8,75 6,98
2006 2007 2008 2009
140.160 141.440 140.953 136.615
-4.300 1.280 -487 -4.338
-2,98 0,91 -0,34 -3,08
1.349.037
47.595
48,23
JUMLAH
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Tahun 1999-2009
Jumlah rumah di Kota Surakarta dari tahun 1999-2009 juga mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi tidak di setiap tahun mengalami peningkatan, pada tahun-tahun tertentu seperti tahun
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2006, 2008 dan 2009 jumlah rumah di Kota Surakarta mengalami penurunan. Tahun 2006 penurunan jumlah rumah sebesar 2,98%, tahun 2008 sebesar 0,34% dan tahun 2009 sebesar 3,08%. Peningkatan jumlah rumah yang paling pesat adalah pada tahun 2002 yaitu sebesar 33,54% dengan penambahan 29.895 unit rumah dalam satu tahun. Pada urutan kedua adalah pada tahun 2004 dengan peningkatan sebesar 8,75% yaitu sejumlah 10.864 unit rumah.
4.2
Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban
4.2.1. Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Grogol Kecamatan Grogol adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang berbatasan langsung dengan Kota Surakarta. Kecamatan Grogol termasuk wilayah peri-urban Kota Surakarta karena letaknya yang berada diantara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan yang dibatasi dengan adanya batas fisik penggunaan lahan non pertanian di kawasan perkotaan dan lahan pertanian di kawasan perdesaan. Selain Kecamatan Baki dan Sukoharjo, Kecamatan Grogol juga termasuk wilayah Solo Baru. Kawasan Solo Baru yang direncanakan sebagai Kota Baru ini sangat besar andilnya bagi perkembangan Kota Surakarta yakni sebagai penyedia hunian baru bagi kebutuhan rumah di Kota Surakarta. Pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol pada mulanya hanya untuk kalangan elite. Akan tetapi pihak pemerintahan Kabupaten Sukoharjo menghendaki untuk mengembangkan wilayah Sukoharjo bagian utara karena untuk wilayah bagian selatan, barat dan timur tidak dimungkinkan diadakan pengembangan. Di bagian selatan sudah berkembang proyek
proyek Kabupaten
Wonogiri, bagian barat pengembangan industri dan timur sudah terhalang dengan keberadaan sungai Bengawan Solo. Dengan demikian perumahan formal di Kecamatan Grogol yang termasuk wilayah Sukoharjo bagian utara mendapat sambutan hangat dari pemerintahan Sukoharjo. Ide untuk membangun perumahan elite menjadi batal karena luas lahan yang mendapat ijin untuk pembangunan perumahan seluas 200 ha. Dengan luas lahan yang begitu luas, pengembang yakni PT. Pondok Solo Permai (PSP) mendapat ide untuk membangun Kota Baru
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan nama Solo Baru tersebut. Didukung adanya ijin untuk menggunakan lahan seluas 200 ha, ide yang pada mulanya hanya ingin membangun kawasan perumahan elit berubah menjadi Kota Baru yang tentunya perumahan yang ada di dalamnya tidak hanya rumah elit saja melainkan rumah sederhana dan menengah juga harus disediakan. Pola hunian 1 : 3 : 6 rencananya akan diterapkan dalam pembangunan perumahan di Kecamatan Grogol ini. Data pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini :
No 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Tabel 4.5 Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Grogol tahun 1999-2009 Dirinci Per Tahun Luas Tahun Nama Perumahan Pengembang Perumahan Perumahan Dibangun (Ha) Maesonet Sektor 3 PT. Pondok Solo Permai 2002 0,56 Viena Sektor 3 PT. Pondok Solo Permai 2002 2,008 Griya Parayangan PT. Manunggal Cipta 2002 0,532 Persada Jumlah Pembangunan Tahun 2002 3,10 Puri Permata 2 PT. Bahtera Sukses Bersama 2003 0,2364 Gading Makmur CV. Agung Nugraha Grup 2003 0,9 Sanggaran Megah PT. Setya Widya Nugraha 2003 0,527 Jumlah Pembangunan Tahun 2003 1,6634 Gedangan Permai PT. Pondok Solo Permai 2004 2,88 Sektor10 Kencur Indah Ir. Winoto 2004 0,3 Jumlah Pembangunan Tahun 2004 3,18 Puri Permata Regecy PT. Bahtera Sukses Bersama 2005 0,446 Pondok Jumlah Pembangunan Tahun 2005 0,446 Griya Langen Harjo PT. Bahtera Sukses Bersama 2006 0,25 Jumlah Pembangunan Tahun 2006 0,25 Griya Permata asri1 CV. Tunas Jaya 2007 0,4256 Pondok Palm Regency CV. Media Bangun Persada 2007 1,2 Puri Permata Regency PT. Bahtera Sukses Bersama 2007 1,2 Parangjoro Griya Permata asri2 CV. Tunas Jaya 2007 0,75 Peny Regency2 PT. Peny Jaya Regency 2007 0,9964 Nirwana Buana Agus Susanto dan Heri 2007 0,285 Jumlah Pembangunan Tahun 2007 4,857 Kluster Soba Madugondo PT. Pondok Solo Permai 2008 1,95
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
JUMLAH TOTAL
15,4464
Sumber : DPU Bidang Perumahan Kabupaten Sukoharjo
Berdasarkan data di atas dapat diketahui pada tahun 1999-2001 tidak terdapat pembangunan perumahan dikarenakan krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang tentunya sangat berdampak pada pertumbuhan property termasuk pada pembangunan perumahan di Kecamatan Grogol. Pembangunan yang paling pesat adalah pembangunan pada tahun 2007 yaitu seluas 4,857 Ha, pada urutan selanjutnya adalah pada tahun 2004 seluas 3,18 Ha, tahun 2002 seluas 3,10 Ha, tahun 2008 seluas 1,95 Ha, tahun 2003 seluas 1, 66 Ha, tahun 2005 seluas 0,446 dan yang terakhir adalah pada tahun 2006 seluas 0,25 Ha. Pembangunan didominasi oleh PT. Pondok Solo Permai dengan luas 7,398 Ha atau 47,89% dari keseluruhan luas lahan yang dibangun. Perumahan formal di Kecamatan Grogol dibangun dengan beberapa type yaitu type 21 sampai 150 yang membuktikan bahwa pembangunan perumahan di Kecamatan Grogol diperuntukkan bagi semua kalangan masyarakat, dimana perumahan tersebut tidak hanya dikhususkan untuk kalangan masyarakat yang dengan tingkat ekonomi menengah ke atas tetapi juga untuk masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Letak rumah juga tidak dibeda
bedakan
antara rumah type kecil, sedang atau besar, semuanya dapat dipadukan dengan baik.
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.1 Tipe Rumah di Perumahan Formal Kecamatan Grogol Pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol akan disajikan dalam peta 4.1 dan 4.2. Pada peta tersebut disajikan data persebaran blok perumahan formal yang sudah terbangun pada tahun 1999 dan tahun 2009 sehingga dapat terlihat pertumbuhan pembangunan perumahan di Kecamatan Grogol. Perkembangan perumahan formal dipengaruhi oleh lokasi. Lokasi merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam memilih tempat tinggal karena lokasi mempengaruhi banyak hal. Lokasi mempengaruhi besar biaya transportasi serta menentukan tingkat kenyamanan dalam bermukim. Di dalam memilih tempat tinggal, masyarakat yang saat ini tinggal di perumahan Grogol juga memiliki beberapa pertimbangan-pertimbangan. Berikut ini disajikan data faktor pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Grogol dari hasil wawancara masyarakat setempat. Tabel 4.6 Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan Formal Kecamatan Grogol Persentase Jumlah No Faktor Pemilihan Lokasi Jumlah Pemilihan (%) 1. 87 31,07 Harga terjangkau 2. 100 35,71 Lokasi strategis 3. 26 9,29 Desain rumah bagus Luas rumah memenuhi kebutuhan 4. 8 2,86 keluarga 5. 22 7,86 Kelengkapan fasilitas perumahan 6. 20 7,14 Jauh dari keramaian kota 7. 8 2,86 Banyak moda transportasi pendukung 8. 9 3,21 Lokasi bebas polusi JUMLAH 280 100,00 Sumber : Kuesioner 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa alasan pemilihan lokasi didominasi karena faktor lokasi yang strategis dan harga rumah yang terjangkau. Pemilihan lokasi perumahan dipilih dari 100 responden dimana setiap responden dapat memilih lebih dari satu jawaban sehingga jumlah dari semua jawaban adalah 280. Dari 100 responden tersebut menyatakan bahwa perumahan formal yang ada di Kecamatan Grogol lokasinya strategis. Strategis yang dimaksudkan adalah dekat
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan tempat mereka bekerja, dekat dengan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari. Untuk melihat perbandingan persentase pemilihan lokasi disajikan diagram di bawah ini : Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan Harga terjangkau
3% 3%
Lokasi strategis 7% 31%
8%
Desain rumah bagus Luas rumah memenuhi kebutuhan keluarga Kelengkapan fasilitas perumahan
3% 9%
Jauh dari keramaian kota\ 36%
Banyak moda transportasi pendukung Lokasi bebas polusi
Gambar 4.2 Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan Sumber : Kuesioner 2011
Persentase alasan masyarakat memilih lokasi perumahan di Kecamatan Grogol adalah lokasi yang strategis sebanyak 36%, keterjangkauan harga rumah sebanyak 31%, desain rumah yang bagus 9%, luas rumah memenuhi kebutuhan keluarga 8%, jauh dari keramaian kota 7%, kelengkapan fasilitas perumahan, banyak moda transportasi pendukung dan lokasi perumahan bebas polusi masingmasing 3%. Faktor utama pemilihan lokasi perumahan adalah lokasi perumahan yang strategis dan keterjangkauan harga rumah karena harga lahan pun terjangkau. Pemilihan selanjutnya bersifat melengkapi faktor yang utama yaitu desain rumah yang bagus, lokasi perumahan sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang memadai, lokasi perumahan yang jauh dari keramaian kota (jauh dari kepadatan kota sehari-hari seperti kemacetan lalu lintas, kepadatan penduduk), transportasi menuju perumahan mudah karena banyak moda transportasi yang menghubungkan lokasi perumahan dengan pusat kegiatan masyarakat sehari-hari.
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Alasan pemilihan yang lainnya adalah terkait dengan lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di perumahan. Dari hasil wawancara terstruktur dengan bantuan kuesioner yang telah dilakukan, sebanyak 83 responden atau sebanyak 83% bekerja di Solo dan sisanya 17 responden (17%) bekerja di lokasi setempat yang termasuk di Kabupaten Sukoharjo. Kawasan Kota Baru di Solo Baru ini sudah dilengkapi dengan fasilitas fasilitas pendukung perumahan seperti sekolah, rumah sakit, gedung olah raga, supermarket, perkantoran, SPBU dan sebagainya. Pembangunan dan penyediaan sarana tersebut antara lain sarana pendidikan (TK, SD dan SMP Tarakanita, Akademi Teknologi Warga), sarana kesehatan (Rumah Sakit Dr,Oen), perniagaan dengan pembangunan ruko
ruko, rekreasi (Water Park Pandawa), peribadatan
(masjid, gereja, vihara), olahraga (gedung olahraga) dan taman
taman. Untuk
penyediaan prasarana, sudah dibangun dan dilengkapi jalan, listrik, air bersih, tempat pembuangan sampah, dan drainase.
Gambar 4.3 Kondisi Jaringan Jalan dan Sarana Peribadatan di Perumahan Formal Kecamatan Grogol
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun 1999
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun 2009
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.2. Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo Kecamatan Grogol adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang terletak di sebelah utara dan berbatasan langsung dengan Kota Surakarta. Perkembangan permukiman Kota Surakarta diarahkan ke kota bagian utara yaitu di Kecamatan Jebres. Hal tersebut didukung dari pertumbuhan penduduk di Kecamatan Jebres yang semakin meningkat yang mengindikasikan bahwa ada pergerakan penduduk menuju ke arah utara Kota Surakarta. Kebijakan pengembangan permukiman di utara Kota Surakarta menjadikan Kecamatan Gondangrejo mempunyai peluang untuk mengembangkan perumahan di wilayahnya. Untuk pembangunan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo sendiri dapat dilihat dalam tabel 4.6 di bawah ini : Tabel 4.7 Pembangunan Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo Tahun 1999 2009 No Tahun Lokasi Tipe Jumlah (Unit) Pembangunan 2001 Wonorejo, Gondangrejo 1. 21 16 2. 36 4 Jumlah Unit Tahun 2001 20 2002 Wonorejo, Gondangrejo 3. 21 30 4. 36 20 Jumlah Unit Tahun 2002 50 2003 Plesungan, Gondangrejo 5. 60 11 6. 40 9 7. 24 14 Jeruk Sawit, Gondangrejo 21 8. 36 9. 27 20 10. 36 52 11. 45 16 Jumlah Unit Tahun 2003 158 Plesungan, Gondangrejo 12. 2006 29 77 13. 24 96 Jeruk Sawit, Gondangrejo 21 14. 533 15. 23 487 16. 27 205 Wonorejo, Gondangrejo 17. 36 182
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
54
perpustakaan.uns.ac.id
18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
digilib.uns.ac.id
Jumlah Unit Tahun 2006 2007 Plesungan, Gondangrejo Wonorejo, Gondangrejo Jeruk Sawit, Gondangrejo Jumlah Unit Tahun 2007 2008 Jeruk Sawit, Gondangrejo Selokaton, Gondangrejo
Wonorejo, Gondangrejo Jumlah Unit Tahun 2008 2009 Wonorejo, Gondangrejo
Plesungan, Gondangrejo
Jumlah Unit Tahun 2009 JUMLAH TOTAL
21 21 36 21 27 36 30 27 24 30 30 40 45 36 30 30 36 45 30 36
1580 85 40 78 40 243 20 36 64 74 12 12 323 23 564 2 19 25 28 15 5 26 30 150 2765
Sumber : DPU Bidang Perumahan Kabupaten Karanganyar
Pembangunan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo tercatat pada tahun 1999-2001 tidak ada pembangunan sama seperti pada pembangunan perumahan di Kecamatan Grogol yang dimulai pada tahun 2002 akibat dampak krisis moneter yang melanda Indonesia dan berdampak pada pembangunan property.
Pembangunan tahun 2002 pun masih dalam jumlah sedikit, mulai
banyak pada tahun 2003 dan melejit pada tahun 2006. Dari data di atas dapat dilihat bahwa pembangunan unit rumah paling banyak pada tahun 2006 sebanyak 1.580 unit rumah yang didominasi pembangunan perumahan di Desa Jeruk Sawit sebanyak 1.225 unit, selanjutnya diikuti pada pembangunan tahun 2008 sebanyak 564 unit rumah, tahun 2007 sebanyak 243 unit rumah, tahun 2003 sebanyak 158 unit rumah, tahun 2009
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebanyak 150 unit rumah, tahun 2002 sebanyak 50 unit rumah dan tahun 2001 sebanyak 20 unit rumah. Untuk jumlah pembangunan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo memang terpusat di Desa Jeruk Sawit karena memang 50% pembangunan dilakukan disana. Akan tetapi untuk pembangunan berdasarkan type rumah, cenderung menyebar karena type rumah yang dibangun di Kecamatan Gondangrejo ini relatif untuk masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Tidak ada kesenjangan model rumah atau type rumah disana.
Gambar 4.4 Jenis Rumah di Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Dalam memilih sebuah rumah, masyarakat yang tinggal di perumahan formal Kecamatan Gondangrejo juga memiliki alasan-alasan tersendiri. terkait harga lahan atau pun tingkat kenyaman rumah yang ditawarkan atau faktor-faktor lainnya. Berikut ini disajikan tabel faktor pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo hasil wawancara terhadap responden. Tabel 4.8 Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan oleh Masyarakat No Persentase Jumlah Faktor Pemilihan Lokasi Jumlah Pemilihan (%) 1. 93 41,89 Harga terjangkau 2. 79 35,59 Lokasi strategis 3. 8 3,60 Desain rumah bagus 4. Luas rumah memenuhi kebutuhan 6 2,70 keluarga 5. 5 2,25 Kelengkapan fasilitas perumahan 6. 11 4,95 Jauh dari keramaian kota 7. 3 1,35 Banyak moda transportasi pendukung 8. 17 7,66 Lokasi bebas polusi 222 100,00 JUMLAH Sumber : Rekapan Kuesioner
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel di atas pemilihan lokasi perumahan di Kecamatan Gondangrejo didominasi oleh faktor keterjangkauan harga rumah. Pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo tidak berbeda jauh dengan di Kecamatan Grogol, sebanyak 97 responden memilih lebih dari satu jawaban sehingga jumlah keseluruhan jawaban ada 222. Sebanyak 93 dari 97 responden berpendapat bahwa memilih rumah di perumahan Kecamatan Gondangrejo karena harganya terjangkau, selain itu juga faktor lokasi perumahan yang strategis dekat dengan Solo yang dapat ditempuh dalam waktu yang singkat. Akan disajikan diagram perbandingan hasil wawancara untuk lebih memudahkan dalam pemahaman faktor apa saja yang sangat mendukung pemilihan lokasi perumahan di Kecamatan Gondangrejo. Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan Harga terjangkau 5%
1%
Lokasi strategis
8%
2%
Desain rumah bagus
3% 42%
4%
35%
Luas rumah memenuhi kebutuhan keluarga Kelengkapan fasilitas perumahan Jauh dari keramaian kota Banyak moda transportasi pendukung Lokasi bebas polusi
Gambar 4.5 Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan Sumber : Rekapan Kuesioner
Pemilihan lokasi perumahan di Kecamatan Gondangrejo didominasi faktor keterjangkauan harga rumah sebesar 42% dan lokasi yang strategis sebesar 35%. Faktor lainnya antara lain lokasi perumahan yang bebas polusi seperti polusi udara, air dan suara sebesar 8%, faktor jauh dari keramaian kota 5%, desain rumah yang bagus 4%, luas rumah yang dapat menampung kebutuhan keluarga 3% dan yang terakhir adalah faktor moda transportasi pendukung sebanyak 2%.
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Terkait dengan lokasi yang strategis, responden menjadikan faktor tersebut menjadi faktor yang penting karena aktivitas responden mayoritas bekerja di Solo sehingga lokasi perumahan yang masih terjangkau dari Solo merupakan pilihan yang tepat. Dari hasil wawancara terstruktur dengan bantuan kuesioner yang telah dilakukan, sebanyak 86 responden atau sebanyak 88,7% bekerja di Solo dan sisanya 11 responden (11,3%) bekerja di lokasi setempat yang termasuk di Kabupaten Karanganyar. Pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol dilengkapi dengan sarana prasarana pendukung perumahan. Penyediaan sarana prasarana tersebut ada yang dibangun developer, ada juga yang disediakan pemerintah, Sarana prasarana yang disediakan developer antara lain TK, ruko, tempat ibadah, taman bermain, jalan, sampah dan saluran drainase sedangkan untuk kebutuhan penyediaan sarana prasarana yang lain seperti sekolah mulai dari SD, SMP dan SMA, kantor
kantor
pemerintahan, puskesmas disediakan oleh pemerintah.
Gambar 4.6 Kondisi Jaringan Jalan dan Sarana Peribadatan di Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peta
Persebaran
Blok
Perumahan
Formal
Kecamatan
Gondangrejo Tahun 1999
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peta
Persebaran
Blok
Perumahan
Formal
Kecamatan
Gondangrejo Tahun 2009
commit to user DESKRIPSI WILAYAH
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PERUMAHAN KOTA SURAKARTA Pada bab ini akan dilakukan kajian yang lebih mendalam dari data yang telah diperoleh baik data primer maupun dari data sekunder, yang selanjutnya akan dilakukan analisis mengenai kebutuhan rumah di Kota Surakarta sebagai demand dan perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban sebagai supply. Analisis tersebut diharapkan dapat menjawab apakah perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban merupakan perumahan formal yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan perumahan di Kota Surakarta.
5.1 Analisis Perkembangan Kota Surakarta 5.1.1 Analisis Penggunaan Lahan Kota Surakarta Perkembangan kota tak lepas dari perkembangan lahan terbangun yang digunakan untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang ada di kota. Dengan adanya kuantitas / jumlah penambahan luasan lahan terbangun atau pengurangan luas
lahan
non
terbangun,
suatu
kota
diindikasikan
telah
mengalami
perkembangan. Secara spasial perkembangan kota dapat dilihat dari pola distribusi ruang terbangun dan non terbangun serta kepadatan ruang terbangun tersebut seperti di Kota Surakarta. Berdasarkan data tersebut, Kota Surakarta mengikuti pola perkembangan interstial seperti pendapat Zahnd (1994:8). Perkembangan kota secara interstial adalah perkembangan kota dilihat dari penambahan jumlah lahan terbangun, sedangkan daerah dan ketinggian bangunan tetap sama. Kota Surakarta juga mengalami hal yang demikian, jumlah luas lahan terbangun mengalami peningkatan dari tahun 1999-2009 sebanding dengan penurunan luas lahan non terbangun. Untuk melihat pertumbuhan lahan terbangun dan non terbangun dengan kegiatan yang ada di dalamnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
commit to user ANALISIS DAN PEMBAHASAN
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel analisis di atas, terlihat pertumbuhan positif dalam penggunaan lahan untuk perumahaan, jasa dan perusahaan, pertumbuhan negatif terdapat dalam penggunaan lahan untuk tanah kosong, tegalan dan sawah, sedangkan yang tidak mengalami pertumbuhan sama sekali adalah penggunaan lahan untuk industry, kuburan, lapangan olahraga, taman dan lain-lain. Dari tahun 1999-2009 penggunaan lahan untuk perumahan meningkat sebesar 0,23%, jasa sebesar 0,11%, perusahaan sebesar 0,19%. Untuk penurunan tanah kosong sebesar 1,18%, tegalan sebesar 8,23% dan sawah sebesar 2,61%. Perkembangan perumahan, perusahaan dan jasa yang termasuk dalam areal terbangun, tidak terjadi di setiap tahunnya karena pada tahun-tahun tertentu penggunaan lahan untuk perumahan, jasa dan perusahaan mengalami penurunan.. Pada tahun 2003 penggunaan lahan untuk perumahan dan perusahaan mengalami penurunan dan tahun 2000, 2004, 2005 dan 2008 penggunaan lahan untuk jasa juga mengalami penurunan. Kota Surakarta mengalami pertumbuhan dalam penggunaan lahan untuk jasa dan perusahaan. Dalam hal ini menunjukkan bahwa Kota Surakarta berkembang di bidang perdagangan dan jasa dalam rangka peningkatan investasi kota. Hasil dari investasi kota dapat menunjukkan tingkat pertumbuhan kota (Richardson, 1978). Pertumbuhan penggunaan lahan untuk perumahan Kota Surakarta relevan dengan kecenderungan kota menurut pendapat Adisasmita (2005) dimana kota merupakan konsentrasi permukiman penduduk yang makin lama makin meluas. Pertumbuhan perdagangan, jasa dan perumahan di Kota Surakarta dapat menjadi pemicu pertumbuhan penduduk Kota Surakarta khususnya pertambahan jumlah pekerja kota. Pertumbuhan tersebut secara langsung menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan untuk mengakomodasi sarana prasarana kota. Perkembangan Kota Surakarta tidak berhenti sampai dengan penurunan jumlah penduduk setiap tahunnya, melainkan pertumbuhan permukiman sebagai areal lahan terbangun dapat menjadi indikator perkembangan suatu kota seperti pendapat Zahnd (1994). Kota Surakarta mengalami perkembangan interstial dimana pertumbuhan permukiman meningkat dari tahun 1999-2009 di Kota Surakarta sebagai penambahan jumlah luas lahan terbangun. Pola perkembangan
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara interstial dimana jumlah lahan terbangun semakin meningkat dan lahan non terbangun semakin menurun mengakibatkan lahan non terbangun semakin terbatas untuk dijadikan lahan terbangun. Hal tersebut mendorong perkembangan ke luar bagian kota atau mendorong perkembangan daerah sekitar kota (Wilayah Peri-Urban) dalam memenuhi kebutuhan lahan kota. 5.1.2 Analisis Perkembangan Penduduk Kota Surakarta Penduduk merupakan kunci utama perkembangan suatu kota. Tanpa adanya penduduk, kota dapat dikatakan mati. Jumlah penduduk Kota Surakarta mengalami penurunan dari tahun 1999-2009, yang tentunya berdampak pula pada penurunan kepadatan dan pertumbuhan penduduk Kota Surakarta. Untuk lebih menjelaskan kepadatan penduduk dan pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999-2009 Persentase Kepadata Jumlah Pertumbuha Pertumbuha n Tahun Penduduk n Penduduk n Penduduk Penduduk (jiwa) (%) (jiwa/ha) 1999 542.832 NA NA 123,260 2000 546.469 0,007 0,7 124,080 2001 553.580 0,013 1,3 125,700 2002 554.630 0,002 0,2 125,940
Kategori Kepadata n Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
2003 2004 2005
497.234 510.711 534.540
-0,104 0,027 0,047
-10,4 2,7 4,7
112,910 115,970 121,380
Tinggi Tinggi Tinggi
2006 2007 2008 2009 RataRata
512.898 515.372 522.935 528.202
-0,041 0,005 0,015 0,010
-4,1 0,5 1,5 1,0
116,460 117,020 118,740 119,940
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
529.037
-0,0019
-0,19
120,127
Tinggi
Sumber : Analisis Penulis
Dari tabel di atas dapat dilihat adanya penurunan jumlah penduduk yang ditandai dengan nilai negatif dari angka pertumbuhan penduduk total dari rentang waktu tahun 1999-2009 sebesar -0,19%. Akan tetapi tidak di setiap tahun terjadi penurunan angka pertumbuhan penduduk. Pada tahun 1999-2002, pertumbuhan
commit to user ANALISIS DAN PEMBAHASAN
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penduduk Kota Surakarta mengalami bernilai positif. Begitu juga dengan pertumbuhan penduduk dari tahun 2003-2005 dan 2007-2009. Penurunan pertumbuhan
penduduk
terjadi pada tahun
2002-2003
dan
2005-2006.
Pertumbuhan penduduk yang paling tinggi adalah pada tahun 2005 yaitu sebesar 4,05% sedangkan pertumbuhan penduduk paling rendah adalah pada tahun 2003 yaitu sebesar -10,35%. Pertumbuhan penduduk oleh faktor manusia dan juga pola pergerakan manusia sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kota seperti yang diuraikan oleh Sutarjo (1996). Pola pergerakan manusia yaitu pergerakan penduduk masuk dan keluar kota dengan berbagai faktor-faktor pendorong. Seperti pendapat Yunus (2005) mengenai kekuatan sentrifugal dari pusat kota dimana kekuatan-kekuatan tersebut yang menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk dari dalam ke luar kota seperti yang dialami penduduk di Kota Surakarta dengan adanya penurunan jumlah penduduk di tahun 2003 dan 2006. Kekuatan tersebut salah satunya adalah tingginya kepadatan penduduk di Kota Surakarta yang menyebabkan penduduk berpindah ke pinggiran kota. 5.1.3 Analisis Kebutuhan Permukiman Kota Surakarta Perkembangan kota dari sisi kependudukan berdampak pada perkembangan kota dari sisi pemenuhan kebutuhan rumah bagi penduduknya. Semakin banyak jumlah penduduknya, semakin banyak pula kebutuhan rumah kota tersebut. Hal tersebut tentunya juga berlaku untuk perkembangan Kota Surakarta. Dari hasil analisis kependudukan sebelumnya, pertumbuhan penduduk Kota Surakarta secara keseluruhan mengalami penurunan dengan angka pertumbuhan yang bernilai negatif. Hal ini akan mempengaruhi perhitungan kebutuhan rumah kota di Surakarta. Pada tabel 5.3 dibawah ini akan dijelaskan kebutuhan rumah yang muncul sebagai akibat pertumbuhan penduduk Kota Surakarta. Perhitungan kebutuhan rumah dilakukan dengan membagi jumlah penduduk yang ada dengan standart penghuni rumah, dibandingkan lagi dengan jumlah eksisting rumah sehingga dapat diketahui seberapa besar kekurangan rumah atau kelebihan rumah yang ada di Kota Surakarta. Tabel 5.3 Analisis Kebutuhan Rumah Kota Surakarta Tahun 1999-2009
commit to user ANALISIS DAN PEMBAHASAN
65
perpustakaan.uns.ac.id
Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Penduduk (jiwa) 542.832 546.469 553.580 554.630 497.234 510.711 534.540 512.898 515.372 522.935 528.202
digilib.uns.ac.id
Kebutuhan Jumlah Backlog Rumah Eksisting Rumah (unit) Rumah (unit) (unit) 108.566 89.020 -19.546 109.294 89.020 -20.274 110.716 89.129 -21.587 110.926 119.024 8.098 99.447 124.176 24.729 102.142 135.040 32.898 106.908 144.460 37.552 102.580 140.160 37.580 103.074 141.440 38.366 104.587 140.953 36.366 105.640 136.615 30.975
Kategori Ketersediaan Rumah Kurang Kurang Kurang Lebih Lebih Lebih Lebih Lebih Lebih Lebih Lebih
Sumber : Analisis Penulis
Dari perhitungan tersebut, Kota Surakarta mengalami kekurangan dan kelebihan rumah dalam rentang waktu tahun 1999-2009. Kota Surakarta pada tahun 1999-2001 membutuhkan rumah tambahan sebesar 19.546 unit pada tahun 1999, 20.274 unit pada tahun 2000 dan 21.587 unit pada tahun 2001. Selain tahuntahun tersebut, Kota Surakarta telah terpenuhi kebutuhan rumahnya secara statistik menurut perhitungan pertumbuhan penduduk. Akan tetapi tidak selamanya Kota Surakarta mengalami surplus jumlah rumah, pada saat tertentu dimana Kota Surakarta mengalami perkembangan yang semakin pesat, pada saat itulah secara perlahan Kota Surakarta akan membutuhkan rumah tambahan bagi pertumbuhan penduduknya. Kebutuhan rumah tidak hanya dipandang dari kebutuhan penduduk yang tinggal di kota, tetapi kebutuhan rumah kota dipengaruhi pula oleh perkembangan kegiatan di kota tersebut. Kota sebagai pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya seperti Kota Surakarta mempunyai daya tarik yang kuat bagi penduduk yang tinggal di wilayah sekitar kota untuk bekerja di pusat kota. Seperti teori dari Adisasmita (2005) yang menyatakan bahwa perkembangan penduduk perkotaan menunjukkan pertumbuhan dan intensitas kegiatan kota yang menjadikan kota memiliki daya tarik yang kuat untuk tempat bekerja dengan pendapatan yang lebih tinggi dan berbagai kemudahan lainnya yang beraneka ragam. Sebagai pusat kota, Kota Surakarta pun memiliki daya tarik tersebut sehingga banyak masyarakat
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang berasal dari luar Kota Surakarta bekerja di kota. Dengan kondisi yang demikian, kebutuhan rumah di Kota Surakarta akan terus meningkat karena tidak hanya diperhitungkan dari penduduk dalam Kota Surakarta tetapi juga dari kebutuhan hunian para pekerja yang bekerja di Kota Surakarta. Kondisi
penyediaan
rumah
di
Kota
Surakarta
yang
berlebih
mengindikasikan Kota Surakarta sebagai tempat investasi berbisnis dimana perumahan juga menjadi investasi. Penggunaan lahan yang berkembang di bidang perumahan, jasa dan perusahaan seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah rumah Kota Surakarta. Kepadatan
penduduk
yang
tinggi,
keterbatasan
lahan
kota
mendorong
pembangunan hunian secara vertikal di Kota Surakarta untuk mengatasi permasalahan kota dan menjadi tempat investasi kota. Perkembangan di bidang perumahan dari segi kuantitas unit rumah dan dari segi luasan lahan yang digunakan untuk perumahan tidak sebanding dengan jumlah penduduk kota yang turun. Hal ini menunjukkan bahwa rumah-rumah yang ada di Kota Surakarta bukan untuk tempat tinggal penduduk Kota Surakarta tetapi rumah-rumah tersebut digunakan untuk investasi. Dengan perkembangan Kota Surakarta sebagai pusat perdagangan dan jasa menjadikan Kota Surakarta sebagai lokasi investasi yang menguntungkan.
5.2 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah PeriUrban 5.2.1 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Grogol Perkembangan perumahan formal di Kecamatan Grogol dari tahun 19992009 sudah dilengkapi dengan pembangunan sarana prasarana, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Seperti petunjuk perencanaan kawasan perumahan kota tahun 1987 dimana suatu lingkungan perumahan harus dilengkapi sarana prasarana, meliputi sarana pendidikan, kesehatan, perniagaan dan industri, pemerintah dan pelayanan umum, kebudayaan dan rekreasi, peribadatan, olahraga dan taman, sedangkan untuk prasarana antara lain prasarana air bersih, listrik, pembuangan air hujan dan air hujan, jalan lingkungan dan pembuangan sampah.
commit to user ANALISIS DAN PEMBAHASAN
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Persyaratan pembangunan perumahan di Kecamatan Grogol sudah dipenuhi dengan adanya pembangunan dan penyediaan sarana pendidikan, kesehatan, perniagaan, rekreasi, peribadatan, olahraga dan taman-taman. Untuk sarana-sarana lainnya disediakan oleh pemerintah seperti puskesmas, sekolah-sekolah negeri dan kantor-kantor pemerintahan. Begitu juga dengan jaringan jalan, sampah, air bersih, listrik dan drainase. Kelengkapan sarana prasarana harus dipenuhi oleh pengembang supaya pembangunan perumahan dapat berjalan seimbang (Sastra dan Marlina, 2005). Sarana prasarana juga menjadi salah satu faktor pertimbangan masyarakat dalam memilih lokasi perumahan. Kelengkapan dan kondisi sarana prasarana yang baik akan menjadi nilai plus bagi suatu lingkungan perumahan. Pemilihan lokasi perumahan tidak hanya dipandang dari segi kelengkapan sarana prasarana tetapi juga dipengaruhi oleh lokasi perumahan tersebut dengan pusat aktivitas sehari-hari masyarakat, harga perumahan, desain rumah, luas rumah, ketenangan dan kenyamanan, kemudahan transportasi, dan lain-lain. Pada pemilihan lokasi perumahan di Kecamatan Grogol terpilih beberapa faktor-faktor yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Untuk analisis pemilihan lokasi dalam hubungannya dengan lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di perumahan digunakan analisis kuantitatif. Secara perhitungan kuantitatif dengan program SPSS, dari perhitungan model summary didapatkan adanya keterkaitan antara semua variabel independent dan variabel dependent dengan koefisien korelasi sebesar 1.000. Besar koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungannya semakin erat. Jika nilainya mendekati 0, maka hubungan semakin lemah. Koefisien korelasi pada perhitungan ini sebesar 1, menunjukkan adanya korelasi yang erat antara pemilihan lokasi peerumahan dengan lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut. Secara lebih detail korelasi antara variabel dijelaskan pada tabel correlation di lampiran 3. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi antara lokasi bekerja dengan harga terjangkau sebesar 0.922, lokasi bekerja dengan lokasi rumah yang strategis sebesar 0.931, lokasi bekerja dengan desain rumah
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang bagus sebesar 0.889, lokasi bekerja dengan luas rumah yang mencukupi sebesar 0.710, lokasi bekerja dengan fasilitas perumahan yang lengkap sebesar 0.947, lokasi bekerja dengan jauh dari keramaian kota sebesar 0.796, lokasi bekerja dengan transportasi mudah sebesar 0.890, lokasi bekerja dengan bebas polusi sebesar 0.662. Nilai-nilai hubungan tersebut memiliki arti bahwa variabel dependent yakni lokasi bekerja sangat erat hubungannya dengan semua variabel independent karena nilai hubungan mendekati 1. Variabel yang paling erat hubungannya dengan lokasi bekerja menurut urutanya adalah kelengkapan fasilitas perumahan, lokasi perumahan yang strategis, harga rumah yang terjangkau, transportasi mudah, desain rumah bagus, jauh dari keramaian kota, luas rumah mencukupi kebutuhan dan bebas polusi. Bila dilihat dari tabel 4.5 tentang faktor pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Grogol oleh masyarakat, hasilnya sedikit berbeda dengan hasil perhitungan kuantitatif dengan menggunakan analisis SPSS. Dari tabel menunjukkan bahwa faktor yang paling banyak dipilih adalah lokasi strategis tetapi dari analisis kuantitatif variabel independent yang paling erat kaitannya dengan variabel dependent adalah kelengkapan fasilitas perumahan. Hasil pada tabel, tidak dikaitkan dengan lokasi bekerja masyarakat. Akan tetapi pada perhitungan kuantitatif, ada keterkaitan antara lokasi bekerja dengan faktor-faktor pemilihan lokasi perumahan formal. Pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Grogol membuktikan kebenaran teori dari Cahyana, Sudaryono (2002) dan teori dari Astudio (2006) mengenai faktor-faktor yang dijadikan pedoman masyarakat untuk memilih lokasi tempat tinggal seperti lokasi yang strategis dekat dengan tempat bekerja maupun beraktivitas sehari-hari, harga rumah yang terjangkau, kelengkapan fasilitas perumahan yang sudah disediakan oleh pengembang, desain rumah yang bagus dan rumah yang ditawarkan memenuhi standart kebutuhan luas rumah untuk setiap keluarga. Untuk analisis pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol dilakukan dengan membandingkan jumlah luasan rumah yang telah dibangun dengan standart luas rumah per unit, yang hasilnya dibandingkan lagi dengan
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
standart penghuni tiap rumah. Hasil dari perhitungan tersebut adalah jumlah penduduk yang tinggal di perumahan tersebut yang nantinya digunakan sebagai analisis selanjutnya. Perhitungan tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini : Tabel 5.4 Analisis Pelayanan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun 1999-2009 Tahun Pembangunan
Luas Perumahan (Ha)
Jumlah Rumah (unit)
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
3,1 1,66 3,18 0,45 0,25 4,88 1,95
JUMLAH
15,47
344 184 353 50 28 542 217 1.719
Jumlah Penduduk Terlayani (jiwa) 1.722 922 1.767 250 139 2.711 1.083 8.594
Sumber : Analisis Penulis
Dari hasil perhitungan di atas, pembangunan perumahan formal yang telah dibangun dari tahun 1999-2009 di Kecamatan Grogol mampu melayani sebanyak 8.594 penduduk. Dimana penduduk tersebut adalah penduduk yang mayoritas bekerja di Kota Surakarta seperti hasil wawancara yang telah disampaikan pada bab sebelumnya. Keadaan demikian membuktikan kebenaran teori yang disampaikan oleh Dickinson dalam Yunus, 2005 yang menyatakan bahwa peruntukan permukiman di wilayah peri-urban dibangun bukan untuk petani melainkan untuk masyarakat yang bekerja di kota. Kebenaran tersebut juga didukung dengan adanya hasil wawancara yang telah dilakukan penulis dimana memang sebanyak 100 responden dari 100 responden yang menjadi sampel menyatakan bahwa perumahan yang dibangun di Kecamatan Grogol memiliki lokasi yang strategis. Strategis yang dimaksudkan adalah dekat dengan tempat mereka bekerja, dekat dengan sarana-sarana yang dibutuhkan sehari-hari seperti sekolah, rumah sakit, tempat berbelanja, bahkan rekreasi.
commit to user ANALISIS DAN PEMBAHASAN
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Indikator perkembangan perumahan dapat diukur secara obyektif yakni dengan melihat jumlah unit rumah yang dibangun setiap tahunnya dan luas pembangunan lokasi perumahan setiap tahunnya. Untuk perumahan formal di Kecamatan Grogol dilihat dari pertumbuhan luas pembangunan perumahan setiap tahunnya seperti pada grafik di bawah ini : 6
Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Grogol
4 Luas Perumaha
2 0 2002
2003
2004
2005 2006 TAHUN
2007
2008
Gambar 5.1 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Grogol Sumber : Analisis Penulis
Dari grafik di atas terlihat bahwa di setiap tahun terdapat pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol. Pembangunan dimulai pada tahun 2002 dikarenakan pada tahun 1999-2001 perkembangan property di Kecamatan Grogol masih belum stabil sebagai akibat adanya krisis ekonomi tahun 1998. Pembangunan paling banyak terjadi pada tahun 2007, dilihat dari titik tertinggi pada grafik di atas dan yang paling sedikit adalah pada tahun 2006. Untuk persebaran dan pola pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol bisa dilihat pada peta pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol tahun 1999-2009. Pada peta persebaran perumahan terlihat bahwa persebaran perumahan mendekati jalan utama dan berada tidak jauh dari Kota Surakarta. Pola pembangunan tersebut dimaksudkan agar mempermudah akses transportasi masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut untuk bepergian (bekerja, sekolah, belanja, berobat, dll). Peta Pertumbuhan Perumahan Formal Kecamatan Grogol tahun 1999-2009
commit to user ANALISIS DAN PEMBAHASAN
71
perpustakaan.uns.ac.id
5.2.2 Analisis
digilib.uns.ac.id
Perkembangan
Perumahan
Formal
di
Kecamatan
Gondangrejo Perkembangan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo dapat dilihat dari data yang telah disajikan dalam bab sebelumnya. Pembangunan perumahan formal yang dibangun di Kecamatan Gondangrejo cenderung diperuntukkan bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini dibuktikan dengan type rumah yang dibangun antara 21-60, sedangkan di Kecamatan Grogol sampai type 150. Pembangunan perumahan pun dilengkapi dengan pembangunan sarana prasarana seperti syarat pembangunan perumahan di dalam Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota tahun 1987 oleh DPU. Pembangunan sarana prasarana perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo sudah dibangun dengan kelengkapan sarana prasarana dari pengembang, tetapi tidak selengkap di Kecamatan Grogol. Untuk sarana kesehatan, hanya ada puskesmas dari pemerintah bukan Rumah Sakit yang memang sudah direncanakan pengembang untuk dibangun di lokasi perumahan tersebut. Begitu pula dengan sarana rekreasi, berbeda
dengan
Kecamatan
Grogol
dimana
pihak
pengembang
sudah
menyediakan water park Pandawa. Kelengkapan sarana prasarana menjadi salah satu alasan masyarakat dalam memilih lokasi tempat tinggal. Bila perumahan tidak dilengkapi dengan sarana prasarana atau pun jauh dari pusat aktivitas dimana terdapat sarana-sarana yang dibutuhkan maka perumahan tersebut tidak akan berkembang dengan pesat. Dari hasil wawancara terkait pemilihan lokasi perumahan juga mendukung pernyataan di atas. Beberapa faktor pemilihan lokasi yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya menjadi dasar masyarakat untuk memilih sebuah lokasi hunian. Secara perhitungan kuantitatif dengan program SPSS, dari perhitungan model summary didapatkan adanya keterkaitan antara semua variabel independent dan variabel dependent dengan koefisien korelasi sebesar 1.000. Besar koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungannya semakin erat. Jika nilainya mendekati 0, maka hubungan semakin lemah. Koefisien korelasi pada perhitungan ini sebesar 1, menunjukkan adanya korelasi
commit to user ANALISIS DAN PEMBAHASAN
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang erat antara pemilihan lokasi peerumahan dengan lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut. Secara lebih detail korelasi antara variabel dijelaskan pada tabel correlation di lampiran 5. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi antara lokasi bekerja dengan harga terjangkau sebesar 0.964, lokasi bekerja dengan lokasi rumah yang strategis sebesar 0.956, lokasi bekerja dengan desain rumah yang bagus sebesar 0.816, lokasi bekerja dengan luas rumah yang mencukupi sebesar 0.466, lokasi bekerja dengan fasilitas perumahan yang lengkap sebesar 0.737, lokasi bekerja dengan jauh dari keramaian kota sebesar 0.546, lokasi bekerja dengan transportasi mudah sebesar 0.808, lokasi bekerja dengan bebas polusi sebesar 0.216. Nilai-nilai hubungan tersebut memiliki arti bahwa variabel dependent yakni lokasi bekerja sangat erat hubungannya dengan semua variabel independent karena nilai hubungan mendekati 1. Variabel yang paling erat hubungannya dengan lokasi bekerja menurut urutanya adalah harga rumah yang terjangkau, lokasi perumahan yang strategis, desain rumah bagus, transportasi mudah, fasilitas perumahan lengkap, jauh dari keramaian kota, luas rumah mencukupi kebutuhan dan bebas polusi. Bila dilihat dari tabel 4.7 tentang faktor pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo oleh masyarakat, hasilnya tidak berbeda dengan hasil perhitungan kuantitatif dengan menggunakan analisis SPSS. Dari tabel menunjukkan bahwa faktor yang paling banyak dipilih adalah harga yang terjangkau dan dari analisis kuantitatif variabel independent yang paling erat kaitannya dengan variabel dependent juga harga yang terjangkau. Hasil pada tabel yang tidak dikaitkan dengan lokasi bekerja masyarakat tetap sama dengan perhitungan kuantitatif, ada keterkaitan antara lokasi bekerja dengan faktor-faktor pemilihan lokasi perumahan formal. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa perumahan yang dibangun di Kecamatan Gondangrejo adalah perumahan yang dihuni oleh penduduk yang bekerja di Solo atau yang berasal dari wilayah luar Kota Solo yang memang bekerja di Kota Solo. Aktivitas sehari-hari masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut memang di Solo seperti hasil wawancara penulis. Dengan demikian
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peruntukan perumahan di Kecamatan Gondangrejo ini memang untuk masyarakat pekerja Solo sesuai dengan teori Dickinson tentang pembangunan perumahan di wilayah peri-urban adalah untuk masyarakat yang bekerja di kota bukan untuk petani-petani yang bekerja di wilayah itu sendiri. Pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo juga membuktikan kebenaran atau kesesuaian fakta dengan teori Cahyana dan Sudaryono mengenai faktor-faktor pemilihan lokasi seperti lokasi yang aksesibel (mudah dijangkau, dekat dengan tempat bekerja), rumah yang dipilih sesuai dengan kebutuhan luas rumah untuk jumlah keluarga masing-masing, ketersediaan fasilitas perumahan. Pemilihan lokasi tersebut juga membuktikan teori Astudio (2006) dimana pemilihan lokasi perumahan ditentukan antara lain adalah terkait harga yang terjangkau semua kalangan masyarakat, lokasi yang strategis dekat dengan pusat kota, desain rumah yang bagus dan kelengkapan fasilitas yang ditawarkan oleh pengembang. Untuk analisis pelayanan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo dihitung dengan membandingkan jumlah rumah (unit) yang sudah dibangun setiap tahunnya dengan standart penghuni setiap rumah (5 orang), dimana hasilnya menunjukkan seberapa banyak jumlah penduduk yang dapat ditampung di perumahan formal yang dibangun di Kecamatan Gondangrejo selama tahun 19992009. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.5. Analisis Pelayanan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Tahun 1999-2009 Tahun Jumlah Rumah Jumlah Penduduk Pembangunan (Unit) Terlayani (jiwa) 2001 20 100 2002 50 250 2003 158 790 2006 1.580 7.900 2007 243 1.215 2008 564 2.820 2009 150 750 JUMLAH 2.765 13.825 Sumber : Analisis Penulis
commit to user ANALISIS DAN PEMBAHASAN
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari perhitungan pada tabel di atas sebanyak 13.825 jiwa dapat ditampung di perumahan Kecamatan Gondangrejo pada rentang tahun pembangunan 20012009. Pertumbuhan tersebut akan lebih jelas bila dilihat dengan grafik dan juga peta. Untuk perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo dilihat dari pertumbuhan jumlah pembangunan perumahan setiap tahunnya seperti pada grafik di bawah ini : Pertumbuhan PembangunanPerumahan Kecamatan Gondangrejo Tahun 2001-2009 600 500 400 300 Jumlah Rumah (Unit)
200 100 0 2001
2002
2003
2006
2007
2008
2009
TAHUN
Gambar 5.2 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Sumber : Analisis Penulis
Dari grafik di atas terlihat bahwa pembangunan dimulai pada tahun 2001 dikarenakan pada tahun 1999-2000 perkembangan property di Kecamatan Gondangrejo masih belum stabil sebagai akibat adanya krisis ekonomi tahun 1998. Pembangunan paling banyak terjadi pada tahun 2008, dilihat dari titik tertinggi pada grafik di atas dan yang paling sedikit adalah pada tahun 2006. Untuk persebaran dan pola pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol bisa dilihat pada peta pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol tahun 1999-2009. Pada peta persebaran perumahan terlihat bahwa persebaran perumahan mendekati jalan utama dan berada tidak jauh dari Kota Surakarta. Pola pembangunan tersebut dimaksudkan agar mempermudah akses transportasi masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut untuk bepergian (bekerja, sekolah, belanja, berobat, dll).
commit to user ANALISIS DAN PEMBAHASAN
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peta pertumbuhan gondangrejo
commit to user ANALISIS DAN PEMBAHASAN
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.3 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah PeriUrban sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Rumah Kota di Surakarta Analisis perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban sebagai upaya pemenuhan kebutuhan perumahan Kota Surakarta digunakan untuk menganalisis semua hasil penelitian yang sudah terkumpul dan mengkaji lebih dalam hubungan antar variabel-variabel penelitian. Kedua variabel penelitian yaitu perkembangan Kota Surakarta dan perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban dibahas lebih mendalam mengenai keterkaitan keduanya beserta dengan indikator-indikator yang ada di setiap variabel. Analisis perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban diambilkan dari gabungan analisis perkembangan perumahan formal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo. Analisis hubungan dari kedua variabel dilihat dari faktor pemilihan lokasi perumahan yang dapat mengindikasikan apakah perumahan yang ada di wilayah peri-urban digunakan untuk memenuhi kebutuhan perumahan kota di Surakarta. Untuk analisis perbandingan antara perkembangan Kota Surakarta dilihat dari pertumbuhan penduduk dengan perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
commit to user ANALISIS DAN PEMBAHASAN
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
JUMLAH JUMLAH
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari grafik di atas dapat dibandingkan antara perkembangan Kota Surakarta dengan perkembangan perumahan di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo. Pada tahun 1999-2001 tidak terdapat pembangunan perumahan formal di kedua kecamatan akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998. Pembangunan dimulai pada tahun 2002 dan setahun berikutnya yaitu pada tahun 2003 pertumbuhan penduduk Kota Surakarta turun yang mengindikasikan bahwa ada perpindahan penduduk dari pusat kota ke pinggiran kota / ke wilayah peri-urban. Begitu pula pertumbuhan perumahan formal yang tinggi di Kecamatan Gondangrejo pada tahun 2005 menyebabkan pertumbuhan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2006 mengalami penurunan. Bila dilihat dari grafik pertumbuhan penduduk Kota Surakarta dari tahun 1999-2009, Kota Surakarta mengalami penurunan jumlah penduduk. Akan tetapi pada analisis sebelumnya mengatakan bahwa pembangunan permukiman, jasa dan perusahaan di Kota Surakarta mengalami peningkatan. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan pendapat Adisasmita (2005) yang menguraikan bahwa jumlah penduduk di daerah perkotaan menunjukkan perkembangan yang makin meningkat karena daerah perkotaan mempunyai daya tarik yang kuat yaitu menjanjikan kesempatan kerja yang lebih luas, pendapatan yang lebih tinggi dan berbagai kemudahan lainnya yang beraneka ragam. Kota Surakarta mengalami pertumbuhan penduduk yang negatif tetapi kesempatan kerja semakin meningkat dengan adanya pertumbuhan jasa dan perusahaan di Kota Surakarta hingga menjadi daya tarik yang kuat bagi masyarakat di luar Kota Surakarta untuk bekerja bahkan tinggal di Surakarta. Dengan penambahan jumlah pekerja di Kota Surakarta menyebabkan jumlah permukiman semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan para pekerja tersebut akan tetapi kondisi tersebut menyebabkan penduduk dalam kota merasa tidak nyaman tinggal di kota dan akhirnya berpindah ke pinggiran kota yaitu di wilayah peri-urban Kota Surakarta. Dengan demikian jumlah rumah di Kota Surakarta terus meningkat tetapi penduduk kota menurun. Kondisi di Kota Surakarta ini relevan dengan pendapat Adisasmita (2005) bahwa pembangunan fasilitas-fasilitas kota dalam rangka memberikan pelayanan bagi masyarakat kota
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diarahkan pada penyelenggaraan fungsi kota yaitu pengadaan tempat tinggal, tempat bekerja, transportasi dan rekreasi. Ketersediaan sarana prasarana perkotaan ternyata tidak mampu mengimbangi kebutuhan karena lahan perkotaan semakin terbatas sedangkan perkembangan di daerah perkotaan berlangsing semakin pesat. Dari keterangan grafik dan penjelasan di atas terlihat adanya hubungan antara perkembangan Kota Surakarta dengan perkembangan perumahan formal di Kecamatan Grogol dan Kecamatan Gondangrejo. Hubungan tersebut lebih diperdalam lagi dengan adanya perhitungan kuantitatif menggunakan analisis faktor pemilihan lokasi terhadap lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di perumahan formal Kecamatan Grogol dan Gondangrejo. Secara perhitungan kuantitatif dengan program SPSS, dari perhitungan model summary didapatkan adanya keterkaitan antara semua variabel independent dan variabel dependent dengan koefisien korelasi sebesar 1.000. Besar koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungannya semakin erat. Jika nilainya mendekati 0, maka hubungan semakin lemah. Koefisien korelasi pada perhitungan ini sebesar 1, menunjukkan adanya korelasi yang erat antara pemilihan lokasi peerumahan dengan lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut. Secara lebih detail korelasi antara variabel dijelaskan pada tabel correlation di lampiran 6. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi antara lokasi bekerja dengan harga terjangkau sebesar 0.911, lokasi bekerja dengan lokasi rumah yang strategis sebesar 0.921, lokasi bekerja dengan desain rumah yang bagus sebesar 0.886, lokasi bekerja dengan luas rumah yang mencukupi sebesar 0.710, lokasi bekerja dengan fasilitas perumahan yang lengkap sebesar 0.948, lokasi bekerja dengan jauh dari keramaian kota sebesar 0.789, lokasi bekerja dengan transportasi mudah sebesar 0.869, lokasi bekerja dengan bebas polusi sebesar 0.656. Nilai-nilai hubungan tersebut memiliki arti bahwa variabel dependent yakni lokasi bekerja sangat erat hubungannya dengan semua variabel independent karena nilai hubungan mendekati 1. Variabel yang paling erat hubungannya dengan lokasi bekerja menurut urutanya adalah kelengkapan fasilitas perumahan, lokasi perumahan yang strategis, harga rumah yang
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjangkau, desain rumah bagus, transportasi mudah, jauh dari keramaian kota, luas rumah mencukupi kebutuhan dan bebas polusi. Dengan adanya perhitungan tersebut, antara kedua variabel yaitu variabel dependent (lokasi bekerja) dengan variabel independent (faktor pemilihan lokasi) saling berhubungan. Hubungan tersebut mengartikan bahwa memang masyarakat yang tinggal di perumahan formal Kecamatan Grogol dan Gondangrejo tersebut adalah masyarakat Surakarta yang membutuhkan hunian di luar pusat kota karena berbagai alasan dari pemilihan lokasi tersebut.
5.4
Sintesis Data Kota Surakarta mengalami perkembanga kota dilihat dari pola spasial,
pertumbuhan penduduk, pertumbuhan sarana permukiman dan juga pertumbuhan penggunaan lahan. Analisis pertumbuhan penduduk menyatakan dengan jelas bahwa ada penurunan jumlah penduduk, penurunan jumlah pertumbuhan penduduk bahkan penurunan kepadatan penduduk. Analisis perkembangan Kota Surakarta secara spasial, penggunaan lahan dan jumlah pertumbuhan permukiman menyatakan terdapat peningkatan. Kondisi demikian menjadikan Kota Surakarta hanya menjadi pusat pelayanan bagi daerah sekitarnya karena perkembangan yang terjadi adalah di bidang jasa sedangkan penduduk mengalami penurunan karena berpindah ke wilayah peri-urban Kota Surakarta mencari lokasi hunian yang lebih nyaman. Ada gerakan sentrifugal seperti pendapat Yunus (2005), dimana gerakan sentrifugal adalah gerakan perpindahan penduduk dari dalam ke luar kota karena kekuatan-kekuatan sentrifugal. Kekuatan sentrifugal ada dua yaitu kekuatan pendorong dan penarik, kekuatan pendorong berasal dari dalam kota sedangkan penarik dari luar kota. Kekuatan pendorong pada gerakan tersebut antara lain tingginya kepadatan penduduk, tingginya kepadatan permukiman, tingginya polusi udara, tingginya polusi air, tingginya polusi social, tingginya kriminalitas, banyaknya peraturan-peraturan yang mengikat, tingginya kepadatan lalu lintas, kurangnya lahan, tingginya harga lahan dan kurang terjaminnya privacy. Semuanya itu menjadi ciri khas dari wilayah pusat kota yang mengalami gerakan
commit to user ANALISIS DAN PEMBAHASAN
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sentrifugal. Wilayah yang ditinggalkan penduduknya untuk berpindah ke bagian luar kota. Kekuatan pendorong tersebut dimiliki oleh Kota Surakarta. Kota yang semakin padat karena perkembangan kota yang terus terjadi menjadikan Kota Surakarta tidak nyaman dan tidak cocok untuk menjadi lokasi tempat tinggal sehingga masyarakat dari dalam kota maupun masyarakat yang bekerja di kota memilih untuk tidak tinggal di pusat kota melainkan di wilayah peri-urban Kota Surakarta. Perkembangan perumahan formal yang ada di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo berkembang dengan baik karena perkembangan tersebut seimbang dengan pemenuhan kelengkapan sarana prasarana yang mendukung atau membantu penawaran perumahan tersebut. Seperti teori dari Sastra dan Marlina (2005) tentang peraturan pembangunan perumahan dan juga dari peraturan rencana kawasan perumahan kota dari Departemen Pekerjaan Umum terkait kelengkapan sarana prasarana yang harus dilengkapi, kedua kecamatan sudah memenuhi standar yang ditetapkan. Dengan demikian perkembangan perumahan menjadi lokasi hunian yang layak untuk dijadikan tempat tinggal yang diinginkan masyarakat pada umumnya. Perkembangan perumahan formal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo juga didukung adanya gaya tarik gerakan sentrifugal, dimana wilayah peri-urban merupakan wilayah tujuan dari gerakan sentrifugal. Kekuatan sentrifugal yang menjadi kekuatan penarik antara lain rendahnya kepadatan penduduk, rendahnya kepadatan permukiman, rendahnya polusi udara, rendahnya polusi air, rendahnya polusi sosial, rendahnya tingkat kriminalitas, sedikitnya peraturan-peraturan yang mengikat, rendahnya kepadatan lalu-lintas, rendahnya frekuensi kemacetan lalu lintas, banyaknya lahan, rendahnya harga lahan, rendahnya suhu udara dan lebih terjaminnya privacy. Dengan adanya kekuatan penarik tersebut, masyarakat cenderung memilih lokasi tempat tinggal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo sebagai wilayah peri-urban Kota Surakarta. Perkembangan keduanya berbanding lurus dan berhubungan, yang artinya Kota Surakarta berkembang diikuti dengan perkembangan perumahan formal di
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kecamatan Grogol dan Gondangrejo untuk memenuhi kebutuhan rumah kota di Surakarta. Kota Surakarta akan terus berkembang lagi dalam perkembangan penduduk dan kelengkapan sarana prasarana yang nantinya akan tetap berdampak pada kebutuhan
rumah.
Pada
tahun
penelitian
Kota
Surakarta
masih
membutuhkan pemenuhan rumah untuk mengakomodasi kebutuhan rumah bagi para pekerja yang bekerja di Kota Surakarta karena masyarakat yang tinggal di kedua kecamatan adalah masyarakat yang bekerja di Kota Surakarta. Perumahan formal yang dibangun di wilayah peri-urban Kota Surakarta yakni di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo diperuntukkan bagi penduduk yang bekerja di Kota Surakarta sesuai hasil wawancara yang menyatakan bahwa memang mayoritas masyarakat yang tinggal di perumahan formal wilayah periurban beraktivitas di Kota Surakarta. Hal tersebut membuktikan kebenaran teori dari Dickinson dalam Yunus, 2008 yang menyatakan bahwa permukiman yang dibangun di wilayah peri-urban tidak dibangun untuk petani melainkan untuk mereka yang bekerja di kota. Kota Surakarta mengalami perluasan konsentrasi permukiman beserta dengan pelayanan bagi kawasan ekonomi yang dilayaninya seperti teori yang diungkapkan oleh Adisasmita, 2005. Kota sangat erat hubungannya dengan jumlah dan kepentingan penduduknya. Kota Surakarta pada tahun 1999 memiliki kepadatan yang tinggi namun lambat laun kepadatan semakin berkurang dikarenakan adanya pemekaran konsentrasi permukiman di wilayah-wilayah pinggiran Kota Surakarta yaitu di wilayah peri-urban Kota Surakarta. Perembetan konsentrasi permukiman tersebut didasari pada pemilihan masyarakat dalam hal menentukan lokasi tempat tinggal yang dirasa aman dan nyaman. Pemilihan lokasi perumahan masyarakat yang tinggal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo sebagai wilayah peri-urban Kota Surakarta sebagian besar dikarenakan keterjangkau harga rumah dan beberapa alasan lain diantaranya seperti jauh dari keramaian kota.
commit to user ANALISIS DAN PEMBAHASAN
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 6 PENUTUP Di awal laporan penelitian terdapat pendahuluan dan di akhir penelitian terdapat penutup. Pada bagian penutup ini akan disajikan rangkuman dari penelitian ini dan bagaimana penelitian ini dapat menjadi manfaat bagi yang membaca laporan ini dengan memberikan rekomendasi
rekomendasi untuk perbaikan penelitian
selanjutnya maupun untuk menambah pengetahuan pembaca.
6.1. Kesimpulan Kota Surakarta berkembang di bidang perumahan, jasa dan perdagangan. Akan tetapi pertumbuhan penduduk Kota Surakarta mengalami penurunan. Perkembangan di bidang perdagangan dan jasa menjadikan Kota Surakarta sebagai pusat pelayanan, pusat investasi, berbisnis bagi wilayah sekitarnya (wilayah peri-urban). Dengan adanya investasi di Kota Surakarta, perumahan yang berkembang di kota juga menjadi sarana untuk berinvestasi. Pertumbuhan penduduk yang turun disebabkan karena perpindahan penduduk dari dalam ke luar Kota Surakarta karena pengaruh kekuatan sentrifugal. Penurunan penduduk mengakibatkan penurunan jumlah kebutuhan rumah, akan tetapi jumlah rumah di Kota Surakarta mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dikarenakan adanya pembangunan perumahan hanya sebagai sarana berinvestasi untuk mengakomodasi pekerja kota yang berasal dari luar kota yang ingin tinggal di pusat kota. Perpindahan penduduk ke luar Kota Surakarta karena penduduk mencari lokasi hunian yang lebih nyaman dari pada hunian di pusat kota dan bersamaan dengan itu perumahan formal berkembang di wilayah peri-urban. Wilayah periurban merupakan wilayah yang dekat dengan pusat kota dan masih terjangkau bagi masyarakat penglaju yang tinggal di wilayah peri-urban dan bekerja atau beraktivitas di pusat kota. Dengan demikian banyak masyarakat yang bekerja di pusat kota tetapi memilih untuk bertempat tinggal di wilayah peri-urban Kota Surakarta. Hal ini menjadikan perumahan formal di wilayah peri-urban semakin berkembang karena permintaan (demand) perumahan semakin bertambah.
commit to user PENUTUP
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perumahan formal yang berkembang di wilayah peri-urban memang diperuntukkan bagi masyarakat yang bekerja attau beraktivitas di Kota Surakarta karena sebagian besar masyarakat yang tinggal di perumahan formal wilayah periurban adalah masyarakat yang bekerja dan beraktivitas di pusat kota. Selain itu juga bila dilihat dari pemilihan lokasi perumahan di wilayah peri-urban oleh masyarakat yang didominasi oleh keterjangkauan harga rumah dan lokasi rumah yang strategis (dekat dengan pusat kota tempat bekerja, bersekolah dan melakukan aktivitas sehari-hari), menjadikan perumahan formal di wilayah peri-urban sebagai lokasi yang tepat bagi masyarakat yang bekerja di pusat kota yang menginginkan lokasi hunian yang lebih nyaman daripada di pusatt kota.
6.2. Rekomendasi Diperlukan adanya perencanaan perumahan yang lebih baik lagi dalam menyediakan hunian bagi masyarakat sehingga pengembang tidak hanya sekedar
membangun
tetapi
juga tetap
memperhatikan
pengelolaan
perumahan secara berkelanjutan. Diperlukan adanya pembatasan pembangunan lahan terbangun di Kota Surakarta supaya lahan non terbangun yang menjadi ruang terbuka hijau kota dapat tetap terjaga bahkan dapat ditingkatkan. Diperlukan adanya program untuk kependudukan yang bertujuan untuk membatasi pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan secara langsung juga akan meningkatkan tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta yang sudah tinggi. Diharapkan kepadatan penduduk Kota Surakarta dapat setara dengan wilayah di sekitar pusat kota sehingga keadaan di pusat Kota Surakarta tidak terlalu padat yang nantinya dapat menimbulkan masalah-masalah perkotaan lainnya.
commit to user PENUTUP
86