MEMBANGUN POLA RELASI KELUARGA BERBASIS KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER Siti Rofi’ah Pemerhati Perempuan Surabaya
[email protected]
Abstract: This study departs from the reality of patriarchal family relationship patterns that distinguish between the role of men (husbands) and women (wives) in the household, where the husband is the head of the family (public) and the wife is a housewife (domestic). Different patterns of family relationships, resulting in injustice and gender in equality. That condition would require the construction pattern of relationships base dongenderequality, to realize a gender partnership to wards a harmonious family. Construction pattern of gender relations gender equality, realized if there is cooperation and division of roles equal and fair between husband and wife, which refers to the planning and implementation of resource management family, so family members have roles in various activities (domestic, public, and social). Keywords: Family, relationship patterns, KKG, harmonization Abstrak: Kajian ini berangkat dari realitas pola relasi keluarga patriarkhis yang mendikhotomikan peran antara laki-laki (suami) dan perempuan (isteri) dalam rumah tangga, dimana suami adalah kepala keluarga (public) dan isteri adalah ibu rumah tangga (domestik). Pola relasi keluarga yang dikhotomis, mengakibatkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender. Kondisi tersebut tentunya memerlukan konstruksi pola relasi yang berbasis pada keadilan dan kesetaraan gender, sehingga terwujud kemitraan gender menuju keluarga yang harmonis. Konstruksi pola relasi gender yang berkeadilan dan berkesetaraan gender, terwujud jika ada kerjasama dan pembagian peran yang setara dan adil antara suami dan isteri, yang merujuk pada perencanaan dan pelaksanaan manajemen sumberdaya keluarga, sehingga anggota keluarga mempunyai pembagian peran dalam berbagai aktivitas (domestik, publik, dan kemasyarakatan). Kata Kunci: Keluarga, pola relasi, KKG, harmonisasi yang merupakan kelompok sosial terkecil
PENDAHULUAN Keluarga adalah institusi terkecil dari
dari
masyarakat
yang
terbentuk
suatu masyarakat yang memiliki struktur
berdasarkan pernikahan dan terdiri dari
sosial dan sistem tersendiri dan yang
seorang suami (ayah), istri (ibu) dan anak-
merupakan sekumpulan orang yang tinggal
anak mereka. Keluarga besar atau biasa
dalam satu rumah yang masih mempunyai
disebut dengan somah adalah yaitu tugas
hubungan
darah
da tanggungjawab dipikul secara bersama-
karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan
sama oleh keluarga besar. Masalah anak
lain sebagainya. Keluarga dapat dilihat
tidak harus diurus oleh ibunya , tetapi oleh
dalam arti sempit sebagai keluarga inti
seluruh anggita keluarga yang ramai-ramai
kekerabatan/hubungan
Membangun Pola Relasi Keluarga Berbasis Kesetaraan dan Keadilan… (Siti Rofiah)
| 93
tinggal di sebuah rumah. Sedangkan
terkait dengan adanya tuntutan persamaan
keluarga nukleur atau inti hanya terdiri dari
hak dan peran perempuan yang dipelopori
bapak, ibu dan anak-anak yang mempunyai
oleh kaum feminis. Konstruksi pola relasi
peran dan tanggungjawab masing-masing.
keluarga yang ideal pada saat ini adalah
Keluarga
adalah
satu-satunya
lembaga sosial yang diberi tanggungjawab
pola relasi keluarga .yang berbasis pada kesetaraan dan keadilan gender.
untuk merubah suatu organisme biologis
Kajian ini ingin membahas lebih
menjadi manusia, sehingga kedudukan
lanjut tentang pola relasi dalam institusi
utama keluarga adalah fungsi pengantar
keluarga
konvensional,
pada masyarakat yang lebih besar. (S.C
terhadap
kehidupan
Utami Munandar dkk, 1985: 39)Menurut
konstruksi pola relasi institusi keluarga
Horton
dan
digunakan
Hunt
untuk
istilah
keluarga
yang
menunjuk
beberapa
gender.
berkesetaraan
implikasinya keluarga
dan
dan
berkeadilan
pengertian, antara lain: (1) suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang
PEMBAHASAN
sama; (2) suatu kelompok kekerabatan
A.
yang disatukan oleh darah dan perkawinan;
Konsep Gender dan Seks Konsep gender tidak akan bisa
(3) pasangan perkawinan dengan atau
dipahami
tanpa anak; (4) pasangan nikah dengan
melihat konsep seks. Kekeliruan pema-
anak; (5) satu orang, janda atau duda
haman
(singgle parent) dengan satu atau beberapa
konsep tersebut sebagai sesuatu yang
anak (J. Dwi narwoko dan Bagong
tunggal, akan melanggengkan ketimpangan
Suyanto, 2007: 227).
dan
secara
dan
komprehensif
tanpa
pencampuradukan
ketidakadilan
gender
kedua
(gender
konvensional,
inequalities). Pemahaman dan pembedaan
memiliki struktur atau pola relasi dimana
terhadap kedua konsep tersebut sangatlah
suami
dan
diperlukan dalam melakukan analisis untuk
pelindung keluarganya (publik), sedangkan
memahami persoalan-persoalan ketidak-
istri sebagai ibu rumah tangga yang
adilan sosial secara lebih luas. Hal ini
mengurus urusah rumah tangga (domestik),
terjadi karena ada kaitan yang erat ketidak-
yaitu mencuci, memasak, mengasuh anak
adilan gender dengan struktur ketidak-
dan lain-lain. Konsep pola relasi tersebut
adilan masyarakat.
Konsep
keluarga
sebagai
mengalami
pemberi
pergeseran
nafkah
sesuai
dengan
Secara
leksikal
istilah
sex
dan
masyarakat.
gender, keduanya diartikan sebagai “jenis
Perkembangan ini untuk sebagian besar
kelamin” (John M Echols dan Hasan
perubahan
94 |
kondisi
sosial
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
Shadily,
1993:.263).
antara
Ahimsa Putra, 2002; 2) Perbedaan jenis
keduanya mempunyai pengertian yang
kelamin adalah alami dan kodrati dengan
berbeda.
ciri-ciri
Seks
Namun,
adalah
jenis
kelamin
yang
jelas
dan
tidak
dapat
biologis yang merupakan pensifatan dua
dipertukarkan. Sebagai fenomena sosial
jenis kelamin manusia yang melekat pada
gender bersifat relatif dan kontekstual.
jenis kelamin tertentu, sehingga tidak dapat
Gender yang dikenal masyarakat Jawa
given,
akan berbeda dengan masyarakat Bali atau
merupakan ketentuan Allah SWT atau
Minangkabau. Hal ini terjadi karena
kodrat. Gender adalah jenis kelamin sosial,
adanya kontruksi sosial budaya yang
yaitu suatu sifat yang melekat/dilekatkan
membedakan
pada kaum laki-laki maupun perempuan
kelamin.
dipertukarkan
karena
bersifat
yang dikonstruksi secara sosial maupun
peran
Sebagai
berdasarkan
konsep
jenis
sosial-budaya,
kultural. Ciri dari sifat itu sendiri dapat
perbincangan gender tentu lebih dinamis
dipertukarkan, dapat berubah dari waktu ke
karena mempertimbangkan variable psiko-
waktu, serta berbeda dari satu tempat ke
sosial yang berkembang di masyarakat.
tempat yang lain. Terbentuknya perbedaan
Oleh karena itu, dengan bahasa yang
gender
sangat
berbeda Nassarudin Umar menegaskan
disosialisasikan,
bahwa, konsep gender adalah konsep
melalui
proses
panjang,
dibentuk,
diperkuat
dan
yang
secara
dimana pembagian peran antara laki-laki
ajaran
dan perempuan tidak didasarkan pada
(Mansour
pemahaman yang bersifat normatif dan
Fakih,1999: 5). Heddy Shri Ahimsa Putra,
kategori biologis melainkan pada kualitas
membagi istilah gender dalam beberapa
dan skill berdasarkan konvensi-konvensi
pengertian antara lain: Pertama, gender
sosial (Nasarrudin Umar: 1999:xx) Lebih
sebagai suatu istilah asing dengan makna
tegas
tertentu yang tidak banyak diketahui orang,
nurturememberikan pemahaman konsep
sehinga wajar jika istilah gender menim-
gender dengan dua landasan yang berbeda.
bulkan kecurigaan tertentu pada sebagian
Teori
orang yang mendengarnya. Seringkali
perbedaan laki-laki dan perempuan bersifat
orang
gender
kodrati, givenfrom Allah. Anatomi biologis
disamakan dengan perbedaan jenis kelamin
yang berbeda dari laki-laki dan perempuan
(sex), sehingga menimbulkan pengertian
menjadi faktor utama dalam penentuan
yang salah. Kedua, gender sebagai suatu
peran sosial dua jenis kelamin tersebut.
fenomena sosial budaya (Heddy Shri
Laki-laki
sosiokultural keagamaan
dikons-truksi
bahkan maupun
memandang
melalui negara
perbedaan
lagi,
dalam
nature
teori
nature
menganggap
berperan
utama
Membangun Pola Relasi Keluarga Berbasis Kesetaraan dan Keadilan… (Siti Rofiah)
dan
bahwa,
dalam | 95
masyarakat
karena
dianggap
lebih
oleh masyarakat dengan proses yang
potensial, lebih kuat dan lebih produktif.
sangat panjang, bisa berubah dari waktu
Sedangkan
kewaktu, tempat ke tempat, bahkan dari
perempuan
reproduksinya
karena
(hamil,
organ
menyusui
dan
kelas-ke
kelas
sesuai
perkembangan
menstruasi), dinilai memiliki ruang gerak
zaman. Seks adalah jenis kelamin biologis
terbatas. Perbedaan itulah yang akhirnya
yang melekat pada masing-masing jenis
melahirkan pemisahan dua fungsi dan
kelamin
tanggungjawab
dan
dipertukarkan karena merupakan kodrat.
perempuan. Laki-laki berperan disektor
Gender bukan kodrat atau ketentuan Allah
publik dan perempuan disektor domestik.
SWT,
Sedangkan
antara
teori
laki-laki
nurture
tertentu
karena
dan
terkait
tidak
dapat
dengan
proses
beranggapan
keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki
bahwa, perbedaan antara laki-laki dan
atau perempuan berperan dan bertindak
perempuan tidak ditentukan oleh faktor
sesuai tata nilai ketentuan sosial- budaya
biologis
kontruksi
masyarakatnya. Seks adalah kodrat atau
masyarakat. Sehingga peran sosial (peran
ketentuan Allah SWT yang bisa dibedakan
domestik mutlak milik perempuan dan
secara
publik mutlak milik laki-laki), yang selama
perempuan, sehingga tidak bisa ditukar.
ini danggap baku bahkan dipahami sebagai
Proses
doktrin
bukan
penguatan secara kultural bahkan oleh
kehendak Tuhan dan tidak juga sebagai
agama dan negara atas idiologi gender
produk diterminis biologis, melainkan
menjadikan “seolah-olah” gender sama
sebagai hasil kontruksi sosial (social
dengan jenis kelamin biologis (seks). Oleh
construction) (Ratna Megawangi,1999: 93-
karena itu, bisa saja seseorang yang secara
102).
biologis dikategorikan sebagai perempuan,
melainkan
agama,
Menurut konsep
hasil
sesungguhnya
hemat
gender
penulis
adalah
konsep
bahwa, yang
jelas
antara
sosialisasi
yang
laki-laki
panjang
dan
dan
tetapi dari sudut gender berperan sebagai laki-laki
atau
sebaliknya.
Misalnya,
digunakan untuk mengidentifikasi per-
seorang suami yang karena satu hal
bedaan antara laki-laki dan perempuan
memilih bekerja di rumah mengasuh anak
dilihat dari segi sosial-budaya atau non-
dan mengurusi kehidupan rumah tangga
biologis.
(domestik), maka dari segi gender dia
masyarakat
Gender
pandangan fungsi,
memilih berperan sebagai perempuan,
peran dan tanggungjawab antara laki-laki
meskipun secara seksual adalah laki-laki.
dan perempuan, sebagai hasil konstruksi
Sebaliknya seorang istri karena ketram-
sosio-kultural yang tumbuh dan disepakati
pilannya
96 |
tentang
adalah
perbedaan
dan
kesepakatan
bersama
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
memilih bekerja mencari nafkah atau
dia berperan gender laki-laki meskipun
mengembangkan kariernya di kantor, maka
secara seksual adalah perempuan.
Tabel 1 Perbedaan Seks dan Gender Sumber
Seks
Gender
Sumber pembeda
Tuhan
Manusia (Masyarakat)
Visi &misi
Kesetaraan
Kebiasaan
Unsur pembeda
Biologis (alat reproduksi)
Kebudayaan (tingkah laku)
Sifat
Kodrat, tertentu, tidak dapat Harkat, martabat dapat ditukarkan ditukarkan
Dampak
Terciptanya
nilai-nilai, Terciptanya
kesempurnaan, kedamaian
norma-norma
kenikmatan, ketentuan tentang pantas atau tidak dll
sehingga pantas.
Laki-laki
menguntungkan kedua belah pemimpin, pihak
pantas
jadi
perempuan
pantas
dipimpin dll sering merugikan salah satu
pihak
kebetulan
adalah
perempuan Keberlakuan
Sepanjang masa, dimana saja Dapat
berubah,
musiman
dan
tidak mengenal pembedaan berbeda antara kelas kelas
Dari tabel di atas diketahui bahwa,
bagi dia untuk mengerjakan pekerjaan
genderbisa dipertukarkan satu sama lain,
rumah dan pekerjaan-pekerjaan lain yang
gender bisa berubah dan berbeda dari
selama ini dianggap sebagai pekerjaan
waktu ke waktu, di suatu daerah dan
kaum perempuan. Sebaliknya seseorang
daerah yang lainnya. Oleh karena itulah,
dengan jenis kelamin perempuan bisa saja
identifikasi seseorang dengan menggu-
bertubuh kuat, besar pintar dan bisa
nakan perspektif gender tidaklah bersifat
mengerjakan perkerjaan-pekerjaan yang
universal. Seseorang dengan jenis kelamin
selama
laki-laki mungkin saja bersifat keibuan dan
dianggap sebagai wilayah kekuasaan kaum
lemah lembut sehingga dimungkinkan pula
laki-laki.
ini
dianggap
maskulin
Membangun Pola Relasi Keluarga Berbasis Kesetaraan dan Keadilan… (Siti Rofiah)
dan
| 97
Pola Relasi gender dalam keluarga
Sanderson,
Konvensional-Patriarkhis
tradisional di atas mendapat tentangan dari
Keluarga konvensional yang dimak-
Bem (1991) yang menyimpulkan bahwa
sud di sini adalah keluarga yang secara
mungkin saja ada beberapa orang yang
umum ada dalam realitas masyarakat kita,
berpendapat
yaitu
masih
maskulin
menganut kultur dan struktur pembagian
Individu
kerja konvensional. Pembagian kerja pada
pekerjaan
perkayuan
masyarakat ini dilakukan berdasarkan jenis
memasak,
dapat
kelamin. Pekerjaan yang dilakukan oleh
pekerjaan
yang
orang
berjenis
maskulin dan sangat lemah lembut bila
kapasitasnya
berada dirumah yang menunjukkan sifat
sebagai laki-laki, diamana secara umum
feminin. Individu yang seperti ini oleh
dikonsepsikan
yang
Bem disebut androginus psikologis, yang
memiliki otot lebih kuat, berani dan
diambil dari istilah Yunani yaitu laki-laki
mampu bekerjasama. Sementara pekerjaan
(andro) dan perempuan (gyne). Jadi disini
seorang yang berjenis kelamin biologis
ada
perempuan juga di sesuaikan dengan
maskulin danfeminin yang kuat.
B.
institusi
yang
kelamin
keluarga
secara
laki-laki,
yang
biologis
sesuai
sebagai
orang
2003:
396).
dirinya
memiliki
maupun seperti
Pandangan
ini
ciri-ciri
ciri-ciri
feminin.
akan
menyukai
maupun
sangat
masak-
tegas
dalam
menunjukkan
sifat
pengkombinasian
antara
ciri-ciri
konsepsinya sebagai makhluk yang lemah,
Berdasarkan pemikiran di atas, bisa
dengan tingkat risiko lebih rendah , lamban
dipahami bahwa dalam keluarga konven-
dan lain-lain.Hal tersebut senada dengan
sional pembagian kerja sangat dikhotomis,
hasil penelitian George Peter Murdock,
yaitu suami berperan di wilayah publik dan
dimana pada masyarakat tradisional laki-
istri
laki konsisten dengan pekerjaan yang
Artinya, suami adalah pencari nafkah dan
bersifat maskulin, seperti: tukang kayu,
kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah
membuat kapal, tukang batu, mengerjakan
tangga yang bertugas untuk mengurusi
logam menambang dan menyamak kulit.
pekerjaan rumah tangga (mencuci, mema-
Sedangkan perempuan lebih konsisten
sak, membersihkan rumah, mengasuh anak
pada pekerjaan feminim, yaitu: mencari
dan lain-lain). Untuk lebih jelas perbedaan
kayu bakar, meramu dan menyediakan
pembagian peran antara laki-laki dan
minuman
perempuan dalam keluarga konvensional,
dan
makanan,
mencuci,
mengambil air dan memasak (Stephen K.
98 |
berperan
di
wilayah
domestik.
sebagaimana tabel di bawah ini:
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
Tabel 2. Perbedaan Pembagian Peran laki-laki (suami) dan Perempuan (istri) Perbedaan Sifat Kegiatan
Laki-laki (suami)
Perempuan (istri)
Publik-produktif, upah tinggi,
Domestik-reproduktif, upah
membutuhkan skill, melibatkan
rendah bahkan tidak berupah,
teknologi dan aspek kekuasaan
tidak perlu skill, sektor informal
lebih besar, sektor formal Peran Sosial
Pencari nafkah utama, pelindung
Pencari nafkah tambahan,
keluarga, pengambil keputusan,
mendidik dan merawat anak, PKK
organisasi politik
dan arisan
Tabel di atas, bisa dimaknai bahwa, ada
perbedaan
peran
bersifat patriarkhi menjadi penghambat
berdasarkan jenis kelamin (sex) antara
adanya perubahan peran gender (Linda L.
laki-laki
Lindsey,
dan
pembagian
budaya patriarkhi. Kontrol budaya yang
perempuan,
dimana
1990:20).
Budaya
patriarkhi
perempuan melakukan kegiatan domestik-
adalah budaya yang dibangun atas dasar
reproduktif dan jika bekerja maka masuk
struktur dominasi dan sub ordinasi yang
pada pekerjaan informal yang berupah
mengharuskan suatu hirarki dimana laki-
rendah atau bahkan tidak diupah. Peran
laki dan pandangan laki-laki menjadi suatu
sosial yang dimainkan oleh perempuan
norma. Rueda mengatakan bahwa patriarki
juga berbeda dengan laki-laki (suami),
adalah
yaitu melakukan kegiatan sosial seperti
perempuan (2007: 120). Masyarakat yang
arisan, PKK, pengajian. Sedangkan suami
menganut sistem patriarki meletakkan laki-
sebagai pencari nafkah utama, memainkan
laki pada posisi dan kekuasaan yang
peran sosial yang lebih besar, misalnya
dominan dibandingkan perempuan. Laki-
masuk pada organisasi politik. Pekerjaan
laki dianggap memiliki kekuatan lebih
yang dimainkan oleh suami juga berbeda
dibandingkan perempuan dan di semua lini
yaitu bersifat publik-produktif, sehingga
kehidupan
mereka berupah tinggi dan masuk wilayah
perempuan sebagai seorang yang lemah
sektor formal.
dan tidak berdaya. Menurut Masudi seperti
Pola keluarga konvensional sebagaimana di atas, dibangun oleh pondasi
yang
penyebab
masyarakat,
dikutip
masyarakat
penindasan
terhadap
memandang
Faturochman, patriarki
sejak
Membangun Pola Relasi Keluarga Berbasis Kesetaraan dan Keadilan… (Siti Rofiah)
sejarah awal
| 99
membentuk
peradaban
manusia
yang
mengurus
rumah
tangga.
Pekerjaan
menganggap bahwa laki-laki lebih kuat
domestik tersebut dianggap remeh dan
(superior) dibandingkan perempuan baik
menjadi kewajibannya sebagai perempuan.
dalam
kehidupan
keluarga,
Budaya patriarkhi sebagaimana di
masyarakat, maupun bernegara. Kultur
atas, telah menjadi basis dalam membentuk
patriarki
turun-temurun
pola relasi antara laki-laki dan perempuan,
membentuk perbedaan perilaku, status, dan
termasuk pola relasi antara suami isteri
otoritas antara laki-laki dan perempuan di
dalam institusi keluarga. Oleh karena itu,
masyarakat yang kemudian menjadi hirarki
keluarga konvensional yang dibangun
gender (2002: 16). Perbedaan biologis
dengan pondasi patriarkhisme, berimpli-
antara laki-laki dan perempuan dianggap
kasi terhadap ketidakadilan dan ketidak-
sebagai
budaya
setaraan gender, khususnya bagi kaum
memandang
perempuan. Dalam konteks kehidupan
keduanya
rumah tangga, implikasi yang lebih luas
ini
secara
awal
patriarki.
pribadi,
pembentukan
Masyarakat
perbedaan
biologis
merupakan
status
antara
setara.
adalah terjadinya ketimpangan pola relasi
Perempuan yang tidak memiliki otot
antara suami-isteri dalam bentuk, antara
dipercayai
mengapa
lain: (1). Istri harus patuh dan meng-
masyarakat meletakkan perempuan pada
hormati suami; (2). Segala kegiatan istri di
posisi lemah (inferior). Ideologi patriarki
luar rumah harus seijin suami dan; (3). Istri
dikenalkan kepada setiap anggota keluarga,
harus bertanggung jawab terhadap semua
terutama kepada anak. Anak laki-laki
kegiatan domestik (memasak, mencuci,
maupun perempuan belajar dari perilaku
membersihkan rumah, mengasuh anak dan
kedua orang tuanya mengenai bagaimana
lain-lain). Sehingga secara sosial istri
bersikap, karakter, hobi, status, dan nilai-
adalah warga kelas dua, inferior yang
nilai lain yang tepat dalam masyarakat.
berada di bawah dominasi laki-laki dan
Perilaku yang diajarkan kepada anak
tentunya secara ekonomi menjadi tergan-
dibedakan
tung pada laki-laki (suami).
sebagai
antara
yang
tidak
alasan
bagaimana
bersikap
sebagai seorang laki-laki dan perempuan. Ideologi
untuk
rakat patriarkhi proses pembentukan peran
dihilangkan dari masyarakat karena masya-
gender, pada umunya diproduksi ketika
rakat tetap memeliharanya. Stereotip yang
seorang anak dilahirkan. Jika anak lahir
melekat kepada perempuan sebagai pekerja
mempunyai penis maka dikonsepsikan
domestik membuatnya lemah karena dia
sebagai anak laki-laki dan jika mempunyai
tidak mendapatkan uang dari hasil kerjanya
vagina maka dikonsepsikan sebagai anak
100 |
patriarki
sangat
sulit
Sebagai penegasan, dalam masya-
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
perempuan. Pada saat yang bersamaan,
sehingga relasi gender antara keduanya
peran gender dari lingkungan masya-
menjadi tidak setara atau timpang.
rakatnya juga mulai diperoleh. Misalnya,
Sebenarnya
pola
relasi
dalam
anak yang secara biologis lahir sebagai
institusi keluarga yang dikhotomis tersebut
laki-laki, maka oleh orang tua akan
tidak akan menjadi masalah, apabila tidak
diberikan sinyal yang berbau maskulin,
melahirkan ketimpangan relasi gender
mulai dari mainan yang dipilih (pedang,
yang pada akhirnya melahirkan ketidak-
pistol, pesawat, mobil-mobilan dan lain-
adilan gender. Akan tetapi yang terjadi
lain), warna dan gambar baju yang dipakai
dalam realitas adalah sebaliknya, dimana
sampai
peran
tokoh-tokoh
permainan
yang
gender
dalam
realitas
selalu
disosialisasikan juga bernuansa maskulin,
melahirkan ketidakadilan. Hal tersebut
heroik dan kuat. Sebaliknya bagi bayi
terjadi karena kontruksi masyarakat yang
perempuan, akan disuguhi dengan berbagai
bias laki-laki, dimana laki-laki mempunyai
hal yang bernuansa feminin. Misalnya:
peran
boneka,
mainan
dan
dibanding perempuan, sehingga superio-
berbagai
atribut
dengan
ritas dan dominasi ada di tangan suami.
masak-masakan yang
penuh
dan
status
yang
lebih
tinggi
kelembutan dan non-heroik.Tujuan dari
Kinnon
semua itu adalah, agar laki-laki memiliki
kuasa dimana laki-laki mempunyai peran
karakteristik “kejantanan” atau mascu-
yang lebih dominan, status yang lebih
linity, sedangkan perempuan memiliki
tinggi dan kekuasaan lebih besar dari
karakteristik “kewanitaan” atau feminity.
perempuan maka relasi yang ada diantara
Karakter tersebut akhirnya mempersepsi-
keduanya akan menjadi timpang atau
kan perempuan sebagai manusia yang
terjadi ketidakadilan gender (F. Ivan Nye,
lemah, gemulai, lembut dan lain-lain.
1976:16).
Sebaliknya laki-laki dipersepsikan sebagai
gender dalam hal ini, antara lain: margi-
manusia perkasa, tegar, kuat, agresif dan
nalisasi, subordinasi, stereotipe, beban
lain-lain. Laki-laki dianggap lebih cerdas
ganda dan tindak kekerasan terhadap
dan lebih kuat dalam banyak hal daripada
perempuan.
mengemukakan,
bahwa
Bentuk-bentuk
relasi
ketidakadilan
perempuan. Anggapan-anggapan budaya tersebut, dengan sendirinya memberikan
a.
Marginalisasi
peran lebih luas kepada laki-laki dan pada
Marginalisasi menurut Grijnsadalah
saatnya laki-laki memperoleh ststus lebih
proses perubahan hubungan kekuasaan
tinggi dari perempun dalam struktur sosial
antar manusia melalui suatu cara, sehingga salah
satu
kelompok
makin
Membangun Pola Relasi Keluarga Berbasis Kesetaraan dan Keadilan… (Siti Rofiah)
terputus | 101
aksesnya ke sumber-sumber daya seperti:
katut”yang dipandang sebagai label bagi
tanah, air, modal, pekerjaan, pendidikan
kaum perempuan. Dalam kondisi seperti
,politik dan lain- lain (Argyo Demartoto,
ini perempuan tidak dipandang sebagai diri
2007:21). Scoot mendifinisikan bahwa,
sendiri akan tetapi sebagai subordinat atau
marginalisasi adalah proses peminggiran
bagian dari laki-laki, sehingga akses,
kelompok
kelompok
perencanaan dan pengambilan keputusan
masyarakat lainnya yang mengakibatkan
tidaklah penting bagi kaum perempuan.
salah satu kelompok tersisihkan (Sue
Perempuan (istri) tidak memiliki akses,
Birley dan Daniel F. Muyka, 2004: 356) .
kontrol, sumber daya dan manfaat terhadap
Misalnya, dengan hanya mengakui laki-
semua hal yang ada dalam rumah tangga,
laki
karena semuanya sudah ada ditangan
masyarakat
(suami)
sebagai
oleh
”kepala
rumah
tangga” tidak memberi ruang bagi kaum perempuan
untuk
mendapatkan
suami.
akses
kredit, mendapatkan tunjangan keluarga,
c.
Stereotipe.
dan lain-lain.Bentuk-bentuk marginalisasi
Perbedaan dan pembagian gender
perempuan dalam 4 (empat) dimensi antara
juga membentuk pelabelan atau stereotype
lain: pertama, marginalisasi sebagai proses
terhadap kaum perempuan yang berakibat
penyingkiran perempuan dari pekerjaan-
pada penindasan terhadap mereka. Stereo-
pekerjaan produktif yang menghasilkan
tipe adalah pelabelan terhadap kelompok
upah; kedua, marginalisasi sebagai proses
tertentu yang berkonotasi negatif sehingga
pemusatan perempuan pada pinggiran
sering menimbulkan ketidakadilan. Pela-
pasar kerja atau sektor informal; ketiga,
belan yang dikaitkan dengan perbedaan
marginalisasi sebagai proses feminisasi
jenis kelamin tertentu, misalnya perem-
bagi
puan, akan menimbulkan kesan negatif
sektor-sektor
keempat, proses
produktif
marginalisasi menuju
tertentu;
sebagai
ketimpangan
suatu
yang disandangnya. Misalnya, perempuan
ekonomi
adalah manusia yang lemah fisik dan inte-
antara laki-laki dan perempuan.
lektualnya sehingga tidak layak menjadi pemimpin.
b.
Laki-laki
adalah
”pencari
Subordinasi.
nafkah” mengakibatkan apa saja yang
Subordinasi adalah proses menjadi-
dihasilkan oleh kaum perempuan dianggap
kan kaum perempuan sebagai orang nomor
sebagai ”sambilan atau tambahan”. Adanya
dua di belakang laki-laki (subordinat).
stereotipe yang oleh masyarakat dianggap
Kondisi ini dalam keluarga Jawa sering
sebagai ketentuan kodrati atau ketentuan
diistilahkan dengan “Swargo nunut neroko
Tuhan, akhirnya mengakibatkan terkon-
102 |
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
disikannya posisi perempuan dalam posisi
beban ganda dan tetap merupakan pihak
lebih rendah ketimbang laki-laki.
yang paling menghabiskan waktu untuk
Beban ganda (double burden)
melakukan kerja reproduksi yang tidak
Budaya
beranggapan
bernilai pasar. Keadaan tidak seimbangan
bahwa perempuan tidak memiliki hak
ini disebabkan oleh nilai patriarkhi yang
menjadi kepala rumah tangga, sehingga
diadopsi tidak hanya dalam kehidupan
pekerjaan domestik yang dibebankan oleh
rumah tangga, namun juga masyarakat
perempuan seolah-olah identik dengan
bahkan negara (Mardiana EM Pambudy,
dirinya. Pekerjaan yang cukup beragam
2003: 546).
d.
patriarkhi
dengan waktu yang tidak terbatas dan dengan beban yang cukup berat, misalnya:
e.
Kekerasan
memasak, mencuci, membersihkan rumah,
Kekerasan (violence), timbul sebagai
mengasuh anak, membimbing anak-anak
akibat faktor- faktor di atas dan juga
belajar dan segala pekerjaan domestik
adanya anggapan bahwa laki-laki adalah
lainnya, dilakukan bersama-sama dengan
pemegang supremasi dan dominasi terha-
fungsi reproduksi seperti haid, hamil,
dap berbagai sektor kehidupan sehingga
menyusui. Sementara laki-laki dengan
yang terjadi adalah relasi kuasa yang
peran publiknya dianggap tidak pantas
timpang antara laki-laki dan perempuan.
bertanggungjawab
pekerjaan
Meminjam bahasa Catrinne Mac Kinnon
domestik. Apalagi bagi perempuan yang
disebut dengan "Phallocentris, dunia masih
bekerja di sektor publik, beban itu akan
berada di genggaman laki-laki (Enciclo-
semakin
harus
pedia of feminist Theories:.44). Ironisnya,
publik
fenomena ini oleh masyarakat dinggab
sekaligus bertanggungjawab atas pekerjaan
sebagai sesuatu yang wajar jika perempuan
domestik. Artinya, perempuan pekerja
yang menerima perlakuan tersebut.
berat,
menanggung
terhadap
karena
beban
mereka
pekerjaan
(karier) tidak hanya mempunyai beban
Perbedaan
peran
gender
dengan
ganda, double burden akan tetapi triple
segenap manifestasinya sebagaimana dise-
burden bahkan multy burden.Hal tersebut
butkan di atas, menurut hemat penulis
senada
mengakibatkan
dengan
pemikiran
Fernando
tersosialisasinya
citra,
Bartolome, dalam penelitian yang dilaku-
posisi, kodrat, dan penerimaan nasib
kan pada keluarga perempuan karier.
perempuan. Artinya, segenap manifestasi
Bartolome menemukan bahwa, pada rumah
ketidakadilan gender merupakan proses
tangga dimana suami istri sama bekerja
penjinakan (cooptation) yang dilakukan
atau berkarier, justru si istri mempunyai
oleh idiologi patriarkhi yang secara tidak
Membangun Pola Relasi Keluarga Berbasis Kesetaraan dan Keadilan… (Siti Rofiah)
| 103
sadar
telah
mengejawantah
kehidupan
kaum
perempuan
sehingga
perempuan
sendiri
dalam
subordinasi, marginalisasi dan kekerasan
sendiri,
terhadap perempuan maupun laki-laki.
juga
Terwujudnya
kesetaran
dan
keadilan
menganggap bahwa kondisi dan posisi
gender ditandai dengan tidak adanya
yang ada seperti sekarang ini sebagai
diskriminasi antara perempuan dan laki-
sesuatu yang normal dan kodrati.
laki,
dan
dengan
demikian
mereka
memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, Konstruksi pola relasi keluarga
dan
berbasis Keadilan dan Kesetaraan
memperoleh manfaat yang setara dan adil
Gender
dari pembangunan. Memiliki akses dan
Dikhotomi peran gender yang meng-
partisipasi berarti memiliki peluang atau
akibatkan perempuan (istri) terpenjara di
kesempatan untuk menggunakan sumber
ranah domestik, sehingga mengakibatkan
daya dan memiliki wewenang untuk
ketidakadilan gender sebagaimana telah
mengambil keputusan terhadap cara peng-
dipaparkan di atas, membutuhkan kons-
gunaan dan hasil sumber daya tersebut.
truksi baru mengenai pola relasi dalam
Memiliki kontrol berarti memiliki kewe-
keluarga yang tentunya berbasis pada
nangan penuh untuk mengambil keputusan
keadilan dan kesetaraan gender. Keseta-
atas penggunaan dan hasil sumber daya.
raan gender berarti kesamaan kondisi bagi
Sehingga memperoleh manfaat yang sama
laki-laki dan perempuan untuk memper-
dari pembangunan.
B.
kontrol
atas
pembangunan
serta
oleh kesempatan serta hak-haknya sebagai
Berdasarkan pada pengertian di atas,
manusia, agar mampu berperan dan berpar-
maka pola relasi keluarga yang berkeadilan
tisipasi dalam kegiatan politik, hukum,
dan berkesetaraan gender adalah pola relasi
ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
yang memberikan kesamaan antara laki-
pertahanan dan keamanan nasional (han-
laki (suami) dan perempuan (isteri) untuk
kamnas), serta kesamaan dalam menikmati
memperoleh kesempatan serta hak-haknya
hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan
sebagai manusia, agar mampu berperan
gender juga meliputi penghapusan diskri-
dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,
minasi dan ketidakadilan struktural, baik
hukum, ekonomi, sosial budaya, pendi-
terhadap laki-laki maupun perempuan.
dikan dan pertahanan dan keamanan serta
Keadilan gender adalah suatu proses dan
kesamaan dalam menikmati hasil pemba-
perlakuan adil terhadap perempuan dan
ngunan tersebut, sehingga tidak ada lagi
laki-laki. Dengan keadilan gender berarti
diskriminasi dan ketidakadilan struktural,
tidak ada pembakuan peran, beban ganda,
baik terhadap laki-laki (suami) maupun
104 |
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
perempuan (istri) dan juga tidak ada lagi
pembagian peran suami istri berkaitan
pembakuan peran, beban ganda, subor-
kerjasama
dinasi, marginalisasi dan kekerasan terha-
keluarga dengan komponen perilaku mulai
dap perempuan (istri) maupun laki-laki
dari kontribusi ide, perhatian, bantuan
(suami).
moril dan material, nasehat berdasarkan
dalam
menjalankan
fungsi
Secara lebih riil, pola relasi keluarga
pengetahuan yang didapat, sampai dengan
yang berbasis pada kesetaraan dan keadilan
bantuan tenaga dan waktu dan; keempat,
gender
kemitraan gender disini merujuk pada
diilustrasikan
Puspitawati, gender
dengan
istilah
Harien kemitraan
partnership)
(gender
keluarga.
oleh
Menurut
Herien,
konsep
gender
perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab,
kemitraan
kebutuhan, dan status sosial antara lakilaki
dalam
bentukan/konstruksi
bentuk,
menyangkut
dalam
gender dalam institusi keluarga terwujuda berbagai
yaitu
antara
lain:
dan
perempuan
berdasarkan
dari
budaya
pertama, kerjasama secara setara dan ber-
masyarakat; Peran sosial dari gender
keadilan antara suami dan istri serta anak-
adalah bukan kodrati, tetapi berdasarkan
anak baik laki-laki maupun perempuan
kesepakatan
dalam melakukan semua fungsi keluarga
dapat dipertukarkan dan dapat berubah
melalui pembagian pekerjaan dan peran
tergantung kondisi budaya setempat dan
baik peran publik, domestik maupun sosial
waktu/era (Harien Puspitawati, 2012: 5-7).
kemasyarakatan; kedua, kemitraan dalam
masyarakat;
Beranjak
dari
Peran
pemikiran
sosial
Herien
pembagian peran suami dan istri untuk
tersebut, bisa dimaknai bahwa konstruksi
mengerjakan aktivitas kehidupan keluarga
pola relasi keluarga berbasis keadilan dan
menunjukkan adanya transparansi penggu-
kesetaraan gender (KKG) hanya bisa
naan sumberdaya (”tiada dusta diantara
terwujud jika ada kerjasama yang setara
suami dan istri” atau ”tidak ada agenda
dan adil antara suami dan isteri,pembagian
rahasia atau tidak ada udang dibalik batu”),
peran yang setara dan adil antara suami
terbentuknya rasa saling ketergantungan
isteri,
berdasarkan
saling
kemitraan dalam pembagian peran suami
menghormati, akuntabilitas (terukur dan
istri berkaitan kerjasama dalam menjalan-
jelas) dalam penggunaan sumberdaya, dan
kan fungsi keluarga dengan komponen
terselenggaranya kehidupan keluarga yang
perilaku mulai dari kontribusi ide, per-
stabil, harmonis, teratur yang menggam-
hatian, bantuan moril dan material, nasehat
barkan adanya ’good governance’ di
berdasarkan pengetahuan yang didapat,
tingkat keluarga; ketiga, kemitraan dalam
sampai dengan bantuan tenaga dan waktu.
kepercayaan
dan
yang
semuanya
merujuk
Membangun Pola Relasi Keluarga Berbasis Kesetaraan dan Keadilan… (Siti Rofiah)
pada
| 105
Pola relasi gender yang harmonis harus
komponen perilaku mulai dari kontribusi
diilakukan
dan
ide, perhatian, bantuan moril dan material
sumberdaya
dan; keempat, kemitraan gender merujuk
keluarga, sehingga anggota keluarga mem-
pada konsep gender yaitu menyangkut
punyai pembagian peran dalam berbagai
perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab,
aktivitas (domestik, publik, dan kemasya-
kebutuhan, dan status sosial antara laki-
rakatan)
menjembatani
laki dan perempuan.Harmonisasi gender di
permasalahan dan harapan di masa depan
tingkat keluarga sebagai unit terkecil
untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga
dalam
(sosial, ekonomi, psikologi, spiritual) yang
harmonisasi dan keteraturan di tingkat
berkeadilan dan berkesetaran gender.
masyarakat, dan mewujudkan ketahanan
dengan
melaksanakan
merencanakan
manajemen
dalam
rangka
masyarakat,
menjadi
pondasi
bangsa dan negara yang kokoh, adil, dan sejahtera. Melalui kerjasama gender yang
PENUTUP Konstruksi pola relasi keluarga yang
baik dalam keluarga, akan membentuk
berbasis pada kesetaraan dan keadilan
kerjasama gender yang baik di semua
gender, diwujudkan dalam bentuk, antara
aspek kehidupan, seperti aspek ekonomi,
lain: pertama, kerjasama secara setara dan
sosial, budaya, kemasyarakatan di semua
berkeadilan antara suami dan istri serta
tingkatan masyarakat dan negara.
anak-anak baik laki-laki maupun perempuan melalui pembagian pekerjaan dan
DAFTAR PUSTAKA
peran publik, domestik maupun sosial
Argyo Demartoto, Menyibak Sensitivitas
kemasyarakatan; kedua, adanya transpa-
Gender Dalam Keluarga Difable,
ransi
Surakarta, UNS Press 2007.
penggunaan
sumberdaya
(”tiada
dusta diantara suami dan istri” atau ”tidak
F.Ivan Nye, Role Structure and Analysis of
ada agenda rahasia atau tidak ada udang
The Family, California & London:
dibalik batu”), terbentuknya rasa saling
Sage Library of Social research,
ketergantungan berdasarkan kepercayaan
1976
dan saling menghormati, akuntabilitas
Herien Puspitawati, Gender dan Keluarga:
(terukur dan jelas) dalam penggunaan
Konsep dan Realita di Indonesia.
sumberdaya, dan terselenggaranya kehi-
PT IPB Press. Bogor, 2012
dupan keluarga yang stabil, harmonis;
J. Dwi narwoko dan Bagong Suyanto,
ketiga, kemitraan dalam pembagian peran
Sosiologi : Teks Pengantar dan
suami istri berkaitan kerjasama dalam
Terapan, Jakarta: Prenada Media,
menjalankan
2007
106 |
fungsi
keluarga
dengan
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
J. Mc Intyre, The Structure –Fungsional
Mansour Fakih, Analisis Gender dan
Approach to Family Study, New
Transformasi Sosial , Yogyakarta :
York: The Mcmillan Co, 1966.
Pustaka Pelajar, 1999.
John M Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris
Indonesia,
Jakarta:
Gramedia, 1993
New
Books1971
Gender Perspektif Alquran, Jakarta: Paramadina, 1999
Marion JJ Levy, The Revolution in Modern China,
Nazarudin Umar, Argumen Kesetaraan
York:
Octagon
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda : Sudut Pandang Relasi Gender, Bandung: Pustaka Mizan, 1999.
Membangun Pola Relasi Keluarga Berbasis Kesetaraan dan Keadilan… (Siti Rofiah)
| 107