PROSPEK IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI MENJADI UNIVERSITAS RISET SAMSU & RUSMINI Abstrak Artikel ini memfokuskan pada peluang IAIN Sulthan Thaha Saifuddin sebagai sebuah perguruan tinggi untuk mengembangkan diri menjadi sebuah universitas riset. Di masa sekarang, universitas riset adalah sebuah keniscayaan bagi perguruan tinggi agar bisa survive, selain sebagai dharmabakti. Hasilnya, sejumlah upaya telah dilakukan, seperti peningkatan kuantitas penelitian dan publikasi hasil penelitian. Tetapi, upaya-upaya tersebut masih butuh penanganan yang lebih serius dan terarah. Kata Kunci: universitas riset, pengembangan, IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Pendahuluan Universitas riset atau lebih dikenal dengan research university pada hakikatnya merupakan suatu sistem penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan memberikan penekanan pada transformasi kegiatan universitas dari murni pengajaran menjadi kombinasi pengajaran dan riset, di samping peningkatan peran perguruan tinggi yang mengarah pada penciptaan produk yang layak jual. Atas dasar ini, maka research university diharapkan mampu menjadi sebuah entitas penghasil pengetahuan baru. Riset merupakan tulang pungung pengembangan keilmuan, baik dalam lingkup lokal maupun global. Atas dasar itulah, maka perguruan tinggi sebagai pusat keunggulan (centre of excellence) diharapkan mampu menggali dan menumbuhkembangkan, sekaligus menyebarluaskan ilmu pengetahuan, karena hal ini merupakan sebuah tanggung jawab ilmiah dan akademik perguruan tinggi sebagai lembaga unggulan.
392
| Media Akademika Volume 25, No. 4, Oktober 2010
Upaya untuk mewujudkan perguruan tinggi yang demikian, sebenarnya menuntut keterlibatan semua pihak, termasuk penyediaan sarana dan fasilitas lembaga yang ada. Akan tetapi yang menjadi posisi kunci (key position) adalah desain program dan orientasi penyelenggaraan penelitian termasuk penciptaan iklim dan tradisi meneliti di kalangan akademisi (dosen) di suatu perguruan tinggi. Peran perguruan tinggi di bidang penelitian melalui pengembangan research university sebenarnya merupakan pembedahan terhadap esensi akademik yang harus dijalankan oleh suatu perguruan tinggi. Peran ini terasa penting dan mendesak untuk dilakukan, mengingat selama puluhan tahun kehadiran perguruan tinggi di tanah air, menunjukkan hasil penelitian yang kurang menggembirakan. Karena itu perlu dilakukan pengembangan akademik-ilmiah yang mengarah pada research university ini. Dengan rekonstruksi paradigma research university, diharapkan sebuah perguruan tinggi akan melahirkan semangat baru dengan paradigma berpikir untuk selalu mencari dan menemukan sesuatu sebagai geliat intelektual yang dominan pada karakter ilmiah perguruan tinggi. Artikel ini memfokuskan pada peluang IAIN Sulthan Thaha Saifuddin sebagai sebuah perguruan tinggi untuk mengembangkan diri menjadi sebuah universitas riset.
Konsep Universitas Riset Penajaman dan penetapan visi, misi, dan tujuan perguruan tinggi tersebut seharusnya diarahkan untuk mewujudkan perguruan tinggi menjadi research university melalui penetapan haluan/arah tujuan perguruan tinggi menjadi universitas riset (research university) melalui 7 dasar strategi, yaitu: a. Memperluas akses dan meningkatkan equity. b. Meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran. c. Memperteguh (memperkuat) penelitian dan inovasi. d. Memperkuat lembaga perguruan tinggi. e. Menjadikan perguruan tinggi go public (go internasional).
Samsu & Rusmini, “Prospek IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Menjadi...” |
393
f. Membudayakan pembelajaran sepanjang hayat (lifelong education). g. Memperkokoh sistem informasi pendidikan tinggi.1 Rasionalisasi mewujudkan perguruan tinggi yang mengarah pada research university dimaksudkan untuk mempercepat proses pembangunan nasional berasaskan pendidikan (pendidikan tinggi) sebagai penggerak (engine) utama pembangunan bangsa (nasional) yang memiliki daya saing tinggi pada tingkat lokal, nasional, dan global. Percepatan ini diperlukan melalui kemampuan mengambil bahagian dalam pengalihan skenario pembangunan bangsa melalui aktivitas yang intensif di bidang ilmu pengetahuan dan penyelidikan dan ini sangat bergantung kepada rakyatnya khususnya akademisi di perguruan tinggi Universitas riset (research university) adalah salah satu institusi terpenting untuk menghasilkan human capital (human resources) yang dapat mewujudkan kepemimpinan intelektual dan teknologi, dan juga penting untuk membentuk masa penelitian yang kritis untuk mengangkat negara Indonesia sebagai sebuah negara yang inovatif dan pencipta teknologi, bukan statis dan hanya menjadi penikmat teknologi. Universitas riset (research university) juga menjadi wahana untuk mempercepat pembangunan nasional karena terjadi transfer of knowledge dan transfer of value di dalamnya dengan selalu melakukan inovasi di dalamnya. Secara sederhana, research university paling tidak dapat dimaknai sebagai penelitian yang dilakukan oleh masyarakat guru atau sarjana. Mengingat sarjana dan guru ini merupakan produk atau lulusan perguruan tinggi, maka sebenarnya universitas riset (research university) hanya dapat dilakukan oleh perguruan tinggi. Itulah sebabnya penelitian ini berkembang di perguruan tinggi. Dilihat dari definisi di atas, sebenarnya research university menjadi
1
Sharifah Hapsah Syed Hasan Shahabudin, “Universiti Kebangsaan Malaysia ke Arah Univeritas Penyelidikan Unggul”, syarahan Naib Canselor, Dewan Canselor Tun Abdul Razak (DECTAR), UKM Malaysia, 18 Januari 2008, hlm. 7.
394
| Media Akademika Volume 25, No. 4, Oktober 2010
suatu kebutuhan karena research university menjadi landasan epistemologi lahirnya filosofi budaya akademik. Artinya, pengembangan budaya akademik bertitik tolak dari elemen budaya universitas, yaitu visi, misi, kepemimpinan, iklim universitas (perguruan tinggi), komitmen kerja dan orientasi universitas yang diarahkan untuk mengembangkan penelitian pada porsi yang memadai melebihi ranah pengabdian lain (pendidikan dan pengajaran, dan pengabdian pada masyarakat). Elemen-elemen budaya akademik ini menjadikan universitas dapat melahirkan inovasi di bidang penelitian berupa kemampuan perguruan tinggi untuk merekayasa, merekonstruksi, menemukan, serta melahirkan ilmu atau temuan baru sebagai andilnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Secara ontologis, research university ingin melihat konteks pengabdian perguruan tinggi ke dalam kerangka pengembangan keilmuan, yang menitikberatkan pada pengembangan tridarma perguruan tinggi. Titik berat pada pengembangan perguruan tinggi ini dalam realitasnya secara aksiologis, kelihatannya perguruan tinggi ingin melihat apakah suatu perguruan tinggi (universitas) telah kehilangan ruh (spirit) dalam mewujudkan pola pikir (mindset) sebagai masyarakat ilmiah. Mandegnya perguruan tinggi atau universitas dalam melakukan inovasi ini akan menyebabkan perguruan tinggi selain kehilangan power akademiknya, juga menunjukkan kehilangan akar akademiknya.
Respons Pimpinan dan Dosen terhadap Pengembangan Penelitian di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Rekonstruksi paradigma research university dilakukan untuk melihat upaya pengembangan penelitian terkait dengan respons dan upaya yang dilakukan oleh pimpinan dan dosen terhadap penelitian di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Pengembangan ini sebenarnya merupakan pembedahan terhadap esensi akademik yang harus dijalankan oleh perguruan tinggi. Pengembangan ini terasa penting dan mendesak untuk dilakukan, mengingat selama puluhan tahun kehadiran IAIN Sulthan Thaha
Samsu & Rusmini, “Prospek IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Menjadi...” |
395
Saifuddin Jambi (sejak tahun 1967), ternyata menunjukkan hasil penelitian yang kurang menggembirakan, bahkan dapat dikatakan mandul, terbukti dengan rendahnya kualitas dan kuantitas hasil penelitian yang dilakukan oleh setiap dosen di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Sedangkan peneliti yang ada cenderung “dari itu ke itu” orangnya, sehingga terkesan kurang merata. Bahkan ironisnya, justru hasil-hasil penelitian yang ada ternyata tidak digunakan sama sekali untuk menjadi dasar pertimbangan dan analisis mengenai obyek yang dikaji. Akhirnya, hasil-hasil penelitian yang dilakukan masuk gudang (lemari) tanpa memberikan kontribusi ilmiah untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban. Dari sini kelihatan bahwa betapa rendahnya penelitian yang dilakukan oleh dosen selama ini. Padahal, jika dilihat dari latar belakang pendidikan dosen yang ada dianggap sudah memadai, jumlah dosen yang berlatar belakang doktor dan profesor ribuan jumlahnya. Apabila kita lihat, ternyata untuk mewujudkan research university di perguruan tinggi di tanah air tidak terkecuali di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi memiliki banyak tantangan, baik tantangan yang bersumber dari aspek kepemimpinan, dosen, karyawan (staf ), sistem, budaya akademik, dan sarana pendukungnya. Karena itu paling tidak berikut ini akan dijelaskan bagaimana kondisi research university di perguruan tinggi tersebut, dan bagaimana pula upaya mewujudkan, serta mempertahankannya agar menjadikan perguruan tinggi tersebut memiliki keunggulan penelitian (research). Dari sisi kepemimpinan, research university tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pimpinan perguruan tinggi yang memiliki kepedulian yang kuat pada kepentingan research university, karena pada pemimpinlah masa depan research dapat tumbuh dengan baik. Persoalannya sekarang apakah pimpinan perguruan tinggi itu menyadari bahwa ternyata perguruan tinggi memiliki “beban moral” yang besar dalam melakukan penelitian (research) yang kelak dibutuhkan oleh masyarakat luas? Dari sinilah seorang pemimpin diharapkan
396
| Media Akademika Volume 25, No. 4, Oktober 2010
tanggap pada situasi dan mampu mengendalikan keunggulan organisasi perguruan tinggi tersebut. Dari sisi dosen, research university hanya akan muncul menjadi sebuah keunggulannya, kalau dosennya mau dan mampu melakukan kajian atau penelitian (research) sesuai dengan bidangnya masingmasing. Dosen menjadi bagian terpenting dalam sistem organisasi dan kinerja penelitian (research). Tanpa dosen, tidak ada yang dapat dilakukan untuk mewujudkan research university ini. Dikatakan demikian, karena dosen yang memiliki kewajiban utama untuk menumbuhkembangkan tradisi meneliti ini di perguruan tinggi. Tanpa tradisi meneliti dan menulis dari seorang dosen, maka tidak akan lahir inovasi besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks itu pulalah seorang dosen harus didukung, dihargai, diperlakukan sebagai ilmuwan, ditingkatkan kesejahteraannya, serta memperoleh apresiasi dan reward yang menjanjikan atas usaha yang dilakukan dengan susah payah demi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Karena itu perguruan tinggi harus berjuang mewujudkan suatu event ilmiah, misalnya “research day” sebagai ajang intern perguruan tinggi untuk menggalakkan promosi penelitian dan tradisi akademiknya. Dari sisi karyawan (staf ), dalam pengembangan research university tidak akan tumbuh dengan baik apabila hanya pimpinan yang memberikan jaminan pelaksanaan research university di perguruan tinggi, akan tetapi harus didukung oleh karyawan (staf ), karena staf inilah yang memberikan kemudahan, bantuan, dan fasilitas pendukung jalannya research university tersebut. Karena itu, peran karyawan (staf ) dalam konteks penelitian tidak dapat dilepaskan begitu saja dari peran penelitian di perguruan tinggi. Dari sisi sistem, dapat dilihat bahwa research university merupakan suatu tradisi akademik yang harus dibudayakan bagi dosen, karena itu pelaksanaan penelitian seperti di laboratorium kimia, laboratorium biologi, laboratorium fisika, laboratorium komputer, laboratorium
Samsu & Rusmini, “Prospek IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Menjadi...” |
397
peta, laboratorium elektro, laboratorium micro-teaching, laboratorium bahasa, laboratorium hukum, dan sejumlah laboratorium lainnya, tidak dapat dilakukan dan ditangani sendiri oleh dosen tanpa harus melibatkan karyawan dan alat (fasilitas) sebagai sebuah sistem. Tata letak, desain, kebersihan, sampai kepada pelaporan hasil penelitian membutuhkan bantuan dari tenaga profesional dan karyawan yang dibangun sebagai sebuah sistem. Dari sisi budaya akademik, yakni sifat kehati-hatian, pemeliharaan, ketaatan pada instruksi, panduan, serta mekanisme penelitian hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki budaya akademik. Karena itu, pemeliharaan, penjagaan fasilitas haruslah dilakukan oleh mereka yang memiliki budaya kerja dan budaya akademik. Dari sisi sarana pendukung, sarana pendukung menjadi bagian penting dalam menunjang lancarnya sebuah penelitian (research) di perguruan tinggi. Karena itu, fasilitas ini haruslah tersedia dengan cukup, atas dasar ini, maka pimpinan harus terus berjuang untuk melengkapi sarana untuk penelitian ini. Tanpa didukung oleh sarana yang memadai, maka mustahil penelitian (research university) ini akan berjalan dengan baik. Sebaliknya ketersediaan sarana dan fasilitas maintenance ini harus pula dijaga terus kelestariannya, mengingat peralatan laboratorium umumnya adalah mahal. Dari sejumlah tantangan yang ada, ternyata menunjukkan bahwa di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi penelitian harus tetap dijalankan, karena hal ini merupakan tanggung jawab perguruan tinggi, di samping merupakan tanggung jawab dosen. Bahkan penelitian menjadi salahsatu syarat utama bagi dosen untuk naik pangkat. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, penulis menemukan sejumlah persoalan yang dihadapi oleh dosen dalam melakukan penelitian, seperti diungkapkan oleh salah seorang dosen Rs, yaitu: Penelitian yang dilakukan di perguruan tinggi sebenarnya merupakan masalah yang sulit, belum lagi ditambah dengan masalah penghargaan terhadap penelitian dan hasil-hasil penelitian yang rendah. Lebih dari itu, penelitian yang akan dilakukan di lembaga ini harus bersaing dengan teman-teman yang
398
| Media Akademika Volume 25, No. 4, Oktober 2010
lain, padahal jumlah nilai dan jatah penelitian yang ada sangat terbatas.
Ungkapan ini agak sedikit berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh HR yang menyatakan bahwa: Problem yang dihadapi oleh dosen dalam melakukan penelitian antara lain adalah disebabkan karena kesibukan dosen itu sendiri, mungkin juga karena ketidaksiapan dosen dalam mengikuti penelitian, sehingga terkesan acuh tak acuh terhadap penelitrian dan akibatnya penelitian yang dilakukan hampir tidak ada. Umumnya mereka untuk naik pangkat adalah dalam bentuk lain seperti makalah, dan persyaratan-persyaratan lainnya.
Mengingat bahwa penelitian merupakan jantungnya perguruan tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sebagai syarat untuk naik pangkat serta merupakan salah satu indikator penting sebagai dosen yang memiliki produktivitas tinggi, maka agaknya IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi mengalami kurangnya ketersediaan sumber daya peneliti yang profesional dan diandalkan bahkan mengalami kesulitan dalam menunjukkan daya saingnya. Berdasarkan pengamatan, respons pimpinan fakultas di lingkungan IAIN STS Jambi terhadap pelaksanaan penelitian menunjukkan bahwa penelitian di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi telah tersedia dan terbuka lebar tinggal lagi kesiapan dosen untuk melakukan penelitian. Respons masing-masing dosen, pemimpin dan pusat penelitian adalah berbeda walau terutama menyangkut ketersediaan penelitian, cara memperoleh dana penelitian dan kesan terdapat penelitian yang dilakukan itu sendiri, seperti diutarakan oleh Pembantu Dekan I Fakultas Tarbiyah yang menyatakan bahwa: Pelaksanaan penelitian di fakultas ini sebenarnya merupakan kewajiban pokok dosen untuk mengembangkan Tri Dharma perguruan tinggi di mana salah satunya adalah penelitian. Nah untuk penelitian, dosen-dosen kita berhubungan langsung dengan pengelola jurnal yang ada di masing-masing jurusan atau program studi (prodi) di bawah naungan Fakultas Tarbiyah, misalnya jurnal Paedagogy yang terbit dua kali dalam setahun. Itu jika terkait dengan jurnal. Sedangkan untuk buku biasanya dosen kita langsung menghubungi penerbit karena kita tidak memiliki penerbit.
Sedangkan pernyataan yang diberikan oleh pimpinan institut mengenai
Samsu & Rusmini, “Prospek IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Menjadi...” |
399
respons pimpinan terhadap pengembangan penelitian di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi menyatakan bahwa: IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi telah menganggarkan dana untuk penelitian relatif meningkat setiap tahun. Dana penelitian ini diperuntukan untuk penelitian yang sifatnya kompetitif dan individu terkait dengan persoalan-persoalan yang berupa kebijakan, dan pengembangan keilmuan.
Dalam wawancara tidak formal dalam beberapa kali pertemuan, penulis juga mendapatkan informasi dari pusat penelitian bahwa sebenarnya penelitian ini cenderung meningkat, seperti yang dinyatakan oleh Kapuslit sebagai berikut: Alhamdulilah, tahun ini (2010) kita (Puslit) telah mendapatkan dana dan jenis penelitian yang cukup. Hanya saja kualitas proposal penelitian yang diajukan rata-rata di bawah standar. Padahal kalau kita lihat sudah meningkat baik dari tahun-tahun sebelumnya, baik dilihat dari sisi peminat/peneliti, dana, dan bidang kajian, bahkan ada dana hibah penelitian dari departemen.
Pihak Pusat Penelitian juga mengungkapkan pernyataan yang berbeda mengenai respons dosen dalam melakukan penelitian, pihak Puslit menyatakan bahwa: Ternyata dosen di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi memiliki animo meneliti yang cukup tinggi hal ini dibuktikan dengan penelitian yang diterima oleh Puslit terpenuhi, misalnya pada tahun 2010 penelitian kelompok dibuka formasi penelitian tahap I sebanyak 17 orang yang daftar 40 orang, penelitian pada tahap II dibuka sebanyak 18 orang yang daftar 20 orang (tahun 2010).
Animo Dosen untuk Mengembangkan Penelitian dalam Bentuk Jurnal, Makalah, dan Buku Salah satu syarat dan sekaligus menjadi tantangan yang harus dipenuhi oleh perguruan tinggi yang ingin mewujudkan dirinya ke arah research university adalah munculnya budaya kerja yang baik, bersemangat, profesional, terarah, serta perhatian yang cukup intens terhadap profesionalitas di bidang keilmuan masing-masing. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis menemukan sejumlah persoalan yang dihadapi oleh dosen terkait dengan animo dosen dalam melakukan penelitian utamanya terkait dengan jurnal, makalah dan
400
| Media Akademika Volume 25, No. 4, Oktober 2010
buku, seperti diungkapkan oleh salah seorang dosen Is, yaitu: Penelitian dan menulis merupakan masalah yang melekat pada diri dosen yang harus melakukan penelitian dan menulis buku atau jenis karangan lainnya dan ini mesti dilakukan di perguruan tinggi. Umumnya kalau kita menyadari bahwa menulis dan meneliti ini berat, tetapi kalau kita tekuni dan dijadikan hobi, maka sebenarnya merupakan pekerjaan yang menyenangkan, saya sendiri menrasakan bahwa kita harus tetap menulis dan mengarang. Sedangkan meneliti kalau terkait dengan dana atau penelitian yang dilakukan karena untuk mengejar dana dari puslit misalnya, bagi saya itu aspek lain saja. Artinya kita sebagai dosen meneliti dan menulis ini apa karena ada dana baru mau menulis atau tidak? Di sini persoalan kita dan inilah sebenarnya penyakit dosen-dosen kita pada umumnya.
Pernyataan ini agak sedikit berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh Mur yang menyatakan bahwa: Saya ingin meneliti dan menulis, tetapi kadang tidak ada waktu. Selain dari itu, sebenarnya ada juga problem yang dihadapi oleh dosen dalam melakukan penelitian antara lain adalah disebabkan karena kesibukan dosen itu sendiri, sehingga sering tidak sempat untuk meneliti. Menulis dan membuat karya ilmiah sering dilakukan pada saat naik pangkat akibatnya sering terlambat.
Bahkan dosen Ku menyatakan bahwa menulis dan meneliti justru harus dilakukan, seperti yang ia nyatakan sebagai berikut: Saya berupaya terus untuk terus menulis dan meneliti, bahkan saat ini saya berupaya hasil-hasil penelitian dan tulisan saya untuk diterbitkan, tetapi justru saya mengalami kendala karena susah mencari penerbit yang akan menerbitkan tulisan saya. Dari informasi yang saya terima dari kawan-kawan penerbitan buku harus bayar mahal dan kalau tidak bayar besar kemungkinan tidak akan diterbitkan. Kalaupun diterbitkan antriannya sangat lama bisa bertahun-tahun, padahal menulis dan mengarang itu saja sudah menghabiskan waktu bertahuntahun. Akibatnya yang saya lakukan ialah menjadikannya diktat atau modul mengajar saja.
Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang ada, menunjukkan bahwa ternyata dosen-dosen yang ada di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi memiliki persepsi yang berbeda terhadap upaya meneliti, menulis atau mengarang sebagai sebuah upaya untuk mengem-
Samsu & Rusmini, “Prospek IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Menjadi...” |
401
bangkan penelitian di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Pengaruh Publikasi Penelitian, Kemampuan Dosen, dan Informasi Penelitian Salah satu tantangan lain yang dihadapi oleh dosen di perguruan tinggi adalah lemahnya kemampuan dan sikap meneliti. Hal ini mungkin disebabkan karena lemahnya kemampuan dalam menulis dan membaca. Pada hal seorang dosen, harus selalu membaca sekaligus menulis dan meneliti. Tetapi seberapa banyak buku yang dimiliki oleh dosen untuk dibaca patut dipertanyakan. Justru sangat aneh, apabila ada seorang dosen yang kebiasaannya hanya mengandalkan bahan ajarnya yang selama ini dipergunakan selama bertahun-tahun. Bahkan ironisnya, dosen banyak yang masuk kampus kepentingannya hanya untuk mengajar, setelah itu pulang, minggu depan baru datang lagi ke kampus. Apa yang dilakukan di rumah, tidak lain adalah urusan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan tugastugas perkuliahan dan profesinya. Apakah seperti ini seorang dosen yang ideal yang kita harapkan, dan apakah dosen seperti ini yang kita harapkan dapat melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada mahasiswa. Lalu apa yang akan terjadi jika justru mahasiswa lebih baik kemampuannya dalam menganalisis suatu permasalahan atas kajian yang diberikan daripada dosen tersebut. Apakah ia pantas mengajar? Atau justru hanya akan dicaci maki, atau diejek oleh mahasiswa dengan sejumlah istilah yang memojokkan posisi dosen tersebut. Latas ia kemudian mengklaim mahasiswa tersebut tidak sopan. Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis menemukan pula adanya sejumlah persoalan yang dihadapi oleh dosen terkait dengan penelitian-penelitian yang sedang dan akan dilakukan. Salah satu alasannya adalah karena kurang memadainya media publikasi seperti jurnal yang ada di jurusan atau program studi (prodi). Hal ini terungkap dalam wawancara penulis dengan salah seorang dosen yang bernama HK yang menyatakan bahwa: Anda bisa bayangkan jurnal yang ada selama ini hanya satu di Fakultas
402
| Media Akademika Volume 25, No. 4, Oktober 2010
Tarbiyah yaitu jurnal Paedagogi yang terbit dua kali dalam setahun. Sedangkan dosen yang ada di fakultas ini berjumlah 109 orang yang semuanya harus menulis dan menerbitkan tulisannya di jurnal. Akibatnya, ada dosen yang malas menulis jurnal karena susah dapat jatah tulisannya dimasukkan, umumnya sudah di-booking oleh kawan-kawan. Jadi tidak memadai fakultas yangn memiliki beberapa jurusan dan program studi hanya memiliki satu jurnal. Idealnya setiap jurusan dan program studi, masing-masing punya jurnal, baru dosen dapat menulis dan tulisan itupun harus dihargai. Yang ada sampai hari ini, justru fee untuk penulis itu tidak ada karena minimnya dana untuk penulisan jurnal ini.
Lain lagi dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Msh yang menyatakan bahwa: Saat ini terdapat sejumlah dosen yang tidak naik pangkat selama bertahuntahun karena tidak memiliki angka kredit yang cukup. Setelah dilacak ternyata angka kredit yang tidak cukup itu disebabkan karena tulisan jurnal atau bukunya tidak ada, kalaupun ada sangat minim, sehingga tidak dapat naik pangkat. Umumnya hal ini terjadi pada dosen-dosen kita yang senior. Sedangkan dosen-dosen kita yang junior umumnya adalah ligat-ligat (maksudnya: cepat-cepat) dalam menulis, ditambah lagi dengan fasilitas komputer yang cukup membantu. Sementara dosen kita yang senior masih ada yang gagap teknologi tidak mampu menggunakan media komputer ini dengan baik, sehingga tidak bisa menulis cepat.
Justru ironisnya, Rdh tidak mempersoalkan pada dosen yang bersangkutan karena memang bervariasi kemampuan dosen tersebut dalam menulis, tetapi ia justru mempersoalkan informasi penelitian itu sendiri yang kurang baik dan mendukung, seperti yang ia nyatakan sebagai berikut: Saya rasa informasi yang ada hanya bersifat pengumuman di Puslit atau di fakultas. Padahal tidak semua dosen dan tidak setiap dosen datang setiap saat ke kampus dan Puslit. Seharusnya kan puslit yang menyelenggarakan beberapa penelitian dan pihak-pihak pengelola jurnal di setiap fakultas menginformasikan misalnya melalui media seperti facebook, e-mail blog dan sebagainya, sehingga dapat diakses dengan luas, cepat dan mudah. Karena dosen ini kan tidak semuanya ada di kampus. Ada yang sekolah di luar provinsi/negara, ada yang tidak sempat ke fakultas/Puslit pada saat tertentu yang mungkin saat itu
Samsu & Rusmini, “Prospek IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Menjadi...” |
403
ada informasi penelitian. Akibatnya dia tidak bisa akses atau lakukan penelitian, meneliti kan memerlukan waktu lama demikian juga menulis jurnal.
Dari alasan-alasan yang dikemukakan oleh dosen tersebut kelihatannya menunjukkan bahwa ternyata dosen-dosen yang ada di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi menuntut adanya media publikasi ilmiah dan informasi yang mendukung, mudah diakses, murah, dan cepat. Sementara yang lainnya mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah dosen yang masih minim keterlibatannya dalam penelitian dan jurnal karena faktor kemampuan dosen yang bersangkutan. Dengan demikian terlihat bahwa persoalan penelitian di kampus IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebenarnya tidak semata-mata merupakan kesalahan dosen sendiri dalam melakukan penulisan jurnal dan penulisan buku, tetapi juga karena faktor-faktor lain yang bersifat kelembagaan yang kurang kondusif.
Urgensi Pusat Studi dalam Menggerakkan Kegiatan Penelitian Suatu kebiasaan jelek yang sering kali dihadapi adalah menganggap hasil karya/temuan orang lain adalah jelek/kurang bermanfaat, dan menganggap penulisnya “anak baru kemarin”, padahal boleh jadi ia sendiri tidak mampu untuk melakukan hal yang serupa. Tradisi dan kebiasaan seperti ini sebenarnya adalah tidak baik bagi sebuah institusi pendidikan yang berupaya menegakkan supremasi akademik melalui peningkatan peran penelitian sebagai ujung tombak perguruan tinggi yang excellence. Atas dasar itu, maka dosen yang ada di perguruan tinggi harus berani menerima, menghargai, mengelaborasi, mempelajari serta membudayakan tradisi ilmiah ini. Rendahnya semangat saling menghargai akan berbahaya bagi tumbuhnya budaya meneliti, disamping berbahaya bagi pengembangan lembaga dimana dosen tersebut berada. Sudah saatnya seorang dosen berkompetisi dalam melahirkan karya inovatif dan unggul, serta merasa bangga sebagai komunitas ilmiah. Karena itu ia juga harus bersama-sama melahirkan karya yang sama.
404
| Media Akademika Volume 25, No. 4, Oktober 2010
Dalam tradisi ilmiah dan tradisi meneliti tidak ada istilah senioritas dan junioritas, sepanjang mampu mempelihatkan dan melahirkan karya ilmiah, maka sebenarnya ia memiliki reputasi baik dan patut menjadi contoh dan teladan, serta pantas pula memperoleh reward dari intern dan ekstern perguruan tinggi tersebut. Dalam konteks ini perlu sebuah perguruan tinggi memupuk kesadaran ilmiah dan meneliti melalui ajang “research day”. Pada research day ini, akan dilakukan sayembara, dan bedah hasil temuan oleh tim peneliti ahli yang ditunjuk oleh rektor atau dekan untuk melihat temuan atau karya penelitian yang dianggap representatif untuk menempati peringkat 1, 2, 3 dan harapan 1, 2, dan 3 dalam sayembara dan research day tersebut. Apabila ada even nasional dan internasional di bidang penelitian, masing-masing pemenang ini dapat diiukut sertakan dalam even tersebut, sehingga lahirlah sebuah kesadaran dan rasa percaya diri dari seorang peneliti untuk terus berkarya. Hambatan selama ini untuk menentukan dosen berprestasi dan teladan tidak terukur secara baik, karena tidak didasarkan atas seleksi secara ketat dan baik pada tingkat perguruan tinggi, sehingga kita tidak dapat melihat dan menilai apakah benar-benar karya yang ditampilkan benar-benar layak dikategorikan sebagai tulisan dan karya teladan atau berprestasi. Kurang terdiseminasinya masalah dan temuan penelitian, menjadi kendala tersendiri bagi perguruan tinggi dalam memperkenalkan produk penelitian di perguruan tinggi tersebut. Karena itu, sebenarnya perguruan tinggi harus lebih dini, berupaya mencari, menggali dan menemukan masalah dalam realitas sosial. Tanpa demikian, maka eksistensi perguruan tinggi tersebut di lapangan tidak akan dilirik oleh pihak-pihak tertentu. Apa yang dialami dari dosen-dosen kita dalam melakukan penelitian selama ini, ternyata hasilnya hanya merupakan pekerjaan yang terasa sia-sia, padahal hasil penelitian tersebut dapat dimanfaatkan bagi pembangunan kehidupan sosial. Selain budaya dan iklim kerja perguruan tinggi yang harus baik, juga media publikasi menentukan besarnya kesan dan pengaruh
Samsu & Rusmini, “Prospek IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Menjadi...” |
405
perguruan tingi tersebut di tengah masyarakat. Atas dasar itu, maka perguruan tinggi dengan semangat research university mengharuskan perguruan tinggi tersbut untuk selalu membuka jaringan (networking) dan jalinan (webworking) dengan pihak media publikasi seperti media cetak dan elektronik. Tantangan ini, harus selalu memperoleh perhatian dari perguruan tinggi. Karena itu, media lokal harus menjadi mitra kerja sama perguruan tinggi agar dapat menyebarluaskan hasil dan karya penelitian yang dilakukan, sehingga bermanfaat bagi pencerahan (enlightening) bagi kehidupan masyarakat. Tanpa pemanfaatan media, maka publikasi ilmiah, serta diseminasi ilmu pengetahuan akan lambat memperoleh legitimasi secara luas di kalangan masyarakat, dan ini berarti memperlambat proses pembangunan nasional. Revolusi ilmiah melalui peran media akan menjadi tolok ukur terbentuknya sistem kompetisi ilmiah secara sehat, serta mendorong lahirnya masyarakat belajar (learning society) ke arah masyarakat yang berperadaban. Tantangan berikutnya yang dihadapi oleh perguruan tinggi ke arah research university adalah adanya kepedulian yang tinggi dari civitas akademika khususnya dosennya untuk mengembangkan hasil penelitian. Banyaknya karya ilmiah dan hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen di perguruan tinggi mengindikasikan perguruan tinggi tersebut sebagai perguruan tinggi produktif, serta menjadikan perguruan tinggi tersebut memiliki keunggulan di bandingkan dengan perguruan tinggi lainnya. Sudah seharusnya perguruan tinggi menyadari bahwa perguruan tinggi yang besar dan unggul adalah perguruan tinggi yang mampu melahirkan karya ilmiah, apakah dalam bentuk jurnal, buku, dan sejenisnya. Atas dasar inilah maka setiap warga kampus yang kita golongkan sebagai civitas akademika harus mampu untuk berkompetisi dalam melahirkan karya ilmiah. Kompetisi yang dimaksud adalah bukan kompetisi memperebutkan suatu formasi dan proyek penelitian, tetapi kompetisi di sini dimaksudkan untuk bersama-sama melahirkan
406
| Media Akademika Volume 25, No. 4, Oktober 2010
karya ilmiah, sehingga kelihatan keunggulan dan kebesaran perguruan tinggi tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan terdapat sejumlah dosen yang kurang memahami dan menganggap penting adanya pusat studi sebagai basis pengembangan penelitian. Di antara pendapat tersebut mengungkapkan bahwa penelitian hanya merupakan tanggung jawab peneliti dalam artian penelitian akan berhasil walaupun tanpa dimediasi melalui pusat studi, pusat studi hanya wadah saja, justru yang menentukan adalah dosen sebagai peneliti itu sendiri, seperti halnya diungkapkan oleh PA, yaitu: Saya justru lebih sepakat bahwa yang perlu dilakukan adalah pembinaan bagi peneliti, karena kunci keberhasilan penelitian sangat tergantung pada dosenya, terus terang kita (dosen) ini kan tidak berasal dari latar belakang peneliti secara otomatis. Jadi walaupun tanpa dimediasi melalui pusat studi, pusat studi hanya wadah saja, justru yang menentukan adalah dosen sebagai peneliti itu sendiri... Inilah yang harus terus dibina nkemandiriannya dalam meneliti.
Ungkapan ini agak sedikit berbeda dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Sadi yang menyatakan bahwa: Kita harus jernih juga melihat bahwa yang kita lihat kan buka hanya aspek penelitiannya, tetapi juga lembaga dan dosennya. Kita ini kan sistem. Karena itu saya lebih berprinsip bahwa selain dosennya dibina dengan baik, juga mesti di jurusan atau prodi itu ada pusat studi...apa jadinya kalau perguruan tinggi ini tidak bisa mengembangkan ilmu dengan baik kepada mahassiwa dan perkembangan kontemporer yang terjadi di sekitar perguraun tinggi kita. Idealnya kan...perguruan tinggi selalu memberikan pendapat terhadap apa yang terjadi hari ini di tengah masyarakatnya. Jadi masyarakat kampus hanya mahasiswa tetapi juga masyarakat luas pada umumnya.
Dengan demikian, berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan, urgensi pusat studi di tataran fakultas dinilai beragam oleh dosen. Tetapi, biar bagaimanapun kehadiran pusat studi memang dianggap sebagai suatu wadah yang baik untuk mengembangkan jurusan dan program studi di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Samsu & Rusmini, “Prospek IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Menjadi...” |
407
Upaya Pimpinan dan Pusat Penelitian dalam Meningkatkan Jaringan (Networking) dan Jalinan (Webworking) Perguruan Tinggi dalam Mencari Sumber-sumber Donasi Penelitian Dosen Umumnya tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi adalah rendahnya dorongan yang diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi tersebut dalam mengapresiasi serta melibatkan bawahan (dosen) dalam melakukan penelitian. Selain itu, infrastruktur yang dibangun pada perguruan tinggi umumnya belum tersedia dengan baik. Padahal, untuk mewujudkan penelitian agar berkembang dan tumbuh subur di perguruan tinggi, perlu didukung dengan dan diwujudkan melalui kaderisasi, apresiasi, serta pemanfaatan dosen, sebagai bagian penting dan strategis bagi esistensi perguruan tinggi. Itulah sebabnya perguruan tinggi di tanah air, sangat kental dengan birokrasi pendidikannya, serta terjebak pada rutinitas pendidikan dan pengajaran, yakni mulai dari mengontrak mata kuliah, melakukan atau mengikuti perkuliahan, memberikan ujian, mengeluarkan nilai, sampai kepada menyusun jadwal dan perkuliahan kembali, begitu seterusnya sampai mahasiswa yang bersangkutan mengikuti seminar proposal, bimbingan intensif, dan akhirnya ujian skripsi (munaqasyah bagi perguruan tinggi Islam). Akibatnya perguruan tinggi dalam negeri banyak melahirkan alumni yang kaku, bermental birokrat, gagap teknologi, dan sejumlah persoalan lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis menemukan sejumlah persoalan yang dihadapi oleh dosen dalam melakukan penelitian, seperti diungkapkan oleh HK, salah seorang dosen Fakultas Tarbiyah, yaitu: Agak sulit kami mau melakukan penelitian dalam artian yang didanai oleh proyek di IAIN ini, selain karena alokasinya sedikit, penelitian umumnya dilakukan bersifat kompetitif, sehingga yang terjaring orangnya dari itu ke itu. Padahal, akibat adanya tuntutan angka kredit untuk naik pangkat, maka sebenarnya dosen mau tidak mau pasti akan melakukan penelitian, tetapi karena penelitian yang ada secara kelembagaan kurang banyak jaringan kerja sama penelitian, sehingga dosen tidak bisa meneliti semua.
408
| Media Akademika Volume 25, No. 4, Oktober 2010
Ungkapan ini agak sedikit berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Msh seperti yang ia nyatakan bahwa: Problem yang dihadapi oleh dosen-dosen kita di IAIN ini dan saya rasa juga berlaku di IAIN lain dalam melakukan penelitian adalah kemampuan dosen yang tidak memadai. Saya justru menyarankan perlunya pusat penelitian dan fakultas melakukan workshop penelitian misalnya bagaimana mencari masalah penelitian, menganalisis data, menginterpretasi data. Selain dari itu Pembantu Rektor I (bidang akademik) harus selalu memonitor kemampuan dosen dalam melakukan penelitian yang ada agar dapat lebih berkembang dan lebih berkualitas.
Mengingat jangkauan, otoritas, ketersediaan dan hanya satu-satunya lembaga/pusat penelitian di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, maka kelihatannya seolah-olah hanya Pusat Penelitian (Puslit)-lah yang menjadi wadah bagi dosen untuk melakukan penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan oleh dosen agak sulit berkembang di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang ada, menunjukkan bahwa respons pimpinan dan penelitian di IAIN STS Jambi terhadap akses jaringan (networking) dan jalinan (webworking) penelitian skala internasional, nasional dan lokal telah terdapat sejumlah upaya dan peran yang dilakukan, meskipun belum maksimal. Dari data yang ada menunjukkan bahwa telah ada sejumlah kerja sama yang dilakukan, baik pada tataran Pusat Penelitian (Puslit) maupun pada tataran Institut. Menurut penuturan pihak Pusat Penelitian (Puslit) pada wawancara pada 15 November 2010, dinyatakan bahwa: Telah ada upaya yang dilakukan oleh Pusat penelitian untuk mengembangkan penelitian di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah penelitian dan kategori penelitian. Bahkan jaringan kerja sama penelitian juga meningkat seperti kerja sama penelitian dengan pemerintah daerah baik provinsi maupun tingkat kabupaten/kota dalam Provinsi Jambi, seperti kerja sama penelitian bersama Bappeda Kabupaten Batanghari, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pusat, dan lainnya.
Samsu & Rusmini, “Prospek IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Menjadi...” |
409
Bahkan dalam sambutan Rektor dalam rangka Wisuda Magister dan Sarjana XL dan Dies Natalis ke-43 IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi di Kampus Sungaiduren pada 23 Desember 2010, Rektor IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Prof Dr. H. Mukhtar, M.Pd. menyatakan bahwa: Dalam konteks penelitian ini, pada tahun 2010 telah dilakukan penelitian sebanyak 72 judul; yang terdiri dari 5 judul penelitian kelompok strategis kelembagaan, 49 judul penelitian kelompok kompetitif, 18 judul penelitian individu dosen tingkat pemula; yang kesemuanya dibiayai oleh dana DIPA IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Badan Layanan Umum.
Dari sisi jurnal dan buku, juga terjadi peningkatan donasi penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian antara lain terlihat pada hasil pengamatan dan wawancara pada 15 November 2010 bahwa: Dari sisi jurnal menunjukkan bahwa terjadi peningkatan donasi untuk penerbitan jurnal yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian (Puslit), misalnya jurnal Media Akademika dalam setahunnya terbit sebanyak empat kali penerbitan yaitu pada bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Sedangkan untuk jurnal Kontekstualita dalam setahunnya terbit sebanyak dua kali yaitu pada bulan Juni dan Desember. Manakala untuk penerbitan buku baru sebatas penerbitan buku profil Puslit.
Penutup Pengembangan penelitian ke arah research university merupakan terobosan baru dalam kerangka pemberdayaan fungsi dan peran akademik-ilmiah perguruan tinggi terutama diarahkan untuk lebih menekankan pada aspek-aspek sebagai berikut: kelembagaan, sumber daya peneliti (dosen), sistem dan birokrasi kampus, pendanaan, fasilitas pendukung, dan penghargaan atas hasil karya dosen. Pengembangan ke arah ini, paling tidak memberikan ruang gerak yang simultan dalam mempercepat gerakan diseminasi semangat dan tradisi ilmiah melalui research university ini. Untuk mendukung ke arah ini, tidak ada pihak perguruan tinggi yang dianggap tidak penting dalam konteks pengembangan research university. Akan tetapi semua dianggap merasa berkepentingan dan berjuang untuk
410
| Media Akademika Volume 25, No. 4, Oktober 2010
implementasi research university ini, di tengah pelayanan pendidikan yang semakin dituntut untuk mengakses berbagai ilmu pengetahuan dengan cepat. Itulah sebabnya mengubah paradigma perguruan tinggi dari pola tradisional menjadi perguruan tinggi yang berbasiskan research university memerlukan penekanan pada berbagai aspek yang telah disebutkan di atas. Di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, sebagaimana telah diuraikan, berbagai aspek tersebut masih kurang berjalan dengan baik. Untuk itu, peluang perguruan tersebut untuk menjadi universitas riset, meskipun terbuka, masih butuh penanganan yang lebih serius dan terarah.
Samsu & Rusmini, “Prospek IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Menjadi...” |
411
DAFTAR PUSTAKA Creswell, John W., & Vicki L. Plano Clark, Designing and Conducting Mixed Methods Research, (India: Sage Publications, 2007). Departemen Agama RI., Buku Pedoman Tenaga Akademik Perguruan Tinggi Agama Islam dan PAI pada PTU, ( Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003). Faisal, Sanafiah, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi, (Malang: YA3, 1990). Gray, Harry, Universities and the Creation of Wealth, (USA: The Society for Research into Higher Education & Open University Press, 1999). Gray, HL., (ed.), The Management of Educational Institutions: Theory Research and Consultancy, (England: The Palmer Press, 1982). Howard, Keith, & John A. Sharp, The Management of A Student Research Project, (British: Gower Publishing Company Limited, 1983). Kerlinger, Fred M., Asas Penelitian Behavior, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998). Patton, Michael Quinn, Qualitative Evaluation Methods, (Beverly Hills: Sage Publications, 1987). Rosenzweig, Robert M., & Barbara Turlington, The Research Universities and Their Patrons, (California: University of California Press, 1982). Shahabudin, Sharifah Hapsah Syed Hasan, “Universiti Kebangsaan Malaysia ke Arah Univeritas Penyelidikan Unggul”, syarahan Naib Canselor, Dewan Canselor Tun Abdul Razak (DECTAR), UKM Malaysia, 18 Januari 2008. Spradley, James P., Participant Observation, (USA: Holt, Rinehart and Winston, 1980). Supriyoko, Menuju “Research University” sebagai Perguruan Tinggi di Masa Depan, (Yogyakarta: Taman Siswa, 1989). Tempo, Desember 2007.
412
| Media Akademika Volume 25, No. 4, Oktober 2010
Tim Penyusun, Profil IAIN STS Jambi, 2009. Tuckman, Bruce W., Conducting Educational Research. Educational Research, (New York: Harcourt Brace, 1972). Williams, Gareth (ed.), The Entreprising University: Reform, Excellence and Equity, (USA: The Society for Research into Higher Education & Open University Press, 2003).