LAPORAN AKHIR P2M
PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG BERBASIS IT
TIM PELAKSANA
Putu Dewi Merlyna, Y.P,S.S.,M.Hum Nyoman Karina Wedhanti, S.Pd.,M.Pd Wayan Sadyana, S.S.,M.Si Gede Satya Hermawan, S.S.,M.Si
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA OKTOBER 2015
1
2
KATA PENGANTAR Sebagai tenaga pengajar di perguruan tinggi, sudah sepantasnyalah melaksanakan Tri Dharma PT yang meliputi pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. P2M yang dilakukan pada tahun 2015 mengambil tema “Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Bahasa Jepang Berbasis IT” bagi Guru-guru bahasa Jepang SMA se-Kabupaten Buleleng. Laporan ini disusun setelah pelatihan terselenggara. Sanagat disadari bahwa dalam penyusunan laporan P2M ini banyak pihak yang terlibat. Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi tim pelaksana serta mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi kontribusi pada rampungnya kegiatan pelatihan serta tersusunnya laporan ini. Semoga kegiatan-kegiatan sejenis dapat terus terlaksana di masa depan dan di sekolah-sekolah lain yang belum mendapat pelatihan-pelatihan yang sejenis.
Singaraja, 5 September 2015
Pelaksana P2M
3
Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Bahasa Jepang Berbasis IT Abstrak Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru-guru Bahasa Jepang Sekolah Menengah Atas Se-Kabupaten Buleleng dalam membuat media pembelajaran Bahasa Jepang yang berbasis IT. Pengabdian ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan yang telah dilaksanakan pada tanggal 3 dan 4 Juni 2015 yang bertempat di Ruang Seminar Fakultas Bahasa dan Seni Undiksha. Peserta pelatihan berjumlah 44 orang guru dari SMA se- Kabupaten Buleleng. Pembicara dalam pelatihan tersebut adalah Putu Dewi Merlyna,M.Hum; Gede Satya Hermawan, M.Si ; Made Hery Santosa,Ph.D; I Putu Ngurah Wage Myartawan,M.Pd; serta Made Sukadana, S.Pd. Pelatihan ini menghasilkan produk berupa media pembelajaran dengan Cartoon Story Maker dan quiz pelajaran bahasa Jepang yang dibuat dengan aplikasi wonder share. Produk tersebut dibawa oleh masing-masing guru untuk digunakan sebagai contoh dan diterapkan di sekolah masing-masing. Kata kunci : Media Pembelajaran, Teknologi Informasi
4
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan Kata Pengantar ...................................................................................................................... i Abstrak .................................................................................................................................. ii Daftar Isi ................................................................................................................................ iii Bab I Pendahuluan ................................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1 1.2 Analisis Situasi ................................................................................................................. 2 1.3 Identifikasi & Perumusan Masalah .................................................................................. 5 1.4 Tujuan Kegiatan P2M ...................................................................................................... 5 1.5 Manfaat Kegiatan P2M .................................................................................................... 6 1.6 Khalayak Sasaran Strategis .............................................................................................. 7 Bab II Tinjauan Pustaka ......................................................................................................... 9 2.1 Media Pembelajaran ......................................................................................................... 9 2.2 Fungsi Media .................................................................................................................... 9 2.3 Media Animasi ................................................................................................................. 10 2.4 Teknologi Informasi ........................................................................................................ 11 Bab III Metode Pelaksanaan P2M ......................................................................................... 12 3.1 Metode Pelaksanaan ........................................................................................................ 12 3.2 Rancangan Evaluasi ......................................................................................................... 14 Bab IV Pelaksanaan, Hasil, dan Pembahasan ........................................................................ 17 4.1 Pelaksanaan P2M ............................................................................................................. 17 4.2 Peserta Pelaksanaan P2M ................................................................................................ 17 4.3 Kegiatan Pelatihan dan Nara Sumber .............................................................................. 18 4.4 Hasil ................................................................................................................................. 19 4.5 Pembahasan ..................................................................................................................... 22 Bab V Simpulan dan Saran ................................................................................................... 28 5.1 Simpulan ......................................................................................................................... 28 5.2 Saran ............................................................................................................................... 28 DAFTAR PUSTAKA 5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Diberlakukannya kurikulum 2013 membawa banyak hal positif pendidikan. Hal positif tersebut ditandai oleh dua hal yaitu
kedalam dunia
kewajiban para guru
mengimplementasikan pendidikan karakter pada pengajarannya, serta adanya tuntutan kepada guru-guru agar dalam upaya mengimplementasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran, guru meninggalkan cara mengajar yang bersifat konvensional, sebaliknya diharapkan guru lebih banyak melahirkan karya-karya yang inovatif guna mendukung keprofesionalannya sebagai tenaga pendidik profesional.Sesuai dengan yang diamanahkan kurikulum 2013, pembelajaran yang diimplementasikan kepada para siswa haruslah bersifat kontekstual.Pembelajaran kontekstual bukan mengenai metode atau teknik pembelajaran, tetapi lebih kepada pendekatan ataupun filosofi mengenai bagaimana pembelajaran bermakna itu terjadi.Hingga saat ini, para guru telah banyak diundang dalam acara-acara yang
memberikan
guru
kontekstual.Sehingga
pendidikan
secara
sekaligus
langsung
pelatihan
persentase
tentang
keprofesionalan
pembelajaran guru
telah
meningkat.Selain bermakna dan kontekstual, pembelajaran di tingkat satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,serta memotivasi ruang yang
peserta cukup
didik bagi
untuk
kreatifitas
berpartisipasi dan
kemandirian
bakat, minat dan perkembangan fisik serta
aktif dan
dapat memberikan
peserta
didik sesuai dengan
psikologisnya. Pernyataan tersebut tertuang
dalam Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013Pasal 19 Angka (1).
Selain dukungan
SDMnya, dukungan sarana dan prasarananya juga harus diperhatikan. Dari hasil observasi pada 4 sekolah SMA Negeri di Kota Sigaraja, telah menambah fasilitas LCD di setiap kelasnya.
Keberadaan LCD tersebut, selama ini digunakan sebatas untuk menampilkan
power point ketika mengajar.
Latihan yang diberikan kepada siswa juga belum berbasis
teknologi, media pembelajaran sebatas pada penggunaan kartu huruf dan kartu bergambar saja.
Banyak
berbagai belum seperti
cara
guru
juga menyatakan
untuk memanfaatkan
mengetahui secara pasti dalam
bahwa mereka
teknologi bagaimana
pembuatan media animasi.
6
dalam
mengetahui bahwa ada
pembelajaran, namun
menggunakan
teknologi
mereka tersebut,
Sebagai
salah
mengembangkan media menggunakan realia, gambar,
satu
wujud
penguasaan ICT, guru
pembelajaran. Selama
media pembelajaran yang lagu,
yang tidak
memulai
dengan
ini guru menjelaskan dengan
digunakan
menggunakan
bisa
lebih banyak pada penggunaan
teknologi
sebagai perantaranya.
1.2 Analisis Situasi Sebagaimana telah sedikit disinggung dalam pendahuluan, usulan kegiatan P2M ini diinisiasi oleh adanya permintaan dari wakil guru-guru bahasa Jepang di Buleleng (per telepon) yang menyuarakan adanya kebutuhan bagaimana mengembangkan media pembelajaran
dengan
memanfaatkan
secara
optimal
keberadaan
teknologi
informasi.Pembelajaran bahasa Jepang yang inovatif lewat penggunaan media yang kreatif sangat sesuai dengan karakteristik pebelajar era digital. Generasi abad ke-21 merupakan digital native. Mereka lahir, tumbuh, dan hidup bersama dan dalam perkembangan teknologi yang pesat, sehingga jika pembelajaran dilakukan dengan mengunakan teknologi, motivasi mereka akan meningkat untuk terlibat dalam pembelajaran, terutama jika yang digunakan adalah TIK yang mereka telah akrabi. Fenomena ini merupakan peluang bagi guru untuk mengembangkan pembelajaran berbantuan TIK untuk memaksimalkan peningkatan kemampuan berbahasa Jepang siswa sekaligus untuk mengembangkan kemandirian mereka. Mengingat Dinas Pendidikan dan UPP Kecamatan Buleleng tidak bisa memberikan tenaga ahli/praktisi untuk memberikan pelatihan pengembangan media berbasis TI, sesuai keterangan guru tersebut, maka Undiksha melalui Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang harus berperan serta membantu kebutuhan para guru tersebut. Akan tetapi, dalam prakteknya, guru tidak secara maksimal dapat mengakomodasi perkembangan teknologi yang terjadi dewasa ini yang telah diakrabi siswa dalam pembelajaran bahasa Jepang di sekolah. Penggunaan teknologi baru sebatas pembuatan tugas dengan bantuan Microsoft Word ataupun powerpoint. Sebagian besar guru juga terindikasi belum memiliki pengetahuan yang cukup dan melek menggunakan berbagai perangkat lunak edukatif yang telah banyak tersedia (Putra, 2011) yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk membuat pembelajaran bahasaJepang lebih menyenangkan bagi siswa. Keterampilan guru— tidak semua guru—hanya baru sebatas penggunaan Microsoft Word, Excel, maupun Powerpoint, itupun masih penuh keterbatasan. Maka dari itu, dengan keterbatasan pengetahuan dan keterampilan TI yang dimiliki guru-guru, para guru bahasa Jepang tidak akan mampu mengembangkan materi yang baik dalam rangka menciptakan lulusan yang
7
berdaya saing tinggi (mandiri dan melek teknologi) sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional. Dana sarana
Bantuan
dan
Operasional
prasarana
Sekolah
sekolah
(BOS) telah
terutama
yang
mampu
menunjang
meningkatkan proses
belajar
mengajar. 26
sekolah
menengah
difasilitasi dengan teknologi
atas
yang ada
diKabupaten
Buleleng telah
yang memadai walaupun tidak dari segi kuantitas. Ke-26
SMA tersebut tersebar pada 9 kecamatan di Kabupaten Buleleng (Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng dalam bulelengkab.go.id) yang terdiri dari 15 SMA negeri dan 11 SMA swasta (Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng dalam bulelengkab.go.id). Rata-rata, masingmasing SMA memiliki satu orang guru bahasa Jepang. Kebanyakan guru-guru tersebut berkualifikasi pendidikan bahasa Jepang (D3) atau lembaga kursus bahasa Jepang, tetapi masih ada beberapa dari mereka yang tidak mempunyai kualifikasi pendidikan bahasa Jepang, yang diminta mengajar bahasa Jepang karena kekurangan guru bahasa Jepang yang memiliki kualifikasi mengajar bahasa Jepang. Jadi, paling tidak ada lebih kurang 26 guru bahasa Jepang atau yang mengajar bahasa Jepang di seluruh SMA di Kabupaten Buleleng. Tiap-tiap sekolah laptop.
telah
memiliki
Begitu juga para
guru
projector telah
serta komputer
melek
terhadap
baik PC
penggunaan
maupun teknologi
tersebut. Kemampuan guru hanya
untuk
untuk
mengetahui
dalam
mendukung
sebagai sarana
mengajar.
tersebut
Dipandang
teknologi
itu
tidaklah cukup perlu
lebih
bagi guru
jauh,
seperti
pembelajaran dalam bentuk media animasi atau media
materi dapat disampaikan dengan lebih kontekstual dan bisa diri guru
didukung oleh Standar
Tahun2013 bahwa
belajar
memanfaatkan
aplikasi media
membangun kepercayaan ini
proses
bagaimana
bergerak, sehingga
mengoperasikan teknologi
dalam
menerapkan teknologi
serta
kemandirian
Proses yang
pengembangan
informasi
dan
tertuang rencana
komunikasi
siswa
dalam
belajar.
Hal
dalam Permendikbud No. 65 pembelajaran,
guru
hendaknya
secara terintegrasi,dan efektif sesuai
situasi dan kondisi. Mengingat
perkembangan
sangat pesat,maka ketertarikan konsentrasi sebagai suatu
teknologi
teknologi
masyarakat
informasi
pendukung untuk
dan akan
sangat
informasi sekolah
meningkat.
menjembatani 8
dewasa
kejuruan Hal
antara
ini teori
yang
ini
yang
memiliki
dapat
dijadikan
dan
praktis.
Penyelenggaraan pelatihan ini guru dan siswa
SMA
berbasis TI sehingga atau
dapat
memberikan tambahan wawasan dan penguatan bagi
berkonsentrasi TI untuk
nantinya
bisa
dijadikan
sebagai suatu bentuk kewirausahaan.
media
dihasilkan
akan
memiliki
sebagai
Disamping itu
mensinergikan antara pengajar Bahasa Jepang yang
mengembangkan
konten
suatu
produk
penunjang usaha
pula, pelatihan ini
kreatif akan bisa
dengan pengajar TI sehingga yang
tepat
dan
dituangkan
produk dalam
yang sesuai sebagai dukungan untuk pengimplementasian Kurikulum 2013.
1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan
analisis
kebutuhan
yang telah
diuraikan
diatas, dapat
diidentifikas ibahwa secara umum guru BahasaJepang SMA se-Kabupaten Buleleng masih perlu mendapatkan pelatihan pengembangan media pembelajaran terutama berbasis teknologi informasi mengingat ketersediaan sarana dan prasarana yang belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menunjang proses belajar mengajar. Dengan demikian masalah yang ingin ditanggulangi melalui kegiatan P2M ini adalah bagaimana TI dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran bahasa Jepang, khususnya dalam pembuatan media dengan aplikasi yang mudah dan inofativ bagi guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, sehingga kemampuan guru menggunakan TI semakin meningkat dan pembelajaran di kelas semakin menyenangkan. 1.4 Tujuan Kegiatan P2M Kegiatan P2M ini sudah barang tentu adalah membantu melatih para guru SMA seKabupaten Buleleng dalam membuat serta mengembangkan media pembelajaran bahasa Jepang yang berbasis TI dalam hal ini penggunaan media animasi. Media Animasi dalam pembelajaran yang digunakan baik pada penjelasan konsep maupun contoh-contoh, selain berupa animasi statisauto-run atau diaktifkan melalui tombol, juga bisa berupa animasi interaktif dimana pengguna (siswa) diberi kemungkinan berperan aktif dengan merubah nilai atau
posisi
bagian tertentu
dari animasi
tersebut. Urutan
kegiatan belajarnya dapat
meliputi: melihat contoh, mengerjakan soal latihan, menerima informasi, meminta penjelasan, dan mengerjakan soal/evaluasi. Ada beberapa kelebihan dari penggunaan media animasi dalam pembelajaran seperti yang dikutip dari Tri Macoalo diantaranya: 1. Media Animasi dalam pembelajaran mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik. 2. Media Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah. 9
Animasi
mampu
menyampaikan
suatu
pesan
dengan
lebih
baik disbanding
penggunaan media yang lain. 3.
Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran
secara maya. 1.5 Manfaat Kegiatan P2M 1.5.1 Bagi Dosen Pelaksana Kegiatan P2M Bagi dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang pelaksana, kegiatan P2M ini bisa menjadi wahana pendiseminasian ide atau hasil-hasil penelitian, baik yang dilakukan oleh para dosen maupun mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, terutama terkait dengan pendidikan karakter serta pengembangan media pembelajaran berbasis TI kepada khalayak pengguna, terutama para guru bahasa Jepang, sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat sesuai amanat Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kegiatan semacam ini juga sekaligus dapat dijadikan sebagai cara menjaring masukan dari para guru atas kebijakan/teori pembelajaran yang dikembangkan di universitas (theories) apakah seirama atau sesuai dengan prakteknya di lapangan (practice) untuk memperbaiki metode-metode dalam upaya meningkatkan kompetensi calon guru di masa mendatang. Terakhir, kegiatan P2M ini berperan sebagai media bagi dosen pelaksana sebagai representasi kampus/Undiksha dalam menjalin hubungan kerjasama/kemitraan dengan pemerintah daerah (Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng/UPP Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Buleleng). 1.5.2
Guru-Guru Peserta Kegiatan P2M Kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi para guru bahasa Jepang yang terlibat
dalam meningkatkan pengetahuan mereka tentang pembuatan dan pengembangan media pembelajaran bahasa Jepang berbasis TI. Selain itu, kegiatan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan
kompetensi
dan
keprofesionalan
mereka
dalam
menggunakan
atau
memanfaatkan TI secara lebih maksimal. 1.5.3
Pemerintah (Dinas Pendidikan Kabupaten/UPP Kecamatan) Bagi pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng dan UPP
Kecamatan-Kecamatan yang ada di Kabupaten Buleleng, kegiatan ini mendukung program pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan dengan kurikulum 2013 dimana tuntutan kurikulum ini ada dua yaitu pembelajaran berbasis karakter sekaligus tujuan utama kebijakan ini, pengoptimalan pemanfaatan TI pada proses belajar mengajar.
10 10
1.6 Khalayak Sasaran Strategis Sasaran strategis dalam kegiatan P2M ini adalah para siswa SMA yang menjadi anak didik guru-guru bahasa Jepang SMA peserta pelatihan, yang menjadi sasaran kegiatan P2M ini. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, Ketua UPP Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Buleleng, dan para kepala sekolah SMA se-kabupaten Buleleng juga menjadi khalayak sasaran strategis karena terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari kerjasama dengan pihak-pihak ini. Tak kalah penting adalah Ketua LPM Undiksha yang menjadi pemberi dana dan yang mengkoordinasikan semua kegiatan P2M Undiksha dengan berbagai pihak eksternal. Khalayak sasaran strategis kegiatan P2M ini diringkas dalam Tabel 1. Tabel 1 Khalayak Sasaran Strategis Kegiatan P2M No
Institusi
Peran dan Manfaat
1
Kepala Dinas Pendidikan Koordinasi; memberi izin pelaksanaan Kabupaten Buleleng
2
Kepala
UPP
kecamatan
kegiatan di wilayah kerjanya.
Kecamatan- Koordinasi; memberi izin pelaksanaan
di
Kabupaten kegiatan di wilayah kerjanya sekaligus izin
Buleleng
bagi
guru-guru
peserta
dalam
berpartisipasi. 3
Kepala Sekolah
Koordinasi; memberikan izin kepada guru SMA dalam mengikuti kegiatan
4
Ketua LPM Undiksha
Pemberi dana, koordinasi, monTIoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan; menyetujui dan memberikan realisasi dana kegiatan, pihak
yang
menjalin
MoU
dengan
pemerintah daerah, memonTIor realisasi kegiatan
P2M
dan
mengevaluasi
keterlaksanaan kegiatan P2M. 5
Siswa SMA yang diajar Evaluasi; berfungsi sebagai objek sasaran guru-guru peserta
materi bahasa Jepang berbasis TI.
11 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Media Pembelajaran Media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya memengaruhi orang
lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengannya (Mcluhan dalam Noornia, 2006: 5). Media pembelajaran adalah penyampai pesan (the carries of the messages) dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan (the receiver of the messages). Manfaat media pembelajaran antara lain: (1) bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa, dan tidak bersifat verbalistik; (2) metode pembelajaran lebih bervariasi; (3) siswa menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas; (4) pembelajaran lebih menarik; dan (5) mengatasi keterbatasan ruang (Trianto, 2010). Ada beberapa jenis media pembelajaran meliputi: (1), media grafis atau media dua dimensi, seperti gambar, foto, grafik atau diagram; (2), media model solid atau media dimensi tiga, seperti model-model benda ruang dimensi tiga, diorama dan sebagainya; (3), media proyeksi, seperti film, filmstrip, OHP; (4) media informasi, komputer, internet; dan (5), lingkungan. 2.2
FungsiMedia Berdasarkan definisi media pembelajaran tersebut, media pembelajaran memiliki
manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajarmengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan lebih membantu keberhasilan pengajar dalam pembelajaran. Menurut Levied and Lentz (dalamArsyad 2007) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual,yaitu: a. Fungsi etensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi
kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual
yang ditampilkan atau menyertai teks materi pembelajaran. b. Fungsi afektif dari media visual yaitu dapat diamati dari tingkat “kenikmatan”siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal
ini gambar atau simbul visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa. c. Fungsi kognitif media visual yaitu melalui gambar atau lambang visual dapat 12 12
mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambing visual tersebut. d. Fungsi kompensatoris media visual
adalah
memberikan konteks kepada siswa yang
kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secaraverbal). Dale ( dalam Arsyad 2007 ) mengemukakan bahwa “bahan-bahan audio visual dapat memberikan manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran”. 2.3 Media Animasi Media animasi dalam pembelajaran bertujuan untuk memaksimalkan efek visual dan memberikan interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar bisa ditingkatkan. Media Animasi dalam pembelajaran yang digunakan baik pada penjelasan konsep maupun contoh-contoh, selain berupa animasi statis auto-run atau diaktifkan melalui tombol,juga bisa berupa animasi interaktif dimana pengguna (siswa) diberi kemungkinan berperan aktif dengan merubah nilai atau
posisi
bagian tertentu
dari animasi
tersebut. Urutan
kegiatan belajarnya dapat meliputi: melihat contoh, mengerjakan soal latihan, menerima informasi, meminta penjelasan, dan mengerjakan soal/evaluasi. Ada beberapa kelebihan dari penggunaan media animasi dalam pembelajaran seperti yang dikutip dari Tri Macoalo diantaranya: 1.
Media Animasi dalam pembelajaran mampu menyampaikansesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik.
2.
Media Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah.Animasi mampu
menyampaikan
suatu
pesan
dengan lebih
baik dibandingpenggunaan
mediayanglain. 3.
Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran secara maya.
2.4 Teknologi Informasi Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. 13 13
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode Pelaksanaan 3.1.1
Kerangka Pemecahan Masalah Usulan kegiatan P2M ini diinisiasi oleh adanya kebutuhan para guru sendiri untuk
mendapatkan pelatihan pengembangan media pembelajaran bahasa Jepang berbasis TI dan praktek-praktek pembelajaran bahasa pada era digital. Terdapat kesadaran dari guru akan kurangnya wawasan dan keterampilan—terutama tekait TI—untuk dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tuntutan era digital. Oleh karena itu, pelatihan ini harus mampu menghadirkan dua hal: pemberian informasi dan wawasan terkini terkait dengan pengelolaan, TI, dan model pembelajaran sesuai perkembangan terkini, dan praktek dalam hal keterampilan-keterampilan yang diperlukan terkait dengan upaya menciptakan media pembelajaran bahasa Jepang yang berbasis TI. Berdasarkan pertimbangan ini, maka kegiatan P2M yang diusulkan ini akan dilakukan dalam
bentuk
workshop
karena
metode
ini
menggabungkan
pemaparan
teoritis,
sharing/diskusi multiarah (narasumber-peserta dan antarpeserta), serta praktek/kinerja langsung. Pada saat diskusi, tidak hanya narasumber yang melakukan sharing atas pengetahuan dan praktek aplikasi, tetapi hal yang sama akan juga diharapkan dari para peserta, sehingga diharapkan berbagai masalah aktual akan muncul ke permukaan dari praktek para guru ini untuk kemudian dijadikan dasar dalam melatih pembuatan media pembelajaran bahasa Jepang sesuai tuntutan era digital. 3.1.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode workshop, dengan melalui langkahlangkah sebagai berikut. 1. Penyajian makalah oleh 5orang narasumber yang ahli di bidang Teknologi Informasi, dan yang memahami konten bahasa Jepang dan kejepangan. a. Putu Dewi Merlyna, M.Hum, merupakan dosen Bahasa Jepang yang akan memaparkan mengenai pentingnya penggunaan teknologi informasi
dalam
proses pembelajaran Bahasa Jepang. b. Gede Satya Hermawan, M.Si, merupakan dosen Bahasa Jepang yang akan memaparkan
kaitan
teknologi 14 14
informasi
dengan
penyediaan
media
pembelajaran
yang
kontekstual
berbantuan
kamera
sesuai
dengan
pembelajaran inovatif menurut The Japan Foundation yang diberi judul JF Can-Do. c. Dr. Made Hery Santosa merupakan pakar TI dari Jurusan S1 Bahasa Inggris, akan memaparkan mengenai CSM (Cartun Story Maker). d. Putu Ngurah Wage Myartawan, M.Pd, merupakan dosen ICT pada jurusan S1 Pendidikan Bahasa Inggris yang akan membawakan materi mengenai Wonder Share. e. Made Sukadana, merupakan alumni jurusan PTI yang akan membagi tips dan trik membuat aplikasi latihan kosakata yang dapat diunduh untuk digunakan pada android. 2.
Diskusi terkait sajian teoritis narasumber. Pada tahap ini guru-guru peserta bisa
mendiskusikan aspek-aspek teoritis dari topik yang disajikan narasumber. 3. Praktek pembuatan media pembelajaran bahasa Jepang berbasis TI. Melalui panduan dan bimbingan narasumber dan fasilitator lain (dosen pelaksana kegiatan), para peserta berlatih membuat media pembelajaran bahasa Jepang seperti penggunaan aplikasi CSM ataupun wonder share. Kegiatan ini dilakukan dalam 4 kelompok yang terdiri atas 10-11 peserta. 4.
Presentasi hasil kegiatan (unjuk media pembelajaran bahasa Jepang) secara
kelompok. Presentasi dilakukan dengan menunjukkan proses pembuatan media animasi. Secara singkat, kelompok yang ditunjuk juga akan menceritakan dan media
menampilkan
yang telah dibuat serta pemanfaatan media tersebut dalam 1 tema atau materi
pembelajaran. 5. Diskusi presentasi hasil. Pada tahap ini, kelompok yang telah mempresentasikan hasil kegiatannya mendapatkan tanggapan dari peserta lainnya untuk mendapatkan masukan perbaikan terhadap media yang telah dirancangnya. 6. Wakil dari satuatau dua kelompok dengan media animasi terbaik akan diminta untuk memberikan model mengajar menggunakan media yang mereka buat dalam format micro-teaching selama 5-7 menit. 7. Masukan dari peserta dan narasumber tentang pelaksanaan micro-teaching. 8. Pendampingan selama 5 hari (langsung atau online). 15 15
9. Penyimpulan serta pengumpulan hasil kinerja. 3.2 Rancangan Evaluasi Evaluasi dilakukan terhadap aspek pelaksanaan kegiatan itu sendiri dan ketercapaian tujuan kegiatan P2M ini. Dari segi pelaksanaan, meminta pendapat peserta mengenai keefektifan dan kebermanfaatan kegiatan P2M bagi mereka, dan informasi ini digali melalui pemberian kuesioner. Kuesioner diberikan pada tabel 2. Tabel 2 Kuesioner untuk Peserta
NO
RESPON
PERNYATAAN 5
1
5
Pelatihan ini mampu menambah wawasan/keterampilan saya dalam membuat media pembelajaran Bahasa Jepang berbasis TI Pelatihan ini mampu menambah wawasan/keterampilan saya dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis TI Pelatihan ini mempunyai manfaat praktis bagi saya Materi yang disajikan up to date/baru sesuai isu terkini Penyajian menarik/tidak membosankan
6
Penyajian materi bervariasi
7
Pelatihan menyasar/melibatkan semua peserta
8
Informasi/materi yang disajikan narasumber jelas Kegiatan pelatihan sesuai dengan tujuannya
2
3 4
9 10
13
Feedback dari narasumber/fasilTIator memuaskan Saya merasa yakin mengalami peningkatan kompetensi sesuai dengan tujuan kegiatan Alat bantu/ICT memadai dan membantu pelaksanaan kegiatan pelatihan Konsumsi memadai
14
Kapasitas ruang pelatihan memadai
11 12
16 16
4
3
2
1
15
Saya rasa perlu tindak lanjut dari kegiatan ini di masa mendatang Tabel 2 menunjukkan bahwa masing-masing item kuesioner memberikan 5 alternatif
jawaban yang disusun dalam skala Lickert dari 1 sampai 5. Hasil kuesioner akan bermanfaat sebagai masukan bagi pelaksanaan pelatihan sejenis di masa mendatang. Terkait tujuan kegiatan, ada dua aspek yang dinilai, yaitu kualitas media pembelajaran bahasa Jepang yang dihasilkan. Penilaian akan diberikan oleh seorang dosen berpengalaman pada bidang TI dari Undiksha. Passing grade untuk tiap item yang dinilai adalah skor 3. Matriks evaluasi diberikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Kisi-Kisi Evaluasi Berdasarkan Tujuan Kegiatan P2M Aspek Media
Kriteria berbasis
TI dihasilkan
yang
1
- Media pembelajaran bahasa Jepang yang dibuat sesuai dengan materi yang ingin dijelaskan - Media yang dihasilkan cocok untuk anak-anak SMA - Tampilan media pelajaran menarik (ada suara, warna) - Keefektifan desain media - Ketepatan bahasa - Kegiatan bervariasi (lagu, game, dll.) - Materi kontekstual - Quiz/evaluasi yang berhubungan dengan media cocok untuk anak SMA
17 17
2
3
4
5
BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) berupa pelatihan pembuatan media pembelajaran bahasa Jepang berbasis TI bagi guru-guru bahasa Jepang se-Kabupaten Buleleng ini dilaksanakan selama 4 hari, yang terbagi menjadi dua termin. Pertama adalah kegiatan pelatihan (workshop) yang dilaksanakan selama dua hari, yakni pada hari Rabu dan Kamis, yakni pada tanggal 3-4 Juni 2015. Pelatihan yang kedua (pendampingan tatap muka) dilaksanakan pada tanggal Senin-Selasa, tanggal 8 Juni -9 Juni 2015. Namun peserta masih akan mendapat pendampingan lewat online antara tanggal 8 Juni hingga 8 Juli 2015. Seluruh kegiatan pelatihan dilaksanakan di Ruang Seminar Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha, di Jalan Ahmad Yani No.67. 4.2 Peserta Pelatihan Kegiatan pelatihan ini dihadiri oleh 44 orang guru, yang mewakili seluruh wilayah Kabupaten Buleleng dari wilayah timur, yaitu Tejakula sampai Gerokgak. SMA yang mengirimkan gurunya sebagai peserta pelatihan adalah SMAN 1 Singaraja, SMAN 2 Singaraja, SMAN 3 Singaraja, SMAN 4 Singaraja, SMA Lab Undiksha, SMA Saraswati, SMAN 1 Sukasada, SMAN 1 Sawan, SMAN 1 Banjar, SMAN 2 Banjar, SMAN 1 Busungbiu, SMAN 2 Busungbiu, SMAN 1 Seririt, SMA PGRI Seririt, SMA Saraswati Seririt, SMAN 1 Gerokgak, SMAN 2 Gerokgak, SMAN 1 Kabutambahan, SMAN 1 Tejakula, SMAN 2 Tejakula, SMA Candimas Pancasari, SMA Bali Mandara, SMA Karya Wisata, dan SMA Kesehatan Widya Usadha.
4.3 Kegiatan Pelatihan dan Narasumber Pelatihan yang diselenggarakan mengambil tema “Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis TI bagi Guru-Guru SMA se-Kabupaten Buleleng”. Setelah pelatihan, para
peserta
diberikan
tugas/tagihan
berupa
mengembangkan
dokumen
rencana
pengembangan media pembelajaran bahasa Jepang untuk satu semester. Di samping itu, peserta secara individu juga diminta membuat minimal 3 set materi ajar dengan menggunakan
program
Wonder
share 18 18
Quiz
Creator
ataupun
CSM.
Pembimbingan/pendampingan dilakukan antara tanggal 8Juli sampai dengan 8 Agustus 2015, baik melalui e-mail maupun melalui tatap muka dengan narasumber. Tanggal 9 Agustusadalah batas akhir pengumpulan semua tagihan yang harus disetor langsung kepada panitia atau melalui email. Sertifikat akan diberikan jika para peserta memenuhi semua tagihan tersebut. Di akhir pelatihan, peserta diminta mengumpulkan kuesioner untuk meminta tanggapan mereka terkait pelaksanaan pelatihan yang mereka ikuti. Pelatihan pembuatan media pembelajaran bahasa Jepang ini menghadirkan 5 orang narasumber. Narasumber pertama adalah Putu Dewi Merlyna,M.Hum Hermawan,M.Si
dan Gede Satya
dari Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Undiksha yang membawakan
materi terkait pemaparan awal tentang media pembelajaran yang dirangkaikan dengan materi penyiapan media pembelajaran yang dikembangkan oleh The Japan Foundation yang diberi nama JF-Can Do. Narasumber ketiga adalah Made Hery Santosa,Ph.D yang membawakan materi mengenai CSM. Narasumber keempat yaitu Putu Ngurah Wage Myartawan, M.Pd yang membawakan materi tentang wonder shareQuiz creator. Narasumber kelima Made Sukadana merupakan alumni PTI yang mengembangkan aplikasi DEKICHAU untuk android. Tim dari sekolah dengan hasil kinerja terbaik akan mendapatkan kenang-kenangan berupa flashdisk 16 GB dari pelaksana P2M untuk membuat peserta menjadi lebih termotivasi.
4.4 Hasil Kegiatan Pelatihan Pelatihan menargetkan para peserta bisa membuat media pembelajaran bahasa Jepang dengan CSM serta membuat soal dengan aplikasi wondershare. Selain itu, para peserta juga ditargetkan bisa menghasilkan materi ajar dengan menggunakan software yang dilatihkan dan mengemasnya secara online. Dari segi kemahiran penggunaan teknologi, nampak terdapat dua kelompok peserta. Pertama, peserta yang merupakan guru generasi muda yang lebih melek menggunakan software yang dilatihkan dalam pelatihan mengembangkan media pembelajaran. Kelompok kedua adalah mereka yang sudah senior dari segi usia yang mengalami banyak kesulitan dalam latihan penggunaan teknologi edukatif tersebut karena kurang mahir dengan teknologi. Akhirnya narasumber memilih software yang paling sederhana di antara yang direncanakan dilatihkan sehingga kelompok yang kedua ini bisa dengan mudah mengikuti pelatihan. Secara umum dari segi keterampilan membuat media pembelajaran, para peserta selama pelatihan bisa membuat beberapa media dengan cukup baik. Akan tetapi, dapat disimpulkan ada semacam kultur dari sebagaian besar peserta, yakni kecenderungan untuk membuat media berdasarkan apa yang sudah ada atau yang dicontohkan. Sedikit di antara 19 19
mereka yang mampu mengembangkan media atas inisiatif mereka padahal dalam pemberian materi para narasumber sudah seaplikatif mungkin agar lebih mudah dipahami oleh peserta pelatihan. Dari segi keterampilan mengembangkan materi ajar yang disesuaikan dengan media yang dipergunakan, sebagian besar peserta sudah mampu membuat media pembelajaran bahasa Jepang sederhana, mulai dari membuat kuis Maru/Batsu, kuis pilihan ganda, kuis menjodohkan, kuis mengisi titik-titik (Fill in the Blanks), membuat materi percakapan dengan CSM. Mereka juga sebagaian besar sudah mampu membuat mediadan materi beragam dari segi keterampilan berbahasa, seperti sudah mampu membuat materi dan mediauntuk keterampilan membaca, keterampilan mendengarkan, dan keterampilan menulis dengan tuntunan (sederhana). 4.4.1 Respon Peserta terkait Keefektifan dan Kebermanfaatan Kegiatan Rekapitulasi respon ke-44 peserta terkait keefektifan dan kebermanfaatan kegiatan yang dinilai dari 4 aspek—yakni kebermanfaatan, penyajian, ketercapaian tujuan, dan fasilitas. Tabel 4 Persentase Respon Peserta Tiap Skala Item No. Skala
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
5
80.0%
67.5%
47.5%
40.0%
27.5%
42.5%
60.0%
17.5%
62.5%
52.5%
32.5%
70.0%
57.5%
4
12.5%
27.5%
47.5%
52.5%
60.0%
50.0%
37.5%
55.0%
30.0%
35.0%
55.0%
27.5%
35.0%
3
7.5%
5.0%
5.0%
7.5%
12.5%
5.0%
2.5%
15.0%
7.5%
12.5%
10.0%
2.5%
7.5%
2
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
12.5%
0.0%
0.0%
2.5%
0.0%
0.0%
1
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
2.5%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
Tabel 4 menunjukkan bahwa dalam setiap butir pernyataan dalam kuesioner, persentase respon pada skala 4 (baik) dan 5 (sangat baik) jauh lebih tinggi dari persentase respon pada skala 2 (kurang) dan 1 (sangat kurang). Dengan kata lain, respon peserta terhadap pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah positif. Aspek yang paling memuaskan adalah item no. 1 yang menanyakan tentang kebermanfaatan pelatihan dengan persentase sangat baik (5) sebanyak 80%, dilanjutkan dengan item no. 12 (alat bantu ICT) sebanyak 70%, dan no. 2 yang menyangkut kebermanfaatan untuk hal praktis sebanyak 67,5%. Yang mendapatkan persentase sangat memuaskan paling sedikit (17,5%) adalah item no. 8, walaupun terdapat 55% yang merespon
20 20
dengan katagori baik (4). Di samping itu, 12,5% lainnya merespon kurang baik (2) terhadap pertanyaan item ini. Yang menarik, pada item no. 11,55% peserta merasa yakin dan 32,5% persen sangat yakin bahwa mereka telah mengalami peningkatan kompetensi sesuai dengan tujuan pelatihan ini. Walaupun 10% masih ragu-ragu dan 2,5% kurang yakin mereka mengalami peningkatan kompetensi, bahwa mayoritas peserta merasa mengalami peningkatan kompetensi dalam pembuatan media pembelajaran berbasis TI menunjukkan dampak segera positif dari pelatihan ini. 4.4.2
Kualitas Media Pembelajaran Berbasis TI Penilaian yang dilakukan terhadap media pembelajaran bahasa Jepang berbasis TI
yang dihasilkan oleh ke-4 kelompok peserta pelatihan disajikan dalam Tabel 5. Tabel tersebut juga memberikan informasi tentang rerata nilai ke-empat kelompok dari 10 aspek yang menjadi indikator kualitas media. Tabel 5 Hasil Penilaian Media Pembelajaran Berbasis TI Kelompok ke-
Aspek Materi Bermuatan Karakter 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
2
4
4
5
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
5
4
3
3
4
4
4
4
4
Jumlah
17
18
18
16
14
17
17
14
17
17
Rerata
4.25
4.5
4.5
4
3.5
4.25
4.25
3.5
4.25
4.25
Rerata tiap aspek penilaian—yang berturut-turut meliputi pengakomodasian konten, kesesuaian dengan pebelajar, tampilan, keefektifan desain, ketepatan bahasa, variasi, kekontekstualan, kesesuaian tugas, penilaian, dan kemudahan penggunaan—sudah melebihi rerata minimal 3,0. Dengan demikian, dari segi materi pembuatan media pembelajaran berbasis TI, semua peserta telah berhasil memiliki kompetensi minimal yang ditargetkan dalam pelatihan. Aspek no 8 (asesmen), walaupun sudah memenuhi syarat minimal, merupakan item yang memiliki rerata terkecil. 4.4.3 Hasil Wawancara Secara umum hasil wawancara mendukung temuan hasil kuesioner. Dari 5 guru yang diwawancarai, seluruhnya menyatakan bahwa materi pelatihan bermanfaat bagi mereka, dan berguna secara praktis bagi tugas mereka sebagai guru, terutama karena adanya tuntutan penerapan TI secara optimal di sekolah. Dari segi fasilitas mereka menyatakan sudah sangat
21 21
memadai, baik dari segi konsumsi maupun TIK yang digunakan. Tetapi mereka juga menyatakan bahwa mereka membutuhkan pelatihan yang lebih lama untuk benar-benar bisa kompeten membuat media berbasis TI. Satu saran mereka adalah tentang keefektifan penyajian narasumber agar lebih efektif, yaitu agar kelima narasumber memperoleh waktu presentasi yang berimbang. Maksudnya agar cakupan materi tidak didominasi oleh aspek teoritis, sehingga aspek praktis mendapatkan porsi yang cukup dari dua narasumber yang lainnya. 4.4.4
Hasil Tindak Lanjut Sebagai tindak lanjut, para peserta diminta melanjutkan mengembangkan media
pembelajaran berbasis TI di luar pelatihan dengan bimbingan para narasumber. Sebagian besar peserta sangat antusias yang ditunjukkan dengan inisiatif beberapa dari mereka datang ke kampus menemui narasumber, menghubungi lewat sms, ataupun email (sedikit). Beberapa dari mereka juga ada yang meminta bantuan narasumber untuk memperoleh informasi berupa website-website yang memberikan contoh materi bahasa Jepang untuk anak-anak termasuk strategi atau langkah-langkah pembelajaran. Secara umum, para peserta sudah membuat beberapa media pembelajaran baik itu media untuk kemampuan berbicara, maupun mendengarkan, bahkan beberapa membuat lebih dari 3 set, karena hal ini memang menjadi tuntutan sekolah/dinas pendidikan. Masalah terbesar mereka adalah
menciptakan/memperoleh
sumber tentang
materi
inovatif,
keterbatasan fasilitas internet dan dana karena sebagian besar masih guru honor, keterbatasan wawasan tentang evaluasi untuk pebelajar bahasa anak-anak, serta masalah akurasi bahasa. 4.5 Pembahasan Berdasarkan hasil kuesioner dan evaluasi hasil kinerja para peserta pelatihan dalam kelompok yang berupa media pembelajaran berbasis TI, dapat disimpulkan bahwa target pelatihan pengembangan media pembelajaran berbasis TI r bagi guru-guru SMA seKabupaten Buleleng telah tercapai. Dari segi pelaksanaan pelatihan, mayoritas peserta mengungkapkan dalam kuesioner bahwa pelatihan ini dapat menambah wawasan mereka dan bermanfaat secara praktis, pelatihan disajikan secara efektif, tujuan pelatihan memenuhi target yang ditetapkan dan pelatihan diyakini mampu meningkatkan kompetensi mereka dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis TI, dan fasilitas selama pelatihan memuaskan. Hasil kuesioner didukung oleh hasil wawancara informal dengan 5 peserta yang menegaskan bahwa pelatihan ini bermanfaat praktis bagi mereka dalam optimalisasi
22 22
penggunaan TI dalam kegiatan belajar mengajar, dan bahwa mereka difasilitasi dengan baik selama pelatihan. Dari segi pencapaian kompetensi berupa pengembangan media pembelajaran berbasis TI, hasil evaluasi media pembelajaran berbasis Tiyang dibuat dalam kelompok oleh para peserta juga menunjukkan hasil yang memuaskan, dengan rerata di atas 3,0 pada masingmasing item evaluasi media pembelajaran tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa perpaduan presentasi konten pembelajaran bahasa Jepang berbasis TI
dan pengembangan
media berbasis TI, ditambah dengan scaffolding selama para peserta berkarya membuat media, efektif membantu peserta pelatihan meningkatkan kompetensinya dalam hal mengembangkan media pembelajaran berbasis TI. Demikian karena para peserta, pertama memperoleh wawasan tentang pentingnya media dalam pembelajaran,dan pembuatan media dari narasumber, dan kemudian selama latihan, mereka secara penuh mendapatkan bantuan dari narasumber. Penempatan peserta dalam kelompok yang terdiri dari 10 orang juga memiliki peranan yang penting untuk mengefektifkan proses pelatihan, karena selama pelatihan nampak para guru saling berbagi mengenai permasalahan yang mereka hadapi, misalnya dalam menentukan konten apa yang akan dituangkan dalam pembuatan media pembelajaran tersebut. Hasil wawancara juga mengungkapkan bahwa para guru menginginkan pelatihan yang lebih lama agar mereka bisa secara lebih mantap dapat mengembangkan media pembelajaran bahasa Jepang berbasis TI. Hal ini beralasan karena workshop umumnya berlangsung selama satu sampai tiga hari, sedangkan masalah di lapangan begitu dinamis sesuai dengan konteks dan keterbatasan yang dihadapi oleh guru-guru. Pendapat guru-guru ini mengimplikasikan bahwa kemungkinan kegiatan pendampingan dalam kegiatan sejenis (P2M) dapat memberikan dampak yang lebih besar dalam membantu guru mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya di lapangan. Sementara masukan berupa pengalokasian waktu yang lebih banyak untuk penyajian makalah yang bermuatan praktis daripada yang teoritis merupakan masukan yang positif untuk kegiatan sejenis di masa mendatang. Sementara itu, pembimbingan sebagai follow up kegiatan pelatihan nampak bisa memfasilitasi guru terkait dengan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh selama pelatihan sekaligus sebagai enrichment. Pengayaan di sini tidak hanya terkait dengan penerapan media yang telah dihasilkan dalam proses pembelajaran, tetapi juga tentang hal-hal lain seperti konsultasi mengenai sumber-sumber materi bahasa Jepang online 23 23
dan strategi pembelajaran inovatif. Penggunaan handphone melalui sms dan penggunaan email sebagai TIK ternyata bisa menjadi alternatif untuk pengembangan profesionalisme guru sebagaimana telah dilakukan oleh narasumber dan peserta pelatihan ini selama pembimbingan sebagai aktivitas follow up. Foto bersama dengan para peserta hari pertama dan kedua.
Foto Sajian Nara Sumber
24 24
Foto Presentasi dari kelompok-kelompok pada saat pelaksanaan workshop hari pertama dan kedua.
25 25
26
27
BAB V SIMPULAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil kegiatan dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan hal-hal berikut. 1. Kegiatan
pelatihan
yang
mengkombinasikan
sajian
makalah
dan
scaffoldingselama praktek oleh peserta mendapatkan respon positif dari para peserta pelatihan. 2. Kegiatan pelatihan ini dapat membantu para peserta mampu mengembangkan media pembelajaran bahasa Jepang berbasis TI dengan baik. 3. Pendampingan dengan kombinasi face-to-face dan melalui handphone (sms) dan email setelah pelatihan sebagai follow up bisa berfungsi sebagai enrichment bagi para peserta pelatihan dalam upaya peningkatan profesionalismenya. 5.2 Saran Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian dan pembahasan pada bab sebelumnya, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan, antara lain: 1. Berdasarkan wawancara dengan beberapa peserta, kegiatan P2M sejenis yang bermaksud melatih keterampilan tertentu kepada para guru sebaiknya dilakukan melalui pendampingan karena peningkatan kompetensi tidak bisa dilakukan dalam satu atau dua hari workshop. 2. Dari wawancara juga diungkap bahwa para guru lebih menghendaki hal-hal praktis lebih banyak daripada teori. Dengan demikian pelatihan sejenis di masa mendatang seyogyanya lebih memberi penekanan pada unsur praktek disertai banyak contoh-contoh nyata sesuai dengan tema pelatihan. Hal ini beralasan karena profesionalism development ada intinya adalah bagaimana memperkecil gap antara teori dan praktek, bukan berkiblat pada teori.
28 28
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar(2007) Media Pembelajaran, Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Krashen, S. (1995).Second Language AcquisTIion and Seconda Language Learning.Oxford: Pergamon Press. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM). 2012. Panduan Usulan Proposal P2M dan DIPA Undiksha Tahun 2012. Singaraja: Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, UniversTIas Pendidikan Ganesha. Sadiman, Arief. S. 1984.Media Pendidikan.Jakarta: Rajawali
29 29