MEMPERKENALKAN READABLE ENGLISH
Pendekatan transformasional yang membantu pelajar Indonesia untuk belajar dan agar senang membaca dalam Bahasa Inggris
PT Destania Pustaka Kalimasada
1
DAFTAR ISI
Pengantar
Penghargaan dan dukungan untuk Readable English
Bab 1 - Fenomena kemahiran berbahasa di Indonesia Bab 2 – Otak belajar Bab 3 – Otak membaca Bab 4 - Readable English - pendekatan baru dalam belajar membaca dan melafalkan Bahasa Inggris Bab 5 - Penilaian hasil menggunakan Readable English
Testimonials
2
PENGANTAR
Buklet ini diadaptasi dari buku karya Christopher Stephen dan Ann Fitts yang berjudul Readable English – why learning to read English is so hard and how to make it easier, yang dapat diunduh secara gratis dalam bentuk eBook dari situs Readable English. Buklet ini ditulis dengan keyakinan bahwa materi di dalamnya berpotensi untuk mengubah cara pelajar Indonesia belajar membaca dan melafalkan Bahasa Inggris. Karya Stephen dan Fitts ini bermula dari keinginan untuk mengatasi kesulitan membaca yang seringkali dialami oleh mereka yang berada di lingkungan berbahasa Inggris dan berusaha untuk dapat membaca. Kesulitan tersebut disebabkan antara lain oleh kurangnya akses ke pendidikan, disleksia atau penyakit. Akan tetapi, belakangan ini, manfaat pendekatan baru tersebut semakin terlihat bagi para pelajar Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as a Second Language). Buklet ini menjelaskan mengapa Readable English menjadi suatu pendekatan baru yang menarik bagi para pelajar Indonesia. Pada dasarnya, Readable English memodifikasi kata-kata Bahasa Inggris menjadi lebih fonetis dan, lain dari sistem fonetik seperti International Phonetic Alphabet, modifikasi tersebut tetap mempertahankan ejaan asli sesuai Bahasa Inggris yang standar. Para pembaca dapat berlatih membaca dan pelafalan secara mandiri serta percaya diri sejak awal tanpa perlu meminta bantuan dari orang lain mengenai pelafalan yang benar. Proses ini membantu pemahaman membaca dan pada akhirnya membantu pula dalam menguasai kemahiran Bahasa Inggris lainnya seperti kosakata, tata bahasa dan sintaks. Tidak seperti Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa fonetis di mana pengejaannya sesuai dengan pelafalannya, Bahasa Inggris merupakan bahasa yang tidak fonetis. Riset yang dilakukan oleh Stephen dan Fitts membawa mereka pada kesimpulan bahwa pengejaan yang tidak beraturan dalam Bahasa Inggris merupakan faktor penghambat utama dalam proses menguasai bahasa tersebut serta bagi mereka yang mempelajari Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Kesimpulan ini didukung oleh riset yang menemukan bahwa anak-anak membutuhkan waktu 2,5 tahun untuk belajar membaca dalam Bahasa Inggris agar dapat mencapai kemampuan dasar membaca setara dengan yang dapat dicapai oleh anak-anak yang belajar bahasa fonetis dalam waktu satu tahun.1 Sesungguhnya, jumlah kata-kata yang tidak fonetis dalam Bahasa Inggris mencapai sekitar setengah dari jumlah kosakata yang ada! Contoh sederhana adalah tujuh cara melafalkan huruf 'u' pada kata ‘up’, ‘use’, ‘put’, ‘fruit’, ‘busy’, ‘quick’, ‘bury’. Kata-kata yang biasanya sulit dilafalkan oleh pelajar pemula Bahasa Inggris adalah ‘sure’, ‘friend’ dan ‘cough’. Bagi para pelajar tingkat lanjut, contoh kata-kata yang pelafalannya sering menimbulkan kebingungan adalah ‘technique’, ‘dystopia’, ‘hyperbole’, ‘colleague’ ‘genre’, ‘psychology’, ‘miscellaneous’, ‘entrepreneur’, ‘archaic’, ‘weird’, ‘indict’, ‘conscience’, ‘rhythm’, ‘liaison’, dan bahkan kata ‘pronunciation’. Terminologi ilmiah atau teknik seringkali juga akan memunculkan kesulitan dalam pelafalannya.
1
Seymore PHK, Aro M dan Erskine JM (2003), Foundation literacy acquisition in European orthographies, dikutip dalam Seymour, PHK (2004), Early Reading Development in European Orthographies http://www.pitt.edu/~perfetti/PDF/Seymour.pdf [diakses pada tanggal 24 Februari 2017].
3
Bukti bersifat anekdot menunjukkan bahwa banyak orang Indonesia, bahkan mereka yang telah lulus dari universitas, segan untuk berbicara dan terutama menulis dalam Bahasa Inggris formal. Hal ini mungkin tidak banyak terlihat di Jakarta di mana lingkungan kerja sehari-hari yang merupakan dunia bisnis komersial dan melibatkan banyak perusahaan asing yang mensyaratkan kemampuan Bahasa Inggris. Akan tetapi, dalam konteks ini, banyak orang Indonesia cenderung menghindar dari keharusan untuk membaca teks yang panjang atau menulis dokumen, surat atau artikel dalam Bahasa Inggris. Jika peningkatan tingkat literasi Bahasa Indonesia tetap menjadi prioritas utama nasional, kemahiran berbahasa Inggris lambat laun juga menjadi faktor penting bagi kemajuan Indonesia. Kemampuan itu berperan penting dalam meraih keberhasilan di sekolah, universitas dan tempat kerja. Selain itu, akses ke Bahasa Inggris berarti bahwa seseorang memiliki akses ke ilmu pengetahuan yang tersedia dalam Bahasa Inggris, mulai dari topik tentang kemajuan sains dan teknologi, analisis sosial, historis, politik dan ekonomi hingga filosofi, sastra dan seni. Kenyataan ini semakin disadari, sebagian karena sistem pendidikan itu sendiri, sebagaimana dijelaskan di 2015 oleh Prof. Dr. Mahsun, M.S., Kepala Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah di mana para guru diminta untuk mampu memahami Bahasa Inggris dan menerjemahkan pemahamannya ke dalam Bahasa Indonesia. 2 H Mahsun juga menyebutkan mengenai perlu adanya ‘suatu upaya yang lebih berkesinambungan bagi para pelajar Indonesia untuk mempelajari Bahasa Inggris di sekolah agar dapat meningkatkan daya saing dan kompetensi global mereka di masa mendatang'.3 Ada banyak tantangan dalam usaha meningkatkan kemahiran berbahasa Inggris di Indonesia. Beberapa di antaranya berkaitan dengan kompleksitas Bahasa Inggris itu sendiri sedangkan hambatan lainnya timbul dari kurangnya akses pada materi buku bacaan Bahasa Inggris. Kecil kemungkinan toko buku di luar kota-kota besar dapat menyediakan buku-buku berbahasa Inggris; bahkan jaringan toko buku besar seperti Gramedia lebih mengutamakan terjemahan buku Bahasa Inggris dibandingkan dengan buku asli yang berbahasa Inggris. Akan tetapi, ada faktor pendorong penting dalam peningkatan kemahiran Bahasa Inggris yaitu paparan yang lebih besar terhadap Bahasa Inggris di Internet dan media sosial. Generasi muda Indonesia khususnya tertarik dengan aspek budaya ketika belajar Bahasa Inggris, dan akses baru terhadap informasi di Internet telah memperbesar keingintahuan mereka mengenai dunia internasional di mana hal tersebut hanya dapat dipuaskan dengan kemampuan membaca dalam Bahasa Inggris. Pembuatan Readable English, yang diselesaikan oleh Stephen dan FItts dalam waktu lebih dari lima tahun, merupakan sarana tambahan yang tepat bagi pengajar Bahasa Inggris di Indonesia serta bagi mereka yang ingin meningkatkan kemampuan berbahasa Inggrisnya. Readable English telah menerima berbagai macam penghargaan dan saat ini telah dipraktikkan di Australia, AS, Spanyol, India dan UAE. Readable English tersedia sebagai program pembelajaran komprehensif yang mencakup:
2 3
12 bagian panduan mengajar lengkap yang disertai dengan rencana pengajaran tertulis
situs yang dilengkapi dengan pelajaran, aktivitas, lagu-lagu dan video-video
Dylan Amirio, ‘RI records third-highest English language proficiency in SE Asia’, Jakarta Post, 30 Januari 2015. Ibid.
4
aplikasi yang dapat mengembangkan kemampuan membaca dan pelafalan
materi yang dapat dicetak yang mencakup permainan menarik dan latihan interaktif yang menghibur
sebuah eReader yang memungkinkan para pelajar untuk mengambil dan mengkonversi dokumennya ke dalam bentuk Readable English
toko buku online dengan versi elektronik dari buku-buku populer yang dikonversi ke dalam bentuk Readable English.
5
PENGHARGAAN DAN DUKUNGAN YANG DITERIMA OLEH READABLE ENGLISH NEAS Premium Product Endorsement 2016 Readable English mendapatkan penghargaan NEAS Premium Product Endorsement pada tahun 2016. http://www.neas.org.au/premium-endorsed-products/ The National English Language Teaching Accreditation Scheme (NEAS) mensponsori pusat Bahasa Inggris di universitas dan sekolah menengah. Pusat Bahasa tersebut distandarisasi NEAS, yang diakui dan diterima secara internasional oleh para pelajar, pengajar, lembaga dan pemerintah. REVERE Awards 2016 Readable English menjadi finalis dalam ajang REVERE Awards 2016. Finalis Supplemental Resources, untuk kategori inovasi. Accelerator Event 2015 Accessible Publishing Systems Pty Ltd (dengan Readable English) diundang untuk memaparkan salah satu dari delapan start-up inovatif di NSW Parliament House. http://www.startupweeksydney.com.au/event/accelerate-at-nsw-parliament-house/ Anthill Smart 100 Innovation Awards 2015 Readable English terdaftar sebagai salah satu dari 100 besar produk inovatif unggulan di Australia. Dalam pemeringkatan terakhir, Readable English termasuk dalam peringkat 25 besar. Anthills SMART 100 Index dikembangkan pada tahun 2008 untuk mengidentifikasi dan melakukan pemeringkatan terhadap 100 produk paling inovatif di Australia. Dengan 100 inovasi yang dipantau dan diberi peringkat setiap tahun, penghargaan tersebut merupakan program penghargaan terbesar yang didedikasikan khusus untuk inovasi. http://anthillonline.com/smart-100/ 2014 iAwards Pada tahun 2014, Accessible Publishing Systems Pty Ltd (dengan Readable English) adalah: -
Pemenang Research and Development Award untuk negara bagian NSW http://www.iawards.com.au/index.php/winners/2014-winners/2014-winners-nsw National Merit Recipient for Research and Development http://www.iawards.com.au/index.php/winners/2014-winners#redev
Australian Technology Showcase Readable English telah ditampilkan dalam Australian Technology Showcase sejak tahun 2013. http://www.ats.business.gov.au/companies-and-technologies/education/accessible-publishing-systems Commercialisation Australia Dukungan Commercialisation Australian dimanfaatkan untuk membantu Accessible Publishing Systems Pty Ltd dalam komersialisasi Readable English, meningkatkan literasi di Australia, meningkatkan kefasihan Bahasa Inggris di kalangan penutur asing, serta mencapai penjualan yang signifikan di tingkat nasional dan internasional. http://www.business.gov.au/advice-and-support/EIP/Accelerating-Commercialisation/Pages/ACPortfolioParticipant.aspx?PageContentID=468 NSW Government Tech Voucher Readable English mendapatkan voucher dari NSW Government Tech untuk bekerja sama dengan profesor di University of Sydney yang memiliki spesialisasi dalam psikologi membaca. http://ww3.business.nsw.gov.au/TechVouchers/Home.aspx
6
Ed:Spark 2014 Readable English menjadi finalis dalam Australian Ed:Tech Startup Pitching Event, yang disponsori oleh Optus Innov8 Seed Team. 2012 Book Industry Digital Innovation Award Accessible Publishing Systems juga mendapatkan penghargaan 2012 Book Industry Digital Innovation Award. http://abiawards.com.au/current-winners/
7
Bab 1 Fenomena Kemahiran Berbahasa di Indonesia
Indonesia menghadapi tantangan ganda dalam meningkatkan tingkat literasi Bahasa Indonesia warga negaranya sekaligus kemahiran berbahasa Inggris untuk membuat Indonesia menjadi tempat yang tepat bagi perekonomian global dan aktivitas internasional. Tercapainya tingkat literasi yang tinggi dalam berbahasa Indonesia sudah pasti menjadi sebuah sasaran utama mengingat bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang digunakan di pemerintahan dan dunia bisnis. Sementara itu, pada saat yang sama penduduknya sendiri juga masing-masing memiliki bahasa ibu yang jumlahnya mencapai 680 bahasa daerah. Pada kenyataannya, sebagian besar orang Indonesia secara formal mempelajari Bahasa Indonesia di bangku sekolah sebagai bahasa kedua dan kemudian baru Bahasa Inggris sebagai bahasa ketiga. Oleh karena itu, status Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua (English as a Second Language/ESL) tidak terlalu tepat untuk situasi di Indonesia. Pertanyaan kuncinya adalah apakah meningkatkan kemahiran Bahasa Inggris dapat dilakukan secara bersamaan dengan meningkatkan tingkat literasi Bahasa Indonesia yang memadai? 4 Sebagaimana akan dijelaskan dalam buklet ini, metodologi Readable English memberikan pendekatan baru yang signifikan yang dapat membantu pencapaian kedua sasaran tersebut secara bersama-sama.
Mengatasi masalah buta huruf dalam Bahasa Indonesia Sejak merdeka, pemerintah Indonesia telah berfokus untuk mengurangi angka buta huruf dalam berbahasa Indonesia. Upaya yang terkoordinasi telah dilakukan sejak tahun 1945-1965 dan diperpanjang hingga 1970 melalui program pemerintah Paket A yang terbagi ke dalam tingkat literasi dasar dan literasi untuk kemampuan hidup.5 Dalam tiga dekade terakhir, angka buta huruf berkurang separuhnya dari sekitar 21 persen populasi penduduk di tahun 1970, menjadi sekitar 11 persen di tahun 2000.6 Pada tahun 2006, Pemerintah Indonesia mengumumkan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun dan Penuntasan Buta Aksara (National Movement to Hasten the Fight Against Illiteracy (NMHFAI)). Aksara Agar Berdaya (AKRAB!), menjadi komponen pendidikan bagi orang dewasa dari gerakan ini. AKRAB terdiri dari pelatihan literasi tingkat dasar dan tingkat lanjut dalam bahasa daerah dan Bahasa Indonesia. 7 Sejak 2015, Tingkat Literasi Generasi Muda (usia 15-24 tahun) menurut UNESCO adalah 98,9% untuk pria dan 99,1% untuk wanita.8 Pada tahun yang sama, Tingkat Literasi Orang Dewasa (15 tahun ke atas) adalah 96,3%
4
Pada tahun 2012, pemerintah memutuskan untuk menghentikan pengajaran Bahasa Inggris pada sekolah dasar di Indonesia. Alasan yang dikemukakan adalah karena keputusan ini diperlukan untuk memulihkan standar Bahasa Indonesia yang semakin menurun. Perubahan ini terkait dengan menurunnya jumlah siswa yang lulus dalam ujian Bahasa Indonesia pada matrikulasi SMA dan argument yang dikemukakan adalah karena siswa akan terlalu terbebani jika dituntut untuk fasih dalam Bahasa Indonesia (seringkali sebagai bahasa kedua) dan juga Bahasa Inggris: Max de Lotbinière, ‘Indonesia to end teaching of English in Primary Schools’, The Guardian, 13 November 2012, https://www.theguardian.com/education/2012/nov/13/elt-diary-november-indonesia-english [diakses pada tanggal 3 Maret 2017]. 5 UNESCO Institute for Lifelong Learning (UIL) http://www.unesco.org/uil/litbase/?menu=4&programme=121. 6 Ibid. 7 Ibid. 8 Ibid.
8
untuk pria dan 91,5% untuk wanita.9 Menurut sebuah laporan mengenai pelaksanaan AKRAB, tantangan utama dalam program itu adalah sulitnya menjangkau populasi penduduk yang masih buta huruf dan sebagian besar dari mereka sudah berusia 45 tahun ke atas.10 Indonesia jelas sudah mencapai kemajuan yang berarti dalam mengurangi angka buta huruf dalam berbahasa Indonesia. Akan tetapi, kita perlu mengingat adalah bahwa pengertian tentang literasi bisa berbeda-beda. Standar UNESCO dalam mengukur literasi generasi muda dan dewasa mendefinisikan literasi sebagai berikut: ‘saat seseorang dapat, dengan memahami, membaca dan menulis sebuah pernyataan singkat mengenai kegiatan sehari-harinya'.11 Standar ini dapat dibandingkan dengan definisi OECD yaitu seseorang dianggap secara fungsional buta huruf jika:12 tidak dapat melakukan semua aktivitas yang memerlukan literasi agar dapat secara efektif terlibat di dalam kelompoknya dan masyarakat serta memungkinkannya untuk memanfaatkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung untuk tujuan pengembangan diri dan masyarakat.
Definisi OECD (tentang buta huruf fungsional) lebih kompleks daripada standar yang digunakan untuk menilai literasi dalam sudut pandang UNESCO seperti yang disebutkan di atas. Tingkat buta huruf fungsional berdasarkan standar OECD mungkin saja lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat literasi yang sudah disebutkan sebelumnya.13 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa - Kementerian Pendidikan bertanggung jawab untuk memperbaiki kualitas dan penggunaan Bahasa Indonesia di negara Indonesia. Program literasi sudah menjadi prioritas pendidikan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam rencana pembangungan nasional dan juga untuk menjaga bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.14
Tingkat kemahiran berbahasa Inggris di Indonesia Data mengenai kemahiran berbahasa Inggris belum selengkap data mengenai literasi Bahasa Indonesia. Lembaga pelatihan bahasa tingkat global, Education First, menghitung Indeks Kemahiran Bahasa Inggris (English Proficiency Index (EF EPI)) yang merupakan laporan tahunan untuk menentukan peringkat negara berdasarkan tingkat rata-rata kemampuan Bahasa Inggris orang dewasa. Indeks tersebut diambil dari data yang diperoleh melalui uji kemampuan Bahasa Inggris yang tersedia gratis di Internet. Dalam laporan indeks terbaru yang dirilis pada bulan November 2016,15 Indonesia berada pada peringkat 32 dari 72 negara yang diuji. Indonesia mendapatkan nilai 52,94 dan termasuk kategori “sedang” di antara kisaran sangat tinggi,
9
Ibid. Ibid. 11 Ini adalah standar UNESCO untuk literasi. UNICEF mendefinisikan literasi fungsional sebagai kemampuan untuk menggunakan kemahiran membaca, menulis dan berhitung bagi fungsi dan pengembangan efektif individu dan masyarakat: Understandings of Literacy (Bab 6), 158 http://www.unesco.org/education/GMR2006/full/chapt6_eng.pdf. 12 OECD, Glossary of Statistical Terms http://stats.oecd.org/glossary/detail.asp?ID=1279 13 Lihat juga Fasli Jalal dan Nina Sardjunani, ‘Increasing Literacy in Indonesia’, Makalah pendahuluan yang disiapkan untuk Education for All Global Monitoring Report 2006 Literacy for Life, UNESCO, 2006/ED/EFA/MRT/PI/45, http://datatopics.worldbank.org/hnp/files/edstats/IDNgmrpap05.pdf [diakses pada tanggal 3 Maret 2017]. 14 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/visi_misi 15 Education First, English Proficiency Index http://www.ef.edu/epi/ 10
9
tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Satu-satunya negara di Asia Tenggara dengan tingkat kemahiran sangat tinggi adalah Singapura. Malaysia dan Filipina berada pada kategori tingkat kemahiran tinggi. India, Korea Selatan, Hong Kong dan Vietnam berada di atas Indonesia pada kategori sedang. EF English Proficiency Index memiliki keterbatasan dikarenakan metode pengambilan sampel yang kurang mewakili - para peserta berpartisipasi atas inisiatif sendiri dan harus memiliki akses Internet. Dengan kata lain, indeks tersebut lebih mirip survei online daripada sebuah evaluasi yang dapat diakui secara statistik.16 Oleh karena itu, mereka yang memutuskan untuk mengikuti survei mungkin memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang lebih tinggi dan tidak mencerminkan kemampuan Bahasa Inggris masyarakat pada umumnya. Poin penting adalah hasil EF EPI Indonesia menunjukkan distribusi yang tidak merata dalam kualitas hasil. Walaupun tingkat kemahiran di Jawa Barat, Jakarta dan Banten dikategorikan “sedang”, tingkat kemahiran di Jawa Timur, Yogyakarta, Sumatera Utara dan Jawa Tengah masih tergolong “rendah”.17 Selain itu, tidak ada data mengenai Sumatera (kecuali Sumatera Utara), Sulawesi, Kalimantan atau pulau-pulau di bagian timur Jawa yang mencakup Bali hingga Papua, 18 dan hal tersebut dapat mengindikasikan tingkat kemahiran Bahasa Inggris yang rendah hingga sangat rendah.
Membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara Kemahiran berbahasa pada umumnya dilihat dari penguasaan kemampuan aktif (berbicara dan menulis) serta kemampuan pasif (membaca dan mendengarkan).
Aktif
Pasif
Berbicara
Mendengarkan
Menulis
Membaca
Di Indonesia, kemampuan berbicara sering menjadi dasar tidak resmi untuk menilai kemampuan Bahasa Inggris seseorang, terutama dalam situasi sosial. Seseorang biasanya dianggap ‘fasih’ jika mereka dapat dengan mudah bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris. Akan tetapi, kemampuan berbicara bukanlah indikator yang sempurna untuk menilai tingkat kemahiran berbahasa Inggris. Komunikasi verbal merupakan proses dua arah – yang dapat disampaikan secara visual melalui ekspresi wajah dan gerakan tangan serta bahasa tubuh lainnya. Yang lebih penting lagi, pendengar dapat menyesuaikan dan menafsirkan apa yang dikatakan dan mentoleransi ekspresi yang tidak tepat; di mana sesuatu yang kurang jelas dapat ditanyakan kembali untuk memperjelas. Sebaliknya, menulis bukanlah komunikasi dua arah; apapun yang ditulis (baik secara elektronik atau di kertas) dianggap ‘sudah pasti’ sehingga kesalahan-kesalahan akan cepat terlihat dan hampir tidak ada peluang
16
Beberapa perbandingan alternatif juga tersedia. Studi yang dilakukan oleh British Council bersifat lebih ilmiah tetapi juga lebih kecil skalanya dibandingkan dengan Johnson Language, ‘English: Who speaks English?’ The Economist, 5 April 2011, http://www.economist.com/blogs/johnson/2011/04/english [diakses pada tanggal 3 March 2017]. 17 Education First, English Proficiency Index http://www.ef.edu/epi/regions/asia/indonesia/ 18 Ibid.
10
untuk segera memperbaikinya. Memang, bukti anekdotal menunjukkan bahwa di kalangan orang Indonesia, kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kurang dikembangkan di antara empat kemampuan wajib untuk mencapai literasi berbahasa Inggris. Sebagai contoh, hasil pengamatan akademisi di Australia 19 memperlihatkan bahwa mahasiswa yang mengambil studi S2 atau S3 seringkali harus bekerja keras dalam memenuhi persyaratan menulis. Mengingat bahwa bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan suatu pemahaman, kelemahan dalam mengekspresikan secara tertulis dapat memunculkan suatu dilema bagi pembimbing akademik yang tidak dapat mengetahui secara pasti seberapa dalam seorang mahasiswa menyerap konsep-konsep yang penting. Yang menarik, kelemahan dalam menulis ini juga seringkali disertai dengan perasasaan mahasiswa bahwa persyaratan membaca merupakan beban berat yang seringkali membuat mereka kewalahan. Peningkatan setiap kemampuan tersebut (membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara) tidak bisa dilakukan secara terpisah. Membaca dan menulis terkait erat, seperti halnya berbicara dan mendengarkan. Penting untuk menyadari kaitan erat antara membaca dengan tiga kemampuan lainnya: menulis, berbicara dan mendengarkan. Sesungguhnya, praktik orang tua yang membaca dengan keras bersama dengan anaknya sejak usia dini sudah diakui secara luas sebagai dasar bagi pengembangan literasi.20 Penting untuk diketahui bahwa membaca membuat orang terpapar dengan kosakata dan pola bahasa yang tidak menjadi bagian dari percakapan harian, yang akhirnya dapat membantu mengembangkan kemampuan menulis. Membaca dengan keras, bagi si pembaca, memampukan dia untuk belajar secara fisik melafalkan bunyi yang diharapkan dalam proses pelafalan dan dapat membantunya dalam berbicara. Di sisi lain, hal tersebut memungkinkan pendengar untuk menghubungkan bunyi (fonem) dengan kata-kata tertulis yang penting untuk pemahaman lisan. Pemahaman lisan merupakan langkah awal utama dalam komunikasi, terutama bagi pelajar bahasa kedua. Pelajar bisa merasakan suatu pencapaian tertentu ketika mereka dapat memahami sesuai dalam bahasa yang mereka pelajari dan ini dapat menjadi faktor penting yang memotivasi kesinambungan dalam belajar bahasa. Peningkatan kemampuan membaca juga membantu dalam menghadapi tantangan nyata orang Indonesia terkait dengan kompleksitas aturan tata Bahasa Inggris. Tidak sulit untuk memahami kesulitan yang mungkin muncul ketika beralih dari bahasa dengan aturan tata bahasa yang minim seperti Bahasa Indonesia ke bahasa yang terbentuk berdasarkan aturan yang jauh lebih kompleks. Akan tetapi, kefasihan membaca yang disertai dengan kosakata semakin luas akan memacu peningkatan dalam pemahaman membaca, dan meningkatnya tingkat pemahaman tersebut dapat membuat pelajar untuk melihat pola dan menyadari hubungan gramatikal dalam struktur kalimat. Pelajar akan lebih mudah mengenali aturan tata bahasa yang telah diajarkan dan memahami bagaimana mereka menyampaikan suatu makna dalam teks atau ketika mendengarnya secara lisan.
19
Bukti anekdotal dari hasil pengamatan Sarah Waddell saat bekerja sebagai akademisi di University of New South Wales, Australia. 20 State Government of Victoria, Department of Education, University of Melbourne Research Partnership, ‘Reading to Young Children: A Head-Start in Life, http://www.education.vic.gov.au/Documents/about/research/readtoyoungchild.pdf [diakses pada tanggal 3 Maret 2017]; Reading Rockets: http://www.readingrockets.org/article/reading-aloud-buildcomprehension [diakses pada tanggal 28 Februari 2017].
11
Kemahiran membaca tingkat lanjut mungkin dapat membuat pelajar tidak lagi memandang Bahasa Inggris sebagai sesuatu yang berat dan harus dihindari dengan mengandalkan terjemahan dalam Bahasa Indonesia atau sebuah ringkasan. Fokus untuk mengembangkan kefasihan membaca mungkin dapat menggugah minat untuk membaca dalam Bahasa Inggris dan akan memberikan akses langsung pada harta karun pengetahuan yang disampaikan dalam Bahasa Inggris.
Bahasa Inggris sebagai bahasa non-fonetik Jadi, apa yang harus dilakukan supaya membaca dalam Bahasa Inggris menjadi lebih mudah dan lebih menarik? Pertanyaan ini telah menjadi perhatian utama Stephen dan Fitts dan ini pula yang membuat mereka menyusun Readable English. Dengan berfokus pada pertanyaan ini, mereka menjadi semakin yakin bahwa sifat dasar non-fonetik dari Bahasa Inggris dan pengejaannya yang tidak beraturan merupakan hambatan utama untuk literasi Bahasa Inggris. Mereka mendapatkan dukungan atas kesimpulan ini dari kajian yang dilakukan oleh peneliti dan psikolog Profesor Philip H K Seymour, yang menunjukkan bahwa seorang anak yang bertutur dalam Bahasa Inggris membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai tingkat kemampuan membaca yang sama dibandingkan dengan 14 negara-negara Eropa lainnya. Sesungguhnya, seorang anak yang merupakan penutur asli bahasa Inggris membutuhkan waktu 2,5 tahun untuk mencapai tingkat literasi dasar yang sama dengan yang dapat dicapai oleh anak yang belajar bahasa fonetis dalam waktu satu tahun. 21 Sebagaimana dijelaskan oleh Stephen dan Fitts: 22
Seymour dan timnya mendapati bahwa anak-anak yang belajar bahasa dengan sistem pengejaan sederhana, atau ortografi dangkal, seperti bahasa Finlandia, Italia dan Spanyol (bahasa fonetis), lebih cepat maju dibandingkan dengan mereka yang belajar bahasa dengan ortografi kompleks atau dalam seperti Bahasa Inggris (bahasa nonfonetis).
Stephen dan Fitts mendeskripsikan masalah yang disebabkan oleh ‘pengejaan tak beraturan’ dalam Bahasa Inggris sebagai berikut: 23
beberapa kata mengikuti aturan pengejaan, tetapi banyak juga yang tidak. Beberapa huruf mewakili bunyi tunggal, tetapi banyak huruf mewakili beberapa bunyi yang berbeda. Hal tersebut memunculkan ribuan pengecualian dalam pengejaan dan pelafalan Bahasa Inggris. Hanya dengan mempelajari inkonsistensi dan pengecualian ini, pembaca dapat menguraikan kata-kata tertulis dalam Bahasa Inggris, dan ini merupakan hambatan besar bagi kemampuan membaca dan menulis bagi banyak orang.
21
Seymore PHK, Aro M dan Erskine JM (2003), Foundation literacy acquisition in European orthographies, dikutip dalam Seymour, PHK (2004), Early Reading Development in European Orthographies http://www.pitt.edu/~perfetti/PDF/Seymour.pdf [diakses pada tanggal 24 Februari 2017]. 22 Stephen dan Fitts, 33. 23 Ibid, iii.
12
Kesimpulan ini didukung oleh American Literacy Council yang sudah mengidentifikasi bahwa salah satu penyebab utama kebutuhurufan adalah sistem pengejaan yang sangat tidak beraturan dalam Bahasa Inggris. 24 Sistem pengejaan yang tak beraturan dalam Bahasa Inggris menjadi hambatan utama bagi orang Indonesia dalam mempelajari Bahasa Inggris. Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan oleh Readable English mendapati bahwa pelajar Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (ESL) sering menghindari pengucapan kata-kata yang membuat mereka merasa tidak yakin dalam melafalkannya, bahkan sekalipun mereka sudah merasa nyaman menggunakan kata yang sama dalam penulisan.25 Pelajar ESL menjelaskan bagaimana mereka mencoba menemukan kata-kata lain untuk mengekspresikan diri dan ini sering menimbulkan masalah komunikasi.26 Hal ini dapat terjadi juga di Indonesia. Faktor lain yang membuat orang membutuhkan waktu lama untuk belajar Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua adalah karena sekalipun mereka dapat membaca kata-kata dan mempunyai gambaran mengenai bunyi kata tersebut, mereka tidak tahu dengan pasti cara melafalkannya. Contohnya adalah saat orang Indonesia mencoba menjelaskan mengenai kehidupan di Jakarta dan ingin mengatakan “Jakarta is a very busy city” namun malah melafalkan kata 'busy' sebagai 'boosy' bukannya 'bisy'. Contoh lainnya adalah ketika pelajar Spanyol melafalkan kata ‘cucumber’ sebagai /coo-coom-bare/. Pelajar tersebut tidak hanya merasa bahwa orang-orang tidak memahaminya saat mengucapkan kata tersebut, tetapi dia juga tidak mengenali kata tersebut ketika orang lain melafalkannya sebagai /kyoo-cum-buh/. Bahkan, setelah mahir berbahasa Inggris, kesalahan pelafalan dapat terus menjadi hambatan bagi mereka yang fasih berbahasa Inggris. Mari kita lihat contoh kata berikut: ‘cork’, ‘fork’, ‘pork’ dan ‘work’. Seseorang mungkin akan terus melafalkan kata ‘work’ sama dengan cara melafalkan ‘cork’, ‘fork’ dan ‘pork’, sehingga terdengar seperti ‘walk’ daripada ‘werk’, yang merupakan pelafalan yang seharusnya. Beberapa kelemahan pelafalan verbal di Indonesia dapat disebabkan oleh kesulitan menghilangkan aksen Indonesia, tetapi ini dapat dibedakan dari tantangan pelafalan yang diakibatkan oleh sifat dasar nonfonetis Bahasa Inggris.27 Efek dari aksen ini berhubungan dengan pengaruh kebiasaan pelafalan bahasa ibu seseorang. Akan tetapi, fokus pada pelafalan yang tepat dapat membantu meningkatkan kesadaran mengenai aksen dan mengurangi pengaruh kebiasaan lama. Sisi lain dari ketidaktahuan mengenai cara melafalkan sebuah kata adalah bahwa seseorang tidak akan mengenali sebuah kata saat mereka mendengar kata tersebut dilafalkan dengan benar, ini kemudian menghambat pemahaman lisan dan pengembangan kosakata melalui komunikasi lisan. Contoh lainnya adalah kata ‘subtle’ dalam kalimat “Unlike Jill’s overpowering perfume, Jan’s fragrance offers a subtle hint of roses.”
24
American Literacy Council http://www.americanliteracy.com/history.html [accessed 15 February 2017]. Stephen dan Fitts, 81. 26 Ibid, 82. 27 Contoh di mana aksen sulit dipahami adalah: Kesulitan melafalkan X yang menjadi K (tidak ada X dalam Bahasa Indonesia) Kesulitan melafalkan V yang menjadi F (tidak ada V dalam Bahasa Indonesia) Kesulitan melafalkan TH yang menjadi T (terutama dalam Bahasa Bali) Membunyikan S pada akhir sebuah kata (tidak ada pola dalam meletakkan S pada akhir sebuah kata dalam Bahasa Indonesia untuk menandai kata jamak). Tidak membunyikan konsonan pada akhir sebuah kata (misalnya, dalam Bahasa Indonesia huruf T pada akhir kata Kost tidak dibunyikan. 25
13
Rujukan pada kata ‘roses’ memberi gambaran kepada pembaca mengenai konsep arti ‘subtle’ dan jika diperjelas dalam kalimat selanjutnya, maknanya akan terlihat. Akan tetapi, hal tersebut tidak serta-merta mengarah kepada pelafalan secara benar dan pembaca tidak dapat memahami maksud yang bersangkutan jika yang mereka dengar kata-kata ini - "She's a suttle person". Kebiasaan mengerti ejaan dan pelafalan Bahasa Inggris hanya dapat diatasi dengan menghafal secara berulang (rote learning) ejaan dan pelafalan yang benar. Akan tetapi, metode menghafal secara berulang pada umumnya memakan banyak waktu dan tenaga bagi para guru dan pelajar. Bagi pelajar yang kehidupan keluarga atau lingkungan sosialnya tidak secara teratur terpapar dengan Bahasa Inggris, belajar dengan cara menghafal secara berulang bisa menjadi suatu beban; bagi pelajar yang mudah bosan, belajar dengan cara menghafal secara berulang dapat menjadi halangan untuk mempelajari Bahasa Inggris. Cara belajar dengan menghafal secara berulang inilah yang ingin dihilangkan oleh Readable English. Akan tetapi, beberapa informasi mendasar mengenai sifat dasar otak dalam belajar dan membaca dapat membantu menempatkan metodologi Readable English dalam konteks yang tepat.
14
Bab 2 Otak Belajar
Daya ingat sangatlah penting dalam proses mempelajari sebuah bahasa dan, dalam mengembangkan daya ingat, kita semua mengikuti sistem yang sama – kita memproses informasi baru dalam memori kerja jangka pendek dan, setelah mempraktikkannya secara terus-menerus selama beberapa waktu, kita mengkodekan informasi tersebut dalam memori jangka panjang. Jika memori kerja kita kelebihan beban, kapasitas kita untuk menyimpan informasi baru dalam memori jangka pendek akan berkurang dan kita tidak akan memiliki stamina untuk mengkodekan atau mengirim informasi ke memori jangka panjang kita. Sesungguhnya, teori beban kognitif (cognitive load theory) menjelaskan bahwa jika memori kerja kelebihan beban, proses pembelajaran tidak terjadi. Teori tersebut juga menjelaskan bahwa jika beban kognitif dikurangi, proses pembelajaran dapat terjadi dan hasilnya dapat berupa peningkatan proses belajar yang dramatis. Dengan menghilangkan karakteristik non-fonetis Bahasa Inggris namun masih menggunakan Bahasa Inggris Standar, pencipta Readable English telah menemukan cara untuk secara signifikan mengurangi beban kognitif bagi para pelajar dalam belajar membaca dalam Bahasa Inggris. Proses ini memampukan mereka untuk memakai memori kerja dengan lebih efektif, mengkodekan memori jangka pendek dengan lebih efisien dan memindahkannya ke memori jangka panjang serta mengembangkan skema bahasa yang tertata dengan baik untuk pengejaan dan pelafalan dalam memori jangka panjang mereka. Cara kerja proses ini akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.
Memanfaatkan memori kerja dengan lebih efektif Saat seseorang pertama kali menjumpai suatu informasi baru, informasi tersebut akan disimpan dalam memori kerja. Akan tetapi, jumlah informasi yang dapat disimpan dalam memori kerja terbatas. Penelitian terbaru berusaha menemukan perbedaan dalam memori kerja setiap individu, dan mendapati bahwa sebagian orang memiliki kapasitas penyimpanan bawaan yang lebih besar, dan sebagian lainnya menggunakan kapasitas penyimpanannya secara lebih efektif. 28 Readable English dirancang untuk memampukan pelajar yang belajar membaca dalam Bahasa Inggris mengoptimalkan kapasitas penyimpanan memori kerja jangka pendeknya dengan menghilangkan anomali pengejaan dalam Bahasa Inggris dan menetapkan sistemisasi pengejaan dan pelafalan informasi yang diterima. Kapasitas memori yang diperlukan untuk melakukan sebuah tugas disebut beban kognitif, dan jumlah maksimum informasi yang dapat kita proses dalam waktu tertentu disebut batasan kognitif.29 Menurut teori beban kognitif, proses belajar akan tersendat jika memori kerja dipaksa hingga melebihi batas. Proses belajar efektif akan terjadi jika beban kognitif bagi seorang pelajar dikurangi agar tidak lagi kelebihan beban. Kita perlu mengingat bahwa beban kognitif dari tugas belajar sebaiknya tidak sampai melebihi batas kognitif memori
28
Stephen dan Fitts, halaman 22 mengutip Luck, SJ & Vogel, EK (2013) ‘Visual working memory capacity: From psychophysics and neurobiology to individual differences’, Trends in Cognitive Sciences, 8, 391-400, doi: 10.1016/j.tics.2013.06.006 29 Ibid, halaman 22 mengutip Sweller J (1988) ‘Cognitive load during problem solving: Effects on learning’, Cognitive Science, 12, 257-285.
15
kerja untuk mendapatkan hasil belajar yang positif. Readable English mengurangi beban kognitif dengan memperkenalkan tampilan modifikasi alfabet standar Bahasa Inggris yang menghilangkan pengejaan yang sembarangan dari kebanyakan ejaan dan pelafalan Bahasa Inggris yang dapat membantu pemrosesan informasi dalam memori kerja jangka pendek.
Pengkodean dan transfer pesan yang lebih lancar Melalui praktik berkelanjutan, informasi dikodekan dan ditransfer dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang kita. Ketiadaan kode untuk membantu proses belajar yang biasanya diberikan dalam ejaan fonetis atau logika aturan pengejaan yang konsisten berarti bahwa kata-kata dalam Bahasa Inggris lebih membutuhkan upaya untuk masuk dalam memori jangka panjang. Banyak aturan telah dirancang untuk membantu kita mengkodekan pesan tetapi setiap aturan memiliki pengecualian dalam pengejaan dan pelafalan. Aturan-aturan tersebut sebenarnya meningkatkan beban kognitif bagi setiap orang. Contoh yang diberikan Stephen dan Fitts30 adalah saat sebuah kata mengandung pola vokal-konsonan ‘e’ – kita biasanya melafalkan huruf vokal tersebut dengan namanya, yang seringkali disebut sebagai aturan ajaib huruf vokal ‘e’.
Jadi, huruf vokal ‘o’ dalam kata ‘rove’ dilafalkan /oh/ (seperti pada ‘go’) bukan /o/ (seperti pada ‘got’). Aturan ini berlaku untuk beberapa kata (seperti ‘drove’, ‘wove’ dan ‘cove’) namun tidak berlaku untuk kata-kata lainnya (‘move’, ‘love’ dan ‘glove’).
Akibatnya, para pelajar mengandalkan metode belajar dengan menghafal secara berulang, artinya kata-kata non-fonetis perlu diucapkan dan ditulis berkali-kali sebelum dikodekan dalam skema pengejaan dan pelafalan dalam memori jangka panjang. Dengan menyediakan variasi fonetis Bahasa Inggris Standar, Readable English sebetulnya memberikan sebuah kode untuk membantu proses belajar.
Skema terstruktur yang lebih baik pada memori jangka panjang Memori jangka panjang kita diperkirakan tidak memiliki batasan: Sekali informasi tersimpan, kita dapat membawanya ke dalam memori kerja kapan pun dibutuhkan (walaupun informasi dalam memori jangka panjang yang jarang dipakai dapat menghilang secara perlahan). Akan tetapi, untuk membuat suatu proses efektif dalam menarik informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang, informasi perlu ditata dengan baik dalam suatu skema informasi. Semakin baik suatu skema dikembangkan, semakin pula kita dapat menganalisis dan memahami informasi baru, serta semakin mahir. Sebagai contoh, skema yang sebagian besar orang miliki dalam memori jangka panjangnya adalah skema untuk mobil.31 Skema ini mencakup semua informasi yang telah dipelajari mengenai mobil dan akan berbeda bagi setiap orang bergantung pada pengalamannya masing-masing. Skema untuk mobil kurang lebih akan mencakup hal-hal berikut:
30 31
informasi seperti ejaan dan bunyi untuk kata mobil (‘car’) dalam satu bahasa atau lebih;
Ibid, 31-32. Ibid, 23.
16
informasi sensorik mengenai rupa, bau dan rasa sebuah mobil;
rincian mengenai suku cadang mobil (kemudi, sabuk kipas dan lain-lain);
pengetahuan mengenai berbagai model dan harga;
pengetahuan mengenai cara mengemudi dan aturan di jalan; dan
memori mengenai berbagai pengalaman dengan mobil, dll.
Seseorang dengan skema mobil dasar saja akan berusaha keras untuk mengingat semua informasi teknis yang diberikan oleh mekanik karena informasi tersebut akan melampaui batasan kognitif mereka. Akan tetapi, jika mereka memiliki skema yang telah dikembangkan dengan baik (yang misalnya mencakup pengetahuan dasar mekanisme mesin), mereka akan lebih mudah menyerap dan mengingat informasi baru mengenai mekanisme mesin. Proses mengingat kembali adalah kemampuan untuk secara cepat mendapatkan informasi dari memori jangka panjang ke memori kerja dan dipengaruhi oleh cara informasi tersebut disimpan dalam memori jangka panjang. Skema yang terstruktur dengan baik memberikan perancah (scaffold) sistematik dalam menambahkan informasi baru akan membantu kita memahami suatu informasi baru dan juga mendapatkan informasi tersebut. Melanjutkan contoh di atas, jika skema untuk memori seseorang mengenai mobil tertata dengan baik dalam suatu rangka yang mencakup beberapa pengetahuan dasar terkait dengan aspek teknis, akan ada ruang untuk menyimpan informasi baru dan lebih spesifik mengenai mekanisme suku cadang tertentu. Orang tersebut mampu dan lebih siap memahami informasi baru yang diberikan oleh seorang mekanik dan mengingatnya kembali jika dibutuhkan. Mempelajari sebuah bahasa akan melibatkan beberapa skema yang saling terkait dalam memori jangka panjang yang berhubungan dengan, misalnya, kosakata, ejaan dan pelafalan, serta tata bahasa. Sebagaimana yang disampaikan oleh Stephen dan Fitts, ‘[s]emakin terstruktur suatu skema menggunakan pola dan hubungan yang jelas, semakin mahir kita dalam mengkodekan informasi baru dan mendapatkan kembali informasi yang sudah tersimpan’.32 Ejaan dan lafal yang tidak konsisten dalam Bahasa Inggris menjadi hambatan bagi pelajar bahasa dalam mengembangkan skema mereka yang berhubungan dengan pengejaan dan pelafalan. Ada ribuan hal yang tidak sesuai dengan struktur logis manapun dan tidak ada aturan pengejaan konsisten yang dapat membantu kita memahami ketidakteraturan tersebut. Kemiripan dengan kata lain juga tidak dapat membantu proses pembelajaran. Akan tetapi, yang paling penting, Readable English dapat memberikan panduan yang membantu dalam modifikasi fonetis pada Bahasa Inggris Standar untuk menghilangkan banyak gangguan yang menghambat pembentukan skema yang berfungsi dengan baik untuk pengejaan dan pelafalan.
32
Ibid, 24.
17
Bab 3 Otak Membaca
Membaca bukan sesuatu yang kita lakukan secara alami seperti berbicara. Membaca adalah kegiatan ciptaan manusia sehingga harus dipelajari. Membaca adalah proses belajar biologis sekunder yang perlu diajarkan secara khusus, tidak seperti proses belajar biologis primer misalnya pengenalan bahasa, produksi bunyi, kesadaran ruang dan dinamika kelompok. 33 Pengajaran membaca memodifikasi pengetahuan dan kemampuan primer untuk mengembangkan keahlian dan pemahaman khusus secara budaya, termasuk kemampuan untuk penguraian simbol tertulis yang terkandung dalam sebuah alfabet. Karena tidak ada bagian otak yang khusus untuk kegiatan membaca, kita perlu mengembangkan jaringan syaraf baru (neural networks) agar dapat bagian otak lain dapat bekerja bersama dalam suatu proses yang terintegrasi, cepat dan sangat efisien. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang pembaca yang baik, kita perlu meluangkan banyak waktu untuk membaca.
Langkah-langkah belajar membaca Walaupun dari sudut pandang evolusi, membaca merupakan keahlian yang relatif baru, kegiatan ini bersumber dari kebutuhan manusia untuk memasangkan pola-pola. Kita memiliki kecerdasan bawaan untuk membuat pola yang kita gunakan dalam membedakan objek dan mengenali objek yang sama bahkan ketika objek itu muncul dalam bentuk yang berbeda. Kecerdasan membuat pola tersebut membuat kita mampu untuk mengenali huruf alfabet tanpa memperhatikan bentuk huruf itu ditampilkan, misalnya, diketik dalam font yang berbeda, ditulis tangan dengan pena, dicoret-coret di kertas kusut atau diukir di atas batu.34 Kecerdasan pola juga membantu kita mengkombinasikan huruf-huruf alfabet untuk menciptakan sebuah kode yang mengandung makna, yang merupakan intisari dari menulis. Secara sederhana, pengembangan keahlian membaca dasar mencakup tiga langkah berikut:35
Langkah 1: Melihat kata Langkah 2: Mengkonversi kata menjadi bunyi Langkah 3: Mengenali bunyi dan memahami makna kata tersebut.
Dalam belajar Bahasa Inggris, pelajar selalu memulainya dengan mempelajari huruf-huruf alfabet lalu melafalkan bunyinya. Jika kata-kata tersebut memiliki sifat fonetis, seperti ‘cat’, ‘sit’, ‘pot’, huruf-hurufnya dapat dilafalkan sebagaimana ditampilkan dalam kata-kata itu. Proses ini dikenal sebagai segmentasi (segmenting) dan mampu membuat seseorang melihat kata tersebut (Langkah 1). Selanjutnya, pelajar harus mengkonversi kata itu menjadi sebuah bunyi (Langkah 2).
33
Ibid, 12, mengutip Gerry D, (2007) ‘Educating the evolved mind: Conceptual foundations for an evolutionary educational psychology’, JS Carlson dan JR Levin (eds), Psychological Perspectives On Contemporary Educational Issues, 1-99, Greenwich CT: Information Age. 34 Ibid, 14. 35 Ibid, 13.
18
Ketika sebuah kata memiliki sifat fonetis, pelafalan keseluruhan kata itu dapat dilakukan secara mudah dengan mengkombinasikan bunyi dari huruf-hurufnya; ini yang kita kenal dengan penggabungan (blending). Saat para pelajar mampu untuk mempraktikkan membaca dan mengucapkan kata-kata fonetis tersebut beberapa kali, mereka akan secara otomatis mengenali kata-kata itu dari keseluruhan bentuk dan pola hurufnya serta juga memahami makna yang terkandung (Langkah 3). Keahlian untuk secara otomatis mengenali suatu kata disebut sebagai pengenalan kata yang pernah dibaca (sight-word recognition), 36 yang sangat penting bagi kefasihan membaca karena proses itu lebih cepat daripada melafalkan bunyi dan penggabungan. Seseorang akan sulit untuk membaca dalam Bahasa Inggris dengan lancar hingga dia dapat secara rutin mengenali semua kata, termasuk kata-kata yang tidak memiliki bunyi standar (contohnya ‘sure’, ‘friend’ and ‘cough’). Setelah mencapai tahap pengenalan kata yang pernah dibaca, kemampuan otak untuk mengenali bentuk kata dan pola huruf menjadi semakin berkembang. Otak memiliki suatu sistem penguraian kode (dicoding system) yang membuat pembaca secara cepat mengetahui perbedaan antar kata dengan bentuk dan pola huruf yang mirip namun pelafalan yang berbeda, seperti ‘eight’ dan ‘sight’.37 Akan tetapi, seseorang yang belum mahir dalam pengenalan kata yang pernah dibaca akan mengucapkan sebuah kata dalam hati (sound out a word in their head) dan ini bisa memperlambat proses membaca. Langkah akhir yang lebih baik untuk mencapai kefasihan yang nyata mencakup pengenalan kata secara otomatis (automatic word recognition) atau otomatisasi (automaticity). ‘Otomatisasi’ terjadi saat seseorang membaca sebuah kata dengan benar dan mudah secara kasatmata. Seorang pelajar memerlukan keahlian yang baik dalam menguraikan makna dan pengetahuan yang luas tentang kosakata kata yang pernah dibaca agar dapat mengenali kata secara otomatis.38 Salah satu alasan mengapa pengenalan kata secara otomatis menjadi penting adalah karena kemahiran seorang pelajar mengenali kata yang diketahui dan mampu untuk menguraikan makna atau menggambarkan kata-kata yang tidak familier dapat mempengaruhi kefasihan mereka dalam membaca. Kefasihan membuat seseorang dapat secara otomatis mengolong-golongkan kata-kata secara bersamaan dan lebih mahir dalam melihat struktur bahasa dalam suatu kalimat dan lebih dalam menangkap maknanya. Jadi, kefasihan merupakan blok bangunan (building block) pemahaman (Cooper, 2000).39 Untuk mengenali katakata secara otomatis, sebagai tambahan untuk kosakata kata yang pernah dibaca, pelajar memerlukan keahlian yang baik dalam menguraikan makna 40 dan di sinilah Readable English dapat membantu.
36
Ibid, 14. Ibid, 15. 38 EMSTAC Elementary and Middle Schools Technical Assistance Centre, Literacy Building Literacy Knowledge for Education Professionals, http://www.emstac.org/registered/topics/literacy/overview/reading.htm [diakses pada tanggal 3 Maret 2017]. 39 Ibid. 40 Ibid. 37
19
Penguraian kode, kesadaran fonemik dan keahlian memecahkan kata Proses menguraikan makna (decoding) kata untuk memahami makna bisa menjadi hal yang berat bagi kebanyakan penutur asli Bahasa Inggris sekalipun; menangkap makna melibatkan proses belajar auditori dan visual yang diaktifkan di dalam otak pada saat bersamaan.41 Dalam proses auditori (auditory process), proses fundamental yang dikenal sebagai pembedaan bunyi (auditory discrimination) adalah kemampuan untuk mengidentifikasi secara jelas setiap unit bunyi (fonem) dan untuk membedakan bunyi dari fonem yang hampir sama. Kesadaran fonemik (phonemic awareness) melibatkan segmentasi kata secara mental ke dalam komponen fonem (seperti /s/, /i/, /t/ dalam ‘sit’), lalu menggabungkan semua bunyi tersebut untuk mengucapkan keseluruhan kata secara tepat. Kesadaran tersebut juga memungkinkan kita untuk mendeteksi perbedaan antara kata yang memiliki bunyi yang sangat mirip (seperti ‘sit’ dan ‘seat’).42 Kesadaran fonemik anak-anak usia prasekolah di negara-negara berbahasa Inggris tampaknya merupakan faktor terbaik untuk memprediksi kemampuan membaca mereka di masa mendatang, lebih baik dari status sosio-ekonomi (SES) maupun IQ (Adams, 1990; Bowey, 2005; Ehrie et al, 2001, Snow et al, 1998; Stanovich & Stanovich, 2003; Wasik, 2001). Kemampuan untuk menggabungkan secara bersama-sama dan untuk mensegmentasi fonem adalah kemampuan fonemik paling penting dalam membaca dan mengeja.43 Dalam proses visual, pembedaan bunyi juga membuat kita ‘mendengar’ sebuah kata ketika membaca, yang dapat membantu kita mengingat maknanya. Dalam menerapkan kemampuan ini pada kata yang belum pernah kita lihat sebelumnya, dan memahami arti kata baru sesuai konteks adalah kemampuan membaca yang sangat penting yang dikenal sebagai memecahkan kata (word attack). Kemampuan memecahkan kata adalah kemampuan untuk secara tepat membunyikan huruf dan/atau kata dalam proses membaca serta menentukan elemen bunyinya (fonem) yang spesifik. Sebagaimana dijelaskan oleh Stephen dan Fitts: 44 Pembedaan bunyi dan kesadaran fonemik memiliki keterkaitan yang erat dan biasanya dipelajari secara bersamaan. Beberapa kesalahan umum yang dibuat oleh pembaca dengan kesulitan pemrosesan auditori, dan kemampuan memecahkan kata yang kurang berkembang, antara lain: berupa penghapusan, penambahan, pengubahan dan bahkan penggantian bunyi dalam kata. … Tanpa kemampuan memecahkan kata proses membaca akan melambat secara drastis, karena pembaca harus menebak-nebak bunyi dan arti kata, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat pemahaman mereka.
Contoh seorang pelajar yang kurang memiliki kemampuan untuk membedakan bunyi dan berusaha keras untuk bisa memiliki kesadaran fonemik adalah ketika pelajar tersebut tidak bisa menangkap sebuah huruf saat membaca sebuah kata (contohnya huruf ‘r’ dari kata 'stream'). Walaupun dia dapat mengidentifikasi
41
Stephen dan Fitts, 28. Ibid, 29. 43 Deslea Konza, Understanding the Reading Process, Government of South Australia, Department of Education and Children’s Services https://www.ecu.edu.au/__data/assets/pdf_file/0009/663696/SA-DECS_-Understanding-the-ReadingProcess.pdf [diakses pada tanggal 3 March 2017]. 44 Stephen dan Fitts, 29-30. 42
20
huruf 'r' sebagai huruf ketiga, ketika diminta untuk mengulangi, dia mengucapkan kata 'steam' karena dia tidak dapat mendengar bunyi /r/ yang dia hilangkan saat membaca kata tersebut secara utuh.45 Metodologi Readable English mempertajam kesadaran fonemik seorang pelajar dengan mengembangkan kemampuan memecahkan kata mereka.
Penjelasan lebih lanjut mengenai menguraikan makna (decoding) Kita harus mengingat bahwa pelajar bahasa harus dapat menguraikan makna pesan yang dia terima agar proses mengingat kembali dapat dilakukan secara efektif sebagai berikut: (a) kata-kata tertulis (‘mendengar’ kata ketika membaca dan kemudian menghubungkan bunyinya dengan pengetahuan kosakata yang ada); dan (b) bunyi kata yang dilafalkan (mendengar kata ketika dilafalkan dan menghubungkan bunyi tersebut dengan pengetahuan kosakata yang ada). Akan tetapi, untuk menguraikan makna Bahasa Inggris, pemrosesan auditori sederhana tidak akan berjalan dan memori jangka panjang tambahan akan diperlukan. Terkait dengan bahasa non-fonetis seperti Bahasa Inggris, Stephen dan Fitts mengatakan bahwa ‘tingkat perkembangan pemrosesan auditori seorang pembaca tidak akan membantunya dalam menguraikan makna kata-kata non-fonetis yang jumlahnya hampir setengah dari kosakata Bahasa Inggris’.46 Dalam kaitannya dengan menguraikan makna bunyi kata yang dilafalkan, sebagaimana diperjelas oleh Stephen dan Fitts, mendengarkan seseorang berbicara membutuhkan kemampuan agar dapat mendengar secara jelas, membedakan secara tepat, fonem individu sebuah bahasa. 47 Jika pikiran dikhususkan untuk membedakan bunyi dan kata yang didengar, maka memori kerja yang tersedia untuk memahami makna sesuatu yang sedang diucapkan akan berkurang. Bunyi kata yang berbeda dari pelafalannya (hal ini sering terjadi dalam Bahasa Inggris, contohnya ‘yacht’ menjadi ‘yot’) dapat mengganggu proses menguraikan makna dan juga akan menciptakan suatu hambatan dalam memahami apa yang sedang diucapkan. Poin penting yang harus diperhatikan di sini adalah bahwa format Readable English memungkinkan menguraikan makna dengan mengandalkan pemrosesan auditori sederhana serta ketergantungan yang minim pada memori, di mana hal tersebut dapat mengurangi beban kognitif secara signifikan.
Mengurangi beban kognitif Stephen dan Fitts telah mengamati seluruh bagian dari proses membaca untuk melihat bagaimana beban kognitif dalam setiap sub-proses dapat dikurangi. Kita dapat membandingkannya dengan analogi tentang cara seorang ahli manufaktur mencari cara untuk mengoptimalkan rantai pasokan. Readable English juga mengamati setiap sub-proses individu dan jika memungkinkan, sarana pembelajaran telah dirancang agar
45
Ibid, 29. Ibid, 30. 47 Ibid, 31. 46
21
sub-proses ini berjalan dengan seefisien mungkin. Komponen-komponen tersebut telah diintegrasikan ke dalam sebuah sistem yang kohesif. Sebagaimana dijelaskan oleh Stephen dan Fitts:48
Readable English menciptakan sebuah hubungan langsung antara cara sebuah kata ditulis dan cara kata itu dilafalkan. Readable English pada dasarnya mengkonversi Bahasa Inggris tertulis ke dalam sebuah sistem penulisan yang fonetis – di mana setiap huruf atau pasangan huruf merepresentasikan sebuah bunyi tunggal – yang dapat membuat pembaca membunyikan kata-kata tanpa harus mempelajari aturan pelafalan dan pengejaan rumit terlebih dahulu. Readable English secara cepat mengidentifikasi kaitan antara ejaan dan bunyi setiap kata, yang merupakan langkah agar dapat fasih membaca.
Tujuan kami adalah agar setiap orang dapat mahir berbahasa Inggris secara lebih mudah dan cepat, baik pembaca bahasa pertama pemula, dengan atau tanpa kesulitan membaca, maupun pelajar bahasa kedua. Kami juga ingin menyederhanakan pengajaran membaca dengan latihan yang lebih jelas bagi setiap orang, baik guru sekolah dan pendidik Bahasa Inggris profesional hingga orang tua dan pengasuh. Prinsip dasar dan panduan kami dalam menciptakan Readable English adalah untuk menginspirasi kepercayaan diri dan motivasi dalam diri pelajar dan pengajar.
48
Ibid, iv.
22
Bab 4 Readable English - Pendekatan Baru Dalam Belajar Membaca dan Melafalkan Bahasa Inggris
Readable English, tidak seperti upaya lain untuk mengatasi berbagai kesulitan yang muncul dari pengejaan Bahasa Inggris yang tak beraturan, telah disusun untuk membuat Bahasa Inggris menjadi fonetis sekaligus tetap mempertahankan ejaan dalam Bahasa Inggris Standar. Hasilnya, modifikasi Readable English memberikan panduan pelafalan yang melekat pada setiap kata Bahasa Inggris, yang berarti bahwa pelajar dapat membunyikan seluruh kata, baik yang fonetis maupun yang tidak fonetis tanpa aturan atau pengecualian dalam mempelajarinya, dan dapat membaca secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain. Karena bentuk katanya tidak berubah, pelajar terlebih dahulu mengenali kata tersebut dalam Readable English dan secara cepat pula mengenalinya dalam Bahasa Inggris Standar. Hal ini bermanfaat terutama di Indonesia di mana para pelajar seringkali tidak dapat bertanya kepada orang lain mengenai pelafalan kata tertentu secara tepat.
Permasalahan Stephen dan Fitts melihat permasalahan pengejaan tak beraturan dalam Bahasa Inggris dalam kerangka 42 fonem yang diekspresikan dalam 26 huruf. Huruf-huruf dapat memproduksi lebih dari satu suara, huruf-huruf itu kadang tidak berbunyi (silent) dan tidak selalu terlihat jelas ketika suku katanya dipisah. Mari kita lihat contohnya sebagai berikut:
Huruf-huruf yang dapat membuat lebih dari satu bunyi:
up use push flute quick busy bury
cat cell cello ocean
Huruf-huruf yang biasanya tidak berbunyi:
sign climb knee island
Pemecahan suku kata yang tidak jelas:
mishap reality converged converted
Mereka juga mengamati banyak aturan pengejaan yang tidak konsisten menjadi suatu masalah tersendiri. Misalnya aturan yang menyatakan 'e' senyap pada akhir sebuah kata membuat huruf vokal sebelumnya berbunyi sesuai pelafalan nama huruf vokal itu. Ketika aturan tersebut tersebut berlaku untuk kata-kata berikut:
cove, cone, gave dan five
aturan tersebut tidak dapat diterapkan untuk kata-kata berikut
move, none, have atau Nike.
23
Modifikasi Bahasa Inggris yang mempertahankan huruf dan ejaan asli Setelah enam tahun melakukan penelitian, pengembangan, percobaan dan uji coba, pencipta Readable English berhasil merancang sebuah cara memodifikasi Bahasa Inggris Standar menggunakan pendekatan minimalis untuk membuatnya agar benar-benar fonetis. Readable English menampilkan 42 fonem Bahasa Inggris menggunakan 26 huruf alfabet standar dengan memberikan tambahan simbol atau petunjuk visual yang dikenal sebagai glyphs (totalnya 22 buah) yang menunjukkan pelafalan sebuah huruf dalam sebuah kata yang memakai ejaan asli. Bunyi standar atau paling umum untuk huruf-huruf (seperti /a/ untuk ‘a’, dalam ‘sat’) tidak diberi petunjuk – hanya bunyi yang tidak standar yang diberi tambahan petunjuk (seperti /ay/ untuk ‘a’, dalam ‘ate’) Kombinasi huruf dan glyph membuat pelajar dapat langsung melafalkan kata dengan cara yang sama dengan jika Bahasa Inggris bersifat fonetis. Cara tercepat untuk mencapai pengenalan kata yang pernah dibaca (sight word recognition) adalah dengan melafalkan sebuah kata, huruf per huruf, tanpa harus mengingat aturan dan pengecualian ejaan yang rumit. Cara ini lebih tidak membuat frustasi daripada hanya melihat sebuah kata dan harus berulang-ulang mendengar kata tersebut dilafalkan. Membunyikan sebuah kata beberapa kali memakai modifikasi Readable English akan membuat pelajar mampu mulai mengingat kata dari bentuknya, mulai memperoleh kemampuan pengenalan kata yang pernah dibaca dan kemudian mendapatkan kemampuan otomatisasi. Metodologi ini lengkap – mencakup kira-kira 99% kata dalam Bahasa Inggris.49 Ejaan dan bunyi yang terkandung dalam 10,000 kata Bahasa Inggris dipakai untuk mengembangkan glyphs. Sejak dirilis, sistem glyphs yang dikembangkan oleh Readable English telah diterapkan pada 100.000 kata yang ditemukan dalam Kamus Macquarie, yang merupakan kamus dan tesaurus terbaru di Australia.50 Metodologi tersebut juga sudah dirancang agar sangat intuitif dan mudah dipelajari. Nama-nama glyphs tersebut dibuat menyenangkan dan setiap simbolnya menyerupai nama dan bunyi yang diwakilinya. Pembelajaran 22 glyphs sudah dibuat agar cukup mudah dan pada akhirnya memaksimalkan dukungan agar sistem ini dapat diterapkan pada pembaca pemula.
Menandai teks ke dalam Readable English Berikut adalah komponen untuk menandai teks dalam Readable English: 1.
Pemecahan suku kata
Kata dipecah berdasarkan cara kata tersebut sebetulnya dilafalkan dengan menyisipkan titik di antara suku kata. Sebagai contoh kata ‘imaginary’: Kata dengan banyak suku kata ini dipecah menurut pelafalannya, di mana bentuknya menjadi ‘i·ma·gi·na·ry’ dalam Readable English alih-alih mengikuti pola konvensional, ‘im·ag·i·nar·y’. Cara ini membantu pengembangan kemampuan memecahkan kata. Pelajar yang melihat kata dalam bentuk suku katanya dapat dengan lebih cepat memahami kegunaan
49
Kurang dari 0,5% kata-kata tidak dapat diberi petunjuk dalam Readable English, mayoritas kata yang diserap dari bahasa lain seperti ‘jalapeno’, ‘sauerkraut’. Beberapa contoh kata lain yang tidak dapat diberi petunjuk dalam Readable English adalah ‘anxiety’, ‘anxious’, ‘complexion’, ‘colonel’, ‘hiccough’, ‘lasagne’, ‘luxury’, ‘meringue’, ‘poignant’. 50 Macquarie Dictionary, https://www.macquariedictionary.com.au/
24
pembagian suku kata – kita melafalkan dalam bentuk suku kata - dan mereka mengenali polapolanya. Penerapan aturan standar pembagian suku kata dengan ketat rupanya membuat proses ini lebih mudah bagi para pelajar. 2.
Huruf senyap:
Huruf senyap telah dipertahankan agar tetap terlihat, tidak seperti sistem fonetik lain sehingga pengejaan tetap utuh. 3.
Glyphs:
12 dari 26 huruf dalam alfabet Bahasa Inggris merepresentasikan berbagai bunyi (ambigu) dan oleh karenanya informasi visual tambahan telah diberikan untuk menunjukkan pelafalan yang tepat guna memberikan petunjuk visual untuk huruf-huruf non-fonetis. Hubungan yang logis telah dibuat untuk bunyi yang direpresentasikan dalam bentuk huruf cetak yang menggabungkan 22 glyphs secara keseluruhan. Setiap glyph memiliki nama terkait yang mudah diingat, yang menggabungkan bunyi yang direpresentasikannya untuk membantu para pelajar mengingat bunyi (dikenal sebagai mnemonic). Sebagaimana dijelaskan oleh Stephen dan Fitts 51 ‘glyph untuk Aussie Oswald, misalnya, merepresentasikan bunyi /o/ (seperti pada ‘off’) yang mengawali kata ‘Aussie’ dan ‘Oswald’. Kami juga membuat video pendek dan menarik bagi setiap glyph untuk mempertegas keterkaitan visual dan auditori antara glyph dan bunyi yang direpresentasikannya.’ 4.
Huruf diftong
Readable English juga memiliki 12 huruf diftong (digraphs), yang merupakan pasangan huruf yang merepresentasikan fonem tunggal: ‘ar’, ‘or’, ‘ur’, ‘oi’, ‘oy’, ‘ou’, ‘ow’, ‘ch’, ‘ng’, ‘ph’, ‘sh’, and ‘th’. Huruf-huruf ini dibiarkan tidak bertanda ketika merepresentasikan bunyi standar (seperti /ou/ untuk ‘ou’, pada ‘house’) agar sistem penandaan sesederhana mungkin dan keutuhan asli kata tetap terjaga. Akan tetapi, huruf-huruf itu diberi tanda dengan glyph ketika merepresentasikan bunyi yang tidak standar (seperti /oo/ untuk ‘ou’, pada ‘soup’).
Pengembangan kemampuan Readable English
Berikut adalah beberapa kemampuan yang menjadi dasar karya Readable English:
Asosiasi huruf-bunyi dan pengenalan kata Asosiasi huruf-bunyi dipelajari dalam permainan 'Choose or Lose' (Pilih atau Kalah), yang juga mengajarkan bunyi 1000 suku kata paling umum. Karena 13.802 kata dalam Bahasa Inggris terdiri dari 500 suku kata paling umum, pelajar dapat membaca secara lebih baik dengan menguraikan makna bunyi semua suku kata tersebut. Permainan ini juga mengajarkan pengenalan kata dari 1000 kata Bahasa Inggris paling umum.
51
Stephen dan Fitts, 84.
25
Kesadaran fonemik Bagi pembaca pemula, kesadaran fonemik merupakan sarana paling tepat untuk memprediksi kemampuan membaca di masa mendatang. Kesadaran fonemik dan pembedaan bunyi diajarkan dalam permainan yang dikenal sebagai ‘What’s Changed?’ (Apa yang Berubah?). Permainan ini menyediakan praktik dan pengulangan tersusun yang dapat meningkatkan kesadaran fonemik. Permainan ini juga membantu pelajar meningkatkan kemampuan mereka untuk membedakan bunyi.
Pembedaan bunyi Pembedaan bunyi juga dipelajari dengan memainkan permainan ‘Choose or Lose’ dan ‘What’s Changed?’. Kedua permainan menggunakan masukan visual, auditori dan kinestetik agar para pelajar melihat simbol dan mendengar bunyi. Para pelajar memindahkan huruf-huruf pada permainan ‘What’s Changed?’ dan memukul bintang bergerak pada permainan ‘Choose or Lose’, hal ini melibatkan masukan kinestetik.
Pemahaman membaca, kosakata, kemampuan memecahkan kata, kemampuan berpikir runtut yang lebih tinggi Dalam permainan lain yang disebut ‘Missing Word’, pelajar membaca sebuah kalimat dengan satu kata yang hilang dan harus memilih kata yang tepat dari empat pilihan untuk melengkapi kalimat. Permainan ini mengembangkan kemampuan memecahkan kata dengan memberi informasi kepada pelajar mengenai arti kata baru dalam sebuah konteks. Permainan ini juga membantu pengembangan kemampuan berpikir runtut dengan berfokus pada kemampuan menyimpulkan informasi baru dari sebuah konteks yang diberikan.
Praktik membaca mandiri Praktik membaca mandiri disediakan dalam eReader Readable English yang memberikan sarana praktik membaca mandiri. Sarana yang dikembangkan oleh Readable English dapat membuat pelajar membunyikan kata, mendengar kata yang dilafalkan, dan melihat definisi dan/atau terjemahan, dll. Dengan cara ini, mereka dapat dengan relatif lebih mudah memahami makna sebuah teks. Pelajar mampu memasukkan apa yang mereka ingin baca ke dalam eReader yang akan membantu memotivasi mereka dalam praktik membaca.
26
Bab 5 Penilaian Hasil Menggunakan Readable English
Bukti dari manfaat Readable English disajikan dalam testimonial yang menyemangati di akhir bab ini, testimonial tersebut memperlihatkan peningkatan dalam akurasi, kefasihan dan pemahaman serta peningkatan kepercayaan diri dan antusiasme dalam belajar membaca dalam Bahasa Inggris. Bukti tersebut telah diteliti secara cermat dalam serangkaian kajian yang melibatkan kelompok eksperimen yang telah dilatih menggunakan Readable English dan kelompok kontrol. Para peserta dalam diskusi kelompok terarah yang awal menyatakan bahwa Readable English memungkinkan mereka menguraian bunyi dalam kata baru dengan kepercayaan diri yang lebih besar dan memungkinkan pelafalan mandiri. Uji coba awal menunjukkan bahwa tentang kata baru pelajar dapat mencapai pengenalan kata yang pernah dibaca menggunakan Readable English dan kemudian dapat mengenali kata-kata tersebut dalam Bahasa Inggris Standar. Uji coba lanjutan telah memperlihatkan bahwa saat pelajar kembali pada Bahasa Inggris Standar, ada peningkatan yang signifikan dalam kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol dalam hal kefasihan dan akurasi. Peningkatan tersebut kemungkinan juga membantu proses pemahaman.
1.
Studi 2014 di Australia – Siswa Dasar Tahun Kedua Studi yang komprehensif dilakukan pada tahun 2014 berdasarkan persetujuan Departemen
Pendidikan NSW pada siswa kelas 2 Sekolah Dasar, yang sebagian besar berusia 7 tahun. Studi ini dirancang untuk membandingkan hasil membaca pada anak-anak yang diajari Readable English dengan anak-anak pada kelompok kontrol yang hanya menerima pelajaran membaca biasa. Laporan lengkap studi ini dapat dilihat di situs Readable English https://au.readablenglish.com/pdf/Readable%20English%20Journal%20Article.pdf. Dua kelas dengan total 37 siswa menerima pengajaran menggunakan Readable English selama 12 jam dalam 12 minggu. Satu kelas yang terdiri dari 23 siswa menjadi kelompok kontrol. Siswa mengambil bagian dalam kelas selama dua setengah jam per minggu dan dapat mengakses situs Readable English dari rumah. Tujuh peserta dari kedua kelompok dikecualikan dari studi tersebut karena data yang tidak lengkap (mereka meninggalkan sekolah selama waktu studi dilakukan atau absen). Studi tersebut berlangsung selama empat bulan, termasuk hari libur. Semua peserta dinilai sebelum dan sesudah mengikuti studi tersebut menggunakan beberapa alat ukur. Materi bacaan yang berbeda juga dipakai sebelum dan sesudah studi itu untuk menghindari kemiripan yang tidak disengaja dengan materi yang mengubah hasil. Siswa dinilai dengan tes berikut ini:
Neale Analysis of Reading Ability (NARA) – mengukur akurasi membaca (jumlah kata yang dibaca dengan benar), pemahaman membaca dan tingkat membaca (kata yang dibaca per menit), di mana setiap nilai dikonversi ke usia membaca. 52
52
Kemahiran membaca di Australia diukur oleh ‘usia membaca’ yang umumnya berkisar antara 6 hingga 13 tahun. Tes NARA dilakukan berdasarkan aturan yang ketat. Pelajar membacakan kepada penguji cerita yang diberikan, lalu menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai pemahaman. Penguji kemudian memberikan cerita dengan tingkat kesulitan yang semakin lama semakin sulit. Tes ini berakhir pada saat pelajar tersebut membuat beberapa kesalahan dalam membaca cerita tersebut. Tes ini distandarisasi bagi pelajar Australia – tabel konversi disertakan dalam pamflet tes, dan penguji
27
Gray Oral Reading Tests (GORT) – menilai kefasihan dan akurasi membaca menggunakan bahan bacaan yang dipilih. Akurasi adalah ukuran jumlah kata yang dibaca dengan benar, di mana kefasihan adalah kombinasi dari akurasi dan kecepatan. Kefasihan juga kadang dilihat sebagai jumlah kata yang benar per menit.
Dalam penilaian NARA, kelompok eksperimen menggunakan Bahasa Inggris Standar pada penilaian pertamanya dan Readable English dalam penilaian keduanya, sedangkan kelompok kontrol menggunakan Bahasa Inggris Standar untuk setiap penilaian. Dalam tes GORT, Bahasa Inggris Standar digunakan dalam setiap penilaian oleh kedua kelompok. Karena ini merupakan uji coba riil pertama dari Readable English, tujuan utamanya adalah mengetahui apakah siswa dapat mempelajari glyphs dalam waktu yang cukup singkat, dan apakah glyphs benar-benar meningkatkan proses pengkodean. Tujuannya adalah untuk melihat apakah ada peningkatan pada petunjuk yang dimunculkan.
Hasil NARA Akurasi yang diukur sebagai usia membaca:
Kelompok kontrol: akurasi rata-rata meningkat dalam waktu 5,3 bulan.
Kelompok eksperimen: akurasi rata-rata meningkat dalam waktu 10,7 bulan (menggunakan Readable English).
Hasil ini betul-betul mendukung kesimpulan bahwa siswa akan memiliki akurasi yang lebih baik dan dapat secara cepat menunjukkan kemajuan dalam akurasi saat membaca dengan metode Readable English. Hal ini dapat membantu, khususnya dalam mengembangkan kepercayaan diri dan motivasi – pelajar yang merasa sudah dapat mempraktikkan metode ini dengan baik akan terus berkembang. Pemahaman membaca yang diukur sebagai usia membaca:
Kelompok kontrol: pemahaman rata-rata meningkat dalam waktu 4,5 bulan.
Kelompok eksperimen: pemahaman rata-rata meningkat dalam waktu 9,8 bulan (menggunakan Readable English).
Hasil tersebut menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pemahaman. Akan tetapi, harus diingat pula bahwa hasil itu didapat dari siswa penutur asli Bahasa Inggris. Setelah mereka membaca kata-kata secara akurat, pemahaman mereka akan meningkat karena mereka mengetahui kata-kata itu secara verbal. Penghambat satu-satunya untuk memahami teks tertulis adalah kemampuan mengkodekan kata-kata dan mengkaitkannya dengan makna yang dimaksud. (Sebagai contoh, tanpa Readable English, seorang siswa bertanya “what’s a puh-lice?” ("Polisi itu apa?"). Dengan petunjuk Readable English, siswa tersebut dapat mengkodekan kata "puh-leece" dengan tepat dan menghubungkannya dengan kata yang mereka sudah ketahui, 'police'.) Implikasi pemahaman membaca dengan metode Readable English bagi pelajar Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua akan dibahas pada bagian berikut ini.
mengkonversi nilai murni siswa (misalnya jumlah kesalahan, waktu yang diperlukan, dan nilai pemahaman) menjadi usia baca.
28
Tingkat membaca: Tidak ada perbedaan signifikan yang tercatat di antara kelompok tersebut dalam hal peningkatan tingkat membaca.
Hasil GORT Hasil GORT memiliki peran penting karena pasca-tes dilakukan dalam Bahasa Inggris Standar. Kefasihan (akurasi dan kecepatan): Kedua kelompok menunjukkan peningkatan dalam hal kefasihan, namun kelompok eksperimen meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding kelompok kontrol ketika diuji dalam Bahasa Inggris Standar.
Kelompok eksperimen membaca 25 tambahan kata dengan benar setiap menitnya - mulai dari 77 hingga 102 kata benar.
Kelompok kontrol membaca 11 tambahan kata dengan benar setiap menitnya - mulai dari 82 hingga 93 kata benar.
Hasil memperlihatkan bahwa peningkatan pada kelompok eksperimen jauh lebih besar daripada kelompok kontrol. Secara statistik, terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan dari prates hingga pasca-tes.
Hal tersebut merupakan hasil yang sangat penting. Hasil itu mengindikasikan bahwa belajar membaca dengan metode Readable English tidak hanya lebih mudah dan lebih cepat daripada belajar Bahasa Inggris Standar, sesuai prediksi, tetapi juga membuat pembelajaran Bahasa Inggris Standar menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Berdasarkan hasil tersebut, mempelajari kata secara fonetis (dengan Readable English) akan membantu pelajar untuk mengingat kata secara lebih baik dan belajar melafalkannya lebih cepat daripada jika mereka melakukannya dengan kata yang perlu diingat bunyinya (belajar dengan cara menghafal). Pelajar yang sudah mempelajari kata-kata baru dengan Readable English dan kemudian melihat kata tersebut dalam Bahasa Inggris Standar, mengatakan bahwa mereka membayangkan glyphs pada kata-kata tersebut.
Hasil tersebut juga dapat dianalogikan seperti anak kecil yang belajar mengendarai sepeda dengan roda latihan. Tanpa roda latihan, seorang anak mungkin bisa jatuh atau memiliki pengalaman buruk yang dapat menghentikan upayanya untuk terus mencoba. Dengan roda latihan (yaitu Readable English), mereka dapat bersepeda dengan aman dan memperoleh kepercayaan dan kesenangan dalam bersepeda. Mereka akan siap untuk melakukan transisi ke sepeda tanpa roda latihan (Bahasa Inggris Standar). Hasil GORT berperan penting karena memperlihatkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk sampai pada tahap ‘tanpa roda latihan’ dapat dicapai lebih cepat melalui tahap dengan roda latihan, dibandingkan hanya memaksa pelajar untuk langsung memakai sepeda dengan dua roda (yang mungkin menimbulkan pengalaman terjatuh, dll, sepanjang prosesnya).
29
2.
Universitas-universitas Jepang dan yang lainnya
Sebuah studi yang dilakukan oleh Readable English dengan universitas-universitas di Jepang telah menunjukkan tren yang sama, yang menjadi perhatian khusus ketika mempertimbangkan manfaat dari Readable English bagi pelajar yang mempelajari Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Dalam tes tersebut, Readable English tidak menggunakan tes NARA atau GORT karena keduanya disesuaikan dengan standar yang berlaku di Australia dan AS. Akan tetapi, beberapa materi terpilih dari GORT dipakai untuk memastikan bahwa ada bacaan A/B pembanding dan untuk menghindari efek praktis. Setelah diajari dengan metodologi Readable English, siswa membacakan materi yang ada dengan nyaring kepada penguji dan diberi pertanyaan pilihan ganda. Ada dua bacaan dipakai, satu yang sesuai tingkat pemahaman pelajar dan satu lagi yang lebih sulit. Cara ini dilakukan agar kefasihan (akurasi dan kecepatan) dapat diprediksi pada bacaan yang lebih mudah, dan materi dengan kesulitan lebih tinggi digunakan untuk mengidentifikasi kesalahan dan peluang untuk meningkatkannya. Nilai rata-rata untuk keseluruhan tes kemudian dihitung. Kedua tes dilakukan dalam Bahasa Inggris Standar dan tren yang sama juga ditemukan dalam studi ini di mana ada peningkatan signifikan dari pre-tes hingga pasca-tes dalam hal akurasi dan pemahaman membaca. Sejauh ini, belum ada tes di Jepang yang menggunakan kelompok kontrol karena biaya dipakai untuk melakukan studi percontohan resmi. Akan tetapi, serangkaian tes terus dilakukan karena Readable English telah diterapkan di AS dan negara-negara lainnya. Kebanyakan dari tes ini bersifat tidak formal dan dilakukan sebagai proyek percontohan di sekolah-sekolah. Readable English menyarankan agar setiap institusi menggunakan langkah-langkah perbaikan mereka sendiri. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai hasilnya, para pelajar dan/atau guru dapat melihat pengaruh Readable English dalam hal kepercayaan diri dan sikap seperti yang disampaikan pada bagian testimonial.
Apakah Readable English juga dapat membantu proses pemahaman bagi pelajar Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua? Jika hasil tes NARA yang tercantum di atas tidak menguji peningkatan pemahaman setelah kembali pada Bahasa Inggris Standar, kemungkinan ada manfaat berkelanjutan yang nyata untuk meningkatkan pemahaman setelah menggunakan Readable English yang terkait dengan meningkatnya kepercayaan diri dan kesenangan serta kemauan untuk membaca. Hal ini berlaku bagi pelajar Bahasa Inggris yang merupakan penutur asli dan bukan penutur asli. Akan tetapi, bagi mereka yang bukan penutur asli, pengetahuan tentang cara melafalkan dan mengenali kata akan diperlukan namun belum cukup untuk meningkatkan level pemahaman. Memahami makna kata sangat penting untuk meningkatkan pemahaman. Saat pelajar yang merupakan penutur asli mungkin mengetahui makna kata setelah mereka melafalkannya dengan benar, pelajar Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua mungkin memerlukan bantuan pengajar yang dapat membantu mereka mengembangkan kosakata. Jadi, bagi pelajar Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, seorang pengajar dan/atau akses untuk memaknai isi teks mungkin menjadi lebih penting artinya dalam mencapai peningkatan pemahaman
30
dibandingkan dengan penutur asli. Sebagai contoh, jika pelajar belum mengetahui makna kata ‘police’, pengkodean dan pelafalan dengan benar tidak akan serta-merta membawa mereka pada pemahaman makna kemampuan untuk membunyikan kata dengan benar perlu ditambah dengan pengajaran kosakata atau akses pada informasi tentang kata yang dimaksud, misalnya menggunakan sebuah kamus. Untuk alasan ini, Readable English menyediakan kamus lengkap yang diberi petunjuk dalam Readable English, yang tersedia di situs dan aplikasi dan juga menyediakan cara pelafalan dengan benar. Proyek potensial di masa mendatang adalah menyediakan kamus sebuah Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia yang memakai Readable English untuk memperlihatkan pelafalan dibanding menggunakan International Phonetic Alphabet. Walaupun bantuan di awal proses akan banyak diperlukan, begitu arti kata diberikan, kemampuan untuk membaca dan melafalkan kata secara benar mungkin dapat membantu proses menggabungkan memori makna. Hal ini dilakukan dengan mengurangi beban, yang pertama dalam belajar melafalkan dan yang kedua dalam hal mempermudah proses transfer informasi ke memori jangka panjang. Selain itu, kita sering belajar atau mempertegas pemahaman makna kata baru dari proses melihat atau mendengar dipakai dalam sebuah konteks. Meningkatnya kefasihan dalam membaca membuat pelajar dapat memahami potongan bacaan, agar mereka lebih mampu memahami narasi dan menyimpulkan makna sebuah kata jika tidak dapat mengingatnya secara utuh. Ditambah lagi, kemampuan mengenali kata baru secara verbal (dari menonton film, TV, video) akan membantu penggabungan memori kata-kata baru.
31
Testimonial tentang Readable English - Akademisi, pengajar, orang tua dan pelajar individu
Peter Johnson, Kepala Sekolah, Bourke Street Public School, New South Wales, Australia Readable English benar-benar dapat membantu proses belajar! Kami melihat peningkatan dalam hal membaca setelah satu triwulan. Semua siswa menunjukkan peningkatan. Program tersebut tidak hanya menyasar kelompok siswa tertentu dari seluruh populasi kelas. Saya senang sekali melihat peningkatan pemahaman membaca sekaligus akurasi membaca. …………………………. Baptiste Cruysmans, pelajar Bahasa Inggris berusia 18 tahun, Belgia Dengan glyphs, saya dapat meningkatkan pelafalan saya dan saya memvisualisasikannya dalam pikiran saya ketika sedang membaca sebuah teks. …………………………. John Sweller, Profesor Emeritus, School of Education, University of New South Wales, Australia Belajar membaca dalam Bahasa Inggris adalah tugas yang luar biasa sulit. Dalam bahasa tertulis, jumlah kata yang fonetis sangat terbatas, selain itu aturan yang ada cenderung kurang jelas dan kurang konsisten. Huruf-huruf individual dapat dilafalkan dengan berbagai cara tergantung pada kata di mana huruf tersebut ditempatkan. Akibatnya, seorang penutur yang mengetahui pelafalan suatu kata tidak perlu mengetahui cara mengejanya dan seorang pembaca yang menemukan kata baru, dengan usaha yang terbaik, hanya dapat menebak pelafalannya. Mengingat situasi yang tidak baik ini, idealnya kami harus mengembangkan sebuah sistem pengejaan Bahasa Inggris baru yang fonetis serta meninggalkan sistem yang lama. Tentu saja, pada kenyataannya perubahan radikal tersebut tidak akan terjadi. Kebanyakan dari kita berasumsi bahwa situasi itu tidak dapat diperbaiki dan kita tidak memiliki pilihan selain menyalahkan pembaca dan penulis Bahasa Inggris atas beban yang sulit itu. Saya terus berada di kondisi tersebut sampai saya menemukan Readable English. Sistem itu sangat jenius. Pertama, setiap kata dieja berdasarkan cara yang umum agar pembaca yang ahli tidak mengalami kesulitan dalam membaca kata itu. Kedua, huruf-huruf yang tidak dilafalkan diperlihatkan namun diberi warna khusus dan setiap huruf yang memiliki ragam pelafalan memiliki sebuah tanda di atasnya untuk menunjukkan pelafalan khusus pada kata tersebut. Hasilnya, Bahasa Inggris tertulis seluruhnya menjadi fonetis namun masih memungkinkan pelajar untuk mempelajari ejaan Bahasa Inggris non-fonetis yang saat ini berlaku. Mereka yang mengenal Teori Beban Kognitif dengan penekanan pada pengurangan beban memori kerja selama proses belajar akan segera melihat manfaat dari sistem ini. Data awal menunjukkan bahwa belajar membaca Readable English tidak hanya lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan mempelajari Bahasa Inggris pada umumnya, sebagaimana sudah diprediksi, akan tetapi juga menghasilkan proses belajar yang lebih mudah dan lebih cepat untuk Bahasa Inggris yang umum. Berdasarkan teori dan data, saya dapat merekomendasikan Readable English sebagai sarana yang sangat baik untuk belajar. Sistem tersebut memiliki potensi untuk mengubah cara mengajar Bahasa Inggris. …………………………. Hon Tanya Plibersek MP, Anggota Federal Sydney, Wakil Ketua Opposition Labor Party, Shadow Minister for Education, Shadow Minister for Women Terima kasih karena sudah memperkenalkan saya pada Readable English. Inisiatif ini terlihat sebagai sebuah program yang luar biasa, jadi saya menantikan informasi terbaru mengenai kemajuan pelaksanaannya. Meningkatkan literasi anak-anak di Australia merupakan persoalan yang sangat penting dan merupakan sebuah prioritas bagi kami semua di Labor Party.
32
…………………………. Tutor, The Girls and Boys Club - Bagian 1 (Amerika Serikat) Halo Ann, Tammy, dan Connie! Saya ingin mengirimkan informasi terbaru kepada kalian bertiga. Saya mulai mendampingi sahabat keluargaku, John, belajar menggunakan Readable English. Dia adalah siswa tahun ketiga dan saat ini kemampuan membacanya ada di level siswa tahun kedua. Kami baru saja menyelesaikan bab ketiga dari Readable English, di situ diajarkan bahwa huruf-huruf senyap diberi warna khusus dan pemisahan suku kata menggunakan titik. Dua modifikasi pada setiap kata membantu dia dalam melafalkan dan membaca kata yang belum pernah dia baca sendiri! Perubahan ini luar biasa sekali! Ketika kami menunjukkannya pada ibunya, dia membacakan sebuah daftar kata dan itu membuat ibunya menangis bahagia. Beberapa kali dia berkata,”Cara ini lebih mudah daripada yang dilakukan di sekolah." dan “Jika saya sudah mengetahui cara ini sejak TK, pasti saya sekarang sudah jago!” :) Saya akan bertemu dengannya 3 kali pada minggu ini untuk Readable English… dan saya tidak sabar. Hasilnya sungguh bisa segera dilihat! Sekali lagi terima kasih karena telah memperkenalkan program ini kepada saya… Saya tidak sabar untuk melihat kemajuan yang dicapai oleh John! Saya akan selalu mengabari kalian! Tutor, The Girls and Boys Club - Bagian 2 (Amerika Serikat) Saya saat ini sedang mendampingi murid selama satu jam, tiga kali dalam seminggu… semuanya berjalan dengan baik. Setiap kali saya mengajarinya, saya semakin menyukai program ini. Dia sudah belajar mengenai 9 glyphs saat ini. Tadi malam, alih-alih mempelajari 3 glyphs baru, selama satu jam kami melihat kembali apa yang sudah dipelajari sejauh ini. Kami membaca semua daftar kata dan kalimat yang menyertai setiap glyphs dan dia membacanya dengan lebih cepat dibandingkan saat pertama kali melakukannya. Sungguh luar biasa, dia bisa melafalkan sebuah kata baru dengan usahanya sendiri tanpa bantuanku. Saya sangat gembira sekali dengan kemajuan yang dia capai! Sekali lagi terima kasih karena telah memperkenalkan program ini kepada saya! Kita harus menunjukkan ini pada MCCSC dan RBBCSC! …………………………. Neva Sultana, Guru, Grace Lutheran College, Queensland, Australia Kami berhasil menerapkannya [program Readable English] di Triwulan 3 selama setengah jam, dua kali seminggu, dan para siswa mengalami peningkatan dalam 9 minggu. Kami menghabiskan minggu pertama dengan hanya mempelajari tanda-tanda yang berbeda [glyphs]. Para siswa menangkap materi itu dengan sangat cepat. Program ini membantu siswa yang kesulitan untuk fasih dan kesulitan memahami serta gangguan diseleksia. Mereka terlihat lebih senang. Mereka merasa diberdayakan dengan kepercayaan dan penghargaan diri yang baru. ………………………….
33
Ben Osborne, Guru, Brisbane, Australia Perubahan terbesar yang pernah kulihat pada [siswa A] adalah pemahamannya yang meningkat karena dia tidak lagi berkutat dengan literasi dasar. Dia berubah dari siswa dengan nilai C - pada triwulan pertama menjadi seorang siswa dengan nilai B - di triwulan kedua. Dia menunjukkan peningkatan yang dramatis dalam pemahaman. Dia saat ini lebih banyak membaca materi penelitian, sesuatu yang tidak dia lakukan sebelumnya. …………………………. Melita Watts, Orang Tua, Brisbane, Australia Putra saya bekerja keras untuk belajar Bahasa Inggris dan materi pelajaran yang mengharuskan kebutuhan membaca dalam jumlah banyak. Readable English sudah membuat banyak perbedaan – dia sekarang lebih percaya diri untuk membaca dengan bersuara dan memahami makna kata. Sejak dia belajar dengan metode Readable English, dia lebih senang mengambil buku dan membacanya. Dia belum pernah bekerja sekeras ini mengerjakan tugasnya dan sekarang dia jarang sekali menolak saat saya dan suami saya menyuruhnya menyelesaikan pekerjaan rumah. Dia masih bersikap seperti remaja pada umumnya untuk urusan pekerjaan rumah, namun saya tidak lagi cemas mengenai pekerjaan rumahnya seperti sebelumnya. Saya beberapa kali mendapati putra saya membaca buku, sesuatu yang mengagumkan dan tidak akan pernah dia lakukan sebelumnya. Dia bahkan ingin membeli majalah yang dapat dia baca. …………………………. Chris Stone, Guru, Sydney, Australia Siswa saya sangat menyukai komputer untuk bermain game dan aktivitas lain. Akurasi dan pemahaman membaca mereka lebih baik daripada sebelumnya. Mereka menjadi lebih percaya diri dan ingin belajar. Saya merekomendasikan Readable English pada orang tua yang memiliki anak-anak dengan kesulitan membaca. ………………………….
Thomas Heenan, Guru Senior dan Learning Consultant di the Saudi Aramco Yanbu Refinery Industrial Training Center Saya adalah Guru Senior dan Learning consultant di Saudi Aramco Yanbu Refinery ITC (Industrial Training Centre). Salah satu tanggung jawab saya adalah atas program pengajaran ESL dan evaluasi semua materi pengajaran termasuk aplikasi berbantu komputer dan program perangkat lunak untuk ESL. Berdasarkan kajian awal saya pada perangkat lunak Readable English, saya terkesan dengan fleksibilitas dan potensinya untuk disesuaikan untuk membuat program materi pelatihan yang spesifik dan teknis. Saya melihat program ini sebagai sebuah sarana agar proses membaca lebih dapat dijangkau oleh para murid dan di saat yang sama membangun kepercayaan diri mereka dalam berbicara dengan pelafalan dan pengungkapan yang tepat. Saya menantikan dan akan mengevaluasi versi Readable English untuk pelajar ESL dewasa, yang menjanjikan fitur yang lebih bermanfaat bagi murid kami dan mungkin para tenaga kerja. ………………………….
34
Jacqueline Baxter, Guru, Dubai British School, UAE Siswa saya menyukai alternatif kegiatan online dan fisik (terutama Naughts, Crosses dan Bingo), dan kemampuan untuk mengatur sendiri menu pada eReader merupakan fitur khusus yang penting. Kualitas materi pelajaran juga sangat baik – ini membuat persiapan mengajar menjadi sangat mudah. Salah satu siswa kami di kelas, yang sebelumnya hanya membaca komik, sekarang sedang membaca buku Billionaire Boy. Salah satu anak tidak menunjukkan ekspresi emosional. Ketika menggunakan Readable English, ekspresinya mulai terlihat hidup. Suatu saat ketika saya sedang berhalangan sehingga tidak dapat mengajar salah satu kelas, seorang siswa laki-laki yang memiliki kemampuan membaca tingkat lanjut "memandu" sesi kelas selama 30 menit! …………………………. Annette Milne, Orang Tua, WA, Amerika Serikat Kemampuan bicara putra saya, Dereck, dites ketika dia berusia 3 tahun karena dia memiliki kesulitan berkomunikasi. Dia menerima bantuan dalam kelas bicara dari sekolah negeri dan mereka mencoba membantunya sebisa mereka, tetapi dia tidak menunjukkan kemajuan yang berarti dan tidak dapat melanjutkan proses belajar. Jika anak-anak lain dapat menyelesaikan proyek belajar dalam hitungan menit, Dereck membutuhkan beberapa jam untuk menyelesaikannya. Saya mendampinginya selama musim panas supaya dia tidak kehilangan semua pengetahuan yang dia serap selama masa sekolah. Hasil evaluasi tahun ketiga Dereck memperlihatkan bahwa dia sangat pintar namun kemampuan membaca dan menulisnya masih kurang. Hasil dari evaluasi tersebut menunjukkan bantuan tambahan yang dia butuhkan. Saya mulai mencari metode alternatif untuk membantu dia di luar sekolah. Saat itulah saya menemukan Readable English di Internet. Saat saya mulai menggunakan Readable English, Dereck memahami bunyi berbeda dari berbagai huruf dan cara sebuah kata dipecah menjadi suku kata, serta glyphs dan huruf yang diberi warna khusus yang membantunya memahami bunyi kata. Ketika Dereck mengenal Readable English, kemampuan membacanya setara dengan siswa tahun kedua selama musim panas sebelum menjalani masa belajar tahun tahun keempat. Saat dia mulai bersekolah di musim gugur, Dereck menjalani penilaian untuk tingkat kemampuan baca tahun keempat. Anak-anak biasanya tidak fokus selama musim panas namun Dereck menunjukkan peningkatan dalam kemampuan membacanya pada musim panas sebagai hasil belajar menggunakan Readable English bersama Ann. Saat ini, dia memiliki kemampuan rata-rata di sekolah dan dapat memahami instruksi dengan lebih baik. Dia juga mengalami peningkatan dalam setiap materi pelajaran di sekolah. Dia berubah dari seseorang yang membutuhkan bantuan orang lain sepanjang waktu menjadi siswa yang mandiri dalam menyelesaikan tugasnya. Dia melakukannya dengan lebih baik saat memakai Readable English dibandingkan ketika dia tidak menggunakannya. Saya percaya Readable English dan bantuan Ann Fitts telah meningkatkan peluang dan kemungkinan yang dia miliki dalam kehidupannya. Terima kasih, ………………………….
35
Beth Powell, Direktur Reading Clinic, CA, Amerika Serikat Dua anak laki-laki – masing-masing berusia 8 dan 12 tahun - mempelajari program ini dalam waktu 2-3 hari. Program itu tidak berpengaruh pada nilai membaca mereka (mereka mulai membaca dengan kemampuan yang cukup), akan tetapi program tersebut MENGUBAH HIDUP mereka. Si anak yang berusia 8 tahun memiliki memori yang sangat baik untuk mengingat kata-kata namun harus berusaha keras memahami aturan-aturan. Saya masih berusaha untuk memperlihatkan pada ibunya bahwa program ini dapat membantu. Ibunya berkata bahwa anaknya tidak pernah belajar sesuatu dengan cepat selama ini dan merasa ragu-ragu pada awalnya. Mereka mengambil jeda seminggu, kemudian kembali lagi dan anak tersebut masih mengingat semua glyphs dan mengenali kata-kata yang dia ingat memakai glyphs dalam format yang normal. Akhirnya ibunya mulai mempercayai kami. Saya akan menunjukkan pada gurunya dengan harapan guru itu akan menerapkan program tersebut pada dia. Saya pikir dia akan terus menggunakannya secara mandiri tetapi jika setiap orang memadukannya, dia akan jauh menjadi lebih baik. Seorang anak berusia 12 tahun membawa pulang brosur dan menunjukkan pada ibunya sekaligus bertanya apakah dia dapat belajar program itu. Ibunya datang seminggu kemudian, dan sambil berlinang air mata dia berterima kasih pada saya. Anak tersebut membaca di rumah atas inisiatifnya sendiri, sesuatu yang baru pertama kali disaksikan oleh ibunya. Anak tersebut menggunakan audiobook. Saya sangat yakin kemandirian untuk mampu melihat sebuah kata dan mengetahui bagaimana melafalkannya merupakan hal yang membawa perbedaan dalam dirinya. …………………………. Orang Tua, CA, Amerika Serikat Program ini sungguh mengesankan. Anak saya yang berusia 8 tahun yang sebelumnya kesulitan untuk mebaca kata yang terdiri atas 3 huruf kini membaca buku-buku tingkat dasar dan memberitahu saya bahwa dia sekarang suka membaca berkat Readable English.
…………………………. Karen Malkiewicz, Kepala Sekolah, Elk Grove Unified School District Adult and Community Education, Elk Grove, California, USA Dengan antusiasime tinggi saya mendukung usaha keras Anda dalam mengembangkan Readable English menjadi produk yang dapat dipasarkan dan dapat digunakan oleh institusi pendidikan yang menyediakan program literasi bagi pelajar dewasa. Elk Grove Adult and Community Education (EGACE) memberikan dukungan bagi keluarga di Elk Grove Unified School District (EGUSD) melalui literasi dasar, kemitraan sekolah-keluarga, dan program persiapan TK, yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan pencapaian sebelum anak mereka memasuki pendidikan taman kanak-kanak. Program Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua (ESL) dari EGACE memberi peluang bagi pelajar dewasa untuk mempelajari Bahasa Inggris serta keterampilan hidup yang dibutuhkan agar pendatang baru berbaur dengan masyarakat Amerika dan produktif di tempat kerja, sekolah, kehidupan keluarga dan komunitas. EGACE juga menawarkan pengajaran Bahasa Inggris yang membantu siswa mempersiapkan ujian kewarganegaraan AS, serta kursus ESL kejuruan di mana Bahasa Inggris diajarkan dalam konteks karir pada pekerjaan. Penambahan Readable English sebagai komponen utama kurikulum ESL di EGACE akan sangat memperdalam kemampuan kami dalam mengatasi kebutuhan literasi sejumlah besar populasi pelajar Bahasa Inggris dewasa yang memiliki tingkat literasi sangat rendah, baik dalam Bahasa Inggris maupun dalam bahasa asli mereka. eReader merupakan sarana yang sangat bermanfaat dan memungkinkan para siswa mengkonversi materi kursusnya ke dalam sistem pendukung tersebut, dan pada akhirnya akan ikut memastikan keberhasilan pendidikan anak-
36
anaknya serta kemampuan mereka sendiri untuk melanjutkan pendidikan dan/atau pelatihan yang akan membuat mereka mendapatkan lapangan pekerjaan. Saya berharap dapat bekerja sama dengan Anda dan perusahaan Anda untuk mengembangkan, merintis dan melatih instruktur ESL dalam program Readable English. …………………………. Lucinda Ritter, pengajar pendidikan khusus berkualifikasi (US Master’s degree), saat ini tinggal di Malaysia. Sebagai warga negara Amerika Serikat yang tinggal di Asia, saya memperhatikan bahwa ada kebutuhan akan kemampuan bahasa Inggris di Asia tergolong besar. Saya berpendapat bahwa Readable English merupakan terobosan dalam pengajaran bahasa Inggris, dan memiliki potensi besar di Asia, terutama di pasar yang saya kenal: Pengajar ESL, institusi pendidikan tinggi Bahasa Inggris dan sekolah-sekolah swasta. Saya ingin bekerja sama dengan Anda untuk mengembangkan materi “teach the teacher” (pelatihan instruktur), dan memulai Readable English bersama beberapa pengajar ESL, institusi pendidikan tinggi bahasa Inggris dan sekolah swasta di Malaysia dan Thailand. Proyek percontohan ini akan memampukan kita untuk menyesuaikan Readable English dengan kultur di Asia, mengumpulkan testimonial dan data kemajuan kinerja, serta mendapatkan data untuk mengembangkan rencana pemasaran di kedua negara tersebut. …………………………. Maryanne Wolf John DiBiaggio, Profesor di Citizenship and Public Service Eliot-Pearson, Department of Child Study and Human Development Direktur Center for Reading and Language Research Halo Chris, Surat dan proyek Readable English sungguh luar biasa! Saya juga berharap kamu selalu sukses. Saya minta maaf jika saya agak terlambat membalas surat ini dan isinya pendek, tetapi saya baru saja mulai kuliah selama dua minggu di pesisir AS, dan hanya punya sedikit waktu untuk mengakses email. Saya akan terus membaca dan mengikuti proyekmu yang luar biasa, dan sangat berharap kamu berhasil. Saya akan segera meneruskan suratmu pada kolegaku di MIT dan GSU serta Curious Learning, agar mereka bisa melihat hasil karyamu. Mari bertukar sapa lagi di lain waktu. Terima kasih atas bantuanmu dalam pekerjaan yang kulakukan. Kebaikanmu sangat berarti. Semoga berhasil di forum Tedx yang akan kau ikuti! Salam hangat, Maryanne Wolf ………………………….
37