RELASI GENDER DALAM INSTITUSI KELUARGA DALAM PANDANGAN TEORI SOSIAL DAN FEMINIS Danik Fujiati Pemerhati Perempuan dan Gender, Mahasiswi S2 Yogyakarta
[email protected] Abstract: This study departs from the author's interest against the reality of gender relations within the family institution is always influenced by local cultural reality in which the family lives. Through various theories concerned with this case, the purpose of this study to understand more about the views of both theories related to gender relations in the family as an institution istitusi smallest of a society. The conclusion of this study, that each theory recognizes that the socio-cultural construction of significant influence over pembagiaan role played by the male (husband) and a woman (wife) in the family institution. That is, the social construction of culture was instrumental in the creation of relations contribute between men and women in the family isntitusi fairly or otherwise occurred inequality.
Keywords : Family, Gender relations, Social theory and Feminist Abstrak: Penelitian ini berangkat dari minat penulis terhadap realitas hubungan gender dalam institusi keluarga selalu dipengaruhi oleh realitas budaya lokal di mana keluarga tinggal. Melalui berbagai teori yang bersangkutan dengan kasus ini, tujuan dari penelitian ini untuk memahami lebih lanjut tentang pandangan dari kedua teori yang berkaitan dengan relasi gender dalam keluarga sebagai institusi terkecil istitusi dari masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa setiap teori mengakui bahwa konstruksi sosial budaya pengaruh signifikan atas peran pembagiaan dimainkan oleh laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam institusi keluarga. Artinya, pembangunan sosial budaya sangat berperan dalam penciptaan hubungan berkontribusi antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga isntitusi cukup atau terjadi ketimpangan.
Kata Kunci: Keluarga, relasi gender, teori sosial dan feminis
32 |
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014
masyarakat sekitar di mana keluarga
Pendahuluan Keluarga
merupakan
lembaga
tersebut hidup dan tinggal. Pola relasi
terkecil dari suatu masyarakat yang di
gender dalam masyarakat yang bercorak
dalamnya mempunyai beberapa anggota,
patriarkhis, tentunya lebih didomiasi oleh
biasanya terdiri dari ayah, ibu dan anak.
pihak
Sama dengan institusi atau lembaga
memiliki kewenangan (kekuatan) lebih
lainnya yang lebih besar, maka di dalam
tinggi daripada perempuan. Sebaliknya
suatu keluarga, juga ada nilai-nilai yang
dalam pola relasi gender yang bersifat
dibangun dan disepakati bersama antara
matriarkhis,
anggota keluarga yang satu dengan
didominasi oleh perempuan. Sedangkan
lainnya. Nilai-nilai tersebut, biasanya
dalam masyarakat liberal-demikratis yang
juga tidak jauh berbeda dengan nilai-nilai
cenderung
yang ada dalam masyarakat dimana
keseimbangan dalam pola relasi antara
keluarga
Misalnya,
laki-laki dan perempuan. Implikasi dari
apabila masyarakat di lingkungan sekitar
ketiga model tatanan masyarakat tersebut
bernuansa patriarkhis, maka nilai-nilai
juga berbeda satu dengan lainnya, baik
yang dibangun dalam istitusi keluarga
negatif maupun posittif. Misalnya, dalam
tersebut
masyarakat
tersebut
juga
tinggal.
bersifat
patriarkhis.
laki-laki
sebagai
orang
kewenangan
egaliter,
patriarkhis
yang
lebih
maka
terjadi
akan
terjadi
Sebaliknya, apabila nilai yang dibangun
ketidakseimbangan dalam pola relasi
dilingkungan
bersifat
yang dibangun antara laki-laki dan
matriarkhi, maka nilai-nilai yang ada
perempuan. Dalam konteks masyarakat
dalam keluarga tersebut juga cenderung
seperti ini, sering memunculkan adanya
ke matriarkhi. Sedangkan, apabila nilai-
ketidakadilan
nilai modern yang bersifat liberal dan
berdampak pada diri perempuan. Bentuk-
demokratis sudah menjadi tatanan umum
bentuk
di lingkungan suatu masyarakat, maka
disebabkan oleh tatanan masyarakat yang
tidak bisa dipungkiri institusi keluarga
berbasis pada nilai patriarkhis, misalnya:
tersebut juga akan mengikuti arus yang
diskriminasi, marginalisasi, beban ganda,
ada dalam suatu masyarakatnya tersebut.
stereotype dan kekerasan berbasis gender,
masyarakat
Pola relasi gender dalam suatu institusi keluarga juga akan mengikuti pola nilai dan tatanan yang sudah mengejawantah
33 |
dan
dibangun
oleh
gender
ketidakadilan
yang
tentunya
gender
yang
baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam masyarakat pada umumnya. Berangkat dari pemikiran di atas, maka akan dikaji lebih jauh mengenai
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014
relasi gender dalam institusi keluarga
Vol.1, New York: Green Wood
dalam pandangan teori sosial dan teori
Press,
feminis. Kajian ini merupakan hal yang
Victoria Neufeldt ( ed), Websters
penting untuk dibahas, dengan tujuan
New World Dictionary, New York:
untuk memahami lebih dalam mengenai
Websters New World Clevenland,
pandangan dari kedua teori tersebut
1984, hlm. 561. Dan dalam Hilary
terkait dengan relasi gender yang ada
M Lips, Sex and Gender : An
dalam institusi keluarga sebagai suatu
Introduction,
institusi terkecil dari suatu masyarakat,
Publising Company, 1993.hlm.4.
yang tentunya tidak bisa dilepaskan dari
Masih banyak literatur lain yang
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat
berbicara
sekitar.
sama) keduanya mempunya arti yang
Pembahasan A. Wacana
Gender
Dan
Institusi
hlm.153.
Juga
London:
dengan
berbeda.
dalam
Mayfield
konsep Seks
pembagian
jenis
ditentukan
secara
yang adalah
kelamin biologis
yang dan
melekat pada jenis kelamin tertentu.
Keluarga 1. Wacana Gender.
Gender adalah sifat yang melekat
a. Konsep Gender Dan Seks
pada laki-laki maupun perempuan
Konsep akan
bisa
gender
dipahami
tidak secara
komprehensif tanpa melihat konsep
kultural. Nazarudin
Umar
menegaskan,
jenis kelamin (sex). Kekeliruan
konsep
pemahaman dan pencampuradukan
pembagian peran antara laki-laki dan
kedua
perempuan
konsep
sesuatu
tersebut
yang
tidak
didasarkan
pada
pemahaman yang bersifat normatif dan
melanggengkan ketimpangan dan
kategori biologis melainkan pada kualitas
ketidakadilan. Dalam kamus bahasa
dan skill berdasarkan konvensi-konvensi
Inggris, sex dan gender, sama-sama
sosial. Sebagai konsep
diartikan sebagai “jenis kelamin
perbincangan gender tentu lebih dinamis
(Echols, Shadily, 1993: 263). Akan
karena
tetapi pada literatur lain (Lihat
psiko-sosial
dalam Helen Tierney ( ed), dalam
masyarakat. (Umar, 1999: xx)
Studies
tunggal,
sebagai
gender adalah konsep dimana
akan
Women’s
34 |
yang dikonstruksi secara sosio-
sosial-budaya,
mempertimbangkan yang
variabel
berkembang
di
Encyclopedia,
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014
Berangkat dari konsep di atas, menurut
hemat
seseorang
penulis
yang
bisa
secara
saja
biologis
dan menstruasi), dinilai memiliki ruang gerak terbatas. Perbedaan itulah yang akhirnya
melahirkan
pemisahan
dua
dikategorikan sebagai perempuan, tetapi
fungsi dan tanggung jawab antara laki-
dari sudut gender berperan sebagai laki-
laki dan perempuan. Laki-laki berperan di
laki atau sebaliknya. Misalnya, seorang
sektor publik dan perempuan di sektor
suami
domestik.
yang karena
satu hal memilih
bekerja di rumah mengasuh anak dan mengurusi
kehidupan
rumah
Teori
nurture
beranggapan,
tangga
perbedaan antara laki-laki dan perempuan
(domestik), maka dari segi gender dia
tidak ditentukan oleh faktor biologis
memilih berperan sebagai perempuan,
melainkan hasil konstruksi masyarakat.
meskipun secara seksual adalah laki-laki.
Sehingga peran sosial (peran domestik
Sebaliknya
karena
mutlak milik perempuan dan publik
ketrampilannya dan kesepakatan bersama
mutlak milik laki-laki), yang selama ini
memilih bekerja mencari nafkah atau
dianggap baku bahkan dipahami sebagai
mengembangkan
sebagai
doktrin agama, sesungguhnya bukan
pekerja kantor, maka dia berperan gender
kehendak Tuhan dan tidak juga sebagai
laki-laki meskipun secara seksual adalah
produk diterminis biologis, melainkan
perempuan.
sebagai hasil konstruksi sosial (social
seorang
istri
kariernya
Dalam konteks teori nature dan
construction).
nurture, pemahaman mengenai konsep
Menurut
hemat
penulis
dapat
gender dibedakan dengan dua landasan
disimpulkan
yang berbeda. Teori nature menganggap,
adalah konsep yang digunakan untuk
perbedaan
mengidentifikasi perbedaan antara laki-
bersifat
laki-laki
kodrati,
dan
given
perempuan from
Allah.
bahwa,
laki dan perempuan
konsep
gender
dilihat dari segi
Anatomi biologis yang berbeda dari laki-
sosial-budaya atau non-biologis. Dengan
laki dan perempuan menjadi faktor utama
bahasa yang lengkap, gender adalah
dalam penentuan peran sosial dua jenis
pandangan masyarakat tentang perbedaan
kelamin
berperan
fungsi, peran dan tanggung jawab antara
utama dalam masyarakat karena dianggap
laki-laki dan perempuan, sebagai hasil
lebih potensial, lebih kuat dan lebih
konstruksi sosio-kultural yang tumbuh
produktif. Sedangkan perempuan karena
dan disepakati oleh masyarakat dengan
organ reproduksinya (hamil, menyusui
proses panjang serta bisa berubah dari
tersebut.
Laki-laki
Strategi Pencegahan Tragedi Hak Asasi Perempuan (Ayub Wahyudin)
| 35
waktu ke waktu, tempat ke tempat,
sehingga berpengaruh pada prilaku
bahkan
dan
dari
kelas-ke
kelas
sesuai
perkembangan zaman. Gender
bukan
peran gender yang harus
dimainkan dalam struktur sosial. kodrat
atau
Laki-laki bersifat maskulin dengan
ketentuan Allah SWT, karena terkait
berbagai perilaku
dengan proses keyakinan
bagaimana
(agresif, rasional, cerdas dan lain-
seharusnya laki-laki atau perempuan
lain). Perempuan bersifat feminim
berperan dan bertindak sesuai tata nilai
dengan berbagai perilaku
ketentuan sosial-budaya masyarakatnya.
juga melekat padanya (emosional,
Sedangkan seks adalah kodrat atau
lemah, kurang cerdas dan lain-lain).
ketentuan Allah SWT, bersifat given dan
Unger mengidentifikasi perbedaan
jelas-jelas bisa dibedakan antara laki-laki
emosional dan intelektual antara
dan perempuan, sehingga tidak bisa
laki-laki dan perempuan dengan
ditukar. Akan tetapi, dengan proses
berbagai karakter laki-laki lebih
sosialisasi yang panjang dan penguatan
unggul
secara kultural bahkan oleh negara atas
(Rhoda K.Unger, 1979: 30).
idiologi gender menjadikan “seolah-olah”
Pendapat
gender
sama
dengan
jenis
kelamin
dari
yang melekat
pada
Unger
yang
perempuan. ditolak
oleh
kalangan feminis dengan pernyataan: “Apa yang dikemukakan oleh Unger
biologis (seks).
hanya sebagai bentuk stereotip gender yang diperkuat dengan berbagai mitos,
b. Biologis Dan Peran Gender. Perbedaan
biologis
dan
bahwa
perempuan
adalah
makhluk
komposisi kimia yang berbeda
ciptaan
kedua.”
Persepsi
tersebut
antara laki-laki dan perempuan,
mengendap
dalam
alam
pikiran
memang tidak pernah menimbulkan
perempuan
sehingga
perdebatan. Akan tetapi, efek dari
menerima perbedaan peran gender yang
perbedaan biologis itulah yang
dinilai kurang adil sekalipun.
menimbulkan perdebatan. Menurut
membantah adanya skematisasi perilaku
Unger, perbedaan anatomi biologis
manusia berdasarkan perbedaan jenis
dan komposisi kimia dalam tubuh
kelamin. Perbedaan anatomi tubuh dan
berpengaruh pada perkembangan
genetika antara laki-laki dan perempuan
emosional dan kapasitas intelektual
didramatisir dan dipolitisir terlalu jauh,
mereka
“rela” Mereka
antara laki-laki dan perempuan,
36 |
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014
seolah-olah secara substansial perempuan
131)
Fungsi
lebih rendah dari laki-laki.
dianggap
reproduksi
perempuan
sebagai
penghambat
Bahkan Simone de Beauvoir salah
mengimbangi kekuatan dan peran laki-
seorang feminis liberal, dengan tegas
laki. Laki-laki dominan secara politis
menyatakan, seorang disebut perempuan
dalam
dengan
berbagai atribut yang melekat
biologis
bawaan
padanya, bukan ada sejak lahir melainkan
tersebut
mendapat
dikonstruksi
oleh
individu
yang
beberapa
bersangkutan
dan
dipengaruhi
oleh
Sigmond
mayarakat
ahli
karena mereka.
Freud,
psikoanalisa.
orang mempunyai kehendak bebas untuk
Hudaniah, 2003: 17)
menentukan cara berprilaku, berpikir dan
Sigmund
peran
gender
Pendapat
pengakuan
psikologi.
lingkungan. Asumsinya adalah, setiap
memilih
prediposisi
(Tri
dari
Misalnya
dengan
teori
Dayakisni
dan
Freud,
walaupun
yang
mengakui bahwa unsur biologis menjadi
diinginkannya. (Ratna Megawangi, 1999:
faktor penentu kepribadian seseorang,
236.) Oleh karena itu,
akan
peran gender
tetapi
orang
tua
juga
ikut
seseorang (laki-laki dan perempuan) bisa
mempengaruhi
berubah dan diubah sesuai kehendaknya.
Menurut Freud, pada masa phallic stage
Perbedaan pendapat kedua kubu di
perilaku
(usia 3-6 tahun), seorang anak mulai
atas, dielaborasi oleh Pierre Van den
menghubungkan
identitas
Berge, Lionel Tiger dan Robin Foxini
ibunya
alat
dengan teori sosio biologis
dimilikinya.
yang
tersebut.
dengan
Pada
ayah
kelamin masa
dan yang ini,
mengemukakan bahwa, Gabungan faktor
perkembangan kepribadian antara anak
biolgis dan sosial menyebabkan laki-laki
laki-laki dan perempuan mulai berbeda.
lebih unggul dibandingkan perempuan.
Perbedaan ini melahirkan formasi sosial
(Teori ini mencoba mengelaborasi antara
berdasarkan identitas gender, baik yang
teori nature dan nurture. Teori nature
bersifat laki-laki maupun perempuan.
dengan
bahwa
Pola hubungan ayah dan ibu yang setiap
dan
hari disaksikan oleh anak, semakin
perempuan disebabkan karena faktor
memperkuat kesan bahwa ibu adalah
alamiah/biologis.
tegas
perbedaan
menganggab disebabkan
menganggab
gender
laki-laki Teori
nurture
inferior dan ayah adalah superior. Dari
perbedaan
gender
penyataan di atas, Freud, jelas-jelas
budaya
mengakui bahwa unsur nonbiologis juga
oleh
faktor
masyarakat).(Ratna Megawangi, 1999:
Strategi Pencegahan Tragedi Hak Asasi Perempuan (Ayub Wahyudin)
| 37
ikut menyumbang terbentuknya
peran
gender dan perilaku seseorang.
mereka
Biddle dan Thomas menyatakan bahwa,
tingkah
akan
menjadi
seksis.
“Suasana timpang dan tidak timpang” dalam pernyataan tersebut adalah faktor
peranan-peranan yang diberikan oleh
lingkungan sosial dan “anak laki-laki”
masyarakat
individu-individu.
sebagai salah satu contoh jenis kelamin
Faktor sosial dan budaya berpengaruh
biologis adalah faktor biologis. Jadi bisa
pada tingkah laku individu dalam situasi
saja anak perempuan
dan tempat yang berbeda. Peranan juga
yang sama mengalami impact yang
mempengaruhi nilai-nilai yang dipegang
berbeda.
kepada
dan
dibentuk
tidak
oleh
seseorang
laku
“suasana yang tidak timpang”, maka
pertumbuhan
pribadi
dengan kondisi
Berkaitan dengan peran gender,
seseorang. Perbedaan peran gender antara
perlu
laki-laki dan perempuan menyebabkan
kegiatan
kepribadian
kemasyarakatan yang digunakan dalam
antara
keduanya
juga
berbeda.
diingat
kembali
produktif,
istilah-istilah
reproduktif
dan
analisis gender terutama Model Moser
Dengan tidak bermaksud untuk
dan Harvard, antara lain: 1) kegiatan
berpihak pada salah satu pemikiran dan
produktif yaitu kegiatan yang dilakukan
melepaskan faktor biologis,
anggota
penulis
masyarakat
dalam
rangka
lebih setuju kalau pembentukan peran
mencari nafkah. Kegiatan ini disebut juga
gender lebih didomonasi faktor sosial.
kegiatan ekonomi karena kegiatan ini
Artinya bahwa, daya dukung faktor
menghasilkan uang secara langsung atau
biologis tetap ada , akan tetapi dengan
barang yang dapat dinilai setara uang.
prosentase yang lebih kecil dibanding
Contoh kegiatan ini adalah bekerja
faktor
yang
menjadi buruh, petani, pengrajin dan
bahwa,
sebagainya; 2) kegiatan reproduktif yaitu
tumbuh dalam suasana
kegiatan yang berhubungan erat dengan
timpang dan mengalami ambivalensi
pemeliharaan dan pengembangan serta
dalam
tentang
menjamin kelangsungan sumber daya
perempuan, sehingga mereka belajar
manusia dan biasanya dilakukan dalam
untuk menjadi seksis ketika dewasa.
keluarga.
(Ratna Megawangi, 1999: 53). Dengan
menghasilkan uang secara langsung dan
alur pikir terbalik biisa diartikan, berarti
biasanya dilakukan bersamaan dengan
kalau anak laki-laki tumbuh dalam
tanggung
sosial.
Sebagaimana
dikemukakan oleh Chodorow anak laki-laki
38 |
pandangan
mereka
Kegiatan
jawab
ini
domestik
tidak
atau
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014
kemasyarakatan dan dalam beberapa
realitasnya
referensi
disebut
sosial.
dehumanisasi.
Contoh
peran
adalah
mengalami
pemeliharaan
reproduksi reproduksi
dan
pemeliharaan
pengasuhan
rumah,
anak,
tugas-tugas
sama-sama
mengalami
Kaum
perempuan
dehumanisasi
karena
ketidakadilan gender dan kaum laki-laki mengalami
dehumanisasi
karena
penindasan
gender.
domestik, dan reproduksi tenaga kerja
melanggengkan
untuk saat ini dan masa yang akan datang
Menurut hemat penulis, pola relasi antara
(misalnya masak, bersih-bersih rumah)
keduanya
dan; 3) kegiatan kemasyarakatan yang
bersinggungan
berkaitan dengan politik dan sosial
budaya patriarkhis masih bergelindan
budaya yaitu kegiatan yang dilakukan
ikut
anggota masyarakat yang berhubungan
relasi antara keduanya.
dengan
bidang
politik,
kemasyarakatan
sosial
dan
dan
mencakup
tidak
akan secara
menjustifikasi
pernah
saling
harmonis
pemahaman
jika pola
Dikotomi peran domestik-publik antara
laki-laki
dan
perempuan,
penyediaan dan pemeliharaan sumber
menyebabkan perempuan “terpenjara” di
daya yang digunakan oleh setiap orang
ranah domestik dan laki-laki bebas
seperti air bersih/irigasi, sekolah dan
bergerak di ranah publik. Dikotomi
pendidikan, kegiatan pemerintah lokal
tersebut linier dengan pembakuan peran
dan
bisa
laki-laki sebagai kepala keluarga dan
menghasilkan uang dan bisa juga tidak
berkewajiban mencari nafkah (publik,
menghasilkan uang.
produksi), sedangkan perempuan (istri)
lain-lain.
Kegiatan
ini
sebagai c. Dikotomi
Peran
Gender
ibu
tangga
yang
berkewajiban mengatur urusan kerumah
Melahirkan Ketimpangan Relasi
tanggaan
Gender .
Implikasinya
Relasi gender adalah
rumah (domestik,
reproduksi).
adalah,
adanya
konsep
ketidakseimbangan pola relasi dalam
hubungan sosial antara laki-laki dan
rumah tangga, seperti: (1) istri harus
perempuan berdasar kualitas, skill, peran
patuh dan menghormati suami; (2) segala
dan fungsi dalam konvensi sosial yang
kegiatan istri di luar rumah harus seijin
bersifat dinamis mengikuti kondisi sosial
suami dan; (3) istri bertanggung jawab
yang selalu
terhadap
berkembang. (Nazarudin
semua
kegiatan
domestik
Umar, 1999:. xx ). Pola relasi
antara
(memasak, mencuci, mengasuh anak dan
laki-laki
dalam
lain-lain). Sehingga secara
dan
perempuan
Strategi Pencegahan Tragedi Hak Asasi Perempuan (Ayub Wahyudin)
sosial istri
| 39
adalah warga kelas dua, inferior yang
keluarga. Otoritas itu menjadikan laki-
berada di bawah dominasi laki-laki dan
laki menguasai istri, anak-anaknya dan
tentunya
menjadi
laki-laki yang lebih muda dalam rumah
tergantung pada laki-laki (suami). Inilah
tangga, pekerja rumah tangga, budak dan
yang oleh Marx dan
orang
secara
dengan
pola
ekonomi
Engels disebut
relasi
materialist
lain
yang
menggantungkan
hidupnya dalam rumah tangga tersebut.
diterminism. Menurut Mark dan Engel,
(Joyce P. Jacobsen, 1994:
dalam rumah tangga, suami sebagai
diadopsi tidak hanya dalam kehidupan
cerminan kaum borjuis dan istri sebagi
rumah tangga akan tetapi juga oleh semua
kaum proletar. (Collins Randall, 1987:
masyarakat bahkan negara.
13, Lihat juga dalam Ratna megawangi, 1999: 131).
546), yang
Menurut hemat penulis, masingmasing teori memang memiliki sudut
Fernando penelitiaanya,
Bartolome
dalam
pandang sendiri-sendiri mengenai sebab
mencoba
untuk
ketimpangan relasi gender. Akan tetapi
membuktikan kebenaran teori materialist
konstruksi
diterminism. (Mardiana EM Pambudy,
berpengaruh secara signifikan terhadap
2003: 546). Juga dalam (Sue Birley dan
pembagian peran yang dimainkan oleh
Daniel F. Muyka, 2004: 356). Ditemukan
kelompok-kelompok
bahwa,
termasuk
suami
pada rumah tangga di mana istri
sama-sama
bekerja
sosial
di
budaya
tetap
masyarakat,
dalamnya
kelompok-
dan
kelompok dengan jenis kelamin tertentu.
berkarier, justru si istri malah mempunyai
Artinya konstruksi sosial budaya, turut
beban ganda dan tetap merupakan pihak
memberikan
yang paling menghabiskan waktu untuk
penciptaan relasi antara laki-laki dan
melakukan kerja reproduksi yang tidak
perempuan secara adil atau sebaliknya,
bernilai pasar. Keadaan tidak seimbang
terjadi ketimpangan.
ini disebabkan oleh nilai-nilai patriarkhi. Konsep
patriarkhi
pertama
kali
Hal
konstribusi
tersebut
senada
dalam
dengan
pemikiran Joyce P. Jacobsen, yang
diperkenalkan oleh Max Weber untuk
berusaha mencari
menggambarkan sebuah struktur sosial
ketimpangan relasi gender dalam rumah
dalam masyarakat tradisional praindustri
tangga. Ada empat hal yang dijadikan
di Barat. Menurut Weber patriarkhi
acuan oleh Jacobsen dalam hal ini, antara
adalah kekuasaan yang secara tradisional
lain:
diberikan kepada laki-laki sebagai kepala
penghasilan
40 |
siapa
faktor penyebab
penyumbang rumah
tangga;
terbesar adanya
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014
pengaruh
nilai
patriarkhi;
perhatian
dikonsepsikan sebagai anak laki-laki dan
perempuan dalam pengasuhan anak dan;
jika
siapa pemilik posisi menguntungkan dan
dikonsepsikan sebagai anak perempuan.
lebih berpeluang memaksakan negosisi
Pada saat yang bersamaan, peran gender
pembagian kerja rumah tangga yang jauh
dari lingkungan budaya masyarakatnya
dari setara dan meninggalkan perkawinan
juga mulai diperoleh. Misalnya, anak
apabila
yang secara biologis lahir sebagai laki-
negosiasi
gagal.
(Joyce
P.
Jacobsen, 1994: 23).
mempunyai
vagina
maka
laki, maka oleh orang tua akan diberikan
Walaupun di sini kultur patriarkhi
sinyal yang berbau maskulin, mulai dari
menempati urutan sebagai variabel ke
mainan yang dipilih (pedang, pistol,
dua dalam memproduksi ketimpangan
pesawat, mobil-mobilan dan lain-lain),
relasi gender, akan tetapi secara sadar
warna dan gambar baju yang dipakai
maupun tidak, kultur patriarkhi telah
sampai tokoh-tokoh permainan yang
memperteguh konstruksi perbedaan peran
disosialisasikan
gender yang cenderung menguntungkan
maskulin, heroik dan kuat. Sebaliknya
kaum laki-laki.
bagi bayi perempuan, akan disuguhi
Sebenarnya dikhotomi pembakuan
juga
bernuansa
dengan berbagai hal yang bernuansa
peran antara laki-laki dan perempuan
feminin.
tidak akan menjadi masalah, apabila tidak
masak-masakan dan berbagai atribut yang
melahirkan ketimpangan relasi gender
penuh dengan kelembutan dan non-
yang
heroik. Tujuan dari semua itu adalah,
pada
akhirnya
menyebabkan
Misalnya:
boneka,
mainan
terjadinya ketidakadilan gender. Akan
agar laki-laki memiliki
tetapi realitasnya berlainan, oleh karena
“kejantanan” atau masculinity, sedangkan
itu yang menjadi pertanyaan adalah, dari
perempuan
memiliki
mana dikhotomi pembakuan peran gender
“kewanitaan”
atau
diproduksi
karakter tersebut, akhirnya perempuan
sehingga
menimbulkan
ketimpangan relasi gender?
dipersepsikan
Proses pembentukan peran gender,
karakteristik karakteristik
feminity.
sebagai
Dengan
manusia
yang
lemah, gemulai, lembut dan lain-lain.
pada umumnya diproduksi ketika seorang
Sebaliknya
anak dilahirkan.
Begitu lahir, melalui
sebagai manusia perkasa, tegar, kuat,
alat kelaminnya seorang anak dapat
agresif dan lain-lain. Laki-laki dianggap
dikenali
lebih cerdas dan lebih kuat dalam banyak
apakah
dia
laki-laki
atau
perempuan. Jika mempunyai penis maka
hal
daripada
laki-laki
dipersepsikan
perempuan.
Strategi Pencegahan Tragedi Hak Asasi Perempuan (Ayub Wahyudin)
Anggapan
| 41
seperti itu dengan sendirinya memberikan
parent) dengan satu atau beberapa anak.
peran gender dan status lebih tinggi pada
(J. Dwi narwoko dan Bagong Suyanto,
laki-laki dalam relasi gender.
2007: 227). Lihat juga dalam Marion JJ
Pembenaran perbedaan peran dan
Levy, n Books, 1971: 1-6).
tanggung jawab antara laki-laki dan
Burgest
dan
Locke
(1960)
perempuan, pada akhirnya menimbulkan
mengemukakan 4 (empat) ciri keluarga
persoalan
yaitu (a) Keluarga adalah susunan orang-
bias
gender
yaitu
suatu
pandangan yang membedakan peran,
orang
kedudukan dan tanggung jawab antara
perkawinan (pertalian antar suami dan
laki-laki dan perempuan dalam kehidupan
istri), darah (hubungan antara orang tua
keluarga, masyarakat bahkan negara.
dan anak) atau adopsi; (b) Anggota-
Persoalan bias gender inilah yang pada
anggota keluarga ditandai dengan hidup
akhirnya melahirkan relasi gender yang
bersama
timpang antara laki-laki dan perempuan
merupakan susunan satu rumah tangga.
sehingga
diskriminasi,
Tempat kos dan rumah penginapan bisa
perempuan,
saja menjadi rumah tangga, tetapi tidak
terjadi
marginalisasi subordinasi, bahkan
terhadap stereotipe,
tindak
disatukan
di
bawah
oleh
satu
ikatan
atap
dan
ganda
akan dapat menjadi keluarga, karena
terhadap
anggota-anggotanya tidak dihubungkan
beban
kekerasan
yang
oleh darah, perkawinan atau adopsi, (c)
perempuan.
Keluarga merupakan kesatuan dari orangorang
B. Institusi Keluarga Institusi keluarga adalah institusi
yang
berinteraksi
berkomunikasi
yang
dan
menciptakan
sosial dasar dari lembaga sosial yang
peranan-peranan sosial bagi si suami dan
lebih besar. Menurut Horton dan Hunt
istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan
istilah
perempuan, saudara laki-laki dan saudara
keluarga
digunakan
untuk
menunjuk beberapa pengertian, antara
perempuan;
lain:
diperkuat oleh kekuatan tradisi dan
(1)
suatu
kelompok
yang
Peranan-peranan
mempunyai nenek moyang yang sama;
sebagian
(2) suatu kelompok kekerabatan yang
menghasilkan
disatukan oleh darah dan perkawinan; (3)
Keluarga
pasangan perkawinan dengan atau tanpa
kebudayaan bersama yang diperoleh dari
anak; (4) pasangan nikah dengan anak;
kebudayaan
(5) satu orang, janda atau duda (singgle
mendefiniskan keluarga sebagai suatu
42 |
lagi
tersebut
emosional
pengalaman;
adalah
yang dan
pemelihara
umum.
(d) suatu
Stephens
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014
susunan sosial yang didasarkan pada
menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-
kontrak perkawinan termasuk dengan
kaidah pergaulan hidup. e) Keluarga batih
pengenalan hak-hak dan tugas orang tua;
merupakan
tempat tinggal suami, istri dan anak-anak;
mengalami proses sosialisasi awal, yakni
dan kewajiban ekonomi yang bersifat
suatu
reciprocal antara suami dan istri. (Herien
mempelajari
Puspitawati, 2012: 2)
kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam
Keluarga adalah lingkungan di mana
beberapa
orang
yang
wadah
proses
dimana
manusia
dimana
dan
manusia
mematuhi
kaidah-
masyarakat.
masih
Ciri-ciri
umum
keluarga
yang
memiliki hubungan darah dan bersatu.
dikemukakan oleh Mac Iver and Page
Keluarga
sebagai
yaitu: 1) Keluarga merupakan hubungan
sekumpulan orang yang tinggal dalam
perkawinan. 2) Susunan kelembagaan
satu rumah yang masih mempunyai
yang
hubungan kekerabatan/hubungan darah
perkawinan yang sengaja dibentuk dan
karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan
dipelihara. 3) Suatu sistim tata nama,
lain sebagainya. Keluarga yang terdiri
termasuk perhitungan garis keturunan. 4)
dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum
Ketentuan-ketentuan
menikah disebut keluarga batih. Sebagai
dibentuk oleh anggota-anggota kelompok
unit pergaulan terkecil yang hidup dalam
yang
masyarakat, keluarga batih mempunyai
terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi
peranan-peranan
a)
yang berkaitan dengan kemampuan untuk
Keluarga batih berperan sebagi pelindung
mempunyai keturunan dan membesarkan
bagi
Merupakan
didefinisikan
tertentu,
pribadi-pribadi
anggota,
dimana
yaitu:
yang
menjadi
dengan
mempunyai
tempat
hubungan
ekonomi ketentuan
tinggal
yang khusus
bersama,
dan
rumah atau rumah tangga yang walau
wadah
bagaimanapun, tidak mungkin menjadi
tersebut. b) Keluarga batih berperan
terpisah terhadap kelompok-kelompok
sebagi pelindung bagi pribadi-pribadi
keluarga.
ketertiban
yang
ketentraman
berkenaan
diperoleh
menjadi
dalam
dimana
Berangkat dari beberapa pemikiran
ketentraman dan ketertiban diperoleh
tersebut, maka yang dimaksud institusi
dalam wadah tersebut. c) Keluarga batih
keluarga adalah sebuah institusi sosial
merupakan unit sosial-ekonomis yang
dasar yang disatukan oleh perkawinan
secara materiil memenuhi kebutuhan
dan
anggotanya.
komponen dengan peran sosial dan fungsi
d)
anggota,
Keluarga
batih
yang
mempunyai
Strategi Pencegahan Tragedi Hak Asasi Perempuan (Ayub Wahyudin)
komponen-
| 43
masing-masing. Peran-peran sosial itu
Menurut teori ini dalam konteks
saling berhubungan secara timbal balik
relasi
dan saling tergantung membentuk satu
secara seksual adalah wajar. Suami
kesatuan rumah tangga untuk mencapai
mengambil
tujuan tertentu. Interaksi antar komponen
membantu memelihara sendi-sendi
sesuai dengan peran dan fungsinya
masyarakat
sangat diperlukan
keluarga dengan jalan menyediakan
agar sistem tersebut
bisa berjalan.
gender,
pembagian
peran dan
peran
instrumental, keutuhan
fisik
bahan makanan, tempat pelindungan dan menjadi penghubung keluarga
C. Pandangan
Teori
Sosial
Dan
dengan dunia luar, the world outside
Feminis Tentang Relasi Gender
the
Dalam
mengambil
Institusi Keluarga
home.
Sementara peran
isteri ekspresif
1.
Teori Sosial.
membantu mengentalkan hubungan,
a.
Pandangan Teori Struktural –
memberikan
Fungsional.
dan
Perhatian
teori
pembinaan
emosional
kualitas
yang
struktural
menopang keutuhan keluarga serta
fungsional terhadab relasi gender
menjamin kelancaran urusan rumah
dalam institusi keluarga dipelopori
tangga. Menurut teori ini, jika terjadi
oleh Talcot Parsons sebagai reaksi
tumpang tindih dan penyimpangan
dari
fungsi antara satu dan lainya, maka
pemikiran-pemikiran
tentang
lunturnya fungsi keluarga karena
sistem keutuhan
adanya
modernisasi.
mengalami
Parsons,
keluarga
ibarat
hewan
berdarah
panas
yang
dapat
memelihara
temperatur
Menurut
tubuhnya
agar tetap konstan walaupun kondisi lingkungan berubah. Hal ini bukan
44 |
dukungan
keluarga
akan
ketidakseimbangan.
Dengan kata lain kerancuan peran gender
akan
mengakibatkan
ketidakharmonisan
dalam
rumah
tangga, atau bahkan perceraian. Keseimbangan
akan
berarti keluarga selalu bersifat statis
menciptakan sebuah sistem sosial
dan tidak bisa berubah, akan tetapi
yang tertib (social order). Ketertiban
selalu beradabtasi mulus dengan
akan tercipta kalau ada struktur atau
lingkungan atau dalam bahasa Parson
strata
disebut dengan dynamic equilibrium.
masing-masing individu mengetahui
(Ratna Megawangi , 1994: 66).
posisinya dan patuh pada sistem nilai
dalam
keluarga,
dimana
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014
yang melandasi struktur tersebut.
emosional atau ekspresif yang bisa
Untuk mewujudkan keseimbangan
memberikan
kelembutan,
tersebut maka tiga elemen utama
sayang
cinta
dalam struktur
keluarga
berperan dalam lingkup domestik.
saling terkait, antara lain:
Peran sosial ini sangat dipengaruhi
status sosial, peran sosial dan norma
oleh norma-norma budaya di mana
sosial. (T. Parsons dan R.F Bales,
mereka berada.
harus
internal
Kegan & Paul, 1976: 66). Berdasarkan
dan
dan
kasih tentunya
Norma sosial dalam isntitusi
status
sosial,
keluarga menurut pandangan aliran
keluarga dibagi dalam tiga struktur
ini menjadi sesuatu yang penting,
utama yaitu bapak/suami, ibu/istri
karena sebagai standar tingkah laku
dan anak-anak. Dalam struktur ini,
dalam
masing- masing mempunyai status
Norma sosial ini sebagai aturan main
sosial yang memberikan identitas
dalam
pada
individu.
dengan struktur keluarga sehingga
adalah
semua bisa berjalan secara teratur.
masing-masing
Misalnya,
suami/
bapak
kehidupan pembagian
berkeluarga. tugas
sesuai
kepala rumah tangga , isteri adalah
Menurut
ibu rumah tangga dan lain-lain.
tugas ini dimaksudkan agar fungsi
Sedangkan peran sosial adalah seperangkat
tingkah
laku
yang
Levydengan
pembagian
keluarga tidak terganggu sehingga relasi
antara
suami-isteri
bisa
diharapkan dapat memotivasi tingkah
berjalan secara seimbang. Konflik
laku seseorang yang menduduki
dalam keluarga akan terjadi apabila
status sosial tertentu. Setiap ststus
antar
sosial tertentu mempunyai fungsi dan
memenuhi kesepakatan siapa yang
peran
yang diharapkan terkait
akan memerankan tugas apa. (J. Mc
interaksinya dengan individu lain
Intyre, 1966:. 69. Lihat Juga dalam
dalam keluarga. Misalnya, seorang
Ratna Megawangi, 1999: 68).
anggota
keluarga
tidak
yang berstatus sabagai kepala rumah
Harmoni dan stabilitas dalam
tangga, diharabkan mempunyai peran
keluarga, menurut teori fungsional
instrumental,
stuktural
yaitu
menjamin
sangat
ditentukan
konsensus
oleh
kelangsungan hidup dan melindungi
efektifitas
kelurganya. Sedangkan status ibu
Sistem ini senantiasa bekerja dan
rumah tangga, mempunyai peran
berfungsi
untuk
Strategi Pencegahan Tragedi Hak Asasi Perempuan (Ayub Wahyudin)
nilai-nilai. menciptakan
| 45
keseimbangan Meskipun
konflik
dengan serba hati-hati, sedangkan
sewaktu-waktu
laki-laki
bisa muncul tetap dalam batas yang
dimiliki
wajar
terbuka dan komunikatif. Sehingga
dan
bukan
merupakan
dengan
otoritas
menampilkan
yang
diri
lebih
ancaman yang bakal merusak sistem
dalam
sosial.
dikemukakan
memiliki skor lebih unggul dalam
oleh Talcot Pasons dan Robert Bales,
penentuan norma-norma masyarakat.
bahwa relasi gender dalam institusi
(Umar,
keluarga lebih merupakan pelestarian
pembagian kerja. Relasi kuasa dan
keharmonisan
status yang berbeda antara laki-laki
Sebagimana
ketimbang
bentuk
relasi
gender
1999:
laki-laki
17).
Ketiga,
persaingan. (T. Parsons dan R.F
dan perempuan
menjadi dasar
Bales,
pembagian
kerja
dalam
Nazarudin Umar, 1999: 52). Pola
tangga.
Dalam
relasi gender dalam konteks teori ini
tradisional maupun modern, kondisi
ditentukan oleh: Pertama, kekuasaan
ini tetap terjadi walaupun dalam
dan
konteks yang berbeda.
1976:
status.
32.
Lihat
Laki-laki
juga
memiliki
masyarakat
Urusan-
urusan
dibandingkan
perempuan.
menjadi
mempunyai
reproduktif
dan
perempuan. Laki-laki dikonsepsikan
perilaku
dengan dinilai
lembut
laki
produktif
rumah
kekuasaan dan status lebih tingi Perempuan
tugas
seakan-akan laki-laki
menjadi
berpenampilan dan berprilaku tegar
mengurusi
dan jantan sehingga memiliki status
perempuan urusan domestik.
urusan
dan tugas
publik
dan
dan kekuasaan lebih besar. Kedua,
Menurut hemat penulis teori ini
komunikasi non verbal. Komunikasi
lebih menekankan pada pola relasi
antara
perempuan
gender vertikal patriarkhi, sehingga
berlangsung
apabila ada pergeseran pola relasi
dalam suasana yang disebut Nancy
maka yang akan terjadi adalah
Henlley sebagai kemampuan kurang
disharmoni bahkan perceraian. Hal
(less powerful) bagi perempuan dan
tersebut senada dengan pendapat
kemampuan lebih (more powerful)
Lindsey (J. Dwi Narwoko-Bagong
bagi laki-laki. Dalam suasana selalu
Suyanto, 2004: 346). Teori ini secara
dikontrol,
idiologis
laki-laki
dalam
dan
masyarakat
subordinasinya
46 |
(equilibrium).
perempuan
dengan
menampilkan
diri
telah
memberikan
digunakan
pengakuan
untuk
terhadap
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014
pelanggengan dominasi laki-laki dan
pola relasi materialis determinis akan
stratifikasi gender dalam keluarga
konsisten
khususnya dan masyarakat pada
hierarkhis dan paternalistis. (Collins
umumnya.
Randall, 1987: 13). Lihat juga dalam
dengan
pola
relasi
Ratna megawangi, 1999: 131). Tokoh lain adalah Collins dan
b. Pandangan Teori Konflik Pendekatan sosial konflik dalam
Dahrendorf,
yang
mencoba
institusi
keluarga,
dikembangkan
menerapkan teori Marx dan Enggels
oleh
Friedrich
Engels,
secara
yang
lebih sistematis mengenai
mencoba menganalisis pola konflik
pola
dalam keluarga. Menurut Engels,
Dengan mengkritik model keluarga
keluarga
struktural-fungsional,
nukleur
dilihat
dari
relasi
antara
suami-isteri. Collins
pemilikan pribadi adalah penindasan
mengemukakan bahwa
keluarga
paling parah terhadap perempuan.
struktural-fungsional
dijadikan
Pola relasi suami-isteri oleh Enggels
institusi
dianalogikan sebagai relasi antara
sistem patriarkhi, dimana kedudukan
kelas kapitalis dan proletar, hamba-
suami-isteri dan anak-anak tetap
tuan, pemeras dan yang diperas, dan
dalam posisi vertikal sebagai struktur
ini
dalam
yang ideal. Padahal struktur vertikal
masyarakat dus rumah
justru berpotensi untuk timbulnya
telah
kehidupan
terkonstruksi
untuk
melanggengkan
tangga. Pola relasi tersebut oleh
konflik
Marx dan
Keluarga ideal menurut Collin adalah
Engels disebut dengan
yang
berkepanjangan.
pola relasi materialist diterminism.
yang
berlandaskan
Marx dan Engels, menggunakan pola
companionship, dimana relasi suami-
relasi materialis determinis untuk
isteri
menggambarkan pola relasi antara
hierarkhis). Sedangkan Dahrendorf,
laki-laki
dan
institusi
rumah
bersifat
pada
horisontal
(tidak
perempuan
dalam
menegaskan bahwa
tangga.
Suami
dilembagakan oleh institusi keluarga
sebagai cerminan kaum borjuis dan
akan menciptakan pola relasi yang
istri sebagi kaum proletar. Teori ini
opresif,
mempengaruhi warna agama dan
perempuan dianggap sebagai ”budak
budaya,
kecil tercinta”. (CW. Mills, 1959: 10)
budaya
sehingga
agama
dan
karena
peran yang
kedudukan
pada masyarakat dengan
Strategi Pencegahan Tragedi Hak Asasi Perempuan (Ayub Wahyudin)
| 47
Menurut
teori
ini,
teori ini apabila diterapkan pada
situasi konflik dalam istitusi keluarga
keluarga yang sudah egaliter justru
tidak dianggap sebagai sesuatu yang
akan mendorong adanya perubahan
abnormal atau disfungsional, akan
yang positip dalam keluarga tersebut.
tetapi sebagai sesuatu yang alami
Akan tetapi bagi keluarga yang
dalam proses sosial. Seorang suami
belum
yang mempunyai kedudukan sebagai
menimbulkan
kepala keluarga akan menimbulkan
dalam keluarga tersebut.
egaliter
justru
akan
ketidakharmonisan
konflik terbuka dengan istrinya yang berkedudukan sebagai ibu rumah
2.
Pandangan Teori Feminis.
tangga. Hal tersebut adalah wajar dan
Kelompok
alamiah, karena menurut pandangan
bahwa
teori ini
eksploitasi
siapa yang mempunyai
feminis
keluarga
berpendapat
adalah
khususnya
sumber
bagi
kaum
kekuasaan akan menindas pada siapa
perempuan. Pembagian kerja dan peran
yang ada di bawahnya.
dalam
Hubungan yang penuh
kelurga
menurut
pandangan
kelompok ini terjadi secara tidak adil dan
konflik
dalam
institusi
keluarga
tidak proposional, sehingga relasi gender
terjadi
karena
setiap
individu
menjadi
timpang.
Pembagian
kerja
cenderung memenuhi kepentingan
tersebut umumnya dilandasi oleh idiologi
pribadi (self interest) dan konflik
partrirkhi. Melalui proses yang panjang
pasti mewarnai keluarga, karena
dan bias “kepentingan” laki-laki, maka
kesatuan individu dalam keluarga
pembagian kerja dan peran di dalam
bukan dibentuk melalui asas harmoni
keluarga, cenderung mempunyai beban
melainkan dengan pemaksaan. Jika
yang
kesadaran
biasanya ditempatkan pada posisi yang
isteri
(perempuan)----
tidak
seimbang.
Perempuan
yang dalam teori ini digambarkan
harus
sebagai kaum proletar--- meningkat
tanggungjawab
dan konflik tidak dapat dikendalikan
pekerjaan domestik dan laki-laki pada
maka yang terjadi adalah perubahan.
sektor publik. Pembagian kerja seperti ini
Dalam konteks keluarga, perubahan
sepintas kelihatan ringan, akan tetapi
bisa kearah positif maupun negatif.
dalam prakteknya
Menurut
hemat
menjalankan
peran
dan
yang berkaitan dengan
menyebabkan kaum
perempuan harus bekerja dengan jam
penulis, pola relasi horisontal dalam
48 |
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014
yang lebih panjang dibandingkan dengan
laki. Aliran ini menyatakan bahwa,
kaum laki-laki.
kebebasan dan kesamaan berakar
Lebih lanjut yang terjadi bukan
pada rasionalitas dan pemisahan
pembagian kerja dan peran antara laki-
antara dunia pribadi dan umum.
laki dan perempuan, tetapi berkembang
Setiap manusia mempunyai kapasitas
dan terus menerus dikonstruksi secara
untuk berpikir dan bertindak secara
sosial budaya adalah perbedaan antara
rasionl, terutama pada perempuan,
laki-laki dan perempuan. Implikasi yang
akar
paling menonjol dan memojokan kaum
keterbelakangan
perempuan akibat perbedaan tersebut
disebabkan
adalah
perempuan itu sendiri. Perempuan
terputusnya
akses
kelompok
ketertindasan pada
dan perempuan
oleh
kesalahan
perempuan terhadap sumber daya utama
harus
(ekonomi, budaya dan politik) serta
mereka bisa bersaing dalam kerangka
berpengaruh terhadap penilaian tempat
persaingan
dimana kaum perempuan“pantas” bekerja
kedudukan setara dengan laki-laki.
dan seberapa “pantas” kerja tersebut
Tujuan umum dari feminisme liberal
dihargai.
adalah,
Menurut
teori
ini,
perkawinan akan tercapai
tujuan
jika dalam
mempersiapkan bebas
diri
dan
untuk
agar punya
menciptakan
“masyarakat yang adil dan peduli
kelurga dibangun atas dasar relasi gender
tempat
yang setara dan adil, dimana laki-laki
Hanya dalam masyarakat seperti itu,
perempuan sama-sama memiliki hak,
perempuan dan juga laki-laki dapat
kewajiban, peran dan kesempatan yang
mengembangkan
dilandasi
liberal berpandangan bahwa kaum
oleh
mengahargai
saling
dan
menghormati,
bantu
membantu
diberbagai sektor kehidupan.
kebebasan
perempuan
mempersiapkan
dirinya untuk dapat mensejajarkan dengan
laki-laki
dengan cara mengambil berbagai
a. Feminis Liberal. Feminisme liberal mengusung persamaan
diri.Feminisme
harus
kedudukannya
adanya
berkembang”.
hak
agar
kesempatan yang menguntungkan serta
mengenyam
pendidikan,
perempuan diterima melalui cara
mengingat bahwa perempuan adalah
yang sah dengan laki-laki. Hak-hak
mahluk yang rasional dan bisa
perempuan
berpikir seperti laki-laki.
akan dapat terealisasi
jika merek disejajarkan dengan laki
Strategi Pencegahan Tragedi Hak Asasi Perempuan (Ayub Wahyudin)
| 49
Dalam pemikiran aliran ini laki-laki dan perempuan diciptakan
antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga.
secara seimbang dan serasi. Oleh karena itu seharusnya tidak terjadi
b. Feminis Sosialis
penindasan antara satu dan lainnya. Pemikiran
ini
ini
diwarnai
oleh
oleh
pemikiran-pemikiran Karl Max, di
prinsip-prisnisp pencerahan bahwa
mana .pola relasi gender dalam
laki-laki dan perempuan sama-sama
keluarga
memiliki
kekhususan-kehususan.
budaya. Posisi inferior perempuan
Secara ontologis keduanya sama,
dalam institusi keluarga berkaitan
hak laki-laki dengan sendirinya
dengan
juga
perempuan.
masyarkat kapitalis dan pola relasi
Aliran ini membenarkan perempuan
yang timpang yang disebabkan oleh
bekerjasama
penerapan
menjadi
mereka
terinspirasi
Aliran
hak dengan
laki-laki,
menghendaki
agar
disebabkan
struktur
oleh
faktor
keluarga
sistem
dalam
kapitalis
yang
mendukung tenaga kerja tampa upah
perempuan diintegrasikan secara
bagi
total
peran
rumah tangga. Akhirnya yang terjadi,
termasuk peran publik. Caranya
isteri secara ekonomi tergantung
adalah
pada
di
dalam dengan
semua
melibatkan
perempuan
suami
dalam
dan
lingkup
mecemaskan
perempuan dalam berbagai peran
keamanan ekonomi rumah tangganya
seperti peran sosial, ekonomi dan
karena dukungan kekuasaan kepada
politik Organ reproduksi bukan
suami. Oleh karena itu agar pola
penghalang terhadap peran-peran
relasi
tersebut,
seimbang
sehingga
tidak
ada
laki-laki
dan
perempuan
diperlukan
peninjauan
kelompok dominasi jenis kelamin.
struktur secara mendalam , terutama
Aliran ini menghendaki pola relasi
menghapuskan dikhotomi pekerjaan
gender 50/50. Oleh kareann itu,
sektor domestik dan publik.
menurut pandangan aliran ini, pola relasi antara suami istri dalam keluarga harus sama dengan ukuran
c. Feminis Radikal Feminis
yang sama pula. Artinya, tidak ada
fenomena
pembagian peran yang dikhotomis
gerakan (women’s
50 |
radikal kontemporer
merupakan sebagai
pembebasan
perempuan
liberation
movement)
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014
tahun 60-an. Feminis radikal menjadi
penindasan
kritik tajam bagi teori liberal dan
perempuan harus dilawan, sehingga
sosialis dalam mengkonsepsi hakikat
tercipta polarisasi seks yakni laki-
manusia dan kenyataan masyarakat
laki versus perempuan; 2) Biologi
(human and social realities). Feminis
perempuan
sebagai
radikal adalah gerakan perempuan
Objektivasi
perempuan
Amerika Serikat, yang didominasi
makhluk biologis sedikit banyak
oleh
mempengaruhi konstruksi sosial atas
kelas
menengah
terdidik.
laki-laki
terhadap
persoalan. sebagai
Meskipun awalnya feminis radikal
mereka.
Perempuan
banyak dipengaruhi oleh mazhab
menjadi
makhluk
sebelumnya, yakni feminis liberal
biologis
karena
dan sosialis, sehingga melahirkan 2
reproduksi
sosialnya.
kelompok arus besar yaitu feminis
kerja seksual memiliki basis biologis.
radikal yang berhaluan liberal dan
Biologi reproduksi manusia telah
yang
sosialis-Marxian.
membentuk organisasi sosial yang
Apa yang menarik dari aliran ini
bernama “keluarga biologis”; 3)
adalah, perempuan memiliki sendiri
Biologi perempuan sebagai solusi.
pengalaman
Aliran ini yakin, bahwa
berhaluan
ketertindasannya
mengeksplorasi
dan
diasumsikan lemah
secara
kemampuan Pembagian
biologi
keperempuanan
laki-laki menjadi sumber masalah,
hingga batas-batas ekstrimnya, dan
yang mengendalikan berbagai hal
aliran ini menolak institusi keluarga
atas perempuan. Biologi laki-laki
baik secara teoritis maupun praktis.
telah men-devaluasi perempuan dan
Institusi keluarga bagi aliran ini
memanipulasinya
menjadi
hanya akan memenjarakan kaum
sedemikian
Gerakan
perempuan.
kontemporer feminis radikal ialah
Beberapa pemikiran dari aliran
inferior.
merayakan kemerdekaan “biologi”
ini, antara lain: 1) Peran seks dan
perempuan
androgini. Kehidupan perempuan
persaudaraan
ditransformasikan
rumusan
Perempuan dapat menikmati tubuh
perempuan
dan seksualitasnya tanpa didikte oleh
menjadi persoalan sistem penindasan
sistem nilai yang dikonstruk oleh
laki-laki atas perempuan. Peran dan
dominasi
stereotype seks harus dihapuskan dan
menikmati
masalah
dari
individual
dengan
“gerakan perempuan”.
laki-laki. tubuhnya,
Strategi Pencegahan Tragedi Hak Asasi Perempuan (Ayub Wahyudin)
Perempuan seksnya,
| 51
kebudayaannya,
spiritualitasnya,
Hal tersebut senada dengan
tanpa terpaku pada acuan sosial yang
pemikiran
ada. Haid sebagai kutukan Tuhan
(Joyce P. Jacobsen, 1994: 23). yang
dewa digantikan menjadi berkah bagi
berusaha mencari faktor penyebab
perempuan dari Tuhan dewi. Mereka
ketidakseimbangan relasi gender
percaya
dalam institusi rumah tangga. Ada
bahwa
memahami
cara
dunia
perempuan
P.
Jacobsen,
berbeda
empat hal yang dijadikan acuan
dengan cara laki-laki memahaminya
oleh Jacobsen dalam hal ini, antara
dan; 4) Orang tidak melahirkan
lain: siapa penyumbang terbesar
perempuan
penghasilan rumah tangga; adanya
bukan hal yang alamiah, melainkan
pengaruh nilai patriarkhi; perhatian
pelembagaan
perempuan dalam pengasuhan anak
perempuan.
jauh
Joyce
Tubuh oleh
masyarakat,
misalnya melahirkan anak, merawat,
dan;
dan sebagainya. Jadi, biologis kita
menguntungkan
adalah konstruksi sosial, sehingga
berpeluang memaksakan negosiasi
kita sebetulnya “multi seks”, “bukan
pembagian kerja rumah tangga
biseks”.
yang
siapa
jauh
pemilik
posisi
dan
lebih
dari
setara
dan
meninggalkan perkawinan apabila Berangkat dari pemikiran masingmasing
teori
(struktural
fungsional,
negosiasi gagal. Dalam pemikiran Jacobsen tersebut, meskipun kultur
konflik dan feminis) di atas, mereka
patriarkhi
memiliki sudut pandang sendiri-sendiri
sebagai variabel ke dua dalam
mengenai pola relasi gender. Akan tetapi
memproduksi ketimpangan relasi
secara
serempak
menempati
urutan
mengakui
bahwa
gender, akan tetapi secara sadar
tetap
maupun tidak, kultur patriarkhi
konstruksi
sosial
budaya
berpengaruh
secara
signifikan
atas
telah
memperteguh
krontruksi
pembagiaan peran yang dimainkan laki-
perbedaan
laki (suami) dan perempuan (istri) dalam
cenderung menguntungkan kaum
institusi keluarga. Artinya konstruksi
laki-laki.
peran
gender
yang
sosial budaya sangat berperan dalam memberikan konstribusi penciptaan relasi antara laki-laki dan perempuan secara adil atau sebaliknya terjadi ketimpangan.
52 |
Penutup Pandangan masing-masing teori, baik struktural fungsional, konflik dan
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014
feminis terhadap relasi gender dalam
Study, New York: The Mcmillan
institusi keluarga memang berbeda dan
Co.
memiliki sudut pandang sendiri-sendiri.
Jacobsen, Joyce P,. 1994, The Economics
Akan tetapi secara serempak semuanya
of
mengakui bahwa
Blackwell Publisher.
budaya
konstruksi sosial
tetap
berpengaruh
secara
signifikan atas pembagiaan peran yang dimainkan
laki-laki
perempuan
(istri)
(suami) dalam
Jalaludin,
Gender, 2007,
Massachusetts: Psikologi
Agama,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
dan
Levy, Marion JJ, 1971, The Revolution in
institusi
Modern China, New York: Octagon
keluarga.
Artinya,
konstruksi
sosial
budaya
sangat
berperan
dalam
M Lips, Hilary, 1993 Sex and Gender :
memberikan konstribusi penciptaan relasi
An Introduction, London: Mayfield
antara laki-laki dan perempuan dalam
Publising Company.
isntitusi
keluarga
secara
adil
atau
sebaliknya terjadi ketimpangan.
Books.
Megawangi, Ratna, 1999, Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, Penerbit Mizan: Bandung.
DAFTAR PUSTAKA Birley, Sue dan Daniel F. Muyka, 2004, Financial
Time
Mastering
–
Entreprenurship, London: Pearson Education Limited. Collins, Randall, 1987, Sosiologiy of
Mills, CW,. 1959, The Sociological Imagination, New York: Oxford University Press. Narwoko J. Dwi, Bagong Suyanto, 2004, Sosiologi
Teks
Pengantar
dan
Marriage and the family: Gender,
Terapan, Jakarta: Kencana Prenada
love and Property , Chicago:
Media.
Nelson Hall. Dayakisni, Tri dan Hudaniah, 2003, Psikologi Sosial, Malang: UMM Press.
Neufeldt, Victoria (ed), 1984, Websters New World Dictionary, New York: Websters New World Clevenland. Pambudy, Mardiana EM, 2003, Karier
Echols, John M dan Hasan Shadily, 1993,
dan Otonomi Perempuan, Tesis
Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:
Program kajian Wanita Fak. Pasca
Gramedia.
Srjana UI.
Intyre, J. Mc., 1996, The Structure – Fungsional Approach to Family
Parsons, T. dan R.F Bales, 1976, Family: socialization
Strategi Pencegahan Tragedi Hak Asasi Perempuan (Ayub Wahyudin)
and
Interaction
| 53
Process,
London:
Routledge,
Kegan & Paul.
Studies Encyclopedia, Vol.1, New
Puspitawati, Herien, 2012, Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia, Bogor: PT IPB Press. Taufiq, Muhammad
Izzudin, 2006,
Psikologi Islam, Jakarta: Gema Insani.
Tierney, Helen ( ed), dalam Women’s York: Green Wood Press. Umar,
Nazarudin,
Kesetaraan
1999, Gender
Argumen Perspektif
Alquran, Jakarta: Paramadina. Unger, Rhoda K., 1979, Female and Male Psychological Perspective, New York: Philadelpia
54 |
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014