Workshop Report CBTS044/2011-2012-Q4 RECOFTC-YAKOBI
January 2013
Yayasan Komunitas Belajar Indonesia Dr.Sutomo Number 9.Tanjung Redeb, Berau, East Kalimantan Province
[email protected] www.yakobi.org
Climate Change and REDD+Workshop on the Cultural Dayak Gaai Festival
Lesan Dayak Village, 14-16 December 2012
0 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
Table of Contents 1.
Introduction ....................................................................................................................... 2
2.
Objectives........................................................................................................................... 2
3.
Composition Of Participants................................................................................................. 3
4.
Methods adopted from training ....................................................................................... 3
5.
Course Material ................................................................................................................. 3
6.
Course Content .................................................................................................................. 4
7.
Key Output and Findings ................................................................................................... 5
8.
Major Gaps or issues Identified ........................................................................................ 7
9.
Outreach and Communication Startegy ........................................................................... 7
Annexes ..................................................................................................................................... 8
1 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
1. Introduction Peradaban manusia saat ini dihadapkan pada tantangan global kerusakan lingkungan akibat dampak industrialisasi dalam kurun waktu 200 tahun terakhir. Hal ini berakibat pada meningkatnya pelepasan emisi karbon di atmosfer Bumi. Krisis lingkungan ini selanjutnya mengakibatkan perubahan iklim secara global dan memberikan dampak kepada seluruh umat manusia. Berbagai upaya inisiatif global telah dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut. Pada tingkat lokal, Kabupaten Berau merupakan salah satu dari beberapa kabupaten di Indonesia yang telah berupaya dengan mewujudkan sebagai wilayah pengembangan (Demontration Activities) program REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) oleh Kementerian Kehutanan RI pada Januari 2010, melalui inisiasi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Berau dan The Nature Conservancy (TNC).
Krisis lingkungan yang dihadapi saat ini membutuhkan kepedulian bersama dari berbagai unsur masyarakat. Kelompok Masyarakat Gaai adalah komunitas yang telah sejak ratusan tahun lalu menetap dan hidup selaras dengan lingkungan kawasan hutan dan meletakkan nilai-nilai kehidupan sosial, budaya dan hukum adat yang terinspirasi dari keberadaan hutan tempat tinggal mereka. Mereka menyakini bahwa tantan gan terhadap keberadaan hutan secara langsung juga mengamcam eksistensi kebudayaan dan pondasi kehidupan yang telah mereka miliki sebagai warisan leluhur sejak ratusan tahunlalu. Arus moderinisasi disadari telah menggerus nilai-nilai budaya hidup dengan lingkungan hutan, hal ini lambat laun memudarkan kebanggaan terhadap budaya local di kalangan Pemuda hingga orang tua. Nilai - nilai eksotis budaya dan kearifan local pelan – pelan tergeser oleh budaya modern yang tidak bijak terhadap lingkungan.
Nilai - nilai budaya budaya yang kian hari semakin tergerus ini coba direkonstruksi dengan menggali jejak budaya melalui penuturan tetua adat dan orangtua yang masih mewarisi pemahaman budaya setempat. Dengan meningkatkan pengetahuan terkait budaya, kemudian mempelajari dan mengamalkannya, diharapkan secara perlahan dapat memberikan pencerahan dan menumbuhkan kembali kebanggaan akan budaya nenek moyang yang ramah terhadap hutan di kalangan pemuda – pemudi dan masyarakat kampung pada umumnya. Hipotesis yang dibangun adalah dengan menumbuhkan semangat kebanggaan budaya dan kearifan local yang ramah terhadap hutan maka keberadaan hutan akan menjadi bagian tidak terpisah bagi masyarakat sekitar hutan untuk dilestarikan. 2. Objectives
1. Menumbuhkan kesadaran akan perubahan iklim di kalangan pemuda dan masyarakat. 2. Menjembatani proses transfer keilmuan atau wawasan kebudayaan dari tokoh adat kepada kalangan muda yang sebelumnya belum pernah dilakukan. 3. Menghidupkan kembali cerita - cerita, kesenian dan budaya leluhur masyarakat dayak Gaai yang selaras dengan keberadaan Hutan. 4. Terciptanya aktifitas/program berkelanjutan mengenai Pengelolaan Kawasan Lindung Sungai Lesan yang lebih baik sebagai upaya hidup mempertahankan Budaya Masyarakat Dayak Gaai. 2 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
3. Composition Of Participants Pemilihan peserta dilakukan berdasarkan referensi dan rekomendasi KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Nemdoh Nemkay Kampung Lesan Dayak. Melalui serangkaian kegiatan studi pengumpulan informasi awal yang dilakukan sejak September 2012. Kriteria peserta didasarkan pada peserta yang di ketahui masih memegang teguh warisan budaya leluhur dan wawasan kebudayaan yang hidup diwilayah sekitar hutan serta interaksinya dalam masyarakat. • •
•
Peserta merupakan tokoh adat dan tokoh masyarkat kampung, dari 2 kampung yang masih satu rumpun Dayak Gaai. Tokoh adat dan tetua adat ini mempunyai peranan yang sangat penting terhadap penyebaran informasi dan juga transfer keilmuan nilai – nilai kebudayaan lokal terutama masyarakat, kepala Pemerintahan Kampung dan juga kalangan Pemuda. Workshop menjadi awal upaya penyebaran informasi kepada masyarakat kampung dalam pengetahuan nilai-nilai budaya masyarakat dayak Gaai serta menumbuhkan kesadaran perlindungan terhadap keberadaan hutan.
4. Methods adopted from training
Yakobi melakukan proses identifikasi di lapangan sebelum melakukan workshop dan tercatat beberapa poin temuan refleksi dari warga hingga rekan Ngo lain yang sebelumnya telah lama melakukan pendampingan dengan program berbeda. Kecendrungan tokoh adat dan kampung yang tidak terbiasa dalam formal workshop menjadi ukuran untuk menggunakan metode yang lebih terbuka bagi para tokoh adat. Dengan metode partisipatif, proses diskusi yan terjadi menjadi lebih terbuka, ke 20 peserta memberikan pendapat melalui penuturan tentang bagaimana hutan telah lama menopang kehidupan masyarakat serta menjadi inspirasi bentuk – bentuk kebudayaan leluhur.
Workhsop berlangsung selama 3 hari di tenda umum yang dibuat oleh warga. Dengan menggunakan slide persentation and documentary videos, Peserta mendapatkan materi tentang perkembangan isu global yang terkait dengan perubahan iklim, hutan dan fungsinya, peran masyarakat dalam mengelola hutan dan mengatasi perubahan iklim, serta pengenalan Program Karbon Hutan di Berau (REDD). Peragaan efek rumah kaca dengan menggunakan media plastik juga menjadi perhatian peserta, selain proses diskusi yang para peserta secara partisipatif menunnjukkan/menuturkan beberapa bentuk kebudayaan dan kesenian yang terinspirasi dan menggunakan beberapa bahan dari hutan baik tumbuhan maupun hewan.
5. Course Material
Bahan materi yang cukup efektif digunakan dalam workshop ini adalah video film berupa film-film mengenai perubahan iklim, efek rumah kaca dan film dokumenter rekonstruksi budaya dari beberapa etnis dayak din Kalimantan yang dibuat oleh satu lembaga studi budaya yang berasal dari Samarinda ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Video film ini sangat membantu peserta yang sebagian besar adalah orang tua yang diantaranya tidak memahami Bahasa Indonesia dengan baik
3 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
sehingga dalam proses diskusi beberapa pemuda desa membantu menjadi penerjemah bahasa. Untuk film dokumenter tentang rekontruksi budaya, digunakan khusus menjadi bahan repleksi dan pembanding bahwa saat ini sedang terjadi nilai-nilai kebudayaan masyarakat dayak mulai tergerus oleh perubahan gaya hidup dan moderenisasi.
6. Course Content
Topik –topik kunci yang menjadi perhatian utama dalam workshoip ini adalah :
1. Climate change Perubahan iklim secara istilah khusus memang belum di pahami secara jelas oleh peserta dan masyarakat, namum bentuk fenomena perubahan iklim tersebut sudah sangat dikenali oleh peserta terutama pula masyarakat. Mulai dari penanggalan tanam padi mereka yang sudah mulai berubah-ubah karena musim penghujan dan musin kemarau sudah tidak dapat diprediksi lagi, sementara sebelum melakukan penanaman, ada beberapa ritual budaya yang perlu mereka lakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan dan alam (Cek Sngeat Emlie Hejung Plai).
Periode musim buah-buahan hutan yang selama ini diketahui oleh masyarakat juga telah berubah. Selain sebagai produk hutan musiman yang diperjualbelikan oleh masyarakat, musin buah ini juga menjadi indikator tersedianya produk hutan lain yaitu madu hutan. Karena perubahan musim tersebut ketersediaan musim madu hutan juga terkena dampaknya. Sepanjang tahun 2012 misalnya hampir keseluruham kampung yang tersebar di wilayah Kecamatan Kelay, tidak menemukan madu pada bulanbulan yang pada tahun-tahun sebelumnya selalu mereka temukan.
Curah hujan pada musim penghujan dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat. Curah hujan yang semakin besar ini mengakibatkan seringnya terjadi banjir-banjir besar terutama disepanjang DAS Sungai Kelay yang melewati beberapa kampung masyarakat Dayak Gaai dan Kenya. Melalui workshop ini, peserta memperoleh penjelasan mengenai perubahan iklim yang terjadi didunia yang langsung dirasakan dampaknya bagi peserta pada lingkungan mereka sendiri.
2. Forest
Telah dipahami oleh masyarakat keberadaan hutan menjadi salah satu pendukung kebutuhan hidup masyarakat. Beberapa produk hutan yang di manfaatkan oleh masyarakat sejak lama, menjadi ukuran ketergantungan masyarakat terhadap hutan. Hal ini menjadi kesepakatan bersama masyarakat untuk terus mempertahankan keberadaan hutan di sekitar pemukiman masyarakat. Kampung Lesan Dayak berbatasan langsung dengan Kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan dengan luas kurang lebih 11.000 ha.
4 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
3. Cultural lifes
Nilai arif dan media budaya leluhur masyarakat Dayak Gaai sebagaian besar terinspirasi dan memanfaatkan beberapa jenis tumbuhan, kayu dan binatang, Jika kerusakan dan pengalihan fungsi hutan terus terjadi maka inspirasi budaya dan media kebudaayan pun akan ikut menghilang. Hal ini yang coba di gali bersama melalui workshop Perubahan Iklim dalam rekontruksi budaya tersebut dengan membangun kesadaran dan kebanggaaan terhadap budaya. Sehingga keberadaan hutan yang menjadi kebutuhan hidup dapat terus di pertahankan.
7. Key Output and Findings
Transfer wawasan kebudaayan dari tokoh adat kepada kalangan muda dan masyarakat sudah mulai berlangsung sejak proses identifikasi pengumpalan data awal sebelum workshop hingga pelaksanaan workshop berlangsung. Beberapa jenis kebudayaan telah teridentifikasi berdasarkan bentuk, rupa dan bahan yang digunakan, mulai dari tarian, seni musik, makanan tradisional hingga upacara/ritual adat. Rekonstruksi jejak faktual persebaran masyarakat dayak Gaai Kampung Lesan Dayak melaui proses penuturan dan bukti sejarah mulai dihidupkan kembali. Uraian mengani hal tersebut sedang dalam proses drafting bersama tokoh budayawan lokal Kalimantan Timur.
Kesadaran akan fenomena perubahan iklim yang terjadi menjadi motivasi untuk bersama-sama seluruh masyarakat kampung untuk mendorong kesepakatan terciptanya usaha berkelanjutan khususnya mengenai mengenai Pengelolaan Kawasan Lindung Sungai Lesan yang lebih baik. Hal ini menjadi penting karena selain mereka menyadari bahwa mereka adalah masyarakat yang langsung bisa merasakan manfaat keberadaan hutan, juga sebagai upaya hidup mempertahankan Budaya Masyarakat Dayak Gaai.
•
Summary of feedback from partcipants? Utility and effectivenes
Dengan keterbatasan sebagian besar peserta workshop dalam berbahasa Indonesia dan menulis. Maka proses pre and post training feedback from the partisipants was did by interview. Bedasarkkan hasil wawancara terhadap tokoh adat suku Ga’ai ini, mereka belum sepenuhnya bisa menjelaskan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ajukan berdasarkan guidline dari kuisoner yang ada. Seperti pemahaman tentang REDD dan Efek Gas Rumah Kaca. Mereka masih awam dalam istilah-istilah tersebut. Tapi lain halnya ketika mereka menjelaskan tentang kondisi hutan. Mereka bisa menjelaskan secara terperinci kondisikondisi hutan. Tentu saja karena mereka adalah orang-orang yang langsung bisa merasakan manfaat hutan. Kemudian setelah penyampaian materi dan proses workshop berlangsung, Para peserta dapat memahami fenomena perubahan iklim yang terjadi walaupun belum sepenuhnya. Peserta dapa memberikan penjelasan khususnya bila langsung di bandingkan dengan kondisi lingkungan dan beberapa kalender
5 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
•
musim mereka yang berubah.. Berdasarkan jwaban-jawaban yang peserta berikan mengenai pengertian dari Gas Rumah Kaca dan REDD, peserta hanya bisa memberikan contoh terhadap efek-efek Gas Rumah Kaca dan REDD. Hal yang lain adalah setelah pelaksanaan kegiatan workshop ini berlangsung, keinginan dan hasrat untuk melindungi dan menjaga hutan mulai tumbuh yaitu dengan memberikan penjelasan dan informasi kepada masyarkat kampung yang lebih luas. Synthesis of feedback from resource person.
Metode pendekatan selama berada dikampung banyak mendapatkan masukan langsung dari para narasumber yang sudah memahami latar belakang budaya dan kondisi masyarakat yang difasilitasi. Sehingga YAKOBI dapat mengadaptasikan pembelajaran yang didapatkan dari materi CFET kedalam bentuk kemasan yang lebih khusus untuk kelompok sasaran masyarakat adat.
•
Selama sesi fasilitasi di kampung, masyarakat dari berbagai kalangan umum, memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi lebih jauh dengan masingmasing narasumber diluar waktu loka latih. Pendekatan menggunakan metode cara belajar orang dewasa dengan menumbuhkan kemandirian belajar masyarakat kampung.
Did expectation of the participants meet?
Harapan peserta terpenuhi dengan waktu belajar yang lebih panjang 3x24 jam, masing-masing peserta dapat berinteraksi diluar ruang-ruang dan jam workshop.Seperti area dapur umum dan rumah untuk ibu-ibu, selama sesi istirahat santai dimalam hari bersama peserta laki-laki dalam hal mendiskusikan krisis sumberdaya alam dan kearifan budaya Dayak yang dapat mempertahankan hutan masyarakat.
Pada saat penutupan workshop, Kepala Kampung Lesan Dayak, Bapak Matias, menyampaikan kegemberiaan dan kebanggaan masyarakat terhadap proses penggalian budaya yang telah dicapai. Selama sesi tiga hari kebersamaan dikampung telah mendorong Kepala Kampung untuk berkomitmen melanjutkan pesta budaya serupa ditahun depan dengan pengeluaran biaya dari anggaran kampung. Antusiasme para pemuda pemudipun nampak pada proses rekonstruksi asal muasal munculnya adat dayak Gaai dalam bentuk pementasan teatrikal dikampung yang diakhiri dengan tarian Jiak yang diikuti oleh seluruh masyarakat kampung baik pria dan wanita, tua dan muda. Perubahan Iklim dan REDD saling tali temali dalam wujud kesehariaan kearifan budaya masyarakat adat Dayak Gaai. Meninggalkan kebudayaan tersebut justru membuat hutan menjadi tidak terkelola, tidak dimanfaatkan, tidak peduli, tanpa pengawasan masyarakat dan terlepas dari keterikatan kebutuhan terhadap hutan sebagai medium kehidupan masyarakat Dayak Gaai.
6 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
8. Major Gaps or issues Identified Keterbatasan energi listrik dan juga bahan bakar menjadi kendala dalam proses penjelasan materi terutama materi workshop yang ditampilkan dalam bentuk slide dan video.
Tidak tersedianya bahan materi cetak yang memadai dan bisa dibawa oleh masyarakat umum yang turut hadir. Materi dalam bentuk soft file telah dimiliki oleh kepala kampung dan sebagian pemuda kampung.
Proses pelatihan dikampung sangatlah berbeda dengan kedua lokalatih yang lain. Peserta tidak bisa dipisahkan dari masyarakat yang lain dan membuat pembelajaran lebih terbuka, mengalir secara bersama-sama. Perempuan dan lakilaki berbaur mengikuti tahapan demi tahapan sampai akhir. Fasilitator perlu mempersiapkan beberapa alternative scenario pembelajaran bersama masyarakat.Termasuk antisipasi jenis media belajar yang dipakai dengan adanya keterbatasan listrik dan alat-alat fasilitasi modern yang tersedia dikampung.
9. Outreach and Communication Startegy
Workshop climate change dan REDD+ bersama Community Leaders dalam bentuk Festival Budaya mendapat respon cukup baik dari Pemerintahan Kampung, Pemerintah Kecamatan Kelay serta Ketua Forum Masyarakat Dayak Kecamatan Kelay sebagai bentuk edukasi terhadap masyarakat mengenai pelestarian hutan dan pegelolaan khususnya masyarakat di sekitar Kawasan Lindung Sungai Lesan.
Hal lain adalah membuka ruang baru untuk memperkaya inisiasi Kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan menjadi daerah tujuan ekowisata yang saat ini masuk dalam pengelolaan KPH model Berau Barat melalui Dinas Kehutanan Kabupaten Berau. Untuk itu perlu adanya penyebaran informasi dengan target yang lebih besar di tingkat Kabupaten. Penyebaran informasi yang dilakukan saat ini adalah melaui jejaring Sosial YAKOBI, Radio Pemerintah Daerah, media cetak lokal kabupaten Berau dan diharapkan dapat ditanyangkan melaui stasiun TV lokal Kabupaten Berau.
7 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
Annexes 1. Training Scadule Hari Ke-1
No
Waktu
1
Pagi
Tema Pembukaan Emlie Hejung Pleai (Gali jejak Budaya) Sarapan pagi bersama Perkenalan, Harapan dan Kontrak Belajar
Output
• • = •
Penampilan Tarian Selamat Datang Belajar Budaya dibuka oleh Kepkam/Kep. Adat
Fasilitator
Tempat
Marten/Samy (NN)
Kampung Lesan Dayak
•
Peserta saling mengenal dan menyampaikan harapannya. Peserta memahami proses pelatihan dan materi yang akan disampaikan.
Roedy AMZ Nomaden Institute Samarinda
Pre-Test
•
Interview/Kuisioner
NN-YAKOBI
2
Perubahan iklim (sesi 1)
•
Makna, penyebab, dampak dan pencegahannya
TNC/YAKOBI
3
Coffee Break
4
Perubahan iklim di sekitar kita (sesi 2)
5 6
Kampung Lesan Dayak •
8
TNC
Diskusi rekonstruksi pemahaman Budaya dengan Keberadaan Hutan
Sore
Kampung Lesan Dayak Dapur Umum
•
•
•
7
Konteks Kabupaten Berau
Ishoma Siang
Kampung Lesan Dayak
Nilai - nilai arif kehidupan masyarakat di sekitar kawasan hutan Jenis-Jenis budaya yang lahir/terinspirasi dari keberadaan Hutan Alat Permersatu kampung melalui nilai budaya
Roedy AMZ Nomaden Institute Samarinda
Kampung Lesan Dayak
Coffee Break RTL
Persiapan stand budaya Pembagian tugas dan aturan main belajar budaya
8 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
Kampung Lesan Dayak
9
Malam / Ba’da Isya
Lanjutan Diskusi rekonstruksi pemahaman Budaya dengan Hutan / Malam keakraban ( Be”Jiak)
Nomaden Institute Samarinda
Kampung Lesan Dayak
Output
Narasumber
Tempat
Mengetahui kedudukan budaya dalam hubungannya dengan keberadaan hutan . • Menemukan Nilai – nilai filosofis yang terkandung didalamnya. • Identifikasi Jenis budaya yang berkaitan langsung dengan keberadaan hutan. • Proses belajar dan gali jejak budaya untuk keberlanjutan dan warisan pada generasi muda.
Tokoh Adat / Tetua Adat
Kampung Lesan Dayak
•
•
•
Nilai - nilai arif kehidupan masyarakat di sekitar kawasan hutan Jenis-Jenis budaya yang lahir/terinspirasi dari keberadaan Hutan Alat Permersatu kampung melalui nilai budaya
Roedy AMZ
Harike- 2
No 1
waktu Pagi
2 3
Tema Focus Group Discussion 1. Rekontruksi dan praktikum jenis-jenis budaya
•
Kampung Lesan Dayak
Ishoma Siang
Focus Group Discussion 1. Rekontruksi dan praktikum jenis-jenis budaya
Mengetahui kedudukan budaya dalam hubungannya dengan keberadaan hutan . • Menemukan Nilai – nilai filosofis yang terkandung didalamnya. • Identifikasi Jenis budaya yang berkaitan langsung dengan keberadaan hutan. • Proses belajar dan gali jejak budaya untuk keberlanjutan dan warisan pada generasi muda.
•
9 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
Tokoh Adat / Tetua Adat
Kampung Lesan Dayak
4 5
Sore
Coffe Break
Malam / Ba’da Isya
Focus Group Discussion Rekontruksi dan praktikum jenis-jenis budaya / Malam keakraban ( Be”Jiak)
Kampung Lesan Dayak • Mengetahui kedudukan budaya dalam hubungannya dengan keberadaan hutan . • Menemukan Nilai – nilai filosofis yang terkandung didalamnya. • Identifikasi Jenis budaya yang berkaitan langsung dengan keberadaan hutan. Proses belajar dan gali jejak budaya untuk keberlanjutan dan warisan pada generasi muda.
Tokoh Adat / Tetua Adat
Kampung Lesan Dayak
Output
Narasumber
Tempat
Mengetahui kedudukan budaya dalam hubungannya dengan keberadaan hutan . • Menemukan Nilai – nilai filosofis yang terkandung didalamnya. • Identifikasi Jenis budaya yang berkaitan langsung dengan keberadaan hutan. • Proses belajar dan gali jejak budaya untuk keberlanjutan dan warisan pada generasi muda.
Tokoh Adat / Tetua Adat
Kampung Lesan Dayak
Harike- 3
No
Waktu
1
Pagi
2 3
Tema Focus Group Discussion 2. Rekontruksi dan praktikum jenis-jenis budaya
•
Kampung Lesan Dayak
Ishoma Siang
Focus Group Discussion 3. Rekontruksi dan praktikum jenis-jenis budaya
Mengetahui kedudukan budaya dalam hubungannya dengan keberadaan hutan . • Menemukan Nilai – nilai filosofis yang terkandung didalamnya.
•
10 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
Tokoh Adat / Tetua Adat
Kampung Lesan Dayak
• Identifikasi Jenis budaya yang berkaitan langsung dengan keberadaan hutan. • Proses belajar dan gali jejak budaya untuk keberlanjutan dan warisan pada generasi muda. 4 5
Sore
Kampung Lesan Dayak
Coffe Break Pleno dan rencana tindak lanjut
•
•
6
Penutupan 1. Post – Test 2. Kesan & Pesan pertemuan diberikan oleh Perwakilan Peserta
•
Kesepakatan dan dukungan mulitipihak untuk melanjutkan program gali jejak budaya Pendokumentasian dan Penulisan hasil pertemuan dalam buku.dll Interview/Kuisioner
11 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
Roedy AMZ Nomaden Institute Samarinda
YAKOBI
Kampung Lesan Dayak
Kampung Lesan Dayak
2. List and Profile of the Participants
12 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
13 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
14 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
3. List of Resources persons No Name
1.
Fakhrizal Nashr
3.
Roedy AMZ
2. 4. 5. 6.
Saiful Rahman
Gilang Ramadhan Samuel Hatsong Marten
Institution
The Nature Conservancy The Nature Conservancy Nomeden Institute YAKOBI
Nemdoh Nemkay
Nemdoh Nemakay
15 Partnership between RECOFTC and YAKOBI
16 Partnership between RECOFTC and YAKOBI