Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dukungan Keluarga pada Pemberian Gizi Anak Autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya (Factors Which Associated With Family Support to Provision Autism Nutrition Gift in Autism Foundation Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya) Argita Putri, Dhian Satya R, S.Kep., Ns., M.Kep ABSTRACT Acceptance of children with autism is influenced by the support of a large family, the family's financial capability, religious background, education level, age and level of knowledge. Parents of children with autism often report that food can affect growth and aggravate symptoms of their children. The research objective was to analyze the relationship between the economy, education, age and knowledge with the family in the provision of nutritional support children with autism at Autism Center Foundation "CAKRA" Pucang Jajar Surabaya. The study design using analytical design correlation with cross-sectional approach. Sampling with Non-probability sampling technique with purposive sampling counted 32 respondents. The research variables are economic factors, education, age and knowledge to support the family. The collection of data obtained through demographic data and questionnaire. Data were analyzed using Spearman Rho test with ρ ≤ 0.05 significance level. Results showed there is a relationship with the father of economic factors support the family (ρ=0.002), there is a correlation between maternal education with the support of the family (ρ=0.004), there is a correlation between maternal age with the support of the family (ρ=0.001), there is a correlation between knowledge with the support of the family (ρ=0.004). The implications of this research addressing that economic factors, education, age and knowledge have been associated with the provision of nutritional support for families of children with autism is hoped that parents and schools can eliminate a source of food or beverages that contain gluten and casein proteins. Keywords: Autism, Economics, Education, Age, knowledge, family support, Giving Nutrition
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │1
PENDAHULUAN Autisme merupakan suatu kumpulan gejala yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejala pada anak autis sudah tampak sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Penyandang autisme menunjukkan gangguan komunikasi yang menyimpang. Gangguan komunikasi anak autis tersebut dapat terlihat dalam bentuk keterlambatan bicara, tidak bicara, bicara dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti (bahasa planet), atau bicara hanya dengan meniru saja (ekolalia) dan penyandang autisme menunjukkan gangguan interaksi dengan orang disekitarnya, baik orang dewasa maupun orang sebayanya (Maulana, 2007). Penyebab autisme masih belum diketahui secara pasti. Salah satu faktor penyebab autis yaitu faktor lingkungan yang terkontaminasi oleh zatzat beracun, pangan, gizi dan akibat raksenasi (Winarno, 2013). Orang tua menerapkan diet bebas gluten dan kasein pada anak autis adalah perilaku taat yang meliputi sikap dan tindakan orang tua dalam menerapkan diet bebas gluten dan kasein sehingga dapat mengurangi gejala autis (Elvira, 2013). Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara anggota keluarga dengan adanya dukungan timbal balik, umpan balik dan keterlibatan emosional. Selain itu dukungan dari dalam keluarga dapat menciptakan suasana saling memiliki, untuk memenuhi kebutuhan pada perkembangan keluarga. Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit, anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2010). Ibu berperan dalam keluarga selain mengasuh anak juga memegang peranan penting dalam pendampingan proses perkembangan anak termasuk dalam hal pemilihan makanan yang tepat sesuai kebutuhan anak. Orang tua dapat memilih makanan yang sesuai dengan diet pada anak autis yaitu pemberian makanan non
glutein dan kasein. Makanan yang tidak diperbolehkan adalah mengandung glutein yaitu makanan yang terbuat dari biji gandum dan tepung sedangkan yang mengandung kasein adalah susu sapi. Orang tua anak autis sering melaporkan bahwa masalah makan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan memperberat gejala anak mereka (Ramadayanti, 2013). Penelitian di Amerika, autisme terjadi pada 10 anak dari 10.000 kelahiran. Kemungkinan terjadinya 4 kali lebih sering pada bayi laki-laki dibanding bayi perempuan. Statistik bulan Mei 2004 di Amerika menunjukkan, 1 di antara 150 anak berusia di bawah 10 tahun atau sekitar 300.000 anak-anak memiliki gejala autis. Perkiraan pertumbuhan sebesar 10-17 % per tahun, para ahli memperkirakan bahwa pada dekade yang akan datang di Amerika akan terdapat 4 juta penyandang autis. Autisme terjadi di belahan dunia manapun. Tidak peduli pada suku, ras, agama, maupun status sosial (Maulana, 2007). Di Indonesia belum ada angka yang pasti mengenai prevalensi autisme, namun dari data yang ada di Poliklinik Psikiatri Anak & Remaja RSCM pada tahun 1989 hanya ditemukan 2 pasien, dan pada tahun 2000 tercatat 103 pasien baru, terjadi peningkatan sekitar 50 kali (Elvira, 2013). Hasil studi pendahuluan di Yayasan Autis Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2015 dengan cara wawancara didapatkan informasi bahwa dari 10 orang tua yang memberikan dukungan terhadap pemberian gizi non gluten dan kasein didapatkan hasil 3 (30%) orang tua memiliki pengetahuan yang kurang tentang pemberian gizi non gluten dan kasein, 5 (50%) orang tua tidak tega karena anak selalu meminta makanan yang sama , dan 2 (20%) orang tua memberikan gizi tanpa kasein dan glutein. Hasil penelitian Rahmayanti (2007), menunjukan adanya penerimaan anak autis dipengaruhi faktor
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │2
dukungan dari keluarga besar, kemampuan keuangan keluarga, latar belakang agama, tingkat pendidikan, usia serta tingkat pengetahuan. Subjek cukup berperan serta dalam penanganan anak mereka mulai dari memastikan diagnosis dokter, membina komunikasi dengan dokter, mencari dokter lain apabila dokter yang bersangkutan dinilai kurang kooperatif, berkata jujur saat melakukan konsultasi mengenai perkembangan anaknya, memperkaya pengetahuan, dan mendampingi anak saat melakukan terapi. Fenomena semakin meningkatnya jumlah prevalensi autisme maka, akan semakin banyak pula orang tua yang mengalami konflik batin dalam menerima keberadaan anaknya yang autis. Konflik ini dapat terjadi karena adanya kesenjangan karena adanya keinginan dan harapan orang tua yang tidak terpenuhi untuk memiliki anak yang dapat dibanggakan dalam keluarga, sehingga dapat mempengaruhi penerimaan orang tua yang memiliki anak autis khususnya Ibu (Mansur, 2009). Makanan merupakan suatu hal yang juga harus diperhatikan pada anak dengan gangguan autis. Pemberian serta pemilihan makanan secara benar merupakan suatu cara meringankan gejala autisme. Salah satu terapi diet yang dianjurkan pada autisme adalah diet bebas gluten dan bebas kasein. Peran ibu didalam keluarga selain mengasuh anak juga memegang peranan penting dalam pendampingan proses perkembangan anak termasuk dalam hal pemilihan makanan yang tepat sesuai kebutuhan anak. Pemilihan makanan yang sesuai pula harus diberikan secara tepat untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi pada anak autis. Selain itu, orang tua anak autis sering melaporkan bahwa masalah makan dapat dapat mempengaruhi pertumbuhan anak mereka. Pemberian diet secara tepat diharapkan anak dengan gangguan autis mendapatkan gizi yang cukup sesuai dengan kebutuhannya sehingga dapat mengikuti terapi dan pendidikan dengan baik (Ramadayanti, 2013). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis
melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis. Menyadari pentingnya dukungan keluarga untuk meningkatkan pemberian gizi yang terbaik untuk anak autis terutama orang tua yang paling dekat dengan anaknya hendaknya melakukan pengawasan yang ketat pada pola makan anak, mencatat makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh anak agar orang tua dapat mengetahui jenis makanan yang dapat menimbulkan alergi pada anak, memenuhi kebutuhan anak khususnya menyediakan makanan dan minuman yang tidak mengandung gluten dan kasein. Fasilitas kesehatan seperti terapis untuk anak autis melakukan sosialisasi dan konseling secara perorangan atau individu agar tidak terjadi kesalahan dalam pengaturan diet anak yang dapat menyebabkan kekurangan gizi serta memberikan pengetahuan akan makanan dan minuman pada orang tua yang boleh untuk dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi oleh. Anak dan pihak sekolah pun behubungan langsung dengan anak autis sehingga berperan dalam memeperkenalkan makanan atau jajanan yang mengandung glutein dan kasein di luar lingkungan sekolah sehingga dapat menghindarkan anak dari meningkatnya gejala autisme. Rumusan Masalah Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya? Tujuan Penelitian Tujuan umum Menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya.
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │2
Tujuan Khusus 1. Menganalisa hubungan faktor tingkat ekonomi dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya. 2. Menganalisa hubungan faktor tingkat pendidikan dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya. 3. Menganalisa hubungan faktor usia orang tua dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya. 4. Menganalisa hubungan faktor tingkat pengetahuan dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya. Manfaat Penelitian Teoritis Dapat membuktikan secara ilmiah tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap pemberian gizi anak autis. Praktik 1. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat, memperluas wawasan, dan memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang keperawatan anak. Khususnya tentang faktor-faktor dukungan keluarga terhadap pemberian gizi anak autis. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan atau sumber data bagi penelitian selanjutnya.
3.
4.
Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk masukan dalam meningkatkan dukungan sosial maupun keluarga dalam pemberian gizi pada anak autis. Bagi Institusi Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dan merupakan masukan sekaligus sebagai bahan dokumen ilmiah pengembangan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.
METODE PENELITIAN Desain penelitian menggunakan rancangan analitik korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Variabel penelitian adalah faktor ekonomi, pendidikan, usia dan pengetahuan dengan dukungan keluarga. Pengumpulan data diperoleh melalui data demografi dan kuisoner. Data dianalisa dengan menggunakan Uji Spearman Rho dengan tingkat kemaknaan ρ ≤ 0,05. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18-24 Mei 2015 di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya. Populasi pada penelitian ini adalah Orang tua yang memiliki anak autis 35 anak. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam peneliti), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Didapatkan 32 responden dengan menggunakan rumus besar sampel (Nursalam, 2013). Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 32 anak autis yang telah dihitung melalui rumus perhitungan besar sampel (Nursalam, 2013). N 𝑛𝑛 = 1 + N(d)²
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │3
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi d = Tingkat signifikansi (ρ). Perhitungan sampel Penelitian sebagai berikut :
N 1 + N(d)² 35 𝑛𝑛 = 1 + 35 (0,05)2 𝑛𝑛 =
n= 32,18
Jadi, besar sampel pada penelitian ini adalah 32 responden. Dengan kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi a. Orang tua yang berusia dewasa b. Orang tua kandung atau wali c. Orang tua yang bisa baca tulis. d. Orang tua yang bersedia menjadi responden 2. Kriteria ekslusi a. Orang tua yang hanya mengantarkan anak dan tidak menemani anak dalam proses terapi. b. Orang tua tidak berada ditempat atau tidak hadir saat penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada 3, yaitu lembar kuisoner untuk data demografi orang tua dan anak, lembar kuisoner untuk penilaian faktor pengetahuan dan lembar kuisoner dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis. a. Instrumen faktor tingkat ekonomi Instrumen yang digunakan pada faktor tingkat ekonomi adalah kuisoner data demografi orang tua menyatakan tentang penghasilan orang tua tiap bulan b. Instrumen faktor tingkat pendidikan Instrumen yang digunakan pada faktor tingkat pendidikan adalah kuisoner data demografi orang tua menyatakan tentang pendidikan terakhir orang tua. c. Instrumen faktor usia
Instrumen yang digunakan pada faktor usia adalah kuisoner data demografi orang tua menyatakan tentang usia orang tua. d. Instrumen faktor pengetahuan Kuisoner ini berjumlah 10 soal dan bentuk soal multiple choice dengan 3 pilihan jawaban a, b dan c untuk kuisoner faktor pengetahuan. Tabel 4.2 Klasifikasi pertanyaan faktor pengetahuan dukungan keluarga. Indikator faktor Nomor Jumlah pengetahuan item soal dukungan keluarga soal 1. Pengertian 1 20 pemberian gizi non gluten dan kasein 2, 3 2. Pengertian gluten dan kasein 4, 5, 6, 7 3. Makanan dan minuman yang mengandung dan tidak 8, 9, 10, mengandung 11 gluten 4. Makanan dan minuman yang mengandung dan tidak 12, 13, mengandung 14 kasein 5. Dampak pengaruh kasein 15, 16 dan gluten 6. Makanan yang dihindari dan 17, 18 dianjurkan anak autis 19, 20 7. Makanan yang terkontaminasi 8. Pengetahuan orang tua terhadap gizi Penelitian untuk faktor pengetahuan dukungan keluarga masyarakat menggunakan skala Guttman (Benar atau Salah). Indikator faktor pengetahuan
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │4
bersifat mengukur sejauh mana pengetahuan orangtua pada pemberian gizi anak autis. Jika jawaban benar mendapat point 1 dan jawaban salah point 0. Skoring ditentukan dengan rumus sebagai berikut: P = F x 100% N P = Presentase F = Jumlah jawaban yang diperoleh N = Jumlah skor maksimal Kategori pengetahuan: a. 76 – 100% : Baik b. 56 – < 76% : Cukup c. < 56 % : Kurang e. Pada lembar kuisoner dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis Terdapat 16 soal pertanyaan. Peneliti memberikan kode untuk masing – masing item. Kuesioner dukungan keluarga terbagi menjadi 2 penilaian yaitu positif dan negatif. Sistem penilaian skala dalam penelitian ini adalah skala likert sebagai berikut : 1) Item Positif : Selalu (3), Sering (2), Kadang – kadang (1), Tidak pernah (0) yang terdiri dari pertanyaan nomer 3, 4, 5, 6, 8, 11, 13 dan 14 2) Item Negatif : Selalu (0), Sering (1), Kadang – kadang (2), Tidak pernah (3) yang terdiri dari pertanyaan nomer 1, 2, 7 ,9 ,10, 12, 15 dan 16 Proses pengelompokan item selesai dan lembar kuisioner yang telah dijawab oleh responden diberikan nilai, langkah peneliti selanjutnya adalah menjumlahkan seluruh nilai disetiap itemnya dan memasukkannya dalam beberapa kategori. Skoring ditentukan dengan rumus sebagai berikut : P=
F
N
F = Jumlah jawaban yang benar N = Jumlah skor maksimal Kategori dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis : d. 76-100% : Mendukung e. 75-56 : Cukup f. <56% : Tidak patuh mendukung Tabel 4.3
Klasifikasi pertanyaan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis Indikator dukungan Nomo Jumla keluarga pada r item h soal pemberian gizi anak soal autis 1. Dukungan 1, 2, 16 emosional 3, 4 2. Dukungan 5, 6, penilaian 7, 8 3. Dukungan 9, 10, instrumental/fasil 11, 12 itas 4. Dukungan 13, informasi/pengeta 14, huan 15, 16
X 100%
Keterangan : P = Prosentase Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │5
terhadap Pemberian Gizi Anak Autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Surabaya pada Tanggal 1824 Mei 2015 (n=32)
HASIL PENELITIAN 1.
Hubungan Faktor Ekonomi dengan Dukungan Keluarga Tabel 5.23 Tabulasi Silang Berdasarkan Hubungan Faktor Ekonomi dengan Dukungan Keluarga Dukungan keluarga
Baik Cukup Kurang Total
Tidak berpenghasilan N % 0 0 1 1 2
10 100 6,2
< 1 juta N 0
% 0
1 0 1
10 0 3,1
Tabel 5.23 menunjukan orang tua dengan kategori dukungan keluarga baik berjumlah 21 orang tua diantaranya 15 orang tua (71,4%) berpenghasilan >Rp.3.000.000, 5 orang tua (23,8%) Rp.2.000.000– Rp. berpenghasilan <3.000.000 dan 1 orang tua (4,8%) berpenghasilan Rp.1.000.000–Rp. 2.000.000. Orang tua dengan kategori dukungan keluarga cukup berjumlah 10 orang tua diantaranya 3 orang tua (30%) berpenghasilan >Rp.3.000.000 dan Rp.2.000.000-
Lulus SMA N % 0 0 2 20 1 100 3 9,4
Penghasilan 1 juta– 2 juta – 2 juta < 3 juta N % N % 1 4,8 5 23,8 2 20 3 0 0 0 3 9,4 8 ρ value= 0,002
30 0 25
>3 juta N 15
% 71,4
N 21
% 100
3 0 18
30 0 56,2
10 1 32
100 100 100
pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Surabaya. Dilihat dari Correlation Coefficient didapatkan hasil nilai r = -.525** sehingga dikatakan terdapat hubungan korelasi sedang. Secara statistik ada hubungan yang signifikan antara faktor ekonomi ayah dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis dan terdapat hubungan korelasi sedang. 2.
Hubungan Faktor Pendidikan dengan Dukungan Keluarga terhadap Pemberian Gizi Anak Autis Tabel 5.24 Tabulasi Silang Berdasarkan Hubungan Faktor Pendidikan dengan Dukungan Keluarga terhadap Pemberian Gizi Anak Autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Surabaya pada Tanggal 1824 Mei 2015 (n=32)
Pendidikan S1 S2 N % N % N % 1 4,8 19 90,5 1 4,8 3 30 4 40 1 10 0 0 0 0 0 0 4 12,5 23 71,9 2 6,2 ρ value= 0,004 D3
Total
Total N 21 10 1 32
% 100 100 100 100
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │6
Tabel 5.24 menunjukan orang tua dengan kategori dukungan keluarga baik berjumlah 21 orang tua diantaranya 19 orang tua (90,5%) berpendidikan S1, 1 orang tua (4,8) berpendidikan S2 dan D3. Orang tua dengan kategori dukungan keluarga cukup berjumlah 10 orang tua diantaranya 4 orang tua (40%) berpendidikan S1, 3 orang tua (30%) berpendidikan D3, 2 orang tua (20%) berpendidikan lulus SMA dan 1 orang tua (10%) berpendidikan S2. Berdasarkan hasil uji Spearmen Rho Correlation didapatkan nilai ρ value= 0,004. Menunjukan bahwa ρ≤ 0,05 berarti Ho ditolak H1 diterima sehingga terdapat hubungan antara faktor pendidikan orang tua dengan dukungan keluarga terhadap pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Surabaya. Dilihat dari Correlation Coefficient didapatkan hasil r = -.490** sehingga
dikatakan terdapat hubungan korelasi moderat. Secara statistik ada hubungan yang signifikan antara faktor pendidikan ibu dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis dan terdapat hubungan korelasi moderat. 3.
Hubungan Faktor Usia dengan Dukungan Keluarga terhadap Pemberian Gizi Anak Autis Tabel 5.25 Tabulasi Silang Berdasarkan Hubungan Faktor Usia dengan Dukungan Keluarga terhadap Pemberian Gizi Anak Autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Surabaya pada Tanggal 1824 Mei 2015 (n=32)
Dukungan Keluarga
Baik Cukup Kurang Total
Usia 25-30 tahun 31-35 tahun N % N % 0 0 3 14,3 3 30 3 30 0 0 1 100 3 9,4 7 21,9 ρ value= 0,001
Tabel 5.25 menunjukan orang tua dengan kategori dukungan keluarga baik berjumlah 21 orang tua diantaranya 18 orang tua (85,7%) berusia >35 tahun dan 3 orang tua (14,3%) berusia 31-35 tahun. Orang tua dengan kategori dukungan keluarga cukup berjumlah 10 orang tua diantaranya 4 orang (40%) berusia >35 tahun dan 3 orang tua (30%) berusia 31-35 tahun dan 25-30 tahun. Berdasarkan hasil uji Spearmen Rho Correlation didapatkan nilai ρ value= 0,001. Menunjukan bahwa ρ≤ 0,05 berarti Ho ditolak H1 sehingga terdapat hubungan antara faktor usia orang tua dengan dukungan keluarga terhadap pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Surabaya. Dilihat dari Correlation Coefficient didapatkan hasil r
>35 tahun N % 18 85,7 4 40 0 0 22 68,8
Total N 21 10 1 32
% 100 100 100 100
= -.545** sehingga dikatakan terdapat hubungan korelasi sedang. Secara statistik ada hubungan yang signifikan antara faktor usia orang tua dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis dan terdapat hubungan korelasi sedang.
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │1
4.
Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Dukungan Keluarga terhadap Pemberian Gizi Anak Autis Tabel 5.26 Tabulasi Silang Berdasarkan Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Dukungan Keluarga terhadap Pemberian Gizi Anak Autis di Yayasan Dukungan keluarga Baik
Baik Cukup Kurang Total
N 14 1 1 16
Autisme Center “CAKRA” Surabaya pada Tanggal 1824 Mei 2015 (n=32)
Pengetahuan Cukup Kurang
% N 66,7 6 10 4 100 0 50 10 ρ value= 0,004
Tabel 5.26 menunjukan orang tua dengan kategori dukungan keluarga baik berjumlah 21 orang tua diantaranya 14 orang tua (66,7%) berpengetahuan baik, 6 orang tua (28,6%) berpengetahuan cukup dan 1 orang tua (4,8%) berpengetahuan kurang. Orang tua dengan kategori dukungan cukup berjumlah 10 orang tua diantaranya 5 orang tua (50%) berpengetahuan kurang, 4 orang tua (40%) berpengetahuan cukup dan 1 orang tua (10%) berpengetahuan baik. Orang tua dengan kategori kurang mendukung berjumlah 1 orang tua (100%). Berdasarkan hasil uji Spearmen Rho Correlation didapatkan nilai ρ value= 0,004. Menunjukan bahwa ρ≤ 0,05 berarti Ho ditolak H1 diterima sehingga terdapat hubungan antara faktor pengetahuan orang tua dengan dukungan keluarga terhadap pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Surabaya. Dilihat dari Correlation Coefficient didapatkan hasil r = .495** sehingga dikatakan terdapat hubungan korelasi moderat. Secara statistik ada hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan orang tua dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis dan terdapat hubungan korelasi moderat.
% 28,6 40 0 31,2
N 1 5 0 6
% 4,8 50 0 16,8
Total
N 21 10 1 32
% 100 100 100 100
PEMBAHASAN Penelitian ini dirancang untuk memberikan gambaran interpretasi dan mengungkap faktor-faktor yang berhubungan dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis, maka akan dibahas hal-hal sebagai berikut: 5.2.1
Hubungan Faktor Ekonomi dengan Dukungan Keluarga pada Pemberian Gizi Anak Autis Hasil penelitian yang didapatakan orang tua dengan kategori dukungan baik berjumlah 21 orang tua diantaranya 15 orang tua (83.3%) berpenghasilan >Rp.3.000.000. Semakin tinggi tingkat ekonomi (penghasilan) seseorang biasanya akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan Purnawan (2008). Menurut peneliti semakin tinggi penghasilan orang tua semakin juga mempengaruhi akan kondisi kesehatan anak, karena orang tua mampu mencukupi kebutuhan dari kebutuhan gizi anak autis tersebut dan dukung juga dengan jumlah anak dalam keluarga, rata-rata keluarga yang berpenghasilan >Rp.3.000.000 mempunyai anak satu sehingga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari lebih memadai.
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │2
Hasil penelitian didapatkan orang tua dengan kategori dukungan keluarga cukup berjumlah 10 orang tua diantaranya 3 orang tua (30%) berpenghasilan Rp.2.000.000-
5.2.2
Faktor Pendidikan Dukungan Keluarga pada Pemberian Gizi Anak Autis Hasil penelitian didapatkan orang tua dengan kategori dukungan keluarga baik berjumlah 21 orang tua diantaranya 19 orang tua (90,5%) berpendidikan S1. Ihsan (2005) terdapat beberapa faktor yang mendukung kepatuhan, salah satunya yaitu pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan kepribadian atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan membina dan mengembangkan potensi kepribadiannya, yang berupa rohani (cipta, rasa, karsa) dan jasmani. Menurut peneliti pendidikan orang tua sangat berperan penting dalam pemberian gizi anak autis dimana ibu dituntut berperilaku sesuai anjuran dengan pengetahuan lebih yang dimiliki. Hasil penelitian didapatkan orang tua dengan kategori dukungan keluarga cukup berjumlah 10 orang tua diantaranya 4 orang tua (40%) berpendidikan S1. Menurut Notoatmodjo (2010) domain pendidikan seseorang dapat diukur dalam 3 hal yaitu: pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan (knowledge), sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude), dan praktek atau tindakan sehubungan materi pendidikan yang diberikan. Menurut peneliti semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua serta semakin banyaknya pengalaman yang didapatkan oleh orang tua tersebut, maka akan semakin baik pula pengetahuan orang tua tersebut terhadap pemberian gizi anak autis. Hasil penelitian didapatkan orang tua dengan kategori dukungan keluarga cukup berjumlah 1 orang tua (100%) berpendidikan lulus SMA . Kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaannya bentuk dukungan dari keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi apabila dukungan
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │2
keluarga anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak Alimul (2005). Menurut peneliti anak diberikan dukungan yang rendah oleh orang tua akan mempengaruhi dalam kesehatannya karena kurangnya tanggap orang tua terhadap pemberian gizi karena pendidikan orang tua yang rendah sehingga pengetahuan yang didapatkan minimal. 5.2.3
Faktor Usia dengan Dukungan Keluarga pada Pemberian Gizi Anak Autis Hasil penelitian didapatkan orang tua dengan kategori dukungan keluarga baik berjumlah 21 orang tua diantaranya 18 orang tua (85,7%) berusia >35 tahun. Menurut Haryanto (2002) dalam Kurasei (2009) bahwa umur menunjukkan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Menurut peneliti dengan usia orang tua yang lebih banyak, anak sudah lama diasuh orang tua sehingga pengetahuan dalam memberikan gizi pada anak autis lebih tinggi diakarenakan pengalaman yang sudah dialalui oleh orang tua dan mengerti makanan yang boleh dikonsumsi oleh dan tidak. Hasil penelitian didapatkan orang tua dengan kategori dukungan keluarga cukup berjumlah 10 orang tua diantaranya 4 orang tua (40%) berusia >35 tahun. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan pasangan dalam menjalankan peran pengasuhan terhadap anaknya. Orang tua yang sebelumnya memiliki pengetahuan dalam merawat anak, mereka akan lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan
Soetjiningsih (2012). Menurut peneliti usia semakin dewasa semakin siap menjalani peran karena pengalaman yang lebih banyak, sehingga dalam memberikan gizi anak autis pada umur yang lebih dewasa akan lebih cukup mendukung. Hasil penelitian didapatkan orang tua dengan kategori dukungan keluarga kurang berjumlah 1 orang tua (100%) berusia 31-35 tahun. Menurut Friedman (2010), orang tua yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan orang tua yang lebih tua. Menurut peneliti orang tua yang berusia 31-35 tahun merasa dirinya sudah benar sehingga kritik dan saran orang lain tidak pernah dihiraukan dalam pemberian gizi anak autis. 5.2.4
Faktor Pengetahuan dengan Dukungan Keluarga pada Pemberian Gizi Anak Autis Hasil penelitian orang tua denga kategori dukungan keluarga baik berjumlah 21 orang tua diantaranya 14 orang tua (66,7%) berpengetahuan baik. Menurut Notoatmodjo (2013) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap sebuah objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan sesorang (overt behavior). Menurut peneliti pengetahuan baik sangat mempengaruhi dukungan dalam keluarga. Orang tua mempunyai pedoman pengetahuan yang benar dan tinggal untuk mempraktikan kepada anak dengan pemberian gizi anak autis. Hasil penelitian didapatkan orang tua dengan kategori dukungan keluarga cukup berjumlah 10 orang tua diantaranya 5 orang tua (50%) berpengetahuan kurang. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan selain pendidikan, diantaranya adalah informasi/media massa, sosial budaya ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia seseorang Budiman
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │3
(2013). Menurut peneliti dengan pengetahuan kurang orang tua yang mampu cukup mendukung dalam pemberian gizi anak autis, bisa didukung dari pengasuh anak yang diasuh oleh kakek/nenek yang lebih pengalaman dalam memberikan gizi anak autis. Hasil penelitian didapatkan orang tua dengan kategori dukungan keluarga kurang berjumlah 1 orang tua (100%) berpengetahuan baik. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mashabi dan Tajudin (2009) tentang pengetahuan gizi orang tua dengan pola makan anak autisme menunjukan bahwa tinggi rendahnya tingkat pengetahuan gizi orang tua akan mempengaruhi pola makan anak autisme artinya semakin tinggi pengetahuan gizi orang tua dapat mempengaruhi pola makan anak autisme dan sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka sangatlah penting bagi para orang tua untuk meningkatkan pengetahuannya tentang pola pemberian makan pada anak. Peningkatan pengetahuan ini dapat diperoleh dari berbagai informasi yang terdapat di media cetak, media elektronik maupun dari orang lain yang memiliki pengalaman tentang pola pemberian makan pada anak. Menurut peneliti seharusnya ibu dengan pengetahuan baik mendukung adanya pemberian gizi anak autis, namun berdasarkan faktor lain ibu dalam proses pengasuhan tidak dilakukan sendiri melainkan dengan baby sister dan ibu sendiri bekerja sebagai pegawai swasta, sehingga pengetahuan yang dimiliki ibu tidak dapat diterapkan di anak autis. Keterbatasan Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan dalam penelitian. Pada penelitian ini beberapa keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah: 1.
Peneliti masih dalam taraf pemula, sehingga dalam penyusunan hasil penelitian ini masih banyak ditemui
2.
3.
kesalahan-kesalahan dan memerlukan banyak bimbingan. Instrument yang digunakan dalam bentuk kuesioner, dimana kejujuran dan relativitas pendapat responden dalam menjawab pertanyaanpertanyaan merupakan hal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian nantinya. Desain yang dipakai cross sectional, hanya mengamati satu kali saja sehingga sulit untuk untuk menemukan hubungan sebab akibat.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di Yayasan Autis Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara faktor ekonomi (penghasilan ayah) dengan dukungan keluarga dan tidak ada hubungan antara faktor ekonomi (penghasilan ibu) dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya. 2. Ada hubungan antara faktor tingkat pendidikan ayah dan ibu dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya. 3. Ada hubungan antara faktor tingkat usia ayah dan ibu dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya. 4. Ada hubungan antara faktor pengethauan orang tua dengan dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya.
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │4
dokter. Yogyakarta: Essentia Medica
Saran Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah : 1. Bagi Orang Tua Bagi orang tua diharapkan mampu selalu mendukung dari aspek apapun dalam mengatur makanan yang diperbolehkan dan meninggalkan makanan yang tidak diperbolehkan serta mengawasi pola makan anak. 2. Bagi Profesi Keperawatan Diharapkan dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan tenaga kesehatan dalam menangani anak bekebutuhan khusus pada pemberian makanan yang boleh dikonsumsi dan tidak dikonsumsi. 3. Bagi Sekolah Bagi sekolah khusus anak berkebutuhan diharapkan pihak sekolah dapat selalu memberikan pengetahuan maupun praktek dalam memberikan makanan yang boleh dikonsumsi maupun tidak. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan malakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga pada pemberian gizi anak autis ”.
Yayasan
Budiman dan Agus Riyanto. 2013. Kapita Selekta Kuisioner: Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Delphie, B (2009). Pendidikan anak autistik. Sleman : KTSP Elvira, Sylvia D., Hadisukanto Gitayanti. (2013). Buku Ajar Psikiatri Ed 2. Jakarta: FKUI Friedman, Marlyn M, dkk. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga. Jakarta: EGC Ginanjar, S. (2008). Menjadi orang tua istimewa . Jakarta: Dian Rakyat Ihsan,
Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
DAFTAR PUSTAKA
Kessick, R. (2009). Autisme dan Pola Makan Yang Penting Untuk Anda Ketahui. Penerjemah Savitri, I.D. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Alimul Hdayat, A.Aziz. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Lakshita, N. (2012). Panduan simple mendidik anak autis. 2012.Jogjakarta : Java Litera
Alisa, N. (2014). Hubungan kepatuhan orang tua menerapakan diet bebas gluten dan kasein (GFCF) dengan perilaku anak autis. Program Studi S1 Keperawatan: Skripsi tidak dipublikasikan
Marmi,
Beck, ME,]. (2011). Ilmu Gizi dan Diet : Hubungannya dengan penyakitpenyakit untuk perawat dan
S.ST. (2013). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. 2013
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │5
Praktis, Ed 3. Jakarta : Salemba Medika Pieter, HZ, Janiwarti, B & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta : Kencana Potter,
P. (2009). Fundamental Keperawatan buku 1 edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
Ramadayanti, S. dan Ani M. (2013). Perilaku pemilihan makanan dan diet bebas gluten bebas kasein pada anak autis, http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jnc diunduh tanggal 10 February 2015 jam 18.35 WIB Safaria, T. 2005. Autisme : Pemahaman baru untuk hidup bermakna bagi orang tua. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu. Sarasvati, R. (2004). Meniti pelangi: Perjalanan seorang ibu yang tak kenal menyerah dalam membimbing putranya keluar dari belenggu ADHD dan Autisme. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Veskarisyanti, Galih A. (2008). 12 Terapi Autis Paling Efektif & Hemat untuk Autisme, Hiperaktif, dan Retardasi Mental. Yogyakarta : Pustaka Anggrek Videbeck, Sheila . 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC William, C., Barry Wright. (2007). How to live with autism and asperger syndrome (strategi praktis bagi orang tua dan guru anak autis). Jakarta: Dian Rakyat Winarno. (2013). Autisme Dan Peran Pangan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Wulandari (2012). Hubungan pengetahuan dan dukungan keluaraga dengan kecemasan ibu yang memiliki anak autis di sekolah kota semarang, http://digilib.unimus.ac.id/ diunduh pada 22 February 2015 jam 09.48 Yuwono, J . (2009). Memahami anak autis(kajian teori dan empirik) .Bandung : Alfabeta
Setiadi. (2007). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Suhartono, Suparlan. 2006. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Susanti, Leni A. (2012). Kisah-Kisah Motivasi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus: Autis. Jogjakarta : Javalitera
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │6