1
RELASI ANTARA AKUNTANSI DAN AGAMA Oleh: Hadri Mulya Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Abstract This paper examines the relationship between accounting and religion by using the Islamic perspective. The discussion focused on the beginning of the accounting when using the study's revelation Rasululloh and business practices advocated by Islam to prove when there are actually accounting. The analysis concludes by analyzing the relationship between accounting and religion. Analysis of the literature suggests that accounting has existed long before Luca Pacioli. Accounting also proved the existence of a business practice that is recommended in Islam, which every business practice is not possible without records or accounting. The relation between accounting and religion in terms of having any significant relationship. The linkage is not in the context of causality, or correlational, but are emulsions where accounting is part of the religion. The analysis shows that the actual accounting is religious orders. Kata Kunci: Akuntansi, Agama. Dialog imajiner Dalam suatu organisasi kemasyarakatan dilingkungan suatu daerah, terdapat banyak anggota yang berlatarbelakang macammacam. Ada yang berprofesi sebagai dokter, guru, arsitek, polisi, akuntan dan lain sebagainya. Sementara anggota remajanya ada yang masih SMP, SMA, dan kuliah di Perguruan Tinggi. Biasanya orang tua yang ada diorganisasi dimanfaatkan oleh yang muda-muda atau remaja tempat mereka bertanya, berkeluh kesah dan curhat apa saja. Organisasi ini terbilang hidup dan interaksi antar warga berjalan dengan hidup dan bersahaja. Dalam suatu ketika, terjadi suatu diskusi dikalangan remaja yakni Atan, pitang, dan tatang tentang hutang piutang dan bagaimana penanganannya secara islam. Berikut diskusi antara mereka.
Pitang: eh…kawan,…enak ya,…si rafles, sekarang bisnis rumah makan padangnya sudah mulai berkembang. Pelanggannya banyak, belum sampe jam 2 siang aja sudah habis, meskipun hanya dengan dorong gerobak setiap hari disudut jalan itu. Tatang: iya…sih…dia orangnya ulet, sabar, ramah, ringan tangan dan punya bakat bisnis yang tinggi….. Atan: yaaaa.., itulah contoh orang yang mau sukses. Padahal, setahuku, dia hanya punya modal nekat doang. Ga punya apa-apa, itupun gerobak kalau ga salah dipinjami oleh pak hendro dari pada nganggur aja dirumahnya. Ya itulah berkah orang ringan tangan…, suka bantu-bantu tetangga, cepat kalau dimintai tolong, …..akhirnya tetangga bermurah hati untuk meminjamkannya. Tatang: emang itu gerobak pinjam tan?.
2
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol 19 No. 2 Desember 2012
Pitang: emang lo tau dari mana tan?, bahwa itu gerobak dipinjami oleh pak hendro?. Atan: si rafles sendiri yang cerita ame gue, dan kalau ga salah, pak firdaus dalam nasehatnya saat acara 17an yang lalu kan pernah bilang bahwa rafles adalah contoh remaja yang perlu ditiru. Emang lo ga denger. Pitang: Ga tau gue, emang gue pikirinnn. Tatang: kalau gerobak aja pinjam!, lalu bagaimana isinya?. Lauk pauknya, sayurnya dan lainnya?, modal dari mana tuh?. Pitang: pinjam juga kaleeee.. Tatang: wah berarti semua pinjam dong……?. Gerobak pinjam, beli lauk pauk pinjam, beli sayuran pinjam, lain-lainnya pinjam, banyak amat!. Ingat ga si rafles tuh…dengan hutanghutangnya?. Atan: ya…ngga…kali. Yang minjamin aja banyak duit,…jadi kaga…mikir… mah…dengan uang seutil gituan. Pitang: ya….tapi yang namanya hutang ..ya hutang….harus dicatat lo. Kalau ga dosa lo…..si rafles. Tatang: hahahaha….., lo ada-ada aja, ko pake dosa segala. Emang lo tuhan ,..ko bisa-bisanye ngomong dosa. Ha..ha…ha…hahahah. dikit-dikit dosa…dikit-dikit dosa…. Kaya kiyai aja lo. Pitang: iya….gua memang bukan kiyai…..ga siapa-siapa…apalagi tuhan. Tapi yang ngomong gituan tuhan loh. Atan: tau dari mana lo…tuhan yang ngomong.
Pitang: ustat dipengajian bilang….bahwa apabila kita melakukan hutang piutang, maka harus dicatat. Tatang: ah…lo. Ngaji..dimane?... boroboro ngaji, …kemasjid aja kaga’ pernah. Solat aja 2 x setahun…idul fitri dan hari raya korban.. ga percaye gue…ame lo…. Atan: kalau gitu…utang lo ame gue tang, ..harus gue catat dong……….? Dan nogomong-ngomong, kalau catat mencatat diperintah agama, lalu urusan catat mencatat bukan sejak si luca pacioli dong. Setahu gue setelah belajar akuntansi, si luca pacioli yang pertama ngenalin catat mencatat atau akuntansinya sekarang!. Pitang: ga…begitu tan….itu mah…ga perlu dicatat. Maksud gue kalau itu urusan bisnis atau muamalat. lah si rafles kan urusannya bisnis…. Tatang: tapi kali si pitang bener tan…. Kalau mau pastinya mending besok sabtu kan libur, kita main ke rumah pak rizal aja untuk menanyakan kepastiannya. Siapa tau pak rizal mau nceramahin kite-kite. Pitang: nah…gitu dong. Lo-lo pade kan ga percaya ama gua. Kita tanye aje ke ahlinye besok pagi…ya..ga…ya…ga….ya…..ga. Setelah keesokan harinya, si atan, pitang dan si tatang berkunjung ke rumah pak rizal. Kebetulan pak Rizal adalah seorang akuntan yang agamis. Pak rizal menyambut mereka dengan hangat dan bertanya. Pak Rizal: apa gerangan ko tumbentumbennya berkunjung ke sini,…anak-anakku ….sambut ramah dan senang hati… pak rizal.
Relasi Antara Akutansi dan Agama (Hadri Mulya)
Selanjutnya atan menjelaskan hasil diskusi mereka kemaren, sehingga muncullah perdebatan yang kamikami belum jelas jawabannya. Pak Rizal: muda…?
soal
apa
itu…anak
Pitang: begini pak. Kami kemaren berdebat soal catat mencatat hutangpiutang. Lalu saya bilang…harus dicatat. Kalau ga dosa. Namun saya bilang….kalau itu soal bisnis. Emang sebenarnya gimana sih pak,…aturan antara catat mencatat dalam agama?, kapan sih sebenarnya awal mula catat mencatat?. Atan bilang luca pasioli. Pak Rizal: oh begitu…. Okelah kalau gitu saya jelaskan sedikit tentang soal catat-mencatat dalam agama. Itu memang ada kaitanya dengan agama. Atau lebih tegasnya kaitan antara agama dengan akuntansi (catatmencatat). Apakah kalian sudah siap untuk mendengarnya???. Tanya pak rizal. Tatang, pitang dan atan: sangat siiiaaapppp pak! Pak Rizal: okelah kalau begitu, begini penjelasnnya. PENDAHULUAN Diskusi tentang relasi antara akuntansi dan agama mensyaratkan ketidaksetujuan kita untuk membatasi pengertian akuntansi pada pengertian akuntansi yang selama ini ada, seperti didefinisikan oleh Accounting terminology (1953), APB (1970) atau oleh American Accounting association (1966). Akuntansi harus dilihat dari perspektif yang lebih luas atau dalam kerangka postmodernisme seperti yang ditulis oleh john Campbell (2003) tentang teori organisasi,
3
macintosh et all (2000) yang menguraikan konsep “simulacra” dan hiperreality akuntansi dari Baudrillard, Jacobs dan walker (1989) tentang penggunaan akuntansi pada komunitas gereja IONA, dan Ahrens Thomas & Christopher Chapman (2004) yang membandingkan antara akuntansi fungsionalist dengan akuntansi interpretif. Dalam kontek inilah saya, menggunakan perspektif saya secara bebas dalam mendefinisikan akuntansi. Akuntansi adalah instrumen yang digunakan untuk menghasilkan sebuah pertanggungjawaban sebagai akibat adanya interaksi manusia dengan lingkungannya, dan bukan hanya interaksi ekonomi saja. Sebagai sebuah instrument, maka akuntansi bukanlah sesuatu yang kaku, bukan juga sesuatu yang elite untuk disentuh dan bukan juga sebagai sesuatu yang tabu untuk dikembangkan. Akuntansi sebagai sebuah instrument juga bukan sebagai alat soft imperealisme akuntansi barat terhadap Negara berkembang seperti yang ditulis oleh Rob Gray dan Jan bebington (1998). Akuntansi sebagai suatu bentuk pelaporan, juga bukan harus berbentuk seperti apa yang kita kenal selama ini. Bentuknya bisa dibuat dalam berbagai kreasi pemikiran bebas, karena dia hanyalah sebagai sebuah alat. Sebagai sebuah produk pemikiran, maka sesungguhnya akuntansi tidak bisa membatasi pikiran bebas setiap orang, dan sebaliknya orang apakah itu individu, kelompok, organisasi lokal, nasional maupun internasiona juga tidak bisa membatasi perspektif pemikiran akuntansi dalam suatu format yang harus diikuti oleh semua pemakai.
4
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol 19 No. 2 Desember 2012
Akuntansi sesungguhnya dapat dilihat dengan berbagai multiparadigma. Sebagai pemikiran yang bertolak belakang dengan perspektif mainstream. Perspektif postmodernisme akuntansi menawarkan pemikiran totalitas (sosial, ekonomi, politik, ideology) dan kemajuan dibidang penelitian dan praktek akuntansi sebagai reaksi terhadap kebutuhan informasi yang bermanfaat (sukoharsono,2007). Beberapa pemikiran lainnya juga ditulis oleh sukoharsono (1993) dari perspektif power and knowledge, dan juga tentang terjadinya metamorfosis akuntansi sosial dan lingkungan (2011). “Saat ini, untuk menciptakan eksklusivisme akuntansi sebagai sebuah pertanggung jawaban keuangan, diikat dalam sebuah standar akuntansi keuangan. Bahasa pembenarannya adalah agar akuntansi keuangan sebagai media komunikasi dapat berfungsi dengan baik. Pembuat laporan keuangan mengacu pada SAK dan pembaca laporan keuangan membaca dengan pemahaman yang mengacu pada SAK, sehingga laporan keuangan sebagai media komunikasi pertanggung jawaban keuangan dapat berfungsi efektif. Hal inilah yang menyebabkan akuntansi terkooptasi hanya sebagai alat bagi kepentingan para pemodal. Akuntansi digunakan oleh para capitalist sebagai sarana untuk memenuhi nafsu eksploitasi atas semua sumber daya yang ada, melalui standarisasi akuntansi keuangan”. Esensi akuntansi sebagai alat untuk menghasilkan sebuah laporan pertanggungjawaban, tentu tidak hanya sebatas hubungan antara agen dan prinsipel (ekonomi) saja. Jauh dari itu, akuntansi juga sebagai alat
untuk pertanggungjawaban antara pemodal dengan elemen sosialnya, lingkungannya, dan yang terpenting dengan “penciptanya”. Sebagai dukungan pembenaran dari statemen ini, selama ini telah banyak muncul berbagai pemikiran atau multiparadigma terkait dengan pemikiran akuntansi. Beberapa pemikiran tersebut ditulis oleh; lehman Glenn (2004), Baker C. Richard, (2004), Paul Montagna (1997), dan lainnya. Atan: emang kapan sih sebenarnya akuntansi itu ada pak?. Pak Rizal: meneruskan penjelasnnya. Begini..anak muda. KAPAN SESUNGGUHNYA AKUNTANSI ADA ? Selama ini, para ahli bidang akuntansi sangat mengenal Luca Pacioli sebagai bapak akuntansi yang terkenal dengan bukunya “Summa de arithmetica, geometria, proportioni et proportionalita”. Dibeberapa literature akuntansi keuangan dan teori akuntansi menyatakan bahwa Luca Pacioli adalah orang pertama yang menemukan akuntansi. Beberapa literature tersebut seperti ditulis dalam buku Gaffikin Michael (2008, hal. 27), Deegan Craig (2004, 31), Mulya Hadri (2008, ha.2), dan juga ditulis dibeberapa artikel diantaranya oleh Sukoharsono (2011). Para kalangan pakar akuntansi, semua setuju bahwa Luca Paciolilah orang pertama yang menemukan cikal bakal akuntansi seperti yang ada saat ini. Apabila kita mengkajinya dari sisi bentuk otentik data yang ada, memang tidak salah untuk menetapkan bahwa Luca Pacioli berjasa dalam membuka wacana awal dari sebuah adanya pencatatan atas
Relasi Antara Akutansi dan Agama (Hadri Mulya)
transaksi perdagangan yang terjadi pada saat itu. Namun apabila kita mengkajinya dari sisi yang jauh lebih fundamen, maka kita perlu mempertanyakannya kembali apakah benar seorang Luca Pacioli adalah penemu cikal bakal akuntansi yang kita kenal sekarang?. Apakah tidak ada transaksi sebelumnya didunia ini yang mendahului adanya aktifitas pencatatan transaksi bisnis sebelum 1494?. Apakah kita dapat percaya bahwa transaksi bisnis sebelumnya tidak semaju transaksi bisnis di era tahun 1494an di zaman Luca Pacioli melakukan transaksi bisnisnya?. Jawabanya adalah apabila kita berpegang pada data otentik yang didapat, maka kita setuju dengan penemuan bahwa Luca Pacioli adalah orang pertama yang menemukan akuntansi sehingga dijuluki Bapak Akuntansi. Namun jika kita mendasarinya pada wahyu Illahi, maka kita perlu merenung panjang bahwa sebenarnya bukanlah Luca Pacioli orang pertama yang memperkenalkan pencatatan bisnis. Dalam Alqur’an Surat albaqaroh “awal” ayat 282 artinya; “Hai orang-orang yang beriman apabila kamu bermuamalah(berjual beli, berhutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar………...” Pada bagian lanjutan “tengah” ayat 282 disebutkan “………., dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya ……..” Apabila kita merifer ayat alqur’an diatas, maka sebenarnya perintah
5
untuk melakukan pencatatan akuntansi sudah ada pada zaman Rasulullah menerima wahyu dari Illahi dan bahkan pada zaman nabinabi sebelumnya karena islam adalah agama penyempurnaan. Wahyu yang diterima Rasul tentu saja memiliki jedah waktu untuk disusun dalam sebuah kitab alqur’an bagi para pengikut berikutnya. Ini artinya bahwa memang wahyu berupa perintah untuk mencatat kegiatan muamalah tidak serta merta dapat langsung dilaksanakan oleh para sahabat dan para pengikutnya. Tetapi apabila kita melihat masa pada saat disusunya alqur’an oleh pemerintahan usman bin affan, maka sudah pasti perintah catat mencatat kegiatan muamalah mulai ada dilaksanakan. Kita dapat menyakini bahwa sistim muamalah juga telah ada pada zaman pemerintahan ustman bin affan dan setelahnya. Apalagi kita ketahui bersama bahwa penyebaran agama salah satunya dilakukan oleh para pedagang Gujarat yang berasal dari timur tangah. Maka sebenarnya proses catat mencatat telah ada pada zaman-zaman sebelumnya, terutama oleh para pedagang islam Gujarat, karena sesuai dengan perintah agama. Namun demikian, memang kita punya kelemahan apabila bicara data tertulis pada zaman tersebut. Kita tidak punya data otentik dari transaksi yang pernah dilakukan oleh zaman-zaman sebelum Luca Pacioli. Terlepas dari itu semua, berikut ini disampaikan beberapa catatan kehidupan Rasulullah yang terkait dengan transaksi bisnis yang dilakukannya, untuk dijadikan sebagai dasar bahwa pencatatan sangat mungkin sudah ada.
6
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol 19 No. 2 Desember 2012
Atan: Maaf pak Rizal, kalau gitu apa Bukti adanya Akuntansi?. Bisnis dan kewirausahaan Bukti adanya Akuntansi Penjelasan berikut ini, dikutip dari buku ensiklopedia; leadership & manajemen Muhammad SAW “the super leader super manager” yang ditulis oleh Muhammad syafii Antonio dan tim tazkia(2010). Pada bagian ini diungkapkan beberapa hal yang menyangkut dengan bagaimana melakukan bisnis dan kewirausaahnya yang baik. Salah satu bagian terpenting untuk kita jadikan sebagai acuan bahwa proses pencatatan bisnis diyakini memang telah ada. Seperti halnya para pengusaha lain, nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam melakukan transaksi sebagaimana lazimnya, baik penjualan, pembelian, sewa menyewa, gadai, maupun kerjasama bagi hasil, terutama dalam bentuk mudarabah. Sebagian besar transaksi tersebut pernah dilakukan oleh rasululloh, atau paling tidak beliau pernah mengarahkan umatnya untuk berbisnis sesuai aturan dan pedoman bisnis yang dianjurkan. Diantara Berbagai bentuk transaksi bisnis yang diperbolehkan oleh islam sebagai berikut; 1. Mudarabah. Mudarabah merupakan suatu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam suatu perkongsian atau proyek, dimana pihak pertama memberikan dana (sahibul mal) dan pihak kedua berfungsi sebagai pengelola usaha (mudarib) dengan perjanjian keuntungan akan dibagi sesuai dengan nisbah (rasio) yang disepakati bersama dan kerugian akan ditanggung penyandang
dana selama kerugian itu terjadi akibat resiko bisnis biasa. 2. Musyarakah. Musyarakah adalah kerjasama antar dua pihak atau lebih, untuk suatu usaha tertentu yang tiap-tiap pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 3. Murabaha. Murabaha merupakan akad jual beri barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Jadi hakekat murabaha adalah menjual barang dengan harga dasar (harga beli) yang diketahui oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli) dengan keuntungan yang juga diketahui keduanya 4. Ijarah. Ijarah adalah transaksi sewa menyewa 5. Rahn. Rahn berarti gadai yaitu menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. 6. Muzayadah. Muzayadah merupakan transaksi jual beli dengan cara lelang 7. Qard. Qard merupakan pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali, tanpa mengharapkan imbalan Qard bukanlah transaksi komersial. Ketujuh transaksi yang dianjurkan dalam islam diatas, telah cukup menjadi bukti kepada kita bahwa akuntansi sebenarnya sudah ada pada zaman sebelum Luca Pacioli. Ketujuh transaksi diatas, tidak mungkin dilakukan tanpa catatan atau akuntansi. Perdefinisi dari transaksi diatas memberikan suatu isyarat secara explicit bahwa
Relasi Antara Akutansi dan Agama (Hadri Mulya)
transaksi diatas menghendaki adanya catatan transaksi. Atan, Pitang dan Tatang: wah kalau gitu, bagaimana sih pak hubungan antara akuntansi dan agama?. Pak Rizal: ok…saya teruskan penjelsannya. Relasi Antara Akuntansi dan Agama Relasi antara akuntansi dan agama dilihat dari sisi manapun memiliki hubungan yang sangat signifikan. Keterkaitan tersebut bukanlah dalam kontek kausalitas, atau korelasional, melainkan secara emulsi dimana akuntansi adalah bagian dari agama. Uraian-uraian yang dijelaskan diatas, menggambarkan bahwa sesungguhnya akuntansi adalah perintah agama. Hal ini dapat dilihat dari bunyi surat albaqarah ayat 282 yang dijelaskan diatas. Kalau akuntansi adalah bagian dari perintah agama, maka akuntansi harus dapat berfungsi bagi kemaslahatan alam, bukan sebagai kemaslahatan dibidang ekonomi saja, apalagi hanya sebagai alat para pemodal. Akuntansi harus dikaji dengan konteks yang luas dan harus dijalankan bagi kemaslahatan alam. Hal ini juga didukung oleh para penulis akuntansi dengan perspektif agama seperti oleh Triyuwono (2004), Askary Saeed & Beverley Jackling (2004) dan lainnya. Merifer pada pernyataan bahwa sesungguhnya akuntansi adalah perintah agama, maka akuntansi dengan segala paradigmanya wajib untuk dilaksanakan dengan baik. Akuntansi yang dijalankan hanya untuk kepentingan pihak tertentu saja, akan menerima konsekwensi dari sang pencipta. Akuntansi sebagai bagian
7
dari perintah agama menghendaki keteladanan yang tinggi dalam hal; Kejujuran, integritas, dan sikap baik. Atan: wah…mantep banget penjelasannya Pak.sebenarnya kami ingin agak lama berdiskusi, tapi tampaknya kami harus segera ke masjid,…karena ada pertemuan remaja masjid. Tatang: benar pak…kami ada kegiatan gotong royong Pitang: iya pak…betul sekali. Jadi kami mohon pamit dulu pak. Semoga lain waktu kami ingin pencerahan lagi pak. Bolehka pak? Pak rizal: okelah kalau begitu. Namun supaya apa yang saya jelaskan tadi ada manfaatnya dan melekat pada pikiran kalian,…ada baiknya kalian dengar dulu kesimpulannya…sebelum pergi ke masjid. Setuju ga?. Atan, Pitang dan Tatang: setujuuuuuuuu. Pak Rizal: baiklah begini kesimpulannya. Kesimpulan Diskusi tentang relasi antara akuntansi dan agama mensyaratkan ketidaksetujuan kita untuk membatasi pengertian akuntansi pada pengertian akuntansi yang selama ini ada. Akuntansi harus dilihat dari perspektif yang lebih luas atau dalam kerangka postmodernisme. Esensi akuntansi sebagai alat untuk menghasilkan sebuah laporan pertanggungjawaban, tentu tidak hanya sebatas hubungan antara agen dan prinsipel (ekonomi) saja. Jauh dari itu, akuntansi juga sebagai alat untuk pertanggungjawaban antara pemodal dengan elemen sosialnya,
8
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol 19 No. 2 Desember 2012
lingkungannya, dan yang terpenting dengan “penciptanya”. Perintah untuk melakukan pencatatan akuntansi sudah ada pada zaman Rasulullah menerima wahyu dari Illahi dan bahkan pada zaman nabi-nabi sebelumnya karena islam adalah agama penyempurnaan. Terdapat tujuh transaksi yang dianjurkan dalam islam sebagai bukti bahwa akuntansi sebenarnya sudah ada pada zaman sebelum Luca Pacioli. Ketujuh transaksi tersebut tidak mungkin dilakukan tanpa catatan atau akuntansi. Perdefinisi dari ketujuh transaksi tersebut memberikan suatu isyarat secara explicit bahwa transaksi tersebut menghendaki adanya catatan transaksi. Relasi antara akuntansi dan agama dilihat dari sisi manapun
memiliki hubungan yang sangat signifikan. Keterkaitan tersebut bukanlah dalam kontek kausalitas, atau korelasional, melainkan secara emulsi dimana akuntansi adalah bagian dari agama. Uraian-uraian yang dijelaskan diatas, menggambarkan bahwa sesungguhnya akuntansi adalah perintah agama. Setelah itu, ketiga anak mua tadi berlalu meninggalkan rumah pak rizal,,,sambil mengucapkan. Wassallammu’alaikum pak rizal. Pak rizal: wa’alaiku salammm wr, wb.
DAFTAR PUSTAKA Accounting Terminolgy Bulletin No.1,1953,Review and resume, paragraf Institute of Certified Publik accountants, New York.
9,American
Accounting,the Faculty of Economics and Business,University of Brawijaya, Friday,28 October 2011. Ahrens Thomas & Christopher Chapman (2004),“Management Accounting As Process And Practice”, Presentation At The Fourth Asia Pacific Interdisciplinary Research In Accounting Conference,4 To 6 July, Singapore American Accounting association, 1966, statement of basic theory,Evanstone,AAA.
accounting
Antonio, Muhammad Syafii, 2010, “bisnis dan kewirausahaan; busniness entrepreneurship”, Tazkia Publishing,Jakarta.
&
APB statement No 4, 1970, Basic concepts and accounting principles underlying financial statements of business enterprises, paragraph 4, American Institute Of Certificate Public accountant. Askary Saeed & Beverley Jackling (2004), “A Theoretical Framework Of Analysis Of Accounting Propensity In Different Religions”, Presentation At The Fourth Asia
Relasi Antara Akutansi dan Agama (Hadri Mulya)
9
Pacific Interdisciplinary Research In Accounting Conference Singapore
4
To
6
July,
Baker C. Richard, (2004),“Accounting In The Bosom Of Abraham: A Genealogical Investigation Of Wealth University Of Massachusetts Dartmouth,Presentation At TheFourth Asia Pacific Interdisciplinary Research In Accounting Conference, 4 To 6 July , Singapore Deegan Craig, 2004, “Financial Accounting Theory”, The McGrawInc, London
Hill
Companies,
Gray Rob And Jan Bebbington, 1998, “ Accounting And The Soul Of Sustainability: Hyperreality, Transnational Corporations AndThe United Nations”, Draft 3a: April 1998. Gaffikin Michael, 2008, “Accounting theory; research, practice”,Pearson, prenctice Hall, Malaysia.
regulation
and
accounting
Jacobs Kerry & Stephen Walker (1989), “Accounting And Accountability In The Iona Community”, The authors acknowledge the contribution of the staff and members of the Iona Community. This project was supported by the Moray Endowment Fund. John Campbell, 2003, “Theory after The Postmodern condition”, 10,3, ABI/INFORM Global.
organization, aug,
Lehman glenn, 2004,” Accounting, accountability and religion: Charles taylor’s catholic modernity and the malaise of a disenchanted world, Fourth asia pacific interdiciplanary research in accounting conference, Singapore Macintosh et all, 2000,“Accounting as simulacrum and hyperreality: perspectives on income and capital”, Accounting, Organizations and Society,25 (2000) 13±50. Montagna P Aul, 1997,“Modernism Vs Postmodernism Accounting”, Critical Perspectives On Accounting,8, 125 –
In Management 145
Moerman Lee C. (2004), “People As Prophets: Liberation Theology As A Radical Perspective On Accounting”, Presentation At The Fourth Asia Pacific Interdisciplinary Research In Accounting Conference, 4 To 6 July, Singapore. Mulya Hadri, 2008, “Memahami Akuntansi Dasar; Pendekatan Siklus Akuntansi, Mitra Wacana Media, Jakarta.
10
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol 19 No. 2 Desember 2012
Sukoharsono Eko Ganis,2010,“Metamorfosis Akuntansi Sosial Dan Lingkungan: Mengkonstruksi Akuntansi Sustanabilitas Berdimensi Spiritualitas”, Pidato Pengukuhan Guru Besar, Senin 13 Desember 2010,Universitas Brawijaya. Sukoharsono E. G. & M. J. Gaffikin, 1993,“Power and Knowledge in Accounting: Some Analysis and Thoughts on Social, Political, and Economic Forces in Accounting and Profession in Indonesia (1800-1950s)”, Faculty of Commerce - Accounting & Finance Working Papers Sukorharsono, eko Ganis, 2007,“A crisis or critical development in accounting thought?”, The international journal of accounting and business society, Vol. 16. No. 2, December. -------------, 2011, “Luca Pacioli’s Inspiration to Response “Lho, Mana Akuntansinya (Where is Its Accounting)?”: An Imaginary Spiritual Dialogue”, The paper is prepared and presented at the Epistemology Debate: Lho, Mana Akuntansinya? At the Postgraduate Program, the Department of Triyuwono Iwan, 2004,”Trust (Amanah), The Divine Symbol: Interpretations In The Context Of Islamic Banking And Accounting Practices”, Fourth Asia Pacific Interdisciplinary Research in Accounting Conference, 4 to 6 July, Singapore