This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
Pujangga Langit (Ismail Adhi Wibowo)
Ksatria Goblok (Turun Gunung)
Penerbit Dua Matahari
1
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
Ksatria Goblok (Turun Gunung)
Oleh: (Pujangga Langit) Copyright © 2012 by (Pujangga Langit)
Penerbit (Dua Matahari)
(
[email protected])
Desain Sampul: (Pujangga Langit)
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
Ucapan Terimakasih
Untuk para sahabat dan wanita-wanitaku tercinta
3
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
DAFTAR ISI
Lugu dan Terpesona……………………………….( 6) Kencan Pertama……………………………………(27) Waktunya Diah…………………………………….(53) Anak-Anak Kost…………………………………...(63) Anak-Anak Kelas………...…………………………(83) Santi………………………………………………….(93) ADHI………………………………………………..(112) Bahagia Yang Panik Tak Terduga……………….(119) Akal Bulus Yang Mulus…………………………...(168) DIAH……………………………………………….(184) Aku Adhi Berdagang……………………………...(201) Malang Pertamaku……....………………………..(219) DIAH LAGI………………………………………..(255) SEKARANG SANTI…...…………………………..(282) Adhi di Blitar…………….…………………………(289) SEKALI LAGI DIAH…..………………………….(307) 4
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
Adhi Mudik…………………………………………(316) Jogja Berhati Nyaman….………………………….(330) Diah Pergi….…………….………………………….(347) Santi Kembali?...........................................................(362) Masa-Masa Labil…………………………………...(371) Kelulusan……………………………………………(385)
5
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
Lugu dan Terpesona Bunyi bel mengaung di setiap lorong kelas, yap…inilah awal remajaku disekolah baru, dikota baru pula, SMA Muhammadiyah II Yogyakarta. Awal yang cukup mendebarkan rupanya, banyak wajah-wajah kaku….entah karena masih merasa malu-malu atau semangat bercampur rasa minder. Usai sudah 3 mata pelajaran pertama dan saatnya beristirahat. Sudah banyak juga yang langsung akrab, berlarilarian, bersenda gurau….woiii…iit, ada juga yang tidak basabasi langsung pedekate (pendekatan gitu maksudnya)! Aku hari ini sepakat pada diriku sendiri untuk menjadi seorang pengamat saja…tapi mulai dari mana ya?......itu ruangan apa? Pelan-pelan kudekati dan….”woi bantuin nih angkatin ke ruang guru donk!!” tergagap aku pastinya. “o..iya!” banyak sekali, kertas dan tumpukan buku di atas meja. “Yang tumpukan kertas biar aku aja, tolong angkatin buku cetaknya!!” sang gadis dibalik jilbab membagi tugas. Berat juga nih buku, dengan 40 tumpuk buku dipelukan dan dagu sebagai penjepit tumpukan 6
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
paling atas, tapi tetap harus kuangkat demi awal hari yang indah ini. Dengan cepat aku menelusuri panjangnya teras kelas 2 menuju kearah kantor ruang guru, seiring penelusuranku akan keindahan segarnya wajah cerah nan rupawan berselubung jilbab putih seragam sekolah kami. Repot juga untuk mengimbangi langkahnya dengan beban yang kubawa ini, saat akan menyeberang dari teras kelas menuju ke kantor guru… wajah yang sanggup memadamkan mentari pagi ini menoleh ke arahku ”…..berat?” dengan kerling bola mata yang tak bisa ku terjemahkan antara memberi semangat atau iseng menggoda. ”……lumayan buat olah raga…e.e..eit!” nyaris jadi hari yang buruk kalau saja kakiku tak cepat menyeimbangkan tubuhku yang oleng. “Waduh…,
hampir
aja
nyungsep,
kamu
kagetan
ya
orangnya?”sang bidadari bertanya padaku. Busyeet, gimana gak kagetan kalau yang negur bening begini.
7
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
“Nggak kok, cuma agak syok aja dilihatin begitu” dengan wajah agak bingung yang miring kearahku dia jadi nanya lagi.. ”memang aku ngeliatinnya gimana? Perasaan biasa aja!, emang aku keliatan galak ya?”. Nah loh, mau jawab gimana nih…. ”iya, galak banget!!” biar dia tau sekalian, cewek cantik itu hatihati kalau ngeliatin cowok (apalagi yang polos kayak aku ini). “ya maaf dech…padahal aku gak galak loh orangnya!”. Walah, malah sambil senyum pula dia sekarang, sayang pintu kantor guru sudah ada dihadapan kami. “Permisi bu, ini ngumpulin tugasnya teman-teman sekalian sama buku cetak biologi yang ibu minta pinjamkan dari perpustakaan waktu di kelas tadi”. “O ya, terimakasih, tapi ditaruh dimana ya? Meja ibu penuh, ……oh tolong ditaruh di meja guru kelas 2b saja! Setelah ini ibu ngajar di sana, maaf ya!”. Bagus bener neh guru, kalau dipasar…kuli udah di bayar dobel nih… ”beres bu!, sini kubawain separuh” spontan gadis itu mengambil separuh tumpukan buku dari pelukanku, tegas juga ibu mandor yang satu ini mentang-mentang punya kuli ganteng (he..he..he). 8
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
Balik badan kami berdua langsung bergegas menuju ruang kelas 2b. Langkah kaki cepat gemulainya tertutup oleh rok sekolah yang sampai ke mata kaki, terburu-buru sekali tampaknya sekarang. “Mba, lagi kebelet ya?” tanpa sadar celetukanku muncrat juga dari mulut ini (maklum pegel juga tanganku). Tanpa suara dan tanpa tolehan darinya, membuat bebanku terasa berat jadinya, akhirnya kami memasuki ruang kelas 2b langsung menaruh tumpukan buku ini di atas meja guru. “Otree…selesai tugas saya bu?!” dengan nafas yang tanpa sadar sudah agak tersengal-sengal, dan semakin tercekik saat… ”yuk langsung kekantin belakang aja!” alamak, seumur-umur baru ini cewek baru kenal ngajak aku duluan. “Boleh…boleh, bisa makan banyak nih…maklum habis nguli” (senyum-senyum & garuk-garuk kepala). “Makan minum sepuasnya, bayar-bayar sendiri ini” pernyataan tegas dengan distempel senyum pula, tak terbantahkan walau sedikit ada rasa protes di hati.
9
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
Aku mencoba berjalan mengiringi langkahnya untuk bisa berjalan berdampingan, itu tetap sulit karena aku harus terus bermanuver untuk menghindari makhluk-makhluk yang terlihat sama karena seragam. Akhirnya sampai dikantin, dia langsung pesan soto dan mengambil sebotol softdrink. “Duduk disana aja ya!” pintanya tanpa perduli aku yang terbengong-bengong di muka etalase kantin. “O..ya” cuma itu yang bisa keluar dari mulutku, karena otakku sudah terisi makanan apa yang akan kupesan (gimana nggak, inikan hari pertamaku kekantin sekolah). Ada nasi goreng, mie rebus, soto….nasi rames.. “Mau pesan apa mas?” sebentuk tubuh bulat dan sesak dengan bakpao menempel di kanan kiri pipinya, wajah menunggu ibu kantin yang bertanya rupanya. “Mmm….nasi goreng ajalah bu!” akhirnya aku memesan dengan sedikit panik. “Minumnya?” ibu itu melanjutkan penawaranya padaku “mmm…softdrink aja bu” lebih baik pesan yang sudah tahu kualitas rasanya saja. 10
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
“Langsung ambil aja terus buka sendiri juga” pemberitahuan dengan tersenyum penuh canda..(si kuli ini pun nyengir). “Anak baru ya mas?” duh..ketahuan banget pastinya, “iya bu” jawabku (garuk-garuk kepala andalan). “Saudaranya mba Diah ya?” pertanyaan yang sok tau sekali nih ibu… ”mba Diah siapa bu? Ibu pernah liat saya sebelumnya?” sekalian kuberondong aja nih ibu. “Ya sudah pernah!” dengan wajah meyakinkan “kapan bu?” tanyaku, …”tadi pas masuk pintu kantin” wajahnya berubah polos tanpa dosa “he..he..he bisa aja nih ibu” jawabku, woiit kena deh diriku “lah masnya juga bisa aja, masuknya sama mba Diah tapi masih nanya
Diah
yang
mana?”
layaknya
pedagang
yang
mempertahankan harga. Nah loh, baru ingat kalau aku belum kenal sama itu mandor cantik, ”ooo..itu” mati langkah nih,..”mmm…baru ketemu tadi, dan…saya juga belum tau namanya bu” sebisaku menjelaskan. 11
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
“Ya sudah duduk dulu, terus kenalan! Nasi gorengnya nanti ibu anter” ibu ini langsung menyibukkan diri dengan kegiatannya “Terimakasih bu..” langsung diriku menuju meja dengan sisasisa malu ke tempat si mandor..eh..sudah ada namanya ding, Diah yang lagi menyantap gorengan. “Lama banget pesannya, emang pesan sama kualinya ya?” busyeet, bahasanya nih, bener-bener mandor kalau begini. “Bukan main, tuh benerkan, galak mba Diah ini” sedikit bertahan dan mencoba balas menekan. “Galak? Tapi kok banyak yang ngejar-ngejar aku ya? Jawaban yang benar-benar tak kusangka, jadi gerah juga dengernya. “Eh, ngomong-ngomong tahu namaku dari mana? namamu siapa ya? Anak kelas berapa? perasaan baru ini aku ngeliat kamu!” borongan pertanyaan dihujankan padaku. “Adhi, anak kelas 1G! Tadi ibu kantin yang kasih tahu nama mba”
singkat
jelas
karena
aku
harus
membasahi
tenggorokkanku.
12
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
“Ooo..pantesan, tapi tadi kok mau aja waktu kuminta bantuin, kamu kan belum kenal aku?!” belum terjawab, ibu kantin datang dengan soto dan nasi goreng pesanan kami. “Ya jelas langsung bantuin tho mba Diah, siapa sih yang nggak mau bantuin mba Diah!” pengantaran makanan dengan bonus kata-kata mutira. “Waah bisa aja Ibu ini, emangnya siapa saya” tumben ngerendah nih. “Berarti masnya ini termasuk orang yang beruntung ya” lagi-lagi aku yang dibahas. “Beruntung kenapa bu?” Diah bertanya kepada ibu kantin. “Ya kan selama ini banyak cowok yang naksir mba Diah, tapi satupun belum ada yang bisa ngajak mba Diah makan bareng kayak begini!” benar-benar sok tahu ibu ini. “Kalau itu sih karena merekanya yang terlalu pemalu mungkin bu”
Diah
mencoba
menjawab
dan
mungkin
sekalian
menjelaskan kepadaku siapa dirinya. “Pemalu apa penakut ya mas, kalau begitu?” sambil nyeletuk ibu kantin melirik kearahku dan menghilang ke pintu dapur kantin. 13
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
“Jadi mba Diah ini memang bintang sekolah ini ya?” pertanyaan bodoh dan dibuat sebego mungkin. “Mana kutahu” dengan acuh tak acuh dia menyeruput kuah soto yang masih berasap. “Kalau kakak-kakak yang senior aja malu-malu sama mba Diah, berarti aku ini termasuk yang gak tahu malu ya?!” aku bertanya lagi sekedar untuk mempertahankan pembicaraan dan menatap matanya yang hitam gelap dan….indah sebelum menyantap makananku. “Kenapa sih kamu Dhi, udah kagetan sensitif banget?” bertanya dengan sedikit berbau kesal. “Bukan begitu mba, aku kan anak baru…jadinya takutnya kurang sopan aja sama yang lebih tua” membela diri dan tetap menyembunyikan rasa grogiku yang semakin menjadi. “Ya…ya…alasan bisa diterima, tapi satu yang gak bisa diterima?” bernada ancaman kayaknya. “Yang mana mba yang gak bisa diterima?” kepanikan yang sudah tidak bisa disembunyikan lagi.
14
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
“TUA….kata-kata yang mengerikan bagiku, dong?!” pantesan kayak kebakaran jenggot, aku menyebut pantangan yang sakral bagi kaum wanita rupanya. “Ooopss…maaf mba, tidak akan terulang yang kesekian kalinya. Janji!”….kepanikan sudah mulai bisa terkendali sekarang, “bagus, buruan dimakan nasi gorengnya nanti keburu istirahatnya habis!” tiba-tiba nada lembut keibuan yang membuat aku benar-benar terbius. Kami kemudian makan nyaris tanpa pembicaraan, sama-sama lapar rupanya.
15