POLA A RELASI ANTARA A NEGARA N DAN KOM MUNITAS RELAWA AN JOGJJA TIMUR R DALAM PENANGG P GULANGA AN BENCA ANA ALAM M (Studii Atas Benccana Erupssi Merapi, Kabupaten K n Sleman Tahun T 20100 )
SKRIP PSI Diajukaan kepada Fakultas F D Dakwah dan n Komunik kasi Universitas Islam Negeri N Sun nan Kalijag ga Yogyakaarta U Untuk Mem menuhi Sebaagian Persyyaratan Menca apai Gelar Sarjana S--1
O Disusun Oleh: Luck ky Agustina Kurniaw wati NIM : 111250047
Pembimb bing: Drs. Lathifu ul Khuluq, M.A., M BSW W., Ph.D. NIP. 19680610 1 1 199203 1 00 03
JURU USAN ILM MU KESEJA AHTERAA AN SOSIAL L FAK KULTAS DAKWAH D D DAN KOM MUNIKASII UNIVER RSITAS ISL LAM NEGERI SUNA AN KALIJA AGA Y YOGYAKA ARTA 20155
ii
iii
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi Sederhana ini saya persembahkan seutuhnya untuk Allah SWT Yang telah memberikan kesempatan saya untuk menjalani hidup yang sangat luar biasa ini
Ayah dan Ibu saya serta kakak yang sangat luar biasa menjaga saya selama ini, ayah Sutarman dan Ibu Sarjiyati serta Kakak Hendra Cahya Kurniawan, kalian adalah malaikat yang dikimkan Allah untuk saya di dunia ini. Tanpa kalian saya bukan apa-apa. Maafkan saya yangn masih selalu merepotkan kalian dan belum bisa buat kalian bangga. Sungguh saya sayang kalian.
Keluarga Besar tercinta yang tak henti-hentinya memberi dukungan
Keluarga Besar Dagadu Djokdja, khususnya angkatan 52 (Cla52ic), kalian luar biasa istimewa
Almamater tercinta Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vi
MOTTO
“Sebaik-baik manusia adalah mereka yang berumur panjang dan baik dalam beramalnya. Seburuk-buruk manusia adalah mereka yang berumur panjang dan buruk dalam beramalnya.”1
1
Lihat Sayyid Ahmad Al-Hasyimi. “Muhtarul Ahadist”. (Surabaya: Darul Ilmi, tt). Hlm. 85-86.
vii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan akhir atau Skripsi dengan judul “Pola Relasi antara Negara dan Komunitas Relawan Jogja Timur dalam Penanggulangan Bencana Alam”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana S-1 tanpa suatu halangan Segala upaya untuk menjadikan skripsi mendekati kata sempurna terus diupayakan oleh penulis, namun karena keterbatasan yang dimiliki penulis, maka masih ada banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari segi ilmiah. Proses penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Muh. Izul Haq, S.Sos., M.Sc., selaku Plt. Kepala Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Drs. Lathiful Khuluq, M.A.,BSW.,Ph.D., selaku pembimbing skripsi. Terima kasih atas kesabarannya dalam membimbing, memberikan masukan, kritik, serta semangat penulis dalam menulis skripsi ini. Baik dari awal pembuatan proposal sampai terselesaikan skripsi ini. 3. Drs.H.Suisyanto, M.Pd. dan Noor Kamila, S. Ag., M. Si., selaku penguji munaqosyah. Terima kasih atas bimbingan, masukan dan arahannya dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Ayah dan Ibu, Ayah Sutarman dan Ibu Sarjiyati serta kakak Hendra Cahya Kurniawan yang tiada henti-hentinya memberikan dorongan semangat kepada penulis. Terima kasih atas segala yang kalian berikan kepada penulis.
viii
5. Keluarga besar yang selalu memberi dukungan dan semangat penuh kepada penulis agar menjadi manusia yang bermanfaat. 6. Bapak Darmawan, selaku Tata Usaha di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial yang dengan sabar, selalu membantu admistrasi kemahasiswaan, baik kepada penulis maupun mahasiswa lainnya. 7. Keluarga Dyah Fanani yang dengan sabar memberi arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Keluarga besar Komunitas Relawan Jogja Timur, terutama kepada Bapak Sri Sunaryo yang selama ini dengan sabar memberikan bantuan serta informasi yang terkait dalam skripsi ini. 8. Sahabat seperjuangan, sahabat semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, kalian luar biasa, kalian yang mengisi hari-hari indah ini. 9. Keluarga besar Dagadu Djokdja terutama angkatan 52, yang telah mewarnai hari-hari penulis selama delapan bulan ini. Terima kasih Cla52ic, sayang kalian, kalian istimewa dan luar biasa. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya. Semoga menjadi amal jariyah bagi kita semua.
Tiada kata yang terucap selain ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak tersebut diatas, terima kasih atas dukungan, bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama penyelesaian laporan ini. Semoga segala bantuan dan dukungan tersebut mendapat balasan yang tidak terkira dari Allah SWT.
ix
x
ABSTRAKSI
Keywords: Penanggulangan Bencana Alam, Pola Relasi Lucky Agustina Kurniawati, 11250047, Pola Relasi antara Negara dan Komunitas Relawan Jogja Timur dalam Penanggulangan Bencana Alam (Studi atas Erupsi Gunung Merapi 2010). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas Relawan Jogja Timur dan pola relasi yang terjalin antara Komunitas Relawan Jogja Timur dalam menanggulangi bencana alam. Komunitas Relawan Jogja Timur (RJT) merupakan komunitas yang berada di Desa Selomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Komunitas ini konsen terhadap kegiatan sosial kemasyarakatan, khususnya terhadap bencana, baik bencana alam maupun bencana sosial lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi deskriptif kualitatif. Studi deskriptif kualitatif ini berfungsi untuk menjelaskan dan membaca pola relasi yang terjalin antara Komunitas Relawan Jogja Timur dalam menanggulangi bencana alam. Teknik pengumpulan data yang digunakan beberapa data seperti observasi, wawancara, dokumentasi dan menggunakan bahan-bahan lain yang terkait. Dalam menentukan hasil dalam penelitian ini, mengenai tipe pola relasi yang terjadi, menggunakan teori dari Levitsky, yaitu terdapat empat pola relasi yang terbentuk, yaitu : complementary, substitusi, accommodative, dan competing. Bila dihubungkan dengan relasi yang terjalin antara Komunitas Relawan Jogja Timur dan institusi yang dimiliki oleh negara, yaitu BPBD Kabupaten Sleman dan TAGANA dapat diketahui bahwa relasi yang terjalin tersebut adalah bersifat complementary. Hal ini dikarenakan aktor informal dan aktor formal saling mendekat. Dimana dalam hal ini Komunitas Relawan Jogja Timur mengisi kekosongan posisi yang terjadi di BPBD Kabupaten Sleman dan TAGANA dalam penanggulangan bencana alam. Temuan lain yang didapat di lapangan, bahwasanya terjadi transfer atau pertukaran sumberdaya antara aktor formal dan informal. Dalam hal ini Komunitas Relawan Jogja Timur memiliki resource berupa sejumlah tenaga kerelawanan yang tulus iklas mengabdi kepada masyarakat. Sedangkan dari aktor formal (BPBD Kabupaten Sleman dan TAGANA) memiliki resource berupa dana dan fasilitas-fasilitas untuk kegiatan seperti pelatihan. Sementara masyarakat disini hanya sebagai penerima manfaat saja. Dengan adanya kerjasama antara komunitas RJT dengan Negara, maka diharapkan masyarakat akan lebih terbantu dalam penanggulangan bencana alam. Kerjasama yang terjalin ini juga merupakan salah satu strategi dalam upaya mewujudkan kesejahteraan sosial, karena untuk mewujudkannya tidak bisa berdiri sendiri. Dibutuhkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait. Baik masyarakat, pemerintah, maupun komunitas-komunitas, atau lembaga-lembaga swasta, harus bersatu untuk mencapai tujuan bersama, yaitu mewujudkan kesejahteraan sosial.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI .....................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................
iv
SURAT PERNYATAAN MEMAKAI JILBAB ...................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................
vi
MOTTO .................................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
viii
ABSTRAK ............................................................................................................
xi
DAFTAR ISI .........................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
xv
DAFTAR BAGAN ................................................................................................
xvi
BAB I: PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ..................................................................................
1
B. Latar Belakang Masalah ......................................................................
4
C. Rumusan Masalah ...............................................................................
8
D. Tujuan Penelitian .................................................................................
8
E. Manfaat Penelitian ...............................................................................
8
F. Kajian Pustaka .....................................................................................
9
G. Kerangka Teori ....................................................................................
13
H. Metodologi Penelitian..........................................................................
20
I. Sistematika Penulisan ..........................................................................
26
BAB II: GAMBARAN UMUM RJT A. Profil dan Sejarah Berdiri RJT ............................................................
28
B. Letak Geografis Pos Induk Komunitas RJT........................................
31
C. Visi dan Misi RJT ..............................................................................
33
D. Logo Komunitas RJT...........................................................................
34
E. Struktur Organisasi ..............................................................................
35
F. Maksud dan Tujuan Komunitas RJT...................................................
38
G. Fungsi dan Program.............................................................................
38
H. Kerjasama Komunitas RJT ..................................................................
40
xii
I. Kegiatan Komunitas RJT.....................................................................
40
J. Frekuensi dan Komunikasi ..................................................................
42
K. Keanggotaan Komunitas RJT ..............................................................
43
L. Agenda Rutin Komunitas RJT.............................................................
44
BAB III: POLA RELASI ANTARA KOMUNITAS RJT, BPBD, DAN TAGANA
DALAM MENANGGULANGI BENCANA ALAM A. Program Penanggulangan Bencana Alam Komunitas RJT ……….....
47
B. Pemetaan Aktor ..................................................................................
61
C. Relasi yang Terbangun Antara Komunitas RJT, BPBD dan Tagana yang di Refleksikan dengan Teori Levitsky.....................
64
D. Manfaat dari Relasi yang Terjalin Antara Komunitas RJT, BPBD dan Tagana ...............................................................................
69
E. Hambatan dan Harapan Antara Komunitas RJT, BPBD dan Tagana...........................................................................................
72
F. Keterkaitan Pola Relasi yang Terjalin dengan Kesejahteraan Sosial ...................................................................................................
74
BAB IV: PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................................
77
B. Saran ....................................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Korban Erupsi Merapi 2010
5
Tabel 1.2 Tipologi relasi institusi informal dengan Negara
15
Tabel 2.1 Daftar Anggota TRC 1
37
Tabel 2.2 Daftar Anggota TRC 2
37
Tabel 2.3 Spesifikasi Perangkat Radio hal
42
Tabel 2.4 Spesifikasi Perangkat Antena
43
Tabel 2.5 Spesifikasi Perangkat Tower dan Grounding
43
Tabel 3.1. Pemetaan Aktor dalam relasi yang terjalin antara Komunitas Relawan Jogja Timur, BPBD, dan TAGANA
xiv
63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Siklus Penanggulangan Bencana Alam
18
Gambar 2.1. Keadaan Daerah Selomartani
31
Gambar 2.2. Kartu Anggota Komunitas Jogja Timur tampak depan dan belakang
44
gambar 3.1. Pelatihan Dapur Umum
51
gambar . 3.2. Beberapa Alat Komunikasi yang dimiliki oleh RJT
53
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Struktur Organisasi Komunitas Relawan Jogja Timur
36
Bagan 3.1 Pola Relasi yang terjalin antara Komunitas Relawan Jogja Timur, BPBD Kab. Sleman, dan TAGANA hal
68
Bagan 3.2 Keterkaitan antara Pola Relasi yang terjalin antara Komunitas Relawan Jogja Timur dan negara (TAGANA dan BPBD Kab. Sleman) dengan Kesejahteraan Sosial
xvi
75
BAB I A. Penegasan Judul Untuk memahami judul penelitian “Pola Relasi antara Negara dan Komunitas Relawan Jogja Timur dalam Penanggulangan Bencana Alam” agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kekeliruan pengertian, peneliti perlu memberi penjelasan dari masing-masing makna istilah atau kata tersebut. Maka dari itu, peneliti memberikan penegasan istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini, yaitu sebagai berikut: 1. Pola Relasi Pola adalah suatu gambar atau bentuk. Sedangkan relasi yaitu suatu hubungan atau perhubungan.1 Jadi maksud dari pola relasi diatas adalah suatu bentuk kerjasama yang terjalin dalam hubungan antara dua atau lebih pihak yang saling berkaitan. 2. Negara Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat.2 Sedangkan dalam skripsi ini yang dimaksud “negara” adalah institusi resmi yang dimiliki oleh negara, yang dalam hal ini diwakili oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman. 1
Tim penyusun, “Kamus Bahasa Indonesia (KBI)”. (Jakarta : Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 1190. 2
Tim penyusun, “Kamus Bahasa Indonesia (KBI)”. (Jakarta : Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 999.
1
3. Komunitas Relawan Jogja Timur Komunitas adalah suatu perkumpulan dari beberapa orang untuk membentuk satu organisasi yang memiliki kepentingan bersama. Menurut Vanina Delobelle, komunitas merupakan sarana berkumpulnya orang-orang yang memiliki kesamaan minat, komunitas dibentuk berdasarkan empat faktor yaitu: 1). Keinginan untuk berbagi; 2). Berkomunikasi antar anggota sesuai dengan kesamaan minat; 3). (basecamp atau wilayah tempat dimana mereka biasa berkumpul) berdasarkan kebiasaan dari antar anggota yang selalu hadir; dan 4). Adanya orang yang mengambil keputusan atau menentukan segala sesuatunya.3 Jadi komunitas adalah kumpulan dari beberapa orang yang bisa berdasarkan daerah tempat tinggal atau mempunyai tujuan yang sama serta ingin berbagi satu sama lain. Relawan berasal dari kata rela yang berarti bersedia dengan ikhlas hati.4 Sedangkan relawan adalah seorang yang secara sukarela (uncoerced) menyumbangkan waktu, tenaga, pikiran dan keahliannya untuk menolong orang lain (help others) dan sadar bahwa tidak akan mendapatkan upah atau gaji atas apa yang telah disumbangkan (unremunerated).5 Jadi relawan adalah seseorang yang dengan kerelaan hati, bersedia dan dengan ikhlas membantu sesama dalam bentuk tenaga, waktu, pikiran, maupun materi
3
Lihat http://www.duniapelajar.com/2014/07/30/pengertian-komunitas-menurut-paraahli/. Diunduh pada hari Kamis, 22 Januari 2015 pukul 16.30 WIB. 4
Tim penyusun, “Kamus Bahasa Indonesia (KBI)”. (Jakarta : Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 1190 5
Lihat http://ebasonline.blogdetik.com/2013/03/07/apa-itu-kerelawanan-dan-siapa-yangdisebut-relawan/. Diunduh pada hari Kamis, 22 Januari 2105 pukul 16.00 WIB.
2
tanpa mengharapkan suatu imbalan, hanya mengharap Ridlo dari Allah SWT. Adapun pengertian dari “Jogja Timur” adalah suatu daerah di bagian timur Daerah Istimewa Yogyakarta. Lebih tepatnya di daerah Kabupaten Sleman sebelah timur. Dalam artian daerah ini berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Relawan Jogja Timur merupakan suatu komunitas relawan yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Desa Selomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Komunitas Relawan ini mempunyai tujuan untuk membantu masyarakat yang terkena bencana, baik bencana alam maupun bencana sosial. Relawan ini akan membantu selama bencana berlangsung dan akan mendampingi korban ketika pasca bencana.
4. Penanggulangan Bencana Alam Penanggulangan bencana alam merupakan rangkaian dari aktivitas yang diantaranya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi.6 Adapun pengertian penanggulangan bencana alam di dalam skripsi ini adalah serangkaian kegiatan atau upaya untuk menangani atau mengatasi bencana alam dan resiko yang ditimbulkannya. Kegiatan tersebut terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap pra bencana alam, tanggap bencana, dan pasca bencana alam. 6
Untung Winarso, “Desa Tangguh dan Manajemen Bencana”, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, vol. 2: 2 (Desember, 2013), hlm. 285.
3
5. Erupsi Gunung Merapi Erupsi yang disebut disini adalah letusan gunung berapi yang menimbulkan berbagai dampak yang berbahaya seperti bahaya letusan langsung yang berupa muntahan dan jatuhan material atau gas beracun. Sedangkan yang dimaksud dengan “Gunung Merapi” disini adalah salah satu gunung yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Kabupaten Sleman. Gunung Merapi merupakan salah satu gunung yang paling aktif di dunia. Gunung ini memiliki karakteristik erupsi berupa runtuhan kubah lava yang menyebabkan bahaya aliran awan panas yang sering disebut dengan wedhus gembel.7
B. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan tertimpa bencana alam, bahkan berada pada posisi ketujuh sebagai negara yang paling rawan resiko bencana alam8. Hal ini dikarenakan letak Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudra Hindia, dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia, terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara- hingga Sulawesi, dimana sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang
7
Pemerintah Kabupaten Sleman. Kebijakan Pemerintah dan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman Dalam Penanggulangan Bencana. (ttp: Badan Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan Bencana, 2011). Hlm. 14 8
Winarso Untung.”Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial. “ Vol. 2: 2 (Desember, 2013).
Hlm. 282.
4
sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi menimbulkan bencana alam, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tanah longsor.9 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang sangat rawan tertimpa bencana alam seperti gempa bumi, puting beliung, kekeringan, tanah longsor, dan letusan Gunung Merapi. Bencana alam yang paling sering terjadi di Yogyakarta ialah Erupsi Merapi, hal ini dikarenakan Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia. Erupsi Merapi sudah terjadi di Yogyakarta sejak zaman dulu, namun erupsi terakhir yang menimbulkan dampak besar terjadi pada tahun 2010 yang mengakibatkan korban, jumlah korban dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :10 Kerusakan/Korban Rumah
Jumlah 2.882 rumah
Manusia : 1. Meninggal
377 orang
2. luka Berat
121 orang
3. Hilang
5 orang
Tabel 1.1 Data Korban Erupsi Merapi 2010 Sumber : (BPBD Kabupaten Sleman)
Sebagai daerah yang rawan terhadap bencana alam Yogyakarta tentu terus melakukan berbagai solusi dalam pencegahan dan penanggulangan bencana alam yang terjadi. Salah satu solusi yang diberikan oleh pemerintah derah adalah membentuk relawan bencana baik bersifat privat maupun bersifat publik. Relawan tersebut disebar di berbagai daerah di Yogyakarta, dan 9
Ibid. Hlm. 43
10
Data Statistik BPBD Kabupaten Sleman, th. 2010
5
diutamakan di daerah yang termasuk dalam kategori rawan bencana seperti pada Kabupaten Sleman yang memiliki Gunung Merapi. Salah satu organisasi relawan yang telah dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Sleman ialah Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Dalam pelaksanaannya Tagana dan BPBD masih membutuhkan bantuan dari lembaga-lembaga independen untuk bekerjasama dalam menanggulangi bencana yang terjadi di Kabupaten Sleman. Sebagai contoh ialah adanya kerjasama antara Tagana dan BPBD Kabupaten Sleman yang merupakan relawan dari sektor publik yang menjalin relasi dengan Komunitas Relawan Jogja Timur (RJT) dalam menanggulangi bencana alam, khususnya bencana erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010. Ketiga lembaga ini terus meningkatkan intensitas kerjasamanya dalam mendampingi korban Merapi sampai saat ini. Relawan Jogja Timur sendiri bermula dari relawan Desa Selomartani. RJT ini merupakan suatu komunitas kerelawanan yang ikut turut serta dalam menanggulangi bencana alam. Komunitas Relawan Jogja Timur ini awalnya lahir dan didirikan atas inisiasi masyarakat sendiri atas kepedulian dan rasa gotong royong serta jiwa kerelawanan yang tinggi dari masyarakat dalam membantu sesama. Dalam sejarah Erupsi Gunung Merapi, komunitas ini terus melakukan kepedulian yang intens terhadap korban bencana yang pada saat itu sangat menderita. Maka dari itu, sampai saat ini komunitas RJT ini fokus terhadap penanggulangan bencana alam yang berada di sekitar daerah Yogyakarta dan di Jawa Tengah. Tidak hanya itu, komunitas RJT ini juga
6
membantu masyarakat dalam pendampingan pasca bencana terjadi. Oleh karena itu, komunitas ini memiliki prinsip yang terus dipegang oleh kelompoknya, seperti dalam slogan komunitas tersebut, yaitu “Bersikap tanggap dan selalu siaga serta penuh keberanian dan keikhlasan untuk menghadapi masalah-masalah ketermarjinalan dalam rangka penanggulangan bencana untuk menolong sesama dengan cara-cara yang tepat, cerdas, dan bijaksana berdasarkan Pancasila dan sikap nasionalisme.”11 Slogan ini secara bangga dituangkan dalam lambang resmi oleh Relawan Jogja Timur. Setelah memahami latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji komunitas RJT, hal ini dikarenakan pada beberapa tahun terakhir semenjak erupsi Gunung Merapi tahun 2010 RJT memiliki kekuatan tersendiri dengan melakukan berbagai kegiatan kemanusiaan demi membantu korban bencana alam. Tidak hanya itu, komunitas ini mampu menjalin berbagai komunikasi
dengan
lembaga-lembaga
formal
pemerintahan,
sehingga
eksistensinya dapat diperhitungkan oleh masyarakat dan negara. Dalam hal ini peneliti akan mencoba mengkaji pola relasi yang terjalin antara Komunitas Relawan Jogja Timur dengan lembaga kemanusiaan yang didirikan oleh pemerintah,
yakni
Taruna
Siaga
Bencana
(TAGANA)
dan
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman. Kedua lembaga formal negara ini menjadi pilihan peneliti, karena keduanya memiliki konsen yang cukup dalam menanggulangi bencana di daerah Sleman, khususnya daerah Gunung Merapi.
11
Profil Relawan Jogja Timur, buku tidak diterbitkan.
7
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dilakukan Komunitas Relawan Jogja Timur
(RJT) dalam
penanggulangan bencana erupsi Merapi? 2. Bagaimana pola relasi antara negara dengan Komunitas Relawan Jogja Timur (RJT) dalam penanggulangan bencana erupsi Merapi?
D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Komunitas Relawan Jogja Timur dalam penanggulangan bencana erupsi Merapi; 2. Untuk mengetahui pola relasi yang terjalin antara negara dan Komunitas Relawan Jogja Timur dalam penanggulangan bencana alam erupsi Merapi.
E. Manfaat Penelitian Penelitian tentu memiliki beberapa manfaat. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, antara lain:
a. Teoritis Memberikan
sumbangan
pemikiran
kepada
Jurusan
Ilmu
Kesejahteraan Sosial (IKS) Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga
8
Yogyakarta
tentang
pola
relasi
yang
dapat
terjalin
dalam
suatu
penanggulangan bencana alam. Pada hakikatnya untuk mencapai suatu kesejahteraan sosial tidak bisa hanya dilakukan oleh satu pihak, namun dibutuhkan kerjasama atau relasi dan dukungan dari berbagai pihak yang terkait. Begitu pula dengan penanggulangan bencana, yang merupakan salah satu upaya mewujudkan kesejahteraan sosial. b. Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menyebarluaskan dan mendorong kerjasama atau relasi yang terjalin dalam suatu penanggulangan bencana alam yang telah dilakukan oleh Komunitas Relawan Jogja Timur (RJT) dengan berbagai pihak, terutama pihak pemerintah agar dapat diadopsi oleh masyarakat maupun berbagai pihak agar bisa lebih bersatu dan bekerja sama dengan pihak lainnya membantu masyarakat yang membutuhkan sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan sosial. F. Kajian Pustaka Pada penelitian ini, selain fokus terhadap data yang didapat di lapangan, peneliti juga melakukan tinjauan terhadap hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Ada beberapa penelitian yang dilakukan yang berkaitan dengan topik yang sedang peneliti teliti sebagai bahan acuan atau rujukan dalam penelitian ini. Diantaranya : Pertama, penelitian Adninda Gustia Putri yang berjudul ”Pola Relasi Kuasa Antara Negara, NGO, Dan Masyarakat Dalam Pos Pemberdayaan Keluarga (POSDAYA) Untuk Mengatasi Masalah Kemiskinan”. Dalam skripsi
9
ini didapatkan sebuah hasil bahwa dalam sebuah hubungan yang terjalin antara negara, NGO, dan masyarakat dalam mengatasi masalah kemiskinan yang berbasis POSDAYA terdapat struktur kuasa yang dilandasi dari transfer sumberdaya antara aktor informal (NGO) adalah sejumlah dana untuk kegiatan pemberdayaan, sementara aktor formal yaitu Pemerintah memiliki resource berupa fasilitas dan tenaga ahli sehingga pola relasi kuasa yang terjadi bersifat positif dan saling membangun. Sementara posisi masyarakat disini adalah menerima kemanfaatan dari adanya relasi tersebut. Masyarakat menjadi bergantung dengan adanya pemberdayaan Posdaya Delima karena masyarakat mendapatkan pinjaman modal usaha, pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis dari adanya relasi tersebut. Kedua penelitian yang dilakukan oleh Irham Wida Perwira dengan judul penelitian “Peran Modal Sosial dalam Pemulihan Tatanan Sosial dan Ekonomi Pasca Erupsi Merapi.” Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengelaborasi sebuah permasalahan tatanan sosial dan peningkatan ekonomi dengan Teori Modal Sosial (Social Capital)yang dikemukakan oleh John Field, sebagaimana teori tersebut sebagai solusi dalam menyikapi permasalahan yang ada di masyarakat. Dalam teori modal sosial ini, terdapat empat elemen yang digunakan dalam membahas atau mengatasi sebuah masalah sosial, empat elemen tersebut yaitu: jaringan, kebijakan, aktor, dan kepercayaan.12 Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Rozali dengan judul “Manajemen Bencana Relawan PMII
Dalam Menghadapi Bencana Alam
12
Irham Wida Perwira, “Peran Modal Sosial dalam Pemulihan Tatanan Sosial dan Ekonomi Pasca Erupsi Merapi”, skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2013).
10
(Studi kasus peran PMII
dalam melakukan pendampingan korban erupsi
Gunung Merapi di Sleman)”. Dalam penelitian ini dijelaskan pengertian relawan yaitu orang yang melakukan sesuatu secara sukarela, tanpa adanya paksaan maupun kewajiban. Relawan ini orang yang bersedia menyediakan waktu, tenaga dan pikiran tanpa dibayar serta bekerja sukarela dalam membantu korban bencana alam maupun kegiatan sosial. Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa peran relawan sangatlah penting dan dibutuhkan oleh korban bencana alam Erupsi Merapi. Penelitian Ahmad Rozali diatas mempunyai tujuan untuk mengetahui peran relawan di lapangan, dari proses pendekatan awal dengan korban, program-program hingga evaluasi. Karena ada tiga fase dalam melakukan pendampingan dengan korban bencana, diantaranya : pertama tanggap darurat, ini merupakan fase awal bencana alam, yaitu untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari bencana alam, penyelamatan korban, harta benda, dan evaluasi. Kedua fase rehabilitasi, yaitu fase yang dilakukan dengan membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, memperbaiki fasilitas umum, dan memperbaiki roda perekonomian. Fase ketiga yaitu rekonstruksi. Ini dilakukan dengan cara membangun kembali sarana dan prasarana, tatanan pemerintahan, bangkitnya
peran
serta
masyarakat
dalam
segala
aspek
kehidupan
bermasyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana. Beberapa tugas relawan disana yaitu: pendirian dapur umum,
11
penyediaan kebutuhan dasar menjadi salah satu pilihan program yang terealisasi.13 Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dikaji sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kajian pustaka diatas, peneliti tidak menemukan dari salah satu kajian tersebut yang terkait pola relasi yang terjalin antara negara dengan komunitas dalam penanggulangan bencana. Adapun dari penelitian tersebut membahas tentang pola relasi yang terjalin antara NGO (Non Government Organization), Pemerintah, dan masyarakat dalam upaya mengentaskan kemiskinan, manajemen bencana yang dilakukan relawan PMII dalam upaya pendampingan masyarakat korban Erupsi Gunung Merapi, serta peran modal sosial yang digunakan dalam upaya pemulihan tatan sosial dan ekonomi pasca Erupsi Gunung Merapi 2010. Maka dari itu, setelah mengkaji ketiga penelitian diatas, tidak ditemukan penelitian yang sama dengan penelitian yang akan diteliti, yakni penelitian yang terfokus pada pola relasi yang terjalin antara Negara dengan komunitas Relawan Jogja Timur dalam penanggulangan bencana alam. Sehingga penelitian ini layak untuk dikaji dengan perspektif dan permasalahan yang lain.
13
Ahmad Rozali, “Manajemen Bencana Relawan PMII dalam Menghadapi Bencana Alam (Studi kasus peran PMII dalam melakukan pendampingan korban erupsi Gunung Merapi di Sleman)”, skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta : 2012).
12
G. Kerangka Teori 1.
Pola Relasi Komunitas dengan Negara Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan sosial terutama dalam
penanggulangan bencana alam, tidaklah bisa dilakukan sendiri, seperti suatu komunitas harus bekerjasama dengan berbagai pihak, seperti lembaga atau institusi negara. Terkait dengan hal ini, terdapat dua institusi formal dan informal. a. Pengertian Institusi Formal dan Informal Sebelum menjelaskan mengenai tipologi relasi dari Levitsky, perlu diketahui tentang institusi formal dan institusi informal. Menurut Levitsky, institusi formal adalah aturan atau prosedur yang dibuat, dikomunikasikan, dan bersifat memaksa untuk menembus berbagai saluran/lini yang diterima sebagai aturan resmi. Sedangkan institusi informal adalah aturan sosial, biasanya tidak tertulis dimana dibuat dan dikomunikasikan serta bersifat memaksa, berada di luar aturan resmi yang menyentuh channel tertentu. Kemuculan institusi informal ini dikarenakan beberapa sebab diantaranya yang pertama institusi formal tidak berjalan efektif dan tidak sempurna. Kedua, institusi informal bisa menjadi pilihan strategi bagi aktor yang menginginkan sesuatu tetapi tidak bisa meraih aksesnya melalui institusi formal, disebabkan diantaranya institusi formal sering dianggap costless, sebagai strategi
13
alternatif ketika institusi formal tidak efektif, dan untuk mencapai sebuah tujuan tidak harus selalu menggunakan logika penerimaan publik.14 Adanya kedua institusi ini menyebabkan lahirnya pola interaksi yang disebabkan kedua institusi tersebut. Terdapat beberapa pola relasi antara institusi informal terhadap institusi formal. Kedua institusi tersebut baik informal maupun formal saling mempengaruhi yang pada akhirnya menimbulkan beberapa pola yang bersifat negatif maupun positif. Dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh Komunitas Relawan Jogja Timur dalam penanggulangan bencana alam dan tentunya penting juga untuk melihat pola relasi yang terbentuk dari pendapat Levitsky.
b. Tipologi Pola Relasi Menurut Levitsky ada empat tipologi yang terbangun antara institusi informal terhadap institusi formal. Mengenai empat tipologi yang terjalin antara institusi formal dan informal dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
14
Gretchen Helmke dan dan Levitsky Steven. “Informal Institution and Comparative Politic: A Research Agenda, Working Paper #307. 2003. Hlm. 7.
14
Tabel 1. Tipologi Relasi Informal Institution terhadap Negara Efektifitas Negara Efektif
Tidak Efektif
Pola Relasi Compatible Goals/Convergent
Complementary (Melengkapi)
Substitutive (Menggantikan)
Conflicting Goals/Divergent
Accomodating (Mengakomodasi)
Competing (Bersaing)
Tabel 1.2 Tipologi relasi institusi informal dengan negara (Sumber: Gretchen Helmke dan dan Levitsky Steven, Informal Institution and Comparative Politic: A Research Agenda, Working Paper #307. 2003)
Berdasarkan bagan diatas, dapat dijelaskan bahwa, terdapat empat tipologi, yang pertaman complementary, acomodating, subtitutive, dan competing. Untuk lebih jelasnya dalam memahami tipologi di atas, akan dijelaskan di bawah ini. 1. Complementary Informal Institution Tipologi
yang
pertama
menurut
Levitsky
adalah
complementary. Pola relasi ini terjadi apabila relasi institusi informal terhadap Negara mendekat sedangkan institusi formal (negara) berjalan efektif maka yang terjadi adalah institusi informal melengkapi institusi formal negara (mengisi lubang yang belum diisi negara). Ciri lain dari tipologi ini adalah institusi informal dalam pola relasi ini menciptakan atau memperkuat insentif dalam masyarakat lokal yang memiliki fungsi pelayanan masyarakat sehingga secara
15
tidak langsung muncul kesepakatan etis antara institusi informal terhadap Negara.
2. Accomodating Informal Institution Tipologi kedua menurut Levitsky adalah substitusi. Tipologi ini terjadi apabila pola relasi antara institusi informal terhadap negara mendekat, namun institusi formal negara tidak berjalan efektif, yang akhirnya menyebabkan institusi komunitas menggantikan institusi formal Negara. Adapun yang dimaksud Levitsky adalah melemahnya kepatuhan terhadap peraturan formal dan ketidakmampuan institusi negara menciptakan kepentingan institusi insformal dimana hal tersebut diikuti pula dengan menguatnya kepatuhan nilai, tradisi, dan norma uang berkembang dalam institusi informal (informal rules). Dalam tipologi ini berperannya institusi informal yang menggantikan institusi formal Negara diasumsikan dan diharapkan mampu merespon dan mengarahkan kepentingan bersama.
3. Competing Informal Institution Tipologi ketiga dalam relasi antara institusi informal dengan Negara adalah pola relasi accommodating. Tipologi ini terjadi apabila kapasitas Negara berjalan efektif, namun pola relasi antara institusi informal terhadap Negara bersifat menjauh sehingga muncul akomodasi institusi informal terhadap institusi
16
Negara. Hal ini berarti institusi informal dapat menciptakan peraturan yang bersumber norma/nilai institusi informal untuk mengatur perilaku anggota atau warganya dengan secara tidak langsung merubah nilai subtantif dari peraturan formal. Sehingga yang terjadi adalah peraturan komunitas itu menegakkan aturan formal Negara.
4. Substitutive Informal Institution Tipologi yang terakhir dalam tipologi Levitsky adalah competing. Hal ini terjadi apabila kapasitas Negara tidak efektif, tetapi pola relasi antara institusi informal terhadap Negara bersifat menjauh
yang
akhirnya
menyebabkan
institusi
informal
berkompetisi dengan institusi Negara. Selain itu pola relasi ini muncul dikarenakan institusi formal (Negara) tidak berdaya menjalankan
fungsinya
sehingga
muncul
perlawanan
dan
pelanggaran terhadap peraturan-peraturan formal15. Dari teori Steven Levitsky diatas, menurut peneliti hal tersebut relevan untuk digunakan dalam membaca relasi antara informal institution yaitu Komunitas Relawan Jogja Timur dan negara dalam proses penanggulangan bencana ini yaitu institusi formal terkait penanggulangan bencana, seperti BNPB, BPBD, dan TAGANA Kabupaten Sleman
15
Ibid. Hlm. 11-14.
17
2.
Penanggula P angan Benccana Alam Penangggulangan beencana yaittu serangkaaian kegiataan yang meeliputi
kegiiatan pencegahan benccana, penguurangan resiko bencanna alam, tannggap daruurat, dan rehhabilitasi.16 Dalam menanggulang gi suatu benncana, diperlukan mannajemen benncana yangg tepat agaar bencana tersebut daapat diantissipasi sehinngga bisa meminimalk m kan resiko yang y ditimbuulkan dari bencana b terssebut. Man najemen benncana terseb but dapat diikelompokkkan menjadi tiga tahap, yaitu pra-bbencana, bencana b (reespon padaa saat kejaadian benccana, dan pasca p benccana.17 Unntuk lebih jelasnya ddalam mem mahami tigga tahap dalam d penaanggulangann bencana, berikut gam mbar sikluss penangguulangan benncana, dari tahap pra bencana, tanggap beencana (pad da saat terjjadi), dan pasca p benccana :
Gambar 1.1 Siklus Penanggulang P gan Bencanaa Alam BD Kab. Slem man, 2011.) (Sumberr : Data BPB
16
Modul M Penangggulangan Bencana B untukk Tagana, “Kebijakan “ P Pemerintah teentang Penangggulangan Bencana Alam m, Wajib Latiih Penanggulangan Benca ana”. (Yogyaakarta: Taganaa DIY., 2011). 17
I Ibid.
18
Seperti yang telah digambarkan dalam gambar diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Tahap Pra Bencana Pada tahap pra-bencana, hal yang paling utama untuk dilakukan dalam pencegahan bencana alam adalah risk assesment (analisa resiko), karena dengan kita menganalisis resiko yang akan ditimbulkan dalam suatu bencana, ancaman bahaya yang ditimbulkan maupun kerentanan masyarakat serta sumber daya yang dimiliki dalam menghadapi bahaya bencana alam tersebut bisa dipetakan. Jika analisis resiko ini sudah dipetakan, maka kemudian pemerintah perlu membuat persiapan rencana penanggulangan bencana alam. Dalam persiapan ini yang bisa dilakukan pemerintah yaitu membuat rencana penanggulangan bencana alam, pelatihan dan simulasi penanggulangan bencana alam, memberi pendidikan kepada masyarakat tentang bencana yang mungkin akan muncul dan langkah-langkah awal yang harus diambil dalam menyelamatkan diri dari bencana. b. Tahap Tanggap Bencana Pada tahap kedua ini yaitu tahap pada saat terjadi bencana, hal yang utama dilakukan terlebih dahulu adalah memberikan early warning (peringatan dini) kepada masyarakat tentang terjadinya bencana. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan dan membantu masyarakat yang terkena dampak terjadinya bencana agar masyarakat cepat tanggap jika terjadi suatu bencana. Langkah selanjutnya yaitu memberi pertolongan pertama secara cepat terhadap korban yang sakit serta membawa mereka ke tempat yang
19
aman (pengungsian). Setelah kondisi dirasa sudah membaik, selanjutnya dilakukan analisis kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan dari bencana tersebut. Dari analisis ini baru bisa ditentukan langkah atau pertolongan selanjutnya yang akan diberikan kepada masyarakat selanjutnya dilakukan pemulihan infrastruktur pelayanan publik yang rusak. c. Tahap Pasca Bencana Pada tahap yang terakhir ini yaitu tahap pasca bencana, pada tahap ini langkah-langkah yang akan diambil sangat tergantung dari akibat yang ditimbulkan oleh bencana parah atau tidak. Seperti upaya merelokasi masyarakat dari tempat pengungsian ke tempat yang lebih aman, setelah itu baru bisa dilakukan pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan berbagai bentuk pembangunan. Namun meskipun pemulihan sudah terlaksana, harus terus dilakukan upaya analisis resiko untuk bisa meminimalisir jatuhnya korban di masa mendatang.18
H. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Taylor dan Moleong adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
18
Purwanto A. Erwan. “Memahami Kompleksitas Manajemen Bencana, dalam Westra Pariata, Manajemen Bencana: Belajar dari Pengalaman Aceh.” (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2005). Hlm 8-10.
20
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
19
Beberapa karakteristik
dalam pendekatan penelitian kualitatif, yaitu diantaranya penelitian menggunakan latar alamiah, manusia sebagai alat (instrumen), maksudnya di sini yaitu peneliti merupakan alat pengumpul data yang utama, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden, analisis data dilakukan secara induktif (dari awal pengumpulan data sampai akhir untuk memecahkan masalah yang diteliti), menggunakan teori dari dasar, dan bersifat deskriptif maksudnya data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.20
2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Komunitas Relawan Jogja Timur, yang beralamatkan di Dusun Timur, Selomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan pihak-pihak negara yang berelasi dengan Komunitas Relawan Jogja Timur seperti BNPB, TAGANA, dan BPBD kabupaten Sleman. Alasan memilih lokasi ini karena di Komunitas Relawan Jogja Timur (RJT) ini merupakan salah satu komunitas di daerah Kalasan
yang
aktif
dan
berkontribusi
banyak
dalam
membantu
menanggulangi korban bencana alam, khususnya bencana erupsi gunung Merapi.
19
Lexy J. Meleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2005). Hlm. 73 20
Ahmad Tanzeh. “Metodologi Penelitian Praktis.” (Yogyakarta: Teras, 2011). Hlm.64.
21
3. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek penelitian merupakan orang yang paham betul tentang permasalahan yang sedang diteliti. Menurut Moleong, subyek penelitian adalah orang yang bisa dimanfaatkan dalam suatu penelitian untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar dari suatu penelitian.21 Sedangkan obyek penelitian adalah sesuatu yang hendak diteliti.
22
Teknik
penentuan subyek penelitian disini menggunakan teknik purposive, yaitu memilih subyek berdasarkan ciri tertentu yang sudah diketahui sebelumnya untuk mencapai tujuan penelitian.23 Maksud dari teknik purposive yaitu memilih dengan sengaja subyek yang akan diwawancarai. Dari pernyataan tersebut maka yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah bapak ketua dari Komunitas Relawan Jogja Timur, pengurus Komunitas Relawan Jogja Timur, serta pihak Negara yang difokuskan
terhadap penanggulangan
bencana alam yang berelasi dengan Komunitas Relawan Jogja Timur, dalam hal ini yaitu BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta, Tagana, BPBD kabupaten Sleman. Obyek dari penelitian ini yaitu pola relasi yang terjalin antara Negara dan Komunitas Relawan Jogja Timur dalam penanggulangan bencana alam.
21
Basrowi dan Suwandi. “Memahami Penelitian Kualitatif. “ (Jakarta: Rineka Cipta, 2008). Hlm. 188. 22
Tatang Amirin. “Menyusun Rencana Penelitian.” (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1998). Hlm. 135. 23
Sutrisno Hadi. “Metodologi Research.” (Yogyakarta: Andi Ofset, 2001). Hlm. 82.
22
4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam suatu penelitian. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.24 Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yakni pengambilan data lapangan tentang pola relasi antara Negara dan Komunitas RJT dalam penanggulangan bencana alam. Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada tahapan-tahapan dalam pengumpulan data berikut ini. 1) Observasi Teknik observasi dalam penelitian ini adalah dengan melihat dan mengamati langsung aktivitas komunitas mereka dan kehidupan mereka. Peneliti melakukan observasi dengan melakukan penelusuran di lapangan untuk mengetahui kehidupan komunitas RJT dalam sehari-harinya, serta ikut berbagai aktivitas, seperti mengikuti bakti sosial.
2) Wawancara Penyajian data dari hasil beberapa wawancara yang dilakukan merupakan interpretasi dari peneliti. Wawancara dilakukan terhadap pemimpin komunitas RJT, para anggota komunitas ini, dan masyarakat secara umum. Wawancara dilakukan secara langsung untuk mengetahui dinamika aktivitas komunitas RJT di wilayah penelitian dan untuk melihat 24
Ahmad Tanzeh. “Metodologi Penelitian Praktis.” (Yogyakarta: Teras, 2011). Hlm. 83.
23
berbagai respons dari masyarakat. Dalam proses wawancara dilakukan secara langsung dan berkala serta dilakukan melalui media komunikasi seperti wawancara melalui telfon dan SMS. Pertanyaan-pertanyaan dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang berlangsung ketika penelitian dilakukan.
3) Dokumentasi Teknik dalam pengumpulan data yang lain adalah dokumentasi. Teknik
ini
dilakukan
dengan
membaca
dokumen-dokumen
yang
berhubungan dengan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh Komunitas Relawan Jogja Timur, khususnya di wilayah Kalasan dan daerah Gunung Merapi. Kemudian peneliti mencoba memetakan masalah yang terjadi, termasuk membandingkan dengan komunitas kemanusiaan lain yang memiliki kesamaan konsen, seperti Tagana dan BPBD kabupaten Sleman. Adapun dokumen tersebut adalah berupa buku, artikel, jurnal, file-file ceramah, dan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data Analisis data yaitu mengatur secara sistematis bahan hasil wawancara dan observasi, menafsirkannya dan menghasilkan suatu pemikiran, pendapat, teori, atau gagasan yang baru.25 Analisis data dalam penelitian ini dilakukan 25
Raco, J.R. “Metode Penelitian Kualitatif.” (Jakarta: Grasindo, 2010). Hlm. 121.
24
melalui beberapa tahapan. Pertama, mereduksi data. Yakni data yang diperoleh baik melalui observasi, wawancara dan dokumentasi disimpulkan melalui interpretasi peneliti yang dikelompokkan menjadi beberapa bentuk data. Kedua, men-display data. Yakni
yang berhasil dikumpulkan akan
dijabarkan dalam bentuk kategori agar mempermudah proses verifikasi. Pada tahapan ini akan diperoleh kumpulan data kualitatif. Ketiga, memverifikasi data. Yakni data dikelompokkan sesuai dengan kategori masing-masing pembahasan. Setelah itu, data yang sudah dikelompokkan dapat disajikan dalam bentuk kata-kata atau tulisan. 6. Teknik Keabsahan Data Teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dan juga untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks pengumpulan data.26 Jadi dengan teknik triangulasi ini peneliti dapat memeriksa keabsahan data dengan cara memeriksa ulang temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Mengajukan berbagai macam pertanyaan b. Mengeceknya dengan berbagai sumber data c. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi. 26
Lexy J. Meleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif.” (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2005). Hlm. 330-332.
25
Maka dari itu, dalam penelitian ini, teknik triangulasi datanya dilakukan dengan cara peneliti membandingkan hasil temuan wawancara yang telah dilakukan kepada pihak yang terkait yang telah ditentukan dengan hasil dari observasi di lapangan, dan juga melakukan klarifikasi terhadap beberapa informan tersebut. I. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan gambaran singkat mengenai keseluruhan isi skripsi yang akan dibahas selanjutnya. Sistematika pembahasan ini dibuat untuk mempermudah dalam penyusunan dan pemahaman skripsi. Sistematika tersebut disusun sebagai berikut : Bab pertama merupakan pendahuluan, yang terdiri dari penegasan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua adalah gambaran umum yang berisi tentang Komunitas Relawan Jogja Timur dan segala aktivitas yang dilakukan oleh Komunitas Relawan Jogja Timur dalam menanggulangi bencana alam. Bab ketiga yaitu membahas tentang jawaban atau hasil dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu tentang gambaran usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Komunitas Relawan Jogja Timur dalam menanggulangi bencana alam dan pola relasi yang terjalin antara negara dan Komunitas Relawan Jogja Timur dalam penanggulangan bencana.
26
Bab keempat merupakan bagian penutup, yang berisi kesimpulan dari semua uraian yang telah dibahas dari bab-bab sebelumnya dan saran yang diharapkan bisa membangun untuk semuanya. Bagian akhir dari skripsi ini memuat tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang digunakan dalam penulisan penelitian ini.
27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan diatas dan juga berdasarkan pada rumusan masalah yang ada, maka hasil penelitian ini dapat peneliti simpulkan sebagai berikut: 1. Program yang telah dilakukan Komunitas Relawan Jogja Timur dalam penanggulangan bencana alam, khusunya Erupsi Merapi tahun 2010 adalah sebagai berikut : a. Tahapan Pra Bencana Adapun tahapan Pra Bencana ini, Komunitas Relawan Jogja Timur memiliki tahapan, diantaranya adalah dengan bekerjasama dengan lembaga formal negara dan lembaga komunitas kemanusiaan lain, mengadakan pelatihan dalam peningkatan life skill kepada anggotanya, terus berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Sleman dan TAGANA, mengadakan alat komunikasi, serta mengadakan berbagai peralatan-peralatan yang digunakan dalam menanggulangi bencana yang terjadi. b. Tahapan Tanggap Bencana Tahapan disini adalah Komunitas Relawan Jogja Timur turut serta dalam menyiapkan tempat pengungsian, baik di sekitar darah Selomartani sendiri, maupun daerah-daerah di sekitar Kecamatan Kalasan.
77
c. Tahapan Pasca Bencana Komunitas Relawan Jogja Timur juga berperan aktif memantau banjir lahar hujan (lahar dingin). Karena secara geografis, daerah Komunitas Relawan Jogja Timur terletak tidak jauh dengan lokasi bencana banjir lahar hujan. Selain itu, Komunitas Relawan Jogja Timur juga turut aktif membantu rekonstruksi rumah-rumah warga yang terkena erupsi Merapi. 2. Pola Relasi yang terjalin antara Komunitas Relawan Jogja Timur, TAGANA, dan BPBD dapat dilihat dari teori Levitsky pada Pola Complementary, dimana pola teori tersebut antara para aktor informal (Komunitas RJT) dan aktor formal (BPBD Kabupaten Sleman) satu sama lain saling mendekat dan diantara mereka juga berperan aktif dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Selain itu Komunitas Relawan Jogja Timur juga mengisi kekosongan yang terjadi di BPBD Kabupaten Sleman dan TAGANA, yaitu dengan mengisi kekurangan personil. Oleh karena itu, relasi yang terjalin disini merupakan relasi yang saling mendekat, saling melengkapi, dan saling menguntungkan.
B. Saran Peneliti memberikan beberapa saran untuk Komunitas Relawan Jogja Timur, BPBD Kabupaten Sleman, dan TAGANA agar menjadi yang lebih baik dalam dalam menjalankan tugasnya, terutama dalam penanggulangan bencana alam. Saran yang harus segera dijalankan adalah
78
relasi antara ketiganya harus terus dijaga. Jika terdapat kesalahan maupun komunikasi yang tidak terjalin secara baik, sebaiknya harus dilakukan pencarian solusi untuk mengatasinya. Komunikasi merupakan jalan terbaik dalam menjalin hubungan dengan instansi lain, apalagi instansi pemerintahan. Karena dengan adanya komunikasi yang selalu terjaga, penanggulangan bencana alam akan dapat lebih maksimal dan terkoordinir dalam penangannya. Hal ini merupakan salah satu upaya mewujudkan kesejahteraan sosial. Bagi Komunitas RJT khususnya, mereka sebaiknya terus teguh dalam menjalani kegiatan-kegiatan kemanusiaan, tetap semangat
menebarkan
manfaat,
dan
terus
menjadikan
kegiatan
kemanusiaan tersebut sebagai ibadah demi mengharap Ridla dari Allah SWT, tanpa mengharapkan imbalan material dari manusia. Selain itu, peneliti juga memberikan saran untuk penelitianpenelitian ke depannya agar dapat meneliti lebih mendalam mengenai pola relasi yang terjalin antara relasi formal dan informal lainnya, khususnya relasi antara lembaga independen dengan Negara. Karena skripsi ini mendapatkan hasil yang positif dan menambah khazanah keilmuan baru dalam konteks relasi antar instansi. Mungkin di penelitian selanjutnya bisa diteliti kembali bagaimana dampak negatif yang ditimbulkan dalam relasi antar instansi. Karena di dalam skripsi ini, peneliti tidak menyebutkan secara detail tentang hal-hal yang negatif yang ditimbulkan oleh relasi tersebut.
79
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Rozali, “Manajemen Bencana Relawan PMII
Dalam Menghadapi
Bencana Alam (Studi kasus peran PMII dalam melakukan pendampingan korban erupsi Gunung Merapi di Sleman)”, skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012). Basrowi dan Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif “, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008). Field John, “Modal Sosial”, (London: Routledge, 2003). Gretchen Helmke dan dan Levitsky Steven, Informal Institution and Comparative Politic: A Research Agenda, Working Paper #307, 2003. Irham Wida Perwira, “Peran Modal Sosial Dalam Pemulihan Tatanan Sosial Dan Ekonomi Pasca Erupsi Merapi”, skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013). Modul Penanggulangan Bencana untuk Tagana, “Kebijakan Pemerintah tentang Penanggulangan Bencana Alam, Wajib Latih Penanggulangan Bencana”. (Yogyakarta: Tagana DIY., 2011). Lexy J. Meleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2005). Mulyana Dedi, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Rosda Karya, 2012). Pemerintah Kabupaten Sleman, Kebijakan Pemerintah dan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman Dalam Penanggulangan Bencana, (ttp : Badan Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan Bencana, 2011). Perwira Irham Wida, “Peran Modal Sosial Dalam Pemulihan Tatanan Sosial Dan Ekonomi Pasca Erupsi Merapi”, skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013). Buku Profil, “Profil Relawan Jogja Timur”, (Sleman: RJT, tt).
Purwanto A. Erwan, “Memahami Kompleksitas Manajemen Bencana, dalam Westra Pariata, Manajemen Bencana : Belajar dari Pengalaman Aceh”. (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2005). Putri Adninda Gustia, “Pola Relasi Kuasa Antara Negara, NGO, Dan Masyarakat Dalam Pos Pemberdayaan Keluarga (POSDAYA) Untuk Mengatasi Masalah Kemiskinan”, skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2014). Raco, J.R. “Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grasindo, 2010). Sutrisno Hadi, “Metodologi Research” , (Yogyakarta: Andi Ofset, 2001). Tanzeh, Ahmad. “Metodologi Penelitian Praktis”, (Yogyakarta: Teras, 2011). Tatang Amirin, “Menyusun Rencana Penelitian”, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1998) Tim penyusun, “Kamus Bahasa Indonesia (KBI)”. (Jakarta : Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, 2008) Undang-Undang Tentang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penaggulangan Bencana. Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2011 tentang Kesejahteraan Sosial. Westra, Pariata. “Manajamen Bencana: Belajar dari Pengalaman Aceh. Buku tidak diterbitkan, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2005). Winarso Untung, “Desa Tangguh dan Manajemen Bencana”, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, vol. 2: 2 (Desember, 2013). Zulfikar Nizam, Pola Relasi yang terbangun antara Negara dan Forum Komunikasi
Masyarakat
Code
Selatan
(FKCMS)
dalam
Rangka
Pemberdayaan Masyarakat Dusun Brontokusuman, Skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2010).
Internet http://www.duniapelajar.com/2014/07/30/pengertian-komunitas-menurut-paraahli/ http://ebasonline.blogdetik.com/2013/03/07/apa-itu-kerelawanan-dan-siapayang-disebut-relawan/
Wawancara Bapak Sri Sunaryo, Ketua RJT, wawancara pada tanggal 24 dan 29 April 2015 Ibu Titin, anggota RJT, wawancara pada tanggal 25 April 2015 Mas Aping, anggota RJT, wawancara pada tanggal 25 April dan 9 Mei 2015 Bapak Tri Hartoko, Dewan Pembina RJT, pada tanggal 2 Mei 2015 Bapak Dwi Harjanto, BPBD TAGANA Sleman, pada tanggal 8 Mei 2015 Bapak Agus Indarto, TAGANA Sleman, wawancara pada tanggal 5 Mei 2015
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Interview Guide Anggota Komunitas Relawan Jogja Timur
1. Latar belakang berdirinya Komunitas Relawan Jogja Timur ? 2. Program atau kegiatan yang telah dilakukan oleh Komunitas Relawan Jogja Timur dalam menanggulangi bencana Erupsi Merapi? 3. Dalam menanggulangi bencana alam, apakah Komunitas Relawan Jogja Timur melakukan kerjasama ? kerjasama dengan pihak mana saja ? 4. Kerjasamanya dalam bentuk apa saja? 5. Manfaat atau keuntungan yang di dapat dari kerjasama tersebut? 6. Apakah ada hambatan atau tantangan dalam proses kerjasama tersebut? 7. Bila ada, apa saja tantangan atau hambatan tersebut 8. Bagaimana harapan untuk Komunitas Relawan Jogja Timur ke depannya, terutama dalam hal kerjasama tersebut?
Interview Guide Pihak yang bekerjasama dengan Komunitas Relawan Jogja Timur dalam Penanggulangan Bencana Alam
1. Apa itu BPBD/TAGANA? 2. Peran atau fungsi dari TAGANA/BPBD 3. Dalam penanggulangan bencana alam, BPBD/TAGANA bekerja sama dengan pihak mana saja? Apakah bekerja sama dengan Komunitas Relawan Jogja Timur? 4. Bila iya, bagaimanakah bentuk kerjasama dengan Komunitas Relawan Jogja Timur? 5. Bagaimana tahapan dalam penanggulangan bencana alam? 6. Apa manfaat dari kerjasama tersebut? 7. Apa harapan BPBD/TAGANA kedepannya dalam hal kerjasama tersebut?
Foto-Foto
F Foto Mobil Dapur D Umuum milik TA AGANA
Fotto peralatann Dapur Um mum milik TAGANA T
Foto waw wancara denggan Bapak Srri Sunaryo seelaku Ketua RJT R dan Baapak Agus seelaku perw wakilan dari TAGANA
CURICULUM VITAE
Data Pribadi Nama
: Lucky Agustina Kurniawati
Tempat, tanggal lahir : Sleman, 30 Agustus 1992 Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Tunjungan Selomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta
No. Telepon
: 085743452118
Email
:
[email protected]
Hobi
: Membaca, olah-raga, mendaki gunung, berpetualang, dan mencoba hal-hal baru, dan mengagumi ciptaan Yang Maha Kuasa
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Pendidikan 1. SD Negeri Kledokan
1998-2004
2. SMP Negeri 1 Kalasan
2004-2007
3. SMA Negeri 1 Kalasan
2007-2010
4. UTY (Universitas Teknologi Yogyakarta), Jurusan Akuntansi
2010-2011
5. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial (Fak. Dakwah dan Komunikasi) 2011-Sekarang
Pengalaman Bekerja Paruh Waktu (Part Time) 1. Part Time Garda Depan (Gardep) Dagadu Djokdja Angkatan 52
2014-2015
Pengalaman Berorganisasi 1. LK3 (Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga) UIN Sunan Kalijaga
2013-Sekarang
2. FKAPMEPI (Forum Kader Pengembang Moral Etika Pemuda Indonesia) Yogyakarta 3. Lembaga LIMORA
2014-Sekarang 2014
4. HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga
2013-2014
5. PARRA (Penegak Amanat Reformasi Rakyat) Indonesia, Regional Yogyakarta
2011-2014
6. PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2011
7. SPK (Sekolah Politik Kerakyatan) KIBAR (Komunitas Indonesia Baru) Yogyakarta
2011-sekarang
8. PAR (Parcipatory Action Reseacrh) UIN Sunan Kalijaga
2012
9. Rumah Zakat Yogyakarta
2012
10. PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Yogyakarta
2008-2009
11. Saka (Satuan Karya) Bayangkara, Ranting Kalasan
2008-2009
12. Rohis (Kerohanian Islam) SMA N 1 Kalasan
2007-2009
Prestasi yang pernah diperoleh 1. Juara III Tae Kwon Do POPDA (Pekan olah raga pelajar daerah) Yogyakarta 2. Juara III Tae Kwon Do Kejurda (Kejuaraan Daerah), Yogyakarta
2009 2009
3. Peserta Olimpiade Sains TIK (Teknik Informatika dan Komunikasi) Tingkat SMA se-DIY 4. Finalis Jambore Kesehatan Reproduksi tingkat SMA se-DIY
2008 2008