PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMPUT LAUT DAN KEMARITIMAN SERTA LANGKAH-LANGKAHNYA OLEH: ALEX RETRAUBUN WAKIL MENTERI PERINDUSTRIAN 1
YOGYAKARTA, 24 MARET 2010
2
3
Karakter Rumput p Laut • Hidup subur diperairan Indonesia • Masa tanam relatif singkat 45 hari h i • Harga relatif tinggi dibanding dengan tingkat kesulitannya ( Rp 7.000, 7 000 - s/d 10 10.000, 000 -/kg) /kg) • Dapat digunakan sebagai ingredient dari 500 end products p • Dapat digunakan untuk bahan pengemas, pupuk, kertas dan biofuel 4
JENIS RUMPUT LAUT BERNILAI EKONOMIS PENTING DI INDONESIA Gracillaria
Agar
Eucheuma
Karaginan
Sargassum
Alginat
5
IntegrattingTablet Bahan Gigi Buatan Shampoo
Lotion Pasta Gigi
Obat, Salep Kapsul Tablet
Sabun
Pakan Ternak, Ikan Pengeboran Printing Tekstil Kertas Keramik
Gracilaria sp. Gelidium sp.
Film
Ice Cream Susu Coklat kl Permen Saus Roti, Waper Sirup, Beer Yoghurt Soft drink Jeli Jam Salad Dressing Saus Makanan Dlm Kaleng
Cat
Eucheuma sp., Chondrus sp. SEAWEED TREE
Sargassum sp. Laminaria sp. 6
7
45 hari Sangat sederhana di dalam membudidayakan Dibutuhkan bambu, tali dan perahu
8
9
BUDIDAYA RUMPUT LAUT METODA LEPAS DASAR Pemasangan dan Pengikat Tali a ris s pada metode etode lepas epas dasar dasa
2,5 m 2,5 m
2,5 m
Pemasangan Tali Rentang Metode Lepas p Das 2,5 m 2,5 m 2,5 m
± 30 cm
10
BUDIDAYA RUMPUT LAUT METODA ODA LONGLINE O G Pelampung utama
Pelampung botol plastik
10-15 cm
20 cm
metode Long Line Budidaya y Rumput p laut Eucheuma cottonii
50 – 100 meter
Jangkar
Pelampung botol plastik
Rumpun
Eucheuma
Tali nilon
Tali rafia
11
12
GOSEPA - KE WS
13
GOSEPA
14
Proyeksi Usaha Per Kelompok ASUMSI Harga Harga Jual Harga-Harga Harga Bibit (Ton)
Rp
2,000,000.00
Rumput Laut Kering (Ton)
Rp
10,000,000.00
Biaya-Biaya Biaya Produksi (per Ton) Per Bulan (363,344.47)
Biaya Sewa Bagan per bulan dibagi estimasi kapasitas produksi basah maksimal PER BULAN
Upah Buruh Tanam per masa tanam per Ton
(103,519.67)
Upah buruh per orang Rp.1.000,000,- x 20 Buruh dibagi estimasi kapasitas produksi basah maksimal p per bulan
Upah Buruh Panen per masa Panen Per Ton
(103,519.67)
Upah buruh per orang Rp.1.000,000,- x 20 Buruh dibagi estimasi kapasitas produksi basah maksimal per bulan
Biaya Sewa Bagan (Per Ton)
Biaya Pengeringan
(434.93)
Biaya Pengemasan
(156,332.40)
Biaya Transportasi Per Trip per Ton Bibit
(85,527.70) (100,000.00)
Total Biaya Produksi per Ton (Rupiah)
Estimasi Biaya Pengeringan per Ton dengan menggunakan mesin pengering
Estimasi Biaya Transportasi per Ton per Trip: Biaya Bibit per kg
Rp2,000.00
(912,678.84)
15
Proyeksi Usaha Per Kelompok Produksi BAGAN Kapasitas Produksi Basah Maximum per Bulan (Basah) Jumlah Tali per GOSEPA Jumlah Titik Per Tali Total Titik
193,20
Ton
8.050
Tali
12
Titik
96.600
Titik
Berat bibit per titik
0,10
Kg
Jumlah Bibit Yang g Diperlukan p tahap pI
9,66 ,
Ton
Ratio Pertumbuhan Bibit ke Panen (30 Hari)
20
Estimasi Hasil Panen Per Bulan
193,20
Estimasi % Gagal/ Loss in Production RL Basah
Ton
15%
Net Hasil Panen
164,22
Ton
Net Hasil Panen setelah dikurangi Bibit
154,56
Ton
% RL Kering dari RL Basah
23%
Estimasi Hasil Panen Kering per bulan
35,55
Estimasi % Gagal/ Loss in Production RL Kering
15%
Net Produksi RL Kering g
30,22 ,
Estimasi Harga Jual RL Kering per TON Estimasi Pendapatan per bulan - RL Kering Estimasi Total Biaya Produksi Kering
Estimasi Gross Profit (Per Panen) Estimasi Gross Profit Per Bulan
Ton Ton
10.000.000
Rupiah
100%
302.164.800
Rupiah
-55% 100%
(167.513.074)
Rupiah
134.651.726 Rupiah 89.767.817,24 Rupiah
16
RAW MATERIAL
CHIP
SEMI REFINED CARRAGEENAN
REFINED CARRAGEENAN
+/- 500 END PRODUCT
12 US$/Kg FOOD GRADE
Rp 8000/Kg Rp. 5 US$/Kg
8.00 US$/Kg
10 US$/Kg
INDUSTRIAL GRADE 17
NILAI TAMBAH RUMPUT LAUT Bahan Baku/Rumput Laut g : Proses Pengolahan 1. Rumput Laut E. cottonii Bahan baku karagenan g Jenis
Rendemen
Harga (Rp/kg)
Kering petani
8.000
SRC
30
6 6.50 6.5050-8.50 8 50 $US
RC
70
12.0012.00-14.00 $US
E. Cottonii (mentah)
Besarnya nilai tambah pengolahan rumput laut sesuai dengan tingkat teknologi yang diterapkan 18
2. Rumput Laut Sargassum (Bahan baku Alginat) Jenis
Rendemen (%)
Sargassum (mentah)
Harga/kg (Rp)
Kering petani
2.500
Na-Alginat - Food Grade
30
200.000
- Industrial
30
150 000 150.000
3. Rumput Laut Gracillaria (Bahan baku agar-agar)
Jenis
Gracillaria
(mentah) AgarA -agar kertas Agar k t Agar--agar batang Agar
Rendemen (%)
Harga/kg (Rp)
Kering petani
3.000
20
70.000 70 000
20
80.000
19 19
• Teknologi terapan • Teknologi tinggi • Teknologi T k l i fformulasi l i
RUMPUT LAUT AGAROFIT Gracilaria, Gelidium
KARAGINOFIT Eucheuma, Hypnea ALGINOFIT Turbinaria, Sargassum
T E K N O L O G I
T E R A P A N
AGAR KERTAS
ATC ATA
Petani, pengolah/ masyarakat 20
T E K N O L O G I
T I N G G I
Refined karaginan agar karaginan, agar, agarosa, media bakteri
INDUSTRI
T E K N O L O G I
F O R M U L A S I
Dairy products: coklat, keju, milk shake, puding, ice cream,, permen, p , sosis,, boble tea dll Farmasi: tablet, salep, suspensi, pasta gigi, Industri: cat, tekstil, perekat karet perekat, karet, film dll Kosmetik : pelembab, shampo, wet look, lotion
INDUSTRI END PRODUCTS
21
SUPLAI YANG LUMINTU A Produk dalam jumlah besar A. Proyeksi Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, 2009 - 2014 No.
Rincian Jumlah
1 Rumput laut 2 Catfish - Patin - Lele L l 3 Nila 4 Bandeng 5 Udang - Udang windu - Udang vaname 6 Mas 7 Gurame 8 Kakap 9 Kerapu 10 Lainnya
2009*
2010
2011
2012
2013
2014
Satuan : ton Kenaikan Kenaikan rata-rata 2009 ke 2009-2014 2014 (%)
4.780.100
5.376.200
6.847.500
9.415.700 13.020.800 16.891.000
2.574.000 332.600 132.600 200 000 200.000 378.300 291.300 348.100 123 100 123.100 225.000 254.400 38.500 4.600 5.300 553.000
12 2.672.800 495.600 225.000 270 600 270.600 491.800 349.600 400.300 125 300 125.300 275.000 267.100 40.300 5.000 7.000 646.700
27 3.504.200 749.000 383.000 366 000 366.000 639.300 419.000 460.000 130 000 130.000 330.000 280.400 42.300 5.500 9.000 738.800
38 5.100.000 1.146.000 651.000 495 000 495.000 850.000 503.400 529.000 139 000 139.000 390.000 300.000 44.400 6.500 11.000 925.400
38 30 7.500.000 10.000.000 1.777.000 2.783.000 1.107.000 1.883.000 670 000 670.000 900 000 900.000 1.105.000 1.242.900 604.000 700.000 608.000 699.000 158 000 158.000 199 000 199.000 450.000 500.000 325.000 350.000 46.600 48.900 7.500 8.500 15.000 20.000 1.032.700 1.038.700
29
353
32
389
70 35 27 19 15 10 17 7 5 13 31 14
1.420 450 329 240 201 162 222 138 127 185 377 188 22
Peta Permintaan Rumput Laut (Ton)
Inggris gg
(US$ 000)
(Ton) Kanada
369
4 112
Meksiko
124
1 525
Jerman
88
1 384
Inggris
85
1 009
Jepang Total Indonesia Share
76
1 014 944
24,997
65,890
6899
4918
27.60
7.46
China
((Ton))
701
6 12
China
575
1 531
Neg.Asia
408
4 061
220
USA
453
1 741
Ireland
309
948
Korea
360
861
Korea
71
496
China
104
639
Jepang
58
269
6270
5942
Indonesia
570
380
Share
9.09
6.40
Ind’sia Share
42327
69620
9376
21238
22.15
30.51
Total
(US$ 000)
23 486
68 583
N.Asia
7 510
23 769
Rusia
5 125
5 865
Korea
1 901
4 505
637
697
79541
47243
Indonesia
23318
11180
Share
29.32
23.66
Total
USA
732
Japan
Ukraine
(US$ 000)
Cyprus
Total UE 27
(Ton)
((US$ 000))
(Ton)
(US$ 000)
Total
309,034
485,465
Ind'sia
102,415
124,359
Share
33.14
25.62
23
120000 102,820
M E T R I C T O N S
100000 96,120
96,600
94,960 ,
93 000 93,000
92 700 92,700
86,000
92,000
80000 62,300
60000
Philippines Indonesia M l i Malaysia East Africa China Vietnam India
45,000
40000
36,150 25,700
20000
0
YEAR
2002
2003
2004
2005
2006
2007
3/24/2010 SOURCES: SEAWEED INDUSTRY ASSOCIATION OF THE PHILIPPINES & STATISTICS OFFICE – JAKARTA
VIDE DAKAY, U. BENSON, 2008
24
Potential Areas for Seaweed Industry in Indonesia (E. (E cottonii ) Kalimantan Barat 15.520 Ha
Nangroe Aceh Darussalam 104.000 Ha
Sumatera Utara 20.000 Ha
Gorontalo 2.850 Ha
Maluku 206.000 Ha Sulawesi Utara 5 600 Ha 5.600 Sulawesi Tengah 106.000 Ha Papua 501.000 Ha
Sulawesi Tenggara 83.000 Ha
Kepulauan Riau 37 635 Ha 37.635 Jawa Timur 16.420 Ha
Bali 1.151 Ha Nusa Tenggara Barat 22.270 Ha
Sulawesi Selatan 250.000 Ha
Nusa Tenggara Timur 100.086 Ha
25
Indonesia’s p position in the world of seaweed commerce
26
Overview of Seaweed in the World and Indonesia Sea Seaweed eed Prospects 140
K tons
120 100 80 60 40 20 SEAPlant.net Foundation
0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
27
Cultivated seaweeds in commerce global production is about
1.2 M dry tons/yr Other 1%
Eucheuma 2% Gracilaria 5% 8%
Undaria
tropical RAGS production is almost 25% of the total
290 K dry tons/yr Other
15% Indonesia
Kappaphycus pp p y 17% % Philippines Laminaria 56%
11%
50%
35%
Porphyra Based on FAO and SEAPlant.net data 28
Cultivated tropical seaweeds are now the dominant carrageenan g raw material 200
K MT RAW DRIED SEAWEED
150
100
tropical 50
temperate 0
29
RP & RI VOLUMES AS K MT RAW DRY SEAWEED 160 INDONESIA 140
ESTIMATED TONS PRODUCED IN INDONESIA IF DOMESTIC GRACILARIA PRODUCTION IS ADDED TO NET TONNAGE EXPORTED
120 100 80 60 PHILIPPINES
40 20
TONS GROSS EXPORTS TONS NET EXPORTS
0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007 30
Demand projection for tropical carrageenophytes through solid value chains past production
projected production
400,000 350,000 300 000 300,000 250,000 200,000 150 000 150,000 100,000 50,000 0
Indonesia Philippines Other
need d to t double production during the next 5 years
Where can this seaweed come from? 31
Supply S l growth th will ill come from the Coral Triangle with Indonesia playing a leading role
32
Tropical seashores within 10% latitude WHERE KAPPAPHYCUS GROWS BEST CORAL TRIANGLE 6
GLOBAL East Africa
Pacific Oceania 3% West Africa 4% 5% Indian Ocean 3% Latin America 14%
seacoast within 10o N/S latitude 118,043 KM
Coral Triangle 71%
Solomon Islands Timor Leste 1% Philippines
7% 15% seacoast within 10o N/S latitude 83 556 KM 83,556
6% 6%
Papua New Guinea Malaysia
Indonesia 65%
33
Coral Triangle demographics 80 MILLION + LIVING BELOW THE POVERTY LINE POPULATION
GROSS DOMESTIC PRODUCT
Brunei Solomon Is. Timor Leste 1M 380 K 552 K <1% <1% <1% Philippines 89 M
Malaysia 7% 24 M
Solomon Is. Timor Leste Brunei 9.5 B USD 0.80 B USD 0.37 B USD <1% <1% 1%
25% 26% 362 M PEOPLE
Philippines 443 B USD
1,698 B USD 18% 55%
68% Indonesia do es a 245 M
Indonesia 935 B USD
Malaysia 309 B USD 18%
34
Coral Triangle eco-regions Seaweed farms work kb bestt where:
Sea Farming Conditions Generally good all year OK but few data
• no typhoons • Seasonality & diseases minimal
1
• Infrastructure & shipping facilities are adequate • Business essentials are available & applicable
Generally y seasonal Seasonal w/ typhoon risk
3. Sulawesi Sea & Makassar Strait
2. Sulu Sea
2
• Law and order prevail • Farmers have property rights
1. E. Philippines
Unknown
6 N 6. N.E. E Sulawesi 4. Halmahera
3
8. Papua
4 6
9. Bismarck Sea
8
B. So Solomon o o Islands
9
A
B
5 10
A. Java Sea
7 7. Lesser Sunda + Madura
5. Banda Sea 11 10. Milne Bay 11. S.E. PNG
Ecoregions defined after TNC and WWF 35
PETA HARGA RUMPUT LAUT DI INDONESIA PER MEI 2008 PALOPO, SULSEL PEMBUDIDAYA : Rp. 6.300,PENGUMPUL : Rp. 6.800,MORO-KARIMUN, KEP. RIAU PEMBUDIDAYA : Rp.4.000-4.500,R 4 000 4 500 PENGUMPUL : Rp.6.000,-
PANGKEP, SULSEL PEMBUDIDAYA : Rp.6.000-7000,PENGUMPUL : Rp.8.000,-
PARIGI MOUTONG, SULTENG PEMBUDIDAYA : Rp. 4.500,PENGUMPUL : Rp.6.700,GORONTALO PEMBUDIDAYA : Rp. 5.800,PENGUMPUL : Rp.6.300,-
RAJA AMPAT, PAPUA PEMBUDIDAYA : R Rp. 1 1.500-2.000,00 2 000 PENGUMPUL : Rp.2.500-3.000,-
SUMENEP, JATIM PEMBUDIDAYA : Rp. 8.000,PENGUMPUL : R Rp.11.000,11 000
NUSA PENIDA,BALI PEMBUDIDAYA : Rp. 5.900,PENGUMPUL : Rp.6.300,-
AMBON, MALUKU PEMBUDIDAYA : Rp. 5.200,PENGUMPUL : Rp.6.000,DOMPU, NTB PEMBUDIDAYA : Rp. 6.700,PENGUMPUL : Rp.8.000,-
KUPANG, NTT PEMBUDIDAYA : Rp. 7.800,PENGUMPUL : Rp.9.000,-
SERUI, PAPUA PEMBUDIDAYA : Rp. 3.000,PENGUMPUL : Rp.4.000,-
Sumber : Dit. UI, Minggu ke 2, Mei 2008 36
KONDISI DESEMBER 2009 Produksi RL basah sebesar 1.944 juta P d k i RL b h b j
ton/2008 15% diolah dlm negeri = 6000 ton/th % d l h dl 6 h (karagenan) Produksi karagenan dunia 68.000 ton/th Jumlah Industri produktif 12 perusahaan
Documentation and Implementation of Food Safety Managment Systems L 6.1 -
EU-RI Trade Support Programme Component IV MMAF. Nov. 2007
37
TARGET dan PELUANG 2014 Target 30.000 ton/th karagenan Target 30 000 ton/th karagenan Diperlukan investasi sebesar Rp. 694.4 M Diperlukan 111.000 tenaga kerja Di l k k j Dihasilkan devisa sebesar 156 juta UDS$/th
Documentation and Implementation of Food Safety Managment Systems L 6.1 -
EU-RI Trade Support Programme Component IV MMAF. Nov. 2007
38
KEBIJAKAN YG DIPERLUKAN Mengurangi ekspor bahan baku dari 85% menjadi
25% Atau produksi bahan baku ditingkatkan Menambah kapasitas pabrik yang ada dan atau menambah unit pabrik karagenan Mensubtitusi impor karagenan dan p g mempertimbangkan kebijakan penggunaan karagenan dlm negeri Memonitor perkembangan dunia tentang penggunaan karagenan dan kompetitornya M b Membangun industri hilir yg lgkp i d t i hili l k Documentation and Implementation of Food Safety Managment Systems L 6.1 -
EU-RI Trade Support Programme Component IV MMAF. Nov. 2007
39
Langkah Pengembangan ke depan • Membuat Roadmap pengembangan industri pengolahan rumput laut • Mengukuhkan M k hk sebagai b i industri i d t i prioritas i it melalui kepmenteri • Membangun industri pd titik tertentu yg bahan baku tersedia • Direplikasikan p pada titik yyang p g lain 40
Klaster merupakan suatu kumpulan dari d i berbagai b b i unit it usaha h yang satu t sama lainnya berhubungan secara fungsional dalam suatu kawasan tertentu dan satu pengelolaan yang terpadu
41
41
MENGAPA KLASTER?
Membangun tataniaga rumput laut dari hulu sampai hilir, untuk menuju j Produk Perikanan Prima. Menghasilkan rumput laut sebagai bahan baku Industri pengolahan yang mempunyai kualitas berdaya saing tinggi gg dalam jjumlah yyang g cukup. p Membantu daerah dalam menentukan produk unggulan. Mensejahterakan masyarakat pesisir
42
Tujuan pengembangan klaster •
• •
Meningkatkan M i k tk pertumbuhan t b h investasi i t i dan d ekonomi lokal/daerah yang berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan; Menumbuhkan jaringan dan kemitraan usaha h bagi b i komunitas k it klaster kl t (UMKM d dan Besar); Mewujudkan skala ekonomi usaha secara berimbang dalam rangka meningkatkan daya saing global.
43 43
SASARAN •
•
Keterpaduan industri pengolahan hasil perikanan dari hulu sampai hilir dengan industri pendukung lainnya. T b t k Terbentuknya klaster kl t industri i d t i perumputlautan tl t yang mampu menanggulangi kemiskinan dan p peluang p g kerja. j menciptakan
44
Usaha Pembenihan Rumput Laut
Sarana Produksi Budidaya Rumput Laut
ZONE I Pembudidaya
ZONE II
PASCA PANEN Gudang, Para-para, Mesin Press Lantai Jemur, Press, Jemur Alat Transportasi Industri Pengolahan
ZONE III
I d i Lokal Industri L kl
EXPORT
Jasa Pendukung : Perbankan Riset Instansi Pemerintah Transportasi Quality Assesment
45
Usaha Pembenihan Rumput Laut
Sarana Produksi Budidaya Rumput Laut
ZONE I Pembudidaya
ZONE II
KOPERASI Industri Pengolahan
ZONE III
I d tiL Industri Lokal k l
EXPORT
Jasa Pendukung : Perbankan Riset Instansi Pemerintah Transportasi Quality Assesment
46
MANFAAT KLASTER BAGI STAKE HOLDER No
Stake holder
Ekspektasi
Prioritasisasi
1
Petani
Produksi meningkat Harga stabil
Bertambahnya pendapatan Kesejahteraan naik
2
Industri
Kualitas produk terjamin Kuantitas dan kualitas bahan baku sesuai kebutuhan Pasar dikuasai
Meningkatkan profit Penghela perekonomian rakyat
3
Pemda
Lapangan kerja betambah
PAD meningkat Kewibawaan aparat meningkat
4
Pemerintah
Kebutuhan masyarakat terpenuhi Fasilitas umum terjamin
Kesejahteraan meningkat Keamanan terjamin 47
ZONE I
ZONE II
ZONE III
Investasi P b did : Rp. R 1.570.380.000,1 570 380 000 a. Pembudidaya b. Pembenihan : Rp. 102.957.500,Tenaga Kerja : + 480 orang Pendapatan : Rp. 422.400.000,-
Dekon
Investasi Sarana pprasarana pasca p panen p : Rp. p 1.591.000.000 Tenaga Kerja : + 50 orang Pendapatan : Rp. 4.860.000.000,-
Dekon
Investasi Industri Pengolahan g : Rp.12 p s/d 21 M Tenaga Kerja : + 100 orang Pendapatan : Rp. 18 s/d 39 M
Swasta
Untuk Satu Sub Klaster dengan hamparan 180 Ha budidaya Rumput Laut 48
CLUSTER OF SEAWEED INDUSTRY IN ONE REGENCY Farming
Farming
Farming
Farming
Cooperative /BUMP
Farming
Farming
Cooperative /BUMP
Processing Chip/Powder Cooperative /BUMP
Cooperative /BUMP
Farming
Farming
© Dr. W.Farid Ma’ruf
Farming
Farming
Farming
Farming
Competetive product 49
PETA KLASTER RUMPUT LAUT
BATAM
SULAWESI UTARA
KAL SEL
MALUKU
SULAWESI TENGAH SULAWESI BARAT
SULAWESI SELATAN NTT (LARANTUKA) BANTEN
NTB (DOMPU & BIMA)
50
PRODUKSI DUNIA • Total produksi :16 juta ton/ thn (pertumbuhan 9,8 % / thn ; 92% berasal dari budidaya) • Produsen: Asia Pacific, China, Indonesia dan Philippina • Produsen terbesar edible seaweeds (Phorphyra, Laminaria, Undaria & Hizikia) : China, Korsel dan Jepang • Produsen terbesar bahan hydrocolloids (Gracilaria & Euchema spp) : Philippina dan Indonesia 51
PERDAGANGAN GLOBAL • Pasarnya tumbuh lebih lambat daripada produk perikanan konsumsi • Bentuk produk yang diperdagangkan: ▫ RL kkering i sbg b b bahan h b baku k iindustri d ti ▫ Hydrocolloids (agar, carrageenan & alginat) ▫ Edible Edibl seaweed d products: d t nori, i wakame, k kkombu, b dll
• Ekspor dunia, RL kering & edible products (2005) : 306 306.000 000 ton ton, US$ 592 juta kenaikan per tahun 5,4 % (periode 2000-2005) 52
Euchema cottonii • Produksi Philippina dan Indonesia menguasai 90 % dari p pasokan dunia • Philippina:
▫ Produksi RL kering: 85 85.000 000 – 90.000 90 000 ton/th ▫ Produksi Semi Refined Carrageenan (SRC): 21.000 ton / thn (kapasitas 34.500 ton) Æ eksportir terbesar
• Indonesia:
▫ Produksi RL kering: 60.000 -65.000 ton/thn ▫ Produksi SRC: < 4000 ton / thn thn, ekspor 2007: 1700 ton 53
Carrageenan g • Pasarnya paling dinamis • Produksi dunia sekitar: 50 50.000 000 – 55.000 55 000 ton / thn dalam bentuk SRC (45%) dan RC (48%), data tidak dibedakan antara kappa dgn iota carrageenan • Penggunaan gg mayoritas y ((70%)) sebagai g stabilizer dan thickener dlm industri makanan
54
Alginat g • Produksi dunia: 32.000 – 39.000 ton/th AS, China Inggris, China, Inggris Norway Norway, Perancis Perancis, Jepang dan Chile • Penggunaan: ▫ 67 % untuk teknik industri (tekstil, dll) pangan g dan farmasi ▫ 33 % untuk industri p
• Terobosan ChinaÆproduksi alginat murah dari Laminaria japonica 15.000 ton/th 55
Agar g • Kebutuhan dunia sktr 10.000 ton/thn • Mayoritas (90 %) digunakan dalam industri pangan • 10 % hi grade digunakan untuk laboratorium • Indonesia, produsen terbesar (data FAO)
56
Pasar RL & Hydrocolloids AS • Impor 2006: 47.300 ton, US$ 88 juta (carrageenan 10.050 ton, alginat 5.833 ton, agar 1.379 ton dan RL 30.063 ton) • Periode 2002-2006: dari segi volume, impor carrageenan naik ik 29%, 29% agar naik ik 40% 40%, alginat l i t 66%. Pasokan dr Asia naik, Denmark turun • Impor RL kering turun 31 31,5%, 5% terendah tahun 2006 • Impor SRC naik karena lebih murah sejak 80an setelah larangan impor SRC dicabut USFDA 57
Pasar RL & Hydrocolloids Eropa • Impor RL >>> krn mayoritas pabrik hydrocolloids berada di Eropa • Demand Carrageenan (Kappa: 90% 90%, Iota: 9 % %, dan Lambda: 1 %) • Carrageenan tdk tercatat khusus dan masuk dlm kode HS: 13023900 – mucilager & thickener. thickener Impor 25.000- 27.000 ton/thn, periode 2000 -2006 naik 50% atau 8,3 % / thn. Pemasok dari luar: PHI, IND, INA & CHN. CHN • Impor Agar, 2006: 1.750 ton, US$ 27 juta. Pemasok: Indonesia, dll • Impor Alginat: cenderung turun dari segi volume. Pemasok Norway dan China 58
Eurogum g - Denmark • Importir RL kering terbesar di Eropa • Produsen SRC terbesar di Eropa ▫ Produksi SRC, extracts & 250 highly customized diff products, 1999: 1000 ton, 2005: 2000 ton ▫ 2007 merambah alginat dan agar, furcelleran, dll
• Menguasai g 25 5%p pasar Eropa: p Skandinavia, Polandia, Itali dan Russia
59
Pasar RL & Hydrocolloids Jepang • Impor lebih banyak edible seaweeds • Impor Agar (bentuk strip): ▫ 2005: 3.586 ton; 2006: 2.600 ton. China, Korsel Korsel, Indonesia & Maroko ▫ Pemasok: China
• Impor Alginat: ▫ 2006: 1800 ton ▫ Pemasok China dan Chile yang menguasai pangsa sebesar 97 %
60
Pasar RL & Hydrocolloids Asia lainnya • T Tumbuh b h pesatt sejalan j l d dgn b berkembangnya k b iindustri d ti pengolahan makanan (Thai, M’sia, China & Viet Nam) • Thai : impor carrageenan & thickener 2500 ton/th dari Philippine, Inggris dan AS • M’sia 2006: impor carrageenan 700 ton • China Chi 2006: 2006 ▫ Impor RL kering 75.000 ton, naik 85% selama 2002-2006 atau 21%/th. Pemasok INA 46.000 ton disusul PHI. ▫ Ekspor Laminaria & edible seaweed products (nori) 27.000 ton cenderung turun, ▫ Ekspor alginat (15.000 ton) naik terus
61
Prospek k Pasar RL,Hydrocolloids d ll d Dunia • Demand RL kering, g Euchema spp pp naik terus thn 2006: 200.000 ton; 2010: 270.000 ton • NZ telah mulai menerapkan sertifikasi RL organik • CAN telah mengembangkan polyculture: salmon, mussel & RL • Demand Carrageenan terus naik (ind pangan & kesehatan) • Pasar agar food grade stabil – naik sedikit Demand Agarose naik krn biotech berkembang pesat • Pasar Alginat diperkirakan tumbuh 2-3 % /thn • INA & PHI mengembangkan produk snacks berbahan baku RL Euchema spp 62
Standar RL Kering dalam Praktek Gracillaria oleh Pabrik Agar: • Kadar air 18 %, • Filth max 2% E. Cottonii oleh Eksportir • Kadar air 35 %, • Filth max 3 % E. Spinosum oleh Eksportir • Kadar air 35 %, • Filth max 3 %
Gelidium oleh Eksportir: • Kadar air 15 % Sargassum oleh Eksportir: • Kadar air 17 %
SNI Rumput Laut Kering : 01-4441-1998
3/24/2010 63
Rantai Tataniaga RL •
Produsen Æ Pengepul di Kecamatan Æ Pengumpul di Kabupaten Æ Pengumpul di P i iÆ Provinsi a. Eksportir di Mksr, Sby, Manado, Jkt, atau b. Industri Pengolah
•
Sebagian pengepul melakukan pembelian d cara b dgn borongan Æ disinsentif d f terhadap h d pengembangan mutu
64
Rantai Tataniaga Carrageenan • Produksi DN ▫ Pabrik ATC / SRC (15 persh) Æ eksportir atau via distributor sblm ke konsumen akhir DN ▫ Pabrik RC ( 1 persh) Æ via distributor (1) & pemasaran langsung
• Impor ▫ Importir via distributor & pemasaran langsung kpd konsumen akhir (pabrik-pabrik foods, personal care, care dll) 65
Harga g RL Kering g ((Rp/kg) p g) Maret 2009 • E. Cottonii Permintaan Stabil Kecuali Sulsel, harga di Pembudidaya: ▫ NTB, Sulsel, Sultra : 8.000 ▫ NTT & Gorontalo : 7.000
• E. Spinosum Permintaan stabil, harga di pembudidaya Gorontalo 1500 – 2000 (tergantung mutu)
• Gracillaria sp Permintaan stabil, harga di pengumpul Makassar 2500 - 3000 dan di pabrik Jawa Timur 2900 - 3000 66
Ex Im RL & Agar Indonesia • Ekspor RL & Agar : China, Hongkong, Philippines Vietnam & Korea Selatan Philippines, Dominasi produk RL kering • Impor RL & Agar: China, China Malaysia Malaysia, Singapore Singapore, Philippines dan India • Impor p RL kering g dilakukan oleh industri pengolah dengan alasan untuk memperbaiki mutu produk akhir 67
Prospek Bagi Indonesia • Budidaya RL sbg alternatif penyelamat bagi nelayan jika harga BBM terus naik • Pasar RL & turunannya CERAH dengan: ▫ manajemen j stock k untuk k RL kkering i ▫ Pengembangan industri pengolahan & larangan ekspor gelondongan ▫ Pengutamaan penggunaan SRC & RC produksi dalam negeri g ▫ Mass campaign penggunaan SRC sbg sbr serat untuk pengolahan makanan sehari-hari
68
Tantangan 9 Penyehatan tataniaga di dalam negeri 9 Stabilisasi harga RL kering sbg bhn baku industri 9 Pengembangan P b market k iintelligence lli 9 Dukungan teknologi budidaya dan pengolahan 9 Dukungan bibit bermutu 9 Pengembangan industri pengolahan & pasar produk turunannya p y di DN & LN 9 Peningkatan sinergitas diantara para pihak
69
II. KEMARITIMAN
70
Kondisi saat ini
71
POTENSI INDUSTRI Ju a Jumlah galangan kapal terdaftar
• ± 250 perusahaan (termasuk ijin industri dari daerah)
Kapasitas terpasang
• ± 500.000 DWT/thn Æ bangunan kapal baru • ± 9,5 juta DWT/thn Æ pemeliharaan/reparasi k kapal l
Fasilitas produksi terbesar
• s/d 150.000 DWT (Graving dock)
72
Peluang dan Prospek Pasar dalam Negeri g
73
A. Proyeksi Investasi Tanker PERTAMINA Pertamina memproyeksikan program pengadaan tanker (crude dan product) hingga tahun 2010 sebanyak:
32 unit kapal
Small 1 (3500 dwt)
: 4 unit
Small 2 (6500 dwt)
: 3 unit
General Purpose P rpose (15.000 (15 000 – 17,5.000 17 5 000 dwt) d t)
: 7 unit nit
Medium Range (30.000 – 35.000 dwt)
: 13 unit
Large Range (Aframax = 35.000 s/d 80.000 dwt) : 3 unit
LPG 5000 cUm
: 2 unit
Sumber : Pertamina
74
B. Proyeksi Kebutuhan Armada Angkutan BATUBARA 1) Untuk PLTU a) Handy Size / Handymax -
20.000 DWT 40.000 DWT 45.000 DWT 50.000 DWT
: 2 : 8 : 19 : 3
u ni t u ni t u ni t u ni t
b) Sea Train ( Tug & Barge ) - 7.500 DWT - 8.000 DWT - 10.000 DWT
: 47 set
: 4 set : 23 set : 20 set
2) Untuk Ekspor Handy Size / Handymax (20.000 DWT s/d 50.000 DWT)
: 79 unit
Sumber : Diskusi Terbatas Depperin / PT. Bahtera Adiguna 75
C Kebutuhan Kapal Penunjang Kegiatan Usaha C. Hulu Minyak dan Gas Kapal Penunjang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi yang dibiayai Cost Recovery D. Kebutuhan Kapal p U Untuk ALUTSISTA U S S TNI / POLRI O Kapal Patroli Korvet Nasional Kapal Angkut Personil E. Kebutuhan Kapal p Ikan ((DKP)) Kapal Patroli Perikanan Kapal Penangakap Ikan
76
Permasalahan dan Tantangan Pengembangan g g
77
Pointer Permasalahan Industri Perkapalan
P d Pendanaan untuk t k investasi i t i dan d modal d l kerja k j belum b l mendapat d t dukungan d k d i dari perbankan - suku bunga yang tinggi - keharusan adanya collateral sebesar 135% - 150% - pembiayaan sendiri (self finance) sebesar 35% dari harga kapal
Iklim usaha belum kondusif Untuk industri pelayaran telah dibebaskan beban PPN 10% (PP nomor 38 tahun 2003), tetapi PPN bahan baku/komponen kapal untuk industri perkapalan k l t t tetap dik dikenakan k sehingga hi menjadi j di biaya bi b i industri bagi i d t i pada d perkapalan dan ini akhirnya membuat tarif dok dan perkapalan menjadi tidak p kompetitif.
78
Pointer Permasalahan Industri Perkapalan Ketergantungan K t t i impor k komponen yang masih ih tinggi ti i Industri komponen dalam negeri belum berkembang dengan baik karena skala ekonmi tidak tercapai. tercapai Skala ekonomi tidak tercapai disebabkan salah satunya oleh karena kapalkapal yang beroprasi di Indonesia tidak distandardisasi (standardized vessels)
Keberpihakan pada industri galangan kapal dalam negeri belum optimal. Belum seluruh proyek pembangunan kapal yang dibiayai oleh dana APBN/APBD (kapal (k l milik ilik TNI, TNI POLRI dan d i t instansi i lainnya), l i ) BUMN/BUMD termasuk Loan/KE diwajibkan dibangun oleh galangan perkapalan nasional.
79
Kebijakan Yang mendukung Saat Ini
80
IInpres no. 5 Tahun T h 2005 tentang t t P b d Pemberdayaan I d t i Industri Pelayaran Nasional, yaitu penerapan azas cabotage, membutuhkan kapal baik baru maupun bukan baru / bekas. bekas
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 5 Tahun 2008 tentang kelautan dan perikanan, perikanan yang antara lain isinya : larangan bagi kapal asing menangkap ikan di wilayah perairan Indonesia, membutuhkan kapal ikan baik baru maupun bukan baru / bekas. bekas
Inpres No: 2 /2009 tentang Pengadaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
81
Strategi dan Langkah Pengembangan ke depan
82
Sasaran Pengembangan a. Jangka Menengah (2010 – 2014)
Meningkatnya jumlah dan kemampuan industri perkapalan / galangan p nasional yyang g mampu p membangun g kapal p sampai p dengan g kapasitas p kapal 50.000 DWT Meningkatnya produktivitas industri perkapalan / galangan kapal nasional dengan semakin pendeknya delivery time maupun docking days.
b. Jangka Panjang (2015 – 2025)
Adanya galangan kapal nasional yang memiliki fasilitas produksi berupa building berth / graving dock yang mampu membangun kapal dan mereparasi kapal/docking repair sampai dengan kapasitas 300.000 300 000 DWT utk memenuhi kebutuhan di dalam maupun luar negeri (World class industry) Meningkatnya kemampuan industri perkapalan/galangan kapal nasional dalam membangun kapal untuk berbagai jenis dan ukuran seperti Korvet, Frigate, Cruise Ship, LPG Carrier dan kapal khusus lainnya Meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan industri komponen kapal nasional untuk mampu mensupply kebutuhan komponen kapal dalam negeri Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN) / National Ship Design and Engineering Centre (NaSDEC) semakin berkembang dan semakin kuat dalam mendukung industri perkapalan/galangan kapal nasional.
83 83
Strategi Pokok : • Menjadikan pasar dalam negeri sebagai base load pengembangan ke depan • Meningkatkan daya saing industri galangan kapal dalam negeri untuk dapat bersaing di pasar dalam negeri dan pasar global. • Meningkatkan kapasitas dan kemampuan industri galangan kapal dalam negeri dalam memanfaatkan potensi pasar dalam negeri. i 84
Langkah Pengembangan ke depan
85
1) Meningkatkan Daya Saing Industri Galangan Kapal Dalam Negeri, antara lain dengan : •
Mengupayakan equal tax treatment bagi perusahaan pelayaran d dengan perusahaan h galangan l k kapal, l dengan d cara membebaskan b b k pengenaan pajak pertambahan nilai atas impor dan/atau penyerahan jasa kena pajak tertentu kepada perusahaan galangan kapal. p
•
Membebaskan pengenaan bea masuk (0%) atas impor bahan baku dan komponen untuk pembuatan komponen kapal dalam negeri.
•
Melakukan pengaturan ketentuan impor kapal bukan baru (membatasi umur kapal dan memperhatikan kemampuan serta ruang gp produksi industri g galangan g kapal p dalam negeri). g )
•
Melakukan penyempurnaan kebijakan BMDTP untuk industri kapal nasional.
86
2) Meningkatkan M i k tk Penggunaan P Produksi P d k i D/N : •
Mengoptimalkan penggunaan produksi dalam negeri melalui revisi Kepres 80/2003 dan INPRES No.2 Th 2009 menjadi Undang-Undang P3DN. P3DN
•
Mendorong pengembangan industri komponen melalui standardisasi kapal-kapal yang beroperasi di Indonesia.
87
Pengembangan dan Penguatan Industri Komponen Kapal Nasional SOURCE OF PROGRAM DEPHUB, DEP.ESDM, DKP PROGRAM PEMBANGUNAN KAPAL PEMERINTAH (KAPAL STANDAR/STANDARDIZED VESSEL) OWNERSHIP PERBANKAN, LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK, dll
INDUSTRI KOMPONEN KAPAL (termasuk industri bahan baku/Baja)
SOURCE OF TECHNOLOGY & INVESTOR KOREA JAPAN EUROPE USA
INDUSTRI GALANGAN KAPAL
OPERATORS MANAGEMENT
OPERATORS
INDEPENDENT SURVEYOR FOR VERIFICATION 88
3) Peningkatan kemamapuan penguasaan
t k l i teknologi:
Pengembangan infrastruktur teknologi : - Indonesia National Ship Design Center - NasDEC) - Pusat-pusat pelatihan/training center untuk SDM industri maritim
89
4) Peningkatan Investasi / Kapasitas Galangan : • Mendorong pengembangan Kawasan Khusus Industri Perkapalan Terpadu. • Restrukturisasi Galangan Kapal Lokasi Master Plan Karimun
KAWASAN LAMONGAN INTEGRATED SHORE-BASE (LIS) – SEBELAH BARAT KAWASAN INDUSTRI KAPAL
90
91