EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI SUMOLEPEN KELURAHAN BALONGSARI KOTA MOJOKERTO The Effectiveness Of Star Fruit On Reducing Blood Pressure In Hypertensive Patients In Sub Balongsari City Sumolepen Mojokerto City Putri Indah Dwipayanti, S.Kep.Ns
ABSTRACT
In our hypertension control can take advantage of the pharmacological treatment using synthetic drugs which tend to be expensive. So to overcome this problem, we can utilize nonpharmacological treatment with star fruit raw materials which can be reached in terms of material. Purpose of this study is to analyze the effectiveness of star fruit to the decrease of blood pressure in patients with hypertension. The design in this study were Pre Experiment with the design One Group Pre-Post Test Design. affordable population in this study as many as 43 people, namely people with primary hypertension are frequently checked his illness in health centers Mojokerto city Balongsari period January-November 2010. Number of samples used by 30 respondents with purposive sampling technique. Data in this study were taken by using a sheet of blood pressure observation. After the tabulation of data, then performed statistical tests using the test Paired t Test with significance level 0.05. Statistical test results showed that effective star fruit with significantly (2-tailed) of 0.000 (p <0.05). So that respondents can change patterns in controlling hypertension of pharmacological drugs to non-pharmacological drugs with star fruit.
Key words: star fruit, blood pressure, and hypertension
Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011
ABSTRAK
Dalam mengontrol hipertensi kita dapat memanfaatkan pengobatan secara farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sintetis yang cenderung mahal. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut, kita dapat memanfaatkan pengobatan non farmakologis dengan bahan baku buah belimbing yang dapat dijangkau dari segi materiil. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa efektifitas buah belimbing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Desain dalam penelitian ini adalah Pra Eksperimen dengan rancangan One-Group PrePost Test Design. Populasi terjangkau dalam penelitian ini sebesar 43 orang, yaitu penderita hipertensi primer yang rutin memeriksakan penyakitnya di Puskesmas Balongsari Kota Mojokerto periode Januari-November 2010. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 30 responden dengan teknik purposive sampling. Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan lembar observasi tekanan darah. Setelah dilakukan tabulasi data, kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Paired t Test dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil uji statistik didapatkan bahwa buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi, dengan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian responden dapat mengubah pola kebiasaan dalam mengontrol hipertensi dari obat farmakologis menjadi obat non farmakologis dengan buah belimbing.
Kata Kunci : buah belimbing, tekanan darah, dan hipertensi
Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011
PENDAHULUAN Hipertensi sering dijumpai pada orang dewasa dan merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Banyak orang yang menderita penyakit tersebut, tetapi tidak menyadarinya. Penyakit ini berjalan terus menerus seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama belum ada komplikasi pada organ tubuh. Sehingga tidaklah mengherankan bila hipertensi dijuluki sebagai pembunuh diam-diam (the silent killer). Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat dikontrol, untuk itu diperlukan ketlatenan dan biaya yang cukup mahal. Dalam mengontrol hipertensi kita dapat memanfaatkan pengobatan secara farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sintetis yang belakangan ini cenderung mengalami hambatan karena daya beli masyarakat yang semakin menurun, sehingga kita dapat memanfaatkan pengobatan secara non farmakologis dengan obat alternatif berbahan baku buah belimbing yang bisa dijangkau dari segi materiil (Lastri, 2009). Menurut AHA (American Heart Association) di Amerika, tekanan darah tinggi ditemukan dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan hanya 61% medikasi. Dari penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga mencapai target darah yang optimal atau normal (Artikel Kesehatan, 2009). Di Indonesia belum ada data nasional, namun pada studi INA-MONICA (Multinational Monitoring of Trends and Determinants In Cardiovascular Disease) 2000 di daerah perkotaan Jakarta memperlihatkan kasus hipertensi derajat II (berdasarkan JNC II) adalah sebesar 20,9% dan di daerah Lido pedesaan kecamatan Cijeruk sebesar 16,9%. Hanya 13,3% penderita di daerah perkotaan dan 4,2% penderita di daerah pedesaan yang menjalani pengobatan (Yudini, 2006). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Kelurahan Balongsari, didapatkan jumlah penderita hipertensi primer adalah 1072 orang dari 8607 penduduk. Hal ini diperkirakan sekitar 12,45% penderita hipertensi primer yang ada di Kelurahan Balongsari (Data Diambil dari Puskesmas Balongsari periode JanuariNovember di tahun 2009). Di Sumolepen sendiri didapatkan jumlah penderita hipertensi primer adalah 172 orang dari 2678 penduduk yang ada. Ini diperkirakan sekitar 6,4% penderita hipertensi primer di wilayah tersebut dan telah didapatkan sekitar 43 penderita hipertensi atau sekitar 25% penderita yang rutin memeriksakan penyakitnya (Data Diambil dari Puskesmas Balongsari periode Januari-November di tahun 2010). Faktor yang berpengaruh memicu terjadinya hipertensi diantaranya adalah faktor genetik, jenis kelamin, umur, obesitas, dan konsumsi garam serta alkohol (Beevers, D. G, 2000). Tekanan darah yang meningkat bisa berpengaruh pada pembuluh darah jantung. Bila berlangsung lama akan terjadi gagal jantung yang disusul dengan sesak nafas, akibat yang lebih serius lagi adalah terjadinya stroke dan kematian karena aliran darah tidak lancar, sehingga suplai oksigen yang dibawa oleh sel-sel darah merah menjadi terlambat. Melihat kompleksnya permasalahan hipertensi dan adanya hambatan pengobatan hipertensi secara farmakologis akibat daya beli masyarakat yang semakin menurun dan mempunyai harga yang cukup mahal, sehingga antisipasi dari permasalahan tersebut perlu diberikan terobosan baru kepada masyarakat, bahwasannya pengobatan non farmakologis (buah belimbing) dapat menjadi pilihan alternatif yang bagus, baik dari segi ekonomis maupun manfaatnya (Lastri, 2009). Seperti yang telah dijelaskan oleh Soedarya (2009), bahwa buah belimbing mempunyai kadar potasium (kalium) yang tinggi dengan natrium yang rendah sebagai obat hipertensi yang tepat. Sehingga, diharapkan dengan mengkonsumsi buah belimbing muda dalam jumlah tertentu (3 buah) dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Mengingat tanaman ini sering kita jumpai di lingkungan kita dan mempunyai manfaat yang besar pula, sehingga diharapkan dengan melakukan pengobatan hipertensi secara non farmakologis (buah belimbing), tekanan darah pada penderita bisa menurun. Dengan demikian, masyarakat bisa meminimalisir penggunaan obat-obatan hipertensi secara farmakologis yang
Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011
biayanya cukup mahal. Berdasarkan gambaran diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektifitas buah belimbing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa efektifitas buah belimbing terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi, sedangkan untuk tujuan khususnya meliputi (1) Mengidentifikasi tekanan darah penderita hipertensi sebelum diberikan terapi buah belimbing, (2) Mengidentifikasi tekanan darah penderita hipertensi sesudah diberikan terapi buah belimbing (3) Menganalisa efektifitas buah belimbing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. METODE PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian, maka desain penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen dengan rancangan One-group pre-post test design. Peneliti menggunakan desain ini karena penelitian ini akan mengungkapkan sebab-akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi (pre test), kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (post test). Dalam penelitian ini, populasi targetnya adalah semua penderita hipertensi primer yang ada di Sumolepen sejumlah 172 orang (Data Puskesmas Balongsari periode Januari-November tahun 2009). Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi primer yang rutin memeriksakan penyakitnya di Puskesmas Balongsari sebanyak 43 orang. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara purposive sampling sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah terapi buah belimbing dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan darah. Pemberian terapi buah belimbing dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan frekuensi 2x dalam sehari. Setelah proses pemberian terapi buah belimbing dilakukan, tepatnya pada hari ketiga, peneliti kembali mengukur tekanan darah responden. Setelah itu peneliti mencatat kembali hasil tekanan darah dalam lembar observasi tekanan darah dan dilakukan penyeleksian untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data. Setelah data terkumpul melalui observasi, kemudian data ditabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Untuk hasil MAP yang telah dihitung kemudian dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Setelah dilakukan uji normalitas dan diketahui data berdistribusi normal, maka untuk selanjutnya dilakukan uji statistik t sampel berpasangan (Paired T Test) atau uji komparasi 2 sampel berpasangan dengan SPSS 17.0 dan dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. Apabila data tidak berdistribusi normal maka dilakukan transformasi data, apabila setelah dilakukan tranformasi data dihasilkan data berdistribusi normal maka dilanjutkan untuk dilakukan uji Paired T test, tetapi apabila data masih belum berdistribusi normal maka dilakukan Wilcoxon Match Pairs Test. Bila dari hasil uji statistik didapatkan p value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto.
Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1.
Identifikasi Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Sebelum Diberikan Terapi Buah Belimbing No. Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
MAP pre test 130,00 140,00 130,00 110,00 126,67 116,67 126,67 123,33 173,33 116,67 126,67 126,67 113,33 110,00 156,67
No. Responden 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
MAP pre test 116,67 106,67 116,67 150,00 118,33 126,67 150,00 116,67 126,67 136,67 126,67 120,00 110,00 125,00 120,00
Mean
126,44
Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Sig = 0,052
(Sumber : hasil pengukuran tekanan darah pada responden)
Dilihat dari tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden didapatkan nilai rata-rata MAP sebelum diberikan terapi buah belimbing adalah sebesar 126,44 mmHg dengan uji normalitas (Shapiro-Wilk) yang didapatkan nilai signifikansi (p value = 0,052). Oleh karena nilai p value > 0,05 maka data tekanan darah sebelum diberikan terapi buah belimbing berdistribusi normal dan layak untuk dilakukan uji Paired t Test.
Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011
2.
Identifikasi Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Setelah Diberikan Terapi Buah Belimbing No. Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
MAP post test 120,00 120,00 110,00 113,33 100,00 110,00 103,33 113,33 123,33 106,67 116,67 126,67 106,67 120,00 120,00
No. Responden 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
MAP post test 98,33 116,67 110,00 106,67 93,33 130,00 126,67 133,33 123,33 100,00 118,33 120,00 110,00 103,33 106,67
Mean
112,78
Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Sig = 0,768
(Sumber : hasil pengukuran tekanan darah pada responden)
Dilihat dari tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden telah didapatkan nilai rata-rata MAP setelah diberikan terapi buah belimbing adalah sebesar 112,78 mmHg dengan uji normalitas (Shapiro-Wilk) yang didapatkan nilai signifikansi (p value = 0,768). Oleh karena nilai p value > 0,05 maka data tekanan darah setelah diberikan terapi buah belimbing juga berdistribusi normal dan layak untuk dilakukan uji Paired t Test.
Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011
3.
Analisa Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto Pada Bulan Maret 2011 MAP
No. Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Pre test 130,00 140,00 130,00 110,00 126,67 116,67 126,67 123,33 173,33 116,67 126,67 126,67 113,33 130,00 140,00
Post test 120,00 120,00 110,00 113,33 100,00 110,00 103,33 113,33 123,33 106,67 116,67 126,67 106,67 98,33 120,00
No. Responden 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
MAP Pre test 110,00 156,67 116,67 106,67 116,67 150,00 118,33 126,67 150,00 116,67 126,67 136,67 126,67 120,00 110,00
Pre Test
126,45
Post Test Penurunan MAP Pre Test Post Test
112,78
Mean
Post test 98,33 116,67 110,00 106,67 93,33 130,00 126,67 133,33 123,33 100,00 118,33 120,00 110,00 103,33 106,67
13,67
Dilihat dari tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden telah didapatkan hasil rata-rata dari MAP sebelum diberikan terapi buah belimbing sebesar 126,45 mmHg, sedangkan hasil rata-rata MAP setelah diberikan terapi buah belimbing sebesar 112,78 mmHg. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa adanya penurunan nilai rata-rata MAP antara pre test dan post test sebesar 13,67 mmHg disebabkan karena responden telah diberikan terapi buah belimbing.
Mean
Pair 1
MAP Pre Test MAP Post Test
13.6680 0
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Std. Difference Deviatio Error n Mean Lower Upper 12.6359 8
2.30700
8.94965
t
18.38635 5.925
df 29
Sig. (2tailed) .0 00
Dari hasil uji statistik Paired t Test diatas didapatkan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000. Oleh karena nilai p value < 0,05 berarti H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011
Pembahasan 1.
2.
Analisa Tekanan Darah Penderita Hipertensi Sebelum Diberikan Terapi Buah Belimbing Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, data menunjukkan bahwa tekanan darah pada tiap-tiap responden bervariasi. Data menunjukkan nilai rata-rata MAP pre test (sebelum diberikan terapi buah belimbing) sebesar 126,45 mmHg. Variasi nilai tekanan darah tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor usia, jenis kelamin, kegemukan (obesitas), faktor riwayat keluarga, kebiasaan/pola hidup (konsumsi garam, merokok, konsumsi alcohol, dan olahraga) serta stress (Beevers. D, 2000). Dari faktor usia telah didapatkan data pada gambar 4.2 bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 17 orang (56,7%) berumur antara 51-55 tahun. Tekanan darah akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini sering disebabkan oleh karena perubahan alamiah dari dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah, dan hormon (Beevers. D, 2000). Dengan demikian, banyaknya responden penderita hipertensi yang berusia 51-55 tahun telah membuktikan bahwa seiring dengan pertambahan usia seseorang, maka tekanan darah seseorang juga akan mengalami peningkatan. Dari gambar 4.1 telah ditunjukkan bahwa hampir seluruh jenis kelamin responden atau sebesar 23 orang (76,7%) berjenis kelamin perempuan. Hal ini telah dijelaskan oleh Beevers D (2000), bahwa perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Pada umumnya insiden pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan meningkat. Dengan demikian, wanita memiliki resiko yang lebih besar daripada pria untuk menderita hipertensi oleh karena pada usia pertengahan wanita akan mengalami menopause. Dari gambar 4.3 didapatkan bahwa hampir setengah responden atau sebesar 13 orang (43,3%) berpendidikan SD. Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuannya. Pada umumnya tingkat pengetahuan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk memecahkan informasi dan kemudian dapat menentukan pilihan dalam pelayanan kesehatan dan menerapkan hidup yang sehat dikemudian hari (Suwarno, 2001). Dengan demikian, apabila seseorang berpendidikan kurang maka tidak menutup kemungkinan bahwa orang tersebut akan mempunyai pengetahuan yang kurang pula dalam menentukan pilihan yang tepat ketika menghadapi suatu penyakit.. Sedangkan dari gambar 4.4 didapatkan bahwa hanpir seluruh responden yaitu sebesar 24 orang (80%) tidak bekerja. Dalam hal ini, bekerja sama halnya dengan beraktivitas atau dapat pula dikatakan sebagai olahraga. Beevers. D (2000), menyebutkan bahwa olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik yang teratur akan menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang tidak bekerja akan meningkatkan tahanan perifer oleh karena tubuh tidak digunakan secara rutin untuk melakukan aktivitas, sehingga keadaan ini akan mampu meningkatkan tekanan darah. Jenis kelamin, umur, pendidikan, dan juga pekerjaan dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Rendahnya pendidikan dan pengetahuan serta kurangnya informasi akan berpengaruh terhadap pola hidup sehat. Selain faktor tersebut, terjadinya peningkatan tekanan darah juga disebabkan oleh karena responden dalam penelitian ini masih belum mencoba menurunkan tekanan darahnya dengan cara alamiah atau non farmakologis yang dalam hal ini adalah buah belimbing. Karena dalam pengontrolan hipertensi selain dengan terapi farmakologis juga harus didukung dengan terapi non farmakologis seperti mengkonsumsi makanan yang rendah natrium dan kaya kalium. Analisa Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011
Dari hasil penelitian telah didapatkan hasil nilai rata-rata MAP post test (setelah diberikan terapi buah belimbing) sebesar 112,78 mmHg. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan uji statistik Paired t Test yang diperoleh hasil nilai signifikansi (2-tailed) 0,000 yang berarti bahwa buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto. Pada dasarnya buah belimbing mengandung kadar kalium yang tinggi serta natrium yang rendah sebagai obat anti hipertensi. Kandungan kalium (potassium) dalam 1 buah belimbing (127 gram) adalah sebesar 207 mg. Hal ini menunjukkan bahwa kalium dalam buah belimbing mempunyai jumlah yang paling banyak dari jumlah mineral yang ada dalam kandungan 1 buah belimbing (Afrianti, 2010). Terjadinya penurunan tekanan darah responden disebabkan oleh karena kandungan buah belimbing yang kaya akan kalium dan rendah natrium. Dimana dalam hal ini awal mula terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya Angiostensin I yang diubah menjadi Angiostensin II oleh ACE (Angiostensin I – Converting Enzyme) yang memiliki peran dalam menaikkan tekanan darah melalui 2 aksi utama, yaitu menurunnya cairan intraseluler dan meningkatnya cairan ekstraseluler dalam tubuh. Namun dengan pemberian terapi buah belimbing yang tinggi kalium dan rendah natrium kepada responden yang menderita hipertensi, maka 2 aksi utama tersebut telah mengalami perubahan arah dari semula. Dimana dengan tingginya kalium akan mampu menurunkan produksi atau sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. Hormon ini bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urine. Dengan menurunnya ADH, maka urine yang diekskresikan keluar tubuh akan meningkat, sehingga menjadi encer dengan osmolalitas yang rendah. Untuk memekatkannya, volume cairan intraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian ekstraseluler. Sedangkan menurunnya konsentrasi NaCl akan dipekatkan dengan cara menurunkan cairan ekstraseluler yang kemudian akan menurunkan tekanan darah (Astawan Made, 2010). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa fakta adanya penurunan nilai rata-rata MAP post test penderita hipertensi (responden) telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa buah belimbing dapat dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Sehingga terjadinya penurunan rata-rata sistolik dan distolik ini terjadi oleh karena responden telah diberikan terapi buah belimbing, dan keadaan ini menunjukkan bahwa pemberian terapi buah belimbing efektif untuk menurunkan tekanan darah responden yang menderita hipertensi.
Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011
KESIMPULAN 1. Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum diberikan terapi buah belimbing didapatkan nilai rata-rata MAP sebesar 126,45 mmHg. 2. Tekanan darah pada penderita hipertesni setelah diberikan terapi buah belimbing didapatkan nilai rata-rata MAP sebesar 112,78 mmHg. 3. Berdasarkan hasil Uji Paired t Test disimpulkan bahwa buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto.
Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. (2008). Tanaman Obat Belimbing Manis. http://abidinblog.blogspot.com/2008/09/tanaman-obat-belimbing-manis.html. Afrianti, Leni Herliani. (2010). 33 Macam Buah-Buahan Untuk Kesehatan. Bandung : Alfabeta Alimul H, Aziz. (2003). Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. -Ed. 01-. Jakarta : Salemba Medika Alimul H, Aziz. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatam Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta Arisandi, Y dan Yovita, A. (2005). Khasiat Tanaman Obat. -Ed. 01-. Jakarta : Pustaka Buku Murah Artikel Kesehatan. (2009). Mengatasi Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi. http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/174-mengatasi-tekanandarah-tinggi-atau-hipertensi.html. Astawan, Made. (2009). Cegah Hipertensi Dengan Pola Makan. http://zamagung.student.umm.ac.id/2010/07/09/artikel-kesehatan-blitar/ Beevers, D. G. (2000). Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rakyat Brunner & Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. -Ed. 08-. Vol 1. Jakarta : EGC Guyton & Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. -Ed. 11-. Jakarta : EGC Gylbrant, Toda. (2010). Belimbing Dapat Menurunkan Hipertensi. http://todagylbrant.blogspot.com/2010/01/belimbing-dapat-menurunkan-hipertensi.html Harmanto, Ning. (2009). Hipertensi/Darah Tinggi. Error! Hyperlink reference not valid. Info-Penyakit. (2008). Penyakit dan Pengobatannya. http://www.infopenyakit.com /2008/01/penyakit-drh-tinggi-hipertensi.html Khomsan, Ali. (2004). Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Lam, Leslie. (2009). Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi). http://services_hypertension.htm Lastri. (2009). Efektifitas Mengkudu Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. http://getskripsi.com/2009/10/21/efektifitas-mengkudu-terhadap-penurunan-tekanandarah-pada-penderita-hipertensi-di-desa-dagangan-kecamatan-dagangan-kabupaten-madiun/ Lumbantobing, S. M. (2008). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : FKUI
Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011
Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia Novriadi, Ari. (2009). NIBP (Non Invasive Blood Pressure). http://www.infoalkes.blogspot.com/ Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Permana, Heri. (2007). Tanaman Obat Tradisional. Bandung : Angkasa Purwanto, (2009). Belimbing Manis. http://ceputelecenter.wordpress.com /2009/08/27/belimbing-manis/. Ramali, Ahmad dan K. St. Pamoentjak. (2002). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan Rohaendi. (2008). Hipertensi. http://rohaendi.blogspot.com/2008/06/-hipertensi.html Salam. (2009). Buah Belimbing Untuk Menurunkan Darah Tinggi. http://crazysillyfool.blogspot.com/2009/07/buah-belimbing-untuk-menurunkan-darah.html Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Soedarya, Arief Prahasta. (2009). Budidaya - Usaha - Pengelolaan Agrobisnis Belimbing. Bandung : CV Pustaka Grafika Sukadana, I. M. (2009). Senyawa Antibakteri Golongan Flavonoid dari Buah Belimbing (Averrhoa Carambola). Bukit Jimbaran : FMIPA Universitas Udayana Wiryowidagdo, S dan Sitanggang, M.. (2002). Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, dan Kolesterol. Jakarta : Agro Media Pustaka Yudini. (2006). Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi. http://groups.yahoo.com/
Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011