RELASI GENDER DALAM INSTITUSI KELUARGA (Pandangan Teori Sosial Dan Feminis) Nur Aisyah Pemerhati HAM Dan Gender
[email protected] Abstract: This study departs from the reality of gender relations within the family institution which has to be dikhotomis, causing the pole inequality relations between men and women. Therefore, in this study wanted to dismantle the detail view of some theories, both social and feminist about gender relations in the family. Each of these theories (structural functional, conflict and feminist) has their own viewpoint about the pattern of gender relations in the family. However, simultaneously acknowledging that the social construction of culture remained significant influence on the division of roles are played by men (husbands) and women (wife) in the family institution. This means that the social construction of culture was instrumental in the creation of relations contribute between men and women equally or otherwise occurred inequality.
Keywords: Family, Gender Relations, Social Theory, Feminist Abstraks: Penelitian ini berangkat dari realitas hubungan gender dalam institusi keluarga yang harus dikhotomis, menyebabkan hubungan ketimpangan tiang antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ingin membongkar tampilan detail dari beberapa teori, baik sosial dan feminis tentang relasi gender dalam keluarga. Masingmasing teori ini (struktural fungsional, konflik dan feminis) memiliki pandangan mereka sendiri tentang pola hubungan gender dalam keluarga. Namun, secara bersamaan mengakui bahwa konstruksi sosial budaya tetap berpengaruh signifikan terhadap pembagian peran yang dimainkan oleh laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam institusi keluarga. Ini berarti bahwa konstruksi sosial budaya sangat berperan dalam penciptaan hubungan berkontribusi antara laki-laki dan perempuan sama-sama atau terjadi ketimpangan.
Kata Kunci: Keluarga, Relasi gender, Teori Sosial, Feminis
Relasi Gender dalam Institusi Keluarga (Nur Aisyah)
| 203
mempunyai arti pokok bagi manusia.
Pendahuluan Keluarga
merupakan
institusi
Keluarga tetap tergolong institusi sosial
terkecil dari masyarakat dan negara, yang
terpenting. Namun anggapan mengenai
memiliki struktur sosial serta sistemnya
wujud
sendiri.
keluarga itu sendiri telah mengalami
Keluarga didefinisikan sebagai
keluarga,
dan
juga
struktur
sekumpulan orang yang tinggal dalam
perubahan
satu rumah yang masih mempunyai
pergantian sosial. Dahulu dalam keluarga
hubungan kekerabatan/hubungan darah
tradisional golongan menengah, pasangan
karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan
suami-istri yang hidup dalam perkawinan
lain sebagainya. Keluarga yang terdiri dari
seumur hidup mengasuh beberapa anak
ayah, ibu dan anak-anak yang belum
dengan pembagian peran yang tegas: Sang
menikah disebut keluarga batih. Menurut
ayah bekerja untuk mencari nafkah, sang
Horton dan Hunt (Narwarko, 2007 : 227),
ibu mengurus rumah tangga. Namun pola
istilah
untuk
keluarga tersebut tidak lagi merupakan
menunjuk beberapa pengertian, antara
cara hidup yang diikuti kebanyakan orang.
lain: (1) suatu kelompok yang mempunyai
Bentuk kehidupan bersama kian beragam.
nenek moyang yang sama; (2) suatu
Perkembangan ini untuk sebagian besar
kelompok kekerabatan yang disatukan
terkait dengan persamaan hak dan dengan
oleh darah dan perkawinan; (3) pasangan
peran perempuan yang telah berubah: Kini
perkawinan dengan atau tanpa anak; (4)
sekitar
pasangan nikah dengan anak; (5) satu
sedangkan keluarga menjadi lebih kecil,
orang, janda atau duda (singgle parent)
bahkan dengan pola relasi suami isteri
dengan satu atau beberapa anak. Konsep
yang juga mengalami pergeseran.
dalam
keluarga
keluarga
digunakan
persen
berkenaan
ibu-ibu
dengan
bekerja,
suami
Kajian ini ingin membahas lebih
sebagai pemberi nafkah dan pelindung
lanjut tentang pola relasi dalam institusi
keluarganya. Keluarga dalam konsep ini
keluarga menurut pandangan teori sosial
jelas menempatkan laki-laki dalam posisi
maupun feminis, dengan argmen bahwa
yang
masing
strategis
perempuan
konvensional,
65
besar
dan
menjadi
menyebabkan ketergantungan
terhadap laki-laki.
teori
mempunyai
landasan filosofis tersendiri dan tentunya suatu
Dalam kehidupan di abad ke-21
masing
teori akan muncul dari realitas
kehidupan sosial dari para pencetusnya.
yang ditandai oleh individualisasi dan mobilisasi,
204 |
keluargalah
yang
tetap
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
Pembahasan
kelamin sosial , yaitu
A. Gender: Acuan Teoritis
melekat/dilekatkan pada kaum laki-laki
1.
maupun perempuan yang dikonstruksi
Konsep Gender Dan Seks Konsep gender tidak akan bisa
dipahami
secara
melihat
konsep
komprehensif
suatu sifat yang
secara sosial maupun kultural. Ciri dari
tanpa
sifat itu sendiri dapat dipertukarkan, dapat
Kekeliruan
berubah dari waktu ke waktu, serta
pemahaman dan pencampuradukan kedua
berbeda dari satu tempat ke tempat yang
konsep tersebut sebagai sesuatu yang
lain. Terbentuknya perbedaan gender
tunggal,
melanggengkan
melalui proses yang sangat panjang,
ketimpangan dan ketidakadilan gender
dibentuk, disosialisasikan, diperkuat dan
(gender
itu,
dikonstruksi secara sosio- kultural bahkan
pemahaman dan pembedaan terhadap
melalui ajaran keagamaan maupun negara
kedua
(Fakih, 1999 : 5).
seks.
akan inequalities). konsep
diperlukan
Selain
tersebut
analisis
Sedangkan Heddy Shri Ahimsa
persoalan-persolan
Putra (Putra, 2002 : 4), membagi istilah
ketidakadilan sosial secara lebih luas. Hal
gender dalam beberapa pengertian antara
ini terjadi karena ada kaitan yang erat
lain: Pertama, gender sebagai suatu
ketidakadilan gender
istilah asing dengan makna tertentu yang
untuk
dalam melakukan
sangatlah
memahami
dengan struktur
ketidakadilan masyarakat.
tidak banyak diketahui orang, sehinga
Dalam kamus bahasa Inggris, sex
wajar jika istilah gender menimbulkan
dan gender, sama-sama diartikan sebagai
kecurigaan tertentu pada sebagian orang
“jenis kelamin” (Echols, 1993 : 263).
yang mendengarnya. Seringkali orang
Akan tetapi antara keduanya mempunyai
memandang perbedaan gender disamakan
pengertian yang berbeda. Seks adalah
dengan perbedaan jenis kelamin (sex),
jenis kelamin biologis yang merupakan
sehingga menimbulkan pengertian yang
pensifatan
dua jenis kelamin manusia
salah. Kedua, gender sebagai suatu
yang melekat pada jenis kelamin tertentu.
fenomena sosial budaya. Perbedaan jenis
Seperangkat alat reproduksi yang secara
kelamin adalah alami dan kodrati dengan
biologis melekat pada masing-masing
ciri-ciri yang jelas dan tidak dapat
jenis kelamin tertentu, untuk selamanya
dipertukarkan. Sebagai fenomena sosial
tidak dapat dipertukarkan karena bersifat
gender bersifat relatif dan kontekstual.
given, merupakan ketentuan Tuhan atau
Gender yang dikenal masyarakat Jawa
kodrat. Sedangkan gender adalah jenis
akan berbeda dengan masyarakat Bali atau
Relasi Gender dalam Institusi Keluarga (Nur Aisyah)
| 205
Minangkabau. Hal ini terjadi karena
akhirnya
adanya kontruksi sosial budaya yang
fungsi dan tanggungjawab antara laki-laki
membedakan peran berdasarkan jenis
dan
kelamin.
disektor publik dan perempuan disektor
Sebagai
konsep
sosial-budaya,
melahirkan
perempuan.
domestik.
pemisahan
Laki-laki
Sedangkan
dua
berperan
teori
nurture
perbincangan gender tentu lebih dinamis
beranggapan bahwa
karena
laki-laki dan perempuan tidak ditentukan
mempertimbangkan
psiko-sosial
yang
variable
berkembang
perbedaan antara
di
oleh faktor biologis melainkan hasil
masyarakat. Oleh karena itu, dengan
kontruksi masyarakat. Sehingga peran
bahasa yang berbeda Nassarudin Umar
sosial ( peran domestik mutlak milik
menegaskan bahwa, konsep gender adalah
perempuan dan publik mutlak milik laki-
konsep dimana pembagian peran antara
laki), yang selama ini danggab baku
laki-laki dan perempuan tidak didasarkan
bahkan dipahami sebagai doktrin agama,
pada pemahaman yang bersifat normatif
sesungguhnya bukan kehendak Tuhan dan
dan kategori biologis melainkan pada
tidak juga sebagai produk diterminis
kualitas dan skill berdasarkan konvensi-
biologis,
konvensi sosial (Umar, 1999 : xx).
kontruksi sosial (social
Lebih tegas lagi, dalam teori nature
melainkan
sebagai
hasil
construction)
(Megawangi, 1999 : 93-102).
dan nurture memberikan pemahaman
Berangkat dari pemikiran di atas,
konsep gender dengan dua landasan yang
menurut hemat penulis dapat disimpulkan
berbeda. Teori
bahwa, konsep gender adalah konsep yang
bahwa,
nature menganggab
perbedaan
laki-laki
dan
digunakan
untuk
mengidentifikasi
perempuan bersifat kodrati, given from
perbedaan antara laki-laki dan perempuan
Allah. Anatomi biologis yang berbeda dari
dilihat dari segi sosial-budaya atau non-
laki-laki dan perempuan menjadi faktor
biologis. Dengan bahasa yang lengkap,
utama dalam penentuan peran sosial dua
gender adalah pandangan masyarakat
jenis kelamin tersebut. Laki-laki berperan
tentang perbedaan fungsi, peran dan
utama dalam masyarakat karena dianggab
tanggungjawab
lebih potensial, lebih kuat dan lebih
perempuan,
produktif. Sedangkan perempuan karena
sosiao-kultural
organ reproduksinya (hamil, menyusui
disepakati oleh masyarakat dengan proses
dan menstruasi), dinilai memiliki ruang
yang sangat panjang, bisa berubah dari
gerak terbatas. Perbedaan itulah yang
waktu kewaktu, tempat ke tempat, bahkan
206 |
antara
sebagai yang
laki-laki hasil
dan
konstruksi
tumbuh
dan
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
dari kelas-ke kelas sesuai perkembangan
memilih bekerja mencari nafkah atau
zaman. Sedangkan seks adalah jenis
mengembangkan kariernya di kantor,
kelamin biologis yang melekat pada
maka
masing-masing jenis kelamin tertentu dan
meskipun
tidak
perempuan.
dapat
dipertukarkan
karena
dia
berperan
gender
laki-laki
secara
seksual
adalah
merupakan kodrat. Gender bukan kodrat atau ketentuan
2. Peran Gender
Allah SWT, karena terkait dengan proses
Sebagaimana telah dibahas dalam
keyakinan
bagaimana seharusnya laki-
point
laki
perempuan
dan
pandangan masyarakat tentang perbedaan
bertindak sesuai tata nilai ketentuan
fungsi, peran dan tanggungjawab antara
sosial- budaya masyarakatnya. Sedangkan
laki-laki dan perempuan, sebagai hasil
seks adalah kodrat atau ketentuan Allah
konstruksi sosio-kultural yang tumbuh dan
SWT dan jelas-jelas bisa dibedakan antara
disepakati
laki-laki dan perempuan, sehingga tidak
proses yang panjang serta bisa berubah
bisa ditukar. Akan tetapi, dengan proses
dari waktu kewaktu, tempat ke tempat,
sosialisasi yang panjang dan penguatan
bahkan
secara kultural bahkan oleh agama dan
perkembangan
negara atas idiologi gender menjadikan
sendiri diartikan sebagai ide-ide kultural
seolah-olah gender sama dengan jenis
yang menentukan harapan-harapan pada
kelamin biologis (seks). Oleh karena itu,
laki-laki
bisa saja seseorang yang secara biologis
berinteraksi antara satu dengan lainnya
dikategorikan sebagai perempuan, tetapi
dalam masyarakat (Kessler, 1977 : 73).
dari sudut gender berperan sebagai laki-
Sedangkan
laki atau sebaliknya. Misalnya, seorang
munculnya varian-varian baru sebagai
suami
satu hal memilih
hasil modifikasi selama berlangsungnya
bekerja di rumah mengasuh anak dan
proses sosial dari bentuk pola perilaku,
mengurusi
struktur sosial dan
atau
yang karena kehidupan
berperan
rumah
tangga
sebelumnya,
oleh
dari
dan
gender
masyarakat
kelas-ke zaman.
melalui
kelas
sesuai
Peran
gender
perempuan
perubahan
adalah
sosial
dalam
adalah
interaksi sosial
(domestik), maka dari segi gender dia
termasuk di dalamnya perubahan nilai,
memilih berperan sebagai perempuan,
norma dan kultural (Sztompka, 2005 : 4-
meskipun secara seksual adalah laki-laki.
5).
Sebaliknya
seorang
istri
karena
Berangkat dari pengertian tersebut
ketrampilannya dan kesepakataan bersama
dapat dikemukakan bahwa, peran gender
Relasi Gender dalam Institusi Keluarga (Nur Aisyah)
| 207
akan
selalu
mengalami
perubahan
laki-laki
dan
perempuan.
Perempuan
mengikuti perubahan sosial yang dinamis.
semakin menyadari bahwa di luar sektor
Misalnya pada masyarakat tradisional.
domestik telah terjadi perkembangan yang
Pembagian kerja pada masyarakat ini
sangat pesat. Pada saat yang sama mereka
dilakukan berdasarkan jenis kelamin.
juga menyadari norma-norma di sektor
Pekerjaan laki-laki sesuai
kapasitasnya
domestik telah membatasi ruang gerak
sebagai laki-laki, diamana secara umum
perempuan untuk berkiprah di sektor
dikonsepsikan
yang
publik. Perkembangan ekonomi global
memiliki otot lebih kuat, berani dan
telah memberikan daya dukung terhadap
mampu
peingkatan taraf hidup dan martabat kaum
sebagai
orang
bekerjasama.
Sementara
pekerjaan perempuan juga di sesuaikan
perempuan,
dengan konsepsinya sebagai makhluk
kwalitatif
yang lemah, dengan tingkat risiko lebih
mengalami peningkatan. Inilah yang oleh
rendah , lamban dan lain-lain.
Simmel dikatakan sebagai proses sosial
Hal tersebut senada dengan hasil
yang dan
akhirnya
kwantitatif
secara
perempuan
disosiatif (Horton, 1991 : 380).
Proses
penelitian George Peter Murdock. Pada
sosial disosiatif adalah
masyarakat tradisional laki-laki konsisten
dialektis berbagai kekuatan (internal dan
dengan pekerjaan yang bersifat maskulin,
eksternal)
seperti: tukang kayu, membuat kapal,
perubahan sosial. Proses sosial yang
tukang
logam
penuh dengan kontradiksi-dialektis nota
kulit.
bene mengandung konflik dan konflik
batu,
menambang
mengerjakan dan
menyamak
yang
menjadi
Sedangkan perempuan lebih konsisten
tersebut inheren dengan
pada pekerjaan feminim, yaitu: mencari
sendiri.
kayu bakar, meramu dan menyediakan minuman
makanan,
penggerak
kehidupan itu
sosial
ternyata
mencuci,
bergelindan erat dengan perubahan peran
mengambil air dan memasak (Sanderson,
gender, yaitu adanya faktor internal dan
2003 : 396). Akan tetapi sebagai akibat
eksternal yang mempengaruhi adanya
dari
mobilisasi
perubahan tersebut. Perubahan bisa terjadi
penduduk, urbanisasi dan revolusi industri
secara revolutif maupun secara evolutif,
yang menimbulkan berbagai perubahan
hal ini terjadi karena adanya
sosial, maka peran dan posisi laki-laki dan
sosial yang bisa mengendalikan perubahan
perempuan juga ikut berubah. Dengan
tersebut. Menurut para pakar sosiologi,
kata laain terjadi pergeseran peran antara
perubahan
208 |
dan
Perubahan
kontradiksi-
pertumbuhan
dan
sosial
meliputi
kontrol
beberapa
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
dimensi antara lain: dimensi struktural,
(pembagian kerja dalam rumahtangga).
kultural
Oleh
dan
struktural
interaksional.
menampakan
Dimensi
diri
pada
karena
ditempatkan
itu,
perempuan
selalu
dalam peran dan posisi
perubahan status dan peranan. Perubahan
minoritas karena dianggab
status
dapat diidentifikasi dari ada
status lebih rendah daripada laki-laki.
tidaknya perubahan peran, kekuasaan,
Bagi perempuan, struktur tersebut masih
otoritas, fungsi, integrasi, hubungan antar
sulit untuk mengimbangi laki-laki, karena
status dan arah komunikasi.
bagi perempuan yang ingin berkiprah di
Sementara
mempunyai
perubahan kultural dapat dilihat dari ada
ranah
tidaknya
budaya
beranggungjawab di ranah domestik (
material ( teknologi) maupun non material
beban ganda). Perempuan dalam hal ini
( ide, nilai, norma, peraturan, kaidah
tidak berdaya untuk menghindar dari
sosial)
collective
ranah tersebut karena sudah menjadi
consciousness antar warga. Perubahan
persepsi budaya secara umum. Kontrol
interaksional
budaya yang bersifat patriarkhi menjadi
perubahan
yang
dalam
menjadi lebih
menunjuk
pada
publik
masih
konsekuensi logis dari adanya perubahan
penghambat
dari kedua dimensi lainnya. Misalnya
gender (Lindsey, 1990 : 89).
interaksi sosial sebagai konsekuensi dari
adanya
perubahan
dengan
saja terjadi karena adanya perubahan nilai
keluarga dan unit rumahtangga
atau kaidah sosial.
berubah dari
perubahan
dimana telah
sistem keluarga besar
(extended famili) menjadi keluarga inti
perubahan pada struktur dapat dilihat
(nuclear family) yang menjadi salah satu
melalui peran yang dimainkan oleh laki-
ciri masyarakat modern, sehingga peran
laki
berdasarkan
dan fungsi suami-isteri sangat bervariasi.
pembagian kerja dan status. Status dapat
Menurut F. Ivan Nye, peran suami-istri
dilihat
dalam
dari
pengambilan
peran
berbagai
gender,
dan
konteks
peran
Dalam konteks masyarakat modern,
perubahan dalam dimensi struktural, bisa
Dalam
harus
perempuan distribusi keputusan,
kekayaan,
keluarga
nuclear
dapat
penghasilan,
dikategorikan, antara lain: segalanya pada
kekuasaan dan prestise. Misalnya, peran
suami; suami melebihi peran isteri; suami-
dan posisi perempuan dikaitkan dengan
isteri memiliki peran yang sama, peran
lingkup domestik dan berurusan dengan
isteri melebihi suami dan segalanya pada
lingkup kerumahtangggan, sementara laki-
isteri (Narwoko, 2007 : 301)
laki urusan publik atau luar rumah
Relasi Gender dalam Institusi Keluarga (Nur Aisyah)
| 209
Menurut hemat penulis, hal tersebut
laki secara ekonomi berkuasa ( dominan)
di atas terjadi karena dalam masyarakat
termasuk juga atas perempuan.
modern
dikotomi
peran seseorang tidak hanya
Akibat
publik-domestik, maskulin-
mengacu pada norma-norma kebiasaan
feminin
yang mengacu pada jenis kelamin akan
akhirnya
tetapi ditentukan oleh daya saing dan skill.
terutama bagi kaaum perempuan termasuk
Laki-laki
dalam aspek kehidupan ekonomi.
dan
berpeluang
perempuan untuk
sama-sama memperoleh
dan
dominan-subordinasi,
melahirkan
ketidakadilan
Dalam konteks kehidupan rumah
kesempatan dalam persaingan, sehingga
tangga, implikasi yang lebih luas
peran antara ke duanya bisa ditukar dan
terjadinya ketimpangan pola relasi antara
bertukar sesuai dengan tuntutan dunia
suami-isteri dalam bentuk, antara lain: (1)
modern.
Istri harus patuh dan menghormati suami;
adalah
(2) segala kegiatan istri di luar rumah 3.
Dikotomi
Peran
Gender:
bertanggung
Melahirkan Ketidakadilan Dikotomi
jawab
terhadap
semua
domestik-publik
kegiatan domestik (memasak, mencuci,
antara laki-laki dan perempuan, menjadi
membersihkan rumah, mengasuh anak dan
sebab utama terkungkungnya perempuan
lain-lain). Sehingga secara
di ranah domestik dan laki-laki bebas
adalah warga kelas dua, inferior yang
bergerak di ranah publik. Hal tersebut
berada di bawah dominasi laki-laki dan
linier dengan pembakuan peran laki-laki
tentunya
sebagai kepala keluarga dan berkewajiban
tergantung pada laki-laki (suami).
mencari
peran
harus seijin suami dan; (3) istri harus
nafkah
(publik,
produksi),
laki-laki
sebagai
menjadi
berkewajiban
rumah
tangga
mengatur
yang urusan
ekonomi
menjadi
Sebenarnya dikhotomi peran antara
sedangkan perempuan (istri) berperan ibu
secara
sosial istri
dan
perempuan
masalah,
tidak
apabila
akan tidak
melahirkan ketimpangan relasi gender
kerumahtanggaan (domestik, reproduksi).
yang
Kerja domestik yang secara ekonomis
ketidakadilan gender. Akan tetapi yang
tidak bernilai, layak diberikan pada
terjadi dalam realitas adalah sebaliknya,
perempuan dan pekerjaan publik, yang
dimana peran gender dalam realitas selalu
tentunya bernilai
melahirkan ketidakadilan. Hal tersebut
ekonomis selayaknya
diberikan pada laki-laki. Posisi dianggap lebih tinggi
210 |
sehingga
ini laki-
pada
akhirnya
melahirkan
terjadi karena kontruksi masyarakat yang bias
laki-laki,
dimana
laki-laki
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
mempunyai peran dan status yang lebih
bernuansa feminin. Misalnya: boneka,
tinggi dibanding perempuan, sehingga
mainan masak-masakan dan berbagai
superioritas dan dominasi ada di tangan
atribut yang penuh dengan kelembutan
suami.
dan non-heroik.
Kinnon mengemukakan bahwa
relasi kuasa dimana laki-laki mempunyai
Tujuan dari semua itu adalah, agar
peran yang lebih dominan, status yang
laki-laki
lebih tinggi dan kekuasaan lebih besar dari
“kejantanan” atau masculinity, sedangkan
perempuan maka relasi yang ada diantara
perempuan
memiliki
keduanya akan menjadi timpang (Nye,
“kewanitaan”
atau
1976 : 16).
karakter tersebut, akhirnya perempuan
Proses pembentukan peran gender,
memiliki
dipresepsikan
karakteristik karakteristik
feminity.
sebagai
Dengan
manusia
yang
pada umunya diproduksi ketika seorang
lemah, gemulai, lembut dan lain-lain.
anak
masyarakat
Sebaliknya laki-laki dipersepsikan sebagai
patriarkhi (Jocobsen, 1994 : 546), begitu
manusia perkasa, tegar, kuat, agresif dan
lahir melalui alat kelaminnya seorang
lain-lain. Laki-laki dianggab lebih cerdas
anak dapat dikenali apakah dia laki-laki
dan lebih kuat dalam banyak hal daripada
atau perempuan. Jika mempunyai penis
perempuan. Anggapan-anggapan budaya
maka dikonsepsikan sebagai anak laki-laki
tersebut, dengan sendirinya memberikan
dan
maka
peran lebih luas kepada laki-laki dan pada
dikonsepsikan sebagai anak perempuan.
saatnya laki-laki memperoleh ststus lebih
Pada saat yang bersamaan, peran gender
tinggi dari perempun dalam struktur sosial
dari lingkungan masyarakatnya juga mulai
sehingga relasi gender antara keduanya
diperoleh. Misalnya, anak yang secara
menjadi tidak setara atau timpang dan
biologis lahir sebagai laki-laki, maka oleh
menimbulkan persoalan bias gender. Bias
orang tua akan diberikan sinyal yang
gender
berbau maskulin, mulai dari mainan yang
membedakan
dipilih (pedang, pistol, pesawat, mobil-
tanggung jawab antara laki-laki dan
mobilan dan lain-lain), warna dan gambar
perempuan dalam kehidupan keluarga,
baju yang dipakai sampai tokoh-tokoh
masyarakat bahkan negara.
permainan yang disosialisasikan juga
bias gender inilah yang pada akhirnya
bernuansa maskulin, heroik dan kuat.
melahirkan ketidakadilan gender dalam
Sebaliknya bagi bayi perempuan, akan
bentuk
dilahirkan.
jika
disuguhi
Dalam
mempunyai
dengan
vagina
berbagai
hal
adalah
padangan
peran,
marginalisasi,
yang
kedudukan
dan
Persoalan
subordinasi
,
yang
Relasi Gender dalam Institusi Keluarga (Nur Aisyah)
| 211
stereotipe, beban ganda
dan tindak
kekerasan terhadap perempuan.
pemusatan perempuan pada pinggiran pasar kerja atau sektor informal. Ketiga, marginalisasi sebagai proses feminisasi
a. Marginalisasi Marginalisasi menurut Grijns
bagi
produktif
sektor-sektor
tertentu.
Keempat,
adalah proses perubahan hubungan
marginalisasi sebagai suatu proses
kekuasaan antar manusia melalui
menuju ketimpangan ekonomi antara
suatu
laki-laki dan perempuan.
cara,
sehingga
salah
kelompok makin terputus ke
sumber-sumber
tanah,
air,
pendidikan,
aksesnya
daya
modal, politik
satu
seperti:
b. Subordinasi
pekerjaan,
dan
lain-lain
Dalam keluarga, perempuan (isteri)
masih
sering
mengalami
(Demartoto, 2007 : 21). Sedangkan
tekanan
Scoot
bahwa
keluarga laki-laki lainnya. Swargo
proses
nunut neroko katut yang dipandang
peminggiran kelompok masyarakat
sebagai label bagi kaum perempuan
oleh kelompok masyarakat lainnya
menjadi hambatan tersendiri bagi
yang
posisi dan aktivitas
mendifinisikan
marginalisasi
adalah
mengakibatkan
kelompok
tersisihkan
salah
satu
(Demartoto,
(isteri).
psikis
dari
Akses,
suami
dan
perempuan
perencanaan
dan
2007 : 21). Sebagai contoh, dengan
pengambilan
hanya mengakui laki-laki sebagai
penting bagi kaum perempuan. Dalam
”kepala rumah tangga” tidak memberi
kondisi seperti ini perempuan tidak
ruang bagi kaum perempuan untuk
dipandang sebagai diri sendiri akan
mendapatkan
tetapi sebagai subordinat atau bagian
akses
kredit,
mendapatkan tunjangan keluarga, dan
keputusan
tidaklah
dari laki-laki.
lain-lain.Bentuk-bentuk marginalisasi perempuan dalam 4 (empat)
dimensi:
marginalisasi
sebagai
penyingkiran
perempuan
c. Stereotipe Perbedaan
Pertama,
dan
pembagian
proses
gender juga membentuk pelabelan atau
dari
stereotype terhadap kaum perempuan
pekerjaan- pekerjaan produktif yang
yang
menghasilkan
upah.
Kedua,
terhadap mereka. Stereotipe adalah
marginalisasi
sebagai
proses
pelabelan terhadap kelompok tertentu
212 |
berakibat
pada
penindasan
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
yang berkonotasi negatif sehingga
misalnya:
sering
membersihkan rumah, mengasuh anak,
menimbulkan
ketidakadilan.
mencuci,
Pelabelan
yang
dikaitkan
dengan
membimbing anak-anak belajar dan
perbedaan
jenis
kelamin
tertentu,
segala pekerjaan domestik lainnya,
misalnya
perempuan,
akan
dilakukan bersama-sama dengan fungsi
kesan
yang
reproduksi
menimbulkan
negatif
seperti
haid,
hamil,
disandangnya. Misalnya, perempuan
menyusui. Sementara laki-laki dengan
adalah manusia yang lemah fisik dan
peran publiknya dianggab tidak pantas
intelektualnya sehingga tidak layak
bertanggungjawab terhadap pekerjaan
menjadi pemimpin. Laki-laki adalah
domestik. Apalagi bagi perempuan
”pencari nafkah” mengakibatkan apa
yang bekerja di sektor publik, beban itu
saja
kaum
akan semakin berat, karena mereka
perempuan dianggap sebagai ”sambilan
harus menanggung beban pekerjaan
atau tambahan”. Adanya stereotipe
publik
yang oleh masyarakat dianggap sebagai
atas pekerjaan domestik. Bisa dibilang
ketentuan
ketentuan
bahwa, perempuan pekerja ( karier)
mengakibatkan
tidak hanya mempunyai beban ganda,
yang
Tuhan,
dihasilkan
kodrati
oleh
atau
akhirnya
terkondisikannya
posisi
perempuan
dalam posisi lebih rendah ketimbang
sekaligus
bahkan multy burden. Hal pemikiran
Beban
Kerja
Yang
Tidak
Budaya patriarkhi beranggapan
tersebut
senada
Fernando
dengan
Bartolome
(Pambudy, 2004 : 356). Dalam suatu penelitian
Porposional
bertanggungjawab
double burden akan tetapi triple burden
laki-laki.
d.
memasak,
yang
dilakukan
pada
keluarga perempuan karier, Bartolome
bahwa perempuan tidak mempunyai
menemukan bahwa,
hak
tangga dimana suami istri sama-bekerja
untuk
menjadi
rumahtangga sehingga oleh
suami.
domestik
yang
pemimpin
berhak diatur
Sehingga
pekerjaan
dibebankan
oleh
atau
berkarier,
pada rumah
justru
si
istri
mempunyai beban ganda dan tetap merupakan
pihak
yang
paling
perempuan seolah-olah identik dengan
menghabiskan waktu untuk melakukan
dirinya. Pekerjaan yang cukup beragam
kerja reproduksi yang tidak bernilai
dengan waktu yang tidak terbatas dan
pasar. Keadaan tidak seimbangan ini
dengan
disebabkan oleh nilai-nilai patriarkhi
beban
yang
cukup
berat,
Relasi Gender dalam Institusi Keluarga (Nur Aisyah)
| 213
yang diadopsi tidak hanya dalam
juga menganggap bahwa kondisi dan
kehidupan rumahtangga akan tetapi
posisi yang ada seperti sekarang ini
juga oleh semua masyarakat bahkan
sebagai sesuatu yang normal dan
negara.
kodrati. B. Relasi
e. Kekerasan
Gender
Dalam
Institusi
Keluarga: Pandangan Teori Sosial
Kekerasan sebagai akibat
(violence),
timbul
Dan Feminis
faktor- faktor di atas
Relasi gender dalam konteks ini
dan juga adanya anggapan bahwa laki-
adalah
laki adalah pemegang supremasi dan
laki-laki dan perempuan berdasar kualitas,
dominasi
terhadap berbagai sektor
skill, peran dan fungsi dalam konvensi
kehidupan sehingga yang terjadi adalah
sosial yang bersifat dinamis mengikuti
relasi kuasa yang timpang antara laki-
kondisi sosial yang selalu
laki dan perempuan. Meminjam bahasa
(Umar, 2000 : xx). Sedangkan institusi
Catrinne Mac Kinnon disebut dengan
keluarga adalah sebuah institusi sosial
"Phallocentris”, dunia masih berada di
dasar yang disatukan oleh perkawinan dan
genggaman
yang
laki-laki.
Ironisnya,
konsep hubungan sosial antara
berkembang
mempunyai komponen-komponen
fenomena ini oleh masyarakat dinggab
dengan peran sosial dan fungsi masing-
sebagai
jika
masing. Peran-peran sosial itu saling
perempuan yang menerima perlakuan
berhubungan secara timbal balik dan
tersebut.
Perbedaan
peran
saling
dengan
segenap
manifestasinya
sesuatu
sebagaimana
yang
wajar
disebutkan
tergantung
membentuk
satu
kesatuan rumahtangga untuk mencapai
atas,
tujuan tertentu. Interaksi antar komponen
menurut hemat penulis mengakibatkan
sesuai dengan peran dan fungsinya sangat
tersosialisasinya citra, posisi, kodrat,
diperlukan
dan
berjalan.
penerimaan
nasib
di
gender
perempuan.
agar sistem tersebut bisa
Dengan kata lain, segenap manifestasi ketidakadilan gender merupakan proses
1. Pandangan Teori Sosial
penjinakan
a. Teori Struktural-Fungsional
(cooptation)
yang
dilakukan oleh idiologi patriarkhi yang
Perhatian
teori
struktural
secara tidak sadar telah mengejawantah
fungsional terhadab relasi gender
dalam kehidupan kaum perempuan
dalam institusi keluarga oleh Parsons
sendiri, sehingga perempuan sendiri
adalah sebagai reaksi dari pemikiran-
214 |
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
pemikiran tentang lunturnya fungsi
keluarga
keluarga karena adanya modernisasi.
ketidakseimbangan. Dengan kata lain
Menurut Parsons, keluarga adalah
kerancuan
ibarat hewan berdarah panas yang
mengakibatkan
dapat
dalam rumahtangga, atau bahkan
memelihara
tubuhnya
agar
walaupun
kondisi
berubah.
konstan
akan
ketidakharmonisan
perceraian.
lingkungan
Keseimbangan
akan
keluarga selalu bersifat statis dan
yang tertib (social order). Ketertiban
tidak bisa berubah, akan tetapi selalu
akan tercipta kalau ada struktur atau
beradabtasi mulus dengan lingkungan
strata
atau dalam bahasa Parson disebut
masing-masing individu mengetahui
dengan dynamic equilibrium.Menurut
posisinya dan patuh pada sistem nilai
teori ini dalam konteks relasi gender,
yang melandasi struktur tersebut.
pembagian
seksual
Untuk mewujudkan keseimbangan
mengambil
tersebut maka tiga elemen utama
membantu
dalam struktur internal keluarga harus
memelihara sendi-sendi masyarakat
saling terkait, antara lain: status
dan keutuhan fisik keluarga dengan
sosial, peran sosial dan norma sosial
jalan menyediakan bahan makanan,
(Bales, 1976 : 66).
tempat
peran
wajar.
bukan
gender
menciptakan sebuah sistem sosial
peran
ini
tetap
peran
mengalami
berarti
adalah
Hal
temperatur
akan
secara
Suami
instrumental,
pelindungan
dan
menjadi
dalam
keluarga,
Berdasarkan
dimana
status
sosial,
penghubung keluarga dengan dunia
keluarga dibagi dalam tiga struktur
luar, the world outside the home.
utama yaitu bapak/suami, ibu/istri dan
Sementara isteri mengambil peran
anak-anak.
eksspresif membantu mengentalkan
masing- masing mempunyai status
hubungan,
sosial yang memberikan identitas
memberikan
dukungan
Dalam
struktur
ini,
emosional dan pembinaan kualitas
pada
yang menopang keutuhan keluarga
Misalnya, suami/bapak adalah kepala
serta menjamin kelancaran urusan
rumahtangga,
rumah tangga. Menurut teori ini, jika
rumahtangga
terjadi
Sedangkan
tumpang
tindih
dan
masing-masing isteri
individu. adalah
dan peran
ibu
lain-lain.
sosial
adalah
penyimpangan fungsi antara satu dan
seperangkat
lainya,
diharapkan dapat memotivasi tingkah
maka
sistem
keutuhan
Relasi Gender dalam Institusi Keluarga (Nur Aisyah)
tingkah
laku
yang
| 215
laku
seseorang
yang
menduduki
akan terjadi apabila antar anggota
Setiap ststus
keluarga tidak memenuhi kesepakatan
sosial tertentu mempunyai fungsi dan
siapa yang akan memerankan tugas
peran
apa (Intyre, 1966 : 69).
status sosial tertentu. yang
diharapkan
terkait
interaksinya dengan individu lain
Harmoni dan stabilitas dalam
dalam keluarga. Misalnya, seorang
keluarga, menurut teori fungsional
yang
stuktural
berstatus
sabagai
kepala
sangat
ditentukan
oleh
rumahtangga, diharapkan mempunyai
efektifitas
peran instrumental,yaitu menjamin
Sistem ini senantiasa bekerja dan
kelangsungan hidup dan melindungi
berfungsi
kelurganya. Sedangkan status ibu
keseimbangan
rumahtangga,
peran
Meskipun konflik sewaktu-waktu bisa
emosional atau ekspresif yang bisa
muncul tetap dalam batas yang wajar
memberikan
kelembutan,
dan bukan merupakan ancaman yang
sayang
cinta
mempunyai
dan
dan
kasih tentunya
bakal
konsensus
nilai-nilai.
untuk
menciptakan (equilibrium).
merusak
sistem
sosial.
berperan dalam lingkup domestik.
Sebagimana dikemukakan oleh Talcot
Peran sosial ini sangat dipengaruhi
Pasons dan Robert Bales, bahwa
oleh norma-norma budaya dimana
relasi gender dalam institusi keluarga
mereka berada.
lebih
Norma sosial dalam isntitusi
merupakan
keharmonisan
pelestarian
ketimbang
bentuk
keluarga menurut pandangan aliran
persaingan. Pola relasi gender dalam
ini menjadi sesuatu yang penting,
konteks teori ini ditentukan oleh
karena sebagai
faktor (Narwako, 2004 :52) Pertama,
standar tingkahlaku
dalam kehidupan berkeluarga. Norma
kekuasaan
sosial ini sebagai aturan main dalam
memiliki kekuasaan dan status lebih
pembagian
tingi
tugas
sesuai
dengan
dan
status.
dibandingkan
Laki-laki dengan
struktur keluarga sehingga semua bisa
perempuan.
berjalan secara teratur. Menurut Levy,
mempunyai perilaku lembut dan laki
dengan
ini
berpenampilan dan berprilaku tegar
dimaksudkan agar fungsi keluarga
dan jantan sehingga memiliki status
tidak terganggu sehingga relasi antara
dan kekuasaan lebih besar. Kedua,
suami–isteri
secara
komunikasi non verbal. Komunikasi
seimbang. Konflik dalam keluarga
antara laki-laki dan perempuan dalam
216 |
pembagian
bisa
tugas
berjalan
Perempuan
dinilai
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
masyarakat
berlangsung
dalam
maka
yang
akan
terjadi
adalah
suasana yang disebut Nancy Henlley
disharmoni bahkan perceraian. Hal
sebagai kemampuan kurang
( less
tersebut senada dengan pendapat
dan
Lindsey (Narwako, 2004 : 346),
kemampuan lebih ( more powerful)
bahwa teori ini secara idiologis telah
bagi laki-laki. Dalam suasana selalu
digunakan
untuk
memberikan
dikontrol,
pengakuan
terhadap
pelanggengan
powerful)
bagi
perempuan
perempuan
subordinasinya
dengan
menampilkan
diri
dominasi laki-laki dan stratifikasi
dengan serba hati-hati, sedangkan
gender dalam keluarga khususnya dan
laki-laki dengan otoritas yang dimiliki
masyarakat pada umumnya.
menampilkan diri lebih terbuka dan komunikatif. Sehingga dalam relasi
b. Pandangan Teori Konflik
gender laki-laki memiliki skor lebih
Pendekatan
unggul
dalam
penentuan
norma-
dalam
sosial
istitusi
konflik keluarga,
norma masyarakat (Narwako, 2004
dikembangkan oleh Friedrich Engels,
:52), dan Ketiga, pembagian kerja.
yang mencoba menganalisis pola
Relasi kuasa dan status yang berbeda
konflik dalam keluarga. Menurut
antara
perempuan
Engels, keluarga nukleur dilihat dari
menjadi dasar pembagian kerja dalam
pemilikan pribadi adalah penindasan
rumahtangga.
masyarakat
paling parah terhadap perempuan.
tradisional maupun modern, kondisi
Pola relasi suami-isteri oleh Enggels
ini ttetap terjadi walaupun dalam
dianalogikan sebagai relasi antara
konteks yang berbeda.
Urusan-
kelas kapitalis dan proletar, hamba-
urusan produktif seakan- akan menjdi
tuan, pemeras dan yang diperas, dan
tugas laki-laki dan reprodutif menjadi
ini
tugas
kehidupan
laki-laki
dan
Dalam
perempuan.
dikonsepsikan publik
dan
Laki-laki
mengurusi urusan perempuan
urusan
domestik. Menurut hemat penulis teori
telah
terkontruksi
dalam
masyarakat
dus
rumahtangga. Pola relasi tersebut oleh Marx dan Engels disebut dengan pola relasi
materialist
diterminism
(Randall, 1987 : 13). Tokoh lain adalah Collins dan
ini lebih menekankan pada pola relasi gender vertikal patriarkhi, sehingga
Dahrendorf,
apabila ada pergeseran pola relasi
menerapkan teori Marx dan Enggels
Relasi Gender dalam Institusi Keluarga (Nur Aisyah)
yang
mencoba
| 217
secara lebih sistematis mengenai pola
berkedudukan
relasi antara suami-isteri. Dengan
rumahtangga. Hal tersebut adalah
mengkritik model keluarga struktural-
wajar dan alamiah, karena menurut
fungsional, Collins mengemukakan
pandangan teori ini
bahwa keluarga struktural-fungsional
mempunyai
dijadikan
menindas pada siapa yang ada di
institusi
untuk
sistem
patriarkhi,
melanggengkan
sebagai
ibu
siapa yang
kekuasaan
akan
bawahnya.
dimana kedudukan suami-isteri dan
Hubungan yang penuh konflik
anak-anak tetap dalam posisi vertikal
dalam institusi keluarga terjadi karena
sebagai struktur yang ideal. Padahal
setiap individu cenderung memenuhi
struktur vertikal justeru berpotensi
kepentingan pribadi (self interest) dan
untuk
timbulnya
berkepanjangan. menurut
konflik
yang
konflik pasti mewarnai keluarga,
Keluarga
ideal
karena
adalah
yang
keluarga bukan dibentuk melalui asas
Collin
berlandaskan pada
companionship,
kesatuan
individu
dalam
harmoni
melainkan
dimana relasi suami-isteri bersifat
pemaksaan.
Jika
horisontal
hierarkhis).
(perempuan), yang dalam teori ini
Sedangkan Dahrendorf, menegaskan
digambarkan sebagai kaum proletar,
bahwa
meningkat dan konflik tidak dapat
oleh
(tidak
peran yang institusi
dilembagakan
keluarga
akan
dikendalikan
dengan
kesadaran
maka
yang
isteri
terjadi
menciptakan pola relasi yang opresif,
adalah perubahan. Dalam konteks
karena
keluarga,
kedudukan
perempuan
dianggab sebagai ” budak kecil tercinta” (Randall, 1987 : 13). Menurut
kearah
positif maupun negatif. Menurut hemat penulis, pola relasi horisontal dalam teori ini
konflik dalam istitusi keluarga tidak
apabila diterapkan pada keluarga
dianggab
yang
yang sudah egaliter justeru akan
abnormal atau disfungsional, akan
mendorong adanya perubahan yang
tetapi sebagai sesuatu yang alami
positip dalam keluarga tersebut. Akan
dalam proses sosial. Seorang suami
tetapi bagi keluarga yang belum
yang mempunyai kedudukan sebagai
egaliter justeru akan menimbulkan
kepala keluarga akan menimbulkan
ketidakharmonisan dalam keluarga
konflik terbuka dengan istrinya yang
tersebut.
sebagai
ini,
bisa
situasi
218 |
teori
perubahan
sesuatu
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
2.
adalah perbedaan antara laki-laki dan
Pandangan Teori Feminis Kelompok feminis berpendapat bahwa
keluarga
adalah
sumber
perempuan. Implikasi yang paling menonjol
dan
memojokan
kaum
eksploitasi khususnya bagi kaum
perempuan akibat perbedaan tersebut
perempuan. Pembagian kerja dan
adalah terputusnya akses kelompok
peran
menurut
perempuan terhadap sumber daya
ini
terjadi
utama ( ekonomi, budaya dan politik)
dan
tidak
serta berpengaruh terhadap penilaian
dalam
pandangan secara
keluarga
kelompok
tidak
adil
proposional, sehingga relasi gender
tempat
menjadi timpang. Pembagian kerja
perempuan“pantas”
tersebut umumnya dilandasi oleh
seberapa “ pantas” kerja tersebut
idiologi partrirkhi. Melalui proses
dihargai..
yang panjang dan bias “ kepentingan”
dimana
kaum bekerja
dan
Menurut teori ini, tujuan
laki-laki, maka pembagian kerja dan
perkawinan akan tercapai
peran di dalam keluarga, cenderung
dalam kelurga dibangun atas dasar
mempunyai
tidak
relasi gender yang setara dan adil,
biasanya
dimana laki-laki perempuan sama-
seimbang.
beban
yang
Perempuan
jika
ditempatkan pada posisi yang harus
sama
menjalankan
peran
dan
peran
tanggungjawab
yang
berkaitan
dilandasi oleh saling menghormati,
dengan pekerjaan domestik dan laki-
mengahargai dan bantu membantu
laki pada sektor publik. Pembagian
diberbagai sektor kehidupan.
kerja seperti ini sepintas kelihatan
memiliki dan
hak,
kewajiban,
kesempatan
yang
Ada beberapa aliran dalam
ringan, akan tetapi dalam prakteknya
teori
menyebabkan kaum perempuan harus
penelitian ini hanya akan memakai
bekerja
lebih
dua aliran feminis, yaitu: feminis
panjang dibandingkan dengan kaum
liberal dan sosialis. Alasan penulis
laki-laki.
hanya mengemukakan dua aliran
dengan
jam
yang
Lebih lanjut yang terjadi bukan pembagian kerja laki-laki
dan
dan peran antara perempuan,
berkembang
dan
dikontruksi
secara
terus sosial
tetapi
ini,
akan
tetapi
dalam
tersebut karena kedua aliran tersebut masih mendukung adanya institusi keluarga.
menerus budaya
Relasi Gender dalam Institusi Keluarga (Nur Aisyah)
| 219
a.
Feminis Liberal
dan
Dalam pemikiran aliran ini laki-
bekerja sama dan bebar untuk
laki
dan
perempuan
diciptakan
laki-laki
sejajar,
mandiri,
menentukan jalan hidupnya sendiri.
secara seimbang dan serasi. Oleh
Ditegaskan
karena itu seharusnya tidak terjadi
berharap mendapatkan kesempatan
penindasan antara satu dan lainnya.
dalam
Pemikiran
ini terinspirasi oleh
untuk dapat setara dengan laki-laki.
prinsip-prisnisp pencerahan bahwa
Peran perempuan dalam keluarga
laki-laki dan perempuan sama-sama
selama
memiliki
kekhususan-kehususan.
domestik. Mereka berharap dapat
Secara ontologis keduanya sama,
mengakses pekerjaan pada ranah
hak laki-laki dengan sendirinya
publik. Feminisme liberal berharap
jjuga
agar
menjadi
hak
perempuan.
kembali
perempuan
bidang-bidang
ini
hanya
dapat
kehidupan
pada
mengusik
sektor
dominasi
Aliran ini membenarkan perempuan
budaya patriarki. Logikanya jika
bekerjasama
dominasinya goyah maka terdapat
dengan
laki-laki,
mereka
menghendaki
agar
perempuan
diintegrasikan
secara
kesempatan
agar
menyetarakan
diri.
dapat Misalnya
total di dalam semua peran termasuk
pendidikan
peran publik.
dijadikan modal agar kelak ketika
dengan
Caranya adalah
melibatkan
bagi
perempuan
perempuan
berkeluarga, perempuan memiliki
dalam berbagai peran seperti peran
opsi bekerja diranah publik. Jadi
sosial, ekonomi dan politik Organ
secara garis besar konsep keluarga
reproduksi
dari
bukan
terhadap
peran-peran
sehingga
tidak
penghalang
feminisme
liberal
adalah
tersebut,
keluarga yang diharapkan tanpa
kelompok
adanya pihak inferior. Baik suami
dominasi jenis kelamin. Aliran ini
maupun istri memiliki peran yang
menghendakan pola relasi gender
seimbang
50/50.
domestik. Perempuan yang mampu
ada
Keluarga yang ideal dibangun atas
dasar
berkeadilan
berkesetaraan gender
dan
disektor
publik
dan
untuk bekerja juga harus mendapat kesempatan.
serta
kesejahteraan. Jadi feminisme ini mencoba menempatkan perempuan
220 |
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
berpendapat
b. Feminis Sosialis Aliran ini diwarnai oleh pemikiran-pemikiran
Karl
Max.
bahwa
menindas
laki-laki
perempuan
perempuan
tidak
dan bersalah.
Oleh karena itu, dalam pandangan
Perempuan mempunyai nilai positif
aliran ini, pola relasi gender dalam
mutlak
realitas masyarakat lebih disebabkan
Perempuan sama dengan laki-laki
oleh faktor budaya. Posisi inferior
yang bisa mandiri.Aliran radikal
perempuan dalam institusi keluarga
ingin mengganti konsep keluarga
berkaitan dengan struktur keluarga
konvensional. Konsep yang dinilai
dalam masyarkat kapitalis dan pola
menempatkan
relasi
yang
posisi inferior. Kondisi tersebut
disebabkan oleh penerapan sistem
terjadi tanpa memandang segala
kapitalis yang mendukung tenaga
potensi
kerja tampa upah bagi perempuan
perempuan. Aliran ini secara tidak
dalam
tangga.
langsung berpendapat perempuan
Akhirnya yang terjadi, isteri secara
juga dapat menjadi kepala keluarga.
ekonomi tergantung pada suami dan
Inti konsep keluarga oleh feminisme
mecemaskan
ekonomi
radikal pemimpin keluarga tidak
rumahtangganya karena dukungan
selalu laki-laki. Istri juga dapat
kekuasaan
menjadi
yang
timpang
lingkup
rumah
keamanan kepada
suami.
Oleh
sebagai
perempuan.
perempuan
yang
ada
dalam
kepala
pada
diri
keluarga.
karena itu agar pola relasi laki-laki
Perempuan jelas punya potensi dan
dan perempuan seimbang diperlukan
kesempatan untuk bekerja diranah
peninjauan
publik.
struktur
secara
mendalam, terutama menghapuskan dikotomi pekerjaan sektor domestik dan publik.
d. Feminisme Eksistensialis Jean Paul Satre membenarkan bahwa perempuan dijadikan lakilaki sebagai objek. Terobyeknya
c. Feminisme Radikal Golongan ini menginginkan
perempuan merupakan salah satu
penggantian budaya patriarki yang
bukti budaya patriark yang dominan.
telah mendarah daging dalam tubuh
Sedangkan Simone de Beauvoir
institusi
mengatakan
matrilenial.
keluarga Aliran
dengan ini
juga
Relasi Gender dalam Institusi Keluarga (Nur Aisyah)
bahwa
dunia
perempuan selalu akan dimasukkan
| 221
kedalam dunia laki-laki sebagai
dibatasi oleh nilai-nilai dan norma
bukti penguasaan laki-laki terhadap
perilaku
perempuan. Dan Beauvoir memberi
tersebut menyebabkan perempuan
contoh pada lembaga pernikahan
tidak bebas. Misalnya, perempuan
yang sebenarnya merebut kebebasan
tidak boleh bersikap maskulin dan
perempuan.
Beauvoir
juga
sebagainya. Golongan ini berusaha
mengkritik
psikoanalisis
yang
membongkar konstruksi-konstruksi
mengatakan
bahwa
perempuan
yang ada dalam tubuh masyarakat.
adalah makhluk yang tidak lengkap
Konstruksi sosial dan budaya telah
dan dijadikan objek laki-laki dari
langgeng
segi biologis serta menganggap
menyebabkan
perempuan memiliki keterbatasan
bebas. Apalagi dalam konstruksi
biologis untuk dapat bereksistensi
oleh keluarga. Pasti terdapat opini-
sendiri. Jadi konsep keluarga dalam
opini yang lebih tegas dan tidak
golongan ini jelas ditolak. Bahkan
menguntungkan
golongan
Kebebasan perempuan menghilang
ini
juga
menolak
melegalkan
perkawinan.
perkawinan
hanya
Karena
menyebabkan
konstruksi
pada
masyarakat
diri
hal
masyarakat
perempuan
tidak
perempuan.
dengan
konstruksi-
tersebut.
Feminisme
kebebasan perempuan hilang. Laki-
postmodern sudah tidak “bermusuh
laki terlalu menjadikan perempuan
tunggal”
sebagai objek. Golongan ini secara
begitu, feminisme ini mendukung
jelas
dan
teori dari feminisme eksistensialis.
hidup
Tapi penganut aliran feminisme
berpendapat
perempuan
laki-laki
dapat
patriarki
saja.
Meski
berdampingan tanpa disatukan oleh
lainnya
institusi pernikahan.
pendapat feminisme postmodern.
e. Feminisme Postmodern Perempuan keluar
222 |
seiring
dalam
dari
tidak
setuju
dengan
PENUTUP
berusaha untuk
Masing-masing
teori
(struktural
peraturan-peraturan
fungsional, konflik dan feminis) memiliki
dalam kehidupannya yang telah
sudut pandang sendiri-sendiri mengenai
mengekang keberlangsungan hidup
pola relasi gender dalam keluarga. Akan
mereka dan ingin menjadi apa yang
tetapi secara serempak mengakui bahwa
wanita
kontruksi sosial budaya tetap berpengaruh
inginkan.
Perempuan
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
secara signifikan atas pembagiaan peran
Demartoto,
Argyo,
2007,
Menyibak
Gender
Dalam
yang dimainkan laki-laki (suami) dan
Sensitivitas
perempuan
Keluarga Difable, Surakarta : UNS
(
istri)
dalam
institusi
keluarga. Artinya kontruksi sosial budaya sangat berperan dalam
Press.
memberikan
Echols, John M., dan Hasan Shadily,
konstribusi penciptaan relasi antara laki-
1993, Kamus Inggris Indonesia,
laki dan perempuan secara adil atau
Jakarta: Gramedia.
sebaliknya terjadi ketimpangan. penyebab gender
ketidakseimbangan
Faktor relasi
dan
dalam institusi rumah tangga,
antara lain: siapa penyumbang terbesar penghasilan pengaruh
Fakih, Mansour, 1999, Analisis Gender
rumah nilai
tangga;
patriarkhi;
Transformasi
Sosial
,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Handayani, Trisakti dan Sugiarti, 2002,
adanya
Konsep
perhatian
dan
teknik
Penelitian
Gender, Malang: UMM Press.
perempuan dalam pengasuhan anak dan;
Horton, Paul B. & Chester L.Hunt, 1999,
siapa pemilik posisi menguntungkan dan
Sosiologi, 6th Edition ( tjm), Jakarta:
lebih berpeluang memaksakan negosisi
Erlangga.
pembagian kerja rumah tangga yang jauh
Intyre, J. Mc., 1966, The Structure –
dari setara dan meninggalkan perkawinan
Fungsional Approach to Family
apabila negosiasi gagal. Kultur patriarkhi
Study, New York: The Mcmillan
menempati urutan sebagai variable ke dua
Co.
dalam memproduksi ketimpangan relasi
Jacobsen, Joyce P., 1994, The Economics
gender, akan tetapi secara sadar maupun
of
tidak,
Blackwell Publisher, 1994,
kultur
patriarkhi
telah
Gender,
Massachusetts:
memperteguh krontruksi perbedaan peran
Levy, Marion JJ, 1971, The Revolution in
gender yang cenderung menguntungkan
Modern China, New York: Octagon
kaum laki-laki.
Books. Lindsey, Linda L., 1990, Gender Role: a Sociological
DAFTAR PUSTAKA
Perspective,
New
Jersey: Prentice Hall. Birley, Sue, dan Daniel F. Muyka, 2004, Financial
Time
Mastering
Megawangi, Ratna, 1999, Membiarkan
–
Entreprenurship, London: Pearson
Berbeda : Sudut Pandang Relasi Gender, Bandung: Pustaka Mizan.
Education Limited.
Relasi Gender dalam Institusi Keluarga (Nur Aisyah)
| 223
Mills, CW., 1959, The Sociological
Randall, Collins, 1987, Sosiologiy of
Imagination, New York : Oxford
Marriage and the family: Gender,
University Press.
Love and Property, Chicago: Nelson
Narwoko, J. Dwi, dan Bagong Suyanto, 2007, Sosiologi : Teks Pengantar dan
Terapan,
Jakarta:
Prenada
Media. The
Family,
California
&
London: Sage Library of Social research, 1076
Makro,
Sebuah
dan Otonomi Perempuan”, Tesis Program kajian Wanita Fak. Pasca Srjana UI,
Pendekatan
Realitas Sosial (tjm)
Farid Wajidi dan S.Meno, Jakarta: Rajawali Press. Suyanto, 2004, J. Dwi Narwoko-Bagong, Sosiologi
Pambudy, Mardiana EM, 2003, “Karier
Teks
Pengantar
dan
Terapan, Jakarta: Kencana Prenada Media. Suzanne J. Kessler dan Wendy McKenna, Gender : An Ethnometodological
Parsons, T., dan R.F Bales, 1976, Family: socialization
and
Interaction
Process, London: Routledge, Kegan
Approach., New York: John willey & Sons, 1977. Sztompka,
Piotr,
2005,
Sosiologi
Perubahan Sosial, Jakarta; Prenada
& Paul. Putra, Heddy Shri Ahimsa, ” Gender dan Pemaknaannya: Singkat”
Sanderson, Stephen K., 2003, Sosiologi Terhadap
Nye, F.Ivan, Role Structure and Analysis of
Hall.
,
Sebuah
Makalah
Ulasan Workshop
Sensitivitas Gender dalam Kajian Managemen,
Yogyakarta:
Media. Umar,
Nazarudin,
Kesetaraan
1999, Gender
Argumen Perspektif
Alquran, Jakarta: Paramadina.
PSW
IAIN SUKA, 18 September 2002
224 |
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013