MODUL PERKULIAHAN
Psikologi Kepribadian I Psikologi Kepribadian I
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
05
Kode MK
Disusun Oleh
61101
Agustini, M.Psi., Psikolog
Abstract
Kompetensi
Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan teori Melanie Klein, Margaret Mahler & Heinz Kohut.
Mampu memahami ciri-ciri khusus, struktur & dinamika kepribadian berdasarkan object relation theories.
Latar Belakang Pendahuluan Teori relasi objek merupakan bagian dari teori Freud mengenai teori insting, namun berbeda dalam tiga hal: 1. Teori relasi objek tidak terlalu menekankan dorongan-dorongan biologis dan lebih menekankan pada pola yang konsisten dalam hubungan interpersonal. 2.
Teori relasi objek cenderung bersifat maternal dengan menekankan keintiman dan
pengasuhan ibu. Berbeda dengan teori Freud yang lebih bersifat paternalistis dan menekankan pada kekuatan dan kontrol ayah. 3. Teori relasi objek umumnya lebih memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama tingkah laku manusia, bukan kesenangan seksual.
Object Relation Theories Melanie Klien Teori relasi objek merupakan bagian dari teori Freud mengenai teori insting tetapi penyebabnya berbeda dalam tiga hal: 1. Teori reasi objek tidak terlalu menekankan pada dorongan-dorongan biologis dan lebih menenkankan pada pentingnya pola yang kosisten dalam hubungan interpersonal. 2. Kebalikan dari teori Freud yang bersifat paternalis dan menekankan pada kekuatan dan kontrol ayah, teori relasi objek cenderung lebih maternal dengan menekankan keintiman dan pengasuhan ibu. 3.Teori relasi objek umumnya lebih memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama tingkah laku manusia, bukan kesenangan seksual. Secara spesifik dijelaskan bahwa teori mengandung banyak makna sesuai jumlahnya. Klein dan teori objek lainnya memulai dari asumsi dasar yang dikemukakan Freud tersebut. Kemudian mereka berspekulasi mengenai bagaimana kenyataan atau khayalan seorang bayi di awal hubungan dengan ibunya atau dengan payudara ibunya. Keduanya menjadi
2016
2
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
model dari hubungan interpersonalnya dimasa mendatang. Bagaimanapun hubungan ini adalah representasi dari psikis internal pada objek-objek yang terkait erat seperti payudara ibunya dan penis ayahnya yang pernah diintroyeksikan atau diambil dari struktur psikis seorang bayi dan kemudian diproyeksikan terhadap pasangan hidupnya. Gambarangambaran internal ini bukan representasi akurat dari orang lain tetapi merupakan bagian atau sisa pengalaman awal setiap orang. Meskipun Klein terus menyebut dirinya sebagai Freudian, namun ia melanjutkan teori psikoanalisanya diluar batasan yang telah ditetapkan oleh Freud. Perilaku Psikis pada Bayi Jika Freud menekankan pada beberapa tahun pertama dalam kehidupan manusia, maka Klein lebih menekankan pada pentingnya empat sampai enam bulan. 1. Fantasi Salah satu asumsi dasar yang dikemukakan oleh Klein adalah bayi baru lahir memiliki fantasis atau khayalan kehidupan yang aktif. Fantasi ini merupakan representasi psikis dari ketidaksadaran insting id yang tidak dapat dicampuradukkan dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak-anak dan orang dewasa. Klein sengaja mengejanya dengan fantasi (phantasy) untuk membedakan dengan kesadaran. Ketika Klein (1932) menulis mengenai dinamika kehidupan fantasi pada bayi, ia mengatakan bahwa bayi yang baru lahir bisa merangkum pemikirannya melalui kata-kata. Maksudnya adalah bahkan sejak masih sangat kecil, bayi memiliki gambaran ketidaksadaran dari baik dan buruk. Klein mengemukakan bayi yang tertidur saat sedang mengisap jarinya sedang berfantasi bahwa ia mengisap puting susu ibunya yang baik. Bayi yang kelaparan dan menangis serta kakinya menendang berfantasi buruk sedang menendang atau menghacurkan payudara ibunya yang buruk. Seiring dengan berkembangnya sang bayi, fantasi ketidaksadaran mengenai payudara ini masih berlanjut dan berdampak pada kehidupan psikisnya sehingga muncul fatasi ketidaksadaran lainnya. Fantasi ketidaksadaran yang muncul belakangan ini dibentuk melalui kenyataan yang di alam dan predisposisi bawaan. salah satu fantasi ini adalah oedipus coplex atau keinginan anak untuk menghancurkan salah satu orangtuanya untuk terlibat secara seksual dengan orangtua satunya. 2. Objek Klein setuju dengan Freud bahwa manusia mempunyai dorongan bawaan atau insting kematian. Dorongan-dorongan tersebut berupa objek. Objek-objek tersebut adalah dorongan lapar untuk mendapatkan payudara baik, dorongan berhubungan badan, dan
2016
3
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
memiliki organ sesual. Klein (1948) yakin bahwa sejak masa bayi awal anak sudah berkaitan dengan objek-objek eksternal ini dan kemudian mulai berminat pada wajah dan tangan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Dalam khayalan aktifnya bayi mengintroyeksi atau mencapai struktur psikis
pada objek
eksternal, mereka juga berkhayal
dengan
menginternalisasikan objek dalam istilah-istilah yang berwujud konkret. Misal: anak mengintroyeksikan sang ibu percaya bahwa ibu akan selalu ada di dalam dirinya. 3. Posisi Dalam usahanya untuk menghadapi dikotomi baik dan buruk atau dalam menghadapi objek internal dan eksternal, bayi mengatur pengalaman mereka berdasarkan posisi tertentu. Klein memilih istilah posisi daripada tahapan perkembangan untuk mengindikasikan bahwa posis dapat maju dan mundur. Posis bukanlah merupakan periode perkembangan dalam rentang waktu tertentu dalam fase kehidupan manusia. a. Posisi Paranoid Skizoid Menurut Klein, bayi mengembangkan posisi paranoid skizoid ketika berusia tiga sampai empat bulan. Pada saat ini egonya mempersepsi dunia eksternal sebagai dunia yang subjektif dan fantasi bukan objek nyata. Perasaan terancam pada seorang bayi merupakan perasaan paranoid yaitu perasaan yang tidak didasari oleh kenyataan atau bahaya dunia. b. Posisi Depresif Anak yang sedang berada pada posisi depresif dapat mengenal objek yang dicintainya menjelma menjadi satu diwaktu yang bersamaan. Mereka saling mendekati satu sama lain untuk keinginan menghancurkan ibunya dan keinginanan untuk memperbaiki atas penyerangan ini. Anak melihat ibunya sebagai suatu kesatuan dalam posisi yang berbahaya sehingga mereka merasa empati terhadapnya. Kualitas ini merupakan faktor yang menguntungkan bagi hubungan interpersonal di masa mendatang. Mekanisme Pertahanan Psikis Klein (1955) mengemukakan bahwa sejak awal bayi, anak dapat mengadopsi beberapa mekanisme pertahanan psikis untuk melindungi perasaan yang berasal dari kecemasan sadistis oral mengenai payudara, payudara sebagai objek yang destruktif dan menakutkan disatu sisi, namun payudara sebagai objek yang menyenangkan dan sangat membantunya di sisi yang lain. Untuk mengontrol kecemasan ini, bayi menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri, seperti: introyeksi (introjection), proyeksi (projection), pemisahan (splitting), dan identifikasi proyeksi (projective identification).
2016
4
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Klein mengemukakan bahwa sejak awal masa bayi anak dapat mengadopsi beberapa mekanisme petahanan psikis untuk melindungi perasaan yang bersalah dari kecemasan sadistis oral mengenai payudara. Untuk mengontrol kecemasan ini bayi menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri seperti: introyekdi, proyksi, dan identifikasi proyeksi. Introyeksi Introyeksi yang dimaksud Klein adalah khayalan yang diperoleh bayi mengenai persepsi dan pengalaman mereka dengan objek eksternal yang asalnya dari payudara ibu. Objekobjek yang diintroyeksikan bukan representasi akurat dari objek nyata tetapi sudah diwarnai dengan khayalan anak-anak. Misal: bayi berkhayal bahwa ibunya selalu ada bersamanya sehingga mereka merasa sosok ibunya berada didalam badannya. Proyeksi Proyeksi merupakan khayalan yang dirasakan oleh seseorang dan impuls-impuls yang sebetulnya dipindahkan pada orang lain dan tidak berasal dari dalam diri sendiri. Anak memproyeksikan gambaran buruk dan baik dalam objek eksternal terutama mengenai orangtua. Misal: seorang anak perempuan yang berkhayal untuk menguasai ibunya tetapi ia memproyesikan khayalannya terhadap ibunya bahwa ibu akan membalas dendam dan menyiksanya. Selain impuls buruk, orang juga bisa memproyeksikan impuls-impuls baik. Proyeksi juga membuat seseorang merasa yakin bahwa pendapatnya yang subyektif itulah yang benar. Pemisahan Bayi hanya dapat mengatur aspek-aspek baik dan buruk serta objek eksternal dengan cara memisahkan impuls-impuls yang tidak sesuai. Bayi mengembangkan gambaran mengenai "saya yang baik" dan "saya yang buruk". Pemisahan ini bisa berakibat positif atau negatif pada anak. Internalisasi Ketika teori relasi objek berbicara mengenai internalisasi, hal ini berarti bahwa orang melakukan introyeksi yaitu memasukkan aspek eksternal kemudian diolahnya menjadi rangka kerja yang bermakna secara psikologi. Teori Klein menekankan tiga internalisasi penting yaitu: ego, superego, dan oedipus complex. 1. Perkembangan Oedipal pada Perempuan
2016
5
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Pada awal perkembangan oedipal feminim yaitu selama bulan pertama dalam kehidupan seorang anak perempuan melihat payudara ibunya sebagai objek baik dan buruk. Kemudian sekitar usia enam bulan, anak mulai melihat payudara lebih sebagai objek yang positif daripada negatif. setelah itu, ia mulai melihat ibunya secara keseluruhan sebagai objek yang penuh kebaikan dan sikap ini membuatnya berimajinasi mengenai bagaimana hadirnya seorang bayi. Ia juga berkhayal bahwa penis ayahnya memberinya ibunya berbagai hal termasuk bayi-bayi. Oleh karena anak perempuan kecil ini melihat penis ayahnya sebagai pemberi bayi maka ia mengembangkan hubungan positif terhadap penis ayahnya dan berkhayal
bahwa
ayahnya
akan
memenuhinya
dengan
bayi-bayi.
Jika
proses
perkembangan oedipus feminim ini berjalan dengan mulus maka anak perempuan akan menempatkan dirinya pada posisi feminism dan mengembangkan hubungan yang positif dengan kedua orangtuanya. 2. Perkembangan Oedipal pada Laki-Laki Seperti pada anak perempuan, anak laki-laki juga memandang payudara ibunya sebagai objek baik dan buruk (Klein, 1945). Kemudian selama bulan-bulan pertama perkembangan oedipal, anak laki-laki mengganti hasrat oralnya yang semula pada payudara ibunya diganti menjadi hasrat terhadap penis ayahnya. Kemudian, ia bergerak menuju hubungan hetroseksual terhadap ayahnya yang pernah dimilikinya, maka ia tidak takut ayahnya akan mengebirinya. Klein percaya bahwa posis homoseksual pasif ini merupakan faktor awal terbentuknya hubungan hetroseksual yang sehat dengan ibunya. sederhananya, seorang anak laki-laki harus memiliki perasaan yang baik terhadap penis ayahnya terlebih dahulu sebelum ia dapat menilai miliknya.
Object Relation Theories Magaret Mahler Mahler sangat memperhatikan kelahiran psikologis (psychological birth) individu yag terjadi selama tiga tahun pertama kehidupan manusia, sebuah waktu ketika anak secara bertahap mulai meninggalkan rasa aman demi otonominya. Awalnya ide-ide Mahler datang dari observasinya tentang perilaku anak-anak yang berinteraksi dengan ibu mereka. Kemudian ia mengamati bagaimana perilaku anak-anak yang berinteraksi dengan ibu mereka. Kemudian, ia mengamati bagaimana perilaku bayi-bayi normal ketika terikat dengan ibu selama 36 bulan pertama hidup mereka (Mahler, 1952). Menurut Mahler, kelahiran psikologis individu dimulai selama minggu pertama kehidupan setelah lahir dan terus berlanjut hingga 3 minggu berikutnya. Dengan istilah kelahiran psikologis (psychological birth). Mahler mengartikan bahwa anak menjadi seorang individu yang berbeda dari pengasuhnya, sebuah pencapaian yang akhirnya mengarah kepada rasa 2016
6
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
identitas (sense of identity). Untuk mencapai kelahiran psikologis dan individuasi ini seorang anak bergerak menjalani tiga tahap perkembangan utama, yaitu: 1. Autisme Normal Tahap perkembangan utama yang pertama adalah autisme normal (normal autism) yang berlangsung dari lahir sampai sekitar 3-4 minggu. Bayi yang baru lahir memiliki perasaan omnipoten karena seperti telur yang dierami, kebutuhan merekan diasuh secara otomatis tanpa harus mengeluarkan satupun upaya. Mahler percaya tahap ini adalah sebuah periode narsisisme absolut bahwa bayi tidak sadar dengan keberadaan pribadi lainnya. Karena itu, ia menyebut autisme normal sebagai tahap tanpa objek (objectless), sebuah periode ketika bayi secara alamiah hanya ingin mencari buah dada ibunya saja. 2. Simbiosis Normal Ketika bayi mulai menyadari bahwa mereka tidak dapat memuaskan kebutuhankebutuhannya sendirian, mereka mulai menyadari keberadaan pengasuhnya dan mencari hubungan simbiotik dengannya. Ini adalah sebuah kondisi yang membawanya kepada hubungan simbiosis normal yaitu tahap perkembangan kedua dalam teori Mahler. Siombis normal dimulai sekitar usia 4 atau 5 bulan. Selama waktu ini bayi bersikap dan berfungsi seolah ia dan ibunya adalah satu sistem yang omnipoten sebuah kesatuan dualistik (dual unity) dalam satu batasan sama. Simbiosis dicirikan oleh tindakan timbal balik bayi dan ibunya. Bayi mengirimkan sinyal kepada ibu mengenai rasa lapar, rasa senang, dan sebagainya dan merespon dengan sinyalnya sendiri seperti memberinya makan, memeluk, atau tersenyum. Pada usia ini, bayi dapat menyadari wajah ibunya dan dapat memahami rasa senang, atau stresnya. Namun relasi objek masih belum dimulai. Anak-anak yang lebih tua usianya bahkan orang dewasa kadang-kadang juga mundur ke tahap ini untuk mencari kekuatan dan rasa aman dalam pengasuhan ibu mereka. Perpisahan Individuasi Tahap perkembangan utama ketiga, perpisahan individuasi berlangsung dari periode 4 atau 5 bulan sampai usia 30 atau 36. Selama waktu ini, anak-anak menjadi terpisah secara psikologis dari ibu-ibu mereka mencapai perasaan individuasi dan mulai mengembangkan perasaan-perasaan identitas pribadi. karena anak-anak tidak lagi mengalami kesatuan dualistik dengan ibunya, mereka harus menyerahkan delusi omnipoten mereka dan menghadapi kerapuhan terhadap ancaman-ancaman eksternal. Anak kecil dalam tahap perpisahan individuasi mengalami bahwa dunia eksternal jauh lebih berbahaya daripada dua
2016
7
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
tahap sebelumnya. Mahler membagi tahap perpisahan individuasi ini menjadi empat subtahap yang saling tumpang tindih. 1. Tahap pertama pembedaan (differentiation), yang berlangsung sekitar usia 5 bulan sampai 7 atau 10 bulan dan ditandai oleh pemisahan secara fisik dari orbit simbiotik ibu bayi. Di usia ini senyum bayi merespons senyum ibunya, mengindikasikan ikatan dengan pribadi lain yang spesifik. Bayi yang sehat secara psikologis akan mengembangkan dunia mereka dengan melampui dan menjadi penuh ingin tahu tentang orang-orang asing dan akan memperhatikan mereka. Sebaliknya, bayi yang tdak sehat akan takut dengan orang asing dan berusaha menjauh dari mereka. 2. Tahap kedua individuasi perpisahan adalah praktisasi (practicing) sebuah periode dari usia 7 atau 10 bulan sampai 15 atau 16 bulan. Selama sub tahapan ini anak-anak dapat membedakan dengan mudah tubuh mereka dari tubuh ibu, membangun sebuah ikatan spesifik dengan ibu mereka, dan mulai mengembangkan ego yang otonom. 3. Tahap ketiga dari individuasi perpisahan sekitar usia 16 sampai 25 bulan adalah pendekatan kembali dengan ibu yaitu ingin membawa kembali ibu mereka dan diri mereka sendiri kembali bersama-sama, secara fisik dan psikologis. Mahler memperhatikan bahwa anak-anak diusia ini ingin berbagi dengan ibu mereka setiap pencapaian kemampuan yang baru dan setiap pengalaman baru. Sekarang ketika mereka mulai dapat berjalan dengan lebih mudah, anak-anak tampaknya lebih banyak berpisah secara fisik dari ibunya. 4. Tahap empat yaitu kekonstanan objek libidinal, kira-kira terjadi pada tahun ketiga. Selama waktu ini, anak-anak harus mengembangkan sebuah representasi batin yang konstan tentang ibu hingga mereka dapat menoleransi keterpisahan fisik darinya. Jika kekonstanan objek libidinal ini tidak berkembang, baik anak-anak akan terus bergantung pada kehadran fisik ibu untuk rasa aman mereka. Selain mencapai beberapa derajat kekonstanan objek, anak-anak harus mengonsolidaskan individualitas mereka juga. Artinya mereka harus belajar untuk berfungsi tanpa kehadiran ibu dan mulai mengembangkan relasi-relasi objek lainnya (Mahler, 1975).
Object Relation Theories Heinz Kohut Kohut menekankan proses dimana diri atau self berkembang dari gambaran yang samar-samar dan tak terbedakan menuju rasa identitas individual yang jelas dan tepat. Namun seperti teori relasi objek lainnya, Kohut berfokus kepada relasi ibu anak di usia dini sebagai kunci untuk memahami perkembangan selanjutnya. Kohut percaya bahwa saling
2016
8
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
keterhubungan manusia bukannya dorongan-dorongan instingtual bawaan menjadi inti dari kepribadian manusia. Menurut Kohut, bayi memerlukan pengasuhan orang dewasa bukan hanya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiknya, namun juga untuk memuaskan kebutuhankebutuhan psikologis dasarnya. Untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis ini, orang dewasa atau objek diri memperlakukan bayi seolah-olah mereka sudah memiliki rasa kesendirian (sense of self). Misal: orangtua akan bertindak dengan hangat, dingin, atau tidak senang sebagian bergantung kepada perilaku bayi itu sendiri. Melalui proses interaksi yang empatis bayi memasukkan respons-respons objek diri sebagai rasa bangga, rasa bersalah, rasa malu, atau rasa cemburu. Semua sikap yang akhirnya membentuk blok-blok bangunan diri (self). Kohut (1977) mendefinisikan diri (self) sebagai pusat semesta psikologis individu. Diri atau self memberikan kesatuan dan konsistensi bagi pengalaman-pengalaman seseorang masih relatif stabil untuk beberapa waktu dan menjadi pusat inisiatif sekaligus penerima impresi-impresi. Self atau diri juga menjadi fokus anak bagi hubungan antar pribadi, membentuk bagaimana ia menjalin hubungan dengan orangtua dan objek diri lainnya. Kohut (1977) mempercayai bahwa bayi secara alamiah bersifat narsistik. Mereka adalah pribadi yang berpusat pada diri sendiri (self centeral) yang secara khusus mencari kesejahteraan mereka sendiri dan berharap dikagumi atas siapa diri mereka dan apa yang sudah mereka lakukan. Diri atau (self) paling dini menjadi terkristalkan disekitar dua kebutuhan narsistik dasar: 1. Kebutuhan untuk memamerkan dirinya yang hebat. 2. Kebutuhan untuk mencapai gambaran ideal dari salah atau kedua orangtuanya. Diri yang hebat dan ingin dipamerkan ini terbentuk ketika bayi yang berhubungan dengan objek diri yang menjadi cermin menunjukkan persetujuan atas perilakunya. Sementara gambaran orangtua yang ideal (idealized parent image) bertentangan dengan diri yang hebat (grandiose self) karena ia menyiratkan bahwa seseorang yang lain itulah yang sempurna. Meskipun begitu, hal ini juga memuaskan salah satu kebutuhan narsistiknya karena bayi mengambil sikap. Kedua gambaran diri narsistik bayi semacam ini dibutuhkan bagi perkembangan kepribadian yang sehat. Namun keduanya tetap harus berubah ketika anak tumbuh dewasa. Jika mereka masih tidak bisa membedakan dirinya maka akan berkembang menjadi pribadi dewasa yang narsistik secara patologis. kehebatan diri harus berubah menjadi sebuah
2016
9
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
pandangan realistik mengenai diri dan gambar orangtua yang ideal harus tumbuh menjadi gambar orangtua yang realistik. Dua gambar diri ini tidak akan hilang sepenuhnya. Manusia dewasa yang sehat akan meneruskan sikap yang positif terhadap dirinya sembari terus melihat kualitas-kualitas yang baik pada orangtua dan figur lain pengganti orangtua. Tetapi manusia dewasa yang narsistik tidak mentransendensikan kebutuhan-kebutuhan infatilnya ini dan terus memusatkan pada diri sendiri. Akibatnya, ia terus ingin melihat sisa dunia sebagai penonton yang terkagumkagum kepada dirinya. Freud percaya bahwa pribadi narsistik seperti itu tidak bisa disembuhkan
oleh
psikoanalisis
namun,
Kohut
yakin
menyembuhkan secara efektif pasien-pasien seperti ini.
2016
10
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
bahwa
psikoterapi
dapat
Daftar Pustaka Feist, J., & Feist G (2012). Theories of Personality (7th ed.) USA: MC Graw Hill.
2016
11
Psikologi Kepribadian I Agustini, M.Psi., Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id