PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2009 DAN 2008
-1PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 MARET 2009 DAN 2008 (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
2009
2008
ASET Kas dan setara kas (Catatan 2d, 2g, 3, 36 dan 37)
Rp
Surat berharga (Catatan 2d)
159.102.330
Rp
95.687.863
511.871.820
407.595.902
80.156.356
73.906.443
16.795.097
16.121.732
136.250.841
100.896.992
9.333.043
11.291.934
1.796.021.028
1.530.258.654
Uang muka (Catatan 8)
13.969.787
20.706.419
Pajak dibayar di muka (Catatan 9 dan 19)
19.947.548
94.487.040
Biaya dibayar di muka (Catatan 2l, 10 dan 36)
4.363.704
4.023.881
Aset pajak tangguhan - bersih (Catatan 2x dan 19)
7.728.875
16.421.643
Properti investasi - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 97.720.836 pada tahun 2009 dan Rp 22.546.132 pada tahun 2008 (Catatan 11)
1.206.430.500
1.187.497.120
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 912.020.815 pada tahun 2009 dan Rp 809.541.029 pada tahun 2008 (Catatan 2m, 2n dan 12)
1.398.715.560
1.427.900.421
125.501.577
109.327.709
80.117.113
35.371.365
Investasi (Catatan 2e, 2h, 4, 36 dan 37)
Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 2d, 2i, 5 dan 36) Pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar R 5 Rp 5.523.374 523 374 pada d ttahun h 2009 d dan R Rp 4 4.316.597 316 597 pada d ttahun h 2008 (Catatan 2i, 5 dan 37)
Piutang lain-lain - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp 16.136.004 pada tahun 2009 dan 2008 (Catatan 2i, 6 dan 36)
Persediaan - setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai sebesar Rp 8.893.212 pada tahun 2009 dan 2008 (Catatan 2k, 2p dan 7)
Goodwill - setelah dikurangi akumulasi amortisasi sebesar Rp 119.038.652 pada tahun 2009 dan Rp 66.705.242 pada tahun 2008 (Catatan 13)
Aset lain-lain (Catatan 14, 36 dan 37)
JUMLAH ASET
(Berlanjut)
Rp
5.566.305.179
Rp
5.131.495.118
- 1a PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAA NERACA KONSOLIDASI (Lanjutan) 31 MARET 2009 DAN 2008 (D l (Dalam Ribuan Rib Rupiah, R i h kecuali k li Data D t Saham) S h )
2009
2008
KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban S t hutang Surat h t (C t t 15) (Catatan
Hutang bank (Catatan 16, 36 dan 37)
Rp R
752.375.000 752 375 000
R Rp
737 737.360.000 360 000
995.306.317
795.547.588
22.000.000
25.000.000
Hutang usaha (Catatan 18 dan 37)
176.290.206
210.035.157
Hutang pajak (Catatan 2x dan 19)
11.535.207
5.220.514
Biaya yang masih harus dibayar (Catatan 2d, 20 dan 37)
375.837.443
451.948.084
Uang muka penjualan (Catatan 21)
299.444.180
Pendapatan diterima di muka (Catatan 2r dan 22)
137.397.218
140.831.885
Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 2d, 2e, 23, 36 dan 37)
27.895.675
23.986.467
Kewajiban pajak tangguhan - bersih (Catatan 2x dan 19)
10.985.737
Hutang obligasi (Catatan 17)
Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha (Catatan 2s)
-
-
1.270.980
1.062.664
Taksiran kewajiban untuk pembangunan prasarana (Catatan 24)
24.862.500
24.862.500
Cadangan imbalan pasti pasca-kerja (Catatan 2w dan 39)
40.357.703
32.194.358
Pendapatan ditangguhkan (Catatan 2e, 2t, 25 dan 33)
17.551.818
17.551.818
942.508.506
687.068.365
3.835.618.490
3.152.669.400
549.140.737
755.144.757
Kewajiban lain-lain (Catatan 26 dan 34) Jumlah Kewajiban
Hak Minoritas atas Aset Bersih Anak Perusahaan (Catatan 2c dan 27)
(Berlanjut)
- 1b PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI (Lanjutan) 31 MARET 2009 DAN 2008 (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
2009
EKUITAS Modal saham - nilai nominal Rp 500 per saham Modal dasar - 3.000.000.000 saham Modal ditempatkan dan disetor penuh - 1.930.039.200 saham (Catatan 28) Tambahan modal disetor - bersih (Catatan 2q dan 29) Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi (Catatan 2c) Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali (Catatan 2c) Defisit
Rp
Jumlah Ekuitas JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
965.019.600 1.219.436.685 394.498.091 868.563.770 ) 528.844.654 )
( (
2008
Rp
394.498.091 868.563.770 ) 486.709.645 )
( (
1.181.545.952 Rp
5.566.305.179
965.019.600 1.219.436.685
1.223.680.961 Rp
5.131.495.118
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
-2-
PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2009 DAN 2008 (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
2009
PENDAPATAN (Catatan 2d, 2t dan 30)
Rp
BEBAN POKOK PENJUALAN DAN JASA (Catatan 2t dan 31)
294.586.253
2008
Rp
148.089.620
98.840.983
60.307.271
195.745.270
87.782.349
96.344.704 43.961.735
102.504.530 3.070.298
Jumlah Beban Usaha
140.306.439
105.574.828
LABA (RUGI) USAHA
55.438.831
(
17.792.479 )
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Pendapatan sewa dan pengelolaan kawasan Pendapatan bunga Amortisasi goodwill Beban bunga – bersih (Catatan 15 dan 16) Laba (rugi) kurs – bersih (Catatan 2d dan 2v) Lain-lain – bersih
8.770.588 1.540.614 12.227.012 ) ( 19.933.706 ) ( 99.652.621 ) 36.550.422
6.889.210 744.148 8.801.648 ) 26.868.869 ) 37.268.329 2.284.084
84.951.715 )
11.515.254
29.512.884
6.277.225
7.903.204 1.909.818
3.855.352 1.717.185
9.813.022
5.572.537
LABA USAHA BEBAN USAHA Umum dan administrasi (Catatan 32) Pemasaran
Penghasilan (Beban) Lain-lain – Bersih
( ( (
(
RUGI SEBELUM PAJAK BEBAN (PENGHASILAN) PAJAK Kini Ditangguhkan
RUGI SEBELUM HAK MINORITAS ATAS RUGI BERSIH ANAK PERUSAHAAN
(Berlanjut)
Rp
39.325.906
Rp
11.849.762
- 2a -
2009 HAK MINORITAS ATAS RUGI BERSIH ANAK PERUSAHAAN (Catatan 2c dan 27)
( Rp
2008
45.055.362 ) ( Rp
15.856.528 )
LABA BERSIH
Rp
5.729.456
Rp
4.006.766
LABA BERSIH PER SAHAM DASAR (Catatan 2y)
Rp
2,97
Rp
2,08
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
-3-
PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2009 DAN 2008 (Jumlah Rupiah dalam Ribuan)
2009 ARUS KAS DARI KEGIATAN USAHA Penerimaan kas dari pelanggan hotel, penyewa pusat perbelanjaan dan pembeli apartemen Pembayaran kas untuk/kepada: Pemasok dan kontraktor Persediaan Uang jaminan Lain-lain
( ( ( (
Kas bersih diperoleh dari operasi Pembayaran pajak penghasilan
(
Rp
2008
441.483.439 271.718.617 ) 94.230.373 ) 27.093.815 ) 5.376.087 )
Rp
342.914.004
( ( ( (
132.654.578 15.266.626 ) 574.351 ) 2.608.200 )
43.064.547 11.440.626 ) (
191.810.249 8.699.168 )
31.623.921
183.111.081
(
15.865.120 ) ( 6.000.000 ( 1.545.640 282.194
62.845.047 ) 146.065.457 ) 744.148 -
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi
(
8.037.286 ) (
208.166.356 )
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Penambahan (pengurangan) surat hutang dan hutang bank Pembayaran bunga Penambahan bersih saldo hutang/piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa
( (
56.775.000 ) 19.470.365 ) (
44.274.492 25.399.608 )
Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Perolehan aset tetap Penambahan (penurunan) investasi Penerimaan bunga Hasil penjualan aset tetap
1.438.633
295.240
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Pendanaan
(
74.806.732 )
19.170.124
KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS
(
51.220.097 )
5.885.151
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN KAS DAN SETARA KAS AKHIR PERIODE
210.322.427 Rp
159.102.330
89.802.712 Rp
95.687.863
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
-4-
PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2009 DAN 2008 (Dalam Ribuan Rupiah)
Tambahan Modal Disetor
Modal Saham Saldo pada tanggal 1 Januari 2008
Rp
Reklasifikasi sehubungan dengan penerapan PSAK No. 16 (Revisi 2007) Saldo pada tanggal 1 Januari 2008 setelah reklasifikasi Laba bersih periode berjalan
965.019.600
Rp
1.219.436.685
-
-
965.019.600
1.219.436.685
-
-
Rp
Rp
1.219.436.685
Rp
Saldo pada tanggal 1 Januari 2009
Rp
965.019.600
Rp
1.219.436.685
Rp
Rp
965.019.600
Rp
1.219.436.685
394.498.091
394.498.091
-
-
( Rp
868.563.770 )
(
868.563.770 )
Jumlah Ekuitas
Defisit ( Rp
-
-
1.235.543.685 )
Rp
744.827.274 (
-
490.716.411 )
-
1.219.674.195
1.219.674.195
4.006.766
4.006.766
Rp
394.498.091
( Rp
868.563.770 )
( Rp
490.716.411 )
Rp
1.223.680.961
Rp
394.498.091
( Rp
868.563.770 )
( Rp
534.574.110 )
Rp
1.175.816.496
Rp
Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali
-
-
965.019.600
Saldo pada tanggal 31 Maret 2009
Rp
-
Rp
-
744.827.274
744.827.274 )
(
Saldo pada tanggal 31 Maret 2008
Laba bersih periode berjalan
Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/ Perusahaan Asosiasi
Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap
Rp
394.498.091
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
( Rp
868.563.770 )
5.729.456 Rp
528.844.654
5.729.456 Rp
1.181.545.952
- 5-
PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI (Jumlah Rupiah dalam Ribuan, kecuali Data Saham) 1.
UMUM a. Pendirian PT Jakarta International Hotels & Development Tbk (Perusahaan atau Induk Perusahaan) didirikan pada tanggal 7 Nopember 1969 dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1/1967 berdasarkan Akta No. 5 tanggal 7 Nopember 1969 dari Soetrono Prawiroatmodjo, S.H., notaris di Jakarta, yang kemudian diubah dengan Akta No. 42 tanggal 27 Januari 1970 dari notaris yang sama. Akta tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 54 tanggal 7 Juli 1970, Tambahan No. 214. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 108 tanggal 27 Juni 2008 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, sehubungan dengan penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan terhadap Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-94129.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 9 Desember 2008. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, lingkup kegiatan Perusahaan mencakup pembangunan hotel dan penyelenggaraan jasa perhotelan, pembangunan real estat dan properti, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan niaga beserta fasilitasnya. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1969. Perusahaan adalah pemilik Hotel Borobudur Jakarta (Hotel) yang dikelola oleh PT Dharma Harapan Raya. Kantor pusat Perusahaan berkedudukan di Gedung Artha Graha - Lantai 15, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (KNTS), Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta. b. Penawaran Umum Efek Perusahaan Seluruh saham Perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh berjumlah 1.930.039.200 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. Informasi historis mengenai saham Perusahaan yang dicatatkan di bursa adalah sebagai berikut: Tahun
1984 1988 1989 1991 1992 1992 1994 1996 2004 Jumlah
Keterangan
Penawaran Umum Saham Perdana Penawaran Umum Saham Kedua Pencatatan Saham Pendiri Pencatatan Saham Private Placement Pencatatan Saham Pendiri Pencatatan Saham yang berasal dari Penukaran Waran Pencatatan Saham Bonus Penawaran Umum Terbatas I Pemecahan Nilai Nominal Saham
Jumlah Saham
6.618.600 6.633.700 11.315.700 432.000 56.869.280 46.800.000 257.338.560 579.011.760 965.019.600 1.930.039.200
- 6-
c. Anak Perusahaan yang Dikonsolidasi Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, Perusahaan memiliki lebih dari 50% saham pada anakanak perusahaan berikut: P e ru s a h a a n
Do m isili
P e m i li k a n L a ng s un g P T D a n a ya s a A rt h a t a ma Tb k (DJ a ka rta P T P a n d u n e k a S e ja h te ra (P S ) J a ka rta
P T D h a rm a Ha ra p a n R a ya (DHJ a ka rta P T J a ka rt a I n t e rn a tio n a l Ho t e ls J a ka rta Ma n a g e m e n t (J IH M ) * ) P e m i li k a n T id a k L a ng s un g M e la lu i D A
J a ka rta
B id a n g U sa h a
Re a l e s ta t P e mb a n g u n a n d a n p e n g e lo la a n g e d u n g p e rk a n to ra n M a n a je m e n p e rh o te la M a n a je m e n p e rh o te la
T ahun B e rd iri
P e rs e n ta s e K e p e m ilik a n 2009 2008
Ju m la h A se t s e b e lu m E lim in a si 2009 2008
1987 1995
8 2 ,4 1 % 9 9 ,9 9 %
82,41% 99,99%
4 . 1 3 5 .4 6 3 . 2 0 4 1 1 5 .6 7 8 . 0 1 5
4 .0 7 8 .6 1 6 . 8 0 1 1 1 5 .1 9 6 . 7 8 5
1998 1992
6 0 ,0 0 % 9 0 ,0 0 %
60,00% 90,00%
5 .6 9 6 . 8 2 6 -
4 .7 6 1 . 9 3 0 -
Te le k o m u n ika s i, lih a t p e n ye rt a a n sa h a m D A p a d a a n a k p e ru s a h a a n re a l e st a t, p ro p e rt i, h o te l d a n p e rd a g a n g a n
* ) d ih e n t ik a n s e me n t a ra ke g ia t a n n ya se h u b u n g a n d e n g a n b e rd irin y a D HR
PT Danayasa Arthatama Tbk (DA) Pada tanggal 28 Maret 2002, DA memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) dengan Surat Keputusan No. S-615/PM/2002 untuk melakukan penawaran umum perdana atas 100.000.000 saham DA kepada masyarakat dengan harga nominal sebesar Rp 500 per saham dan harga penawaran sebesar Rp 500 per saham. Saham-saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia) pada tanggal 19 April 2002. Kepemilikan saham Perusahaan pada DA mengalami dilusi setelah penawaran umum perdana ini dari semula 99,99% menjadi 96,28%. Perubahan nilai investasi yang terjadi akibat transaksi ini adalah sebesar Rp 15.562.817 dicatat sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi” pada neraca konsolidasi dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan penyertaan saham yang bersangkutan. Pada tanggal 6 September 2004, DA memperoleh pernyataan efektif dari ketua Bapepam dan LK dengan Surat Keputusan No. S-2837/PM/2004 untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas I kepada pemegang saham DA dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu sebanyak 630.360.000 saham dengan harga nominal sebesar Rp 500 per saham dan harga pelaksanaan sebesar Rp 625 per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Surabaya pada tanggal 23 September 2004. Dalam penerbitan saham tersebut, Perusahaan tidak melaksanakan haknya. Setelah penerbitan saham baru tersebut, kepemilikan saham Perusahaan pada DA mengalami dilusi menjadi 63,44%. Perubahan nilai investasi yang terjadi akibat transaksi ini adalah sebesar Rp 110.045.409 dan dicatat sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi entitas sepengendali” pada neraca konsolidasi dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan. Pada bulan Juli 2007, Perusahaan memperoleh kepemilikan 630.360.000 saham dalam DA yang berasal dari pembagian dividen non-tunai dari PT Graha Jakarta Sentosa (GJS) dahulu merupakan anak perusahaan yang seluruh kepemilikan sahamnya telah dijual pada tahun 2007, sehingga meningkatkan kepemilikan saham Perusahaan pada DA menjadi 82,41%. DA saat ini sedang mengembangkan area seluas lebih kurang 45 hektar yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, yang dikenal dengan nama "Kawasan Niaga Terpadu Sudirman" (KNTS). Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, DA memiliki penyertaan saham pada perusahaan-perusahaan berikut:
- 7-
Perus ahaan Pemilikan L ang sun g PT Graham as Adis entos a (GA) PT Intigraha Arthayas a (IA) **) PT C itra W iradaya (CW ) ***) PT C itra Adisara na (C A) ** PT Artharaya Unggul Abadi (AUA) **) PT N usagraha Adic itra (NA) **) PT Artha T elekom indo (AT) PT Pandugraha Sejahtera (PGS) **) PT Adinus a Pu ripratam a (AP) **) PT Pandunek a Abadi (PA) **) PT Grahaputra Sen tos a (GPS) ** ) PT Prim agraha Majum akm ur (PGM M) **) PT Pus at Graha M akm ur (PGM ) * *) PT Es agraha Pu ripratam a (EP) ** ) PT Adim as Utam a (AMU ) **) PT T rinusa W iragraha (TW ) **) D elfina Group Holdings Lim ited (D elfina) **) PT M ajumak mur Artha sentosa (MAS) PT Andana Utam agraha (AU )
Bidang Us aha Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta k egiatan y ang berk aitan Perhotel an, pariwis ata dan k egiatan y ang berk aitan Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta k egiatan y ang berk aitan Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta k egiatan y ang berk aitan Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta k egiatan y ang berk aitan Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta k egiatan y ang berk aitan Telek omu nikas i Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta k egiatan y ang berk aitan Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta k egiatan y ang berk aitan Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta k egiatan y ang berk aitan Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta k egiatan y ang berk aitan Pengem bangan real es tat dan agen pem as aran aparteme n Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Penyertaan saham di berbagai perusahaa n Pengem bangan hotel d an apartemen Pengem bangan hotel d an apartemen
Pemilikan L ang sun g oleh An ak Perusah aan PT Pac ific Pl ace Jak arta (PPJ )(oleh D elfina) Pengem bangan dan pengelolaan hote l, pusat perbe lanjaan, aparte men dan gedun g k antor PT Graha Sampoe rna (GS)(oleh PPJ) Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta k egiatan y ang berk aitan
Tahun Berdiri
2009
2008
1995
100% *)
100% *)
1995 1995
100% *) 100% *)
100% *) 100% *)
1995
100% *)
100% *)
1995
100% *)
100% *)
1995
100% *)
100% *)
1993 1995
100% 100% *)
100% 100% *)
1995
100% *)
100% *)
1995
100% *)
100% *)
1995
100% *)
45% *)
1993
100% *)
100% *)
1994 1995 1995 1995 2005 1995 1995
99% 99% 99% 99% 64% 51% 51%
*) *) *) *) *)
99% 99% 99% 99% 64% 51% 51%
1995
55%
55%
1995
100%
-
*) *) *) *) *)
*) Perus ahaan mas ih dal am tahap pengem bangan **) Anak Perus ahaan m emil iki posis i k euangan yang ti dak signifik an dibandingk an posis i k euangan kons olidas i
PT Panduneka Sejahtera (PS) Pada tahun 2007, Perusahaan memperoleh kepemilikan 112.043.366 saham dalam PS yang berasal dari pembagian dividen non tunai dari GJS. PT Grahaputra Sentosa (GPS) Pada tahun 2006, DA melakukan penyertaan sebanyak 13.329.103 saham yang merupakan 45% dari modal ditempatkan dan disetor dalam GPS. Transaksi tersebut dinyatakan dalam Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang didokumentasikan dalam Akta No. 108 tanggal 30 Juni 2006 dari Fathiah Helmi S.H., notaris di Jakarta. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang didokumentasikan dalam Akta No. 35 tanggal 11 Juni 2007 dari Ratu Putti Ranni Anggraini S.H., notaris pengganti Esther Mercia Sulaiman S.H., di Jakarta, DA mengambil alih 16.291.125 saham milik PT Asia Global Nusantara dalam GPS, sehingga kepemilikan DA dalam GPS menjadi sebesar 100%. PT Majumakmur Arthasentosa (MAS) dan PT Andana Utamagraha (AUG) Sejak tahun 1998, pengembangan hotel yang dilakukan MAS dan apartemen yang dilakukan oleh AU telah ditunda akibat krisis ekonomi yang belum membaik. Pada tahun 2003, AU mulai melanjutkan pembagunan apartemen yang berlokasi di Lot 23-B KNTS dan pada tahun 2005 telah melakukan kegiatan komersialnya. Delfina Group Holdings Limited (Delfina) Pada tahun 2005, Delfina memiliki penyertaan saham dalam PPJ sebanyak 269.683.066 saham atau sebesar 20% dari seluruh saham PPJ yang disetor penuh. Berdasarkan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang didokumentasikan dalam Akta No. 108 tanggal 30 Juni 2006 dari Fathiah Helmi S.H., notaris di Jakarta, DA mengalihkan 471.945.365 saham dalam PPJ kepada Delfina sehingga penyertaan saham Delfina dalam PPJ menjadi 741.628.431 saham atau sebesar 55% dari seluruh saham yang dikeluarkan oleh PPJ.
- 8-
Sebaliknya DA mendapatkan penyertaan saham dalam Delfina sebanyak 50.757.975 saham atau sebesar 63,64% dari seluruh saham yang dikeluarkan Delfina. Transaksi tersebut telah didokumentasikan dalam Akta tanggal 12 Agustus 2006 No. 23, dari Ny. Sinta Susikto S.H., notaris di Jakarta. Transaksi tersebut diatas telah memenuhi ketentuan dalam peraturan Badan Pengawas Pasar Modal No. IX.E.2 mengenai “Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama”. PT Pacific Place Jakarta (PPJ) Berdasarkan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 1 Juli 2005, yang didokumentasikan dalam Akta No. 44 tanggal 12 September 2005 dari Retno Handayani Rahayu S.H., notaris pengganti Esther Mercia Sulaiman, S.H., notaris di Jakarta, PPJ meningkatkan modal dasarnya menjadi Rp 2.000.000.000 dan modal ditempatkan dan disetor penuh menjadi Rp 1.348.415.328. Dalam peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh tersebut, DA tidak ikut ambil bagian sehingga kepemilikan saham DA dalam PPJ mengalami dilusi menjadi 35%. Perubahan nilai investasi yang terjadi akibat transaksi ini adalah sebesar Rp 216.044.968. Dampak pencatatan akun tersebut pada DA, mengakibatkan perubahan nilai investasi Perusahaan terhadap DA sebesar Rp 178.044.634 dan dicatat sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi” pada neraca konsolidasi. PT Graha Sampoerna (GS) Pada tanggal 2 Juli 2007, PPJ melakukan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) saham GS dengan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMS). Berdasarkan perjanjian, PPJ akan membeli dari HMS sebanyak 87.732.410 saham GS yang mewakili 99,99% dari keseluruhan modal disetor GS dengan harga yang disepakati sebesar Rp 157.249.641. Pada bulan Januari 2008, PPJ telah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atas pengambilalihan saham tersebut. Nilai wajar aset GS yang dapat diidentifikasi pada saat akuisisi adalah sebesar Rp 88.742.558 termasuk saldo kas sebesar Rp 16.676. Goodwill yang diakui dari akuisisi saham GS adalah sebesar Rp 68.507.284. Sehubungan dengan transaksi tersebut di atas, sejak bulan Juni 2008 laporan keuangan GS dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan PPJ. d. Pelepasan Anak Perusahaan Pada bulan Juli 2007, Perusahaan memperoleh dividen non-tunai dari GJS berupa penyertaan saham GJS dalam DA dan PS masing-masing sebanyak 630.340.604 saham dan 112.043.366 saham, serta surat hutang dengan nilai nominal sebesar US$ 44.222.188. Berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli tanggal 27 Juli 2007 yang diaktakan dengan Akta Penyimpangan Surat (Depot) No. 21 tanggal 26 Januari 2008, Perusahaan mengalihkan seluruh kepemilikan sahamnya dalam GJS kepada PT Artha Jaya Makmur, pihak ketiga. Pelepasan penyertaan saham dalam GJS mengakibatkan terealisasinya saldo “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, dan laporan keuangan GJS tahun 2007 tidak lagi dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan konsolidasi Perusahaan. e. Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan Susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2008 dan berdasarkan Akta No. 108 tanggal 27 Juni 2008, dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, adalah sebagai berikut:
- 9-
Komisaris Utama Wakil Komisaris Utama
: Prof. Dr. J. B. Sumarlin *) : Sugianto Kusuma Tomy Winata : Parlaungan Lumban Toruan Sihombing, S.H., LLM *)
Komisaris Direktur Utama Wakil Direktur Utama Direktur
: H. Jusuf Indradewa, S.H. : Santoso Gunara : Budiman Effendi Hartono Tjahjadi Adiwana Mimy C. Ratulangi
*) Merupakan Komisaris Independen
Susunan Komite Audit berdasarkan Akta No. 17 tanggal 12 Juni 2007, dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta adalah sebagai berikut: Ketua Anggota
: Parlaungan Lumban Toruan Sihombing, S.H., LLM *) : Gandhi Tatang Sayuti Witadinata Sumantri Budianto Tirtadjaja
Jumlah kompensasi yang diterima oleh Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 973.900 dan Rp 982.200. Jumlah rata-rata karyawan Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebanyak 871 karyawan dan 888 karyawan.
2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI a. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (sekarang Bapepam dan LK). Dasar pengukuran laporan keuangan konsolidasi ini adalah konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali untuk akun persediaan yang dinyatakan sebesar kecuali nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi bersih (the lower of cost and net realizable value) dan efek hutang yang dinyatakan sebesar nilai wajarnya. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan metode akrual, kecuali laporan arus kas. Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah (Rp). Kecuali dinyatakan secara khusus, angka-angka adalah dalam Rupiah. b. Penerapan Pernyataan Stándar Akuntasi Keuangan (PSAK) Revisi PSAK Revisi yang Berlaku Efektif Tahun 2008 Perusahaan dan anak perusahaan telah menerapkan PSAK revisi tersebut mulai tanggal 1 Januari 2008:
- 10-
(1) PSAK No. 13 (Revisi 2007) “Properti Investasi”, yang mengatur mengenai pengakuan, pengukuran dan pengungkapan atas properti investasi. Selain itu, stándar ini diterapkan untuk pengukuran hak atas properti investasi yang diperoleh melalui sewa pembiayaan di dalam laporan keuangan lessee. Stándar ini mengizinkan Perusahaan dan anak perusahaan untuk memilih di antara model biaya dan model nilai wajar untuk seluruh properti investasinya. Standar ini telah diterapkan secara restrospektif. Oleh sebab itu, bangunan (mall dan perkantoran) anak perusahaan yang disewakan dengan biaya periode pada tahun 2007 sebesar Rp 1.168.014.797 yang termasuk dalam akun “Aset tetap – bersih” ditransfer ke akun “Properti investasi – bersih” dalam neraca konsolidasi tahun 2007. Perusahaan dan anak perusahaan memilih menggunakan model biaya untuk akuntansi setelah pengakuan awal atas properti investasi yang dimilikinya. (2). PSAK No. 16 (Revisi 2007) “Aset Tetap”, yang mengatur perlakuan akuntansi atas aset tetap. Stándar ini mengatur antara lain mengenai pengakuan aset tetap, penentuan jumlah tercatat, penyusutan dan penurunan nilai. Selain itu, stándar ini mewajibkan untuk menghitung dan memasukkan biaya pembongkaran dan pemindahan atau restorasi lokasi aset sebagai bagian dari biaya perolehan, serta mewajibkan entitas untuk memilih di antara model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntasi atas aset tetapnya. Perusahaan dan anak perusahaan memilih menggunakan model biaya untuk akuntansi setelah pengakuan awal atas aset tetap yang dimilikinya stándar ini diterapkan secara retrospektif. Sebagaimana diatur dalam ketentuan transisi atas stándar ini, surplus revaluasi aset tetap yang dicatat pada akun “Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap” sebesar Rp 744.827.274 direklasifikasi ke “Saldo Laba”. (3) PSAK No. 30 (Revisi 2007) “Sewa”, yang mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan transaksi sewa baik dari sisi lessor maupun lessee. Stándar ini mengatur klasifikasi sewa berdasarkan sejauh mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset sewaan berada pada lessor atau lessee, serta berdasarkan substansi transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya. Standar ini diterapkan secara prospektif. Penerapan standar ini tidak berdampak material terhadap laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan anak perusahaan. PSAK Revisi yang Berlaku Efektif Setelah Tahun 2008 Perusahaan dan anak perusahaan akan menerapkan PSAK revisi berikut pada saat telah berlaku efektif: (1) PSAK No. 50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”, mengatur ketentuan mengenai penyajian instrumen keuangan serta pengungkapan yang wajib dilakukan. Ketentuan penyajian mencakup klasifikasi instrumen keuangan tersebut dari sudut pandang penerbit, yakni aset keuangan, kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang terkait dengan instrumen keuangan; dan keadaan tertentu yang memungkinkan saling hapus (offset) antara aset dan kewajiban keuangan. Standar ini mewajibkan pengungkapan antara lain informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah, saat dan kepastian arus kas masa depan dari suatu entitas terkait dengan instrumen keuangan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan atas instrumen tersebut. PSAK No. 50 (Revisi 2006) menggantikan PSAK No. 50 “Akuntansi Investasi Efek Tertentu”, dan diterapkan secara prospektif mulai tanggal 1 Januari 2010. (2) PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, mengatur prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan, dan
- 11-
kontrak tertentu untuk membeli atau menjual item non-keuangan. Standar ini mengatur antara lain mengenai definisi dan karakteristik instrumen derivatif, kategori, pengakuan dan pengukuran instrument keuangan, akuntansi lindung nilai dan penentuan hubungan lindung nilai. PSAK No. 55 (Revisi 2006) menggantikan PSAK No. 55 “Akuntansi Instrumen Derivatif dan Lindung Nilai”, dan diterapkan secara prospektif mulai tanggal 1 Januari 2010. Kedua standar tersebut seharusnya berlaku efektif pada laporan keuangan konsolidasi untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2009. Namun, pada tanggal 30 Desember 2008 Dewan Standar Akuntasi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) mengumumkan penundaan berlakunya kedua standar tersebut selama 1 tahun melalui Surat No. 1705/DSAK/IAI/XII/2008, sehingga kedua standar tersebut berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2010. (3) PSAK No. 14 (Revisi 2008) “Persediaan”, yang mengatur mengenai penentuan biaya persediaan pada saat pengakuan awal dan mengharuskan pengukuran selanjutnya berdasarkan yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih, Standar ini mengurangi alternatif pengukuran biaya persediaan, karena standar ini tidak memperkenankan penggunaan metode masuk terakhir keluar pertama (LIFO) untuk mengukur biaya persediaan dan mengharuskan Perusahaan dan anak perusahaan untuk menggunakan metode biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. PSAK No. 14 (2008) menggantikan PSAK No. 14 (1994) “Persediaan”, berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2009 dan diterapkan secara retrospektif. Perusahaan dan anak perusahaan masih mengevaluasi dampak penerapan PSAK revisi di atas dan dampak terhadap laporan keuangan konsolidasi dari penerapan PSAK revisi tersebut belum dapat ditentukan. c. Prinsip Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi meliputi laporan keuangan Perusahaan dan anak perusahaan yang dikendalikannya, dimana Perusahaan memiliki lebih dari 50%, baik langsung maupun tidak langsung, hak suara di anak perusahaan dan dapat menentukan kebijakan keuangan dan operasi dari anak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas anak perusahaan tersebut. Sebuah anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila sifat pengendaliannya adalah sementara karena anak perusahaan tersebut diperoleh dengan tujuan akan dijual kembali dalam waktu dekat; atau jika ada pembatasan jangka panjang yang mempengaruhi kemampuan anak perusahaan untuk memindahkan dananya ke Perusahaan. Dalam hal pengendalian terhadap anak perusahaan dimulai atau diakhiri dalam suatu periode tertentu, maka hasil usaha anak perusahaan yang diperhitungkan ke dalam laporan keuangan konsolidasi hanya sebatas hasil pada saat pengendalian tersebut mulai diperoleh atau hingga saat pengendalian atas anak perusahaan itu berakhir. Laba anak perusahaan sebelum akuisisi oleh Perusahaan disajikan dalam akun “Laba Praakuisisi” pada laporan laba rugi konsolidasi. Saldo dan transaksi, termasuk keuntungan/kerugian yang belum direalisasi, atas transaksi antar perusahaan yang signifikan dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha Perusahaan dan anak perusahaan sebagai satu kesatuan usaha. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk peristiwa dan transaksi sejenis dalam kondisi yang sama. Apabila anak perusahaan menggunakan kebijakan akuntansi yang berbeda dari kebijakan akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan konsolidasi, maka dilakukan penyesuaian yang diperlukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan tersebut.
- 12-
Hak minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan dinyatakan sebesar proporsi pemegang saham minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan tersebut sesuai dengan persentase kepemilikan pemegang saham minoritas pada anak perusahaan tersebut. Kerugian yang menjadi bagian dari pemegang saham minoritas pada suatu anak perusahaan dapat melebihi bagiannya dalam modal disetor. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang menjadi bagian pemegang saham minoritas, harus dibebankan kepada pemegang saham mayoritas, kecuali terdapat kewajiban yang mengikat pemegang saham minoritas untuk menutupi kerugian tersebut dan pemegang saham minoritas mampu memenuhi kewajibannya. Apabila pada periode selanjutnya, anak perusahaan melaporkan laba, maka laba tersebut harus terlebih dahulu dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas sampai seluruh bagian kerugian pemegang saham minoritas yang dibebankan pada pemegang saham mayoritas dapat ditutup. Selisih dari harga perolehan dengan nilai wajar kepemilikan Perusahaan atas aset bersih anak perusahaan dicatat sebagai goodwill dan diamortisasi menggunakan metode garis lurus selama periode 5 tahun. d. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama periode berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasi periode yang bersangkutan, kecuali yang berhubungan dengan pengembangan proyek real estat dikapitalisasi ke persediaan real estat dan tanah yang belum dikembangkan. e. Transaksi Hubungan Istimewa Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah: 1. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries); 2. Perusahaan asosiasi; 3. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan); 4. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orangorang tersebut; dan 5. Perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan.
- 13-
Semua transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan, persyaratan dan kondisi yang sama dengan pihak ketiga diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasi. f. Penggunaan Estimasi Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aktiva dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aktiva dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan konsolidasi serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi. g. Kas dan Setara Kas Kas terdiri dari kas dan kas di bank. Setara kas adalah semua investasi yang bersifat jangka pendek dan sangat likuid yang dapat segera dikonversikan menjadi kas dengan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi pencairannya. h. Investasi 1. Giro Rekening giro yang dijaminkan atau dibatasi pencairannya disajikan dalam bagian investasi. Rekening giro ini disajikan sebesar nilai nominal. 2. Deposito berjangka Deposito berjangka yang jatuh temponya kurang dari tiga bulan pada saat penempatan namun dijaminkan atau telah dibatasi pencairannya atau deposito berjangka yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan pada saat penempatan disajikan dalam bagian investasi. Deposito berjangka disajikan sebesar nilai nominal. 3. Penempatan pada efek Efek terdiri dari surat sanggup (Promissory Notes dan efek hutang). Efek diklasifikasikan berdasarkan tujuan manajemen pada saat perolehan, sebagai berikut: a) Diperdagangkan (trading) Termasuk dalam kelompok ini adalah efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat, yang biasanya ditunjukkan dengan frekuensi pembelian dan penjualan yang sering. Efek ini dimiliki dengan tujuan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek. Investasi dalam efek yang termasuk dalam kelompok ini diukur sebesar nilai wajarnya. Laba/rugi yang timbul dari kenaikan atau penurunan tersebut diakui pada laba rugi konsolidasi periode yang bersangkutan. b) Dimiliki hingga jatuh tempo (held-to-maturity) Investasi dalam efek hutang yang dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo diukur sebesar biaya perolehan yang disesuaikan dengan amortisasi premi atau diskonto yang belum diamortisasi. c) Tersedia untuk dijual (available-for-sale) Investasi dalam efek yang tidak memenuhi kriteria kelompok “diperdagangkan” dan yang “dimiliki hingga jatuh tempo” dinyatakan sebesar nilai wajarnya. Laba dan rugi yang belum
- 14-
direalisasi dari kenaikan atau penurunan nilai wajar atas kepemilikan efek ini disajikan sebagai komponen ekuitas, dan tidak diakui sebagai keuntungan atau kerugian sampai direalisasi. Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka biaya perolehan efek individual harus diturunkan hingga sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi periode berjalan. Untuk menghitung laba atau rugi yang direalisasi, biaya perolehan efek ekuitas ditentukan berdasarkan metode rata-rata tertimbang, sedangkan biaya perolehan efek hutang yang dimiliki hingga jatuh tempo ditentukan berdasarkan metode identifikasi khusus. 4. Investasi jangka panjang dalam bentuk penyertaan saham yang nilai wajarnya tidak tersedia Investasi dengan menggunakan Metode Biaya Investasi dalam bentuk penyertaan saham dengan persentase kepemilikan kurang dari 20% dicatat dengan menggunakan metode biaya. Menurut metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Investor mengakui penghasilan hanya sebatas distribusi laba (dividen, kecuali dividen saham) yang diterima yang berasal dari laba bersih yang diakumulasikan oleh perusahaan asosiasi setelah tanggal perolehan. Penerimaan dividen yang melebihi laba tersebut dipandang sebagai pemulihan investasi dan dicatat sebagai pengurangan terhadap biaya investasi. Investasi dalam bentuk saham dimana Perusahaan mempunyai pemilikan saham minimal 20%, tetapi tidak lebih dari 50% dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, dimana biaya perolehan dari penyertaan ditambah atau dikurangi dengan bagian Perusahaan atas laba atau rugi bersih perusahaan asosiasi sejak tanggal perolehan sebesar persentase pemilikan serta dikurangi dengan pendapatan dividen. Bagian Perusahaan atas laba atau rugi bersih perusahaan asosiasi disesuaikan dengan amortisasi goodwill dengan menggunakan metode garis lurus selama 5 tahun. Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut yang ditentukan untuk setiap investasi secara individu dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi periode berjalan. Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi Perubahan nilai investasi yang disebabkan oleh terjadinya perubahan nilai ekuitas anak perusahaan yang bukan merupakan transaksi antara Perusahaan dengan anak perusahaan diakui sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi”, dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan. Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali Transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali, berupa pengalihan aset, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dilakukan dalam rangka reorganisasi entitasentitas yang berada dalan suatu kelompok usaha yang sama, bukan merupakan perubahan kepemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaksi demikian tidak dapat menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun bagi entitas individual dalam kelompok perusahaan tersebut. Karena transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali tidak mengakibat perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aset, saham, kewajiban atau instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aset maupun kewajiban yang pemilikannya dialihkan (dalam bentuk hukumnya) harus dicatat sesuai dengan nilai buku.
- 15-
Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali dibukukan dalam akun “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” dan disajikan sebagai dari Ekuitas. Saldo “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” diakui sebagai laba atau rugi yang direalisasi dalam laporan keuangan konsolidasi pada saat (1) hilangnya status substansi sepengendalian antara entitas yang pernah bertransaksi, (2) pelepasan aset, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang mendasari terjadinya selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali ke pihak lain yang tidak sepengendali. Sebaliknya, jika ada transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang sama maka saling hapus dilakukan antara saldo yang ada dengan yang baru, sehingga menimbulkan saldo “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali”, baru. i. Piutang Piutang dinyatakan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan setelah dikurangi dengan penyisihan piutang ragu-ragu, jika ada. Piutang yang tidak dapat ditagih dihapuskan. j. Penyisihan Piutang Ragu-Ragu Penyisihan piutang ragu-ragu dibentuk berdasarkan penelaahan manajemen terhadap masingmasing akun piutang akhir periode. k. Persediaan 1. Persediaan Real Estat Persediaan real estat terdiri dari tanah dan bangunan (secara strata title) yang siap dijual, bangunan (secara strata title) yang sedang dikonstruksi dan tanah yang sedang dikembangkan dinyatakan berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost and net realizable value). Nilai realisasi bersih merupakan estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya penjualan. Biaya perolehan tanah yang sedang dikembangkan meliputi biaya perolehan tanah yang belum dikembangkan ditambah dengan biaya pengembangan langsung dan tidak langsung yang dapat diatribusikan pada kegiatan pengembangan real estat serta biaya pinjaman (beban bunga dan selisih kurs). Tanah yang sedang dikembangkan akan dipindahkan ke bangunan yang sedang dikonstruksi pada saat tanah tersebut selesai dikembangkan dengan menggunakan metode luas areal. Biaya pengembangan tanah, termasuk tanah yang digunakan sebagai jalan dan prasarana atau area yang tidak dijual lainnya, dialokasikan ke proyek berdasarkan luas area yang dapat dijual. Biaya perolehan bangunan yang sedang dikonstruksi meliputi biaya-biaya konstruksi serta dipindahkan ke tanah dan bangunan yang siap dijual pada saat selesai dibangun. Biaya-biaya tersebut ditentukan dengan menggunakan metode identifikasi khusus. Akumulasi biaya ke proyek pengembangan real estat tidak dihentikan walaupun realisasi pendapatan pada masa mendatang lebih rendah dari nilai tercatat proyek. Namun, dilakukan penyisihan secara periodik atas perbedaan tersebut. Jumlah penyisihan tersebut akan mengurangi nilai tercatat proyek dan dibebankan ke laba rugi konsolidasi periode berjalan. Estimasi dan alokasi biaya harus dikaji kembali pada setiap akhir periode pelaporan sampai proyek selesai secara substansial. Apabila telah terjadi perubahan mendasar pada estimasi kini, biaya direvisi dan direalokasi.
- 16-
Beban yang tidak berhubungan dengan proyek real estat dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya. 2. Persediaan Hotel Barang dan perlengkapan hotel terdiri dari makanan, minuman, perlengkapan teknik dan perlengkapan hotel. Persediaan tersebut dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan, yang ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata, dan nilai realisasi bersih. l. Biaya Dibayar di muka Biaya dibayar di muka diamortisasi selama manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus. m. Properti Investasi Properti investasi diukur sebesar biaya perolehan, termasuk biaya transaksi, setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai. Jumlah tercatat termasuk biaya penggantian untuk bagian tertentu dari properti investasi yang telah ada pada saat beban terjadi, jika kriteria pengakuan terpenuhi dan tidak termasuk biaya perawatan sehari-hari properti investasi. Properti investasi dihentikan pengakuannya (dikeluarkan dari neraca) pada saat pelepasan atau ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada periode terjadinya penghentian atau pelepasan tersebut. Transfer ke properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan, yang ditunjukkan dengan berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dimulainya sewa operasi ke pihak lain atau pengembangan. n. Aset Tetap Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, tetapi tidak termasuk biaya perawatan sehari-hari, dikurangi akumulasi penyusutan serta akumulasi penurunan nilai aset, jika ada. Tanah tidak disusutkan dan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penurunan nilai, jika ada. Biaya perolehan awal aset tetap meliputi harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penggunaan yang ditetapkan. Beban-beban yang timbul setelah aset tetap digunakan, seperti beban perbaikan dan pemeliharaan, dibebankan ke laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya. Apabila beban-beban tersebut menimbulkan peningkatan manfaat ekonomis di masa datang dan penggunaan aset tetap tersebut yang dapat melebihi kinerja normalnya, maka beban-beban tersebut dikapitalisasikan sebagai tambahan biaya perolehan aset tetap. Semua aset tetap, kecuali tanah, disusutkan menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi masa manfaat dari aset sebagai berikut:
- 17-
Tahun Bangunan Peralatan dan perabotan Peralatan mekanis dan listrik Kendaraan bermotor Peralatan telekomunikasi Partisi kantor
20 – 40 2 – 10 6 – 14 2–8 2–8 3–5
Nilai tercatat aset tetap ditelaah kembali dan dilakukan penurunan nilai apabila terdapat peristiwa atau perubahan kondisi tertentu yang mengindikasikan nilai tercatat tersebut tidak dapat dipulihkan sepenuhnya. Dalam setiap inspeksi yang signifikan, biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Biaya inspeksi signifikan yang dikapitalisasikan tersebut diamortisasi selama periode sampai dengan saat inspeksi signifikan berikutnya. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya (derecognized) pada saat dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Aset tetap yang dijual atau dilepaskan, dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutan dan amortisasi serta akumulasi penurunan nilai yang terkait dengan aset tetap tersebut. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dengan jumlah tercatat dari aset tetap tersebut, dan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada periode terjadinya penghentian pengakuan. Nilai residu, umur manfaat, serta metode penyusutan dan amortisasi ditelaah setiap akhir periode dan dilakukan penyesuaian apabila hasil telah berbeda dengan estimasi sebelumnya. Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai dan siap digunakan. o. Sewa Sewa di mana Perusahaan dan anak perusahaan tetap mempertahankan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Biaya langsung awal yang dapat didistribusikan secara langsung dengan negoisasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke nilai tercatat aset sewaan dan diakui ke laba rugi konsolidasi periode berjalan selama masa sewa sesuai dengan dasar pengakuan pendapatan sewa. p. Penurunan Nilai Aset Manajemen menelaah ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai aktiva pada tanggal neraca dan kemungkinan penyesuaian ke nilai yang dapat diperoleh kembali apabila terdapat keadaan yang mengindikasikan terjadinya penurunan nilai aset tersebut. Kerugian penurunan nilai diakui jika nilai tercatat aset melebihi nilai yang dapat diperoleh kembali. Jumlah aset yang dapat diperoleh kembali dihitung berdasarkan nilai pakai atau harga jual bersih, mana yang lebih tinggi. Di lain pihak, pemulihan penurunan nilai diakui apabila terdapat indikasi bahwa penurunan nilai tersebut tidak lagi terjadi. Penurunan (pemulihan) nilai aset diakui sebagai beban (pendapatan) pada laba rugi konsolidasi periode berjalan.
- 18-
q. Biaya Emisi Saham Biaya emisi saham disajikan sebagai pengurang akun tambahan modal disetor dan tidak diamortisasi. r. Pendapatan Diterima Di Muka Pendapatan diterima di muka ditangguhkan pengakuannya dan akan dibukukan sebagai pendapatan sesuai dengan masa manfaat pendapatan tersebut. s. Penyisihan untuk Penggantian Peralatan Usaha Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha (barang dan perlengkapan hotel) dibebankan pada laba rugi konsolidasi berdasarkan taksiran nilai penggantian dari peralatan yang hilang atau rusak. Pembelian dibebankan pada akun “Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha”. t. Pengakuan Pendapatan dan Beban (1) Pengakuan Pendapatan Pendapatan dari penjualan persediaan real estat Pendapatan atas penjualan bangunan kondominium, apartemen strata title, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan bangunan sejenis lainnya serta unit dalam kepemilikan secara time sharing, diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian (percentage-of-completion method) terhadap unit yang terjual, apabila seluruh persyaratan berikut terpenuhi: 1) Proses konstruksi telah melampaui tahap awal, yaitu fondasi bangunan telah selesai dan semua persyaratan untuk memulai pembangunan telah dipenuhi. 2) Jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang telah disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; dan 3) Jumlah pendapatan dari penjualan dan biaya unit bangunan dapat diestimasi dengan andal. Jika semua kriteria yang disebutkan di atas tidak terpenuhi, maka pembayaran yang diterima dari pembeli harus diakui sebagai uang muka dengan metode deposit sampai seluruh kriteria terpenuhi. Dengan metode persentase penyelesaian, jumlah pendapatan dan beban yang diakui untuk setiap periode akuntansi harus sesuai dengan tingkat atau persentase penyelesaian dari aset tersebut. Tingkat atau persentase penyelesaian pengembangan real estat ditentukan berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal tertentu dibandingkan dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengembangan real estat tersebut. Pendapatan atas penjualan apartemen strata title, konstruksi yang pembangunannya, harus diakui dengan menggunakan metode akrual penuh.
telah
selesai
Pendapatan sewa dan jasa pelayanan Pendapatan sewa ruangan pusat perbelanjaan dan kantor serta tanah diakui berdasarkan metode garis lurus sesuai dengan jangka waktu sewa dan pendapatan jasa pelayanan diakui pada saat jasa diserahkan.
- 19-
Pendapatan dari Hotel Pendapatan hotel diakui pada saat barang atau jasa diberikan kepada tamu. Lainnya Pendapatan dari iuran keanggotaan klub diakui sesuai dengan periode keanggotaan. Pendapatan dari jasa telekomunikasi diakui pada saat jasa telah diserahkan kepada pelanggan. (2) Pengakuan Beban Beban diakui sesuai dengan manfaatnya pada periode yang bersangkutan (accrual basis) pada saat terjadinya, kecuali beban pokok penjualan persediaan real estat yang di dalamnya termasuk taksiran biaya untuk pengembangan prasarana atas tanah yang terjual maupun yang sedang dikembangkan untuk penjualan di masa mendatang. u. Restrukturisasi Hutang Bermasalah Restrukturisasi hutang bermasalah diperlakukan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No. 54, “Akuntansi untuk Restrukturisasi Hutang-Piutang Bermasalah”. Sesuai dengan PSAK No. 54, keuntungan dari restrukturisasi harus diakui jika nilai tercatat hutang yang diselesaikan, setelah dikurangi penyelesaian hutang melalui penyerahan saham (jika ada), lebih besar dari pembayaran kas masa depan tanpa memperhitungkan nilai tunainya. Seluruh biaya langsung yang terjadi dari restrukturisasi hutang bermasalah harus dikurangkan dalam penghitungan keuntungan restrukturisasi hutang bermasalah. Keuntungan dari restrukturisasi hutang bermasalah, diakui dan diklasifikasikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi konsolidasi pada periode terjadinya restrukturisasi. v. Biaya Pinjaman Biaya pinjaman merupakan bunga dan selisih kurs pinjaman yang diterima dalam mata uang asing dan biaya lainnya (amortisasi diskon/premium dari pinjaman diterima) yang terjadi sehubungan dengan peminjaman dana. Biaya pinjaman diakui sebagai beban pada saat terjadinya, kecuali biaya pinjaman atas pinjaman yang diperoleh untuk membiayai perolehan dan pengembangan aset real estat dan dapat secara langsung diatribusikan ke aktivitas pengembangan real estat, yang dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya tanah yang belum dikembangkan dan/atau biaya pengembangan untuk proyek real estat. Apabila pinjaman secara spesifik dipergunakan untuk memperoleh dan mengembangkan proyek real estat, biaya pinjaman yang dikapitalisasi adalah seluruh biaya pinjaman yang terjadi selama periode pinjaman tersebut, dikurangkan dengan pendapatan bunga atas penempatan sementara dari dana pinjaman diterima yang belum digunakan. Kapitalisasi biaya pinjaman dihentikan jika dalam suatu periode yang cukup lama proyek pengembangan real estat ditangguhkan atau ditunda, sedangkan kapitalisasi biaya pinjaman tersebut diakhiri pada saat proyek pengembangan itu telah selesai dan siap untuk digunakan. w. Imbalan Kerja Imbalan kerja jangka pendek Imbalan kerja jangka pendek merupakan upah, gaji, dan iuran jaminan sosial. Imbalan kerja jangka pendek diakui sebesar jumlah yang tak-terdiskonto sebagai kewajiban setelah dikurangi
- 20-
dengan jumlah yang telah dibayar pada neraca konsolidasi dan sebagai beban pada laba rugi konsolidasi periode berjalan. Imbalan pasca-kerja Imbalan pasca-kerja Perusahaan merupakan manfaat pasti yang dibentuk dengan pendanaan khusus melalui program dana pensiun dan didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan pada saat pensiun, sedangkan untuk anak-anak perusahaan, imbalan pasca-kerja merupakan manfaat pasti yang dibentuk tanpa pendanaan khusus. Imbalan pasca-kerja tersebut keduanya didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan pada saat pensiun. Metode penilaian aktuarial yang digunakan untuk menentukan nilai kini cadangan imbalan pasti, beban jasa kini yang terkait dan beban jasa lalu adalah metode Projected Unit Credit. Beban jasa kini, beban bunga, beban jasa lalu yang telah menjadi hak karyawan, hasil yang diharapkan dari aset program, dan dampak kurtailmen atau penyelesaian (jika ada) diakui pada laba rugi konsolidasi periode berjalan. Keuntungan atau kerugian aktuarial (jika ada) dan beban jasa lalu yang belum menjadi hak karyawan bagi karyawan yang masih aktif bekerja diamortisasikan selama jangka waktu rata-rata sisa masa kerja karyawan. Cadangan imbalan pasti pasca-kerja disajikan sebesar nilai bersih dari nilai kini cadangan imbalan pasti setelah memperhitungkan nilai wajar aset program keuntungan atau kerugian aktuarial yang tidak diakui. Imbalan kerja jangka panjang lainnya Imbalan kerja jangka panjang lainnya yang dibentuk oleh Perusahaan merupakan imbalan untuk karyawan yang telah bekerja lebih dari 15 tahun dan minimum berumur 40 tahun. Metode penilaian aktuarial yang digunakan untuk menentukan nilai kini cadangan imbalan pasti, beban jasa kini yang terkait dan beban jasa lalu adalah metode Projected Unit Credit. Baban jasa kini, beban bunga, hasil yang diharapkan dari aset program (jika ada), keuntungan atau kerugian aktuarial, beban jasa lalu serta dampak kuartailmen atau penyelesaian (jika ada) diakui pada laba rugi konsolidasi periode yang berjalan. Kewajiban imbalan kerja jangka panjang lainnya disajikan bersih sebesar nilai kini kewajiban imbalan pasti setelah memperhitungkan nilai wajar aset program (jika ada). x. Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Final Sesuai dengan peraturan perundangan perpajakan, pendapatan yang telah dikenakan pajak penghasilan final tidak lagi dikenakan pajak penghasilan final tidak lagi dilaporkan sebagai pendapatan kena pajak, dan semua beban sehubungan dengan pendapatan yang telah dikenakan pajak penghasilan final tidak boleh dikurangkan. Di lain pihak, baik pendapatan maupun beban tersebut dipakai dalam perhitungan laba rugi menurut akuntasi. Oleh karena itu, tidak terdapat perbedaan temporer sehingga tidak diakui adanya aset atau kewajiban pajak tangguhan. Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final berbeda dari dasar pengenaan pajaknya, maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan. Beban pajak atas pendapatan yang dikenakan pajak penghasilan final diakui secara proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan. Selisih antara jumlah pajak penghasilan final terhutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai pajak dibayar di muka dan pajak yang masih harus dibayar.
- 21-
Pajak Penghasilan Tidak Final Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku. Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi konsolidasi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas. Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aktiva dan kewajiban menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang. Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di neraca konsolidasi, kecuali aset dan kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini. y. Laba (Rugi) Bersih Per Saham Laba (rugi) bersih per saham dihitung dengan membagi laba (rugi) bersih konsolidasi dengan jumlah tertimbang saham yang ditempatkan dan disetor penuh selama periode yang bersangkutan. z. Informasi Segmen Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis. Segmen usaha adalah komponen Perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Segmen geografis adalah komponen Perusahaan dan anak perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain.
- 22-
3. KAS DAN SETARA KAS Kas dan setara kas terdiri dari: 2009
2008
Kas Rupiah Dollar AS dan mata uang asing lainnya (Catatan 37)
Rp
Jumlah Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (lihat Catatan 36) Bank Rupiah PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Dolar Amerika Serikat PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (US$ 2.181.628 pada tahun 2009 dan US$ 534.036 pada tahun 2008) Deposito Rupiah PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Dolar Amerika Serikat PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (US$ 1.659.992 pada tahun 2009 dan US$ 1.198.268 pada tahun 2008) Jumlah Pihak ketiga Bank Rupiah Deutsche Bank AG – cabang Jakarta PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank CIMB Niaga Tbk* PT Bank Permata Tbk Dolar Amerika Serikat Deutsche Bank AG – cabang Singapura (US$ 1.007.389 pada tahun 2009 dan US$ 92.675 pada tahun 2008) PT Bank Central Asia Tbk (US$ 539.112 pada tahun 2009 dan US$ 459.962 pada tahun 2008) PT Bank CIMB Niaga Tbk* (US$ 387.479 pada tahun 2009 dan US$ 280.956 pada tahun 2008) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (US$ 77.189 pada tahun 2009 dan US$ 260.132 pada tahun 2008) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (US$ 741 pada tahun 2009) Citibank N.A. - cabang Jakarta (US$ 3.498 pada tahun 2009 dan US$ 3.635 pada tahun 2008)
463.320 588.423
Rp
786.580 -
1.051.743
786.580
10.855.559
7.630.395
25.226.700
5.027.838
35.055.842
30.671.609
20.487.645
11.139.654
91.625.746
54.469.496
8.402.121 817.182 634.778 277.819 -
7.881.137 7.161.832 438.330 490.156 3.615.264
11.660.529
854.185
6.240.220
4.239.470
4.485.068
2.589.571
597.022
2.372.438
8.566
40.485
-
33.500
- 23-
Lanjutan 2009 Deposito berjangka Rupiah PT Bank Central Asia Tbk Dolar Amerika Serikat PT Bank Mega Tbk (US$ 1.000.000 pada tahun 2009) PT Bank Danamon Tbk (US$ 985.713 pada tahun 2009)
Rp
10.276.420
Jumlah Jumlah
2008
Rp
10.755.904
11.575.000
-
11.409.631
-
66.424.840 Rp
159.102.330
40.431.787 Rp
95.687.863
Suku bunga rata-rata deposito berjangka per tahun:
Rupiah Dolar Amerika Serikat
2009
2008
8,25% - 9,50% 3,50% - 5,00%
8,00% - 8,25% 3,75% - 4,25%
* Dahulu PT Bank Lippo Tbk sebelum bergabung dengan PT Bank Niaga Tbk pada tahun 2008. Transaksi dengan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dilaksanakan dengan suku bunga, syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga (Catatan 36).
4. INVESTASI 2009 Penyertaan saham Deposito berjangka yang dibatasi pencairannya (Catatan 15) Rekening giro yang dibatasi pencairannya (Catatan 15 dan 16)
Rp
Jumlah
Rp
2008
56.483.071
Rp
50.600.000
22.899.792
22.691.451
773.493
614.992
80.156.356
Rp
73.906.443
a. Penyertaan Saham Penyertaan saham yang dicatat dengan menggunakan metode biaya adalah sebagai berikut: Persentase Kepemilikan PT First Jakarta International (FJI) PT Bina Mulia Unika (BMU) PT Graha Putranusa (GPN) Jumlah
9% 20% 5%
Nilai Penyertaan 2009 2008 Rp 45.600.000 5.883.071 5.000.000
Rp
Rp
Rp 50.600.000
56.483.071
45.600.000 5.000.000
- 24-
FJI, adalah pemilik dari gedung perkantoran serbaguna yang dikenal sebagai Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) (dahulu Bursa Efek Jakarta sebelum bergabung dengan Bursa Efek Surabaya pada tahun 2007), yang berlokasi di Lot 2 KNTS. FJI memulai kegiatan usahanya pada tahun 1995. Pada tanggal 30 Oktober 2008, PT Citra Wiradaya (CW) (anak perusahaan PT Danayasa Arthatama Tbk) melakukan penyertaan saham pada PT Bina Mulia Unika (BMU) dengan kepemilikan sebesar 99,99%. Penyertaan saham tersebut dilakukan untuk tujuan pemilikan jangka pendek. Pada tanggal 23 Januari 2009, CW menjual penyertaan sahamnya dalam BMU kepada PT DMS International (sekarang PT Kingsland International) yang mengakibatkan persentase kepemilikan saham dalam BMU berkurang menjadi 20%, sehingga pada tanggal 31 Maret 2009 penyertaan saham tersebut dicatat dengan metode biaya. GPN didirikan dengan tujuan untuk membangun dan mengelola gedung perkantoran dan apartemen yang berlokasi di Lot 24 KNTS. Pada tahun 2004, GPN memulai pembangunan apartemen yang dikenal dengan nama “The Capital Residences” dan telah selesai pada tahun 2007. Pada tahun 2009 dan 2008, tidak ada dividen kas yang diterima dari penyertaan saham tersebut. Tujuan utama penyertaan saham di atas adalah sesuai dengan tujuan utama Perusahaan, yaitu melakukan atau menjalankan kegiatan utama dalam bidang real estat termasuk, tetapi tidak terbatas pada aktivitas pengembangan. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai dari penyertaan saham tersebut di atas. b. Deposito Berjangka yang Dibatasi Pencairannya Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, PPJ memiliki deposito yang dibatasi pencairannya sebesar US$ 1.978.384 (ekuivalen sebesar Rp 22.899.792) dan US$ 2.461.913 (ekuivalen sebesar Rp 22.691.451) yang ditempatkan di Deutsche Bank AG, Cabang Singapura sehubungan dengan surat hutang yang diterbitkan PPJ (Catatan 15). Suku bunga deposito ratarata per tahun adalah 0,13% pada tahun 2009 dan 2,42% pada tahun 2008. c. Rekening Giro yang dibatasi pencairannya 2009 Pihak ketiga Dolar Amerika Serikat (Catatan 37) Deutsche Bank AG, cabang Singapura PT Bank Windu Kentjana International Tbk (dahulu PT Bank Multicor Tbk)
Rp
Jumlah
Rp
2008
689.460
Rp
84.033 773.493
548.060
66.932 Rp
614.992
Perusahaan memiliki rekening giro yang dibatasi pencairannya di PT Bank Windu Kentjana International Tbk (dahulu PT Bank Multicor Tbk sebelum bergabung dengan PT Bank Windu Kentjana pada tahun 2008) yang digunakan sebagai rekening pembayaran hutang (debt-service account) berdasarkan Perjanjian Perubahan dengan sindikasi bank yang dikoordinasi oleh The Royal Bank of Scotland Plc (Catatan 16b). Selain itu, PT Pacific Place Jakarta (PPJ) memiliki rekening giro yang dibatasi pencairannya di Deutsche Bank AG, Cabang Singapura sehubungan dengan surat hutang yang diterbitkan oleh PPJ (Catatan 15).
- 25-
5. PIUTANG USAHA 2009 Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (lihat Catatan 36) Rupiah PT Mulia Sejahtera Abadi PT Arthagraha Sentral PT Music Roomindo Sejati Discovery Kartika Plaza Hotel PT Buanagraha Arthaprima Lain-lain Jumlah
Rp
8.752.102 4.240.682 1.781.926 1.654.913 121.000 244.474
Rp
8.529.497 4.438.939 1.234.457 1.207.595 206.052 505.192
Rp
16.795.097
Rp
16.121.732
77.132.047
Rp
79.553.348
Pihak ketiga Rupiah Real Estat Rp Hotel Guest and city ledger Kartu kredit Jasa Telekomunikasi PT Indosat Tbk PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk PT Aplikanusa Lintasarta Lain-lain Lain-lain Dolar Amerika Serikat (Catatan 37) Real Estat Jasa Telekomunikasi Singapore Telecommunications Limited Lain-lain Jumlah Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Bersih
2008
28.596.005 1.152.829
12.847.536 1.564.734
1.029.146 718.549 299.152 2.492.045 21.009.004
480.523 637.695 347.242 1.983.873 5.695.805
8.477.418
2.072.919
868.020
20.515 9.399
141.774.215 5.523.374 ) (
( Rp
136.250.841
105.213.589 4.316.597 ) Rp
100.896.992
Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu adalah sebagai berikut: 2009
2008
Saldo awal periode Penambahan periode berjalan
Rp
5.117.540 405.834
Rp
3.909.385 407.212
Saldo akhir periode
Rp
5.523.374
Rp
4.316.597
Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebesar 40,92% dan 89,95% dari saldo piutang usaha digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank dan surat hutang (Catatan 15 dan 16). Piutang real estat terutama merupakan piutang sewa “Pacific Place Mall” serta piutang atas penjualan unit apartemen “SCBD Suites” yang dibangun oleh PT Andana Utamagraha dan “Pacific Place Residences” yang dibangun oleh PT Pacific Place Jakarta, keduanya merupakan anak perusahaan.
- 26-
City Ledger, In House Guest and Store Rental merupakan tagihan kepada pelanggan hotel dan penyewa ruangan. Termasuk di dalam piutang usaha – lain-lain adalah tagihan kepada perorangan - pihak ketiga. Rincian piutang usaha dihitung sejak tanggal faktur adalah sebagai berikut: 2009
2008
Sampai dengan 1 bulan > 1 bulan – 3 bulan > 3 bulan – 6 bulan > 6 bulan
Rp
57.894.219 12.756.312 10.219.152 77.699.629
Rp
47.744.405 11.738.062 11.351.098 50.501.756
Jumlah
Rp
158.569.312
Rp
121.335.321
Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang usaha tersebut. Piutang usaha dalam mata uang asing adalah sebesar US$ 807.381 (ekuivalen sebesar Rp 9.345.438) dan US$ 2.695.013 (ekuivalen sebesar Rp 24.839.939) masing-masing pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 (Catatan 37).
6. PIUTANG LAIN-LAIN Akun ini terdiri dari: 2009 Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 36) PT Cemerlang Pola Cahaya Rp PT Ciptadaya Gema Puspita Akademi Pariwisata Jakarta International Hotel PT Bina Mulia Unika Lain-lain Jumlah Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
16.031.791 1.600.000 650.000 590.375 313.113
2008
Rp
570.124
19.185.279 16.031.791 ) (
(
16.031.791 3.685.000 1.115.000
21.401.915 16.031.791 )
Bersih
3.153.488
5.370.124
Pihak ketiga Piutang dari karyawan Uang muka pengobatan karyawan Lain-lain
155.058 142.710 5.986.000
219.797 195.906 5.610.320
6.283.768 104.213 ) (
6.026.023 104.213 )
6.179.555
5.921.810
Jumlah Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
(
Bersih Jumlah – Bersih
Rp
9.333.043
Rp
11.291.934
- 27-
Piutang dari PT Cemerlang Pola Cahaya (CPC) terkait dengan pengalihan penyertaan saham Omni Hotels Investment Limited dalam PT Majumakmur Arthasentosa (MAS) sebesar 10% kepada CPC pada tahun 1997. Sampai dengan saat ini, CPC masih mengalami kesulitan likuiditas, sehingga belum dapat menyelesaikan kewajibannya kepada DA. Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang lain-lain tersebut.
7. PERSEDIAAN 2009
2008
Persediaan real estat - bersih Barang dan perlengkapan hotel
Rp
1.790.781.769 5.239.259
Rp
1.525.905.016 4.353.638
Jumlah
Rp
1.796.021.028
Rp
1.530.258.654
a. Persediaan real estat 2009 Tanah yang sedang dikembangkan Bangunan yang sedang dikonstruksi Tanah dan bangunan yang siap dijual Jumlah Dikurangi penyisihan penurunan nilai Bersih
Rp
( Rp
1.160.274.136 561.796.730 77.604.115
2008 Rp
1.180.200.619 114.021.821 240.575.788
1.799.674.981 8.893.212 )
(
1.534.798.228 8.893.212 )
1.790.781.769
Rp
1.525.905.016
Pada tahun 2009 dan 2008, persediaan tanah dan bangunan yang siap dijual terdiri dari apartemen strata title “Pacific Place Residences”, “SCBD Suites” dan “Kusuma Candra”, serta tanah Lot 18 KNTS. Bangunan yang sedang dikonstruksi tahun 2009 dan 2008 termasuk akumulasi biaya proyek “Equity Tower” yang berlokasi di Lot 9 KNTS dan pembangunan hotel yang berlokasi di Lot-23A, sedangkan pada tanggal 31 Maret 2008 terdiri dari akumulasi biaya proyek yang berlokasi di Lot23A dan Lot 18 KNTS). Persediaan tanah yang sedang dikembangkan terdiri dari tanah yang akan digunakan untuk mendirikan bangunan di masa yang akan datang. Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, masing-masing sebesar 2,94% dan 13,68% dari persediaan real estat digunakan sebagai jaminan untuk surat hutang (Catatan 15). Pada tanggal 31 Maret 2009, proyek “Equity Tower” telah diasuransikan kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI), pihak yang mempunyai hubungan istimewa, berupa “Contractors all risks insurance” dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 85.000.000. Transaksi dengan AGI dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana dilaksanakan dengan pihak ketiga. Penyisihan penurunan nilai persediaan real estat dibentuk oleh anak-anak perusahaan, PT Andana Utamagraha sebesar Rp 2.885.612 dan PT Majumakmur Arthasentosa sebesar Rp 6.007.600 pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008.
- 28-
Manajemen berpendapat bahwa penyisihan penurunan nilai yang dibentuk adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas penurunan nilai persediaan. b. Barang dan Perlengkapan Hotel 2009
2008
Makanan dan minuman Perlengkapan teknik Perlengkapan hotel
Rp
2.903.081 1.828.152 508.026
Rp
1.617.855 1.567.263 1.168.520
Jumlah
Rp
5.239.259
Rp
4.353.638
Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebesar 0,33% dan 0,24% dari barang dan perlengkapan hotel digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank (Catatan 16). Perusahaan tidak mengasuransikan barang dan perlengkapan hotel pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008. Manajemen tidak membentuk penyisihan penurunan nilai barang dan perlengkapan hotel karena manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai atas persediaan tersebut pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008.
8.
UANG MUKA Akun ini terdiri dari uang muka kepada/untuk: 2009
2008
Pihak ketiga Pemasok dan kontraktor Penyertaan Saham
Rp
13.969.787 -
Rp
19.806.419 900.000
Jumlah
Rp
13.969.787
Rp
20.706.419
Uang muka kepada pemasok dan kontraktor merupakan uang muka kepada pemasok hotel dan kontraktor sehubungan dengan pembelian yang dilakukan oleh Perusahaan dan anak perusahaan. Pada tanggal 31 Maret 2008, uang muka penyertaan saham merupakan uang muka atas pembelian saham PT Graha Sampoerna (Catatan 1c). Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat kemungkinan kerugian atas uang muka yang dimaksud, sehingga manajemen tidak membentuk penyisihan piutang ragu-ragu atas uang muka tersebut.
- 29-
9. PAJAK DIBAYAR DI MUKA Akun ini terdiri dari: 2009 Pajak Pertambahan Nilai - bersih Pajak Penghasilan: Pasal 4 ayat (2) (Final) Pasal 22 Pasal 23 Pasal 25 Fiskal Pajak Penghasilan Badan
Rp
Jumlah
Rp
5.530.334
2008 Rp
11.002.963 2.469.735 583.344 260.172 71.000 30.000 19.947.548
78.303.144 11.060.345 2.462.094 1.241.046 464.735 23.500 932.176
Rp
94.487.040
10. BIAYA DIBAYAR DI MUKA Akun ini terdiri dari: 2009 Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 36) Asuransi Sewa
Rp
Jumlah Pihak ketiga Asuransi kesehatan Registrasi saham Lain-lain Jumlah Jumlah
Rp
2.419.016 23.138
2008
Rp
2.773.565 20.525
2.442.154
2.794.090
1.402.717 103.125 415.708
766.200 97.396 366.195
1.921.550
1.229.791
4.363.704
Rp
4.023.881
Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.
11. PROPERTI INVESTASI Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, properti investasi merupakan tanah dan bangunan “Pacific Place Mall” dan “One Pacific Place” yang dimiliki PT Pacific Place Jakarta (PPJ), anak perusahaan (melalui Delfina) dengan luas bangunan 83.041 m2 dan disewakan kepada pihak ketiga.
- 30-
2009: Perubahan selama periode berjalan 1 Januari 2009 Biaya perolehan: Pacific Place Mall One Pacific Place Jumlah
Rp 1.190.406.154 110.430.383
Penambahan Rp
3.314.799 -
Pengurangan Rp
-
1.300.836.537
3.314.799
-
Akumulasi Penyusutan: Pacific Place Mall One Pacific Place
71.475.190 6.665.934
18.041.420 1.538.292
-
Jumlah
78.141.124
19.579.712
-
Bersih
Rp 1.222.695.413
31 Maret 2009 _______________ Rp 1.193.720.953 110.430.383 _______________ 1.304.151.336 _______________ 89.516.610 8.204.226 _______________ 97.720.836 _______________ Rp 1.206.430.500
2008: Perubahan selama periode berjalan 1 Januari 2008 Biaya perolehan: Pacific Place Mall One Pacific Place Jumlah
Rp 1.057.584.414 110.430.383
Penambahan Rp
42.028.455 -
Pengurangan Rp
-
1.168.014.797
42.028.455
-
Akumulasi Penyusutan: Pacific Place Mall One Pacific Place
4.968.688 512.764
15.526.388 1.538.292
-
Jumlah
5.481.452
17.064.680
-
Bersih
Rp 1.162.533.345
31 Maret 2008 _ Rp 1.099.612.869 110.430.383 _______________ 1.210.043.252 _______________ 20.495.076 2.051.056 _______________ 22.546.132 _______________ Rp 1.187.497.120
Akumulasi biaya pembangunan properti investasi sejak saat dimulainya pembangunan dicatat pada akun Aset Tetap (Catatan 12) sebagai aset dalam penyelesaian, setelah pembangunan properti telah selesai, akumulasi biaya pembangunan properti investasi tersebut telah ditransfer dari akun “Aset Tetap” ke akun “Properti Investasi”. Pendapatan sewa properti investasi yang diakui di laporan laba rugi konsolidasi selama tahun 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 82.673.051 dan Rp 38.214.282 yang dilaporkan sebagai bagian dari “Pendapatan Usaha” (Catatan 30). Beban penyusutan properti investasi selama tahun 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 19.579.712 dan Rp 17.064.680 disajikan sebagai bagian dari “Beban Pokok Penjualan” pada laporan laba rugi konsolidasi (Catatan 31). Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, Properti Investasi dijadikan jaminan atas Surat Hutang (Catatan 15). Seluruh Properti Investasi diasuransikan secara gabungan dengan Aset Tetap (Catatan 12). Nilai wajar Properti Investasi pada tanggal 31 Desember 2007 adalah sebesar Rp 2.361.000.000 yang ditentukan berdasarkan laporan penilai independen tertanggal 24 Maret 2008. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan atas nilai wajar tersebut sejak tanggal laporan penilai independen sampai dengan tanggal 31 Maret 2009.
- 31-
12. ASET TETAP Aset tetap terdiri dari: 2009: Perubahan selama periode berjalan 1 Januari 2009 Nilai Tercatat: Tanah Bangunan Peralatan dan perabotan Peralatan mekanis dan listrik Kendaraan bermotor Peralatan telekomunikasi Partisi kantor Aset dalam penyelesaian
Rp
Jumlah Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi: Tanah Bangunan Peralatan dan perabotan Peralatan mekanis dan listrik Kendaraan bermotor Peralatan telekomunikasi Partisi kantor Jumlah Nilai Buku
439.267.574 811.391.988 522.029.658 484.210.222 12.219.134 6.471.650 2.889.904 17.367.028
Penambahan Rp
-
Pengurangan
513.748 2.938.302 3.404.010 1.356.551 535.031 782.487 6.759.278
Rp
856.088 168.703 375.399 -
2.295.847.158
16.289.407
1.400.190
1.013.580 177.980.384 407.777.115 286.194.980 5.915.795 4.210.943 2.490.388
7.666.053 8.963.409 10.324.585 483.800 178.227 18.909
885.583.185
27.634.983
811.065 144.560 241.728 1.197.353
Rp 1.410.263.973
31 Maret 2009 _ Rp 439.267.574 811.905.736 524.111.872 487.445.529 13.200.286 7.006.681 3.672.391 24.126.306 _______________ 2.310.736.375 _______________ 1.013.580 185.646.437 415.929.459 296.375.005 6.157.867 4.389.170 2.509.297 _______________ 912.020.815 _______________ Rp 1.398.715.560
2008: Perubahan selama periode berjalan 1 Januari 2008 Nilai Tercatat: Tanah Bangunan Peralatan dan perabotan Peralatan mekanis dan listrik Kendaraan bermotor Peralatan telekomunikasi Partisi kantor Jumlah Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi: Tanah Bangunan Peralatan dan perabotan Peralatan mekanis dan listrik Kendaraan bermotor Peralatan telekomunikasi Partisi kantor Jumlah Nilai Buku
Rp
435.254.605 798.247.477 491.897.234 476.605.454 9.888.465 4.629.892 2.498.445
Penambahan Rp
176.698 13.261.534 7.071.922 165.000 141.439 -
Pengurangan Rp
2.073.644 323.071 -
31 Maret 2008 Rp
435.254.605 798.424.175 503.085.124 483.354.305 10.053.465 4.771.331 2.498.445
2.219.021.572
20.816.593
2.396.715
2.237.441.450
1.013.580 147.901.322 377.770.688 247.341.295 6.017.360 3.806.988 2.452.815
2.400.310 7.687.628 15.047.152 331.422 158.789 8.395
2.073.644 323.071 -
1.013.580 150.301.632 383.384.672 262.065.376 6.348.782 3.965.777 2.461.210
786.304.048
25.633.696
2.396.715
Rp 1.432.717.524
809.541.029 Rp 1.427.900.421
Pada tahun 2008, PT Citra Wiradaya (CW), anak perusahaan, mereklasifikasikan tanah dengan nilai tercatat sebesar Rp 4.012.970 dari persediaan ke aset tetap, sehubungan dengan perjanjian antara CW dan PT DMS International (sekarang PT Kingsland International) atas tanah Lot 18, di mana CW akan memiliki Kavling A beserta gedung yang akan dibangun di atasnya. Aset dalam penyelesaian pada tanggal 31 Maret 2009 merupakan akumulasi biaya renovasi “Hotel Borobudur Jakarta” dan biaya pembangunan “18 SCBD Office Park” - Kavling A yang dimiliki oleh CW.
- 32-
Pembebanan penyusutan dialokasikan sebagai berikut: 2009
2008
Beban umum dan administrasi (Catatan 32) Beban pokok penjualan (Catatan 31)
Rp
28.860.653 19.579.712
Rp
24.691.901 17.064.680
Jumlah
Rp
48.440.365
Rp
41.756.581
Penyusutan yang dibebankan pada usaha pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing berjumlah Rp 48.440.365 dan Rp 41.756.581, dicatat sebagai “Beban Pokok Penjualan”, dan “Beban Umum dan Administrasi”. Tanah merupakan hak atas tanah Perusahaan yang di atasnya terletak Hotel Borobudur Jakarta dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 1062/Pasar Baru yang berlaku sampai tanggal 31 Mei 2023 dan hak atas tanah PPJ dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 415 dan hak atas tanah CW dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 629 yang masing-masing berlaku sampai tanggal 5 Juni 2015. Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, Aset Tetap, Persediaan (Catatan 7), dan Properti Investasi (Catatan 11), yang terkait dengan proyek “One Pacific Place”, telah diasuransikan kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI), pihak yang mempunyai hubungan istimewa, berupa “Property all risks insurance”, dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 438.885.000. Selain asuransi tersebut, pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, Perusahaan dan anak perusahaan mengasuransikan aset tetapnya, kecuali tanah kepada PT Asuransi Central Asia, pihak ketiga, dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 5.631.550 dan Rp 3.541.700. Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, Perusahaan juga mengasuransikan aset tetapnya, kecuali tanah kepada PT Arthagraha General Insurances, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 1.357.309.000 dan Rp 1.356.586.700. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan. Transaksi dengan AGI, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga. Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 sebesar 86,25% dan 99,78% dari nilai tercatat aset tetap digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank dan surat hutang kepada pihak tertentu (Catatan 15 dan 16). Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai dari aset yang disebutkan di atas.
13. GOODWILL ___________
Harga perolehan Akumulasi amortisasi Jumlah
Rp (
2009
2008
_________________________
244.540.229 Rp 119.038.652 ) ( ___________
Rp
125.501.577
Rp
176.032.951 66.705.242 )
________________________
109.327.709
Akun ini merupakan goodwill yang timbul dari penyertaan saham PPJ dalam GS pada tahun 2008, penyertaan saham DA dalam GPS pada tahun 2006 dan transaksi penukaran saham PPJ, antara DA dan Delfina pada tahun 2005 (Catatan 1c).
- 33-
Jumlah amortisasi yang dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 12.227.012 dan Rp 8.801.648.
14. ASET LAIN-LAIN ___________
Biaya proyek dalam pelaksanaan Hak guna kapasitas transmisi Biaya tangguhan Peralatan usaha hotel Setoran jaminan Investasi dalam bentuk tanah Uang muka kepada PLN Uang muka pembelian tanah Lainnya
Rp
Jumlah
Rp
2009
2008
________________________
29.982.535 17.722.808 11.336.006 8.916.448 6.228.952 3.039.063 1.643.750 500.000 747.551
Rp
80.117.113
Rp
___________
11.336.006 14.306.864 4.403.077 1.039.063 1.643.750 500.000 2.142.605
________________________
35.371.365
Biaya proyek yang sedang dilaksanakan merupakan biaya atas pembelian bahan material, pembayaran kepada subkontraktor dan biaya overhead proyek sehubungan dengan kontrak pembangunan gedung perkantoran antara PT Citra Wiradaya, anak perusahaan, dengan PT DMS International (sekarang PT Kingsland International). CW memiliki sebidang tanah yang terletak di Lot 18 (Kavling A, B, C, E dan F) KNTS. Pada tanggal 20 April 2008, CW mengadakan Perjanjian Pokok dengan DMS dimana CW akan menjual Kavling B, C, D dan E (BCDE) dengan luas 5.910 meter persegi kepada DMS, dan DMS akan menunjuk CW untuk membangun gedung perkantoran di BCDE. Perjanjian Pendahuluan juga menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mendirikan PT Bina Mulia Unika (BMU) yang akan memiliki tanah yang terletak di Kavling F seluas 477 meter persegi (melalui perikatan jual beli dengan CW) dan gedung perkantoran yang akan dibangun di atasnya. BMU ditunjuk sebagai pengelola gedung tunggal dari seluruh fasilitas di Lot 18 dan dapat mendelegasikan pengelolaan gedung kepada CW selama 5 tahun setelah Kavling BCDE dan F diserahkan masing-masing kepada DMS dan BMU, sedangkan Kavling A tetap dimiliki oleh CW. Pada tanggal 31 Maret 2009, proyek yang sedang dilaksanakan oleh CW tersebut telah diasuransikan kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI), pihak yang mempunyai hubungan istimewa, berupa “Contractors All Risks Insurance” dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 180.000.000. Transaksi dengan AGI, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga. Pada tanggal 31 Maret 2009, hak guna kapasitas transmisi merupakan hak penggunaan kapasitas transmisi kabel matrix yang diperoleh PT Artha Telekomindo, anak perusahaan. Biaya ditangguhkan termasuk biaya-biaya sehubungan dengan rencana pembangunan Lot 6 KNTS oleh PT Grahamas Adisentosa, anak perusahaan. Uang muka kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) merupakan uang muka pembelian daya listrik untuk KNTS. Aset lain-lain pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 termasuk saldo dalam mata uang asing masingmasing sebesar US$ 69.446 (ekuivalen sebesar Rp 803.837) dan US$ 4.640 (ekuivalen sebesar Rp 42.767) (Catatan 37).
- 34-
15. SURAT HUTANG Pada tanggal 4 Juli 2006, PT Pacific Place Jakarta (PPJ) menerbitkan Senior Secured Amortizing Notes (surat hutang) dengan nilai nominal US$ 80.000.000 dimana DB Trustees (Hong Kong) Limited bertindak sebagai Trustee and Security Trustee. Suku bunga surat hutang tersebut adalah LIBOR + 7,5% per tahun dan dibayar setiap triwulanan. Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, suku bunga yang dikenakan masing-masing 8,925% dan 12,15%. Jangka waktu surat hutang ini adalah 5 tahun dan akan jatuh tempo pada tanggal 4 Juli 2011. Surat hutang ini dijamin dengan piutang usaha, persediaan, properti investasi, aset tetap dan fiducia security over insurance (Catatan 5, 7 dan 12). PT Metropolitan Mulia Persada dan Delfina Group Holdings Limited juga menjaminkan penyertaan saham dalam PPJ masing-masing sebesar Rp 539.366.131 dan Rp 741.628.431. Surat hutang ini juga dijamin dengan jaminan tambahan dari beberapa perusahaan dan perorangan. PPJ juga memiliki rekening giro dan deposito berjangka yang dibatasi pencairannya, sehubungan dengan surat hutang tersebut (Catatan 4). PPJ diwajibkan untuk memenuhi beberapa syarat perjanjian, diantaranya pembatasan PPJ untuk mengubah jadwal dan rencana konstruksi dan akta pendirian, melakukan penggabungan atau perolehan anak perusahaan, mewajibkan untuk memelihara beberapa rasio keuangan tertentu (debtto-equity ratio dan debt-to-carrying value of assets under construction ratio). Pembayaran pokok surat hutang selama tahun 2009 adalah sebesar US$ 5.000.000. Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, saldo surat hutang masing-masing sebesar US$ 65.000.000 dan US$ 80.000.000 (masing-masing ekuivalen sebesar Rp 752.375.000 dan Rp 737.360.000) (Catatan 37). Beban bunga surat hutang ini pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 19.048.547 dan Rp 25.399.609 dan dicatat sebagai “Beban bunga dan beban keuangan lainnya”. Beban bunga yang belum dibayar sebesar US$ 1.304.491 (ekuivalen sebesar Rp 15.099.482) dan US$ 2.285.612 (ekuivalen sebesar Rp 21.066.483) masing-masing pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, dan dicatat dalam akun “Biaya yang masih harus dibayar” (Catatan 20). 16. HUTANG BANK 2009 Rupiah Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 36) PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Rp Dolar Amerika Serikat Pihak ketiga Hutang bank sindikasi The Royal Bank of Scotland Plc (RBS) sebagai “Facility Agent” (US$ 85.987.587 pada tahun 2009 dan 2008)
995.306.317
Jumlah
995.306.317
Rp
-
2008
Rp
3.000.000
792.547.588 Rp
795.547.588
Pada tanggal 31 Maret 2008, saldo hutang bank kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebesar 0,09% dari jumlah kewajiban konsolidasi (Catatan 36).
- 35-
a. Pada tanggal 31 Maret 2008, PT Grahaputra Sentosa (GPS) memiliki fasilitas pinjaman dari PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (BAGI) dengan jumlah pinjaman maksimal sebesar Rp 15.000.000. Pada bulan April 2008, pinjaman tersebut telah dilunasi. b. Pada tahun 1995, Perusahaan memperoleh pinjaman sebesar US$ 70.000.000 dari bank sindikasi yang dikoordinasikan (arrange) oleh Schroders International Merchant Bankers Limited (yang kemudian sejak tahun 1999 digantikan oleh The Royal Bank of Scotland Plc (RBS)). Pinjaman tersebut digunakan untuk membiayai renovasi Hotel Borobudur Jakarta. Sejak tahun 1998, Perusahaan tidak dapat membayar bunga atas pinjaman dan tidak berhasil memenuhi persyaratan rasio keuangan konsolidasi tertentu. Pada tanggal 17 Nopember 2000, Perusahaan memperoleh persetujuan dari kreditur untuk restrukturisasi hutang bank sindikasi. Berdasarkan Perjanjian Perubahan yang berlaku efektif mulai tanggal 22 Desember 2000, kreditur menyetujui hal-hal sebagai berikut: 1. Bunga yang belum dibayar sejumlah US$ 15.987.587 dijadikan sebagai bagian dari pokok pinjaman dan pokok pinjaman yang baru menjadi sebesar US$ 85.987.587; 2. Sisa bunga yang masih harus dibayar sampai dengan tanggal 22 Desember 2000 sejumlah US$ 6.552.277 dihapuskan; 3. Jatuh tempo hutang bank sindikasi diperpanjang sampai bulan Desember 2005 dan masih dapat diperpanjang untuk jangka waktu maksimal 2 tahun; 4. Pinjaman baru dikenakan tingkat bunga sebesar LIBOR ditambah marjin 3,5% untuk 5 tahun sampai dengan tanggal 17 Nopember 2006 dan LIBOR ditambah marjin 4% apabila pinjaman diperpanjang. Pembayaran bunga ditetapkan sebesar 4% per tahun mulai tanggal 17 Nopember 2000 yang meningkat sebesar 1% setiap tahun sampai dengan tanggal 17 Nopember 2003. Selisih antara tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank dan bunga yang dibayarkan dikapitalisasi ke pokok; dan 5. Jaminan berupa pengalihan fidusia (fiduciary transfer) rekening bank (Catatan 4), piutang usaha (Catatan 5), persediaan (Catatan 7), penyerahan (assignment) penggantian asuransi, pengalihan fidusia hak atas barang tidak bergerak dan hipotik pertama atas Hotel Borobudur Jakarta khususnya tanah yang terletak di Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat (Catatan 12). Perjanjian Perubahan mencakup antara lain, persyaratan (covenants) dan pembatasan mengenai pembagian dividen, merger dan akuisisi, penawaran umum saham, penggunaan hasil penjualan aktiva, jaminan dan prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan mengenai persyaratan keuangan (financial covenant). Pada tanggal 13 Juli 2001, 24 Januari 2002 dan 22 Agustus 2002, Perusahaan menerima surat pemberitahuan dari RBS bahwa, Perusahaan melanggar persyaratan dalam Perjanjian Perubahan. Berdasarkan konfirmasi dari RBS, saldo hutang bank pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 adalah sebesar US$ 85.987.587. Berdasarkan perjanjian, jika Perusahaan gagal memenuhi persyaratan dalam perjanjian hutang sindikasi, bank sindikasi dapat menyatakan setiap saat seluruh jumlah hutang sindikasi yang telah direstrukturisasi, termasuk seluruh bunga masih harus dibayar atau beban dan jumlah lainnya yang terhutang, jatuh tempo segera dan harus dibayar. Sampai dengan tanggal 31 Maret 2009, Perusahaan tidak memperoleh pembebasan atas pelanggaran akibat terpenuhinya persyaratan tersebut. Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan konsolidasi, Perusahaan sedang dalam proses negosiasi dengan para kreditur untuk merestrukturisasi pinjaman tersebut.
- 36-
Saldo hutang bank dan bunga yang masih harus dibayar dimaksud pada tanggal 31 Maret 2009 adalah sebesar US$ 85.987.587 dan US$ 18.780.104 (setara dengan Rp 995.306.317 dan Rp 217.379.706).
17. HUTANG OBLIGASI Obligasi, yang dikenal dengan “Obligasi I Jakarta International Hotels & Development Tahun 1997 dengan Tingkat Bunga Tetap”, diterbitkan dengan jumlah nominal sebesar Rp 600.000.000 melalui Penawaran Umum pada tahun 1997 dengan PT Bank Mandiri (persero) Tbk (dahulu PT Bank Dagang Negara). Pada tahun 1997 dan 1998, Perusahaan memperoleh kembali obligasi sejumlah Rp 81.000.000. Berdasarkan Akta No. 27 tanggal 15 Desember 1999 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, Perjanjian Wali Amanat diubah untuk memperhitungkan obligasi yang diperoleh kembali sehingga saldo tercatat di neraca adalah sebesar Rp 519.000.000. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) tanggal 11 Agustus 2004 yang telah didokumentasikan dalam Akta No. 6 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, 99,40% dari jumlah pemegang obligasi yang hadir atau 95,18% dari seluruh obligasi yang terhutang atau sama dengan Rp 494.000.000 menyetujui tawaran Perusahaan sebagai berikut: a. Penyelesaian kewajiban pokok sebesar Rp 494.000.000 dan tunggakan bunga yang diperhitungkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2003 dengan saham milik Perusahaan di anak perusahaan, PT Grahaputra Sentosa (GPS) dan PT Danayasa Arthatama Tbk (DA) masingmasing sebanyak 29.620.228 saham dan 484.322.097 saham. b. Sehubungan dengan butir (a), pemegang obligasi setuju melepaskan haknya untuk menuntut Wali Amanat dengan cara dan/atau bentuk apapun juga atas dasar ketentuan hukum yang berlaku sepanjang terkait dengan keputusan RUPO. Selain itu membebaskan Wali Amanat dari semua tuntutan dan/atau gugatan dalam bentuk dan/atau cara apapun juga dari siapapun juga termasuk Pemegang Obligasi yang tidak hadir dan/atau tidak diwakili dalam RUPO ini. Sedangkan untuk pemegang obligasi Iainnya sebesar Rp 25.000.000 yang mewakili 4,82% dari seluruh obligasi yang terhutang, Perusahaan menawarkan penyelesaian kewajiban pokok dan seluruh tunggakan bunga yang diperhitungkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2003 dengan cara penukaran sejumlah 31.156.381 saham yang dimiliki Perusahaan pada DA. Penawaran kepada pemegang obligasi tersebut telah dilakukan oleh Perusahaan dan Wali Amanat melalui surat kabar "Harian Ekonomi Neraca" tanggal 17 Desember 2004. Batas waktu penawaran tersebut adalah sampai dengan tanggal 31 Desember 2004. Dengan demikian, terhitung sejak tanggal 31 Desember 2004 hak tagih para pemegang obligasi ditujukan langsung kepada Perusahaan dan selanjutnya sejak tanggal 1 Januari 2005 tugas Wali Amanat dan Perjanjian Perwaliamanatan berakhir. Sampai dengan tanggal laporan keuangan, belum ada penyelesaian yang dilakukan oleh Perusahaan untuk sisa kewajiban obligasi tersebut. Pada bulan Desember 2008, Perusahaan melakukan penyelesaian pokok hutang obligasi sebesar Rp 3.000.000 dengan harga penyelesaian sebesar Rp 750.000. Selain itu, tunggakan bunga sebesar Rp 5.644.714 (Catatan 20) dihapuskan. Perusahaan mengakui keuntungan sebesar Rp 7.894.714 atas penyelesaian hutang obligasi tersebut dan penghapusan tunggakan bunga dan keuntungan tersebut dicatat sebagai “Pos luar biasa” dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun 2008.
- 37-
18. HUTANG USAHA 2009 Pihak ketiga Rupiah PT Indalex PT Surya Pertiwi PT Inti Listelindo PT Jaya Readymix PT Hardi Agung Perkasa PT Acset Indonusa PT The Master Steel MFG. Co. PT Cigading Habeam Centre PT Toshiba Elevator Utama PT Megah Abadi Jaya PT Wonderful Indah Jaya PT Indoartha Surya Buana CV Indonesia Toyo PT Multikon PT Kharisma Karmel Sejati PT Sarana Cendekia Abadi PT Caturgriya Lestari PT Trigonomitra Anugrah PT Aljo Karya Asri PT Teknoglassindo Artanusa PT Haman Rokko Enterprise PT Pola Gondola PT Lion Metal PT Hadinovasi Wiramandiri PT Roxy Prima Indoproducts PT Citatah Tbk PT Sapta Pusaka PT Star Delta Utama Sakti PT Gipsindo Grahatama PT Inpurema Pemasok hotel: PT Indoguna Utama PT Sukanda Jaya Maulana CV Puran Jaya Daya Persada Teknik PT Causa Prima PT Tirta Investama PT Pluit Cold Storage CV Tongkat Permata CV Permata Laut Pemasok hotel – lain-lain (di bawah Rp 100.000) Lain-lain Sub Jumlah
Rp
34.348.390 7.554.127 5.799.504 5.645.915 3.253.166 2.667.810 1.903.365 1.764.182 1.762.928 1.149.995 705.945 675.434 622.512 575.435 571.710 510.787 472.171 471.471 363.089 325.757 208.045 192.496 178.461 167.012 156.200 144.512 -
2008
Rp
7.926.439 6.614.672 25.245.552 20.587.815 2.740.720 1.908.782 1.149.995 783.619 845.097 4.250.438 284.836 322.816 6.742.356 804.959 807.327 5.371.743 485.040 930.718 918.914 156.200 1.486.282 10.575.416 7.509.464 5.714.156 1.185.459
943.020 467.679 277.665 198.954 178.000 125.338 124.289 118.351 111.541 100.172
220.607 264.574 277.996 190.946 178.000 324.387 63.991 23.832 103.632 -
13.749.881 10.368.611
2.321.177 18.461.240
98.953.920
137.779.197
- 38-
Lanjutan 2009 Dollar Amerika Serikat PT Indalex PT Hamparan Anekagranit PT NAP Info Lintas Nusa PT Haman Rokko Enterprise PT Bika Parama Cipta PT Caturgriya Lestari PT Siemens Indonesia PT Prima Setyamakmur PT Hardi Agung Perkasa PT Stella Mobili PT Hadinovasi Wiramandiri PT Moelya Kreasi Perdana PT Draco International PT Mitra Citrajasa Konstruksi PT GT Kabel Indonesia Tbk PT Star Delta Utama Sakti PT Bimatekno PT Grand Kartech PT Anekatara PT Beca Internasional CV Safira Karpet Hirsch Bedner & Associates PT Prima Jagad Nusantara PT Sarana Cendekia Abadi PT Sapta Pusaka Grahanusantara Lain-lain
Rp
Rp
268.029
27.187.541 6.273.721 7.739.333 4.814.221 5.365.386 3.457.332 3.070.814 3.127.155 1.815.178 1.740.273 970.464 359.429 332.214 1.929.681 353.133 1.049.811 258.763 97.231 196.269 195.033 593.741 1.329.237
77.336.286
72.255.960
-
Sub Jumlah Jumlah
20.978.098 10.551.645 9.855.000 9.209.046 5.261.383 3.538.037 3.418.982 3.204.492 2.781.347 1.616.009 1.462.386 1.128.206 986.246 417.852 386.213 342.793 306.764 300.362 296.231 278.582 228.171 207.829 202.620 109.963
2008
Rp
176.290.206
Rp
210.035.157
Jumlah hutang usaha berdasarkan umur (bulan) dihitung sejak tanggal faktur adalah sebagai berikut: 2009 Sampai dengan 1 bulan >1 bulan – 3 bulan >3 bulan – 6 bulan >6 bulan Jumlah
2008
Rp
37.441.633 9.948.750 25.987.627 102.912.196
Rp
2.857.030 29.697.749 58.258.976 119.221.402
Rp
176.290.206
Rp
210.035.157
- 39-
19. HUTANG PAJAK 2009 Pajak Penghasilan Pasal 21 Pasal 23 Pasal 25 Pasal 26 Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Pertambahan Nilai - Bersih Pajak Pembangunan I Pajak Penghasilan Final Pajak Penjualan Barang Mewah Jumlah
Rp
1.342.293 80.878 2.535.271 98.370 3.044.805 2.249.153 1.662.097 522.340
2008
Rp
857.311 101.241 9.986 39.239 457.412 1.562.900 1.918.863 -
Rp
11.535.207
273.562 Rp
5.220.514
Besarnya pajak penghasilan terhutang ditetapkan berdasarkan perhitungan pajak yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak (self-assessment). Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 mengenai Perubahan ketiga atas Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Kantor pajak dapat melakukan pemeriksaan atas perhitungan pajak dalam jangka waktu 5 tahun (dari sebelumnya 10 tahun) setelah terhutangnya pajak, sedangkan untuk tahun pajak 2008 dan sebelumnya ketetapan tersebut berakhir paling lama pada akhir tahun pajak 2013.
20. BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR 2009 Pihak ketiga Bunga Jasa profesional Fasilitas umum dan sosial Fasilitas utilitas kompleks perkantoran Beban karyawan Listrik, air dan telepon Biaya pemeliharaan taman Lain-lain Jumlah
2008
Rp
278.273.759 25.013.384 23.588.125 16.324.680 12.224.036 5.865.302 3.849.749 10.698.408
Rp
386.451.531 15.664.838 23.588.125 13.290.540 4.873.900 4.026.497 4.052.653
Rp
375.837.443
Rp
451.948.084
Jasa profesional pada tanggal 31 Maret 2009 termasuk biaya pemasaran untuk “Pacific Place Residences”, “Pacific Place Mall” dan “18 SCBD Office Park”, sedangkan pada tanggal 31 Maret 2008 merupakan akumulasi biaya pemasaran untuk “Pacific Place Residences” dan “Pacific Place Mall”. Biaya yang masih harus dibayar untuk fasilitas umum dan sosial merupakan tambahan kewajiban DA sebagai pengembang yakni membangun beberapa fasilitas sosial dan fasilitas umum berdasarkan perjanjian penyelesaian kewajiban DA, dengan Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota (PEMDA DKI) Jakarta tanggal 23 Juli 2004. Kewajiban tersebut diharapkan selesai akhir tahun 2005. Sampai dengan tanggal laporan keuangan, kewajiban tersebut masih belum terealisasi seluruhnya. Saldo biaya yang masih harus dibayar pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 dalam mata uang asing masing-masing sebesar US$ 20.084.595 (Rp 232.479.187) dan US$ 41.928.125 (Rp 386.451.531) (Catatan 37).
- 40-
21. UANG MUKA PENJUALAN Pada tanggal 31 Maret 2009, akun ini merupakan uang muka penjualan unit gedung perkantoran strata title “Equity Tower” yang diterima oleh PT Graha Sampoerna, anak perusahaan.
22. PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA 2009 Pihak ketiga Sewa “Pacific Place Mall” Deposit dari pelanggan hotel Jasa telekomunikasi Sewa dan pengelolaan kawasan Sewa “One Pacific Place” Iuran keanggotaan “Klub Borobudur” Penjualan “Pacific Place Residences” Lain-lain Jumlah
2008
Rp
97.455.058 21.671.100 6.041.983 3.562.245 3.437.459 1.415.195 3.814.178
Rp
93.378.736 12.270.346 7.967.967 2.471.788 2.207.694 878.912 18.504.954 3.151.488
Rp
137.397.218
Rp
140.831.885
Pendapatan diterima di muka dari penyewa “Pacific Place Mall”, The Ritz-Carlton Pacific Place Residences” dan “One Pacific Place” merupakan sewa diterima di muka oleh PT Pacific Place Jakarta (PPJ) atas sewa ruang pusat perbelanjaan, apartemen servis dan ruang perkantoran. Pendapatan diterima di muka “Sewa dan pengelolaan kawasan” merupakan uang muka yang diterima oleh PT Danayasa Arthatama Tbk, anak perusahaan, atas sewa lahan dan pengelolaan KNTS. Pendapatan diterima di muka “Jasa telekomunikasi” merupakan uang muka yang diterima oleh PT Artha Telekomindo, anak perusahaan, atas sewa ruang radio, antena dan menara. Pada tanggal 31 Maret 2008, pendapatan diterima di muka “Pacific Place Residences” merupakan selisih pembayaran yang diterima PPJ dengan pengakuan pendapatan atas penjualan apartemen. Pada tahun 2009, pendapatan diterima di muka tersebut telah diakui seluruhnya menjadi pendapatan dalam laba rugi konsolidasi.
23. HUTANG KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA 2009
2008
PT Berkat Surya Sentrajaya PT Cemerlang Pola Cahaya PT First Jakarta International Lain-lain
Rp
15.007.045 12.826.130 62.500 -
Rp
11.949.886 11.937.940 62.500 36.141
Jumlah
Rp
27.895.675
Rp
23.986.467
Saldo hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 termasuk hutang dalam mata uang asing sebesar US$ 1.524.745 (Catatan 37).
- 41-
24. TAKSIRAN KEWAJIBAN UNTUK PEMBANGUNAN PRASARANA Merupakan taksiran kewajiban untuk biaya pembangunan prasarana disekitar Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (KNTS). Pada tahun 2002, taksiran kewajiban tersebut telah dinilai kembali oleh surveyor independen dan konsultan manajemen PT Quantech Indonesia. Komponen utama dari biaya pembangunan prasarana ini meliputi jalan dan terowongan, jaringan telekomunikasi, lokasi pengolahan limbah, gardu listrik, pengalihan sungai dan penyediaan air. Tidak ada penilaian kembali untuk taksiran kewajiban untuk biaya pembangunan prasarana pada tahun 2009 dan 2008, karena tidak ada yang signifikan.
25. PENDAPATAN DITANGGUHKAN 2009 PT First Jakarta International (FJI) Bagian laba penjualan tanah DA kepada FJI pada tahun 1993 (yang sahamnya dimiliki oleh Perusahaan sebesar 9%)
Rp
PT Graha Putranusa (GPN) Bagian penggantian biaya pengembangan dan pematangan tanah dari GPN (yang sahamnya dimiliki oleh DA sebesar 5%) Jumlah
16.083.369
2008
Rp
1.468.449 Rp
17.551.818
16.083.369
1.468.449 Rp
17.551.818
26. KEWAJIBAN LAIN – LAIN 2009 Rupiah Uang muka penyewa “Pacific Place Mall” Rp Hak guna kapasitas transmisi Instalasi jaringan telepon Uang muka pembeli apartemen “SCBD Suites” Setoran jaminan Pengguna jasa telekomunikasi Sewa dan pengelolaan kawasan Penyewa “Pacific Place Mall” Lain-lain Lain-lain Sub Jumlah
Rp
54.814.374 4.927.500 4.711.592 669.952
2008
Rp
6.268.974 1.933.908 60.500.742 125.289.543 259.116.585
104.042.397 2.758.764 970.371 5.888.024 1.443.128 43.799.892 2.324.531 31.512.329
Rp
192.739.436
- 42-
Lanjutan 2009 Dolar Amerika Serikat (Catatan 37) Setoran dari pembeli “Equity Tower” Setoran dari pembeli apartemen “Pacific Place Residences” Setoran dari penyewa “One Pacific Place” Setoran jaminan Penyewa “One Pacific Place” Pembeli “Pacific Place Residences” Sewa dan pengelolaan kawasan Instalasi jaringan telepon Lain-lain Lain-lain Federal Investment Holdings Ltd. PT Trireka Jasa Sentosa Bicapital Ventura Invesment Ltd. PT Honey Lady Utama PT Karya Agung Pratama Lain-lain
Rp
Sub Jumlah Jumlah
Rp
316.761.881
2008
Rp
-
59.455.088 5.468.356
101.925.162 1.010.767
6.212.025 8.981.618 4.442.949 3.925.965 -
5.546.212 5.441.733 3.127.042 3.126.188 2.950.591
115.750.000 43.639.023 14.574.083 6.027.334 2.355.455 95.798.144
92.170.000 34.749.104 11.605.125 4.799.476 1.875.613 226.001.916
683.391.921
494.328.929
942.508.506
Rp
687.068.365
Lain-lain termasuk jumlah yang diterima PT Pacific Place Jakarta (PPJ) dari Sino-Landmark Development Limited (Sino), pihak ketiga. Berdasarkan “Option Agreement” tanggal 1 Juli 2005 yang ditandatangani oleh PPJ dan Sino, PPJ memberikan hak eksklusif kepada Sino untuk melakukan pemasaran dan penjualan atas seluruh apartemen yang akan dibangun PPJ dan sebagai imbalannya Sino akan memperoleh anggaran biaya pemasaran dari PPJ sejumlah tertentu. Selain itu, Sino juga memperoleh hak opsi untuk melakukan penyertaan saham dalam PPJ di masa mendatang. Pembayaran uang muka untuk penempatan saham dalam PPJ dari Sino pada tanggal 31 Maret 2009 sebesar US$ 6.568.960 (setara Rp 76.035.715) dan Rp 95.596.632 dan pada tanggal 31 Maret 2008 sebesar Rp 225.105.161. Kewajiban lain-lain dalam mata uang asing pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebesar US$ 59.040.339 (Rp 683.391.921) dan US$ 53.632.302 (Rp 494.328.929) (Catatan 37).
27. HAK MINORITAS PADA ANAK PERUSAHAAN 2009 a. Hak minoritas atas aset bersih anak perusahaan: Delfina Group Holdings Limited PT Danayasa Arthatama Tbk PT Majumakmur Arthasentosa PT Andana Utamagraha PT Dharma Harapan Raya PT Panduneka Sejahtera PT Pusatgraha Makmur PT Adimas Utama PT Adinusa Puripratama PT Artharaya Unggul Abadi
Rp
293.359.770 237.524.876 12.501.724 3.668.489 2.078.628 3.448 1.000 200 200 200
2008
Rp
484.084.384 242.446.512 21.092.683 6.023.237 1.490.891 3.448 1.000 200 200 200
- 43-
Lanjutan 2009 PT Citra Adisarana PT Citra Wiradaya PT Esagraha Puripratama PT Grahamas Adisentosa PT Grahaputra Sentosa PT Intigraha Arthayasa PT Graha Sampoerna PT Nusagraha Adicitra PT Pandugraha Sejahtera PT Trinusa Wiragraha PT Panduneka Abadi PT Primagraha Majumakmur PT Artha Telekomindo
Rp
Jumlah
Rp
b. Hak minoritas atas rugi (laba) bersih anak perusahaan: PT Danayasa Arthatama Tbk PT Dharma Harapan Raya PT Pacific Place Jakarta Delfina Group Holdings Limited PT Majumakmur Arthasentosa PT Andana Utamagraha Jumlah
( Rp (
Rp
2008 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 1 1
Rp
549.140.737
Rp
200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 1 1 755.144.757
11.171.786 ) Rp 793.082 ) ( 34.744.145 19.837.414 1.988.722 ( 449.949 45.055.362
933.282 278.687 ) 7.913.163 7.913.725 648.398 ) 23.443
Rp
15.856.528
28. MODAL SAHAM Susunan kepemilikan saham Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 berdasarkan laporan yang dibuat oleh PT Sirca Data Pro, Biro Administrasi Efek, adalah sebagai berikut: 2009 Jumlah Saham Pemegang Saham Indonesia Tn. Tomy Winata Tn. Sugianto Kusuma Pemegang saham Indonesia lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) Sub-jumlah Pemegang Saham Asing Pemegang saham asing lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) Jumlah
Persentase Kepemilikan
Jumlah Modal Disetor
306.243.700 188.297.750
15,87% 9,75
945.193.540
48,98
472.596.770
1.439.734.990
74,60
719.867.495
490.304.210
25,40
245.152.105
1.930.039.200
100,00%
Rp
Rp
153.121.850 94.148.875
965.019.600
- 44-
2008 Jumlah Saham Pemegang Saham Indonesia Tn. Tomy Winata Tn. Sugianto Kusuma Pemegang saham Indonesia lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) Sub-jumlah Pemegang Saham Asing Pemegang saham asing lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) Jumlah
Persentase Kepemilikan
Jumlah Modal Disetor
306.243.700 188.297.750
15,87% 9,75
865.185.240
44,83
432.592.620
1.359.726.690
70,45
679.863.345
570.312.510
29,55
285.156.255
1.930.039.200
Rp
100,00%
Rp
153.121.850 94.148.875
965.019.600
Perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya pada Bursa Efek Indonesia.
29. TAMBAHAN MODAL DISETOR – BERSIH 2009 Agio modal saham yang berasal dari: Penawaran Umum Saham Perdana (1984) Rp Penawaran Umum Saham Kedua (1988) Pencatatan Saham Pendiri (1989) Pencatatan Saham Private Placement (1991) Pencatatan Saham Pendiri (1992) Pencatatan Saham yang berasal dari Penukaran Waran (1992) Penawaran Umum Terbatas I (1996) Konversi tambahan modal disetor ke saham bonus (1994) ( Biaya emisi saham (Catatan 2p) ( Jumlah
Rp
6.472.000 16.585.000 2.026.000 460.000 653.998.355
2008
Rp
6.472.000 16.585.000 2.026.000 460.000 653.998.355
538.200.000 275.030.586
538.200.000 275.030.586
257.338.560 ) ( 15.996.696 ) (
257.338.560 ) 15.996.696 )
1.219.436.685
Rp
1.219.436.685
Biaya emisi saham merupakan biaya sehubungan dengan penerbitan hak memesan saham untuk pemegang saham Perusahaan yang dikapitalisasi pada bulan Juli 1996. 30. PENDAPATAN USAHA Rincian akun ini menurut bidang usahanya adalah sebagai berikut: 2009
2008
Real estat Usaha hotel Jasa telekomunikasi Jasa manajemen
Rp
190.064.103 91.230.121 11.928.801 1.363.228
Rp
65.226.301 73.420.625 8.901.719 540.975
Jumlah
Rp
294.586.253
Rp
148.089.620
- 45-
Pada tanggal 31 Maret 2009, pendapatan real estat terutama berasal dari pendapatan sewa Pacific Place Mall, sewa gedung perkantoran “One Pacific Place” dan penjualan tanah serta jasa konstruksi “18 SCBD Office Park”, sedangkan pada tanggal 31 Maret 2008 terutama berasal dari pendapatan sewa “Pacific Place Mall” dan penjualan “Pacific Place Residences”. Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.
31. BEBAN POKOK PENJUALAN Rincian akun ini adalah sebagai berikut: 2009
2008
Real estat Usaha hotel
Rp
79.659.981 19.181.002
Rp
43.099.322 17.207.949
Jumlah
Rp
98.840.983
Rp
60.307.271
32. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI Rincian akun ini adalah sebagai berikut: 2009
2008
Real estat Usaha hotel Jasa telekomunikasi Jasa manajemen
Rp
49.661.969 39.279.983 5.854.735 1.548.017
Rp
59.253.691 36.183.831 5.742.068 1.324.940
Jumlah
Rp
96.344.704
Rp
102.504.530
Sebesar Rp 3.680.039 (3,52%) dan Rp 3.578.406 (3,49%) dari beban umum dan administrasi pada tahun 2009 dan 2008 dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga (Catatan 36).
33. PENDAPATAN SEWA DAN PENGELOLAAN KAWASAN Rincian penyewa dengan nilai pendapatan bersih melebihi 5% dari pendapatan sewa adalah sebagai berikut : 2009
%
2008
%
PT Lucky Strategis PT Electronic City Indonesia PT Auto Mall Indonesia PT Prestasi Golf Andalan Surya Dharma (Sari Kuring) PT First Jakarta International Lain-lain
Rp
1.723.702 833.548 643.892 477.609 455.684 410.450 4.225.703
19,65 Rp 1.747.846 9,50 799.902 7,34 644.128 5,45 452.794 5,20 447.121 4,68 390.329 48,18 2.407.090
25,37 11,61 9,35 6,57 6,49 5,67 34,94
Jumlah
Rp
8.770.588
100,00 Rp 6.889.210
100,00
- 46-
Sebesar Rp 2.149.000 atau 24,55% dan Rp 1.131.214 atau 16,42% dari pendapatan sewa dan pengelolaan kawasan berasal dari transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, masing-masing untuk tahun 2009 dan 2008 (Catatan 36).
34. PAJAK PENGHASILAN a. Beban (penghasilan) pajak Perusahaan dan anak perusahaan terdiri dari: 2009
2008
Pajak kini Pajak tangguhan
Rp
7.903.204 1.909.818
Rp
3.855.352 1.717.185
Jumlah
Rp
9.813.022
Rp
5.572.537
b. Pajak Kini Rekonsiliasi antara rugi sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi konsolidasi dengan akumulasi rugi fiskal untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut: 2009 Rugi sebelum pajak berdasarkan laporan keuangan konsolidasi Rugi (laba) anak perusahaan sebelum pajak Laba (rugi) Perusahaan sebelum pajak
( Rp
29.512.884 ) ( Rp
6.277.225 )
(
54.011.724 )
3.233.241
(
83.524.608 ) (
3.043.984 )
404.212
404.212
3.436.178
2.481.789
Perbedaan temporer: Penyisihan piutang ragu-ragu Perbedaan penyusutan antara fiskal dan komersial Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha hotel Laba penjualan aktiva tetap
(
Bersih Perbedaan tetap: Kesejahteraan karyawan Pendapatan bunga yang telah dikenakan pajak final (
Akumulasi rugi fiskal
137.756 152.806 ) (
62.886 89.650 )
3.825.340
2.859.237
1.913.050
1.695.029
122.256 ) (
Bersih Laba kena pajak (rugi fiskal) Rugi fiskal tahun lalu
2008
10.440 )
1.790.794 (
1.684.589
89.140.742 ) 125.544.791 Rp
214.685.533
1.499.842 201.120.024 Rp
199.620.182
Pada bulan September 2008, Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan direvisi melalui penerbitan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008. Undang-Undang revisi tersebut mengatur perubahan tarif progresif menjadi tarif tunggal sebesar 28% untuk tahun 2009 dan 25%
- 47-
untuk tahun 2010 dan seterusnya. Perusahaan dan anak perusahaan (PT Danayasa Arthatama Tbk dan PT Artha Telekomindo) telah menghitung dampak perubahan tarif pajak tersebut dalam perhitungan aset pajak tangguhan per 31 Desember 2008 yakni sebesar Rp 1.815.184 – bersih dan Rp 1.539.111 – bersih dan membukukannya sebagai bagian dari beban pajak pada laporan laba rugi konsolidasi. Pada bulan Nopember 2008, Pemerintah menerbitkan PP No. 71/2008 yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2009, mengatur pengenaan pajak bersifat final atas penghasilan yang berasal dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yang mana sebelum terbitnya peraturan ini, penghasilan tersebut dikenakan tarif pajak penghasilan badan progresif. Dengan pemberlakuan peraturan ini, manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat keyakinan bahwa PT Majumakmur Arthasentosa, PT Grahaputra Sentosa, PT Pacific Place Jakarta dan PT Primagraha Majumakmur (anak-anak perusahaan) akan memperoleh laba kena pajak yang memadai untuk memungkinkan pemanfaatan aset pajak tangguhan dari perbedaan temporer sehingga aset pajak tangguhan dari perbedaan temporer dan rugi fiskal tahun berjalan tidak diakui, dan aset pajak tangguhan per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 3.241.296 dihapuskan dan dibebankan sebagai bagian dari beban pajak dalam laporan laba rugi konsolidasi.
35. LABA BERSIH PER SAHAM Perhitungan laba bersih per saham dasar adalah sebagai berikut: 2009 Laba bersih
Rp
Jumlah Laba bersih per saham dasar
2008
5.729.456
Rp
1.930.039.200 Rp
2,97
4.006.766 1.930.039.200
Rp
2,08
36. SIFAT DAN TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA Sifat Hubungan Istimewa Perusahaan yang pemegang saham atau sebagian pengurus atau manajemennya baik secara langsung maupun tidak langsung sama dengan Perusahaan dan anak perusahaan yaitu: • • • • • • • •
Akademi Pariwisata Jakarta International Hotel PT Arthagraha General Insurance PT Arthagraha Sentral PT Bank Artha Graha Internasional Tbk PT Berkat Surya Sentrajaya PT Bhakti Artha Reksa Sejahtera PT Bina Mulia Unika PT Buanagraha Arthaprima
• • • • • • •
PT Cemerlang Pola Cahaya PT Cipta Daya Gemapuspita Discovery Kartika Plaza Hotel PT First Jakarta International PT Graha Artha Sentosa Sejahtera PT Graha Putranusa PT Kharisma Arya Paksi
Transaksi Hubungan Istimewa Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi-transaksi tertentu dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. a. Rincian jenis transaksi yang signifikan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebagai berikut:
- 48-
2009
2008
Aset Kas dan setara kas PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Deposito berjangka Rp Bank
55.543.487 36.082.259
Rp
41.811.263 12.658.233
Jumlah
Rp
91.625.746
Rp
54.469.496
Rp
45.600.000 5.883.071 5.000.000
Rp
45.600.000 5.000.000
Rp
56.483.071
Rp
50.600.000
Rp
8.752.102 4.240.682 1.781.926 1.654.913 121.000 244.474
Rp
8.529.497 4.438.939 1.234.457 1.207.595 206.052 505.192
Rp
16.795.097
Rp
16.121.732
Rp
16.031.791 1.600.000
Penyertaan saham PT First Jakarta International (FJI) PT Bina Mulia Unika (BMU) PT Graha Putranusa (GPN) Jumlah Piutang usaha PT Mulia Sejahtera Abadi PT Arthagraha Sentral PT Music Roomindo Sejati Discovery Kartika Plaza Hotel PT Buanagraha Arthaprima Lain-lain Jumlah
Piutang lain-lain PT Cemerlang Pola Cahaya PT Cipta Daya Gemapuspita Akademi Pariwisata Jakarta International Hotel PT Bina Mulia Unika Lain-lain Jumlah Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
Rp
650.000 590.375 313.113
(
16.031.791 3.685.000 1.115.000 570.124
19.185.279
21.401.915
16.031.791 ) (
16.031.791 )
Bersih
Rp
3.153.488
Rp
5.370.124
Biaya dibayar di muka PT Arthagraha General Insurance PT Buanagraha Arthaprima
Rp
2.419.016 23.138
Rp
2.773.565 20.525
Jumlah
Rp
2.442.154
Rp
2.794.090
Aktiva lain-lain PT Buanagraha Arthaprima
Rp
2.003.411
Rp
1.192.266
- 49-
2009
2008
Kewajiban Hutang lain-lain PT Berkat Surya Sentrajaya PT Cemerlang Pola Cahaya PT First Jakarta International Lain-lain
Rp
15.007.045 12.826.130 62.500 .-
Rp
11.949.886 11.937.940 62.500 36.141
Jumlah
Rp
27.895.675
Rp
23.986.467
Pendapatan ditangguhkan PT First Jakarta International PT Graha Putranusa
Rp
16.083.369 1.468.449
Rp
16.083.369 1.468.449
Jumlah
Rp
17.551.818
Rp
17.551.818
Beban umum dan administrasi PT Arthagraha General Insurance PT Buanagraha Arthaprima
Rp
2.435.068 1.244.971
Rp
2.632.410 945.996
Jumlah
Rp
3.680.039
Rp
3.578.406
b. Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi perbankan dengan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (BAGI), sehubungan dengan aktivitas operasional dan kebutuhan modal kerja. Pendapatan bunga yang diperoleh dari BAGI sebesar Rp 1.226.041 pada tanggal 31 Maret 2009 (79,59% dari pendapatan bunga) dan sebesar Rp 458.758 pada tanggal 31 Maret 2008 (61,65% dari pendapatan bunga). Sedangkan beban bunga dibayarkan kepada BAGI sebesar Rp 464.380 (1,73% dari beban bunga dan beban keuangan lainnya) pada tanggal 31 Maret 2008. Transaksi dengan BAGI dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga. c.
Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, Perusahaan dan anak perusahaan mengasuransikan persediaan, properti investasi, dan aset tetap kecuali tanah, kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI) (Catatan 7,12 dan 13).
d. PT Artha Telekomindo mengadakan perjanjian kerjasama di bidang telekomunikasi dengan PT First Jakarta International, PT Buanagraha Arthaprima dan PT Graha Putranusa. Transaksi-transaksi tersebut dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.
37. AKTIVA DAN KEWAJIBAN MONETER DALAM MATA UANG ASING Saldo aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang Dolar Amerika Serikat pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut:
- 50-
2009
Dolar A.S. Aktiva Kas dan setara kas Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga
2008
Ekuivalen dalam Rupiah
Dolar A.S.
Ekuivalen dalam Rupiah
3.841.620 4.001.121
44.466.751 46.312.977
1.732.304 1.097.360
15.966.646 10.114.367
44.222.187
511.871.815
44.222.187
407.595.898
Investasi Pihak ketiga
2.045.208
23.673.285
2.528.638
23.306.456
Piutang usaha Pihak ketiga
807.381
9.345.435
2.695.013
24.839.939
Aktiva Lain-lain Pihak Ketiga
69.446
803.837
4.640
42.767
54.986.963
636.474.100
52.280.142
481.866.073
Kewajiban Surat hutang
65.000.000
752.375.000
80.000.000
737.360.000
Hutang bank Pihak ketiga
85.987.587
995.306.317
85.987.587
792.547.588
Hutang usaha Pihak ketiga
6.681.320
77.336.286
7.839.423
72.255.960
Biaya masih harus dibayar Pihak ketiga
20.084.595
232.479.187
41.928.125
386.451.531
Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
1.524.745
17.648.923
1.524.745
14.053.575
Kewajiban lain-lain
59.040.339
683.391.921
53.632.302
494.328.929
Jumlah Kewajiban
238.318.586
2.758.537.634
270.912.182
2.496.997.583
Posisi Kewajiban Bersih
183.331.623
2.122.063.534
248.632.040
2.015.131.510
Surat berharga
Jumlah Aktiva
Kurs konversi yang digunakan pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 adalah Rp 11.575 dan Rp 9.217 per US$1.
38. IKATAN, KONTINJENSI DAN PERKARA HUKUM a. Perjanjian dengan PT Dharma Harapan Raya (DHR) Pada tahun 1999, Perusahaan menandatangani perjanjian pengoperasian dan pengelolaan hotel dengan DHR untuk mengawasi, mengoperasikan, mengelola dan mengendalikan usaha Hotel Borobudur Jakarta. Sebagai kompensasinya, Perusahaan membayar imbalan jasa manajemen, teknis dan pemasaran kepada DHR. Perjanjian dengan DHR berlaku untuk periode sepuluh tahunan dimulai dari tanggal 1 Januari 1999, setelah perjanjian ini berakhir, kedua belah pihak dapat memperpanjang kembali perjanjian ini untuk jangka waktu dua periode lima tahunan.
- 51-
DHR akan menerima imbalan jasa manajemen dengan tarif setinggi-tingginya sebesar 8% dari laba usaha kotor seperti yang disebutkan dalam perjanjian. DHR juga memperoleh imbalan jasa teknis atas jasa-jasa yang diberikan, yang meliputi kegiatan usaha, keuangan, personalia, pembelian dan kendali mutu. Jumlah imbalan jasa akan dibayarkan sesuai persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian. DHR juga mengenakan jasa pemasaran untuk tahun pertama dan kedua yang dihitung sebesar 0,5% dari pendapatan usaha hotel, sedangkan untuk tahun berikutnya sebesar 1% dari pendapatan usaha Hotel. Pada bulan Nopember 2008, Perusahaan dan DHR memperbaharui perjanjian atas pengoperasian dan pengelolaan hotel yang berlaku untuk jangka waktu dua periode lima tahunan terhitung tanggal 1 Januari 2009. Di dalam perjanjian baru tersebut terdapat beberapa perubahan syarat dan kondisi, di antaranya, perubahan dasar perhitungan imbalan jasa manajemen, peningkatan jasa pemasaran menjadi sebesar 2% dari pendapatan usaha hotel dan imbalan jasa teknis sebesar US$ 600.000 per tahun. Pendapatan DHR yang diperoleh dari Hotel telah dieliminasi dalam laporan keuangan konsolidasi. b. Perjanjian dengan International Hotel Licensing Company (IHLC) Pada tanggal 31 Maret 2006, PT Pacific Place Jakarta (PPJ) mengadakan perjanjian dengan International Hotel Licensing Company (IHLC) yang berlaku untuk jangka waktu 20 tahun terhitung sejak tanggal dimulainya kegiatan operasional dan dapat diperpanjang sampai 10 tahun. c. Perjanjian dengan Conrad International Investment Corporation (Conrad) dan Perusahaan Afiliasinya Pada tahun 1994, PT Danayasa Arthatama Tbk (DA), dan Conrad menandatangani perjanjian dimana kedua belah pihak sepakat untuk membentuk perusahaan patungan dengan nama PT Jakarta International Artha (JIA), dimana JIA akan memperoleh secara unit strata, mengembangkan, memiliki dan mengoperasikan hotel internasional berbintang lima yang terletak di Lot 3 KNTS. Selanjutnya, pada tahun 1997 Conrad telah membayar uang muka pemesanan saham JIA sebesar USD 6.933.000. Berdasarkan Perjanjian Penghentian (Termination Agreement) tanggal 22 Juli 2005 yang dibuat oleh DA, Conrad dan JIA disepakati untuk menghentikan perjanjian kerjasama tersebut di atas. Selanjutnya, para pihak tersebut menyetujui untuk menyelesaikan pembayaran uang muka pemesanan saham dari Conrad kepada JIA sebesar US$ 6.993.000 dengan cara sebagai berikut: 1.
Penyerahan saham yang dimiliki DA pada PT Majumakmur Arthasentosa (MAS) senilai US$ 3.846.150 atau sebesar 10% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh MAS; dan
2.
DA akan menyetorkan dana ke MAS untuk kepentingan Conrad sebesar US$ 3.146.850 sebagai pinjaman subordinasi dari Conrad kepada MAS (Pinjaman Subordinasi Conrad).
Apabila pengalihan saham yang dimiliki DA pada MAS kepada Conrad telah efektif dan DA telah menyetor Pinjaman Subordinasi Conrad kepada MAS, maka kewajiban JIA kepada Conrad akan dianggap tuntas. d. Kontinjensi – Sengketa Lahan PT Danayasa Arthatama Tbk (DA), (sebagai Tergugat) menghadapi beberapa perkara litigasi berkaitan ijin penggunaan lahan di Kawasan Niaga Terpadu Sudirman sebagai berikut:
- 52-
1. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Indonesia (Penggugat) Merupakan sengketa tanah seluas 3,5 ha di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta Selatan. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 30 Januari 2002 menyatakan eksepsi Tergugat tidak dapat diterima. Atas putusan tersebut pihak Penggugat telah mengajukan permohonan eksekusi ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 29 Juli 2002. Pada tanggal 12 Januari 2004 DA mengajukan keberatan terhadap dilaksanakannya eksekusi tersebut kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 64/PDT.BTH/2004 tanggal 19 Agustus 2004 menyatakan menerima sebagian gugatan DA antara lain eksekusi tidak dapat dilaksanakan. Putusan tersebut dikuatkan dengan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 602/PDT/2004/PT.DKI tanggal 17 Mei 2005 pada tingkat banding. Putusan dari Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1280 K/PDT/2006 jo No. 64/PDT.G/2004/PN.JKT.PST tanggal 23 Nopember 2006 menyatakan menolak kasasi yang diajukan Penggugat. Selain itu, Perusahaan dan DA (sebagai Tergugat) menghadapi perkara litigasi berkaitan ijin penggunaan lahan seluas 3,5 ha di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53 di Kawasan Sudirman dari Badan Hukum Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Indonesia. 2. Yayasan Rumah Sakit Sari Asih/Ny Ratnasari Dewi Soekarno (Penggugat) Pada tanggal 5 Maret 2003, DA dan PPJ (dahulu PT Arthayasa Grahatama), anak-anak perusahaan, menghadapi perkara perdata yang diajukan oleh Penggugat pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengenai perkara sengketa tanah seluas + 72.954 m2 yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta Selatan. Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tanggal 26 September 2003 menyatakan tidak dapat menerima gugatan yang diajukan Penggugat dan menerima eksepsi Tergugat. Putusan tersebut dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 203/PDT.G/2006/PT.DKI Jakarta tanggal 30 Juni 2005 pada tingkat banding. Dan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1974/K/PDT/2006 tanggal 15 Maret 2007 menolak permohonan kasasi dari Penggugat. e. Perjanjian Kerjasama PT Artha Telekomindo (AT), anak perusahaan, telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan berbagai pihak berkaitan dengan sarana telekomunikasi. f.
Perjanjian antara PT Citra Wiradaya (CW) dengan PT DMS International (DMS) (sekarang PT Kingsland International) CW memiliki sebidang tanah yang terletak di Lot 18 (Kavling A, B, C, E dan F) KNTS. Pada tanggal 20 April 2008, CW mengadakan Perjanjian Pokok dengan DMS dimana CW akan menjual Kavling B, C, D dan E (BCDE) dengan luas 5.910 meter persegi kepada DMS, dan DMS akan menunjuk CW untuk membangun gedung perkantoran di BCDE. Perjanjian Pendahuluan juga menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mendirikan PT Bina Mulia Unika (BMU) yang akan memiliki tanah yang terletak di Kavling F seluas 477 meter persegi (melalui perikatan jual beli dengan CW) dan gedung perkantoran yang akan dibangun di atasnya. BMU ditunjuk sebagai pengelola gedung tunggal dari seluruh fasilitas di Lot 18 dan dapat mendelegasikan pengelolaan gedung kepada CW selama 5 tahun setelah Kavling BCDE dan F diserahkan masing-masing kepada DMS dan BMU, sedangkan Kavling A tetap dimiliki oleh CW.
- 53-
39. IMBALAN PASCA KERJA Besarnya imbalan pasca-kerja dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku, yakni KEP-150/MEN/2000 (KepMen 150) yang berlaku sejak tahun 2000 dan kemudian disesuaikan menjadi Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003. Program pensiun iuran pasti Imbalan pasca-kerja The-Ritz Carlton Pacific Place (RCPP) didanai melalui program dana iuran pasti. Dana tersebut dikelola oleh DPLK Manulife. Selama tahun 2008, iuran yang ditanggung oleh RCPP adalah sebesar Rp 788.325. Program pensiun manfaat pasti Imbalan pasca-kerja Perusahaan sebagian didanai melalui program dana pensiun manfaat pasti. Sedangkan untuk anak perusahaan, tidak diselenggarakan program dana pensiun. Dana Pensiun tersebut dikelola oleh Dana Pensiun Jakarta International Hotels & Development (DAPEN JIHD) yang pendiriannya telah disetujui oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia berdasarkan surat No. KEP-366/KM.17/2000 tanggal 2 Oktober 2000. Selama periode 31 Maret 2009 dan 2008, iuran pensiun yang ditanggung oleh Perusahaan adalah sebesar 9%, sedangkan yang ditanggung oleh karyawan adalah sebesar 6%, masing-masing dari gaji pokok bulanan karyawan. Perhitungan aktuaria terakhir atas dana pensiun dan kewajiban imbalan pasti pasca-kerja dilakukan oleh PT Prima Bhaksarana, aktuaris independen, tertanggal 7 Maret 2009. Jumlah karyawan yang berhak atas imbalan pasti pasca-kerja tersebut sebanyak 1.713 karyawan pada tanggal 31 Desember 2008, sedangkan pada tanggal 31 Maret 2009, Perusahaan tidak melakukan perhitungan aktuaria. Rekonsiliasi jumlah nilai kini cadangan imbalan pasti pasca-kerja yang didanai dan tidak didanai pada neraca konsolidasi adalah sebagai berikut: 2008 Nilai cadangan imbalan pasti yang didanai Nilai wajar aktiva program
Rp (
44.482.632 27.198.600 ) 17.284.032 11.257.631 14.706.922
Nilai kini cadangan imbalan pasti yang tidak didanai Keuntungan (kerugian) aktuarial yang tidak diakui Cadangan imbalan pasti pasca-kerja
Rp
43.248.585
Berikut adalah rincian beban imbalan pasti pasca-kerja dan hasil aktual dari aset program: 2008 Beban jasa kini Beban bunga Hasil yang diharapkan dari aktiva program Kerugian (keuntungan) aktuarial bersih yang diakui pada periode berjalan Jumlah beban imbalan pasti pasca-kerja
Rp
( Rp
3.771.122 5.487.333 3.058.807 255.038 ) 13.633.039
- 54-
Mutasi cadangan imbalan pasti pasca-kerja adalah sebagai berikut: 2008 Cadangan imbalan pasti pasca-kerja awal tahun Beban imbalan pasti pasca-kerja periode berjalan Pembayaran selama periode berjalan
Rp (
Cadangan imbalan pasti pasca-kerja akhir tahun
Rp
31.594.358 13.633.039 1.978.812 ) 43.248.585
Asumsi-asumsi aktuarial utama yang digunakan dalam perhitungan imbalan pasti pasca-kerja: 2008 Tabel mortalita Usia pensiun normal Tingkat diskonto jangka panjang Tingkat kenaikan gaji per tahun Tingkat kenaikan cacat
: : : : :
CSO 1958 Modified, TM-2 50 tahun – 55 tahun 8,8% - 12,0% per tahun 9,0% - 10.0% per tahun 10% x CSO 1958
40. INFORMASI SEGMEN Informasi segmen tentang Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 dan untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut adalah sebagai berikut: Segmen Primer Perusahaan dan anak perusahaan dikelola dan dikelompokkan dalam divisi usaha yang terdiri dari hotel, real estat, telekomunikasi dan jasa manajemen. Divisi usaha ini juga digunakan sebagai dasar pelaporan informasi segmen primer. Informasi bentuk segmen primer yang berupa segmen usaha Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut: 2009 2008 a. Aset Real estat Hotel Jasa telekomunikasi Jasa manajemen
Rp
Jumlah sebelum eliminasi Eliminasi Jumlah setelah eliminasi b. Pendapatan Real estat Hotel Jasa telekomunikasi Jasa manajemen
Rp
6.813.231.195 1.246.926.016
3.881.687.849 2.474.599.074 36.896.424 4.967.367 6.398.150.714 1.266.655.596
Rp
5.566.305.179
Rp
5.131.495.118
Rp
235.781.945 44.862.445 12.681.147 3.547.267
Rp
94.100.013 44.275.835 9.254.690 2.070.925
Jumlah sebelum eliminasi Eliminasi Jumlah setelah eliminasi
4.532.436.203 2.214.445.253 60.652.913 5.696.826
296.872.804 2.286.551 Rp
294.586.253
149.701.463 1.611.843 Rp
148.089.620
- 55-
2009 c.
Laba (Rugi) Usaha Real estat Hotel Jasa telekomunikasi Jasa manajemen
Rp
Jumlah sebelum eliminasi Eliminasi Jumlah setelah eliminasi
Rp
2008
40.367.170 10.191.464 2.986.752 1.893.445
(Rp (
55.438.831 -
(
55.438.831
( Rp
15.915.727 ) 6.053.466 ) 3.512.622 664.092 17.792.479 ) 17.792.479 )
Segmen Sekunder Bentuk sekunder pelaporan segmen Perusahaan dan anak perusahaan adalah segmen geografis yang ditentukan berdasarkan lokasi aset atau operasi Perusahaan dan anak perusahaan.
41. KELANGSUNGAN USAHA Pada tanggal 31 Maret 2009, Perusahaan memiliki saldo difisit sebesar Rp 528.844.654 yang terutama berasal dari akumulasi kerugian atas kurs mata uang asing pada saat terjadinya krisis moneter tahun 1998. Perusahaan juga mencatat laba bersih pada tanggal 31 Maret 2009 sebesar Rp 5.729.456. Sampai tanggal 31 Maret 2009 Perusahaan belum dapat melunasi hutang bank (Catatan 16) yang jatuh tempo pada tahun 2007. Untuk menghadapi kondisi tersebut di atas dan kondisi ekonomi yang memburuk sebagaimana diungkapkan pada Catatan 42, Perusahaan dan anak perusahaan akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Tetap melanjutkan Program Pengembangan Usaha antara lain, pengembangan Usaha antara lain, pengembangan gedung perkantoran strata title di Lot 9 yang akan selesai pada bulan Maret 2010 dan di Lot 18 yang akan selesai pada bulan Desember 2009. b. Melakukan negosasi mengenai Program Restrukturisasi Keuangan dengan para kreditur atas pinjaman yang telah jatuh tempo. c.
Mengundang investor baru untuk memberikan pendanaan dan berpartisipasi dalam modal agar pembangunan proyek yang telah direncanakan dapat segera dimulai dan berjalan sesuai rencana.
d. Melakukan program penghematan biaya dalam segala bidang. Manajemen berpendapat bahwa langkah-langkah tersebut di atas dapat dilaksanakan dan memungkinkan Perusahaan dan anak perusahaan untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajiban yang telah jatuh tempo.
42. KONDISI EKONOMI INDONESIA AKIBAT KRISIS KEUANGAN GLOBAL Krisis keuangan global yang dimulai dari Amerika Serikat telah mempengaruhi pasar modal dan pasar keuangan di Indonesia, ditandai antara lain dengan melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah, penurunan permintaan dan nilai pasar komoditas, penurunan nilai pasar saham dan surat berharga, serta kenaikan suku bunga. Kondisi tersebut telah mengakibatkan berkurangnya likuiditas, terbatasnya penyediaan kredit serta menurunnya pertumbuhan ekonomi. Memburuknya kondisi
- 56-
ekonomi tersebut diperkirakan akan berdampak lebih jauh di berbagai sektor industri dan sektor riil pada tahun 2009. Memburuknya kondisi ekonomi berpotensi mempengaruhi rencana pengembangan proyek real estat dan tingkat hunian properti yang disewakan serta hotel milik anak perusahaan, yang mana faktorfaktor tersebut akan mempengaruhi pendapatan dan laba bersih Perusahaan dan anak perusahaan dimasa mendatang. Rencana pengembangan proyek real estat akan terpengaruh oleh tingkat permintaan pasar yang mungkin cenderung menurun. Selain itu, tingkat hunian properti yang disewakan akan terpengaruh oleh kemungkinan bahwa penyewa mengakhiri atau tidak memperpanjang lagi masa sewa karena kondisi usaha penyewa menurun. Kondisi tersebut juga dapat mengakibatkan penyewa tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Untuk menghadapi kondisi ekonomi yang mungkin semakin memburuk pada tahun yang akan datang, Perusahaan dan anak perusahaan telah melakukan dan akan meneruskan rencana dan tindakan sebagaimana diungkapkan pada Catatan 41. Perbaikan dan pemulihan ekonomi tergantung pada beberapa faktor, antara lain kebijakan fiskal dan moneter yang diupayakan oleh Pemerintah, suatu tindakan yang berada di luar kendali Perusahaan dan anak perusahaan, untuk mencapai pemulihan ekonomi, Dampak masa depan yang berasal dari kondisi ekonomi pada saat ini atas likuiditas serta pendapatan Perusahaan dan anak perusahaan, termasuk dampak masa depan terhadap investor, pelanggan dan pemasok, tidak dapat ditentukan.
43. INFORMASI LAINNYA Pada bulan Juli 2008, Pemerintah menerbitkan PP No. 51/2008 yang mengatur pengenaan pajak bersifat final atas penghasilan yang berasal dari usaha jasa konstruksi, yang mana sebelum terbitnya peraturan ini, penghasilan tersebut dikenakan tarif pajak penghasilan yang progresif. Peraturan ini efektif berlaku tanggal 1 Januari 2008.
44. REKLASIFIKASI AKUN Beberapa akun dalam laporan keuangan konsolidasi untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2008 telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian laporan keuangan konsolidasi untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2009 sesuai dengan Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. SE-02/PM/2004 tanggal 27 Desember 2004.