PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 MARET 2011
PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENTTbK Gedung Artha Graha Lantai 15 Kawasan Niaga Terpadu Sudirman Jl, Jenderal Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190 - lndonesia (6221) 515 2555 Phone Facsimile (62 21) 515 2526,51 52546 E-mail iihd @ jihd.co.id Website www.jihd.co.id
Ref. No. : j O|ET lF N JIHD llV 1201
1
SURAT PERNYATAAN DIREKSI TENTANG TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2011 DAN 2O1O PT. JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT TbK DAN ANAK
DIRECTORS' STATEMENT ON THE RESPONSILIBILITY FOR THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS FOR THREE MONTHS WHICH ENDED MARCH 31,201 1 AND 2O1O
PT. JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT TbK AND ITS SUBSIDIARIES
PERUSAHA,AN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1.
Nama/lriarne
Alamat K:antor I Office address Alamat Domisili/sesuai KTP atau Kartu identitas lainl Res id e nti a I Add ress/in accordance with Personal ldentity Card Nomor Telepon/Ielephone
2.
n
umber
We, the undersigned: Santoso Gunara Gedung Artha Graha Lantai '15 Jl. Jenderal Sudirman Kav.52-53 Jakarta 12190 Jl. Kembang Murni Blok K 2/9 RT. 008 RW. 002 Kembangan - Jakarta Barat 5152020
JabalanlTitle
Wakil Presiden Direktur/Vice President Director
Nama/lVame
Hartono Tjahjadi Adiwana Gedung Artha Graha Lantai '15 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190 Jl. Puri Nusa Dua E 2lF 38 RT. 007 RW. 010 Pademangan
Alamat Kantor I Office address Alamat Domisili/sesuai KTP atau Kartu identit as lainl Res id e nti al Address/in accordance with Personal ldentity Card Nomor Telepon/Ielephone n umbe r JabalanlTitle
Jakarta Utara 5'152555
Direktur/Director
menyatakan bahwa:
declare that:
1.
1.
Bertanggung jawab atas penyusunan
dan
penyajian laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan Anak Perusahaan untuk tiga bulan yang
berakhir pada
tanggal-tanggal
We are responsible for the preparation and presentation of the Company's and its
Subsidiaries consolidated
financial
statements for three months which ended March 31,2011 dan 2010.
31 Maret 2011 dan2O1O.
2. Laporan keuangan konsolidasi
Perusahaan dan Anak Perusahaan tersebut telah disusun dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
The
Company's
and its
Subsidiaries
consolidated financial statements have been prepared and presented in accordance. with
v
generally accepted accounting principles.
fl
I
ffml N"# 3. a.
Semua informasi dalam laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan Anak Perusahaan tersebut telah dimuat secara lengkap dan
3. a.
in the Company's and its
Subsidiaries consolidated
benar, dan
b. The Company's and its
mengandung
informasi atau fakta material yang
or facts, and do not
tidak menghrlangkan informasi atau fakta material.
information or facts.
tidak benar, dan
jawab atas
ini dibuat dengan
its Subsidiaries internal control system.
This statement has been made truthfully
sebenarnya.
29 April 201
II
April 29, 201
1
METERAT
Adiwana
Wakil Presiden Dire Vice President Direc
conceal any
We are responsible for the Company's and
sistem
pengendalian intern dalam Perusahaan dan Anak Perusahaan.
Demikian pernyataan
Subsidiaries
consolidated financial statements do not contain materially misleading information
Perusahaan dan Anak Perusahaan
Bertanggung
financial
statements, and
b. Laporan keuangan konsolidasi tersebut tidak
All information has been fully and correctly
disclosed
tur/Director
-1PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 MARET 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
31 Maret 2011
31 Desember 2010
ASET Kas dan setara kas (Catatan 2b, 2c, 3, 35 dan 36)
Rp
Investasi ((Catatan 2b,, 2d,, 4,, 36 dan 37))
180.459.209
Rp
180.059.773
442.415.475
454.900.815
5.413.006
5.577.309
54.439.389
56.242.527
6.672.573
7.207.484
1.294.730.376
1.319.953.782
10.438.272
6.755.693
Biaya dibayar di muka (Catatan 2l, 9 dan 36)
6.232.906
6.971.606
Aset pajak tangguhan - bersih (Catatan 2x dan 33)
5.001.092
5.001.092
Properti investasi - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 258.460.730 pada tanggal 31 Maret 2011 dan Rp 238.554.542 pada gg 31 Desember 2010 (Catatan ( tanggal 2l dan 10))
1.050.951.561
1.070.857.749
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 1.141.061.305 pada tanggal 31 Maret 2011 dan Rp 1.108.632.752 pada tanggal 31 Desember 2010 (Catatan 2m dan 11)
1.306.279.260
1.328.370.650
14.501.331
19.255.456
309.481.972
315.147.034
Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 2b, 2f, 5 dan 35) Pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp 7.938.808 pada tanggal 31 Maret 2011 dan Rp 7.543.012 pada tanggal 31 Desember 2010 (Catatan 2f, 5 dan 37)
Piutang lain-lain - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp 104.213 pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 (Catatan 2f, 6 dan 37)
Persediaan - setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai sebesar Rp 8.893.212 pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 (Catatan 2k, 2q dan 7)
Pajak dibayar di muka (Catatan 8 dan 33)
Goodwill - setelah dikurangi akumulasi amortisasi sebesar Rp 230.038.903 pada tanggal 31 Maret 2011 dan Rp 225.284.778 pada tanggal 31 Desember 2010 (Catatan 12)
Aset lain-lain (Catatan 13, 35 dan 36)
JUMLAH ASET
(Berlanjut)
Rp
4.687.016.422
Rp
4.776.300.970
- 1a PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI (Lanjutan) 31 MARET 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
31 Maret 2011
31 Desember 2010
KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Hutang bank (Catatan 14, 34 dan 35)
Rp
1.157.220.127
Rp
1.216.512.571
Hutang obligasi (Catatan 15)
22.000.000
22.000.000
Hutang usaha (Catatan 16)
33.414.166
37.850.117
Hutang pajak (Catatan 2x,17 dan 33)
17.303.388
17.738.864
Biaya yang masih harus dibayar (Catatan 2c, 18 dan 35)
202.334.392
210.187.632
Pendapatan diterima di muka (Catatan 2r dan 19)
123.084.945
122.281.163
Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 2d, 20, 35 dan 36)
2.050.242
2.116.106
Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha (Catatan 2s)
4.730.235
4.790.107
48.450.625
48.450.625
9.086.887
9.086.887
208.181.176
268.013.231
Kewajiban pajak tangguhan - bersih (Catatan 2x dan 33)
35.538.181
29.272.834
Cadangan imbalan pasti pasca-kerja (Catatan 2w dan 32)
42.083.967
42.852.905
1.905.478.331
2.031.153.042
1.210.968.138
1.192.748.241
Taksiran kewajiban untuk pembangunan prasarana, fasilitas umum dan sosial (Catatan 21)
Pendapatan ditangguhkan (Catatan 2e dan 22)
Kewajiban lain-lain (Catatan 2d, 23 dan 35)
Jumlah Kewajiban
Hak Minoritas atas Aset Bersih Anak Perusahaan (Catatan 2b dan 24)
(Berlanjut)
- 1b PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI (Lanjutan) 31 MARET 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
31 Maret 2011
EKUITAS Modal saham - nilai nominal Rp 500 per saham Modal dasar - 3.000.000.000 saham Modal ditempatkan dan disetor penuh - 1.930.039.200 saham (Catatan 25) Tambahan modal disetor - bersih (Catatan 2q dan 26) Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi (Catatan 2c) Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali (Catatan 2b) Defisit
Rp
Jumlah Ekuitas JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
965.019.600 1.219.436.685 394.498.091 868.563.770 ) 139.820.653 )
( (
31 Desember 2010
Rp
394.498.091 868.563.770 ) 157.990.919 )
( (
1.570.569.953 Rp
4.687.016.422
965.019.600 1.219.436.685
1.552.399.687 Rp
4.776.300.970
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
-2-
PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2011 DAN 2010 (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham) 31 Maret 2011
PENDAPATAN (Catatan 2d, 2t dan 28)
Rp
BEBAN POKOK PENJUALAN (Catatan 2t dan 29)
273.866.620
31 Maret 2010
Rp
373.355.314
86.545.213
168.257.274
LABA KOTOR
187.341.407
205.098.040
BEBAN USAHA Umum dan administrasi (Catatan 30) Penjualan
146.159.222 5.840.534
142.518.306 9.398.051
Jumlah Beban Usaha
155.416.255
151.916.357
31.925.152
53.181.683
25.588.951 7.931.038 1.216.603 4.754.126 ) (
37.760.493 8.556.795 1.145.305 8.801.648 )
7.441.543 ) ( 150.920 )
9.169.974 ) 528.465
LABA USAHA
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Laba kurs mata uang asing – bersih (Catatan 2c) Pendapatan sewa dan pengelolaan kawasan Pendapatan bunga Amortisasi goodwill ( Beban bunga dan beban keuangan lainnya – bersih (Catatan 2v, 14 dan 15) ( Lain-lain – bersih ( Penghasilan Lain-lain – Bersih
22.390.003
30.019.436
LABA SEBELUM PAJAK
54.315.155
83.201.119
BEBAN PAJAK Kini Tangguhan
11.868.237 6.056.755
18.695.752 6.232.208
17.924.992
24.927.960
LABA SEBELUM HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN
(Berlanjut)
Rp
36.390.163
Rp
58.273.159
- 2a -
2011
HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN (Catatan 2b dan 25)
( Rp
2010
18.219.897 ) ( Rp
42.247.482 )
LABA BERSIH
Rp
18.170.266
Rp
16.025.677
LABA BERSIH PER SAHAM DASAR (Catatan 2y)
Rp
9,41
Rp
8,30
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
-3-
PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2011 DAN 2010 (Jumlah Rupiah dalam Ribuan)
2011
2010
ARUS KAS DARI KEGIATAN USAHA Penerimaan kas dari pelanggan hotel, penyewa pusat perbelanjaan, pembeli apartemen dan pembeli kompleks gedung perkantoran dan ruang perkantoran Pembayaran kas untuk/kepada: Pemasok dan kontraktor Uang jaminan Lain-lain
( ( (
209.573.245 ) ( 1.606.151 ) ( 42.447.625 ) (
228.876.671 ) 6.482.230 ) 27.462.507 )
Kas bersih diperoleh dari operasi Pembayaran pajak penghasilan
(
73.891.976 10.730.892 ) (
166.147.584 27.462.507 )
Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi
63.161.084
138.685.077
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Penerimaan bunga Penurunan (kenaikan) investasi Perolehan properti investasi dan aset tetap Hasil penjualan aset tetap
( (
733.109 1.443.061 ( 18.512.499 ) ( 14.677 )
1.145.305 63.900.033 ) 36.231.449 ) -
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi
(
16.351.006 ) (
98.986.177 )
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Penurunan (penambahan) piutang/hutang Pembayaran bunga Pengurangan hutang bank
( (
473.453 ( 10.014.404 ) ( 35.043.945 ) (
517.481 ) 9.169.974 ) 47.000.000 )
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan
(
44.584.896 ) (
56.687.455 )
Rp
KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN Pengaruh perubahan kurs mata uang asing KAS DAN SETARA KAS AKHIR PERIODE
327.518.997
2.225.182
( Rp
Rp
428.968.992
(
15.446.855 )
180.057.773 1.823.746 ) (
172.735.725 1.541.700 )
180.459.209
Rp
155.747.170
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
-4-
PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 MARET 2011 DAN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2010 (Dalam Ribuan Rupiah)
Tambahan Modal Disetor - Bersih
Modal Saham Saldo pada tanggal 1 Januari 2010
Rp
Laba bersih tahun berjalan
Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/ Perusahaan Asosiasi
965.019.600
Rp
-
1.219.436.685
Rp
-
394.498.091
Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali ( Rp
868.563.770 )
-
Defisit ( Rp
-
219.408.083 )
Jumlah Ekuitas Rp
61.417.164
1.490.982.523 61.417.164
Saldo pada tanggal 31 Desember 2010
Rp
965.019.600
Rp
1.219.436.685
Rp
394.498.091
( Rp
868.563.770 )
( Rp
157.990.919 )
Rp
1.552.399.687
Saldo pada tanggal 1 Januari 2011
Rp
965.019.600
Rp
1.219.436.685
Rp
394.498.091
( Rp
868.563.770 )
( Rp
157.990.919 )
Rp
1.552.399.687
Laba bersih periode berjalan Saldo pada tanggal 31 Maret 2011
Rp
965.019.600
Rp
1.219.436.685
Rp
394.498.091
( Rp
868.563.770 )
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
18.170.266 ( Rp
139.820.653 )
18.170.266 Rp
1.570.569.953
5
PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI (Jumlah Rupiah dalam Ribuan, kecuali Data Saham) 1.
UMUM a. Pendirian PT Jakarta International Hotels & Development Tbk (Perusahaan atau Induk Perusahaan) didirikan pada tanggal 7 Nopember 1969 dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1/1967 berdasarkan Akta No. 5 tanggal 7 Nopember 1969 dari Soetrono Prawiroatmodjo, S.H., notaris di Jakarta, yang kemudian diubah dengan Akta No. 42 tanggal 27 Januari 1970 dari notaris yang sama. Akta tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 54 tanggal 7 Juli 1970, Tambahan No. 214. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 108 tanggal 27 Juni 2008 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, sehubungan dengan penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan terhadap Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-94129.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 9 Desember 2008 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 65 tanggal 14 Agustus 2009 Tambahan No. 21703. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, lingkup kegiatan Perusahaan mencakup pembangunan hotel dan penyelenggaraan jasa perhotelan, pembangunan real estat dan properti, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan niaga beserta fasilitasnya. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1969. Perusahaan adalah pemilik Hotel Borobudur Jakarta (Hotel) yang dikelola oleh PT Dharma Harapan Raya. Kantor pusat Perusahaan berkedudukan di Gedung Artha Graha - Lantai 15, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (KNTS), Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52 - 53, Jakarta. b. Penawaran Umum Efek Perusahaan Seluruh saham Perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh berjumlah 1.930.039.200 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. Informasi historis mengenai saham Perusahaan yang dicatatkan di bursa adalah sebagai berikut: Tahun
1984 1988 1989 1991 1992 1992 1994 1996 2004 Jumlah
Keterangan
Penawaran Umum Saham Perdana Penawaran Umum Saham Kedua Pencatatan Saham Pendiri Pencatatan Saham Private Placement Pencatatan Saham Pendiri Pencatatan Saham yang berasal dari Penukaran Waran Pencatatan Saham Bonus Penawaran Umum Terbatas I Pemecahan Nilai Nominal Saham
Jumlah Saham
6.618.600 6.633.700 11.315.700 432.000 56.869.280 46.800.000 257.338.560 579.011.760 965.019.600 1.930.039.200
6
c. Anak Perusahaan yang Dikonsolidasi Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan memiliki lebih dari 50% penyertaan saham pada anak-anak perusahaan berikut: Tahun Perusahaan
Domisili
Pemilikan Langsung PT Danayasa Arthatama Tbk (DA) PT Panduneka Sejahtera (PS)
Jakarta Jakarta
PT Dharma Harapan Raya (DHR)
Jakarta
PT Jakarta International Hotels Management (JIHM) *)
Jakarta
Pemilikan Tidak Langsung Melalui DA
Jakarta
Bidang Usaha
Real estat Pembangunan dan pengelolaan gedung perkantoran Jasa manajemen perhotelan Jasa manajemen perhotelan
Persentase
Kepemilikan
Jumlah Aset sebelum Eliminasi 31 Maret 31 Desember 2011 2010
Berdiri
2011
2010
1987 1995
82,41% 99,99%
82,41% 99,99%
3.408.584.697 119.632.201
3.475.736.555 118.627.150
1998
60,00%
60,00%
7.308.551
8.933.506
1992
90,00%
90,00%
-
-
Telekomunikasi, lihat penyertaan saham DA pada anak perusahaan real estat, properti, hotel dan perdagangan
*) dihentikan sementara kegiatannya sehubungan dengan berdirinya DHR
PT Danayasa Arthatama Tbk (DA) Pada tanggal 28 Maret 2002, DA memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) dengan Surat Keputusan No. S-615/PM/2002 untuk melakukan penawaran umum perdana atas 100.000.000 saham DA kepada masyarakat dengan harga nominal sebesar Rp 500 per saham dan harga penawaran sebesar Rp 500 per saham. Saham-saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 19 April 2002. Kepemilikan saham Perusahaan pada DA mengalami dilusi setelah penawaran umum perdana ini dari semula 99,99% menjadi 96,28%. Perubahan nilai investasi yang terjadi akibat transaksi ini adalah sebesar Rp 15.562.817 dicatat sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi” pada neraca konsolidasi dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan penyertaan saham yang bersangkutan. Pada tanggal 6 September 2004, DA memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Bapepam dan LK dengan Surat Keputusan No. S-2837/PM/2004 untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas I kepada pemegang saham DA dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu sebanyak 630.360.000 saham dengan harga nominal sebesar Rp 500 per saham dan harga penawaran sebesar Rp 625 per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 23 September 2004. Dalam penerbitan saham tersebut, Perusahaan tidak melaksanakan haknya. Setelah penerbitan saham baru tersebut, kepemilikan saham Perusahaan pada DA mengalami dilusi menjadi 63,44%. Perubahan nilai investasi yang terjadi akibat transaksi ini adalah sebesar Rp 110.045.409 dan dicatat sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” pada neraca konsolidasi dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan. Pada bulan Juli 2007, Perusahaan memperoleh kepemilikan 630.340.604 saham dalam DA yang berasal dari pembagian dividen non-tunai dari PT Graha Jakarta Sentosa (GJS), dahulu merupakan anak perusahaan yang seluruh kepemilikan sahamnya telah dijual pada tahun 2007, sehingga meningkatkan kepemilikan saham Perusahaan pada DA menjadi 82,41%. DA saat ini sedang mengembangkan area seluas lebih kurang 45 hektar yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, yang dikenal dengan nama "Kawasan Niaga Terpadu Sudirman" (KNTS). Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, DA memiliki penyertaan saham pada perusahaan-perusahaan berikut:
7
Perusahaan Pemilikan Langsung PT Grahamas Adisentosa (GA) PT Intigraha Arthayasa (IA) PT Citra Wiradaya (CW) PT Citra Adisarana (CA) PT Artharaya Unggul Abadi (AUA) PT Citra Wiradaya (CW) PT Nusagraha Adicitra (NA) PT Artha Telekomindo (AT) PT Pandugraha Sejahtera (PGS) PT Adinusa Puripratama (AP) PT Panduneka Abadi (PA) PT Grahaputra Sentosa (GPS) PT Pusat Graha Makmur (PGM) PT Esagraha Puripratama (EP) PT Primagraha Majumakmur (PGMM) PT Adimas Utama (AMU) PT Trinusa Wiragraha (TW) Delfina Group Holdings Limited (Delfina) PT Majumakmur Arthasentosa (MAS) PT Andana Utamagraha (AU)
Bidang Usaha Pembangunan dan pengelolaan gedung serta kegiatan yang berkaitan Perhotelan, pariwisata dan kegiatan yang berkaitan Pembangunan dan pengelolaan gedung serta kegiatan yang berkaitan Pembangunan dan pengelolaan gedung serta kegiatan yang berkaitan Pembangunan dan pengelolaan gedung serta kegiatan yang berkaitan Pembangunan dan pengelolaan gedung serta kegiatan yang berkaitan Pembangunan dan pengelolaan gedung serta kegiatan yang berkaitan Telekomunikasi Pembangunan dan pengelolaan gedung serta kegiatan yang berkaitan Pembangunan dan pengelolaan gedung serta kegiatan yang berkaitan Pembangunan dan pengelolaan gedung serta kegiatan yang berkaitan Pembangunan dan pengelolaan gedung serta kegiatan yang berkaitan Perdagangan Perdagangan Pengembangan real estat dan agen pemasaran apartemen Perdagangan Perdagangan Penyertaan saham di berbagai perusahaan Pengembangan hotel dan apartemen Pengembangan apartemen
Pemilikan Langsung oleh Anak Perusahaan PT Pacific Place Jakarta (PPJ)(oleh Delfina) Pengembangan dan pengelolaan hotel, pusat perbelanjaan, apartemen dan gedung kantor PT Graha Sampoerna (GS)(oleh PPJ) Pembangunan dan pengelolaan gedung serta kegiatan yang berkaitan
Tahun Berdiri
Persentase Kepemilikan 31 Maret 31 Desember 2011 2010
1995
100% *)
100% *)
1995 1995
100% *) 100%
100% *) 100%
1995
100% *)
100% *)
1995
100% *)
100% *)
1995
100% *)
100% *)
1995
100% *)
100% *)
1993 1995
100% 100% *)
100% 100% *)
1995
100% *)
100% *)
1995
100% *)
100% *)
1995
100% *)
100% *)
1994 1995 1993
100% *) 100% *) 100% *)
100% *) 100% *) 100% *)
1995 1995 2005 1995 1995
100% *) 99% *) 64% 51% *) 51%
100% *) 99% *) 64% 51% *) 51%
1995
55%
55%
1995
100%
100%
*) Perusahaan masih dalam tahap pengembangan
d. Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan Susunan anggota Dewan Komisaris Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 berdasarkan Akta No. 17 tanggal 23 Pebruari 2009 dan susunan anggota Direksi Perusahaan berdasarkan Akta No. 44 tanggal 17 Juli 2009, keduanya dari Imas Fatimah, S.H., notaris di Jakarta, adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris Komisaris Utama Wakil Komisaris Utama
: :
Komisaris
:
Direksi Direktur Utama Wakil Direktur Utama Direktur
: : :
Prof. Dr. J.B. Sumarlin*) Sugianto Kusuma Tomy Winata Parlaungan Lumban Toruan Sihombing, S.H., LLM*)
H. Jusuf Indradewa, S.H. Santoso Gunara Hartono Tjahjadi Adiwana Mimy Carol Ratulangi
*) Merupakan Komisaris Independen
Susunan Komite Audit berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris Perusahaan tanggal 22 Mei 2009 adalah sebagai berikut: Ketua Anggota
*) Wafat pada tanggal 3 Januari 2010
: :
Prof. Dr. JB Sumarlin Parlaungan Lumban Toruan Sihombing, S.H., LLM Gandhi*) Tatang Sayuti Budianto Tirtadjaja
8
Jumlah remunerasi yang diterima oleh Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 1.167.600 dan Rp 1.146.000. Jumlah rata-rata karyawan Perusahaan (tidak diaudit) sebanyak 887 dan 1.005 masing-masing pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010.
2.
Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting a. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) No. Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 dan Lampiran 11 Surat Edaran No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan dan Emiten atau Perusahaan Publik dalam Industri Real Estat. Dasar pengukuran laporan keuangan konsolidasi ini adalah konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain, sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan metode akrual, kecuali laporan arus kas. Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Sesuai dengan Pernyataan Stándar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 44 tentang “Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat”, Perusahaan dan anak perusahaan tidak mengelompokkan aset dan kewajiban dalam neraca konsolidasi menurut lancar dan tidak lancar (unclassfied). Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah (Rp). Kecuali dinyatakan secara khusus, angka-angka adalah dalam ribuan Rupiah. b. Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Revisi Efektif tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan secara prospektif PSAK revisi berikut: (1) PSAK 50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”, yang berisi persyaratan pengungkapan instrumen keuangan dan kriteria informasi yang harus diungkapkan. Persyaratan pengungkapan diterapkan berdasarkan klasifikasi instrumen keuangan, dari perspektif penerbit, yakni aset keuangan, kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian bunga, dividen, keuntungan dan kerugian yang terkait; dan situasi tertentu dimana saling hapus aset dan kewajiban keuangan diizinkan. PSAK ini juga mewajibkan pengungkapan atas, antara lain, informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kebijakan akuntansi atas instrumen keuangan. Stándar ini menggantikan PSAK 50 “Akuntansi Investasi Efek Tertentu” (2) PSAK 55 (Revisi 2006), Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, yang menetapkan dasar-dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan dan kontrak-kontrak pembelian atau penjualan instrumen non-keuangan. PSAK ini menjelaskan di antaranya definisi derivatif, kategori instrumen keuangan, pengakuan dan pengukuran, akuntansi lindung nilai dan penentuan kriteria lindung nilai. Standar ini menggantikan PSAK 55 (Revisi 1999) “Akuntansi Instrumen Derivatif dan Lindung Nilai’.
9
Dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi pada tanggal 1 Januari 2010 yang disusun berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006), tidak terdapat penyesuaian transisi atas jumlah-jumlah yang sebelumnya telah dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasi tanggal 31 Desember 2009. (3) PSAK 26 (Revisi 2008), “Biaya Pinjaman”, yang berisi perlakuan akuntansi untuk biaya pinjaman dan mengharuskan entitas untuk mengkapitalisasikan biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan, konstruksi atau pembuatan aset kualifikasian sebagai bagian dari biaya perolehan aset tersebut. Stándar ini juga mengharuskan entitas untuk mengakui biaya pinjaman lainnya sebagai beban. Stándar ini menggantikan PSAK 26 (1997) “Biaya Pinjaman”. Penerapan stándar ini tidak memiliki dampak material terhadap laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan anak perusahaan. c. Prinsip Konsolidasi dan Akuntansi Penggabungan Usaha Prinsip Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi meliputi laporan keuangan Perusahaan dan anak perusahaan yang dikendalikannya, dimana Perusahaan memiliki lebih dari 50%, baik langsung maupun tidak langsung, hak suara di anak perusahaan dan dapat menentukan kebijakan keuangan dan operasi dari anak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas anak perusahaan tersebut. Sebuah anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila sifat pengendaliannya adalah sementara karena anak perusahaan tersebut diperoleh dengan tujuan akan dijual kembali dalam waktu dekat; atau jika ada pembatasan jangka panjang yang mempengaruhi kemampuan anak perusahaan untuk memindahkan dananya ke Perusahaan. Dalam hal pengendalian terhadap anak perusahaan dimulai atau diakhiri dalam suatu periode tertentu, maka hasil usaha anak perusahaan yang diperhitungkan ke dalam laporan keuangan konsolidasi hanya sebatas hasil pada saat pengendalian tersebut mulai diperoleh atau hingga saat pengendalian atas anak perusahaan itu berakhir. Saldo dan transaksi, termasuk keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi, atas transaksi antar perusahaan yang signifikan dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha Perusahaan dan anak perusahaan sebagai satu kesatuan usaha. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk peristiwa dan transaksi sejenis dalam kondisi yang sama. Apabila anak perusahaan menggunakan kebijakan akuntansi yang berbeda dari kebijakan akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan konsolidasi, maka dilakukan penyesuaian yang diperlukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan tersebut. Hak minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan dinyatakan sebesar proporsi pemegang saham minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan tersebut sesuai dengan persentase kepemilikan pemegang saham minoritas pada anak perusahaan tersebut. Kerugian yang menjadi bagian dari pemegang saham minoritas pada suatu anak perusahaan dapat melebihi bagiannya dalam modal disetor. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang menjadi bagian pemegang saham minoritas, harus dibebankan kepada pemegang saham mayoritas, kecuali terdapat kewajiban yang mengikat pemegang saham minoritas untuk menutupi kerugian tersebut dan pemegang saham minoritas mampu memenuhi kewajibannya. Apabila pada periode selanjutnya, anak perusahaan melaporkan laba, maka laba tersebut harus terlebih dahulu dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas sampai seluruh bagian kerugian pemegang saham minoritas yang dibebankan pada pemegang saham mayoritas dapat ditutup.
10
Akuntansi Penggabungan Usaha Perolehan anak perusahaan dari pihak ketiga dipertanggungjawabkan menggunakan metode pembelian sesuai dengan PSAK 22 “Akuntasi Penggabungan Usaha”. Dalam menerapkan metode pembelian, selisih lebih yang dapat diidentifikasi antara biaya perolehan dengan nilai wajar aset bersih anak perusahaan yang diakuisi pada tanggal transaksi dibukukan sebagai goodwill dan diamortisasi dengan metode garis lurus selama lima (5) tahun. Aset dan kewajiban yang diperoleh diakui secara terpisah pada tanggal akuisisi apabila besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomis masa depan akan mengalir ke atau dari pengakuisi; dan tersedia dasar pengukuran atas biaya perolehan atau nilai wajar yang dapat diandalkan. Jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian pengakuisisi atas nilai wajar aset bersih yang dapat diidentifikasi pada tanggal akuisisi, maka nilai wajar aset non-moneter yang diperoleh diturunkan nilainya secara proporsional sampai seluruh selisih tersebut dieliminasi. Sisa selisih tersebut diakui sebagai goodwill negatif. Akuisisi anak perusahaan dari entitas yang merupakan entitas sepengendali yang merupakan reorganisasi perusahaan-perusahaan di bawah pengendali yang sama (pooling of interest), dipertanggungjawabkan sesuai dengan PSAK 38 (Revisi 2004) “Akuntansi Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”. Berdasarkan PSAK 38 tersebut, transfer aset, kewajiban, saham dan instrumen kepemilikan lainnya di antara entitas sepengendali tidak menghasilkan laba atau rugi bagi grup atau bagi perusahaan individu berada di bawah grup yang sama. Karena transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak menimbulkan perubahan substansi ekonomi atas kepemilikan aset, kewajiban, saham dan instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aset dan kewajiban yang ditransfer dicatat pada nilai buku. Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi restrukturisasi entitas sepengendali dibukukan pada akun “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” pada bagian ekuitas. Saldo “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasi sebagai laba atau rugi yang direalisasi pada saat (1) hilangnya status substansi sepengendalian antara entitas yang pernah bertransaksi, (2) pelepasan aset, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang mendasari terjadinya selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali ke pihak lain yang tidak sepengendali. Sebaliknya, jika ada transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang sama maka saling hapus dilakukan antara saldo yang ada dengan yang baru, sehingga menimbulkan saldo baru atas akun ini. d. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama periode berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasi periode yang bersangkutan. Keuntungan atau kerugian selisih kurs atas aset dan kewajiban moneter merupakan selisih antara biaya perolehan diamortisasi dalam Rupiah pada awal tahun yang disesuaikan dengan bunga efektif dan pembayaran selama tahun berjalan, dengan biaya perolehan diamortisasi dalam mata uang asing yang dijabarkan ke dalam Rupiah menggunakan kurs yang berlaku pada akhir tahun. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, kurs konversi yang digunakan Perusahaan dan anak perusahaan masing-masing sebesar Rp 8.709 dan Rp 8.991 per US$ 1.
11
e. Transaksi Hubungan Istimewa Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah: 1. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries); 2. Perusahaan asosiasi; 3. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan); 4. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orangorang tersebut; dan 5. Perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan. Semua transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan, persyaratan dan kondisi yang sama dengan pihak ketiga diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasi. f. Penggunaan Estimasi Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan konsolidasi serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi. Estimasi dan asumsi yang digunakan tersebut ditelaah kembali secara terus-menerus. Revisi atas estimasi akuntansi diakui dalam periode yang sama pada saat terjadinya revisi estimasi atau pada periode masa depan yang terkena dampak. Informasi mengenai ketidakpastian yang melekat pada estimasi dan pertimbangan yang mendasari dalam penerapan kebijakan akuntansi yang memiliki dampak signifikan terhadap jumlah-jumlah yang diakui dalam laporan keuangan konsolidasi, dijelaskan pada Catatan 3 atas laporan keuangan konsolidasi. g. Kas dan Setara Kas Kas terdiri dari kas dan bank. Setara kas adalah semua investasi yang bersifat jangka pendek dan sangat likuid yang dapat segera dikonversikan menjadi kas dengan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi pencairannya.
12
h. Deposito Berjangka Deposito berjangka yang jatuh temponya kurang dari tiga bulan pada saat penempatan namun dijaminkan, atau dibatasi pencairannya dan deposito berjangka yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan pada saat penempatan disajikan sebagai investasi. i. Instrumen Keuangan Kebijakan Akuntansi Efektif Tanggal 1 Januari 2010 Sebagaimana dijelaskan pada Catatan 2b, Perusahaan dan anak perusahaan telah menerapkan kebijakan akuntansi berikut berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) yang berlaku efektif 1 Januari 2010: Perusahaan dan anak perusahaan mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca, jika dan hanya jika, Perusahaan menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. Pembelian atau penjualan yang lazim atas instrumen keuangan diakui pada tanggal penyelesaian. Instrumen keuangan pada pengakuan awal diukur pada nilai wajarnya, yang merupakan nilai wajar kas yang diserahkan (dalam hal aset keuangan) atau yang diterima (dalam hal kewajiban keuangan). Nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima ditentukan dengan mengacu pada harga transaksi atau harga pasar yang berlaku. Jika harga pasar tidak dapat ditentukan dengan andal, maka nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima dihitung berdasarkan estimasi jumlah seluruh pembayaran atau penerimaan kas masa depan, yang didiskontokan menggunakan suku bunga pasar yang berlaku untuk instrumen sejenis dengan jatuh tempo yang sama atau hampir sama. Pengukuran awal instrumen keuangan, kecuali untuk instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, termasuk biaya transaksi. Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan atau penerbitan aset keuangan atau kewajiban keuangan, dimana biaya tersebut adalah biaya yang tidak akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh atau menerbitkan instrumen keuangan. Biaya transaksi tersebut diamortisasi sepanjang umur instrumen menggunakan metode suku bunga efektif. Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan, menggunakan suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari instrumen keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Perusahaan dan anak perusahaan mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tanpa mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan, namun termasuk seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif. Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan adalah jumlah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan untuk penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih. Pengklasifikasian instrumen keuangan dilakukan berdasarkan tujuan perolehan instrumen tersebut dan mempertimbangkan apakah instrumen tersebut memiliki kuotasi harga di pasar aktif. Pada saat pengakuan awal, Perusahaan dan anak perusahaan mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, aset keuangan tersedia untuk dijual, kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan
13
laba rugi dan kewajiban lain-lain; dan melakukan evaluasi kembali atas kategori-kategori tersebut pada setiap tanggal pelaporan, apabila diperlukan dan tidak melanggar ketentuan yang disyaratkan. Penentuan Nilai Wajar Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif pada tanggal neraca adalah berdasarkan kuotasi harga pasar atau harga kuotasi penjual/dealer (bid price untuk posisi beli dan ask price untuk posisi jual), tanpa memperhitungkan biaya transaksi. Apabila bid price dan ask price yang terkini tidak tersedia, maka harga transaksi terakhir yang digunakan untuk mencerminkan bukti nilai wajar terkini, sepanjang tidak terdapat perubahan signifikan dalam perekonomian sejak terjadinya transaksi. Untuk seluruh instrumen keuangan yang tidak terdaftar pada suatu pasar aktif, kecuali investasi pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga, maka nilai wajar ditentukan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian meliputi teknik nilai kini (net present value), perbandingan terhadap instrumen sejenis yang memiliki harga pasar yang dapat diobservasi, model harga opsi (options pricing models), dan model penilaian lainnya. Dalam hal nilai wajar tidak dapat ditentukan dengan andal menggunakan teknik penilaian, maka investasi pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga dinyatakan pada biaya perolehan setelah dikurangi penurunan nilai. Laba/Rugi Hari ke-1 Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau berbeda dengan nilai wajar yang dihitung menggunakan teknik penilaian dimana variabelnya merupakan data yang diperoleh dari pasar yang dapat diobservasi, maka Perusahaan dan anak perusahaan mengakui selisih antara harga transaksi dengan nilai wajar tersebut (yakni Laba/Rugi hari ke-1) dalam laporan laba rugi konsolidasi, kecuali jika selisih tersebut memenuhi kriteria pengakuan sebagai aset yang lain. Dalam hal tidak terdapat data yang dapat diobservasi, maka selisih antara harga transaksi dan nilai yang ditentukan berdasarkan teknik penilaian hanya diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi apabila data tersebut menjadi dapat diobservasi atau pada saat instrumen tersebut dihentikan pengakuannya. Untuk masing-masing transaksi, Perusahaan dan/atau anak perusahaan menerapkan metode pengakuan Laba/Rugi Hari ke-1 yang sesuai. Aset Keuangan (1) Aset Keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi meliputi aset keuangan dalam kelompok diperdagangkan dan aset keuangan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki untuk diperdagangkan apabila aset keuangan tersebut diperoleh terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat pengakuan awal jika memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidakkonsistenan pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul dari pengukuran aset atau pengakuan aset atau pengakuan keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar yang berbeda; atau b. Aset tersebut merupakan bagian dari kelompok aset keuangan, kewajiban keuangan, atau keduanya, yang dikelola dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan; atau c. Instrumen keuangan tersebut memiliki derivatif melekat, kecuali jika derivatif melekat tersebut tidak memodifikasi secara signifikan arus kas, atau terlihat jelas dengan sedikit atau tanpa analisis, bahwa pemisahan derivatif melekat tidak dapat dilakukan.
14
Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi konsolidasi dicatat pada neraca pada nilai wajarnya. Perubahan nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Bunga yang diperoleh dicatat sebagai pendapatan bunga, sedangkan pendapatan dividen dicatat sebagai bagian dari pendapatan lain-lain sesuai dengan persyaratan dalam kontrak, atau pada saat hak untuk memperoleh pembayaran atas dividen tersebut telah ditetapkan. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. (2) Pinjaman yang Diberikan dan Piutang Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat dan tidak diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, investasi dimiliki hingga jatuh tempo atau aset tersedia untuk dijual. Setelah pengukuran awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode bunga efektif, dikurangi penyisihan penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi konsolidasi. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, kategori ini meliputi kas dan setara kas, investasi dalam rekening giro dan deposito berjangka, efek-efek hutang, piutang usaha, piutang lain-lain dan aset lain-lain (setoran jaminan) yang dimiliki oleh Perusahaan dan anak perusahaan. (3) Investasi Dimiliki Hingga Jatuh Tempo Investasi dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, dan manajemen Perusahaan dan/atau anak perusahaan memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Apabila Perusahaan dan/atau anak perusahaan menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo, maka seluruh aset keuangan dalam kategori tersebut terkena aturan pembatasan (tainting rule) dan harus direklasifikasi ke kelompok tersedia untuk dijual. Setelah pengukuran awal, investasi ini diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode bunga efektif, setelah dikurangi penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi konsolidasi. Keuntungan dan kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada saat penghentian pengakuan dan penurunan nilai dan melalui proses amortisasi menggunakan metode bunga efektif. Pada tanggal 31 Desember 2010, Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki aset keuangan dalam bentuk investasi dimiliki hingga jatuh tempo.
15
(4) Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain. Aset keuangan ini diperoleh dan dimiliki untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan dapat dijual sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atau karena perubahan kondisi ekonomi. Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar. Komponen hasil (yield) efektif dari surat berharga hutang tersedia untuk dijual serta dampak penjabaran mata uang asing (untuk surat berharga hutang dalam mata uang asing) diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Laba atau rugi yang belum direalisasi yang timbul dari penilaian pada nilai wajar atas aset keuangan tersedia untuk dijual tidak diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi, melainkan dilaporkan sebagai laba atau rugi bersih yang belum direalisasi pada bagian ekuitas dalam neraca konsolidasi dan laporan perubahan ekuitas konsolidasi. Apabila aset keuangan dilepaskan, atau dihentikan pengakuannya, maka laba atau rugi kumulatif yang sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Jika Perusahaan dan/atau anak perusahaan memiliki lebih dari satu jenis surat berharga yang sama, maka diterapkan dasar masuk pertama keluar pertama (first-in, first out basis). Bunga yang diperoleh dari aset keuangan tersedia untuk dijual diakui sebagai pendapatan bunga yang dihitung berdasarkan metode suku bunga efektif. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai aset keuangan juga diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan dan anak perusahaan memiliki aset keuangan tersedia untuk dijual berupa investasi dalam saham sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 5d. (i). Karena nilai wajarnya tidak dapat ditentukan secara andal, maka investasi dalam saham tersebut dinyatakan pada biaya perolehan, dikurangi kerugian penurunan nilai, jika ada. Kewajiban Keuangan (1) Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Kewajiban keuangan diklasifikasikan dalam kategori ini apabila kewajiban tersebut merupakan hasil dari aktifitas perdagangan atau transaksi derivatif yang tidak dimaksudkan sebagai lindung nilai, atau jika Perusahaan dan/atau anak perusahaan memilih untuk menetapkan kewajiban keuangan tersebut dalam kategori ini. Perubahan dalam nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki kewajiban keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi konsolidasi. (2) Kewajiban Keuangan Lain-lain Kategori ini merupakan kewajiban keuangan yang dimiliki tidak untuk diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal tidak ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Instrumen keuangan yang diterbitkan atau komponen dari instrumen keuangan tersebut, yang tidak diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan lain-lain, jika substansi perjanjian kontraktual mengharuskan Perusahaan dan anak perusahaan untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada pemegang instrumen keuangan, atau jika kewajiban
16
tersebut diselesaikan tidak melalui penukaran kas atau aset keuangan lain atau saham sendiri yang jumlahnya tetap atau telah ditetapkan. Kewajiban keuangan lain-lain pada pengakuan awal diukur pada nilai wajar dan sesudah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi, dengan memperhitungkan dampak amortisasi (atau akresi) atas premi, diskonto dan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, kategori ini meliputi hutang bank, hutang obligasi, hutang usaha, biaya yang masih harus dibayar, hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan kewajiban lain-lain tertentu yang dimiliki oleh Perusahaan dan anak perusahaan. Saling Hapus Instrumen Keuangan Aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam neraca konsolidasi jika, dan hanya jika, Perusahaan dan/atau anak perusahaan saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajibannya secara simultan. Penurunan Nilai Aset Keuangan Pada setiap tanggal neraca, manajemen Perusahaan dan anak perusahaan menelaah apakah suatu aset keuangan atau kelompok aset keuangan telah mengalami penurunan nilai. (1) Aset Keuangan pada Biaya perolehan Diamortisasi Manajemen pertama-tama menentukan apakah terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara kolektif untuk aset keuangan yang jumlahnya tidak signifikan secara individual. Jika manajemen menentukan tidak terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, baik aset keuangan tersebut signifikan atau tidak signifikan, maka aset tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif. Jika terdapat bukti obyektif bahwa penurunan nilai telah terjadi atas aset dalam kategori pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut (yang merupakan suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut langsung dikurangi dengan penurunan nilai yang terjadi atau menggunakan akun penyisihan dan jumlah kerugian yang terjadi diakui di laporan laba rugi konsolidasi. Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai bertambah atau berkurang karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka dilakukan penyesuaian atas penyisihan kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui. Pemulihan penurunan nilai selanjutnya diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi, dengan ketentuan nilai tercatat aset setelah pemulihan penurunan nilai tidak melampaui biaya perolehan diamortisasi pada tanggal pemulihan tersebut. (2) Aset Keuangan yang Dicatat pada Biaya Perolehan Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur pada nilai wajar
17
karena nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, maka jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk aset keuangan serupa. (3) Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual Dalam hal instrumen ekuitas dalam kelompok tersedia untuk dijual, penelaahan penurunan nilai wajar dibawah biaya perolehannya yang signifikan dan berkelanjutan. Jika terdapat bukti obyektif penurunan nilai, maka kerugian penurunan nilai kumulatif yang dihitung dari selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai yang sebelumnya telah diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi, dikeluarkan dari ekuitas dan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Kerugian penurunan nilai yang diakui pada laporan laba rugi konsolidasi tidak boleh dipulihkan melalui laporan laba rugi (harus diakui melalui ekuitas). Kenaikan nilai wajar setelah terjadinya penurunan nilai diakui di ekuitas. Dalam hal instrumen hutang dalam kelompok tersedia untuk dijual, penurunan nilai ditelaah berdasarkan kriteria yang sama dengan aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi. Bunga tetap diakru berdasarkan suku bunga efektif asal yang diterapkan pada nilai tercatat aset yang telah diturunkan nilainya, dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi konsolidasi. Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen hutang meningkat dan peningkatan nilai wajar tersebut karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan melalui laporan laba rugi konsolidasi. Penghentian Pengakuan Aset dan Kewajiban Keuangan (1) Aset Keuangan Aset keuangan (atau bagian dari kelompok aset keuangan serupa) dihentikan pengakuannya jika: a. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir; b. Perusahaan dan/atau anak perusahaan tetap memiliki hak untuk menerima arus kas dari aset keuangan tersebut, namun juga menanggung kewajiban kontraktual untuk membayar kepada pihak ketiga atas arus kas yang diterima tersebut secara penuh tanpa adanya penundaan yang signifikan berdasarkan suatu kesepakatan; atau c. Perusahaan dan/atau anak perusahaan telah mentransfer haknya untuk menerima arus kas dari aset keuangan dan (i) telah mentransfer secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, atau (ii) secara substansial tidak mentransfer atau tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, namun telah mentransfer pengendalian atas aset keuangan tersebut. Ketika Perusahaan dan/atau anak perusahaan telah mentransfer hak untuk menerima arus kas dari suatu aset keuangan atau telah menjadi pihak dalam suatu kesepakatan, dan secara substansial tidak mentransfer dan tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan dan masih memiliki pengendalian atas aset tersebut, maka aset keuangan diakui sebesar keterlibatan berkelanjutan dengan aset keuangan tersebut. Keterlibatan berkelanjutan dalam bentuk pemberian jaminan atas aset yang ditransfer diukur berdasarkan jumlah terendah antara nilai aset yang ditransfer dengan nilai maksimal dari pembayaran yang diterima yang mungkin harus dibayar kembali oleh Perusahaan dan/atau anak perusahaan. (2) Kewajiban Keuangan Kewajiban keuangan dihentikan pengakuannya jika kewajiban keuangan tersebut berakhir, dibatalkan atau telah kadaluarsa. Jika kewajiban keuangan tertentu digantikan dengan
18
kewajiban keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama namun dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau terdapat modifikasi secara substansial atas ketentuan kewajiban keuangan yang ada saat ini, maka pertukaran atau modifikasi tersebut dianggap sebagai penghentian pengakuan kewajiban keuangan awal. Pengakuan timbulnya kewajiban keuangan baru serta selisih antara nilai tercatat kewajiban keuangan awal dengan yang baru diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Piutang Usaha Piutang dinyatakan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan setelah dikurangi dengan penyisihan piutang ragu-ragu, jika ada. Penyisihan piutang ragu-ragu dibentuk berdasarkan penelaahan manajemen terhadap masingmasing akun piutang akhir tahun. Investasi (1). Penempatan pada efek yang nilai wajarnya tersedia Investasi ini dapat digolongkan dalam tiga kelompok sesuai dengan tujuan investasi sebagai berikut: a) Diperdagangkan (trading) Termasuk dalam kelompok ini adalah yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat, yang biasanya ditunjukkan dengan frekuensi pembelian dan penjualan yang sering. Efek ini dimiliki dengan tujuan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek. Investasi yang termasuk dalam kelompok ini diukur sebesar nilai wajarnya. Laba/rugi yang timbul dari kenaikan atau penurunan tersebut diakui pada laporan laba rugi konsolidasi periode berjalan. b) Dimiliki hingga jatuh tempo (held-to-maturity) Investasi tersebut diukur sebesar biaya perolehan yang disesuaikan dengan amortisasi premi atau diskonto yang belum diamortisasi. c) Tersedia untuk dijual (available-for-sale) Investasi yang tidak memenuhi kriteria kelompok “diperdagangkan” dan yang “dimiliki hingga jatuh tempo” diukur sebesar nilai wajarnya. Laba dan rugi yang belum direalisasi dari kenaikan atau penurunan nilai wajar atas kepemilikan efek dan unit penyertaan reksadana ini disajikan sebagai komponen ekuitas, dan tidak diakui sebagai keuntungan atau kerugian sampai direalisasi. Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka biaya perolehan efek individual harus diturunkan hingga sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan. Untuk menghitung laba atau rugi yang direalisasi, biaya perolehan efek ekuitas ditentukan berdasarkan metode rata-rata tertimbang, sedangkan biaya perolehan efek hutang yang dimiliki hingga jatuh tempo ditentukan berdasarkan metode identifikasi khusus. (2) Investasi dalam bentuk penyertaan saham yang nilai wajarnya tidak tersedia Investasi dalam bentuk penyertaan saham dengan persentase kepemilikan kurang dari 20% dicatat dengan menggunakan metode biaya. Menurut metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Investor mengakui penghasilan hanya sebatas distribusi laba (dividen, kecuali dividen saham) yang diterima yang berasal dari laba bersih yang
19
diakumulasikan oleh perusahaan asosiasi setelah tanggal perolehan. Penerimaan dividen yang melebihi laba tersebut dipandang sebagai pemulihan investasi dan dicatat sebagai pengurangan terhadap biaya investasi. Restrukturisasi Hutang Bermasalah Restrukturisasi hutang bermasalah diperlakukan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 54, “Akuntansi untuk Restrukturisasi Hutang-Piutang Bermasalah”. Sesuai dengan PSAK No. 54, keuntungan dari restrukturisasi harus diakui jika nilai tercatat hutang yang diselesaikan, setelah dikurangi penyelesaian hutang melalui penyerahan saham (jika ada), lebih besar dari pembayaran kas masa depan tanpa memperhitungkan nilai tunainya. Seluruh biaya langsung yang terjadi dari restrukturisasi hutang bermasalah harus dikurangkan dalam penghitungan keuntungan restrukturisasi hutang bermasalah. Keuntungan dari restrukturisasi hutang bermasalah, diakui dan diklasifikasikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun terjadinya restrukturisasi. j. Penyertaan Saham dalam Perusahaan Asosiasi Investasi dalam bentuk saham di mana Perusahaan mempunyai pemilikan saham minimal 20%, tetapi tidak lebih dari 50% dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, dimana biaya perolehan dari penyertaan ditambah atau dikurangi dengan bagian Perusahaan atas laba atau rugi bersih perusahaan asosiasi sejak tanggal perolehan sebesar persentase pemilikan serta dikurangi dengan pendapatan dividen. Bagian Perusahaan atas laba atau rugi bersih perusahaan asosiasi disesuaikan dengan amortisasi goodwill dengan menggunakan metode garis lurus selama 5 tahun. Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut yang ditentukan untuk setiap investasi secara individu dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan. Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi Perubahan nilai investasi (dengan menggunakan metode ekuitas) yang disebabkan oleh terjadinya perubahan nilai ekuitas anak perusahaan yang bukan merupakan transaksi antara Perusahaan dengan anak perusahaan diakui sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi”, dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan. k. Persediaan 1. Persediaan Real Estat Persediaan real estat terdiri dari tanah dan bangunan (secara strata title) yang siap dijual, bangunan (secara strata title) yang sedang dikonstruksi dan tanah yang sedang dikembangkan dinyatakan berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost and net realizable value). Nilai realisasi bersih merupakan estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya penjualan. Biaya perolehan tanah yang sedang dikembangkan meliputi biaya perolehan tanah yang belum dikembangkan ditambah dengan biaya pengembangan langsung dan tidak langsung yang dapat diatribusikan pada kegiatan pengembangan real estat serta biaya pinjaman (beban bunga dan selisih kurs). Tanah yang sedang dikembangkan akan dipindahkan ke bangunan yang sedang dikonstruksi pada saat konstruksi dimulai dengan menggunakan metode luas areal.
20
Biaya pengembangan tanah termasuk tanah yang digunakan sebagai jalan dan prasarana atau area yang tidak dijual lainnya, dialokasikan ke proyek berdasarkan luas area yang dapat dijual. Biaya perolehan bangunan yang sedang dikonstruksi meliputi biaya-biaya konstruksi serta dipindahkan ke tanah dan bangunan yang siap dijual pada saat selesai dibangun. Biaya-biaya tersebut ditentukan dengan menggunakan metode identifikasi khusus. Akumulasi biaya ke proyek pengembangan real estat tidak dihentikan walaupun realisasi pendapatan pada masa mendatang lebih rendah dari nilai tercatat proyek. Namun, dilakukan penyisihan secara periodik atas perbedaan tersebut. Jumlah penyisihan tersebut akan mengurangi nilai tercatat proyek dan dibebankan ke laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan. Estimasi dan alokasi biaya harus dikaji kembali pada setiap akhir periode pelaporan sampai proyek selesai secara substansial. Apabila telah terjadi perubahan mendasar pada estimasi kini, biaya direvisi dan direalokasi. Beban yang tidak berhubungan dengan proyek real estat dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya. 2. Persediaan Hotel Barang dan perlengkapan hotel terdiri dari makanan, minuman, perlengkapan teknik dan perlengkapan hotel. Persediaan tersebut dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan, yang ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata, dan nilai realisasi bersih. l. Biaya Dibayar di muka Biaya dibayar di muka diamortisasi selama manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus. m. Properti Investasi Properti investasi, kecuali tanah, diukur sebesar biaya perolehan, termasuk biaya transaksi, setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai. Tanah tidak disusutkan dan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi kerugian penurunan nilai, jika ada. Jumlah tercatat termasuk biaya penggantian untuk bagian tertentu dari properti investasi yang telah ada pada saat beban terjadi, jika kriteria pengakuan terpenuhi dan tidak termasuk biaya perawatan sehari-hari properti investasi. Properti investasi, kecuali tanah, disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus dengan estimasi masa manfaatnya yakni enam (6) sampai dengan dua puluh (20) tahun. Properti investasi dihentikan pengakuannya (dikeluarkan dari neraca) pada saat pelepasan atau ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun terjadinya penghentian atau pelepasan tersebut. Transfer ke properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan, yang ditunjukkan dengan berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dimulainya sewa operasi ke pihak lain atau berakhirnya konstruksi atau pengembangan. Transfer dari properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan, yang ditunjukkan dengan dimulainya penggunaan oleh pemilik atau dimulainya pengembangan untuk dijual.
21
n. Aset Tetap Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, tetapi tidak termasuk biaya perawatan sehari-hari, dikurangi akumulasi penyusutan serta akumulasi penurunan nilai aset, jika ada. Tanah tidak disusutkan dan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penurunan nilai, jika ada. Biaya perolehan awal aset tetap meliputi harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penggunaan yang ditetapkan. Beban-beban yang timbul setelah aset tetap digunakan, seperti beban perbaikan dan pemeliharaan, dibebankan ke laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya. Apabila bebanbeban tersebut menimbulkan peningkatan manfaat ekonomis di masa datang dari penggunaan aset tetap tersebut yang dapat melebihi kinerja normalnya, maka beban-beban tersebut dikapitalisasi sebagai tambahan biaya perolehan aset tetap. Semua aset tetap, kecuali tanah, disusutkan menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi masa manfaat dari aset tetap. Berdasarkan penelaahan dan taksiran manajemen atas estimasi masa manfaat aset tetap, mulai tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan mengubah estimasi masa manfaat dari bangunan Hotel Borobudur Jakarta. Di bawah ini adalah estimasi masa manfaat (dalam tahun) sebelum dan setelah tanggal 1 Januari 2010:
Bangunan Peralatan dan perabotan Peralatan mekanis dan listrik Kendaraan bermotor Peralatan telekomunikasi Partisi kantor
Sebelum 1 Januari 2010
Mulai 1 Januari 2010
20 - 40 2 - 10 6 - 14 2- 8 2- 8 3- 5
20 - 30 2 - 10 6 - 14 2- 8 2- 8 3- 5
Nilai tercatat aset tetap ditelaah kembali dan dilakukan penurunan nilai apabila terdapat peristiwa atau perubahan kondisi tertentu yang mengindikasikan nilai tercatat tersebut tidak dapat dipulihkan sepenuhnya. Dalam setiap inspeksi yang signifikan, biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Biaya inspeksi signifikan yang dikapitalisasi tersebut diamortisasi selama periode sampai dengan saat inspeksi signifikan berikutnya. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya (derecognized) pada saat dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Aset tetap yang dijual atau dilepaskan, dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutan serta akumulasi penurunan nilai yang terkait dengan aset tetap tersebut. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dengan jumlah tercatat dari aset tetap tersebut, dan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun terjadinya penghentian pengakuan. Nilai residu, umur manfaat, serta metode penyusutan ditelaah setiap akhir tahun dan dilakukan penyesuaian apabila hasil telaah berbeda dengan estimasi sebelumnya. Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai dan siap digunakan.
22
o. Sewa Penentuan apakah suatu kontrak merupakan, atau mengandung unsur sewa adalah berdasarkan substansi kontrak pada tanggal awal sewa, yakni apakah pemenuhan syarat kontrak tergantung pada penggunaan aset tertentu dan kontrak tersebut berisi hak untuk menggunakan aset tersebut. Evaluasi ulang atas perjanjian sewa dilakukan setelah tanggal awal sewa hanya jika salah satu kondisi berikut terpenuhi: a. Terdapat perubahan dalam persyaratan perjanjian kontraktual, kecuali jika perubahan tersebut hanya memperbarui atau memperpanjang perjanjian yang ada; b. Opsi pembaruan dilakukan atau perpanjangan disetujui oleh pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian, kecuali ketentuan pembaruan atau perpanjangan pada awalnya telah termasuk dalam masa sewa. c. Terdapat perubahan dalam penentuan apakah pemenuhan perjanjian tergantung pada suatu aset tertentu; atau d. Terdapat perubahan substansial atas aset yang disewa. Apabila evaluasi ulang telah dilakukan, maka akuntansi sewa harus diterapkan atau dihentikan penerapannya pada tanggal dimana terjadi perubahan kondisi skenario a, c atau d dan pada tanggal pembaharuan atau perpanjangan sewa pada skenario b. Sewa dimana Perusahaan dan/atau anak perusahaan tetap mempertahankan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Biaya langsung awal yang dapat didistribusikan secara langsung dengan negoisasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke nilai tercatat aset sewaan dan diakui ke laba rugi konsolidasi tahun berjalan selama masa sesuai dengan dasar pengakuan pendapatan sewa. p. Kelebihan Penagihan atas Pengakuan Pendapatan Kontrak Konstruksi Pendapatan dan beban kontrak berkenaan dengan kontrak konstruksi diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak (percentage of completion method) pada tanggal neraca konsolidasi. Kelebihan penagihan atas pendapatan disajikan pada Kewajiban Lain-lain sebagai “Kelebihan penagihan atas pengakuan pendapatan kontrak konstruksi”. q. Penurunan Nilai Aset Non-Keuangan Manajemen menelaah ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai aset pada tanggal neraca dan kemungkinan penyesuaian ke nilai yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) apabila terdapat keadaan yang mengindikasikan terjadinya penurunan nilai aset tersebut. Kerugian penurunan nilai diakui jika nilai tercatat aset melebihi nilai yang dapat diperoleh kembali. Nilai aset yang dapat diperoleh kembali dihitung berdasarkan nilai pakai atau harga jual bersih, mana yang lebih tinggi. Di lain pihak, pemulihan penurunan nilai diakui apabila terdapat indikasi bahwa penurunan nilai tersebut tidak lagi terjadi. Penurunan (pemulihan) nilai aset diakui sebagai beban (pendapatan) pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan. r. Biaya Emisi Saham Biaya emisi saham disajikan sebagai pengurang akun tambahan modal disetor dan tidak diamortisasi.
23
s. Pendapatan Diterima di Muka Pendapatan diterima di muka ditangguhkan pengakuannya dan akan dibukukan sebagai pendapatan sesuai dengan masa manfaat pendapatan tersebut. t. Penyisihan untuk Penggantian Peralatan Usaha Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha (barang dan perlengkapan hotel) dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi berdasarkan taksiran nilai penggantian dari peralatan yang hilang atau rusak. Pembelian dibebankan pada akun “Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha”. u. Pengakuan Pendapatan dan Beban (1) Pengakuan Pendapatan Pendapatan dari penjualan persediaan real estat Pendapatan atas penjualan bangunan kondominium, apartemen strata title, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan bangunan sejenis lainnya serta unit dalam kepemilikan secara time sharing, diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian (percentage-of-completion method) terhadap unit yang terjual, apabila seluruh persyaratan berikut terpenuhi: 1) Proses konstruksi telah melampaui tahap awal, yaitu fondasi bangunan telah selesai dan semua persyaratan untuk memulai pembangunan telah dipenuhi. 2) Jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang telah disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; dan 3) Jumlah pendapatan dari penjualan dan biaya unit bangunan dapat diestimasi dengan andal. Jika semua kriteria yang disebutkan di atas tidak terpenuhi, maka pembayaran yang diterima dari pembeli harus diakui sebagai “uang muka penjualan” dengan metode deposit sampai seluruh kriteria terpenuhi. Dengan metode persentase penyelesaian, jumlah pendapatan dan beban yang diakui untuk setiap periode akuntansi harus sesuai dengan tingkat atau persentase penyelesaian dari aset tersebut. Tingkat atau persentase penyelesaian pengembangan real estat ditentukan berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal tertentu dibandingkan dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengembangan real estat tersebut. Pendapatan atas penjualan apartemen strata title, konstruksi yang telah selesai pembangunannya, harus diakui dengan menggunakan metode akrual penuh. Pendapatan sewa dan jasa pelayanan Pendapatan sewa ruangan pusat perbelanjaan dan kantor serta tanah diakui berdasarkan metode garis lurus sesuai dengan jangka waktu sewa dan pendapatan jasa pelayanan diakui pada saat jasa diserahkan. Pendapatan dari Hotel Pendapatan hotel diakui pada saat barang atau jasa diberikan kepada tamu.
24
Pendapatan Kontrak Pendapatan kontrak diakui sebagai pendapatan dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak konstruksi (percentage of completion method) pada tanggal neraca konsolidasi. Tingkat atau persentase penyelesaian aktivitas kontrak konstruksi ditentukan berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal tertentu dibandingkan dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk aktivitas kontrak konstruksi tersebut. Lainnya Pendapatan dari iuran keanggotaan klub diakui sesuai dengan periode keanggotaan. Pendapatan dari jasa telekomunikasi diakui pada saat jasa telah diserahkan kepada pelanggan. Efektif tanggal 1 Januari 2010, pendapatan bunga diakui secara akrual dalam laporan laba rugi konsolidasi menggunakan metode suku bunga efektif. Sebelum tanggal 1 Januari 2010, pendapatan bunga berdasarkan metode akrual berdasarkan suku bunga kontraktual. (2) Pengakuan Beban Beban diakui sesuai dengan manfaatnya pada tahun yang bersangkutan (accrual basis) pada saat terjadinya, kecuali beban pokok penjualan persediaan real estat yang di dalamnya termasuk taksiran biaya untuk pengembangan prasarana atas tanah untk dijual maupun yang sedang dikembangkan untuk penjualan di masa mendatang. Beban kontrak diakui sebagai beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak konstruksi pada tanggal neraca konsolidasi (percentage of completion method). Efektif tanggal 1 Januari 2010, beban bunga diakui secara akrual dalam laporan laba rugi konsolidasi menggunakan metode suku bunga efektif. Sebelum 1 Januari 2010, beban bunga berdasarkan metode akrual berdasarkan suku bunga kontraktual. Efektif tanggal 1 Januari 2010 biaya transaksi yang terjadi dan dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan atau penerbitan instrumen keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diamortisasi sepanjang umur instrumen keuangan menggunakan metode suku bunga efektif dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga untuk biaya transaksi terkait aset keuangan, dan sebagai bagian dari beban bunga untuk biaya transaksi terkait kewajiban keuangan. v. Biaya Pinjaman Biaya pinjaman merupakan bunga dan selisih kurs pinjaman yang diterima dalam mata uang asing dan biaya lainnya (amortisasi diskon/premium dari pinjaman diterima) yang terjadi sehubungan dengan peminjaman dana. Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi, atau pembuatan aset kualifikasian dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tersebut. Biaya pinjaman lainnya diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Jika Perusahaan dan/atau anak perusahaan meminjam dana secara khusus untuk tujuan memperoleh aset kualifikasian, maka Perusahaan dan /atau anak perusahaan menentukan jumlah biaya pinjaman yang layak dikapitalisasikan sebesar biaya pinjaman aktual yang terjadi selama periode berjalan dikurangi penghasilan investasi atas investasi sementara dari pinjaman tersebut.
25
Jika pengembangan aktif atas aset kualifikasian dihentikan, Perusahaan dan/atau anak perusahaan menghentikan kapitalisasi biaya pinjaman selama periode yang diperpanjang tersebut. Kapitalisasi biaya pinjaman dihentikan saat selesainya secara substansi seluruh aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapkan aset kualifikasian agar dapat digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya. w. Imbalan Kerja Imbalan kerja jangka pendek merupakan upah, gaji, dan iuran jaminan sosial. Imbalan kerja jangka pendek diakui sebesar jumlah yang tak-terdiskonto sebagai kewajiban setelah dikurangi dengan jumlah yang telah dibayar pada neraca konsolidasi dan sebagai beban pada laporan laba rugi konsolidasi. Program pensiun manfaat pasti Imbalan pasca-kerja Perusahaan merupakan manfaat pasti yang dibentuk dengan pendanaan khusus melalui program dana pensiun, sedangkan untuk anak-anak perusahaan, imbalan pascakerja merupakan manfaat pasti yang dibentuk tanpa pendanaan khusus. Imbalan pasca-kerja tersebut keduanya didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan pada saat pensiun. Metode penilaian aktuarial yang digunakan untuk menentukan nilai kini cadangan imbalan pasti, beban jasa kini yang terkait dan beban jasa lalu adalah metode Projected Unit Credit. Beban jasa kini, beban bunga, beban jasa lalu yang telah menjadi hak karyawan, hasil yang diharapkan dari aset program, dan dampak kurtailmen atau penyelesaian (jika ada) diakui pada laba rugi konsolidasi tahun berjalan. Keuntungan atau kerugian aktuarial (jika ada) dan beban jasa lalu yang belum menjadi hak karyawan bagi karyawan yang masih aktif bekerja diamortisasikan selama jangka waktu rata-rata sisa masa kerja karyawan. Cadangan imbalan pasti pasca-kerja disajikan sebesar nilai bersih dari nilai kini cadangan imbalan pasti setelah memperhitungkan nilai wajar aset program dan keuntungan atau kerugian aktuarial yang tidak diakui. Program pensiun iuran pasti Imbalan pasca-kerja anak perusahaan tertentu merupakan program iuran pasti melalui dana pensiun dan didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan saat pensiun. Jumlah iuran yang terhutang diakui sebagai cadangan pada neraca konsolidasi setelah dikurangi dengan jumlah yang telah dibayar dan sebagai beban pada laporan laba rugi konsolidasi. Jika ada bagian iuran yang jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca konsolidasi, maka iuran tersebut disajikan sebesar nilai kini cadangan yang didiskontokan. x. Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Final Sesuai dengan peraturan perundangan perpajakan, pendapatan yang telah dikenakan pajak penghasilan final tidak lagi dilaporkan sebagai pendapatan kena pajak, dan semua beban sehubungan dengan pendapatan yang telah dikenakan pajak penghasilan final tidak boleh dikurangkan. Di lain pihak, baik pendapatan maupun beban tersebut dipakai dalam penghitungan laba rugi menurut akuntasi. Oleh karena itu, tidak terdapat perbedaan temporer sehingga tidak diakui adanya aset atau kewajiban pajak tangguhan. Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final berbeda dari dasar pengenaan pajaknya, maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan.
26
Beban pajak atas pendapatan yang dikenakan pajak penghasilan final diakui secara proporsional dengan jumlah pendapatan yang diakui menurut akuntansi tahun bersangkutan. Selisih antara jumlah pajak penghasilan final terhutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada laporan laba rugi konsolidasi diakui sebagai pajak dibayar di muka dan pajak yang masih harus dibayar. Pajak Penghasilan Tidak Final Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam tahun yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku. Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan kewajiban menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan rugi fiskal yang belum dikompensasikan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang. Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi konsolidasi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas. Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di neraca atas dasar kompensasi, kecuali aset dan kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, sesuai dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini. Perubahan atas kewajiban pajak dicatat ketika hasil pemeriksaan diterima atau, jika banding diajukan oleh Perusahaan dan/atau anak perusahaan, ketika hasil banding telah ditentukan. y. Laba Bersih Per Saham Dasar Laba bersih per saham dihitung dengan membagi laba (bersih dengan jumlah tertimbang saham yang ditempatkan dan disetor penuh selama tahun yang bersangkutan. z. Informasi Segmen Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha, sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis. Segmen usaha adalah komponen Perusahaan dan anak perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Segmen geografis adalah komponen Perusahaan dan anak perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain. 3.
Penggunaan Estimasi, Pertimbangan dan Asumsi Manajemen atas Instrumen Keuangan Manajemen berkeyakinan bahwa pengungkapan berikut telah mencakup ikhtisar estimasi, pertimbangan dan asumsi signifikan yang dibuat oleh manajemen, yang berdampak terhadap jumlah-jumlah yang dilaporkan serta pengungkapan dalam laporan keuangan konsolidasi.
27
Nilai Wajar Aset Keuangan dan Kewajiban Keuangan Efektif tanggal 1 Januari 2010, prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mensyaratkan pengukuran aset keuangan dan kewajiban keuangan tertentu pada nilai wajarnya, dan penyajian ini mengharuskan penggunaan estimasi, pertimbangan dan asumsi akuntansi. Komponen pengukuran nilai wajar yang signifikan ditentukan berdasarkan bukti obyektif yang dapat diverifikasi (seperti nilai tukar, suku bunga), sedangkan saat dan besaran perubahan nilai wajar dapat menjadi berbeda karena penggunaan metode penilaian yang berbeda. Nilai wajar aset keuangan dan kewajiban keuangan diungkapkan pada Catatan 25. Aset Keuangan yang Tidak Memiliki Kuotasi Harga di Pasar yang Aktif Efektif tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan dan anak perusahaan mengklasifikasikan aset keuangan dengan mengevaluasi, antara lain, apakah aset tersebut memiliki atau tidak memiliki kuotasi harga di pasar yang aktif. Evaluasi tersebut juga mencakup apakah kuotasi harga suatu aset keuangan di pasar yang aktif, merupakan kuotasi harga yang tersedia secara regular, dan kuotasi harga tersebut mencerminkan transaksi di pasar yang aktual dan terjadi secara regular dalam suatu transaksi wajar. Penyisihan Penurunan Nilai Piutang Penyisihan penurunan nilai piutang (penyisihan piutang ragu-ragu) dipelihara pada jumlah yang menurut manajemen adalah memadai untuk menutup kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Efektif tanggal 1 Januari 2010, pada setiap tanggal neraca Perusahaan dan anak perusahaan secara spesifik menelaah apakah telah terdapat bukti objektif bahwa suatu aset keuangan telah mengalami penurunan nilai (tidak tertagih). Jumlah penyisihan yang dibentuk adalah berdasarkan pengalaman penagihan masa lalu dan faktor-faktor lainnya yang mungkin mempengaruhi kolektibilitas, antara lain kemungkinan kesulitan likuiditas atau kesulitan keuangan yang signifikan yang dialami oleh debitur atau penundaan pembayaran yang signifikan. Jika terdapat bukti obyektif penurunan nilai, maka saat dan besaran jumlah yang dapat ditagih diestimasi berdasarkan pengalaman kerugian masa lalu. Penyisihan penurunan nilai dibentuk atas akun-akun yang diidentifikasi secara spesifik telah mengalami penurunan nilai. Akun piutang dihapusbukukan berdasarkan keputusan manajemen bahwa aset keuangan tersebut tidak dapat ditagih atau direalisasi meskipun segala cara dan tindakan telah dilaksanakan. Suatu evaluasi atas piutang,yang bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah penyisihan yang harus dibentuk, dilakukan secara berkala sepanjang tahun. Oleh karena itu, saat dan besaran jumlah penyisihan piutang raguragu yang tercatat pada setiap periode dapat berbeda tergantung pada pertimbangan dan estimasi yang digunakan.
28
4.
KAS DAN SETARA KAS Kas dan setara kas terdiri dari: 31 Maret 2011 Kas Rupiah Mata uang asing (Catatan 36)
Rp
770.751 258.274
Jumlah Bank Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 35) PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Rupiah Dolar Amerika Serikat (Catatan 35) (US$ 770.598 pada tahun 2011 dan US$ 1.737.506 pada tahun 2010) Jumlah Pihak ketiga Rupiah PT Bank Central Asia Tbk Deutsche Bank AG – cabang Jakarta PT Bank Internasional Indonesia Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank CIMB Niaga Tbk Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) PT Bank Central Asia Tbk (US$ 540.075 pada tahun 2011 dan US$ 408.778 pada tahun 2010) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (US$ 252.796 pada tahun 2011 dan US$ 129.967 pada tahun 2010) Citibank N.A. – cabang Jakarta (US$ 3.258 pada tahun 2011 dan US$ 3.288 pada tahun 2010) Deutsche Bank AG – cabang Singapura (US$ 7.217 pada tahun 2010) PT Bank CIMB Niaga Tbk (US$ 2.901 pada tahun 2010) PT Bank Internasional Indonesia Tbk (US$ 945 pada tahun 2010) Jumlah Jumlah - Bank
31 Desember 2010
Rp
1.029.025
1.214.273
11.957.852
19.324.915
6.711.137
15.621.919
18.668.989
34.946.834
8.305.344 2.461.367 2.159.848 378.596 18.089
4.281.149 13.872.662 482.492 123.584 10.889
4.703.517
3.675.326
2.201.597
1.168.532
28.371
29.559
-
64.888
-
26.087
-
8.496
20.256.729 Rp
299.093 915.180
38.925.718
23.743.664 Rp
58.690.498
29
31 Maret 2011 (Lanjutan) Deposito berjangka Pihak yang mempunyai hubungan istimewa PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Rupiah Rp Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) (US$ 517.245 pada tahun 2011 dan US$ 516.849 pada tahun 2010)
Pihak ketiga Rupiah PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) PT Bank ICBC Indonesia (US$ 5.191.879 pada tahun 2011 dan US$ 3.254.681 pada tahun 2010) PT Bank Central Asia Tbk (US$ 400.787 pada tahun 2011 dan US$ 400.626 pada tahun 2010) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (US$ 100.000 pada tahun 2011 dan 2010) Jumlah Jumlah – Deposito Berjangka Jumlah
Rp
Suku bunga rata-rata deposito per tahun: Rupiah Dolar Amerika Serikat
43.480.097
31 Desember 2010
Rp
52.463.257
4.504.686
4.646.991
47.984.783
57.110.248
33.025.827
18.994.653
9.916.425
10.286.128
45.216.075
29.262.840
3.490.456
3.602.033
870.900
899.100
92.519.683
63.044.754
140.504.466
120.155.002
180.459.209
Rp
7,63% 1,50%
180.059.773
7,91% 1,67%
Transaksi dengan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga (Catatan 35). 5.
INVESTASI 31 Maret 2011 Rekening giro yang dibatasi pencairannya (Catatan 14) Deposito berjangka yang dibatasi pencairannya (Catatan 14) Efek-efek hutang Penyertaan saham Biaya perolehan Metode ekuitas Jumlah
Rp
Rp
407.657
31 Desember 2010
Rp
416.909
388.339 385.131.031
393.781 397.601.688
50.600.000 5.888.448
50.600.000 5.888.437
442.415.475
Rp
454.900.815
30
a. Rekening Giro yang Dibatasi Pencairannya 31 Maret 2011 Pihak ketiga Rupiah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) PT Bank Windu Kentjana International Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (US$ 25.221 pada tahun 2011 dan 2010) Jumlah
Rp
125.664
Rp
31 Desember 2010
Rp
125.664
62.342
64.482
219.651
226.763
407.657
Rp
416.909
Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, Hotel Borobudur Jakarta (HBJ) memiliki rekening giro di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Mandiri) yang dibatasi penggunaannya sehubungan dengan penerbitan bank garansi oleh Mandiri sebagai jaminan atas perjanjian kerjasama antara HBJ dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN). Perusahaan memiliki rekening giro yang dibatasi pencairannya di PT Bank Windu Kentjana International Tbk yang digunakan sebagai rekening pembayaran hutang (debt-service account) berdasarkan Perjanjian Perubahan dengan sindikasi bank yang dikoordinasi oleh The Royal Bank of Scotland Plc (Catatan 14). b. Deposito Berjangka yang Dibatasi Pencairannya 31 Maret 2011 Pihak ketiga Rupiah PT Bank CIMB Niaga Tbk Rp Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) PT Bank CIMB Niaga Tbk (US$ 28.061 pada tahun 2011 dan 2010)
244.386
Jumlah
388.339
Rp
143.953
31 Desember 2010
Rp
142.150
251.631 Rp
393.781
Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, PPJ, anak perusahaan, memiliki deposito berjangka di PT Bank CIMB Niaga Tbk yang dibatasi pencairannya sebagai jaminan atas perjanjian kerjasama antara PPJ dan PGN. Suku bunga rata-rata deposito per tahun:
Rupiah Dolar Amerika Serikat
31 Maret 2011
31 Desember 2010
6,50% 2,50%
6,25% 1,50%
c. Efek-efek Hutang Akun ini merupakan efek hutang yang diperoleh kembali oleh Perusahaan sejumlah US$ 44.222.188 (setara dengan Rp 385.131.035 pada tanggal 31 Maret 2011 dan Rp 397.601.688 pada tanggal 31 Desember 2010).
31
d. Penyertaan Saham i) Biaya Perolehan Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, penyertaan saham berikut dikategorikan sebagai aset keuangan tersedia untuk dijual. Karena nilai wajarnya tidak dapat ditentukan secara andal maka penyertaan tersebut dinyatakan pada biaya perolehan. Penyertaan saham adalah sebagai berikut: Nilai Penyertaan Persentase Kepemilikan PT First Jakarta International (FJI) PT Graha Putranusa (GPN) Jumlah
9% 5%
31 Maret 2011
31 Desember 2010
Rp
45.600.000 5.000.000
Rp
45.600.000 5.000.000
Rp
50.600.0000
Rp
50.600.000
FJI, adalah pemilik dari gedung perkantoran serbaguna yang dikenal sebagai Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), yang berlokasi di Lot 2 KNTS. FJI memulai kegiatan usahanya pada tahun 1995. GPN didirikan dengan tujuan untuk membangun dan mengelola gedung perkantoran dan apartemen ”The Capital Residence” yang berlokasi di Lot 24 KNTS. Proyek tersebut dimulai pembangunannya pada tahun 2004 dan telah selesai pada tahun 2007. (ii) Metode Ekuitas Penyertaan saham dengan menggunakan metode ekuitas merupakan penyertaan saham PT Citra Wiradaya (CW), anak perusahaan, pada PT Bina Mulia Unika (BMU) dengan kepemilikan saham pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 sebesar 20%. Pada bulan Maret 2009, CW menjual penyertaan sahamnya dalam BMU kepada pihak ketiga seharga Rp 24.000.000 yang mengakibatkan persentase kepemilikan saham dalam BMU berkurang dari 99,99% menjadi 20% (Catatan 39e). Nilai tercatat penyertaan saham CW pada BMU pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing sebesar Rp 5.888.448 dan Rp 5.888.437. Bagian rugi BMU yang diakui oleh CW pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing sebesar Rp 11 dan Rp 121. Pada tahun 2011 dan 2010, tidak ada dividen kas yang diterima dari penyertaan saham tersebut. Tujuan utama penyertaan saham di atas adalah sesuai dengan tujuan utama Perusahaan yaitu melakukan atau menjalankan kegiatan utama dalam bidang real estat, termasuk tetapi tidak terbatas pada aktivitas pengembangan. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai dari penyertaan saham di atas.
32
5. PIUTANG USAHA 31 Maret 2011
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 35) Rupiah PT Arthagraha Sentral Rp Discovery Kartika Plaza Hotel PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Lain-lain Jumlah
Rp
Pihak ketiga Rupiah Real Estat Hotel City Ledger In House Guest Kartu kredit Sewa ruangan Jasa Telekomunikasi Jasa Manajemen Perhotelan Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) Real Estat Jasa Telekomunikasi Jumlah Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
(
Bersih Jumlah
Rp
31 Desember 2010
2.798.278 919.161 65.078 1.630.489 5.413.006
Rp
Rp
3.044.123 817.448 125.981 1.589.757 5.577.309
22.146.627
22.178.647
28.654.301 4.163.191 1.092.309 165.227 3.461.404 172.800
29.335.752 2.651.117 592.306 411.532 2.962.338 216.000
2.466.209 56.129
5.118.126 319.721
62.378.197 7.938.808 ) (
63.785.539 7.543.012 )
54.439.389
56.242.527
59.852.395
Rp
61.819.836
Pada tanggal 31 Maret 2011, sebesar 46,91% dari saldo piutang usaha digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank, sedangkan pada tanggal 31 Desember 2010, sebesar 57,25% dari saldo piutang usaha digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank (Catatan 14). Pada tanggal 31 Maret 2011, piutang real estat terutama merupakan piutang sewa “Pacific Place Mall”. Pada tanggal 31 Desember 2010, piutang real estat terutama merupakan piutang atas penjualan unit gedung perkantoran strata title “Equity Tower” yang dibangun oleh GS, anak perusahaan (dalam mata uang Dolar Amerika Serikat), serta piutang sewa “Pacific Place Mall” (dalam mata uang Rupiah). City Ledger, In House Guest dan Sewa Ruangan merupakan tagihan kepada pelanggan hotel dan penyewa ruangan hotel. Rincian piutang usaha dihitung sejak tanggal faktur adalah sebagai berikut:
33
(Lanjutan) 31 Maret 2011
31 Desember 2010
Sampai dengan 1 bulan > 1 bulan – 3 bulan > 3 bulan – 6 bulan > 6 bulan
Rp
39.365.467 9.800.619 4.820.174 15.804.943
Rp
31.252.741 15.249.064 5.608.346 17.252.697
Jumlah
Rp
67.791.203
Rp
69.362.848
Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011 Saldo awal tahun Penambahan periode berjalan Penghapusan periode berjalan
Rp
Saldo akhir periode
Rp
31 Desember 2010
7.543.012 395.796 -
Rp
6.357.694 1.222.644 37.326 )
Rp
7.543.012
( 7.938.808
Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang usaha tersebut. Piutang usaha dalam mata uang asing pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masingmasing sebesar US$ 289,624 (ekuivalen sebesar Rp 2.522.338) dan US$ 604.810 (ekuivalen sebesar Rp 5.437.847) (Catatan 36).
6.
PIUTANG LAIN-LAIN Akun ini terdiri dari: 31 Maret 2011 Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 35) PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Lain-lain
Rp
Jumlah Pihak ketiga Piutang karyawan Bunga Lain-lain Jumlah Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
(
Bersih Jumlah
Rp
79.530 7.608
31 Desember 2010
Rp
33.586 65.419
87.138
99.005
328.628 102.434 6.258.586
127.263 63.881 7.021.548
6.689.648 104.213 ) (
7.212.692 104.213 )
6.585.435
7.108.479
6.672.573
Rp
7.207.484
34
Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011 Saldo awal tahun Pemulihan
Rp
Saldo akhir periode
Rp
104.213
31 Desember 2010 Rp
-
104.213 -
104.213
Rp
104.213
Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang lain-lain tersebut. Piutang lain-lain dalam mata uang asing pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing adalah sebesar US$ 270.075 (ekuivalen sebesar Rp 2.352.087) dan US$ 290.947 (ekuivalen sebesar Rp 2.615.905) (Catatan 37).
7.
PERSEDIAAN Akun ini terdiri dari: 31 Maret 2011
31 Desember 2010
Persediaan real estat - bersih Barang dan perlengkapan hotel Lain-lain
Rp
1.287.806.204 5.874.467 1.049.705
Rp
1.312.720.743 6.279.755 953.284
Jumlah
Rp
1.294.730.736
Rp
1.319.953.782
a. Persediaan real estat 31 Maret 2011 Tanah yang sedang dikembangkan Bangunan yang sedang dikonstruksi Tanah dan bangunan yang siap dijual Jumlah Dikurangi penyisihan penurunan nilai Bersih
Rp
( Rp
1.154.167.672 110.741.143 31.790.601
31 Desember 2010 Rp
1.154.167.672 110.741.143 56.705.140
1.296.699.416 8.893.212 )
(
1.321.613.955 8.893.212 )
1.287.806.204
Rp
1.312.720.743
Persediaan tanah yang sedang dikembangkan termasuk tanah yang akan digunakan untuk mendirikan bangunan di masa yang akan datang. Bangunan yang sedang dikonstruksi pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 merupakan akumulasi biaya akumulasi biaya pembangunan di Lot 23 A. Persediaan tanah dan bangunan yang siap dijual terdiri dari unit ruang perkantoran strata-title “Equity Tower”, apartemen strata-title “Pacific Place Residences”, “SCBD Suites” dan “Kusuma Candra”. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, masing-masing sebesar 0,32% dan 0,83% dari persediaan real estat digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank (Catatan 14). Penyisihan penurunan nilai persediaan real estat telah dibentuk oleh anak-anak perusahaan,
35
AU sebesar Rp 2.885.612 dan MAS sebesar Rp 6.007.600 pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010. Manajemen berpendapat bahwa penyisihan penurunan nilai yang dibentuk adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas penurunan nilai persediaan real estat dan nilai tercatat persediaan real estat telah mencerminkan nilai realisasi bersihnya. b. Barang dan Perlengkapan Hotel 31 Maret 2011
31 Desember 2010
Makanan dan minuman Perlengkapan teknik Perlengkapan hotel
Rp
3.414.604 1.585.742 874.121
Rp
3.817.365 2.031.868 430.522
Jumlah
Rp
5.874.467
Rp
6.279.755
Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing sebesar 61,84% dan 70,71% dari barang dan perlengkapan hotel digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank (Catatan 14). Manajemen berpendapat bahwa, nilai tercatat atas persediaan tersebut telah mencerminkan nilai realisasi bersihnya pada tahun 2011 dan 2010 sehingga tidak dibentuk penyisihan penurunan nilai barang dan perlengkapan hotel.
8.
PAJAK DIBAYAR DI MUKA Akun ini terdiri dari: 31 Maret 2011
9.
Pajak Pertambahan Nilai – Bersih Pajak Penghasilan: Pasal 4 (2) - Final Pasal 23 Pasal 25
Rp
Jumlah
Rp
325
31 Desember 2010 Rp
8.563.244 667.301 1.207.402 10.438.272
9.924 6.697.735 48.034 -
Rp
6.755.693
BIAYA DIBAYAR DI MUKA Akun ini terdiri dari: 31 Maret 2011 Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 35) Asuransi Sewa Jumlah
Rp
4.019.953 226.837 4.246.790
31 Desember 2010
Rp
2.901.394 139.450 3.040.844
36
31 Maret 2011 (Lanjutan) Pihak ketiga Sewa Asuransi Lain-lain
Rp
31 Desember 2010
249.480 16.922 1.719.714
Jumlah
Rp
700.436 1.890.322 1.340.004
1.986.116
Jumlah
Rp
3.930.762
6.232.906
Rp
6.971.606
Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.
10. PROPERTI INVESTASI Akun ini merupakan tanah yang dimiliki perusahaan yang berlokasi di Sawangan, Jawa Barat serta tanah dan bangunan “Pacific Place Mall” dan “One Pacific Place” yang dimiliki PPJ, anak perusahaan, yang disewakan kepada pihak ketiga untuk memperoleh pendapatan sewa. 2011: Perubahan selama periode berjalan 1 Januari 2011 Biaya Perolehan: Tanah Pacific Place Mall One Pacific Place
Rp
Jumlah
Rp
1.309.412.291
Akumulasi Penyusutan: Pacific Place Mall One Pacific Place Jumlah Nilai Buku
3.039.063 1.195.942.845 110.430.383
Penambahan -
Pengurangan Rp
-
-
31 Maret 2011 _ Rp
3.039.063 1.195.942.845 110.430.383 _____________ 1.309.412.291 _____________
-
219.582.268 18.972.274
18.367.896 1.538.292
-
238.554.542
19.906.188
-
Rp 1.070.857.749
237.950.164 20.510.566 _______________ 258.460.730 _______________ Rp 1.050.951.561
2010: Perubahan selama periode berjalan 1 Januari 2010 Biaya Perolehan: Tanah Pacific Place Mall One Pacific Place Jumlah
Rp
3.039.063 1.195.201.473 110.430.383
Penambahan Rp
741.372 -
Pengurangan
31 Desember 2010 _
Rp
Rp
-
3.039.063 1.195.942.845 110.430.383
1.308.670.919
741.372
-
1.309.412.291
Akumulasi Penyusutan: Pacific Place Mall One Pacific Place
144.023.136 12.819.104
75.559.132 6.153.170
-
219.582.268 18.972.274
Jumlah
156.842.240
81.712.302
-
238.554.542
Nilai Buku
Rp 1.151.828.679
Rp
1.070.857.749
Pendapatan sewa “Pacific Place Mall” dan “One Pacific Place” yang diakui pada laporan laba konsolidasi pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 81.156.790 Rp 89.835.299 yang dilaporkan sebagai bagian dari “Pendapatan Usaha” dalam laporan laba konsolidasi (Catatan 29). Beban penyusutan properti investasi pada tanggal 31 Maret 2011
rugi dan rugi dan
37
2010 masing-masing sebesar Rp 19.906.188 dan Rp 19.679.760 disajikan sebagai bagian dari “Beban pokok penjualan” pada laporan laba rugi konsolidasi (Catatan 29). Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, properti Investasi, kecuali tanah, dijadikan jaminan atas hutang bank (Catatan 14). Seluruh Properti Investasi, kecuali tanah, diasuransikan secara gabungan dengan Aset Tetap (Catatan 11). Nilai wajar dari “Pacific Place Mall” dan “One Pacific Place” pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp 2.832.000.000 yang ditentukan berdasarkan laporan penilai independen tertanggal 1 Maret 2010. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan atas nilai wajar tersebut sejak tanggal laporan penilai independen sampai dengan tanggal 31 Desember 2010.
11. ASET TETAP Aset tetap terdiri dari: 2011: 1 Januari 2011 Biaya perolehan: Tanah Bangunan Peralatan dan perabotan Peralatan mekanis dan listrik Kendaraan bermotor Prasarana telekomunikasi Partisi kantor Aset dalam pembangunan
Rp
Jumlah Akumulasi penyusutan Tanah Bangunan Peralatan dan perabotan Peralatan mekanis dan listrik Kendaraan bermotor Prasarana telekomunikasi Partisi kantor Jumlah Nilai Buku
435.254.604 825.651.855 565.789.228 496.423.339 11.681.086 21.186.228 18.909.636 62.107.426
Rp
Perubahan Selama Tahun 2011 Pengurangan Reklasifikasi
4.125.728 9.863 364.600 832.513 1.353.430 3.912.173
Rp
(258.626) (2.518) -
Rp
31 Maret 2011
-
Rp
435.254.604 825.393.229 569.912.438 496.433.202 12.045.686 22.018.741 20.263.066 66.019.599
2.437.003.402
10.598.307
(261.144)
-
2.447.340.565
1.013.580 243.515.063 477.390.523 368.813.826 5.816.624 8.891.096 3.192.040
8.801.654 11.243.938 10.642.743 454.527 993.806 335.352
(2.518) (40.949) -
-
1.013.580 252.316.717 488.631.943 379.415.620 6.271.151 9.884.902 3.527.392
1.108.632.752 Rp
Penambahan
1.328.370.650
Rp
32.472.020
Rp
(43.467)
Rp
-
Rp
1.141.061.305
Rp
1.306.279.260
38
(Lanjutan) 2010: Perubahan Selama Tahun 2010 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi
1 Januari 2010 Biaya perolehan: Tanah Bangunan Peralatan dan perabotan Peralatan mekanis dan listrik Kendaraan bermotor Prasarana telekomunikasi Partisi kantor Aset dalam pembangunan
Rp
Jumlah
435.254.604 815.406.824 542.781.795 488.983.881 11.647.910 14.745.525 6.365.759 53.404.824
Rp
608.845 15.759.737 3.180.026 2.216.701 5.008.977 9.359.909 39.918.026
Rp
Rp (5.400.216) (56.200) (2.183.525) -
2.368.591.122
76.052.221
(7.639.941)
Akumulasi penyusutan Tanah Bangunan Peralatan dan perabotan Peralatan mekanis dan listrik Kendaraan bermotor Prasarana telekomunikasi Partisi kantor
1.013.580 208.774.430 441.764.659 327.525.775 6.134.124 5.827.573 2.629.561
34.730.715 40.955.642 41.339.257 1.729.713 3.063.524 572.398
(5.329.778) (51.207) (2.047.214) -
Jumlah
993.669.702
Nilai Buku
Rp
1.374.921.420
Rp
122.391.249
Rp
(7.428.199) Rp
31 Desember 2010
1.431.725 3.183.968 (31.215.423)
435.254.604 825.651.855 565.789.228 496.423.339 11.681.086 21.186.227 18.909.636 62.107.427
-
2.437.003.402
9.636.186 12.647.912 4.315.632
Rp
(9.918)
1.013.580 243.515.063 477.390.523 368.813.825 5.816.623 8.891.097 3.192.041
-
1.108.632.752
9.918
Rp
1.328.370.650
Aset dalam pembangunan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 merupakan tanah dan bangunan Kavling A yang berlokasi di Lot 18 KNTS yang dibangun oleh CW dan akumulasi biaya renovasi Hotel Borobudur Jakarta (HBJ). Beban penyusutan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 32.472.020 dan Rp 29.129.304 dan disajikan pada akun “Beban umum dan administrasi” (Catatan 31). Tanah merupakan hak atas tanah Perusahaan yang di atasnya terletak Hotel Borobudur Jakarta dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 1062/Pasarbaru yang berlaku sampai tanggal 31 Mei 2023, hak atas tanah PPJ dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 415 dan hak atas tanah CW dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 629 yang masing-masing berlaku sampai tanggal 5 Juni 2015. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, aset tetap, persediaan (Catatan 7) dan properti investasi (Catatan 10), atas “One Pacific Place”, telah diasuransikan kepada PT Asuransi Himalaya Pelindung dan PT Asuransi Bintang Tbk berupa “Terrorism and Sabotage Insurance” masing-masing sebesar US$ 278.000.000 dan US$ 160.885.000 dan kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI), pihak yang mempunyai hubungan istimewa berupa “Property all risks Insurance” dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 363.400.000 (Catatan 35). Selain asuransi tersebut, pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan juga mengasuransikan aset tetapnya, kecuali tanah kepada AGI dengan nilai pertanggungan masingmasing sebesar Rp 1.430.951.565 dan Rp 1.371.964.000. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, anak perusahaan lainnya mengasuransikan aset tetapnya, kepada perusahaan asuransi lainnya, pihak ketiga, dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 14.259.572 dan Rp 13.532.300 dan kepada AGI dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 124.405.472 dan US$ 1.032.457, dan sebesar Rp 27.607.707.
39
Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas aset yang di pertanggungkan. Transaksi dengan AGI, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga. Rincian pengurangan aset tetap yang merupakan penjualan aset tetap adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011 Harga jual Nilai buku Laba (rugi) penjualan aset tetap
Rp
203.000 217.677
( Rp
14.677 )
31 Desember 2010 Rp
1.176.210 195.164
Rp
981.046
Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing sebesar 45,06% dan 49,03% dari nilai tercatat aset tetap digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank (Catatan 14). Mulai tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan, mengubah estimasi masa manfaat bangunan HBJ (Catatan 2n). Dampak dari perubahan estimasi tersebut adalah penambahan beban penyusutan sebesar Rp 4.418.668 untuk tahun 2010 dan pada tahun-tahun berikutnya. Dampak perubahan estimasi tersebut pada tahun 2010 telah dicatat dalam akun “Beban umum dan administrasi” pada laporan laba rugi konsolidasi tahun 2010 (Catatan 30). Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai atas aset tersebut pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010.
12. GOODWILL 31 Maret 2011
31 Desember 2010
___________
Harga perolehan Akumulasi amortisasi Jumlah
Rp
_________________________
244.540.234 Rp 230.038.903 ) (
(
___________
Rp
14.501.331
Rp
244.540.234 225.284.778 )
________________________
19.255.456
Akun ini merupakan goodwill yang timbul dari penyertaan saham oleh anak-anak perusahaan yakni penyertaan saham PPJ dalam GS pada tahun 2008, penyertaan saham DA dalam GPS pada tahun 2006 dan transaksi penukaran saham PPJ, antara DA dan Delfina pada tahun 2005. 13. ASET LAIN-LAIN 31 Maret 2011
31 Desember 2010
___________
Uang muka pembelian lahan Peralatan usaha hotel Setoran jaminan Hak guna kapasitas transmisi Uang muka pemasok Uang muka kepada PLN Biaya tangguhan Lainnya
Rp
Jumlah
Rp
272.289.140 9.963.442 6.850.976 7.831.008 7.089.370 1.643.750 736.578 3.077.708 ___________
309.481.972
________________________
Rp
276.995.262 9.646.336 6.898.873 9.067.483 9.429.439 1.643.750 282.425 1.183.466
________________________
Rp
315.147.034
40
Pada tanggal 31 Desember 2010, uang muka pembelian lahan termasuk uang muka sebesar Rp 276.495.263 yang dibayarkan GS, anak perusahaan, dalam rangka proyek kerjasama dengan Maisons Development Ltd. (Maisons), pihak ketiga, untuk pengembangan properti di kawasan pusat bisnis berdasarkan Nota Kesepakatan (MoU) yang ditandatangani oleh para pihak pada tanggal 8 Oktober 2010. MoU tersebut juga mencantumkan kondisi dan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh para pihak guna pelaksanaan proyek tersebut. MoU tersebut akan batal dengan sendirinya bilamana para pihak tidak dapat memenuhi kondisi dan persyaratan tersebut selambatlambatnya tanggal 8 Oktober 2011. Dengan demikian, Maisons harus mengembalikan uang muka tersebut, tanpa bunga kepada GS. Rencana proyek ini adalah sejalan dengan kegiatan usaha utama dan rencana bisnis GS dan Perusahaan, yaitu pengembangan usaha properti di masa mendatang. Hak guna kapasitas transmisi merupakan hak penggunaan kapasitas transmisi kabel matrix yang diperoleh AT, anak perusahaan, pada tahun 2008 dan diamortisasi menggunakan metode garis lurus selama periode 4 tahun dan dicatat dalam akun “Beban umum dan administrasi. Uang muka kepada pemasok merupakan uang muka kepada pemasok hotel dan lainnya sehubungan dengan pembelian yang dilakukan oleh Perusahaan dan anak perusahaan. Uang muka kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) merupakan uang muka pembelian daya listrik untuk KNTS. Biaya tangguhan termasuk biaya-biaya sehubungan dengan rencana pembangunan Lot 6 KNTS oleh GA, anak perusahaan dan biaya pemasaran CW. Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 31 Desember 2010 sebesar Rp 993.052 atau 0,02% dan Rp 933.245 atau 0,02% dari jumlah aset merupakan transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 35). Aset lain-lain pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 termasuk saldo dalam mata uang asing masing-masing sebesar US$ 31.313 (ekuivalen sebesar Rp 272.709) dan US$ 31.981 (ekuivalen sebesar Rp 287.541) (Catatan 36). Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat kemungkinan kerugian atas aset-aset tersebut, sehingga manajemen tidak membentuk penyisihan penurunan nilai tersebut.
14. HUTANG BANK 31 Maret 2011
___________
Dolar Amerika Serikat Pihak ketiga Hutang bank sindikasi The Royal Bank of Scotland Plc (sebagai “facility agent”) PT Bank Internasional Indonesia Tbk PT Bank CIMB Niaga Tbk Jumlah
Rp
________________________
748.865.894 244.988.287 163.365.946
Rp
1.157.220.127
Rp
___________
Rp
31 Desember 2010
773.114.393 265.997.493 177.400.685
________________________
1.216.512.571
Pada tahun 1995, Perusahaan memperoleh pinjaman sebesar US$ 70.000.000 dari bank sindikasi yang dikoordinasikan (arrange) oleh Schroders International Merchant Bankers Limited (yang kemudian sejak tahun 1999 digantikan oleh The Royal Bank of Scotland Plc (RBS)). Pinjaman tersebut digunakan untuk membiayai renovasi Hotel Borobudur Jakarta.
41
The Royal Bank of Scotland Plc Sejak tahun 1998, Perusahaan tidak dapat membayar bunga atas pinjaman dan tidak berhasil memenuhi persyaratan rasio keuangan konsolidasi tertentu. Pada tanggal 17 Nopember 2000, Perusahaan memperoleh persetujuan dari kreditur untuk restrukturisasi hutang bank sindikasi. Berdasarkan Perjanjian Perubahan, yang berlaku efektif mulai tanggal 22 Desember 2000, kreditur menyetujui hal-hal sebagai berikut: 1. Bunga yang belum dibayar sejumlah US$ 15.987.587 dijadikan sebagai bagian dari pokok pinjaman dan pokok pinjaman yang baru menjadi sebesar US$ 85.987.587; 2. Sisa bunga yang masih harus dibayar sampai dengan tanggal 22 Desember 2000 sejumlah US$ 6.552.277 dihapuskan; 3. Jatuh tempo hutang bank sindikasi diperpanjang sampai bulan Desember 2005 dan masih dapat diperpanjang untuk jangka waktu maksimal 2 tahun; 4. Pinjaman baru dikenakan suku bunga sebesar LIBOR ditambah marjin 3,5% untuk 5 tahun sampai dengan tanggal 17 Nopember 2005 dan LIBOR ditambah marjin 4% apabila pinjaman diperpanjang. Pembayaran bunga ditetapkan sebesar 4% per tahun mulai tanggal 17 Nopember 2000 yang meningkat sebesar 1% setiap tahun sampai dengan tanggal 17 Nopember 2003. Selisih antara tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank dan bunga yang dibayarkan dikapitalisasi ke pokok; dan 5. Jaminan berupa pengalihan fidusia (fiduciary transfer) rekening bank (Catatan 5), piutang usaha (Catatan 6), persediaan (Catatan 8), penyerahan (assignment) penggantian asuransi, pengalihan fidusia hak atas barang tidak bergerak dan hipotik pertama atas Hotel Borobudur Jakarta khususnya tanah yang terletak di Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat (Catatan 12). Perjanjian Perubahan mencakup antara lain persyaratan (covenants) dan pembatasan mengenai pembagian dividen, merger dan akuisisi, penggunaan hasil penjualan aset, jaminan dan prosedurprosedur yang harus dilaksanakan mengenai persyaratan keuangan (financial covenant). Pada tanggal 13 Juli 2001, 24 Januari 2002 dan 22 Agustus 2002, Perusahaan menerima surat pemberitahuan dari RBS bahwa Perusahaan melanggar persyaratan dalam Perjanjian Perubahan. Berdasarkan konfirmasi dari RBS, saldo hutang bank pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 adalah sebesar US$ 85.987.587. Berdasarkan perjanjian jika Perusahaan gagal memenuhi persyaratan dalam perjanjian hutang sindikasi, bank sindikasi dapat menyatakan setiap saat seluruh jumlah hutang sindikasi yang telah direstrukturisasi, termasuk seluruh bunga masih harus dibayar atau beban dan jumlah lainnya yang terhutang, jatuh tempo segera dan harus dibayar. Sampai dengan tanggal 31 Maret 2011, Perusahaan tidak memperoleh pembebasan dari bank sindikasi atas pelanggaran akibat terpenuhinya persyaratan tersebut. Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan konsolidasi, Perusahaan sedang dalam tahap penyelesaian negosiasi dengan para kreditur untuk penyelesaian pinjaman tersebut. PT Bank Internasional Indonesia Tbk dan PT CIMB Niaga Tbk Pada tanggal 13 Desember 2010, PPJ, anak perusahaan, memperoleh pinjaman dari PT Bank Internasional Indonesia Indonesia Tbk (BII) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB) masing-masing sebesar US$ 30.000.000 dan US$ 20.000.000 dengan suku bunga sebesar 6,75% per tahun. Kedua pinjaman tersebut berjangka waktu 5 (lima) tahun. Hutang bank ini dijamin dengan piutang usaha Pacific Place Mall dan One Pacific Place, properti investasi dan penyerahan klaim asuransi (Catatan 6 dan 10).
42
Beban bunga pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing sebesar Rp 7.441.543 dan Rp 1.429.682 dan dicatat dalam akun “Beban bunga dan beban keuangan lainnya” pada laporan laba rugi konsolidasi. Beban bunga yang belum dibayar sebesar US$ 142.500 (ekuivalen sebesar Rp 1.241.032) pada tanggal 31 Maret 2011 dan US$ 147.945 (ekuivalen sebesar Rp 1.330.175) pada tanggal 31 Desember 2010 dan dicatat dalam akun “Biaya yang masih harus dibayar” pada neraca konsolidasi (Catatan 19). Pada tanggal 31 Maret 2011, saldo hutang bank dari BII dan CIMB Niaga masing-masing sebesar US$ 28.500.000 dan US$ 19.000.000 (ekuivalen sebesar Rp 248.206.500 dan Rp 165.471.000) dengan biaya transaksi yang belum diamortisasi masing-masing sebesar US$ 611.237 (ekuivalen sebesar Rp 5.323.267) dan US$ 415.138 (ekuivalen sebesar Rp 3.732.507).
15. HUTANG OBLIGASI Obligasi yang dikenal dengan “Obligasi I Jakarta International Hotels & Development Tahun 1997 dengan Tingkat Bunga Tetap”, diterbitkan dengan jumlah nominal sebesar Rp 600.000.000, dikenakan suku bunga tetap sebesar 16% per tahun yang dibayar tiap tengah tahun, dan sudah jatuh tempo pada tahun 2002. Pada tahun 1997 dan 1998, Perusahaan memperoleh kembali obligasi sejumlah Rp 81.000.000. Berdasarkan Akta No. 27 tanggal 15 Desember 1999 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, Perjanjian Wali Amanat diubah untuk memperhitungkan obligasi yang diperoleh kembali sehingga saldo tercatat adalah sebesar Rp 519.000.000. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) tanggal 11 Agustus 2004 yang telah didokumentasikan dalam Akta No. 6 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, 99,40% dari jumlah pemegang obligasi yang hadir atau 95,18% dari seluruh obligasi yang terhutang atau sama dengan Rp 494.000.000 menyetujui usulan Perusahaan: a. Penyelesaian kewajiban pokok sebesar Rp 494.000.000 dan tunggakan bunga yang diperhitungkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2003 dengan saham milik Perusahaan dalam anak perusahaan, PT Grahaputra Sentosa (GPS) dan PT Danayasa Arthatama Tbk (DA) masing-masing sebanyak 29.620.228 saham dan 484.322.097 saham. b. Sehubungan dengan butir (a), pemegang obligasi setuju melepaskan haknya untuk menuntut Wali Amanat dengan cara dan/atau bentuk apapun juga atas dasar ketentuan hukum yang berlaku sepanjang terkait dengan keputusan RUPO. Selain itu membebaskan Wali Amanat dari semua tuntutan dan/atau gugatan dalam bentuk dan/atau cara apapun juga dari siapapun juga termasuk Pemegang Obligasi yang tidak hadir dan/atau tidak diwakili dalam RUPO ini. Sedangkan untuk pemegang obligasi Iainnya sebesar Rp 25.000.000 yang mewakili 4,82% dari seluruh obligasi yang terhutang, Perusahaan menawarkan penyelesaian kewajiban pokok dan seluruh tunggakan bunga yang diperhitungkan sampai dengan posisi pada tanggal 31 Desember 2003 dengan cara penukaran sejumlah 31.156.381 saham yang dimiliki Perusahaan dalam DA. Penawaran kepada pemegang obligasi tersebut telah dilakukan oleh Perusahaan dan Wali Amanat melalui surat kabar "Harian Ekonomi Neraca" tanggal 17 Desember 2004. Batas waktu penawaran tersebut adalah sampai dengan tanggal 31 Desember 2004. Dengan demikian, terhitung sejak tanggal 31 Desember 2004, hak tagih para pemegang obligasi ditujukan langsung kepada Perusahaan dan selanjutnya sejak tanggal 1 Januari 2005, tugas Wali Amanat dan Perjanjian Perwaliamanatan berakhir. Pada bulan Desember 2008, Perusahaan melakukan penyelesaian pokok hutang obligasi sebesar Rp 3.000.000 dengan harga penyelesaian sebesar Rp 750.000. Selain itu, tunggakan bunga sebesar Rp 5.644.714 dihapuskan. Perusahaan mengakui keuntungan sebesar Rp 7.894.714 atas penyelesaian hutang obligasi dan penghapusan tunggakan bunga tersebut dan dicatat sebagai “Pos luar biasa” dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun 2008.
43
16. HUTANG USAHA a. Rincian hutang usaha menurut jenis mata uang adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011 Pihak ketiga Rupiah PT Multikon PT Karya Usaha Indah PT Multibangun Adhitama Konstruksi Pemasok hotel: PT Sukanda Jaya PT Indoguna Utama PT Causa Prima Koperasi Waroeng Kita PT Bakti Artha Reksa Sejahtera Freddy Iskandar CV Puran Jaya UD Putra Mandiri Maulana PT Pluit Cold Strorage PT Berkah Anugrah PT Cahaya Alam Perkasa PT Tirta Investama PT Aditama Persada CV Permata Bahari UD Budi Jaya PT Gama Jaya Sukses PT Bumi Maestro Ayu PT Ecolab Indonesia PT Mitraguna Adikriya Mextracom International PT Delikatessa Pemasok hotel – lain-lain (masing-masing kurang dari Rp 150 juta) Lain-lain (masing-masing kurang dari Rp 1 miliar)
Rp
Rp
Dollar Amerika Serikat PT Sarana Cendekia Abadi Lain-lain (masing-masing kurang dari Rp 1 miliar) Sub Jumlah Rp
2.928.783
682.060 622.318 321.605 310.923 247.885 238.244 223.370 220.225 214.147 208.673 199.460 193.528 169.240 163.010 152.306
1.060.629 1.301.350 492.818 333.719 271.531 163.494 201.899 345.401 283.579 266.125 171.299 210.215 192.640 173.304 267.873 217.499 211.352 197.526 179.381 176.718 160.757 152.137
11.748.718
9.864.741
8.955.817
13.507.613
29.581.302
33.332.383
2.149.119
2.149.119
1.683.745
2.368.615
3.832.864
4.517.734
-
Sub Jumlah
Jumlah
3.009.273 1.700.500 -
31 Desember 2010
33.414.166
Rp
37.850.117
44
b. Jumlah hutang usaha berdasarkan umur dihitung sejak tanggal faktur adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011
31 Desember 2010
Sampai dengan 1 bulan >1 bulan – 3 bulan >3 bulan – 6 bulan >6 bulan
Rp
20.122.808 5.766.959 124.562 7.399.837
Rp
13.925.444 15.568.256 2.506.831 5.849.586
Jumlah
Rp
33.414.166
Rp
37.850.117
17. HUTANG PAJAK 31 Maret 2011 Pajak Pertambahan Nilai – Bersih Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Pembangunan I Pajak Penghasilan Pasal 4(2) – Final Pasal 21 Pasal 23 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 29 Pajak Penjualan Barang Mewah
Rp
Jumlah
Rp
5.453.559 4.722.782 2.541.585
31 Desember 2010 Rp
4.078.606
578.738 1.032.292 639.641 2.033.034 175.490
1.605.919 2.396.783 244.919 405.347 164.181 2.239.061 1.095.530
126.268 17.303.388
5.508.518 -
Rp
17.738.864
Besarnya pajak penghasilan terhutang ditetapkan berdasarkan perhitungan pajak yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak (self-assessment). Berdasarkan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 mengenai Perubahan Ketiga atas Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Kantor Pajak dapat melakukan pemeriksaan atas perhitungan pajak dalam jangka waktu 5 tahun (dari sebelumnya 10 tahun) setelah terhutangnya pajak, dengan beberapa pengecualian, sedangkan untuk tahun pajak 2007 dan sebelumnya ketetapan tersebut berakhir paling lama pada akhir tahun pajak 2013.
18. BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR 31 Maret 2011 Pihak ketiga Bunga dan beban keuangan lainnya Beban karyawan Listrik, air dan telepon Fasilitas umum hotel Jasa profesional Lain-lain Jumlah
31 Desember 2010
Rp
156.985.644 11.688.026 9.570.209 7.424.671 3.299.630 13.366.212
Rp
161.775.908 9.246.719 9.663.611 5.862.800 11.302.526 12.336.068
Rp
202.334.392
Rp
210.187.632
Jasa profesional pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 termasuk biaya pemasaran “Pacific Place Mall”.
45
Saldo biaya yang masih harus dibayar pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 dalam mata uang asing masing-masing sebesar US$ 16.813.141 (ekuivalen sebesar Rp 146.425.644) dan US$ 17.618.586 (ekuivalen sebesar Rp 158.408.708) (Catatan 36).
19. PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA 31 Maret 2011
Sewa “Pacific Place Mall” Sewa “The Ritz-Carlton Pacific Place Residences” Penjualan “Equity Tower” Jasa telekomunikasi Sewa “One Pacific Place” Sewa dan pengelolaan kawasan Lain-lain
Rp
Jumlah
Rp
83.565.378
31 Desember 2010
Rp
11.860.343 7.210.275 4.292.850 3.176.555 2.471.169 10.508.375 123.084.945
94.645.690 8.820.821 3.862.350 3.110.960 3.875.866 7.965.476
Rp
122.281.163
Pendapatan diterima di muka dari penyewa “Pacific Place Mall”, “The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place” dan “One Pacific Place” merupakan uang muka yang diterima oleh PPJ, anak perusahaan atas sewa ruang pusat perbelanjaan “One Pacific Place”, apartemen servis dan ruang perkantoran. Pendapatan diterima di muka “Jasa telekomunikasi” merupakan uang muka yang diterima oleh AT, anak perusahaan, atas sewa ruang radio, antena dan menara. Pendapatan diterima di muka “Sewa dan pengelolaan kawasan” merupakan uang muka yang diterima oleh DA, anak perusahaan, atas sewa lahan dan pengelolaan KNTS.
20. HUTANG KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA 31 Maret 2011
31 Desember 2010
PT Cemerlang Pola Cahaya Lain-lain
Rp
1.987.742 62.500
Rp
2.052.106 64.000
Jumlah
Rp
2.050.242
Rp
2.116.106
Saldo hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 termasuk hutang dalam mata uang asing masing-masing sebesar US$ 228.240 (ekuivalen sebesar Rp 1.987.742) dan US$ 228.240 (ekuivalen sebesar Rp 2.052.106) (Catatan 36).
21. TAKSIRAN KEWAJIBAN UNTUK PEMBANGUNAN PRASARANA 31 Maret 2011
31 Desember 2010
Pembangunan prasarana Fasilitas umum dan sosial
Rp
24.862.500 23.588.125
Rp
24.862.500 23.588.125
Jumlah
Rp
48.450.625
Rp
48.450.625
46
Taksiran kewajiban untuk biaya pembangunan prasarana meliputi jalan dan terowongan, jaringan telekomunikasi, lokasi pengelolahan limbah, gardu listrik, pengalihan sungai dan penyediaan air di sekitar Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (KNTS). DA, anak perusahaan, tidak melakukan penilaian kembali atas taksiran kewajiban untuk pembangunan prasarana pada tahun 2011 dan 2010 karena tidak ada penambahan prasarana yang signifikan. Taksiran kewajiban untuk fasilitas umum dan sosial merupakan merupakan tambahan kewajiban DA sebagai pengembang yakni membangun beberapa fasilitas sosial dan fasilitas umum berdasarkan perjanjian penyelesaian kewajiban DA dan Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (PEMDA DKI) tanggal 23 Juli 2004. Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan konsolidasi, kewajiban tersebut masih belum terealisasi seluruhnya. Merupakan taksiran kewajiban untuk biaya pembangunan prasarana di sekitar Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (KNTS). Pada tahun 2002, taksiran kewajiban tersebut telah dinilai kembali oleh surveyor independen dan konsultan manajemen PT Quantech Indonesia. Komponen utama dari biaya pembangunan prasarana ini meliputi jalan dan terowongan, jaringan telekomunikasi, lokasi pengolahan limbah, gardu listrik, pengalihan sungai dan penyediaan air. Tidak ada penilaian kembali untuk taksiran kewajiban untuk pembangunan prasarana pada tahun 2010 dan 2009 karena tidak ada penambahan prasarana yang signifikan.
22. PENDAPATAN DITANGGUHKAN 31 Maret 2011 PT First Jakarta International (FJI) Bagian laba penjualan tanah DA kepada FJI pada tahun 1993 (yang sahamnya dimiliki oleh Perusahaan sebesar 9%)
Rp
PT Graha Putranusa (GPN) Bagian penggantian biaya pengembangan dan pematangan tanah dari GPN (yang sahamnya dimiliki oleh DA sebesar 5%) Jumlah
7.618.438
31 Desember 2010
Rp
1.468.449 Rp
9.086.887
7.618.438
1.468.449 Rp
9.086.887
23. KEWAJIBAN LAIN – LAIN 31 Maret 2011 Rupiah Deposit atas penjualan apartemen Setoran jaminan Pacific Place Mall The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place One Pacific Place Instalasi jaringan telepon Hotel Borobudur Jakarta Sewa dan pengelolaan kawasan Telepon Lain-lain Sub Jumlah
Rp
7.234.813
31 Desember 2010
Rp
67.387.026 9.792.699 7.370.644 6.998.625 6.757.505 2.261.530 1.161.258 42.493.053 Rp
151.457.153
7.882.671 50.381.983 7.859.335 6.983.244 7.934.276 8.278.369 4.758.255 1.818.370 51.124.901
Rp
147.021.404
47
31 Maret 2011 (Lanjutan) Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) Deposit atas penjualan “Equity Tower” Setoran jaminan Sewa dan pengelolaan kawasan Instalasi jaringan telepon Lain-lain Lain-lain PT Trireka Jasa Sentosa Bicapital Ventura Invesment Ltd. PT Honey Lady Utama Lain-lain
Rp
Rp
Rp
28.579.611
3.003.447 2.924.494
3.151.678 3.019.190 20.680
32.833.888 10.965.502 4.534.950 -
33.897.059 11.320.568 4.681.793 36.321.248
56.724.023
120.991.827
-
Sub Jumlah Jumlah
2.461.742
31 Desember 2010
208.181.176
Rp
268.013.231
Kewajiban lain-lain yang merupakan transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa masing-masing sebesar Rp 1.177.667 dan Rp 2.770.578 atau 0,06% dan 0,14% dari jumlah kewajiban pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 (Catatan 35).
24. NILAI WAJAR ASET KEUANGAN DAN KEWAJIBAN KEUANGAN Nilai wajar adalah nilai dimana suatu instrumen keuangan dapat dipertukarkan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar, dan bukan merupakan nilai penjualan akibat kesulitan keuangan atau likuidasi yang dipaksakan. Berikut adalah nilai tercatat dan estimasi nilai wajar atas aset dan kewajiban keuangan Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 31 Desember 2010: Nilai Tercatat
Aset Keuangan Kas dan setara kas Investasi Piutang usaha - bersih Aset lain-lain – setoran jaminan Jumlah Aset Keuangan
Kewajiban Keuangan Hutang bank Hutang obligasi Hutang usaha Biaya yang masih harus dibayar Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa Kewajiban lain-lain Jumlah Kewajiban Keuangan
Estimasi Nilai Wajar
Rp
180.459.209 441.619.479 59.852.395 6.850.976
Rp
180.459.209 441.619.479 59.852.395 6.850.976
Rp
688.782.059
Rp
688.782.059
Rp
1.157.220.127 22.000.000 33.414.166 208.394.760
Rp
1.157.220.127 22.000.000 33.414.166 208.394.760
2.050.242 208.181.176 Rp
1.631.260.471
2.050.242 208.181.176 Rp
1.631.260.471
48
Berikut adalah metode dan asumsi yang digunakan Perusahaan dan anak perusahaan untuk mengestimasi nilai wajar dari setiap kategori instrumen keuangan: Aset dan kewajiban keuangan dengan jangka waktu 12 bulan atau kurang Dikarenakan sifat jangka pendek dari transaksi kas dan setara kas, investasi dalam rekening giro, deposito berjangka dan efek-efek hutang, piutang usaha, piutang lain-lain tertentu, aset lain-lain (setoran jaminan), hutang bank tertentu, hutang obligasi, hutang usaha, biaya yang masih harus dibayar, hutang kepada pihak yang mempunyai istimewa dan kewajiban lain-lain tertentu, maka nilai tercatat dari aset dan kewajiban keuangan telah mendekati nilai wajarnya. Aset dan kewajiban keuangan dengan jangka waktu lebih 12 bulan Terdiri dari piutang lain-lain tertentu, aset lain-lain (setoran jaminan), hutang bank tertentu dan kewajiban lain-lain tertentu. Nilai wajarnya ditentukan dengan mendiskontokan arus kas masa datang menggunakan suku bunga yang berlaku dari transaksi pasar yang dapat diamati untuk instrumen dengan persyaratan, risiko kredit dan jatuh tempo yang sama. Instrumen keuangan tanpa kuotasi harga di pasar aktif Terdiri dari pernyataan saham. Karena tidak ada basis yang andal untuk mengukur nilai wajarnya, investasi ini dicatat sebesar biaya perolehan.
25. HAK MINORITAS ATAS ASET BERSIH DAN RUGI (LABA) BERSIH ANAK PERUSAHAAN 31 Maret 2011
31 Desember 2010
a. Hak minoritas atas aset bersih anak perusahaan: PT Pacific Place Jakarta PT Danayasa Arthatama Tbk Delfina Group Holdings Limited PT Majumakmur Arthasentosa PT Dharma Harapan Raya PT Andana Utamagraha PT Panduneka Sejahtera PT Pusatgraha Makmur PT Graha Sampoerna PT Adimas Utama PT Artharaya Unggul Abadi PT Citra Adisarana PT Citra Wiradaya PT Esagraha Puripratama PT Grahamas Adisentosa PT Grahaputra Sentosa PT Intigraha Arthayasa PT Nusagraha Adicitra PT Trinusa Wiragraga PT Panduneka Abadi PT Artha Telekomindo PT Primagraha Majumakmur
Rp
619.594.348 289.490.069 279.248.317 19.162.544 2.592.521 872.716 3.448 1.000 973 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 1 1
Jumlah
Rp
1.210.968.138
Rp
Rp
606.496.456 286.481.414 276.353.052 18.159.416 2.342.210 2.908.070 3.448 1.000 973 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 1 1 1.192.748.241
49
b. Hak minoritas atas rugi (laba) bersih anak perusahaan: 31 Maret 2011
31 Maret 2010
PT Pacific Place Jakarta PT Danayasa Arthatama Tbk Delfina Group Holdings Limited PT Majumakmur Arthasentosa PT Dharma Harapan Raya PT Andana Utamagraha
( Rp ( ( ( (
13.097.891 ) 3.008.655 ) 2.895.266 ) 1.003.129 ) 250.310 ) 2.035.354
( Rp ( ( ( ( (
Jumlah
( Rp
18.219.897 ) ( Rp
28.680.704 ) 8.348.589 ) 3.176.500 ) 1.013.883 ) 579.869 ) 447.937 ) 42.247.482)
26. MODAL SAHAM Susunan kepemilikan saham Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 berdasarkan laporan yang dibuat oleh PT Sirca Datapro Perdana, Biro Administrasi Efek, adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011 Jumlah Saham Pemegang Saham Indonesia Tn. Tomy Winata Tn. Sugianto Kusuma Tn. Santoso Gunara Pemegang saham Indonesia lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%)
Rp
Sub-jumlah Pemegang Saham Asing Pemegang saham asing lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) Jumlah
Rp
306.243.700 188.297.750 7.760.500
Persentase Kepemilikan
15,87% 9,76 0,40
Jumlah Modal Disetor
Rp
153.121.850 94.148.875 3.880.250
1.029.100.240
53,32
514.550.120
1.531.402.190
79,35
765.701.095
398.637.010
20,65
199.318.505
1.930.039.200
100,00%
Rp
965.019.600
50
(Lanjutan) 31 Desember 2010 Jumlah Saham Pemegang Saham Indonesia Tn. Tomy Winata Rp Tn. Sugianto Kusuma Tn. Santoso Gunara Pemegang saham Indonesia lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) Sub-jumlah
306.243.700 188.297.750 7.760.500
Rp
Jumlah Modal Disetor
15,87% 9,76 0,40
Rp
153.121.850 94.148.875 3.880.250
1.023.894.740
53,05
511.947.370
1.526.196.690
79,08
763.098.345
403.842.510
20,92
201.921.255
Pemegang Saham Asing Pemegang saham asing lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) Jumlah
Persentase Kepemilikan
1.930.039.200
100,00%
Rp
965.019.600
Perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya pada Bursa Efek Indonesia.
27. TAMBAHAN MODAL DISETOR – BERSIH 31 Maret 2011
Agio modal saham yang berasal dari: Penawaran Umum Saham Perdana (1984) Rp Penawaran Umum Saham Kedua (1988) Pencatatan Saham Pendiri (1989) Pencatatan Saham Private Placement (1991) Pencatatan Saham Pendiri (1992) Pencatatan Saham yang berasal dari Penukaran Waran (1992) Konversi tambahan modal disetor ke saham bonus (1994) ( Penawaran Umum Terbatas I (1996) Biaya emisi saham (Catatan 2q) ( Jumlah
Rp
6.472.000 16.585.000 2.026.000 460.000 653.998.355
31 Desember 2010
Rp
6.472.000 16.585.000 2.026.000 460.000 653.998.355
538.200.000
538.200.000
257.338.560 ) ( 275.030.586 15.996.696 ) (
257.338.560 ) 275.030.586 15.996.696 )
1.219.436.685
Rp
1.219.436.685
Biaya emisi saham merupakan biaya sehubungan dengan penerbitan hak memesan saham untuk pemegang saham Perusahaan yang dikapitalisasi pada bulan Juli 1996.
51
28. PENDAPATAN USAHA Rincian pendapatan usaha menurut bidang usahanya adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011
31 Maret 2010
Real estat Usaha hotel Jasa telekomunikasi Kontrak konstruksi Jasa manajemen perhotelan
Rp
125.460.208 112.267.216 20.942.480 14.062.934 1.153.782
Rp
261.238.834 91.945.615 18.435.554 439.463 1.295.848
Jumlah
Rp
273.886.620
Rp
373.355.314
Pada tanggal 31 Maret 2011, pendapatan real estat terutama berasal dari pendapatan sewa “Pacific Place Mall” dan ruang perkantoran “One Pacific Place”, sedangkan pada tanggal 31 Maret 2010, pendapatan real estat terutama berasal dari penjualan gedung perkantoran strata title “Equity Tower”, pendapatan sewa “Pacific Place Mall” dan ruang perkantoran “One Pacific Place”. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010, pendapatan kontrak konstruksi merupakan pendapatan untuk jasa pembangunan kompleks perkantoran strata-title “18 PARC” yang diperoleh CW, anak perusahaan (Catatan 37e). Sebesar Rp 1.784.423 atau 0,65% dan Rp 1.924.707 atau 0,51% dari pendapatan usaha konsolidasi merupakan transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa masing-masing pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 (Catatan 35). Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.
29. BEBAN POKOK PENJUALAN Rincian akun beban pokok penjualan ini adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011
31 Maret 2010
Real estat Usaha hotel Kontrak konstruksi Jasa telekomunikasi
Rp
47.213.709 24.713.893 9.906.316 4.711.295
Rp
145.918.409 18.181.086 393.947 3.763.832
Jumlah
Rp
86.545.213
Rp
168.257.274
52
30. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI Rincian akun ini adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011
31 Maret 2010
Real estat Usaha hotel Jasa telekomunikasi Jasa manajemen Kontrak kontruksi
Rp
68.751.018 74.117.596 9.426.405 2.738.517 382.720
Rp
78.139.519 64.064.506 7.787.644 1.612.390 312.298
Jumlah
Rp
155.416.255
Rp
151.916.357
Sebesar Rp 4.451.602 (2,86%) dan Rp 4.475.154 (2,95%) dari beban umum dan administrasi pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga (Catatan 35).
31. PENDAPATAN SEWA DAN PENGELOLAAN KAWASAN Rincian pendapatan sewa dan pengelolaan kawasan adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011
%
PT Lucky Strategis PT Electronic City Indonesia PT Plasma Inti Media PT Tunas Mandiri Niaga PT Danapati Abinaya Investama Surya Dharma (Sari Kuring) PT Prestasi Golf Andalan Lain-lain (masing-masing dibawah 5%)
Rp
1.682.197 1.166.908 684.049 543.189 530.227 506.755 505.240 2.312.473
21,21 14,71 8,62 6,85 6,69 6,39 6,37 29,16
Jumlah
Rp
7.931.038
100,00
31 Maret 2010
%
PT Lucky Strategis PT Electronic City Indonesia PT Plasma Inti Media PT Tunas Mandiri Niaga Surya Dharma (Sari Kuring) PT Prestasi Golf Andalan Lain-lain (masing-masing dibawah 5%)
Rp
1.771.704 1.077.477 660.966 820.629 497.989 433.590 3.294.440
20,71 12,59 7,72 9,59 5,24 5,07 39,08
Jumlah
Rp
8.556.795
100,00
Sebesar Rp 736.215 (3,29%) dan Rp 748.182 (2,49%) dari pendapatan sewa dan pengelolaan kawasan, masing-masing pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 berasal dari transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 35).
53
32. IMBALAN PASCA KERJA Besarnya imbalan pasca-kerja dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku, yakni Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003. Program pensiun iuran pasti Imbalan pasca-kerja The-Ritz Carlton Jakarta, Pacific Place (RCPP), didanai melalui program dana iuran pasti. Dana tersebut dikelola oleh DPLK Manulife Financial. Iuran pension yang ditanggung RCPP berkisar 3%-7% dari gaji pokok bulanan karyawan dan tergantung kepada masa kerja karyawan tersebut. Sampai dengan tanggal 31 Maret 2011, iuran yang ditanggung oleh RCPP sebesar Rp 85.176. Program pensiun manfaat pasti Imbalan pasca-kerja Perusahaan sebagian didanai melalui program dana pensiun manfaat pasti. Sedangkan untuk anak perusahaan, tidak diselenggarakan program dana pensiun. Dana Pensiun tersebut dikelola oleh Dana Pensiun Jakarta International Hotels & Development (DAPEN JIHD) yang pendiriannya telah disetujui oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia berdasarkan surat No. KEP-366/KM.17/2000 tanggal 2 Oktober 2000. Selama periode 31 Maret 2010 dan 2009, iuran pensiun yang ditanggung oleh Perusahaan dan karyawan masing-masing sebesar 9% dan 6% gaji pokok bulanan karyawan. Perhitungan aktuaria terakhir atas dana pensiun dan cadangan imbalan pasti pasca-kerja Perusahaan dilakukan oleh PT Prima Bhaksana Lestari, aktuaris independen, tertanggal 10 Maret 2011. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan yang berhak atas imbalan pasti pasca-kerja tersebut masing-masing sebanyak 1.708 karyawan pada tahun 2011 dan 1.732 karyawan pada tahun 2010. Rekonsiliasi jumlah nilai kini cadangan imbalan pasti pasca-kerja yang didanai dan tidak didanai pada neraca konsolidasi adalah sebagai berikut: 31 Desember 2010
Nilai cadangan imbalan pasti yang didanai Nilai wajar aktiva program
Rp (
41.139.598 33.946.411 ) 7.193.187
Nilai kini cadangan imbalan pasti yang tidak didanai Keuntungan (kerugian) aktuarial yang tidak diakui Cadangan imbalan pasti pasca-kerja
24.690.385 10.969.333 Rp
42.852.905
54
Berikut adalah rincian beban imbalan pasti pasca-kerja dan hasil aktual dari aset program: 31 Desember 2010 Beban jasa kini Beban bunga Hasil keuntungan (kerugian) yang diharapkan dari aset program Beban jasa lalu Kerugian (keuntungan) aktuarial bersih yang diakui pada periode berjalan Keuntungan kurtailmen
Rp
5.262.595 6.723.743 2.786.232 ) 212.748
(
( (
Jumlah beban imbalan pasti pasca-kerja
520.884 ) 277.738 ) Rp
8.614.232
Mutasi cadangan imbalan pasti pasca-kerja adalah sebagai berikut: 31 Desember 2010 Cadangan imbalan pasti pasca-kerja awal tahun Beban imbalan pasti pasca-kerja periode berjalan Pembayaran selama periode berjalan Penyesuaian aktuaria
Rp
45.692.103 8.614.232 5.524.837 ) 5.928.593 )
( (
Cadangan imbalan pasti pasca-kerja akhir tahun
Rp
42.852.905
Asumsi-asumsi aktuarial utama yang digunakan dalam perhitungan imbalan pasti pasca-kerja: 2010 Tabel mortalita Usia pension normal Tingkat diskonto jangka panjang Tingkat kenaikan gaji per tahun
CSO 1958,TMI-99,GAM-83
50 - 55 tahun 8,5% - 11% 9% - 10%
33. PAJAK PENGHASILAN a. Beban pajak Perusahaan dan anak perusahaan terdiri dari: 31 Maret 2011
31 Maret 2010
Pajak kini Pajak tangguhan
Rp
11.868.237 6.056.755
Rp
18.695.752 6.232.208
Jumlah
Rp
17.924.992
Rp
24.927.960
b. Pajak Kini Rekonsiliasi antara laba (rugi) sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi konsolidasi dengan akumulasi rugi fiskal untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut:
55
(Lanjutan) 31 Maret 2011 Laba sebelum pajak menurut laporan laba rugi konsolidasi Rp Rugi (laba) anak perusahaan sebelum pajak (
54.315.155 Rp 45.563.990 ) (
Laba (rugi) Perusahaan sebelum pajak Perbedaan temporer: Perbedaan penyusutan antara fiskal dan komersial Penyisihan piutang ragu-ragu Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha Laba penjualan aset tetap
Perbedaan tetap: Kesejahteraan karyawan Pendapatan bunga yang telah dikenakan pajak final (
6.304.796
4.486.489 300.000
3.231.990 300.000 455.377 -
5.169.752
3.987.367
2.955.329
2.661.808
369.807 ) (
Bersih
578.530 )
2.585.522 Rp
83.201.119 76.896.323 )
8.751.165
300.263 83.000
Jumlah
Laba kena pajak periode berjalan
31 Maret 2010
16.506.439
2.083.278 Rp
12.375.441
34. LABA BERSIH PER SAHAM DASAR Perhitungan laba bersih per saham dasar adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011 Laba bersih
Rp
Jumlah saham beredar Laba bersih per saham dasar
18.170.266
31 Maret 2010 Rp
1.930.039.200 Rp
9,41
16.025.677 1.930.039.200
Rp
8,30
35. SIFAT DAN TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA Sifat Hubungan Istimewa Perusahaan yang pemegang saham atau sebagian pengurus atau manajemennya baik secara langsung maupun tidak langsung sama dengan Perusahaan dan anak perusahaan yaitu: • • • • • •
PT Arthagraha General Insurance PT Arthagraha Sentral PT Bank Artha Graha Internasional Tbk PT Berkat Surya Sentrajaya PT Bhakti Artha Reksa Sejahtera PT Bina Mulia Unika
• • • • • •
PT Cemerlang Pola Cahaya Discovery Kartika Plaza Hotel PT First Jakarta International PT Graha Artha Sentosa Sejahtera PT Graha Putranusa PT Kharisma Arya Paksi
56
Transaksi Hubungan Istimewa Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi-transaksi tertentu dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. a. Rincian jenis transaksi yang signifikan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011
31 Desember 2010
Aset Kas dan setara kas PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Bank Deposito Berjangka Jumlah Investasi Penyertaan saham PT First Jakarta International (FJI) PT Bina Mulia Unika (BMU) PT Graha Putranusa (GPN) Jumlah Piutang Usaha PT Arthagraha Sentral Discovery Kartika Plaza Hotel PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Lain-lain Jumlah Piutang lain-lain PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Lain-lain Jumlah Biaya dibayar di muka PT Arthagraha General Insurance PT Buanagraha Arthaprima PT First Jakarta International Jumlah Aset lain-lain PT Buanagraha Arthaprima PT First Jakarta International Lain-lain Jumlah
Rp
18.668.989 47.984.783
Rp
34.946.834 57.110.248
Rp
67.524.673
Rp
92.057.082
Rp
45.600.000 5.888.448 5.000.000
Rp
45.600.000 5.888.437 5.000.000
Rp
56.488.448
Rp
56.488.437
Rp
2.798.278 919.161 65.078 1.630.489
Rp
3.044.123 817.448 125.981 1.589.757
Rp
5.413.006
Rp
5.577.309
Rp
79.530 7.608
Rp
33.586 65.419
Rp
87.138
Rp
99.005
Rp
4.019.953 226.837
Rp
2.901.394 68.416 71.034
Rp
4.246.790
Rp
3.040.844
Rp
778.399 91.941 122.712
Rp
784.099 94.918 54.228
Rp
993.052
Rp
933.245
-
57
31 Maret 2011
31 Desember 2010
(Lanjutan) Kewajiban Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa PT Cemerlang Pola Cahaya Lain-lain Jumlah Pendapatan ditangguhkan PT First Jakarta International (FJI) PT Graha Putranusa (GPN) Jumlah Kewajiban lain-lain PT Bank Artha Graha Internasional Tbk PT First Jakarta International (FJI) Jumlah
Rp
1.987.742 62.500
Rp
2.052.106 64.000
Rp
2.050.242
Rp
2.052.106
Rp
7.618.438 1.468.449
Rp
7.618.438 1.468.449
Rp
9.086.887
Rp
9.086.887
Rp
960.167 217.500
Rp
2.553.078 217.500
Rp
1.177.667
Rp
2.770.578
31 Maret 2011 Pendapatan usaha Discovery Kartika Plaza Hotel PT First Jakarta International (FJI) Lain-lain Jumlah Beban umum dan administrasi PT Arthagraha General Insurance PT Buanagraha Arthaprima PT Bhakti Artha Reksa Sejahtera Jumlah Penghasilan lain-lain Pendapatan sewa dan pengelolaan kawasan
31 Maret 2010
Rp
1.033.782 350.450 400.191
Rp
1.175.848 351.450 397.409
Rp
1.784.423
Rp
1.924.708
Rp
2.477.946 1.566.971 406.685
Rp
2.730.054 1.308.125 436.975
Rp
4.451.602
Rp
4.475.154
Rp
736.215
Rp
748.182
Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi perbankan dengan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (BAGI) sehubungan dengan aktivitas operasional dan kebutuhan modal kerja. Pendapatan bunga yang diperoleh dari BAGI sebesar Rp 663.841 pada tanggal 31 Maret 2011 (54,56% dari pendapatan bunga) dan sebesar Rp 896.693 pada tanggal 31 Maret 2010 (78,29% dari pendapatan bunga). b. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010, Perusahaan dan anak perusahaan mengasuransikan persediaan, properti investasi, dan aset tetap kecuali tanah kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI) (Catatan 7, 10 dan 11). c. AT, anak perusahaan, mengadakan perjanjian kerjasama di bidang telekomunikasi dengan PT First Jakarta International, PT Buanagraha Arthaprima dan PT Graha Putranusa (Catatan 37).
58
Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga. Tidak terdapat transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa baik yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengan kegiatan usaha utama perusahaan, yang didefinisikan sebagai transaksi benturan kepentingan berdasarkan peraturan BAPEPAM-LK No.IX.E-1 ”Benturan Kepentingan”.
36. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN Risiko-risiko utama yang timbul dari instrumen keuangan yang dimiliki Perusahaan dan anak perusahaan adalah risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko kredit dan risiko likuiditas. Kegiatan operasional Perusahaan dan anak perusahaan dijalankan secara berhati-hati dengan mengelola risiko-risiko tersebut agar tidak menimbulkan potensi kerugian bagi Perusahaan dan anak perusahaan. Risiko Suku Bunga Risiko Suku Bunga adalah risiko dimana nilai wajar atau arus kas kontraktual masa datang dari suatu instrumen keuangan akan terpengaruh akibat perubahan suku bunga pasar. Eksposur Perusahaan dan anak perusahaan yang terpengaruh risiko suku bunga terutama terkait dengan hutang bank. Walaupun Perusahaan dan anak perusahaan memiliki hutang dengan suku bunga tetap, manajemen juga melakukan penelaahan atas suku bunga yang telah ditetapkan, apabila suku bunga pasar turun secara signifikan, manajemen akan melakukan negoisasi untuk menurunkan suku bunga tersebut.
Risiko Nilai Tukar Risiko nilai tukar adalah risiko bahwa nilai wajar atau arus kas kontraktual masa depan dari suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi akibat perubahan nilai tukar. Eksposur Perusahaan dan anak perusahaan yang terpengaruh risiko nilai tukar yang terutama berhubungan dengan investasi pada efek-efek hutang, piutang lain-lain, hutang bank, biaya yang masih harus dibayar dan kewajiban. Transaksi umum yang dilakukan Perusahaan dan anak perusahaan (seperti: penjualan, pembelian dan beban usaha) sebagian besar menggunakan mata uang Rupiah. Manajemen melakukan review berkala atas eksposur mata uang asing. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010, Perusahaan dan anak perusahaan mempunyai aset dan kewajiban dalam mata uang asing sebagai berikut:
59
31 Maret 2011 Dolar A.S.
31 Desember 2010
Ekuivalen dalam Rupiah
Dolar A.S.
Ekuivalen dalam Rupiah
Aset Kas dan setara kas Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga
1.287.843 6.488.795
11.215.823 56.510.916
2.254.355 4.410.193
20.268.910 39.652.041
Investasi Pihak ketiga
44.282.629
385.657.414
44.282.568
398.144.564
Piutang usaha Pihak ketiga
289.624
2.522.338
604.810
5.437.847
Piutang lain-lain Pihak ketiga
270.075
2.352.087
290.947
2.615.905
10.557 20.756
91.941 180.768
10.557 21.424
94.918 192.623
52.650.279
458.531.287
51.874.854
466.406.808
Hutang bank Pihak ketiga
132.876.350
1.157.220.127
135.303.367
1.216.512.571
Hutang usaha Pihak ketiga
440.103
3.832.864
502.473
4.517.734
16.813.141
146.425.644
17.618.586
158.408.708
Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
228.240
1.987.742
228.240
2.052.106
Kewajiban lain-lain Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga
135.824 6.513.265
1.182.890 55.541.133
291.772 13.165.118
2.623.323 118.368.504
157.006.923
1.366.190.400
167.109.556
1.502.482.946
Aset Lain-lain Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga Jumlah Aset
Kewajiban
Biaya masih harus dibayar Pihak ketiga
Jumlah Kewajiban Kewajiban Bersih
(
104.356.644) (
907.659.113 ) ( 115.234.702) ( 1.036.076.138)
Kurs konversi yang digunakan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 diungkapkan pada Catatan 2d laporan keuangan konsolidasi.
60
Risiko Kredit Risiko kredit adalah risko bahwa Perusahaan dan anak perusahaan akan mengalami kerugian yang timbul dari pelanggan atau pihak lawan akibat gagal memenuhi kewajiban kontraktualnya. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat risiko kredit yang terkonsentrasi secara signifikan. Perusahaan dan anak perusahaan mengendalikan risiko kredit dengan cara melakukan hubungan usaha dengan pihak lain yang memiliki kredibilitas, menetapkan kebijakan verifikasi dan otorisasi kredit, serta memantau kolektibilitas piutang secara berkala untuk mengurangi jumlah piutang tak tertagih. Berikut adalah eksposur neraca konsolidasi yang terkait risiko kredit pada tanggal 31 Maret 2011: Jumlah Bruto Pinjaman yang diberikan dan piutang Kas dan setara kas Investasi Rekening giro Deposit berjangka Efek-efek hutang Piutang usaha Piutang lain-lain Aset lain-lain Tersedia untuk dijual Penyertaan saham Jumlah
Rp
407.657 388.339 385.131.031 67.791.204 12.468.391 9.394.270
Jumlah Neto
Rp
50.600.000 Rp
526.180.892
407.657 388.339 385.131.031 59.852.395 12.364.178 9.394.270 50.600.000
Rp
518.137.870
Risiko Likuiditas Risiko likuiditas adalah risiko yang timbul dari kemungkinan Perusahaan dan anak perusahaan mengalami kesulitan pendanaan untuk memenuhi komitmen dan kewajiban Perusahaan dan anak perusahaan kepada pihak kreditur pada saat jatuh tempo pembayaran. Dalam pengelolaan risiko likuiditas, manajemen memantau dan menjaga jumlah kas dan setara kas yang dianggap memadai untuk membiayai operasional Perusahaan dan anak perusahaan dan untuk mengatasi dampak fluktuasi arus kas. Manajemen juga melakukan evaluasi berkala atas proyeksi arus kas dan arus kas aktual, termasuk jadwal jatuh tempo hutang, dan terusmenerus melakukan penelaahan pasar keuangan untuk mendapatkan sumber pendanaan yang optimal.
37. IKATAN, KONTINJENSI DAN PERKARA HUKUM a. Perjanjian dengan PT Dharma Harapan Raya (DHR) Pada tahun 1999, Perusahaan menandatangani Perjanjian Pengoperasian dan Pengelolaan hotel dengan DHR untuk mengawasi, mengoperasikan, mengelola dan mengendalikan usaha Hotel Borobudur Jakarta. Sebagai kompensasinya, Perusahaan membayar imbalan jasa manajemen, teknis dan pemasaran kepada DHR. Perjanjian dengan DHR berlaku untuk periode sepuluh tahunan dimulai dari tanggal 1 Januari 1999, setelah perjanjian ini berakhir, kedua belah pihak dapat memperpanjang kembali perjanjian ini untuk jangka waktu dua periode lima tahunan. DHR akan menerima imbalan jasa manajemen dengan tarif setinggi-tingginya sebesar 8% dari laba usaha kotor seperti yang disebutkan dalam perjanjian. DHR juga memperoleh imbalan jasa teknis atas jasa-jasa yang diberikan, yang meliputi kegiatan usaha, keuangan, personalia, pembelian dan kendali mutu. Jumlah imbalan jasa akan dibayarkan sesuai persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian.
61
DHR juga mengenakan jasa pemasaran untuk tahun pertama dan kedua yang dihitung sebesar 0,5% dari pendapatan usaha hotel, sedangkan untuk tahun berikutnya sebesar 1% dari pendapatan usaha Hotel. Pada bulan Nopember 2008, Perusahaan dan DHR memperbaharui Perjanjian atas Pengoperasian dan Pengelolaan hotel yang berlaku untuk jangka waktu dua periode lima tahunan terhitung tanggal 1 Januari 2009. Di dalam perjanjian baru tersebut terdapat beberapa perubahan syarat dan kondisi, di antaranya, perubahan dasar perhitungan imbalan jasa manajemen, peningkatan jasa pemasaran menjadi sebesar 2% dari pendapatan usaha hotel dan imbalan jasa teknis sebesar US$ 600.000 per tahun. Pendapatan DHR yang diperoleh dari Hotel Borobudur Jakarta telah dieliminasi dalam laporan keuangan konsolidasi. b. Perjanjian dengan International Hotel Licensing Company (IHLC) Pada tanggal 31 Maret 2006, PT Pacific Place Jakarta (PPJ) mengadakan perjanjian dengan International Hotel Licensing Company (IHLC) yang berlaku untuk jangka waktu 20 tahun terhitung sejak tanggal dimulainya kegiatan operasional (22 Nopember 2007) dan dapat diperpanjang kembali untuk jangka waktu sampai 10 tahun. c. Perjanjian dengan Conrad International Investment Corporation (Conrad) dan Perusahaan Afiliasinya Pada tahun 1994, PT Danayasa Arthatama Tbk (DA), dan Conrad menandatangani perjanjian dimana kedua belah pihak sepakat untuk membentuk perusahaan patungan dengan nama PT Jakarta International Artha (JIA), dimana JIA akan memperoleh secara unit strata, mengembangkan, memiliki dan mengoperasikan hotel internasional berbintang lima yang terletak di Lot 3 KNTS. Selanjutnya, pada tahun 1997 Conrad telah membayar uang muka pemesanan saham JIA sebesar USD 6.933.000. Berdasarkan Perjanjian Penghentian (Termination Agreement) tanggal 22 Juli 2005 yang dibuat oleh DA, Conrad dan JIA disepakati untuk menghentikan perjanjian kerjasama tersebut di atas. Selanjutnya, para pihak tersebut menyetujui untuk menyelesaikan pembayaran uang muka pemesanan saham dari Conrad kepada JIA sebesar US$ 6.993.000 dengan cara sebagai berikut: 1.
Penyerahan saham yang dimiliki DA pada PT Majumakmur Arthasentosa (MAS) senilai US$ 3.846.150 atau sebesar 10% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh MAS; dan
2.
DA akan menyetorkan dana ke MAS untuk kepentingan Conrad sebesar US$ 3.146.850 sebagai pinjaman subordinasi dari Conrad kepada MAS (Pinjaman Subordinasi Conrad).
Apabila pengalihan saham dimiliki DA pada MAS kepada Conrad telah efektif dan DA telah menyediakan Pinjaman Subordinasi Conrad kepada MAS, maka kewajiban JIA kepada Conrad akan dianggap tuntas. d. Perjanjian Kerjasama AT, anak perusahaan, telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan berbagai pihak berkaitan dengan sarana telekomunikasi. e. Perjanjian antara PT Citra Wiradaya (CW) dengan PT Kingsland International (KI) CW memiliki sebidang tanah yang terletak di Lot 18 (Kavling A, B, C, D, E dan F) KNTS. Pada tanggal 20 April 2008, CW menandatangani Perjanjian Pokok dengan KI dimana CW akan menjual Kavling B, C, D dan E (BCDE) dengan luas keseluruhan 5.910 meter persegi kepada KI, dan KI akan menunjuk CW untuk membangun gedung perkantoran di BCDE. Sedangkan, Kavling A tetap dimiliki oleh CW. Perjanjian Pokok juga menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat
62
untuk mendirikan PT Bina Mulia Unika (BMU) yang akan memiliki tanah dan bangunan yang terletak di Kavling F seluas 477 meter persegi. BMU ditunjuk sebagai pengelola gedung kepada pihak lain yang ditunjuk oleh CW sebagai pengelola selama 5 tahun sejak gedung BCDE diserahkan kepada KI atau pihak lain yang ditunjuk olehnya dan gedung F diserahkan kepada BMU. Pengelolaan gedung oleh pihak lain yang ditunjuk oleh CW akan berlaku selama Kavling dan gedung masih dimiliki oleh CW. Pada tanggal 23 Januari 2009, KI menunjuk PT Bangun Cipta Graha (BCG), PT Citra Graha Manunggal (CGM), PT Dian Graha Cipta (DGC), da PT Eka Adi Graha (EAG), anak-anak perusahaan dari KI, untuk menandatangani Akta Jual Beli dengan CW sehubungan dengan perjanjian di atas dimana CW menjual Kavling B, C, D dan E masing-masing kepada BCG, CGM, DGC, dan EAG serta Kavling F kepada BMU. Pada bulan Maret 2009, CW menjual penyertaan sahamnya dalam BMU sebesar 80% kepada BCG, CGM, DGC dan EAG (masing-masing sebesar 20%) seharga Rp 240.000.000, yang mengakibatkan persentase kepemilikan saham CW dalam BMU berkurang menjadi 20%. 38. INFORMASI SEGMEN Informasi segmen tentang Perusahaan dan anak perusahaan untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut: Segmen Primer Perusahaan dan anak perusahaan dikelola dan dikelompokkan dalam divisi usaha yang terdiri dari hotel, real estat, jasa telekomunikasi dan jasa manajemen perhotelan. Divisi usaha ini juga digunakan sebagai dasar pelaporan informasi segmen primer. Informasi bentuk segmen primer yang berupa segmen usaha Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011 a. Aset Real estat Hotel Jasa telekomunikasi Jasa manajemen
Rp
Jumlah sebelum eliminasi Eliminasi Jumlah setelah eliminasi
3.551.689.552 2.627.061.735 72.441.726 7.308.551
31 Desember 2010
Rp
6.258.501.564 1.471.485.142 Rp
4.687.016.422
6.235.268.229 1.458.967.259 Rp
31 Maret 2011 b. Pendapatan Real estat Hotel Jasa telekomunikasi Kontrak konstruksi Jasa manajemen
Rp
Jumlah sebelum eliminasi Eliminasi Jumlah setelah eliminasi
125.539.488 112.267.216 20.942.481 14.062.933 3.611.537
273.886.620
4.776.300.970
31 Maret 2010
Rp
276.423.655 2.537.035 Rp
3.530.556.173 2.631.971.019 66.505.769 6.235.268
261.238.834 91.945.615 18.435.554 439.463 3.778.187 375.837.653 2.482.339
Rp
373.355.314
63
31 Maret 2011 (Lanjutan) c. Laba Usaha Real estat Hotel Jasa telekomunikasi Jasa manajemen
Rp (
Jumlah sebelum eliminasi Eliminasi Jumlah setelah eliminasi
31 Maret 2010
32.459.562 Rp 7.984.057 ) ( 6.655.906 793.741 31.925.152 -
Rp
31.925.152
52.670.522 8.772.242 ) 7.286.618 1.996.785 53.181.683 -
Rp
53.181.683
39. PENERBITAN STÁNDAR AKUNTANSI KEUANGAN Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan revisi Pernyataan Stándar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Stándar Akuntansi Keuangan (ISAK). Stándar-stándar akuntansi keuangan tersebut akan berlaku efektif sebagai berikut: Periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011 PSAK 1.
PSAK 1 (Revisi 2009), Penyajian Laporan Keuangan
2.
PSAK 2 (Revisi 2009), Laporan Arus Kas
3.
PSAK 3 (Revisi 2010), Laporan Keuangan Interim
4.
PSAK 4 (Revisi 2009), Laporan Keuangan Konsolidasi dan Laporan Keuangan Tersendiri
5.
PSAK 5 (Revisi 2009), Segmen Operasi
6.
PSAK 7 (Revisi 2010), Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
7.
PSAK 8 (Revisi 2010), Peristiwa Setelah Periode Pelaporan
8.
PSAK 12 (Revisi 2009), Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama
9.
PSAK 15 (Revisi 2009), Investasi Pada Entitas Asosiasi
10. PSAK 19 (Revisi 2010), Aset Tidak Berwujud 11. PSAK 22 (Revisi 2010), Kombinasi Bisnis 12. PSAK 23 (Revisi 2010), Pendapatan 13. PSAK 25 (Revisi 2009), Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan 14. PSAK 48 (Revisi 2009), Penurunan Nilai Aset 15. PSAK 57 (Revisi 2009), Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset Kontijensi 16. PSAK 58 (Revisi 2009), Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
64
ISAK 1.
ISAK 7 (Revisi 2009), Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus
2.
ISAK 9, Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi, dan Liabilitas Serupa
3.
ISAK 10, Program Loyalitas Pelanggan
4.
ISAK 11, Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik
5.
ISAK 12, Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer
6.
ISAK 14 (2010), Biaya Situs Web
7.
ISAK 17 (2010), Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai
Periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012 PSAK 1.
PSAK 10 (Revisi 2010), Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing
2.
PSAK 18 (Revisi 2010), Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya
3.
PSAK 24 (Revisi 2010), Imbalan Kerja
4.
PSAK 46 (Revisi 2010), Akuntansi Pajak Penghasilan
5.
PSAK 50 (Revisi 2010), Instrumen Keuangan: Penyajian
6.
PSAK 60 (Revisi 2010), Instrumen Keuangan: Pengungkapan
ISAK 1.
ISAK 13 ( 2010), Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri
2.
ISAK 15, PSAK 24-Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya
3.
ISAK 20, Pajak Penghasilan-Perubahan Dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Saham
Perubahan dan anak perusahaan masih mengevaluasi dampak penerapan PSAK dan ISAK revisi di atas dan dampak terhadap laporan keuangan konsolidasi dari penerapan PSAK dan ISAK revisi tersebut belum dapat ditentukan.
40. REKLASIFIKASI AKUN Beberapa akun dalam laporan keuangan konsolidasi untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2010 telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian laporan keuangan konsolidasi untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011.