MODUL PERKULIAHAN
Psikologi Kepribadian I Psikologi Kepribadian I
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
07
Kode MK
Disusun Oleh
61101
Agustini, M.Psi., Psikolog
Abstract
Kompetensi
Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan Humanistic Psychoanalysis teori Erich Fromm.
Mampu memahami ciri-ciri khusus, struktur & dinamika kepribadian berdasarkan pandangan humanistic psychoanalisis.
Latar Belakang Pendahuluan Erich Fromm merupakan tokoh psikologi kepribadian yang unik. Teori yang dikembangkannya berada di dua kaki yang berbeda, satu kaki berada di psikoanalisis dan kaki yang lain berada di humanistik sehingga tidak aneh jika teori yang dikembangkannya disebut dengan psikoanalisis humanistik. Sebagai seorang Yahudi Jerman, ia sangat dipengaruhi Freud. Tetapi pengalaman hidup semasa Perang Dunia I telah membangkitkan minatnya untuk menyelidiki secara mendalam latar belakang orang-orang yang mengikuti para pemimpinnya untuk melakukan pengrusakan seperti yang dilihatnya pada pengikut Hitler dalam peperangan. Padahal tidak sedikit diantara pengikut tersebut dikategorikan sebagai orang yang cerdas dan intelek. Teori-teori Fromm memberikan penjelasan yang menarik mengenai sisi psikologis dari filosofi dan juga keterlibatannya dalam dunia politik praktis di negara-negara yang di tinggali yaitu Amerika Serikat dan Meksiko. Meskipun pembahasannya tampak mengarah kepada kolektifitas tetapi ia tidak melepaskan diri dengan pendekatan personal sebagai pendekatan khas dalam psikologi. Erich Fromm juga mengembangkan metode psikoterapi dan konseling untuk proses penyembuhan neurosis dengan pendekatan unik. Fromm sangat dipengaruhi oleh tulisan Karl Marx terutama dalam buku The Economic and Philosophical Manuscripts yang ditulis pada tahun 1944. Fromm membandingkan ideide Freud dan Marx, meneliti kontradiksi-kontradiksi antara keduanya dan mencoba menyamakan pemikiran mereka. Dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis Fromm menganalisa pemikiran Marx dan memandang Marx sebagai pemikir yang lebih ulung daripada Freud. Pada tahun 1959, Fromm menulis analisis yang sangat kritis bahkan polemis tentang kepribadian Freud dan pengaruhnya. Sebaliknya, ia memberikan pujian kepada Marx pada tahun 1961. Meskipun Fromm dapat disebut sebagai seorang teoritikus kepribadian Maxian, ia sendiri lebih suka disebut humanis dialektik. Tulisan-tulisan Fromm dipengaruhi oleh pengetahuannya yang luas tentang sejarah, sosiologi, kesusastraan, dan filsafat. Buku awal dan mungkin yang paling berpengaruh yang ditulis oleh Erich Fromm adalah Escape From Freedom diterbitkan pada awal Perang Dunia II. Fromm menggambarkan kebebasan sebagai masalah terbesar bagi kebanyakan individu.
2016
2
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Kebebasan
telah
mendatangkan
perasaan
kesendirian
yang
sangat
hebat
dan
ketidakmampuan untuk mengerahkan kekuatan individu.
Manusia dalam Pandangan Erich Fromm Fromm pada dasarnya memiliki pandangan yang positif terhadap hakikat manusia. Meskipun demikian, keberadaan manusia dihadapkan kepada dilema eksistensial karena keberadaan manusia pada hakikatnya mengalami dualistik. Di satu sisi, manusia berjuang untuk bebas menguasai lingkungan dengan hakikat kemanusiaannya tetapi disisi lain kebebasan tersebut telah memperbudak manusia karena tidak dapat memisahkan diri dari kebinatangan sebagai akar alamiahnya. Dinamika kehidupan bergerak tanpa henti seolaholah manusia akan hidup abadi. Setiap orang tanpa sadar mengingkari kematian yang kekal dan berusaha bertahan di dunia yang fana. Mereka menciptakan cita-cita ideal yang tidak pernah dapat dicapai dengan cara mengejar kesempurnaan sebagai kompensasi perasaan tidak sempurna. Menurut Fromm, ciri orang normal atau yang sehat mental adalah orang yang mampu bekerja produktif sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya sekaligus mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang penuh cinta. Menurut Fromm, normal berarti keadaan optimal dalam pertumbuhan (kemandirian) dan kebahagiaan (kebersamaan) dari seorang individu. Kecemasan
yang
dialami
manusia
merupakan
persepsi
terhadap
kebebasan.
Kecemasan terkait dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan kekuatan dan ketakutan akan kesendirian. Kecemasan terkait dengan kebebasan yang tidak sehat. Satusatunya untuk menjadi sehat adalah merangkul kebebasan dan mengekspresikannya bukan sekedar merasakannya. Kekuatan sejati berasal dari individualitas dan kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkan. Cara untuk mencapai individualitas dan kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkan. Cara untuk mencapai individuasi adalah dengan memilki kemampuan untuk menjadi diri sendiri dan merangkul kekuasaan yang terkait dengan kebebasan sejati.
Konsep Utama Humanistik Psikoanalisis 1. Teori Kepribadian Tema dasar dari semua tulisan Fromm adalah individu yang merasa kesepian dan terisolir karena dipisahkan dari manusia lain dan alam. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang tetapi hanya terjadi pada manusia. Dalam bukunya Escape from Freedom, ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari abad 2016
3
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
ke abad tetapi juga makin merasa kesepian. Jadi kebebasan menjadi keadaan yang negatif hingga manusia melarikan diri. Jawaban dari kebebasan menjadi kebebasan adalah: a. Pertama: semangat, cinta, dan kerjasama yang menghasilkan manusia yang mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih baik. b. Kedua: manusia merasa aman dengant unduk pada penguasa yang kemudian dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. Dalam buku-bukunya, Fromm menyatakan bahwa setiap masyarakat yang telah diciptakan manusia entah itu berupa feodalisme, kapitalisme, fasisme, sosialisme, atau komunisme semuanya menunjukkan usaha manusia untuk memecahkan kontradiksi dasar manusia. Kontardiksi yang dimaksud adalah seorang individu merupakan bagian dan sekaligus terpisah dari alam. Selain itu, seorang individu merupakan binatang sekaligus manusia. Sebagai binatang, manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik tertentu yang harus dipuaskan. Sedangkan sebagai manusia, orang memiliki kesadaran diri, pikiran, dan daya khayal. Pengalaman-pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, perasaan kasian, perhatian, tanggung jawab, identitas, integritas, transedensi, kebebasan, nilai-nilai, serta norma-norma. Teori Erich Fromm mengenai watak masyarakat mengakui asumsi transmisi kebudayaan dalam membentuk kepribadian tipikal atau kepribadian kolektif. Namun Fromm juga mencoba menjelaskan fungsi-fungsi sosio historis dari tipe kepribadian tersebut yang menghubunkan kebudayaan tipikal dari suatu kebudayaan obyekstif yang dihadapi suatu masyarakat. Untuk merumuskan hubungan tersebut secara efektif, suatu masyarakat perlu menterjemahkannya ke dalam unsur-unsur watak (traits) dari setiap individu agar bersedia melaksanakan apa yang harus dilakukan. Fromm membagi sistem dalam struktur masyarakat menjadi tiga bagian berdasarkan karakter sosialnya sebagai berikut: 1. Sistem A adalah masyarakat pecinta kehidupan. karakter sosial masyarakat ini penuh cita-cita, menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupan dalam segala bentuknya. Dalam sistem masyarakat seperti ini, sikap-sikap yang destruktif dan kekejaman sangat jarang terjadi dan tidak didapati hukuman fisik yang merusak. Upaya kerja sama dalam struktur sosial masyarakat seperti ini banyak dijumpai. 2. Sistem B adalah masyarakat non destruktif agresif. Masyarakat ini memiliki dasar tidak destruktif. Meskipun demikian, masyarakat ini tidak memiliki kelemahan-lkelemahan dan rasa saling percaya.
2016
4
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
3. Sistem C adalah masyarakat destruktif. Karakter sosialnya adalah destruktif agresif, brutal, pendedam, pengkhianatan, dan penuh dengan permusuhan. Pada masyarakat seperti ini, biasanya sangat sering terjadi persaingan, sangat mengutamakan kekayaan, dan menggunakan materi sebagai keunggulan simbol sosial. Berdasarkan tiga sistem di atas, Fromm juga menyebutkan dan menjelaskan lima karakter sosial yang ditemukan dalam masyarakat, yakni sebagai berikut: 1. Tipe reseptif (mengharapkan dukungan dari pihak luar). 2. Tipe eksploitasi (memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya). 3. Tipe penimbunan (suka mengunpulkan dan menimbun barang atau materi). 4. Tipe pemasaran (suka menawarkan dan menjual barang). 5. Tipe produktif (karakter yang kreatif dan selalu berusaha untuk menggunakan barangbarang untuk suatu kemajuan). Erich Fromm menjelaskan karakter sosial manusia dan membaginya menjadi dua kutub yaitu produktif dan nonproduktif.
Accepting
Preserving
Taking
Produktif
Non-Produktif
Yakin dengan kemampuan dirinya, aktif, berpikir positif. Menerima dan merespons keberadaan diri orang lain.
Keyakinan bahwa semua orang itu datang dari "atas". Tidak mampu Receptive melihat hubungan antara perbuatannya dengan hasilnya.
Kreatif mencari dunia baru untuk ditaklukan, memanfaatkan segala sesuatu untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya dan orang lain.
Menarik diri dari dunia eksternal, menyimpan hasil kerja untuk diri Hoarding sendiri. Mementingkan diri sendiri.
Bekerjasama dengan orang Mengambil dari orang lain berdasarkan tujuan lain dengan kekuatan Exploitative bersama, kejujuran, dan sikap atau tipu meslihat. rasional.
Kepribadian memperoleh Tidak benar-benar peduli keuntungan tanpa merugikan dengan orang lain yang Exchanging orang lain. hanya dipandang sebagai Marketing sumber potensial yang memberi keuntungan.
2016
5
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Dengan Biophilous
Mencintai kehidupan dan Menyelesaikan masalah sangat mempedulikan dengan kekerasan Necrophilous kesejahteraan orang lain.
Kelima karakter sosial memiliki validitas dari proposisi-proposisi berikut ini: a. Manusia mempunyai kodrat esensial bawaan. b. Masyarakat diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kodrat esensial ini. c. Tidak satupun bentuk masyarakat yang pernah diciptakan berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia. d. Eksistensi manusia memungkinkan terciptanya masyarakat semacam itu. Meskipun membagi sistem masyarakat dan karakter sosial yang ada, sebenarnya Fromm memilki sebuah gambaran mengenai masyarakat ideal. Masyarakat ideal adalah masyarakat yang setiap manusia di dalamnya berhubungan satu sama lain dengan penuh cinta, yang berakar dari ikatan-ikatan persaudaraan dan solidaritas. Suatu masyarakat yang memberi kemungkinan kepada setiap anggotanya untuk mengatasi kodratnya dengan menciptakannya, bukan membinasakannya, tempat yang memungkinkan setiap orang mencapai pengertian tentang diri dengan mengalami dirinya sebagai subjek dengan kemampuan yang dimilikinya bukan berdasarkan konformitas atau sebuah tempat yang menjalankan sistem orientasi dan devosi tanpa perlu mengubah kenyataan dan memuja berhala. Fromm memgusulkan nama untuk masyarakat yang sempurna tersebut dengan "Sosialisme Komunitarian Humanistik". Dalam masyarakat semacam itu, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi manusia sepenuhnya. 2. Kondisi Eksistensi Manusia Di lema eksistensi yang dikembangkan Fromm mengikuti filsafat dualisme. Semua gerak di dunia di latar belakangi oleh pertentangan dua kelompok ekstrim yaitu tesa dan antitesa. Pertentangan itu akan menimbulkan sintesa yang pada dasarnya dipandang sebagai tesa baru yang akan memunculkan antitesa yang lain. Itulah dinamika yang tidak pernah berhenti bergerak. Menurut Fromm, hakikat manusia juga bersifat dualisme. Paling tidak, ada empat dualisme di dalam diri manusia yaitu sebagai berikut: a. Manusia sebagai Binatang dan sebagai Manusia Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisiologis yang harus dipuaskan, seperti kebutuhan: makan, minum, dan kebutuhan seksual. Manusia sebagai manusia 2016
6
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
memilki kebutuhan kesadaran diri, berpikir, dan berimajinasi. Kebutuhan manusia itu terwujud dalam pengalaman khas sebagai manusia yang meliputi perasaan lemah lembut, cinta, kasih, perhatian, tanggung jawab, identitas, intergritas, kesedihan, transedensi, kebebasan,nilai, dan norma. b. Hidup dan Mati Manusia memiliki kesadaran diri bahwa ia akan mati, tetapi berusaha mengingkarinya dengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati dan melakukan usaha-usaha yang tidak sesuai dengan fakta bahwa kehidupan akan berakhir dengan kematian. c. Ketidaksempurnaan dan Kesempurnaan Manusia mampu mengonsepsikan realisasi diri yang sempurna. Tetapi, karena hidup itu singkat, maka kesempurnaan tidak dapat dicapai. Ada orang berusaha memecahkan dikotomi ini dengan mengisi rentang sejarah hidupnya dengan prestasi di bidang kemanusiaan atau meyakini dalil kelanjutan perkembangan sesudah kematian. d. Kesendirian dan Kebersamaan Manusia adalah pribadi yang mandiri tetapi tidak bisa menerima kesendirian. Manusia menyadari diri sebagai individu yang terpisah namun pada saat yang sama menyadari kalau kebahagiaannya bergantung pada kebersamaan dengan orang lain. Dilema ini tidak pernah terselesaikan. Namun, orang harus berusaha menjembatani dualisme ini agar tidak menjadi gila. Dualisme-dualisme tersebut adalah aspek binatang dan manusia, kehidupan dan kematian, ketidaksempurnaan dan kesempurnaan, kesendirian dan kebersamaan yang semuanya merupakan kondisi dasar eksistensi manusia. Pemahaman tentang jiwa manusia harus berdasarkan analisis tentang kebutuhan-kebutuhan manusia yang berasal dari kondisi-kondisi eksistensi manusia. Kondisi yang dibawa sejak lahir antara tesa-antitesa eksistensi manusia disebut dilema eksistensi. Di satu sisi manusia berjuang untuk bebas, menguasai lingkungan dengan hakikat kemanusiaannya. Tetapi di sisis lain, kebebasan itu memperbudak manusia dengan memisahan hakikat kebinatangan dari akar-akar alamiahnya. Dinamika kehidupan bergerak tanpa henti, seolah-olah manusia bakal hidup abadi. Setiap orang tanpa sadar mengingkari kematian yang kekal dan berusaha bertahan di dunia yang fana. Mereka menciptakan citacita ideal yang tidak pernah dapat dicapai dengan cara mengejar kesempurnaan sebagai kompensasi perasaan ketidaksempurnaan. anak yang berjuang untuk memperoleh otonomi diri mungkin merasakan kesendirian yang membuatnya merasa tidak berdaya dan kesepian. Begitu juga masyarakat yang berjuang untuk merdeka mungkin merasa lebih terancam oleh
2016
7
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
isolasi dari bangsa lain. Dengan kata lain, kemandirian dan kebebasan yang diinginkan justru menjadi beban. Ada dua cara yang dilakukan untuk menghindari dilema eksistensi ini yaitu: 1) Menerima otoritas dari luar dengan tunduk kepada penguasa dan menyesuaikan diri dengan masyarakat. Manusia menjadi budak (dari penguasa negara) untuk mendapatkan perlindungan atau rasa aman. 2) Bersatu dengan orang lain dalam semangat cinta dan kerjasama, meciptakan ikatan dan tanggung jawab bersama dalam masyarakat yang lebih baik. 3. Kebutuhan Manusia Umumnya kata ''kebutuhan'' diartikan sebagai kebutuhan fisik. Sedangkan Fromm memandangnya sebagai kebutuhan aspek kebinatangan dari manusia yakni kebutuhan makan, minum, seks, dan bebas dari rasa sakit. Kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya sebagai manusia yang menurut Fromm meliputi dua kelompok kebutuhan: a. Pertama, kebutuhan untuk menjadi bagian dari sesuatu dan kebutuhan untuk menjadi otonom yang terdiri dari kebutuhan relatedness, rootedness, transcendense, unity, dan identity. b. Kedua, kebutuhan memahami dunia dengan di landasi tujuan dan memanfaatkan sifat unik manusia yang terdiri dari kebutuhan frame of orientation, frame of devotion, excitation stimulation, dan effectiveness. Selanjutnya dibawah ini rincian kebutuhan-kebutuhan di atas sebagai berikut: 1) Kebutuhan kebebasan dan keterikatan. Kebutuhan-kebutuhan ini terdiri atas berikut ini: a) Keterhubungan (relatedness) Kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari dirinya sendiri. Kebutuhan untuk bergabung dengan mahkluk lain yang dicintai dan menjadi bagian dari sesuatu. Dalam hal ini akan muncul keinginan rasional untuk mempertahankan hubungan yang pertama yakni hubungan dengan ibu yang diwujudkan ke dalam perasaan solidaritas dengan orang lain. Hubungan yang memuaskan akan bernilai positif apabila hubungan tersebut di dasarkan pada cinta, perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan pengertian dari orang lain, dapat juga bersifat negatif apabila hubungan tersebut didasarkan pada kepatuhan atau kekuasaan.
2016
8
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
b) Keberakaran (rootedness) Kebutuhan
keberakaran
adalah
kebutuhan
untuk
memiliki
ikatan-ikatan
yang
membuatnya merasa nyaman di dunia (merasa seperti di rumahnya). Manusia menjadi asing dengan dunianya karena dua alasan. Pertama, ia direnggut dari akar-akar keterhubungannya oleh situasi (ketika manusia dilahirkan, ia menjadi sendirian dan kehilangan ikatan alaminya). Kedua, pikiran dan kebebasan yang dikembangkannya sendiri justru memutus ikatan alami dan menimbulkan perasaan isolasi atau tak berdaya. keberakaran adalah kebutuhan untuk mengikat diri dengan kehidupan. Setiap saat, orang dihadapkan kepada dunia baru yang mengharuskan tetap aktif dan kreatif mengembangkan perasaan menjadi bagian yang integral dari dunia. Dengan demikian, ia akan tetap merasa aman, tidak cemas, berada di tengah-tengah dunia yang penuh ancaman. Orang dapat membuat ikatan fiksasi yang tidak sehat yakni mengidentifikasikan diri dengan situasi dan tidak mau bergerak maju untuk membuat ikatan dengan dunia baru. c) Menjadi Pencipta (transcendency) Karena individu menyadari diri sendiri dari lingkungannya, mereka kemudian mengenali betapa kuat dan menakutkan alam semesta itu yang membuatnya merasa tak berdaya. Orang ingin mengatasi perasaan takut dan ketidakpastian menghadapi kemaraan dan ketakmenentuan semesta. Orang membutuhkan peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat pasif dari penguasaan alam menjadi aktif, bertujuan dan bebas, berubah dari mahkluk ciptaan menjadi pencipta. Seperti halnya keterhubungan, transendensi bisa positif (menciptakan sesuatu) atau negatif (menghancurkan sesuatu). d) Kesatuan (unity) Kebutuhan ini bertujuan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakikat binatang dan non binatang dalam diri seseorang. Keterpisahan, kesepian, dan isolasi semuanya bersumber dari kemandirian dan kemerdekaan ''untuk apa orang mengejar kemandirian dan kemerdekaan kalau hasilnya justru kesepian dan isolasi''. Dari dilema ini muncul kebutuhan unitas. Orang dapat mencapai unitas, memperoleh kepuasan (tanpa menyakiti orang lain dan diri sendiri) kalau hakikat kebinatangan dan kemanusiaan itu bisa didamaikan dan hanya berusaha untuk menjadi manusia seutuhnya dengan cara berbagi cinta dan kerjasama dengan orang lain. e) Identitas (identity) Kebutuhan untuk menjadi ''aku'', kebutuhan untuk sadar dengan dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah. Manusia harus merasakan kemampuan untuk mengontrol nasibnya
2016
9
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
sendiri, harus bisa membuat keputusan, dan merasa bahwa hidupnya nyata-nyata miliknya sendiri. Misalnya, orang primitif mengidentifikasikan diri dengan sukunya sehingga ia tidak melihat dirinya sebagai bagian yang terpisah dari kelompoknya. 2) Kebutuhan untuk memahami dan bereaktifitas. Kebutuhan-kebutuhan ini terdiri atas berikut ini: a. Kerangka Orientasi (frame of orientation) Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan mengenai eksistensi hidup, perjalanan hidup tingkah laku bagaimana yang harus dikerjakannya yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa. b. Kerangka Kesetiaan (frame of devotion) Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang mutlak. Manusia membutuhkan sesuatu yang dapat menerima seluruh pengabdian hidupnya, sesuatu yang membuat hidupnya menjadi bermakna. Kerangka pengabdian adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup menjadi dasar dari nilai-nilai dan titik puncak dari semua perjuangan. c. Keterangsangan stimulasi (excitation stimulation) Kebutuhan untuk melatih sistem syaraf dan untuk menfaatkan kemampuan otak. Manusia tidak hanya membutuhkan stimulus sederhana (misalnya makanan) tetapi stimulus yang mengaktifkan jiwa (misal puisi atau hukum fisika). Stimulus tidak cukup hanya direspons saat itu tetapi harus direspons secara aktif, produktif, dan berkerlanjutan. d. Keefektifan (effectivity) Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi atau kemampuan. 4. Mekanisme Melarikan Diri dari Kebebasan Masyarakat kapitalis kontemporer menempatkan orang sebagai korban dari pekerjaan mereka sendiri. Konflik antara kecenderungan mandiri dan ketidakberdayaan dapat merusak kesehatan mental. Menurut Fromm, ciri orang normal atau sehat mental adalah orang yang mampu bekerja produktif sesuai tuntutan lingkungan sosialnya dan sekaligus mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang penuh cinta. Menurut Fromm, normal berarti keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan kebahagiaan (kebersamaan) dari individu.
2016
10
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Terdapat dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan yaitu sebagai berikut: a. Mencapai kebebasan positif dengan berusaha menyatu dengan orang lain tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi. Ini adalah pendekatan optimistik dan altruistik yang menghubungkan diri dengan orang lain melalui kerja dan cinta, melalui ekspresi perasaan dan kemampuan intelektual yang tulus dan terbuka. Fromm menyebutnya dengan pendekatan humanistik karena membuat orang tidak merasa kesepian dan tertekan ketika semua orang menjadi saudara dengan yang lain. b. Memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulatbulat individualitas dan integritas diri kepada sesuatu (bisa orang atau lembaga) yang dapat memberi rasa aman. Solusi semacam ini dapat menghilangkan kecemasan yang disebabkan oleh kesendirian dan ketidakberdayaan. Namun, menjadi negatif karena tidak mengijinkan orang mengekspresikan dan mengembangkan diri. Cara memperoleh rasa aman dengan berlindung dibawah kekuatan lain disebut Fromm sebagai mekanisme pelarian. Apabila mekanisme pelarian ini hanya digunakan sekali masih dianggap normal, baik secara individual maupun kolektif. Ada tiga mekanisme pelarian yang terpenting yaitu: otoritarianisme, destruktif, dan konformitas. 1) Otoritarianisme (authoritarianism) Kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian diri dan menggabungkannya dengan seseorang atau sesuatu diluar dirinya demi memperoleh kekuatan yang tidak dimilikinya. Kebutuhan untuk bergabung dengan mitra yang memiliki kekuatan bisa merupakan masokisme ataupun sadisme. Masokisme merupakan hasil dari perasaan dasar tidak berdaya, lemah, dan inferior yang kekuatannya tertuju atau menindas dirinya. Masokisme merupakan bentuk tersembunyi dari perjuangan memperoleh cinta dan kesetiaan tetapi tidak memberi sumbangan positif pada kemandirian. Sedangkan sadisme dipakai untuk meredakan kecemaan dasar melalui penyatuan diri dengan orang lain atau institusi. Sadisme juga merupakan bentuk neurotis yang lebih parah dan lebih berbahaya (karena mengancam orang lain) daripada masokisme. 2) Pengrusakan (destructiveness) Destruktif berakar pada perasaan kesepian, isolasi, dan tak berdaya. Orang yang destruktif mencari kekuatan dengan cara tidak membangun hubungan dengan pihak luar, tetapi melalui usaha membalas atau merusak kekuatan orang lain. Individu maupun negara
2016
11
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
dapat menggunakan strategi destruktif, merusak orang atau objek dalam rangka memperoleh perasaan kuat yang hilang. 3) Penyesuaian (conformity) Bentuk pelarian dari perasaan kesepian dari isolasi berupa penyerahan individualitas dan menjadi apa saja seperti yang diinginkan kekuatan dari luar. Orang menjadi robot merespons sesuatu persis seperti yang direncanakan dan menuruti kemauan orang lain.
2016
12
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka Feist, J., & Feist G (2012). Theories of Personality (7th ed.) USA: MC Graw Hill. Fudyartanta, K., (2012). Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
2016
13
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id