Bandung Denpasar Jakarta Makassar Medan Semarang Surabaya Yogyakarta
Profil Kota Langit Biru
Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan Menuju Transportasi Kota Berkelanjutan Profil Kota Langit Biru 2007
Profil Kota Langit Biru 2007
Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan Menuju Transportasi Kota Berkelanjutan
Profil Kota Langit Biru 2007
PROFIL LANGIT BIRU KOTA BANDUNG
Profil Kota Langit Biru 2007
Bandung 1. Nama Kota
: Bandung
2. Nama Ibu Kota
: Bandung
3. Provinsi
: Jawa Barat
4. Posisi Koordinat Geografis : 1070 Bujur Timur dan 60 55’ Bujur Timur 5. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah 1) Luas Wilayah Administrasi : 167,67 km2 2) Jumlah penduduk di wilayah administrasi : 2.510.982 jiwa 3) Pendapatan Perkapita penduduk/bulan : 14.317.985/tahun 4) Jumlah Kecamatan : 26 Kecamatan 6. Data iklim Kelembaban
: 70 – 90%
Curah hujan
: Rata-rata 2000 mm/tahun
Temperatur
: Rata-rata 16 - 28 oC
Profil Kota Langit Biru 2007
7. Jumlah kendaraan bermotor No.
Jenis Kendaraan
(1) 1. 2. 3. 4.
(2) Sepeda Motor Mobil Penumpang Mobil Barang Mobil Bus • Umum Bus Besar Bus sedang Bus Kecil • Bukan Umum Kendaraan Khusus Mobil Penumpang Umum Kendaraan Roda tiga
5. 6. 7.
Jumlah
2004 (unit) (3) 424.580 219.011 54.261
2005 (unit) (4) 428.375 230.652 58.084
1.276 70 --2.151 260 8.811 555
1.400 94 --2.770 260 9.956 625
260 9.956 625
710.975
731.316
621.562
Sumber : Samsat Kota Bandung / Satlantas Polwiltabes Bandung
Profil Kota Langit Biru 2007
2006 (unit) (5) 344.660 164.774 62.818 38.469
Bandung 8. Fasilitas jalan Arteri/Utama
: 112,3 km
Kolektor/Penghubung
: 165 km
Lokal/Lingkungan
: 630,5 km
9. Data anggaran Anggaran Kota Tahun 2007
: Rp 1.616.142.600.307,-
Anggaran BPLH Kota Tahun 2007 : Rp.
9.723.373.813,-
Anggaran Pengendalian Pencemaran Udara:
BPLH Tahun 2007
: Rp. 1.150.000.000,-
Dinas Bappeda Tahun 2007
Dinas Perhubungan Tahun 2007 : Rp. 9.949.567.000,-
TOTAL
: Rp.
250.000.000,-
: Rp.11.349.567.000,-
Profil Kota Langit Biru 2007
10. Komentar masyarakat sebagai hasil survey Dari survey persepsi masyarakat tentang transportasi berkelanjutan yang dilakukan di Kota Bandung didapatkan beberapa komentar dari masyarakat, sebagai berikut: Persepsi Masyarakat tentang Pencemaran Udara
28, 11% 0, 0%
13, 5% 5, 2%
Udara y ang kotor Udara y ang tercampur asap kendaraan bermotor Udara y ang bany ak mengandung zat beracun PB/limbahny a tinggi
217, 82%
Profil Kota Langit Biru 2007
Udara y ang tercampur asap rokok
Bandung Tingkat kekhawatiran terhadap pencemaran udara yang terjadi saat ini di Bandung
9%
3%0%
[1]Tidak mengkhaw atirkan 39%
[2]Agak mengkhaw atirkan [3]Cukup mengkhaw atirkan [4]Mengkhaw atirkan
49%
[5]Sangat mengkhaw atirkan
SUmber/penyebab pencemaran udara yang paling berbahaya
11% Kendaraan bermotor Kegiatan industri
89%
Profil Kota Langit Biru 2007
Program/kegiatan yang diharapkan dari Pemerintah Kota Bandung dalam rangka mengatasi serta mencegah pencemaran
11% 11%
42%
7% 11% 18%
11. Kondisi Transportasi
Penghijauan Peraturan agar angkutan umum melakukan uji emisi secara berkala Pembatasan/mengurangi penggunaan kendaraan bermotor mesin 2 tak Pembersihan sampah y ang menimbun di jalan-jalan Sosialisasi mengenai program langit biru
Kota Bandung sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) mempunyai permintaan perjalanan yang Memasang alat untuk mengukur tinggi. Kota Bandung termasuk dalam kategori kota metropolitan dimana jumlah penduduk tahun polusi udara 2007 adalah sebanyak 2.510.982 jiwa. Jumlah permintaan perjalanan semakin bertambah pada akhir minggu (sabtu dan minggu) dimana banyak wisatawan dari Jakarta dan sekitarnya berkunjung ke Kota Bandung. Pergerakan arus yang memasuki Kota Bandung pada hari-hari libur untuk keperluan 10
Profil Kota Langit Biru 2007
Bandung wisata ataupun hanya melintasi (trough traffic) juga menjadi sebab pertumbuhan pergerakan yang sangat besar dan sulit diantisipasi oleh jaringan jalan di Kota Bandung. Angkutan umum di Wilayah Bandung dan sekitarnya (BMA) mengandalkan kepada angkutan umum berbasis moda jalan, meskipun kereta api penumpang mewakili sekitar empat persen dari jumlah perjalanan angkutan kota. Paratransit menjadi jenis angkutan umum yang mendominasi pergerakan di wilayah BMA. Sistem operasi dan penggunaan angkutan umum yang masih sangat terbatas dan masih didominasi oleh penggunaan kendaraan pribadi ditandai dengan tingkat okupansi yang rendah. Sistem jaringan dan operasi trasnportasi yang tidak terencana dan terpadu dengan baik dan terintegrasi menyebabkan meningkatkan biaya transportasi yang akan dialami oleh penggunanya. Selain itu pola rute angkutan kota yang ada umumnya berpola radial, yang menghubungkan pusat pelayanan tertentu di pinggiran kota menuju pusat pelayanan lainnya yang melewati pusat kota. Dalam pola rute tersebut, banyak terjadi tumpang tindih rute yang dampaknya sangat signifikan terhadap kemacetan di beberapa ruas jalan utama di Kota Bandung. Tidak idealnya pengembangan jaringan jalan dan angkutan umum mengakibatkan kemacetan atau delay terjadi di lalu lintas kota Bandung. Proporsi penggunaan kendaraan pribadi yang terlalu besar dan tidak efisiennya angkutan umum menimbulkan ekonomi biaya tinggi perangkutan Profil Kota Langit Biru 2007
11
penumpang dan barang di Wilayah BMA. Pertumbuhan pergerakan terus meningkat sesuai dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Tingkat pelayanan jalan (level of service) di Kota Bandung sangat rendah. Permasalahan ini terjadi pada sebagian besar ruas jalan di Kota Bandung. Hal ini disebabkan oleh jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan serta penggunaan jalan oleh kegiatan diluar kegiatan transportasi. Perbandingan kapasitas jalan dengan jumlah kendaraan yang ada di Kota Bandung tidak seimbang, yaitu luas jalan sekitar 3% dari total luas wilayah. Kondisi ini masih sangat minimum bila dibandingkan dengan kondisi ideal proporsi luas jalan dari suatu kota, yaitu sekitar 15% hingga 20%. Kota Bandung juga mengalami permasalahan pada penyediaan supply jaringan yang kurang memadai yaitu permasalahan kapasitas pada jalan-jalan utama (arteri) yang kurang/terbatas. Volume kendaraan yang tinggi dengan supply jaring yang kurang ini menyebabkan meningginya kemacetan khususnya di jalan-jalan arteri. Volume tidak selalu menjadi penyebab kemacetan. Faktor-faktor non teknis lainnya juga mempengaruhi kemacetan di kota Bandung diantaranya : 1. Terjadinya gangguan samping yang tinggi akibat pemanfaatan lahan yang tidak semestinya. Hambatan samping yang paling doiminan di kota bandung adalah parkit off-street di 12
Profil Kota Langit Biru 2007
Bandung beberapa titik pusat perdagangan dan jasa (Factory Outlet), Sedangkan angkot yang sering berhenti mendadak dan ngetem menunggu penumpang termasuk masalah yang cukup serius dalam mengurangi kapasitas jalan.. 2. Adanya pencampuran lalulintas (mix traffic) Di Kota Bandung, kendaraan un-motorized masih banyak beroperasi seperti andong, becak dan lain sebagainya. Pencampuran lalulintas antara motorized dengan un-motorized akan menggangu kelancaraan pergerakan motorized, hal ini dikarenakan kecepatan un motorized sangat terbatas dan rendah dalam manuver.
Angkutan Jalan Rel
Dalam sistem pergerakan di Kota Bandung, jalan rel memegang peranan penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung dan daerah sub-urban (Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung). Untuk jalur pendek disediakan KRD yang umumnya dimanfaatkan oleh para pelajar, pekerja maupun para pedagang untuk melakukan aktivitasnya di Kota Bandung, sehingga membentuk pergerakan commuter (ulang-alik). Data dari DAOP 2 Bandung menunjukkan bahwa
Profil Kota Langit Biru 2007
13
volume penumpang untuk KRD pada tahun 2003 sebesar 6.489.787 penumpang. Pelayanan jasa kereta api (KA) perkotaan di wilayah Kota Bandung hanya tersedia pada 2 jurusan pinggiran kota yakni ke Padalarang (8 KA/hari) dan ke Cicalengka (17 KA/hari). Di masa datang direncanakan akan dioperasikan jaringan kereta api ringan (KAR) yang melayani koridor Timut-Barat di wilayah Kota Bandung. Dari aspek transportasi, pengembangan sistem transportasi yang terpadu antara sistem jaringan jalan raya, jaringan rel kereta api dan sistem terminal udara dan peti kemas ternyata tidak berjalan sesuai dengan arahan RUTR Bandung. Pengembangan simpul terminal kereta api di Stasiun Kiara Condong, Cikuda Pateuh dan Andir masih belum dapat berfungsi sebagai pengumpan untuk jaringan jalan raya.
12. Kondisi Kualitas Udara dan Program Kegiatan Pengelolaan Kualitas Udara Selain pemantauan dengan menggunakan alat AQMS, Pemda Kota Bandung setiap tahunnya juga melakukan pemantauan kualitas udara di pinggir jalan (road site monitoring)/Non-AQMS. Kegiatan pemantauan dilakukan setiap tahunnya dengan junlah parameter yang dipantau sebanyak
14
Profil Kota Langit Biru 2007
Bandung 7 parameter. Lokasi pemantauan yang tetap dilakukan pada tahun 2001, 2002, 2003, dan 2005 adalah di Cibiru, Gedung sate dan terminal Cicahem. Lokasi tidak tetap lainnya adalah di Alun-alun, A.Yani, Buah batu, dan di TPA Pasir Impun. Data tahun yang ditemukan setiap tahun pemantauan tersebut menunjukkan kecenderungan konsentrasi hidrokarbon yang meningkat dan di atas ambang batas hingga 4-8 kali lipat dari konsentrasi ambang batas Baku Mutu Udara Ambien nasional. Tingginya konsentrasi HC di udara ambien menunjukkan kontribusi dominan emisi pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor. Selain itu Konsentrasi PM10 di beberapa lokasi ada yang telah sedikit melebihi Baku Mutu 150ug/m3/24 jam. Kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Pemda Kota Bandung secara rutin adalah uji emisi gratis kepada masyarakat Kota Bandung yang tersebar di 15 lokasi setiap tahunnya. Selain itu Percontohan penggunaan Biofuel pada Bis Damri dilakukan pada tahun 2006, Sosialisasi bengkel tertunjuk kepada para pengusaha bengkel di kota Bandung, Pelatihan teknisi bengkel khusus penggunaan dan analisa kinerja mesin berdasarkan alat uji emisi dan adanya kerjasama dengan pihak Bappenas dalam aplikasi action plan Program UAQi (Urban Air Quality Indonesia).
Profil Kota Langit Biru 2007
15
13. Hasil Evaluasi
Nilai Kota Langit Biru INDIKATOR Ukuran Pencemaran
Hasil Pantau
Baku Mutu
5,750.00
10000 ug/Nm3
Keterangan Nilai
73.37
CO (Carbon monoksida)
68.65
NO2 (Nitrogen dioksida)
88.51
30.76
150 ug/Nm3
Nilai < 25% Baku mutu
HC (Hydrocarbon)
62.96
142.58
160 ug/Nm3
50% Baku mutu <= Nilai <
100% Baku mutu
100% Baku mutu
Kinerja Lalu lintas perkotaan
50% Baku mutu <= Nilai <
20.00
Level of Service
20.00
Kecepatan Operasi
78.00
38.00
31 - 45 Km/jam
Kepadatan lalu lintas (VCR)
73.95
0.56
Tingkat pelayanan C : Arus
sendat)
stabil (jalan perkotaan)
16
Skor
52.02
Profil Kota Langit Biru 2007
E: Arus tidak stabil (tersendat-
Bandung Uji Emisi
Profil Kota Langit Biru 2007
17
14. Rekomendasi untuk Kota Bandung
Transportasi
Usulan pegembangan transportasi di Kota Bandung secara umum adalah melalui: 1. Penyusunan masterplan angkutan umum dengan basis moda rel yang didukung dengan moda jalan. a. Peningkatan KA Komuter Padalarang-Cicalengka b. Penyusunan jaringan sekunder berbasis KA (LRT/monorail) 2. Perbaikan hirarki angkutan umum dengan penghapusan trayek langsung dan pergantian jenis moda ke moda yang lebih besar untuk arteri primer dan moda sedang untuk kolektor primer. 3. Penempatan bus kecil sebagai feeder angkutan besar (arteri primer) atau sedang (kolektor primer). 4. Penyediaan fasilitas pejalan kaki. 5. Penertipan PKL yang memanfaatkan trotoar dan bahu jalan.
18
Profil Kota Langit Biru 2007
Bandung 6. Pembatasan jumlah kendaraan 7. Pengguranggan/perbaikan gangguan samping 8. Pemisahan pergerakan local dan menerus di jaringan jalan arteri. 9. Perbaikan drainase jalan 10. Penyediaan lajur khusus sepeda motor khususnya di jalan arteri 11. Penggurangan aktivitas/ pemanfaatan lahan di wilayah sekitar simpang. 12. Perbaikan kapasitas simpang. Berdasarkan arahan pemilihan moda dan kecocokan terhadap karakteristik sosial, ekonomi, tata ruang, besar pola perjalanan dan sebagainya maka angkutan berbasis angkutan massal merupakan angkutan yang paling disarankan untuk kondisi di wilayah BMA. Angkutan massal baik berbasis rel maupun jalan sangat disarankan untuk dikembangkan di jaringan primer tentunya. Dengan mempertimbangkan idealisasi trayek angkutan umum sesuai dengan pengembangan tata ruang, maka idealnya konsep hirarki jaringan trayek angkutan umum di Kota Bandung mengikuti pola sebagaimana disampaikan pada Gambar berikut.
Profil Kota Langit Biru 2007
19
Pusat Utama
Pusat Utama
Sub Pusat
Sub Pusat
Trayek utama Trayek cabang Trayek ranting Trayek langsung
Permukiman
Permukiman
Gambar. Konsep Ideal Hirarki Jaringan Trayek Angkutan Umum Perkotaan
Dengan konsep dasar ini maka idealnya di Kota Bandung disusun hirarki jaringan trayek angkutan umum yang secara konsisten menghubungkan setiap kawasan yang ada sesuai dengan rencana pengembangan yang ada di dalam rencana tata ruang wilayah kota Bandung. Saat ini pengoperasian angkutan umum massal bus line (Jl. Soekarno Hatta) yang sudah dioperasikan masih membutuhkan penyediaan dan pelengkapan infrastruktur jalur. Pembangunan 16 JPO dan shelter bis kota di sepanjang jalur Busline (Jl. Soekarno Hatta) perlu direalisasikan. 20
Profil Kota Langit Biru 2007
Bandung Studi-studi terkait tentang transportasi massal berbasis rel maupun jalan menunjukkan bahwa jaringan-jaringan primer sudah diisyaratkan untuk dikembangkan menggunakan moda berbasis rel. Keterbatasan kapasitas jalur rel eksisting perlu diantisipasi menggunakan jalur angkutan rel di koridor lain. Studi-studi terkait tersebut sudah membuktikan bahwa angkutan massal berbasis rel dan jalan merupakan solusi dalam mengatasi pergerakan dan kemacetan di wilayah BMA. Jaringan jalan rel mempunyai potensi yang sangat besar dari segi demand penumpang pada masa yang akan datang. Arahan pusat-pusat kegiatan baru umumnya mempunyai jarak yang dekat dengan stasiun kereta api. Sistem pusat pelayanan Kota Bandung direncanakan terdiri atas 2 (dua) pusat primer dan 6 (enam) pusat sekunder. Dua pusat primer yang direncanakan adalah Inti Pusat Kota di bagian barat dan Gedebage di bagian timur berada dekat sekali dengan stasiun KA. Potensi ini harus dikembangan dengan penyediaan prasarana dan sarana yang memadai dan didukung oleh sinergisasi dan kooperasi dengan moda jalan raya.
Kualitas Udara
Berdasarkan data pemantauan di 3 ruas jalan protokol yang dilakukan pada 2007, secara umum
Profil Kota Langit Biru 2007
21
diperoleh konsentrasi rata-rata debu baik PM10 maupun TSP yang telah di atas rata-rata. Selain itu perlu diamati konsentrasi HC, yang pada pengukuran di tahun 2007 ini masih dapat dikategorikan aman, tetapi telah mendekati ambang batas. Berdasarkan data historis pemantauan yang dilakukan BPLH Kota Bandung pada sekitar 15 titik (termasuk di tepi jalan), konsentrasi parameter ini sering melebihi ambang batas. Tindakan penurunan emisi gas ini dilakukan dengan meningkatkan efisiensi penggunaan dan pembakaran bahan bakar dengan cara mengurangi kemacetan, meningkatkan kecepatan arus lalu lintas dan melakukan perawatan dan mesin kendaraan bermotor. Untuk TSP dan PM10 perlu dilakukan identifikasi sumber debu terutama PM10, apakah berasal dari transportasi secara langsung yaitu emisi gas buang, ataupun secara tidak langsung yaitu dari kondisi jalan dan tepi jalan dengan perkerasan yang kurang baik sehingga menyebabkan naiknya/ terangkatnya debu dari jalan akibat lalu lalang kendaraan bermotor. Bila kasus pertama yang terjadi maka solusi yang diusulkan dalam jangka pendek sama dengan penanggulangan HC dan CO dan dalam jangka panjang perlu dilakukan pengurangan jumlah kendaraan bermotor dengan cara penyediaan transportasi massal. Bila kasus kedua yang terjadi maka perlu dilakukan perbaikan prasarana jalan dan penataan lingkungan sekitar jalan raya yang dapat menjadi sumber emisi debu.
22
Profil Kota Langit Biru 2007
Bandung 15. Foto-foto pelaksanaan di daerah
Pelaksanaan Uji emisi
Pengukuran kualitas udara roadside memakai mobil lab. Puslitbang PU Bandung
Penghitungan traffic counting
Profil Kota Langit Biru 2007
23
PROFIL LANGIT BIRU KOTA DENPASAR
24
Profil Kota Langit Biru 2007
Denpasar 1. Nama Kota
: Denpasar
2. Nama Ibu Kota : Denpasar 3. Provinsi
: Bali
4. Posisi Koordinat Geografis : 08035’ 31“- 08,44’49” Lintang Selatan dan 115010’ 23”– 1150,16’27” Bujur Timur 5. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah 1) Luas Wilayah Administrasi : 127, 78 km2 2) Jumlah penduduk di wilayah administrasi: 583.600 jiwa 3) Pendapatan perkapita penduduk adalah Rp. 999.610,16/ bulan 4) Jumlah Kecamatan: 4 Kecamatan 6. Data iklim Kelembaban
: 84 – 85%
Curah hujan
: Rata-rata 0,0 – 425,4 mm/tahun
Temperatur
: Profil Kota Langit Biru 2007
25
7. Jumlah kendaraan bermotor No
Jenis Kendaraan
1 Sepeda Motor Mobil penumpang bukan 2 umum 3 Mobil barang 4 Mobil bus - Umum Bus besar Bus sedang Bus kecil - Bukan umum 5 Kendaraan khusus 6 Mobil penumpang umum 7 Kendaraan roda tiga Jumlah 26
Profil Kota Langit Biru 2007
Tahun 2004 (unit) 303,920
2005 (unit) 343,707
2006 (unit) 362,083
64,238 19,024
69,946 20,192
71,324 20,124
582 556 0 320 0 2,507 0 391,147
592 555 0 388 0 2,822 0 438,202
554 562 0 456 0 2,310 0 457,413
Denpasar 8. Fasilitas jalan Arteri/Utama
Kolektor/Penghubung
: 60,28 km : 66,590 km
9. Anggaran Anggaran Kota Tahun 2007
: Rp. 404.249.170.000,
Anggaran Dinas LH Tahun 2007
: Rp. 2.513.820.000,-
Anggaran Pengendalian Pencemaran Udara: Dis LH
: Rp.
Dinas Perhubungan Kota Denpasar : Rp.
195.000.000,290.000.000,-
Bapedalda
: Rp.
10.000.000,-
: Rp.
495.000.000,-
TOTAL
10. Komentar masyarakat sebagai hasil survey Dari survey persepsi masyarakat tentang transportasi berkelanjutan yang dilakukan di Kota Denpasar di dapatkan beberapa komentar dari masyarakat, sebagai berikut: Profil Kota Langit Biru 2007
27
1. Menurut Anda, bagaimanakah permasalahan pencemaran udara di kota Anda: Sangat bermasalah, perlu segera ditanggulangi
10%
0%
Cukup bermasalah, perlu segera ditanggulangi
23%
Sedikit bermasalah, perlu mulai dipikirkan cara penanggulanganny a
30%
Tidak bermasalah, tetapi perlu mulai dipikirkan cara penanggulanganny a di w aktu y ang akan datang Sangat tidak bermasalah
37%
2. Menurut Anda, apakah faktor-faktor penyebab pencemaran udara di kota Anda saat ini: Asap kendaraan bermotor
13% 2% 14%
28
Profil Kota Langit Biru 2007
Kemacetan
4% 4%
63%
Pengaturan lalu lintas y ang tidak benar Fasilitas kendaraan umum y ang tidak memadai Fasilitas umum/sosial (RS, mall, sekolah) terpusat di satu lokasi Lainny a
Denpasar 3. Menurut Anda, seberapa seriuskan Pemerintah Kota Anda dalam upayanya untuk menurunkan pencemaran udara:
4%
8%
Sangat serius
11%
Cukup serius
20%
25%
Biasa-biasa saja Tidak serius Sangat tidak serius
32%
Tidak tahu
4. Sepengetahuan Anda, program atau kegiatan apa sajakah yang sudah dilaksanakan Pemerintah Kota Anda dalam menurunkan pencemaran udara: Penghijauan kota
18%
1%
Mengontrol/memantau polusi udara
36%
8% 5% 8%
Menertibkan pembuangan sampah
0%
Langit Biru Tidak tahu
3% 5%
16%
Membatasi jumlah kendaraan y ang mengeluarkan bany ak asap Melakukan kampany e melalui spanduk/stiker Memperbaiki saluran air Uji Emisi Lainny a
Profil Kota Langit Biru 2007
29
11. Kondisi Transportasi Dalam rangka pembangunan di sektor transportasi, Pemerintah Kota Denpasar telah mengambil serangkaian kebijakan, yaitu: Mengembangkan pengelolaan sistem transportasi yang disesuaikan dengan jaringan jalan,
dalam kerangka SARBAGITA Mengembangkan sistem transportasi yang kompetitif dalam upaya mengurangi beban jalan
dan kepadatan lalu lintas Mengembangkan sistem disinsentif dalam upaya untuk mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi Pengembangan sarana dan prasarana transportasi diarahkan untuk mendukung
pembangunan kota. Sebagai kota wisata, jasa transportasi dan pendukungnya perlu untuk diperhatikan dan dikembangkan. Salah satu program yang sangat penting adalah pembangunan pedestrian, areal pejalan kaki (sidewalk). Selama ini warga kota mengenal pedestrian sebagai trotoar sebagai sarana bagi pejalan kaki di tengah kota. Hanya saja kondisinya tidak ada yang beres. ruang bagi pejalan kaki 30
Profil Kota Langit Biru 2007
Denpasar di jalan jantung kota saat ini sangatlah sulit, sempit dan jauh dari rasa nyaman walaupun masih merasa aman. Maka, jadilah berjalan kaki di kota besar sebagai aktivitas yang tidak nyaman dan kurang diminati. Pemkot Denpasar telah memulai pembangunan pedestrian, areal pejalan kaki/ sidewalk, di Jalan Gajah Mada dan kawasan Jalan Kamboja, Denpasar, dan direncanakan nantinya akan memanjakan pejalan kaki melangkah menginjak pinggiran jalan raya kota Denpasar. Program ini memungkinkan pelancong memiliki keleluasaan dalam melepaskan pandangan mata dalam menikmati keindahan kota Denpasar. Salah satu moda transportasi non motorize/moda transportasi tradisional DOKAR masih eksis di Kota Denpasar, namun karena jalan-jalan utama di kota Denpasar masih belum bersih dari parkir di tepi jalan mengakibatkan belum terpikirnya untuk membangun “dokarway” (jalur khusus bagi dokar) serta “dokarport” (terminal khusus dokar yang bisa mengakses banyak tempat di kota). Seperti kota lainnya, kemacetan juga terjadi di sepanjang jalan arteri Kota Denpasar. Penyebab Kemacetan di Kota Denpasar selain faktor-faktor seperti yang muncul di banyak kota metro dan besar (kenaikan jumlah kenderaan kondisi jalan, perilaku sopir dsb) adalah aktivitas agama. Tingginya intensitas prosesi upacara keagamaan yang dilakukan oleh Umat Hindu seperti Ngaben, Melasti, dan sebagainya yang melibatkan banyak orang sering memacetkan arus lalu lintas. Profil Kota Langit Biru 2007
31
12. Kondisi Kualitas Udara dan Program Kegiatan Pengelolaan Kualitas Udara Pemerintah Kota Denpasar melakukan pemantauan kualitas udara jalan raya/road side monitoring, dimana kegiatan pemantauan tersebut dilakukan setiap tahunnya tetapi dengan jumlah titik pengamatan, lamanya waktu pengkuran dan parameter yang berbeda. Sementara stasiun pematau udara ambien AQMS yang ada di kota ini sejak Tahun 2004 sudah tidak beroperasi lagi sampai sekarang. Beberapa kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kualitas udara yang sudah dilakukan oleh Pemkot diantaranya adalah Pengkajian Trayek lewat Program Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) mengingat Kota Denpasar berada pada posisi di antara ketiga kota urban tersebut. Kegiatan lainnya yang secara tidak langsung merupakan kegiatan mendukung pengurangan pencemaran udara kota adalah hari kebesaran Agama Hindu, yaitu Hari Raya Nyepi.
32
Profil Kota Langit Biru 2007
Denpasar 13. Hasil Evaluasi
Nilai Kota Langit Biru Indikator Ukuran Pencemaran
Skor
69.80 Hasil Pantau
Baku Mutu
Keterangan Nilai
89.66
CO (Carbon monoksida)
97.68
414.23
10000 ug/Nm3
Nilai < 25% Baku mutu
NO2 (Nitrogen dioksida)
90.82
24.58
150 ug/Nm3
Nilai < 25% Baku mutu
HC (Hydrocarbon)
80.48
52.92
160 ug/Nm3
25% Baku mutu <= Nilai <
50% Baku mutu
Kinerja Lalu lintas perkotaan
40.00
Level of Service
40.00
Kecepatan Operasi
84.00
44.00
31 - 45 Km/jam
Kepadatan lalu lintas (VCR)
63.84
0.74
Tingkat pelayanan D : Arus
mulai tidak stabil
D: Arus mulai tidak stabil
Profil Kota Langit Biru 2007
33
Uji emisi
34
Profil Kota Langit Biru 2007
Denpasar 14. Rekomendasi
Transportasi
Secara umum usulan penanganan Kota Denpasar adalah sebagai berikut: 1. Penggurangan gangguan samping 2. Pemisahan pergerakan loka dan menerus di jaringan jalan arteri 3. Penyediaan jalur khusus sepeda motor 4. Penataan PKL 5. Perbaikan drainase jalan 6. Pegembangan kawasan pedestrian sebagai kota wisata Saat ini pembangunan kawasan pedestrian memang tengah dikembangkan di banyak kota besar di Indonesia. Pembangunan ini tiada lain sebagai salah satu upaya penataan kota dengan orientasi memberikan lebih banyak lagi ruang publik. Konsep ideal pedestrian adalah pada lahan pinggir jalan yang luas. Di situ, selain trotoar pejalan Profil Kota Langit Biru 2007
35
kaki juga ada taman yang memisahkan jalan kendaraan bermotor dengan wilayah pejalan kaki. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan pedestrian di pusat kota adalah aspek aksesbilitas, kenyamanan, aktivitas dan kesesakan. Jalur pedestrian yang disasar adalah daerah padat kendaraan bermotor dan padat pejalan kaki, misalkan daerah pemukiman dan daerah pendidikan seperti kampus dan sekolah. Konstruksi umum yang dipilih datar serta bebas tidak ada terhalang, letaknya lebih tinggi dari jalan raya, mudah memperoleh prasarana pendukung (lampu penerangan, air bersih, pembuangan limbah cair dan padat), jarak kembali ke rumah serta memperoleh bahan baku relatif dekat/waktu singkat, posisi jalur pedestrian punya jarak cukup terhadap bangunan yang ada di sepanjang jalur pedestrian itu. Pedestrian juga harus akomodatif, humanis dan merakyat. Selain pejalan kaki sebagai pengguna utama, juga harus diperhatikan para pedagang temporer yang menggantungkan hidupnya di pinggiran jalan, seperti pedagang canang dan pedagang asongan. Karena, pemerintah tidak bisa menutup mata terhadap keberadaan mereka sebagai pemeriah kota wisata Denpasar. Demikian pula dengan keberadaan dokar dapat dikembangkan. Bukan mustahil, jika lahan memungkinkan dan sentral parkir di tengah kota rapi dan tertata, kemungkinan untuk membangun 36
Profil Kota Langit Biru 2007
Denpasar “dokarway” dapat terwujud. Beberapa program yang sudah dan sedang digulirkan oleh Pemerintah Kota Denpasar dan diharapkan tetap berlanjut sampai terdapat keseimbangan kota sesuai dengan pengembangan di bidang transportasi berkelanjutan adalah: a. Pembangunan jalan dan jembatan alternatif Pembangunan jalan dan jembatan alternatif merupakan salah satu usaha yang telah dilakukan pemerintah kota dalam mengantisipasi kemacetan arus lalu lintas. Dengan potensi lahan yang masih luas, pembangunan jalan da jembatan baru mampu mengurangi beban jalan terutama di jalan-jalan arteri. b. Pelebaran jalan. Walaupun telah diungkapkan diatas bahwa sebagian besar jalan di Kota Denpasar merupakan jalan tradisional / warisan, namun ruas-ruas jalan yang selalu dipadati kendaraan seperti jalan Gajah Mada, Hasanudin, dan Sumatra, mampu dilalukan pelebaran. c. Penambahan Jalur Angkutan Kota Kondisi jalur angkutan kota saat ini sangat belum memadai karena sangat sulit dicapai oleh Profil Kota Langit Biru 2007
37
masyarakat. Oleh karena itu, pendistribusian jalur-jalur baru dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat mencapai tujuan/tempat tertentu, juga untuk menekan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi. d. Jumat Bebas Mobil Mengantisipasi kepadatan arus lalu lintas di kota Denpasar, Walikota Denpasar membuat terobosan program Jumat Bebas Mobil bagi seluruh pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Denpasar. Program ini diwajibkan diikuti oleh kalangan terbatas yakni pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Denpasar. Tapi setidak-tidaknya Pemerintah Kota sudah berupaya maksimal untuk meminimalkan kemacetan arus lalu lintas di Kota Denpasar. e. Penindakan terhadap Pelanggar Parkir Salah satu penyebab kemacetan arus lalu lintas adalah ketidakdisiplinan pengguna jalan dalam memarkir kendaraannya. Prioritas utama dari penertiban ini untuk tahap awal adalah ruas-ruas jalan rawan kemacetan seperti jalan Diponegoro, Gajah Mada, dan Thamrin. Dengan rencana pengadaan Mobil Derek, maka mobil yang melanggar larangan parkir akan ditindak tegas dan langsung diderek dari jalan raya ke tempat yang lebih aman
38
Profil Kota Langit Biru 2007
Denpasar f. Sistem Parkir Tahunan Parkir yang akan diterapkan melalui sistem parkir tahunan (Siparta) ini, sudah disahkan dalam bentuk Peraturan daerah. Kelembagaan yang akan menanganipun sudah dibentuk, kini tinggal menunggu waktu penerapannya saja. g. Radio Pemerintah Dengan mendirikan Radio Khusus Pemerintah Kota, Pemerintah Kota Denpasar mengaggap melalui radio dapat menggugah kepedulian warga kota mengaktualisasikan etika berlalu lintas di jalan raya, melalui radio bisa diinformasikan permasalahan kelalulintasan di Kota Denpasar dan semua ide cemerlang lainnya bisa digulirkan dan diwacanakan untuk perbaikan Kota Denpasar ke depan melalui radio.
Kualitas udara
Secara umum berdasarkan data pemantauan di tepi jalan yang dilakukan di 3 jalan protokol pada tahun 2007, kondisi kualitas udara di lingkungan jalan-jalan tersebut masih relatif baik. Konsentrasi pencemar yang dapat diasosiasikan dengan gas buang kendaraan bermotor masih relatif rendah. Namun demikian perlu dicermati bahwa konsentrasi debu yaitu PM10 dan TSP telah Profil Kota Langit Biru 2007
39
melampaui ambang batas. Bahkan konsentrasi rata-rata TSP telah melebihi 200% dari ambang batas Baku Mutu. Perlu dilakukan identifikasi sumber debu, apakah berasal dari transportasi secara langsung yaitu emisi gas buang, ataupun secara tidak langsung yaitu dari kondisi jalan dan tepi jalan dengan perkerasan yang kurang baik sehingga menyebabkan naiknya/terangkatnya debu dari jalan akibat lalu lalang kendaraan bermotor. Debu yang berasal dari sisa pembakaran pada temperatur tinggi (misal mesin kendaraan bermotor) umumnya berukuran kecil (<10 mikron). Debu PM10 dapat terukur oleh alat pemantau TSP sehingga konsentrasi PM10 merupakan bagian dari konsentrasi TSP. Konsentrasi rata-rata TSP yang terukur di Denpasar jauh lebih tinggi dari konsentrasi PM10, hal ini menyiratkan terdapat lebih banyak debu dengan ukuran kasar (lebih besar dari 10 mikron). Debu berukuran kasar dapat berasal dari debu tanah dari jalan atau kondisi sekitar jalan yang merupakan tanah terbuka, dari berbagai aktivitas di sekitar jalan ataupun dari asap pembakaran yang terjadi pada temperatur rendah, misalnya pembakaran di rumah tangga dan kegiatan lain yang menggunakan bahan bakar non-gas (padat maupun minyak). Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi debu-debu jalan karena lalu lalang kendaraan bermotor adalah dengan cara perbaikan prasarana jalan dan penataan lingkungan di tepi jalan tersebut. 40
Profil Kota Langit Biru 2007
Denpasar 15. Foto-foto pelaksanaan di daerah
Pelaksanaan uji emisi
Pengukuran kualitas udara roadsite secara Pengukuran kecepatan kenderaan manual
Profil Kota Langit Biru 2007
41
PROFIL LANGIT BIRU KOTA JAKARTA
42
Profil Kota Langit Biru 2007
Jakarta 1. Nama Kota : A. Jakarta Pusat
C. Jakarta Barat
B. Jakarta Selatan
D. Jakarta Timur
2. Provinsi
E. Jakarta Utara
: DKI Jakarta
3. Posisi Koordinat Geografis : 60 12’ Lintang Selatan dan 1060 48’ Bujur Timur 4. Jumlah penduduk dan luas wilayah: Jumlah penduduk
Luas daerah
kecamatan Kelurahan
A. Jakarta Pusat
: 888,419 Jiwa
48,20 Km2
8
44
B. Jakarta Selatan
: 1.738.248 Jiwa
145,73 Km2
10
65
C. Jakarta Timur
: 2.413.875 Jiwa
187,75 Km2
10
65
D. Jakarta Barat
: 1.565.947 Jiwa
128,47 Km2
E. Jakarta Utara
: 1.257.952 Jiwa
144,70 Km2
Pendapatan perkapita penduduk 6,8juta/tahun
Profil Kota Langit Biru 2007
43
5. Data iklim Kelembaban : 77,97% Curah hujan : rata-rata 2.000 mm/bln Temperatur
: 23,420C – 31,70C
6. Jumlah kendaraan bermotor NO
44
Jenis Kendaraan
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Utara
Jakarta Barat
Jakarta Pusat
1
Sepeda Motor
804,368
497,504
395,322
870,768
674,128
2
Mobil Penumpang
551,487
119,214
108,577
474,679
245,653
3
Mobil Beban
112,964
35,777
36,158
128,457
92,480
4
Mobil Bus
99,452
16,136
15,167
78,782
46,670
Jumlah
1,568,271
668,631
555,224
1,552,686
1,058,931
Profil Kota Langit Biru 2007
Jakarta 7. Anggaran No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kota Jakarta Pusat Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Barat Jakarta Utara
APBD 2007 (Rp) 1.184.231.010.828 1.163.703.223.000 2.360.324.830.629 1.527.493.276.183 1.278.874.562.343
Anggaran BPLHD 1.216.976.000 1.238.979.000 1.377.387.000 1.323.857.000 1.151.054.000
8. Kondisi Transportasi Pertumbuhan pergerakan yang cukup besar di DKI Jakarta menjadi salah satu penyebab tejadinya kemacetan di sebagian besar jaringan jalan khususnya pada jam sibuk pagi dan sore. Studi SITRAMP, JICA 2001 memperhitungan jumlah pergerakan di DKI Jakarta tahun 2000 sebesar 18 juta pergerakan/hari (Jabotabek sebesar 19 juta pergerakan/hari). Diprediksi pada tahun 2005 akan ada 39 juta pergerakan di Jabotabek. Dari 18 juta pergerakan/hari, proporsi penggunaan angkutan jalan mencapai 97,7% dengan proporsi angkutan pribadi sekitar 32,7% sementara angkutan rel yang saat ini dilayani oleh KA Jabotabek hanya 2,3%. Hal tersebut memberikan dampak yang luar biasa pada kemacetan lalu lintas di jaringan jalan DKI Jakarta.
Profil Kota Langit Biru 2007
45
Busway dan monorail sebagai dua alternatif angkutan cepat massal diharapkan dapat saling melengkapi agar DKI Jakarta bisa mempunyai berbagai jenis angkutan. Busway dan monorail juga akan melengkapi angkutan yang tersedia saat ini, yaitu bus kota, kereta rel listrik, dan kereta diesel. Pada awal tahun 2004, Pemerintah DKI Jakarta mengoperasikan Busway pada koridor Blok M – Kota. Sampai tahun ini Pemerintah DKI sudah mengoperasikan 7 koridor. Busway ini diharapkan menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah kebutuhan angkutan umum massal namun hanya untuk jangka pendek. Untuk pengembangan jangka panjang, tetap diupayakan untuk mengembangkan prasarana angkutan massal berbasis jalan rel. Kondisi transportasi DKI Jakarta saat ini adalah : Rasio jumlah kendaraan pribadi:kendaraan umum adalah 98%:2%. Rasio penggunaan kendaraan pribadi:kendaraan umum adalah 49,7%:50,3% dari total 17 juta
perjalanan Kondisi angkutan umum sangat memprihatinkan dan dari tahun ke tahun jumlahnya
semakin berkurang Kemampuan menambah ruas jalan semakin sulit dibandingkan penambahan kendaraan
(panjang jalan hanya bertambah kurang dari 1%, penambahan kendaraan rata-rata 11% per tahun) 46
Profil Kota Langit Biru 2007
Jakarta Panjang dan Status Jalan di Jakarta Fungsi Jalan
Panjang (M)
1. Tol 94.180 2. Arteri Primer 102.139,25 3. Kolektor Primer 55.130,75 4. Arteri Sekunder 514.013,97 5. Kolektor sekunder 966.603,02 6. Kotamadya 5.884.202,25 Jumlah 7.616.269,24 Sumber: Jakarta Dalam Angka 2003
Luas (M2)
Status Jalan
2.078.300 Tol 2.140.040,1 Nasional 860.669 Nasional 8.553.768,09 Propinsi 8.229.432,25 Propinsi 25.906.134,32 Kotamadya 47.768.343,76
Total panjang jaringan jalan di DKI Jakarta kurang lebih 10% dari total panjang jalan di Jawa. Perbandingan atau rasio antara panjang jalang (luas area jalan) dengan luas area di wilayah DKI Jakarta hanya sekitar 4%, dimana idealnya untuk kota Jakarta adalah 10 – 15% Jaringan Pelayanan Angkutan Umum (Reguler) di wilayah DKI Jakarta secara umum terdapat tiga jenis moda angkutan umum, yaitu bus kecil, bus sedang, dan bus besar. Bus besar terdiri dari bus reguler, bus Patas, dan bus Patas AC. Ketiga jenis moda angkutan umum tersebut dilayani oleh kurang lebih 35 perusahaan.
Profil Kota Langit Biru 2007
47
Sementara untuk jaringan keret api (KA) secara makro jaringan rel eksisting Jabotabek terdiri dari 3 jalur yaitu East Line menuju Kota Bekasi, kemudian West Line menuju Kota Tangerang dan Serpong dan yang terakhir adalah South Line menuju Kota Bogor dan selatan Jakarta. Saat ini, penyediaan jaringan sarana dan prasarana transportasi untuk wilayah JABODETABEK sudah diarahkan untuk penyediaan angkutan massal. Angkutan massal mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan dengan angkutan pribadi dari segi kemampuan mengurangi kemacetan, hemat energi/BBM, hemat biaya pemeliharaan jalan dan secara makro ekonomi meningkatkan produktivitas penduduki wilayah tersebut. 9. Kondisi Kualitas Udara dan Program Kegiatan Pengelolaan Kualitas Udara Selain pemantauan dengan menggunakan alat AQMS, Pemda DKI Jakarta setiap tahunnya juga melakukan pemantauan kualitas udara di pinggir jalan (road site monitoring)/Non-AQMS. Kegiatan pemantauan dilakukan setiap tahunnya secara manual. Sejak tahun 2007, alat mobile roadside (otomatis) telah dipakai untuk mengukur kualitas udara roadsite di 5 titik yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta. Kegiatan inventarisasi emisi adalah pendataan jumlah beban emisi total pencemar udara dari
48
Profil Kota Langit Biru 2007
Jakarta berbagai sumber pada suatu lokasi/wilayah dalam suatu periode waktu. Inventarisasi emisi belum dilakukan secara teratur tetapi DKI Jakarta merupakan daerah dengan studi inventarisasi emisi yang relatif lebih sering dilakukan. Kota Jakarta melakukan IE pertama kali pada tahun 1992 untuk mengestimasi emisi tahun 1991 dengan menyertakan sumber domestik, industri, transport dan pembakaran sampah (Soedomo et al., 1992). IE berikutnya dilakukan lagi pada tahun 1997 oleh JICA (untuk mengestimasi emisi tahun 1995). Selanjutnya studi RETA di tahun 2003 yang mengestimasi emisi tahun 1998 sebagai tahun acuan serta memprediksi emisi untuk tahun 2005 dan 2015 (Syahril et al, 2003). Kegiatan lain yang dilakukan dalam rangka pendukung program peningkatan kualitas udara bersama Mitra Emisi Bersih mewujudkan partisipasi masyarakat melalui berbagai kegiatan seperti uji emisi setiap tahunnya, membangun situs internet, pengembangan kapasitas bekerjasama dengan berbagai lembaga dalam dan luar negeri, melakukan advokasi kebijakan di bidang peningkatan program kualitas udara, dan lain-lain. Car Free Day (HBKB) dilakukan setiap tahunnya sebagai dukungan pada gerakan serupa di tingkat international yang setiap tahunnya jatuh pada tanggal 22 September. Sejak tahun 2008, gerakan ini akan selalu dilakukan setiap hari Sabtu atau Minggu setiap bulannya, tetapi diterapkannya baru di Jln. Thamrin dan Jln. Sudirman.
Profil Kota Langit Biru 2007
49
10. Hasil Evaluasi Di bawah ini ditunjukkan hasil uji emisi dan nilai kota langit biru setiap Kotamadya.
Nilai Kota Langit Biru INDIKATOR
Skor
Ukuran Pencemaran
65.24
CO (Carbon monoksida)
Hasil Pantau
Baku mutu
64.32
8,154.54
10000 ug/Nm3
50% Baku mutu <= Nilai <
NO2 (Nitrogen dioksida)
56.52
187.32
150 ug/Nm3
100% Baku mutu <= Nilai <
HC (Hydrocarbon)
74.88
68.90
160 ug/Nm3
25% Baku mutu <= Nilai <
Kinerja Lalu lintas perkotaan
40.00
Level of Service
40.00
Kecepatan Operasi
81.00
41.00
31 - 45 Km/jam
59.22
0.82
Tingkat pelayanan D : Arus
100% Baku mutu 200% Baku mutu 50% Baku mutu
Kepadatan lalu lintas (VCR)
mulai tidak stabil
50
55.14
Profil Kota Langit Biru 2007
Keterangan Nilai
D: Arus mulai tidak stabil
Jakarta Jakarta Barat Uji Emisi
Profil Kota Langit Biru 2007
51
Jakarta Pusat
Nilai Kota Langit Biru INDIKATOR Ukuran Pencemaran
Hasil Pantau
Baku mutu
Keterangan Nilai
69.82
CO (Carbon monoksida)
69.98
5,013.49
10000 ug/Nm3
50% Baku mutu <= Nilai <
NO2 (Nitrogen dioksida)
67.53
95.56
150 ug/Nm3
50% Baku mutu <= Nilai <
HC (Hydrocarbon)
71.95
77.26
160 ug/Nm3
25% Baku mutu <= Nilai <
100% Baku mutu 100% Baku mutu 50% Baku mutu
Kinerja Lalu lintas perkotaan
60.00
Level of Service
60.00
Kecepatan Operasi
93.93
53.50
45 - 60 Km/jam
Kepadatan lalu lintas (VCR)
67.63
0.66
Tingkat pelayanan C : Arus
stabil (jalan perkotaan)
52
Skor
65.89
Profil Kota Langit Biru 2007
C: Arus stabil (jalan perkotaan)
Jakarta Uji Emisi
Profil Kota Langit Biru 2007
53
Jakarta Selatan
Nilai Kota Langit Biru INDIKATOR
Skor
Ukuran Pencemaran
71.28
CO (Carbon monoksida)
Hasil Pantau
Baku mutu
59.72
10,201.72
10000 ug/Nm3
100% Baku mutu <= Nilai <
NO2 (Nitrogen dioksida)
82.15
45.13
150 ug/Nm3
25% Baku mutu <= Nilai <
HC (Hydrocarbon)
71.98
77.19
160 ug/Nm3
25% Baku mutu <= Nilai <
Kinerja Lalu lintas perkotaan
40.00
Level of Service
40.00
Kecepatan Operasi
88.79
48.00
45 - 60 Km/jam
Kepadatan lalu lintas (VCR)
61.00
0.80
Tingkat pelayanan D : Arus
200% Baku mutu 50% Baku mutu 50% Baku mutu
mulai tidak stabil
54
58.77
Profil Kota Langit Biru 2007
Keterangan Nilai
D: Arus mulai tidak stabil
Jakarta Uji Emisi
Profil Kota Langit Biru 2007
55
Jakarta Timur
Nilai Kota Langit Biru NDIKATOR Ukuran Pencemaran
Hasil Pantau
Baku mutu
Keterangan Nilai
69.92
CO (Carbon monoksida)
68.70
5,722.50
10000 ug/Nm
350% Baku mutu <= Nilai <
NO2 (Nitrogen dioksida)
75.74
62.30
150 ug/Nm
325% Baku mutu <= Nilai <
HC (Hydrocarbon)
65.31
121.67
160 ug/Nm
350% Baku mutu <= Nilai <
100% Baku mutu 50% Baku mutu
100% Baku mutu
Kinerja Lalu lintas perkotaan
20.00
Level of Service
20.00
Kecepatan Operasi
71.50
31.50
31 - 45 Km/jam
Kepadatan lalu lintas (VCR)
59.22
0.82
Tingkat pelayanan D : Arus
sendat)
mulai tidak stabil
56
Skor
49.95
Profil Kota Langit Biru 2007
E: Arus tidak stabil (tersendat-
Jakarta Uji Emisi
Profil Kota Langit Biru 2007
57
Jakarta Utara
Nilai Kota Langit Biru INDIKATOR
Skor
Ukuran Pencemaran
74.08
CO (Carbon monoksida)
Hasil Pantau
Baku mutu
73.45
4,562.02
10000 ug/Nm3
25% Baku mutu <= Nilai <
NO2 (Nitrogen dioksida)
79.25
52.90
150 ug/Nm3
25% Baku mutu <= Nilai <
HC (Hydrocarbon)
69.53
84.19
160 ug/Nm3
50% Baku mutu <= Nilai <
Kinerja Lalu lintas perkotaan
40.00
Level of Service
40.00
Kecepatan Operasi
83.50
43.50
31 - 45 Km/jam
Kepadatan lalu lintas (VCR)
71.00
0.60
Tingkat pelayanan C : Arus
50% Baku mutu 50% Baku mutu
100% Baku mutu
stabil (jalan perkotaan)
58
60.45
Profil Kota Langit Biru 2007
Keterangan Nilai
D: Arus mulai tidak stabil
Jakarta Uji Emisi
Profil Kota Langit Biru 2007
59
11. Rekomendasi
Transportasi
Perkembangan kebutuhan transportasi di kota Jakarta dan wilayah-wilayah penyangganya di kawasan Bodetabek sudah tidak dapat ditanggulangi dengan penambahan jaringan jalan atau jaringan transportasi sehingga diperlukan suatu sistem transporasi dengan basis public transport seperti kereta api atau sejenisnya untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di wilayah Jabodetabek. Seperti diketahui bahwa kemacetan akan mengakibatkan inefisiensi ekonomi yang tinggi yang didasarkan pada rendahnya penggunaan nilai waktu dan biaya operasi kendaraan serta mempengaruhi lingkungan dengan adanya polusi udara dan polusi suara. Usulan yang paling benar untuk Kota metro seperti Jakarta adalah pengembangan transportasi berbasis massa/angkutan umum. Selain usulan lainnya, seperti: 1. Rerouting jaringan angkutan umum 2. Pemindahan trayek langsung ke busway 3. Perbaikan gangguan samping 4. Pembatasan jumlah kendaraan 60
Profil Kota Langit Biru 2007
Jakarta 5. Penataan pusat-pusat perbelanjaan dan perbaikan sistem bongkar muat barang di pusat perbelanjaan. 6. Penertipan PKL 7. Pembangunan MRT 8. Perbaikan drainase jalan 9. Pemisahan pergerakan local dan menerus di jaringan jalan arteri. 10. Penyediaan jalur khusus sepeda motor Mempertimbangkan aspek geografi dan sosial-ekonomi maka moda transportasi di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yang cocok adalah jenis moda darat. Namun demikian mengingat kondisi tata ruang yang sudah terbangun (sebagian besar) maka efisiensi angkutan harus diperhatikan. Moda transportasi harus mampu memberikan daya angkut yang cukup baik untuk penumpang maupun barang. Selain itu, moda sebaiknya dialirkan melalui sistem jaringan yang baik mengikuti kondisi tata ruang. Sistem radial dan kombinasi linier sebaiknya diterapkan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, khususnya untuk mengantisipasi pergerakan wilayah Barat dan Timur. Secara umum tabel di bawah ini menyajikan arahan moda dan jaringan transportasi untuk DKI Jakarta dan sekitarnya. Profil Kota Langit Biru 2007
61
Wilayah jasa atau perkotaan sebenarnya lebih identik dengan perangkutan penumpang. Perangkutan penumpang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan perangkutan barang dimana biasanya disesuaikan dengan kondisi populasi dan besar kotanya. Pada dasarnya jaringan transportasi di dalam wilayah perkotaan harus berorientasi pada peningkatan mobilitas pergerakan dan bukan aksesibilitas. Artinya jaringan transportasi yang mempunyai karakteristik mobilitas lebih diutamakan terutama untuk pergerakan dari wilayah pemukiman ke wilayah CBD atau pusat kota. Peran jaringan aksesibilitas berada melayani baik di dalam wilayah pemukiman maupun CBD.
62
Profil Kota Langit Biru 2007
Jakarta No (1) 1
Wilayah KAWASAN TERTENTU (2) KAWASAN TERTENTU DKI Jakarta dan sekitarnya
Arahan Moda Transportasi (3) a. Pergerakan Lokal DKI Jakarta DKI Jakarta dan sekitarnya memiliki karakteristik yang khas sebagai kota besar, yakni jumlah penduduk yang besar. Aktivitas ekonomi nasional banyak dilakukan di wilayah KAWASAN TERTENTU ini. Saat ini moda transportasi terbanyak adalah moda jalan raya (mobil pribadi, angkutan umum, sepeda motor). Untuk wilayah yang sudah semakin stagnan seperti DKI Jakarta ini moda transportasi yang baik untuk dikembangkan adalah moda darat dengan angkutan massal. b. Pergerakan Regional Untuk pergerakan regional DKI Jakarta dsk. ke wilayah lain di Indonesia ini diarahkan menggunakan moda transportasi udara. Karakteristik moda ini yang memiliki daya jelajah tinggi mempermudah pergerakan masyarakat.
Arahan Sistem Jaringan Transportasi
a.
(4) Sistem Jaringan yang sebaiknya dikembangkan adalah sistem radial. Hal ini untuk meng-cover pergerakan masyarakat dari kota-kota satelit di sekitarnya. Rute-rute yang perlu diperhatikan antara lain: - Rute arah Timur – Barat: menghubungkan pusat aktivitas di Bekasi – DKI Jakarta – Tangerang (+Banten). - Rute arah Utara – Selatan: menghubungkan pusat aktivitas di Depok, Bogor ke DKI Jakarta. Namun perlu diperhatikan konteks kawasan selatan sebagai kawasan konservasi. Penyediaan jaringan dioptimalkan melalui wilayah-wilayah kosong (bukan hutan lindung). Melihat kondisi topografi yang cenderung menurun ke arah utara (wilayah DKI Jakarta) maka kombinasi sistem linier di bagian utara dan sistem radial dari Timur ke Barat dapat menjadi alternatif sistem jaringan.
b. Pergerakan regional DKI Jakarta dsk. ke wilayah lain di Pulau Jawa, P. Bali, P. Sumatera, P. Kalimantan, P. Papua dan pulau-pulau penting lainnya diarahkan menggunakan rute penerbangan eksisting. Selain itu, mengingat intensitas penduduk di berbagai wilayah yang semakin padat, penyediaan sistem jaringan udara menjadi lebih efisien sebab infrastruktur (runway, taxiway, dll.) tidak terlalu benyak makan ruang.
Sistem transportasi berbasis massa harus didukung pula oleh sistem transportasi yang lain dan fasilitas transportasi yang baik sehingga tercipta suatu sistim transportasi yang terpadu dengan memadukan beberapa moda atau lebih dikenal dengan istilah multimoda.
Profil Kota Langit Biru 2007
63
Jaringan kereta api atau berbasis jalan rel mempunyai peran dalam perangkutan massal di jaringan arteri primer dan sekunder. Untuk jaringan lokal, jaringan jalan menjadi jaringan utama. Pengembangan jaringan transportasi perkotaan dapat merujuk pada pengembangan jaringan transportasi di wilayah DKI Jakarta yaitu sudah terpadunya antara jaringan jalan dengam jaringan rel kereta api. Gambar di bawah ini memperlihatkan bahwa jaringan arteri primer dilayani oleh jaringan KA konvensional yang direpresentasikan pada jaringan subway Lebak Bulus-Kota dan Duri Bekasi serta jaringan KA Jabotabek eksisting. Jaringan busway melayani pergerakan sekunder yang sudah direncanakan sebanyak 15-17 koridor. LRT juga melayani pergerakan sekunder baik dari Kampung Rambutan – Tanjung Priok maupun Kampung Melayu – Bekasi.
64
Profil Kota Langit Biru 2007
Jakarta
Operasi busway Blok M-Kota
Monorel BLUE LINE
Operasi busway Klaideres-Harmoni
Monorel GREEN LINE
Operasi busway Pulogadung-Harmoni Rencana busway
LRT Heavyrail (JABOTABEK)
Gambar. Penerapan Jaringan Transportasi di Wilayah Jasa/Perkotaan
Profil Kota Langit Biru 2007
65
Kualitas udara
Jakarta Utara
Nilai rata-rata dari data pemantauan di tepi jalan di 3 jalan protokol menunjukan konsentrasi pencemar primer yaitu SO2, CO, NO2 masih jauh di bawah ambang batas Baku Mutu. Demikian pula dengan konsentrasi HC dan PM10 walaupun konsentrasinya telah mendekati nilai ambang batas. Konsentrasi TSP telah melebihi ambang batas, yang dapat disebabkan karena dampak tidak langsung/resuspensi debu yang terjadi di jalan-jalan tersebut, di samping tidak tertutup kemungkinan adanya kontribusi dari kegiatan2 lain disekitar jalan tersebut. Perlu dicermati perbedaan data di Jakarta Utara dengan kota-kota lain yang ditandai dengan konsentrasi O3 yang tinggi dan telah melewati ambang batas (bila konsentrasi yang dibandingkan dengan adalah konsentrasi rata-rata 1 jam). Pencemar ini adalah pencemar yang secara langsung dapat menyebabkan gangguan kesehatan, terutama bagi mereka yang sensitif atau menderita penyakit pernafasan seperti asma. Ozon terbentuk di atmosfer karena adanya reaksi kimia antara pencemar prekursornya yaitu NOx, HC dan sinar matahari. Karena merupakan pencemar sekunder (tidak diemisikan secara langsung tetapi terbentuk di atmosfer), pengendalian perlu dilakukan terhadap pencemar prekursornya. 66
Profil Kota Langit Biru 2007
Jakarta Untuk mengendalikan NOx dan HC, usulan untuk pengurangan emisi meliputi pemakaian bahan bakar yang lebih efisien dan pengurangan jumlah kendaraan bermotor. Selain itu perlu dipertimbangkan analisis lebih dalam mengenai sumber tingginya konsentrasi O3, karena adanya kemungkinan transport ozon maupun prekursor yang berasal dari wilayah lain. Bila disebabkan oleh prekursor yang berasal dari kota lain maka perlu dipikirkan mekanisme kerjasama untuk mengurangi emisi dari sumber asal prekursor.
Jakarta Barat Berdasarkan data pemantauan di 3 ruas jalan protokol yang dilakukan pada 2007, diperoleh konsentrasi rata-rata debu baik PM10 sangat jauh di atas ambang batas rata-rata dan konsentrasi TSP juga di atas ambang batas rata-rata. Salah satu konsentrasi pencemar yang dapat diasosiasikan dengan gas buang kendaraan bermotor yang perlu menjadi perhatian adalah NO2 karena sangat jauh melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Diharapkan pada tahun mendatang konsentrasi ini dapat menurun. Konsentrasi ozon ditepi jalan juga perlu diwaspadai dan diamati lebih lanjut.
Profil Kota Langit Biru 2007
67
NO2 adalah parameter yang selalu dihasilkan dari proses pembakaran yang sempurna, sehingga tidak dapat dikurangi emisinya selama jumlah sumber pengemisi tidak dikurangi, dengan kata lain, pemakaian bahan bakar tidak dikurangi. Emisi NO2 yang tinggi dapat dihasilkan dari sumber transportasi (jalan raya) dengan kinerja lalu lintas yang baik, tetapi dengan volume kendaraan yang besar. Tindakan penurunan emisi gas ini dapat dilakukan dengan cara penyediaan transportasi massal dan pengurangan jumlah kendaraan. Dari segi kendaraan bermotor perlu dilakukan peningkatan kesadaran masyarakat untuk merawat mesin kendaraan serta penggunaan tekhnologi pengendali pencemar udara (catalityc conventer). Kondisi jalan dan tepi jalan dengan perkerasan yang kurang baik sehingga menyebabkan naiknya/terangkatnya debu dari jalan akibat lalu lalang kendaraan bermotor merupakan sumber debu TSP. Solusi yang dapat diusulkan dalam jangka pendek adalah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan dan pembakaran bahan bakar dengan cara mengurangi kemacetan, meningkatkan kecepatan arus lalu lintas dan melakukan perawatan dan mesin kendaraan bermotor. Solusi perbaikan prasarana jalan dan penataan lingkungan sekitar jalan raya yang dapat menjadi sumber emisi debu perlu dilakukan untuk mengurangi pencemaran terangkatnya debu akibat lalu lalang kendaraan.
68
Profil Kota Langit Biru 2007
Jakarta
Jakarta Selatan Berdasarkan data pemantauan di 3 ruas jalan protokol yang dilakukan pada 2007, diperoleh konsentrasi rata-rata debu baik PM10 maupun TSP jauh di atas ambang batas rata-rata. Demikian pula dengan konsentrasi CO sebagai salah satu konsentrasi pencemar yang dapat diasosiasikan dengan gas buang kendaraan bermotor perlu menjadi perhatian karena sudah melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Diharapkan pada tahun mendatang konsentrasi ini dapat menurun. Sumber debu baik PM10 maupun TSP dapat diidentifikasi, apakah secara langsung berasal dari transportasi yaitu emisi gas buang, ataupun secara tidak langsung yaitu dari kondisi jalan dan tepi jalan dengan perkerasan yang kurang baik sehingga menyebabkan naiknya/terangkatnya debu dari jalan akibat lalu lalang kendaraan bermotor. Bila kasus pertama yang terjadi maka solusi yang diusulkan dalam jangka pendek adalah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan dan pembakaran bahan bakar dengan cara mengurangi kemacetan, meningkatkan kecepatan arus lalu lintas dan melakukan perawatan dan mesin kendaraan bermotor. Bila kasus kedua yang terjadi maka perlu dilakukan perbaikan prasarana jalan dan penataan lingkungan sekitar jalan raya yang dapat menjadi sumber emisi debu.
Profil Kota Langit Biru 2007
69
Jakarta Timur Berdasarkan data pemantauan di 3 ruas jalan protokol yang dilakukan pada 2007, diperoleh konsentrasi rata-rata debu PM10 sangat jauh di atas ambang batas rata-rata dan konsentrasi TSP juga di atas ambang batas rata-rata. Kondisi ini hampir sama dengan yang terjadi di Jakarta Barat. Konsentrasi PM10 jauh lebih tinggi dari konsentrasi TSP. Dapat dikatakan bahwa sumber debu terutama PM10 adalah lebih banyak berasal dari transportasi secara langsung yaitu emisi gas buang. Kondisi jalan dan tepi jalan dengan perkerasan yang kurang baik sehingga menyebabkan naiknya/terangkatnya debu dari jalan akibat lalu lalang kendaraan bermotor merupakan sumber debu TSP. Solusi yang dapat diusulkan dalam jangka pendek adalah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan dan pembakaran bahan bakar dengan cara mengurangi kemacetan, meningkatkan kecepatan arus lalu lintas dan melakukan perawatan dan mesin kendaraan bermotor. Solusi perbaikan prasarana jalan dan penataan lingkungan sekitar jalan raya yang dapat menjadi sumber emisi debu perlu dilakukan untuk mengurangi pencemaran terangkatnya debu akibat lalu lalang kendaraan.
70
Profil Kota Langit Biru 2007
Jakarta Sementara konsentrasi HC, CO, NO2, SO2, O3, pada pengukuran di tahun 2007 ini masih dapat dikategorikan aman. Namun untuk selanjutnya nilai ini dapat saja melebihi ambang batas apabila tidak menjadi perhatian. Perlu meningkatkan kinerja transportasi untuk mempertahankan kondisi ini.
Jakarta Pusat Berdasarkan data pemantauan di 3 ruas jalan protokol yang dilakukan pada 2007, secara umum diperoleh konsentrasi rata-rata PM10 sudah melebihi nilai ambang batas dan TSP berada hampir sama dengan nilai ambang batas. Perlu dilakukan identifikasi sumber debu terutama PM10, apakah berasal dari transportasi secara langsung yaitu emisi gas buang, ataupun secara tidak langsung yaitu dari kondisi jalan dan tepi jalan dengan perkerasan yang kurang baik sehingga menyebabkan naiknya/terangkatnya debu dari jalan akibat lalu lalang kendaraan bermotor. Bila kasus pertama yang terjadi maka solusi yang diusulkan adalah pengurangan jumlah kendaraan bermotor dengan cara penyediaan transportasi massal. Solusi perbaikan prasarana jalan dan penataan lingkungan sekitar jalan raya yang dapat menjadi sumber emisi debu perlu dilakukan untuk mengurangi pencemaran terangkatnya debu akibat lalu lalang kendaraan. Profil Kota Langit Biru 2007
71
Seperti kondisi yang terjadi di Jakarta Timur, konsentrasi HC, CO, NO2, SO2, O3, pada pengukuran di tahun 2007 ini masih dapat dikategorikan aman. Namun untuk selanjutnya nilai ini dapat saja melebihi ambang batas apabila tidak menjadi perhatian. Perlu meningkatkan kinerja transportasi untuk mempertahankan kondisi ini.
72
Profil Kota Langit Biru 2007
Jakarta
Profil Kota Langit Biru 2007
73
PROFIL LANGIT BIRU KOTA MAKASSAR
74
Profil Kota Langit Biru 2007
Makassar 1. Nama Kota
: Makassar
2. Nama Ibu Kota
: Makassar
3. Provinsi
: Sulawesi Selatan
4. Posisi Koordinat Geografis : 119024’ - 17,38” Bujur Timur dan 508’ – 6,19” Lintang Selatan 5. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah a. Luas Wilayah Administrasi : 175, 77 km2 b. Jumlah penduduk di wilayah administrasi: 1.179.024 jiwa c. Pendapatan perkapita penduduk adalah: Rp. 15.744.194/ bulan d. Jumlah Kecamatan: 14 Kecamatan 6. Data iklim Kelembaban 67-86% Curah hujan Rata-rata 2729 mm/tahun Temperatur
26oC-33 oC Profil Kota Langit Biru 2007
75
7. Jumlah kendaraan bermotor No 1 2 3 4
5 6 7
Jenis Kendaraan Sepeda Motor Mobil penumpang bukan umum Mobil barang Mobil bus - Umum Bus besar Bus sedang Bus kecil - Bukan umum Kendaraan khusus Mobil penumpang umum Kendaraan roda tiga Jumlah
Sumber : Lantas Polwiltabes Kota 76
Profil Kota Langit Biru 2007
Tahun 2003 (unit) 316,864 20,281 20,212
2004 (unit) 449,947 21,009 21,383
2005 (unit) 301,685 50,238 24,390
761 16,648 12,704 346 164 13,286 16,000 417,266
859 16,873 12,874 391 261 13,438 16,000 553,035
249 271 285 11,999 0 12,090 16,983 418,190
Makassar 8. Fasilitas jalan Arteri/Utama
: 52,979 km
Kolektor/Penghubung
: 14,124 km
9. Anggaran Anggaran Kota Tahun 2007
: Rp. 916.078.858.310,-
Anggaran Dinas PLH & Kebersihan Tahun 2007 : Rp.
24.545.161.400,-
Anggaran Pengendalian PPU: Dinas LH dan Keindahan
: Rp.
169.495.000,-
Bappeda
: Rp.
15.000.000,-
Dinas Perhubungan
: Rp.
370.000.000,-
TOTAL
: Rp.
554.495.000,-
10. Komentar masyarakat sebagai hasil survey Dari survey persepsi masyarakat tentang transportasi berkelanjutan yang dilakukan di Kota Makassar di dapatkan beberapa komentar yang diberikan oleh masyarakat, sebagai berikut: Profil Kota Langit Biru 2007
77
1. Menurut Anda, bagaimanakah permasalahan pencemaran udara di kota Anda: 6% 0%
25%
31%
38% Sangat bermasalah, perlu segera dit anggulangi Cukup bermasalah, perlu segera dit anggulangi Sedikit bermasalah, perlu mulai dipikirkan cara penanggulangannya Tidak bermasalah, t et api perlu mulai dipikirkan cara penanggulangannya di wakt u yang akan dat ang Sangat t idak bermasalah
2. Menurut Anda, apakah faktor-faktor penyebab pencemaran udara di kota Anda saat ini: 4%
5% 1% 5%
13%
72% A sap kendaraan bermo t o r Kemacet an Pengat uran lalu lint as yang t idak benar Fasilit as kendaraan umum yang t idak memadai Fasilit as umum/ so sial (R S, mall, seko lah) t erpusat di sat u lo kasi Lainnya
78
Profil Kota Langit Biru 2007
Makassar 3. Menurut Anda, seberapa seriuskan Pemerintah Kota Anda dalam upayanya untuk menurunkan pencemaran udara: Tidak serius 13%
Sangat t idak serius Tidak t ahu 2% 3%
Sangat serius 7% Cukup serius 26%
B iasa-biasa saja 49%
4. Sepengetahuan Anda, program atau kegiatan apa sajakah yang sudah dilaksanakan Pemerintah Kota Anda dalam menurunkan pencemaran udara: Penghijauan ko t a M enert ibkan pembuangan sampah
5% 2% 2% 1%
40%
M engo nt ro l/ memant au po lusi udara Langit B iru Tidak t ahu M embat asi jumlah kendaraan yang mengeluarkan banyak asap
7%
M elakukan kampanye melalui spanduk/ st iker
23%
18% 1% 1%
M emperbaiki saluran air Uji Emisi Lainnya
Profil Kota Langit Biru 2007
79
11. Kondisi transportasi Interkoneksi antar moda di Kota Makassar meliputi interkoneksi moda angkutan jalan raya, moda laut, penyeberangan dan moda udara dimana moda kereta api tidak tersedia di Kota Makassar. Untuk moda laut, penyeberangan pelabuhan Makassar merupakan salah satu pelabuhan pintu gerbang di Indonesia bagian Timur. Sebagai pelabuhan pintu gerbang, maka Pelabuhan Makassar telah menjadi pusat kolektor dan distributor barang ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk Sulawesi Bagian Selatan. Sementara untuk moda udara Bandar Udara Hasanuddin berfungsi sebagai bandar udara Internasional. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan baik penumpang maupun kargo, pengembangan ditujukan untuk menunjang pengembangan bandar udara sebagai pusat bisnis. Angkutan darat moda jalan raya mendominasi sistem angkutan umum Kota Makassar. Hal ini disebabkan kesediaan infrastruktur yang lebih memadai dibandingkan moda lainnya. Angkutan umum dalam kota yang tersedia antara lain bus kota, taksi, dan becak. Angkutan kota merupakan transportasi publik yang paling banyak dijumpai karena paling ekonomis dan rute yang dilalui cukup banyak. 80
Profil Kota Langit Biru 2007
Makassar Tranportasi penghubung Kota Makassar dengan kota-kota disekitarnya juga didominasi oleh angkutan darat moda jalan. Di bagian utara Kota Makassar terdapat Terminal Regional Daya yang menjadi terminal akses pergerakan ke arah utara dan Terminal Regional Pembantu di selatan yang menjadi akses angkutan umum ke arah timur dan selatan.
12. Kondisi Kualitas Udara dan Program Kegiatan Pengelolaan Kualitas Udara Pemerintah Kota Makassar melakukan pemantauan kualitas udara jalan raya (Road side monitoring), dimana kegiatan pemantauan tersebut dilakukan setiap tahunnya secara manual. Beberapa titik lokasi pemantauan seperti di pinggir Jl. A. Yani (Balaikota), Karebosi, Urip Sumohardjo, Kima, Mattoangin, Hertarsing, dan Panampu. Jumlah titik pengamatan, lamanya waktu pengkuran dan parameter yang diukur setiap tahunnya selalu berbeda, kecuali NO2 selalu diukur setiap tahunnya. Sejak tahun 2007 alat pengukur kualitas udara roadside statis otomatis telah digunakan dan ditempatkan di depan Kantor Balaikota (Jl. A. Yani). Parameter yang diukur dengan alat ini meliputi parameter kunci yang bersumber dari transportasi, yaitu CO, NO2, HC.
Profil Kota Langit Biru 2007
81
Kegiatan lain yang dilakukan Pemda Makasar dalam mendukung pengelolaan kualitas udara yaitu uji emisi gratis yang dilakukan setiap tahunnya sejak tahun 2001. 13. Hasil Evaluasi
Nilai Kota Langit Biru INDIKATOR
Skor
Ukuran Pencemaran
81.57
CO (Carbon monoksida)
Hasil Pantau
Baku mutu
84.95
2,509.37
10000 ug/Nm3
25% Baku mutu <= Nilai <
NO2 (Nitrogen dioksida)
79.95
51.02
150 ug/Nm3
25% Baku mutu <= Nilai <
HC (Hydrocarbon)
79.81
54.81
160 ug/Nm3
25% Baku mutu <= Nilai <
Kinerja Lalu lintas perkotaan
40.00
Level of Service
40.00
Kecepatan Operasi
86.46
45.50
45 - 60 Km/jam
67.16
0.67
Tingkat pelayanan C : Arus
50% Baku mutu 50% Baku mutu 50% Baku mutu
Kepadatan lalu lintas (VCR)
stabil (jalan perkotaan
82
64.94
Profil Kota Langit Biru 2007
Keterangan Nilai
D: Arus mulai tidak stabil
Makassar Uji emisi
Profil Kota Langit Biru 2007
83
14. Rekomendasi
Transportasi
Secara umum usulan penangganan Kota Makassar adalah sebagai berikut: 1. Rerouting jaringan angkutan umum 2. Perbaikan hirarki angkutan umum dengan penghapusan trayek langsung dan pergantian jenis moda ke moda yang lebih besar untuk arteri primer dan moda sedang untuk kolektor primer 3. Penataan kembali jalur khusus sepeda motor 4. Penyediaan fasilitas pejalan kaki yang memadai 5. Perbaikan drainase jalan 6. Pemisahan pergerakan lokal dan menerus di jaringan jalan arteri Rencana Proyek Percontohan Pengembangan Angkutan Umum Massal ”Trans Makassar” merupakan usaha yang harus dikembangkan lagi. Beberapa point penting yang harus diperhatikan dalam pengembangannya sesuai dengan kajian yang sudah dilakukan antara lain: 84
Profil Kota Langit Biru 2007
Makassar 1. Penetapan lokasi halte pada jalur khusus bus 2. Estimasi waktu perjalanan bus 3. Optimasi kebutuhan bus a. Kapasitas Bus Yang digunakan b. Jumlah Bus yang digunakan c. Jenis Bus yang Direncanakan 4. Perancangan awal dimensi dan bentuk halte 5. Estimasi lebar jalur yang digunakan a. Disain Jalur Khusus Bus (JKB) dI Jl. Perintis Kemerdekaan b. Disain Jalur Khusus Bus (JKB) di Jl. Urip Sumoharjo c. Disain Jalur Khusus Bus (JKB) di Jl. A.P. Pettarani
Profil Kota Langit Biru 2007
85
Kualitas udara
Berdasarkan data pemantauan di 3 ruas jalan protokol yang dilakukan pada 2007, secara umum diperoleh konsentrasi rata-rata semua parameter masih masih di bawah nilai rata-rata. Secara umum, karena semua nilai parameter yang dipantau di tepi jalan masih di bawah ambang batas rata-rata namun untuk selanjutnya nilai ini dapat saja melebihi ambang batas apabila tidak menjadi perhatian. Perlu meningkatkan kinerja transportasi untuk mempertahankan kondisi ini.
86
Profil Kota Langit Biru 2007
Makassar 15. Foto-foto pelaksanaan di daerah
Pengukuran kualitas udara roadsite secara manual
Pelaksanaan uji emisi
Penghitungan kecepatan kendaraan
Profil Kota Langit Biru 2007
87
PROFIL LANGIT BIRU KOTA MEDAN
88
Profil Kota Langit Biru 2007
Medan 1. Nama Kota
: Medan
2. Nama Ibu Kota
: Medan
3. Provinsi
: Sumatera Utara
4. Posisi Koordinat Geografis : - 20271 – 20471 Lintang Utara - 980351 – 980441 Bujur Timur 5. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah a. Luas Wilayah Administrasi : 265, 10 km2 b. Jumlah penduduk di wilayah administrasi: 2.006.142 jiwa c. Pendapatan perkapita penduduk adalah: Rp. 946.988,17/ bulan d. Jumlah Kecamatan: 21 kecamatan 6. Data iklim Kelembaban
: 55-95 %
Curah hujan
: Rata-rata 2712 mm/tahun
Temperatur
: 23,2oC -24,3oC
Profil Kota Langit Biru 2007
89
7. Jumlah kendaraan bermotor No (1) 1 2 3 4
5 6 7
Jenis Kendaraan (2) Sepeda motor Mobil Penumpang Mobil Barang Mobil bus *. Umum Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil *. Bukan umum Kendaraan Khusus Mobil Penumpang Umum Kendaraan Roda Tiga Jumlah
Sumber : Ditlantas Polda Sumatera Utara
90
Profil Kota Langit Biru 2007
2003 (unit) (3) 657,460 138,179 99,464
Tahun 2004 (unit) (4) 756,569 149,302 104,776
2005 (unit) (5) 901,569 173,235 111,525
2,685 4,031 5,099 298 241 7,583 2,550 917,590
2,705 3,949 5,454 378 277 8,951 3,018 1,035,379
2,913 4,033 5,844 450 304 9,758 3,710 1,213,341
Medan 8. Fasilitas jalan Arteri/Utama
: 58,86 km
Kolektor/Penghubung
: 94,18 km
Lokal/lingkungan
: 2.951, 38km
9. Anggaran Anggaran Kota Tahun 2007
: Rp. 1.721.128.890.843,-
Anggaran Dinas LH & ESDM Tahun 2007
: Rp.
2.574.589.286,-
Anggaran PengendalianPencemaran Udara : Dinas LH & ESDM Tahun 2007
: Rp.
214.000.000,-
10. Komentar masyarakat sebagai hasil survey Dari survey persepsi masyarakat tentang transportasi berkelanjutan yang dilakukan di Kota Medan di dapatkan beberapa komentar yang diberikan oleh masyarakat, sebagai berikut: Profil Kota Langit Biru 2007
91
1. Menurut Anda, bagaimanakah permasalahan pencemaran udara di kota Anda: Sangat bermasalah, perlu segera ditanggulangi
3% 0%
22%
29%
Cukup bermasalah, perlu segera ditanggulangi Sedikit bermasalah, perlu mulai dipikirkan cara penanggulanganny a Tidak bermasalah, tetapi perlu mulai dipikirkan cara penanggulanganny a di w aktu y ang akan datang Sangat tidak bermasalah
46%
2. Menurut Anda, apakah faktor-faktor penyebab pencemaran udara di kota Anda saat ini: Asap kendaraan bermotor
4% 5% 5%
Kemacetan
2% 4%
Pengaturan lalu lintas y ang tidak benar
80%
92
Profil Kota Langit Biru 2007
Fasilitas kendaraan umum y ang tidak memadai Fasilitas umum/sosial (RS, mall, sekolah) terpusat di satu lokasi Lainny a
Medan 3. Menurut Anda, seberapa seriuskan Pemerintah Kota Anda dalam upayanya untuk menurunkan pencemaran udara: 3% 2%
21%
7%
Sangat serius
26%
Cukup serius Biasa-biasa saja Tidak serius Sangat tidak serius Tidak tahu
41%
4. Sepengetahuan Anda, program atau kegiatan apa sajakah yang sudah dilaksanakan Pemerintah Kota Anda dalam menurunkan pencemaran udara: Penghijauan kota
6%
8%
7% 4% 4%
6%
1%
Menertibkan pembuangan sampah
46%
Mengontrol/memantau polusi udara Langit Biru Tidak tahu
7%
11%
Membatasi jumlah kendaraan y ang mengeluarkan bany ak asap Melakukan kampany e melalui spanduk/stiker Memperbaiki saluran air Uji Emisi
Profil Kota Langit Biru 2007
93
11. Kondisi Transportasi Medan mempunyai masalah yang sama dengan DKI Jakarta dan Bandung dengan skala yang berbeda. Perkembangan kota mengakibatkan peningkatan pengguna transportasi tanpa disertai penyediaan prasarana transportasi yang memadai. Ketimpangan ini lambat laun semakin melebar sehingga mengakibatkan kemacetan yang parah. Hal ini semakin diperparah dengan tidak efektfnya penyediaan jaringan prasarana transportasi eksisting. Hambatan samping di jaringan jalan akibat adanya parkir on street dan aktivitas ekonomi yang mengganggu badan jalan semakin mengurangi daya tampung atau kapasitas jalan. Selain itu pemberdayaan kereta api yang lemah akibat pemberdayaan sektor jalan yang lebih kuat mengakibatkan transportasi di Kota Medan tidak beda jauh perkembangannya dengan DKI Jakarta dan Bandung. Kota Medan sudah memiliki Vision Plan tahun 2006-2036, yang berisi rencana jaringan transportasi di Kota Medan dikembangkan untuk meng- optimalkan penggunaan 2 moda angkutan umum yang terdiri dari sistim angkutan bus kota dan antar kota serta angkutan kereta api.
94
Profil Kota Langit Biru 2007
Medan 12. Kondisi Kualitas Udara dan Program Kegiatan Pengelolaan Kualitas Udara Sampai saat ini Pemda Kota Medan belum pernah melakukan pengukuran kualitas udara NonAQMS (pengukuran parameter yang bersumber dari lalu lintas). Namun pada tahun 2007 Pemantauan kualitas udara di kawasan industri Medan sudah dilakukan dan akan menjadi kegiatan tahunan Pemerintah Kota. Kegiatan lain yang dilakukan adalah uji emisi dan service gratis khusus pegawai Pemerintah Kota Tahun 2007 bekerja sama dengan Auto 2000. Selain itu kerjasama dengan Bappenas dalam rangka penyusunan dan aplikasi Action Plan Kota Medan dalam rangka UAQi masih terus dilakukan. Pemerintah Kota Medan juga sedang melakukan pembangunan Gedung Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) sebagai persiapan guna mengakomodasi rencana pemerintah pusat untuk mewajibkan kendaraan pribadi wajib uji.
Profil Kota Langit Biru 2007
95
13. Hasil Evaluasi
Nilai Kota Langit Biru INDIKATOR
Ukuran Pencemaran
Hasil Pantau
Baku mutu
Keterangan Nilai
66.69
CO (Carbon monoksida)
64.26
8,185.57
10000 ug/Nm3
50% Baku mutu <= Nilai <
NO2 (Nitrogen dioksida)
66.29
105.92
150 ug/Nm3
50% Baku mutu <= Nilai <
HC (Hydrocarbon)
69.51
84.34
160 ug/Nm3
50% Baku mutu <= Nilai <
100% Baku mutu 100% Baku mutu 100% Baku mutu
Kinerja Lalu lintas perkotaan
20.00
Level of Service
20.00
Kecepatan Operasi
78.50
38.50
31 - 45 Km/jam
Kepadatan lalu lintas (VCR)
66.68
0.68
Tingkat pelayanan C : Arus
sendat)
stabil (jalan perkotaan)
96
Skor
48.01
Profil Kota Langit Biru 2007
E: Arus tidak stabil (tersendat-
Medan Uji Emisi
Profil Kota Langit Biru 2007
97
14. Rekomendasi
Transportasi
Secara umum usulan penangganan transportasi di Kota Medan adalah sebagai berikut: 1. Rerouting jaringan angkutan umum 2. Perbaikan hirarki angkutan umum dengan penghapusan trayek langsung dan pergantian jenis moda ke moda yang lebih besar untuk arteri primer dan moda sedang untuk kolektor primer 3. Penataan PKL 4. Menyediakan jalur khusus sepeda motor 5. Perbaikan drainase jalan 6. Penggurangan gangguan samping 7. Penyediaan fasilitas pejalan kaki. 8. Pemisahan pergerakan local dan menerus di jaringan jalan arteri. 9. Penataan pusat-pusat perbelanjaan dan perbaikan sistem bongkar muat barang di pusat perbelanjaan 98
Profil Kota Langit Biru 2007
Medan Dalam pengembangan sistem angkutan umum di Kota Medan, diusulkan kereta api menjadi moda unggulan sebagai trayek utama, sedangkan angkutan umum moda jalan diarahkan sebagai pengumpang (feeder) yang melayani dan memberikan kemudahan akses ke stasiun bagi pengguna jasa transportasi angkutan umum. Hal tersebut diusulkan dengan mempertimbangkan beberapa faktor utama, yaitu: struktur ruang kota, struktur jaringan jalan kota yang berpola grid dengan jarak antar simpang relatif cukup pendek, dan hirarki sistem angkutan umum yang belum jelas di Kota Medan. Saat ini, beban jaringan jalan di Kota Medan sudah relatif jenuh dan hampir 90% jalan di pusat Kota Medan sudah tidak mungkin lagi dilebarkan (garis sepadan jalan 0 meter). Sesuai dengan rencana pengembangan angkutan umum Kota Medan dalam Vision Plan tahun 2006-2036, alternatif utama trase jalan rel yang dikembangkan untuk melayani pergerakan komuter Kota Medan dan sekitarnya terdiri dari 5 (lima) segmen, yaitu: Medan - Binjai Medan - Belawan Medan - Lubuk Pakam Medan – Pancur Batu Medan – Deli Tua Profil Kota Langit Biru 2007
99
Namun selain itu ada 2 usulan lain yang perlu diperhatikan, yaitu: Kereta api Bandara yang melayani rute Polonia - Medan – Kuala Namu Pengembangan jaringan pelayanan kereta api perkotaan (urban rail) dengan trase
melingkar Kota Medan dan mengakses rencana pusat kantor pemerintahan yang baru.
Kualitas udara
Berdasarkan data pemantauan di 3 ruas jalan protokol yang dilakukan pada 2007, secara umum diperoleh konsentrasi rata-rata debu baik PM10 maupun TSP masih di bawah nilai rata-rata. Konsentrasi HC, CO2, NO2, SO2, O3, pada pengukuran di tahun 2007 ini masih dapat dikategorikan aman. Secara umum, karena semua nilai parameter yang dipantau di tepi jalan masih di bawah ambang batas rata-rata namun untuk selanjutnya nilai ini dapat saja melebihi ambang batas apabila tidak menjadi perhatian. Perlu meningkatkan kinerja transportasi untuk mempertahankan kondisi ini serta perlu dilakukan pengamatan secara kontinu melalui data pemantauan untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja yang telah dicapai.
100
Profil Kota Langit Biru 2007
Medan 15. Foto-foto pelaksanaan di daerah
Pengukuran kualitas udara roadsite secara manual
Pelaksanaan uji emisi
Penghitungan traffic counting
Profil Kota Langit Biru 2007
101
PROFIL LANGIT BIRU KOTA SEMARANG
102
Profil Kota Langit Biru 2007
Semarang 1. Nama Kota
: Semarang
2. Nama Ibu Kota
: Semarang
3. Provinsi
: Jawa Tengah
4. Posisi Koordinat Geografis : 6,5’ – 7,10 Lintang Selatan 110,5’ – 110,35’ Bujur Timur 5. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah a. Luas Wilayah Administrasi : 373,70 km2 b. Jumlah penduduk di wilayah administrasi: 1.406.999 jiwa c. Pendapatan perkapita penduduk adalah: Rp. 950.043,17/bulan d. Jumlah Kecamatan: 16 kecamatan 6. Data iklim Kelembaban
:
“70 – 82%
Curah hujan
:
Rata-rata 2584 mm/tahun
Temperatur
:
28oC-31 oC
Profil Kota Langit Biru 2007
103
7. Jumlah kendaraan bermotor No
Jenis Kendaraan
(1) 1 2 3 4
(2) Sepeda motor Mobil Penumpang Mobil Barang Mobil bus *. Umum Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil *. Bukan umum 5 Kendaraan Khusus 6 Mobil Penumpang Umum 7 Kendaraan Roda Tiga Jumlah
Sumber : Dipenda Provinsi Jateng
104
Profil Kota Langit Biru 2007
2004 (unit) (3) 388.597 1.697 37.501 1.697 1.193 504 864 3.256 435.309
Tahun 2005 (unit) (4) 440.831 96.044 38.109 1.586 1.061 525 1.191 3.081 582.434
2006 (unit) (5) 476.482 100.827 39.063 1.442 944 498 1.367 3.706 624.329
Semarang 8. Fasilitas jalan Arteri/Utama
: 181,555 km
Kolektor/penghuung
: 218,095 km
Lokal/lingkungan
: 613,328 km
9. Anggaran Anggaran Kota Tahun 2007
: Rp. 1.235.000.000.000,-
Anggaran Bapedalda Kota
: Rp.
1.808.237.000,-
Anggaran Pengendalian Pencemaran Udara:
Bapedalda Kota
: Rp.
280.000.000,-
10. Komentar masyarakat sebagai hasil survey Dari survey persepsi masyarakat tentang transportasi berkelanjutan yang dilakukan di Kota Semarang di dapatkan beberapa komentar yang diberikan oleh masyarakat, sebagai berikut:
Profil Kota Langit Biru 2007
105
1. Menurut Anda, bagaimanakah permasalahan pencemaran udara di kota Anda: 28,5% 16,2%
5,4% 0,0% 50,0% Sangat bermasalah, perlu segera ditanggulangi Cukup bermasalah, perlu segera ditanggulangi Sedikit bermasalah, perlu mulai dipikirkan cara penanggulangannya Tidak bermasalah, tetapi mulai dipikirkan cara penanggulangannya di waktu yang akan datang Sangat tidak bermasalah
2. Menurut Anda, apakah faktor-faktor penyebab pencemaran udara di kota Anda saat ini: 6,2% 0,8%
0,8% 4,6%
12,3%
75,4% Asap kendaraan bermotor Fasiltas kendaraan umum yang tidak memadai Kemacetan Fasiltas umum/sosial (RS,mall,Sekolah) terpusat di suatu lokasi Pengaturan lalu lintas yang tidak benar lainnya
106
Profil Kota Langit Biru 2007
Semarang 3. Menurut Anda, seberapa seriuskan Pemerintah Kota Anda dalam upayanya untuk menurunkan pencemaran udara: 6,9%
9,2% 16,2%
32,3%
sangat serius tidak serius cukup serius Sangat tidak serius
20,8%
14,6%
biasa-biasa saja Tidak tahu
4. Sepengetahuan Anda, program atau kegiatan apa sajakah yang sudah dilaksanakan Pemerintah Kota Anda dalam menurunkan pencemaran udara: 13,1%
5,4%
3,1% 1,5% 0,0% 4,6% 3,1% 5,4%
54,6% 9,2%
penghijauan kota membatasi jumlah kendaraan yang mengeluarkan banyak asap menertiban pembuangan sampah melakukan kampaye melalui spanduk mengontrol/memantau polusi udara memperbaiki saluran air langit biru uji Emisi tdak tahu lainnya
Profil Kota Langit Biru 2007
107
11. Kondisi transportasi Arah pembangunan transportasi Semarang dan sekitarnya jelas tersurat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Semarang tahun 2005-2025 pada sub transportasi, sebagai berikut: “Arah permbangunan sistem jaringan transportasi diarahkan bagi terwujudnya sistem jaringan jalan yang efektif dan efisien sesuai dengan hirarki dan fungsi serta terwujudnya sistem jaringan transportasi yang terintegrasi antara moda transportasi darat (jalan raya dan rel kereta api), moda laut dan moda transportasi udara. Pengembangan sistem transportasi diarahkan bagi tersedianya moda transportasi cepat dan massal (mass rapid transport)” Permasalahan yang dihadapi di sektor transportasi Kota Semarang meliputi: 1 Pencampuran pergerakan lokal (dalam kota) dengan pergerakan antar kota. Hal ini terjadi pada ruas Jl. Terboyo, Jl. Raden Patah, Jl. Dr. Cipto, Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. Siliwangi dan Jl. Walisongo; 2. Kapasitas jaringan tidak sepadan dengan intensitas pergerakan pada beberapa ruas jalan, khususnya pada jam-jam sibuk. Hal ini terutama terjadi di Jl. Brigjen. Katamso, Jl. Brigjen. 108
Profil Kota Langit Biru 2007
Semarang Sudiarto, Jl. Siliwangi, Jl. Walisongo, Jl. Setiabudi, dan Jl. Perintis Kemerdekaan; 3. Efisiensi pergerakan, pergerakan kendaraan jalur Jakarta-Semarang dan SemarangSurakarta mempunyai intensitas lebih tinggi dibandingkan dengan Semarang-Surabaya. Kebutuhan permintaan terhadap pelayanan sarana angkutan antar kota yang ada saat ini dilayani sebagian besar oleh fasilitas moda jalan. Ada juga yang menggunakan transportasi kereta api. Namun hanya sebagian kecil dan tingkat lokal saja. Angkutan umum yang bersifat massal hanya mampu melayani 6 persen dari angkutan yang ada. Selebihnya 3 persen terlayani angkutan bus sedang/kecil. Kondisi ini memunculkan persoalan terjadinya kemacetan, pengurangan waktu perjalanan dan terjadinya tundaan (delay) serta kecepatan perjalanan. Sedangkan untuk jaringan transportasi kereta api tidak terpadu dengan jaringan transportasi jalan. Kenyataan itu dapat dilihat dari tidak adanya jaringan intermoda di simpul transportasi baik itu di stasiun KA maupun terminal penumpang.
Profil Kota Langit Biru 2007
109
12. Kondisi Kualitas Udara dan Program Kegiatan Pengelolaan Kualitas Udara Sampai saat ini Pemda Kota Semarang belum pernah melakukan pengukuran kualitas udara roadside/ Non-AQMS (pengukuran parameter yang bersumber dari lalu lintas). Pada Tahun 2006 uji emisi untuk kenderaan motor dilakukan sebagai bagian sosialisasi tentang perlunya perawatan dan pemeriksaan kenderaan bagi pemilik kenderaan pribadi. Selain itu kerjasama dengan Bappenas dalam rangka penyusunan dan aplikasi Action Plan Kota Semarang dalam rangka UAQi masih terus dilakukan. Selain itu telah dilakukan juga studi pengoperasian angkutan umum massal di Kota Semarang, yaitu untuk rute Mangkang-Penggaron.
110
Profil Kota Langit Biru 2007
Semarang 13. Hasil Evaluasi
Nilai Kota Langit Biru INDIKATOR
Ukuran Pencemaran
Skor
52.11 Hasil Pantau
Baku mutu
6,659.55
10000 ug/Nm3
Keterangan Nilai
73.51
CO (Carbon monoksida)
67.01
NO2 (Nitrogen dioksida)
92.44
20.24
150 ug/Nm3
Nilai < 25% Baku mutu
HC (Hydrocarbon)
61.08
159.30
160 ug/Nm3
50% Baku mutu <= Nilai <
100% Baku mutu
100% Baku mutu
Kinerja Lalu lintas perkotaan
50% Baku mutu <= Nilai <
20.00
Level of Service
20.00
Kecepatan Operasi
74.00
34.00
31 - 45 Km/jam
Kepadatan lalu lintas (VCR)
75.42
0.54
Tingkat pelayanan C : Arus
sendat)
stabil (jalan perkotaan)
E: Arus tidak stabil (tersendat-
Profil Kota Langit Biru 2007
111
Uji Emisi
112
Profil Kota Langit Biru 2007
Semarang 14. Rekomendasi
Transportasi
Secara umum usulan penanganan Kota Semarang adalah melalui: 1. Rerouting jaringan angkutan umum 2. Perbaikan hirarki angkutan umum dengan penghapusan trayek langsung dan pergantian jenis moda ke moda yang lebih besar untuk arteri primer dan moda sedang untuk kolektor primer 3. Penataan PKL 4. Menyediakan jalur khusus sepeda motor 5. Perbaikan drainase jalan 6. Penggurangan gangguan samping 7. Pemisahan pergerakan local dan menerus di jaringan jalan arteri Dengan adanya jalur pencampuran moda transportasi antara Kota Semarnag dengan kotakota urban di sekitarnya telah menimbulkan masalah kemacetan, sehingga dibutuhkan antisipasi Profil Kota Langit Biru 2007
113
untuk menghindari kemacetan lalu lintas. Karena Beberapa usulan cara yang dapat ditempuh dan sesuai dengan RTRW Kota Semarang 2000-2010, yaitu: 1. Jalan raya Kendal-Krapyak dapat dilakukan dengan peningkatan dimensi jalan yaitu pembuatan jalur pemisah antara jalur moda cepat dan jalur moda lambat; 2. Jalur Semarang-Purwodadi, kemacetan akibat pencampuran moda antar kota dan dalam kota dapat diatasi dengan pemidahan jalur angkutan antar kota, dengan rute Terminal Terboyo-Tol-Arteri-Terminal B Penggaron atau Terminal Tipe A Terboyo-Jalan Banjardowo-Arteri-Terminal Tipe B Penggaron; 3. Jalur Semarang-Surakarta, kemacetan akibat pencampuran moda antar kota dan dalam kota dapat diatasi dengan memindahkan jalur angkutan antar kota, dengan rute melewati jalan tol, akan tetapi pemecahan seperti ini harus sudah ditunjang dengan terbangunnya Terminal Tipe A di wilayah Pudakpayung, Banyumanik. Perencanaan dalam bidang transportasi yang cocok untuk dikembangkan di Kota Semarang adalah melalui suatu pengembangan pola untuk mendapatkan segi efisiensi dan efektifitas pelayanan. Didasarkan atas kondisi topografi, kondisi transportasi darat yang ada, pengembangan tata guna tanah dan pengembangan kegiatan kota maka dipilih pola lingkar dan jari-jari sebagai 114
Profil Kota Langit Biru 2007
Semarang sistem transportasi Kota Semarang sebagai berikut: a. Jalur lingkar dalam Merupakan jalur yang mengitari lingkungan pusat kota berfungsi sebagai jalur penampung dan pembagi arus di pusat kota, melingkar Jl. Tol seksi C, penggal jalan antara pertemuan Jl. Tol Seksi C dan seksi A Jatingaleh, Jl. Tol Arteri Lingkar utara dan Jl. Usman Janatin. b. Jalur lingkar luar Merupakan jalur yang menjadi penampung arus kegiatan regional yang masuk dari jalan radial. Fungsinya menampung arus lalu lintas internal ke eksternal atau sebaliknya. Jalur ini sangat penting untuk membebaskan daerah pusat kota (WP I) bebas dan arus kendaraan berat baik kendaraan barang atau bus-bus antar kota. Jalur yang direncanakan adalah Jl. Genuk-Pedurungan, Jl. Tegal Kangkung, dan Jl. Kedungmundu Raya. c. Jalur radial Jaringan jalan Kota Semarang sebagai radial regional terdapat lima jalur pergerakan yaitu ke arah Kendal, Ungaran, Purwodadi, Demak dan Boja. Jalur ini sebagai distributor arus lalu lintas dari wilayah regional. Untuk kepentingan lokal sendiri dikembangkan jalur radial lokal antara Profil Kota Langit Biru 2007
115
lain jalur dari Mijen ke Ngalian, jalur dari Gunungpati ke Manyaran dan Desa Patemon ke Manyaran dari Sekaran ke Sampangan. Jalur lingkar dan radial di atas merupakan pola utama dan pengembangan jalur transportasi (jalan) Kota Semarang. Sedangkan secara lingkungan masih dikembangkan lagi jalur-jalur lingkungan yang dibedakan antara pola jaringan di pusat kota dan wilayah sekitarnya sebagai jalurjalur kolektor lingkungan/jalur antar lingkungan, dan jalan-jalan pembagi dalam lingkungan. Untuk angkutan penumpang umum, secara umum seluruh wilayah Kota Semarang sudah terjangkau akan tetapi secara kuantitas maupun kualitas angkutan umum masih kurang, sehingga perlu pembenahan dan penataan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat Kota Semarang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Dalam rencana sistem angkutan umum selain kebutuhan armada angkutan umum, juga direncanakan pola jaringan jalan dan prasarana pendukung lainnya yaitu : 1. Pembagian jalur angkutan penumpang umum menjadi tiga yaitu jalur antar kota (AKAP, AKDP), dan jalur angkutan kota. 2. Pengembangan terminal sesuai tipenya
116
Profil Kota Langit Biru 2007
Semarang Sedangkan rencana sarana transportasi atau angkutan umum massal yang akan digunakan dalam melayani publik dalam Kota Semarang antara lain: 1. Bus kota skala besar, dengan tempat duduk 50 orang melayani angkutan antar kawasan utama dengan kawasan utama lain dengan titik-titik pemberhentian di terminal-terminal di pusat keramaian lingkungan (kecamatan) yang berjarak jauh; 2. Bus kota skala sedang, dengan tempat duduk 26 orang melayani jalan-jalan umum antar kawasan di dalam Kota Semarang yang berjarak jauh; 3. Angkutan kota (mikrolet), dengan tempat duduk 12 orang melayani angkutan antar kawasan berdasarkan trayek tertentu yang berjarak pendek. Khusus untuk bus antar kota tidak diperkenankan masuk ke pusat kota sebagai usaha mengatasi masalah lalu lintas di pusat kota.
Kualitas udara
Berdasarkan data pemantauan di 3 ruas jalan protokol yang dilakukan pada 2007, secara umum diperoleh konsentrasi rata-rata PM10 melebihi nilai ambang batas dan TSP berada hampir sama Profil Kota Langit Biru 2007
117
dengan nilai ambang batas. Kondisi yang sama juga ditemukan pada konsentrasi HC, yang pada pengukuran di tahun 2007 hampir sama dengan nilai ambang batas. Hal ini perlu diwaspadai dan harus menjadi perhatian agar di tahun mendatang nilai ini tidak bertambah tinggi. Tindakan penurunan emisi gas HC dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi penggunaan dan pembakaran bahan bakar dengan cara mengurangi kemacetan, meningkatkan kecepatan arus lalu lintas dan melakukan perawatan dan mesin kendaraan bermotor. Konsentrasi rata-rata PM10 yang terukur di Semarang lebih tinggi dari konsentrasi TSP, hal ini menyiratkan terdapat lebih banyak debu dengan ukuran kecil (lebih kecil dari 10 mikron). Debu berukuran kecil dapat berasal dari sisa pembakaran pada temperatur tinggi dan umumnya berukuran kecil (<10 mikron). Perlu dilakukan identifikasi sumber debu terutama PM10, apakah berasal dari transportasi secara langsung yaitu emisi gas buang, ataupun secara tidak langsung yaitu dari kondisi jalan dan tepi jalan dengan perkerasan yang kurang baik sehingga menyebabkan naiknya/terangkatnya debu dari jalan akibat lalu lalang kendaraan bermotor. Bila kasus pertama yang terjadi maka solusi yang diusulkan dalam jangka pendek sama dengan penanggulangan HC dan dalam jangka panjang perlu dilakukan pengurangan jumlah kendaraan bermotor dengan cara penyediaan transportasi massal. Bila kasus kedua yang terjadi maka perlu dilakukan perbaikan prasarana jalan dan penataan lingkungan sekitar jalan raya yang dapat menjadi sumber emisi debu. 118
Profil Kota Langit Biru 2007
Semarang 15. Foto-foto pelaksanaan di daerah
Pelaksanaan uji emisi
Pengukuran kualitas udara roadsite secara manual
Penghitungan traffic counting
Profil Kota Langit Biru 2007
119
PROFIL LANGIT BIRU KOTA SURABAYA
120
Profil Kota Langit Biru 2007
Surabaya 1. Nama Kota
: Surabaya
2. Nama Ibu Kota
: Surabaya
3. Provinsi
: Jawa Timur
4. Posisi Koordinat Geografis : 07021’ - 17,38” Lintang Selatan dan 112036’ – 1120,54” Bujur Timur 5. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah a. Luas Wilayah Administrasi : 326,36 km2 b. Jumlah penduduk di wilayah administrasi : 2.685.515 jiwa c. Pendapatan perkapita penduduk adalah Rp. 1.250.000,-/ bulan d. Jumlah Kecamatan: 31 Kecamatan 6. Data iklim Kelembaban
: 42% - 97%
Curah hujan
: Rata-rata 1966 mm/tahun
Temperatur
: 22,6 o – 34,1o Profil Kota Langit Biru 2007
121
7. Jumlah kendaraan bermotor No. (1) 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
Jenis Kendaraan (2) Sepeda Motor MobilPenumpang Mobil Barang Mobil Bus • Umum Bus Besar Bus sedang Bus Kecil • Bukan Umum Kendaraan Khusus Mobil Penumpang Umum Kendaraan Roda tiga Jumlah
Sumber : Dipenda Provinsi Jateng
8. Fasilitas jalan Arteri Primer 122
Profil Kota Langit Biru 2007
: 80,71 km
2002 (unit) (3) 630.933 182.078 69.245
2003 (unit) (4) 708.343 189.472 72.726
2004 (unit) (5) 800.008 204.313 79.725
1.032 708 160 8.444 -
1.048 707 166 11.093 -
1.060 771 92 11.931 -
892.600
983.555
1.097.900
Surabaya Arteri Sekunder
: 76,95 km
Kolektor Primer
: 158,45 km
Kolektor Sekunder
: 255,88 km
9. Anggaran Anggaran Kota Tahun 2007
: Rp. 1.343.456.641.098,-
Anggaran Dinas PLH Tahun 2007 : Rp.
5.862.879.279,-
Anggaran Pengendalian PPU: BPLH Tahun 2007
: Rp.
1.486.740.776,-
Bappeko Tahun 2007
: Rp.
1.395.981.294,-
Dishub Tahun 2007
: Rp.
3.126.510.136,-
TOTAL
: Rp.
6.009.232.206,-
10. Komentar masyarakat sebagai hasil survey Dari survey persepsi masyarakat tentang transportasi berkelanjutan yang dilakukan di Kota Semarang di dapatkan beberapa komentar yang diberikan oleh masyarakat, sebagai berikut: Profil Kota Langit Biru 2007
123
1. Menurut Anda, bagaimanakah permasalahan pencemaran udara di kota Anda: Sangat bermasalah, perlu segera ditanggulangi
15%
2%
0%
Cukup bermasalah, perlu segera ditanggulangi Sedikit bermasalah, perlu mulai dipikirkan cara penanggulangannya
30%
Tidak bermasalah, tetapi perlu mulai dipikirkan cara penanggulangannya di waktu yang akan datang Sangat tidak bermasalah
53%
2. Menurut Anda, apakah faktor-faktor penyebab pencemaran udara di kota Anda saat ini: 10%
2% 6%
5%
17%
60%
Asap kendaraan bermotor Kemacetan Pengaturan lalu lintas yang tidak benar Fasilitas kendaraan umum yang tidak memadai Fasilitas umum/sosial (RS, mall, sekolah) terpusat di satu lokasi Lainnya
124
Profil Kota Langit Biru 2007
Surabaya 3. Menurut Anda, seberapa seriuskan Pemerintah Kota Anda dalam upayanya untuk menurunkan pencemaran udara:
7%
7%
Sangat serius
9%
Cukup serius
19%
20%
Biasa-biasa saja Tidak serius Sangat tidak serius
38%
Tidak tahu
4. Sepengetahuan Anda, program atau kegiatan apa sajakah yang sudah dilaksanakan Pemerintah Kota Anda dalam menurunkan pencemaran udara: Penghijauan kota Menertibkan pembuangan sampah
1%
13%
Mengontrol/memantau polusi udara
5% 3%
Langit Biru Tidak tahu
5% 9%
2% 5%
5%
52%
Membatasi jumlah kendaraan y ang mengeluarkan bany ak asap Melakukan kampany e melalui spanduk/stiker Memperbaiki saluran air Uji Emisi Lainny a
Profil Kota Langit Biru 2007
125
11. Kondisi Transportasi kota Surabaya merupakan kota kedua terbesar di Indonesia. Permasalahan transportasi di kota ini hampir sama dengan di DKI Jakarta, Bandung dan Medan. Keefektifan jaringan jalan di Kota Surabaya menjadi isu utama. Isu itu lebih dititikberatkan pada tingginya gangguan samping tinggi. Di beberapa titik terdapat permasalahan parkir on-street. Hampir sebagian besar jaringan jalan arteri primer di Surabaya sudah melampaui standar kapasitas dalam perundang-undangan. Hal ini telah memperparah kemacetan di jalan-jalan arteri Kota Surabaya. Salah satu program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Surabaya adalah pengaturan waktu awal kegiatan (WAK). Pengaturan diterapkan antara jadwal masuk kerja kantor dengan jadwal masuk sekolah. Jadwal masuk sekolah lebih dahulu dibandingkan dengan jadwal masuk kerja kantor. Dengan program ini diharapkan kemacetan di waktu pagi bisa diatasi. Pola jaringan jalan utama di Surabaya pada dasarnya adalah berbentuk koridor linier yang menghubungkan kawasan utara dan selatan (Tanjung Perak-Waru). Namun saat ini telah terjadi pergeseran dari arah yang linear, cenderung berbentuk sistem radial-persegi panjang seiring dengan meningkatnya perkembangan pembangunan di kawasan barat-timur Surabaya serta meningkatnya penggunaan jalan tol Surabaya-Malang. 126
Profil Kota Langit Biru 2007
Jaringan jalan yang ada sekarang ini pun belum dikembangkan seefektif mungkin untuk melayani setiap wilayah di Surabaya. Belum terbangunnya beberapa jaringan arteri primer dan sekunder terutama yang berada di Surabaya bagian Timur telah mengurangi aksesibilitas dan mobilitas wilayah Surabaya Timur terutama ke Surabaya Selatan. Dalam rangka upaya penataan kota dengan orientasi memberikan lebih banyak lagi ruang untuk publik, Pemda Kota Surabaya sudah mulai membangun beberapa pedistrian, yaitu di Jl. Tunjungan, Jl. Basuki Rahmad, Jl. Urip Sumoharjo, Jln. Gubernur Suryo, Jln. Panglima Sudirman, dan Jln. Yos Sudarso. Aspek aksesibilitas, kenyamanan dan keleluasaan aktivitas menjadi beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan pedestrian di pusat kota. Isu krusial lainnya yang muncul dalam penanganan masalah transportasi perkotaan selain kemacetan khususnya di Kota Surabaya adalah kelembagaan transportasi. Perencanaan transportasi seringkali dihambat oleh wilayah administrasi. Angkutan umum seringkali tidak efisien dalam perangkutan di wilayah perbatasan. Untuk wilayah perkotaan hal ini menambah rumit ketidakefisienan atau tingginya operasi angkutan umum.
Profil Kota Langit Biru 2007
127
12. Kondisi Kualitas Udara dan Program Kegiatan Pengelolaan Kualitas Udara Pemerintah Kota Surabaya setiap tahunnya melakukan pemantauan kualitas udara ambient melalui AQMS (Air Quality Monitoring System) namun untuk pemantauan kualitas udara jalan raya/ roadsite monitoring belum pernah dilakukan, Kegiatan lain yang secara rutin dilakukan yaitu uji emisi gratis kepada masyarakat, baik mobil pribadi maupun kenderaan umum yang dilaksanakan berkat kerjasama antara Pemda Kota dengan kelompok masyarakat seperti Oto-point setiap 4 bulan sekali. Pelaksanaan program peningkatan kualitas udara perkotaan (Urban Air Quality Improvement) sebagai kerjasama antara Pemerintah Kota Surabaya dengan Pemerintah Pusat (BAPPENAS). Adanya Forum Udara Bersih Kota Surabaya (FURBES) dengan berbagai kegiatan yang dilakukan secara bersama Pemda dan masyarakat sangat membantu Pemerintah Kota dalam hal peningkatan kualitas udara di Kota Surabaya.
128
Profil Kota Langit Biru 2007
Surabaya 13. Hasil Evaluasi
Nilai Kota Langit Biru INDIKATOR
Hasil Pantau
Baku mutu
54.88
13,657.64
10000 ug/Nm3
NO2 (Nitrogen dioksida)
95.48
12.09
150 ug/Nm3
Nilai < 25% Baku mutu
HC (Hydrocarbon)
100.00
0.00
160 ug/Nm3
Nilai < 25% Baku mutu
Ukuran Pencemaran CO (Carbon monoksida)
200% Baku mutu
Kinerja Lalu lintas perkotaan
Skor
66.07 Keterangan Nilai
83.45 100% Baku mutu <= Nilai <
40.00
Level of Service
40.00
Kecepatan Operasi
86.46
45.50
45 - 60 Km/jam
Kepadatan lalu lintas (VCR)
62.89
0.76
Tingkat pelayanan D : Arus
mulai tidak stabil
D: Arus mulai tidak stabil
Profil Kota Langit Biru 2007
129
Uji Emisi
130
Profil Kota Langit Biru 2007
Surabaya 14. Rekomendasi
Transportasi
Secara umum usulan penanggana Kota Surabaya adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan kapasitas rel Utara-Selatan 2. Pengembangan jaringan rel Barat-Timur 3. Restrukturisasi hirarki 4. Peningkatan aksesibilitas jalan sehingga mencapai standar maksimum pelayanan jalan pada wilayah perkotaan 5. Perbaikan drainase jalan 6. Perbaikan hirarki angkutan umum 7. Penyediaan jalur khusus sepeda motor. Tujuan rencana sistem jaringan jalan antara lain untuk mengurangi beban lalu lintas di jalur tengah, meningkatkan beban lalu lintas di pingir (ring road) dan aksesibilitas wilayah timur-barat serta meletakkan dasar-dasar sistem transportasi yang baik untuk ditindaklanjuti pada masa akan Profil Kota Langit Biru 2007
131
datang. Berdasarkan RTRWN Kota Surabaya disusun 2 skenario untuk pengembangan jaringan jalan di Kota Surabaya: 1. Skenario I, dengan asumsi bila jalan lingkar timur maupun barat belum terealisasi maka Jl. Demak – Jl. Ijen – Jl. Arjuno – Jl. Pasar kembang – Jl. Diponegoro – Jl. Wonokromo – Jl. A Yani tetap sebagai jalan arteri primer. 2. Skenario II, dengan asumsi bila jalan lingkar timur maupun barat terealisasi maka Jl. Demak – Jl. Ijen – Jl. Arjuno – Jl. Pasar kembang – Jl. Diponegoro – Jl. Wonokromo – Jl. A Yani akan berubah fungsi sebagai jalan arteri sekunder. Bedasarkan kecenderungan yang terjadi di lapangan serta berdasarkan keppres No.15/2002 yang membolehkan semua proyek dilanjutkan pembangunannya (kelanjutan pembangunan jalan tol) tersebut maka struktur jaringan jalan skenarioII merupakan alternatif pilihan pertama. Dengan asumsi jika skenario II benar-benar terealisasi diharapkan akan mengurangi kemacetan dan kepadatan lalu lintas serta memindahkan jenis kendaraan besar (truk, bus antar kota, dan sejenisnya) pada jalur seperti tersebut di atas. Transportasi massal harus menjadi solusi dari kemacetan di kota Surabaya. Ide angkutan 132
Profil Kota Langit Biru 2007
Surabaya massal merupakan langkah jitu yang dapat meningkatkan revenue dan pendapatan semua sisi dan berpihak pada rakyat yang lemah. Kemacetan akan teratasi dan kebijakan selanjutnya dapat diterapkan untuk mempertahankan keteraturan perangkutan. Jaringan KA adalah salah satu moda transportasi massal yang perlu dikembangkan baik prasarana, sarana dan operasinya adalah jaringan KA dari wilayah komuter di Selatan Surabaya yaitu wilayah Sidoarjo menuju pusat kota di Surabaya dan wilayah komuter Surabaya – Lamongan. Perlu juga dikembangkan jaringan KA antara Barat dan Timur. Pengembangan jaringan KA di rute ini perlu ditentukan pula teknologinya karena jaringan KA eksisting belum ada. Rencana pengembangan angkutan massal berbasis jalan (BRT) yang sudah dibahas proses pra design nya pada tahun 2006 perlu dikembangkan dan diaplikasikan. Sehingga sosialisasi rencana pengoperasian BRT tahun 2009 dapat direalisasikan. Sementara itu untuk kelembagaan transportasi yang sekarang ini menjadi isu krusial di Kota Surabaya dapat dicarikan solusinya melalui kerjasama antar semua pihak. Pemerintah Lokal seharusnya mendapatkan peran dalam transportasi perkotaan karena menyangkut wilayah administrasinya. Subsidi merupakan hal yang pasti terjadi untuk pengembangan transportasi massal ini. Subsidi seharusnya merupakan faktor yang harus dibeban bersama-sama oleh semua Profil Kota Langit Biru 2007
133
stakeholder termasuk Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, industri, pengemban (Developer), dan dunia usaha lainnya. Peran pemerintah pusat dan daerah bersama-sama merumuskan sistem sharing dan keduanya merupakan pemilik bersama prasarana ini. Pelayanan yang optimal, pengurangangan kemacetan, penurunan biaya distribusi, penurunan biaya ekonomi, peningkatan daya saing produk lokal dan peningkatan daya beli merupakan manfaat yang didapat dari implementasi angkutan umum massal. Manfaat dan semangat ini harus terus dijaga dan disorot kinerjanya secara transparan dan akuntabel oleh publik. Untuk selanjutnya lembaga/badan yang sudah dibentuk ini sebaiknya berinduk tidak pada satu wilayah administrasi saja. Kompleksnya permasalahan perkotaan mengakibatkan perlunya ada suatu badan independen yang memayungi transportasi di wilayah perkotaan. Badan independen tersebut merupakan badan yang merupakan perwakilan dari berbagai stakeholder yang berkepentingan dalam pengembangan transportasi perkotaan.
Kualitas udara
Berdasarkan data pemantauan di 3 ruas jalan protokol yang dilakukan pada 2007, secara umum
134
Profil Kota Langit Biru 2007
Surabaya diperoleh konsentrasi rata-rata debu baik PM10 maupun TSP dan CO telah jauh di atas rata-rata. Tindakan penurunan emisi gas CO dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi penggunaan dan pembakaran bahan bakar dengan cara mengurangi kemacetan, meningkatkan kecepatan arus lalu lintas dan melakukan perawatan pada mesin kendaraan bermotor. Untuk TSP dan PM10 perlu dilakukan identifikasi sumber debu terutama PM10, apakah berasal dari transportasi secara langsung yaitu emisi gas buang, ataupun secara tidak langsung yaitu dari kondisi jalan dan tepi jalan dengan perkerasan yang kurang baik sehingga menyebabkan naiknya/ terangkatnya debu dari jalan akibat lalu lalang kendaraan bermotor. Bila kasus pertama yang terjadi maka solusi yang diusulkan dalam jangka pendek sama dengan penanggulangan CO dan dalam jangka panjang perlu dilakukan pengurangan jumlah kendaraan bermotor dengan cara penyediaan transportasi massal. Bila kasus kedua yang terjadi maka perlu dilakukan perbaikan prasarana jalan dan penataan lingkungan sekitar jalan raya yang dapat menjadi sumber emisi debu.
Profil Kota Langit Biru 2007
135
15. Foto-foto pelaksanaan di daerah
Pelaksanaan uji emisi
136
Profil Kota Langit Biru 2007
Pengukuran kualitas udara roadsite secara manual
Penghitungan traffic counting
Surabaya
Profil Kota Langit Biru 2007
137
PROFIL LANGIT BIRU KOTA YOGYAKARTA
138
Profil Kota Langit Biru 2007
Yogyakarta 1. Nama Kota
: Kota Yogyakarta
2. Nama Ibu Kota
: Kota Yogyakarta
3. Provinsi
: DI. Yogyakarta
4. Posisi Koordinat Geografis : 110”24”19” - 110” 28”53”BT dan 07”15’24” - 07” 49’ 26” LS 5. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah a. Luas Wilayah Administrasi : 32,5 (km2) b. Jumlah penduduk di wilayah administrasi : 526,470(jiwa) c. Pendapatan perkapita penduduk adalah Rp. Rp. 3.679.107/Tahun d. Jumlah Kecamatan: 14 Kecamatan 6. Data iklim Kelembaban
: Rata-rata 24,7%
Curah hujan
: Rata-rata 2.012 mm/tahun
Temperatur
: Rata-rata 27,2oC
Profil Kota Langit Biru 2007
139
7. Jumlah kendaraan bermotor No
Jenis Kendaraan
(1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
(2) Sepeda motor Sepeda Motor Roda 3 Sedan Otobus Bus/ Microbus Truck, Tanki Ambulan, Minibus, St. Wagon Pick Up Jeep Kendaraan Khusus Kereta Gandengan Kereta Tempelan Penarik (Tractor Head) Jumlah
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD)
140
Profil Kota Langit Biru 2007
2003 (unit)
Tahun 2004 (unit)
2005 (unit)
138.186 9.956 1.211 2.202 14.663 5.593 3.933 175.744
151.386 9.943 1.135 2.125 15.501 5.716 3.890 189.696
157.227 10.207 1.097 2.091 16.667 5.569 3.753 196.611
Yogyakarta 8. Fasilitas jalan Arteri/Utama
: 21,865 km
Kolektor/Penghubung
: 15,840 km
Lokal/lingkungan
: 424,968 km
9. Anggaran Anggaran Kota Tahun 2007
: Rp . 24.339.227.358,-
Anggaran Dinas PLH Tahun 2007
: Rp. 9.060.000.000,-
Anggaran Pengendalian PPU: Dinas LH (Program Langit Biru) Tahun 2007
: Rp.
246.000.000,-
Dishub Tahun 2007
: Rp. 2.837.000.000,-
10. Komentar masyarakat sebagai hasil survey Dari survey persepsi masyarakat tentang transportasi berkelanjutan yang dilakukan di Kota Yogyakarta di dapatkan beberapa komentar yang diberikan oleh masyarakat, sebagai berikut: Profil Kota Langit Biru 2007
141
Ket: 1. Asap kendaraan bermotor 2. Kemacetan 3. Pengaturan lalu lintas yang tidak benar 4. Fasilitas kendaraan umum yang tidak memadai 5. Fasilitas umum/sosial (RS, mall, sekolah) terpusat di satu lokasi 6. Lainnya
142
Profil Kota Langit Biru 2007
Yogyakarta
Ket: 1. Penghijauan kota 2. Menertibkan pembuangan sampah 3. Mengontrol/memantau polusi udara 4. Langit Biru 5. Tidak tahu 6. Membatasi jumlah kendaraan yang mengeluarkan banyak asap 7. Melakukan kampanye melalui spanduk/stiker 8. Memperbaiki saluran air 9. Uji Emisi 10. Lainnya
Profil Kota Langit Biru 2007
143
11. Kondisi Transportasi Secara umum dapat disimpulkan bahwa permasalahan transportasi di kota Yogyakarta dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: 1. Tidak seimbangnya pertambahan jaringan jalan serta fasilitas lalulintas dan angkutan bila dibandingkan dengan pesatnya pertumbuhan kepemilikan kendaraan yang berakibat pada meningkatnya volume lalu lintas. 2. Meningkatnya mobilitas orang, barang, jasa dan pariwisata. 3. Pengembangan kota yang tidak diikuti dengan sturktur tata guna lahan yang serasi (tata ruang belum terpadu). 4. Kurang disiplinnya pengemudi. 5. Manajemen lalulintas yang kurang baik. 6. Menurunnya kondisi fisik angkutan umum. 7. Permasalahan tarif dan rute atau trayek. 8. Ketidakterpaduan pengelolaan sistem transportasi.
144
Profil Kota Langit Biru 2007
Yogyakarta Saat ini Kota Yogyakarta juga sudah memiliki bis kota dengan sistem transfer seperti halnya Trans Jakarta. TransJogja adalah sebuah sistem transportasi bus cepat, murah dan ber-AC di kota Jogjakarta. Sistem ini mulai dioperasikan pada awal bulan Maret 2008 oleh dinas Perhubungan, pemerintah propinsi DIY dengan moto “Aman, Nyaman, Andal, Terjangkau, dan Ramah lingkungan”. Pada saat ini ada 6 route atau trayek bis yang dilayani secara melingkar dari dan kembali ke terminal awal mulai dari jam 6:00-22:00 WIB. Dengan Sistem baru ini diharapkan sebagian besar permasalahan yang disebutkan di atas dapat dipecahkan. 12. Kondisi Kualitas Udara dan Program Kegiatan Pengelolaan Kualitas Udara Pemerintah kota Yogyakarta setiap tahunnya selalu melakukan kegiatan pemantauan kualitas udara jalan raya/road side monitoring, kegiatan pemantauan tersebut dilakukan dengan jumlah titik pengamatan, waktu lamanya pengukuran dan parameter yang berbeda-beda setiap tahunnya. Kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Pemda Kota Yogyakarta adalah uji emisi gratis kepada masyarakat Kota. Dibentuknya YOC (Yogyakarta Onthel Community) Perkumpulan masyarakat umum yang konsern dengan pengurangan pencemaran udara menggunakan sepeda onthel dan YCAC (Youth Clean Air Club) Perkumpulan oleh anak sekolah setingkat SLTA yang mempunyai komitmen untuk merawat kendaraan agar dapat mengurangi emisi gas buang dari kendaraan roda Profil Kota Langit Biru 2007
145
dua. Perkumpulan ini akan membantu Pemerintah Kota dalam meningkatnya kualitas udara kota Yogyakarta. 13. Hasil Evaluasi
Nilai Kota Langit Biru INDIKATOR Ukuran Pencemaran
Hasil Pantau
Baku mutu
3,989.83
10000 ug/Nm3
Keterangan Nilai
75.97
CO (Carbon monoksida)
76.65
NO2 (Nitrogen dioksida)
96.22
10.12
150 ug/Nm3
Nilai < 25% Baku mutu
HC (Hydrocarbon)
55.04
216.67
160 ug/Nm3
100% Baku mutu <= Nilai <
50% Baku mutu
200% Baku mutu
Kinerja Lalu lintas perkotaan
25% Baku mutu <= Nilai <
40.00
Level of Service
40.00
Kecepatan Operasi
86.46
45.50
45 - 60 Km/jam
Kepadatan lalu lintas (VCR)
83.53
0.43
Tingkat pelayanan B : Arus
stabil (jalan
146
Skor
61.58
Profil Kota Langit Biru 2007
D: Arus mulai tidak stabil
Yogyakarta Uji Emisi
Profil Kota Langit Biru 2007
147
14. Rekomendasi
Transportasi
Secara umum usulan penangganan Kota Yogyakarta, meliputi: 1. Penataan PKL 2. Menyediakan jalur khusus sepeda motor 3. Perbaikan drainase jalan 4. Penggurangan gangguan samping 5. Pemisahan pergerakan local dan menerus di jaringan jalan arteri 6. Penggurangan aktivitas/ pemanfaatan lahan di wilayah sekitar simpang Dengan adanya moda angkutan TransJogja, permasalahan dalam pengembangan angkutan umum/massal di Kota Jogjakarta sudah mulai terpecahkan. Tetapi tingginya intensitas gangguan samping masih mengganggu pengguna jalan dan menjadi penyebab terjadinya kemacetan. Hal ini diperparah dengan jumlah kenderaan pribadi terutama sepeda motor yang semakin meningkat. Perlu dicari solusi untuk peningkatan jumlah sepeda motor ini, salah satu caranya adalah dengan
148
Profil Kota Langit Biru 2007
Yogyakarta menyediakan jalur khusus sepeda motor. Dengan adanya jalur khusus, sepeda motor tidak lagi mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Pergerakan ekonomi dan pembangunan berjalan sesuai dengan jalur masing-masing.
Kualitas udara
Berdasarkan data pemantauan di 3 ruas jalan protokol yang dilakukan pada 2007, secara umum diperoleh konsentrasi rata-rata parameter NO2, PM10, TSP, SO2, dan O3 yang diukur masih berada di bawah ambang batas. Namun konsentrasi parameter yang perlu menjadi perhatian adalah CO yang relatif tinggi meskipun belum mencapai ambang batas. sementara HC karena sangat jauh melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Diharapkan pada tahun mendatang konsentrasi ini dapat menurun. Tindakan penurunan emisi gas ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi penggunaan dan pembakaran bahan bakar dengan cara mengurangi kemacetan, meningkatkan kecepatan arus lalu lintas dan melakukan perawatan dan mesin kendaraan bermotor.
Profil Kota Langit Biru 2007
149
15. Foto-foto pelaksanaan di daerah
Pelaksanaan uji emisi
150
Profil Kota Langit Biru 2007
Pengukuran kualitas udara roadsite secara manual
Penghitungan traffic counting
Yogyakarta
Profil Kota Langit Biru 2007
151
www.menlh.go.id 152
Profil Kota Langit Biru 2007