MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEBATH DI KELAS MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEBATH DI KELAS X-B SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 RANDANGAN
RAHIM NUSI NIM. 221 411 164
Pembimbing I
Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd Nip.19601013 198803 1 003
Pembimbing II
Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc Nip. 19780712 200501 2 004
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Metode Pembelajaran Debath Kelas X-B Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Randangan.
Rahim Nusi*Drs. Revoltje O.W.Kaunang**Asmun W.Wantu
Jurnal ABSTRAK
Rahim Nusi : NIM 221 411 164, Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Metode Pembelajaran Debath Kelas X-B Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Randangan. Skripsi 2013 Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, Fakultas ilmu sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Adapun permasalahan dari penelitian tindakan kelas ini, Apakah melalui penerapan metode debath dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas X-B SMA Negeri 1 Randangan? Untuk itu, pemecahan masalah yang dapat ditempuh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Debath dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada kegiatan belajar mengajar. Penelitan tindakan kelas ini mengharapkan dampak yang positif terhadap tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa, disamping dapat memberikan rujukan bagi guru lainnya dalam upaya perbaikan proses pembelajaran. Adapun kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: Dengan penerapan model pembelajaran Debath dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X-B 1 SMA Negeri 1 Randangan Kabupaten Pohuwato “Berhasil”.
Kata kunci: Aktivitas Belajar, metode pembelajaran Debath.
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
Mengingat pentingnya pendidikan dewasa ini, pendidikan harus selalu di upayakan, sumbangan praktis dan teoritis dalam mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal namun demikian masih banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh lembaga pendidikan. Masalah pokok yang dihadapi oleh lembaga pendidikan di Indonesia adalah, masalah yang berhubungan dengan mutu atau kualitas pendidikan yang masih rendah. Rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari capaian daya serap siswa terhadap materi pelajaran, yang barhubungan langsung dengan kompotensi guru dalam memilih dan menerapkan pendekatan pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah melalui adanya perubahan paradigma pembelajaran dan kurikulum yang disusun. Mata pelajaran PKn perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu faktor penting dalam pendidikan adalah Proses Belajar Mengajar, dimana kualitas proses belajar sangat mempengaruhi mutu pendidikan itu sendiri. Kendala yang sering dihadapi adalah sebagian guru belum mengembangkan metode pembelajaran secara maksimal. Dalam proses belajar mengajar ada kecenderungan guru sangat dominan peranannya, sehingga guru berfungsi sebagai sumber belajar dan pemegang otoritas tertinggi dalam proses Belajar Mengajar ketika berada di depan kelas. Guru sebagai pengajar diharapkan tidak mendominasi kegiatan pembelajaran, tetapi membantu menciptakan situasi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitas melalui kegiatan belajar. Menentukan metode atau kegiatan belajar merupakan salah satu langkah penting yang dapat menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Maka dari
itu
dalam pembelajaran hendaknya guru menerapkan variasi metode pembelajaran dan guru menekankan agar peserta didik aktif dalam kegiatan belajar, sehingga guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Sesuai dengan pengalaman mengajar PKn selama ini masih banyak kita dapat temukan guru
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
kurang begitu kreatif menerapkan inovasi pembelajaran kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena pola pikir belajar diartikan sebagai perolehan pengetahuan dan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer knowldge) kepada siswa, Disamping itu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih banyak ditekankan pada hasil akhir, bukan pada proses. Akibat guru terpaksa mengajar dengan sistim konvensional dengan menggunakan metode ceramah satu arah serta cara siswa belajar lebih dominan dengan menghafal yang bersifat sangat instant. Dalam proses pembelajaran di kelas guru masih menggunakan metode ceramah sehingga hanya sebagian siswa yang bisa mengikuti pelajaran dengan baik, sedangkan sebagian siswa hanya diam tanpa rerpon karena mereka merasa jenuh,
bosan,
disini
peneliti
menilai
pembelajaran
seperti
ini
tidak
membangkitkan semangat belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut maka guru harus melakukan perubahan-perubahan dalam mengembangkan profesinya sebagai Inovator dan kreator. sebagai seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas tidak terpaku pada satu metode saja tetapi berani untuk melakukannya dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran dan berinisiatif untuk membuat model pembelajaran. Agar tercipta suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan maka dituntut keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, salah satu metode yang harus digunakan adalah metode pembelajaran debath, namun dalam penerapan metode debath ini ada beberapa masalah yang dihadapi oleh guru yakni
tidak semua siswa berperan aktif
dikarenakan ada beberapa faktor diantaranya kurangnya penguasaan materi, kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat, dan kurangnya waktu sehingga tidak semua siswa untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Permasalahan lain yang muncul adalah proses pembelajaran kurang aktif, seperti guru lebih mendominasi sehingga siswa kurang aktif dan sulit menumbuhkan motivasi mereka dan minat belajar mereka. Hal ini menyebabkan mereka sulit memahami materi yang sedang diajarkan guru di kelas, yang imbasnya pada hasil belajar yang rendah. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran, khususnya pelajaran PKn.
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
Guru sering memberikan pelajaran dengan metode ceramah sehingga siswa tidak berupaya mengembangkan kemampuannya berfikir.
(1)Belajar : suatu proses usaha yang dilakukan oleh setiap individu untuk melakukan suatu perubahan tingkah laku. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan guru. (2)Aktivitas belajar siswa : segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran, aktivitas belajar siswa tidak hanya bisa dilakukan di dalam kelas tapi juga di luar kelas. Aktivitas yang timbul dari siswa ini sangat diperlukan untuk terbentuknya pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat penting karena akan menyebabkan interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Suasana kelas menjadi segar dan kondusif karena siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. (3) Jenis-Jenis aktivitas belajar dibagi dalam 8 kelompok yakni: (1)Kegiatan-kegiatan visual, termasuk di dalamnya membaca, melihat gambar, mengamati eksprimen dan demonstrasi. (2)Kegiatan-kegiatan lisan, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi. (3)Kegiatan-kegiatan mendengarkan, termasuk di dalamnya mendengarkan percakapan, diskusi kelompok, mendengarkan penyajian bahan dan mendengarkan radio. (4)Kegiatan-kegiatan menulis, termasuk di dalamnya menulis cerita dan laporan membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket. (5)Kegiatan-kegiatan menggambar, termasuk di dalamnya membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola. (6)Kegiatan-kegiatan metric, termasuk di dalamnya melakukan percobaan atau eksperimen. (7)Kegiatan-kegiatan mental, termasuk merenung, mengingat, menganalisis dan memecahkan masalah serta
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
membuat keputusan. (8)Kegiatan-kegiatan emosional, termasuk minat dan keberanian. (4) Pendidikan Kewarganegaraan : sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and character building” : Pertama : PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara. Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi. Ketiga : PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan penalaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience). Keempat: kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kendali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
(5) Metode Pembelajaran Debath menurut Ariani dan Soerjasi Indrijati (2011:13) adalah cara penyajian bahan ajar dengan tukar menukar pendapat untuk mencari pemecahan masalah tentang suatu topik tertentu. Untuk implementasinya memproporsikan peran guru sebagai pengatur, pengarah, dan pengontrol jalannya pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut diatas metode pembelajaran Debath cara guru dalam menyampaikan materi ajar yang harus banyak melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar agar kompetensi yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam metode Debath siswa secara bertahap diharapkan untuk berpikir lebih maju dan lebih mandiri. (6) Meningkatkan pemahaman pelajaran PKn melalui motode Debath. Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik
sehingga
siswa
termotivasi
untuk
belajar.
Diperlukan
model
pembelajaran interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses dari pada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan metode Debath yang artinya cara penyajian bahan ajar dengan tukar menukar pendapat untuk mencari pemecahan masalah tentang suatu topik tertentu. Untuk implementasinya memproporsikan peran guru sebagai pengatur, pengarah, dan pengontrol jalannya pembelajaran. (7) Manfaat Penerapan Metode Debate (a)
Mendorong
perenungan
siswa,
terutama
kalau
siswa
diharapkan
mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinannya. (b) Mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. (c) Mendorong siswa untuk berpikir kritis. (8) Kelemahan Metode Debath yaitu: (a). Kegagalan memahami masalah.(b).
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
Kesalah pahaman terhadap makna-makna setiap kata orang lain.(c). Perselisihan antara kelompok yang berdiskusi.(d). Dapat memicu kemarahan siswa.(e). Memerlukan waktu yang lama dalam penerapannya. (9) Kelebihan Metode Debath (a).Menstimulasi diskusi kelas. (b). Melatih siswa dalam memecahkan masalah melalui diskusi. (c). Melatih siswa dalam mengemukakan pendapat. (10) Langkah-langkah Penerapan Metode Debate Variasi (a). Kembangkan sebuah pernyataan kontroversial yang berkaitan dengan materi perkuliahan, misalnya "Tidak ada keharusan mendirikan negara Islam". (b). Bagilah kelas menjadi dua tim, yakni kelompok "pro" dan "kontra". (c). Berikutnya, buatlah dua hingga empat sub kelompok dalam masing¬-masing kelompok debat. Setiap sub kelompok diminta untuk mengembangkan argumen yang mendukung masing-masing posisi atau menyiapkan urutan daftar argumen yang bisa mereka diskusikan dan seleksi. Pada akhir diskusi, setiap subkelompok memilih seorang juru bicara. (d). Siapkan dua hingga empat kursi untuk para juru bicara pada keleompok "pro" dg jumlah kursi yang sama untuk kelompok "kontra”. Siswa lainnya duduk di belakang para juru bicara. Mulailah perdebatan dengan para juru bicara mempresentasikan pandangan mereka. Proses ini disebut argument pembuka. (e). Setelah mendengarkan argumen pembuka, hentikan perdebatan, dan kembali ke subkelompok. Setiap sub kelompok mempersiapkan argumen untuk menyanggah argumen pembuka dari kelompok ¬lawan. Setiap sub kelompok memilih juru bicara yang baru (yang belum pernah bertindak sebagai juru bicara). (f). Lanjutkan kembali perdebatan. Juru bicara yang saling berhadapan diminta untuk memberikan sanggahan argumen. Ketika perdebatan berlangsung, peserta lainnya didorong untuk memberikan catatan yang berisi usulan argumen atau bantahan. Mintalah mereka untuk bersorak atau bertepuk tangan untuk masingmasing argumen dari para wakil kelompok. (g). Pada saat yang tepat akhiri perdebatan. Tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang. Kemudian, buatlah kelas dengan posisi melingkar. Pastikan bahwa kelas terintegrasi. Untuk itu, mereka diminta duduk berdampingan dengan
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
mereka yang berada di kelompok lawan. Diskusikan tentang sesuatu yang dapat dipelajari siswa dari pengalaman perdebatan tersebut. Mintalah siswa untuk mengidentifikasi argumen yang paling baik menurut mereka. Silberman (2008:129) menyatakan bahwa metode Debath dapat dibuat bervariasi yaitu dengan: (a). Tambahkan satu atau lebih kursi-kursi kosong pada tim-tim debat itu. Izinkan para peserta didik menempati kursi-kursi kosong ini kapanpun mereka inginkan untuk ikut perdebatan. (b). Mulailah kegiatan itu segera dengan argumen-argumen pembuka dari perdebatan itu. Lanjutkan dengan sebuah perdebatan konvensional, namun dengan sering memutar para juru debat.
(11) Pendekatan dan penerapan metode pembelajaran Debath pada mata pelajaran PKn Debath adalah metode pembelajaran dengan menggunakan dua kelompok yang bersebrangan pandangan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Metode Pembelajaran Debath adalah strategi pembelajaran yang menggunakan metode diskusi dan dilakukan oleh dua kelompok yang bersebrangan pandangan mengenai permasalahan tertentu. Pembelajaran metode pembelajaran Debath pada mata pelajaran PKn berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide. Dalam pembelajaran metode debath tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
pembelajaran dengan metode Debath dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar efektif dan kreatif, dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas). Dengan penerapan metode pembelajaran Debath ini siswa lebih aktif dan kreatif yang bisa mengkaitkan materi belajar dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat sehingga siswa tidak monoton pada materi yang disajikan oleh guru namun bisa memperluas wawasan melalui kemampuan dalam berdebat dalam proses belajar mengajar.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian pendahuluan bahwa tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Debath pada mata pelajaran PKn di kelas X-B SMA Negeri 1 Randangan. Dengan melihat hasil belajar siswa untuk memperbaiki proses belajar mengajar khususnya pada materi Pemberantasan korupsi dapat ditemukan tindakan pembelajaran yang tepat dan mudah dipahami, hingga mampu meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa. Proses belajar mengajar telah mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, siswa berperan aktif, terlihat bahwa siswa selalu merasa tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Debath yang diberikan peneliti dan selalu antusias untuk mempelajari kembali materi yang telah diberikan. Ukuran
yang
digunakan
untuk
menetapkan
keberhasilan
model
pembelajaran Debath adalah perolehan penilaian proses dan perolehan nilai hasil
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
evaluasi, dalam setiap pembelajaran yang didasarkan pada penilaian hasil belajar siswa menunjukan gambaran tentang pemahaman yang dimiliki oleh siswa mengenai materi upaya pemberantasan korupsi pada pertemuan pertama dan pada pertemuan kedua dengan materi peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi yang telah disampaikan pada kegiatan belajar mengajar. Pengamatan pada observasi awal, dimana data menunjukan bahwa nilai evaluasi siswa pada mata pelajaran PKn berada pada level dibawah target yang ditetapkan peneliti yakni 75% dari 28 siswa di kelas X-B SMA Negeri 1 Randangan dan nilai ketuntasan adalah 75, maka peneliti menargetkan bahwa penelitian ini harus tuntas dalam 1 siklus 2 pertemuan. Data yang diperoleh pada pertemuan pertama ( siklus I ) menunjukan bahwa hasil belajar siswa yang diharapkan belum tercapai. Persentase hasil belajar siswa sebesar 75%, yakni hanya mencapai 64,28% atau 18 dari total 28 orang siswa, artinya pemahaman siswa pada tahap awal lebih kecil dari kriteria keberhasilan yang telah ditentukan pada juknis kurikulum, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya mencapai hasil minimal 70 % keatas. Berdasarkan pengamatan dari hasil evaluasi tersebut maka perlu dilanjutkan pada tahap selanjutnya dengan memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar yang berkenaan dengan : (1) Apersepsi, yakni dengan memperbaiki pengantar tentang materi sistim hokum dan peradilan dengan memberikan contoh masalah yang berkaitan dengan materi tersebut dan sesuaikan dengan lingkungan sekitar sekolah dan lingkungan siswa,sehingga secara jelas bisa dimengerti oleh siswa. (2)Motivasi, yakni memberikan dorongan pada setiap pembelajaran, agar siswa lebih memahami dalam setiap menerima materi yang diajarkan. (3) Teknik pertanyaan, yakni pertanyaan yang disesuaikan dengan pembahasan materi. (4) Adanya interaksi antara guru dan siswa, serta siswa dan siswa yakni berupa pengulangan (pembahasan kembali) materi yang belum dikuasai oleh siswa yang lain, dan menjelaskan kembali tata cara model pembelajaran Debath.
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
(5) Memberikan tugas tambahan dan melakukan evaluasi secara lisan mengenai masalah dalam materi pembelajaran sistim hukum dan peradilan, sehingga peneliti dapat menganalisa pemahaman peserta didik secara individual. Dengan perbaikan dan penyempurnaan tersebut, maka dari hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan ke 2 memperhatikan hasil yang ada, bahwa aspek yang diperbaiki sudah baik, yakni telah mencapai hasil 92,86%, walaupun masih tersisa 2 siswa yang belum menunjukan peningkatan hasil belajar dan belum mancapai target nilai yang diinginkan peneliti. Dalam kegiatan belajar mengajar terjadi peningkatan kegiatan guru, hal ini dapat dilihat dari tabel pengamatan guru mengajar pada siklus I pertemuan pertama, dimana pada kegiatan persiapan, pendahuluan dan kegiatan inti sampai pada kegiatan penutup hasil pencapaian menunjukan kategori Sangat Baik ( SB ) hanya 25%, Baik 37,5%, Cukup Baik 37,5%, dan Kurang Baik 0%. Kemudian pada siklus I pertemuan ke dua dapat dilihat hasil pengamatan guru pada kegiatan persiapan, pendahuluan dan kegiatan inti hasil pencapaian menunjukan kategori Sangat Baik ( SB ) 56,25%, Baik 43,75%, Cukup Baik 0%, dan Kurang Baik 0%. Dari hasil pengamatan KBM tersebut sudah nampak ada peningkatan pada siklus I pertemuan ke dua. Hasil
pengamatan
mengenai
pelaksanaan
pembelajaran
yang
menggunakan model pembelajaan Debath pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui penilaian evaluasi, dimana menjadikan hasil belajar siswa dan daya serap siswa dapat terlihat jelas, yakni : (1) Pada awal kegiatan belajar mengajar peneliti menggunakan model pembelajaran Debath tersebut pada siklus I pertemuan pertama dalam aspek pengamatan kegiatan guru pada kategori Sangat Baik 25%, Baik 37,5% dimana belum mencapai ketuntasan, sedangkan pada pengamatan hasil belajar siswa pada kegiatan/proses belajar kategori penilaian A( 90 – 100 ) hanya 17,9%, B(80 –89) 32,1%, C( 70 –79
) 39,9%, D( <70 ) 10,7% sehingga dapat dilihat belum
mencapai nilai standar ketuntasan. Begitu pula dilihat dari hasil belajar siswa melalui evaluasi yang diadakan diakhir proses belajar, siswa yang tuntas hanya sekitar 64,2% sehingga dapat dilihat belum mencapai nilai standar ketuntasan.
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
(2) Pada awal kegiatan belajar mengajar yakni menggunakan model pembelajaran Debath tersebut pada siklus I pertemuan ke dua yang terlihat secara klasikal siswa telah memahami/menganalisis pada proses belajar mengajar sehingga hasilnya dapat dilihat dalam aspek pengamatan kegiatan guru pada kategori Sangat Baik 56,25%, Baik 43,75%, Cukup Baik 0%, Kurang Baik 0%, dimana sudah mencapai ketuntasan, pada hasil pengamatan proses belajar siswa pada kategori penilaian A ( 90 – 100 ) 35,71%, B ( 80 – 89 ) 50%, C ( 70 –79 ) 14,28%, D ( <70 ) 0%. Dengan demikian dapat dilihat pada siklus ini telah mencapai nilai ketuntasan.
Kesimpulan Dan Saran Berdasarkan uraian yang terdapat pada pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama 1 siklus 2 pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran Debath telah dapat menunjukan adanya Aktivitas yang mencapai peningkatan hasil belajar siswa. (2) Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan selama 1 siklus 2 pertemuan didasarkan pada kelemahan yang terjadi pada siklus 1 pertemuan pertama yakni hasil belajar dan proses pembelajaran yang belum optimal, kelemahan yang terjadi pada proses pembelajaran telah dilaksanakan perbaikan pada siklus 1 pertemuan ke 2 sebagai tindak lanjut, sehinnga pembelajaran meningkat berdasarkan tahapan penelitian. (3) Terlihat jelas adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran Jika guru menggunakan model pembelajaran Debath pada mata pelajaran PKn di kelas X-B SMA Negeri 1 RRandangan. (1) Untuk lebih meningkatkan aktivitas belajar siswa maka guru harus memilih alternatif model pembelajaran Debath sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat siswa termotivasi dalam proses pembelajaran berlangsung. (2)
Dengan
menggunakan
Model
pembelajaran
Debath
dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas X-B.
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
(3) Mengaktifkan siswa melalui kegiatan bertanya dan menciptakan pertanyaan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga guru dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki setiap siswa. (4) Sebagai guru kita harus memperhatikan kemajuan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam memilih metode dan model–model pembelajaran yang bisa membuat para siswa senang dalam proses pembelajaran berlangsung.
Daftar Pustaka
Ariani, Indrijati. 2011. Pendekatan, Strategi Metode Pembelajaran. Malang: PPPPTK PKn dan IPS. Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Artikel, http/www.Artikel.us/art 05-14.html Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: CV IKIP Semarang PRESS. Etin Solihati. 2012. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta. Bumi Aksara. Hamalik oemar. 2007. Metode Belajar & Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito. Muhibbinsyah. 2005. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rofiq Annur, 2011. Penilaian Pembelajaran. Malang: PPPPTK PKn dan IPS. Slameto.
2003.
Belajar
Dan
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhinnya.
Jakarta : Bina Aksara. Sudjana, 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sukardi,2012. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Bumi Aksara.
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.
Suryanto Adi, 2008. Evaluasi Pembelajaran.Jakarta: Universitas Terbuka UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang guru dan Dosen. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.
*Rahim Nusi : NIM 221 411 164 **Drs. Revoltje O.W.Kaunang M.Pd***Asmun W.Wantu S.pd M.Sc. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Prodi Pkn Fakultas Ilu Sosial.