Jurnal EduMatSains, 1 (1) Juli 2016, 1-14
Meningkatkan Aktivitas Kolaboratif dan Pemahaman Konsep Mahasiswa pada Perkuliahan Fisika Dasar I melalui Lesson Study Wayan Suana* Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lampung Jln. Sumantri Brojonegoro No.1 Bdr. Lampung *e-mail:
[email protected] Abstract This study aimed to increase students’s collaborative activity and conceptual understanding in Fundamental Physics I course through the implementation of lesson study in two parallel classes. Each lesson study cycle consisted of three stages, started with planning a lesson, teaching and observing the lesson, and reflecting the result, for the first class. After that, revising the lesson plans to be implemented in the second class. The results showed that students’s collaborative activities and conceptual understanding for the two classes increased from cycle I – cycle III. The average scores of first class’ collaborative activity from cycle I - cycle III were 72.0, 75.8, and 81.6, respectively while for the second class were 73.4, 78.8, and 82.6. Moreover, the average conceptual understanding for the first class from cycle I - cycle III were 42.7, 58.8, and 66.2, respectively, while the second class were 48.5, 65.5, and 66.1. The results also showed that the average collaborative activities and understanding the concept of second grade students tended to be better than students of the first class. Keywords: collaborative activity, fundamental physics I, lesson study, conceptual understanding
PENDAHULUAN
penting baginya agar kelak dapat menjadi
Mata kuliah (MK) Fisika Dasar I di guru fisika dengan yang memiliki kompetensi Program Studi Pendidikan Fisika FKIP profesional memadai. Mengingat pentingnya Universitas Lampung merupakan MK yang
pemahaman mahasiswa mengenai materi
membekali
fisika dasar, kesuksesan mahasiswa dalam
mahasiswa
dengan
konsep-
konsep dasar fisika tentang mekanika dan MK ini sudah semestinya selalu diupayakan. Kenyataan di lapangan adalah termodinamika. Sebagai MK dasar, Fisika mahasiswa sering mengalami kesulitan pada
Dasar I bersama dengan Fisika Dasar II
menjadi landasan bagi MK - MK lanjutan perkuliahan ini. Hal ini ditunjukkan oleh bidang fisika. Maka, pemahaman yang baik rendahnya kemampuan kognitif mahasiswa pada MK ini. Rata-rata hasil ujian mahasiswa
pada MK ini merupakan hal yang sangat
Tahun Akademik 2012/2013, penting. Terlebih lagi bagi mahasiswa calon pada guru fisika, pemahaman konsep yang 2013/2014, dan 2014/2015, berturut-turut materi-materi fisika
adalah 44, 50, dan 48. Soal ujian yang
dasar merupakan modal awal yang amat
diberikan menyangkut pemahaman konsep
mumpuni
mengenai
1
Wayan Suana
Jurnal EduMatSains, Juli 2016 | Vol. 1 | No. 1
(conceptual understanding) dan kemampuan pendidik
untuk
menguji
keefektifan rangka
pemecahan masalah (problem solving skill).
pembelajarannya
dalam
Rendahnya pemahaman konsep mahasiswa
meningkatkan
pembelajaran.
ini, sejalan dengan hasil penelitian terdahulu
prakteknya,
implementasi
(Suana, 2014). Banyak faktor yang dapat
memiliki
beberapa
hasil
lesson
tahapan
Pada study yang
menjadi penyebab rendahnya kemampuan dilaksanakan secara siklis, berjangka, dan mahasiswa.
Selama
pembelajaran
pada
ini MK
kegiatan kutinyu. Tidak ada jumlah baku mengenai
ini
memang
tahapan pada lesson study. Lewis (2002)
cenderung didominasi oleh metode ceramah
menggunakan
untuk
Fernandez
menjelaskan
mahasiswa
materi.
diberikan
Setelah
tugas
itu,
empat &
tahapan sedangkan
Yoshida
rumah menguraikannya
dalam
(2004: enam
7-9)
tahapan.
mengerjakan soal-soal. Latihan-latihan soal Berbeda lagi dengan Stigler & Hiebert (1999) di kelas jarang diberikan, dan pembelajaran yang menggunakan delapan tahapan. Di sisi kolaboratif juga jarang dilakukan. Akibatnya,
lain, implementasi lesson study di Jepang
mahasiswa menjadi pasif dalam perkuliahan,
cenderung
bahkan
tahapan yang lebih sederhana, yaitu tiga
tidak
jarang
mahasiswa
yang
dilaksanakan
dengan
jumlah
melakukan aktivitas di luar pembelajaran tahapan (Inprasitha dkk., 2007, Isoda, 2010, (off-task activity).
Yoshida, 2008). Ketiga langkah tersebut
Berkaitan dengan kondisi tersebut, upaya
untuk
meningkatkan
adalah learning management planning, the
kualitas
use of planning and classroom observation
pembelajaran Fisika Dasar I telah dilakukan.
together,
and
reflection
together
after
Upaya tersebut dilakukan secara kolaboratif classroom observations. dengan
dengan
Implementasi lesson study membawa
mengimplementasikan lesson study. Lesson
manfaat baik untuk peserta didik dan juga
study
dosen
merupakan
lain
kegiatan
pengkajian untuk
pendidik
melaksanakannya.
pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
Manfaat
secara
diungkapkan oleh Dudley’s (2013) bahwa
kolaboratif
berlandaskan
dan
berkelanjutan,
prinsip-prinsip
kolegialitas
melalui
yang
yang
analisis
yang saling membantu dalam belajar untuk perencanaan membangun
komunitas
belajar
sistematis
yang
digunakan
pendidik
diskusi
pada
tahap
refleksi,
lesson
study
(Tim memberikan manfaat terhadap perkembangan
Penyusun, 2010). Lesson study merupakan belajar proses
dan
diperoleh
pendidik
dan
juga
membangun
oleh hubungan sosial diantara pendidik. Selain itu,
2
Meningkatkan Aktivitas Kolaboratif Lewis et al. (2006a) juga menemukan bahwa
untuk
kolaborasi
dapat
konsep fisika mahasiswa, khususnya pada
membantu pendidik mengembangkan a sense
materi kinematika, dinamika translasi, dan
of collective efficacy. Namun demikian,
usaha dan energi.
manfaat
dalam
utama
lesson
study
penerapan lesson
mengatasi
rendahnya
pemahaman
study METODE PENELITIAN
sebetulnya lebih ditujukan untuk membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajarnya
Penelitian ini mengimplementasikan lesson
daripada untuk meningkatkan kompetensi study pada dua kelas paralel dalam tiga siklus pendidik (Stigler & Hiebert, 1999). secara kontinyu. Tiap-tiap siklus terdiri dari Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tiga tahapan untuk masing-masing kelas dan peningkatan aktivitas kolaboratif dan dilaksanakan secara kolaboratif oleh tim yang pemahaman
konsep
mahasiswa
pada
berjumlah
implementasi lesson study pada dua kelas
empat
orang.
Dosen
yang
bertindak sebagai dosen model dan observer
paralel pada perkuliahan Fisika Dasar I tidak berubah selama implementasi. dengan materi pokok kinematika, dinamika Diadaptasi dari Fernandez & Yoshida (2004: translasi, dan usaha dan energi. Tujuan 7-9), siklus tahapan implementasi lesson lainnya adalah mengkaji perbedaan aktivitas study ditunjukkan oleh Gambar 1. Adapun kolaboratif dan pemahaman konsep kelas yang diimplementasikan lesson study mahasiswa kelas pertama dengan kelas kedua. adalah kelas yang menempuh perkuliahan Adapun manfaat yang didapat dari penelitian Fisika Dasar I Semester Ganjil Tahun ini adalah (1) dihasilkan perangkat Akademik 2015/2016, yaitu Kelas B sebagai pembelajaran yang teruji, dan (2) dapat kelas pertama dan Kelas A sebagai kelas menjadi solusi bagi pendidik fisika lainnya
kedua.
Membuat rencana pembelajaran secara kolaboratif Melaksanakan rencana pembelajaran di kelas pertama Merefleksikan hasil pembelajaran di kelas pertama secara kolaboratif Gambar 1. Siklus implementasi lesson study
3
Merevisi rencana pembelajaran untuk diterapkan di kelas kedua
Wayan Suana
Jurnal EduMatSains, Juli 2016 | Vol. 1 | No. 1
Pembagian kedua kelas tersebut dilakukan
mahasiswa. Soal tes berbentuk pilihan jamak
secara acak dengan proporsi yang berimbang
beralasan. Mahasiswa dianggap memahami
untuk setiap jalur penerimaan mahasiswa
konsep apabila jawaban yang dipilih benar
baru.Oleh
kelas
serta alasan yang diberikan tepat. Apabila
diasumsikan bersifat homogen. Dari total 69
salah satu atau keduanya tidak tepat maka
mahasiswa yang menempuh MK ini, terdapat
dianggap tidak memahami konsep.
karena
itu,
kedua
65 mahasiswa yang mengikuti pembelajaran
Selain kegiatan perkuliahan tatap muka,
secara lengkap pada ketiga siklus, yaitu 32
mahasiswa juga disediakan fasilitas virtual
mahasiswa
pada
class
perempuan
dan
kelas 3
pertama
laki-laki)
(29
dan
yang
dibuat
di
schoology
33
(http://www.schoology.com) dengan menu
mahasiswa pada kelas kedua (30 perempuan
course. Schoology adalah salah satu platform
dan 3 laki-laki). Mengenai waktu, penelitian
untuk e-learning yang dapat diakses secara
ini dilaksanakan selama satu bulan, dari
gratis oleh setiap orang. Virtual class ini
September sampai Oktober 2015.
digunakan sebagai media untuk mengunggah
Pengumpulan data dilakukan melalui
media
pembelajaran
(handout,
LKM,
observasi dan tes. Observasi dilakukan untuk
pembahasan LKM, dan pembahasan posttest),
mengumpulkan data aktivitas kolaboratif
ruang untuk bertanya/berdiskusi mengenai
mahasiswa
untuk
materi di luar jam perkuliahan. Virtual class
mengumpulkan data pemahaman konsep.
ini bersifat sebagai suplemen bagi mahasiswa,
Observasi dilakukan perkelompok, dengan
dan tidak diwajibkan. Mahasiswa diberi
mengamati kuantitas dan kualitas dari lima
kebebasan untuk menggunakan atau tidak
aspek yang dinilai, yaitu mengikuti pelajaran,
menggunakannya.
dan
tes
dilakukan
interaksi dengan dosen, interaksi dengan teman, interaksi dengan sumber belajar, dan HASIL DAN PEMBAHASAN menyelesaikan
kegiatan.
Kuantitas
dan
Data yang diperoleh pada penelitian ini
kualitas per aspek diberi skor dari 1 (sangat
adalah aktivitas kolaboratif dan pemahaman
kurang) sampai 5 (sangat baik). Penilaian konsep mahasiswa. Data aktivitas kolaboratif dilakukan sebanyak empat kali dalam setiap
diambil
pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung
pertemuan. Selain untuk memperoleh data
selama 100 menit (2 sks). Sementara itu, aktivitas
melalui
observasi
kolaboratif,
pada
observasi
setiap
juga
untuk tes pemahaman konsep diberikan dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta lain diakhir tiap siklus kepada masing-masing
mengenai belajar siswa, yang merupakan 4
Meningkatkan Aktivitas Kolaboratif komponen
penting
dari
suatu
proses ketiga meningkat jika dibandingkan pada
pembelajaran (Lewis dkk., 2006b). Masing-
pembelajaran yang pertama.
masing siklus terdiri dari dua pertemuan, dan Pada Gambar 3 diberikan data aktivitas data aktivitas kolaboratif tiap siklus diperoleh kolaboratif mahasiswa per aspek dalam tiga dari rata-rata aktivitas kolaboratif dalam dua
siklus. Kelima aspek dari aktivitas kolaboratif
pertemuan tersebut. Adapun data aktivitas yang diamati yaitu mengikuti pelajaran kolaboratif mahasiswa untuk ketiga siklus (aspek 1), interaksi dengan dosen (aspek 2), diberikan pada Gambar 2. Dari Gambar 2 tampak
bahwa
aktivitas
interaksi dengan teman (aspek 3), interaksi
kolaboratif dengan sumber belajar (aspek 4), dan
mahasiswa dari kedua kelas mengalami menyelesaikan kegiatan (aspek 5). Apabila peningkatan dari siklus I – siklus III. Apabila dibandingkan,
aktivitas
ditinjau per aspek, secara umum aktivitas
kolaboratif kolaboratif mahasiswa dari kedua kelas pada
mahasiswa kelas kedua selalu sedikit lebih ketiga siklus implementasi nilainya tidak jauh tinggi dibandingkan aktivitas kolaboratif berbeda. Pada Gambar 3, tampak pula bahwa mahasiwa
kelas
pertama.
Hal
ini untuk seluruh siklus, sebagian besar nilai
mengindikasikan bahwa penerapan lesson
aspek aktivitas kolaboratif kelas kedua lebih
study meningkatkan aktivitas kolaboratif baik daripada kelas pertama. Pada siklus I, mahasiswa. Selain itu, revisi yang dilakukan nilai dari semua aspek aktivitas kolaboratif pada rencana pembelajaran menyebabkan pada
kelas
kedua
selalu
lebih
baik
aktivitas kolaboratif mahasiswa menjadi lebih dibandingkan kelas pertama. Perbedaan nilai baik.
Hasil
ini
sejalan
dengan
yang
paling besar dari kedua kelas terdapat pada
diungkapkan oleh Ono dkk. (2007), bahwa
aspek 5, yaitu menyelesaikan kegiatan.
Nilai Aktivitas
interaksi siswa pada pembelajaran kedua dan 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
72 73,4
75,8 78,8
81,6 82,6
Kelas pertama Kelas kedua
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 2. Aktivitas kolaboratif mahasiswa tiap siklus 5
Wayan Suana
Jurnal EduMatSains, Juli 2016 | Vol. 1 | No. 1
100
Kelas Pertama
90
Kelas Kedua
Nilai Aktivitas
80 70 60 50 40 30 20 10
Siklus I
Siklus II
aspek 5
aspek 4
aspek 3
aspek 2
aspek 1
aspek 5
aspek 4
aspek 3
aspek 2
aspek 1
aspek 5
aspek 4
aspek 3
aspek 2
aspek 1
0
Siklus III
Gambar 3. Aktivitas kolaboratif mahasiswa per aspek per siklus Pada siklus II, kecuali aspek 3, nilai keempat
juga cenderung lebih baik dibandingkan
aspek yang lain dari kelas kedua lebih baik
mahasiswa kelas pertama. Pada siklus I, rata-
dibandingkan kelas pertama. Sementara itu, rata pemahaman konsep secara keseluruhan pada siklus III, nilai per aspek pada kedua
masih di bawah 50, yang mana pemahaman
kelas bervariasi. Pada aspek 1 dan 3 aktivitas konsep mahasiswa kelas kedua lebih baik kolaboratif
kelas
baik
daripada kelas pertama. Pada siklus II, rata-
dibandingkan kelas kedua sedangkan pada
rata pemahaman konsep secara keseluruhan
aspek 2, aspek 4, dan aspek 5, kelas kedua
adalah 62,8, yang mana kelas kedua juga
yang lebih baik.
masih
Selanjutnya,
pertama
data
lebih
baik.
mengenai pemahaman
Pada konsep
siklus
III
rata-rata
mahasiswa
secara
pemahaman konsep mahasiswa untuk tiap
keseluruhan telah mencapai lebih dari 65,
siklus diberikan oleh Gambar 4. Pada gambar
yaitu 66,2.
tersebut tampak bahwa pemahaman konsep
sebelumnya, pada siklus ini pemahaman
mahasiswa
selalu
konsep mahasiswa kelas pertama sedikit
mengalami peningkatan dari siklus ke siklus.
lebih baik daripada kelas kedua. Pembahasan
Sama seperti aktivitas kolaboratif mahasiswa,
lebih lanjut diberikan sebagai berikut.
secara
keseluruhan
pemahaman konsep mahasiswa kelas kedua
6
Kebalikan dari dua siklus
Meningkatkan Aktivitas Kolaboratif
80 Nilai Pemahaman Konsep
66,2 66,1
65,5
70
60,0
60 48,5
50
42,7
Kelas pertama
40 30
Kelas kedua
20 10 0 Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 4. Pemahaman konsep mahasiswa tiap siklus Pada siklus ini, masih ada beberapa
Siklus I
Pada siklus ini, materi yang dibahas kelompok dari kedua kelas yang tampak adalah kinematika, yang mencakup gerak kurang berkolaborasi. Hal ini disebabkan lurus pada pertemuan pertama dan gerak karena
mahasiswa
baru
dikelompokkan.
parabola pada pertemuan kedua. Metode Secara umum mahasiswa juga mengalami pembelajaran
yang
digunakan
adalah kesulitan dengan materi kinematika. Hal ini
simulasi secara online dan pembelajaran juga tampak dari Gambar 3 bahwa nilai kolaboratif.
Media
pembelajaran
yang
aktivitas kolaboratif dari aspek 5 yaitu
digunakan yaitu program simulasi online dari menyelesaikan kegiatan yang masih rendah. ActivPhysics OnLine, handout, dan LKM.
Kesulitannya
adalah
pembentukan
dan
Tujuan pembelajaran pada siklus I adalah pembacaan grafik dari simulasi gerak dan memperoleh persamaan posisi dan kecepatan penentuan positif atau negatifnya kecepatan, pada gerak dengan kecepatan tetap dan gerak
posisi dan percepatan saat dibuat grafik. Dari
dengan percepatan tetap, menganalis posisi,
observasi saat pembelajaran dan aktivitas
perpindahan,
kecepatan,
dan
percepatan mahasiswa pada virtual class, diketahui
benda melalui grafik, menyelidiki kecepatan bahwa pemahaman mahasiswa tentang grafik dan
posisi
pada
gerak
parabola,
dan sangat lemah. Mahasiswa juga tidak pernah
memperoleh grafik kecepatan dan posisi pada
mempelajari
sumbu x dan sumbu y pada gerak parabola.
Umumnya
7
kinematika mereka
dengan
belajar
grafik.
kinematika
Wayan Suana langsung
Jurnal EduMatSains, Juli 2016 | Vol. 1 | No. 1
dari
perpindahan
rumus
untuk
kecepatan
menyelesaikan
dan perbaikan
yang
didapatkan
menjadi
soal.
meningkat karena kegiatan refleksi yang
Ketika meninjau besaran-besaran kecepatan,
dilakukan secara kolaboratif dengan kolega
perpindahan, dan percepatan secara vektor (Pollard, 2002). Kegiatan refleksi dengan dalam grafik, mahasiswa tampak sangat kesulitan.
Mahasiswa
merepresentasikan percepatan mahasiswa diungkap
arah
dalam
oleh
lain
kesulitan pemahaman kecepatan
grafik.
mengenai
orang
perbaikan
dan
memperkaya
mendukung
pada
praktek.
perbaikan-
Lebih
lanjut,
Kesulitan merefleksi dengan kolega dapat membantu
kinematika
Govender
dan
berpotensi
(2013),
juga
meningkatkan perhatian mengenai beberapa
yaitu
hal yang sudah tetap yang mungkin dimiliki
mengenai konvensi tanda (positif dan negatif)
guru sehingga
pada
peristiwa dari perspektif yang lain (Pollard,
konsep
vektor
dari
perpindahan,
kecepatan, dan percepatan pada kinematika.
membantu guru melihat
2002; York-Barr dkk., 2006).
Dari kegiatan refleksi pada kelas
Saat rencana pembelajaran hasil revisi
pertama, diperoleh beberapa poin perbaikan diimplementasikan
di
kelas
kedua,
rencana pembelajaran untuk implementasi mahasiswa lebih mudah memahaminya. Hal berikutnya. Rencana pembelajaran (lesson
ini juga tampak dari data aktivitas kolaboratif
plan) dapat diperbaiki berdasarkan pada
mahasiswa kelas kedua yang lebih baik
refleksi, yang mana dapat digunakan untuk daripada kelas pertama, terutama pada aspek mengidentifikasi
kelemahan-kelemahan 5
penyelesaian kegiatan. Kemudahan itu
dalam pembelajaran (Marble, 2007). Poin disebabkan
karena
perbaikan yang pertama adalah pada materi pembelajaran
yang
revisi pada
rencana
dilakukan.
Melalui
gerak lurus mahasiswa dirasa lebih mudah pengulangan pembelajaran pada kelas kedua, mempelajari materi gerak dengan kecepatan dosen
dapat
mencoba
mengubah
cara
tetap terlebih dahulu, setelah itu baru ke pemikiran atau gagasan mahasiswa yang materi gerak dengan percepatan tetap, bukan sebelumnya mengalami kesalahan konsep sebaliknya. Poin kedua yaitu pada gerak dalam belajar (Cheng & Yee, 2012). Selain parabola,
langkah-langkah
dalam
LKM
itu, Taylor dkk. (2005) juga menyatakan
mengenai simulasi gerak parabola belum bahwa salah satu manfaat lesson study adalah mencantumkan nilai kecepatan awal. Poin tercapainya
tujuan
pembelajaran
oleh
ketiga adalah aspek efektivitas bahasa dan mahasiswa melalui rencana pembelajaran kejelasan makna pada LKM. Poin-poin untuk yang detail dan efektif. Penyebab lain dari 8
Meningkatkan Aktivitas Kolaboratif kemudahan mahasiswa kelas kedua adalah dan
menentukan
pengaruh
kekasaran
karena penyampaian dosen yang lebih efektif terhadap gaya gesekan statis maksimum. dalam pembelajaran sebagai hasil refleksinya
Dibandingkan pada siklus I, mahasiswa
dari pembelajaran sebelumnya. Oleh karena
pada kedua kelas tampak lebih mudah
revisi
konsep
mengikuti pembelajaran pada siklus ini.
mahasiswa kelas kedua juga lebih baik
Aktivitas kolaboratif mahasiswa baik kelas
daripada kelas pertama. Namun demikian,
pertama maupun kelas kedua pada semua
tersebut,
pemahaman
lemahnya pemahaman mahasiswa tentang aspek juga tampak lebih baik dibandingkan grafik serta peninjauan secara vektor untuk pada siklus I. Dari kegiatan refleksi yang perpindahan, ditengarai
kecepatan menjadi
dan
percepatan, dilakukan
dan
penyebab-penyebab mahasiswa
di
pengamatan virtual
aktivitas
class,
diketahui
utama masih rendahnya pemahaman konsep
beberapa penyebab mudahnya mahasiswa
mahasiswa pada kelas kedua.
mengikuti pembelajaran, yaitu peningkatan efektivitas
rencana
pembelajaran
yang
disusun secara kolaboratif, mulai terbiasanya
Siklus II Pada siklus II, materi yang dibahas
mahasiswa
dengan
adalah dinamika translasi. Pada pertemuan kolaboratif,
pola
pembelajaran
meningkatnya
antusiasme
pertama dibahas materi Hukum I dan II mahasiswa, dan tingkat kesulitan materi yang Newton tentang gerak, dan pada pertemuan menurut
mahasiswa
kedua dibahas materi gaya gesekan. Metode Meningkatnya
lebih
aktivitas
mudah. kolaboratif
pembelajaran yang digunakan pada siklus ini mahasiswa juga diikuti oleh meningkatnya adalah
ceramah,
pembelajaran
eksperimen,
kolaboratif.
Media
dan pemahaman konsep mahasiswa. Pemahaman yang
konsep mahasiswa kelas pertama dan kelas
digunakan yaitu peralatan eksperimen gaya
kedua
meningkat
cukup
besar
dari
gesekan, LKM, dan handout. Adapun tujuan sebelumnya. pembelajaran
pada
siklus
II
adalah
Meskipun pembelajaran pada siklus II
menentukan persamaan resultan gaya melalui lebih diagram
benda
bebas,
mudah
menentukan pertama
masih
diikuti,
mahasiswa
kelas
menemui kesulitan
dan
percepatan benda menggunakan Hukum II melakukan kesalahan dalam mempelajari Newton
dan
diagram
benda
bebas,
materi dinamika translasi, misalnya tidak
menemukan karakteristik gaya gesekan statis,
memperhatikan panjang gaya yang dilukis, kesalahan 9
dalam
menentukan
sumbu
Wayan Suana
Jurnal EduMatSains, Juli 2016 | Vol. 1 | No. 1
koordinat saat menganalisis gerak benda,
pembelajaran pada kelas kedua, dosen dapat
kesulitan menentukan gaya-gaya yang positif menerapkan revisi rencana pembelajaran dan negatif dalam menentukan resultan gaya, persiapan
yang
melakukan
kurang
eksperimen
dengan maksud mengatasi atau paling tidak
baik
sebelum mengurangi kesalahan cara pemikiran atau
gaya
gesekan gagasan
mahasiswa
yang
sebelumnya
sehingga menghabiskan banyak waktu, dan mengalami kesalahan (Cheng & Yee, 2012). tidak dibatasinya jumlah pengambilan data dalam LKM saat eksperimen gaya gesekan statis
sehingga
beberapa
dipelajari adalah usaha dan energi yang juga dipelajari
Semua kesulitan dan kesalahan yang dialami mahasiswa kelas pertama kemudian dijadikan dasar untuk melakukan revisi pembelajaran
siklus
II
implementasi di kelas kedua, pembelajaran berjalan lebih lancar dari segi waktu, dan tampak lebih mudah diikuti dibandingkan saat implementasi di kelas pertama. Hal ini juga didukung dari data aktivitas kolaboratif yang diperoleh. Seperti pada siklus I, pada
kelas pertama (75,8). Kondisi ini kemudian mempengaruhi pemahaman dimana
pemahaman
konsep mahasiswa kelas kedua (65,5) lebih baik
dibanding
pemahaman
pertama
kali
pertemuan.
mempelajari
konsep
usaha dan hubungan usaha dengan energi
konsep konservasi energi mekanik. Metode pembelajaran yang digunakan pada siklus ini tidak sevariatif metode pembelajaran pada dua siklus sebelumnya, yaitu hanya ceramah dan pembelajaran kolaboratif. Media yang digunakan adalah LKM dan handout. Adapun tujuan pembelajaran pada siklus ini adalah
resultan gaya, menerapkan hubungan usaha
kelas kedua (78,8) juga lebih baik dibanding
mahasiswa,
Pertemuan
dua
menghitung usaha oleh gaya tunggal dan
siklus II aktivitas kolaboratif mahasiswa
konsep
dalam
mekanik, dan pertemuan kedua mempelajari
yang
kemudian diterapkan di kelas kedua. Saat
diduga turut
Pada siklus III, materi pokok yang
kelompok
menghabiskan waktu lebih lama.
rencana
Siklus III
dengan energi mekanik untuk menganalisis gerak
benda,
dan
menerapkan
konsep
konservasi energi mekanik pada gerak dalam pengaruh gaya konservatif. Pada siklus III, mahasiswa dari kedua
konsep
mahasiswa kelas pertama (60,0). Walaupun tetap menemui kesulitan atau melakukan
kelas tampak semakin aktif dan antusias mengikuti pembelajaran. Mahasiswa juga tampak
kesalahan, keadaan itu dapat dikurangi. Dapat dikatakan bahwa melalui pengulangan
sudah
terbiasa
dengan
pola
pembelajaran kolaboratif yang diterapkan. Pembelajaran diawali dengan pengenalan
10
Meningkatkan Aktivitas Kolaboratif konsep usaha dalam fisika, usaha oleh gaya
aktivitas kolaboratif antar kedua kelas adalah
tunggal dan resultan gaya, dan usaha oleh yang terkecil, hanya satu poin. Apabila gaya tidak konstan. Setelah itu, mahasiswa
ditinjau per aspek, terdapat variasi kelas
diberikan permasalahan untuk diselesaikan.
mana
Mahasiswa tidak menemui banyak kendala
kolaboratifnya lebih baik, misalnya pada
mengikuti pembelajaran. Mahasiswa juga
aspek mengikuti pelajaran (aspek 1), kelas
semakin
mudah
mengikuti
yang
nilai
aspek
aktivitas
perkuliahan pertama sedikit lebih baik dibanding kelas
karena materi usaha dan energi berkaitan erat
kedua. Hal ini terjadi karena aktivitas
dengan materi dinamika translasi pada siklus kolaboratif
mahasiswa
kelas
pertama
II. Untuk menentukan usaha, mahasiswa
meningkat lebih tinggi dibanding kelas kedua.
harus dapat mengidentifikasi gaya yang
Hal ini kemungkinan disebabkan karena
bekerja. Konsep gaya secara vektor lebih rencana mudah dipahami mahasiswa daripada konsep
pembelajaran
dan
LKM
yang
disusun secara kolaboratif di awal semakin
kinematika secara vektor dalam representasi efektif sehingga tidak mengalami banyak grafik dalam siklus I. Selain peningkatan revisi, tingkat kesulitan materi yang tidak aktivitas kolaboratif pada kelas pertama dan berbeda dengan siklus II, dan pemanfaatan kelas kedua, pemahaman konsep mahasiswa
virtual class oleh mahasiswa.
dari kedua kelas juga meningkat dari siklus sebelumnya.
Selain aktivitas kolaboratif, rata-rata pemahaman konsep mahasiswa dari kedua
Dari hasil refleksi di kelas pertama,
kelas juga hampir sama. Pemahaman konsep
diketahui beberapa kesulitan yang dihadapi mahasiswa kelas pertama sebesar 66,2 dan mahasiswa, yaitu menentukan gaya pada
kelas kedua sebesar 66,1. Pemahaman konsep
balok di atas bidang miring, menentukan mahasiswa kelas pertama meningkat tinggi sudut
yang
dibentuk
oleh
gaya
dan dari
siklus
II
(6,2
poin)
sedangkan
perpindahan, dan kesulitan menggunakan pemahaman konsep kelas kedua hanya konsep konservasi energi. Namun demikian,
meningkat
tipis
(0,6
poin).
Tingkat
pada siklus ini kesulitan yang dialami pemahaman konsep mahasiswa pada kedua mahasiswa kelas pertama berkurang secara
kelas ini tampak sejalan dengan tingkat
signifikan. Setelah implementasi pada kelas aktivitas kolaboratif mahasiswa. kedua,
kesulitan-kesulitan
sejenis
masih
dialami oleh mahasiswa. Jika dibandingkan dengan dua siklus sebelumnya, selisih nilai 11
Wayan Suana
Jurnal EduMatSains, Juli 2016 | Vol. 1 | No. 1 Penyebabnya adalah adanya kegiatan refleksi
KESIMPULAN Implementasi
lesson
study
pada
secara
kolaboratif
yang
memungkinkan
perkuliahan Fisika Dasar I dilaksanakan dihasilkan masukan yang semakin variatif dalam tiga siklus dengan masing-masing
dari berbagai sudut pandang untuk merevisi
siklus mengkaji satu materi pokok. Metode rencana pembelajaran. dan media pembelajaran yang digunakan pada tiap siklus tidak selalu sama, namun DAFTAR PUSTAKA disesuaikan dengan karakteristik materi dan Cheng, L. P., & Yee, L. P. 2012. A Singapore ketersediaan sumber belajar. Dari hasil
Case of Lesson Study. Mathematics
penelitian dan pembahasan yang dilakukan,
Educator. 21 (2) : 34–57.
diperoleh beberapa kesimpulan. Kesimpulan Dotger, S. 2011. Exploring and developing pertama yang diperoleh adalah implementasi
graduate
lesson study pada perkuliahan Fisika Dasar I
pedagogies via lesson study. Teaching
dengan materi pokok kinematika, dinamika
in Higher Education 16 (2) : 157–169.
translasi,
dan usaha dan energi dapat
meningkatkan
aktivitas
kolaboratif
teaching
assistants’
Dudley, P. 2013. Teacher Learning in Lesson
dan
Study:
What
Interaction-level
pemahaman konsep mahasiswa pada dua
discourse Analysis Revealed about
kelas
How Teachers Utilised Imagination,
paralel.
disebabkan penyusunan dilakukan
Peningkatan
karena rencana secara
beberapa
tersebut hal,
yaitu
Tacit Knowledge of Teaching and
pembelajaran
yang
Fresh Evidence of Pupils Learning, to
sehingga
Develop Practice Knowledge and So
kolaboratif
menghasilkan rencana pembelajaran yang
Enhance
lebih
Teaching and Teacher Education. 34
efektif,
meningkatnya
antusiasme
mahasiswa terhadap pembelajaran kolaboratif,
their
pupils’
Learning.
(1) : 107–121.
perbedaan tingkat kesulitan materi pokok Fernandez, C. & Yoshida, M. 2004. Lesson yang dikaji, dan penggunaan virtual class.
Study: A Japanese approach to
Kesimpulan kedua yang diperoleh adalah
improving mathematic teaching and
pada implementasi lesson study pada dua
learning.
kelas
Erlbaum Associate.
paralel,
aktivitas
kolaboratif
dan
New
Jersey:
Lawrence
pemahaman konsep mahasiswa kelas kedua
Govender, N. 2013. Physics student teachers’
yang menerima implementasi cenderung
mix of understandings of algebraic
lebih baik dibandingkan kelas pertama.
sign convention in vector-kinematics: 12
Meningkatkan Aktivitas Kolaboratif A
phenomenographic
African
Journal
Mathematics,
of
perspective. Research
Science
Marble, S. 2007. Inquiring into Teaching:
in
Lesson Study in Elementary Science
and
Methods. Journal of Science Teacher
Technology Education. 37–41.
Education. 18 (6) : 935–953.
Inprasitha, M., Pattanajak, A. & Tesarin, P. Ono, Y., Chikamori, K., Ozawa, H., & Kita, 2007.
Context
Preparation
for
M. 2007. Effectiveness of lesson study
Application in Japanese Teaching
in
Professional
called
education: a case study of Biology
Thailand.
lesson by a South African teacher.
Proceedings of The First National
Journal for the Science of Schooling.
Academic Conference in Japanese
(8) : 11–22.
“Lesson
Development
Study”
in
Study Network. Bangkok: Sangseau
Pollard,
Co. Ltd.
international
A.
2002.
Effective professional
Solving Approaches in Mathematics
Continuum.
Education as a Japanese Experience. Procedia-Social
and
Reflective
and
Isoda, M. 2010. Lesson Study: Problem
cooperation
in
teaching:
evidence-informed practice.
London:
Stigler, J. & Hiebert, J. 1999. The Teaching
Behavioral
Sciences (8) : 17–27.
Gap: Best Ideas from the World’s Teachers for Improving Education in
Lewis, C. 2002. Lesson study: a handbook of
the Classroom. New York: The Free
teacher led instructional change.
Press.
Philadelphia, PA: Research for Better Suana, W. 2014. Mengungkap Miskonsepsi Schools.
Mekanika Mahasiswa Calon Guru
Lewis, C., Perry, R., Hurd, J., & O Connell,
Fisika Semester Akhir pada Salah
M. P. 2006a. Lesson study comes of
Satu Universitas di Lampung. Jurnal
age in North America. Phi Delta
Pendidikan MIPA. 15 (1) : 1–8.
Kappan. 88 (4) : 273–281.
Taylor, A.R., Anderson, S., Meyer, K.,
Lewis, C.C., R. Perry, and A. Murata. 2006b.
Wagner, M.K., & West, C. 2005.
How should research contribute to
Lesson
instructional improvement? The case
development model for mathematics
of
reform. The Rural Educator, Winter
lesson
study.
Educational
Researcher. 35 (3) : 3–14.
study:
2005 : 17–22.
13
A
professional
Wayan Suana
Jurnal EduMatSains, Juli 2016 | Vol. 1 | No. 1
Tim Penyusun. 2010. Program Perluasan
Yoshida, M. 2008. Exploring ideas for a
Lesson Study untuk Penguatan LPTK.
mathematics
teacher
educator’s
Jakarta: Direktorat Ketenagaan Ditjen
contribution to lesson study. The
Dikti.
international
handbook
of
York-Barr, J., Sommers, W.A., Ghere, G.S.,
mathematics teacher education: Tools
& Montie, J. 2006. Reflective practice
and processes in matheamtics teacher
to improve schools. Thousand Oaks,
education. 2: 85–106.
CA: Corwin Press.
14