PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI KOTA MEDAN TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI KAWASAN PESISIR SEKITAR
TESIS
Oleh
WELLY ANDRIAT 067003020/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI KOTA MEDAN TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI KAWASAN PESISIR SEKITAR
TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
WELLY ANDRIAT 067003020/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Judul Penelitian
: PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI KOTA MEDAN TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI KAWASAN PESISIR SEKITAR
Nama Mahasiswa
: WELLY ANDRIAT
Nomor Pokok
: 067003020
Program Studi
: Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD – PP)
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof. Bachtiar Hassan Miraza Ketua
Kasyful Mahalli, S.E, M.Si
Ir. Budi D. Sinulingga, M.Si
Anggota
Anggota
Ketua Program Studi,
Direktur,
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza)
( Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc)
Tanggal lulus : 14 Februari 2008
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Telah diuji pada Tanggal : 14 Februari 2008
Panitia Penguji Tesis
:
Prof.Bachtiar Hassan Miraza
Anggota
:
Kasyful Mahalli, S.E, M.Si Ir. Budi D. Sinulingga, M.Si Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D Drs.Rujiman MA
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR Alhamdulilahilrabbil’alamiin, puji syukur dipanjatkan hanya untuk Allah SWT, karena hanya dengan izin-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis yang berjudul “ Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan Pesisir Sekitar “ ini dibuat untuk melengkapi kewajiban pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Universitas Sumatera Utara Medan. Pemilihan topik ini didasari pada pemikiran tentang sejauh mana pengaruh perkembangan ekonomi Kota Medan terhadap perkembangan ekonomi kawasan pesisir sekitarnya, dan dampak langsung terhadap kawasan pesisir tersebut. Untuk itu penulis mencoba meneliti kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup, agar dapat melihat seberapa jauh pengembangan wilayah di wilayah penelitian. Keberhasilan pengerjaan dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Kasyful Mahalli, SE, M.Si, dan Ir. Budi Derita Sinulingga M.Si., selaku komisi pembimbing yang dengan ketulusan, kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikran dalam membimbing penyusunan tesis ini.
2.
Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa.B, MSc., Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.
3.
Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Universitas Sumatera Utara Medan.
4.
Kasyful Mahalli, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Universitas Sumatera Utara Medan.
5.
Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D, Drs. Rujiman MA, Ir. Agus Purwoko, M.Si., selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
6.
Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Universitas Sumatera Utara Medan.
7.
Kepala Bappeda kota Medan, Camat dan sekretaris Kecamatan Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan, serta seluruh pegawai kelurahan yang telah membantu dalam proses penelitian studi ini.
8.
Ayahanda tercinta Widodo Poedjiadi (Alm) dan ibunda Herawaty yang menjadi motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.
9.
Adik-adikku tercinta Vina Mardian, Sweztika Indra Swari, Stevani Melati dan Fadilah atas hiburan, pengertian yang mendalam, dan memberi dorongan semangat selama ini.
10.
Teman-teman kuliah di Program studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Universitas Sumatera Utara Medan khususnya Abangda Nasir, Sudarmawan yang tak henti-hentinya memberikan kontribusi. Sahabatku yang baik Arzalvery Agus dan Irsya Ramadhan yang juga sangat membantu dalam pengerjaan tesis ini. Juga tak lupa buat sahabatku Ahmad dan Jimmi yang sudah jarang kelihatan selama penulisan tesis ini, serta bantuan dari Soni Sagita, Rita Herawati selaku pegawai BPS dan Cut Driska Aziza, Junika, Lindawati, Bahrain, Irfan Iss, selaku senior dan yunior PWD yang juga sangat membantu penulisan tesis ini.
11.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penulisan tesis ini,
oleh karenanya segala kritik dan saran yang bersifat perbaikan akan diterima dengan tangan terbuka dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Akhir kata, semoga penyusunan tesis ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan. Medan,
Januari 2008
Penyusun
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
ABSTRAK Letak geografis yang berada di pangkal sebelah timur Pulau Sumatra telah menempatkan Kota Medan pada posisi yang strategis, terutama sebagai pintu gerbang antara Negara tetangga dan Pulau Sumatra. Kota Medan berpotensi menjadi salah satu simpul distribusi barang dan jasa nasional ditunjang oleh sumber daya yang memadai dan prospek yang dimiliki Propinsi Sumatera Utara. Dengan perannya sebagai simpul koleksi dan distribusi barang dan jasa, maka keberadaan kawasan pesisir bagi Kota Medan sangat penting. Selain sebagai kawasan kerja pelabuhan, penggunaan lahan di kawasan pesisir Kota Medan juga diarahkan untuk memenuhi peran-peran yang mendukung fungsi pelabuhan seperti menyediakan sarana pelayanan ekspor impor dan sarana pergudangan. Kawasan pesisir Kota Medan saat ini menjadi bagian dari perkembangan kota yang pesat di tandai dengan ramainya aktifitas di sepanjang wilayah pesisir tersebut, dari permukiman yang padat, wisata pantai,hingga sektor industri. Namun sejauh ini, masih merupakan suatu pertanyaan apakah peningkatan aktivitas di kawasan pesisir Kota Medan tersebut tidak akan berpengaruh negatif terhadap fungsi ekologis kawasan tersebut dan dengan adanya potensi perkembangan ekonomi Kota Medan, apakah akan berpengaruh lebih buruk lagi di masa mendatang? Dari analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perkembangan ekonomi Kota Medan saat ini dan prospeknya dimasa mendatang sangat dipengaruhi oleh peran dan fungsinya sebagai simpul koleksi barang dan jasa sebagaimana teori Central Place dan Urban Base, yaitu suatu kota berkembang karena fungsinya dalam menyediakan barang dan jasa untuk daerah sekitarnya dan daerah di luar batasbatas kota tersebut. Pelabuhan Belawan yang berperan dalam mendukung fungsi dan peran Kota Medan, tiap tahunnya mengalami peningkatan volume ekspor sehingga secara langsung akan meningkatkan pendapatan Kota Medan sekaligus menimbulkan perkembangan industri-industri yang menyediakan bahan mentah dan jasa-jasa untuk industri-industri yang memproduksi barang ekspor. Hal tersebut tentu akan mendorong perkembangan kota lebih lanjut. Adanya perkembangan kota akibat peran fungsional tersebut menyebabkan munculnya perubahan baik ekonomi sosial-budaya, maupun fisik di kawasan pesisir Kota Medan sebagai suatu kawasan yang berperan penting dalam perekonomian kota. Secara sosial dan ekonomi, kawasan pesisir Kota Medan tidak lagi bercirikan ekonomi pesisir melainkan telah berfungsi sebagai kawasan pembangunan dan industri. Serta adanya indikasi penurunan kualitas lingkungan seperti banjir, rusaknya habitat pesisir, dan sebagainya. Perkembangan Kota Medan secara signifikan ternyata tidak diikuti oleh perkembangan kawasan pesisirnya. Semakin baik prospek perkembangan Kota Medan hanya memberikan dampak saja terhadap perkembangan ekonomi kawasan pesisir disekitar Kota Medan. Khususnya dampak terhadap kualitas lingkungan kawasan pesisirnya. Kata Kunci : Ekonomi, Pembangunan, Kawasan Pesisir
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
ABSTRACT Being located in the end of Sumatra Island, Medan City has a strategic position, especially as a gate between Country Neighbor and Sumatra Island. Medan City has potential to be one of national service and goods distribution centres which is supported by sufficient resource and prospect belongs to The Province of North Sumatera. With its role as a goods collection and distribution centre, the existence of coast area for MedanCity is very important. In addition to be a port work area, the using of land in the coast area of Medan City is also directed to fulfill the roles that support the function of the port, such as provides a means of export-import service and warehousing means. The coast area of Medan City becomes a part of city development nowadays, it is signed by the activities along the coast area such as the dense civilization, beach recreation, and industry activities. However, this is still a questiont, does the increasing of activity in coast area of Medan City give negative effect to the function of that area’s ecology and does Medan City’s prospect give worse effect in the future? Based on the analysis which has been done, it can be concluded that the development of Medan City at this time and its prospect in the future is highly influenced by its role and function as the centre of service and goods distribution in the same manner as Central Place and Urban Base Theory, that is a city can develop because of its function in providing service and goods for the area around it and the area in the city’s boundaries. The Belawan Port which has a role in supporting the function and the role of Medan City, experiences the increasing of export volume, so that it will increase the income of Medan City directly and cause the development of industries which provide a raw material and services for industries which produce export goods. It will motivate the development of the city further. Since there is a development of city as the result of its functional role, it causes the changes in economic, social culture, and physical in the coast area of Medan City as an area which has important role in the economy of the city. Socially and economically, the coast area of Medan City has no characteristic of coast economic anymore, but it has function as the area of development and industry. The change of the area’s function is followed by its change physically, such as the availability of wide area become limited, the using of few space become glomerated widely, and there is the indications of environment quality decreasing, such as a flood, the habitat of the coast is damaged, etc. The development of Medan City is do not followed by its coast area development significantly. The better development of MedanCity only giving just impact to growth of coastal area area economics around Town Field. Specially affect to quality of its coastal area environment. Keywords : Economic, Development, Coastal Area
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI ABSTRACT.................................................................................................................
v
ABSTRAK ................................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................................. vii RIWAYAT HIDUP...................................................................................................... ix DAFTAR ISI................................................................................................................
x
DAFTAR TABEL........................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ xvi
BAB I
:
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ....................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................................
8
1.3
Tujuan Penelitian .................................................................................
8
1.4
Manfaat Penelitian ..............................................................................
9
BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perkembangan Wilayah Kota............................................................... 10
2.2
Kawasan Pesisir ................................................................................... 13 2.2.1
Defenisi Kawasan Pesisir......................................................... 13
2.2.2
Potensi Kawasan Pesisir........................................................... 14
2.2.3
Aktivitas Ekonomi Kawasan Pesisir ........................................ 14
2.2.4
Permasalahan Kawasan Pesisir ............................................... 15
2.3
Pembangunan Kota yang Berkelanjutan .............................................. 16
2.4
Peran Pesisir dalam Perkembangan Kota............................................. 16
2.5
Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 19
2.6
Kerangka Pemikiran............................................................................. 20
2.7
Hipotesis............................................................................................... 22
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB III :
METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitian.................................................................................. 23
3.2
Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 24
3.3
Populasi Penelitian ............................................................................... 24
3.4
Teknik Penentuan dan Pengambilan Sampel ....................................... 25
3.5
Teknik Analisis Data............................................................................ 27
3.6
Definisi Operasional Variabel Penelitian............................................. 37
BAB IV : 4.1
4.2
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kota Medan ................................................................ 38 4.1.1
Kedudukan Geografis .............................................................. 38
4.1.2
Kondisi Sosial Kependudukan ................................................. 40
4.1.3
Kondisi Perekonomian ............................................................. 44
4.1.4
Perekonomian Provinsi Sumatera Utara .................................. 61
Kondisi Umum Kawasan Pesisir Kota Medan..................................... 67 4.2.1
Kedudukan Geografis .............................................................. 67
4.2.2
Kondisi Sosial Kependudukan ................................................. 69
4.2.3
Kondisi Perekonomian ............................................................. 69
4.2.4
Kondisi Lingkungan................................................................ 72
4.3
Identifikasi Perkembangan Ekonomi Kota Medan .............................. 77
4.4
Identifikasi Perkembangan Ekonomi Kawasan Pesisir........................ 88
4.5
Karakteristik Responden ...................................................................... 90 4.5.1
Tingkat Usia Masyarakat di Kawasan Pesisir.......................... 91
4.5.2
Jenis Kelamin Masyarakat di Kawasan Pesisir........................ 92
4.5.3
Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kawasan Pesisir ............... 92
4.5.4
Jumlah Tanggungan Masyarakat di Kawasan Pesisir .............. 93
4.5.5
Jenis Pekerjaan Masyarakat di Kawasan Pesisir...................... 94
4.5.6
Tingkat Pendapatan Masyarakat di Kawasan Pesisir............... 94
4.5.7
Tingkat Pengeluaran Masyarakat di Kawasan Pesisir ............. 95
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.5.8 Lama Domisili RT Masyarakat di Kawasan Pesisir ................ 96 4.6
Analisis Kondisi Lingkungan di Kawasan Pesisir ............................... 97
4.7
Analisis Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Kawasan Pesisir Sekitarnya......................... 100 4.7.1
BAB V :
Analisis Kuantitatif .................................................................. 100
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan .......................................................................................... 108
5.2
Saran..................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 113 LAMPIRAN
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL Tabel
Judul
Halaman
3.1
Lokasi Kecamatan dan Kelurahan Penelitian ............................................... 23
3.2
Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga di Kecamatan Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan Tahun 2005............................. 25
3.3
Distribusi Responden Rumah Tangga Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan .................. 26
4.1
Laju Penduduk, Laju Pertumbuhan dan kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2000 – 2005 ........................................................................... 42
4.2
Realisasi APBD Kota Medan Tahun 2000 – 2005 ....................................... 47
4.3
Nilai PDRB Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000 – 2005 ....................................................................................... 56
4.4
Nilai Persentase PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2000 – 2005................................ 58
4.5
Kondisi Umum Perekonomian Kota Medan................................................. 59
4.6
Target Pertumbuhan Nilai PDRB Kota Medan Atas Harga Konstan Tahun 2008............................................................................................................... 61
4.7
Perkembangan Beberapa Indikator Makro Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990 – 2004 ............................................................. 62
4.8
Nilai Ekspor Barang dan Jasa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000 – 2005 ....................................................................................... 63
4.9
Volume Ekspor Melalui Pelabuhan Belawan Tahun 2000 – 2005 ............... 65
4.10
Jumlah Industri Besar/Kecil dan Rumah Tangga di kawasan Pesisir Kota Medan Tahun 2000 – 2005................................................................... 70
4.11
Jumlah Tenaga Kerja di Kawasan Pesisir Kota Medan Tahun 2000 – 2005 ....................................................................................... 71
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.12
Jumlah Pendapatan dari Sampel Masyarakat Kawasan Pesisir Kota Medan Tahun 2000 – 2005 ........................................................................... 72
4.13
Persepsi Masyarakat Pesisir Sekitar Kota Medan Terhadap Kondisi Lingkungan Setempat.................................................................................... 74
4.14
Hasil Perhitungan LQ Kota Medan Tahun 2005 ......................................... 77
4.15
Komponen National Share Acuan Tahun 2000 – 2005 ................................ 79
4.16
Komponen Proporsional Share Acuan Tahun 2000 – 2005.......................... 80
4.17
Komponen Differential Shift Acuan Tahun 2000 – 2005............................. 81
4.18
Pergeseran Netto Kota Medan Tahun 2000 – 2005 ...................................... 82
4.19
Perubahan PDRB Kota Medan Tahun 2000 – 2005 ..................................... 83
4.20
Nilai Absolut Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun 2000–2005 ........ 83
4.21
Nilai PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2000 – 2005 ..................................................... 86
4.22
Distribusi Tingkat Usia Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan ...................................................................................... 91
4.23
Distribusi Jenis Kelamin Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan ...................................................................................... 92
4.24
Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan....................................................................................... 92
4.25
Distribusi Jumlah tanggungan Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan........................................................................... 93
4.26
Distribusi Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan........................................................................... 94
4.27
Distribusi Tingkat Pendapatan Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan........................................................................... 95
4.28
Distribusi Tingkat Pengeluaran Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan........................................................................... 96
4.29
Distribusi Lama Domisili Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan........................................................................... 96
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR Gambar
Judul
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran................................................................................ 21
3.1
Diagram Penentuan Sektor Unggulan Kota Medan ................................ 32
4.1
Peta Kota Medan ..................................................................................... 39
4.2
Peta Kawasan Industri Kota Medan........................................................ 51
4.3
Peta Sub Kota Medan.............................................................................. 52
4.4
Peta Provinsi Sumatera Utara ................................................................. 54
4.5
PDRB Wilayah Provinsi Sumatera Utara ............................................... 57
4.6
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Provinsi Sumatera Utara..................... 60
4.7
Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara................................................ 66
4.8
Peta Kawasan Pesisir Kota Medan.......................................................... 68
4.9
Diagram Sektor Unggulan Kota Medan.................................................. 84
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Judul
Halaman
1.
Kuesioner Penelitian ............................................................................... 116
2.
Karakteristik Responden ......................................................................... 119
3.
Data Sekunder Perekonomian Kawasan Pesisir Kota Medan Sekitar .... 124
4.
Data Sekunder Perekonomian Kawasan Pesisir Kota Medan Sekitar .... 125
5.
Data Sekunder Perekonomian Kawasan Pesisir Kota Medan Sekitar .... 126
6.
Hasil Analisis Uji Statistik Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan Pesisir Sekitar ... 127
7.
Foto Dokumentasi Masyarakat Dan Lingkungan Kawasan Pesisir Kota Medan Sekitar ......................................................................................... 129
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematang Siantar Kotamadya Pematang Siantar Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 25 Juni 1980 sebagai anak sulung dari empat bersaudara dari ayah yang bernama Widodo Poedjiadi (Alm) dan Herawaty. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1992 di SD Katolik ST. Antonius III Medan, menamatkan Sekolah Menengah Tingkat Pertama tahun 1995 di SMP Tunas Kartika I Medan dan Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Medan tahun 1998. Memperoleh gelar Sarjana Sains Jurusan Matematika Bidang Perencanaan Riset Fakultas FMIPA pada Universitas Negeri Sumatera Utara (USU) di Medan pada tahun 2003. Dari awal tahun 1999 hingga saat ini penulis lebih aktif dalam kegiatan olahraga dan mengembangkan bisnis pendidikan. Pada awal tahun 2006 penulis menjadi staf pengajar di perusahaan asing Medan International School (MIS) dan mendapatkan kesempatan untuk meneruskan jenjang pendidikan Strata-2 pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) dengan bidang keahlian Perencanaan Pembangunan (PP) Universitas Sumatera Utara Medan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Medan lebih dari satu dasawarsa terakhir telah menjadi sebuah kota yang berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai oleh pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan fisik dengan berbagai aspek perkotaannya. Dengan luas wilayah 26.510 Hektar (265,10 Km2), Kota Medan dihuni oleh 2.067.288 jiwa penduduk pada tahun 2006 yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6,18 % pada tahun 2006. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan berpotensi menjadi salah satu simpul distribusi barang dan jasa nasional ditunjang oleh sumber daya yang memadai dan prospek yang dimiliki Provinsi Sumatera Utara. Perkembangan Kota Medan yang pesat berakibat pada peningkatan jumlah peduduk dan aktivitasnya, sehingga kebutuhan akan sumber daya dan ruang turut meningkat. Sehingga tanpa disadari perkembangan kota mulai bergerak ke arah kawasan pesisir. Selain itu dengan perannya saat ini sebagai simpul koleksi dan distribusi barang dan jasa, maka keberadaan kawasan pesisir bagi Kota Medan sangat penting. Untuk saat ini dan waktu yang akan datang Pelabuhan Belawan menjadi tumpuan perkembangan Kota Medan. Dengan demikian, penggunaan lahan di kawasan pelabuhan dan sekitarnya, beberapa diantaranya diarahkan untuk memenuhi
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
peran-peran yang mendukung fungsi Pelabuhan Belawan, seperti menyediakan sarana pelayanan ekspor impor, menyediakan sarana pergudangan. Kawasan pesisir Kota Medan saat ini menjadi bagian dari perkembangan kota yang pesat ditandai dengan ramainya aktifitas di sepanjang wilayah pesisir tersebut, dari permukiman yang padat, wisata pantai, hingga sektor industri. Namun sejauh ini, masih merupakan suatu pertanyaan apakah peningkatan aktivitas di kawasan pesisir Kota Medan tersebut akan mengganggu fungsi ekologis kawasan dan dengan adanya potensi perkembangan ekonomi Kota Medan, apakah akan berdampak lebih buruk dimasa mendatang? Untuk mengarahkan perkembangannya
dimasa mendatang, sebuah kota
yang memiliki prospek perkembangan yang pesat memerlukan suatu konsepsi seluruh perubahan yang berkelanjutan, yang mampu menampung perkembangan kota dengan tetap mempertahankan kawasan yang berfungsi melindungi kehidupan kota dan masyarakatnya. Dalam jangka waktu panjang, pembangunan dan perkembangan Kota Medan harus terjamin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sekaligus terjamin tidak akan timbulnya dampak terhadap lingkungan sekitar. Keberlanjutan pembangunan Kota Medan perlu diupayakan sehingga dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh proses transformasi lahan kota, penggunaan sumber daya alam, penambahan unsur-unsur baru dalam media lingkungan, serta dinamika populasi tidak menurunkan dan mengakibatkan degradasi kualitas lingkungan secara struktural.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Dengan
demikian
Kota
Medan
perlu
diidentifikasi
sejauh
mana
perkembangan ekonominya dan bagaimana pengaruh yang ditimbulkannya terhadap perkembangan kawasan pesisirnya dimasa mendatang sehingga terdapat arahan bagi pembangunan kota yang berkelanjutan. Untuk itu diperlukan analisis-analisis untuk mengetahui perkembangan ekonomi Kota Medan dan bagaimana pengaruhnya terhadap kawasan pesisir kota tersebut dengan terlebih dahulu mengambarkan perkembangan ekonomi Kota Medan dalam kaitannya dengan potensi ekonomi yang dimiliki, menggambarkan perkembangan kawasan pesisir sekitar Kota Medan, Mendeskripsikan kondisi lingkungan kawasan pesisir sekitar Kota Medan dengan melihat kualitas lingkungan yang ada saat ini. Kota Medan memiliki prospek perkembangan ekonomi ditinjau dari potensi yang dimilikinya, seperti lokasi yang strategis, keanekaragaman suku bangsa, dan dukungan wilayah sekitarnya. Namun hal yang perlu digaris bawahi adalah bagaimana memanfaatkan potensi tersebut menjadi peluang yang bermanfaat bagi kegiatan dan pengembangan kota. Paradigma perkembangan kota yang mengarah pada perluasan wilayah karena dampak pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa disadari menyebabkan perkembangan tersebut bergerak ke arah kawasan pesisir. Hal tersebut semakin didukung oleh kondisi topografis kawasan pesisir yang relatif datar sehingga menjadikan kawasan ini sebagai kawasan yang ideal untuk dikembangkan menjadi
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
wilayah perkotaan dengan segala macam aktifitas di dalamnya seperti permukiman, perdagangan, industri, pariwisata, dan lain-lain. Menurut Supriharyono (2000), terdapat hubungan antar sektor di kawasan pesisir. Sebagai contoh adalah pengembangan lahan pesisir untuk tambak akan berhubungan dengan pengembangan industri lainnya yang mendukung seperti industri makanan hewan dan industri kimia. Adanya fasilitas pelabuhan akan merangsang pertumbuhan wilayah perkotaan. Sedangkan di sektor pariwisata, hotelhotel membutuhkan struktur barang dan jasa, prasarana jalan, listrik, suplai air dan sebagainya. Meskipun pemanfaatan sumber daya pesisir di satu sisi berdampak pada kesejahteraan masyarakat, yaitu dengan penyediaan lapangan pekerjaan seperti penangkapan ikan secara tradisional, budi daya tambak, penambangan terumbu karang, dan lain sebagainya. Namun di sisi lain, pemanfaatan sumber daya alam secara terus menerus dan berlebihan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kelangsungan ekosistem pesisir seperti penurunan daya dukung lingkungan, penurunan mutu lingkungan pesisir pesisir, penyusutan keanekaragaman flora dan fauna pesisir, serta perusakan dan pencemaran lingkungan (Sugandhy,1999). Saat ini kawasan pesisir di sekitar Kota Medan sebagian besar dijadikan lahan pemukiman. Selain itu, terdapat pabrik industri, berbagai perusahaan, perkantoran, lokasi pergudangan, tempat hiburan, beberapa wisata pantai, serta Pelabuhan Belawan yang berperan sebagai pelabuhan ekspor-impor dan antar pulau. Aktifitas-aktifitas di sepanjang pesisir tersebut menjadi faktor penarik sehingga
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
kawasan pesisir di Kota Medan menjadi ramai. Dengan perannya sebagai simpul koleksi dan distribusi barang dan jasa, maka keberadaan kawasan pesisir bagi Kota Medan sangat penting. Dengan kecenderungan peningkatan volume bongkar muat per tahun di Pelabuhan Belawan, maka telah direncanakan perluasan kawasan pelabuhan PT Pelindo I. Untuk saat ini dan waktu yang akan datang Pelabuhan Belawan menjadi tumpuan perkembangan Kota Medan. Dengan demikian, penggunaan lahan di kawasan pelabuhan dan sekitarnya, diantaranya diarahkan untuk memenuhi peranperan yang mendukung fungsi Pelabuhan Belawan, seperti menyediakan sarana pelayanan ekspor impor dan sarana pergudangan. Selain itu, masih terdapat beberapa isu menyangkut kawasan pesisir Kota Medan (Renstra Pesisir Sumatera Utara, 2004), diantaranya adalah: a. Kerusakan mangrove yang cukup parah b. Alih fungsi hutan mangrove menjadi kawasan industri dan pemukiman c. Intrusi air laut ke daerah pemukiman penduduk d. Pencemaran wilayah pesisir dan laut oleh limbah industri dan rumah tangga e. Konflik antara nelayan tradisional dengan nelayan Trawl f. Keamanan yang cukup rawan bagi kapal-kapal penangkap ikan dan usaha pertambakan g. Rendahnya kualitas sumber daya manusia h. Kurangnya fungsi kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut i. Penurunan produktivitas perikanan tangkap dan perikanan budidaya j. Belum ada tata ruang kawasan pesisir k.
Berdirinya tangkahan liar milik masyarakat
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Untuk mengarahkan perkembangannya dimasa mendatang, sebuah kota yang memiliki prospek perkembangan memerlukan suatu konsepsi seluruh perubahan yang berkelanjutan, yang mampu menampung perkembangan kota dengan tetap mempertahankan kawasan yang berfungsi melindungi kehidupan kota dan masyarakatnya.
Dengan
adanya
gagasan
pembangunan
yang
berkelanjutan
(sustainable development) yang dirumuskan oleh WCED (World Commission on Environment and Development) yang dibentuk oleh PBB pada tahun 1987 dan juga penetapannya sebagai kebijakan nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun yang sama maka visi pembangunan yang berkelanjutan diharapkan menjadi bagian yang terpadu dari seluruh aktivitas pembangunan yang dilangsungkan sehingga proses dan hasil pembangunan tersebut tetap dapat dilangsungkan dan dinikmati oleh generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan yang memiliki pengertian pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka merupakan suatu proses perubahan dimana pemanfaatan sumber daya, arah investasi, orientasi pembangunan dan perubahan kelembagaan selalu dalam keseimbangan dan secara sinergis saling memperkuat potensi masa kini maupun masa mendatang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia (Salim, 1997). Menurut Dahuri (2001), pembangunan berkelanjutan yang merupakan strategi pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa menurunkan atau merusak kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasinya, memiliki dimensi ekologis, sosial-ekonomi dan budaya, sosial politik,
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
serta hukum dan kelembagaan. Dari dimensi ekologis, agar pembangunan kawasan pesisir dapat berlangsung secara berkelanjutan, maka harus memenuhi tiga persyaratan utama. Pertama, bahwa setiap kegiatan pembangunan hendaknya ditempatkan di lokasi yang secara biofisik (ekologis) sesuai dengan persyaratan biofisik dari kegiatan pembangunan tersebut.Selain itu, perlu juga informasi tentang tata guna lahan pesisir yang ada saat ini. Dalam jangka waktu panjang, pembangunan dan perkembangan Kota Medan harus terjamin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sekaligus terjamin tidak akan timbulnya dampak terhadap lingkungan sekitar. Keberlanjutan pembangunan Kota Medan perlu diupayakan sehingga dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh proses transformasi lahan kota, penggunaan sumber daya alam, penambahan unsur-unsur baru dalam media lingkungan, serta dinamika populasi tidak menurunkan dan mengakibatkan degradasi kualitas lingkungan secara struktural. Dengan demikian, Kota Medan perlu diidentifikasi “ Bagaimana perkembangan ekonomi Kota Medan dan pengaruhnya terhadap perkembangan ekonomi kawasan pesisir sekitarnya?” sehingga terdapat arahan bagi pembangunan kota yang berkelanjutan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana peningkatan aktifitas ekonomi Kota Medan dalam kaitannya dengan potensi yang dimiliki selama 6 tahun terakhir? 2. Bagaimana kondisi lingkungan kawasan pesisir di sekitar Kota Medan akibat limbah industri dan pengrusakan ekosistem saat ini? 3. Bagaimana
pengaruh
perkembangan
ekonomi
Kota
Medan
terhadap
perkembangan kawasan pesisir di sekitarnya?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Menggambarkan peningkatan aktifitas ekonomi Kota Medan dalam kaitannya dengan potensi yang dimiliki selama 6 tahun terakhir. 2. Menggambarkan kondisi lingkungan kawasan pesisir di sekitar Kota Medan akibat limbah industri dan pengrusakan ekosistem saat ini. 3. Menganalisis
pengaruh
perkembangan
ekonomi
Kota
Medan
terhadap
perkembangan kawasan pesisir di sekitarnya.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
1.4 Manfaat Studi Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Medan dalam mengarahkan perkembangan Kota Medan untuk menjadi kota yang Berkelanjutan sebagaimana visi dan misi Kota Medan tahun 2026. 2. Diharapkan dengan penelitian ini akan menjadi bahan masukan dan referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya mengenai perkembangan wilayah pesisir.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Wilayah Kota
Pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah dimaksudkan sebagai suatu rencana dan aktivitas pembangunan yang terkait antara satu daerah dengan daerah lainnya sehingga arah pembangunan antar daerah dalam suatu wilayah menampung kebutuhan yang semakin tinggi. Perlu ada kerja sama antar daerah didalam melaksanakan aktivitas pembangunan di daerah, pada dasarnya memiliki karakteristik potensi ekonomi dan sosial yang hampir sama bahkan saling menguatkan. Kerjasama ini dimaksudkan agar pembangunan daerah bisa berjalan secara optimal melalui penciptaan sinergi atas penggunaan potensi ekonomi yang ada. Untuk saat ini pembangunan di daerah berlandaskan pada potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di daerah. Pemanfaatan kedua potensi inilah yang perlu dikerjasamakan sehingga dapat menciptakan suatu hasil atau manfaat yang lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja sendiri (Miraza, 2005). Menurut Marbun (1992), kota merupakan kawasan hunian dengan jumlah penduduk relatif besar, tempat kerja penduduk yang intensitasnya tinggi serta merupakan tempat pelayanan umum. Kegiatan ekonomi merupakan hal yang penting bagi suatu kota karena merupakan dasar agar kota dapat bertahan dan berkembang
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
(Jayadinata, 1992). Kedudukan aktifitas ekonomi sangat penting sehingga seringkali menjadi basis perkembangan sebuah kota. Adanya berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu kawasan menjadi potensi perkembangan kawasan tersebut pada masa berikutnya. Istilah perkembangan kota (urban development) dapat diartikan sebagai suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala perubahan di dalam masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik (Hendarto, 1997). Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prinsipnya menggambarkan proses berkembangnya suatu kota. Pertumbuhan kota mengacu pada pengertian secara kuantitas, yang dalam hal ini diindikasikan oleh besaran faktor produksi yang dipergunakan oleh sistem ekonomi kota tersebut. Semakin besar produksi berarti ada peningkatan permintaan yang meningkat. Sedangkan perkembangan kota mengacu pada kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan yang bersifat pematangan. Indikasi ini dapat dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari primer kesekunder atau tersier. Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota yang bersangkutan (Hendarto, 1997). Pada
umumya
terdapat
tiga
faktor
utama
yang
mempengaruhi
perkembangan kota, yaitu : a. Faktor penduduk, yaitu adanya pertambahan penduduk baik disebabkan karena pertambahan alami maupun karena migrasi.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
b. Faktor sosial ekonomi, yaitu perkembangan kegiatan usaha masyarakat c. Faktor sosial budaya, yaitu adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara masyarakat akibat pengaruh luar, komunikasi dan sistem informasi. Perkembangan suatu kota juga dipengaruhi oleh perkembangan dan kebijakan ekonomi. Hal ini disebabkan karena perkembangan kota pada dasarnya adalah wujud fisik perkembangan ekonomi (Firman, 1996). Kegiatan sekunder dan tersier seperti manufaktur dan jasa-jasa cenderung untuk berlokasi di kota-kota karena faktor “urbanization economics” yang diartikan sebagai kekuatan yang mendorong kegiatan usaha untuk berlokasi di kota sebagai pusat pasar, tenaga kerja ahli, dan sebagainya. Dikatakan
oleh
Beatley
dan
Manning
(1997)
bahwa
penyebab
perkembangan suatu kota tidak disebabkan oleh satu hal saja melainkan oleh berbagai hal yang saling berkaitan seperti hubungan antara kekuatan politik dan pasar, kebutuhan politik, serta faktor-faktor sosial budaya. Teori Central Place dan Urban Base merupakan teori mengenai perkembangan kota yang paling populer dalam menjelaskan perkembangan kota-kota. Menurut teori central place seperti yang dikemukakan oleh Christaller (Daldjoeni, 1992), suatu kota berkembang sebagai akibat dari fungsinya dalam menyediakan barang dan jasa untuk daerah sekitarnya. Teori Urban Base juga menganggap bahwa perkembangan kota ditimbulkan dari fungsinya dalam menyediakan barang kepada daerah sekitarnya juga seluruh daerah di luar batas-batas kota tersebut. Menurut teori ini, perkembangan ekspor akan secara langsung mengembangkan pendapatan kota.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Disamping itu, hal tersebut akan menimbulkan pula perkembangan industri-industri yang menyediakan bahan mentah dan jasa-jasa untuk industri-industri yang memproduksi barang ekspor yang selanjutnya akan mendorong pertambahan pendapatan kota lebih lanjut (Hendarto, 1997). Dalam perkembangan ekonomi Kota Medan dan pengaruhnya terhadap perkembangan
ekonomi
kawasan
pesisir
sekitarnya
yang
menjadi
faktor
perkembangannya adalah jumlah industri besar dan sedang yang banyak menyerap tenaga kerja industri dan tentunya menghasilkan nilai ekspor yang besar terhadap Kota Medan. Pengaruh dan kaitannya terhadap perkembangan ekonomi kawasan pesisir sekitarnnya dapat dilihat dari asumsi-asumsi klasik pada analisis pengaruh ekonomi klasik (Sarwoko, 2005).
2.2 Kawasan Pesisir 2.2.1 Defenisi Kawasan Pesisir Definisi kawasan pesisir adalah : wilayah daratan dan wilayah laut yang bertemu di garis pantai dimana wilayah daratan mencakup daerah yang tergenang atau tidak tergenang air yang dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi air laut. Sedangkan wilayah laut mencakup perairan yang dipengaruhi oleh proses-proses alami daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar ke laut serta perairan yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia di darat(Bengen, 2000:3). Sedangkan menurut Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah Pesisir (2001), pengertian dari kawasan pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjuk atau
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu, seperti karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.
2.2.2 Potensi Kawasan Pesisir Potensi pembangunan yang terdapat di kawasan pesisir secara garis besar terdiri dari tiga kelompok : (1) sumber daya dapat pulih (renewable resources), (2) sumber daya tak dapat pulih (non-renewable resources), dan (3) jasa-jasa lingkungan (environmental services) (Dahuri, 2001). Pembangunan daerah pesisir merupakan pembangunan yang menyentuh kehidupan masyarakat dan berpengaruh pada pendapatan dan kesempatan kerja daerah pesisir. Pembangunan daerah pesisir meliputi 2 bidang yaitu (1). Pembangunan fisik daerah pesisir dan (2). Pemberdayaan kegiatan ekonomi pesisir (Miraza, 2007).
2.2.3 Aktivitas Ekonomi Kawasan Pesisir Penggunaan pesisir telah berlangsung sejak adanya kehidupan manusia karena potensi yang besar yang dimilikinya baik berupa sumber daya hayati maupun non hayati. Dalam meninjau kondisi ekonominya tidak dapat lepas dari penggunaan lahan yang ada yang terdiri dari eksploitasi sumber daya, infrastruktur, pariwisata, serta konservasi (Kay dan Alder, 1999). Aktifitas ekonomi pada kawasan pesisir terdiri dari berbagai jenis yang umumnya terdiri dari : a. Industri kehutanan b. Industri berat
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
c. Pelabuhan d. Pertambangan e. Perikanan f. Industri perminyakan dan gas g. Pariwisata
2.2.4 Permasalahan Kawasan Pesisir Pemanfaatan sumber daya pesisir di satu sisi berdampak pada kesejahteraan masyarakat, yaitu dengan penyediaan lapangan pekerjaan seperti penangkapan ikan secara tradisional, budi daya tambak, penambangan terumbu karang, dan lain sebagainya. Namun di sisi lain, pemanfaatan sumber daya alam secara terus menerus dan berlebihan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kelangsungan ekosistem pesisir. Ada beberapa masalah yang terjadi dalam pembangunan di kawasan pesisir dan lautan di Indonesia antara lain (Harahap, 2007) : a. Pencemaran b. Kerusakan Fisik Habitat c. Eksploitasi Sumber Daya Secara berlebihan d. Abrasi Pantai e. Konversi Kawasan Lindung ke Penggunaan Lainnya
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
2.3 Pembangunan Kota yang Berkelanjutan Pembangunan kota yang berkelanjutan adalah suatu proses dinamis yang berlangsung secara terus-menerus, merupakan respon terhadap tekanan perubahan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Proses dan kebijakannya tidak sama pada setiap kota, tergantung pada kota-kotanya. Salah satu tantangan terbesar konsep tersebut saat ini adalah menciptakan keberlanjutan, termasuk didalamnya keberlanjutan sistem politik dan kelembagaan sampai pada strategi, program, dan kebijakan sehingga pembangunan kota yang berkelanjutan dapat terwujud (Salim, 1997). Pertumbuhan kota dengan diiringi penduduk yang besar bagaimanapun akan membutuhkan area yang lebih besar, sehingga akan menimbulkan permasalahan dengan alam. Pembangunan kota harus memperhatikan alam dan lingkungan sebagaimana konsep E.Howard dengan Garden City-nya. Kota besar bukanlah tempat yang cocok untuk tempat tinggal jika persoalan lingkungan diabaikan. Demikian juga yang disampaikan Geddes, bahwa alam merupakan unit terpenting bagi kelangsungan aktivitas kota (Salim, 1997).
2.4 Peran Kawasan Pesisir dalam Perkembangan Kota Secara fisik, kota merupakan kawasan terbangun di perkotaan yang terletak saling berdekatan, yang meluas dari pusatnya hingga kepinggiran kota. Hal ini memberikan gambaran konsentrasi bangunan atau areal terbangun yang ada di kota cenderung lebih besar atau lebih padat dibandingkan dengan daerah pinggiran atau daerah pedesaan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Secara sosial, kota memberikan gambaran sebuah komunitas yang diciptakan pada awalnya untuk meningkatkan produktifitas melalui konsentrasi dan spekulasi tenaga kerja, kebudayaan dan kegiatan rekreatif. Secara ekonomi, kota memberikan makna fungsi dasar suatu kota sebagai tempat menghasilkan penghasilan yang cukup melalui produksi barang dan jasa untuk mendukung kehidupan penduduknya dan untuk kelangsungan kota itu sendiri. Ekonomi perkotaan berkaitan erat dengan perkembangan kota, dimana ekonomi perkotaan yang sehat mampu menyediakan berbagai kebutuhan untuk keperluan pertumbuhan perkotaan, terutama untuk menerima perkembangan
baru yang
disebabkan oleh kemajuan dibidang teknologi dan perubahan keadaan (Hendro, 2001). Permasalahannya adalah bagaimana memadukan kepentingan dinamika perkembangan kota dengan fungsi ekologis yang disandang oleh kawasan pesisir sebagai penghubung antara fungsi ekonomis di wilayah daratan dan di lautan. Sebab, pengaruh pembangunan kota terhadap lingkungan adalah lebih besar daripada pengaruh pembangunan desa. Dalam kota, keadaan lingkungan alam sulit untuk dipertahankan kelestarian dalam wujud aslinya sehingga lahirlah lingkungan buatan manusia. Permasalahannya adalah, sejauh mana fungsi lingkungan alam dapat digantikan oleh lingkungan buatan manusia dan sampai seberapa jauh perubahan lingkungan tersebut mencapai titik krisis sehingga berdampak negatif terhadap kehidupan manusia.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Untuk itu dapatlah dikatakan bahwa tujuan utama dalam pengembangan dan pengelolaan di pesisir adalah memanfaatkan segenap sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan secara berkelanjutan. Menurut Dahuri (2001). Dari dimensi ekologis, agar pembangunan kawasan pesisir dapat berlangsung secara berkelanjutan, maka harus memenuhi tiga persyaratan utama. Pertama, bahwa setiap kegiatan pembangunan hendaknya ditempatkan di lokasi yang secara biofisik (ekologis) sesuai dengan persyaratan biofisik dari kegiatan pembangunan tersebut. Kedua, bahwa laju pembuangan limbah ke dalam kawasan pesisir dan lautan hendaknya tidak melebihi kapasitas asimilasi kawasan tersebut. Artinya, perlu pengendalian pencemaran. Ketiga, bahwa tingkat pemanfaatan sumber daya alam kawasan pesisir dan lautan, khususnya yang dapat pulih, hendaknya tidak melampaui kemampuan pulihnya (potensi lestari) dalam kurun waktu tertentu. Artinya, perlu pemanfaatan sumber daya alam secara optimal. Dimensi
sosial
ekonomi
mensyaratkan bahwa laju perkembangan
pembangunan hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga permintaan total atas sumber daya alam dan jasa lingkungan yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan tidak melebihi kemampuan ekosistem pesisir dan lautan untuk menyediakannya. Dimensi sosial politik, mensyaratkan bahwa perlu diciptakan suasana yang kondusif bagi segenap lapisan masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan sumber daya pesisir dan lautan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Dimensi hukum dan kelembagaan mensyaratkan perlunya sistem dan kinerja hukum dan kelembagaan yang dapat mendukung pelaksanaan pembangunan sumber daya pesisir dan lautan secara berkelanjutan.
2.5 Penelitian sebelumnya Adapun penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berkenaan dengan penelitian tesis ini adalah: 1. Sinulingga (1995), menulis tesis yang berjudul “Pengaruh Kondisi Pemukiman Ketersediaan Fasilitas Kota, Transportasi dan Lapangan Kerja Terhadap Preferensi Bermukim Para Migran Di wilayah Metropolitan MEBIDANG”. Mengemukakan
bahwa
pengaruh
variabel-variabel
kondisi
lingkungan,
pemukiman, fasilitas kota, dan transportasi terhadap preferensi bermukim benarbenar sangat nyata, sedangkan pengaruh lapangan pekerjaan tidak nyata. 2. Purwoko (2005), Menulis tesis yang berjudul “Dampak Kerusakan Ekosistem Hutan Bakau (Mangrove) Terhadap Pendapatan Masyarakat Pantai Di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat”. Mengemukakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan masyarakat pantai sebelum dan sesudah terjadinya kerusakan ekosistem hutan bakau di lokasi penelitian. 3. Novita (2003), menulis tesis yang berjudul ”Pengaruh perkembangan ekonomi Kota
Bandar
Lampung
terhadap
perkembangan
kawasan
pesisir”.
Mengemukakan bahwa Perkembangan Kota Bandar Lampung karena peran fungsionalnya tersebut menyebabkan munculnya perubahan yang bersifat
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
menyeluruh, baik ekonomi, sosial-budaya, maupun fisik yang secara jelas dapat dilihat di kawasan pesisirnya sebagai suatu kawasan yang berperan penting dalam perekonomian Kota Bandar Lampung. Perubahan fungsi kawasan pesisir diikuti dengan perubahannya secara fisik seperti ketersediaan lahan yang luas menjadi terbatas, penggunaan ruang yang sedikit menjadi terglomerasi secara luas, serta adanya indikasi penurunan kualitas lingkungan seperti banjir, rusaknya habitat pesisir, dan sebagainya. 4. Jurnal perencanaan dan pengembangan wilayah Wahana Hijau oleh Sirojuzilam yang berjudul “Perencanaan Tata Ruang dan Perencanaan Wilayah(Spatial Planning and Regional Planning). 5. Jurnal pembangunan wilayah dan kota oleh Samsul Ma’arif yang berjudul “Pemetaan Tipologi Kawasan Dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat Pada Kawasan terkena Dampak Beencana ” 6. Jurnal pembangunan wilayah dan kota oleh Anwar Rusgiarto dan Sunarti yang berjudul “Strategi peningkatan Kualitas Lingkungan Pemukiman Di Tepi Kali Semarang”
2.6 Kerangka Pemikiran Untuk mempermudah pemahaman kita tentang konsep penelitian ini, maka dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
2.7 Hipotesis Sesuai dengan latar belakang, masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis terhadap penelitian ini adalah adalah sebagai berikut: 1. Terdapat peningkatan aktifitas ekonomi Kota Medan dari potensi yang dimiliki selama 6 tahun terakhir. 2. Adanya perubahan kondisi lingkungan Kawasan pesisir di sekitar Kota Medan akibat limbah industri dan pengrusakan ekosistem saat ini. 3. Adanya pengaruh perkembangan ekonomi Kota Medan terhadap Perkembangan kawasan pesisir di sekitar Kota Medan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian Secara mikro ruang lingkup wilayah yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah kawasan pesisir Kota Medan yang secara administratif terletak pada 17 kelurahan/desa pantai, tersebar dalam 3 kecamatan. Adapun 3 kecamatan dan 17 kelurahan tersebut adalah : Tabel-3.1 Lokasi Kecamatan Dan Kelurahan Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kecamatan Medan Belawan Medan Belawan Medan Belawan Medan Belawan Medan Belawan Medan Belawan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Marelan Medan Marelan Medan Marelan Medan Marelan Medan Marelan
Kelurahan Belawan Bahari Bagan Deli Belawan P. Sicanang Belawan Bahagia Belawan I Belawan II Besar Tangkahan Martubung Sei Mati Pekan Labuhan Nelayan Indah Labuhan Deli Rengas Pulau Terjun Tanah Enam Ratus Paya Pasir
Sumber : BPS Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Marelan
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner melalui pengisian daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan untuk penelitian ini dan observasi langsung kelapangan dengan menggunakan teknik wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dari berbagai informasi atau instansi terkait yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian, yaitu: Biro Pusat Statistik (BPS), Bappeda Kota Medan, Kantor Camat, Kantor Lurah, serta hasil penelitian terdahulu dan literatur yang dianggap relevan dalam mendukung penelitian ini.
3.3 Populasi Penelitian Dari daerah Kota Medan dipilih tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Marelan, dan Kecamatan Medan Labuhan. Kawasan ini berpenduduk 94.146 jiwa (Kecamatan Medan Belawan), 116.716 jiwa (Kecamatan Medan Marelan), 102.656 jiwa (Kecamatan Medan Labuhan) pada tahun 2005. Lebih rinci mengenai banyaknya penduduk dan rumah tangga dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel-3.2 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga di Kecamatan Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan Tahun 2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kecamatan Medan Belawan Medan Belawan Medan Belawan Medan Belawan Medan Belawan Medan Belawan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Marelan Medan Marelan Medan Marelan Medan Marelan Medan Marelan
Kelurahan Belawan Bahari Bagan Deli Belawan P.Sicanang Belawan Bahagia Belawan I Belawan II Besar Tangkahan Martubung Sei Mati Pekan Labuhan Nelayan Indah Labuhan Deli Rengas Pulau Terjun Tanah Enam Ratus Paya Pasir Jumlah
RT 2.263 3.088 2.811 2.402 3.796 3.924 6.395 3.016 2.671 2.412 3.844 1.528 3.023 9.671 4.644 4.379 2.157 62.021
Penduduk 10.893 15.876 14.058 12.328 20.314 20.728 31.973 15.078 13.355 12.058 19.222 7.639 14.532 46.863 23.870 20.873 10.850 310.237
Sumber : BPS Kecamatan Medan Belawan,Medan Labuhan,Medan Marelan Tahun
3.4 Teknik Penentuan dan pengambilan Sampel Tujuan penggunaan sampel adalah agar peneliti dapat memperoleh data yang dapat mencerminkan keadaan populasi dengan biaya lebih murah dan waktu penelitian lebih cepat. Penetapan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe (dalam Sugiyono,2003), yang mengatakan : Pertama, Ukuran Sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Kedua, bila sampel dibagi dalam kategori,maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30. Dalam peneitian ini,sampel ditetapkan sebanyak 170 kepala keluarga. Dari 17 kelurahan ,masing-masing diambil sampel sebanyak 10 kepala keluarga. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling). Distribusi responden berdasarkan Kelurahan diuraikan pada tabel 3.3 berikut ini : Tabel-3.3 Distribusi Responden Rumah Tangga Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kecamatan Medan Belawan Medan Belawan Medan Belawan Medan Belawan Medan Belawan Medan Belawan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Labuhan Medan Marelan Medan Marelan Medan Marelan Medan Marelan Medan Marelan
Kelurahan Belawan Bahari Bagan Deli Belawan P.Sicanang Belawan Bahagia Belawan I Belawan II Besar Tangkahan Martubung Sei Mati Pekan Labuhan Nelayan Indah Labuhan Deli Rengas Pulau Terjun Tanah Enam Ratus Paya Pasir Jumlah
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 170
Persentase 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 5,8 % 100 %
Sumber : Hasil Analisis
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
3.5 Teknik Analisis Data Data kuantitatif dalam bentuk angka dianalisis menggunakan analisis perhitungan agar hasil olahan data tersebut dapat menghasilkan suatu temuan atau informasi yang diinginkan. Hasil akhir dari analisis ini perlu diperkuat dengan interpretasi dan deskripsi secara kualitatif. Beberapa analisis kuantitatif yang dilakukan adalah : 1. Analisis Location Quotient Dasar pemikiran teknik ini adalah teori economic base yaitu perekonomian sektor basis/andalan dan perekonomian sektor nonbasis. Analisis ini digunakan untuk menentukan sektor-sektor basis ekonomi yang layak untuk dikembangkan di suatu wilayah/kota. Permintaan dari luar wilayah/kota akan mempengaruhi sektor basis dan nonbasis. Sektor basis yang ada di suatu daerah akan memberikan kontribusi berupa peningkatan pendapatan daerah. Dengan demikian sektor basis merupakan penggerak utama, dimana setiap perubahan yang terjadi akan memberikan efek menyebar terhadap sistem perekonomian wilayah. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghitung koefisien LQ dapat berupa satuan jumlah pekerja, hasil produksi, atau satuan lainnya. Dalam penelitian ini digunakan satuan hasil produksi berupa data PDRB untuk menghitung LQ. Persamaan matematisnya adalah (Tarigan, 2005) :
LQ =
X i PDRB X Yi PDRBY
................................................................(1)
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Keterangan: Xi
= Nilai tambah sektor ekonomi (i) di Kota Medan
PDRBX
= Jumlah total produksi domestik regional bruto di Kota Medan
Yi
= Nilai tambah sektor ekonomi (i) di Sumatera Utara
PDRBY
= Jumlah total produksi nasional bruto Sumatera Utara
Penafsiran dari analisis LQ adalah sebagai berikut :
a. LQ > 1, menyatakan Kota Medan memiliki potensi dalam subsektor tersebut dan memiliki tingkat spesialisasi tinggi dari tingkat Provinsi Sumatera Utara. b. LQ < 1, menyatakan Kota Medan tidak memiliki potensi dalam subsektor tersebut dan memiliki tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat Provinsi Sumatera Utara. c. LQ = 1, menyatakan Kota Medan mencukupi dalam subsektor tersebut dan memiliki tingkat spesialisasi yang sama dengan Provinsi Sumatera Utara 2. Analisis Shift and Share Metode ini digunakan untuk mengetahui kinerja perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor unggulan yang terdapat dalam wilayah/daerah yang dihitung berdasarkan data PDRB maupun tenaga kerja dalam dua satuan waktu (Tarigan, 2005). Secara garis besar analisis ini dibagi dalam tiga bagian kelompok besar, yaitu Komponen National Share (Ns), Komponen Proportional Share (Ps) dan Komponen Differential Shift (Ds). a. Komponen National Share (Ns)
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Komponen National Share adalah suatu komponen yang berfungsi untuk mengukur kinerja ekonomi pada perekonomian acuan, dalam penelitian ini yang menjadi wilayah acuan adalah Provinsi Sumatera Utara. Hal ini berarti bahwa Kota Medan tumbuh karena dipengaruhi oleh kebijakan Provinsi Sumatera Utara secara umum. Untuk menghitung Komponen Share ini digunakan Formula sebagai berikut : Ns i ,t = E r ,i ,t − n ( E N ,t / E N ,t − n ) − E r ,i ,t − n ........................................................(2)
Keterangan : Ns
= Komponen National Share
EN,t
= Indikator ekonomi Provinsi Sumatera Utara akhir tahun kajian
EN,t-n
= Indikator ekonomi Provinsi Sumatera Utara awal tahun kajian
Er,i,t-n = Indikator ekonomi sektor i Kota Medan Utara awal tahun kajian Indikator ekonomi yang digunakan dalam formula ini merupakan jumlah total nilai PDRB dari setiap sektor perekonomian yang berada dalam daerah hitung. b. Komponen Proportional Share (Ps) Komponen Proportional Share ini merupakan suatu komponen yang digunakan untuk mengukur perbedaan sektor ekonomi acuan, yaitu Provinsi Sumatera Utara, dengan pertumbuhan agregat. Jika hasil dari perhitungan ini bernilai positif,
maka berarti sektor tersebut berkembang dalam perekonomian Provinsi
Sumatera Utara. Sebaliknya jika negatif maka sektor tersebut dianggap mempunyai kinerja yang menurun.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Untuk menghitung Komponen Pertumbuhan Proporsional digunakan Formula sebagai berikut : ⎛ ΔE N , i , t Δ E N , t − Pr ,i ,t = E r ,i ,t − n ⎜ ⎜E ⎝ N ,i ,t − n E N , t − n
⎞ ⎟ ..............................................(3) ⎟ ⎠
Keterangan : Ps
= Komponen Proporsional Share
ΔEN,i,t = Indikator ekonomi Provinsi Sumatera Utara sektor i akhir tahun kajian EN,i,t-n = Indikator ekonomi Provinsi Sumatera Utara sektor i awal tahun kajian ΔEN,t = Indikator ekonomi Provinsi Sumatera akhir tahun kajian EN,t-n
= Indikator ekonomi Provinsi Sumatera awal tahun kajian
Er,i,t-n = Indikator ekonomi sektor i Kota Medan Utara awal tahun kajian c. Komponen Differential Shift (Ds) Komponen Differential Shift adalah suatu komponen yang digunakan untuk mengukur kinerja sektor-sektor lokal terhadap sektor-sektor yang sama pada perekonomian yang berada pada daerah acuan. Dalam hal ini, sektor-sektor lokal adalah sektor-sektor yang terdapat di Kota Medan terhadap sektor-sektor yang sama pada perekonomian di Provinsi Sumatera Utara. Apabila komponen ini memiliki nilai positif, maka dapat diambil kesimpulan bahwa daya saing sektor lokal Kota Medan meningkat dibandingkan dengan sektor yang sama pada ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan apabila bertanda negatif maka akan terjadi sebaliknya. Untuk menghitung Komponen Differential Shift maka digunakan formula sebagai berikut :
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
⎛ ΔE N , i , t Δ E N , t − D r ,i ,t = E r , i , t − n ⎜ ⎜E ⎝ N ,i ,t − n E N ,t − n
⎞ ⎟ ..................................................(4) ⎟ ⎠
Keterangan : Ds
= Komponen Differential Shift
ΔEN,i,t = Indikator ekonomi Provinsi Sumatera Utara sektor i akhir tahun kajian EN,i,t-n = Indikator ekonomi Provinsi Sumatera Utara sektor i awal tahun kajian ΔEN,t = Indikator ekonomi Kota Medan sektor i akhir tahun kajian EN,t-n
= Indikator ekonomi Kota Medan sektor i awal tahun kajian
Er,i,t-n = Indikator ekonomi sektor i Kota Medan Utara awal tahun kajian Pertumbuhan Ekonomi (PE) kota adalah merupakan penjumlahan dari komponen-komponen National Share, Komponen proporional Share dan Komponen Differential Shift, yang di formulasikan sebagai berikut: PE = ( Ns + P + D ) ..............................................................(5) Setelah meninjau pertumbuhan kinerja ekonomi, daya saing, dan maju atau kurang majunya sektor-sektor, maka dilakukan pula identifikasi sektor-sektor strategis yang memiliki keunggulan guna dikembangkan lebih lanjut. Untuk melihat sektor-sektor yang memiliki keunggulan, maka dapat dilihat diagram yang didapat berdasarkan penempatan nilai Ds dan Ps dari tiap sektor.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
(+)
Ps Kuadran II Agak Mundur
Kuadran I Unggul
Ds
(-)
(+) Kuadran III Mundur
Kuadran II Agak Unggul
(-)
Gambar 3.1 Diagram Penentuan Sektor Unggulan Kota Medan Sumber: Budiharsono, 2001 Analisis ini bertujuan untuk mengambarkan perkembangan ekonomi Kota Medan dalam kaitannya dengan potensi ekonomi yang dimiliki. Data yang diolah terhitung dari tahun 2000-2005. Alasan digunakannya tahun kajian selama 6 tahun yang dimulai dari tahun 2000 karena berdasarkan harga konstan tahun 2000 yang menjadi acuan nilai PDRB yang dipakai. Sedangkan akhir tahun kajian digunakan tahun 2005 karena data tahun 2006 belum tersedia. 3. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi adalah suatu teknik statistik parametrik yang dapat digunakan untuk (1) melakukan peramalan atau prediksi besarnya variasi yang terjadi pada variabel Y berdasarkan variabel X, (2) menentukan bentuk hubungan antara
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
variabel X dengan variabel Y, (3) menentukan arah dan besarnya koofisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu menganalisa pengaruh antara variabel, dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Untuk menguji hipotesis keempat analisis regresi linier berganda dapat digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan dan pengaruh antara faktor- faktor perkembangan ekonomi Kota Medan terhadap perkembangan ekonomi kawasan pesisir sekitarnya. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui perkembangan ekonomi Kota Medan adalah jumlah industri (X1), jumlah tenaga kerja industri (X2), dan nilai ekspor regional (X3). Sedangkan variabel yang digunakan untuk mengetahui perkembangan ekonomi kawasan pesisir sekitar Kota Medan adalah pendapatan (Y1), Jumlah industri rumah tangga (Y2), lapangan kerja (Y3). Dimana hubungan dan pengaruh antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) akan dianalisis atas 3 model. Untuk mengetahui dimana variabel Xi berpengaruh terhadap Yi dapat dilihat dengan melakukan model sebagai berikut : Y1 = α0 + α1X1 + α2X2 + α3X3 + ε1
a. Keterangan : Y1
=
Pendapatan masyarakat rumah tangga kawasan pesisir
α0
=
Konstanta
α1,α2, α3
=
Koefisien regresi masing-masing variabel
X1
=
Jumlah industri Kota Medan
X2
=
Jumlah tenaga kerja industri Kota Medan
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
X3
=
Nilai ekspor regional Kota Medan
ε1
=
Error Term Y2 = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε2
b. Keterangan : Y2
=
Jumlah tenaga kerja industri rumah tangga kawasan pesisir
βо
=
Konstanta
β1, β2, β3
=
Koefisien regresi masing-masing variabel
X1
=
Jumlah industri Kota Medan
X2
=
Jumlah tenaga kerja industri Kota Medan
X3
=
Nilai ekspor regional Kota Medan
ε2
=
Error Term Y3 =δ0 + δ1X1 + δ2X2 + δ3X3 + ε3
c. Keterangan : Y3
=
Jumlah industri rumah tangga kawasan pesisir
δ0
=
Konstanta
δ 1 , δ 2 ,δ 3
=
Koefisien regresi masing-masing variabel
X1
=
Jumlah industri Kota Medan
X2
=
Jumlah tenaga kerja industri Kota Medan
X3
=
Nilai ekspor regional Kota Medan
ε3
=
Error Term
Analisis ini bertujuan untuk melihat pengaruh perkembangan ekonomi Kota Medan terhadap perkembangan ekonomi pesisir sekitarnya. Data yang diolah
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
terhitung dari tahun 2000-2005. Alasan digunakannya tahun kajian selama 6 tahun yang dimulai dari tahun 2000 karena berdasarkan harga konstan tahun 2000 yang menjadi acuan nilai PDRB yang dipakai. Sedangkan akhir tahun kajian digunakan tahun 2005 karena data tahun 2006 belum tersedia.
Pengujian model Analisis data diikuti dengan melakukan uji statistik. Hal ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independent (bebas) secara individu dan secara bersama berpengaruh terhadap variabel dependen (terikat).
Pengujian secara individu (Uji t) Uji t dilakukan untuk melihat signifikan dari pengaruh variabel bebas (independent variabel) secara individu terhadap variabel terikat (dependent variabel), dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Uji t dilakukan dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut (Algifari, 2000) : H0 : β1 = 0 (tidak ada pengaruh X terhadap Y) Ha : β1 ≠ 0 (ada pengaruh X terhadap Y) Artinya hipotesis nol H0 menyatakan tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis alternatif Ha menyatakan ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika nilai thitung > ttabel, pada tingkat kepercayaan 5%
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
hipotesis nol ditolak, berarti hipotesis alternatif Ha diterima. Berarti ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Pengujian berganda (F test) Uji F dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas (independent variabel) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (dependent variabel).Uji F dilakukan dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut (Algifari, 2000) : H0 : β1 = 0 (tidak ada pengaruh X terhadap Y). Ha : β1 ≠ 0 (ada pengaruh X terhadap Y). Artinya hipotesis nol H0 menyatakan tidak ada pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis alternatif Ha menyatakan ada pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Jika nilai Fhitung > Ftabel, pada tingkat kepercayaan 5% hipotesis nol ditolak.
Uji R2 Nilai R2 (koefisien determinasi) menunjukkan seberapa besar variasi-variasi variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Nilai ini berkisar antara nol dan satu ( 0 ≤ R2 ≤ 1). Semakin besar nilai R2 berarti semakin besar variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi-variasi variabel independen. Untuk memudahkan penelitian maka penulis menggunakan alat bantu software program
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
MINITAB 14.0 untuk menganalisis pengaruh perkembangan ekonomi Kota Medan terhadap perkembangan ekonomi kawasan pesisir sekitar Kota Medan.
3.6 Definisi dan Batasan Operasional Dari berbagai bentuk model yang akan diteliti maka defenisi dan pengukuran yang akan digunakan dapat diterangkan sebagai berikut : 1. Kawasan pesisir, yaitu bagian dari suatu wilayah yang secara administratif masuk dalam lingkup kota tetapi memiliki kekhasan pesisir terutama dikaitkan dengan kondisi fisik geografis. 2. Perkembangan ekonomi Kota Medan dimaksud adalah perkembangan ekonomi yang akan diidentifikasi melalui potensi ekonomi yang dimiliki. 3. Perkembangan kawasan pesisir sekitar yang dimaksud adalah perkembangan kawasan pesisir di sekitar wilayah perkotaan. 4.
Nilai Ekspor adalah nilai jual suatu barang keluar Kota Medan yang
diterima pemerintah Kota Medan setiap tahunnya. 5.
Pendapatan adalah pendapatan rata-rata masyarakat kawasan pesisir
objek penelitian setiap tahunnya. 6.
Tenaga kerja industri adalah Tenaga kerja produktif yang bekerja pada
industri besar atau sedang di Kota Medan. 7.
Industri adalah sejumlah industri berkategori besar dan sedang yang
berada di Kota Medan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Kota Medan 4.1.1 Kedudukan Geografis Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota Medan cenderung miring keutara dan berada pada ketinggian 2,5 37,5 meter diatas permukaan laut. Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah barat, selatan dan timur. Sepanjang wilayah utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.
4.1.2 Kondisi Sosial Kependudukan Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, dan agama merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
menjalani
kehidupan
secara
bermartabat.
Data
SUSENAS
tahun
2004,
memperkirakan penduduk miskin di Kota Medan tahun 2004 berjumlah 7,13% atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa. Dilihat dari persebarannya, Medan bagian Utara (Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar (37,19%) dari keseluruhan penduduk miskin. Garis-garis Besar Haluan Negara menyatakan bahwa jumlah penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai. Program kependudukan di Kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia lainnya meliputi : pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan. Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik, akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel-4.1 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2000–2005
Tahun
Jumlah
Laju Pertumbuhan Luas Wilayah
Kepadatan Penduduk
Penduduk
Penduduk
(Km²)
2000
1.904.273
1,01
265,10
7.183
2001
1.926.052
1,17
265,10
7.267
2002
1.963.086
1,94
265,10
7.408
2003
1.993.060
1,51
265,10
7.520
2004
2.006.014
0,63
265,10
7.567
2005
2.036.018
1,50
265,10
7.681
(Jiwa/Km²)
Sumber: BPS, 2007
Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa selama tahun 2000 – 2005 jumlah penduduk Kota Medan cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 1,92 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 2,03 juta jiwa pada tahun 2005. Demikian juga kepadatan penduduk Kota Medan, meningkat dari 7.183 jiwa/Km2 pada tahun 2000 menjadi 7.681 jiwa/Km2 tahun 2005. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi oleh meningkatnya derajat kehidupan sosial masyarakat khususnya di bidang pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Faktor lain yang juga secara berarti mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya arus urbanisasi dan commuters serta kaum pencari kerja ke Kota Medan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor utama yang menyebabkan komutasi ke Kota Medan adalah adanya pandangan bahwa : a. Bekerja di kota lebih bergengsi
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
b. Di kota lebih mudah mencari pekerjaan c. Tidak ada lagi yang dapat diolah (dikerjakan) di daerah asalnya d. Upaya mencari nafkah yang lebih baik Walaupun selama periode 2000–2005, pertumbuhan penduduk Kota Medan cenderung meningkat, tetapi pertambahannya relatif sedikit yaitu rata-rata 1,33% per tahun. Pertambahan penduduk yang relatif kecil, tidak terlepas dari upaya dan kebijakan pengendalian kelahiran, melalui program Keluarga Berencana (KB) sehingga cenderung menjadikan angka kelahiran menurun. Ciri lain kependudukan Kota Medan adalah besarnya arus commuters di Kota Medan. Jumlah penduduk Kota Medan pada siang hari diperkirakan mencapai 2,5 juta jiwa, sedang pada malam hari diperkirakan 2.036.180 jiwa. Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus disediakan secara keseluruhan. Bila arus commuters cenderung mendorong terjadinya peningkatan jumlah penduduk, maka peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara umum menyebabkan angka pertumbuhan penduduk selama periode 2000-2005 berada pada persentase yang relatif kecil. Peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung meningkatkan rata-rata pendidikan “calon orang tua” yang akan memasuki kehidupan rumah tangga. Melalui tingkat pendidikan yang semakin memadai, apresiasi, dan pandangan masyarakat terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan keluarga juga semakin meningkat. Pandangan bahwa jumlah anggota keluarga yang tidak terlalu besar akan memudahkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena beban ekonomi yang harus dipikul menjadi lebih
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
ringan, telah mendorong Pasangan Usia Subur (PUS) cenderung mengikuti konsep untuk menjadi Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Sebahagian PUS baru, bahkan memilih untuk menunda kelahiran dengan berbagai alasan ekonomi (bekerja) ataupun alasan sosial dan physikologis lainnya. Kebijakan pembangunan kota selama periode 2000–2005 juga dipengaruhi komposisi penduduk Kota Medan, baik sebagai obyek maupun subjek pembangunan. Keterkaitan komposisi penduduk dengan upaya-upaya pembangunan kota yang dilaksanakan, didasarkan kepada kebutuhan pelayanan yang harus disediakan kepada masingmasing kelompok penduduk, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan bahkan pelayanan kesejahteraan sosial lainnya. Ciri penting lainnya dari penduduk Kota Medan adalah kemajemukan agama, adat istiadat, seni budaya dan suku yang sangat heterogen. Oleh karenanya, salah satu ciri utama masyarakat Kota Medan adalah “terbuka”. Pluralisme kependudukan ini juga yang menjadikan sebahagian mereka yang berkunjung ke Kota Medan mendapat kesan Miniatur Indonesia di Kota Medan, ditambah dengan “Melting Potnya Kebudayaan Bangsa”.
4.1.3 Kondisi Perekonomian Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas, baik sebagai pusat pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan sosial yang mencakup bukan hanya Provinsi Sumatera Utara tetapi juga wilayah Provinsi (Sumbagut). Adanya fungsi regional yang luas tersebut, ternyata telah menjadikan Kota Medan dapat menyelenggarakan aktifitas ekonomi dalam volume yang besar. Kapasitas ekonomi
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
yang besar tersebut ditunjukan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Medan, yang selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi daerah – daerah sekitarnya, termasuk dibandingkan dengan dicapai oleh Provinsi Sumatera Utara maupun Nasional. Walaupun Kota Medan sempat mengalami pertumbuhan ekonomi negatif tahun 1998 (- 20%), namun selama tahun 2000 – 2005, ekonomi Kota Medan dapat tumbuh kembali rata – rata sebesar 1,33%. Ini merupakan indikasi bahwa betapapun beratnya (dalamnya), krisis ekonomi yang melanda ekonomi Indonesia dan Kota Medan khususnya, namun secara bertahap pada dasarnya Indonesia dan Kota Medan memiliki kemampuan untuk sembuh dan keluar dari krisis yang sangat berat tersebut. Kapasitas ekonomi yang relatif besar tersebut juga ditunjukkan oleh nilai (uang) PDRB Kota Medan yang saat ini telah mencapai Rp. 24,5 triliun, dengan pendapatan perkapita Rp. 12,5 juta, sektor tertier merupakan sektor sekunder (29,06%), dan sektor primer (4,18%). Jumlah volume kegiatan ekonomi ini, sekaligus memberikan kontribusi lebih kurangnya sebesar 21% bagi pembentukan PDRB Provinsi
Sumatera
Utara.
Dilihat
dari
capaian
pertumbuhan
ekonominya,
pertumbuhan ekonomi Kota Medan juga memperlihatkan elastisitas yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara artinya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selalu menunjukan angka positif yang lebih besar dari pertumbuhan ekonomi Provinsinya. Ini menunjukan bahwa Kota Medan masih merupakan mesin pembangunan bagi daerah – daerah lainnya di Sumatera Utara. Diberlakukannya Undang-Undang No: 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor : 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab. Adanya perimbangan tugas, fungsi dan peran antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tersebut berkonsekuensi, masing- masing daerah harus memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus memiliki sumber pembiayaan yang memadai untuk memikul tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing daerah akan dapat lebih maju, mandiri, sejahtera dan kompetitif. Untuk mendukung penyelenggaraan kewenangan, peran, fungsi, dan tanggung jawabnya. Pemerintah Kota Medan memiliki beberapa sumber pendapatan pokok, yaitu : a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) b. Dana Perimbangan c. Pinjaman Daerah d. Penerimaan yang sah Sebagai daerah yang perkembangan ekonominya sangat didominasi sektor sekunder dan tertier, sumber pendapatan asli daerah sebagian besar diperoleh dari hasil pajak dan retribusi daerah. Bagi Pemerintah Kota Medan, pungutan pajak lebih didefinisikan sebagai cara memberikan kesejahteraan umum (redistribusi pendapatan) dari pada sekedar budgeter. Walaupun ada kecenderungan peningkatan volume dalam PAD, namun diakui 70% sumber penerimaan Kota Medan di sektor publik masih berasal dari
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
alokasi pusat (dana perimbangan/dana alokasi umum). Hal yang menggembirakan dalam hal pembiayaan pembangunan kota adalah, jika sebelumnya sebagian besar program pembangunan yang disediakan oleh pemerintah pusat dialokasikan dalam bentuk dana Inpres (regional) maupun dana DIP (sektoral), maka saat ini sebagian besar sudah dalam bentuk bantuan spesifik (specific blok grant), dan blok grant yang lansung diterima dan dikelola oleh daerah. Pemanfaatan sebagian besar dana perimbangan tersebut oleh Pemerintah Kota Medan digunakan untuk pengembangan jaringan infrastruktur kota terpadu, termasuk pemeliharaannya. Dengan keterpaduan tersebut infrastruktur yang dibangun benar – benar memperlancar arus barang dan jasa antar daerah sehingga dapat menggerakkan kegiatan sosial ekonomi warga Kota Medan. Kegiatan ekonomi yang berkembang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah Kota dalam pembiayaan pembangunan kota, sekaligus memperkecil ketergantungan Pemerintah Kota kepada Pemerintah Pusat. Tabel-4.2 Realisasi APBD Kota Medan Tahun 2000 – 2005 Tahun
Realisasi (Rupiah)
2000
204.336.107.826,67
2001
568.639.837.266,58
2002
722.197.831.000
2003
1.079.834.024.000
2004
1.123.865.492.000
2005
1.228.649.091.079,96
Sumber: Bappeda , 2000-2005
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Disadari salah satu tantangan dalam era global yang semakin berorientasi pasar adalah memperkuat daya saing. Oleh karena itu, dukungan jaringan jalan, sarana pelabuhan, lalu lintas udara, sarana telekomunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan penentu dalam meningkatkan daya saing internasional. Pengembangan kebutuhan infrastruktur ini sekaligus diharapkan dapat memperluas jangkauan kegiatan ekonomi masyarakat, mobilitas penduduk, arus barang dan jasa, serta informasi dengan biaya yang semakin murah. Pembangunan jaringan jalan di Kota Medan diutamakan untuk mendukung sektor ekonomi modern khususnya di industri ekspor. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi produksi dengan menekan biaya pengangkutan, menciptakan akses kepada pasar regional dan internasional sekaligus memperluas pelayanan jasa perkotaan. Untuk mendukung keserasian antara beban dan kepadatan lalu lintas kenderaan dengan kemampuan daya dukung jalan, jaringan jalan di pusat pertumbuhan, pusat produksi, dan yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasaran, Kota Medan telah dilengkapi dengan prasarana jalan tol Belmera yang menghubungkan pusat produksi dan pelabuhan Belawan dengan Tanjung Morawa. Dalam koordinasi pemerintah provinsi juga direncanakan pembangunan jalan tol Medan-Binjai dan Medan-Tebing Tinggi sehingga melengkapi kebutuhan jaringan jalan Medan dengan daerah-daerah hinterlandnya. Disamping itu Kota Medan juga didukung oleh jaringan jalan lintas Sumatera-Jawa yang menghubungkan seluruh provinsi yang ada di pulau Sumatera-Jawa dengan armada transportasi orang dan barang. Untuk dalam kota, Kota Medan juga didukung oleh berbagai jembatan
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
layang, terminal dan sarana transportasi perkeretaapian juga sudah sejak lama merupakan sarana pengangkutan orang dan barang yang digunakan untuk masuk dan keluar Kota Medan. Untuk mendukung kegiatan perdagangan regional dan internasional Kota Medan juga memiliki sarana pelabuhan laut internasional Belawan. Pelabuhan laut Belawan yang dilengkapi dengan sarana peti kemas dengan teknologi tinggi telah menjadi altenatif lalu lintas orang dan barang baik domestik maupun internasional. Pelabuhan laut Belawan menjadi sarana transportasi laut yang menghubungkan Kota Medan dengan seluruh kota-kota besar di Indonesia sebagai Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang, dan lain-lain termasuk berbagai pelabuhan laut negara sahabat seperti Malaysia, Singapura, dan lain-lain. Dengan demikian pelabuhan laut Belawan telah menjadi pusat ekspor-impor barang antar pulau dan negara yang cukup penting di Selat Malaka. Karenanya pelabuhan Belawan termasuk salah satu pelabuhan laut tersibuk dan terpadat di Indonesia yang disinggahi oleh berbagai kapal barang. Untuk mendukung aktifitas perdagangan dan bisnis baik lokal, nasional dan internasional, Kota Medan memiliki fasilitas bandara Polonia Medan. Bandara Polonia merupakan salah satu bandara internasional terbesar di Indonesia setelah bandara Soekarno Hatta, yang melayani hampir seluruh jalur penerbangan domestik dan internasional baik orang maupun barang (ekspor-import) seperti Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang, dan lain-lain (domestik), Malaysia, Amsterdam, Singapura dan lain-lain (internasional). Bandara Polonia terletak tepat di pinggiran Kota Medan dengan berbagai fasilitas yang relatif lengkap, seperti terminal domestik dan
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
internasional yang terpisah, lapangan parkir, pendaftaran keberangkatan, pelayanan pabean, ruang tunggu, pelayanan imigrasi dan ruang kedatangan yang didukung sumber daya manusia dan teknologi kenyamanan dan keamanan penumpang yang tinggi. Untuk mendorong efisiensi berusaha di sektor industri dan perdagangan, Kota Medan menyediakan beberapa kawasan khusus sebagai pilihan lokasi dan investasi dan perdagangan. Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong minat berinvestasi di Kota Medan. Sebagai kawasan yang peruntukannya disesuaikan dengan RTRW yang ditetapkan, maka pilihan lokasi ini memberikan berbagai fasilitas (infrastruktur) yang dibutuhkan dalam kegiatan penanaman modal baik yang bersifat lokal, domestik nasional, maupun asing (PMDN/PMA). Salah satu kawasan industri yang menyiapkan fasilitas investasi yang relatif lengkap adalah Kawasan Industri Medan, yang terletak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli, yang termasuk dalam WPP B. Kawasan Industri ini memiliki luas lebih kurang 514 Ha. Manajemen KIM menyediakan hampir seluruh fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung proses produksi dan distribusinya seperti jaringan jalan yang menghubungkannya dengan pelabuhan laut belawan dan bandara Polonia, serta pusat-pusat perdagangan yang ada di Kota Medan, dan terminal antar provinsi. Juga tersedia kebutuhan tenaga listrik, air, telekomunikasi, Oxygen/nitrogen, unit pengolahan limbah besar, termasuk jaminan keamanan berusaha. Manajemen KIM juga siap membantu mendapatkan izin berusaha yang ditentukan dengan biaya dan waktu yang telah distandarisasi, sederhana, murah, cepat dan pasti.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Harga tanah lokasi pabrik dan untuk keperluan lainnya seperti perkantoran dipastikan lebih murah sehingga dapat menekan biaya investasi yang harus dikeluarkan. Sampai saat ini berbagai jenis perusahaan industri mengambil lokasi investasinya di kawasan ini baik yang berskala besar, sedang maupun kecil. Kebijakan pengembangan sektor industri juga mencakup kebijakan pengembangan sub sektor industri kecil menengah (UKM). Salah satu strategi yang ditempuh adalah membangun lokasi khusus industri kecil menengah (UKM) yang diberi nama Perkampungan Industri Kecil (PIK). di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai, yang termasuk ke dalam WPP C. Kawasan ini memiliki luas 14.496 M². Manajeman PIK juga menyediakan lahan dengan harga yang relatif murah dengan berbagai fasilitas produksi yang diperlukan seperti halnya KIM, termasuk bantuan mendapatkan mitra usaha, permodalan dan pelatihan kewirausahawan, manajemen produksi dan pemasaran untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan sehingga memiliki daya saing baik di pasar lokal, domestik maupun kebutuhan pasar ekspornya. Sampai saat ini sejumlah pengusaha kecil menengah (UKM) telah mengambil lokasi di kawasan PIK, dengan berbagai jenis produk industri kecil menengah yang dihasilkan. Untuk mengantisipasi kebutuhan lokasi berusaha yang lebih besar pada masa datang sesuai dengan perkembanganindustri yang ada khususnya memasuki era perdagangan bebas (AFTA/APEC, dan lain-lain). Kota Medan juga menyediakan kawasan yang disebut Kawasan Industri Baru (KIB) di Kecamatan Medan Labuhan dengan luas 650 Ha yang dapat diperluas mencapai 1000 Ha.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Sumber: Bappeda, 2007
Gambar 4.4 Peta Provinsi Sumatera Utara
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Seperti halnya kawasan industri yang sudah ada lebih dahulu, kawasan ini juga menyediakan berbagai fasilitas berproduksi yang dibutuhkan seperti tenaga listrik, air bersih, jaringan telepon, gas dan unit pengolahan limbah termasuk sarana pelabuhan. Kawasan ini juga termasuk kawasan berikat (bounded area), sehingga kebutuhan perizinan yang diperlukan diselenggarakan satu atap (one stop service) dan diselenggarakan oleh manajemen KIB secara langsung. Namun demikian, dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, (khususnya pasal 2 (3) point 5 f), kewenangan Pemerintah Pusat dan Provinsi tinggal hanya tahap pengaturan kawasan berikat, sedang bidang perizinan, kewenangannya telah diserahkan kepada Pemerintah Kota Medan. Oleh karena kawasan ini relatif baru maka kawasan ini juga menunggu mitra manajemen pengolaan lahan untuk lebih meningkatkan produktivitas khususnya bagi investor asing. Dari hasil penghitungan PDRB Kota Medan tahun 2004, terlihat bahwa sektor usaha yang dominan kontribusinya terhadap PDRB sama seperti pada tahuntahun sebelumnya yaitu pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sektor Pengangkutan dan komunikasi masing-masing sebesar 26,26 % dan 18,24 %. Kedua sektor ini mampu menyumbang hampir dari separuh nilai total PDRB, yaitu sebesar 44,49 %. Tidak tampak pergeseran nilai di tiap sektor pada enam tahun terakhir dan membentuk
garis
perekonomian
yang
linier.
Dengan
demikian,
struktur
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
perekonomian Kota Medan tetap didominasi oleh sektor sekunder dan tersier yang merupakan ciri daerah perkotaan. Nilai PDRB Kota Medan dan acuannya terhadap nilai PDRB Provinsi Sumatera Utara pada awal dan akhir tahun kajian yaitu tahun 2000 dan 2005 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel-4.3 Nilai PDRB Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000 dan Tahun 2005 No
1
Lapangan Usaha Pertanian, peternakan & perikanan
PDRB Kota Medan
PDRB Prov. Sumatera Utara
(Juta Rupiah)
(Juta Rupiah)
TH 2000
TH 2005
TH 2000
TH 2005
594.285,03
670.580,00
18.963.315.44
22.191.304.61
582,40
776,55
1.314.347.67
1.074.750.54
2
Pertambangan dan penggalian
3
Industri pengolahan
3.222.016,98
3.842.146,29
16.926.777.44
21.305.368.15
4
Listrik dan air bersih
314.190,44
413.360,40
529.119.53
716.250.61
5
Bangunan
1.980.125,64
2.712.629,71
3.993.300.13
5.515.982.46
5.353.950,80
6.850.435.34
12.761.937.72
15.984.925.39
2.735.250,42
4.637.201,51
4.400.380.42
7.379.922.33
2.654.383,08
3.507.537,27
4.022.790.30
5.440.496.67
2.101.794,76
2.637.749,44
6.242.143.73
8.288.790.46
18.956.579,4
25.272.416,52
69.154.112,38
87.897.791,21
6 7 8 9
Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa JUMLAH
Sumber: BPS, 2000 dan 2005
Nilai PDRB diatas yang merupakan nilai PDRB Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2000 dan 2005 berguna dalam melihat peningkatan aktifitas Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara, dimana terlihat peningkatan pada 6 tahun terakhir.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
PETA PDRB DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Sumber: Bappeda, 2007
Gambar 4.5 PDRB Wilayah Provinsi Sumatera Utara
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel-4.4 Nilai Persentase PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2000–2005 No Lapangan Usaha 1 2
Pertanian, peternakan & perikanan Pertambangan dan penggalian
2000
2001
2002
2003
2004
2005
3,13%
3,14%
3,17%
2,96%
2,80%
2,65%
0,003%
0,003%
0,003%
0,003%
0,003%
0,003%
3
Industri pengolahan
17,00%
17,06%
16,32%
16,07%
15,77%
15,20%
4
Listrik dan air bersih
1,66%
1,71%
1,72%
1,76%
1,71%
1,64%
5
Kontruksi
10,45%
10,25%
10,15%
10,14%
10,68%
10,73%
28,24%
27,51%
27,23%
26,66%
26,26%
27,11%
14,43%
15,22%
16,44%
17,25%
18,24%
18,35%
14,00%
14,25%
14,23%
14,57%
14,16%
13,88%
11,09%
10,87%
10,72%
10,58%
10,38%
10,44%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
6 7 8 9
Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, jasa perusahaan Jasa-jasa JUMLAH
Sumber: Hasil Analisis
Nilai persentase PDRB Kota Medan tahun 2000–2005 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000 dapat disimpulkan ada beberapa sektor yang mengalami peningkatan yaitu sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor kosntruksi, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Ada beberapa sektor yang menurun yaitu sektor pertanian, peternakan, dan perikanan, sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih, serta sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan. Tetapi untuk sektor pertambangan dan penggalian tidak mengalami peningkatan (statis).
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel-4.5 Kondisi Umum Perekonomian Kota Medan INDIKATOR MAKRO EKONOMI
No
Indikator
1.
PERTUMBUHAN EKONOMI
2.
PDRB-BERLAKU
3.
PDRB KONSTAN 2000
4.
PDRB PERKAPITA HARGA BERLAKU
5.
VOLUME EKSPOR
6.
NILAI EKSPOR
7.
VOLUME IMPOR
8.
NILAI IMPOR
9.
INFLASI
Satuan % TRILIUN RP TRILIUN RP JUTA RP JUTA TON MILYAR US$ JUTA TON MILYAR US$ %
Tahun Tahun
Tahun
2005
2006
2007
5,48
6.18
7.02
136,90
168.68
175.26
87,89
93.33
100.62
11,11
13.34
13.73
8,17
8.70
8.39
4,56
5.52
4.45
3,72
4.40
3.74
1,18
1.46
1.63
22,41
6.11
6.50
Sumber: Bappeda, 2007
Kondisi umum perekonomian Kota Medan untuk tahun 2005, 2006, dan 2007 dapat disimpulkan pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat. Dimana volume ekspor yang cukup meningkat dan inflasi yang terjadi juga menurun tentunya akan meningkatkan aktifitas ekonomi Kota Medan. Dari peta pertumbuhan ekonomi wilayah di Provinsi Sumatera Utara ternyata Kota Medan mengalami pertumbuhan ekonomi 10,42%. Artinya jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kabupaten atau kota yang lain ternyata Kota Medan masih menempati posisi atas.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
PETA PERTUMBU HAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA UTARA
Sumber: Bappeda, 2007
Gambar 4.6 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Provinsi Sumatera Utara
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Target pertumbuhan perekonomian Kota Medan dapat digambarkan dari tabel berikut : Tabel-4.6 Target Pertumbuhan Nilai PDRB Kota Medan Atas Harga Konstan Tahun 2008 No
Lapangan Usaha
2008
1
Pertanian, peternakan & perikanan
4,69 %
2
Pertambangan dan penggalian
4,57 %
3
Industri pengolahan
9,22 %
4
Listrik dan air bersih
6,93 %
5
Kontruksi
9,88 %
6
Perdagangan, hotel, dan restoran
7,61 %
7
Pengangkutan dan komunikasi
10,44 %
8
Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
7,65 %
9
Jasa-jasa
6,33 % JUMLAH
100 %
Sumber: Bappeda, 2007
4.1.4 Perekonomian Provinsi Sumatera Utara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. PDRB per Kapita diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Nilai PDRB per Kapita dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk suatu wilayah walaupun sebenarnya nilai PDRB perkapita ini belum tentu dinikmati oleh masyarakat di daerah tersebut.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel-4.7 Perkembangan Beberapa Indikator Makro Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990 – 2004
Indikator (Tahun)
PDRB Harga
PDRB Harga
Berlaku
Konstan 1993
(milyar Rp.)
(milyar Rp.)
PDRB perKapita Harga Berlaku (Rp.)
PDRB perKapita Harga Konstan1993
Inflasi (%)
(Rp.)
1990
10.854,51
5.934,57
1.027,703
563.095
7,86
1991
12.248,15
6.386,73
1.137,861
595.322
7,95
1992
14.316,66
6.811,43
2.128,316
1.379.592
5,42
1993
18.215,46
18.215,46
1.698,013
1.726.370
10,67
1994
21.701,00
19.942,02
1.989,051
1.830.004
7,68
1995
24.630,52
21.753,81
2.226,447
1.966.410
7,61
1996
28.173,10
23.714,74
2.505,099
2.108.670
9,10
1997
34.006,27
25.065,41
2.846,967
2.619.961
14,49
1998
50.705,97
22.332,69
4.534,120
1.996.990
83,56
1999
61.957,56
22.910,09
5.476,169
2.024.927
1,39
2000
67.659,89
24.016,60
5.928,516
2.085.870
5,73
2001
77.803,207
24.911,05
6.741,946
2.139.430
14,78
2002
88.117,50
25.925,36
7.482,946
2.201.584
9,60
2003
96.233,39
27.071,25
8.497,851
2.271.732
4,23
2004
114.647,24
28.598,61
9.456,726
2.358.967
6,81
Sumber : Hasil Analisis
Mulai pulihnya perekonomian Indonesia berdampak pada perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Salah satu indikator membaiknya ekonomi Provinsi Sumatera Utara adalah meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi. Perekonomian Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2004 tumbuh sebesar 5,74%. Laju pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari tahun 2003 yang sebesar 4,81%. Pertumbuhan ekonomi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 13,49%. Pertumbuhan yang cukup tinggi juga dicapai oleh
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
sektor konstruksi sebesar 7,65%. Sementara itu, sektor pertanian yang menyumbang sekitar 24,47%. Perekonomian di Provinsi Sumatera Utara mampu tumbuh sebesar 3,75%. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pada yang dicapai pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 2,51%. Berdasarkan harga berlaku, PDRB Provinsi Sumatera Utara meningkat dari Rp.96.233,39 Milyar pada tahun 2003 menjadi Rp.114.647,24 Milyar pada tahun 2004. Meningkatnya PDRB ini berdampak pada naiknya kesejahteraan penduduk yang dapat dilihat secara tidak langsung dari besarnya PDRB per kapita. Hal ini tidak terlepas dari peranan sektor perbankan sebagai sektor yang paling yang berpengaruh selama krisis ekonomi tetapi sekarang menunjukkan perbaikan dan ini tercemin dari meningkatnya dana yang dihimpun juga kredit yang disalurkan pada sektor perbankan memberi peluang dan harapan pada sektor riil untuk mengembangkan usahanya pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tabel-4.8 Nilai Ekspor Barang dan Jasa Kota Medan Tahun 2000–2005 Tahun
Nilai Ekspor (Juta Rupiah)
2000
17868,24
2001
17215,506
2002
22056,102
2003
20062,125
2004
23721,219
2005
34715,574
Sumber: BPS. 2000-2005
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas. baik sebagai pusat pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan sosial yang mencakup bukan hanya Provinsi Sumatera Utara tetapi juga wilayah Provinsi (Sumbagut). Adanya fungsi regional yang luas tersebut. ternyata telah menjadikan Kota Medan dapat menyelenggarakan aktifitas ekonomi dalam volume yang besar. Kapasitas ekonomi yang besar tersebut ditunjukan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Medan. yang selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi daerah – daerah sekitarnya. termasuk dibandingkan dengan dicapai oleh Provinsi Sumatera Utara maupun Nasional. Kapasitas ekonomi yang relatif besar tersebut juga ditunjukkan oleh nilai (uang) PDRB Kota Medan yang saat ini telah mencapai Rp 136,90 triliun. dengan pendapatan perkapita Rp. 11,11 juta. Jumlah volume kegiatan ekonomi ini sekaligus memberikan kontribusi bagi pembentukan PDRB Provinsi Sumatera Utara. Dilihat dari capaian pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan juga memperlihatkan elastisitas yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara artinya. pertumbuhan ekonomi Kota Medan selalu menunjukan angka positif yang lebih besar dari pertumbuhan ekonomi Provinsinya. Ini menunjukan bahwa Kota Medan masih merupakan mesin pembangunan bagi daerah – daerah lainnya di Sumatera Utara.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel-4.9 Volume Ekspor Melalui Pelabuhan Belawan Tahun 2000 – 2005 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Nilai Ekspor (Ton) 4.165.809 4.471.559 5.589.897 4.449.371 4.780.526 6.727.831
Sumber: BPS. 2000-2005
Volume ekspor yang melalui pelabuhan Belawan tahun 2000-2005 terjadi peningkatan meskipun terjadi penurunan pada tahun 2003, kondisi ini mungkin disebabkan tidak begitu besar aktifitas ekonomi di Kota Medan sehingga hasil-hasil produksi yang diekspor terjadi penurunan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Sumber: Bappeda, 2007
Gambar 4.7 Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.2. Kondisi Umum Kawasan Pesisir Kota Medan 4.2.1 Kedudukan Geografis Penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan yang ada di wilayah pesisir Kota Medan yaitu Kecamatan Medan Belawan. Kecamatan Medan Labuhan. Kecamatan Medan Marelan. Kecamatan Medan Belawan dengan luas wilayahnya 26.25 KM². Kecamatan Medan Belawan adalah daerah pesisir Kota Medan dan merupakan wilayah bahari dan maritim yang berbatasan langsung pada Selat Malaka dengan penduduknya berjumlah 94.146 jiwa (2005). Di Kecamatan Medan Belawan ini terdapat Pelabuhan Belawan yang merupakan pelabuhan terbuka untuk perdagangan internasional. regional dan nasional. Pelabuhan Belawan ini merupakan urat nadi perekonomian Sumatera Utara khususnya arus keluar masuk barang dan penumpang melalui angkutan laut. sehingga Kota Medan dikenal dengan pintu gerbang Indonesia bagian Barat. Di Kecamatan Medan Belawan ini juga terdapat Terminal Peti Kemas Konvensional Gabion Belawan. yang merupakan Pintu Gerbang ekspor dan impor barang Indonesia bagian Barat.Kecamatan Medan Labuhan dengan luas wilayahnya 36.67 KM². Kecamatan Medan Labuhan adalah merupakan daerah yang berdekatan dengan daerah pesisir (dekat dengan Belawan dan pesisir Deli Serdang). dengan penduduknya berjumlah 102.656 Jiwa (2005). Di Kecamatan Medan Labuhan ini banyak terdapat industri kecil seperti Produksi Perabot Rumah Tangga dari Kayu. Disamping itu juga ada Pertanian dibidang Tanaman Kelapa Genjah di Kelurahan Nelayan Indah. Di Kecamatan Medan Labuhan ini terdapat industri menengah dan industri besar seperti produksi inti sawit dan makanan ternak. Kecamatan Medan
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
PETA KAWASAN PESISIR SEKITAR KOTA MEDAN
Sumber: Bappeda, 2007
Gambar 4.8 Peta Kawasan Pesisir Kota Medan
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Marelan dengan luas wilayahnya 23.82 Km². Kecamatan Medan Marelan dengan penduduknya berjumlah : 116.716 jiwa (2005). Di Kecamatan Medan Marelan ini terdapat sebuah tempat rekreasi yang sedang dikembangkan. yaitu Danau Siombak. merupakan Danau buatan yang indah. dengan luas areal 40 Hektar. Jaraknya 15 Km dari Pusat Kota Medan. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Marelan ini juga ada terdapat beberapa gudang-gudang besar seperti Banda Graha Reksa dan juga terdapat peternakan ayam sebagai pasokan telur ayam untuk Kota Medan.
4.2.2 Kondisi Sosial Kependudukan Sebahagian penduduk Kota Medan yang miskin tinggal dipedesaan daerah pesisir Pantai. Kemiskinan ini terlihat dari : a. Income Per Kapita yang rendah b. Kawasan tempat tinggal pesisir c. Sumber air keperluan RT tergantung pada air sungai d. Ratio Kepadatan Tempat tinggal < 5 M2 /Orang e. Terbatasnya pemilikan aset produktif
4.2.3 Kondisi Perekonomian Kondisi perekonomian
daerah kawasan pesisir sekitar Kota Medan yang
menjadi ukuran umum Terhadap masyarakatnya dapat dilihat pada penyajian tabel berikut ini :
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel-4.10 Jumlah Industri Besar/Kecil Dan Rumah Tangga di Kawasan Pesisir Kota Medan Tahun 2000 – 2005 (unit) Kawasan Pesisir
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Kel. Belawan I
49
52
58
58
58
58
Kel. Belawan II
56
59
62
62
62
62
Kel. Belawan Bahari
39
42
43
43
43
43
Kel. Belawan Bahagia
25
28
26
26
26
26
Kel. Belawan Sicanang
34
37
38
38
38
38
Kel. Bagan Deli
30
32
34
34
34
34
Kel. Besar
44
54
54
54
54
96
Kel. Tangkahan
45
50
50
50
50
50
Kel. Martubung
44
50
50
50
50
76
Kel. Sei Mati
46
50
50
50
50
32
Kel. Pekan Labuhan
39
54
54
54
54
56
Kel. Nelayan Indah
28
30
30
30
30
20
Kel. Labuhan Deli
2
2
2
2
2
2
Kel. Rengas Pulau
4
4
4
4
4
4
Kel. Terjun
1
2
2
2
2
2
Kel. Tanah Enam Ratus
0
0
0
0
0
0
Kel. Paya Pasir
1
1
1
1
1
1
487
547
560
560
560
599
JUMLAH
Sumber: BPS dan Kelurahan. 2000-2005
Jumlah industri besar/kecil dan rumah tangga di kawasan Pesisir Kota Medan tahun 2000-2005 terdapat adanya peningkatan yang cukup tinggi khususnya pada industri rumah tangga yang diplot datanya pada lampiran 4 yang merupakan data yang akan dianalisis pada penelitian ini. Dari tahun 2002-2004 tidak terjadi peningkatan sama sekali, tetapi terjadi kenaikan pada tahun 2005.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel-4.11 Jumlah Tenaga Kerja Industri Rumah Tangga di Kawasan Pesisir Kota Medan Tahun 2000 – 2005 (Jiwa) Kawasan Pesisir
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Kel. Belawan I
369
435
463
463
472
514
Kel. Belawan II
639
706
727
727
736
779
Kel. Belawan Bahari
282
340
347
348
357
399
Kel. Belawan Bahagia
262
330
362
363
374
416
Kel. Belawan Sicanang
407
455
471
472
484
535
Kel. Bagan Deli
157
223
228
228
246
289
Kel. Besar
3.177
3.245
3.268
3.268
3.279
3.322
Kel. Tangkahan
1.749
1.802
1.820
1.820
1.830
1.872
Kel. Martubung
1.544
1.601
1.641
1.641
1.648
1.690
Kel. Sei Mati
1.675
1.742
1.771
1.771
1.780
1.822
Kel. Pekan Labuhan
1.867
1.933
1.956
1.956
1.965
2.007
Kel. Nelayan Indah
991
1.046
1.067
1.067
1.075
1.117
Kel. Labuhan Deli
648
701
714
715
723
765
Kel. Rengas Pulau
981
1.044
1.078
1.078
1090
1.132
1.080
1.118
1.142
1.142
1.142
1.184
Kel. Tanah Enam Ratus
393
423
438
438
466
508
Kel. Paya Pasir
299
376
394
394
407
449
16.520
17.518
17.888
17.892
18.074
18.798
Kel. Terjun
JUMLAH
Sumber: BPS dan Kelurahan. 2000-20005
Jumlah tenaga kerja industri rumah tangga di kawasan pesisir sekitar Kota Medan tahun 2000-2005 cenderung mengalami peningkatan. Dapat disimpulkan industri-industri rumah tangga di kawasan pesisir cukup menyerap tenaga kerja baru setiap tahunnya, meskipun tidak begitu banyak penambahannya.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel-4.12 Jumlah Pendapatan Rumah Tangga dari Sampel Masyarakat Kawasan Pesisir Kota Medan Tahun 2000 – 2005 (juta rupiah) Kawasan Pesisir
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Kel. Belawan I
228,000
261,000
266,400
270,600
277,800
280,800
Kel. Belawan II
205,200
244,200
249,600
253,800
261,000
264,000
Kel. Belawan Bahari
224,400
258,600
264,000
268,200
275,400
278,400
Kel. Belawan Bahagia
172,800
205,800
211,200
215,400
222,600
225,600
Kel. Belawan Sicanang
187,200
237,600
243,000
247,200
254,400
257,400
Kel. Bagan Deli
180,000
207,000
212,400
216,600
223,800
226,800
Kel. Besar
250,800
283,800
289,200
293,400
300,600
303,600
Kel. Tangkahan
201,600
240,600
246,000
250,200
257,400
260,400
Kel. Martubung
265,200
298,200
303,600
307,800
315,000
318,000
Kel. Sei Mati
273,600
306,600
312,000
316,200
323,400
326,400
Kel. Pekan Labuhan
265,200
322,200
327,600
331,800
339,000
342,000
Kel. Nelayan Indah
250,800
283,800
289,200
293,400
300,600
303,600
Kel. Labuhan Deli
159,600
192,600
198,000
202,200
209,400
212,400
Kel. Rengas Pulau
144,000
177,000
182,400
186,600
193,800
196,800
Kel. Terjun
284,400
317,400
322,800
327,000
334,200
337,200
Kel. Tanah Enam Ratus
309,120
342,120
347,520
351,720
358,920
361,920
Kel. Paya Pasir
216,000
249,000
254,400
258,600
265,800
268,800
3.817,920
4.427,520
4.519,320
4.590,720
4.713,120
4.764,120
JUMLAH
Sumber: Hasil Analisis
4.2.4 Kondisi Lingkungan Di Pesisir Timur Sumatera Utara terdapat 436 desa pesisir yang tersebar di 35 Kecamatan dan 7 (tujuh) Kabupaten/Kota. 17 desa di antaranya tersebar pada 3 kecamatan yaitu kecamatan Medan Belawan, kecamatan Medan Labuhan, kecamatan medan Marelan. Sebagian besar masyarakat desa pesisir menggantungkan hidupnya secara langsung di wilayah pesisir. Secara umum dapat dilihat bahwa taraf hidup
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
mereka (khususnya nelayan) masih banyak yang hidup pra sejahtera (miskin). Eksploitasi secara besar-besaran terhadap sumberdaya pesisir dan laut dalam rangka pembangunan ekonomi menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan yang cukup parah. Dampak negatif dari eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan dan tidak terarah telah dapat dirasakan langsung oleh masyarakat desa pesisir. Proses tergerusnya garis pantai (erosi/abrasi) dan bertambah dangkalnya perairan pantai (sedimentasi/pengendapan) pada dasarnya merupakan proses yang terjadi secara alami, tetapi kejadian tersebut diperparah dengan ulah manusia yang telah membabat tanaman pelindung pantai (mangrove), baik untuk tujuan pemanfaatan nilai ekonomis kayu bakau maupun untuk konversi lahan menjadi tambak atau lokasi bangunan liar. Dibeberapa bagian pesisir timur Sumatera Utara terdapat garis pantai yang (bertambah) maju terutama di daerah yang sedimentasinya cukup tinggi. Kerusakan mangrove di pesisir timur mempunyai dampak negatif lebih jauh yang dirasakan langsung oleh masyarakat pesisir sendiri antara lain: a. Berkurangnya hasil tangkapan ikan dan udang b. Semakin sulitnya mendapatkan kepiting bakau (scylla serrata) baik ukuran konsumsi maupun ukuran untuk benih Selain karena kerusakan mangrove, pencemaran juga telah banyak memberi andil pada kerusakan lingkungan pesisir, baik limbah cair maupun limbah padat yang bersumber dari industri dan rumah tangga. Dari hasil survey primer yang dilakukan, didapatkan data persepsi masyarakat setempat mengenai kondisi lingkungan kawasan pesisir Kota Medan yang selengkapnya tersaji pada Tabel 4.13 berikut ini :
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.3. Identifikasi Perkembangan Ekonomi Kota Medan Untuk mengidentifikasi potensi ekonomi Kota Medan ditinjau dari aspek ekonomi selain dilakukan secara deskriptif juga dilakukan analisis kuantitatif menggunakan analisis Location Quotion dan Shift and Share. Dengan menggunakan rumus-rumus seperti yang telah diuraikan pada Bab III didapatkan hasil perhitungan yang selanjutnya ditabelkan sebagaimana berikut : Tabel-4.14 Hasil Perhitungan LQ Kota Medan Tahun 2005
No
PDRB
PDRB
Prov Sumut
Kota Medan
Lapangan Usaha
1
2
( jutaan rupiah) ( jutaan rupiah) 4 3
Location Quation (LQ)
4 i / Total 4 3i / Total 3 5
6
3 Industri pengolahan
21.305.368,15
3.842.146,29
0,6272
4 Listrik, gas dan air bersih 5 Konstruksi
716.250,61 5.515.982,46
413.360,40 2.712.629,71
2,0072 1,7104
Sektor Non Basis Sektor Non Basis Sektor Non Basis Sektor Basis Sektor Basis
6 Perdagangan, restoran dan Hotel
15.984.925,39
6.850.435.34
1,4905
Sektor Basis
7 Angkutan dan komunikasi
7.379.922,33
4.637.201,51
2,1854
Sektor Basis
8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
5.440.496,67
3.507.537,27
2,2423
Sektor Basis
9 Jasa-jasa
8.288.790,46
2.637.749,44
1,1068
Sektor Basis
87.897.791,22
25.272.416,52
1
Pertanian, perikanan kehutanan dan peternakan
Keterangan
22.191.304,61
2 Pertambangan dan Penggalian 1.074.750,54
TOTAL
670.580,00
0,1051
776,55
0,0025
Sumber: Hasil Analisis
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang memiliki nilai LQ lebih besar dari satu (LQ > 1) adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Dengan demikian sektor-sektor tersebut adalah sektor basis yang membutuhkan perhatian untuk tetap dipertahankan dan dikembangkan sebagai pendukung kemajuan perekonomian dan pendapatan Kota Medan. Sedangkan sektor-sektor selain diatas, yaitu sektor pertanian, perikanan, kehutanan dan peternakan, sektor industri pengolahan serta sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor non basis. Untuk melihat pertumbuhan Kota Medan secara detil, dilakukan analisis berdasarkan nilai komponen pertumbuhan wilayah/komponen national Share, komponen pertumbuhan proporsional/komponen proporsional Share, dan komponen pergeseran(pertumbuhan)
pangsa
pasar/komponen
differential
Share
dengan
mengambil provinsi Sumatera Utara sebagai acuan. Hasil dari perhitungan masingmasing komponen tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.14, Tabel 4.15, dan Tabel 4.16 berikut :
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel-4.15 Komponen National Share Acuan Tahun 2000 – 2005 PDRB Prov Sumut NO
Lapangan Usaha
2000
2005
( jutaan rupiah) ( jutaan rupiah) 1
2
Ns (Σ4:Σ3)-1
3
4
5
1 Pertanian. Perikanan kehutanan dan peternakan
18.963.315.44
22.191.304.61
0,2710
2 Pertambangan dan Penggalian
1.314.347.67
1.074.750.54
0,2710
3 Industri pengolahan
16.926.777.44
21.305.368.15
0,2710
529.119.53
716.250.61
0,2710
5 Konstruksi
3.993.300.13
5.515.982.46
0,2710
6 Perdagangan. restoran dan Hotel
12.761.937.72
15.984.925.39
0,2710
7 Angkutan dan komunikasi
4.400.380.42
7.379.922.33
0,2710
8 Keuangan. persewaan dan jasa perusahaan
4.022.790.30
5.440.496.67
0,2710
9 Jasa-jasa
6.242.143.73
8.288.790.46
0,2710
69.154.112.38
87.897.791.21
4 Listrik. gas dan air bersih
TOTAL Sumber: Hasil Analisis
Pada tabel di atas tampak bahwa kinerja perekonomian Provinsi Sumatera Utara bernilai positif dan cukup baik setelah terjadinya krisis yang dimulai pada beberapa tahun sebelumnya. Perbaikan kinerja ini sedikit banyak mempengaruhi pertumbuhan pada daerah-daerah di Provinsi Sumatera Utara termasuk Kota Medan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel-4.16 Komponen Proporsional Share Acuan Tahun 2000 – 2005 No
Lapangan Usaha
1
2
PDRB Prov Sumatera Utara
Ps
2000 2005 ( jutaan rupiah) ( jutaan rupiah) (4 : 3) - (Σ4 : Σ3) 3
4
5
Pertanian, perikanan kehutanan dan peternakan
18.963.315,44
22.191.304,61
- 0,1008
2 Pertambangan dan Penggalian
1.314.347,67
1.074.750,54
- 0,4533
3 Industri pengolahan
16.926.777,44
21.305.368,15
- 0,0124
529.119,53
716.250,61
0, 0826
3.993.300,13
5.515.982,46
0,1103
Perdagangan, restoran dan Hotel
12.761.937,72
15.984.925,39
- 0,0185
7 Angkutan dan komunikasi
4.400.380,42
7.379.922,33
0,4061
Keuangan, persewaan dan Jasa perusahaan
4.022.790,30
5.440.496,67
0,0814
6.242.143,73
8.288.790,46
0,0568
69.154.112,38
87.897.791,21
1
4 Listrik, gas dan air bersih 5 Konstruksi 6
8
9 Jasa-Jasa TOTAL
Keterangan 6
- Pertumbuhan Lambat - Pertumbuhan Lambat - Pertumbuhan Lambat - Pertumbuhan Cepat - Pertumbuhan Cepat - Pertumbuhan Lambat - Pertumbuhan Cepat - Pertumbuhan Cepat - Pertumbuhan Cepat
Sumber: Hasil Analisis
Sedangkan
nilai
komponen
pertumbuhan
proporsional
(Komponen
Proporsional Share) sektor-sektor untuk wilayah Provinsi Sumatera Utara seperti tampak pada tabel di atas. Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan pesat adalah sektor-sektor dengan nilai Ps positif, yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor konstruksi, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Sektor-sektor tersebut berpengaruh positif terhadap daerah-daerah di Provinsi Sumatera Utara termasuk Kota Medan. Sedangkan sektor-
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
sektor selainnya mengalami pertumbuhan yang lambat dan berpengaruh negatif terhadap pendapatan daerah. Sektor-sektor yang mengalami peningkatan daya saing/keunggulan adalah sektor-sektor dengan nilai Ds positif, yaitu sektor pertambangan dan pengalian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor angkutan dan komunikasi (Tabel 4.17). Tabel-4.17 Komponen Differential Shift Acuan Tahun 2000 – 2005 PDRB Kota Medan No
Lapangan Usaha
1
2
Ds
Keterangan
2000 2005 ( jutaan rupiah) ( jutaan rupiah) (4 : 3) - (Ps 4/Ps 3) 3
4
5
6
594.285,03
670.580,00
- 0,0418
582,40
776,55
0,5157
3.222.016,98
3.842.146,29
- 0,0662
314.190,44
413.360,40
- 0,0380
5 Konstruksi
1.980.125,64
2.712.629,71
- 0, 0114
6 Perdagangan, restoran dan Hotel
5.353.950,80
6.850.435.34
0,0270
7 Angkutan dan komunikasi
2.735.250,42
4.637.201,51
0,0182
8 Keuangan, persewaan dan Jasa perusahaan
2.654.383,08
3.507.537,27
- 0,0310
9 Jasa-Jasa
2.101.794,76
2.637.749,44
- 0,0729
- Daya saing menurun - Daya saing meningkat - Daya saing menurun - Daya saing menurun - Daya saing menurun - Daya saing meningkat - Daya saing meningkat - Daya saing menurun - Daya saing menurun
18.956.579,4
25.272.416,52
1 Pertanian, perikanan kehutanan dan peternakan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri pengolahan 4 Listrik, gas dan air bersih
TOTAL Sumber: Hasil Analisis
Untuk melihat sektor-sektor maju dan kurang maju pada Kota Medan dilakukan analisis lanjutan dengan menghitung pergeseran bersih (Net Shift) yang dapat dilihat pada Tabel 4.18. Dari tabel tampak bahwa sektor-sektor yang memiliki
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
nilai positif adalah semua sektor kecuali sektor pertanian, perikanan,kehutanan dan peternakan, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahan, serta sektor jasa-jasa. Nilai PN/netShift positif tersebut menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut merupakan sektor-sektor yang maju dan sebaliknya untuk nilai PN/Net Shift negatif. Hal yang sama juga ditunjukkan pada nilai absolut pertumbuhan ekonomi kota (PE) pada Tabel 4.20. Komponen Ns, Ps, dan Ds masing-masing sektor dikalikan dengan nilai PDRB Kota Medan tahu 2000 pada sektor yang sama. Hasil perhitungan untuk nilai PE(perubahan pendapatan daerah) menurut sektor sama dengan angkaangka perubahan PDRB pada Tabel 4.19. Tabel-4.18 Pergeseran Netto Kota Medan Tahun 2000 – 2005 No
Lapangan Usaha
Ps
Ds
PN = Ps + Ds
1
2
3
4
5=3 + 4
1 Pertanian, perikanan kehutanan dan peternakan
Keterangan
- 0,1008 - 0,0418
- 0,1427
Sektor Mundur
- 0,4533
Pertambangan dan Penggalian 3 Industri pengolahan
0,5157
0,0623
Sektor Maju
- 0,0124 - 0,0662
- 0,0786
Sektor Mundur
4 Listrik, gas dan air bersih
0, 0826
- 0,0380
0,0446
Sektor Maju
5 Konstruksi Perdagangan, restoran & 6 hotel 7 Angkutan dan komunikasi
0,1103
- 0, 0114
0, 0989
Sektor Maju
- 0,0185
0,0270
0,0085
Sektor Maju
0,4061
0,0182
0,4243
Sektor Maju
8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
0,0814
- 0,0310
0,0504
Sektor Maju
0,0568
- 0,0729
- 0,0160
Sektor Mundur
2
9 Jasa-Jasa Sumber: Hasil Analisis
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel-4.19 Perubahan PDRB Kota Medan Tahun 2000 – 2005 No
Lapangan Usaha
1
2
PDRB Kota Medan (Jutaan) 2000 2005
Perubahan PDRB (Jutaan)
3
4
5
594.285,03
670.580,00
76.294,97
582,40 3.222.016,98 314.190,44 1.980.125,64 5.353.950,80 2.735.250,42
776,55 3.842.146,29 413.360,40 2.712.629,71 6.850.435.34 4.637.201,51
194,15 620.129,31 99.169,96 732.504,07 1.496.484,54 1.901.951,09
8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
2.654.383,08
3.507.537,27
853.154,19
9 Jasa-Jasa
2.101.794,76
2.637.749,44
535.954,68
18.956.579,55
25.272.416,51
6.315.836,96
1 Pertanian, perikanan Kehutanan dan peternakan 2 3 4 5 6 7
Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Konstruksi Perdagangan, restoran & hotel Angkutan dan komunikasi
TOTAL Sumber: Hasil Analisis
Tabel 4.20 Nilai Absolut Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun 2000 – 2005 No
Lapangan Usaha
Ns
Ps
Ds
PE= Ns+ Ps+ Ds
3
4
5
6 = 3 + 4 +5
161.051,24
-59.915,41
-24.865,91
76.269,92
157,83
-264,02
300,32
194,13
3 Industri pengolahan
873.166,60
-39.836,38
-213.336,70
619.993,52
4 Listrik, gas dan air bersih
85.145,61
25.959,32
-11.948,21
99.156,72
5 Konstruksi
536.614,05
218.342,75
-22.536,18
732.420,62
1.450.920,67
-99.022,68
144.360,92
1.496.258,91
7 Angkutan dan komunikasi
741.252,86
1.110.697,48
49.885,48
1.901.835,82
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
719.337,81
216.004,45
-82.299,94
853.042,33
569.586,38
119.452,30
-153.172,57
535.866,10
5.137.233,06
1.491.417,81
-313.612,80
6.315.038,07
1
2 Pertanian, perikanan 1 Kehutanan dan peternakan 2 Pertambangan dan Penggalian
6
8
Perdagangan, restoran dan Hotel
9 Jasa-Jasa TOTAL Sumber: Hasil Analisis
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Selanjutnya dilakukan analisis kembali untuk mengetahui sektor-sektor yang termasuk unggul, agak unggul, agak mundur, dan mundur di Kota Medan dalam periode 2000-2005. Sedangkan yang menjadi acuan utama adalah nilai Ds atau komponen pertumbuhan daya saing daerah karena merupakan komponen terpenting dalam pertumbuhan suatu daerah. Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa sektor sektor dengan nilai Ds positif adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi, sektor angkutan dan komunikasi (unggul), sektor pertanian, perikanan, kehutanan dan peternakan (agak mundur). Sektor yang masuk kriteria agak unggul adalah, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor yang mengalami kemunduran adalah sektor industri pengolahan, serta sektor jasa-jasa. Ns Keterangan: 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri pengolahan 4 = Listrik. gas. air bersih 5 = Konstruksi 6 = Perdagangan. hotel & restoran 7 = Angkutan. komunikasi 8 = Keuangan. persewaan dan jasa perusahaan 9 = Jasa-jasa
Kuadran IV Agak Mundur Sektor 1
Kuadran I Unggul Sektor 2,5,7 Ds
Sektor 3,9 Kuadran III Mundur
Sektor 4,6,8 Kuadran II Agak Unggul
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 4.9 Diagram Sektor Unggulan Kota Medan
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Selain analisis-analisis di atas perlu juga diketahui sektor-sektor apa saja yang memberikan sumbangan terbesar dalam membentuk PDRB Kota Medan selama periode 2000-2005. Nilai PDRB Kota Medan selama periode 2000-2005 dapat dilihat pada Tabel 4.22. Pada tahun 1997, dimana mulai terjadinya krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kota Medan menurun menjadi sebesar 7,73%. Pada tahun 1998 krisis ekonomi masih terjadi bahkan mencapai puncaknya sehingga kegiatan usaha banyak yang tidak mampu lagi beroperasi secara menguntungkan. Akibatnya, perekonomian, baik secara nasional maupun regional menjadi terpuruk. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Kota Medan dimana pada tahun 1998 pertumbuhannya turun sangat drastis mencapai minus 18,11% (BPS, 2000). Seiring dengan adanya berbagai usaha dari pemerintah untuk pemulihan aktifitas dunia usaha di tanah air, maka secara bertahap upaya tersebut mulai terlihat dampak positifnya. Mulai tahun 1999 sampai tahun 2005, perekonomian Kota Medan secara berangsur telah mampu bangkit dari krisis yang terjadi meskipun belum sepenuhnya pulih sebagaimana keadaan sebelum terjadinya krisis. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 tertinggi terjadi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Namun, karena kontribusi kedua sektor tersebut terhadap PDRB Kota Medan sangat kecil, maka pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi
secara total juga kecil. Sedangkan
sektor pertambangan dan pengalian mengalami pertumbuhan statis(BPS, 2006).
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Sektor ekonomi yang besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan secara keseluruhan yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor industri. Pertumbuhan ketiga sektor ini masing-masing sebesar 27,11%, 18,35%, dan 15,2%. Dari hasil penghitungan PDRB Kota Medan tahun 2005 terlihat bahwa sektor usaha yang dominan kontribusinya terhadap PDRB sama seperti pada tahuntahun sebelumnya yaitu pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor pengangkutan dan komunikasi masing-masing sebesar 27,11% dan 18,35%. Kedua sektor ini mampu menyumbang hampir dari separuh nilai total PDRB, yaitu sebesar 45,46 %. Sektor jasa-jasa yang pada tiap tahunnya sebagai penyumbang terbesar ke enam terhadap PDRB Kota Medan belum mampu menggeser sektor transportasi dan komunikasi. Dengan demikian, struktur perekonomian Kota Medan tidak didominasi oleh sektor sekunder dan tersier yang bukan merupakan ciri daerah perkotaan. Sedangkan sektor usaha yang kontribusinya sangat kecil adalah sektor penggalian, sektor listrik dan air minum, serta sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Ketiga sektor ini hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 4,29 %. Besarnya kontribusi sektor-sektor tersebut disebabkan karena Kota Medan merupakan pusat perbelanjaan di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, Kota Medan juga merupakan pusat pemerintahan di Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, wajar jika sektor-sektor tersebut menjadi tulang punggung perekonomian Kota Medan. Bahkan jika dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB Provinsi Sumatera
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Utara, terlihat bahwa Kota Medan merupakan penyumbang terbesar untuk sektorsektor tersebut. Dengan adanya kecenderungan perubahan struktur ekonomi Provinsi Sumatera Utara dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier tentu akan berpengaruh pada perekonomian Kota Medan. Bila dekade tahun 70-an agroindustri merupakan andalan sektor industri, kini industri manufaktur mulai mengambil peranan penting dalam perekonomian wilayah. Kecenderungan ini berkaitan dengan arus relokasi industri dari negara tetangga, Pulau Jawa, khususnya Jabotabek. Perkembangan penanaman modal selain menunjukkan minat ke arah sektor pertanian, juga sektor industri dan jasa. Artinya, seluruh sektor memberikan daya tarik bagi masuknya kegiatan ke Provinsi Sumatera Utara. Perkembangan dan pertumbuhan ini dalam jangka panjang akan membawa implikasi yang besar bagi Kota Medan.
4.4. Identifikasi Perkembangan Ekonomi Kawasan Pesisir Sebagaimana tertuang dalam rencana tata ruang kota, kawasan pesisir Kota Medan sangat berperan dalam membentuk perekonomian Kota Medan, bahkan provinsi Sumatera Utara dan sekitarnya. Secara umum kecamatan Belawan memiliki fungsi utama sebagai pusat perdagangan regional serta fungsi pendukung jasa umum. Pelabuhan Belawan sebagai pusat pelabuhan samudra yang menyediakan sarana pelayanan ekspor impor dan sarana pergudangan, serta fungsi pendukung sebagai kawasan industri besar, terminal barang, rekreasi dan konservasi.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Kawasan pesisir yang terletak di kecamatan Belawan didominasi aktifitas ekonomi berupa perdagangan, jasa penunjang pendidikan, perkantoran serta industri dan pergudangan. Dengan kecenderungan perkembangan Kota Medan menjadi orientasi perdagangan Sumatera bagian timur maka Pelabuhan Belawan akan semakin diandalkan sebagai sarana aliran barang. Pelabuhan Belawan ditargetkan menjadi gerbang ekspor-impor utama bagi Sumatra bagian timur serta komplementer terhadap perkembangan Pelabuhan sekitarnya sehingga peningkatan pelayanan dan perluasan kawasan kerja pelabuhan sudah pasti akan ditingkatkan. Dengan kecenderungan volume bongkar muat yang meningkat sebesar 4% setiap tahunnya maka PT Pelindo I telah mengantisipasi pertumbuhan cargo melaui rencana perluasan kawasan pelabuhan ke arah timur dan utara. Dengan demikian perkembangan sarana pendukung pelabuhan seperti pergudangan di sekitarnya juga akan meningkat. Selain itu, minat berbagai pihak untuk menanamkan modalnya dalam pengembangan Pelabuhan Belawan serta rencana pembangunan Pelabuhan Belawan akan semakin meningkatkan perkembangan di kawasan pesisir Kota Medan di masa mendatang. Disamping pelabuhan, beberapa aktifitas komersial
berskala besar di
kawasan pesisir Kota Medan terdapat di kelurahan-kelurahan di 3 kecamatan wilayah pesisir sekitarnya. Namun demikian, aktifitas yang seharusnya berkembang dikawasan pesisir Kota Medan justru kurang berkembang, yaitu rekreasi/wisata pantai. Beberapa objek wisata pantai yang ada tampak kurang mendapat perhatian
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
sehingga masyarakat lebih cenderung mengunjungi objek wisata pantai yang terdapat di Sumatera Utara bagian timur kota atau kabupaten sekitarnya seperti objek wisata Theme Park Serdang Badagai. Hal tersebut sangat disayangkan karena keindahan kawasan pesisir Kota Medan sebenarnya tidak kalah dengan kawasan pesisir di wilayah sekitar lainnya. Perkembangan kota mengacu pada kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan yang bersifat pematangan. Indikasi ini dapat dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari primer kesekunder atau tersier. Dari gambaran mengenai berbagai aktifitas ekonomi di kawasan pesisir Kota Medan dapat disimpulkan bahwa pada kawasan tersebut struktur perekonomian tidak lagi bertumpu pada sektor primer seperti perikanan, melainkan telah terjadi peningkatan kegiatan usaha masyarakat sehingga sektor sekunder dan tersier lebih dominan.
4.5. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bermukim di wilayah Kecamatan Medan Belawan, Marelan dan Labuhan yang bertujuan utnuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat yang bermukim di kawasan pesisir. Jumlah sampel adalah sebanyak 170 kepala keluarga yang diambil dari 17 kelurahan. Dari setiap kelurahan masing-masing diambil sampel anggota masyarakat sebanyak 10 kepala keluarga. Kelompok sasaran dalam penelitian ini adalah kepala keluarga.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pada bagian ini akan diuraikan karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang meliputi tingkat usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran rumah tangga dan lama tinggal.
4.5.1. Tingkat Usia Masyarakat di Kawasan Pesisir Distribusi tingkat usia mayarakat yang bermukim di kawasan Pesisir Kecamatan Medan Belawan, Marelan dan Labuhan disajikan pada Tabel 4.22 berikut ini : Tabel-4.22 Distribusi Tingkat Usia Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan No 1 2 3 4 5
Kelompok Umur (Tahun) 25 – 34 35 – 44 45 – 54 55 – 64 65 – 74 Jumlah
Jumlah 40 64 36 22 8 170
Persentase (%) 23,53 37,65 21,18 12,94 4,71 100
Sumber : Hasil Analisis
Pengelompokkan usia dari 170 responden yang di observasi berdasarkan usia paling tinggi dan paling rendah menunjukkan bahwa kebanyakan responden berada pada kelompok usia 35–44 tahun sebesar 37,65% dan 23,53% berada pada kelompok usia 25–34 tahun, sedangkan 21,18% adalah untuk kelompok 45–54 tahun, 12,94% kelompok usia 55–64 tahun, dan hanya 4,71% responden yang berada pada kelompok usia 65–74 tahun. Hal ini menggambarkan bahwa secara umum usia responden masih berada kelompok usia produktif.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.5.2. Jenis Kelamin Masyarakat di Kawasan Pesisir Distribusi masyarakat berdasarkan jenis kelamin yang bermukim di kawasan pesisir Kecamatan Medan Belawan, Marelan dan Labuhan disajikan pada Tabel 4.23 berikut ini : Tabel-4.23 Distribusi Jenis Kelamin Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan No
Jenis Kelamin
1 2
Laki-laki Perempuan Jumlah
Frekuensi (fi) 130 40 170
Persentase (%) 76,47 23,53 100
Sumber : Hasil Analisis
Menunjukkan bahwa responden penelitian sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebesar 76,47% dan responden yang berjenis kelamin perempuan hanya sebesar 23,53%.
4.5.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kawasan Pesisir Adapun tingkat pendidikan masyarakat yang bermukim di kawasan pesisir di Kecamatan Medan Belawan, Marelan dan Labuhan di tunjukkan pada Tabel 4.24 : Tabel-4.24 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan No
Tingkat Pendidikan
1 2 3 4 5
Tidak Sekolah SD SLTP SMU PT/Akademi Jumlah
Frekuensi (fi) 6 29 37 91 7 170
Persentase (%) 3,53 17,06 21,76 53,53 4,12 100
Sumber : Hasil Analisis
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tingkat pendidikan responden penelitian sebagian besar berada pada tingkat pendidikan SMU (53,53%) dan SLTP (21,76%). Tingkat pendidikan secara umum sudah memadai dimana hanya terdapat 6 responden yang tidak sekolah dan yang berada pada tingkat pendidikan sekolah dasar hanya berkisar 17,06% perguruan tinggi/akademi sebesar 4,12%.
4.5.4. Jumlah Tanggungan Masyarakat di Kawasan Pesisir Dari tabel di bawah diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga pada kelompok tanggungan 1 orang yaitu sebanyak 125 keluarga (73,53%), selebihnya pada kelompok tanggungan 2 s.d 3 Orang orang sebanyak 33 keluarga (19,41%) dan masing-masing 6 keluarga untuk kelompok tanggungan 4 s.d 5 Orang serta diatas 5 Orang (3,53%). Distribusi responden masyarakat pesisir berdasarkan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 4.25 berikut ini : Tabel-4.25 Distribusi Jumlah tanggungan Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan No
Kelompok Tanggungan
1 2 3 4
1 Orang 2 s.d 3 Orang 4 s.d 5 Orang Diatas 5 Orang Jumlah
Frekuensi (fi) 125 33 6 6 170
Persentase (%) 73,53 19,41 3,53 3,53 100
Sumber : Hasil Analisis
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.5.5. Jenis Pekerjaan Masyarakat di Kawasan Pesisir Hasil observasi terhadap responden mengenai jenis pekerjaan masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir Kecamatan Medan Belawan, Marelan dan Labuhan digambarkan pada sajian tabel dibawah. Distribusi responden masyarakat berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.26 berikut ini : Tabel-4.26 Distribusi Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan No
Pekerjaan
1 2 3 4 5 6
PNS Nelayan Pegawai Swasta Pedagang Buruh Lain-lain Jumlah
Frekuensi (fi) 9 66 32 10 35 18 170
Persentase (%) 5,29 38,82 18,82 5,88 20,59 10,59 100
Sumber : Hasil Analisis
Tabel menunjukkan pekerjaan responden mayoritas adalah sebagai nelayan dan buruh masing-masing sebesar 38,82% dan 20,59%. Selebihnya adalah pegawai swasta 18,82%, pedagang 5,88%, pegawai negeri sipil 5,29% dan status pekerjaan lain-lain adalah 10,59%.
4.5.6. Tingkat Pendapatan Masyarakat di Kawasan Pesisir Dari data yang disajikan pada Tabel 4.27 digambarkan bahwa kondisi ekonomi rumah tangga dari sisi pendapatan masih relatif miskin.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Distribusi responden masyarakat berdasarkan pendapatan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel-4.27 Distribusi Tingkat Pendapatan Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan No 1 2 3 4 5
Tingkat Pendapatan Rumah Tangga (Rp) < 300.000 301.000 – 600.000 601.000 – 800.000 801.000 – 1.000.000 > 1.001.000 Jumlah
Frekuensi (fi) 9 35 75 18 33 170
Persentase (%) 5,29 20,59 44,12 10,59 19,41 100
Sumber : Hasil Analisis
Pendapatan masyarakat mayoritas masih berada pada kisaran Rp. 300.000 – Rp. 800.000 (64,71%) bahkan masih yang berpenghasilan di bawah Rp. 300.000 (5,29%). Hanya sebagian kecil dari anggota masyarakat kawasan pesisir yang berpenghasilan di atas Rp. 800.000, walaupun pada kenyatan penghasilan ini juga masih sangat kurang jika dibandingkan dengan tuntutan tingkat kebutuhan hidup sehari-hari.
4.5.7. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Masyarakat di Kawasan Pesisir Dari tabel 4.28 menunjukkan bagaimana kondisi tingkat pengeluaran masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir di wilayah Kecamatan Medan Belawan, Marelan dan Labuhan. Rata-rata pengeluaran rumah tangga adalah sebesar sejuta per bulan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Distribusi responden masyrakat berdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel-4.28 Distribusi Tingkat Pengeluaran Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan No 1 2 3 4 5
Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga (Rp) < 300.000 301.000 – 600.000 601.000 – 800.000 801.000 – 1.000.000 > 1.001.000 Jumlah
Frekuensi (fi) 34 43 42 51 170
Persentase (%) 20,00 25,29 24,71 30,00 100
Sumber : Hasil Analisis
4.5.8. Lama Domisili Rumah Tangga Masyarakat di Kawasan Pesisir Lama domisili masyarakat di kawasan pesisir di gambarkan dalam data pada tabel dibawah. Rata-rata lama domisili adalah berada tingkat 0–20 tahun atau tepatnya adalah 16 tahun. Distribusi responden masyarakat migran berdasarkan lama berdomisili dapat dilihat pada Tabel 4.29. Tabel-4.29 Distribusi Lama Domisili Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan No 1 2 3 4
Kelompok Domisili (Tahun) 0 – 10 11 – 20 21 – 30 31 – 40 Jumlah
Frekuensi (fi) 64 60 40 6 170
Persentase (%) 37,65 35,29 23,53 3,53 100
Sumber : Hasil Analisis
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.6 Analisis Kondisi Lingkungan Kawasan Pesisir Dari daftar pertanyaan yang disebarkan pada responden, secara umum didapatkan informasi bahwa kawasan pesisir Kota Medan sekitar sebagian besar merupakan kawasan pembangunan. Namun secara kualitas lingkungan masih cukup baik untuk saat ini dan perlu mendapat perhatian untuk masa mendatang. Menurut Sugandhy (1999), salah satu permasalahan lingkungan hidup yang terdapat di kawasan pesisir adalah penyusutan keanekaragaman flora dan fauna di kawasan tersebut. Keberadaan ekosistem pesisir seperti bakau, terumbu karang, dan padang lamun cukup penting untuk dijadikan acuan dalam mengukur kondisi lingkungan
suatu kawasan pesisir. Flora-fauna tersebut merupakan bagian dari
ekosistem pesisir yang memiliki peran penting dalam menjaga fungsi ekologis kawasan tersebut serta menjadi sistem alamiah terhadap ancaman banjir, badai, dan erosi. Misalnya hutan bakau (mangrove), selain berfungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, juga berfungsi sebagai penahan abrasi, penyerap limbah, dan penahan intrusi air laut (Dahuri, 2001). Dari angket yang disebarkan, hampir sebagian besar kawasan pesisir yang terletak di 17 kelurahan Kota Medan sudah tidak memiliki lagi ekosistem pesisir berupa hutan bakau. Persentasi jawaban “tidak ada lagi” untuk pertanyaan mengenai keberadaan populasi bakau adalah sebanyak 84,12 % dari 170 responden yang tinggal di sepanjang kawasan tersebut. Untuk pertanyaan mengenai keberadaan terumbu karang dan padang lamun masing-masing bernilai 55,29% dan 80,59%.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Sedangkan untuk pertanyaan mengenai kemudahan mendapatkan air bersih di kawasan pesisir, sebanyak 69,41% menjawab mudah. Umumnya mereka yang menjawab mudah kebanyakan tinggal di kawasan yang intensitas pembangunannya cukup tinggi di kelurahan yang tidak begitu dekat pesisir pantai. Hal tersebut disebabkan air bersih yang di konsumsi berasal dari PDAM. Sedangkan responden yang menjawab susah 10,59% tidak menggunakan jasa PDAM dan merupakan responden yang tinggal di kawasan pesisir Kecamatan Labuhan. Untuk kualitas air, secara umum dapat dikatakan kualitas air tanah di kawasan pesisir Kota Medan masih relatif baik dengan beberapa indikasi seperti tidak berwarna (82,94% responden yang menjawab), tidak berbau (74,71%), dan rasanya tawar (53,53%). Sedangkan mengenai pencemaran udara, yang cukup bermasalah adalah pesisir dikawasan Belawan dimana terdapat banyak pabrik dan gudang. Sehingga dirasakan cukup mengganggu masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi. Sebanyak 69,41% responden mengatakan kawasan dimana ia tinggal jarang terjadi banjir. Sebanyak 10,59% mengatakan sangat sering dan 4,12% mengatakan sering. Mereka yang sering mengalami banjir ini kebanyakan tinggal di kawasan pelabuhan. Suasana pantai yang yang biasanya tenang dan jauh dari keramaian tampaknya sulit ditemukan lagi di Kota Medan. Umumnya letak garis pantai hanya beberapa ratus meter dari aktifitas masyarakat seperti pasar, terminal, jalan raya, pabrik, dan sebagainya.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Namun demikian, hal yang cukup menarik adalah bahwa masyarakat setempat melihat kawasan pesisir Kota Medan masih menampilkan pemandangan yang indah (sebanyak 55,88% responden). Hal ini merupakan potensi dan perlu ditindaklanjuti dalam hal konservasinya sebelum kondisi tersebut berubah diwaktu mendatang. Menurut Dahuri (2001), beberapa masalah yang terjadi dalam pembangunan di kawasan pesisir dan lautan Indonesia antara lain adalah pencemaran, eksploitasi sumberdaya secara berlebihan, abrasi pantai, dan konversi kawasan lindung kepenggunaan lainnya. Dengan demikian, bila mengacu pada hasil angket dapat diketahui bahwa salah satu permasalahan lingkungan di kawasan pesisir Kota Medan adalah kerusakan fisik habitat, yaitu habitat bakau, terumbu karang, dan padang lamun. Sedangkan menurut Sugandhy (1999), permasalahan lingkungan hidup lainnya di kawasan pesisir adalah penurunan daya dukung lingkungan dan penurunan mutu lingkungan kawasan. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket dibeberapa lokasi yang menyatakan sering terjadinya banjir dan beberapa masalah mengenai air bersih. Namun demikian, secara umum permasalahan lingkungan yang mendominasi dikawasan pesisir Kota Medan adalah penyusutan ekosistem pantai. Sedangkan masalah-masalah lingkungan yang lain, selain belum dilakukan studi secara mendalam, dari hasil angket diketahui bahwa beberapa masalah seperti terjadinya banjir atau kesulitan air bersih hanya terjadi dibeberapa tempat.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.7 Analisis Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan terhadap Perkembangan Kawasan Pesisir Sekitarnya
4.7.1
Analisis Kuantitatif a.
Y1 = 3827,37 – 23,934X1 + 0,12X2 + 0,019X3 + ε1
thitung
(1,797)
(5,016)
(3,757)
(1,824)
Keterangan : ε 1 = 82,96 , R-Sq = 97,7% , R-Sq(adjust) = 94,2% ttabel = 2,02 , ftabel = 19,16 , alpha = 0,05 , N = 6 , df = 5 (N-1) Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Konstanta sebesar 3827,37 yang bertanda positif menyatakan bahwa jika tidak ada penambahan jumlah industri, jumlah tenaga kerja industri, dan nilai ekspor Kota Medan maka total pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir adalah sebesar Rp. 3827,37 juta, artinya terjadi kenaikan pendapatan. 2. Koefisien regresi sebesar -23,9 menyatakan bahwa setiap penambahan jumlah industri Kota Medan sebesar 1 unit akan menurunkan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir sekitarnya sebesar Rp. 23,9 juta. Pengurangan pendapatan yang masih dianggap sangat kecil sekali terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir sekitar Kota Medan, besar kemungkinan disebabkan terhadap dampak pembangunan industri baru yang menyebabkan pengurangan lahan dan pencemaran lingkungan pada kawasan pesisir sekitar kawasan industri tersebut.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Sehingga mempengaruhi negatif terhadap pendapatan masyarakat kawasan pesisir. 3.
Koefisien regresi sebesar 0,12 menyatakan bahwa setiap penambahan jumlah tenaga kerja industri Kota Medan sebesar 1 jiwa akan meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir sekitarnya sebesar Rp. 0,12 juta.
4. Koefisien regresi sebesar 0,019 menyatakan bahwa setiap penambahan nilai ekspor Kota Medan Rp. 1 juta akan meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir sekitarnya sebesar Rp. 0,019 juta. 5. Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,977 berarti 97,7% variasi dari pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel sedangkan sisanya sebesar 2,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Berdasarkan kekuatan hubungan (R) yang disesuaikan sebesar 0,942 menunjukkan bahwa hubungan antara pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir dengan ketiga variabel dimaksud adalah kuat (0,942 > 0,50). 6. Uji t untuk menguji signifikan konstanta dan setiap variabel independent, bahwa pada tingkat signifikan 0,05 apabila nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak dari hasil print out terlihat bahwa: a. Variabel jumlah industri, signifikan 5,016 > 2,02 maka Ho ditolak b. Variabel jumlah tenaga kerja industri,signifikan 3,757 > 2,02 maka Ho ditolak c. Variabel nilai ekspor, tidak signifikan 1,824 < 2,02 maka Ho diterima Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir sekitar Kota Medan, cukup variabel jumlah tenaga kerja industri
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
dan jumlah industri saja yang perlu ditambah. Variabel nillai ekspor juga cukup signifikan, tetapi kurang begiu mempengaruhi peningkatan pendapatan rumah tangga masyarakat kawasan pesisir sekitar Kota Medan. Ini bisa terjadi disebabkan barangbarang ekspor yang tidak banyak diciptakan oleh kawasan pesisir sekitar Kota Medan, sehingga distribusi dari nilai ekspor tersebut tidak banyak dinikmati. 7. Dari uji F test didapat Fhitung sebesar 27,887 jika dibandingkan dengan Ftabel sebesar 19,16 maka Fhitung > Ftabel. Berarti model regresi bisa dipakai untuk memprediksikan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir sekitar Kota Medan dengan kata lain ketiga variabel input dimaksud secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap masyarakat pesisir rumah tangga sekitar Kota Medan.
b.
Y2 = 14106 – 35,23X1 + 0,211X2 + 0,08X3 + ε2
thitung
(3,967)
(4,422)
(3,966)
(4,57)
Keterangan : ε 2 = 138,548 , R-Sq = 98,6% , R-Sq(adjust) = 96,6% ttabel = 2,02 , ftabel = 19,16 , alpha = 0,05 , N = 6 , df = 5 (N-1) Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Konstanta sebesar 14106 yang bertanda positif menyatakan bahwa jika tidak ada penambahan jumlah industri, jumlah tenaga kerja industri, dan nilai ekspor maka jumlah tenaga kerja industri rumah tangga masyarakat pesisir sebesar 14106 jiwa, artinya terjadi kenaikan tenaga kerja industri .
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
2. Koefisien regresi sebesar -35,23 menyatakan bahwa setiap penambahan jumlah industri Kota Medan sebesar 1 unit akan menurunkan jumlah tenaga kerja industri rumah tangga masyarakat pesisir sekitarnya sebesar 35,23 jiwa. Pengurangan tenaga kerja industri rumah tangga yang masih dianggap sangat kecil sekali terhadap tenaga kerja industri masyarakat pesisir sekitar Kota Medan yang ada, besar kemungkinan disebabkan pembangunan industri baru yang tidak begitu menyerap tenaga kerja di sekitar pembangunan industri tersebut. Kemungkinan faktor lain bisa disebabkan oleh latar belakang tingkat pendidikan atau juga masyarakat pesisir yang cukup malas bekerja Sehingga bisa mempengaruhi negatif terhadap penyerapan tenaga kerja industri rumah tangga masyarakat kawasan pesisir. 3. Koefisien regresi sebesar 0,211 menyatakan bahwa setiap penambahan jumlah tenaga kerja industri Kota Medan sebesar 1 jiwa akan meningkatkan jumlah tenaga kerja industri rumah tangga masyarakat pesisir sekitarnya sebesar 0,211 jiwa. 4. Koefisien regresi sebesar 0,08 menyatakan bahwa setiap penambahan nilai ekspor Kota Medan sebesar Rp. 1 juta akan menaikkan jumlah tenaga kerja industri rumah tangga masyarakat pesisir sekitarnya sebesar 0,08 jiwa. 5. Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,986 berarti 98,6% variasi dari jumlah tenaga kerja industri rumah tangga masyarakat pesisir dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel sedangkan sisanya sebesar 1,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Berdasarkan
kekuatan
hubungan
(R)
yang
disesuaikan
sebesar
0,966
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah tenaga kerja industri rumah tangga masyarakat pesisir dengan ketiga variabel dimaksud adalah kuat (0,996 > 0,50). 6. Uji t untuk menguji signifikan konstanta dan setiap variabel independent, bahwa pada tingkat signifikan 0,05 apabila nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak dari hasil print out terlihat bahwa: a. Variabel jumlah industri, signifikan 4,422 > 2,02 maka Ho ditolak b. Variabel jumlah tenaga kerja industri,signifikan 3,966 > 2,02 maka Ho ditolak c. Variabel nilai ekspor, signifikan 4,57 > 2,02 maka Ho ditolak Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja industri rumah tangga masyarakat pesisir sekitar Kota Medan, variabel jumlah tenaga kerja industri, jumlah industri dan nilai ekspor Kota Medan perlu ditambah. Artinya ketiga variabel ini sangat mempengaruhi terhadap penyerapan tenaga kerja baru bagi masyarakat pesisir sekitar Kota Medan. 7. Dari uji F test didapat Fhitung sebesar 48,011 jika dibandingkan dengan Ftabel sebesar 19,16 maka F hitung > F tabel. Berarti model regresi bisa dipakai untuk memprediksikan jumlah tenaga kerja industri rumah tangga masyarakat pesisir sekitar Kota Medan dengan kata lain ketiga variabel input dimaksud secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap jumlah tenaga kerja industri rumah tangga masyarakat pesisir.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
c.
Y3 = 188 – 1,32X1 + 0,01X2 + 0,004X3 + ε3
thitung
(0,915) (2,87)
(3,166)
(3,49)
Keterangan : ε 3 = 205,723 , R-Sq = 97,3% , R-Sq(adjust) = 93,2% ttabel = 2,02 , ftabel = 19,16 , alpha = 0,05 , N = 6 , df = 5 (N-1) Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Konstanta sebesar 188 yang bertanda positif menyatakan bahwa jika tidak ada penambahan jumlah industri, jumlah tenaga kerja industri, dan nilai ekspor Kota Medan maka jumlah industri rumah tangga masyarakat pesisir adalah sebesar 188 unit, artinya terjadinya kenaikan jumlah industri rumah tangga. 2. Koefisien regresi sebesar -1,32 menyatakan bahwa setiap penambahan jumlah industri Kota Medan sebesar 1 unit akan menurunkan jumlah industri rumah tangga masyarakat pesisir sekitarnya sebesar 1,32 unit. Pengurangan jumlah industri rumah tangga pada kawasan pesisir Kota Medan yang masih dianggap sangat kecil ini dianggap tidak begitu mempengaruhi perkembangan ekonomi di kawasan industri sekitar Kota Medan, dapat dilihat dari perbandingan tumbuhnya industri Kota Medan yang menyebabkan pengurangan terhadap industri rumah tangga ternyata hampir sebanding, maka tidak begitu mempengaruhi terhadap jumlah industri rumah tangga kawasan pesisir yang ternyata jauh lebih banyak dari jumlah industri yang ada.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
3. Koefisien regresi sebesar 0,01 menyatakan bahwa setiap penambahan jumlah tenaga kerja industri Kota Medan sebesar 1 jiwa akan meningkatkan jumlah industri rumah tangga masyarakat pesisir sekitarnya sebesar 0,01 unit. 4. Koefisien regresi sebesar 0,004 menyatakan bahwa setiap penambahan nilai ekspor Kota Medan Rp. 1 juta akan meningkatkan jumlah industri rumah tangga masyarakat pesisir sekitarnya sebesar 0,004 unit. 5. Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,973 berarti 97,3% variasi dari jumlah industri masyarakat pesisir dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel sedangkan sisanya sebesar 2,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Berdasarkan kekuatan hubungan (R) sebesar yang disesuaikan 0,932 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah industri masyarakat pesisir dengan ketiga variabel dimaksud adalah kuat (0,932 > 0,50). 6. Uji t untuk menguji signifikan konstanta dan setiap variabel independent, bahwa pada tingkat signifikan 0,05 apabila nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak dari hasil print out terlihat bahwa: a. Variabel jumlah industri, signifikan 2,87 > 2,01 maka Ho ditolak b. Variabel jumlah tenaga kerja industri,signifikan 3,166 > 2,01 maka Ho ditolak c. Variabel nilai ekspor, signifikan 3,49 > 2,01 maka Ho ditolak Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan jumlah industri rumah tangga masyarakat pesisir sekitar Kota Medan, variabel jumlah industri,jumlah tenaga kerja industri dan nilai ekspor Kota Medan perlu ditambah. Hal ini perlu dikarenakan
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
ketiga variabel tersebut ternyata sangat mempengaruhi peningkatan industri rumah tangga masyarakat sekitar Kota Medan. 7. Dari uji F test didapat Fhitung sebesar 23,77 jika dibandingkan dengan Ftabel sebesar 19,16 maka Fhitung > Ftabel. Berarti model regresi bisa dipakai untuk memprediksikan jumlah industri rumah tangga masyarakat pesisir sekitar Kota Medan dengan kata lain ketiga variabel input dimaksud secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap jumlah industri rumah tangga masyarakat pesisir.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Perkembangan Kota Medan tidak berpengaruh positif terhadap perkembangan kawasan pesisir sekitar Kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat di sekitar pesisir Kota Medan yang lebih rendah serta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang belum memadai. Hal ini tetap menjadikan kawasan pesisir sekitar Kota Medan tersebut tertinggal. 2. Perkembangan Kota Medan saat ini dan prospeknya di masa mendatang sangat dipengaruhi oleh peran dan fungsinya sebagai simpul koleksi barang dan jasa dimana Pelabuhan Belawan berperan dalam mendukung fungsi dan peran tersebut. 3. Perkembangan volume ekspor yang meningkat tiap tahunnya melalui Pelabuhan Belawan secara langsung mendorong perkembangan kota lebih lanjut dengan meningkatnya perkembangan industri-industri yang menyediakan bahan mentah dan jasa-jasa untuk industri-industri yang memproduksi barang ekspor. 4. Perkembangan Kota Medan karena peran fungsionalnya tersebut menyebabkan munculnya perubahan yang bersifat menyeluruh, baik ekonomi, sosial-budaya, maupun fisik yang secara jelas dapat dilihat di kawasan pesisirnya sebagai suatu kawasan yang berperan penting dalam perekonomian Kota Medan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
5. Dari analisis Location Quation (LQ) dan Shift Share kelihatan sekali perkembangan ekonomi Kota Medan di mana peningkatan aktifitas ekonomi hampir disemua sektor yang basis, khususnya sektor jasa-jasa dan perdagangan yang
merupakan
perkembangan
sektor
ekonomi
kemajuan Kota
Kota
Medan
Medan.
yang
Adapun
tampak
berdasarkan
memang
cukup
menggungulkan kedua sektor ini. Tetapi pada kenyataannya secara administratif analisis data peneliti justru melihat sektor jasa-jasa kurang begitu unggul. Besar kemungkinan ini disebabkan perdagangan yang meningkat, pembangunan fisik (kontruksi) yang besar-besaran dan meluasnya pembangunan jaringan komunikasi saat ini. 6. Dari analisis regresi dapat disimpulkan : a. Perkembangan ekonomi Kota Medan dari segi jumlah industri, jumlah tenaga kerja indusri, dan nilai ekspor regional tidak berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat kawasan pesisir sekitar. Sehingga tidak terjadi peningkatan signifikan pendapatan rumah tangga masyarakat kawasan pesisir sekitar Kota Medan. b.
Perkembangan ekonomi Kota Medan dari segi jumlah industri, jumlah tenaga kerja indusri, dan nilai ekspor regional tidak berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja industri rumah tangga masyarakat kawasan pesisir sekitar. Sehingga tidak terjadi peningkatan signifikan jumlah tenaga kerja industri masyarakat di kawasan pesisir sekitar Kota Medan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
c. Perkembangan ekonomi Kota Medan dari segi jumlah industri, jumlah tenaga kerja indusri, dan nilai ekspor regional tidak berpengaruh terhadap jumlah industri rumah tangga masyarakat kawasan pesisir sekitar. Sehingga tidak terjadi peningkatan signifikan jumlah industri rumah tangga masyarakat kawasan pesisir sekitar Kota Medan. 7. Permasalahan lingkungan di kawasan pesisir Kota Medan yang paling menonjol adalah kerusakan fisik habitat pesisir akibat aktivitas manusia untuk kepentingan pemukiman dan pembangunan infastruktur yang akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas ekosistem. 8. Kawasan
pesisir
Kota
Medan
hanya
menerima
dampak
negatif
dari
perkembangan Kota Medan. Kerusakan lingkungan dikawasan pesisir terjadi antara lain akibat dampak perkembangan industri di Kota Medan yang tidak melakukan treament secara benar. Hal ini jelas sangat merugikan masyarakat di kawasan pesisir Kota Medan.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
5.2 Saran Dari studi yang telah dilakukan, beberapa saran yang dapat disampaikan adalah : 1. Agar pemerintah Kota Medan membuat program-program peningkatan terhadap pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan industri rumah tangga masyarakat kawasan pesisir sekitar Kota Medan. Sehingga perekonomian kawasan pesisir sekitar Kota Medan yang tertinggal dapat terpacu peningkatannya. Sebaiknya juga pemerintah Kota Medan membuat program terhadap peningkatan sumber daya manusia masyarakat kawasan pesisir sekitarnya, agar masyarakat kawasan pesisir mengerti akan ketimpangan ekonomi yang mereka alami. 2. Pemerintah Kota Medan sebaiknya benar-benar melihat dampak terhadap pencemaran lingkungan yang ada di kawasan pesisir sekitar Kota Medan. Hal ini dikarenakan bahwa pencemaran itu seyogyanya harus bemar-benar dicegah, dikurangi, dan dibatasi khususnya pencemaran akibat perkembangan industri di Kota Medan. 3. Salah satu alternatif upaya menyeimbangkan fungsi strategis kawasan pesisir Kota Medan dalam aspek ekonomi dan lingkungan adalah optimalisasi peran kawasan pesisir dengan merelokasi beberapa fungsi dari kawasan pesisir yang terlalu ramai ke kawasan pesisir yang relatif kurang perkembangannya. 4. Diharapkan kepada pemerintah Kota Medan agar isu eksistensi dari ekosistem pantai/pesisir perlu menjadi perhatian dan disosialisasikan terus-menerus pada masyarakat serta menggalakkan peran serta masyarakat dan kemitraan dengan
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
swasta dalam memecahkan masalah pengelolaan lingkungan hidup tanpa harus ada yang dirugikan. 5. Diharapkan bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian dengan studi pengembangan wilayah Kota Medan, khususnya perkembangan kawasan pesisir sekitar Kota Medan dapat meneliti aspek-aspek lain yang belum sempat diteliti secara mendalam pada hasil penelitian ini.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA Beatley, T dan Manning, K. 1997. The Ecology Place Planning for Environment, Economy, and Community. Washington: Island Press. Budiharjo, Eko. 1996. Kota Berkelanjutan. Bandung: Penerbit Alumni Budiharsono, Sugeng. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Laut. Jakarta: Pradnya Paramita. Catanese, J. Anthony dan Snyder, C. James. 1989. Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga. Dahuri, Rokhmin. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita. Daldjoeni, N. 1992. Geografi Baru: Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek. Bandung: Alumni Djoyodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Haeruman Js, Herman. 1997. Instrumen-instrumen Penerapan Strategi Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: PT Gramedia. Hauhton, Graham and Colin Haunter. 1994. Sustainable Cities. London: Regional Studies Association. Hasan Miraza, Bachtiar. Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah. Bandung: ISEI Hendro K, Raldi. 2001. Dimensi Keruangan Kota, Teori dan Kasus. Jakarta: UI Press. Harahap, Hamdani. 2007. Makalah Pembinaan Sosial Budaya Dan Politik Masyarakat Pesisir Sumatera Utara . Ilhami. 1990. Strategi Pembangunan Perkotaan di Indonesia. Surabaya: Usaha Nasional. Jayadiningrat, Johara T. 1992. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan wilayah. Bandung: Penerbit ITB
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Kay, Robert & Alder, Jacqueline. 1999. Coastal Planning and Management. New York: E & F Spon An Imprint of routledge. Marbun, BN. 1992. Kota Indonesia Masa Depan. Jakarta: Erlangga. M. Subana dan Sudrajat. 2001. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Penerbit Pustaka Setia. Ma’arif, Samsul. 2006. Jurnal pembangunan wilayah dan kota“Pemetaan Tipologi Kawasan Dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat Pada Kawasan terkena Dampak Beencana ”. Nainggolan, R.E. 2007. Makalah Agromarinepolitan Sumatera Utara. Bappeda Medan R Clark, Jhon. 1996. Coastal Zone Management Handbook. Renstra, www.google.co.id/Renstra Pesisir Sumatera Utara. Dikunjungi tanggal 29 November 2007 Sabari Yunus, Hadi. 2001. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Salim, Emil. 1997. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: LP3ES. Sarwoko, Dasar – Dasar Ekonometrika. Yogyakarta: Penerbit ANDI Sinulingga, Budi D. Pembangunan Kota Tinjauan Regional Dan Lokal. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Sirojuzilam. 2007. Jurnal Wahana Hijau“Perencanaan Tata Ruang dan Perencanaan Wilayah(Spatial Planning and Regional Planning). Sugandhy, Aca. 1999. Penataan Ruang Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia. Sunarti, dan Rusgiarto, Anwar . 2005. Jurnal pembangunan wilayah dan kota “Strategi peningkatan Kualitas Lingkungan Pemukiman Di Tepi Kali Semarang”. Trzyna, C. Thaddeus. 1995. A sustainable World. California: IUCN.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tarigan, Robinson. Ekonomi Regional Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Tarigan, Robinson. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Winarsunu, Tulus. 1996. Statistik Teori dan Aplikasinya Dalam Penelitian. Malang: Pusat Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
Welly Andriat : Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan..., 2008 USU e-Repository © 2008