DAMPAK PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN KUALA LANGSA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR
T E S I S
Oleh Z U L F A N 067003034/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 0 8
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
DAMPAK PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN KUALA LANGSA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh Z U L F A N 067003034/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 0 8
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: DAMPAK PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN KUALA LANGSA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR : Zulfan : 067003043 : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP) Ketua
(Kasyful Mahalli, S.E, M.Si) Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza)
(Ir. Agus Purwoko, M.Si) Anggota
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Tanggal Lulus : 16 Juli 2008
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Telah diuji pada Tanggal : 16 Juli 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
:
Prof. Robinson Tarigan, MRP
Anggota
:
1.
Kasyful Mahalli, S.E, M.Si
2.
Ir. Agus Purwoko, M.Si
3.
Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, S.E
4.
Drs. Rujiman, MA
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRAK
ZULFAN: “Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar”, di bawah bimbingan Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP, sebagai Ketua dan Bapak Kasyful Mahali, SE, M.Si serta Bapak Ir. Agus Purwoko, M.Si masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban permasalahan tentang pengaruh pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap Pengembangan Wilayah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar yang ukur melalui; pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, pendidikan, keamanan dan kesehatan dan juga untuk mengetahui bagaimana sikap masyarakat terhadap pengembangan pelabuhan tersebut. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan pertama adalah dengan cara analisis deskriftif kualitatif, sedangkan untuk permasalahan kedua menggunakan uji nonparametrik analisis statistik deskriftif dengan uji Wilcoxon Signed-Rank. Hasil analisis statistik terhadap data primer terdapat peningkatan yang sangat signifikan sesudah pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa. Sebelum pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa, masyarakat Gampong Kuala Langsa sangat terpuruk perekonomiannya karena kondisi keamanan yang tidak kondusif, hal ini disebabkan karena kawasan pelabuhan dijadikan tempat operasi militer pada saat konflik terjadi di Aceh. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa berdampak terhadap kesejahteraan kehidupan masyarakat sekitar yang sangat signifikan, di mana pendapatan terwujud dengan tertampungnya tenaga kerja yang didukung oleh faktor keamanan, kesehatan dan transportasi. Disarankan kepada Pemerintah Kuala Langsa pada masa mendatang agar segera dibangun sarana infrastruktur yang baik terhadap masyarakat sekitar demi terciptanya pengembangan wilayah daerah, di mana kawasan pelabuhan Kuala Langsa sudah mampu mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan yang besar di Kota Langsa.
Kata Kunci: Pengembangan, Kawasan Pelabuhan, Kesejahteraan
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRACT
ZULFAN: “The Impact of Developing of Kuala Langsa Port Area to Surrounding People’s Prosperity”, supervised by Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP, Kasyful Mahalli, SE, M.Si and Ir. Agus Purwoko, M.S.i as members of supervisor commission. The research purposes to find out the impact of developing of Kuala Langsa Port area to the Region development. This research is conducted to analyze the impact of developing of Kuala Langsa Port area to surrounding people’s prosperity measured through; people income, workers employing, education, safety and healthy. Moreover, know the people’s response to the port development. A descriptive analysis the research is also is used to answer the first problem through analysis, then to the second problem is analysed by nonparametric test with Wilcoxon Signed-Rank test. The result of data has found significant increasing after the developing of Kuala Langsa Port area. Before the developing, the economics of people in Kuala Langsa village were very poor caused unsafely situation, where the port area turned into military post during Aceh conflict in the past. The result is concluded that the developing of Kuala Langsa port area has very significant impact to people’s prosperity who live surrounding the area. It is reflected with increasing income through employing of many people supported by safety, healthy and transportation factors. The authority of Kuala Langsa is suggested to build facilities and infrastructures to people in Kuala Langsa as soon as possible in order to generate the area development, because the area of Kuala Langsa port has reduced unemployment and poverty is Langsa city.
Key words: Developing, Port area, Prosperity
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan hanya kepada ALLAH SWT, karena dengan izin-Nya jualah tesis ini dapat penulis selesaikan. Tesis yang berjudul “Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar” ini dibuat untuk melengkapi kewajiban pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara Medan. Pemilihan topik ini didasari pada pemikiran tentang sejauhmana pengaruh pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar setelah lebih kurang 5 tahun fakum akibat konflik yang berkepanjangan di Nanggroe Aceh Darussalam. Pasca perdamaian konflik Aceh pelabuhan kembali diaktifkan yang selama ini dijadikan kawasan militer. Untuk itu penulis mencoba meneliti dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap masyarakat, melalui indikator tenaga kerja, pendapatan masyarakat, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Pengembangan wilayah Kota Langsa khususnya di sektor infrastruktur adalah merupakan salah satu tujuan dari penelitian ini. Keberhasilan pengerjaan dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Robinson Tarigan, MRP, Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, dan Bapak Ir. Agus Purwoko, M.Si, selaku komisi pembimbing yang dengan ketulusan, kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penyusunan tesis ini. 2. Bapak Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D, Bapak Dr. Lic.rer.reg Sirojuzilam, SE, dan Bapak Drs. Rujiman MA, selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
3. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, M.Sc., Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza selaku Ketua dan seluruh staf pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan, Universitas Sumatera Utara Medan. 5. Pemda Aceh Timur, Kabag. Pemerintahan Sekretariat Daerah Kota Langsa Bapak Syamsul Bahri, SH, Pimpinan beserta staf Bappeda Kota Langsa, Dinas Tenaga Kerja, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kota Langsa, BPS Kota Langsa, Camat Langsa Barat, Keuchik Gampong Kuala Langsa, Pimpinan beserta staf PT. Pelindo Cabang Kuala Langsa, Rekan-rekan Pengurus dan relawan di PMI Cabang Aceh Timur, serta seluruh responden yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memfasilitasi penulis. 6. Rekan-rekan seperjuangan PWD 2008, terutama Abangda Agus, Mujiburrahman dan Irfansyah Is yang telah bersama-sama dalam suka maupun duka menempuh studi serta rekan-rekan mahasiswa lain yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya. 7. Bapak Drs. H.T. Adjuran Raden, MM Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Timur yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil, 8. Bapak Ilyas, SE, MM Selaku Kepala Dinas DPKKD Aceh Timur yang telah memberi izin kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di PWD USU, Kanda Amri Alwi, SE, M.Si dan Kanda Zubir SE, M.M, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis haturkan kepada kedua orang tua Ayahanda Alm. Hasbi Johan, dan Ibunda tercinta Aja Jaimah yang telah membesarkan dan memberikan pendidikan agama dengan penuh pengorbanan dari masa kecil hingga menjadi dewasa, serta Mertua Ayahanda Abdullah Harun dan Ibunda tersayang Syamsidar yang telah membimbing penulis serta adinda Yusri Nadya dan Intan Bahagiana dalam penyelesaian tesis ini.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Ucapan terima kasih yang teristimewa juga penulis sampaikan kepada Istri tercinta Verawati, SH yang telah memikul beban tanggung jawab sebagai kepala keluarga selama penulis menyelesaikan studi di USU Medan dan anak-anakku tersayang Haura Arsyiqa dan Nayla Qanitah yang telah mengorbankan waktu bersama keluarga dengan tulus ikhlas dan selalu menjadi penyemangat hidup dan menjadi motivasi dalam menyelesaikan tesis ini. Penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila terdapat kesalahan dalam penulisan tesis ini. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat perbaikan demi kesempurnaan tesis ini serta untuk perbaikan karya ilmiah penulis pada masa selanjutnya. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkannya serta menjadi sumbangsih pemikiran penulis kepada Pemerintah Kota Langsa khususnya pengembangan wilayah Kota Langsa.
Medan, Juli 2008 Penulis, Zulfan
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Langsa pada tanggal 31 Juli 1977 dari pasangan Ayahanda Alm. Hasbi Johan dan Ibunda Aja Jaimah, A.MA. Penulis merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara. Pada tanggal 11 Maret 2003 penulis menikah dengan Verawati, SH dan dianugerahi dua orang putri, Haura Arsyiqa dan Nayla Qanitah pada tanggal 11 November 2004 dan 05 April 2006. Penulis mengikuti pendidikan formal dari tingkat SD/MIN 140 pada tahun 1983 dan diselesaikan pada tahun 1989 di Langsa, setelah itu melanjutkan pendidikan SLTP/MTsN 13 pada tahun 1989 dan diselesaikan pada tahun 1992 di Langsa, kemudian melanjutkan pendidikan SLTA/MAN 1 Sungai Lueng pada tahun 1992 dan diselesaikan pada tahun 1995 di Langsa. Jenjang pendidikan tinggi diperoleh pada Universitas Samudra (UNSAM) Langsa dari tahun 1995 sampai tahun 1999 dengan memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH). Pada masa perkuliahan hingga tahun 2002 penulis aktif di berbagai organisasi, dari organisasi kemahasiswaan Senat Fakultas, Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi, Resimen Mahasiswa (Menwa), Himpunan Mahasiswa Islam sebagai Ketua dan HMI Cabang Langsa sebagai Wakil Ketua. Sedangkan di organisasi kepemudaan seperti Pemuda Panca Marga, GEMA Kosgoro, dan DPD II KNPI Kota Langsa. Organisasi yang masih berlanjut dari tahun 2002 hingga sekarang yaitu organisasi kemanusiaan Palang Merah Indonesia Cabang Aceh Timur sebagai pengurus, penulis aktif dalam
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
kegiatan “Aceh Recovery” pasca Tsunami dan bergabung dengan beberapa Institusi/ NGO yang membantu penanganan Aceh pasca Tsunami. Pada tanggal 06 November tahun 2001 penulis diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Timur dan ditempatkan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Aceh Timur. Sejak tahun 2001 hingga sekarang. Pada tahun 2003 sampai tahun 2004 penulis dipercaya sebagai Bendaharawan Barang dan tahun 2005 ditunjuk sebagai kepala Pos Retribusi Hasil Bumi dan Industri (RHBI) di perbatasan wilayah Birem Bayeun. Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, penulis mendapatkan kesempatan yang sangat berharga dari Pemerintah Daerah Aceh Timur untuk dapat melanjutkan pendidikan tingkat magister (S2) dengan status tugas belajar pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) dengan bidang keahlian Perencanaan Pembangunan (PP) Universitas Sumatera Utara di Medan.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK .............................................................................................................. i ABSTRACT............................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii RIWAYAT HIDUP................................................................................................. vi DAFTAR ISI........................................................................................................... viii DAFTAR TABEL................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xiv BAB I
:
PENDAHULUAN ......................................................................... 1.1 Latar Belakang .................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ............................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................
1 1 9 9 9
BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 2.1. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah ...................... 2.2. Indikator Kesejahteraan Masyarakat .................................. 2.3. Peran Pelabuhan dalam Mendukung Ekonomi Wilayah .... 2.3.1 Tarif Jasa Angkutan Laut dan Kepelabuhan.. ............ 2.3.2 Tarif Angkutan di Pelabuhan ..................................... 2.3.3 Permasalahan Kawasan Pelabuhan ............................ 2.4. Peran Kawasan Pelabuhan terhadap Pendapatan Masyarakat .......................................................................... 2.5. Penelitian Sebelumnya ....................................................... 2.6. Kerangka Berfikir .............................................................. 2.7. Hipotesis .............................................................................
10 10 14 18 18 20 20
METODE PENELITIAN ............................................................. 3.1 Lokasi Penelitian................................................................. 3.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................ 3.3 Populasi Penelitian .............................................................. 3.4 Teknik Penentuan dan Pengambilan Sampel ......................
27 27 27 28 28
BAB III :
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
21 23 24 25
3.5 3.6 3.7 BAB IV :
Teknik Pengumpulan Data.................................................. 29 Teknik Analisis Data........................................................... 30 Definisi dan Batasan Operasional ....................................... 32
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………… 34 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................... 34 4.1.1 Kondisi Geografis ................................................... 34 4.1.2 Kependudukan ........................................................ 41 4.1.3 Perekonomian Daerah ............................................. 42 4.1.4 Struktur Ekonomi .................................................... 44 4.2 Karakteristik Responden Penelitian ................................... 49 4.2.1 Umur Responden..................................................... 49 4.2.2 Pendidikan Responden ............................................ 50 4.2.3 Jumlah Tanggungan dalam Keluarga...................... 51 4.3 Dampak Pengembangan Pelabuhan terhadap Pengembangan Wilayah...................................................... 53 4.3.1 Karakteristik Budaya (Adat Istiadat dan Pola Kebiasaan)............................................................... 53 4.3.2 Pranata Sosial dan Orientasi Nilai Budaya ............. 54 4.3.3 Mekanisme Penyelesaian Konflik........................... 58 4.4 Aktivitas di Pelabuhan ........................................................ 59 4.4.1 Pelabuhan dalam Sistem Transportasi dan Perdagangan ............................................................ 59 4.4.2 Kinerja Pelayanan Barang....................................... 61 4.4.3 Produktifitas Bongkar Muat.................................... 62 4.5 Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat.............................. 64 4.5.1 Pendapatan Responden ........................................... 64 4.5.2 Sarana Transportasi................................................. 67 4.5.3 Sarana Infra Struktur ............................................... 69 4.5.4 Kesempatan Kerja Masyarakat ............................... 70 4.5.5 Pengujian Hipotesis................................................. 72 4.6 Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa ...................................................................... 76 4.6.1 Persepsi dan Respons Masyarakat terhadap Rencana Kegiatan .................................................................. 77 4.6.2 Keamanan dan Ketertiban Masyarakat di Lingkungan Pelabuhan ................................................................ 78
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB V :
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ......................................................................... 83 5.2. Saran.................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 86
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL Nomor
Judul
Halaman
3.1
Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kelurahan/Gampong Kuala Langsa, Kecamatan Langsa Kota per 26 Maret 2008 ................................. 29
4.1
Luas Wilayah Kota Langsa Menurut Kecamatan, Tahun 2005 .................. 36
4.2
Nama-Nama Kelurahan/Gampong dalam Kecamatan Langsa Kota, Tahun 2005.................................................................................................. 37
4.3
Nama-Nama Gampong/Kelurahan dalam Kecamatan Langsa Kota Dirinci Menurut Kemukiman Tahun 2005.................................................. 38
4.4
Perkembangan Jumlah Penduduk Kuala Langsa Tahun 2002-2007........... 42
4.5
Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kota Langsa Tahun 2002 – 2007 (persen)
4.6
Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002 – 2007 (Jutaan rupiah) ................. 46
4.7
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Berlaku Tahun 2002-2007 (Jutaan rupiah) .. 47
4.8
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan Tahun 2001 Tahun 2002 – 2007 (Jutaan rupiah) ............................................................................................ 48
4.9
Kelompok Umur Responden....................................................................... 50
4.10
Jenjang Pendidikan Responden................................................................... 51
4.11
Jumlah Tanggungan Responden.................................................................. 52
4.12
Tanggapan Responden tentang Kelanjutan Pelabuhan ............................... 54
4.13
Arus Barang Antar Pulau (Bongkar, Muat dan Impor) Menurut Komoditi
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
44
60
4.14
Jumlah Tenaga Buruh yang Tertampung di KTKBM ................................ 63
4.15
Pendapatan Responden Perbulan (Tahun 2002-2005) dan Sesudah Pengembangan Tahun 2006 s/d Sekarang................................................... 66
4.16
Rata-Rata Pendapatan Sebelum dan Sesudah Pengembangan .................... 67
4.17
Tanggapan Responden tentang Sarana Transportasi .................................. 68
4.18
Tanggapan Responden tentang Infra Struktur............................................. 70
4.19
Tanggapan Responden tentang Penyerapan Tenaga Kerja di Pelabuhan Kuala Langsa............................................................................................... 71
4.20. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Pendapatan Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa ................................... 72 4.21. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Infra Struktur Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa .................................... 73 4.22. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Transportasi Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa .................................... 74 4.23. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Tenaga Kerja Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa .................................... 75 4.24
Tanggapan Responden tentang Keamanan di Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa ........................................................................................................ 80
4.25. Tanggapan Responden untuk Kondisi Kesehatan terhadap Penyakit Tertentu ............................................................................................................ 80
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
II.1
Kerangka Fikir .......................................................................................... 25
IV.1
Peta Kota Langsa ...................................................................................... 35
IV.2
Peta Pelabuhan Kuala Langsa................................................................... 40
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Kuisioner Penelitian ...................................................................................... 88
2.
Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ............................................................... 93
3.
Rekapitulasi Jawaban Responden Penelitian................................................. 94
4.
Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Pendapatan................................ 95
5.
Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Infra Struktur ............................ 96
6.
Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Transportasi .............................. 97
7.
Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Tenaga Kerja............................. 98
8.
Data Inflasi Bulanan terhadap Bulan yang Sama Tahun 2003-2008 (%)...... 99
9.
Perhitungan Nilai Konstan............................................................................. 100
10.
Rekomendasi Kantor Camat Langsa Barat.................................................... 101
11.
Foto-foto Hasil Penelitian di Pelabuhan Kuala Langsa................................. 102
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Negara yang melaksanakan kegiatan di bidang Pelayanan Jasa Kepelabuhanan, saat ini mengelola 15 Cabang Pelabuhan, 11 (sebelas) Pelabuhan Perwakilan, 1 (satu) Unit Terminal Peti Kemas, 1 (satu) Unit Galangan Kapal, 1 (satu) Unit Depo Peti Kemas Belawan, 2 (dua) Unit Rumah Sakit dan 1 (satu) Balai Pendidikan dan Latihan. Wilayah kerja PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I yang ditunjuk oleh Pemerintah mengelola jasa kepelabuhanan meliputi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau, secara geografis letaknya sangat strategis karena berada di jalur perdagangan internasional, mempunyai misi menyediakan jasa kepelabuhan berkualitas yang berperan sebagai pusat logistik, memberikan nilai tambah serta mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Berpijak dari misi tersebut, perusahaan selalu berusaha menunjang program pemerintah dalam pembangunan dunia usaha serta dapat memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara. Arus bongkar muat barang pada tahun 2005 sebesar 83.761.153 ton dibanding realisasi tahun sebelumnya sebesar 88.488.107 ton atau mengalami penurunan 5.34%. Arus kunjungan kapal pada tahun 2005 sebesar 90.341 call atau 112.753.199 grt
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
dibanding realisasi tahun 2004 sebesar 104.163 call atau 113.579.376 grt atau mengalami penurunan grt 0.73%. Arus bongkar muat peti kemas mengalami kenaikan, pada tahun 2005 bongkar muat peti kemas sebesar 622.749 box atau 746.381 teu's (105.05%) dibanding realisasi tahun 2004 sebesar 601.569 box atau 710.498 teu's. Arus penumpang pada tahun 2005 sebesar 5.457.966 atau hanya 91.01% dibanding realisasi tahun 2004 sebesar 5.997.284 atau mengalami penurunan 8.99%. Untuk memenuhi tuntutan pelayanan oleh pemakai jasa, perusahaan senantiasa berusaha secara optimal agar produktivitas kerja dapat terus ditingkatkan baik dalam hal kesiapan fasilitas peralatan bongkar/muat yang harus dipenuhi serta peningkatan keterampilan SDM baik pada bidang operasional dan bidang administrasi. Sebagai upaya optimalisasi peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I membentuk Unit Usaha Depo Peti Kemas Belawan. Segmen usaha baru ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan kepada perusahaan. Upaya lain yang dilakukan adalah diversifikasi jasa dengan melakukan kerjasama antara PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I dengan Pemda/Pemko di
wilayah
kerja
Perseroan
dalam
penyelenggaraan
kegiatan
pelayanan
kepelabuhanan, melakukan penataan sistem operasional pada Cabang Pelabuhan Belawan, Dumai dan Unit Terminal Peti Kemas Belawan serta melakukan kerjasama usaha dengan mitra strategis untuk segmen tertentu.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Begitu juga dengan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa yang saat ini sedang dilaksanakan pembangunannya untuk tahap ke 3 (tiga) diarahkan untuk pelayanan curah cair, peti kemas dan curah kering. Pelabuhan Kuala Langsa dibangun pada tahun 1900 bersamaan dibangunnya jalan kereta api dari Kuala Langsa. Pelabuhan Kuala Langsa selesai dibangun pada tahun 1905 sedangkan jalan kereta api selesai tahun 1913. Sejak tahun 1905 sampai dengan 1914 Pelabuhan Kuala Langsa mulai berfungsi dan ramainya kegiatan bongkar muat barang serta keluar masuknya kapal dan perahu-perahu nelayan maupun pedagang. Pada tahun 1942 sampai dengan tahun 1949 kegiatan bongkar muat dan kunjungan kapal sangat berkurang akibat terjadinya perang dengan Belanda dan Jepang. Tahun 1950 kegiatan pelabuhan mulai berkembang lagi di mana kapal berukuran sampai dengan 1.000 DWT dapat memasuki pelabuhan untuk mengangkut karet, kopi, biji, pinang dan hasil bumi lainnya dengan tujuan Singapore, Malaysia diimport barang kebutuhan makanan, kain, barang kelontong, spare part dan lainlainnya yang dikenal saat ini dengan “Zaman Barter” yang berlangsung dari tahun 1955 sampai 1960. Pada tahun 1969 Pelabuhan Kuala Langsa ditetapkan sebagai Pelabuhan Umum yang terbuka untuk pelayaran luar negeri berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Perdagangan dengan surat No. 363 A/Kpb/XI/69, Menteri Keuangan dengan surat No. Kep. 818/MK/4/II/69, dan Menteri Perhubungan dengan surat No. SK. 43/0 /69 tanggal 20 Nopember 1969. Pada tahun 1981 dan tahun 1984 alur pelayaran pada
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
ambang luar menuju pelabuhan dikeruk sepanjang 3.000 m dengan lebar 80 m kedalaman – 7 m LWS yang tadinya hanya mempunyai kedalaman 1,5 sampai 2 m LWS, sehingga saat itu kapal berukuran sampai 6.000 DWT dapat memasuki Pelabuhan Kuala Langsa. Pada bulan Nopember 1993 dilakukan Survey Check Sounding alur pelayaran Pelabuhan Kuala Langsa oleh Tim Survey PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I dan didapati bahwa alur pelayaran mempunyai kedalaman rata-rata antara 6,5 m sampai dengan 7,5 m LWS. Selama kurun waktu 3 tahun terakhir Pelabuhan Kuala Langsa telah menjadi sebuah kawasan yang berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai oleh pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan fisik dengan berbagai aspek perluasannya. Pelabuhan Kuala Langsa berpotensi menjadi salah satu simpul distribusi barang dan jasa nasional ditunjang oleh sumber daya yang memadai dan prospek yang dimiliki Propinsi NAD, di mana Pelabuhan Kuala Langsa sudah masuk dalam catatan di dunia Internasional. Perkembangan Pelabuhan Kuala Langsa yang pesat berakibat pada peningkatan jumlah penduduk dan aktifitasnya, sehingga kebutuhan akan sumber daya dan ruang turut meningkat. Selain itu dengan perannya saat ini sebagai simpul koleksi dan distribusi barang dan jasa, maka keberadaan kawasan pelabuhan bagi masyarakat Kota Langsa sangat penting. Untuk saat ini dan waktu yang akan datang Pelabuhan Kuala Langsa menjadi tumpuan perkembangan Kota Langsa. Dengan
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
demikian, penggunaan lahan di kawasan pelabuhan dan sekitarnya, beberapa diantaranya diarahkan untuk memenuhi peran-peran yang mendukung fungsi Pelabuhan Kuala Langsa, seperti menyediakan sarana pelayanan ekspor impor, menyediakan sarana pergudangan. Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa saat ini menjadi bagian dari perkembangan kota yang pesat ditandai dengan ramainya aktifitas di sepanjang jalan dari Desa Sungai Pauh hingga Desa Kuala Langsa, dari permukiman yang padat, wisata pantai, hingga sektor industri. Untuk mengarahkan perkembangannya di masa mendatang, sebuah pelabuhan yang memiliki prospek perkembangan yang pesat memerlukan suatu konsepsi seluruh perubahan yang berkelanjutan, yang mampu menampung perkembangan pelabuhan dengan tetap mempertahankan kawasan yang berfungsi melindungi kehidupan masyarakat sekitar. Dalam jangka panjang, pembangunan dan perkembangan Pelabuhan Kuala Langsa harus terjamin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sekaligus terjamin tidak akan timbulnya dampak terhadap lingkungan sekitar. Keberlanjutan pembangunan Pelabuhan Kuala Langsa perlu diupayakan sehingga dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh proses transformasi lahan pelabuhan, penggunaan sumber daya alam, penambahan unsur-unsur baru dalam media lingkungan, serta dinamika populasi tidak menurunkan dan mengakibatkan degradasi kualitas lingkungan secara struktural. Untuk
itu
diperlukan
analisis-analisis
untuk
mengetahui
dampak
pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa di sekitar, dan perkembangan
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Pelabuhan Kuala Langsa terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu mengambarkan perkembangan ekonomi masyarakat sekitar sebelum aktifitas pelabuhan berkembang, Pelabuhan Kuala Langsa memiliki prospek perkembangan ekonomi ditinjau dari potensi yang dimilikinya, seperti lokasi yang strategis, tingkat keamanan yang sudah kondusif, dan dukungan wilayah sekitarnya. Namun, hal yang perlu digaris bawahi adalah bagaimana memanfaatkan potensi tersebut menjadi peluang yang bermanfaat bagi perekonomian masyarakat setempat. Menurut Oloan & Hariyadi (2007), pelabuhan umum (publik) pada dasarnya memiliki karakteristik; terbuka untuk seluruh tipe kargo (sea-borne trade) dan jasa pelayaran, pola jasanya mengikuti sifat kedatangan kapal dengan operasi yang tetap (liner) atau tidak tetap (tramper) serta kepemilikannya oleh negara melalui badan usaha milik negara dan pemerintah pusat atau lokal. Lebih lanjut pelabuhan umum dapat diklasifikasikan juga ke dalam dua domain besar yaitu pelabuhan yang diusahakan (komersial) dan pelabuhan tidak diusahakan (tidak komersial). Pelabuhan yang diusahakan saat ini dikelola oleh badan hukum Pelabuhan Indonesia (PT. Pelindo), pelabuhan yang tidak diusahakan biasanya adalah pelabuhan kecil yang dioperasikan atau dikelola oleh Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah baik propinsi, kota atau kabupaten. Saat ini Desa Kuala Langsa sebagian besar dijadikan lahan pemukiman. Selain itu, terdapat industri, berbagai perusahaan, perkantoran, lokasi pergudangan, tempat hiburan, beberapa wisata pantai, serta yang berperan sebagai pelabuhan ekspor-impor dan antar pulau. Aktifitas-aktifitas
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
di sepanjang pelabuhan tersebut menjadi faktor penarik sehingga kawasan pelabuhan di Kuala Langsa menjadi ramai. Dengan perannya sebagai simpul koleksi dan distribusi barang dan jasa, maka keberadaan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa sangat penting. Dengan kecenderungan peningkatan volume bongkar muat per tahun di Pelabuhan Kuala Langsa, maka telah direncanakan perluasan kawasan pelabuhan. Untuk saat ini dan waktu yang akan datang Pelabuhan Kuala Langsa menjadi tumpuan perkembangan Kota Langsa. Dengan demikian, penggunaan lahan di kawasan pelabuhan dan sekitarnya, diantaranya diarahkan untuk memenuhi peran-peran yang mendukung fungsi Pelabuhan Kuala Langsa, seperti menyediakan sarana pelayanan ekspor impor dan sarana pergudangan. Selain itu, masih terdapat beberapa isu menyangkut kawasan Pelabuhan Kota Langsa (Renstra Pelabuhan Kota Langsa), diantaranya adalah: a. Pencemaran wilayah pelabuhan dan laut oleh limbah industri dan rumah tangga. b. Rendahnya kualitas sumber daya manusia. c. Kurangnya fungsi kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya ke pelabuhan. d. Belum ada tata ruang kawasan pelabuhan. e. Alih fungsi hutan mangrove menjadi kawasan bisnis dan pemukiman. Untuk mengarahkan perkembangannya dimasa mendatang, sebuah pelabuhan yang memiliki prospek perkembangan memerlukan suatu konsepsi seluruh perubahan yang berkelanjutan, yang mampu menampung perkembangan pelabuhan dengan tetap mempertahankan kawasan yang berfungsi melindungi kehidupan masyarakatnya. Dengan adanya gagasan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
yang dirumuskan oleh WCED (World Commission on Environment and Development) yang dibentuk oleh PBB pada tahun 1987 dan juga penetapannya sebagai kebijakan nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun yang sama maka visi pembangunan yang berkelanjutan diharapkan menjadi bagian yang terpadu dari seluruh aktivitas pembangunan yang dilangsungkan sehingga proses dan hasil pembangunan tersebut tetap dapat dilangsungkan dan dinikmati oleh generasi mendatang. Dalam jangka panjang, pembangunan dan perkembangan Pelabuhan Kuala Langsa harus terjamin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sekaligus terjamin tidak akan timbulnya dampak terhadap lingkungan sekitar. Keberlanjutan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa perlu diupayakan sehingga dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh proses transformasi lahan, penggunaan sumber daya alam, penambahan unsur-unsur baru dalam media lingkungan, serta dinamika populasi tidak menurunkan dan mengakibatkan degradasi kualitas lingkungan secara struktural. Berdasarkan beberapa uraian dan masalah yang telah diuraikan di atas, penulis merasa penting untuk mengidentifikasi “Dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar?
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa selama 3 tahun terakhir terhadap pengembangan wilayah. 2. Bagaimana dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.
1.3. 1.
Tujuan Penelitian Menggambarkan dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap pengembangan wilayah selama 3 tahun terakhir.
2.
Menggambarkan dampak pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.
1.4.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.
Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Langsa dalam mengarahkan perkembangan Pelabuhan Kuala Langsa untuk menjadi Kota yang berkelanjutan sebagaimana visi dan misi Kota Langsa tahun 2020.
2.
Diharapkan dengan penelitian ini akan menjadi bahan masukan dan referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya mengenai perkembangan wilayah pelabuhan.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pembangunan dan Pengembangan Wilayah Pengertian pembangunan telah mengalami perubahan besar dalam bidang
ilmu pengetahuan dan bidang kebijaksanaan. Semula pembangunan diartikan sebagai peningkatan kapasitas ekonomi untuk meningkatkan pendapatan nasional per jiwa penduduk. Implikasi pengertian ini pada kebijaksanaan adalah tumbuhnya keperluan menyalurkan sebanyak mungkin dana keuangan dan sumber alam kepada ikhtiar meningkatkan pendapatan nasional. Dalam perkembangan selanjutnya, paradigma pembangunan tidak hanya bermuka ekonomi. Ikhtiar meningkatkan pendapatan nasional penting, namun tidak berjalan sendiri. Perlu disertai oleh adanya perombakan berbagai segi kehidupan masyarakat supaya pembangunan mampu meniadakan ketimpangan, mengurangi ketidakmerataan dan menghalau kemiskinan absolut. Tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kwalitas hidup manusia secara terencana, gradual, bertahap, komprehensif, holistik, sistemik, bertanggung jawab dan berkelanjutan dengan melibatkan peran serta seluruh elemen warga masyarakat. Pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah dimaksudkan sebagai suatu rencana dan aktivitas pembangunan yang terkait antara satu daerah dengan daerah lainnya sehingga arah pembangunan antar daerah dalam suatu wilayah menampung
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
kebutuhan yang semakin tinggi. Perlu ada kerjasama antar daerah di dalam melaksanakan aktivitas pembangunan di daerah, pada dasarnya memiliki karakteristik potensi ekonomi dan sosial yang hampir sama bahkan saling menguatkan. Kerjasama ini dimaksudkan agar pembangunan daerah bisa berjalan secara optimal melalui penciptaan sinergi atas penggunaan potensi ekonomi yang ada. Untuk saat ini pembangunan di daerah berlandaskan pada potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di daerah. Pemanfaatan kedua potensi inilah yang perlu dikerjasamakan sehingga dapat menciptakan suatu hasil atau manfaat yang lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja sendiri (Miraza, 2005). Menurut Tarigan (2005), potensi wilayah berupa pemberian alam maupun hasil karya manusia di masa lalu adalah asset yang harus dimanfaatkan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat dalam jangka panjang dan bersifat langgeng. Untuk mencapai hal ini maka pemanfaatan asset itu haruslah direncanakan secara menyeluruh dengan cermat. Perlu ada perencanaan yang memberi arahan penggunaan lahan secara keseluruhan yang menjadi panduan bagi perencanaan lainnya (sektoral) yang bersifat parsial. Tatanan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadian dari masyarakat yang berdomisili di wilayah tersebut, di mana kedua hal tersebut adalah saling mempengaruhi. Masyarakat yang tidak disiplin (tidak mematuhi aturan yang berlaku) cenderung membuat wilayahnya tidak tertata, tetapi disisi lain wilayah yang tidak tertata juga cenderung membuat masyarakatnya tidak disiplin (Tarigan, 2005).
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Pengembangan
wilayah
adalah
memajukan
atau
memperbaiki
serta
meningkatkan sesuatu yang sudah ada, selanjutnya ia menyatakan bahwa pengembangan merupakan suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Dari pengertingan pengembangan diatas terlihat ada beberapa ide pokok yang sangat penting, yaitu: (a) bahwa pengembangan merupakan proses yang terus menerus dilaksanakan dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat, (b) bahwa pengembangan adalah merupakan suatu usaha yang penting dilaksanakan, (c) bahwa pengembangan dilaksanakan secara berencana kepada pertumbuhan dan perubahan, (d) bahwa pengembangan mengarah kepada modernitas, (e) bahwa modernitas yang dicapai melalui pengembangan itu mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara termasuk aspek politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta administrasi. Dari semua hal tersebut di atas bertujuan untuk membina bangsa secara terus menerus (Hadjisarosa, 1993). Sukirno (1991) membedakan wilayah atas 3 bagian, yaitu: (a) wilayah homogen merupakan suatu wilayah di mana kegiatan ekonomi berlaku diberbagai pelosok ruang mempunyai sifat yang sama antara lain ditinjau dari segi pendapatan perkapita penduduk dan dari segi struktur ekonominya, (b) wilayah modal merupakan suatu wilayah sebagai ruang ekonomi dikuasai oleh beberapa pusat kegiatan ekonomi, (c) wilayah administrasi artinya suatu wilayah yang didasarkan atas pembagian administrasi pemerintah.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Menurut Widodo (1999), wilayah terdapat beberapa konsepsi tentang pengembangan wilayah namun para pakar ekonomi regional sependapat bahwa tujuan pengembangan regional (wilayah) tersebut merupakan bagian dari tujuan pembangunan nasional yang pada dasarnya berisikan: (a) mencapai pertambahan pendapatan perkapita yang cepat, (b) menyediakan kesempatan kerja yang cukup, dan (c) mengubah struktur perekonomian supaya tidak berat sebelah. Selanjutnya ditegaskan Widodo, bahwa tujuan pengembangan wilayah tersebut hanya akan tercapai apabila komponen-komponen yang menyangkut kegiatan-kegiatan atau pemanfaatan
sumberdaya
wilayah,
penataan
ruang,
perubahan
sosial
dan
pertumbuhan ekonomi yang aktif, dinamis tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat diukur dengan menggunakan tolak ukur sebagai berikut: (a) pertumbuhan gross domestic product, (b) pendapatan perkapita dan distribusi pendapatan, (c) tingkat kemiskinan, (d) konsumsi sarana pelayanan umum, dan (e) kualitas lingkungan. Untuk menilai keberhasilan pembagian ekonomi suatu negara didasarkan pada empat kriteria, yaitu: (a) pendayagunaan tenaga kerja, (b) pengurangan tingkat kemiskinan, (c) kebijaksanaan untuk distribusi pendapatan, dan (d) peningkatan produktifitas tenaga kerja. Keempat kriteria ini harus berjalan bersama-sama sehingga didalam proses pengembangan tersebut terlihat adanya: (a) perubahan struktural masyarakat, (b) keuntungan untuk seluruh masyarakat dengan adanya distribusi pendapatan, (c) pertumbuhan ekonomi yang cepat, dan (d) efisiensi (Todaro, 1998). Bila dilihat dari aspek ekonomi, pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dalam waktu yang
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
panjang. Dari pengertian tersebut terlihat pembangunan ekonomi mempunyai sifat, antara lain: (1) sebagai suatu proses, yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus, (2) usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, dan (3) kenaikan pendapatan tersebut terus berlangsung dalam jangka panjang. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, pengertian tersebut di atas dibatasi oleh batas administratif wilayah (skop regional) (Sukirno, 1991). Kenaikan pendapatan masyarakat merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dalam prakteknya, ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu: cara pengeluaran, cara produksi dan cara pendapatan. Masing-masing cara tersebut menggunakan cara perhitungan yang berbeda, oleh sebab itu akan menghasilkan nilai pendapatan yang berbeda.
2.2.
Indikator Kesejahteraan Masyarakat Pada intinya, pembangunan menurut Jayadinata (1999), meliputi tiga kegiatan
yang saling berhubungan, yaitu (a) menimbulkan peningkatan kemakmuran dan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan sebagai tujuan, dengan tekanan perhatian pada lapisan terbesar (dengan pendapatan terkecil) dalam masyarakat; (b) memilih metode yang sesuai untuk mencapai tujuan itu; (c) menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar terjadinya pertumbuhan sosial ekonomi yang kuat Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan juga berupaya menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
lebih baik. Pembangunan tidak hanya dapat dilihat dari aspek pertumbuhan saja. Salah satu akibat dari pembangunan yang hanya menerapkan paradigma pertumbuhan semata, adalah munculnya kesenjangan antara kaya miskin, serta pengangguran yang merajalela. Pertumbuhan selalu dikaitkan dengan peningkatan pendapatan nasional (GNP), Todaro (1998) Tantangan utama pembangunan adalah untuk memperbaiki kehidupan. Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan yang tinggi. Namun kiranya pendapatan bukanlah satu-satunya ukuran kesejahteraan. Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya yang harus diperjuangkan, mulai dari pendidikan, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual dan penyegaran kehidupan budaya. Menurut Jhingan (1999), untuk menentukan optimasi pembangunan dapat dilihat dari distribusi pendapatan, komposisi output, selera, biaya nyata dan perubahan tertentu lain yang berkaitan dengan pendapat tersebut. Oleh sebab itu untuk menghindari keracunan pengukuran, ukuran pandapatan nasional ril perkapita dapat digunakan sebagai ukuran dalam pembangunan ekonomi. Ukuran pencapaian hasil pembangunan paling tidak harus mencapai lima unsur yang dapat dilihat secara objektif. pertama, pembangunan pada awalnya dilihat dalam kerangka pertumbuhan ekonomi masyarakat di suatu negara. Pembangunan akan berhasil, manakala indikator pertumbuhan ekonomi masyarakat cukup tinggi, diukur dari produktivitas masyarakat dan negara pada setiap tahun. Secara teknis
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
ekonomis, produktif diukur melalui Product National Bruto (PNB), atau Gross National Product (GNP), dan Product Domestic Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). Kedua, dicapainya pemerataan disuatu masyarakat dalam suatu negara ukuran yang dilakukan adalah memakai perhitungan indeks gini, yang dapat mengukur adanya ketimpangan pembagian pendapatan masyarakat. Negara yang berhasil penbangunannya dengan demikian adalah negara yang produktivitasnya tinggi, penduduknya makmur dan sejahtera relatif. Ketiga, kualitas kehidupan yang diukur dari tingkat kesejahteraan penduduk disuatu negara dengan menggunakan tolok ukur PQLI (Physical Quality of Life Index) yang berasal dari tiga indikator meliputi angka rata-rata harapan hidup bayi setelah satu tahun, angka rata-rata jumlah kematian bayi dan angka rata-rata persentasi buta dan melek huruf. Keempat, kerusakan linkungan hidup harus pula diperhitungkan. Negara yang tinggi produktivitas dapat berada pada sebuah proses pemiskinan penduduk. Hal itu bisa terjadi karena produktivitas yang tinggi tidak memperdulikan dampak terhadap lingkungan hidup semakin rusak, sumber daya terkuras hebat, padahal kecepatan alam untuk merehabilitasi dirinya lebih lambat dibandingkan dengan proses perusakan lingkungan. Pabrik-pabrik memang berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi mereka juga menghasilkan limbah kimia yang merusak alam sekitarnya. Pembangunan ternyata tidak memiliki daya kelestarian yang memadai, akibat pembangunan tidak berkelanjutan atau tidak sustainable.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Kelima, pembangunan harus dapat menciptakan keadilan sosial dan kesinambungan. Pembangunan yang sedang berlangsung seringkali menghasilkan kondisi ketimpangan yang sangat mencolok bagi masyarakat. Pembangunan membuat orang kaya semakin kaya, sementara yang miskin semakin terpuruk, kondisi ini jelas akan mendatangkan kerawanan sosial. Oleh karena itu konfigurasi kekuatan sosial di suatu masyarakat akan mengarah kepada kemungkinan pertentangan yang semakin tajam. Konseptualisasi
pembangunan
merupakan
proses
perbaikan
yang
bersinambungan pada suatu masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera, maka terdapat beberapa cara untuk menentukan tingkat kesejahteraan pada suatu negara tolok ukur pembangunan bukan hanya pendapatan perkapita, tetapi juga harus disertai oleh membaiknya distribusi pendapatan, berkurangnya kemiskinan dan mengecilnya tingkat pengangguran. Argumentasinya bahwa pertumbuhan ekonomi haruslah diiringi dengan pemerataan hasil-hasil pertumbuhan untuk dapat dianggap sebagai keberhasilan pembangunan. Perkembangan ekonomi dengan demikian mengandung pengertian bahwa bukan hanya terjadi pendapatan perkapita yang meningkat, tetapi seiring dengan itu meningkat pula kapabilitas rakyat yang ditunjukkan oleh meluasnya pemilikan harta atau sumber-sumber ekonomi di kalangan rakyat.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
2.3.
Peran Pelabuhan dalam Mendukung Ekonomi Wilayah Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan layanan jasa. Utamanya pelabuhan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi (Raja Oloan Saut Gurning dan Budiyanto, 2007). Menurut Suranto (2004), yang dikatakan Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik-turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Pelabuhan Umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum.
2.3.1. Tarif Jasa Angkutan Laut dan ke Pelabuhan Pelabuhan memegang peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perekonomian bangsa, karena pelabuhan merupakan loading point bagi pertemuan moda transportasi sekaligus sebagai loading point tempat konsolidasi barang untuk disebarkan ke seluruh penjuru negara. Oleh sebab itu, pelabuhan merupakan indikator
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pelabuhan sebagai pusat kegiatan ekonomi menjadikan pelabuhan sebagi tumpuan negara untuk mendapatkan penerimaan negara di bidang nonmigas. Oleh sebab itu, pemerintah sangat berkepentingan dalam hal itu sehingga tarif jasa ke pelabuhan tidak terlepas dari campur tangan pemerintah. Penetapan besaran tarif jasa angkutan laut dan ke pelabuhan umumnya hampir sama dalam hal perhitungan dan unsur komponen-komponen yang berkaitan dengan biaya. Yang membedakan hanya besaran jumlah uang. Tarif jasa angkutan perairan dan ke pelabuhan mempunyai pengertian bahwa harga jual dari setiap jenis pelayanan (produk jasa angkutan perairan dan ke pelabuhan) dihitung dalam satuan produksi jasa yang disediakan oleh badan usaha angkutan laut dan ke pelabuhan (Suranto, SE, 2004). Filosofi tarif jasa angkutan perairan dan ke pelabuhan: 1. Dapat menutup seluruh biaya (cost recovery); 2. Memberi tingkat margin yang wajar kepada perusahaan agar mampu mengembalikan investasi; 3. Dapat menumbuhkan perkembangan perusahaan; 4. Mampu mendorong peningkatan pelayanan dan produktifitas pelabuhan; 5. Menunjang pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional; 6. Mendorong persaingan perdagangan dalam menghadapi era globalisasi.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
2.3.2. Tarif Angkutan di Pelabuhan Struktur tarif angkutan barang dan hewan untuk angkutan sungai dan danau serta angkutan kenderaan beserta barang untuk angkutan penyeberangan merupakan komponen perhitungan biaya sebagai pedoman untuk menentukan besaran tarif. Golongan tarif angkutan sungai dan danau merupakan pedoman dalam menentukan besaran tarif yang ditetapkan berdasarkan pengelompokan jenis barang yang diangkut. Besaran tarif angkutan barang dan hewan untuk angkutan laut dalam negeri, angkutan sungai, dan danau ditetapkan atas dasar kesepakatan bersama antara penyedia jasa dan pengguna jasa dan mengacu pada Keputusan Menteri. Tarif angkutan penumpang laut dalam negeri, angkutan sungai dan danau, dan angkutan penyeberangan terdiri dari tarif pelayanan ekonomi dan pelayanan nonekonomi. Tarif ekonomi adalah tarif pelayanan angkutan yang berorientasi pada kepentingan dan kemampuan masyarakat luas yang dilakukan dengan memperhatikan kemampuan daya beli masyarakat dan kelangsungan serta pengembangan usaha angkutan dalam rangka meningkatkan mutu pelayan serta perluasan jaringan pelayanan angkutan laut.
2.3.3. Permasalahan Kawasan Pelabuhan Pemanfaatan sumber daya di kawasan pelabuhan di satu sisi berdampak pada kesejahteraan masyarakat, yaitu dengan penyediaan lapangan pekerjaan seperti tenaga buruh lapangan, reperasi alat-alat mobil berat, bongkar muat barang dan lain sebagainya. Namun di sisi lain, tidak ada perawatan dan manajemen yang bagus akan
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
menimbulkan dampak negatif terhadap kelangsungan kawasan pelabuhan dan masyarakat setempat. Ada beberapa masalah yang terjadi dalam pembangunan di kawasan pelabuhan dan lautan di Indonesia antara lain: (a). Pencemaran, (b). Kerusakan Fisik. (c). Eksploitasi Sumber Daya Secara berlebihan. (d). Konversi Kawasan Lindung ke Penggunaan Lainnya.
2.4.
Peran Kawasan Pelabuhan terhadap Pendapatan Masyarakat Secara fisik, pelabuhan merupakan kawasan terbangun di wilayah pesisir yang
terletak saling berdekatan dari pemukiman penduduk, yang meluas dari pusatnya hingga ke pinggiran kota. Hal ini memberikan gambaran konsentrasi bangunan atau areal terbangun yang ada di kota cenderung lebih besar atau lebih padat dibandingkan dengan daerah pinggiran atau daerah pedesaan. Secara sosial, pelabuhan memberikan gambaran sebuah komunitas yang diciptakan pada awalnya untuk meningkatkan produktifitas melalui konsentrasi dan spesialisasi tenaga kerja, kebudayaan dan kegiatan rekreatif. Secara ekonomi, pelabuhan memberikan makna fungsi dasar suatu wilayah sebagai tempat menghasilkan penghasilan yang cukup melalui produksi barang dan jasa untuk mendukung kehidupan penduduknya dan untuk kelangsungan pelabuhan itu sendiri. Ekonomi kota berkaitan erat dengan perkembangan wilayah, di mana ekonomi perkotaan yang sehat mampu menyediakan berbagai kebutuhan untuk keperluan pertumbuhan pelabuhan, terutama untuk menerima perkembangan baru
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
yang disebabkan oleh kemajuan di bidang teknologi dan perubahan keadaan (Hendro, 2001). Permasalahannya adalah bagaimana memadukan kepentingan dinamika pengembangan pelabuhan Kuala Langsa dengan fungsi ekologis yang disandang oleh kawasan pelabuhan sebagai penghubung antara fungsi ekonomis di wilayah daratan dan di lautan. Sebab, pengaruh pengembangan wilayah terhadap lingkungan adalah lebih besar daripada pengaruh pembangunan desa. Dalam kota, keadaan lingkungan alam sulit untuk dipertahankan kelestarian dalam wujud aslinya sehingga lahirlah lingkungan buatan manusia. Permasalahannya adalah, sejauhmana fungsi lingkungan alam dapat digantikan oleh lingkungan buatan manusia dan sampai seberapa jauh perubahan lingkungan tersebut mencapai titik krisis sehingga berdampak negatif terhadap kehidupan manusia. Aktivitas Pelabuhan Kota Langsa sudah mulai berjalan, itu terlihat sekarang ini setiap hari ada truk kontainer yang keluar masuk pelabuhan untuk mengangkut barang yang dibongkar di pelabuhan Kota Langsa. Dengan dibukanya kembali Pelabuhan Kota Langsa banyak tenaga kerja yang tertampung sebagai pekerja Bongkar Muat. Sudah mencapai 300 orang lebih yang terdaftar sebagai pekerja bongkar muat dan mereka berpenghasilan sekira Rp. 95.000,-/hari (Nasruddin, 2008). Untuk itu dapatlah dikatakan bahwa tujuan utama dalam pengembangan kawasan pelabuhan adalah memanfaatkan segenap sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan pelabuhan. Dimensi sosial ekonomi mensyaratkan bahwa laju perkembangan pembangunan hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
permintaan total atas sumber daya alam dan jasa lingkungan yang terdapat di wilayah pelabuhan dan lautan tidak melebihi kemampuan ekosistem untuk menyediakannya. Dimensi sosial politik, mensyaratkan bahwa perlu diciptakan suasana yang kondusif bagi segenap lapisan masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan sumber daya pelabuhan dan lautan. Dimensi hukum dan kelembagaan mensyaratkan perlunya sistem dan kinerja hukum dan kelembagaan yang dapat mendukung pelaksanaan pembangunan pelabuhan secara berkelanjutan.
2.5.
Penelitian Sebelumnya Adapun penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan tesis ini adalah:
1. Faisal H. (2000), menulis tesis yang berjudul ”Pengembangan Pelabuhan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Rakyat di Kabupaten Aceh Timur”, mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara pengembangan kawasan pelabuhan dengan peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat di Kabupaten Aceh Timur. Berdasarkan pengujian statistik diperoleh angka korelasi pendapatan masyarakat dengan penyerapan tenaga kerja. Partisipasi masyarakat dan pihak swasta dalam mengembangkan sektor pelabuhan di Kabupaten Aceh Timur cukup baik dalam mendukung upaya pengembangan pelabuhan di Kabupaten Aceh Timur. 2. Amiruddin. (2006), menulis tesis yang berjudul ”Pengaruh Variabel-Variabel Motivasi dan Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. (Persero) Pelabuhan I Cabang Kuala Langsa”. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
motivasi dan produktivitas kerja karyawan PT. Pelabuhan Kuala Langsa dipengaruhi oleh besarnya bonus dan insentif dari perusahaan.
2.6.
Kerangka Berfikir Beberapa analisis yang akan dilakukan dalam upaya menjawab permasalahan
yang diangkat dalam studi ini adalah: 1. Analisis pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa dan pengaruhnya bagi pengembangan wilayah; Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kawasan Pelabuhan Kuala Langsa dengan melihat fasilitas infrastruktur yang ada. Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan data primer yang diperoleh dari kuisioner yang disebarkan pada responden dan bentuk fisik bangunan yang ada. 2. Analisis perkembangan ekonomi masyarakat setempat; Analisis ini bertujuan untuk mengambarkan perkembangan ekonomi masyarakat setempat dalam kaitannya dengan potensi ekonomi yang dimiliki. Analisis dilakukan dengan Uji Wilcoxon Signed-Rank.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Kerangka Berfikir
Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa
Peng emb ang an W ilayah K awasan Pelabuh an
Indikator untuk mengukur Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa: 1. Aktivitas Pelabuhan 2. Jumlah Infra struktur
P en in g k a tan K e sej ah te r a an Ma s yarak a t S ek itar
Ind ik a tor untuk me ngukur K es ejah ter aa n Ma s yarak a t Sek itar: 1. Pendap a ta n 2 . K e se mp a ta n K er j a 3 . T in g k a t K ea ma n an 4 . J as a Tr ans p o r ta s i 5. Ke seh a tan
Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Gambar II.1. Kerangka Fikir
2.7.
Hipotesis Sesuai dengan latar belakang, masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis
terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Terdapat
peningkatan
pengembangan
wilayah
secara
nyata
dampak
pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa selama 3 tahun terakhir khususnya Kelurahan/Gampong Kuala Langsa.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
2.
Terdapat peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar secara nyata dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa selama 3 tahun terakhir khususnya Kelurahan/Gampong Kuala Langsa.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi Penelitian Ruang lingkup wilayah yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah
kawasan Pelabuhan Kuala Langsa yang secara administratif terletak di ujung jalan Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Kota. Sedangkan secara makro ruang lingkup wilayah yang diambil dalam penelitian ini adalah wilayah administratif Kecamatan Langsa Kota. Sehingga yang dijadikan unit analisis penelitian adalah masyarakat sekitar kawasan Pelabuhan Kuala Langsa.
3.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner melalui pengisian daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan untuk penelitian ini dan observasi langsung ke lapangan dengan menggunakan teknik wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dari berbagai informasi atau instansi terkait yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian, yaitu: Pemerintah Kota Langsa, Badan Pusat Statistik (BPS), Bappeda Kota Langsa, Kantor Kecamatan Langsa Kota, Kantor Kelurahan/Gampong Kuala Langsa, PT. Pelindo Cabang Kuala
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Langsa serta hasil penelitian terdahulu dan literatur yang dianggap relevan dalam mendukung penelitian ini.
3.3.
Populasi Penelitian Dari lokasi penelitian di Kota Langsa dipilih Kelurahan/Gampong Kuala
Langsa dalam Kecamatan Langsa Kota. Adapun Kelurahan/Gampong tersebut dipilih karena aktivitas masyarakat Gampong Kuala Langsa lebih banyak populasinya yang berhubungan
dengan
pelabuhan
ketimbang
kelurahan-kelurahan
lainnya
di Kecamatan Langsa Kota, dan kelurahan tersebut berdekatan dengan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) masyarakat yang berdomisili di kelurahan/gampong lokasi penelitian.
3.4.
Teknik Penentuan dan Pengambilan Sampel Tujuan penggunaan sampel adalah agar peneliti dapat memperoleh data yang
dapat mencerminkan keadaan populasi dengan biaya lebih murah dan waktu penelitian lebih cepat. Penetapan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe (dalam Sugiyono, 2003) yang mengatakan: Pertama, ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel. Kedua, Bila Sampel dibagi dalam kategori, maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil sebanyak 10% dari jumlah Kepala Keluarga
456
jiwa
yaitu
mencapai
45
orang
masyarakat
yang
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
ada
di Kelurahan/Gampong Kuala Langsa yang aktivitas mereka berhubungan dengan Pelabuhan Kuala Langsa. Sampel masyarakat ditentukan (Stratified Random Sampling) menurut strata jarak dari lokasi pelabuhan, yaitu khusus masyarakat setempat yang bekerja. Untuk mengetahui lebih rinci mengenai banyaknya penduduk dan rumah tangga menurut Kelurahan/Gampong di Kecamatan Langsa Kota Langsa Tahun 2008, dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1 : Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kelurahan/Gampong Kuala Langsa, Kecamatan Langsa Kota per 26 Maret 2008 No Kelurahan/Gampong 1
3.5.
R. Tangga (KK)
Kuala Langsa Jumlah
456 456
Penduduk (Jiwa) 1.734 1.734
Sampel (Orang) 45 Orang 45 Orang
Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data sekunder
diperoleh melalui dokumentasi dari berbagai informasi atau instansi terkait yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian, yaitu: Pemerintah Kota Langsa, Badan Pusat Statistik (BPS), Bappeda Kota Langsa, Kantor Kecamatan Langsa Kota, Kantor Kelurahan/Gampong Kuala Langsa, PT. Pelindo Cabang Kuala Langsa serta hasil penelitian terdahulu dan literatur yang dianggap relevan dalam mendukung penelitian ini. Data primer diperoleh dari kuisioner dan observasi (pengamatan). Penggunaan metode kuisioner dimaksudkan untuk menghimpun informasi atau keterangan
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
mengenai hal-hal yang diketahui responden menurut apa yang ia alami atau ia ketahui. Sedangkan observasi yang dilakukan adalah observasi langsung, yaitu cara pengumpulan data berdasarkan pengamatan terhadap kelurahan-kelurahan/gampong yang menjadi lokasi penelitian.
3.6.
Teknik Analisis Data Data yang telah diperoleh dari penelitian di lapangan, selanjutnya dilakukan
perhitungan dan dianalisis sebagai berikut: 1) Untuk permasalahan pertama dilakukan analisis deskriptif kualitatif, yaitu untuk menganalisis dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap pengembangan wilayah. 2) Untuk permasalahan kedua dalam penelitian ini digunakan analisis statistik deskriptif (uji nonparametrik), yaitu dengan mengemukakan hasil survei dan kuisioner dari responden. Kemudian untuk membuktikan hipotesa penelitian bahwa
terdapat
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
sekitar
dampak
pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa, digunakan analisa statistik deskriptif dengan Uji Wilcoxon Signed-Rank (Uji Jenjang – Bertanda Wilcoxon) dengan menggunakan Program SPSS versi 16. Uji Wilcoxon Signed-Rank merupakan uji nonparametrik berdasarkan sampel berpasangan di mana pada Uji Wilcoxon data harus dilakukan pengurutan (ranking) kemudian baru diproses.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
(Wilcoxon dalam Santoso, 2008). Rumus statistik Uji Wilcoxon Signed-Rank (Djarwanto, 2003) yang digunakan adalah sebagai berikut: Ζ=
Τ − Ε (Τ ) σΤ
Ε (Τ ) =
n ( n + 1) 4
σΤ =
n ( n + 1)( 2 n + 1) 24
Di mana: Z T
= Nilai Z atau skor Z = Jumlah tanda jenjang terkecil baik tanda jenjang positif atau negatif dari hasil pengamatan. E(T) = Expected value of T (Nilai T yang diharapkan dari hasil pengamatan). σT = Standar deviasi dari T n = Banyaknya (jumlah) pengamatan yang menghasilkan beda positif dan negatif. Sedangkan beda 0 (nol) tidak diperhatikan. Kemudian, Hipotesa ada tidaknya dampak pengembangan kawasan Pelabuhan
Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar diolah sebagai berikut: Hipotesis. H0 : Tidak ada pengaruh signifikan pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar. Ha : Ada pengaruh signifikan pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar. Pengambilan keputusan pada uji Wilcoxon bisa didapat menggunakan uji z. 1. Dasar pengambilan keputusan sama dengan uji z:
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Jika Statistik Hitung (angka z output) > Statistik Tabel (Tabel z), maka Ho ditolak. Artinya tidak ada dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar. Jika Statistik Hitung (angka z output) < Statistik Tabel (Tabel z), maka Ho diterima (Santoso, 2008). 2. Dasar Pengambilan Keputusan Berdasarkan Probabilitas Yaitu jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima ada peningkatan signifikan pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar dan jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak (Santoso, 2008).
3.7.
Definisi dan Batasan Operasional Dari berbagai bentuk model yang akan diteliti maka definisi dan pengukuran
yang akan digunakan dapat diterangkan sebagai berikut: 1. Responden adalah kepala keluarga atau penghuni dewasa dalam suatu rumah tangga yang berprofesi sebagai pekerja dan telah berumur < 26 tahun dengan asumsi yang bersangkutan dapat menjawab atas pertanyaan yang ada dalam kuesioner, dinyatakan dalam (jiwa). 2. Pengembangan wilayah adalah proses pembangunan menuju perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, kelembagaan dan infrastruktur. 3. Aspek infrastruktur yaitu fasilitas yang terbangun dalam pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa dinyatakan dalam unit.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
4. Aspek tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang terserap (orang) selama pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa satuan ukurnya (jumlah jiwa yang tertampung sebagai tenaga kerja). 5. Pendapatan pekerja adalah merupakan pendapatan yang berasal dari sumber yang secara aktual diterima oleh seorang pekerja di pelabuhan yaitu jumlah hasil pendapatan, dinyatakan dalam (Rp). 6. Kemanan yaitu tingkat keamanan dan kenyamanan dalam beraktifitas dinyatakan dalam (jumlah kriminalitas, teror dan intimidasi). 7. Jasa transportasi dinyatakan dalam kemudahan memperolah jasa, satunya orang. 8. Aspek kesehatan yaitu pelayanan kesehatan, dinyatakan dalam jumlah yang sakit dan sehat dalam satu tahun.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Kondisi Geografis Kota Langsa dibentuk dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2001 Tanggal 21 Juni 2001 dan peresmiannya dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2001 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Kota Langsa merupakan salah satu daerah di sebelah timur Nanggroe Aceh Darussalam, yang terletak pada posisi sebelah Utara Pulau Sumatera, yaitu pada 04024’35,68” – 04033’47,03 Lintang Utara an 97053’14,59” – 98004’42,16” Bujur Timur. Luas wilayahnya adalah 262,41 Km2 dengan panjang garis pantai 16 km, dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Timur dan Selat Malaka; 2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Tamiang; 3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Tamiang; 4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Timur. Secara pemerintahan, Kota Langsa melingkupi 3 kecamatan, meliputi 45 desa dan 6 kelurahan. Kecamatan Langsa Timur terdiri dari 24 desa, Kecamatan Langsa Barat 13 desa dan 1 kelurahan, dan Kecamatan Langsa Kota membawahi 8 desa dan 5 kelurahan.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Luas wilayah Kota Langsa 262,41 Km2 meliputi kawasan hutan darat, hutan bakau, areal pertanian alang-alang, kawasan industri dan pemukiman penduduk. Jumlah penduduknya sampai dengan September 2005 adalah 137.586 jiwa, yang terdiri atas laki-laki 68.518 jiwa dan perempuan 69.068 jiwa (SPAN 2005), dengan tingkat kepadatan penduduk 524 jiwa/Km2.
Gambar IV.1. Peta Kota Langsa Kecamatan Langsa Timur memiliki luas 121,24 Km2 dan berpenduduk sebanyak 39.187 jiwa dengan kepadatan penduduk 323 jiwa/Km2. Kecamatan ini
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
menempati 46,21 persen dari seluruh total wilayah Kota Langsa. Sementara Kecamatan Langsa Kota menempati 19,76 persen dari seluruh wilayah Kota Langsa. Sedangkan Kecamatan Langsa Barat, memiliki luas wilayah 89,31 Km2 dan berpenduduk 43.298 jiwa, atau menempati 34,03 persen dari luas wilayah Kota Langsa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 : Luas Wilayah Kota Langsa Menurut Kecamatan, Tahun 2005 No
Kecamatan
Luas Wilayah
Persentase (%)
1.
Langsa Timur
121,24 Km2
46,21
2.
Langsa Barat
89,31 Km2
34,03
3.
Langsa Kota
51,86 Km2
19,76
262,41 Km2
100,00
Jumlah Sumber: Langsa dalam angka, 2005
Pelabuhan Kuala Langsa secara administratif berada di Gampong Kuala Langsa, Kecamatan Langsa Kota, yang memiliki tingkat kepadatan penduduk 108,38 (jiwa/Km2). Kota Langsa berasal dari pemekaran Kabupaten Aceh Timur (UU No. 3/2001) dan sebelumnya berstatus Kota Administratif. Jarak Kota Langsa sekitar 400 km atau sekitar 8 jam perjalanan dengan mobil dari Kota Banda Aceh. Kecamatan Langsa Kota yang memiliki luas 54,05 Km2 saat ini memiliki 13 kelurahan/gampong, seperti terlihat pada Tabel 4.2.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.2 : Nama-Nama Kelurahan/Gampong dalam Kecamatan Langsa Kota, Tahun 2005 No.
Nama Kelurahan/Gampong
1.
Gampong Peukan Langsa
2.
Gampong Teungoh
3.
Gampong Blang Paseh
4.
Gampong Jawa
5.
Gampong Matang Seulimeng
6.
Gampong Tualang Teungoh
7.
Gampong Blang Seunibong
8.
Gampong Blang
9.
Gampong Meutia
10.
Gampong Daulat
11.
Gampong Alue Beurawe
12.
Gampong Sungai Pauh
13
Gampong Kuala Langsa
Sumber: Keputusan Walikota Langsa Nomor: 008 Tahun 2002/Langsa Dalam Angka, 2005 Status Kelurahan/gampong di semua kecamatan telah definitif dan tidak ada lagi yang non definitif. Untuk Kecamatan Langsa Timur, seluruh Kelurahan/ Gampong dilingkupi dua kemukiman yaitu Kemukiman Langsa Lama dan Kemukiman Seunebok Antara. Kecamatan Langsa Barat semua Kelurahan/Gampong berada dalam dua Kemukiman, yaitu Kemukiman Langsa Baroh dan Kemukiman Langsa Tunong. Sedangkan pada Kecamatan Langsa Kota terbagi 2 (dua) kemukiman, yaitu Kemukiman Kuta dan Kemukiman Langsa Teungoh, yang membawahi 13 Kelurahan/Gampong yang ada, seperti digambarkan pada Tabel 4.3.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.3 : Nama-Nama Gampong/Kelurahan dalam Kecamatan Langsa Kota Dirinci Menurut Kemukiman Tahun 2005 Nama Gampong/ Kelurahan 1. Kuta 1. Kel. Gampong Jawa 2. Kel. Matang Seulimeng 3. Kel. Blang Pase 4. Kel. Peukan Langsa 5. Gampong Tualang Teungoh 6. Gampong Meutia 7. Gampong Daulat 2. Langsa Teungoh 1. Kel. Gampong Teungoh 2. Gampong Alue Beurawe 3. Gampong Blang Seunibong 4. Gampong Blang 5. Gampong Sungai Pauh 6. Gampong Kuala langsa Sumber: Bagian Pemerintahan Sekretariat Kota Langsa No
Kemukiman
Status Gampong/ Kelurahan Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif
Secara geografis Pelabuhan Kuala Langsa terletak di sebelah utara gugusan pulau Sumatera dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka; 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Daerah TK. II Langkat; 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten daerah TK. II Aceh Selatan; 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Daerah TK. Aceh Tenggara/Aceh Tengah. Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terletak di ujung jalan Kecamatan Langsa Kota. Luas wilayah Kota Langsa 262,41 Km2 meliputi kawasan hutan darat, hutan bakau, areal pertanian alang-alang, kawasan industri dan pemukiman penduduk.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Jumlah penduduknya sampai dengan September 2005 adalah 137.586 jiwa, yang terdiri atas laki-laki 68.518 jiwa dan perempuan 69.068 jiwa (SPAN 2005), dengan tingkat kepadatan penduduk 524 jiwa/Km2. Sedangkan lokasi pelabuhan adalah pada 04° 33’100 LU dan 98° 03’00 BT dengan pantainya yang landai serta berbeda pasang surut adalah 3 m LWS, surut terendah adalah 8 m LWS. Cuaca sering terjadi di pelabuhan adalah angin pada musin barat terjadi pada bulan September – Pebruari, sedangkan angin pada musin timur terjadi pada bulan Maret – Agustus. Suhu udara rata-rata 30 c dengan kelembapan 0 %. Musim penghujan pada bulan Juli – Desember dan pancaroba terjadi pada bulan Januari – Juni perairan dan kolam Pelabuhan Kuala Langsa cukup tenang dan terlindung dari ombak karena keberadaanya beberapa pulau yang terletak didepan pelabuhan diantaranya adalah pulau Rawa Rayeuk dan pulau Telaga Tujuh, di mana alamiah pulau-pulau tersebut melindungi dan berfungsi sebagai penahan gelombang untuk Pelabuhan Kuala Langsa. Alur pelayaran dari bouy I panjang 8 mil dengan lebar minimal 80 m dan maksimal 120 m kedalaman rata-rata 5 LWS. Pelabuhan Kuala Langsa memiliki prospek yang baik untuk perdagangan luar negeri karena didukung oleh hinterlandnya yang kaya potensi ekspor non migas, diantaranya terdapat perkebunan karet dan kelapa sawit terbesar bagi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam begitu juga komoditi pertanian dan perikanan Letak Pelabuhan pada koordinat 04° 31' 24” LU dan 98° 10' 05.33” BT, Area Lego Jangkar: koordinat 04° 32' 53” LU dan 98° 02' 28” BT Status Pelabuhan, Pelabuhan Umum
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
yang diusahakan, Terbuka untuk perdagangan luar negeri, Status tidak wajib pandu, Kelas Pelabuhan adalah Pelabuhan Kelas IV. Pelabuhan Kuala Langsa dapat dicapai melalui 2 (dua) alur masuk, yaitu alur Teluk Dalam dan alur antara Tanjung Langsa dengan Pulau Telaga Tujuh dari arah laut bebas. Saat menempuh alur tersebut setiap kapal harus melalui suatu ambang dari arah laut bebas dengan jarak yang bervariasi antara 5 – 7 Km dan kedalaman antara 6 M LWS dari arah laut bebas.
Gambar IV.2. Peta Pelabuhan Kuala Langsa Perairan di kolam pelabuhan cukup tenang dan aman sepanjang tahun karena lokasinya terletak di muara Sungai Langsa, sehingga terlindung dari gelombang serta air yang deras. Kecepatan arus rata-rata 1,17 Knot pada saat pasang naik dan 0,15 Knot pada saat pasang surut. Pada umumnya berawan banyak dan kadang-kadang disertai hujan. Periode curah hujan yang cukup besar terjadi pada Bulan September – Januari, sedangkan yang terkecil terjadi pada Bulan Februari – Mei. Bulan yang relatif kering adalah
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
pada Bulan Februari, Juni – Agustus. Angin pada umumnya bertiup dari arah Timur Laut dan Utara dengan kecepatan angin rata-rata 4 – 6 Knot. Suhu harian berkisar antara 23o C - 30 o C. Pada waktu terang penglihatan mendatar pada umumnya cukup baik, bisa mencapai 20 Km. Pada waktu berawan banyak maupun kabut di pagi hari penglihatan kurang dari 5 Km. Di Bulan Januari dan Februari saat terjadi kabut maka penglihatan hanya mampu mencapai antara 1 – 3 Km. Pelabuhan Kuala Langsa adalah pelabuhan umum satu-satunya yang terbuka untuk perdagangan dalam dan luar negeri yang terletak di Kota Langsa.
4.1.2. Kependudukan Penduduk Gampong Kuala Langsa sampai dengan akhir tahun 2007 berjumlah 1.734 jiwa terdiri dari 456 Kepala Keluarga. Penduduk laki-laki berjumlah 914 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 820 jiwa. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun sampai 2007 diperkirakan sebesar 4,92%. Jumlah serta perkembangan penduduk Kuala Langsa selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2002-2007) sebagaimana terlihat pada Tabel 4.4.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.4 : Perkembangan Jumlah Penduduk Kuala Langsa Tahun 2002-2007 Tahun
Jumlah Penduduk
Jumlah
Jumlah KK
Jumlah
Lk
Pr
Jiwa
(Orang)
Penduduk Miskin
2002
750
762
1312
241
150
2003
765
774
1539
193
149
2004
780
786
1566
187
145
2005
795
798
1593
387
135
2006
904
810
1714
198
110
2007
914
820
1734
456
97
Sumber: Kantor Kelurahan/Gampong Kuala Langsa, 2007
4.1.3. Perekonomian Daerah Produk Domestik Regional Bruta (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah dari sektor-sektor ekonomi yang dihasilkan oleh penduduk yang berada di suatu wilayah (daerah) dalam suatu periode waktu tertentu, biasanya selama setahun. Secara tidak langsung, PDRB suatu daerah juga dapat mencerminkan bentuk dan struktur ekonomi daerah yang bersangkutan. PDRB Kota Langsa disajikan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). PDRB ADHK tanpa dipengaruhi perkembangan harga, dengan kata lain, mencerminkan kenaikan atau penurunan nilai tambah secara riil. Dilihat dari PDRB ADHK tahun 2000, pertumbuhan ekonomi Kota Langsa selama kurun waktu 2002-2007 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Sebagian besar sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan ekonomi pada
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
tahun 2002 masih sebesar 1,65 persen dan pada tahun berikutnya (2003) tumbuh menjadi 2,85 persen. Pada tahun 2004 perekonomian kota ini tumbuh menjadi 3,69 persen, dan pada tahun 2005 mencapai 4,17 persen. Pada tahun 2006 perekonomian daerah Langsa hanya tumbuh 3,92 persen. Hal ini menandakan bahwa perekonomian daerah ini masih tumbuh relatif rendah. Bila dilihat pertumbuhan masing-masing lapangan usaha, pada tahun 2005 hanya keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang pertumbuhannya sebesar 6,51 persen atau di atas pertumbuhan ekonomi Kota Langsa, di samping perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh sebesar 5,58 persen. Kedua lapangan usaha ini merupakan andalan sector tersier di daerah ini. Lapangan usaha bangunan juga tumbuh sebesar 5,22 persen. Sedangkan lapangan usaha lainnya tumbuh berkisar antara 1,86 hingga 3,86 persen. Pada tahun 2007 lapangan usaha keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh mencapai 7,52 persen, diikuti perdagangan, hotel dan restoran 4,16 persen, pengangkutan dan komunikasi 3,96 persen, bangunan/konstruksi 3,53 persen, pertambangan dan penggalian sebesar 3,15 persen. Lapangan usaha lain yang masih tumbuh rendah adalah pertanian (1,56 persen) dan industri pengolahan (2,52 persen). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.5
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.5 : Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kota Langsa Tahun 2002 – 2007 (persen) Tahun No
Lapangan Usaha
2002 2003 2004 2005 2006
2007
1
Pertanian
1,20
1,74
2,23
2,86
0,82
1,56
2
Pertambangan & Penggalian
3,46
3,49
2,64
3,86
3,33
3,15
3
Industri Pengolahan
-2,39
1,44
2,22
3,26
4,49
2,52
4
Listrik dan Air Minum
4,36
4,02
5,19
1,86
2,14
2,90
5
Bangunan Konstruksi
2,85
3,25
4,61
5,22
4,34
3,53
6
Perdagangan, Hotel & Restoran
4,08
4,15
5,19
5,58
4,31
4,16
7
Pengangkutan & Komunikasi
3,61
4,12
4,58
3,79
8,61
3,96
8
Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan
6,47
8,17
8,03
6,51
4,28
7,52
9
Jasa – Jasa
1,59
1,98
2,88
3,52
2,89
2,24
Produk Domestik Regional Bruto 1,65 Sumber: BAPPEDA Kota Langsa, 2007
2,85
3,69
4,17
3,92
3,51
4.1.4. Struktur Ekonomi Sebagai daerah yang melingkupi wilayah perkotaan, aktivitas ekonomi masyarakat di kota ini lebih banyak pada sektor tersier, selanjutnya disusul sektor sekunder dan primer. Konstribusi sektor tersier (dengan andalan lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran, serta jasa-jasa) mengalami kenaikan yang sangat signifikan berdasarkan harga berlaku selama tahun 2002 – 2007. Pada tahun 2007,
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
sektor tersier menyumbang 55,57 persen, naik dibanding tahun 2002 yang sebesar 52,42 persen. Sektor sekunder dengan andalan lapangan usaha industri pengolahan juga dominan konstribusinya dalam struktur ekonomi Kota Langsa, kendatipun terlihat mengalami penurunan. Pada tahun 2002 konstribusi sektor sekunder masih mencapai 31,83 persen, dan pada tahun 2007 turun menjadi 29,48 persen. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya aktivitas ekonomi pada lapangan usaha industri pengolahan selama tahun 2002 – 2007. Namun demikian, sejalan dengan pulihnya kondisi keamanan di daerah, khususnya pasca penandatanganan MoU Helsinki, diharapkan aktivitas pada lapangan usaha industri pengolahan di daerah ini dapat berkembang lagi sehingga sumbangan nilai tambahnya meningkat kembali. Ini terlihat pada tahun 2007, di mana sumbangan sektor ini mulai meningkat lagi menjadi 29,48 persen. Peran sektor primer (dengan andalannya pertanian) terlihat juga kian menurun. Konstribusi sektor primer pada tahun 2002 masih sebesar 15,75 persen kemudian pada tahun 2006 mengalami sedikit penurunan menjadi 15,13 persen, dan pada tahun 2007 menurun lagi menjadi 14,95 persen. Ini menandakan bahwa struktur perekonomian Kota Langsa semakin bergeser dari pertanian ke industri dan jasa-jasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari tabel di atas juga dapat diuraikan bahwa konstribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran terhadap PDRB ADHB Kota Langsa berkisar antara 25,03 persen hingga 25,68 persen (tahun 2002 – 2007). Disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar 22,56 persen. Namun konstribusinya menurun menjadi sebesar 20,16 persen terhadap PDRB (tahun 2007). Demikian juga sektor jasa-jasa masih cukup besar konstribusinya terhadap PDRB relatif menonjol, yaitu antara 17,08 persen hingga 17,64 persen. Adapun sektor-sektor lain relatif kecil sumbangannya, seperti sektor listrik dan air minum yang hanya memberikan kontribusi selama tahun 2002-2006 antara 0,45-0,47 persen. Begitu juga halnya dengan sektor pertambangan dan penggalian, hanya memberikan kontribusi antara 0,39 sampai 0,41 persen terhadap PDRB (selama tahun 2002-2007). Sektor Tersier sub pengangkutan dan komunikasi menunjukan kenaikan dari 7,41 menjadi 7,78 persen.
4.2.
Karakteristik Responden Penelitian Untuk keperluan analisis data penelitian, pada bagian ini dijelaskan mengenai
karakteristik responden (masyarakat sekitar) terutama yang berkaitan dengan umur, pendidikan, pendapatan serta jumlah tanggungan dalam keluarga responden.
4.2.1. Umur Responden Setelah dilakukan pengumpulan data, diperoleh informasi mengenai umur responden. Hasil olahan statistik deskriptif, menyimpulkan bahwa umur terendah
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
responden adalah 29 tahun, umur tertinggi responden adalah 72 tahun, sedangkan umur rata-rata responden adalah 50 tahun. Responden terbanyak pertama adalah yang berusia antara 36 sampai dengan 40 tahun yakni terdapat 24,5 persen. Disusul kemudian responden terbanyak kedua berusia antara 46 sampai dengan 50 tahun yang berjumlah 17,8 persen. Sedangkan responden terbanyak ketiga berusia 31 – 35 berjumlah 15,5 persen dan responden berusia 41 – 45 13,3 persen, seperti terlihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 : Kelompok Umur Responden No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kelompok Umur (tahun) 26 – 30 31 – 35 36 – 40 41 – 45 46 – 50 51 – 55 56 – 60 61 – 65 66 – 70 71 – 75
Jlh Responden (orang) 3 7 11 6 8 3 3 1 2 1
Persentase (%) 6,7 15,5 24,5 13,3 17,8 6,7 6,7 2,2 4,4 2,2
45
100,0
Total Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008
4.2.2. Pendidikan Responden Pendidikan responden terdiri dari lima tingkatan, yaitu tamat Sekolah Dasar/Sekolah Rakyat, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sarjana
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Muda/Diploma/Akademi dan Sarjana (S-1). Berdasarkan olahan statistik deskriptif diperoleh keterangan bahwa rata-rata tingkat pendidikan responden adalah SLTP. Jenjang pendidikan mayoritas responden adalah tamat SLTP sederajat yang mencapai 35,5 persen. Disusul kemudian responden yang menamatkan SD/SR mencapai 31,1 persen, sedangkan yang menamatkan SLTA berjumlah 15,5 persen; dan yang tidak mengecap dunia pendidikan berjumlah 11,1 persen (mereka hanya berpendidikan di pesantren dan pengajian-pengajian). Sedangkan yang menamatkan Sarjana Muda/Diploma berjumlah 4,5 persen. Untuk jenjang Sarjana Lengkap (S-1) hanya 2,2 persen, untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 : Jenjang Pendidikan Responden No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenjang Pendidikan Tidak Sekolah SD / SR SLTP SLTA DIPLOMA SARJANA (S-1)
Jlh Responden (orang) 5 14 16 7 2 1
Persentase (%) 11,1 31,1 35,6 15,5 4,5 2,2
45
100,0
Total Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008
4.2.3. Jumlah Tanggungan dalam Keluarga Yang dimaksud tanggungan dalam keluarga adalah keluarga inti, yakni seorang kepala keluarga (bapak/abi/ayah) menanggungjawabi anggota keluarganya (istri dan anak) dalam segala macam kebutuhan pimer sehari-hari. Jumlah tanggungan
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
responden dalam keluarga ini terdiri antara 1 hingga 10 orang. Rata-rata jumlah tanggungan responden dalam keluarga adalah 3 orang. Jumlah tanggungan responden dalam keluarga terbanyak adalah 3-4 orang yang berjumlah 46,6 persen. Jumlah tanggungan responden terbanyak kedua adalah 1-2 orang mencapai 26,7 persen. Jumlah tanggungan responden terbanyak ketiga adalah antara 5-6 orang mencapai 15,6 persen, jumlah tanggungan responden terbanyak keempat adalah 7-8 orang yakni sebanyak 8,9 persen. Terakhir jumlah tanggungan responden dalam penelitian ini antara 9-10 orang berjumlah 2,2 persen. Seperti terlihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.11 : Jumlah Tanggungan Responden No
Tanggungan dalam Keluarga (orang)
Jlh Responden (orang)
Persentase (%)
1.
1
–
2
12
26,7
2.
3
–
4
21
46,6
3.
5
–
6
7
15,6
4.
7
–
8
4
8,9
5.
9
–
10
1
2,2
45
100,0
Total Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
4.3.
Dampak Pengembangan Pelabuhan Terhadap Pengembangan Wilayah
4.3.1. Karakteristik Budaya (Adat Istiadat dan Pola Kebiasaan) Karakteristik budaya yang dijumpai pada lokasi wilayah studi, Gampong Kuala Langsa, secara umum dapat dikategorikan dalam komunitas yang terbuka. Keterbukaan ini antara lain disebabkan telah terjadi pembauran berbagai etnis dalam satu hamparan komunitas yang didasari oleh harapan hidup, kesempatan kerja dan peluang berusaha yang sama mulai dari etnis Aceh, Jawa, Bugis, dan etnis lainnya. Nilai sosial budaya dominan yang menjadi perekat atau acuan pada masyarakat di wilayah studi adalah nilai-nilai yang berlandaskan Agama Islam terutama dalam hal kegiatan pernikahan, kelahiran, kematin, tasyakuran dan penegakan syariat yang berlaku dimasyarakat apabila terjadi konflik. Biasanya kegiatan sosial budaya dan keagamaan dilakukan di Meunasah. Jawaban
responden
terhadap
kelangsungan/pengembangan
kawasan
Pelabuhan Kuala Langsa hampir seluruhnya mendukung untuk dikembangkan, untuk kategori Sangat Setuju responden menjawab 48,9 persen, yang menjawab setuju 37,8 persen yang netral sebanyak 11,1 persen yang kurang setuju hanya 2,2 persen sedangan yang menjawab tidak setuju tidak ada satu persen pun dari total responden. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 4.12.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.12 : Tanggapan Responden tentang Kelanjutan Pelabuhan No
Tanggapan Responden
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Sangat Setuju
22
48,9
2.
Setuju
17
37,8
3.
Netral
5
11,1
4.
Tidak Setuju
1
2,2
5.
Sangat Tidak Setuju
-
0
45
100,0
Total Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008
4.3.2. Pranata Sosial dan Orientasi Nilai Budaya Pranata sosial yang dimaksud merupakan kelembagaan yang berkembang di Gampong Kuala Langsa yang masuk dalam wilayah studi baik formal maupun informal. Lembaga formal meliputi aparat pemerintahan desa seperti Kepala Desa (geuchik), Sekdes dan kadus serta Dewan Penasihat/BPD (tuha peuet), sedangkan lembaga informal termasuk lembaga keagamaan (tengku imam meunasah dan kepala mukim). Peran tuha peuet adalah memberi pertimbangan terhadap berbagai keputusan yang ada di desa, memantau kinerja dan kebijakan yang diambil oleh geuchik. Imam meunasah berperan dalam kegiatan sosialisasi keagamaan termasuk musyawarah desa/gampong, sedangkan kepala mukim bertugas melaksanakan kegiatan adat dan pemerintahan desa di tingkat pemukiman.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Adapun orientasi nilai budaya mencakup tatanan kelembagaan itu sendiri dan pranata sosial yang tumbuh kembang yang dipakai sebagai acuan tata kehidupan suatu komunitas masyarakat di dalam wilayah penelitian. Sebagai satu kesatuan komunitas yang sudah terbentuk lama, penduduk Gampong Kuala Langsa yang menjadi lokasi penelitian ini tampaknya juga tidak luput dari siklus proses sosial yang sebagaimana yang dialami oleh tetangga-tetangga di kampung lain sekitarnya, atau bahkan di daerah asal mereka sendiri. Persoalan-persoalan kenakalan remaja, penyimpangan perilaku orang dewasa, pencurian, saling melontarkan kata-kata yang menyinggung perasaan, persaingan dalam menjalankan kegiatan berekonomi, ataupun dalam penyelesaian utang piutang, bukan tidak mungkin sesekali menjadi penyulut pertikaian yang lebih luas. Dalam hal ini rata-rata mereka cenderung mengidentikkan diri sebagai penduduk pinggir pantai atau nelayan dengan sikap dan perilaku keras disaat-saat menghadapi tantangan, tetapi pada kesempatan lain menjadi lembut dan teguh pendirian dalam membela kepentingan bersama. Mereka toleran dalam melepaskan tanah pertapakan rumah tempat tinggalnya pada awal tahun 1980 untuk memenuhi kebutuhan pelabuhan, kendatipun mereka sudah menempatinya dalam jangka waktu relatif lama. Secara bersama-sama mereka membangun lingkungan permukiman dari rawa-rawa, di lokasi yang sekarang. Pada saat itu, tanah merupakan benda bebas yang dapat dikuasai oleh siapa saja yang membutuhkan. Tidak terfikirkan oleh mereka pada waktu itu, bahwa status kepemilikan atas tanah yang dikuasai itu penting.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Kesadaran demikian baru muncul dalam tahun-tahun terakhir, terutama di saat pemerintah daerah juga membutuhkan lahan untuk program-program pembangunan. Kebutuhan akan status kepemilikan atas tanah yang sudah dikuasainya selama bertahun-tahun tampaknya mulai merisaukan reponden Kuala Langsa saat mereka mengetahui rencana pengembangan pelabuhan. Kerisauanpun menjadi ketenangan bagi mereka karena lahan yang akan diambil alih pemerintah direlokasi ke KM 6 Gampong Kuala Langsa yang berjarak 2 km dari kawasan Pelabuhan Kuala Langsa. Potensi konflik lain yang sesekali menggejala kepermukaan adalah dalam kegiatan nelayan di perairan panti Kuala Langsa dan Sungai Pauh. Peralatan penangkapan ikan yang digunakan nelayan kampung lokasi penelitian relatif lebih sederhana, yaitu pukat langgar, ketimbang nelayan dari luar kawasan yang menggunakan pukat banting atau jaring harimau. Penggunaan pukat harimau, menurut penduduk sungai pauh dapat merusak rumpon-rumpon yang ditempatkan nelayan setempat untuk tempat berkumpul ikan sehingga mudah menjaringnya. Lagi pula, penggunaan pukat harimau, menurut penjelasan penduduk yang sama, dapat merusak sumber daya perairan, karena semua ikan besar atau kecil akan ikut terjaring, kendati pun kemudian tidak dimanfaatkan. Skala pertikaian pada tingkat intensitas demikian, menurut salah seorang responden lain dari Gampong Kuala Langsa, biasanya tidak lagi mampu diselesaikan oleh Panglima Laot (pimpinan nelayan) dari kedua belah pihak yang bertikai, tetapi lebih membutuhkan campur tangan DPR dan/atau Pemerintah Daerah. Hampir semua responden mengemukakan pendapat atau saran-saran tertentu untuk meningkatkan
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
kerja sama, mengarahkan persaingan, dan meredam munculnya konflik internal antara masyarakat setempat dan kegiatan kepelabuhanan. Seperti yang dikemukakan oleh beberapa orang responden yang penelitian ini, kehidupan bersama yang saling toleran dapat dibina jika kedua belah pihak saling merasakan satu kesatuan komunitas, dengan nilai-nilai sentral sama dipedomani dalam bertingkah bersikap dan bertingkah laku. Kecuali potensi konflik yang lebih terbuka, seperti yang baru saja dikemukakan di atas, responden lain juga mengungkapkan pontensi lain yang bersifat fisik di lingkungan areal pelabuhan. Pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh bukan tidak mungkin, bahwa penguasaan lahan dan perairan seluas lebih kurang 300 ha sebagai areal pelabuhan dan pengusahaan kegiatan pelabuhan, beralih dari PT. Pelindo Cabang Kuala Langsa. Pemerintahan Kota Langsa merencanakan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa sebagai pelabuhan transit terpadu untuk seluruh industri di sekitarnya. Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang merupakan daerah perkebunan kelapa sawit tanpa di dukung oleh pabrik CPO. Pemerintahan Kota Langsa melihat pengadaan pabrik CPO sebagai peluang bisnis. Direncanakan pula bahwa di lingkungan areal pelabuhan akan di bangun tanki penampungan CPO berukuran besar, yang kemudian disusul dengan pembangunan pabrik penyulingan CPO yang akan di ekspor, begitu pula dengan pabrik-pabrik lain yang berorientasi ekspor (Hamzirwan, 2003: 10).
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Langkah awal kearah rencana yang dikemukakan diatas telah dimulai sejak tahun 2004. Rawa-rawa di sekitar areal Pelabuhan Kuala Langsa di reklamasi dengan lumpur hasil kerukan di alur Pelabuhan Kuala Langsa. Ketika penelitian lapangan ini berlangsung, lingkungan rawa-rawa di sebelah timur areal Pelabuhan Kuala Langsa telah tertimbun padat berbentuk lapangan pacu pesawat terbang dan direncanakan untuk lokasi pabrik. Masalahnya adalah bahwa rawa-rawa yang direklamasi itu, menurut responden penelitian ini, masih dalam status kepemilikan perusahaan swasta yang berkedudukan di Kota Langsa. Rencana penimbunan rawa-rawa di sekitar areal Pelabuhan Kuala Langsa, menurut responden yang sama, selain tidak ada koordinasi dengan pengelola Pelabuhan Kuala Langsa, juga berpotensi menimbulkan pendangkalan pada alur Pelabuhan Kuala Langsa.
4.3.3. Mekanisme Penyelesaian Konflik Apabila terjadi konflik antar warga masyarakat (konflik horizontal) yang biasanya terjadi akibat kesenjangan pendapat, perbedaan pemakaian alat tangkap ikan, kesempatan kerja dan persaingan usaha antara penduduk setempat dan pendatang, maka pertama-tama ditempuh penyelesaian secara musyawarah dan mufakat dengan mediator geuchik, tuha peuet dan tokoh agama. Jika permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dan mufakat, selanjutnya diserahkan kepada aparat keamanan terkait.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
4.4.
Aktivitas di Pelabuhan
4.4.1. Pelabuhan dalam Sistem Transportasi dan Perdagangan Dalam jaringan transportasi, pelabuhan memiliki fungsi pelabuhan sebagai perhubungan meliputi (link), fungsi perantara antara dua kawasan (interfenci) pintu gerbang arus barang (gatawe) dan kawasan perdagangan bebas (Free-port) dalam area kawasan industri (industrial estate). Pelabuhan di pandang sebagai salah satu mata rantai dalam proses transpotasi dan Node asal barang sampai ke tujuan Node tujuan barang. Pelabuhan mempunyai fungsi sebagai link, maksudnya unit kerja yang menjadi bagian suatu sistem transportasi laut dan moda transportasi lainya nyaitu udara, darat, kereta api dan sistem perpipaan khususnya yang berfungsi sebagai terminal penerima minyak dan gas untuk operasi bangunan lepas pantai/offshore. Dalam kawasan pesisir, pelabuhan mempunyai fungsi perantara (interface) maksud pelabuhan menyediakan berbagai fasilitas dan pelayaran jasa yang dibutuhkan untuk perpindahan moda angkutan darat ke kapal atau sebaliknya dalam kegiatan perpindahan barang antar kapal (transhipment) secara skematis fungsi interface. Barang yang di impor melalui Pelabuhan Kuala Langsa berasal dari negara tetangga seperti: Malaysia, Thailand, Singapore, China dan Philipina. Barang yang paling banyak masuk berasal dari Malasyia, di mana kapal yang masuk perharinya antara 2 hingga 5 kapal dengan berbagai jenis kapal yang berasal dari Tanjung Balai.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Barang/komoditi yang masuk ke Pelabuhan Kuala Langsa beraneka macam jenisnya, mulai barang pecah belah, elektronik, alat-alat komputer, alat kontruksi, spare part mobil dan kereta, obat-obatan hingga kebutuhan sembako. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13. Arus Barang Antar Pulau (Bongkar, Muat dan Impor) Menurut Komoditi Arus Barang Bongkar, Muat dan Impor Menurut Komoditi Tahun
Methanol Material Phenol (Ton) (Ton) (Ton)
PF. Glue Sembako (Ton) (Ton)
Swan Timber (Ton)
2002
2.106
4.482
630
2.438
-
10
2003
596
-
1.365
3.343
4.175
-
2004
2.100
-
2.941
4.882
4.800
-
2005
11.424
3.019
-
6.468
3.224
-
2006
23.452
2.044
3.952
6.301
5.098
-
2007
9.206
6.384
3.016
7.594
9.396
-
Sumber: Administrator Pelabuhan Kuala Langsa, 2007 Barang yang masuk ke Pelabuhan Kuala Langsa setelah dibongkar langsung dibawa ke Sumatera Utara, Medan untuk packing dan digudangkan karena tidak tersedianya gudang yang representatif dan investor yang profesional di Kota Langsa. Barang yang telah dipacking dan disortir kemudian dibawa ke berbagai daerah khususnya daerah NAD. Barang tersebut seperti sembako dan kebutuhan rumah tangga lainnya juga disupply ke Kota Langsa. Beberapa tanggapan responden ketika wawancara dengan penulis mereka umumnya mengeluh karena ketidak tersedianya pergudangan dan pabrik pengolahan di Kota Langsa, padahal lahan yang strategis
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
cukup luas tersedia di Gampong Kuala Langsa. Di mana jika pergudangan dan pabrik pengolahan tersedia juga amat memungkinkan dapat tertampungnya tenaga kerja yang sangat tinggi dan meningkatnya pendapatan daerah sehingga perekonomian masyarakat dan Kota Langsa terus meningkat.
4.4.2. Kinerja Pelayanan Barang Tingkat tercapai pelayanan kegiatan atau atribut kerja dalam kegiatan operasional pelabuhan dapat diukur dan diberikan pedoman dalam pemberian pelayanan jasa di pelabuhan. Secara universal, kinerja operasional pelabuhan di seluruh dunia hampir sama diterapkan dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang dilakukan oleh UNCTAD. Kenerja operasional tersebut secara keseluruhan dapat dikelompokkan dan terdiri dari: 1. Kinerja pelayanan kapal; 2. Kinerja pelayanan barang/produktifitas bongkar muat; 3. Ultilisasi fasilitas dan peralatan. Untuk menggambarkan tingkat pelayanan barang yang telah dicapai oleh pelabuhan secara rata-rata, digunakan suatu pengukur (tolak ukur) yang dijadikan pedoman atau standar dalam menentukan kebijakan pelayanan jasa pelabuhan. Tolak ukur tersebut diperoleh dari hasil yang dicapai di lapangan melalui pengamatan yang cukup lama dan dapat pula diperoleh melalui suatu penelitian di lapangan untuk jangka waktu tertentu.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Setiap kapal yang masuk ke pelabuhan akan di check terlebih dahulu melalui instansi yang berwenang dengan masing-masing kategori pengechekan. Adapun tim cheking kapal terdiri dari: Imigrasi (passport asing), Bea Cukai, (menyangkut dokumen barang), Adpel (keselamatan), dan Syahbandar (menyangkut kelayakan).
4.4.3. Produktivitas Bongkar Muat Suatu gambar dari kemampuan dan kecepatan pelaksanaan penanganan barang yang dapat dicapai untuk kegiatan pembongkaran barang dari atas kapal sampai ke gudang atau lapangan penumpukan atau sebaliknya untuk kegiatan pemuatan barang dari sejak dari gudang/lapangan penumpukan sampai ke atas kapal. Tingkat kemampuan tersebut ditunjukkan oleh beberapa indikator, yaitu: Jumlah ratarata bongkar muat yang dicapai perjam dan dilakukan oleh 1 gang buruh (± 12 orang) di atas kapal yang diukur dengan satuan ton/gang/jam/(T/G/J). Jumlah rata-rata bongkar muat barang yang dicapai perjam dan lakukan oleh seluruh gang yang ketiga di atas kapal berada di dermaga (BWT) yang di ukur dengan satuan ton/kapal/jam (T/K/J) dan lazim disebut dengan Ship’s Out Put. Kemampuan penanganan barang yang berikutnya dapat di ukur pula dengan melihat jumlah muatan/barang yang yang secra rata-rata melewati/melalui dermaga (berth) dan gudang (Shed) atau lapangan penumpang (open storage) dalam satuan waktu tertentu (Oloan, 2007). Hasil survei di lokasi penelitian, kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Kuala Langsa yang dilakukan oleh setiap 1 gang berjumlah maksimal 25 orang, dengan
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
biaya 1 (satu) truk/kontainer sebesar Rp. 500.000,-. Rata-rata buruh bongkar muat untuk 1 (satu) gang yang berjumlah 25 orang bisa menghasilkan 5 hingga 7 truk perharinya. Wawancara peneliti dengan Pengurus Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (KTKBM) di Pelabuhan Kuala Langsa ada 300 orang buruh yang bekerja setiap harinya (sesuai komentar Ketua KTKBM, Tgk. Nasruddin, Harian Haba Rakyat, Edisi 25), di wilayah pelabuhan di bawah koordininasi KTKBM yang berasal dari 4 Gampong, Seperti terlihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 : Jumlah Tenaga Buruh yang Tertampung di KTKBM No
Nama Kelurahan/Gampong
Jumlah Buruh (orang)
1.
Gampong Kuala Langsa
210
2.
Gampong Sungai Pauh
30
3.
Gampong Matang Seulimeng
30
4.
Gampong Blang Pase
30
Total
300
Sumber: KTKBM, 2008 Pada tahun (2002 – 2005) sebelum pengembangan tenaga buruh bongkar muat hanya tertampung di industri hasil laut perikanan yang tingkat aktifitasnya tidak begitu tinggi, di mana jumlah pekerja yang berjumlah lebih kurang 20 orang harus menunggu giliran dan tidak dapat bekerja keseluruhan dikarenakan setiap bongkar muat hasil tangkapan ikan hanya butuh 5-7 orang tenaga buruh saja untuk setiap truk colt diesel yang akan membawa ikan untuk dikirim ke Medan.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
4.5. Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dengan adanya kegiatan pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa, digunakan pendekatan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar, terlebih dahulu diuraikan beberapa keadaan yang mendukung pengembangan pelabuhan di Kuala Langsa terpilih.
4.5.1. Pendapatan Responden Berdasarkan analisis deskritif sederhana, diperoleh keterangan bahwa pendapatan responden perbulan sangat bervariasi, dari tahun sebelum pengembangan (2002 – 2005) dan setelah pengembangan pasca perdamaian konflik di Aceh (2006 – Sekarang) terlihat ada perbedaan/peningkatan yang cukup signifikan. Pendapatan responden sebelum pengembangan (2002-2005) dari yang terendah adalah mulai Rp. 550.000,- sedangkan yang tertinggi mencapai Rp. 3.000.000,- Pendapatan ratarata responden adalah Rp. 1.500.000 perbulan. Sedangkan pendapatan responden setelah pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa (2006 – sekarang) dari yang terendah adalah mulai Rp. 750.000,- sedangkan yang tertinggi mencapai Rp. 5.000.000,- Pendapatan rata-rata responden adalah Rp. 2.850.000 perbulan. Pendapatan responden yang terbanyak sebelum pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa karena konflik (2002-2005) adalah pada rentang
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Rp. 0,- - 750.000,- sebanyak 42,3 persen dan pendapatan terbanyak kedua adalah pada rentang Rp. 755.000 – Rp. 1.500.000,- mencapai 40 persen. Selanjutnya adalah rentang pendapatan Rp. 1.510.000 - Rp. 2.250.000,- mencapai 13,3 persen dari total responden. Namun ada juga responden yang memiliki pendapatan mencapai Rp. 2.750.000,- bahkan ada yang mencapai Rp. 3.750.000 perbulan. Responden yang memiliki pendapatan seperti ini dilihat dari segi pekerjaannya adalah wiraswasta (toke udang/ikan). Pendapatan responden yang terbanyak setelah pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa (tahun 2006 s/d sekarang) adalah pada rentang Rp. 1.510.000 - Rp. 2.250.000,- sebanyak 42,3 persen dan pendapatan pada rentang Rp. 1.510.000 - Rp. 2.250.000,- mencapai 22,2 persen. Selanjutnya adalah rentang pendapatan Rp. 755.000 – Rp. 1.500.000,- mencapai 20,0 persen dari total responden. Perubahan terlihat mencolok pada rentang 0 – Rp. 750.000 menjadi 8,9 persen dari sebelumnya. Sedangkan pendapatan dari rentang Rp. 3.010.000 sampai dengan tak terhingga menjadi 6,6 persen. Hal ini meningkat dari sebelumnya, artinya ada penambahan pendapatan untuk kategori menengah ke atas dari sebelumnya. Secara lebih rinci mengenai pendapatan responden perbulan dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.15 : Pendapatan Responden Perbulan (tahun 2002 – 2005) dan Sesudah Pengembangan Tahun 2006 s/d Sekarang Sebelum Pengembangan Jlh Tahun 2002 s/d 2005 Sampel (orang) 1 0,- s/d 750.000 19
No
Sesudah Jlh Pengembangan Tahun Sampel 2006 s/d Sekarang (orang) 42,3 0,- s/d 750.000 4
(%)
(%) 8,9
2
755.000 – 1.500.000
18
40,0
755.000 – 1.500.000
9
20,0
3
1.510.000 – 2.250.000
6
13,3 1.510.000 – 2.250.000
19
42,3
4
2.255.000 – 3.000.000
1
2,2 2.255.000 – 3.000.000
10
22,2
5
> 3.010.000
1
2,2 > 3.010.000
3
6,6
45
100,0
Total
45
100,0
Total
Indeks Harga Konsumen Komulatif Tahun 2008 atas dasar 2003 = 53,00 % Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008
Rata-rata pendapatan masyarakat sebelum pengembangan Rp. 1.009.000,- dan sesudah pengembangan Rp. 1.906.333. Kenaikan pendapatan sebesar 88,90%. Kenaikan inflasi komulatif tahun 2008 atas dasar tahun 2003 adalah 53,00 %. Perhitungan harga konstan, kenaikan pendapatan 88,90 % setelah dikurangi Indeks Harga Konsumen (IHK) komulatif tahun 2008 atas dasar tahun 2003, 53,00 persen kenaikan mencapai = 35,90 persen (88,90 % - 53,0 % = 35,90%) artinya pendapatan masyarakat ada kenaikan ril. Sehingga peningkatan pendapatan masyarakat setelah perhitungan harga konstan berdasarkan Indeks Harga Konsumen tahun 2003 – 2008 sebesar Rp. 1.245.969,- (rincian perhitungan Indeks Harga Konsumen dan harga konstan terlampir). Jadi dampak pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sangat signifikan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.16 : Rata-rata Pendapatan Sebelum dan Sesudah Pengembangan Nilai Rata-Rata Jumlah Jumlah Nilai Rata-Rata Jumlah Pendapatan Sampel (YxN)= Pendapatan Sampel Sebelum (N) Z Sesudah (N) (Y) (Y) 1 375.000 19 7.125.000 375.000 4 2 1.130.000 18 20.340.000 1.130.000 9 3 1.885.000 6 11.310.000 1.885.000 19 4 2.630.000 1 2.630.000 2.630.000 10 5 4.000.000 1 4.000.000 4.000.000 3 Total 45 45.405.000 Total 45 Pendapatan Rata(Z:N) 1.009.000 Pendapatan (Z:N) rata Rata-rata Kenaikan Harga : 85.785.000 : 45.405.000 = 1,889 (88.90 %)
No
Jumlah (YxN)= Z 1.500.000 10.170.000 35.815.000 26.300.000 12.000.000 85.785.000 1.906.333
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008
4.5.2. Sarana Transportasi Sistem transportasi erat kaitannya dengan keadaan sosial ekonomi dari suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah biasanya sangat dipengaruhi oleh kondisi pembangunan transportasi di wilayah tersebut dan untuk jangka panjang pertumbuhan transportasi memberikan dampak terhadap pertumbuhan tata ruang dan sosial ekonomi wilayah. Pembangunan transportasi yang baik dapat mempermudah masyarakat untuk dapat mengakses ke kota dan kepelabuhan dan untuk kepentingan sehari-hari. Dengan demikian transportasi berfungsi mendorong peningkatan aktifitas masyarakat. Penataan transportasi yang baik akan membentuk karakteristik wilayah sesuai pergerakan masyarakat. Sistem transportasi dikatakan baik, apabila; Pertama, waktu perjalanan cukup cepat. Kedua, frekuensi pelayanan cukup. Ketiga, aman (bebas dari kemungkinan
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
kecelakaan) dan kondisi pelayanan yang nyaman. Untuk mencapai kondisi yang ideal seperti ini, sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang menjadi komponen transportasi, antara lain kondisi jaringan jalan dan sarana kenderaan. Menurut responden, sarana transportasi angkutan umum menuju ke kota dan Pelabuhan Kuala Langsa sebelum pengembangan pada tahun 2002 – 2005 yang menjawab kurang mudah 35,5 %, yang menjawab tidak mudah berjumlah 28,9 % responden, yang menjawab biasa/sedang berjumlah 17,8 %; yang menjawab mudah berjumlah 11,1 %; dan yang menjawab sangat mudah berjumlah 6,7 %. Sesudah pengembangan kembali kawasan Pelabuhan Kuala Langsa, yang menjawab sangat mudah berjumlah 46,7 % responden, yang menjawab mudah berjumlah 33,3 %; yang menjawab biasa/sedang berjumlah 15,5%; dan yang menjawab kurang mudah hanya 4,5 %; sedangkan yang menjawab tidak mudah tidak ada satu persen pun dari jumlah responden. Tabel 4.17 : Tanggapan Responden tentang Sarana Transportasi No 1 2 3 4 5
Sebelum Jlh Pengembangan Sampel Tahun 2002 s/d 2005 (orang) Sangat Mudah 3 Mudah 5 Biasa/Sedang 8 Susah 16 Sangat Susah 13 Total 45
(%) 6,7 11,1 17,8 35,5 28,9 100,0
Sesudah Pengembangan 2006 s/d Sekarang Sangat Mudah Mudah Biasa/Sedang Susah Sangat Susah Total
Jlh Sampel (orang) 21 15 7 2 0 45
(%) 46,7 33,3 15,5 4,5 0 100,0
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan persepsi responden ada perbedaan antara sebelum dan sesudah pengembangan. Dengan demikian, keberadaan sarana angkutan ke Pelabuhan Kuala Langsa sangat mendukung masyarakat setempat yang menggunakan sarana angkutan umum.
4.5.3. Sarana Infra Struktur Pembangunan sarana infra struktur di Gampong Kuala Langsa tidak ada perubahan yang signifikan, hanya sedikit terjadi pergeseran peningkatan dari tahun sebelum pengembangan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang peneliti sebarkan, sebelum pengembangan pada tahun 2002 – 2005 yang menjawab Sangat baik berjumlah 4,5 persen, yang menjawab baik berjumlah 8,9 persen, yang menjawab netral berjumlah 42,2 %; yang menjawab kurang baik berjumlah 26,7 persen dan yang menjawab tidak baik berjumlah 17,7 persen. Sedangkan sesudah pengembangan kembali kawasan Pelabuhan Kuala Langsa, yang menjawab sangat baik berjumlah 4,5 persen, yang menjawab baik berjumlah 13,3 persen; yang menjawab biasa/sedang berjumlah 46,7 persen; dan yang menjawab kurang baik 26,6 persen; sedangkan yang menjawab tidak baik berjumlah 8,9 persen responden. Seperti terlihat pada Tabel 4.18
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.18 : Tanggapan Responden tentang Infra Struktur Sebelum No Pengembangan Tahun 2002 s/d 2005 1 Sangat Baik 2 Baik 3 Sedang 4 Buruk 5 Sangat Buruk Total
Jumlah Sampel (orang) 2 4 19 12 8 45
(%) 4,5 8,9 42,2 26,7 17,7 100,0
Sesudah Pengembangan 2006 s/d Sekarang Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk Total
Jumlah Sampel (orang) 2 6 21 12 4 45
(%) 4,5 13,3 46,7 26,6 8,9 100,0
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008
4.5.4. Kesempatan Kerja Masyarakat Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa di Kota Langsa memiliki fungsi penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat lokal. Jenis pekerjaan masyarakat yang tertampung utamanya adalah buruh bongkar muat, sektor lainnya seperti jasa transportasi, dagang serta perbengkelan. Berdasarkan jawaban responden, kemampuan sektor Pelabuhan di Kuala Langsa dalam menyerap tenaga kerja sangat meningkat. Sebelum pengembangan (tahun 2002 – 2005) responden yang menjawab sangat mudah hanya 8,9 persen, yang menjawab mudah berjumlah 13,3 persen, yang menjawab sedang sebanyak 26,7 persen, yang menjawab kurang mudah berjumlah 37,8 persen dan yang menjawab tidak mudah sebanyak 13,3 persen. Setelah pengembangan pasca perdamaian konflik di Aceh yaitu tahun 2006 sampai dengan sekarang, yang menjawab sangat mudah meningkat sangat pesat dari 8,9 persen menjadi 33,3 persen, yang menjawab mudah berjumlah 42,2 persen, yang
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
menjawab sedang sebanyak 17,8 persen, yang menjawab kurang mudah berjumlah 4,5 persen dan yang menjawab tidak mudah sebanyak 2,2 persen. Seperti terlihat pada Tabel 4.19. Tabel 4.19 : Tanggapan Responden tentang di Pelabuhan Kuala Langsa No 1 2 3 4 5
Sebelum Pengembangan Tahun 2002 s/d 2005 Sangat Mudah Mudah Sedang Susah Sangat Susah Total
Jlh Sampel (orang) 4 6 12 17 6 45
(%) 8,9 13,3 26,7 37,8 13,3 100,0
Penyerapan
Sesudah Pengembangan 2006 s/d Sekarang Sangat Mudah Mudah Sedang Susah Sangat Susah Total
Tenaga
Jlh Sampel (orang) 15 19 8 2 1 45
Kerja
(%) 33,3 42,2 17,8 4,5 2,2 100,0
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008
Jawaban responden di atas didukung fakta di lapangan bahwa jumlah pekerja buruh yang begitu banyak, tetapi tidak seorangpun yang tidak ke bagian jatah bongkar muat. Pelabuhan sendiri ibarat tempat wisata pada hari libur seperti hari minggu, di samping pedagang asongan dan pedagang jagung bakar yang berjejer dikiri kanan badan jalan menuju pintu pelabuhan, pedagang kafe di dalam kayu-kayu bakau pun cukup banyak dan sangat ramai pengunjungnya. Ramainya pengunjung yang ingin melihat kapal-kapal yang mangkal di pelabuhan juga membawa dampak bagi penduduk Gampong Kuala Langsa yang berdagang di depan rumah masingmasing sehingga masyarakat sekitar juga mendapat penghasilan tambahan bagi keluarnya.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
4.5.5. Pengujian Hipotesis Setelah mendeskripsikan berbagai permasalahan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa di Kota Langsa, maka selanjutnya dibahas tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur melalui indikator peningkatan pendapatan masyarakat, keamanan, infra struktur, transportasi dan penyerapan tenaga kerja dari pekerjaan yang berhubungan dengan sektor pelabuhan. Pada bagian ini selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis apakah benar pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat dalam hal pendapatan, keamanan, infra struktur, transportasi dan kesempatan kerja masyarakat sekitar. Analisis data menggunakan Uji Wilcoxon Signed-Rank, karena data yang hendak diuji data perbedaan dari tahun sebelum pengembangan (tahun 2002 – 2005) dan setelah pengembangan pasca perdamaian konflik Aceh (tahun 2006 s/d sekarang). Adapun output dari Uji Wilcoxon SignedRank yang dilakukan sebagai berikut: Tabel 4.20 : Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Pendapatan Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Test Statistics(b)
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Based on negative ranks.
Pendapatan Sesudah - Pendapatan Sebelum -5.662(a) .000
b Wilcoxon Signed Ranks Test Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari Tabel 4.20 menunjukkan bahwa Zhitung adalah sebesar -5,662 dan angka signifikansinya (probabilitas) adalah 0,000. Berdasarkan kedua indikator ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan Nilai Z. Hasil Zhitung adalah sebesar – 5,662, sedangkan Ztabel dengan probabilitas (α/2) = 2,5 % adalah sebesar – 1,96 (tanda ” – “ tidak berpengaruh). Selanjutnya karena nilai Zhitung (- 5,662) > Ztabel (- 1,96), maka dapat diambil kesimpulan bahwa Hipotesis H0 yang menyatakan tidak ada dampak pendapatan terhadap pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa ditolak. Kemudian Hipotesis Ha yang menyatakan ada dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa diterima. Tabel 4.21 : Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Infra Struktur Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Test Statistics(b)
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Infra Struktur Sesudah - Infra Struktur Sebelum -1.004(a) .315
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008 Dari Tabel 4.21 menunjukkan bahwa Zhitung adalah sebesar -1.004 dan angka signifikansinya (probabilitas) adalah 0,000. Berdasarkan kedua indikator ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan uji Wilcaxon, hasil Zhitung adalah sebesar – 1.004, sedangkan Ztabel dengan probabilitas (α/2) = 2,5 % adalah sebesar – 1,96 (tanda ” – “ tidak berpengaruh). Selanjutnya karena nilai Zhitung (-1.004) > Ztabel (- 1,96), maka dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis H0 yang menyatakan tidak ada dampak infrastruktur terhadap pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa ditolak. Kemudian hipotesis Ha yang menyatakan ada dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa diterima. Tabel 4.22 : Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Transportasi Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Test Statistics(b)
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Transportasi Sesudah - Transportasi Sebelum -5.150(a) .000
Dari Tabel 4.22 menunjukkan bahwa Zhitung adalah sebesar -5.150 dan angka signifikansinya (probabilitas) adalah 0,000. Berdasarkan kedua indikator ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan uji Wilcaxon, hasil Zhitung adalah sebesar – 5.150, sedangkan Ztabel dengan probabilitas (α/2) = 2,5 % adalah sebesar – 1,96 (tanda ” – “ tidak berpengaruh). Selanjutnya karena nilai Zhitung (-5.150) > Ztabel (- 1,96), maka dapat diambil kesimpulan bahwa Hipotesis Ha yang menyatakan ada peningkatan jasa transportasi dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa diterima.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Kemudian hipotesis H0 yang menyatakan tidak ada dampak transportasi terhadap pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa ditolak. Tabel 4.23 : Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Tenaga Kerja Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Test Statistics(b)
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Tenaga Kerja Sesudah - Tenaga Kerja Sebelum -4.247(a) .000
Dari Tabel 4.23 menunjukkan bahwa Zhitung adalah sebesar -4.247 dan angka signifikansinya (probabilitas) adalah 0,000. Berdasarkan kedua indikator ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan uji Wilcaxon, hasil Zhitung adalah sebesar – 4.247, sedangkan Ztabel dengan probabilitas (α/2) = 2,5 % adalah sebesar – 1,96 (tanda ” – “ tidak berpengaruh). Selanjutnya karena nilai Zhitung (-4.247) > Ztabel (- 1,96), maka dapat diambil kesimpulan bahwa Hipotesis Ha yang menyatakan ada peningkatan jumlah tenaga kerja dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa diterima. Kemudian Hipotesis H0 yang menyatakan tidak ada penambahan jumlah tenaga kerja dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa ditolak. Pengujian statistik antara rata-rata seluruh tenaga kerja yang terserap setelah pengembangan kawasan pelabuhan kuala langsa responden sebelum dan sesudah pengembangan, diketahui bahwa H0 ditolak dan menerima Ha. Hal ini dapat dilihat dari besarnya probabilitas tingkat kesalahan Zhitung (-4,247) > Ztabel (- 1,96), lebih
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
besar daripada tingkat signifikansi yang diharapkan α5% artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata seluruh tenaga kerja responden sebelum pengembangan (2002 – 2005) dan sesudah Pengembangan. Dilihat dari hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank di atas, terdapat perbedaan yang sangat signifikan untuk indikator pendapatan, transportasi dan tenaga kerja antara sebelum dan sesudah pengembangan kawasan pelabuhan Kuala Langsa. Sedangkan untuk indikator infra struktur hanya sedikit perbedaannya. Dari Hasil pengujian bahwa perbedaan antara jumlah sampel sebelum dan sesudah pengembangan mendekati 85 % perbedaannya berarti menunjukkan sangat signifikansi. Di sini dapat kita simpulkan bahwa pengembangan kawasan pelabuhan Kuala Langsa sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu masyarakat sekitar sangat mempertahankan kelangsungan pelabuhan Kuala Langsa dari segi keamanan dan lingkungan, selain dapat menambah pendapatan, kawasan Pelabuhan Kuala Langsa juga amat menarik untuk dijadikan tempat wisata dan menjadi tontonan masyarakat sekitar khususnya anak-anak yang ingin melihat kapal-kapal asing yang mangkal di pelabuhan Kuala Langsa.
4.6.
Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Partisipasi secara leksikal berarti turut berperan serta dalam suatu kegiatan.
Dalam konteks ini partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat dalam proses pengembangan pelabuhan dan proses pembangunan daerah di Kota Langsa, meliputi ketertiban masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
program kegiatan, mengambil bagian dari keuntungan serta terlibat langsung dalam evaluasi program dimaksud.
4.6.1. Persepsi dan Respons Masyarakat Terhadap Rencana Kegiatan Pengalaman masyarakat setempat dengan wujud fisik dan kegiatan Pelabuhan Kuala Langsa pada dasarnya bukan hanya persoalan masa kini atau masa depan, tetapi telah berakar lama sejak masa lampau. Dikatakan demikian, karena pengalaman tersebut sudah berlangsung sejak tiga generasi yang lalu dan dengan tingkat intensitas yang lebih tinggi. Hal itu dimungkinkan karena lingkungan pemukiman generasi pertama dan kedua bersempadan langsung dengan lingkungan pelabuhan. Tingkat intensitas hubungan mereka dengan kegiatan pelabuhan Kuala Langsa, dalam perjalanan waktu, semakin meninggi pada masa barter antara daerah Aceh dan Malaysia, akhir tahun 1950-an. Pada masa itu Pelabuhan Kuala Langsa ramai disinggahi kapal dari luar negeri yang mengangkut bermacam jenis barang impor maupun ekspor. Rata-rata penduduk Kuala Langsa pada masa itu berkerja sebagai buruh bongkar muat muatan kapal yang berlabuh. Umumnya mereka merupakan penduduk pendatang dari Pidie, Samalanga, Peusangan, Peurelak, Idi, dan daerah-daerah lain di sekitarnya. Penduduk yang dijumpai sekarang merupakan generasi kedua dan ketiga serta bermukim pada lokasi lebih kurang dua kilo meter arah barat, karena lingkungan sebelumnya dibebaskan untuk areal pelabuhan. Pembebasan lahan dan pembentukan pemukiman baru di lokasi yang sekarang berlangsung secara spontan, tanpa melalui
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
program pemukiman kembali yang berencana oleh pengelola pelabuhan ataupun pemerintah daerah. Lingkungan yang mereka pilih adalah lahan yang berawa-rawa, dengan status pemilikan tanah belum jelas sampai sekarang. Berdasarkan pernyataan dari salah seorang staf pada kantor desa Kuala Langsa, mereka telah pernah mengurusnya pada Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Timur, namun sampai sekarang belum mendapatkan jawaban yang pasti. Persoalan inilah agaknya yang masih membekas terkait dengan persepsi mereka terhadap Pelabuhan Kuala Langsa.
4.6.2. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat di Lingkungan Pelabuhan Saat pertama memasuki areal Pelabuhan Kuala Langsa, sangat terkesan sebagai lingkungan yang boleh didatangi siapa saja. Pintu pagar terbuka tanpa penjaga dan langsung bisa menuju kesetiap sudut yang terbuka. Kebetulan pada saat kunjungan pertama, di lingkungan pelabuhan tidak ada kegiatan yang berarti, karena tidak terlihat kapal yang berlabuh di dermaga, kegiatan yang agak kentara terlihat pada ujung dermaga di sebelah timur dengan pekerja dock kapal yang sibuk mempersiapkan bahan-bahan untuk pembuatan perahu, begitu pula dihujung dermaga terdapat kesibukan perempuan pekerja pada perusahaan udang beku. Ketika sore hari terlihat pasangan muda-mudi, berkendaraan motor ataupun mobil, memasuki areal pelabuhan untuk menikmati panorama keindahan pantai muara Sungai Kuala Langsa, ataupun menyaksikan kera-kera yang melompat dari satu dahan bakau ke dahan yang lain di kiri kanan jalan menuju ke pelabuhan. Bila ada yang melemparkan makanan,
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
mereka segera turun mengambilnya, tanpa saling memperebutkan. Kera-kera yang belum mendapat bagian, dengan sabar menunggu giliran. Dari hasil wawancara dengan berbagai kalangan responden terungkapkan bahwa pada lokasi penelitian ini relatif jarang terjadi kasus-kasus yang meresahkan. Sadar akan tujuan semula rata-rata mereka datang bermukim di kampung sekitar Pelabuhan Kuala Langsa, agaknya menjadi pertimbangan penting untuk tidak berperilaku menyimpang. Dari berbagai daerah asal yang jauh maupun dekat mereka pindah ke lingkungan hunian yang mereka diami sekarang adalah untuk mendapatkan pencaharian hidup. Berdasarkan persepsi responden, keamanan di sekitar Pelabuhan di Kuala Langsa sangat meningkat. Sebelum pengembangan (tahun 2002 – 2005) responden yang menjawab sangat aman tidak ada satu persen pun, yang menjawab aman berjumlah 8,9 persen, yang menjawab netral sebanyak 22,2 persen, yang menjawab rusuh berjumlah 42,2 persen dan yang menjawab sangat rusuh sebanyak 26,6 persen. Setelah pengembangan pasca perdamaian konflik di Aceh yaitu tahun 2006 sampai dengan sekarang, yang menjawab sangat aman meningkat sangat pesat dari tidak ada satu persenpun menjadi 33,3 persen, yang menjawab aman berjumlah 48,9 persen, yang menjawab netral sebanyak 17,8 persen, yang menjawab rusuh berjumlah 8,9 persen dan yang menjawab sangat rusuh tidak ada satu orangpun, hal ini menunjukkan ada pengaruh pengembangan. Untuk lebih detailnya jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.24.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.24 : Tanggapan Responden tentang Keamanan di Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa No 1 2 3 4 5
Sebelum Jumlah Persen Sesudah Pengembangan Sampel tase Pengembangan Tahun 2002 s/d 2005 (orang) (%) 2006 s/d Sekarang Sangat Aman 0 Sangat Aman Aman 4 8,9 Aman Netral 10 22,2 Netral Rusuh 19 42,2 Rusuh Sangat Rusuh 12 26,6 Sangat Rusuh Total 45 100,0 Total
Jumlah Sampel (orang) 11 22 8 4 45
Persen tase (%) 33,3 48,9 17,8 8,9 0 100,0
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008
Adalah menarik, bahwa rata rata responden penelitian ini mengemukakan tentang kondisi kesehatan mereka atau anggota ke keluarga yang lain, yang jarang terganggu penyakit-penyakit tertentu, kendatipun kondisi lingkungan sekitar berawarawa serta sampah dan limbah mereka buang secara serampangan ke bawah kolong rumah. Saat air pasang, sampah dan limbah tersebut terbawa hanyut, bila menghadapi kesulitan untuk menyekolahkan anak anak, diantara mereka ada yang cenderung menitipkannya pada kerabat di kampung asal. Banyak saran yang dikemukakan responden pada saat wawancara berakhir dan ketika konsultasi dengan masyarakat, yang terkait dengan masalah kesehatan. Berikut Tabel 4.25 tanggapan responden Tabel 4.25 : Tanggapan Responden untuk Kondisi Kesehatan terhadap Penyakit Tertentu No 1 2. 3. 4. 5.
Tanggapan Responden Jumlah Responden (orang) Sangat Sering 0 Sering 2 Sedang 6 Jarang 23 Sangat Jarang 14 Total 45 Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008
Persentase (%) 0 4,5 13,3 51,1 31,1 100,0
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Jika dibandingkan dengan keadaan kesehatan sebelum pengembangan banyak keadaan masyarakat yang terkena penyakit dan lamban dalam penanganan, hal ini dikarenakan masih minimnya petugas kesehatan dan puskesmas serta klinik kesehatan. Setelah pengembangan kawasan
Pelabuhan
Kuala
Langsa
ada
penambahan infra struktur berupa pembangunan Puskesmas Langsa Kota dan beberapa tempat klinik pengobatan alternatif serta praktek-praktek dokter umum di Gampong Kuala Langsa. Dalam pembicaraan yang lebih berlanjut, hampir merata diantara responden mengemukakan bahwa setiap penyimpangan perilaku akan di upayakan untuk diselesaikan menurut kebiasaan setempat. Dalam hal ini yang berperan adalah orang tua kampung, di bawah koordinasi keuchik (kepala kampung) dan Imam Meunasah (imam surau), yaitu dalam bentuk mendamaikan. Penyimpangan moral biasanya diselesaikan dengan memberi sanksi yang sifatnya mempermalukan sipelaku yang bersangkutan. Penyelesaian melalui petugas keamanan pada tingkat kecamatan atau kota hanya untuk kasus kasus kriminalitas, seperti penganiayaan berat, pembunuhan, atau pencurian. Pengaturan ketertiban dan keamanan di lingkungan pelabuhan, walaupun pengamatan sementara terkesan sangat bebas, adalah lebih jelas dengan petugaspetugasnya yang khusus. Dalam hal ini dikenal adanya petugas-petugas tertentu yang mengatur ketertiban dan keamanan terkait dengan kegiatan kepelabuhan, seperti PT Pelindo I, Kesatuan Polisi Pengaman Pantai, Kesatuan Pengaman Lingkungan Pelabuhan, Petugas Imigrasi, Dinas Kesehatan Pelabuhan, Dinas Karantina,
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Administrator Pelabuhan, Airut, Bea Cukai, Dinas Pedagangan, serta Komite Peralihan Aceh (KPA). PT. Pelindo I Cabang Kuala Langsa merupakan pemilik pelabuhan yang mengatur perusahaan pengangkutan dan pekerjaan bongkar muat muatan kapal. Masalah-masalah kriminal, terutama penyelundupan, berada di bawah pengandalian KP3. Persoalan penjaga laut dan pantai berada di bawah koordinasi KPLP. Masalah yang terkait dengan luar negeri diurus oleh kantor imigrasi, masalah hewan dan tumbuh-tumbuhan ditangani oleh Dinas Karantina. Ketentuan pajak terkait dengan kantor Bea Cukai. Ketentuan tarif di atur oleh Dinas Perdagangan. Masalah-masalah masyarakat yang tidak tertampung tenaga kerjanya diselesaikan oleh KPA. Begitu pula dengan masalah keamanan perairan dan udara yang dikendalikan oleh Airud. Tenaga kerja bongkar-muat muatan kapal tergabung ke dalam suatu organisasi, yaitu TKBM.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Dari hasil pengumpulan dan analisis data dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa kesimpulan, antara lain: 1.
Pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa berdampak positif terhadap pengembangan wilayah, hal ini dapat dilihat dari:
2.
a.
Tingkat Pendidikan,
b.
Pembangunan sarana infrastruktur,
c.
Keamanan,
d.
Kesehatan,
e.
Transportasi
Pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa efektif dalam mendorong kesejahteraan masyarakat sekitar. Terdapat perbedaan yang signifikan untuk kategori pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja dan transportasi, hal ini dapat dilihat dari: a.
Pendapatan, Kenaikan pendapatan sebesar 88,90%. Kenaikan inflasi komulatif 53,00 %. Perhitungan harga konstan, sebesar Rp. 1.245.969 Jadi Kenaikan pendapatan setelah pengembangan dan dikurangi Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai = 35,90 persen (88,90 % - 53,0 % = 35,90%).
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
b.
Tenaga kerja, yang tertampung di kawasan Pelabuhan Kuala Langsa juga meningkat, di mana untuk tenaga buruh terserap 300 orang pekerja.
3.
Dari analisis Uji Wilcoxon Signed-Rank dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar dari segi jumlah infrastruktur terbangun tidak berdampak secara signifikan hanya sedikit perubahan, sedangkan dari segi pendapatan masyarakat, transportasi, tenaga kerja dan keamanan terjadi peningkatan yang sangat signifikan.
5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Mengingat masih lemahnya pembangunan infrastruktur di Gampong Kuala Langsa, maka disarankan kepada Pemerintah Kuala Langsa pada masa mendatang agar segera dibangun sarana infrastruktur yang baik terhadap masyarakat sekitar demi terciptanya pengembangan wilayah daerah, di mana kawasan pelabuhan Kuala Langsa sudah mampu mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan yang besar di Kota Langsa.
2.
PT. Pelindo Cabang Kuala Langsa agar dapat memperhatikan masyarakat sekitar dengan memberikan sarana/fasilitas terhadap masyarakat yang bekerja di pelabuhan seperti air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana toilet dan jamban serta sarana lainnya yang mendukung.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
3.
Pemerintah Kota Langsa dan PT. Pelindo Cabang Kuala Langsa juga diharapkan mampu mendatangkan investor lokal untuk menanamkan modalnya pada sektor industri di Kota Langsa, khususnya investor yang bergerak di bidang pergudangan agar dapat menampung tenaga kerja yang lebih besar, serta memberikan kepastian hukum kepada para investor.
4.
Diharapkan kepada Keuchik Gampong Kuala Langsa dan perangkat desa serta masyarakat sekitar agar tetap membina kekompakan dan persatuan serta menjaga gangguan keamanan yang berakibat mengganggu stabilitas keamanan. Lembaga desa yang sudah terbentuk untuk terus bekerja maksimal dan menindak para oknum masyarakat yang mengutip pungutan liar (pajak Nanggroe) kepada investor, hal ini dapat menghambat investor untuk mengembangkan usahanya.
5.
Diharapkan pada peneliti selanjutnya tidak hanya meneliti perbedaan sebelum dan sesudah pengembangan pelabuhan, tetapi juga mencari indikator-indikator lainnya seperti tingkat perkembangan penjualan komoditi dan pemasukan bagi daerah.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2002. Langsa Dalam Angka,2002. Pemerintah Kota Langsa. ------------, 2003. Langsa Dalam Angka,2003. Pemerintah Kota Langsa. ------------, 2004. Langsa Dalam Angka,2004. Pemerintah Kota Langsa. ------------, 2005. Langsa Dalam Angka,2005. Pemerintah Kota Langsa. ------------, 2006. Langsa Dalam Angka,2006. Pemerintah Kota Langsa. ------------, 2007. Langsa Dalam Angka,2007. Pemerintah Kota Langsa. Hadjisarosa. P. 1993. “Konsepsi Dasar Pengembangan Wilayah di Indonesia”. Pusdiklat Departemen PU. Jakarta. Jayadinata, Johara T. 1999. “Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah”. Penerbit: ITB Bandung. Bandung. Jhingan, M.L. 1999. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Penerbit: PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Miraza, Bachtiar Hassan. 2005. “Perencanaan dan Pengembangan Wilayah”. ISEI Bandung. Pemerintah Kota Langsa, 2007. “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Langsa 2007-2012”. Pemerintah Kota Langsa. ------------, 2007. “Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Langsa 2007”. Bappeda Kota Langsa PT. Pelindo Cabang Kuala Langsa, 2007. “Rencana Induk Pelabuhan Kuala Langsa Provinsi NAD”. PT. Rasicipta Consultama. Riduwan, 2004. “Metode dan Teknik Menyusun Tesis”. Penerbit: Alfabeta, Bandung. Santoso, 2008. “Paduan Lengkap Menguasai SPSS 16”. Penerbit: PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Saut Gurning, R.O & Budiyanto, E.H. 2007. “Manajemen Bisnis Pelabuhan”. Penerbit: APE Publishing. Sinulingga, Budi D. 2005. “Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal”. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sudjana. 1984. “Metoda Statistika”. Penerbit : TARSITO. Bandung Sugiyono, 2003. “Statistik Nonparametris untuk Penelitian”. Penerbit: Alfabeta. Bandung. Supranto, J. 1977. “Statistik Teori dan Aplikasi”. Penerbit: Erlangga. Jakarta Suranto. 2004. “Manajemen Operasional Angkutan Laut dan Kepelabuhan Serta Prosedur Impor Barang”. Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tarigan, Robinson. 2005. “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. ------------, 2005. “Perencanaan Pembangunan Wilayah”. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Todaro, Michael P. 1998. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”. Terjemahan Penerbit: Erlangga. Jakarta. Widodo. HST, 1999 “Indikator Ekonomi: Perhitungan Perekonomian Indonesia”. Penerbit: Kanisius. Yogyakarta. WWW.inaport1.co.1d. “Rencana Pelindo, Struktur, Rencana Pengembangan”, diakses tanggal 25 Mei 2008.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 1 : Kuisioner Penelitian
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN DESA Jalan Sivitas Akademika, Telp. (061) 8212453, Kode Pos 20155 - Medan
No. Responden : KUISIONER Kepada Yth : Bapak / Saudara .................................. Di tempat. Dengan hormat, Sehubungan
dengan
penulisan
tesis
yang
berjudul
:
“Dampak
Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar”, maka dengan ini peneliti memohon kesediaan Bapak/Saudara untuk membantu pengisian daftar pertanyaan. Demi
lancarnya
pelaksanaan
penelitian,
peneliti
berharap
kepada
Bapak/Ibu/Saudara sebagai responden untuk dapat mengisi daftar pertanyaan ini dengan sejujur-jujurnya, sebab hasil dari jawaban Bapak/Saudara pada kuisioner ini akan sangat besar sekali manfaatnya bagi penelitian ini. Adapun jawaban yang Bapak/Saudara berikan dalam kuisioner ini akan dijamin kerahasiaannya. Atas kesediaan serta kerjasama Bapak/Saudara untuk mengisi kuisioner ini, peneliti mengucapkan banyak terima kasih. Langsa, ...................................... 2008 Hormat Saya,
ZULFAN
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN YANG BERJUDUL : “Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar” SAMPEL
:
Masyarakat Sekitar
KELURAHAN/GAMPONG
:
Kuala Langsa
KECAMATAN
:
Langsa Kota
I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama
:
_______________________________________
2. Umur
:
_______________________________________
3. Jenis Kelamin
:
_______________________________________
4. Pekerjaan Tahun 2002-2005
:
_______________________________________
5. Pekerjaan 2006 s/d Sekarang
:
_______________________________________
6. Tingkat Pendidikan
:
(SD/SMP/SMA/DIPLOMA/UNIVERSITAS) dilingkari
7. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan : .......... orang 8. Dimana anda berdomisili pada tahun 2002-2005 : ……………………………………………
II.
PERTANYAAN UNTUK MASYARAKAT SEKITAR 9. PENDAPATAN MASYARAKAT Berapa penghasilan Bapak perbulan : Choise
Penghasilan per hari
Score Choise
Tahun 2002 s/d 2005 A.
0,- s/d 750.000
1
Tahun 2006 s/d Sekarang
Score
0,- s/d 750.000
1
A.
B.
755.000 – 1.500.000
2
B.
755.000 – 1.500.000
2
C.
1.510.000 – 2.250.000
3
C.
1.510.000 – 2.250.000
3
D.
2.255.000 – 3.000.000
4
D.
2.255.000 – 3.000.000
4
E.
3.010.000 s/d …………
5
E.
3.010.000 s/d …………
5
10. KEAMANAN Bagaimana tingkat keamanan : Choise
Tahun 2002 s/d 2005
Score Choise
Tahun 2006 s/d Sekarang
Score
A.
Sangat Aman
4
A.
Sangat Aman
4
B.
Aman
3
B.
Aman
3
C.
Biasa / Sedang
2
C.
Biasa / Sedang
2
D.
Rusuh
1
D.
Rusuh
1
E.
Sangat Rusuh
0
E.
Sangat Rusuh
0
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
11. TENAGA KERJA Bagaimana kesempatan kerja di pelabuhan : Choise
Tahun 2002 s/d 2005
A.
Sangat Mudah
Score
Choise
Tahun 2006 s/d Sekarang
4
A.
Sangat Mudah
Score 4
B.
Mudah
3
B.
Mudah
3
C.
Biasa / Sedang
2
C.
Biasa / Sedang
2
D.
Susah
1
D.
Susah
1
E. Sangat Susah 0 E. Sangat Susah 12. Transportasi Bagaimana pelayanan transportasi ke pelabuhan dan ke Kota/Pasar : Choise A. B. C. D. E.
Tahun 2002 s/d 2005 Sangat Mudah Mudah Biasa / Sedang Susah Sangat Susah
Score
Choise
4 3 2 1 0
A. B. C. D. E.
Tahun 2006 s/d sekarang
Sangat Mudah Mudah Biasa / Sedang Susah Sangat Susah
0
Score 4 3 2 1 0
13. PENDIDIKAN Bagaimana pendidikan di Kelurahan/Gampong Kuala Langsa Pelabuhan : Choise A. B. C. D. E.
Tahun 2002 s/d 2005 Sangat Baik Baik Biasa / Sedang Buruk Sangat Buruk
Tahun 2006 s/d Sekarang Score Choise 4 A. Sangat Baik 3 B. Baik 2 C. Biasa / Sedang 1 D. Buruk 0 E. Sangat Buruk
Score 4 3 2 1 0
14. LINGKUNGAN • Bagaimana Kondisi Pelabuhan : Choise A. B. C. D. E.
Tahun 2002 s/d 2005 Sangat Baik Baik Biasa / Sedang Buruk Sangat Buruk
Tahun 2006 s/d Sekarang Score Choise 4 A. Sangat Baik 3 B. Baik 2 C. Biasa / Sedang 1 D. Buruk 0 E. Sangat Buruk
Score 4 3 2 1 0
15. Apakah masyarakat di daerah saudara berpartisipasi menata kelestarian lingkungan : NO A. B. C. D. E.
Jawaban Sangat Setuju Setuju Biasa / Netral Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
Score 4 3 2 1 0
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
16. INFRA STRUKTUR Bagaimana pembangunan infra struktur di pelabuhan kuala Langsa : NO A. B. C. D. E.
Tahun 2002 s/d 2005 Sangat Baik Baik Biasa / Sedang Buruk Sangat Buruk
Score 4 3 2 1 0
NO A. B. C. D. E.
Tahun 2006 s/d sekarang
Sangat Baik Baik Biasa / Sedang Buruk Sangat Buruk
Score
4 3 2 1 0
17. SOSIAL Bagaimana kelembagaan & tata ruang di Pelabuhan Kuala Langsa : Score
NO A. B. C. D. E.
Tahun 2006 s/d Sekarang
NO A. B. C. D. E.
Tahun 2002 s/d 2005 Sangat Baik Baik Biasa / Sedang Buruk Sangat Buruk
18.
Apakah Anda setuju di kembangkan Pelabuhan Kuala Langsa :
NO A. B. C. D. E.
Sangat Setuju Setuju Biasa / Netral Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
19.
Jawaban
4 3 2 1 0
Sangat Baik Baik Biasa / Sedang Buruk Sangat Buruk
Score
4 3 2 1 0
Score 4 3 2 1 0
Apakah Masyarakat di daerah saudara ikut berpartisipasi dalam menjaga keamanan dan ketertiban :
NO A. B. C. D. E.
Sangat Aktif Aktif Biasa / Netral Tidak Aktif Sangat Tidak Aktif
Jawaban
20.
Bagaimana kondisi kesehatan terhadap penyakit tertentu di daerah saudara :
NO A. B. C. D. E.
Sangat Sering Sering Biasa / Netral Jarang Sangat Jarang
Jawaban
Score 4 3 2 1 0
Score 4 3 2 1 0
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
21.
Bagaimana pelayanan keselamatan jiwa / asuransi jiwa di pelabuhan kuala Langsa : NO A. B. C. D. E.
Jawaban Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk
Score 4 3 2 1 0
Demikian pertanyaan ini kami ajukan, atas partisipasi Bapak/Saudara dalam pengisian daftar pertanyaan ini dengan sebenar-benarnya, kami ucapkan terima kasih. Langsa, .......... Mei 2008 Responden,
(..........................................)
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
5 65 34 38 35 46 69 45 39 68 33 45 36 31 55 52 72 39 47 29 39 32 30 60 34 53 29 33 37 59 42 39 37 46 49 50 37 45 42 59 41 38 37 48 50 50
6 Lk Lk Lk Lk Lk Lk Lk Lk Lk Lk Lk Pr Lk Lk Lk Lk Lk Lk Pr Lk Pr Lk Lk Lk Lk Lk Lk Lk Lk Lk Lk Lk Pr Lk Lk Lk Lk Pr Lk Lk Lk Lk Lk Lk Pr
KETERANGAN A = B = C = D = E =
Quis No. 12
Quis No. 13
Quis No. 14
Jumlah Pendi - Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tangdikan 2002 - 2006 - 2002 - 2006 - 2002 - 2006 - 2002 - 2006 - 2002 - 2006 - 2002 - 2006 gungan 2005 Sekarang 2005 Sekarang 2005 Sekarang 2005 Sekarang 2005 Sekarang 2005 Sekarang 7 8 9 10 13 14 11 12 15 16 15 16 15 16 A C C C A B A 8 SMP B C D B D 3 S-1 C D D C C B E A B B B B 4 SD A C E A E B E A D B C B 2 SMP B B D E D A B C C B C B 3 SMA B C C A C C A A B B B B 5 B D D E C A B A B C B B 3 SD B D C B C A C C C C C C 2 SMP A D E B B E B A D B B B 4 SMP B C B A C B A A B C B B 3 SD C D E C B A D A B B B B 4 SD A B C A C C C A B C B C 3 SMA B C D A B B C C C B D B 2 SMP A D C B D A D C C C C C 6 A B E B C B C A B A B B 4 SMP A D D C D A D A B B B B 10 SMP A B B B D B C C C C C C 5 SD C C D C E C E D D C C B 3 SMP C D E B C B C A C B B B 2 D-2 B D D C C A B B B B B B 4 SMP A B C B D B A B B B C B 1 D-3 B B D A C B D A B B B B 2 SMA E D D B D A B B B B D C 7 SD A B C A C B D B C B C B 4 B C E C E C E B C B C B SMA 3 SMP A C E E D B D C E C C E 4 SD B A D B B A D B B B E C 2 SMA C C D B C C E A C C C C 3 SMP B C C A D B D B B B B B 2 SD A C B B E C E A D C C C 4 SD A C C B B B D A B B B C 2 SD A C D B D C D A C B C B 3 SMP B C D B A B D B B B B B 6 SMA B D E B B B C A A A B A 2 SD A C C B E C D B B B C B 3 A B E B D D E A C C C C SR 2 C E D B A D D B B C C C 2 D E C E D A E B B C C D 3 SMP A D E C D A E A A A E C 4 SD B B D B E B E B B B D C 7 SMP B D D B A A D A E B D C 6 SD A B C C D B E B B B C B 5 SMP B D E B A A E A B B B B 5 SMP A B E A D B E B C C C C 8 B E D A D A D D D B B C 3 SMA B B B A D B D B C C C D
4 3 2 1 0
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
B B B A B B A A A B C B C A C A C A B D A B B B B A D B D A D C B B B B A B A A B C B B A
Quis No. 16
Quis No. 17
Tahun Tahun Tahun Tahun 2002 - 2006 - 2002 - 2006 2005 Sekarang 2005 Sekarang 17 18 17 18 A C C B D C B A E D C B D C C B E B B B C B B A C C C B D C B B C B B B D C C B E C B B D B C C E C C C A B C C C C C B E C B B C D B B C C A B C C B A D C B A C B C C D C B B C C B B C C B B C E B B E C B B D C A A C C B B B D C B B C B B D D A A C E D C B D A A D D A A C A D C C A D C C D A A E E B B D D A A E D A A C E D C D D B B C D D C B C D C C D D C
Quis No. 21
Jenis Kelamin
Quis No. 11
Quis No. 20
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Usia
Quis No. 10
Quis No. 19
No Sampel
Quis No.9
Quis No. 18
Karakteristik masyarakat
Quis No. 15
Lampiran 3. KARAKTERISTIK MASYARAKAT GAMPONG KUALA LANGSA
B B B A B B A A A B C B C A C A C A B D A B B C B A A B A A A A B C B B A B A A B A D A A
C A B C A B B B B B C C B B C C C A B D A D D B B B D C D C D C C B D E D C C B C C B B C
D D D E E E E D E E C E C D E D E D B D D E E C E D D E D D D C D E D E D B D D C C D D D
B B B C B B C C C B C B C C C C C B B D C C B B B C D B D C D C B B B B C B C C B C B B C
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 4.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 5.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 6.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 7.
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 8 : Data Inflasi Bulanan terhadap Bulan yang Sama Tahun 2003-2008 (%)
TAHUN
BULAN 2003
2004
2005
2006
2007
2008
1
2
3
4
5
6
7
Januari
2.75
0.66
2.66
1.94
0.5
1.89
Febuari
1.49
0.07
-0.15
1.71
0.01
1.74
Maret
-1.26
1.03
2.33
0.32
1.64
1.13
April
-0.2
0.38
-0.44
-1.27
-0.87
-0.91
Mei
1.4
0.37
0.59
1.57
-0.9
Juni
0.05
0.14
0.64
1.21
-0.41
Juli
-1.02
0.97
-2.76
-3.05
0.62
Agustus
0.5
1.26
2.25
0.55
1.36
September
0.16
-0.38
1.08
3.7
3.28
Oktober
0.26
0.11
8.58
1.86
0.29
November
-0.14
0.87
2.38
0.64
-0.98
Desember
0.52
1.64
-0.45
1.89
1.89
Jumlah/Thn
4.51
7.12
16.71
11.07
6.43
3.85
Sumber : Lhokseumawe Dalam Angka, BPS Kota Lhokseumawe 2008.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Komulatif = 1.5300 Dalam Persentase
= 53,00 %
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 9 : Perhitungan Nilai Konstan Diketahui : Pendapatan Masyarakat Sebelum (2003) = 1.009.000 Pendapatan Masyarakat Sesudah (2008) = 1.906.333 Harga Konstan (Sesudah : Sebelum) = 1,889 % IHK Komulatif 2008 atas dasar 2003 = 53,00 % Dimana : Harga berlaku pada tahun 2003 dinyatakan sebagai tahun dasar dan diberi Harga indeks = 1 , Harga inflasi tahun 2004 yaitu 0,071 % maka indeks inflasi tahun 2004 = 1,071. Maka : indeks inflasi dari tahun 2004 – 2008 adalah : Indeks inflasi tahun 2004 Atas dasar tahun 2003
= 1
Indeks inflasi tahun 2005 Atas dasar tahun 2003
= 1,071 x 1,167 = 1,249
Indeks inflasi tahun 2006 Atas dasar tahun 2003
= 1,249 x 1,110 = 1,386
Indeks inflasi tahun 2007 Atas dasar tahun 2003
= 1,386 x 1.064 = 1,474
Indeks inflasi tahun 2008 Atas dasar tahun 2003
= 1,474 x 1,038 = 1,530
x 1,071 = 1,071
Perhitungan Harga Konstan Tahun 2008 atas dasar tahun 2003 : Rumus : H arg a Kons tan =
Pendapa tan Setelah Pengembangan (Thn 2008) indeks Inflasi Tahun 2008 atas dasar tahun 2003
Penyelesaian : Untuk sampel 1 =
Peningka tan pendapa tan % =
1 . 906 . 333 = 1 . 245 . 969 1,530
Peningka tan h arg a kons tan x100 pendapa tan sebelum pengembang an
Peningka tan pendapa tan % =
1.245.969 x100 = 123,48% 1.009.000
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 11. Foto Dokumentasi Lokasi Penelitian Masyarakat Sekitar Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa
Gambar 1 : Jalan Menuju Pelabuhan Kuala Langsa
Gambar 2 : Gerbang Masuk Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 3 : Aktivitas di Pelabuhan, Truck Angkutan Barang dalam Proses Muat
Gambar 4 : Aktivitas di Pelabuhan, Truk Kontainer Siap Ekspor Barang dari Kapal
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 5 : Industri di Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa
Gambar 6 : Kegiatan Perbengkelan untuk Truk/Kontainer
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 7 : Wawancara dengan Kepala Administrator Pelabuhan Kuala Langsa
Gambar 8 : Wawancara dengan Petugas Bea Cukai di Pelabuhan Kuala Langsa Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 9 : Taman Kanak-kanak At-Taqwa di Gampong Kuala Langsa
Gambar 10 : Sekolah SD. Negeri 1 Al-Kausar Baru Selesai di Kerjakan
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 11 : Penduduk Setempat yang Membuka Lokasi Dagang di dalam Bakau
Gambar 12 : Para Pelancong yang Akan Menikmati Dagangan Jagung Bakar di Pinggir Jalan Menuju Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 13 : Rumah Penduduk Gampong Kuala Langsa di Tepi Jalan kiri-kanan
Gambar 14 : Sepanjang Badan Jalan Rumah Penduduk dari Gampong Sungai Pauh Hingga Gampong Kuala Langsa
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.6 : Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002 – 2007 (Jutaan rupiah)
No Lapangan
Tahun
Konstribusi (%)
Tahun
Tahun 2004
Konstribusi (%)
Tahun 2005
Konstribusi (%)
Tahun
Tahun
1.
Primer
106.708,90
15,75
117.290,14
15,70
128.476,52
15,52
141.451,62
15,47
151.496,94
15,13
164.210,55
14,95
2.
Sekunder
215.695,08
31,83
233.657,13
31,29
253.167,84
30,58
274.272,66
29,98
291.016,02
29,06
323.750,08
29,48
3.
Tersier
355.173,11
52,42
395.883,92
53,01
446.197,38
53,90
498.978,94
54,55
559.026,69
55,82
610.278,40
55,57
677.577,09
100,00
746.831,19
100,00
827.841,74
100,00
914.703,22
100,00
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
2007
Konstribusi (%)
2002
Sumber: PDRB Kota Langsa
2006
Konstribusi (%)
Usaha
Jumlah
2003
Konstribusi (%)
1.001.539,65 100,00 1.098.239,03 100,00
Tabel 4.7 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Berlaku Tahun 2002 – 2007 (Jutaan rupiah) N o 1
2
3
LAPANGAN USAHA PRIMER
Tahun 2002
Konstribusi (%)
Tahun 2003
Konstribusi (%)
Tahun 2004
Konstribusi (%)
Tahun 2005
Konstribusi (%)
Tahun 2006
Konstribusi (%)
Tahun 2007
Konstribusi (%)
a. Pertanian b. Pertambangan & Penggalian
104.043,00 2.665,90
15,36 0,39
114.307,11 2.983,03
15,30 0,40
125.153,47 3.323,05
15,12 0,41
137.776,89 3.674,73
15,06 0,41
147.466,38 4.030,56
14,72 0,41
159.896,84 4.313,71
14,56 0,39
SEKUNDER a. Industri Pengolahan b. Listrik & Air Minum c. Bangunan/ Konstruksi
152.852,58 3.084,74 59.757,76
22,56 0,45 8,82
163.169,76 3.430,80 67.056,57
21,85 0,46 8,98
175.006,04 3.876,55 74.285,25
21,14 0,47 8,97
189.336,56 4.284,61 80.651,49
20,70 0,47 8,82
197.689,84 4.707.98 88.618,20
19,74 0,47 8,85
221.423,18 5.111,15 97.215,75
20,16 0,47 8,85
169.638,32
25,03
187.283,49
25,08
206.937,59
24,00
229.255,47
25,08
257.221,88
25,68
288.321,45
25,25
49.507,56
7,31
55.714,89
7,46
67.468,74
8,15
74.308,93
8,12
83.783,46
8,36
90.498,79
8,24
20.319,56 115.707,67
3,00 17,08
23.019,36 129.866,18
3,08 17,39
26.878,10 144.912,95
3,25 17,50
30.643,89 164.770,65
3,35 18,01
34.244,96 183.776,39
3,42 18,35
37.750,39 193.707,77
3,44 17,56
677.577,09
100,00
746.831,19
100,00
827.841,74
100,00
914.703,22
100,00
1.001.539,65
100,00
1.098.239,03
100,00
TERSIER a. Perdagangan, Hotel & Restoran b. Pengangkutan dan Komunikasi c. Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan d. Jasa - Jasa Jumlah
Sumber: BAPPEDA Kota Langsa, 2007
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.8 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan Tahun 2001 Tahun 2002 – 2007 (Jutaan rupiah) N o 1
2
3
LAPANGAN USAHA
Tahun 2002
PRIMER a. Pertanian b. Pertambangan & Penggalian SEKUNDER a. Industri Pengolahan b. Listrik & Air Minum c. Bangunan/Konstruksi TERSIER a. Perdagangan, Hotel & Restoran b. Pengangkutan dan komunikasi c. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan d. Jasa-Jasa Jumlah
Konstribusi (%)
Tahun 2003
93.472,44 2.553,54
15,06 0,41
95.103,39 2.642,70
137.333,44 2.869,01 55.839,35
22,12 0,46 9,00
139.311,04 2.984,30 57.654,13
158.701,07 46.023,09
25,57 7,41
18.039,84 105.903,95 620.735,73
Konstribusi (%)
Tahun 2004
Konstribusi (%)
Tahun 2005
Konstribusi (%)
Tahun 2006
Konstribusi (%)
Tahun 2007
Konstribusi (%)
14,90 0,41
97.223,18 2.712,55
14,69 0,41
100.005,04 2.817,38
14,50 0,41
100.824,36 2.911,16
14,06 0,41
102.581,99 3.075,86
13,74 0,41
21,82 0,47 9,03
142.403,74 3.139,05 60.311,98
21,51 0,47 9,11
147.050,91 3.197,47 63.460,27
21,33 0,46 9,20
153.650,51 3.265,76 66.216,62
21,44 0,46 9,24
159.424,64 3.405,86 68.761,14
21,36 0,46 9,22
165.287,70 47.920,22
25,89 7,51
173.859,23 50.115,40
26,26 7,57
183.554,70 52.012,87
26,62 7,54
191.467,77 56.488,95
26,72 7,88
202.612,97 58.087,00
27,14 7,78
2,91 17,06
19.513,32 108.005,90
3,05 16,92
21.081,21 111.120,18
3,19 16,79
22.452,81 115.035,51
3,26 16,68
23.414,28 118.365,58
3,27 16,52
27.560,58 120.951,33
3,69 16,2
100,00
638.422,70
100,00
661.966,52
100,00
689.586,96
100,00
716.604,99
100,00
746.461,37
100,00
Sumber: BAPPEDA Kota Langsa, 2007
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008