Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya Oeh : Renny Wijayanti
HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA DI DESA WARUGUNUNG RW 02 KARANGPILANG SURABAYA Renny Wijayanti., Ns. Dhian Satya R, S. Kep., M. Kep., Dr. AV. Sri Suhardiningsih., S.Kp., M.Kes Lela Nurlela, S.kep.,M.Kes Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Tahun Ajaran 2015 ABSTRACT physical activity a movement of the body causes the energy is essential for physical and mental health care. The independence would affect the ability of functional and prosperity for the eldery, if reliance not be solved immediately and will cause the independence in activity of daily living (ADL). The purpose of this study was to analyze The level of physical activity and the independence of activity of daily living (ADL) on elderly This study design using correlational study design Cross-sectional. Data retrieval technique with simple random sampling, with total population 50 people and sample 44 respondents are in the villages elderly Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya. The research instrument used questionnaire. Data were analyzed by spearman’s rho test with significance level ρ <0.05. Results of the study of elderly with light physical activity level has as having dependence in the activity of daily living (ADL), while the elderly with moderate level of physical activity has havingin the independence in the activity of daily living (ADL).Results of statistical test spearman’s rho showed that The purpose of this study was to analyze The level of physical activity and the independence of activity of daily living (ADL) in elderly with the value ρ = 0.005 (ρ ≤ 0.05)whit the level correlation 0.416. Implications of the results showed The level of physical activity has a role in the independence of activity of daily living (ADL) on elderly. It expected to keep senior fialik according to their activities and familly can motivating the elderly to perform their daily physical activity because it will be a lot of benefits derived by the elderly. Keywords: The level of physical activity, the independence of activity of daily living, elderly
Pendahuluan Stanley dan Bare (2007 dalam Azizah 2011) menganalisis kriteria lanjut usia dari 57 negara didunia dan menemukan bahwa kriteria lansia paling umum adalah gabungan antara usia kronologis dengan perubahan dalam peran sosial dan diikuti oleh perubahan status fungsional seseorang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya (Azizah, 2011). Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka dan yang menyebabkan pengeluaran energi (Soegih, 2009). Aktivitas fisik dapat menghambat atau memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur, sangat penting bagi individu lanjut usia untuk tetap
STIKES HANG TUAH SURABAYA TAHUN 2014
1
Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya Oeh : Renny Wijayanti aktivitas dan mencapai kepuasan hidup (Azizah, 2011). Kemandirian adalah kemampuan atau keadaan dimana individu mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri tanpa tergantung dengan orang lain (Mariyam et al, 2008). Proses penuaan tidak selalu mengakibatkan ketergantungan dan ketidakmampuan, sebagian besar lansia tetap mandiri secara fungsional (Potter & Perry, 2009). Kesehatan didasarkan pada kemampuan individu melakukan fungsi secara independen dalam memenuhi 14 komponen kebutuhan dasar, yang terdiri dari komponen fisiologis, psikologis,sosiologis dan spiritual (Dermawan, 2013). Lansia yang berusia 60 tahun keatas di desa Warugunung mampu beraktivitas fisik ringan secara mandiri, sedangkan terdapat beberapa lansia tidak mampu melakukan aktivitas fisik sedang dan berat secara mandiri karena keterbatasan fisik yang dimilikinya, akibat pertambahan usia serta perubahan dan seringkali mengalami penurunan kemampuan dalam aktivitas sehari-hari. penurunan kemampuan tersebut terdiri dari, tidak mampu merawat kebersihan diri, penurunan kemampuan gerak, dan perubahan sistem penglihatan sehingga terhambat untuk melakukan aktivitas sehari hari. Sebagian kecil lansia dapat beraktivitas fisik berat sehingga beberapa lansia mengeluh mudah lelah, dan dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Peningkatan proporsi penduduk usia tua (diatas 60 tahun) dari total populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lansia dari total penduduk dunia akan naik 10% pada tahun 1998 menjadi 15% pada tahun 2025, dan meningkat hampir mencapai 25% pada tahun 2050 (UNFA 2007 dalam Fatmah, 2010). Populasi penduduk lanisa di Asia dan Pasifik meningkat pesat dari 410 juta pada tahun 2007 menjadi 733 juta pada tahun 2025, dan diprediksi mencapai 1,3 triliun pada tahun
2050 (Macao, 2007 dalam Fatmah, 2010). Indonesia mengalami peningkatan populasi penduduk lansia yang amat pesat dari 4,48% pada tahun 1971 (5,3 juta jiwa) menjadi 9,77% pada tahun 2010 (23,9 juta jiwa). Bahkan pada tahun 2020 diprediksi akan terjadi ledakan jumlah penduduk lansia sebesar 11,34% atau sekitar 28,8 juta jiwa (Fatmah, 2010). Berdasakan penelitian Indang Trihandini dalam Fatmah (2010), lansia di Indonesia mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan aktivitas dasar dimana pada tahun 1993 terdapat 94 (5,8%) responden yang tidak dapat melakukan aktivitas dasar dan meningkat menjadi 126 (7,7%) responden pada tahun 1997, dan menigkat lagi menjadi 171 (10,5%) responden pada tahun 2000. Suhartini (2009) memperkirakan angka ketergantungan usia lansia pada tahun 1995 ada 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74 %. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 8 Februari 2015, lansia berusia 60 tahun keatas di Desa Warugunung RT 05 RW 02, melalui wawancara dan pengisian kuesioner yang dilakukan pada 10 orang lansia dalam hal aktivitas fisik dari hasil penghitungan berdasarkan Physical activity level (PAL) didapatkan hasil 3 orang lansia (30%) mampu melakukan aktivitas fisik berat dengan skor nilai PAL 2,00, 2,10 dan 2,25, 2 orang lansia (20%) mampu beraktivitas fisik sedang dengan skor nilai PAL 1,75 dan 1,80, dan 5 orang lansia (53,3%) mampu melakukan aktivitas fisik ringan dengan skor nilai PAL 1,40, 1,40, 1,45, 1,50, dan 1,55. Dalam hal kemandirian dari hasil penghitungan berdasarkan katz 4 orang lansia (40%) mampu tingkat kemandirian dalam Activity of Daily Living (ADL) mandiri dan 6 orang lansia (60%) tingkat kemandirian dalam Activity of Daily Living (ADL) mandiri. Pada proses penuaan lansia, terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
STIKES HANG TUAH SURABAYA TAHUN 2014
2
Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya Oeh : Renny Wijayanti terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo R. Boedhi & Martono, 1999 dalam Fatmah, 2010). Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia (Azizah, 2011). Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya gangguan didalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Tamher & Noorkasiani, 2009). Ketergantungan akan mempengaruhi kemampuan fungsional dan kesejateraan lansia. Apabila ketergantungan tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan beberapa akibat seperti gangguan sistem tubuh, timbulnya penyakit, menurunya kemandirian dalam aktivitas sehari-hari (Nursalam, 2011). aktivitas fisik sangat penting bagi orang lanjut usia untuk menjaga kesehatan, mempertahankan kemampuan untuk melakukan ADL (Activity Daily Living), dan meningkatkan kualitas kehidupan (Luekenotte, 2000). Sebagian besar lansia tertarik pada kesehatan dirinya dan mampu menjalani hidupnya dengan mandiri. Mereka ingin tetap mandiri dan mencegah ketidakmampuan (Azizah, 2011). Peningkatan aktivitas seharihari, dapat dilakukan dengan cara mempertahankan aktivitas fisik. Lansia sebaiknya tetap melakukan aktivitas fisik untuk menjaga vitalitas tubuh sehingga dapat mengurangi resiko terkena penyakit degeneratif (Fatmah, 2010). Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya lansia merupakan bagian dari keluarga. Dukungan keluarga, merupakan alat motivasi bagi lansia agar meningkatkan aktivitas fisik secara mandiri pada lansia dan keluarga mengetahui aktivitas yang memerlukan bantuan atau tidak, sehingga tidak terjadi resiko yang tidak diinginkan. Dukungan sosial dapat membantu agar lansia tetap beraktivitas. Dukungan sosial bagi lansia sangat diperlukan selama lansia
sendiri mampu memahami makna dukungan sosial tersebut sebagai penyongkong /penompang kehidupannya (Azizah, 2011). Tenaga kesehatan diharapkan lebih memperhatikan kesehatan lanjut usia dengan membuat program-program khusus bagi lanjut usia misalnya perawatan di rumah dan posyandu lanjut usia, sehingga lanjut usia dengan keluarga dapat menyesuaikan diri dan berusaha mencapai tingkat kemandirian dan kesehatan lanjut usia seoptimal mungkin. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mencoba menghubungkan antara tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam Activity Of Daily Living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya.
Bahan dan Metode Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian desain penelitian yang digunakan adalah korelasional cross-sectional mengkaji hubungan antara variabel yang menekankan waktu hanya satu kali pada satu saat. Ciri dari tipe ini adalah mencari hubungan antar variabel. Penelitian ini dilakukan mulai dari penyusunan proposal pada bulan September 2014 hingga dilakukannya pengambilan data pada bulan juni 2015 di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya. Populasi
dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang tinggal di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya. sebanyak 50 orang.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probability sampling dengan metode simple random sampling. Pada teknik ini setiap responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian) sehingga
STIKES HANG TUAH SURABAYA TAHUN 2014
3
Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya Oeh : Renny Wijayanti
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat aktivitas fisik. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat kemandirian dalam dalam activity of daily living (ADL). Teknik pengumpulan data adalah menggunakan dua instrumen yaitu kuisoner PAL (Physical Activity Level) menurut WHO/FAO 2003 dan lembar kuisioner indeks kazt. Variabel independen yaitu tingkat aktivitas fisik dinilai dengan lembar kuisoner. Pengukuran variabel dependen yaitu tingkat kemandirian dalam dalam activity of daily living (ADL) diukur dengan menggunakan lembar kuisioner. Peneliti menjelaskan tentang pentingnya aktifitas fisik dan kemandirian dalam dalam activity of daily living (ADL) responden diberikan lembar kuisoner PAL (Physical Activity Level) dan diberikan waktu untuk pengisian kuisoner tersebut baru setelahnya responden diberikan lembar indeks kazt. Hasil Penelitian 1. Data Umum Demografi Responden a. Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total
Frekuensi (f) 28 16 44
Presentase (%) 63.6% 36.4% 100.0%
b. Karakteristik responden berdasarkan usia Usia 70-74 60-64 65-69 Total
Frekuensi (f) 18 17 9 44
Presentase (%) 40.9% 38.6% 20.5% 100.0%
Berdasarkan karakteristik usia didapatkan 18 responen (40.9%) berusia 7074 tahun, 17 responden (38.6%) berusia 60-64 tahun, dan 9 responden (20.5%) berusia 65-69 tahun. c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan Frekuensi Presentase terakhir (f) (%) SD
30
68.2%
Tidak sekolah
8
18.2%
SMP
6
13.6%
Total
44
100.0%
Pendidikan terakhir lansia SD sebanyak 30 responden (68.2%), tidak sekolah sebanyak 8 responden (18.2%), dan SMP sebanyak 6 orang (13.6%). d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Pekerjaan
Frekuensi Presentase (f) (%)
Lain-lain
20
45.5%
Ibu rumah tangga
18
40.9%
Swasta/ wiraswasta
6
13.6%
Total
44
100.0%
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin didapatkan 28 responden (63.6%) adalah perempuan dan sisanya adalah lakilaki yang terdiri dari 16 responden (36.4%).
Responden yang memiliki pekerjaan lain lain seperti petani, ibu rumah tangga, kuli
STIKES HANG TUAH SURABAYA TAHUN 2014
4
Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya Oeh : Renny Wijayanti bangunan, merawat anak kecil, dan dukun pijat sebanyak 20 responden (45.5%), responden yang tidak memilki pekerjaan sebanyak 18 responden (40.9%) dan yang memiliki pekerjaan swasta/wiraswasta sebanyak 6 responden (13.6%) e. Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan Status Pernikahan
Frekuensi (f)
Presentase (%)
Janda/ duda
22
50.0 %
Menikah
21
47.7 %
Belum menikah
1
2.3 %
Total
44
100.0%
Status pernikahan lansia yang janda/ duda sebanyak 22 responden (50.0%), menikah sebanyak 21 responden (47.7%), dan belum menikah sebanyak 1 responden (2.3%). f. Karakteristik responden berdasarkan riwayat penyakit Riwayat Penyakit
Frekuensi (f)
Presentase (%)
Hipertensi
13
29.5 %
Lain-lain
10
22.7 %
Katarak
6
13.6 %
Kolesterol
5
11.4 %
Asam urat
5
11.4 %
Tidak ada riwayat
5
11.4 %
Total
44
100.0%
Karakteristik status penikahan didapakan 13 responden (29.5%) dengan riwayat penyakit hipertensi, 10 responden
(22.7%) yang termasuk dalam kategori lainlain memiliki riwayat penyakit hipotensi, infeksi lambung, diabetes, dan asma, 6 responden (13.6%) dengan riwayat penyakit katarak, 5 responden (11.4%) dengan riwayat penyakit kolesterol, 5 responden (11.4%) dengan riwayat penyakit asam urat, dan 5 responden (11.4%) tidak memilki riwayat penyakit.
2. Data Khusus a. Data karakteristik responden berdasarkan tingkat aktivitas fisik Tingkat Aktifitas fisik Ringan Sedang Berat Total
Frekuensi (f) 24 19 1 44
Presentase (%) 54.5% 43.2% 2.3% 100.0%
Tingkat kemandirian responden menunjukkan bahwa sebanyak 24 responden (54.5%) memiliki tingkat aktivitas fisik ringan, 19 responden (43.2%) memiliki tingkat aktivitas fisik sedang, dan 2 responden (2.3%) memiliki tingkat aktivitas fisik berat. b. Data karakteristik responden berdasarkan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) Tingkat Kemandirian
Frekuensi (f)
Presentase (%)
Bergantung
23
52.3%
Mandiri
21
47.7%
Total
44
100.0%
Tingkat kemandirian responden menunjukkan bahwa sebanyak 23 responden (52.3%) memiliki tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) secara bergantung, sedangkan 21 responden (47.7%) memiliki tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) secara mandiri.
STIKES HANG TUAH SURABAYA TAHUN 2014
5
Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya Oeh : Renny Wijayanti c. Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL)
Keterkaitan antara hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia sesuai tabel 5.9 sesuai hasil uji korelasi Spearman’s rho dan didapatkan hasil ρ = 0.005 < α = 0.05 secara statistik Koefisien korelasi 0,416, hal ini menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut adalah kuat, antara tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya.
Pembahasan 1. Tingkat aktivitas fisik pada lansia Pada tabel 5.7 telah menunjukkan bahwa tingkat aktivitas lansia dari 44 responden (100%) menunjukkan tingkat aktivitas fisik ringan sebanyak 24 responden (54.5%), tingkat aktivitas fisik sedang sebanyak 19 responden (43.2%), dan tingkat aktivitas fisik berat sebanyak 1 responden (2.3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat aktivitas fisik pada lansia dari 44 responden (100%) menujukkan sebagian besar lansia memiliki tingkat aktivitas fisik ringan sebanyak 24 responden (54.5%). Sesuai hasil observasi seseorang yang memiliki aktivitas fisik ringan mereka melakukan kegiatan duduk diteras, membersihkan rumah dan melihat televisi hal tersebut sesuai dengan teori Soegih (2009) bahwa Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot
rangka dan yang menyebabkan pengeluaran energi, yang meliputi pekerjaan, waktu senggang, dan aktivitas sehari-hari. pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik tersebut memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang dapat menyebabkan perbaikan kesehatan bila dilakukan secara teratur. Setiap kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan membutuhkan energi yang berbeda tergantung dari lamanya intensitas dari kerja otot (FKM-UI, 2007). Tingkat aktivitas fisik ringan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, usia, dan riwayat penyakit (Fatmah, 2010). Hasil crosstabulasi dari 24 responden (100%) memiliki aktivitas fisik ringan sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 responden (62.5%) hal ini sesuai dengan teori Potter dan Perry (2005) bahwa pada wanita lebih jelas terjadi penurunan massa dan kekuatan otot dan dimineralisasi tulang. Kemampuan beraktivitas secara umum berhubungan dengan sistem muskuloskeletal, pada lansia tonus otot dan densitas tulang menurun terutama pada wanita yang mengalami osteoporosis. Osteoporosis umum dialami wanita lanjut usia yang mempengaruhi ekstremitas bawah dan punggung yang menanggung beban (Kozier, et al, 2010). Menurut pendapat peneliti, lansia akan mengalami manepous, pada perempuan yang manepous akan terjadi defesiensi hormon sehingga wanita lebih beresiko osteoporosis hal tersebut dapat mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan hasil data penelitian didapatkan sebanyak 24 responden (54.5%) memiliki tingkat aktivitas ringan,sebagian besar lansia yang berusia 70-74 tahun memiliki aktivitas fisik ringan 11 responden (45.8%). Lanjut usia adalah seseorang yang berumur diatas 60 tahun (Nugroho, 2008).
STIKES HANG TUAH SURABAYA TAHUN 2014
6
Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya Oeh : Renny Wijayanti Lanjut usia adalah seseorang yang berumur diatas 60 tahun (Nugroho, 2008). Usia seseorang menujukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap aktifitas fisik karena semakin bertambahnya usia seseorang, maka semakin banyak transisi yang akan dihadapi, salah satunya perubahan kesehatan dan kemampuan fungsional (Potter & Perry, 2009). Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya gangguan didalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Tamher & Noorkasiani, 2009). Dengan demikian peneliti berpendapat,semakin bertambahnya usia seseorang maka akan terjadi penurunan fungsional,sehingga dapat mempengarui tingkat aktivitas fisik lansia. Berdasarkan hasil data penelitian didapatkan sebanyak 24 responden (54.5%) memiliki tingkat aktivitas ringan yang berusia 60-64 tahun memiliki aktivitas fisik ringan sebanyak 9 responden (37.5%). Lanjut usia adalah seseorang yang berumur diatas 60 tahun (Nugroho, 2008). Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, oleh karena itu mungkin perlu untuk menyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya peran bekerja. Lanjut usia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada penuaan. Pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan peran, yang menyebabkan stres psikososial. Usia wajib pensiun bervariasi. Seseorang yang merencanakan aktivitas pensiun pada umumnya menyesuaikan dengan lebih baik (Perry dan Potter, 2005). Dengan demikian peneliti berpendapat, hilangnya peran dalam bekerja pada lansia sering kali mempengaruhi kehidupan lansia. Seringkali lansia termenung sendiri hal tersebut dapat mempengarui tingkat aktivitas fisik lansia, sehingga lansia perlu menyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya peran bekerja.
Berdasarkan hasil data penelitian didapatkan sebanyak 24 responden (54.5%) memiliki tingkat aktivitas ringan, sebanyak 5 responden (20.8%) memiliki riwayat penyakit hipertensi, 5 responden (20.8%) memiliki riwayat penyakit infeksi asma dan diabetes, 4 reponden (16.7%) memiliki riwayat penyakit katarak, 3 responden (12.5%) memiliki riwayat kolesterol, 3 responden (12.5%) dengan riwayat penyakit asam urat. Responden mengakui masalah kesehatan dan penurunan kemampuan fisik yang terjadi membuat mereka membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas fisik. Seorang yang lanjut usia terjadi penurunan sistem imun tubuh sehingga ditemukan penyakit degeratif, kondisi ini akan mempengaruhi kesehatan yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat aktivitas fisik lansia (Nugroho, 2008). Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan, dan fungsi (Potter & Perry, 2005). Dengan demikian peneliti berpendapat, adanya penurunan sistem degeneratif pada tubuh lansia, seringkali lansia mengalami berbagai penyakit atau penghabat dalam melakukan aktivitas fisik, sehingga lansia tidak mampu melakukan aktivitas fisik dengan intensitas waktu yang sesuai kebutuhan lansia yaitu aktivitas sedang. Menurut Soegih (2009), aktivitas fisik dibagi menjadi tiga komponen, terdiri dari aktivitas yang dilakukan selama bekerja/berhubungan dengan pekerjaan, aktivitas yang dilakukan di rumah yang merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari, dan aktivitas fisik yang dilakukan pada saat luang, diluar pekerjaan dan aktivitas seharihari. Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan subyek dan lama waktu melakukan aktivitas dalam sehari. Berdasarkan WHO/FAO (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL
STIKES HANG TUAH SURABAYA TAHUN 2014
7
Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya Oeh : Renny Wijayanti merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Jenis aktivitas yang dituliskan disesuaikan dengan nilai PAR, jenis aktivitas dibagi menjadi 3 yaitu 1. Aktivitas umum terdiri dari tidur, berpakaian, mandi, istirahat/ duduk, makan, nonton TV, dan beribadah, 2. Kegiatan transportasi terdiri dari berjalan kaki menuju tempat kerja, jalan jalan kerumah tetangga, dan berangkat kerja dengan naik motor, 3. Kegiatan rumah tangga terdiri dari memasak, mencuci piring, mencuci pakaian, menyetrika, menyapu/ membersihkan rumah, merawat anak cucu, mengabil air, mengambil kayu dan kegiatan rumah tangga lainnya (WHO/FAO, 2001). 2. Tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia Secara umum tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) di Desa Warugunung RW 02 terdapat 44 responden (100%), Menunjukkan bahwa sebagian besar lansia memiliki tingkat kemandirian dalam melakukan Activity of Daily Living (ADL) tergantung sebanyak 23 responden (52.3%) sedangkan yang memiliki tingkat keemandirian dalam melakukan Activity of Daily Living (ADL) mandiri sebanyak 21 responden (47.7%). Dari hasil observasi yang terdapat dilapangan yaitu lansia dominan mengalami ketergantunagan dalam hal mengelolah keuangan, penurunan sistem gerak dan perubahan sistem pengelihatan hal tersebut sesuai dengan teori Maryam et al bahwa kemandirian adalah kemampuan atau keadaan dimana individu mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain (Maryam et al, 2008). The activities of living yaitu aktivitas kehidupan sehari-hari yang mengacu pada aktivitas pemenuhan 14 komponen kebutuhan dasar , yang terdiri dari komponen fisiologis, psikologis,sosiologis dan spiritual (Dermawan, 2013). Tingkat kemandirian dalam melakukan Activity of Daily Living (ADL) tergantung dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor umur dan status perkembangan, kesehatan fisiologis, fungsi kognitif, fungsi psikososial, tingkat stres, status mental dan pelayanan kesehatan. Hasil crosstabulasi 23 responden (52.3%) tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) bergantung, lebih berdominan pada lansia yang berusia 60-64 tahun dengan 12 responden (52.2%). Lanjut usia adalah seseorang yang berumur diatas 60 tahun (Nugroho, 2008). Usia seseorang menujukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan Activity of Daily Living (ADL). Karena semakin bertambahnya usia seseorang, maka semakin banyak transisi yang akan dihadapi, salah satunya perubahan kesehatan dan kemampuan fungsional (Potter & Perry, 2009). Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya gangguan didalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Tamher & Noorkasiani, 2009). Dengan demikian peneliti berpendapat, bahwa sekalipun usia mereka sudah tua, lansia masih berusaha untuk mempertahankan kemampuan yang mereka miliki, dan meminimalkan ketergantungannya pada keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian 23 responden (52.3%) yang memiliki tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) bergantung sebagian besar memiliki pendidikan terakhir SD sebanyak 18 responden (78.3%) disimpulkan bahwa tingkat pendidikan lansia masih tergolong rendah yang menujukkan rendahnya tingkat pengetahuan lansia. Miller , 2004 mengatakan bahwa respon lansia terhadap perubahan atau penurunan kondisi yeng terjadi, sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman hidup, bagaimana lansia memberi arti terhadap perubahan, waktu dan tingkat antsipasi terhadap perubahan, sumber sosial, dan pola koping yang digunakan lansia. Pada
STIKES HANG TUAH SURABAYA TAHUN 2014
8
Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya Oeh : Renny Wijayanti umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi(Nursalam, 2003 dalam Wawan dan Dewi, 2011). Peneliti berpendapat, pendidikan sangat berpengaruh karena tidak adanya riwayat pendidikan membuat meraka sulit menerima informasi, mengganggu dalam berfikir logis dan menghambat kemandirian dalam melakukan activity of daily living (ADL).
sendiri, lansia yang tinggal bersama keluarga mengungkapkan bahwa pengelolahan uang diatur oleh anak atau menantunya. Lansia yang tinggal bersama anak atupun menantunya dalam hal menyiapkan obat dan minum obat dan minum obat sesuai dengan aturan dan takaran obat seringkali bergantung, karena adanya penurunan sistem penglihatan akibat proses menua dan penyakit pikunnya.
Berdasarkan hasil data penelitian didapatkan 23 responden (52.3%) yang memiliki tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) bergantung, didapatkan memilki riwayat penyakit diantaranya 8 responden (34.8%) memiliki riwayat hipertensi, 5 responden (21.7%) lain lain yaitu riwayat penyakit diabetes, infeksi lambung, 3 responden (13%) memiliki riwayat kolesterol, 2 responden (8.7%) memiliki riwayat katarak, 2 (8.7%) responden memiliki riwayat asam urat. Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia (Azizah, 2011). Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya gangguan didalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Tamher & Noorkasiani, 2009). Dengan demikian peneliti berpendapat, gangguan terhadap sistem tersebut dan penurunan kemampuan fisik yang mereka miliki, maka dapat mengganggu pemenuhan activity of daily living (ADL).
3. Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya
Hasil penelitian dengan kuesioner tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) menunjukkan bahwa mayoritas lansia mampu mandiri dalam melakukan dengan indikator secara biologi, lansia mampu memelihara kebersihan diri dan penampilan diri seperti menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok gigi dan mencukur kumis, sementar dalam hal untuk mengatur keuangan lansia tidak mampu mengatur menyimpan dan menggunakannya
Keterkaitan antara hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia sesuai tabel 5.9 sesuai hasil uji korelasi Spearman’s rho dan didapatkan hasil ρ = 0.005 < α = 0.05 secara statistik Koefisien korelasi 0,416, hal ini menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut adalah kuat, antara tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya. Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka dan yang menyebabkan pengeluaran energi, yang meliputi pekerjaan, waktu senggang, dan aktivitas sehari-hari (Soegih, 2009). Dari data penelitian menunjukkan 44 lansia (100%), yang memiliki tingkat aktivitas ringan sebanyak 24 responden (100%) dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) bergantung sebanyak 17 lansia (70,8%), sedangkan pada tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) mandiri sebanyak 7 responden (29.2%). Aktivitas fisik sangat penting bagi kesehatan, namun karena keterbatasan fisik yang dimilikinya akibat pertambahan usia serta perubahan dan penurunan fungsi fisiologi. Hal ini dapat mengakibatkan
STIKES HANG TUAH SURABAYA TAHUN 2014
9
Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya Oeh : Renny Wijayanti timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan dalam melakukan activity of daily living (ADL) (Tamher & Noorkasiani, 2009). Oleh sebab itu mereka lebih banyak yang memiliki aktivitas ringan daripada sedang maupun berat. Berdasarkan data penelitian, lansia yang memiliki tingkat aktivitas sedang sebanyak 19 responden (100%) dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) mandiri sebanyak 13 lansia (68.4%), sedangkan pada tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) bergantung sebanyak 6 lansia (31.6%). Pada tingkat aktivitas fisik berat sebanyak 1 responden (100%) dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) mandiri sebanyak 1 lansia (100%). Seseorang yang melakukan aktivitas fisik akan terjadi pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Dengan melakukan aktivitas fisik, maka lansia tersebut dapat mempertahankan bahkan meningkatkan derajat kesehatannya.. Kondisi di atas dapat mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas fisik, sukses atau tidaknya lansia melewati tahap ini dipengaruhi oleh frekuensi, intensitas, dan waktu dalam melakukan aktivitas fisik. Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia (Azizah, 2011). Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya gangguan didalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Tamher & Noorkasiani, 2009). Kemandirian akan mempengaruhi kemampuan fungsional dan kesejateraan lansia, apabila ketergantungan
tidak segera diatasi maka akan menimbulkan turunnya kemandirian dalam activity of daily living (ADL). Kondisi di atas dapat mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas fisik, sukses atau tidaknya lansia melewati tahap ini dipengaruhi oleh frekuensi, intensitas, dan waktu dalam melakukan aktivitas fisik. Lansia yang melakukan Aktivitas fisik memiliki beberapa manfaat, antara lain menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal, meningkatnya daya tahan tubuh terhadap penyakit, menguatkan tulang dan otot, memperbaiki kualitas tidur, mengurangi stres, membangun kesetiakawanan sosial, serta memperbaiki dan meningkatkan mood (Fatmah, 2010). Oleh karena hal tersebut lansia yang memiliki tingkat aktivitas fisik ringan lebih banyak yang memiliki Tingkat Kemandirian dalam Activity of Daily Living (ADL) tergantung sementara lansia dengan tingkat aktivitas sedang memilki tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) mandiri. Tingkat aktivitas berat ditemukan pada 1 lansia dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) mandiri di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang surabaya dikarenakan lansia tersebut memiliki pekerjaan mengasuh anak intensitas akan semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kekuatan tubuh, sehingga lansia tersebut memiliki tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) mandiri.
SIMPULAN 1. Lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya sebagian besar memiliki tingkat aktivitas fisik ringan. 2. Lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya sebagian memiliki tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) bergantung 3. Ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan tingkat tingkat kemandirian dalam activity of daily
STIKES HANG TUAH SURABAYA TAHUN 2014
10
Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya Oeh : Renny Wijayanti
living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya. SARAN 1. Bagi lansia Lansia hendaknya menjaga aktivitas fisik sesuai kemampuan dan memepertahankan aktifitas fisik secara teratur. Selain itu dapat juga melakukan olahraga tetapi disesuaikan dengan kemampuan lansia. Keluarga hendaknya memberi dukungan dan motivasi pada lansia agar tetap beraktivitas fisik. 2. Bagi tenaga kesehatan Tenaga kesehatan hendaknya dapat memberikan health education mengenai pentingnya melakukan aktivitas fisik. Selain itu health education tentang pentingnya menjaga kemandirian yang dimiliki lansia.
3. Bagi peneliti selanjutnya Mengembangkan penelitian selanjutnya untuk mengambil judul pengaruh tingkat aktivitas fisik dengan kebutuhan gizi lansia.
Dermawan, Deden. (2013). Pengantar Keperawatan Profesional. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Erlangga. George, Julia, B. (2010). Nursing Theory. Amerika : Pearson. Hardywinoto, Setiabudhi. (2007). Panduan Gerontologi. Jakarta: Pustaka Utama.. Hidayat, A. Aziz. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba medika Imron. (2011). Statistika Kesehatan. Jakarta : Sagung Seto. Mahardikawati, Venny Agustiani dan Katrin Roosita. (2008). Aktivitas Fisik, Asupan Energi Dan Status Gizi Wanita Pemetik Teh Di PTPN VIII Bandung, Jawa Barat. Juli 2008 3(2): 79 – 85. Jurnal Gizi dan Pangan: Jawa Barat. Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
DAFTAR PUSTAKA
Mujahidullah, K. (2012). Keperawatan Geriatrik: Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nugroho, W. (2008). Gerontik & Geriatrik. Jakarta : EGC.
Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Peenelitian Ilmu Keperawatan, Edisi Dua. Jakarta : Salemba Medika.
Basford, Lynn dan Oliver Slevin. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC.
Potter
Dahlan, M. Sopiyudin. (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
STIKES HANG TUAH SURABAYA TAHUN 2014
dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC.
11
Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) pada lansia di Desa Warugunung RW 02 Karangpilang Surabaya Oeh : Renny Wijayanti Potter dan Perry. (2009). Fundamental Of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika. Purnomo, Windhu dan Bramantoro, Taufan. (2013). 36 langkah Praktis Sukses Menulis Karya Tulis Ilmiah. Surabaya : Revka Petra Media Soegih, Rachmad et all. (2009). Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta : CV Sagung Seto. Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC. S. Tamher, Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Setiadi,
(2013). Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suhartin, Prastiwi. (2010). Teori Menua, Perubahan Pada Sistem Tubuh, dan Implikasinya Pada Lansia. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
STIKES HANG TUAH SURABAYA TAHUN 2014
12