Vol. 1 No. 2, Desember 2016
ISSN 2548-4494
J
urnal Rumput Laut Indonesia
PUI-P2RL-UNHAS
Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin
PUSAT UNGGULAN IPTEK PERGURUAN TINGGI INDONESIA
SINOPSIS Jurnal Rumput Laut Indonesia merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) yang terdapat di Universitas Hasanuddin. Jurnal Rumput Laut Indonesia memuat tulisan hasil penelitian dan pengembangan yang terkait dengan aspek ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial yang berhubungan dengan rumput laut. PENANGGUNG JAWAB Ketua PUI-P2RL Universitas Hasanuddin DEWAN REDAKSI Dr. Inayah Yasir, M.Sc. (Ketua) Andi Arjuna, S.Si., M.Na. Sc.T. Apt. (Sekretaris) Prof. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA. (Anggota) Moh. Tauhid Umar, S.Pi., M.P (Anggota) Raiz Karman, S.Pd. (Anggota) DEWAN PENYUNTING Prof. Dr. Ir. Agus Heri Purnomo, M.Sc. (Ekonomi Sumberdaya) Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA. (Ekologi) Prof. Dr. Ir. Ekowati Chasanah, M.Sc. (Bioteknologi dan Pasca Panen) Prof. Dr. Jana Tjahna Anggadiredja, M.S. (Teknologi Pangan dan Farmasi) Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc. (Budidaya Rumput Laut) Prof. Dr. Ir. Metusalach, M.Sc (Pasca Panen) Agung Sudariono, Ph.D. (Pakan Akuakultur) Dr. Ir. Andi Parenrengi, M.Si. (Bioteknologi) Asmi Citra Malina, S.Pi., M.Agr., Ph.D (Biotek) Dr. Ir. Gunarto Latama, M.Sc (Penyakit Rumput Laut) Dr. Ir. St. Hidayah Triana, M.Si. (Rekayasa Genetika) Dr. Lideman, S.Pi., M.Sc (Reproduksi Biologi) ALAMAT REDAKSI: Jurnal Rumput Laut Indonesia, Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin. Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Lantai V Kampus Unhas Tamalanrea Km. 10. Makassar 90245 Telepon : 085212108106 Email :
[email protected] Website : http://journal.indoseaweedconsortium.or.id/ SAMPUL DEPAN:
Panen Bibit Rumput Laut Kappaphycus alvarezii di Unit Bisnis Pembibitan Rumput Laut PUI-P2RL-UNHAS (Foto: Inayah Yasir)
Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 77-81
ISSN 2548-4494
Keanekaragaman Jenis Rumput Laut di Perairan Littoral Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar Seaweed Species Diversity in Aquatic Littoral of Tamalabba, Punaga Village, District of Mangarabombang, Takalar Regency Hartono1, Khusnul Yaqin1, Farida G Sitepu1 Diterima: 11 Agustus 2016
Disetujui: 06 September 2016
ABSTRACT This study aims to determine the diversity of seaweed growing in the littoral area of Tamalabba, Punaga Village, District of Magarabombang, Takalar Regency, including ing the characteristics of the habitat by the environmental suitability with the biological aspects of seaweed in the coastal areas Takalar Regency whose results provide information on the type-a type of seaweed growing in waters littoral Tamalabba Hamlet Village District of Magarabombang Punaga Takalar. This research was conducted in June up to August 2010. The location of research is in the waters littoral of Tamalabba, Punaga Village, District of Magarabombang, Takalar Regency. Identification of samples conducted at the Laboratory of Marine Biology Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Hasanuddin University; and analysis of nitrate and phosphate conducted at water quality laboratory, Fisheries Department, Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Hasanuddin University, Makassar. Based on the results obtained seaweed consists of three major groups include green algae (Chorophyceae), Red Algae (Rhodhophyceae), and Brown Algae (Phaeaophyceae). At station one diversity value of 2.1431 with a total of 12 types, station two at 2.4557 with a number of 15 species, the station three at 2.3965 with a number of 13 species, and the station four at 2.0720 with a total of 12 types. The total number of seaweed species found in the study site 52 species. Keywords: Seaweed diversity, Chlorophyceae, Rhodophyceae, Phaeophyceae.
PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang pantai kurang lebih dari 81.000 km. sedangkan jumlah pulau 17.508 pulau, menunjukkan suatu potensi besar bagi sumberdaya perikanan dan kelautan (Kordi, 2010). Perikanan merupakan salah satu sektor pembangunan yang memiliki peranan yang cukup strategis dalam perekonomian nasional, bahkan sektor ini merupakan salah satu sektor penerimaan devisa negara yang penting. Bidang perikanan sebagai bagian dari pembangunan nasional. Harapan untuk menjadikan sektor ini sebagai pendukung dalam pencapaian tujuan tersebut didasarkan pada potensi perikanan laut yang dimiliki. Selain memiliki berbagai sumberdaya alam, baik sumberdaya yang dapat pulih seperti perikanan, hutan mangrove dan terumbu karang, maupun yang tidak dapat pulih seperti minyak dan gas bumi serta mineral bahan tambang lainnya (Dahuri, 2001). Kekayaan sumberdaya perikanan Indonesia menjadi modal dasar dalam pembangunan nasional sekaligus memiliki potensi yang sangat besar bagi pembangunan kelautan dan perikanan. Salah satu komoditi yang potensial adalah rumput laut. Terdapat sekitar 782 jenis rumput laut yang hidup di perairan Indonesia, yang tersebar di wilayah Indonesia, seperti perairan Sulawesi, Pulau Bali, Sumba dan Maluku (Anggadireja et al., 2009). 1
Departemen Perikanan, FIKP Universitas Hasanuddin Khusnul Yaqin ( ) Email:
[email protected]
Bila dibagi berdasarkan pigmennya jenis-jenis itu terdiri dari 196 alga hijau, 134 alga coklat dan 452 alga merah. Sulawesi Selatan memiliki garis pantai sepanjang 1.973 km dengan potensi pengembangan rumput laut di area seluas 250.000 hektar. bDari 250.000 hektar tersebut, baru sekitar 10–20 persen saja yang telah dimanfaatkan. Pemerintah daerah Sulawesi Selatan menerapkan kawasan pengembangan rumput laut berdasarkan SK Gubernur No. 904/X1/1996 tentang pusat pengembangan produksi rumput laut di Sulawesi Selatan (Anonim, 2005). Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar merupakan salah satu daerah penghasil rumput laut utama. Diperkirakan rumput laut yang tumbuh pada lokasi tertentu di perairan Tamalabba Kabupaten Takalar ini sangat bervariasi, diantaranya terdapat Eucheuma cottoni, Gracilaria verrucosa, Caulerpa racemosa, Sargassum spp., Hormophysa sp. dan masih banyak spesies lainnya yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, salah satunya untuk usaha budidaya rumput laut. Pada dasarnya banyak spesies rumput laut yang belum diketahui sehingga kurang mendapat perhatian sebagai spesies budidaya. Dengan semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri maka semakin meningkat pula kebutuhan terhadap rumput laut sebagai bahan baku. Selain untuk kebutuhan ekspor, pangsa pasar dalam negeri cukup penting karena selama ini industri pengolahan rumput laut sering mengeluh kekurangan bahan baku. Melihat peluang tersebut, pengembangan komoditas rumput laut memiliki prospek yang cerah karena memiliki
Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 77-81 nilai ekonomis yang penting dalam menunjang pembangunan dan perikanan baik kaitannya dengan peningkatan ekspor nonmigas dan penyediaan bahan baku industri dalam negeri, peningkatan konsumsi dalam negeri maupun meningkatkan pendapatan nelayan serta memperluas lapangan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis rumput laut yang tumbuh di wilayah perairan litoral Pesisir Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar dan mengetahui karakteristik habitat berdasarkan kesesuaian lingkungan dengan aspek biologi rumput laut di daerah wilayah pesisir litoral Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli sampai dengan bulan September 2010. Lokasi pengambilan sampel betempat di Perairan Littoral Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Laut Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin dan analisis kandungan nitrat dan fosfat dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautam dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan systematic grid sampling, yaitu sampling dilakukan secara sistematik pada setiap sub sampling yang sudah ditentukan. Transek kuadran berbentuk segi empat dengan ukuran 1 x 1 meter ditempatkan pada lokasi yang telah ditentukan di zona litoral rumput laut yang berada di dalam kuadran segi empat dikumpulkan dan dihitung untuk keperluan identifikasi. Rumput laut diawetkan dalam botol sampel yang telah diisi dengan alkohol 70% (Maulana, 2008). Karakteristik habitat yang diukur meliputi kecepatan dan arah arus, kecerahan, suhu, salintas, oksigen terlarut, pH, karakteristik substrat, nitrat dan fosfat. Pada bagian analisis data, dilakukan perhitungan Komposisi Jenis, Kepadatan dan Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman.
Komposisi Jenis dan Kepadatan Komposisi jenis rumput laut dan kepadatan rumput laut yang ditemukan di setiap lokasi penelitian dihitung.
Ket. Y = Kepadatan (Individu/m2) ni = Jumlah individu per jenis (individu) b = luas plot (m2)
78
Indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman Indeks keanekaragaman dihitung berdasarkan indeks shannon–Wiener (Brower et al., 1990).
Ket.: H’ = Indeks keanekaragaman ni = Jumlah individu untuk setiap jenis N = Jumlah total individu
Indeks keseragaman dihitung berdasarkan Brower et al. (1990).
Ket.: E = Indeks Keseragaman H’ = Indeks Keanekaragaman S = Jumlah jenis
Indeks Dominansi dihitung (Brower et al., 1990).
Ket.: C = Indeks dominasi ni = Jumlah individu setiap jenis N = Jumlah individu dari seluruh jenis
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Jenis Berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi penelitian di wilayah perairan litoral Dusun Tamalabba Desa Pugana Kecamatan Magarabomba Kabupaten Takalar, rumput laut yang ditemukan terdiri dari tiga kelompok, yaitu alga coklat (Phaeophyceae), alga hijau (Chlorophyceae), alga merah (Rhodophyceae). Persentase tiap jenis terhadap seluruh jenis yang ditemukan adalah jenis Alga Merah 33,33%, alga coklat 25,00%, alga hijau 41,67% (Gambar 1). Persentase alga hijau merupakan persentase terbesar yang ditemukan di stasiun ini. Pada stasiun dua diperoleh jenis Alga Merah 13,33%, jenis Alga Coklat 13,33%, dan Alga Hijau 73,33%. Persentase alga merah 46,15%, alga coklat 15,38% dan alga hijau 38,46%. Alga merah merupakan tertinggi pertama yang ditemukan di stasiun ini yang kemudian disusul jenis alga hijau dengan jumlah 38,46%. Di antara semua stasiun di lokasi penelitian, stasiun dua merupakan stasiun yang paling tinggi ditemukan jenis alga chlorophyceae, hal ini disebabkan karena jenis alga chlorophyceae memiliki kemampuan bertahan pada substrat berpasir dan mempunyai daya lekat yang lebih kuat dibandingkan dengan jenis alga yang lain. Stasiun tiga berbeda
Hartono, dkk.
Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 77-81
Kepadatan Individu
dengan stasiun lainnya karena pada stasiun ini kelompok alga merah adalah yang paling sering ditemukan di semua stasiun.
Berdasarkan jumlah individu rumput laut yang ditemukan dapat diketahui nilai kepadatan setiap stasiun di lokasi pengamatan (Gambar 2). Uji statistik terhadap kepadatan individu tiap stasiun di lokasi penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (P<0,05) antar kepadatan.
Gambar 2. Grafik kepadatan individu tiap stasiun
Hasil pengamatan selama penelitian diperoleh nilai total kepadatan individu masing-masing stasiun antara lain di stasiun satu diperoleh 11,6 Ind/m2 dengan jumlah spesies yang ditemukan sebanyak 12 jenis, stasiun dua sebesar 12,8 Ind/m2 dengan jumlah spesies sebnyak 15 jenis individu, stasiun tiga sebesar 12,0 Ind/m2 dengan 13 jenis dan stasiun empat sebesar 12,4 Ind/m2 dengan jumlah spesies 12 jenis.
Gambar 1. Persentase komposisi jenis rumput laut pada Stasiun 1, 2, 3 dan 4.
Hal ini disebabkan karena pada stasiun tiga terdapat rataan terumbu karang meskipun didominasi oleh substrat pasir dan lebih banyak ditemukan di perairan yang sedikit dalam. Kondisi ini memungkinkan tumbuhnya jenis rumput laut kategori alga merah (Rhodophyceae). Menurut Moosa (1988), jenis alga merah seperti Gelidium damaecomis banyak ditemukan pada subtrat karang karena memiliki holdfast keras yang cocok untuk melekat pada karang dibanding subtrat yang lain.
Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Selama penelitian berlangsung, indeks keanekaragaman rumput laut di stasiun satu adalah 2,1431 dengan 12 jenis individu, stasiun dua sebesar 2,4557 dengan jumlah 15 individu, stasiun tiga diperoleh 2,3965 dengan jumlah jenis 13 individu dan stasiun empat 2,0720 dengan jumlah jenis 12 individu (Tabel 1).
Stasiun empat terletak di daerah non tambak. Jumlah rumput laut yang ditemukan di stasiun empat adalah jenis alga merah 25,00%, alga coklat 16,67%, dan alga hijau 58,33% (Gambar 1). Besarnya jumlah persentase untuk kategori alga hijau di stasiun empat disebabkan karena kondisi lokasi berada pada litoral dan perbatasan dengan darat yang menyebabkan tingginya radiasi Matahari. Ganggang hijau (Chlorophyceae) cenderung hidup di perairan dangkal (Atmadja, 1999).
Indeks keseragaman rumput laut di lokasi penelitian masing-masing stasiun antara lain pada stasiun satu diperoleh 0,8624, stasiun dua diperoleh 0,9068, stasiun tiga 0,9343 dan stasiun empat sebesar 0,8338.
Tabel 1. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi dari stasiun 1, 2, 3 dan 4 Stasiun
Jumlah Individu
Jumlah Jenis(S)
Indeks Keanekaragaman (H’)
Indeks Keseragaman (E)
Indeks Dominansi (C)
1
29
12
2,1431
0,8624
0,1677
2
32
15
2,4557
0,9068
0,1055
3
30
13
2,3965
0,9343
0,1044
4
36
12
2,0720
0,8338
0,1698
52
Keanekaragaman jenis rumput laut di perairan...
79
Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 77-81 Nilai ini menunjukkan bahwa rumput laut di lokasi penelitian populasinya seragam (E mendekati satu), artinya jumlah individu tiap jenis bisa dikatakan sama atau tidak jauh berbeda. Nilai keseragaman mendekati nol berarti keseragaman antar jenis di dalam komunitas adalah rendah, sebaliknya jika mendekati satu dapat dikatakan keseragaman antar jenis relatif sama. Uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (Gambar 3) pada nilai kepercayaan p>0,05. Hal ini disebabkan karena variasi lingkungan yang merata dengan kondisi habitatnya relatif sama antara daerah tambak dan non tambak sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap keanekaragaman individu
Gambar 3. Grafik nilai keanekaragaman tiap stasiun
Karakteristik Habitat Hasil pengukuran suhu yang diperoleh di perairan litoral Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar memiliki rata-rata 300C. Nilai ini cocok untuk kehidupan rumput laut. Anggadireja et al. (2009) mengemukakan bahwa pada budidaya rumput laut suhu yang sesuai adalah berkisar antara 26–30oC. Selanjutnya ditambahkan oleh Kordi (2010), suhu antara 20– 30oC adalah suhu yang sesuai untuk pertumbuhan optimal rumput laut jenis Eucheuma sp. Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa di perairan litoral Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Magarabombang Kabupaten Takalar didapatkan nilai pH 8 setiap stasiunnya. Nilai pH ini juga masih sesuai untuk kehidupan rumput laut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kordi (2010) bahwa perairan dengan pH 7,2–8,7 cocok untuk budidaya rumput laut jenis Eucheuma sp. Nilai salinitas yang diperoleh di perairan litoral Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar antara 35,67-36,67 % kisaran ini masih sesuai untuk pertumbuhan rumput laut, hal ini sesuai dengan pendapat Kordi (2010) bahwa salinitas yang sesuai untuk pertumbuhan rumput laut Eucheuma sp. Berkisar antara 29–36% sedangkan untuk jenis Gracilaria sp. antara 15–34%.
80
Hasil pengukuran kecerahan menunjukkan bahwa di perairan litoral Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar setiap stasiun berkisar antara 67–100%. Hal ini sangat sesuai dengan pertumbuhan rumput laut dalam melakukan fotosintesis. Perairan yang keruh tidak baik untuk kehidupan rumput laut karena dapat menghambat penyinaran Matahari terhadap rumput laut. Tolenrasi kecerahan untuk pertumbuhan rumput laut berkisar antara 30–100%. Cahaya Matahari sangat dibutuhkan oleh rumput laut untuk melakukan fotosintesis, sehingga apabila penyinaran Matahari baik maka rumput laut akan berfotosintesis dengan baik pula sehingga pertumbuhannya akan baik baik pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Romimohtarto (1982) bahwa habitat rumput laut adalah daerah yang mendapat penyinaran Matahari yang bagus. Hasil pengukuran kecepatan arus permukaan di perairan litoral Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar berkisar antara 0,0009–0, 0056 m/detik. Menurut Anggadireja et al. (2009) kecepatan pergerakan air untuk kehidupan rumput laut berkisar antara 0,2– 0,4 m/detik. Lokasi budidaya rumput laut harus terlindung dari arus dan menghanyutkan tanaman. Kemudian Jalil (2005) mengemukakan bahwa pergerakan air dianggap sebagai salah satu faktor oseanografi kunci untuk budidaya rumput laut, karena massa air dapat menjadi homogen dan pengangkutan zat-zat makanan berlangsung lebih baik dan lancar. Arus yang baik akan membawa nutrisi bagi tumbuhan. Rumput laut adalah organisme yang melakukan fotosintesis, untuk melakukan proses tersebut rumput laut membutuhkan faktor-faktor pendukung yang biasa disebut dengan unsur hara. Beberapa unsur hara tersebut diantaranya adalah fosfat (PO4) dan nitrat (NO3). Dari hasil pengukuran fosfat (PO4) berkisar antara 0,0666–0.07 ppm nilai ini masih sesuai untuk pertumbuhan rumput laut, sedangkan untuk oksigen terlarut antara 5,3333– 5,5467 ppm. Menurut Kordi (2010), rumput laut Eucheuma sp. tumbuh dengan baik pada perairan dengan kandungan oksigen minimal 4,0 ppm. Sedangkan hasil pengukuran untuk nitrat tidak terdeteksi pada saat pengujian di Laboratorium Kualitas Air, hal ini disebabkan karena rendahnya suplai unsur hara di lokasi penelitian yang terbawa oleh arus sehingga senyawa-senyawa yang menyusun parameter nitrat sangat rendah. Hasil laboratorium menunjukkan bahwa jenis tekstur yang diperoleh di lokasi penelitian didominasi oleh pasir. Dari hasil yang diperoleh selama penelitian perbedaan komposisi jenis, keanekaragaman dan keseragaman individu tiap jenis antara stasiun yang berada di daerah tambak dan non tambak tidak menun-
Hartono, dkk.
Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 77-81 jukkan perbedaan yang signifikan atau tidak jauh berbeda, hal ini dibuktikan dari jenis individu yang ditemukan tiap stasiun antara non tambak dan tambak relative sama, sehingga menunjukkan keseragaman individu setiap stasiun.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Jenis rumput laut yang ditemukan diperairan litoral Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Magarabombang Kabupaten Takalar terdiri dari tiga kelompok besar yaitu alga coklat (Phaeophyceae), alga hijau (Chlorophyceae), alga merah (Rhodophyceae). Kepadatan dan keanekaragaman individu tidak berbeda nyata antara tiap stasiun baik tambak maupun non tambak. Karakteristik habitat rumput laut di perairan litoral Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar adalah karakteristik yang sangat cocok untuk pertumbuhan dan budidaya rumput laut.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ambo Tuwo dan Dr. Inayah Yasir atas saran dan tanggapannya terhadap naskah ini.
DAFTAR PUSTAKA Anggadireja, A. Zatnika, H. Purwoto & S. Istini. 2009. Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta. Anonim. 2005. Laporan Tahunan Perikanan SulSel 1995-2003. Dinas Perikanan Provinsi Daerah, Makassar. Atmadja, W.S. 1999. Sebaran dan Beberapa Aspek Vegetasi Rumput Laut (Algae Makro) di Per-
Keanekaragaman jenis rumput laut di perairan...
airan Terumbu Karang Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, 22: 157-165. Brower, J.E., H.Z. Jerrold & I.N. Car Von Ende. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Third Edition. Wm. C. Brown Publisher, New York Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting & M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradinya Paramita, Jakarta. Kordi, M.G.H. 2010. Ekosistem Terumbu Karang, Potensi, Fungsi dan Pengelolaan. Jakarta. Kordi, M.G.H. 2010. Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik dan Obat-obatan. UGM, Yogyakarta. Jalil, A. 2005. Studi Kondisi Fisika Oseanografi untuk Kesesuaian Budidaya Rumput Laut di Perairan Pantai Sinjai Timur. Torani, 15 (2): 73-80. Maulana, S. 2008. Identifikasi Rumput Laut. Penerbit Yayasan Rumput Laut Indonesia, Semarang. Moosa, K.M. 1988. Perairan Indonesia, Biologi, Budidaya, Kualitas Perairan dan Oseanografi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Jakarta. Romimohtarto. 1982. Pertimbangan-Pertimbangan Oseanologi untuk Pengembangan Budidaya Laut. Prosiding Pertemuan Teknis Budidaya Laut, Anyer. Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan Teluk Banten. In: Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran Hasil Studi di Perairan Estuaria Sungai Dadap. Tangerang.
81
Format Penulisan Jurnal Rumput Laut Indonesia
Naskah merupakan hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan huruf Time New Roman font 11. Panjang naskah tidak lebih dari 10 halaman yang diketik satu spasi pada kertas ukuran A4, dengan jarak 2,5cm dari semua sisi, tanpa headnote dan footnote. Bagian awal tulisan terdiri atas judul dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; nama penulis dengan footnote berisi nama institusi penulis dan alamat email penulis korespondensi; serta abstrak dan keywords yang ditulis dalam bahasa Inggris. Abstrak tidak lebih dari 250 kata yang berisi tentang inti permasalahan atau latar belakang penelitian, cara penelitian atau pemecahan masalah, dan hasil yang diperoleh. Keywords merupakan kata yang menjadi inti dari uraian abstrak. Keywords maksimal lima kata, istilah yang lebih dari satu kata dihitung sebagai satu kata. Bagian utama tulisan terdiri atas, pendahuluan, metode penelitian, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan dan saran. Bagian akhir tulisan terdiri atas ucapan terima kasih (jika ada), dan daftar pustaka. Dalam penulisan naskah, semua kata asing ditulis dengan huruf miring. Semua bilangan ditulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat dan bilangan bulat yang kurang dari sepuluh harus dieja. Rumus matematika ditulis secara jelas dengan Microsoft Equation atau aplikasi lain yang sejenis dan diberi nomor. Tabel harus diberi judul yang jelas dan diberi nomor sesuai urutan penyajian. Judul tabel diletakkan sebelum tabel. Batas tabel berupa garis hanya menjadi pembatas bagian kepala tabel dan penutup tabel, tanpa garis pembatas vertikal. Tabel tidak dalam bentuk file gambar (jpg). Keterangan diletakkan di bawah tabel. Gambar diberi nomor sesuai urutan penyajian. Judul gambar diletakkan di bawah gambar dengan posisi tengah (center justified). Gambar diletakkan di tengah, kualitas gambar harus jelas dan tidak pecah bila dibesarkan (minimal 1000 px). Gambar dilengkapi dengan keterangan yang jelas. Bilamana gambar dalam bentuk grafik yang dibuat di excel, maka gambar dikirimkan dalam bentuk excel, kecuali bila menggunakan Word 2010 atau yang lebih mutakhir, sehingga gambar dapat diedit bilamana diperlukan. Penulisan daftar pustaka menggunakan sistem Harvard Referencing Standard. Semua pustaka yang tertera dalam daftar pustaka harus dirujuk di dalam naskah. Kemutakhiran referensi sangat diutamakan. Bila penulis pertama memiliki lebih dari satu referensi dengan tahun yang sama, maka penandaan tahun ditambahkan dengan a, b, c, d, dst berdasarkan urutan kemunculan di dalam tulisan. Penulisan disesuaikan dengan tipe referensi, yaitu buku, artikel jurnal, prosiding seminar atau konferensi, skripsi, tesis atau disertasi, dan sumber rujukan dari website. A. Buku dan Tulisan Dalam Buku: Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul Buku dicetak miring. Edisi, Penerbit. Tempat Publikasi. Contoh: O’Brien, J.A. & J.M. Marakas. 2011. Management Information Systems. Edisi 10. McGraw-Hill. New YorkUSA. B. Tulisan dalam Buku: Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Judul Tulisan. In (Nama belakang, nama depan disingkat dari editor) (Ed.) Judul Buku dicetak miring. Vol. Nomor. Penerbit. Tempat Publikasi, Rentang Halaman. Contoh: Zhang, J. & B. Xia. 1992. Studies on two new Gracilariafrom South China and a summary of Gracilariaspecies inChina. In Abbott, I. A. (Ed.) Taxonomy of Economic Seaweeds with Reference to Some Pacific and WesternAtlantic Species, Vol. III. Report no. T-CSGCP-023, California Sea Grant College Program, La Jolla, CA, pp. 195–206. C. Artikel Jurnal: Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul artikel. Nama Jurnal dicetak miring, Vol, Nomor, rentang halaman. Contoh: Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult learning. The Journal of Artistic and Creative Education, 6 (1): 94-111. D. Prosiding Seminar atau Konferensi: Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul artikel. Nama Konferensi dicetak miring. Tanggal, Bulan dan Tahun, Kota, Negara, Halaman. Contoh: Michael, R. 2011. Integrating innovation into enterprise architecture management. Proceeding on Tenth International Conference on Wirt-schafts Informatik. 16-18 February 2011, Zurich, Swis, pp. 776-786. E. Skripsi, Tesis atau Disertasi: Penulis (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul. Skripsi, Tesis, atau Disertasi dicetak miring. Universitas, Kota. Contoh: Soegandhi. 2009. Aplikasi model kebangkrutan pada perusahaan daerah di Jawa Timur. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Joyonegoro, Surabaya. F. Sumber Rujukan dari Website: Penulis. Tahun. Judul. Alamat Uniform Resources Locator dicetak miring (URL). Tanggal Diakses. Contoh: Ahmed, S. dan A. Zlate. Capital flows to emerging market economies: A brave new world?. http://www.federalreserve.gov/pubs/ifdp/2013/1081/ifdp1081.pdf. Diakses tanggal 18 Juni 2013.
Vol. 1 No. 2, Desember 2016
ISSN ISSN.2548-4494 2548-4494
J
urnal Rumput Laut Indonesia
JRLI
Vol. 1
No. 2 Hal. 71 - 142 Makassar, Desember 2016 ISSN 2548-4494
Huyyirnah Metode Maserasi Kinetik untuk Analisis Antibakteri dari Rumput Laut Hijau Ulva reticulata Terhadap Bakteri Patogen Tanaman Kentang
71 - 76
Hartono, Khusnul Yaqin, Farida G. Sitepu Keanekaragaman Jenis Rumput Laut di Perairan Littoral Dusun Tamalabba Desa Punaga Kecamatan Magarabombang Kabupaten Takalar
77 - 81
Irawati, Badraeni, Abustang, Ambo Tuwo Pengaruh Perbedaan Bobot Tallus Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Strain Coklat yang Dikayakan
82 - 87
Ruth Angka Palayukan, Badraeni, Hasni Yulianti Azis, Ambo Tuwo Efektifitas Rumput Laut Gracilaria sp. sebagai Bioremediator dalam Perubahan N dan P dalam Bak Pemeliharaan Udang Vaname Litopenaeus vannamei
88 - 93
Amal Aqmal, Ambo Tuwo, Haryati Analisis Hubungan antara Keberadaan Alga Filamen Kompetitor Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut Kappaphycus sp. di Provinsi Sulawesi Selatan
94 - 102
Muhammad Hendra, Rajuddin Syamsuddin, Muchlis Syamsuddin, Inayah Yasir Pengaruh Pupuk Organik Cair yang Mengandung Vitamin Terhadap Pertumbuhan Bibit Kappaphycus alvarezii yang Dipelihara dalam Sistem Resirkulasi
103 - 107
Rizal Pribadi, Edison Saade, Haryati Tandipayuk Pengaruh Metode Pengerasan Terhadap Kualitas Fisik dan Kimiawi Pakan Gel Ikan Koi Cyprinus carpio haematopterus Menggunakan Tepung Rumput Laut Kappaphycus alvarezii sebagai Pengental
108 - 116
Supriadi, Rajuddin Syamsuddin, Abustang, Inayah Yasir Pertumbuhan dan Kandungan Karotenoid Lawi-Lawi Caulerpa racemosa yang Ditumbuhkan pada Tipe Substrat Berbeda
117 - 122
Uswaton Khasanah, Muhammad Farid Samawi, Khairul Amri Analisis Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii di Perairan Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo
123 - 131
Asmaul Husna, Metusalach, Fachrul Fisika Kimia Karaginan Kappaphycus alvarezii Hasil Ekstraksi Menggunakan Natrium Hidroksida (NAOH) dan Penjendal Isopropil Alkohol (IPA) dan Etanol
132 - 142