PUDARNYA RASA PERSATUAN DI TANDAI DENGAN “KONFLIK DAN KEKERASAN ANTAR PETANI”
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011
NAMA
: ROHMAD NUGROHO
NIM
: 11.11.4910
KELOMPOK
:D
PROGRAM STUDI
: S1 TEKNIK INFORMATIKA
DOSEN
: TAHAJUDIN SUDIBYO, Drs.
ABSTRAK
Petani, mendengar kata petani tentu saja kita langsung secara otomatis pasti berfikir tentang sawah, padi, jagung dan masih banyak lagi, sebuah profesi yang di sandang pada umumnya para masyarakat di pedesaan yang rata-rata pekerjaan mereka adalah seorang petani. Kita mengkonsumsi nasi, sayur dan buah, itulah sebagian hasil dari para petani. Dengan susah payah, para petani menggarap sawahnya dengan penuh perjuangan yang terkadang juga banyak terjadi kerugian yang terjadi akibat iklim yang kurang bersahabat ataupun bencana alam. Tak urung mereka saling berebut air untuk irigasi jika sudah musim kemarau yang parah melanda. Meskipun pembagian waktu mengalirkan air irigasi ke lahan pertanianya sudah di tentukan oleh pihak pengairan, namun tetap ada saja petani yang mencuri jatah air meskipun hanya sedikit, akan tetapi hal tersebut akan sangat mengganggu dan menyebabkan sebuah konflik yang cukup sengit antara petani satu dengan yang lain.
1. LATAR BELAKANG MASALAH Petani di Indonesia sudah tersohor di berbagai bagian belahan dunia, karna kekayaan alam yang melimpah, tanah yang sangat subur, batang kayu d tanam saja bias menghasilkan bahan baku pangan yang bisa di konsumsi dengan cara di olah manjadi berbagai macam pangan. Hasil panen yang masih alami, dengan proses penggarapanya yang masih begitu tradisional, yang memberikan hasil yang cukup memuaskan, tapi tak sedikit pula yang sudah menggunakan berbagai macam obat kimia yang memberikan umur yang lebih pendek untuk proses panen, yang sebenarntya itu memberikan dampak yang kurang baik untuk struktur tanah. Di balik itu semua tentunya tidak luput dari proses penggarapan yang membutuhkan tenaga ekstra dan strategi bercocok tanam, banting tulang, yang hasilnya juga terkadang tidak sebanding dengan hasil yang di lakukan oleh para petani, yang membuat petani berfikir, menjadi tambah beban fikiran. Takut apabila hasil panen di kemudian hari rugi. Tentu saja kalau tidak ingin panenya buruk petani harus rajin-rajin memupuk, mengairi, dan yang lain, hal-hal sepele yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, di lakukan para petani contohnya perebutan jasa penggarapan sawah, pembelian benih tanaman, perebutan jatah air irigasi. Yang pada awalnya hanya cek cok perbedaan pendapat berubah menjadi adu mulut, kemudian menjadi konflik antar kelompok petani, yang lebih parahnya lagi adalah saling membunuh karena hanya masalah perebutan air, yang kita lihat di berita bahwa di situ di beritakan petani tewas karena perebutan air irigasi, sungguh miris mendengar berita tersebut, yang seharusnya hal tersebut tidak perlu sampai kita lakukan ternyata hanya karna takut panenya gagal, mereka sampai bertaruh nyawa.
2. RUMUSAN MASALAH a. Apakah konflik antar petani melenceng dari Pancasila ? b. Perlukah sikap negatif untuk menghadapi hal yang seperti itu? c. Perlukah para petani diberikan pengarahan ? d. Apakah solusi yang tepat untuk mengatasi konflik antar petani tersebut?
3. PENDEKATAN SOSIOLOGIS Setiap bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidup yang berbeda satu dengan yang lainnya, diambil dari nilai-nilai yang tumbuh, hidup dan berkembang di dalam kehidupan bangsa yang bersangkutan. Demikianlah halnya dengan Pancasila yang merupakan ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia digali dari tradisi dan budaya yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sendiri seja kelahirannya dan berkembang menjadi bangsa yang besar seperti yang dialami oleh dua kerajaan besar tempo dulu yaitu Kedatuan Sriwijaya dan Keprabuan Majapahit. Setelah berproses dalam rentang perjalanan sejarah yang panjang sampai kepada tahap pematangannya oleh para pendiri negara pada saat akan mendirikan negara Indonesia merdeka telah berhasil merancang dasar negara yang justru bersumber pada nilai-nilai yang telah tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia yang kemudian diformulasikan dan disistematisasikan dalam rancangan dasar negara yang diberi nama Pancasila. Nama tersebut untuk pertama kalinya diberikan oleh salah seorang penggagasnya yaitu Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 juni 1945 dalam persidangan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atas saran dan petunjuk Dengan demikian kiranya jelas pada kita bahwa secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dilepaspisahkan dari dan dengan nilai-nilai Pancasila serta telah melahirkan keyakinan demikian tinggi dari bangsa Indonesia terhadap kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia, sejak resmi disahkan menjadi dasar negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia sampai dengan saat ini dan Insya Allah untuk selama-lamanya.
4. PEMBAHASAN Dampak negatif yang sering kali terjadi sebenarnya adalah kejadian atau hal yang sepele, yang ujungnya hanya menbuat malapetaka, dendam dan yang paling parahnya lagi adalah kematian, itu hanyalah contoh kongkrit yang ada di daerah pedesaan yang masih kurangnya peradaban yang modern, wajib kita ketahui di salah satu desa di Provinsi D.I.Yogyakarta masih banyak tempat yang kurang di perhatikan pemerintah, khususnya untuk para petani di Yogyakarta. Banyak sekali petani di yang kurang di perhatikan di Indonesia, pemerintah sebenarnya harus ikut andil dalam hal ini, bukan hanya petani saja, akan tetapi kita juga yang bukan petani harus menyadarkan para petani yang sering kali melakukan hal – hal yang nyleneh, perhatian khusus bisa di lakukan oleh pemerintah. Selagi untuk mengurangi hal – hal yang tidak di inginkan, akan tetapi juga bisa memberikan motivasi – motivasi yang positif kepada para petani, agar ambah majunya hasil pangan, panen, dan kualitas yang tentunya semakin membaik. Hanya gara – gara merebut jatah air irigasi, para petani sampai beradu mulut dengan sengit dan dengan kata – kata yang tidak semestinya di lontarkan. Sebenarnya semua kembali pada diri sendiri, akan tetapi kalau sudah terjadi , adu mulut memang tidak bisa di hindarkan, saling pukul, bunuh membunuh, betapa mengerikanya hal tersebut jika menjadi sebuah kebiasaan para petani, mungkin angka kematian akan semakin tinggi, dengan tercorengnya petani karena hanya hal tersebut. Tidak hanya perebutan air irigasi saja masih banyak konflik – konflik antar petani yang lain. Penanganan konflik selama ini, masih bersifat sporadis. Aksi yang diambil pemerintah bersifat reaktif mengambil kebijakan setelah kejadian bahkan jatuhnya korban. Dari tahun 2010 hingga awal 2011, beberapa korban sudah berjatuhan. Satu petani tertembak di Teluk Rendah Pasar Kabupaten Tebo. Satu petani terkena selongsong peluru di Tanjab Barat dan satu petani tewas di Senyerang. Enam petani tertembak aparat di Karang Mendapo Kabupaten Sarolangun. Puluhan petani lain telah ditangkap untuk dimintai keterangan hingga mengalami intimidasi di lapangan. Potret buram konflik lahan di Jambi sudah sedemikian menggurita. Hingga
memerlukan penanganan serius Pemerintah Provinsi Jambi. Yang notabene pengayom dan “orang tua” bagi warganya. Jangan lagi, kita hanya mampu bersifat reaktif. Baru mengambil sikap setelah kejadian hingga jatuh korban. Penanganan serius dapat dimulai dengan ketegasan mengambil sikap. Dan kewenangan Pemerintah menjalankan aturan dan kesepakatan yang dibuat bersama. Kita patut bersyukur, Pemerintah Provinsi Jambi menunjukkan keseriusan dengan membentuk Tim Penanganan Konflik yang bekerja memediasi dan mencari solusi permasalahan antara petani dan perusahaan. Hanya saja, implementasi dan manfaat keberadaan tim harus benar-benar diuji. Terkait kemampuan menemukan resolusi konflik atas sejumlah permasalahan lahan di Jambi. Artinya, Perusahaan tidak dirugikan, namun hak-hak petani tidak diabaikan, apalagi diperlantarkan. Jika hal ini tidak dilakukan, potensi permasalahan akan terus bertambah seiring beberapa keputusan yang dikeluarkan pemerintah. Semuanya, harus berawal dari kemauan dan niat ikhlas membantu petani yang benar-benar tertindas di lapangan. Tanpa diselipi kepentingan politik dan golongan tertentu. Niat dan tekad itu, harus diiringi sikap tegas dalam mengambil keputusan. Apalagi jika menyangkut nasib rakyat kecil dan petani yang selalu dibenturkan dengan aparat keamanan di lapangan.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam Pembahasan diatas menyimpulkan bahwa konflik atntar petani dipicu oleh beberapa faktor yang terjadi, tidak hanya dari diri sendiri, melainkan dari iklim alam yang kurang bersahabat, ataupun desakan sosial. Tidak sedikit konflik yang terjadi antar petani di Indonesia yang mengakibatkan korban jiwa yang bila tidak segera di tanggulangi atau di berikan solusi akan tersu terjadi, sebaiknya pemerintah juga ikut turut serta membantu menyadarkan, atau memberikan penyuluhan, agar kita semua warga Negara Indonesia merasa aman tentram dan damai. Tentunya tak luput dari kelima sila khususnya sila persatuan Indonesia kordinasi yang lebih baik dan kerja sama yang apik akan menimbulkan suasana yang kondusif dan tentu saja menujang lebih terjadinya persatuan antar petani, agar tetap terus menjunjung tinggi rasa persaudaraan yang kuat, oleh kita bersaing asal secara sehat. Junjung tinggi persaudaraan.
6. REFERENSI Ismaun. 1981. Pancasila dasar Filsafat Negara Republik Indonesia. Bandung : Carya Remaja Notonagoro. 1975. Pancasila secara Ilmiah Populer. Jakarta : Pantjuran Tudjuh Soeprapto, dkk. 1995. Cita Negara Persatuan Indonesia. Jakarta : BP-7 Pusat