(Draft) Rencana Strategis dan Program Kerja Relawan TIK Indonesia 2014
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Tujuan Renstra dan Program Kerja
2
II. TIK DI INDONESIA
3
2.1 Statistik Pengguna Internet di Indonesia.
3
2.2 Web Index 2013
5
2.3 Network Readiness Index 2014
8
III. RELAWAN TIK INDONESIA
14
3.1 Sejarah berdirinya Relawan TIK Indonesia
14
3.2 Struktur Organisasi
15
3.2 Visi dan Misi Relawan TIK Indonesia
16
IV. SASARAN STRATEGIS DAN PROGRAM KERJA RELAWAN TIK INDONESIA
18
4.1 Tujuan Strategis
18
4.2 Sasaran Strategis
19
4.3 Program Kerja Relawan TIK 2014-2016
20
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dengan TIK berbagi kegiatan telah mengalami perubahan, TIK telah mengubah cara orang bekerja, belajar, berusaha, berkomunikasi dan sebagainya. Bahkan TIK telah dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu bangsa. TIK adalah salah satu pilar utama pembangunan peradaban manusia saat ini yang harus mampu memberi nilai tambah bagi masyarakat luas dan diharapkan menjadi sarana penting dalam proses transformasi menjadi bangsa yang maju. Tidak ada satupun bidang kehidupan bangsa ataupun sektor pembangunan nasional yang tidak memerlukan penggunaan TIK.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memiliki roadmap TIK Indonesia menuju Indonesia Digital pada tahun 2020 1. Kemkominfo sudah menyiapkan sejumlah tahap yang harus dilalui agar tujuannya tercapai. Berdasarkan roadmap Kemkominfo, pada tahap pertama atau 2010-2012, yaitu masuk Indonesia Connected, 1
Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2010 Indonesia ICT Whitepaper,Pusat Data Kemkominfo, 2010
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
1
dimana dalam tahap ini seluruh desa ada akses telepon, seluruh kecamatan harus ada akses internet. Pada tahap kedua tahun 2012-2014 Kemkominfo memiliki misi Indonesia Informative, yaitu masyarakat Indonesia sudah masuk dalam masyarakat Informasi. Diharapkan saat fase ini seluruh ibukota propinsi terhubung dengan serat optik, seluruh kabupaten/kota ada akses broadband dan peningkatan E-layanan, EHealth, E-education untuk semua. Pada tahun 2014-2018 diharapkan Indonesia masuk dalam Indonesia Broadband dan masyarakat masuk dalam masyarakat pengetahuan. Pada tahap ini yaitu harus dipenuhi peningkatan akses broadband diatas 5 MB. Peningkatan daya saing bangsa dan Industri Inovatif. Dan akhirnya pada tahun 2020 menuju Indonesia Digital dengan Masyarakat Madani. Seluruh kabupaten/ kota memiliki e-government dengan Indonesia yang kompetitif.
Lalu dimana peran Relawan TIK Indonesia dalam pembangunan TIK? Kontribusi apa yang dapat dilakukan oleh Relawan TIK dalam pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan TIK?
1.2 Tujuan Renstra dan Program Kerja Tujuan dari disusunnya Rencana Strategis dan Program Kerja Relawan TIK Indonesia ini adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Menentukan arah gerakan Relawan TIK ke depan Menyamakan persepsi tentang visi dan misi gerakan relawan TIK Menjadi pedoman kegiatan Relawan TIK Indonesia Menjadi target pelaksanaan kegiatan baik di pusat maupun di daerah
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
2
II.
TIK di Indonesia
2.1 Statistik Pengguna Internet di Indonesia. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia, terus tumbuh meskipun menghadapi beberapa tantangan besar dalam beberapa sektor termasuk pembangunan infrastruktur telekomunikasi di berbagai daerah dengan kondisi geografis yang kompleks, serta berbagai permasalahan sosial, politik dan ekonomi yang harus dihadapi. Di tahun 2013, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 74,6 juta orang2. Ini berarti baru sekitar 30% dari total jumlah penduduk Indonesia. Deklarasi World Summit on Information Society (WSIS) pada tahun 2003 di Jenewa mengamanatkan bahwa 50% penduduk dunia dapat memiliki akses informasi (internet) di tahun 2015. Berarti masih ada pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia untuk dapat turt mengemban amanat WSIS tersebut. Penambahan jumlah pengguna internet di Indonesia ini juga didorong oleh berkembangnya teknologi internet itu sendiri. Saat ini dunia telah memasuki era web 2.0. Web 2.0, adalah sebuah istilah yang dicetuskan pertama kali oleh O'Reilly Media pada tahun 2003, dan dipopulerkan pada konferensi web 2.0 pertama di tahun 2004, merujuk pada generasi yang dirasakan sebagai generasi kedua layanan berbasis web, seperti situs jaringan sosial, wiki, perangkat komunikasi, dan folksonomi yang menekankan pada kolaborasi online dan berbagi antar pengguna. Istilah web 2.0 tidak mengacu pada pembaruan spesifkasi teknis World Wide Web (www) tetapi lebih kepada bagaimana cara si pengembang sistem di dalam menggunakan platform web. Jika dahulu pengguna internet adalah konsumen informasi (information consumer), di era web 2.0 ini pengguna internet telah berevolusi menjadi prosumer (information producer and consumer). Pengguna internet kini telah dengan sengaja maupun tidak menjadi produsen informasi melalui apa yang telah ditulisnya dalam media internet seperti blog, facebook, twitter, youtube, path dan jejaring social media lainnya.
2
Majalah The Marketeers, Edisi November 2013
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
3
10 Negara dengan Jumlah Pengguna Facebook Terbesar (www.socialbakers.com, diambil pada tanggal 28 September 2012) Maraknya jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter telah mendorong tumbuhnya pengguna internet di Indonesia. Dari data yang diperoleh dari socialbakers.com, pengguna Facebook Indonesia hingga bulan September 2012 mencapai lebih dari 47 juta pengguna. Nomor 4 tertinggi di bawah Amerika Serikat, Brazil dan India. Ini berarti hampir 20% penduduk Indonesia memiliki akun Facebook. Jejaring sosial lain yang tidak kalah marak penggunaannya adalah Twitter. Twitter adalah jejaring sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang ditulis dalam 140 karakter. Pada bulan Juli 2012, tercatat sudah terdapat 517juta akun pengguna Twitter dan pengguna Twitter di Indonesia sudah mencapai 29.4 juta pengguna3. Dari laporan ini juga bisa dilihat bahwa pengguna twitter di Indonesia merupakan pengguna yang paling aktif di dunia. Besarnya pengguna jejaring sosial ini merupakan potensi yang cukup besar bagi berbagai aspek dalam kehidupan di Indonesia.
3
Semiocast, “Twitter reaches half a billion accounts, More than 140 millions in the U.S” http://semiocast.com/publications/2012_07_30_Twitter_reaches_half_a_billion_accounts_140m_in_the_US (diakses 20 September 2012)
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
4
2.2 Web Index 2013 Didirikan oleh penemu web Sir Tim Berners-Lee, World Wide Web Foundation adalah organisasi non-profit yang ditujukan untuk mencapai sebuah dunia dimana semua orang dapat menggunakan Web untuk berkomunikasi, berkolaborasi dan berinovasi dengan bebas, dan membangun jembatan untuk mengatasi kesenjangan. World Wide Web Foundation mengeluarkan Web Index4., suatu index yang mengukur pemanfaatan web dari berbagai dimensi dan dampaknya bagi masyarakat dan bangsa. Di tahun 2013 ini, penilaian dilakukan terhadap 81 negara Struktur Index yang diukur dalam Web Index ini adalah sebagai berikut A. Universal Access Mengukur apakah negara telah menginvestasikan infrastruktur internet dengan kualitas baik untuk menciptakan akses yang terjangkau bagi masyarakat, dan juga upayanya dalam pendidikan dan peningkatan kemampuan masyarakat untuk dapat memanfaatkan internet (Web) secara baik. Komponen yang diukur adalah: - Education and awareness 4
Laporan lebih lengkap dapat diunduh di situs WEBINDEX: www.thewebindex.org
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
5
-
Access and Affordability Communications Infrastructure
B. Relevant Content memetakan Web digunakan oleh warga dan konten yang tersedia di masing-masing negara, dengan penekanan pada sejauh mana berbagai pemangku kepentingan dapat mengakses informasi yang relevan untuk mereka, dalam bahasa yang mereka paling nyaman gunakan dan melalui platform dan saluran yang luas tersedia. Komponen yang diukur adalah: - Web Use - Relevant Content C. Freedom & Openness Menilai sejauh mana warga negara dapat menikmati hak atas informasi, berpendapat, berekspresi, keamanan dan privasi online. Komponen yang diukur adalah: - Freedom of the Web D. Empowerment bertujuan untuk menilai perubahan yang dihasilkan internet bagi masyarakat, dan sejauh mana penggunaan Web dapat mendorong perubahan positif dalam empat bidang utama: sosial, ekonomi, politik dan lingkungan. Komponen yang diukur adalah: - Political impact - Social and environmental - Economic impact
Secara keseluruhan Indonesia berada pada peringkat ke 48 dari 81 negara yang diukur:
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
6
Dengan rincian nilai komponen yang diukur adalah sebagai berikut: Sub-Index dan Komponen Universal Access Education And Awareness Access And Affordability Communications Infrastructure Relevant Content Web Use Content Creation Freedom And Openness Freedom Of The Web Impact And Empowerment Political Impact Social And Environmental Economic Impact WEB INDEX
Nilai 34.8 50.8 46.2 38.2 47 55.2 39.6 48.8 48.8 27.2 31.9 34.4 27.7 39.7
Peringkat 57 41 62 61 48 45 50 48 48 53 50 56 59 48
Dari data tersebut, kita dapat melihat bahwa meskipun penetrasi penggunaan internet di Indonesia meningkat, akan tetapi hal tersebut belum dapat secara signifikan memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat. Di bagian Universal Access, Pendidikan dan awareness tentang TIK masih berada di peringkat 41, bahkan di bawah Malaysia yang menempati peringkat 39. Ini menandakan bahwa pendidikan berbasis TIK di Indonesia masih belum berkembang pesat. Infrastruktur komunikasi pun kita menempati peringkat terendah di antara negara Asia Tenggara, bentuk negara kepulauan merupakan salah satu sulitnya pembangunan infrastruktur di Indonesia. Pemanfaatan Web sebagai suber informasi yang diukur dalam Sub Index Relevat Content, nilai dari Indonesia juga tidak terlalu baik. Pemerintah maupun masyarakat masih belum banyak membuat konten untuk web dan juga memanfaatkan konten tersebut untuk keperluan di berbagai bidang. Kita juga dapat melihat nilai dan peringkat yang rendah dalam komponen Economic Impact, pada sub index Impact and Empowerment, yang memperlihatkan bahwa internet belum dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan di Indonesia. Disinilah sebenarnya Relawan TIK Indonesia dapat berperan, bahwa perkembangan TIK yang da dapat juga dapat memberikan dampak yang positif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia melalui pemanfaatan yang optimal.
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
7
2.3 Network Readiness Index 2014 Pada tahun 2014 Global Information Technology Report (GITR)5, yang dikeluarkan oleh World Economic Forum bekerja sama dengan INSEAD, telah mengeluarkan Network Readiness Index (NRI) yang merupakan pengukuran sejauh mana pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap daya saing ekonomi suatu negara. Pada tahun ini, pengukuran dilakukan kepada 148 negara. Dan dari hasil NRI 2014 ini, Indonesia berada pada peringkat 64, meningkat dari peringkat 76 di tahun 2013. Elemen Penilaian
Network readiness Index (NRI), terdiri dari empat subindex yang mengukur lingkungan yang mempengaruhi perkembangan TIK di suatu negara seperti kondisi politik, regulasi, bisnis dan inovasi (environment), kesiapan masyarakat dalam menggunakan TIK (readiness), pemanfaatan TIK oleh para stakeholder yaitu individu, bisnis dan pemerintahan (usage), dan dampak penggunaan TIK terhadap ekonomi dan masyarakat (impact). Keempat subindex tersebut dibagi ke dalam 10 pilar dan 53 variable. Tiga subindex pertama dianggap sebagai pemicu kondisi yang menyebabkan dampak penggunaan TIK (subindex keempat).
5
Laporan lengkap Global Information Technology Report 2014 dapat diunduh di: http://www.weforum.org/issues/global-information-technology Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
8
Berikut rincian pengukuran di setiap indexnya:
a). Environment subindex Environtment subindex mengukur seberapa besar keramahan pasar di suatu negara serta regulasinya dalam mendukung pemanfaatan TIK serta pengembangan jiwa wirausaha dan kreativitas dalam menciptakan inovasi. Lingkungan yang mendukung sangat penting untuk memaksimalkan dampak potensial penggunaan TIK dalam meningkatkan daya saing dan kesejahteraan social. Subindex ini meliputi 18 variabel penilaian yang dibagi ke dalam dua pilar. Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
9
Pilar pertama yaitu lingkungan politik dan regulasi (Political and regulatory environment), menilai sejauh mana kerangka hukum nasional memfasilitasi penetrasi TIK dan pembangunan yang aman dalam kegiatan bisnis, dengan mempertimbangkan hak-hak umum (termasuk perlindungan terhadap hak kepemilikan, kemandirian peradilan, efisiensi proses pembuatan undang-undang) serta hak lain yang lebih spesifik ke arah TIK (melalui undang-undang/ peraturan yang berkaitan dengan TIK dan tingkat pembajakan perangkat lunak). Pilar yang kedua yaitu lingkungan bisnis dan inovasi (business and innovation environment pillar), menilai sejauh mana kualitas kondisi bisnis untuk meningkatkan kewirausahaan, dengan mempertimbangkan kemudahan dalam melakukan wirausaha dan memulai suatu bisnis. Pilar ini juga mengukur adanya kondisi yang memungkinan inovasi dapat berkembang dengan adanya ketersediaan teknologi yang memadai, permintaan untuk produk-produk TIK yang inovatif, ketersediaan modal untuk membiayai produk inovasi tersebut dan tersedianya tenaga kerja yang terampil. Dalam environment subindex ini, Indonesia menempati peringkat 63 dari 142 negara. Penilaian kurang baik diberikan pada pilar political and regulatory environment, seperti masih tingginya tingkat pembajakan peranti lunak (86%, peringkat ke 98) serta masih banyaknya dan lamanya prosedur yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu sengketa. Sementara pada pilar business and innovation environment, Indonesia mendapat peringkat yang baik pada ketersediaan modal ventura, pengusaha yang inovatif tetapi dengan proyek-proyek beresiko masih dianggap mudah untuk mendapatkan modal di Indonesia. Akan tetapi peringkat kurang baik diberikan dalam hal jumlah hari dan prosedur yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perizinan dalam memulai usaha baru. Selain itu, Pemerintah sendiri dianggap telah cukup baik dalam mendorong teknologi inovasi.
b). Readiness subindex Readiness subindex terdiri dari 12 variabel penilaian yang mengukur sejauh mana masyarakat siap untuk memanfaatkan infrastruktur TIK dan konten digital yang terjangkau. Pilar Infrastruktur dan digital konten (infrastructure and digital content pillar) terdiri dari lima variabel: mengukur pembangunan infrastruktur TIK (termasuk jangkauan jaringan seluler, bandwith, server internet yang aman, dan ketersediaan listrik yang memadasi) serta aksesibilitas konten digital. Pilar keterjangkauan (affordability) terdiri dari tiga variable yang menilai berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat mengakses TIK, baik melalui telepon selular maupun sambungan internet via LAN, serta persaingan di level penyedia layanan internet Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
10
dalam menekan biaya penggunaan internet. Pilar yang selanjutnya yaitu keterampilan (skills) terdiri dari empat variable, mengukur kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan TIK secara efektif berkat kualitas pendidikan dasar dari system pendidikan yang ada, tingkat melek huruf orang dewasa dan tingkat pendidikan menengah. Untuk Readiness Subindex ini Indonesia menempati peringkat 65 dari 142 negara. Dalam pilar infrastruktur, Indonesia dinilai lemah dalam penyediaan listrik dibandingkan dengan jumlah populasi yang ada. Total produksi listrik di Indonesia 748.1 kWh per kapita dan menempati urutan ke 104. Jaringan selular di Indonesia telah menjangkau 100% dari total jumlah penduduk. Dan bandwidth internet untuk jaringan internasional, Indonesia dinilai masih rendah dengan hanya 17 kbps per user dan menempati peringkat 77. Untuk pilar affordability Indonesia dinilai telah cukup baik, khususnya dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Tarif selular serta tarif jaringan internet broadband dianggap cukup murah dibandingkan negara lainnya. Demikian pula dengan kompetisi penyedia jasa telepon dan internet yang dinilai baik sehingga dapat memberikan layanan dan tarif yang juga baik kepada pelanggannya. Untuk penilaian terhadap kualitas sistem pendidikan, yang mengukur sejauh mana sistem pendidikan di suatu negara memenuhi kebutuhan daya saing ekonomi, Indonesia mendapat nilai 4,3 dari skala 7, dan menempati peringkat 36 dari 148 negara. Sementara terdapat 92,8% warga Indonesia di atas 15 tahun yang telah bebas buta huruf (mampu baca dan tulis) c). Usage subindex Usage Subindex menilai usaha individu , bisnis dan pemerintahan untuk meningkatkan kapasitasnya dalam memanfaatkan TIK, serta dalam penggunaan TIK sehari-hari di kehidupan mereka, terdiri dari 15 variable dalam 3 pilar utama. Pilar penggunaan oleh individu (individual usage) terdiri dari tujuh variabel, menilai penetrasi TIK dan difusi pada tingkat individu, dengan menggunakan indikatorindikator seperti jumlah pelanggan telepon seluler, individu yang menggunakan internet, rumah tangga dengan komputer pribadi (PC), rumah tangga dengan akses internet baik langganan fixed atau mobile broadband, dan penggunaan jaringan social. Pilar penggunaan oleh sektor bisnis (business usage) terdiri dari lima variable, menangkap tingkat penggunaan internet di sektor bisnis serta upaya perusahaan untuk mengintegrasikan TIK ke dalam lingkungan kerja yang kondusif, penggunaan teknologi secara cerdas, lingkungan yang mampu menciptakan inovasi sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Selanjutnya, pilar ini akan menilai Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
11
sejauh mana tingkat penyerapan TIK oleh sektor bisnis. Selain itu, pilar ini juga menilai jumlah pelatihan TIK yang tersedia untuk staff, yang mengindikasikan sejauh mana manajemen dan karyawan mampu mengidentifikasi dan mengembangkan inovasi bisnis baru untuk perusahaan. Pilar penggunaan oleh sektor pemerintah (government usage) terdiri dari tiga variabel, memberikan wawasan atas pentingnya pemerintah menempatkan kebijakan TIK yang mampu meningkatkan daya saing, mensejahterakan masyarakat serta mampu mengimplementasikan visi yang telah dibuat dalam pembangunan TIK sebagai salah satu alat membangun negeri dan jumlah layanan pemerintah yang bersifat online. Bagaimana pemerintah Indonesia menempatkan TIK dalam prioritasnya? NRI memberikan skor 4,3 (skala 7) dan menempatkan Indonesia pada peringkat 49. Hal ini berarti walaupun pemerintah Indonesia telah memberikan prioritas yang cukup untuk pemanfaatan TIK, akan tetapi jika dibandingkan dengan negara lain ternyata hal tersebut masih kurang. Pemerintah juga dirasa perlu untuk terus mengembangkan rencana implementasi tentang pemanfaatan TIK yang lebih jelas dan terarah sehingga dapat meningkatkan daya saing negara yang lebih luas. Untuk index pelayanan pemerintah melalui internet, Indonesia masih mendapat nilai 0.5 (skala 1). Hal ini wajar karena memang belum banyak bentuk layanan pemerintah yang dapat dinikmati masyarakat secara online.
d). Impact subindex Impact subindex mengukur sejauh mana dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan atas penggunaan TIK untuk meningkatkan daya saing dan kesejahteraan masyarakat serta mampu merefleksikan transformasi TIK dan penggunaan teknologi cerdas untuk ekonomi dan masyarakat. Impact subindex terdiri dari delapan variable dalam dua pilar. Pilar dampak terhadap sektor ekonomi (economic impacts) mengukur dampak penggunaan TIK terhadap daya saing ekonomi. Termasuk didalamnya dampak TIK terhadap layanan dan produk baru, aplikasi, model organisasi dan pekerjaan berbasis pengetahuan. Pilar dampak sosial (social impacts) menilai dorongan penggunaan TIK dalam meningkatkan kesejahteraan msyarakat, pendidikan, penggunaan energi, kesehatan atau partisipasi aktif masyarakat dalam pemerintahan. Saat ini, karena adanya keterbatasan data, pilar ini hanya mengukur sejauh mana efektifitas proses pemerintahan dan peningkatan penyediaan layanan online untuk masyarakat Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
12
sehingga meningkatkan e-partisipasi masyarakat. Pilar ini juga menilai sejauh mana TIK berperan dalam bidang pendidikan serta perannya sebagai penyaring manfaat potensial yang berkaitan dengan penggunaan TIK. Untuk penilaian terhadap Impact Subindex ini, Indonesia mendapatkan skor 3,5 (skala 7) dan menempati peringkat ke 72 dari 148 negara. Pada penilaian atas economy impact Indonesia hanya mendapatkan skor 3.1 dan menempati peringkat 86, ini menandakan bahwa pemanfaatan TIK di Indonesia belum dapat banyak memberikan dampak bagi perkembangan ekonomi di masyarakat. Sementara untuk Social Impact, skor Indonesia lebih baik sedikit yaitu 3,8 dan berada pada peringkat 63.
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
13
III. Relawan TIK Indonesia 3.1 Sejarah berdirinya Relawan TIK Indonesia Relawan TIK Indonesia adalah organisasi sosial kemasyarakatan yang mendasarkan gerakannya pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan/ ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi para anggota serta warga masyarakat. Inisiasi pembentukan Relawan TIK Indonesia dirintis oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) sejak tanggal 9 Desember 2008 di Jakarta dengan melibatkan beberapa pihak dalam diskusi kecil guna pengungkapan wacana mereplikasi program UNESCO dibidang ICT, yaitu ICT 4 YOUTH maupun semangat pengabdian teman-teman relawan Air Putih di wilayah bencana. Kemudian Kemkominfo di tahun 2009 dan 2010 melanjutkan inisiatif ini dengan mengadakan pertemuan regional barat di Pangkal Pinang (Kep. Bangka Belitung) dan pertemuan regional tengah dan timur di Makassar (Sulawesi Selatan) yang dihadiri oleh akademisi, pejabat/pegawai instansi pemerintah, swasta dan berbagai elemen masyarakat lainnya, sehingga akhirnya muncullah sebuah gagasan untuk membentuk organisasi Relawan TIK. Hasil pertemuan di kedua kota tersebut dimatangkan di Surabaya, dan pada akhirnya dibawa ke Forum Komunikasi, Koordinasi, Kolaborasi dan Kerjasama Komunitas TIK (FK5T) Tingkat Nasional yang diselenggarakan di Bogor, 4-5 Juli 2011. Forum yang dihadiri perwakilan Relawan TIK dari seluruh Indonesia tadi, sekaligus berfungsi sebagai penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas) Relawan TIK yang pertama dan menyepakati terbentuknya organisasi secara formal. Pertemuan FK5T di Bogor tersebut juga berhasil mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Relawan TIK Indonesia serta menetapkan kepengurusan tingkat Pusat yang bersifat adhoc guna mengawal dan mempersiapkan kegiatan organisasi satu tahun ke depan. Pada tanggal 28 April 2012, diselenggarakan Munas Relawan TIK Indonesia yang kedua di Bandung yang dihadiri oleh sekitar 17 perwakilan provinsi. Pada Munas tersebut juga dilakukan pemilihan kepengurusan Relawan TIK untuk masa bakti 2012-2016. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang pertama diselenggarakan pada tanggal 21-22 Mei 2013 di Surabaya yang mengagendakan evaluasi kegiatan serta pembahasan kode etik dan peraturan administrasi organisasi. Rakernas pertama ini dihadiri oleh perwakilan dari 21 wilayah. Rakernas kedua direncanakan diselenggarakan di Manado pada tanggal 1-2 Juni 2014 yang akan dihadiri oleh 26 perwakilan provinsi.
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
14
3.2 Struktur Organisasi Berdasarkan Musyawarah Nasional Relawan TIK Indonesia yang pertama pada tahun 2012, maka disusunlah struktur organisasi Relawan TIK Indonesia sebagai berikut
Ketua Umum
SEKRETARIS UMUM
BENDAHARA
Ketua I
Pengurus Daerah
Biro Organisasi
Ketua III
Ketua II
Biro Humas
Biro Hukum
Bid. Literasi
Bid. Advokasi
Bid. Aplikasi
Bid. Keamanan
Bid. Infrastruktur
Dengan kepengurusan sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama Indriyatno Banyumurti AS Zarkasih Komarul Hadi Elly Agustini Maya Sylvia Lidya Muh Said Hasibuan Ramadiani Netty P Angel Suryani Arman Satari Fajar Eridianto Akhfiyan Qoyyum Ahmad Luthfie Okky Tri Hutomo Ari Rahman Erwin Gunawan Abdul Rahman
Jabatan Ketua Umum Sekretaris Umum Sekretaris I Bendahara Umum Bendahara I Ketua I Koord Bid Organisasi & SDM Koord Bid Humas & Kemitraan Koord Bid Hukum & Legal Ketua II Koord Bid Literasi Koord Bid Aplikasi Koord Bid Advokasi Ketua III Koord Bid Keamanan Koord Bid Infrastruktur Koord Bid Konten
Sampai dengan tahun bulan Mei 2014, Relawan TIK Indonesia telah memiliki perwakilan di 26 provinsi sebagai berikut: Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
15
Bid. Konten
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Daerah Dahlan Abdullah Ade Chandra Rusrian Yuzaf John Kennedy, M.Si Muh Said Hasibuan Eka Pebriyanto Hendi Sama Unggul Sagena Muh Nurfajar Muharom Masruhan Mufid Kholid Haryono Gatot Wahyu W Roy Rudolf Huizen Ida Bagus K Widiartha Dwi Wahyudi Agung Suryo Putra Bahrom Madjie Said Salim Yaulie Rindengan Zainal Abidin Eko Prasetya Taufiq Anugrah Ramadhan Kaharuddin Evhan Semuel Toding Wulan Rista Ningsih M Mihram
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Lampung Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DIY Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua
3.2 Visi dan Misi Relawan TIK Indonesia Visi Relawan TIK Indonesia adalah: Menjadikan Relawan TIK sebagai pribadi, sekaligus warga masyarakat unggulan, yang siap siaga mengemban misi sosial, kemasyarakatan dan kemanusiaan bagi pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan/ penguasaan keterampilan teknologi informasi dan komunikasi untuk kemaslahatan masyarakat dan kemajuan bangsa. Untuk mencapai tujuan dan mewujudkan visi tersebut, Relawan TIK Indonesia memiliki misi: a) Menghimpun dan membina potensi Relawan TIK dalam satu wadah yang terorganisir, untuk mencapai efisiensi, manfaat dan efektivitas kegiatan secara optimal; Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
16
b) Mempersiapkan kader-kader Relawan TIK secara intelektual, pribadi dan sosial serta moral khususnya di bidang TIK sebagai unsur generasi penerus pembangunan dan perjuangan bangsa; c) Mengusahakan secara bersama-sama agar tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun kebijakan, landasan program dan rencana kegiatan yang sesuai dengan perkembangan teknologi guna ikut serta mengarahkan kemajuan masyarakat; d) Menjalin koordinasi, kerjasama, kolaborasi dan komunikasi dengan para pemangku kepentingan serta pihak lain dalam masyarakat, agar sinergis dan saling menguntungkan dalam mendayagunakan sumberdaya TIK untuk pembangunan berkelanjutan dengan keberpihakan jender, aksi afirmatif bagi minoritas, netral teknologi serta ramah lingkungan.
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
17
IV. Sasaran Strategis dan Program Kerja Relawan TIK Indonesia 4.1 Tujuan Strategis
KEMITRAAN DAN HUMAS
APLIKASI DAN KONTEN
TEKNOLOGI DAN INFRASTRUKTUR
EDUKASI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MASYARAKAT INFORMASI INDONESIA
ORGANISASI DAN SDM RELAWAN TIK
VISI RELAWAN TIK INDONESIA
Untuk mencapai Visi dan Misi Relawan TIK Indonesia maka disusunlah Tujuan Strategis Organisasi yang pada akhirnya bertujuan untuk pencapaian Masyarakat Informasi Indonesia. Tujuan Strategis tersebut dibangun berdasarkan visi dan misi Relawan TIK Indonesia dan landasan organisasi dan SDM yang kuat, yang ditopang oleh 4 (empat) pilar, yaitu: (1) (2) (3) (4)
Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat di Bidang TIK Pengembangan dan Pendampingan Teknologi dan Infrastruktur TIK Pengembangan dan Dokumentasi Aplikasi dan Konten Pengembangan Kemitraan dan Humas
Secara lengkapnya Tujuan Strategis Relawan TIK Indonesia adalah sebagai berikut:
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
18
TS -1 : Terwujudnya sebuah organisasi belajar yang solid dan anggota Relawan TIK yang berkompeten TS-2
: Terwujudnya masyarakat yang informatif melalui program edukasi dan pengembangan masyarakat berbasis TIK
TS-3
: Termanfaatkannya berbagai teknologi dan infrastruktur TIK yang tersedia melalui program pendampingan
TS-4
: Tersedianya aplikasi dan konten berbasis TIK, melalui program pengembangan dan dokumentasi, yang bermanfaat bagi masyarakat
TS-5
: Terjalinnya kerjasama (stakeholders)
dengan
berbagai
pemangku
kepentingan
4.2 Sasaran Strategis Dari setiap tujuan tersebut diturunkan dalam Sasaran Strategis yang yang ingin dicapai sebagai berikut:
TS-1
Terwujudnya sebuah organisasi belajar yang solid dan anggota Relawan TIK yang berkompeten S1.1 Tersedianya standar dan peta kompetensi Relawan TIK Indonesia S1.2 Tersedianya modul dan program untuk pengembangan kompetensi Relawan TIK S1.3 Tersedianya Knowledge Management S1.4 Terpenuhinya legalitas Relawan TIK Indonesia S1.5 Terbentuknya kepengurusan Relawan TIK Indonesia di seluruh provinsi
TS-2
Terwujudnya masyarakat yang informatif melalui program edukasi dan pemberdayaan masyarakat berbasis TIK S2.1 Tersedianya panduan pelaksanaan edukasi S2.2 Terlaksananya kegiatan edukasi di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi S2.3 Tersedianya modul-modul pelatihan yang dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat S2.4 Tersedianya layanan advokasi untuk membantu masyarakat di bidang TIK
TS-3
Termanfaatkannya berbagai teknologi dan infrastruktur TIK yang tersedia melalui program pendampingan
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
19
S3.1 Tersedianya panduan pendampingan telecenter S3.2 Tersedianya peta data telecenter Indonesia S3.3 Terlaksananya pendampingan telecenter S3.4. Terlaksananya dokumentasi teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat TS-4
Tersedianya aplikasi dan konten berbasis TIK, melalui program pengembangan dan dokumentasi, yang bermanfaat bagi masyarakat S4.1 Tersedianya dokumentasi aplikasi open source yang dapat dimanfaatkan masyarakat S4.2 Terlaksananya pengembangan aplikasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat S4.3 Tersedianya konten yang berbasis digital yang bermanfaat bagi masyarakat
TS-5
Terjalinnya kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) S5.1 S5.2 S5.3 S5.4
Terlaksananya kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di bidang TIK di Indonesia: Academic – Business – Government - Community Tersedianya standar/contoh proposal kerjasama untuk berbagai kegiatan Terjalinnya kerjasama dengan berbagai organisasi internasional Terpublikasikannya aktivitas Relawan TIK Indonesia
4.3 Program Kerja Relawan TIK 2014-2016 Sasaran strategis Relawan TIK Indonesia yang telah dirumuskan tersebut diturunkan dalam detail program-program kerja pada tahun 2014-2016 sebagai berikut: No
Program
2014
2015
2016
√
√
Organisasi dan SDM 1 2 3 4 5
Penyusunan peta kompetensi Relawan TIK Indonesia Penyusunan modul untuk pengembangan kompetensi Relawan TIK Pelaksanaan workshop/pelatihan untuk pengembangan kompetensi Relawan TIK Pengurusan legalitas Relawan TIK Indonesia Pembentukan kepengurusan Relawan TIK Indonesia di seluruh provinsi
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
√ √
√
√
√
√
√ √
20
No 6 7 8
Program Penyusunan Data Anggota dan Pembuatan Kartu Anggota Relawan TIK Indonesia Penyusunan panduan organisasi bagi Pengurus Relawan TIK Daerah Penyelenggaraan Musyawarah Nasional dan Pemilihan Pengurus Baru
2014
2015
2016
√
√
√
√
√ √
Teknologi dan Infrastruktur 1 2 3
4
Penyusunan Peta Telecenter (CAP, MCAP, PLIK, MPLIK dsb) yang ada di Indonesia Penyusunan panduan pendampingan telecenter berdasar beberapa kisah sukses Pengajuan pengelolaan telecenter kepada beberapa penyedia telecenter (misalnya BP3TI dan Direktorat Pemberdayaan Informatika) Pendampingan Telecenter yang sudah berjalan
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√
Edukasi dan pemberdayaan masyarakat berbasis TIK 1 2 3 4 5 6 7 8
Penyusunan panduan pelaksanaan pelatihan/workshop/ seminar Pelaksanaan kegiatan sosialisasi Internet Sehat dan Aman, khususnya untuk orang tua dan guru Pelaksanaan kegiatan edukasi TIK ke sekolah-sekolah Pelaksanaan Bimtek/Workshop TIK untuk UKM Pelaksanaan Bimtek/Workshop TIK untuk Pesantren Pelaksanaan Bimtek/Workshop TIK untuk Aparat Desa Pelaksanaan Bimtek/Workshop TIK untuk Pemerintahan Penyusunan modul-modul serta presentasi untuk pelatihan/workshop/seminar yang dapat dengan mudah digunakan oleh siapa saja
√ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√
√
√
√
√
√
Pengembangan dan Dokumentasi Aplikasi 1 2 3 4
Dokumentasi aplikasi open source yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Pengembangan aplikasi yang bermanfaat untuk masyarakat Dokumentasi dan implementasi aplikasi untuk Desa Sosialiasi dan implementasi penggunaan aplikasi Open Source
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√ 21
No
Program
2014
2015
2016
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √
√ √
Kemitraan dan Humas 1
2 3 4 5 6
Kerjasama dengan perguruan tinggi, pemerintah, operator telekomunikasi, organisasi masyarakat sipil dan pihak lain yang dapat mendukung kegiatan Relawan TIK Kerjasama dengan Gerakan Desa Membangun untuk pemanfaatan TIK untuk Desa Kerjasama dengan Media untuk publikasi kegiatan Kerjasama dengan organisasi Internasional untuk pengembangan program kerelawanan TIK dunia Pertukaran Relawan TIK dengan negara lain Publikasi kegiatan melalui media sosial dan web
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014
22