1
Jurnal Sistem Informasi, Vol 1 September 2012
Rancangan Bangun Infrastruktur Teknologi Informasi dan Prototipe E-Voting Untuk Pilkada Di Pekanbaru 1
2
Raya Nauli Harahap , Satria Perdana Arifin , Dadang Syarif SS
3
Politeknik Caltex Riau Jl. Umban Sari No. 1 Rumbai - Pekanbaru, 0761 - 53939 1 2 3 e-mail:
[email protected] ,
[email protected] ,
[email protected]
Abstrak Proses pemilu yang dilakukan saat ini masih banyak ditemukan permasalahan seperti terjadinya pemilih ganda, penggunaan kertas dalam jumlah besar dan masih banyak lagi permasalahan lain. Salah satu solusi untuk menangani masalah-masalah tersebut adalah dengan menggunakan TI (Teknologi Informasi). Dan diperlukan suatu metodologi yang lengkap serta mudah digunakan dalam membangun TI tersebut yaitu dengan menggunakan metode framework TOGAF. TOGAF (The Open Group Architecture Framework) adalah metodologi yang lengkap, serta dapat membantu pembuatan kerangka kerja arsitektur Infrastruktur TI lebih terstruktur. Salah satu contoh penggunaan TI yang dapat digunakan dalam proses pemilu adalah sistem e-Voting. E-Voting adalah sistem voting yang dibangun dengan penggunaan Informasi Komunikasi (Information Communication Technology - ICT). Dengan adanya solusi pembuatan framework TOGAF dapat memberi solusi terhadap masalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan kuisioner kepada anggota KPUD Pekanbarudan masyarakat diperoleh hasil sebanyak 59% responden menyatakan bahwa fungsi-fungsi yang bekerja dalam sistem bekerja dengan baik seperti penghitungan suara yang akurat. Kata kunci: Infratruktur TI, TOGAF, e-Voting Abstract The electoral process is conducted at this time there are still many problems such as double voters vote, the use of paper in large numbers and many other issues. To make the election process using IT(Information Technology). And required a complete and easy methodology used in building the IT that is by using the TOGAF framework. Method of TOGAF framework (The Open Group Architecture Framework) is a complete methodology and can help making IT infrastructure architecture framework. One example of the use of IT which can be used in the electoral process is e-Voting system. E-Voting is a voting system that was built with the use of ICT (Information Communication Technology). Therefore the manufacturing solutions framework by using the method of TOGAF framework can provide solutions to the problems such as those described earlier. According to the questionnaire member of the KPUD Pekanbaru retrieved results as much as 59% of respondents said the function of the system work well and such as an accurate vote count. Keywords: IT infrastructure, TOGAF, e-Voting
1. Pendahuluan Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu contoh kegiatan demokrasi yang bertujuan untuk memilih pemimpin disuatu wilayah. Kegiatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di beberapa daerah di Indonesia khususnya di Pekanbaru sampai saat ini masih
2
dilakukan secara manual. Hal ini membuat kegiatan pelaksanaan pemilu memakan waktu yang lama, penghitungan suara yang kurang akurat. Oleh karena itu pelaksanaan pilkada perlu ditingkatkan kualitasnya dengan mengedepankan peran Teknologi Informasi didalamnya. Salah satu penerapan peran Teknologi Informasi yaitu proses pengiriman data pemilu dari KPU daerah ke KPU pusat menjadi lebih cepat, mempercepat proses penghitungan suara, selain itu efisiensi biaya penyelenggaraan pilkada seperti penyediaan surat suara. Dengan adanya bantuan Teknologi Informasi proses pilkada khususnya di Kota Pekanbaru lebih transparan, akurat, dan cepat. Untuk memaksimalkan peran Teknologi Informasi diperlukan sebuah framework yaitu framework TOGAF untuk merancang kapabilitas Teknologi Informasi dalam bentuk sebuah Infrastruktur Teknologi Informasi. Infrastruktur Teknologi Informasi dibangun sesuai dengan kebutuhan Teknologi Informasi yang dibutuhkan oleh daerah yang akan melakukan Pilkada. 2. Metode Penelitian 2.1 TOGAF TOGAF yaitu metode yang rinci dan sejumlah sumber daya yang mendukung untuk membangun suatu arsitektur teknologi informasi perusahaan [4]. Salah satu struktur dan komponen dari TOGAF yaitu Architecture Development Method (ADM). Architecture Development Method (ADM) adalah metode yang digunakan sebagai panduan atau alat untuk merencanakan, merancang, mengembangkan dan mengimplementasikan arsitektur sistem informasi untuk organisasi [6]. Tahapan dari ADM TOGAF secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Architecture Vision Menciptakan serta merumuskan keseragaman pandangan mengenai pentingnya arsitektur enterprise untuk mencapai tujuan organisasi dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk mendapatkan arsitektur yang ideal.. 2. Business Architecture Inputan dari fase ini berasal dari ouput fase Architecture Vision, sedangkan outputnya adalah revisi terbaru dari hasil output fase Architecture Vision ditambah dengan arsitektur bisnis eksisting dan target pengembangannya secara detil serta analisis gap, Business Architecture report dan kebutuhan bisnis yang telah diperbaharui. 3. Information System Architecture Pada tahapan ini lebih menekankan pada aktivitas bagaimana arsitektur sistem informasi dikembangkan. Tahapan ini meliputi arsitektur data dan arsitektur aplikasi yang akan digunakan oleh organisasi. 4. Technology Architecture Membangun arsitektur teknologi yang diinginkan, dimulai dari penentuan jenis kandidat teknologi yang diperlukan. 5. Opportunities and Solution Pada tahapan ini lebih menekan pada manfaat yang diperoleh dari arsitektur enterprise yang meliputi arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi. 6. Migration Planning Pada tahapan ini akan dilakukan penilaian dalam menentukan rencana migrasi dari suatu system informasi. 7. Implementation Governance Menyusun rekomendasi untuk pelaksanaan tatakelola implementasi yang sudah dilakukan, meliputi tatakelola organisasi, tatakelola teknologi informasi, dan tatakelola arsitektur. 8. Arcitecture Change Management Menetapkan rencana manajemen arsitektur dari sistem yang baru dengan cara melakukan pengawasan terhadap perkembangan teknologi dan perubahan lingkungan organisasi, baik
3
internal maupun eksternal serta menentukan apakah akan dilakukan siklus pengembangan arsitektur enterprise berikutnya. Struktur dasar dari ADM TOGAF dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1 Struktur dasar dari ADM TOGAF
2.2 E-Voting e-Voting adalah sebuah sistem pengambilan atau pengumpulan suara yang bersifat rahasia dan aman dengan menggunakan teknologi computer, penggunaan teknologi informasi dalam pelaksanaan pemungutan suara atau voting yang mencakup pengertian mulai sistem pendaftaran para pemilih, verifikasi, pemungutan suara dan penghitungan hasil. Atau dengan pengertian lain e-Voting adalah pelaksanaan voting yang tidak lepas dari peran teknologi dan computer [3] 3. Hasil dan Analisa Infrastruktur TI berbicara tentang hardware (servers, clients, storage, network) dan software (OS, DB, Net. Stack, Middleware). Untuk membangun Infrastruktur TI yang sesuai dengan kebutuhan organisasi serta penerapannya selaras dengan apa yang ingin dicapai maka dibutuhkan sebuah metodologi yang lengkap serta mudah digunakan, TOGAF ADM merupakan sekumpulan metode generik yang yang dapat mengakomodasikan berbagai macam framework yang ada, selain itu TOGAF bersifat opensource 3.1 Perancangan Infrastruktur TI Langkah-langkah pada TOGAF ADM sebagai berikut: 1. Vision Architecture Target yang ingin dicapai pada tahap ini adalah terwujudnya visi dari KPUD Kota Pekanbaru yaitu : “Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Jadi untuk mewujudkan visi tersebut terdapat beberapa kesempatan yang bisa dilihat dengan adanya Vision Achitecture seperti pelayanan
4
yang prima dari KPUD Kota Pekanbaru seperti data dapat diakses secara reliable 24 jam dalam 7 hari, kegiatan pemilu yang jurdil dengan data pemilih terintegrasi. 2. Business Architecture Pada proses bisnis (proses pemilu) secara manual ditemukan beberapa kelemahan salah satunya adalah lamanya proses pengecekan identitas pemilih dan penghitungan suara. Rekomendasi untuk mempersingkat proses pengecekan identitas pemilih yaitu dengan pengecekan identitas pemilih yang diurutkan atau dikelompokkan berdasarkan nomor identitas atau nomor RT/RW. Dalam hal penghitungan suara dapat mengurangi peran manusia dalam proses perhitungan suara dengan melibatkan sistem komputerisasi sehingga mengurangi waktu penghitungan suara, menghindari penggandaan jumlah suara. Kesempatan yang bisa dilihat dengan adanya Business Architecture ini seperti pembuatan proses pemilu yang lebih efektif dan efisien. Proses pemilu yang efektif dimana pemilih dapat memilih dimana saja dengan menggunakan perangkat teknologi mobile karena kesibukan yang membuat pemilih tidak dapat mendatangi TPS untuk melakukan pemilihan. Proses pemilu yang efisien tidak membutuhkan banyak biaya dalam menyiapkan sumber daya manusia serta infrastruktur yang mendukung kegiatan pemilu. 3. Information System Architecture Target yang ingin dicapai pada tahap ini adalah bagaimana model aplikasi yang dibangun. Seperti dapat digambarkan dengan menggunakan Use case dibawah ini. Data yang diperlukan merupakan data-data yang support terhadap aplikasi yang akan dibangun seperti data pemilih yang sudah terdaftar di tiap-tiap TPS. Aplikasi dibangun berdasarkan proses bisnis dari pemilu dan juga user-user yang berhubungan dengan aplikasi tersebut seperti panitia di TPS, Kelurahn, Kecamatan, dan KPUD. Kesempatan yang bisa dilihat dari Information System Architecture ini dibangunnya data yang bersifat global dan aplikasi yang mendukung perangkat mobile terkini, kasus double vote dapat dicegah dengan penanganan yang terdapat pada sistem seperti pemilih yang mencoba memilih ganda
lihat hasi l jumlah s uara
superadmin li hat berita acara
mem buat beri ta acara
login admin
m el ihat juml ah voter
cek barcode reader
repot invalid data
pilih calon
repot succs ed
pem ilih
Gambar 2 Perancamganuntuk Use Case Diagram 4. Technology Architecture Target yang ingin dicapai pada tahap ini adalah mengimplementasikan usulan aplikasiaplikasi pada Arsitektur Sistem Informasi diatas sebuah struktur Arsitektur Teknologi seperti yang dijelaskan pada Table 1. Kesempatan yang bisa dilihat dari Technology Architecture adalah dibangunnya sebuah aplikasi dengan teknologi tren terkini, khususnya teknologi untuk aplikasi e-Voting seperti autentifikasi pemilih. Implementasi yang dilakukan dapat dengan jalan, pertama, memberikan personal identification number (PIN) yang unik kepada setiap pemilih terdaftar untuk digunakan mengakses sistem, kedua, dengan menggunakan perangkat teknologi untuk mengecek pemilih berdasarkan bentuk retina pemilih atau menggunakan alat scanner lainnya, memilih dengan menggunakan perangkat touch screen, internet voting. Internet voting memanfaatkan teknologi internet untuk mengirim suara pemilih melalui internet protocol dan menyimpannya dalam server.
5
Pemilih dapat melakukan pemilihan secara online menggunakan internet browser, dimana saja dan kapan saja selama waktu pemungutan suara. Table 1. Struktur Arsitektur Teknologi Teknologi Web client Browser Mozilla Portal web Apache Web Server dan PHP Desktop Client PHP Operating System Windows 7 Database SQL Server Reader Barcode reader Voting Media PC 5. Opportunities and Solution Architecture Target yang ingin dicapai pada tahap ini adalah menemukan permasalahan utama dan solusi-solusi yang dapat digunakan. Beberapa permasalah dalam melakukan proses pemilu dengan menggunakan aplikasi Prototipe e-Voting adalah sebagai berikut: a) Kurangnya pemahaman masyarakat akan kemajuan teknologi. b) Penyediaan sarana dan prasarana pemilu dengan sistem e-Voting. Solusi-solusi dari permasalahan diatas adalah sebagai berikut: a) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara merata b) Melakukan tinjauan langsung ke lapangan sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan proses pemilu dengan menggunakan Prototipe e-Voting 6. Migration Planning Architecture Target yang ingin dicapai dalam tahap ini adalah mengurutkan implementasi proyek berdasarkan prioritas dan daftar yang akan menjadi basis bagi rencana implementasi dan migrasi 7. Implementation Governance Architecture Target yang ingin dicapai dalam tahap ini adalah mengidentifikasi bagaimana Teknologi Informasi dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian tujuan, hasil identifikasi terhadap Teknologi Informasi diimplementasikan dan diintegrasikan dalam proses pemilu dengan menggunakan Prototipe e-Voting lalu semua proses Teknologi Informasi dinilai secara teratur dan berkala bagaimana kualitas dan kesesuainnya dengan kebutuhan. 8. Change Management Architecture Tujuan yang ungin dicapai pada tahap ini adalah melakuakn pengawasan terhadap sistem yang baru terhadap perkembangan teknologi baik secara internal ataupun eksternal serta menentukan apakah akan dilakukan perkembangan terhadap sistem berikutnya. 3.2 Prototipe E-Voting Menggunakan Framework TOGAF Tampilan yang ditampilkan pertama kali pada saat aplikasi dijalankan adalah tampilan login dapat dilihat pada Gambar 8. Status login terdiri dari TPS, Kelurahan, Kecamatan, KPU. Satu TPS memiliki satu admin.
6
Gambar 8. Login SuperAdmin dan Admin Tampilan Data Pemilih di TPS seperti pada Gambar 9, jika login sebagai admin di TPS1, berisi Nomor Pemilih,Nama,JenisKelamin,Alamat,TTL,Status Menikah, Status. Pada halaman ini ditampilkan juga jumlah perolehan suara untuk setiap pasangan calon walikota dan wakil walikota.
Gambar 9. Data Pemilih TPS 1 Salah satu tampilan Berita Acara yang diinput oleh admin di TPS 1 dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Tampilan Berita Acara Untuk Pernyataan Keberatan Saksi Tampilan Data Pemilih untuk admin di Kelurahan dapat dilihat pada Gambar 11. Pada halaman ini ditampilkan juga total jumlah perolehan suara dari seluruh TPS yang ada di Kelurahan tersebut.
7
Gambar 11. Tampilan Data Pemilih di Kelurahan Tampilan Berita Acara untuk admin di Kelurahan dapat dilihat pada Gambar 12. Dipilih menurut jenis lampiran berita acara serta lokasi TPS yang diinginkan.
Gambar 12. Tampilan Berita Acara di Kelurahan
Tampilan Data Pemilih untuk admin di Kecamatan dapat dilihat pada Gambar 13. Dipilih menurut jenis lampiran berita acara serta lokasi TPS dan Kelurahan yang diinginkan.
Gambar 13. Tampilan Data Pemilih di Kecamatan Tampilan Data Pemilih untuk admin di Kecamatan dapat dilihat pada Gambar 14. Dipilih menurut jenis lampiran berita acara serta lokasi TPS dan Kelurahan yang diinginkan.
Gambar 14. Tampilan Berita Acara di Kecamatan
8
Tampilan Data Pemilih untuk superadmin di KPU dapat dilihat pada Gambar 15. Dipilih menurut jenis lampiran berita acara serta lokasi TPS dan Kelurahan, Kecamatan yang diinginkan. Ditampilkan juga perolehan suara total dari keseluruhan kecamatan .
Gambar 15. Data Pemilih di KPU Dari hasil pengujian kuesioner yang dilakukan di KPU Kota Pekanbaru dan beberapa masyarakat yang bertempat tinggal di Pekanbaru didapatkan 84.54% responden berpendapat tentang fungsi-fungsi yang bekerja dalam system Prototipe e-Voting adalah sangat baik. 80.90% responden berpendapat tentang penanganan validasi pemilih dalam system adalah sangat baik. 87.27% responden berpendapat tentang hasil penghitungan suara menggunakan Prototipe eVoting adalah sangat baik. 87.72% responden berpendapat tentang tampilan dalam aplikasi adalah sangat baik. 85.45% responden berpendapat tentang penanganan pemilih yang mencoba memilih ganda atau 2 kali adalah sangat baik. 91.81% responden berpendapat penggunaan aplikasi prototype e-voting dalam membantu pemilukada selanjutnya di Pekanbaru adalah sangat baik.
Gambar 16. Grafik Peninjauan Kuesioner di KPU Kota Pekanbaru 4. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap sistem Prototipe E-Voting Menggunakan Metode Framework TOGAF, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Aplikasi Prototipe e-Voting secara keseluruhan dapat membantu proses pemilukada dalam melakukan penghitungan suara yang lebih akurat, pengecekan data pemilih yang tepat, menghemat waktu dalam proses penghitungan suara.
9
2. Framework TOGAF memberi peran penting dalam proses penyusunan dan implementasi arsitektur informasi dari aplikasi Prototipe E-Voting sehingga lebih terstruktur 3. Berdasarkan hasil kuisioner 91.81% responden berpendapat penggunaan aplikasi Prototipe eVoting dalam membantu Pemilukada selanjutnya sangat baik. 4. Aplikasi Prototipe e-Voting ini belum dapat digunakan untuk memilih apabila pemilih berada diluar TPS. 5. Aplikasi ini baru dapat diimplementasikan untuk pemilu Walikota dan Wakil Walikota di Kelurahan Labuh Baru Barat, Kecamatan Payung Sekaki. 6. Pemilih dapat memilih pada TPS yang telah terdaftar. References Internet: [1] E-KTP WWW. (20 Juni, 2011). Apa dan Mengapa e-KTP. Diambil 30 November 2011 dari http://www.e-ktp.com/2011/06/hello-world/ [2] Gerakan Sarjana Jakarta WWW (t.t). Pemantauan Seluruh Proses Pemilu. Diambil 11 Januari 2012 dari http://gsj.tripod.com/pantau3.htm . Journal: [3] Gunawan, C.I., Susilo, B., dan Efendi, R. (2009). Penerapan E-Voting Berbasis WAP pada Pemilihan Pimpinan Suatu Organisasi. 47-51. [4] Petrus, J. dan Yuwono, B. (2010). Perancangan Infrastruktur SI/TI Untuk Pelaksanaan Pilkada Kota Palembang. 108-113. [5] Setiawan, E.B. (2009). Pemilihan EA Framework. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009). B-114 - B-119. [6] Yunis, R. dan Surendro, K. (2009). Perancangan Model Enterprise Architecture Dengan TOGAF Architecture Development Method. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009). 25-31 Texbooks: [7] Komisi Pemilihan Umum Kota Pekanbaru (2011). Buku Panduan KPPS. Pekanbaru : Komisi Pemilihan Umum. [8] Rini, W.B. (2011). Microsoft Visual Basic 2010 & MySQL. Semarang: WAHANA KOMPUTER. [9] Simarmata, J. (2006). Aplikasi Mobile Commerce menggunakan PHP dan MySQL. Yogyakarta: ANDI OFFSET.