Kisah Pejalanan Ditulis oleh Pujangga Tanpa Sangka
(Sebuah pesan untuk para salik) Wahai Saudaraku, inilah kisah petualangan manusia istiqomah pada mencapai tujuan yang dituju. Mula-mula dibukanya kalam, lalu mengambil satu ayat petunjuk yang berbunyi : “Dan barang siapa yang bertaqwa dijadikan baginya jalan keluar dan diberikan rizqi yang tidak disangka dan dihitung”. Dengan ayat tersebut dibaca dan dijadikan petunjuk untuk mengarungi perjalanan menuju pada tujuan dengan ingatan yang terus-menerus pada yang dituju sebanyak pengingatan. Hingga bersholawat dan berdo'a dengan sepenuh jiwa raganya dan bertekad siang malamnya. Sang insan petualangan istiqomah memulai perjalanan dan pendakian sampai tiada lagi terlintas dan terbersit akan menjadi kupu-kupu ataupaun kunang-kunang serta buaya pertapa. Tanpa disadarinya dengan kalam dan dzikir serta sholawat dan do'a telah berjalan 4 tahun lamanya. Terjadilah perubahan pada dirinya tidak merasa lapar dan dahaga layak manusia lainnya. Tidak merasa jemu dengan kesendirian, tidak merasa gelisah dan resah, namun damai dan tenang . Dalam masa 4 tahun, 1 tahun pertama dengan petunjuk kalam dipergunakan untuk menyempurnakan tata serta pengalaman taqwa. Terlaksana dengan sholat tepat waktunya dzikir dan sholawat serta do'a tersusun berangsur-angsur sesuai kemampuan dirinya dalam mengamalkan. Pada tahun ke-2 dengan petunjuk kalam menyempurnakan setiap urusan yang berkaitan dengan dirinya dan pembersihan amal dari segala goresan dan lintasan baik yang zhohir maupun bathin. Pada tahun ke-3 mulai berangsur-angsur bertafakur akan perjalanan menuju tujuan yang tanpa disadari mulai menghilang karena keasyikan dalam kalam dan dzikir serta sholawat dan do'a. Pada tahun ke-4 menghimpun dari semua zhohir dan bathin yang telah diamalkan baik taqwa, urusan dan rizki. Terhimpunlah dalam sebuah himpunan kesimpulan bahwa dirinya semakin jauh dari tujuan yang dituju. Mulailah terasakan kelemahan serta kekurangan dan ketidak berdayaan dan ketakutan serat kecemasan merasuki dirinya secara lahir bathin . Hampirlah tergelincir taqwa dan amal dari kalam yang telah diyakini sebagai pedoman pembuka jalan. Dengan berlinangan air mata kesedihan dan kepedihan butuh pertolongan dan petunjuk dibukanya kembali kalam berbunyi: “Siapa yang bersyukur atas nikmat maka ditambah, bila ingkar akan diazab dengan azab yang sangat pedih”. Tanpa meninggalkan taqwa dan susunannya serta urusan dan rizqi, mulailah sang insan istiqomah menunaikan kesyukuran secara zhohir bathin untuk mencapai tujuan yang dituju. Dalam menunaikan kesyukuran disertai ketaqwaan dengan kalam, dzikir dan sholawat serta do'a dimulailah dia berjalan. Tanpa tahu-menahu telah berlalu waktu dalam perjalanan yang tak kunjung terlihat ujungnya. Tanpa terasakan berjalan, banyaklah cobaan dan rintangan serta halangan dengan kalam dan dzikir serta sholawat dan do'a taqwa dan syukur jadilah semua rintangan dapat teratasi dengan mudah. Waktu 9 tahun yang mana dirinya sudah lupa dan ingat bingung serta tidak tahu arah tujuan yang dituju. Salahkah kata insane istiqomah, mengapa aku semakin tidak mengerti dan bodoh serta bebal dalam mencapai tujuan? Justru selama 9 tahun dengan taqwa dan syukur malah memasuki hutan belantara yang tiada diketahui arah dan petunjuk menuju pada tujuan. Dimana dengan tertatih-tatih ditelitinya satu per satu akan taqwa dan kesyukuran adalah yang belum tertunaikan. Bersabda penghulu jalan: “Hisablah sebelum engkau dihisab”. Beragam hisab petualangan istiqomah dengan sholat istiharah dan dzikir dan sholawat serta do'a. Tampaklah dari sabda penghulu jalan ini. Tampaklah segala kesalahan dan kekurangan pada taqwa, syukur dan amal. Hingga tersimpul pada kesemuanya berpulang pada diri sendiri yang
1/5
Kisah Pejalanan Ditulis oleh Pujangga Tanpa Sangka
terlalu terlarut dalam ketaqwaan dan kesyukuran dan penyempurnaan amal yang tidak kunjung sempurna kecuali dengan kematian. Akhir dari semua hal diatas dikatakan: “Matikan dirimu dalam kehidupan fana ini niscaya engkau hidup dalam keabadian dan tercapai apa yang kau tuju”. Lalu kembalilah ingatan pada kalam dikatakan: “Jadilah sabar dan sholat sebagai penolong”. Dengan berbekal petunjuk kalam berjalan kembali insan petualang istiqomah menuju tercapainya tujuan. Sekarang dengan taqwa syukur dan sabar semakin berat perjalanan ini. Namun pantanglah berputus asa pada jalan ini dan menolak pada selain yang dituju. Dilakukanlah sabar pada sholat yang dirasakan sangat berat kecuali pada saat-saat khusyu' dirasakan kesukaran. Teruskan pula pada saat bertilawah dengan penuh kesabaran, tidak terburu-buru hingga terbitlah pemahaman akan kalam dan muncul kesulitan. Sedemikian pula pada dzikir dan sholawat serta do'a dengan sabar dan tuma'ninah semakin menambah kesukaran pada diri petualang istiqomah untuk selalu mengamalkannya. Bila terlalai sesaat pada saat melakukan berlinanglah air mata dan sedu-sedan penyesalan seakan-akan kehilangan dunia seisinya dan tetaplah sedemikian. Terjadi kelalaian pada bertilawah dengan tergelincirnya hati dan badan bukan pada makna kalam tapi pada selainnya, yang terjadi mulai membaca namun jiwa melayang dalam angan dunia seisinya. Begitu pula pada dzikir dan sholawat serta do'a membuat dirnya semakin beragam pada dirinya dengan derai tangis kepedihan. Walau berusaha dengan sedaya upaya untuk tidak lalai dan menahan air mata dan sedu-sedan yang juga telah mengganggu pada kesukaran saat bertilawah, dzikir, sholawat serta dikala berdo'a. Lebih baik mati daripada hidup dalam kelalaian dan tidak tercapai tujuan yang dituju, terbersit sedemikian pada hatinya, namun segera ditepis dan dibuang jauh-jauh. Ditelitinya berkali-kali akan kalam dan sabda penghulu jalan serta perilaku para penempuh jalan yang telah sampai pada tujuan. Dengan penuh kesabaran, akhirnya tersimpulkan pada kalam: “Dan kamu tidak dikehendaki menempuh jalan istiqomah kecuali atas kehendaknya”. Rasa syukur atas petunjuk kalam menjadikannya lebih bersemangat dan bergairah untuk menempuh jalan. Air mata yang berlinang, sedu-sedan dan ratapan semakin menjadi-jadi, begitu pula dengan kesukaran dan kelalaian semakin dahsyat menggoda. Ketakutan silih berganti dengan keharapan bermunculan, tiadalah ketenangan dan kenikmatan pada hal yang dilakukan. Baik dari taqwa, syukur dan sabar serta sholat yang terus dilakukan juga mengalami kegoncangan dan semakin berat pada kekhusyukan penyatuan tekad menuju satu pusat yang menjadi tujuan. Bila ketakutan dan harapan telah merasuki diri maka tampaklah bayang-bayang kegagalan dalam menempuh perjalanan yang selama ini telah dilakukan. Adapun keinginan serta pada penolehan pada yang bersifat fana juga merupakan godaan dan gangguan pada menempuh tujuan. Wahai diri yang tidak tahu diri pada ketidaksengajaan gurisan dan ilham yang merasuki dan menyusup, ingatlah pada kalam: “Semua pasti lenyap kecuali tujuan yang kau tuju”. Beragam kefanaan dan gurisan baik lisan, tulisan, siratan akan selalu bermunculan dating karena itu memang telah dijadikan cobaan bagi para insan petualang istiqomah. Tidaklah semudah yang dibayangkan dan direnungkan terletak pada kecemasan kunci dari semua pengalaman, sehingga engkau hai insane petualang istiqomah bersimpuh dan bersujud dengan kecemasan. Kecemasan yang lepas dari semua apa yang bisa engkau minta dari taqwa syukur, sabar dan amal bentuk apapun jua baik dari sholat, ibadah, hidup dan kefanaan. Tiadalah semua itu bias memberikan pertolongan padamu, dengan segala bentuk kearifan ilmu dan khazanah bumi seisinya serta khazanah langit serta keajaibannya. Cemaslah dan tetap sujudlah. Tunggulah! Dalam sujud yang penuh dengan segala kecemasan berjuanglah untuk
2/5
Kisah Pejalanan Ditulis oleh Pujangga Tanpa Sangka
tidak mengangkat kepalamu dari-Nya dan pusatkan segala sesuatu hanya kepada-Nya. Ingatlah dan sebutlah, hingga engkau dipanggil dari balik gerbang. Masuklah dengan keridhoaan dan engkau diridhoi, tapi tenanglah. Ketenangan dari memasuki terasa menyejukkan dan menghilangkan rasa dari semua rasa ketakutan dan harapan serta kecemasan yang dahsyat. Walau engkau telah dipanggil masuk jangan engkau lupakan dan meninggalkan kesujudan, kerendahan dan adab serta akhlak. Tenanglah, terus bersujud. Tunggulah didalamnya dengan kedamaian yang penuh dengan kenikmatan serta waspadalah. Jikalau engkau terlalu lama dalam ketenangan dan kenikmatan menjadikan kelalaian engkau kepada-Nya. Tidaklah tahu apa yang akan terjadi padamu walau engkau telah diberikan cahaya bintang, bulan, matahari istiqomah. Sebab bulan, bintang dan matahari akan lenyap tergantikan oleh cahaya berlapis cahaya. Hadaplah dirimu dengan seluruh ilmu, taqwa dan syukur serta sabar pada sholat dan sujud pada tujuan yang engkau tuju. Mengabdilah dengan sebenar-benarnya pengabdian dengan segenap kemampuan yang engkau miliki dengan penuh kesungguhan dan ketulusan. Bila telah dilimpahkan kepadamu berbagai kenikmatan dari beragam kenikmatan dari pengabdianmu kepada-Nya, terimalah kemudian simpanlah dan bergembiralah dengan sedikit senyuman ketakutan, harapan serta kecemasan. Luangkan waktumu untuk bertafakur dengan berbagai hadiah yang engkau terima. Apakah itu sesuatu hadiah yang engkau dengannya bias berjumpa dengan Sang Pemberi hadiah. Bukanlah banyak hadiah yang tidak dapat ditunaikan kesyukurannya serta menggelincirkan dari tujuan yang engkau tuju. Renungkan! Walai dalam kenikmatan dan bernikmat-nikmat dengan hanya mencukupkan apa yang telah engkau dapat merupakan derajat terendah dari pada penempuh jalan ini. Betapa banyak hadiah dan karunia melenakan dan melupakan. Segeralah kembali mengabdi sebelum engkau tersusul para pengabdi yang lain yang berada di luar gerbang dan sesama hamba. Janganlah engkau menoleh ke belakang, ke kanan dan kiri serta ke bawah, niscaya terhenti langkahan. Bukankah telah ketahui wahai insan, petualang istiqomah pada dirimu sendiri, sisi kananmu adalah ulat hina berubah menjadi kepompong beraneka warna hitam, kuning, putih keabu-abuan dan keanekaragaman. Lalu engkau diberikan dari rahmat-Nya kesadaran untuk merubah diri dengan petunjuk keinsyafan atas kehinaan ulat yang menjijikkan dan kegatalan pada setiap perbuatan yang engkau lakukan. Penuh kerakusan pada kehijauan dedaunan dan makanan serta minuman yang menyejukkan dan menggemukkan membuat engkau berjalan lamban dan membuat tuli terhadap kearifan dan kebijaksanaan, penuh sifat kerakusan. Bahkan engkau tiada pernah terpikirkan kecuali makan dan minum serta berkembangbiak dalam kebodohan, yang engkau sangka kehidupan hanyalah sedemikian, bagai babi rakus dan selalu kelaparan. Bagaikan nafsu syahwat yang kehausan tidak berkesudahan pada keinginan pemenuhan akan segala sifat hewan. Makan, minum dan berkembangbiak, itu sama artinya dengan ulat, babi dan nafsu syahwat. Itulah keinsyafan pengertian pada penolehan pada sisi kananmu yang telah engkau berjuang melewatinya lewat petunjuk serta rahmat dan pertolongan-Nya jua. Lukankah dengan menahan lapar dan dahaga sesaat dan kepasrahan serta ketawakalan dan penyerahan serta ketaqwaan diberikan bungkus perlindungan atau kepompong yang kuat dan ulet serta didatangkan rizqimu tanpa susah-susah mencarinya. Kau baca kalamnya dan selalu berdzikir dan bersholawat serta berdo'a di dalamnya selama 40 hari lamanya lalu engkau beralih menjadi kupu-kupu indah warnanya. Ingatlah pula kala engkau diberinya sayap dan engkau pula serta heran sesaat atas bentukmu yang sekarang. Diberikan padamu petunjuk dari gudang rahmat-Nya diajarkan cara terbang dan tujuan-tujuan yang harus
3/5
Kisah Pejalanan Ditulis oleh Pujangga Tanpa Sangka
engkau lalui. Dari pohon bunga satu pada bunga lainnya agar engkau mendapatkan keharumannya serta putik sari manis dan lezat serta menyehatkan. Juga mengkilapkan sayap-sayapmu serta menguatkan tubuhmu, mengindahkan warna-warni tubuhmu walau masih terlihat engkau bagai ulat terbang digantikan dan ditinggikan namamu menjadi kupu-kupu indah menawan. Di dalam kepompong yang engkau lakukan dengan niat keinsyafan dan ketaqwaan engkau hanya tujukan pada-Nya. Ketaqwaan yang engkau wujudkan dalam perbuatan amal yang telah difardukan diwajibkan padamu serta amalan sunnah yang menyertainya atau dikatakan syariat. Dalam kepompong syariat ketaqwaan telah tertib semua aturan dan pembagian serta cara melakukan dan engkau memilih dengan penuh ratapan pada segala sesuatu perbuatan yang telah tersia-siakan dirimu dalam kehinaan. Rintihan Ulat Dalam Kepompong Akankah aku ini sudah gila? Bagaimana keadaan kawan-kawanku, lapar ini sia-sia, di luar banyak dedaunan hijau. Air sejuk menyegarkan, sudahlah hentikan semua ini, sobeklah kepompong lalu bersenang-senanglah kembali, wahai ulat bodoh! Wahai pertapa hihi-hihi, hai kawan enak daun dari lembaran kalam, enakan buah-buahan dari untaian tasbih yang tidak mengenyangkan. Hampa kau bingung susah, stress, bahkan dari keluargaku sendiri juga mulai ikut-ikutan mengataiku gila, gendeng. Dengan susunan taqwa beragam gangguan dari luar, baik dari ucapan, perbuatan, senyuman, tangisan yang pada intinya menggagalkan usahaku untuk menjadi mulia dan bahagia. Dan aturan-aturannya aku lalui dalam kepompong keinsyafan dan kesabaran serta kepasrahan hingga aku menjadi kupu rupawan, inilah yang aku jalani selama 40 hari dari syariat ketaqwaan. Selama 3 hari pertama aku berpuasa sianbg dan berbuka pada malam hari, sholat fardhu tepat pada waktunya serta sunnah yang menggiringnya baik yang muakkad maupun ghoiru muakkad dan sholat sunnah taubat serta sholat sunnah lisyukril wudhu' tanpa ketinggalan. Bertilawatil Qur'an dengan 1 ayat dan satu surat bila mampu 1 juz hingga 10 juz yang harus aku khatamkan dan dawamkan dan istiqomah. Berdzikir setiap selesai dalam bertilawatil Qur'an sebanyak 33x kalimat Toyyibah, sebanyak 33x kalimat Tasbih, sebanyak 33x kalimat Istighfar, sebanyak 33x kalimat Sholawat. Tidak lupa berdo'a sebanyak 5x do'a Akasah, sebanyak 5x do'a Kanzul Arsy, sebanyak 5x do'a Sajatli, sebanyak 5x do'a Muqorrob. Dalam sehari semalam 1x setiap sholat, bertilawah dan dzikir. Jadi 5x itulah yang harus aku lakukan di dalam kepompong keinsyafan dan penyesalan dan kelalaian yang telah aku lakukan. Pada saat engkau berubah jadi kupu-kupu diajarkan padamu dari gudang-gudang rahmat ilamu yang tiada pernah kau sadari sehingga engkau bias terbang berkelana ke bunga dari bunga yang harum, namun berduri, bunga cantik molek namun berbau busuk sekali, mentakjubkan fikiran bagi yang mau bertafakur. Dari semua bunga engkaulah raja bunga dan pemelihara mereka dengan menyebar putik sari dari yang di bawah hingga yang di puncak tinggi. Ingatlah wahai insan petualang istiqomah pada kalam: “Kalau engkau hitung nikmat-Nya niscaya tidak bisa”. Dalam kupu-kupu, tafakur mestilah dahulu, engkau haus akan keharuman dari berbagai keindahan serta kemanisan madu. Dulu engkau lakukan selama sehari perjalanan ketaqwaan dan kesabaran dengan kegembiraan dan kegairahan dan berbagai tilawah, dzikir, sholawat serta do'a, hingga tersusun tanpa kau mengalami kelelahan dalam susunan amal ketaqwaan dan kesyukuran sedemikian ini. Sholat, dzikir, sholawat dan do'a telah menjadi 2 kali lipat dari ulat dalam kepompong. Jika sudah terang dan jelas terang padamu kini mengapa engkau mau sibuk dan lalai dengan
4/5
Kisah Pejalanan Ditulis oleh Pujangga Tanpa Sangka
hadiah. Mengabdilah dengan sebenar pengabdian dengan penuh kesadaran ketafakuran. Atau engkau akan jadi kupu-kupu malang yang lupa diri terbang ke sana kemari penuh keriangan dan ketidaksadaran. Bagai anjing yang penuh kemarahan meluap-luap memangsa apa saja jikalau dihardik, maka lupa diri menyalak marah tiada terkendali. Ingat pula akan kunang-kunang yang dengan cahaya yang dikaruniakan ingin meleburkan diri pada cahaya bulan dan bintang serta matahari dengan taqwa, syukur dan sabar 120 hari. Berubahlah! Hingga silaulah dan kebingungan terbang dengan cahayanya di sungai dan lembah-lembah tak tentu rimbanya. Akibat penolehan dan ketidaksabaran ingin berkilau penuh cahaya, jadilah terlunta-lunta menjadi duka nestapa. Akhirnya malah jadi buaya yang memangsa apa saja yang ada, tiada tahu lagi mana yang bangkai dan busuk, tetapi ingkar dan durhaka. Yang penting jadi kepala. Wahai insan petualang, istiqomahlah dan sabarlah. Engkau belum mencapai tujuan yang engkau tuju. Janganlah hadiah-hadiah membuatmu durhaka hingga engkau jadi buaya kembali ! Tiada beda buaya jelek dan buaya putih pertapa, tetaplah buaya yang telah tahu keingkaran dan kedurhakaan pada keistiqomahan bagai setan yang durhaka. Kini bersungguh-sungguhlah engkau mengabdi pada yang memberikan hadiah, itulah tujuan yang kau tuju. Dengan bekal ilmu, taqwa, syukur dan sabar serta kerelaan, jalanilah pengabdian pada sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam pikiran dan tidak pernah tergubris di hati, itulah yang jadi akhir tujuan yang kau tuju.
5/5