Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
PENGARUH PEMBELAJARAN KOLABORATIF TIPE ANALYTIC TEAM MELALUI LESSON STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA Influence of Collaborative Learning Analytic Team Type by Lesson Study on Student Learing Outcome Maya Umi Hajar1), Jekti Prihatin2), Mochammad Iqbal3) Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember, 085645449827; email:
[email protected] Abstrak Pembelajaran kolaboratif tipe analytic team merupakan pembelajaran kolaboratif dengan mengasumsikan tugas-tugas tertentu untuk dijalankan oleh masing-masing anggota kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang diukur pada penelitian ini meliputi hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (p=0,000<0,05). Selisih rerata post-test dengan pre-test hasil belajar kognitif sebesar 19,48 pada kelas eksperimen dan sebesar 9,02 pada kelas kontrol, sedangkan rerata hasil belajar afektif pada kelas eksperimen sebesar 73,15 dan kelas kontrol sebesar 62,71 dan hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen sebesar 74,06 dan kelas kontrol sebesar 61,38. Dengan demikian, penerapan pembelajaran kolaboratif harus dilakukan secara berkelanjutan untuk mengaktifkan dan mengembangkan hasil belajar siswa di dalam kelas. Kata Kunci : Pembelajaran kolaboratif, analytic team, lesson study, hasil belajar Abstract Collaborative learning type analytic team is a kind of collaborative learning that assume certain tasks to be executed by each member of the group. This Research aimed to understand the influence of learning collaborative analytic team type on student learning outcomes. Student learning outcomes that measure in this result are cognitive aspect, affective aspect and psychomotor aspect. The research results show that collaborative learning analytic team type impact on learning outcomes in cognitive aspect, affective aspect and psychomotor aspect with value probability smaller than 0.05 (p=0,000<0,05). Difference in average pretest posttest with cognitive aspect of 19.48 in the experimental class and 9.02 in the control class, while the average of affective learning outcomes in the experimental class and control class amounted to 73.15 and 62.71. Psychomotor learning outcomes in the experimental class at 74.06 and 61.38 for the control classes. Thus, the implementation of collaborative learning must be sustainable to enable and develop student learning outcomes in the classroom. Keywords: Collaborative learning, analytics team, lesson study, learning outcomes 1244
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
PENDAHULUAN Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan ketercapaian tujuan belajar sesuai dengan yang diharapkan. Optimalisasi partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar secara efektif. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan partisipasi siswa adalah dengan cara menerapkan pembelajaran dengan berkelompok (Putriyani, 213:2). Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan berkelompok yang sudah dilakukan saat ini kurang maksimal dan tidak seperti yang diharapkan. Berdasarkan penelitian Cross (dalam Barkley, 2014: 35), menunjukkan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kecepatan penerimaan pengetahuan yang berbeda-beda, sehingga akan ada anggota kelompok yang lebih mendominasi kegiatan kelompok dan yang lain tidak ikut berpartisipasi aktif. Dominasi di dalam kelompok menyebabkan kegiatan diskusi akan hanya membuang waktu dan diskusi akan keluar dari topik karena kinerja kelompok hanya dilakukan oleh beberapa anggota saja. Adanya dominasi tersebut mengakibatkan pencapaian hasil belajar di dalam kelas tidak akan seimbang, siswa yang mendominasi kinerja kelompok akan mendapatkan hasil belajar yang tinggi dan sebaliknya siswa yang pasif akan memiliki hasil belajar yang sangat rendah. Guru seharusnya mampu menyusun situasi pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih aktif untuk memaksimalkan tujuan pembelajaran secara bersama-sama dan tidak menimbulkan dominasi antar siswa dalam kelompok (Johnson et al., 2012: 181). Salah satu cara untuk menghilangkan dominasi siswa adalah dengan menggunakan metode berdiskusi yang dapat membangun pikiran masing-masing siswa dengan pembebanan tugas dan tangung jawab masing-masing anggota di dalam kelompok dengan aktif menghubungkan informasi untuk mencapai tujuan secara bersama-sama. Pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih aktif, karena pembelajaran dilakukan dengan cara bekerja sama dalam kelompok dengan pembebanan tugas dan tangung jawab masing-masing kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan bersama-sama (Barkley et al., 2014: 7). Menurut Dillenbourg (dalam Santoso, 2013: 9), pembelajaran kolaboratif merupakan pembelajaran dimana dua orang atau lebih mencoba belajar secara bersamasama dengan beban tangungjawab masing-masing anggota sehingga terjadi interaksi diantara keduanya untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kolaboratif akan lebih memudahkan siswa untuk belajar dengan saling menyumbangkan ide dan pemikiran sehingga dapat melatih kemampuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah kelompok (Kusumastutik, 2012: 9). Penggunaan pembelajaran kolaboratif dalam kegiatan pembelajaran berkelompok akan menjadikan siswa lebih mudah untuk mencapai hasil belajar yang maksimal karena kesulitan siswa akan diselesaikan secara bersama-sama secara mandiri dan didukung dengan adanya peran guru di dalam pembelajaran (Johnson et al., 2012: 2). Penerapan pembelajaran kolaboratif mempunyai berbagai macam tipe yang dapat memudahkan guru untuk menerapkan pembelajaran secara efektif. Salah satu tipe pembelajaran kolaboratif adalah tipe analytic team yang merupakan pembelajaran kolaboratif dengan mengasumsikan tugas-tugas tertentu untuk dijalankan oleh masingmasing anggota kelompok. Tugas-tugas yang diberikan oleh masing-masing anggota 1245
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
kelompok adalah peran seperti ketua, perangkum, pelapor dan peran-peran yang lain. Pembelajaran kolaboratif tipe analytic team membagi proses pembelajaran menjadi beberapa bagian dengan tangungjawab dan peran masing-masing anggota di dalam kinerja kelompok yang akan membuat siswa mampu menciptakan sebuah analisis kritis, karena setiap anggota akan menjalankan tugas dan tangungjawabnya dengan menganalisis masalah secara maksimal. Pembelajaran kolaboratif tipe analytic team mendorong siswa mengembangkan kemampuan dan keluar dari zona nyaman untuk beradaptasi dan belajar mengaplikasikan konsep (Barkley et al., 2014: 298). Penerapan pembelajaran kolaboratif yang dilakukan oleh guru di kelas masih belum sepenuhnya efekif, hal tersebut dikarenakan kurangnya kesiapan guru dalam melakukan pembelajaran serta kurangnya kerja sama antar guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi siswa dalam pembelajaran yang dilakukan (Laily, 2012: 1). Kurangnya kemampuan guru untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi siswa dalam pembelajaran menyebabkan kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa (Azis et al, 2013: 3). Oleh karena itu, dalam penerapan pembelajaran kolaboratif memerlukan suatu program yang terencana dan sistematis untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi siswa dalam pembelajaran secara bersama-sama yakni dengan melaksanakan lesson study. Lesson study merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memonitoring kegiatan dan kemampuan berpikir siswa selama belajar di dalam kelas dengan menggunakan dasar otentik hasil observasi sehingga perbaikan kualitas pembelajaran untuk pembelajaran berikutnya akan lebih mudah dilakukan. Lesson study juga mengutamakan penuntasan masalah siswa dan kesulitan-kesulitan dalam proses pembelajaran secara bersama-sama sehingga monitoring dan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan akan lebih mudah dilakukan jika menggunakan kegiatan lesson study (Faisal et al, 2013:88). Hasil penelitian Azis et al. (2013) dan Faisal et al. (2013) menunjukkan bahwa pembelajaran kolaboratif dengan lesson study telah mampu meningkatkan aktivitas siswa.. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pembelajaran kolaboratif dengan lesson study terhadap hasil belajar siswa. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat beberapa pihak antara lain. a. Bagi sekolah, hasil penelitian terhadap pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar siswa ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam melakukan inovasi pembelajaran khususnya pada mata pelajaran biologi b. Bagi guru, Adanya penelitian ini akan membuat guru lebih mudah dalam melakukan inovasi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa di kelas. Adanya penelitian ini juga digunakan sebagai acuan guru untuk melakukan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar siswa.
1246
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimental. Penelitian ini dilakukan dengan cara menerapakan pembelajaran kolaboratif tipe Analytic team dengan lesson study sebagai kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah sebagai kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 9 Jember pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP tahun pelajaran 2015/2016 dengan pokok bahasan yang digunakan adalah ―Stuktur dan Jaringan Tumbuhan‖. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling berdasarkan kelas setelah dilakukan uji homogenitas pada populasi. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. a. Metode observasi adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaannya pembelajaran yang dilakukan oleh guru (Margono, 2010: 158). Pelaksanaan observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pedoman observasi sesuai dengan langkahlangkah sintak pembelajaran yang telah ditentukan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Metode observasi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar afektif serta hasil belajar psikomotorik. b. Tes adalah teknik yang digunakan untuk mengetahui keadaaan awal siswa dan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan hasil belajar kognitif yang dicapai oleh siswa setalah pembelajaran. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pretest dan post-test. Analisis data yang digunakan untuk data-data yang diperoleh selama penelitian adalah sebagai berikut. a. Untuk menguji perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran kolaboratif dengan lesson study dan pembelajaran konvensional menggunakan analisis Anakova menggunakan hasil nilai pretes dan postes soal pilihan ganda b. Untuk menguji perbedaan hasil belajar afektif dan psikomotorik digunakan uji statistik t-test menggunakan data hasil observasi. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah: 1. Melakukan observasi yang bertujuan untuk meninjau tempat, mengetahui kesediaan sekolah untuk dijadikan sebagai tempat penelitian dan mengamati secara lebih dekat daerah atau tempat penelitian. 2. Menentukan populasi siswa kelas VIII SMP 3. Mengadakan uji homogenitas pada siswa kelas VIII SMP dengan menggunakan nilai ulangan harian pembelajaran sebelumnya dan melakukan random sampling untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. 4. Menentukan responden dengan teknik undian dari kelas yang homogen tersebut dipilih dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol 5. Melaksanakan kegiatan lesson study (plan) pada perencanaan pembelajaran kelas eksperimen.
1247
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
6. Melakukan proses belajar mengajar dengan pembelajaran kolaboratif dengan lesson study dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol serta melaksanakan kegiatan lesson study (do) pada kelas eksperimen. 7. Melaksanakan kegiatan lesson study (see) pada hasil pembelajaran kelas eksperimen 8. Menganalisis hasil yang telah didapatkan 9. Melakukan pembahasan berdasarkan analisis yang diperoleh. 10. Menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil belajar siswa pada penelitian ini meliputi hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif dinilai dari hasil post-test dan pre-test siswa, sedangkan untuk hasil belajar afektif dan psikomotorik dinilai brdasarkan hasil observasi saat pembelajaran berlangsung. Setelah dilakukan penelitian maka diperoleh hasil sebagai berikut. a. Hasil belajar kognitif siswa Hasil belajar kognitif awal siswa diukur dengan menggunakan pre-test sedangkan hasil belajar kognitif akhir diukur dengan menggunakan post-test. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pre-test dan post-test, setelah itu dilakukan analisis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap hasil belajar kognitif. Hasil rata-rata pre-test dan post-test dapat dilihat dari Tabel 4.1. Tabel 4.1 Rerata hasil belajar siswa (aspek hasil belajar kognitif) Pre-test Post-test Selisih Jumlah Kelas siswa Rerata±SD Rerata±SD Rerata±SD Kontrol 37 35,27±12,89 44,29±10,76 9,02 ± 2,13 Eksperimen 39 34,03±10,12 53,51±15,76 19,48 ± 5,64 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa selisih rerata post-test terhadap pre-test pada kelas kontrol sebesar 9,02 (±2,13) dan kelas eksperimen sebesar 19,48 (± 5,64). Berdasarkan hasil tersebut diperoleh hasil bahwa rerata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Namun, selisih standar deviasi lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Teknik analisis yang digunakan untuk mengetaui ada tidaknya pengaruh perlakukan terhadap hasil belajar kognitif adalah dengan menggunakan Uji Anakova. Sebelum dilakukan uji Anakova data harus berdistribusi normal dan homogen oleh karena itu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu. Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas levene‘s test. Berdasarkan hasil uji homogenitas levene‘s test nilai hasil belajar kognitif siswa didapatkan hasil nilai signifikasi lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,121 (p=0,121>0,05) memiliki makna bahwa nilai hasil belajar kognitif (pre-test dan post-test) pada kedua kelas memiliki data yang homogen atau memiliki varian yang sama. 1248
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji kolmogorov-smirnov test. Berdasarkan hasil uji normalitas kolmogorov-smirnov test didapatkan hasil nilai signifikasi pre-test dan post-test lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,153 pada pre-test dan 0,086, untuk post-test (p=0,153 dan 0,086 > 0,05) memiliki makna bahwa data nilai hasil belajar kognitif (pre-test dan post-test) kedua kelas memiliki distribusi normal dan dapat dilakukan uji Anakova untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap hasil belajar kognitif siswa. Hasil uji anakova terdapat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil uji analisis kovarian terhadap nilai pre-test dan post-test (aspek hasil belajar kognitif) Dependent Variable:post-test Kuadrat Jumlah Tipe III
db.
Rerata kuadrat
F
Model koreksi
3511,03
2
1755.513
10,943
0,000
Intersep
8443,93
1
8443.926
52,635
0,000
Kelas
1803,67
1
1803.665
11,243
0,001
pre-test
1898,55
1
1898.553
11,835
0,001
Error
11710,92
73
160.424
Total
197894,00
76
Total Koreksi
15221,94
75
Sumber
p.
Pada hasil uji kovarian didapatkan hasil, sebelum dilakukan perlakuan pada pretes sudah didapatkan hasil yang signifikan (P= 0.001 <0,005). Hal tersebut dikarenakan pada kelas eksperimen jarak antar nilai antara satu siswa dengan siswa yang lain sangat jauh, sehingga data yang dihasilkan berbeda dan menghasilkan data yang signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai standart deviasi yang tinggi meskipun nilai rerata berbeda sangat jauh. Standart deviasi yang tinggi itulah yang menyebabkan nilai probalitias sebelum diberikan pembelajaran kolaoratif sudah didapatkan hasil yang signifikan. Pada hasil uji kovarian terhadap nilai pre-test dan posttest didapatkan hasil nilai signifikasi pada kedua kelas adalah lebih kecil dari 0,05 (p=0,000< 0,05) memiliki makna bahwa Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap hasil belajar kognitif siswa. b. Hasil belajar afektif siswa Hasil belajar afektif siswa dinilai menggunakan lembar observasi dengan indikator yang dinilai adalah tangungjawab, disiplin dan jujur. Nilai rata-rata pada setiap indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3.
1249
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Tabel 4.3 Rata-rata kemampuan berpikir hasil belajar afektif kelas kontrol dan kelas eksperimen setiap indikator Skor Tangungjawab Maks. Kontrol 100 65,79 Eksperimen 100 66,25 Kelas
Disiplin
Jujur
65,13 70,00
59,86 82,50
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.3 maka dapat diketahui bahwa indikator tangungjawab pada kelas ekperimen mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yakni 66,25 pada kelas eksperimen dan 65,79 pada kelas kontrol. Pada indikator disiplin kelas eksperimen mendapatka nilai rerata sebesar 70,00 dan kelas kontrol 65,13. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sikap disiplin pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada indikator jujur kelas eksperimen memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, yakni 82,50 pada kelas eksperimen dan 59,86 pada kelas kontrol. Hasil tersebut berarti kelas eksperimen mempunyai sikap jujur yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan hasil rerata ketiga kelas tersebut dapat diketahui bahwa pada ketiga indikator yakni tangungjawab, jujur dan disiplin kelas eksperimen mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Setelah nilai ada setiap indikator didapatkan maka akan dianalisis untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar afektif siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Perbedaan rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen dapat dilihat dari Tabel.4.4. Tabel 4.4 Rerata hasil belajar siswa (Aspek hasil belajar afektif) Kelas Jumlah Rerata±SD Kontrol 38 62,71±21,19 Eksperimen 40 73,15±22,47 Berdasarkan Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa rerata hasil belajar afektif siswa kelas kontrol sebesar 62,71 (±21,19) dan rerata kelas eksperimen sebesar 73,15 (±22,47). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontol. Namun, standar deviasi kelas eksperimen lebih besar pula dibandingkan dengan kelas eksperimen. Setelah didapatkan data hasil belajar afektif maka dilakukan uji statistik t-test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar afektif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji statistik t-test dapat dilihat pada Tabel 4.5.
1250
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Tabel 4.5 Hasil uji t-test terhadap hasil belajar siswa (aspek hasil belajar afektif) Uji t untuk perbedaan rata-rata Afektif Rerata t db p. Asumsi varian yang 73,15 2,107 76 0,038 sama Asumsi varian yang 62,71 -0,851 75,99 0,038 berbeda Berdasarkan hasil uji t-test didapatkan hasil nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05 yakni sebesar 0,038 untuk asumsi varian yang sama dan 0,038 untuk asumsi varians yang berbeda (p=0,038 < 0,05) memiliki makna bahwa Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar afektif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol atau hasil hasil belajar afektif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. c. Hasil belajar psikomotorik Hasil belajar psikomotorik siswa dinilai menggunakan lembar observasi dengan indikator yang dinilai adalah kemampuan melakukan percobaan dan kemampuan mengamati menggunakan mikroskop. Rerata hasil belajar psikomotorik pada tiap indikator dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Rata-rata kemampuan berpikir hasil belajar psikomotorik kelas kontrol dan kelas eksperimen setiap indikator Kemampuan Kemampuan mengamati Skor melakukan percobaan Kelas menggunakan mikroskop Maks. pengangkutan air Kontrol 100 64,25 58,50 Eksperimen 100 71,89 78,13 Berdasarkan hasil pada Tabel 4.6 dapat diketahui pada indikator kemampuan melakukan percobaan pengangkutan air di kelas ekperimen mempunyai nilai rerata lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yakni 71,89 pada kelas eksperimen dan 64,25 pada kelas kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan melakukan percobaan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Indikator kedua yakni kemampuan mengamati menggunakan mikroskop juga didapatkan hasil pada kelas eksperimen mempunyai rerata sebesar 78,13 yang bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang mempunyai rerata sebesar 58,50. Pada hasil kedua indikator tersebut didapatkan bahwa kemampuan psikomotorik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Setelah nilai ada setiap indikator didapatkan maka akan dianalisis untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar psikomotorik siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Perbedaan rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen dapat dilihat dari Tabel.4.7. 1251
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Tabel 4.7 Rerata hasil belajar siswa (aspek hasil belajar psikomotorik) Kelas Jumlah Rerata±SD Kontrol 38 61.38±20.67 Eksperimen 40 74.06±21.62 Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa rerata hasil belajar psikomotorik siswa kelas kontrol sebesar 61.38 (±20.67) dan rerata kelas eksperimen sebesar 74.06 (±21.62). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontol. Namun, standar deviasi kelas eksperimen lebih besar pula dibandingkan dengan kelas eksperimen. Kemudian dilakukan uji statistik t-test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji statistik t-test dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji t-test terhadap hasil belajar siswa (aspek hasil belajar psikomotorik Uji t untuk perbedaan rata-rata Psikomotorik Rerata T db p. Asumsi varian yang 74.06 2.644 76 0.010 sama Asumsi varian yang 61.38 2.647 75.996 0.010 berbeda Berdasarkan hasil uji statistik t-test didapatkan hasil nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05 yakni sebesar 0,010 (p=0,010< 0,05) memiliki makna bahwa Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar psikomotorik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembahasan Pengaruh pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap hasil belajar dibedakan menjadi tiga ranah, yakni hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik. a. Pengaruh pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap hasil belajar kognitif Pengaruh pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap hasil belajar kognitif diukur dari hasil pre-test dan post-test yang dilakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pre-test dilakukan sebelum pembelajaran dimulai dan posttest dilaksanakan setelah pembelajaran dilaksanakan di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Setalah didapatkan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui bahwa selisih antara kelas post-test dengan pre-test pada kelas kontrol sebesar 9,02 dan pada kelas eksperimen sebesar 19,48. Analisis uji Anakova didapatkan nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05 mempunyai makna bawa terdapat pengaruh pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap hasil belajar kognitif siswa. 1252
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Tahap-tahap pembelajaran kolaboratif tipe analytic team menuntut siswa lebih aktif dalam mencari, menemukan dan memahami materi yang diajarkan dengan berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Adanya tanggungjawab pada masing-masing anggota kelompok pada pembelajaran kolaboratif tipe analytic team membuat setiap anak akan berusaha untuk mempelajari dan mencari sendiri tugas mereka didalam kelompok. Diskusi efektif dalam kelompok membuat pembelajaran yang dilakukan di kelas akan menyebabkan adanya peningkatan pengetahuan siswa dan pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa (Barkley et al., 2014:9-27). Adanya lesson study membantu guru untuk memonitoring langsung kegiatan siswa pada saat pembelajaran hasil belajar yang didapat akan lebih baik dari sebelumnya. Hasil refleksi dari lesson study membuat guru lebih memahami yang sebenarnya dilakukan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil refleksi lesson study pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua didapatkan hasil bahwa siswa di dalam kelas sangat aktif untuk mencari jawaban lembar kerja yang diberikan oleh guru dengan cara bertanya dengan mencari jawaban pada buku maupun denga bertanya dengan teman sekelompok. Siswa benar-benar belajar untuk memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru IPA SMPN 9 Jember setelah dilakukan penelitian yang menyatakan bahwa pembelajaran kolaboratif dengan lesson study membuat seluruh siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan membuat kesadaran belajar siswa meningkat dengan adanya tangungjawab yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran tersebut. Hasil wawancara dengan siswa juga menghasilkan pernyataan yang sama yakni kebanyakan siswa menjawab mereka lebih memahami pembelajaran yang diberikan karena adanya tuntutan tangungjawab yang diberikan oleh guru dan berusaha untuk belajar memahami pembelajaran yang diberikan sesuai dengan tugas dan tangungjawab masing-masing siswa. Oleh karena itu, pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study memberikan pengaruh pada meningkatkan hasil belajar kognitif siswa karena siswa dituntut untuk paham dalam menjalankan tugas masing-masing anggota kelompok meningkatkan pengetahuan mereka. b. Pengaruh pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap hasil belajar afektif Pengaruh pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap hasil belajar afektif diukur berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran berlangsung dengan indikator yang dinilai adalah tangungjawab, disiplin dan jujur. Pada indikator pertama yakni tangungjawab diperoleh hasil bahwa kelas eksperimen mempunyai rerata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen mampu bertangungjawab atas percobaan yang telah dilakukan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan pada pembelajaran kolaboratif menekankan pentingnya interaksi yang mendukung dan akuntabilitas individual, sehingga setiap anggota kelompok harus bertangungjawab terhadap pembelajaran didalam tim (Barkley et al., 2014: 14). Oleh karena itu, pembelajaran kolaboratif akan mampu meningkatkan tangungjawab masingmasing siswa didalam pembelajaran. 1253
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Indikator kedua dan ketiga yakni disiplin dan jujur kelas eksperimen juga mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil tersebut berarti kelas eksperimen mempunyai sikap disiplin dan jujur yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pembelajaran kolaboratif dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun partisipasi aktif dan masing-masing anggota kelompok harus mendeskripsikan tindakan anggota yang membantu dan tidak membantu serta membuat keputusan apa yang harus diteruskan dan apa yang harus diubah. Penggunaan pembelajaran kolaboratif dalam diskusi akan menjadikan setiap anggota didalam kelompok akan melakukan tindakan yang saling mendukung untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan (Faisal et al.,2013: 88). Pembelajaran kolaboratif akan mampu meningkatkan sikap jujur dan disiplin setiap anggota kelompok untuk untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan bersama-sama. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata kelas eksperimen bebesar 73,15 dan kelas kontrol sebesar 62,71. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar afektif pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil tersebut kemudian dianalisis dengan uji statistik t-test didapatkan hasil bahwa probabilitas 0,038 atau lebih dari 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar afektif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas kontrol kebanyakan siswa tidak menggunakan bahan dan alat praktikum yang disediakan dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil gambar preparat pada lembar kerja siswa kebanyakan tidak menggambar berdasarkan gambar yang ada pada preparat tetapi lebih banyak menggambar dari gambar yang ada di buku mereka. Tahapan pembelajaran kolaboratif yang diterapkan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa. Hal ini dikarenakan seluruh tahapan pembelajaran kolaboratif menekankan keterlibatan aktif siswa dari awal sampai akhir pembelajaran (Faisal et al.,2013: 88). Pembagian anggota di dalam kelompok yang direncanakan oleh guru dalam pembelajaran kolaboratif yang disusun berdasarkan karakter masing-masing siswa membuat diskusi berjalan dengan baik dan semua anggota dapat berpartispasi aktif. Adanya tangungjawab untuk menganalisis sesuai dengan peran masing-masing anggota kelompok dalam pembelajaran kolaboratif membuat setaip anggota lebih aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Adanya lesson study yang diterapkan pada kelas eksperimen membuat guru terbantu untuk melihat interaksi antar siswa dalam kelompok dengan lebih mendetail yang tidak bisa hanya dilihat oleh guru sendiri didalam pembelajaran, sehingga penerapan pembelajaran selanjutnya akan lebih baik. Oleh karena itu, penerapan pembalajarn ini akan dapat mengaktifkan siswa dan secara langsung akan meningkatkan hasil belajar afektif siswa. c. Pengaruh pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap hasil belajar psikomotorik Pengaruh pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study terhadap hasil belajar psikomotorik diukur berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran berlangsung. Indikator yang dinilai pada pengukuran hasil belajar psikomotorik adalah kemampuan melakukan percobaan dan kemampuan mengamati menggunakan mikroskop. Pada indikator kemampuan melakukan percobaan pengakutan air kelas eksperimen lebih 1254
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
mampu untuk melakukan percobaan pengangkutan air sesuai dengan tahapan dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen juga lebih mampu untuk mengamati menggunakan mikroskop bila dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada pertemuan pertama dan kedua yang menggunakan ercobaan dan pengamatan, data yang dihasilkan dari percobaan dan pengamatan dibutuhkan oleh seluruh anggota kelompok didalam kelas eksperimen. Hal tersebut membuat siswa didalam kelas eksperimen akan berusaha untuk saling membantu memperoleh data yang diharapkan dan membuat seluruh siswa mampu melakukan percobaan pengangkutan air serta pengamatan menggunakan mikroskop dengan baik. Berbeda dengan kelas kontrol yang hanya beberapa siswa saja didalam kelompok yang aktif, sehingga hanya beberapa siswa saja yang mampu melakukan percobaan pengangkutan air dan pengamatan menggunakan mikroskop. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata kelas eksperimen bebesar 74,06 dan kelas kontrol sebesar 61,38. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil uji statistik t-test terdapat nilai hasil belajar psikomotorik didapatkan probabilitas sebesar 0,010 atau lebih dari 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar psikomotorik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran kolaboratif merupakan perpaduan dua atau lebih siswa untuk bekerja bersama-sama dan berbagi beban kerja untuk mewujudkan hasil yang diharapkan. Adanya pembagian kerja dalam kelompok membuat semua anggota kelompok harus mampu menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru, sehingga masing-masing siswa akan lebih menggali potensi diri untuk saling berkerja sama menyelesaikan masalah (Barkley et al., 2014: 6). Hasil tersebut didukung dengan hasil wawancara dengan guru bidang studi setelah dilakukan pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study bahwa pembelajaran tersebut membuat seluruh siswa didalam kelas berusaha mencari dan menemukan serta aktif melakukan percobaan secara bersama-sama untuk menyelesaikan masalah yang diberika oleh guru sesuai dengan peran masing-masing anggota. Oleh karena itu, pembelajaran kolaboratif tipe analytic team akan mampu meningkatkan hasil belajar psikomotorik siswa. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. a. Pembelajaran kolaboratif tipe analytic team dengan lesson study berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 (p=0,000<0,05). Selisih rerata post-test dengan pre-test hasil belajar kognitif sebesar 19,48 pada kelas eksperimen dan sebesar 9,02 pada kelas kontrol. Hasil belajar afektif dengan rerata kelas eksperimen sebesar 73,15 dan kelas kontrol sebesar 62,71. Hasil belajar psikomotorik dengan rerata kelas eksperimen sebesar 74,06 dan kelas kontrol sebesar 61,38. Saran Sebaiknya penerapan pembelajaran kolaboratif dilakukan secara berkelanjutan untuk mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa di dalam kelas. 1255
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
DAFTAR PUSTAKA Azis, A., Adnan., Muis., Taiyeb dan Faisal. 2013. Penerapan Pembelajaran Kolaboratif untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas XI IPA 3 Melalui Lesson Study Berbasis Sekolah di SMA Negeri 8 Makassar. Jurnal Bionature, 14 (1): 38-43. Barkley, E., Cross, P., Major, H. 2014. Collaborative Learning Techniques. Terjemahan oleh Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media. Faisal., Shaleh., Saenab, S., Adnan. 2013. Penerapan Pembelajaran Kolaboratif Melalui Kegiatan Lesson Study untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Biologi. Jurnal Bionature, 14 (2):88-89. Johnson, D., Johnson, R., Holubec, E. 2012. Colaboratif Learning Strategi Pembelajaran Untuk Sukses Bersama. Bandung: Nusa Media. Kusumastutik, E. 2012. Penerapan Model Kolaboratif dengan Media Sederhana Pada Pembelajaran Fisika di SMP. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Jember. Laily,Nurul. 2012. Pembelajaran Kolaboratif Pada dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu. Jurnal Solidarity Unnes, 1 (1): 31-38. Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Putriyani, M. 2013. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika melalui Penerapan Pendekatan Open Ended Siswa Kelas VI Sekolah Dasar. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya (1) 6:1-12. Santoso, S. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif dan Motivasi Belajar Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Berkala Fisika Indonesia, 5 (1): 1-5
1256