Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN 3 TONJA TAHUN AJARAN 2014 / 2015 Putu Dewi Ariestuti¹,I Wayan Darsana², Rini Kristiantari³ 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email :
[email protected]¹,
[email protected]²,
[email protected]³ Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN 3 Tonja tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 3 Tonja Tahun Ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 39 orang siswa. Data penelitian tentang hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan metode tes dan metode observasi. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil pencatatan kegiatan sebelum tindakan atau pra siklus PTK diperoleh rata – rata keaktifan belajar siswa 6,97 dengan persentase 34,85 yang tergolong kurang aktif. Dan ketuntasan belajar ada pada 41,03% yang tergolong belum tuntas. Hasil analisis data menunjukkan rata-rata keaktifan belajar IPA pada siklus I X = 10,27 berada pada kriteria cukup aktif dan mengalami peningkatan sebesar 4,14 pada siklus II menjadi X = 14,41 tergolong pada kriteria aktif. Dan hasil belajar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 10,00 % yaitu pada siklus I hasil belajar siswa 70,30 % dan pada siklus II mencapai 80,30 % yang berada pada kriteria tinggi. Ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan sebesar 23,08 % yaitu pada siklus I dari 76,92% menjadi 100% sehingga kriteria keberhasilan yang ditetapkan sudah tercapai. Jadi, simpulan dari penelitian ini adalah melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas VI SDN 3 Tonja Tahun Ajaran 2014/2015. Kata kunci : pendekatan pembelajaran CTL, keaktifan, dan hasil belajar.
Abstract This study aims to improve the activity and student learning outcomes through the implementation of the IPA approach Contextual Teaching and Learning (CTL) activity and results to improve science learning SDN sixth grade students in academic year 2014/2015 3 Tonja. This study uses classroom action research was conducted in two cycles. The subjects were students of class VI 3 Tonja SDN Academic Year 2014/2015 which consisted of 39 students. The research data on learning outcomes was collected using test methods and methods of observation. Data were analyzed using descriptive statistics and quantitative descriptive analysis method. Recording the results of actions or events before PTK obtained pre-cycle average - average students' learning activeness 6.97 with 34.85 percentage are classified as less active. And mastery learning there at 41.03% which are not yet completed. The results showed an average activity of learning science in the first cycle = 10.27 are the criteria quite active and increased by 4.14 in the second cycle = 14.41 classified
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) into the active criteria. And learning outcomes has increased from the first cycle to the second cycle of 10.00% which is in the first cycle of student learning outcomes and 70.30% in the second cycle reaches 80.30%, which is at the high criteria. Classical completeness also increased by 23.08% ie in the first cycle of 76.92% to 100% so that the defined success criteria have been achieved. Thus, the conclusion from this study is through Implementation Approach Contextual Teaching and Learning (CTL) can Increase Motivation and Learning Outcomes in Class VI IPA 3 Tonja SDN Academic Year 2014/2015. Keywords: learning approach CTL, liveliness, and learning outcomes.
PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, yaitu untuk tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya masing-masing. Oleh karena itu, pendidikan harus dikemas lebih kreatif dan inovatif agar mampu membelajarkan siswa. Pembelajaran dalam pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh dan tidak hanya berupa kegiatan intruksional (pengajaran). Akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap siswa secara pribadi mendapat layanan sehingga dapat menjadi pribadi yang optimal. Sampai saat ini banyak sekali persoalan pendidikan yang terjadi di Negara kita, salah satunya adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap satuan pendidikan dan khususnya pada pendidikan dasar. Berbagai cara telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, mulai dari melakukan pelatihan daya pengajar yang professional hingga penyempurnaan kurikulum secara periodik, sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan manajemen sekolah. Tetapi hingga saat ini peningkatan yang diinginkan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Salah satunya yaitu pada pelajaran IPA. IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam, sehingga IPA juga diajarkan untuk siswa SD untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan nasional (Nurhadi, 2003: 1). Manusia selalu mengembangkan pengetahuannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Liang Gie (dalam Pengembangan IPA SD, 2007: 13), pengetahuan pada dasarnya adalah seluruh keterangan dan gagasan yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang dibuat mengenai sesuatu gejala atau peristiwa baik yang bersifat ilmiah, sosial maupun keorangan. Untuk mewujudkan kualitas pendidikan di sekolah dasar harus disesuaikan dengan perkembangannya. Sehingga siswa masih menggunakan pola pikir yang kongkrit, maka dalam proses pembelajaran yang abstrak harus dibantu agar menjadi lebih kongkrit. Hal ini berarti bahwa strategi pembelajaran IPA haruslah sesuai dengan perkembangan intelektual tingkat berfikir anak, sehingga diharapkan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar itu lebih efektif dan menyenangkan. Pembelajaran IPA di SD merupakan sarana yang tepat untuk mempersiapkan para siswa agar dapat memperoleh pengetahuan-pengetahuan yang baru sehingga apa yang mereka peroleh dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi pada kenyataannya keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mempelajari konsep-konsep dalam IPA tidak sesuai harapan guru, hal ini dikarenakan anggapan bahwa pengetahuan itu bisa ditransfer dari pikiran seseorang ke pikiran orang lain, sehingga guru yang aktif dalam pembelajaran untuk memindahkan pengetahuan yang dimilikinya seperti mesin, mereka mendengar, mencatat dan mengerjakan tugas yang diberikan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) guru, sehingga pembelajaran dan pemahaman yang dicapai siswa bersifat instrumental. Selain itu penyebab rendahnya keaktifan dan hasil belajar IPA yaitu dalam penyampaian pelajaran IPA hanya menggunakan metode ceramah yang mungkin dianggap para guru adalah metode paling praktis, mudah, dan efisien dilaksanakan tanpa persiapan. Pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah mempersulit siswa memahami konsep dalam pelajaran IPA. Jadi siswa tidak bisa menerima pelajaran yang telah diberikan gurunya sehingga tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA kurang dari yang diharapkan. Demikian juga pembelajaran IPA di SD Negeri 3 Tonja kurang maksimal karena pembelajarannya masih tradisional dimana siswa hanya menerima informasi secara pasif dan pembelajarannya tidak memperhatikan pengalaman siswa. Berdasarkan nilai ulangan mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan perubahan benda, data yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 3 Tonja Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2014/2015 masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 65. Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran IPA perlu diperbaiki guna peningkatan kualitas hasil pendidikan, maka peneliti ingin berusaha meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa (materi perkembangbiakan mahluk hidup) pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Tonja Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Mengingat pentingnya pelajaran IPA, maka usaha yang harus dilakukan yaitu dengan membenahi proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran dengan konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Selain itu juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari - hari. Untuk mewujudkan itu salah satu caranya adalah dengan Penerapan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengambil judul Penelitian Tindakan Kelas “Penerapan Pendekatan CTL Dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Tonja Tahun Ajaran 2014/2015” METODE CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.”(Bandono, 2008) Blanchard, 2001 (dalam Trianto, 2007:101) Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja. Sanjaya (2006:109) menyatakan bahwa, ”Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.” Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Siswa menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru. Dan selanjutnya siswa memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks di luar sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks, baik secara mandiri maupun dengan berbagai kombinasi dan strukturs kelompok. Jadi jelaslah bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang didalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka. ”Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assesment)” (Trianto, 2007:106) Menurut Depdiknas (dalam http://ipotes.wordpress.com), “untuk penerapannya, pendekatan kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic assesment)”. Dalam membuat sebuah rancangan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, ketujuh komponen yang ada pada CTL harus disertakan dalam proses kegiatan pembelajaran baik pada kegiatan awal, kegiatan inti, maupun kegiatan akhir. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 3 Tonja, yang berjumlah 39 orang siswa/siswi terdiri dari 26 orang siswa laki
– laki dan 13 orang siswa perempuan. Tempat pelaksanaan penelitian tindakan di kelas VI SDN 3 Tonja, Kecamatan Denpasar Utara, Provinsi Bali. Penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dimana penelitian tindakan keras merupakan suatu penelitian yang bertujuan meneliti kurikulum, pengembangan sekolah, hasil belajar siswa, proses pembelajaran maupun kompetensi para pendidiknya. Selain itu Harjodipuro dalam (Tatang, 2008) mengatakan bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau untuk mengubahnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam suatu siklus, yang terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, evaluasi/observasi (pengamatan), dan refleksi. Adapun Prosedur pelaksanaan PTK dapat digambarkan, seperti di bawah ini: 1.merencanakan tindakan
4. melakukan refleksi
2.melakukan tindakan
3. mengamati / observasi
(Diadaptasi dari Model Wardani, 2004:2) Untuk mengumpulkan data, dalam penelitian ini menggunakan metode tes hasil belajar dan lembar observasi.Teknik pengumpulan data melalui tes digunakan untuk menghimpun data tentang hasil belajar. Tes merupakan suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain dengan nilai standar yang ditetapkan (Nurkancana, 2009). Dalam penelitian ini metode tes digunakan pada setiap akhir pembelajaran dengan menggunakan tes hasil belajar untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan pendekatan pembelajaran CTL. Sedangkan teknik pengumpulan data melalui observasi (pengamatan) digunakan untuk menghimpun data tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Cartwright (dalam Nurkancana, 2009), observasi merupakan proses pengamatan secara sistematis dengan melakukan perekaman terhadap perilaku tertentu untuk tujuan pembuatan keputusan-keputusanpengajaran. Dalam penelitian ini aspek yang diobservasi adalah keaktifan belajar siswa mengenai kerjasama, bertanya, menjawab, dan mengemukakan ide. Untuk mendapatkan data yang akurat perlu disusun suatu instrumen yang valid. "Instrumen yang valid adalah instrumen yang mampu dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur" (Arikunto, 2008:127). Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau content validity. Pemilihan validitas isi berdasarkan pendapat Sugiyono (2004:137) yang menyatakan, "jika instrumen yang digunakan dianggap cukup mencakup topik yang sudah didefinisikan sebagai dimensi dan elemen yang menggambarkan konsepnya, dan instrumen ini biasanya menggunakan judgement ahli (panel evaluation)". Oleh karena itu, validitas data dari instrumen yang digunakan untuk mengukur keaktifan dan hasil belajar adalah melalui kisi-kisi soal dan keaktifan belajar siswa. Data yang telah dikumpulkan baik skor keaktifan maupun skor hasil belajar siswa, akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Nurkancana dan Sunartana (1992:100), data keaktifan belajar siswa dianalisis secara deskriptif. Kriteria penggolongan disusun
berdasarkan mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI).Rumus yang digunakan adalah:MI = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal), SDI = 1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal) Untuk skor rata-rata keaktifan belajar dicari dengan rumus (Sudjana, 2004:109).
X
X N
dengan: X =Skor rata-rata keaktifan belajar siswa ∑X=jumlah seluruh skor N=jumlah siswa Pedoman observasi keaktifan belajar siswa berisikan 20 indikator.Masingmasing indikator memiliki skor maksimum 1 dan skor minimum 0. Skor tersebut akan diakumulasikan selama dua pertemuan untuk masing-masing siklus, sehingga didapat skor maksimum ideal adalah 20 dan skor minimum ideal adalah 0. Dengan demikian nilai dari MI dan SDI dapat dihitung pada penelitian ini adalah: MI = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)= ½ (20 +0) = 10 SDI=1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal)= 1/6 (20 – 0) = 3,33 Pedoman penggolongan keaktifan belajar siswa terlihat seperti Tabel berikut. Tabel 3.1 Kriteria Keaktifan Belajar Siswa Penggolongan X ≥ 14,95 11,65 ≤ X <14,95 8,35 ≤ X < 11,65 5,05≤ X < 8,35 X < 5,05
Kategori Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif
Data hasil belajar IPA dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. (1)Menghitung Mean (ratarata). Untuk menghitung rata-rata secara klasikal hasil belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut.
X M= N (Agung, 2005:95). Dimana M = Mean (rata-rata, ∑X = Jumlah skor yang diperoleh siswa dan N = Banyaknya siswa.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) (2)Menentukan persentase tingkat hasil belajar siswa. Untuk menentukan persentase tingkat hasil belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut.
M M%= SMI x100%
(Agung, 2005:96) M% adalah rata-rata persen adalah Mean (Skor yang dicapai siswa secara keseluruhan)danSMI=Skormaksimal ideal.(3)Untukmenghitung/menentukan ketuntasan belajar, mengacu pada buku pedoman pelaksanaan kurikulum n 65 tingkat satuan pendidikan.KB = N x 100%.Keterangan:KB=Ketuntasan Belajar. n ≥ 65 = Banyak siswa yang memperoleh nilai 65 dan di atas nilai 65 (KKM Matematika kelas IV adalah 65). N =Jumlah Siswa. Untuk hasil belajar setelah mendapatkan nilai rata-rata, maka hasilnya dikonversikan ke dalam pedoman konversi seperti terlihat pada Tabelberikut. Tabel 3.2 Persentase Hasil Belajar Siswa Kriteria Hasil Belajar Matematika 1 91 - 100 Sangat Tinggi 2 80 – 90 Tinggi 3 65 - 79 Sedang 4 55 – 64 Rendah 5 0 - 54 Sangat Rendah Sumber : Agung (2005:98) Adapun kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini (1) terjadi peningkatan persentase keaktifan belajar siswa dalam pelajaran matematika melalui penerapan pembelajaran CTL pada kategori aktif atau sangat aktif pada akhir siklus dalam penelitian ini. (2) Terjadi peningkatan hasil belajar tiap siswa yang mencapai nilai ≥ 65 sesuai tuntutan KKM yang ditetapkan oleh sekolah dengan persentase ketuntasan klasikal berada pada ≥ 85%. No
Persentase
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Hasil pencatatan menunjukkan bahwa pada bulan pertama di awal
semester I tahun pelajaran 2014/2015 ditemukan masalah mengenai keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang masih rendah. Hasil pencatatan kegiatan sebelum tindakan atau pra siklus PTK diperoleh bahwa rata – rata keaktifan belajar siswa X = 6,97 berada pada kategori kurang aktif, dan hasil belajar siswa belum mencapai KKM dengan ketuntasan belajar 41,03 yang masih tergolong sedang. Kemudian pada siklus I diperoleh data bahwa keaktifan belajar matematika siswa pada siklus ini adalah X = 10,27 dapat digolongkan dalam kategori cukup aktif. Data hasil belajar siswa diperoleh dari tes yang dilaksanakan pada akhir siklus. Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar matematika siswa dilakukan dengan memberikan tes berjumlah 10 butir soal uraian. Bobot skor pada masingmasing soal adalah 2, sehingga skor maksimal ideal yang diperoleh adalah 20. Setelah pemberian tes terhadap 39 orang siswa kelas VI SDN 3 Tonja, diperoleh data yaitu rata-rata (mean) hasil belajar siswa kelas VI dalam mata pelajaran IPA adalah 70,30 dengan persentase rata-rata hasil belajar siswa kelas VI dalam mata pelajaran IPA pada siklus I adalah 70,30% dan hasil persentase ketuntasan belajar tersebut, secara klasikal penerapan pendekatan pembelajaran CTL pada siswa kelas VI SDN 3 Tonja belum dikatakan berhasil karena 30 orang siswa atau 76,92% dari jumlah siswa mengikuti tes memperoleh skor 65 keatas.
Selanjutnya pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan yaitu keaktifan belajar IPA siswa pada siklus II adalah X = 14,41 dapat digolongkan dalam kategori aktif. Dan rata-rata (mean) hasil belajar siswa kelas IVB dalam mata pelajaran IPA pada siklus ini adalah 80,30 dengan persentase rata-rata hasil belajar siswa kelas VI dalam mata pelajaran IPA adalah 80,30% serta persentase ketuntasan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) klasikal yaitu 100 % sehingga penerapan pendekatan pembelajaran CTL pada siswa kelas VI SDN 3 Tonja dapat dikatakan berhasil karena 39 orang siswa atau 100% dari jumlah siswa mengikuti tes memperoleh skor 65 keatas. Sesuai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, penerapan pendekatan pembelajaran CTL ini sudah dapat dikatakan berhasil. Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas terlebih dahulu dilaksanakan observasi awal terhadap kondisi dan situasi pembelajaran IPA untuk melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA serta tes awal untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa. Setelah dilaksanakan observasi dan tes awal, diketahui bahwa keaktifan belajar IPA siswa menunjukkan siswa yang berada pada kategori sangat aktif tidak ada (0%), kategori aktif tidak ada (0%), kategori cukup aktif sebanyak 14 orang siswa (35,90%), kategori kurang aktif 11 orang siswa (28,20%), dan kategori sangat kurang aktif 14 orang siswa (35,90%). Secara klasikal keaktifan belajar IPA siswa mencapai X = 6,92 dengan kategori kurang aktif. Persentase rata-rata skor hasil belajar IPA 60,00% pada kategori rendah dengan ketuntasan belajar klasikal 41,03%. Pada siklus I peneliti terlebih dahulu mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam kegiatan penelitian, seperti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa, menyusun rencana pelaksaan pembelajaran (RPP), membuat media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa, membuat lembar kerja siswa, menyusun alat evaluasi pembelajaran untuk mengukur hasil belajar berupa tes uraian. Kegiatan tersebut peneliti lakukan pada tahap perencanaan. Setelah tahap perencanaan selesai, selanjutnya peneliti melakukan tahap pelaksanaan tindakan, evaluasi/observasi dan refleksi.
Hasil observasi dan refleksi pada siklus I siswa masih kesulitan dalam melaksanakan kegiatan belajar (diskusi) secara berkelompok karena kecerdasan mereka berbeda-beda, kebanyakan dari siswa kurang aktif membuat pertanyaan dan hanya mendengarkan ceramah dari guru. beberapa siswa terlihat tidak bersemangat dan perhatian mereka kurang fokus dalam kegiatan pembelajaran. Siswa juga masih kurang berani dalam membacakan hasil temuan yang telah dibuatnya ke depan kelas karena kurang percaya diri. Masih ada beberapa siswa yang hasil belajarnya belum memenuhi KKM yang ditetapkan di SD Negeri 3 Tonja yaitu 65. Ketuntasan belajar secara klasikal juga belum mencapai kriteria yang ditetapkan yaitu ≥ 85% Rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar X = 10,27. Keaktifan belajar siswa pada siklus I secara klasikal mencapai kriteria cukup aktif . Hasil yang diperoleh tersebut masih di bawah kriteria pencapaian yaitu pada kategori aktif. Persentase rata – rata skor hasil belajar IPA siswa pada siklus I sebesar 70,30% berada pada kategori sedang, dengan kentutasan belajar siswa sebesar 76,92%. Hasil yang diperoleh tersebut masih di bawah kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Dari refleksi tersebut, masih ada beberapa siswa yang mencapai nilai dibawah KKM dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal masih belum dapat mencapai kriteria keberhasilan yang ingin dicapai peneliti, sehingga peneliti melanjutkan ke siklus II. Tahap perencanaan siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I, kemudian dilakukan perbaikan dengan tidak mengubah substansi seperti pada perencanaan siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II sebagai persiapan dalam tahap perencanaan adalah melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pendekatan pembelaja-
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) ran CTL, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan media pembelajaran, membuat Lembar Kerja Siswa serta menyiapkan instrument penelitian berupa pedoman observasi untuk menilai keaktifan belajar dan tes uraian untuk mengetahui hasil belajar siswa serta cara penskorannya. Dalam tahap pelaksanaan Siklus II, rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus II sebesar X = 14,41. Keaktifan belajar siswa pada siklus II secara klasikal sudah mencapai kriteria aktif. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan telah terjadi peningkatan keaktifan belajar pada siklus II sebesar 4,14. Dengan demikian keaktifan belajar siswa kelas VI SD Negeri 3 Tonja telah mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan oleh peneliti. Persentase rata-rata skor hasil belajar siswa pada siklus II secara klasikal sebesar 80,30%. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan telah terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus II sebesar 10,00%. Ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan sebesar 23,08% menjadi 100%. Dengan demikian hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 3 Tonja telah mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan oleh peneliti. Hasil observasi dan refleksi pada siklus II menunjukkan bahwa keaktifan siswa dan kerjasama siswa dalam kelompok sudah baik. Siswa mau menghargai pendapat orang lain, mau bekerja dalam kelompok dan memiliki rasa tanggungjawab untuk tugas yang mereka kerjakan di kelompok atau individu serta memiliki semangat kerjasama dalam kelompok setelah mendapatkan bimbingan dari peneliti. Penelitian dihentikan pada siklus II karena pada siklus II peneliti telah memperoleh data bahwa keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa mencapai kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan melalui penerapan pendekatan pembelajaran CTL dalam proses pembelajaran IPA kelas VI SD Negeri 3 Tonja tahun pelajaran
2014/2015 yaitu siswa telah mencapai KKM. Kendala-kendala yang dihadapi peneliti pada pelaksanaan siklus I secara umum sudah tidak tampak pada siklus II. Hal ini ditunjukkan dengan siswa mulai bisa melaksanakan kegiatan belajar secara berkelompok dengan bantuan temannya sebagai tutor sebaya dan tidak lagi kesulitan dalam membuat pertanyaan, sehingga siswa kelihatan aktif bertanya pada proses pembelajaran. Siswa juga sudah mampu menyampaikan dengan baik apa yang ditemukannya. Dalam membuat Keberanian siswa untuk tampil ke depan kelas sudah terlihat lebih percaya diri. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran CTL cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA di kelas VI SD Negeri 3 Tonja. Dengan diterapkannya pendekatan pembelajaran CTL , keaktifan maupun hasil belajar siswa meningkat dengan signifikan dan dapat dikategorikan tinggi. Selain itu peran guru berubah dari menjadi satusatunya sumber belajar (pembelajaran konvensional) kini menjadi motivator, fasilitator, penanya, administrator, pengarah, manager dan rewarder. Dalam penelitian ini semua kriteria yang ditetapkan telah terpenuhi dan sudah mencapai KKM yang diinginkan. Jadi, dapat peneliti simpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran CTL dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 3 Tonja Tahun Pelajaran 2014/2015. PENUTUP Dari hasil dan pembahasan penelitian di atas maka simpulan yang dapat ditarik dari penelitian tindakan kelas adalah, Terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran IPA melalui penerapan pendekatan pembelajaran CTL. Pada siswa kelas VI SDN 3 Tonja Tahun Ajaran 2014/2015. Berdasarkan data observasi yang dilakukan menunjukkan keaktifan siswa pada pra siklus secara umum berada pada
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kriteria kurang aktif yakni X = 6,97. sedangkan pada siklus I berada pada kriteria cukup aktif yakni X = 10,27 dan pada siklus II sudah mencapai kriteria aktif yakni X = 14,41. Hal ini berarti, bahwa pendekatan ini sangat baik digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPA melalui Penerapan pendekatan pembelajaran CTL. Pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Tonja Tahun Ajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari data menunjukkan persentase rata – rata skor hasil belajar IPA pada pra siklus berada pada kriteria sangat rendah yakni 60,00%, sedangkan siklus I berada pada kriteria sedang yakni 70,30% dan pada siklus II yakni sudah mencapai kriteria tinggi yaitu 80,30% dan ketuntasan klasikal mencapai100%. Penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan pada akhir siklus. Memperhatikan simpulan di atas, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran antara lain, Siswa disarankan mampu berperan aktif dan dapat mengembangkan kreatifitas dan inovasinya serta berpikir kritis dalam pemecahan masalah. Guru hendaknya menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan jenjang kelas maupun karakteristiknya sehingga dapat mendukung kebutuhan siswa untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar serta kualitas perbaikan pembelajaran sesuai dengan tujuan. Sekolah hendaknya mendukung program perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru guna menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran yang ditemukan serta meningkatkan prestasi sekolah menuju ke arah yang lebih baik. Peneliti dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas hendaknya selalu memperhatikan tahapan dalam setiap siklus kegiatan yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. gede. 2003. Konsep dan Teknik Analisis Data Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja : Jurusan Teknologi Pendidikan, FIP IKIP Negeri Singaraja. Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Jakarta : Rineka Cipta Bandono. 2008. “Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning-CTL”. Tersedia pada http://bandono.web.id/ (diakses 07 September 2010) Dalyono, Drs.M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Faizin, Mohammad Noor. 2009. “Penggunaan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif (MMI)“. Tersedia pada http://file.upi.edu/Direktori/A (diakses 10 Oktober 2010) Harjodipuro, siswojo dalam (Tatang Sunendar,2008) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jambi: Gaung Persada. Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks. Gie, Liang. 2007. “Pengembangan IPA SD”. Mulyani Sumantri dan Johan Permana. (1995 / 1999). Strategi Belajar Mengajar.Proyek PGSD Ditjen DIKTI Depdikbud. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Norsanti, Galih. 2010. “Penerapan Pendekatan Contexctual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Hubungan Struktur Bunga dan Fungsinya Pada Siswa Kelas IV SD Wonosari 01 Ngaliyan Semarang”. Tersedia pada http://momoydandelion.blogspot.com Nurhadi; Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) and
Learning / CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UMPRESS). Nurkancana & Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Prenada Media Group. Semiawan, Conny. 1992. Pendekatan Ketrampilan Proses : Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia Suasih, Kompiang. 2009. Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Pada Siswa Kelas V SDN 1 Tiyingtali Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah, Undiksha Singaraja. Sudjana, Nana dan Ahmad Rifadi. 1998. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Sugiyono. 2004. Metologi Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta Sukmadinata, Nana Syaodi., 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi CTL. Jakarta:Prestasi Pustaka. Yasa, Doantara. 2008. “Pendekatan Kontkekstual Atau Contexctual Teaching And Learning (CTL)”. Tersedia pada http://ipotes.wordpress.com, (diakses 13 September 2010)