KONTRIBUSI MA’HAD ALY 231
Konstribusi Ma’had Aly terhadap Kemampuan Berbahas Arab Mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Rosalinda Fakultas Adab IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak: Artikel ini membahas tentang konstribusi Ma’had Aly terhadap kemampuan berbahasa Arab Mahasantri Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA) dan Pendidikan Bahasa Arab (PBA). Berdasarkan observasi di lapangan diketahui, kemampuan bahasa Arab mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin masih sangat lemah. Untuk itu memecahkan persoalan tersebut dengan membentuk Ma’had Aly. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan Ma’had Aly dalam mencapai tujuan tersebut. Penelitiaan ini melalui metode penelitian kualitatif dengan mengumpulkan data secara komprehensif kemudian menganalisis sehingga diperoleh hasil penelitian bahwa kemampuan bahasa Arab mahasiswa yang tinggal di Ma’had lebih baik jika dibandingkan dengan mahasiswa non-Ma’had terutama dalam kemampuan komunikasi (maharatul kalam) dan kemampuan membaca (maharatul Qira’ah). Dari nilai Kartu Hasil Studi (KHS) diketahui bahwa Ma’had Aly sangat mendukung proses belajar mengajar di kelas reguler terutama pada empat kompetensi bahasa. Dan dari data tes yang peneliti lakukan diperoleh informasi bahwa mahasantri jurusan BSA dan PBA memiliki kemampuan bahasa Arab yang baik dan tidak ada yang kemampuan bahasanya jelek atau bahkan jelek sekali. Kata Kunci: Ma’had aly, Kemampuan bahasa Arab, pembelajaran. Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
232 ROSALINDA
Pendahuluan Penguasaan bahasa Arab bagi mahasiswa pada sebuah perguruan tinggi terutama IAIN (Institut Agama Islam Negeri) merupakan prasyarat mutlak dalam pengkajian kajian-kajian keislaman maupun umum. Terkait dengan hal tersebut, sebagian mahasiswa yang masuk ke IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi berasal dari Pondok Pesantren, Madrasah Aliyah Negeri/Swasta dan sekolah umum yang kualifikasi kemampuan mereka di bidang bahasa Arab maupun bahasa Inggris kurang memadai. Hal ini tentu berimplikasi pada rendahnya kemampuan mereka dalam mempelajari bahasa Arab yang menjadi beban SKS di setiap Fakultas. Jumlah beban SKS pada setiap Fakultas yang kecil, hanya 2 SKS ditambah lagi beragam latar belakang in put yang masuk ke IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi menambah persoalan semakin rumit. Ma’had Aly IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, sebagai satusatunya Ma’had Aly yang ada di Sumatera hingga saat ini. Menginjak usianya ke-3 tahun ini telah menunjukkan keberadaannya, hal ini terlihat dari out put mahasiswa Ma’had Aly yang mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab yang baik. Hal ini tentu saja bisa dikatakan bahwa Ma’had Aly Jambi telah berhasil memberikan jawaban atas permasalahan yang menjadi dilema bagi IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, terutama dalam hal pengajaran bahasa Arab. Jumlah mahasantri Ma’had Aly IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 jumlah mahasantri hampir mencapai 100 orang, tahun 2009 sebanyak 144 orang dan tahun akademik 2010 bertambah hingga hampir dua kali lipat, yakni 200 orang. Mahasantri Ma’had Aly berasal dari berbagai Fakultas dan Jurusan yang berbeda. Kategori mahasiswa yang masuk Ma’had Aly adalah ditujukan kepada mahasiswa yang memiliki kemampuan berbahasa Arab yang kurang yang ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh dari tes masuk, namun anehnya banyak juga mahasiswa jurusan bahasa di antaranya jurusan Bahasa Sastra Arab (Fakultas Sastra dan Kebudayaan Islam) dan Pendidikan Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
KONTRIBUSI MA’HAD ALY 233
Bahasa Arab (Fakultas Tarbiyah) yang terjaring masuk Ma’had Aly. Dari data yang ada, jumlah mahasantri pada Jurusan Bahasa dan Sastra Arab pada tahun 2008 sebanyar 9 orang dan mahasantri Jurusan Pendidikan Bahasa Arab sebanyak 3 orang. Kemudian pada tahun 2009, jumlah mahasantri Jurusan Bahasa Sastra Arab sebanyak 5 orang dan jumlah mahasantri pada Jurusan Pendidikan Bahasa Arab juga sebanyak 5 orang. Dan pada tahun 2010, mahasantri Jurusan Bahasa dan Sastra Arab sekitar 10 orang dan mahasantri pada Jurusan Pendidikan Bahasa Arab sekitar 12 orang. Pembelajaran bahasa Arab di Ma’had Aly bagi mahasiswa pada Jurusan non-linguistik tentu hanya sebagai mata kuliah ekstra. Namun terhadap mahasiswa Jurusan bahasa tentu hal tersebut sangat mendukung pembelajaran di Fakultas. Fenomena yang sering terjadi adalah kemampuan berbahasa mahasiswa Jurusan Bahasa masih sangat lemah terutama dalam komunikasi dan penerjemahan literatur Arab. Hal ini ditandai dengan perkuliahan pada Jurusan bahasa yang tidak menggunakan bahasa pengantar bahasa Arab, tidak menggunakan literatur yang berbahasa Arab dan sebagainya. Terdapat beberapa hal penyebab kurang efektifnya perkuliahan pada Jurusan Bahasa: Pertama, pada dasarnya mahasiswa jurusan bahasa seharusnya sudah memiliki kemampuan bahasa yang cukup ketika masuk Jurusan Bahasa sehingga perkuliahan tidak lagi memulai pembelajaran dari awal tetapi pada tahapan yang lebih tinggi, namun pada kenyataannya latar belakang mahasiswa Jurusan Bahasa yang berasal dari sekolah umum tentu menjadi kendala utama. Kedua, lingkungan bahasa yang tidak mendukung juga menjadi penyebab lemahnya kemampuan bahasa pada mahasiswa Jurusan Bahasa. Dengan demikian, Ma’had Aly sangat diharapkan menjadi solusi terhadap masalah tersebut. Secara umum, metode yang digunakan di Ma’had Aly adalah metode elektif (Intiqaiyah), yaitu penggabungan antara beberapa metode yang dianggap paling tepat dan sesuai dengan kondisi di kelas dengan tetap menggunakan pendekatan komunikatif. Pendekatan yang digunakan adalah integrative system (Nadzariyah al-Wihdah), Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
234 ROSALINDA
yaitu suatu pendekatan yang melihat bahasa sebagai suatu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi, tidak terpisah-pisah. Pendekatan ini memberikan perhatian terhadap kemahiran bahasa, yaitu kemahiran mendengar (maharatul istima’), kemahiran berbicara (maharatul kalam), kemahiran membaca (maharatul qira’ah), kemahiran menulis (maharatul kitabah) secara seimbang. Selain itu, pendekatan ini juga memberikan perhatian terhadap berbagai unsur bahasa Arab, seperti ashwat (bunyi huruf), mufradat (kosakata), qawaid (gramatika), nabr (stressing) dan tanghim (Anonim, 2009). Mengingat Ma’had Aly IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi terhitung masih baru namun sangat diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi terutama mahasantri pada jurusan bahasa seperti Bahasa dan Sastra Arab serta Pendidikan Bahasa Arab. Dalam hal ini tentu saja layak untuk diteliti lebih lanjut untuk melihat sejauh mana keberhasilan Ma’had Aly mewujudkan harapan tersebut. Karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan keberhasilan Ma’had Aly terhadap Kemampuan Berbahasa Arab Mahasiswa. Pokok-pokok masalah yang akan dicari jawabannya dalam artikel ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana kemampuan bahasa Arab Mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi? (2) Bagaimana proses belajar mengajar bahasa Arab di Ma’had Aly? (3) Bagaimana keberhasilan Ma’had Aly terhadap kemampuan berbahasa arab mahasantri pada jurusan bahasa? Sesuai dengan pokok-pokok masalah sebagaimana tersebut di atas, maka artikel ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bahasa Arab Mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, untuk mengetahui proses belajar mengajar bahasa Arab di Ma’had Aly dan untuk mengetahui keberhasilan Ma’had Aly terhadap kemampuan berbahasa arab mahasantri pada jurusan bahasa. Artikel ini diharapkan bermanfaat memberikan sumbangan analitis bagi perkembangan pengajaran bahasa asing terutama bahasa Arab. Dari sini akan diperoleh gambaran tentang konstribusi Ma’had Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
KONTRIBUSI MA’HAD ALY 235
Aly terhadap kemampuan berbahasa mahasantri jurusan bahasa. Dari hasil penelitian ini penulis juga berharap bisa berguna bagi para dosen bahasa Arab untuk meningkatkan kualitas pengajaran bahasa. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ma’had Aly terutama Jurusan Bahasa dan Sastra Arab serta Jurusan Pendidikan Bahasa Arab dalam hal ini status mahasiswa tersebut adalah informan, informan digunakan konsep Spradley (1997: 61) dan Bernard (1994: 166) yang pada prinsipnya menghendaki seorang informan itu harus paham terhadap budaya yang dibutuhkan. Dalam pengumpulan data di lapangan penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu: Observasi partisipan, wawancara mendalam, test; test membaca, menulis dan komunikasi secara langsung kepada mahasantri yang dijadikan sampel yaitu 10 orang dari 42 orang. Setelah selesai penelitian ini, dianalisis melalui segi kualitatif, dengan teknik: Analisis Domain, Analisis Taksonomi dan Analisis Komponensial untuk menjawab permasalahan keberhasilan Ma’had Aly IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Arab mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi terutama mahasantri Jurusan Bahasa.
Posisi Bahasa Arab di Perguruan Tinggi Islam Posisi bahasa Arab sedemikian penting untuk melakukan kajian Islam karena itu semestinya seorang mahasiswa tidak boleh mengambil mata kuliah itu sebelum yang bersangkutan menguasai bahasa al-Qur’an. Belajar bahasa Arab, bagi mahasiswa UIN/IAIN/STAIN atau PTAIS mestinya diberlakukan sama dengan mahasiswa yang akan belajar ke luar negeri. Mereka diharuskan memiliki sertifikat TOEFL dengan skor tertentu, yang telah ditentukan. Pertanyaannya adalah bagaimana pandangan kalangan Perguruan Tinggi Islam tentang keharusan para mahasiswa menguasai bahasa Arab ini secara memadai. Hingga kini, kiranya tak ada seorang pun yang berselisih pendapat tentang betapa pentingnya penguasaan bahasa ini. Maka yang diperlukan adalah jalan ke luar untuk Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
236 ROSALINDA
mengatasinya. Satu hal yang perlu diyakini bahwa belajar bahasa Arab dengan menetapkan waktu seminggu dua atau tiga kali dan setiap kalinya hanya diberi waktu 2 atau tiga jam, hasilnya selama ini tak pernah memuaskan. Bukti akan hal ini sudah terlalu banyak. Hanya saja anehnya, usaha yang tidak pernah berhasil tersebut masih diulangulang terus menerus, dan hasilnya juga secara terus menerus mengecewakan berlangsung. Jika kemampuan berbahasa Arab dan Inggris di lingkungan Perguruan Tinggi Islam ini tidak segera diambil langkah-langkah berbaikan, maka akan berakibat sebagai berikut: 1. Kajian Islam atau keinginan menjadikan al-Qur’an dan hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan tidak akan mendapatkan hasil secara memuaskan, dan yang terjadi hanyalah pengajaran semu atau formalitas belaka. 2. Citra lulusan IAIN/STAIN/PTAIS di tengah-tengah masyarakat akan selalu di belakang alumni pondok pesantren. Pada hal Perguruan Tinggi Islam didirikan untuk menyempurnakan kelemahan yang disandang oleh pondpok pesantren. Perguruan Tinggi Islam, menurut sejarahnya, ingin melahirkan ulama yang intelek dan atau intelek yang ulama. Sebagai seorang ulama pasti dituntut menguasai bahasa al-Qur’an ini. 3. Daya tarik lembaga pendidikan tinggi Islam akan berkurang.
Kondisi Kemampuan Bahasa Arab Mahasiswa IAIN STS Jambi Sebagaimana Perguruan Tinggi Islam pada umumnya, IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai sebuah Perguruan Tinggi Islam memiliki kelebihan dibandingkan dengan perguruan tinggi umum lainnya terutama di bidang penguasaan bahasa asing khususnya bahasa Arab. Namun pada kenyataannya kemampuan mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi di bidang bahasa Arab belum memadai dan kurang menggembirakan. Hal ini berimplikasi pada rendahnya kemampuan mereka dalam mempelajari dan menguasai Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
KONTRIBUSI MA’HAD ALY 237
ilmu-ilmu keislaman. Fenomena tersebut pada dasarnya sudah terlihat dari awal penerimaan mahasiswa yang sebagian besar berasal dari (MAN) Madrasah Aliyah Negeri/ Swasta dan pondok pesantren serta sekolah umum yang pada umumnya memiliki kadar kemampuan bahasa Arabnya masih sangat lemah. Problema lemahnya kemampuan bahasa Arab mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi semakin lama semakin memprihatinkan dan menjadi bumerang bagi IAIN sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi Islam dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagai pusat peradaban Islam (Center of Islamic Civilization). Mahasiswa IAIN dengan berbagai jurusan terutama jurusan keislaman seperti jurusan Tafsir Hadits (TH), Pendidikan Agama Islam (PAI), Jinayah Siyasah (JS), dakwah dan jurusan lainnya dituntut untuk mampu berbahasa Arab, paling tidak mampu untuk memahami referensi bahasa Arab terkait jurusan mereka. Namun hal tersebut tidak bisa terwujud karena pada kenyataannya mahasiswa hanya mengandalkan buku-buku umum atau referensi terjemahan. Ini tergambar dari keterangan EA, dosen jurusan Dakwah Fakultas Ushuluddin, yang menuturkan: “Umumnya mahasiswa mengerjakan tugas terkait mata kuliah dakwah menggunakan referensi bahasa Indonesia. Padahal, banyak referensi bahasa Arab mengenai ini. Mereka menggunakan referensi bahasa Arab hanya terjemahan saja. Seharusnya calon da’i (mahasiswa) dituntut mampu berbahasa Arab namun hal tersebut belum tercapai”. (Wawancara, 04 Desember 2010). Permasalahan yang sama juga diutarakan oleh RL, dosen Fakultas Syariah, menjelaskan: “Mahasiswa Syari’ah terutama jurusan JS, PMH, sangat dituntut untuk bisa berbahasa Arab paling tidak dalam memahami literatur berbahasa Arab. Misalnya saja buku fiqh imam mazhab, meskipun sudah banyak terjemahannya namun tetap saja mahasiswa harus tahu buku rujukan aslinya, namun sayangnya kebanyakan mahasiswa terkadang tidak tahu judul asli dari buku yang dijadikan referensi karena kemampuan bahasa Arab yang lemah”. (Wawancara, 04 Desember 2010). Keadaan demikian, bukan hanya dominasi dua fakultas tersebut, fakultas Sastra dan Kebudayaan Islam Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
238 ROSALINDA
dan Tarbiyah juga mengalami permasalahan yang sama. Problem lemahnya kemampuan bahasa Arab mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi ini, juga tidak saja dialami oleh jurusan tersebut di atas, juga berlaku mahasiswa jurusan BSA dan PBA. Kenyataan ini dialami oleh mahasiswa sendiri, seperti dikeluhkan oleh SR, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab: “Meskipun kami menggeluti bidang bahasa Arab namun kami kurang percaya diri terlebih lagi kalau diajak komunikasi dalam bahasa Arab. Ini karena kami berasal dari sekolah Madrasah Aliyah yang bahasa Arabnya kurang memadai, sehingga kami sering kali merasa kesulitan ketika diberi tugas apalagi referensi yang digunakan dalam bahasa Arab”. (Wawancara, 04 Desember 2010).
Pembelajaran Bahasa Arab di IAIN STS Jambi Mata kuliah bahasa Arab merupakan mata kuliah institut atau fakultas dengan beban SKS yang kecil disetiap fakultas, hanya 2 atau 4 SKS. Mahasiswa jurusan non linguistik seperti jurusan keislaman seperti Pendidikan Agama Islam, Jinayah Siyasah, dakwah dan jurusan tadris pada umumnya wajib mengontrak mata kuliah bahasa Arab sebagai mata kuliah dasar umum (MKDU) pada semester pertama atau kedua. Mata kuliah yang ditawarkan adalah bahasa Arab I atau Bahasa Arab II. Kuantitas pembelajaran bahasa Arab di IAIN diidentifikasi sebagai pemicu lemahnya kemampuan bahasa Arab mahasiswa IAIN. Kenyataan ini diutarakan SS, dosen BSA demikian: “Belajar bahasa Arab memerlukan waktu yang tidak sebentar, pembelajaran bahasa Arab dengan beban 2 SKS pada semester pertama tentu saja tidak efektif, ditambah lagi mayoritas mahasiswa IAIN terutama jurusan umum tidak memiliki dasar bahasa yang memadai misalnya mereka kesulitan menulis huruf Arab. Dengan demikian sulit sekali memberikan mata kuliah bahasa Arab yang maksimal dengan frekuensi waktu yang sangat sedikit”. (Wawancara, 06 Desember 2010). Frekuensi waktu yang tidak memadai silabus yang tidak sistematis juga mempengaruhi lemahnya kemampuan bahasa Arab Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
KONTRIBUSI MA’HAD ALY 239
mahasiswa IAIN. Ini terungkap oleh YP, dosen PBA yang mengatakan demikian: “Pengajaran bahasa Arab untuk jurusan non-linguistik tidak mempunyai silabus yang jelas untuk semua fakultas, meskipun setiap dosen membuat SAP masing-masing namun tetap tidak sistematis yang diajarkan pada bahasa Arab I atau II maharatul qira’ah, maharatul kitabah, maharatul istima’ atau maharatul kalam, namun terserah pada dosen yang bersangkutan sehingga silabus tiap fakultas akan berbeda sesuai dengan dosen yang bersangkutan”. (Wawancara, 06 Desember 2010). Namun tidak semua fakultas yang memberikan mata kuliah bahasa Arab I atau bahasa Arab II, pada fakultas tertentu pengajaran bahasa Arab untuk jurusan non linguistik ditawarkan mata kuliah TOAFL (Test of Arabic as a Foreign Language), pemberian mata kuliah ini terkait dengan kebutuhan mahasiswa dalam memperoleh skor 400 pada test TOAFL sebagai prasyarat untuk mengikuti ujian munaqasyah (ujian skripsi). Ini didasarkan pada keterangan NL, dosen BSA, bahwa: “Pemberian mata kuliah TOAFL yang ditawarkan oleh fakultas bertujuan untuk memberikan bekal mahasiswa di awal semester sebelum mengikuti ujian TOAFL sebagai prasyarat untuk mengikuti ujian munaqasah namun demikian pemberian mata kuliah TOAFL ini juga tidak efektif karena tidak memiliki silabus yang jelas ditambah lagi pada mata kuliah TOAFL hanya membahas soal-soal terkait tes tersebut sehingga bagi mahasiswa yang tidak memiliki dasar sama sekali akan mengalami kesulitan”. (Wawancara, 06 Desember 2010). Problema lain dari penyebab tidak efektifnya pemebelajaran bahasa Arab di IAIN adalah kurangnya sarana-prasarana yang mendukung pembelajaran bahasa Arab di IAIN seperti labor bahasa. Pada fakultas tertentu seperti fakultas Adab-Sastra dan Kebudayaan Islam belum memiliki labor bahasa sendiri sehingga pada mata kuliah maharatul istima’ (listening skill) mahasiswa tidak bisa mendapatkan media yang membantu dalam tercapainya tujuan pembelajaran, sehingga sering kali mahasiswa tidak mendapatkan materi maharatul istima’. Hal ini diperkuat oleh pengakuan SS, dosen BSA bahwa: “Pada Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
240 ROSALINDA
mata kuliah bahasa Arab kebanyakan diberikan materi qawaid (kaedah bahasa) sehingga tidak menyentuh pada materi lainnya seperti mahaearul istima’ dan maharatul kitabah padahal kemampuan bahasa Arab mencakup empat komponen tersebut, tidak diberikannya materi maharatul istima’ karena belum tersedianya labor bahasa dan baru akan diupayakan”. (Wawancara, 06 Desember 2010). Berbeda dengan jurusan linguistik seperti Bahasa dan Sastra Arab dan Pendidikan Bahasa Arab beban SKS pembelajaran bahasa Arab sangat banyak dan menjadi mata kuliah jurusan. Pada jurusan Pendidikan Bahasa Arab lebih mengarah kepada pengajaran bahasa Arab sedangkan pada jurusan Bahasa dan Sastra Arab lebih mengarah kepada ilmu lunghoh (ilmu bahasa) dan sastra. Meskipun beban SKS pembelajaran bahasa Arab cukup banyak namun tidak menjamin kemampuan bahasa Arab yang baik pada mahasiswa pada kedua jurusan tersebut. Hal ini terlihat dari masih lemahnya kemampuan bahasa Arab mahasiswa jurusan tersebut. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab lemahnya kemampuan bahasa Arab mahasantri jurusan linguistik di antaranya adalah sebagaimana telah disinggung bahwa latar belakang mahasiswa sangat mempengaruhi lemahnya kemampuan bahasa Arab mahasiswa. MY, mahasaiswa jurusan BSA yang mengatakan bahwa: “Ketika belajar di kelas reguler kami agak kesulitan memahami materi yang diberikan terutama mata kuliah jurusan dengan referensi kitab bahasa Arab yang tingkat kesulitannya tinggi, padahal kami kebanyakan mahasiswa pada jurusan bahasa Arab berasal dari sekolah umum dan madrasah aliyah yang hanya belajar bahasa Arab dasar saja seperti mengetahui tentang fiil (kata kerja), isim (kata benda) atau huruf”.(Wawancara, 06 Desember 2010). Selain hal tersebut penyebab lemahnya kemampuan bahasa Arab mahasantri jurusan BSA dan PBA adalah pada proses belajar mengajar di kelas reguler jarang sekali menggunakan bahasa pengantar bahasa Arab sehingga mahasiswa kurang terlatih dalam menggunakan bahasa Arab secara komunikatif. Mahasiswa juga dimanjakan dengan menggunakan referensi bahasa Indonesia sehingga kami tidak terlatih berbahasa Arab”. (Wawancara, 06 Desember 2010). Jadi ada Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
KONTRIBUSI MA’HAD ALY 241
beberapa Penyebab lemahnya kemampuan bahasa Arab mahasiswa adalah latar belakang pendidikan, pada perkuliahan tidak menggunakan bahasa pengantar bahasa Arab, kurangnya frekuensi waktu belajar di kelas reguler, tidak sistematisnya silabus dan masih kurangnya sarana prasarana dalam proses belajar mengajar bahasa Arab.
Program Kegiatan Ma’had Ali Ma’had Aly IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi saat ini telah memasuki tahun ke-3 semenjak tahun 2008 sampai dengan sekarang. Pada awal berdirinya Ma’had al-Jami’ah al-Aly IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi memfokuskan kegiatan pada pendidikan kekhususan bahasa Arab yang pada awalnya diperuntukkan bagi mahasiswa tingkat pemula (mubtadi’in) selama dua semester dengan bobot mata kuliah setara dengan 18 SKS dengan perincian 9 SKS pada semester I dan 9 SKS pada semester 2. Program ini bertujuan untuk membekali mahasiswa kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Arab secara lisan dan tulisan serta membekali mahasiswa kemampuan membaca, memahami dan menerjemahkan buku-buku atau kitab berbahasa Arab untuk studi Islam. Proses belajar bahasa Arab secara klasikal di Ma’had Aly dilaksanakan setiap hari Senin sampai dengan Jumat, dimulai pukul 08.00 – 11.30 untuk mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang kuliah reguler di sore hari dan pukul 14.00 WIB sampai dengan 17.30 WIB untuk mahasiswa IAIN Suthan Thaha Saifuddin Jambi yang kuliah reguler di pagi hari denggan perincian Jam I : 14.00 s/d 15.30 WIB, Jam II : 16.00 s/d 17.30. Dalam kegiatan pembelajaran mahasiswa dibagi menjadi 5 kelas yaitu lokal A dan B pada pagi hari serta lokal C dan D pada sore hari. Pada setiap kelas dipegang oleh satu orang dosen yang langsung mengajar dua jam, dan dibantu oleh 2 orang musyrif dan musyrifah yang bertugas menggantikan dosen tetap jika berhalangan. Pada tahun 2009 pengembangan Ma’had Aly terus dilakukan Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
242 ROSALINDA
dengan menambah program pembelajaran bahasa Inggris, jadi tidak lagi terfokus pada program bahasa Arab saja. Perkuliahan di Ma’had Aly tetap dilakukan dari hari Senin sampai Jum’at, hanya saja materinya di bagi menjadi dua, yaitu pada pagi hari atau jam I yaitu pukul 08.00-09.30 diberikan materi bahasa Arab kemudian pada pukul 10.00-11.30 diberikan materi bahasa Inggris, begitu juga perkuliahan pada siang hari bagi mahasiswa yang kuliah reguler di pagi hari yaitu pada jam I pukul 14.00-15.30 diberikan materi bahasa Arab dan pada jam II pukul 16.00-18.00 diberikan materi bahasa Inggris. Dalam kegiatan pembelajaran dosen tidak lagi mengakomodir satu lokal tetapi memegang satu materi saja, misalnya pada materi bahasa Arab seorang dosen memberikan materi maharatul qira’ah saja pada semua lokal yang sampai saat ini jumlahnya terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah mahasantri yang masuk Ma’had Aly. Perkuliahan bahasa Inggris dan bahasa Arab yang berlangsung di kelas juga didukung oleh kegiatan pemberian kosa kata (mufradat) bahasa Arab dan Inggris atau Shabah al-Lughah yang diberikan oleh mudabbir atau mudabbirah di asrama, pemberian kosa kata diberikan pada pagi hari pukul 05.30-06.00. Kegiatan ini diberikan dengan tujuan menambah pembendaharaan kosa kata mahasantri sehingga bisa di praktekkan dalam komunikasi. Bentuk kegiatan yang diformat untuk membekali kosa kata, baik Arab maupun Inggris, contoh kalimat yang baik dan benar, pembuatan contoh-contoh kalimat yang lain. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi setelah shalat shubuh di masing-masing unit hunian. Dan upaya peningkatan kompetensi bahasa juga dilakukan dengan mengkondisikan lingkungan di Ma’had sehingga kondusif untuk belajar dan praktik berbahasa melalui pemberian statemen tertulis di beberapa tempat yang strategis, baik berupa ayat al-Qur’an, Hadits, peribahasa, pendapat pakar dan lain-lain yang dapat memotivasi penggunaaan bahasa Arab maupun Inggris, layanan kebahasaan, labelisasi benda-benda yang ada di unit-unit hunian dan sekitar ma’had dengan memberinya nama dalam bahasa Arab maupun Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
KONTRIBUSI MA’HAD ALY 243
Inggrisnya, pemberian materi dan kosakata kedua bahasa asing tersebut, memberlakukan wajib berbahasa Arab maupun Inggris bagi semua penghuni di ma’had serta membentuk mahkamah bahasa yang bertugas memberikan sangsi terhadap pelanggaran berbahasa. Selain perkuliahan bahasa Arab dan bahasa Inggris, ada pembelajaran terjemahan kosa kata (mufradat) al-Qur’an dan kajian kitab-kitab klasik (kutu nal-turats) yang diadakan di masjid al-Jamiah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, yaitu meliputi materi kekhasaan dan keislaman yang diadakan 4 hari dalam seminggu yang diberikan setelah sholat subuh. Materi kajian adalah yang bersumber dari kitabkitab tafsir, hadits, akhlaq, aqidah, fiqh dan lain sebagainya yang terfokus pada permasalahan kontekstual dan mutakhir. Kegiatan tahfiz al-Qur’an juga diberikan di Ma’had Aly. Mahasantri Ma’had Aly diwajibkan untuk menyetor hapalan “juz amma” ba’da Magrib dengan target selama 2 semester mahasantri diwajibkan untuk hafal satu juz amma dan akan diberikan sertifikat di akhir tahun, sehingga mahasantri Ma’had Aly yang telah mendapatkan sertifikat selama belajar di Ma’had Aly tidak perlu lagi mengikuti ujian tahfiz yang diwajibkan bagi seluruh mahasiswa IAIN yang akan ujian (munaqasah) dimana ujian tahfiz tersebut dilaksanakan oleh Ma’had Aly kemudian dikeluarkan sertifikat (syahadah) bagi mahasiswa yang telah mengikuti ujian dan memenuhi kriteria kelulusan. Dengan demikian, terdapat beberapa kegiatan yang menjadi program khusus di Ma’had Aly yaitu program bahasa Arab, bahasa Inggris dan tahfiz al-Qur’an disamping itu juga banyak kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pengembangan bakat mahasantri seperti kegiatan olahraga voly, sepak bola, pidato dan sebagainya.
Proses Belajar-Mengajar Bahasa Arab di Ma’had Aly Ma’had Aly IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi memiliki model pembelajaran bahasa Arab yang berbeda dengan fakultas. Dalam pembelajaran bahasa Arab, Ma’had Aly lebih sistematis. Hal ini terlihat dari materi dan target pelaksanaan yang jelas, pendekatan Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
244 ROSALINDA
yang komprehensif, tujuan dan teknik serta evaluasi yang baik. Dari awal berdiri sampai dengan saat ini materi bahasa Arab yang diajarkan di Ma’had Aly ini adalah materi-materi yang terdapat dalam kitab al‘Arabiyah baina Yadaika jilid I sampai dengan II, pemilihan kitab tersebut karena komponennya mencakup empat kompetensi bahasa Arab yang harus dikuasai dalam pembelajaran bahasa Arab dan tingkat kesulitannya juga cocok untuk tingkatan mahasiswa pemula dengan kemampuan dasar bahasa Arab yang tidak memadai. Materi dalam kitab al-‘Arabiyah baina Yadaika akan diselesaikan selama 2 semester (satu tahun) yang dibagi menjadi dua tahapan yaitu materi kitab al‘Arabiyah baina Yadaika jilid I diberikan pada semester pertama dan materi kitab al-‘Arabiyah baina Yadaika jilid II diberikan pada semester kedua. Sementara itu, metode yang digunakan adalah metode eklektif (intiqaiyah), yaitu penggabungan antara beberapa metode yang dianggap paling tepat dan sesuai dengan kondisi di kelas dengan tetap memperhatikan pendekatan komunikatif. Di antara metode yang digunakan adalah metode demonstrasi misalnya saja pada materi percakapan (hiwar) dalam bahasa Arab mahasiswa langsung mempraktekkan di depan kelas, metode ceramah, biasanya metode ini digunakan pada pemberian materi qawaid (tata bahasa) yaitu pemberian pemahaman terhadap tata bahasa Arab kemudian diikuti dengan tanya jawab seputar materi. Metode lain yang biasa digunakan adalah metode diskusi seputar wacana (qira’ah) dalam bahasa Arab. Pendekatan yang digunakan adalah integratif system (nadzarriyah al-wihdah), yaitu suatu pendekatan yang melihat bahasa sebagai suatu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi, tidak terpisah-pisah. Pendekatan ini memberikan perhatian terhadap keempat kemahiran bahasa, yaitu kemahiran mendengar (maharah al-istma’), kemahiran (maharah berbicara), kemahiran membaca (maharah al-qir’ah), kemahiran menulis (maharah al-kitabah) secara seimbang. Selaivn itu, pendekatan ini juga memberikan perhatian terhadap sebagai unsur bahasa Arab, seperti aswat (bunyi huruf), mufradat (kosa kata), qawa’id (gramatika), nabi (stressing) dan Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
KONTRIBUSI MA’HAD ALY 245
tanghim (intonasi). Empat kemahiran bahasa yang menjadi target yang harus dicapai diberikan dengan tujuan dan teknik pengajaran yang khusus. Pada pemberian materi kemahiran mendengar (maharah al-istma’) bertujuan agar mahasiswa dapat: 1. Menulis kata yang didengar dengan baik dan benar (sesuai dengan kaidah imla’); 2. Mampu menulis pokok pikiran atau meringkas apa yang didengarkan; 3. Mengungkapkan kembali secara lisan dan tulisan tentang isi teks yang didengar; 4. Membuat rangkuman (kaidah al-afkar) dari teks yang didengar; 5. Membuat kesimpulan (kitabah al-talkhis) dari teks yang didengar Sedangkan teknik yang digunakan adalah: teknik mendengarkan dengan penuh perhatian, mendengarkan dan memahami, mendengarkan dan menirukan (secara kelompok dan individu), demonstrasi atau mempraktekkan. Pada pemberian materi mahratul istima’ ini tenaga pengajar didukung oleh sarana prasarana yang lengkap yaitu laboratorium Bahasa Arab (Al-Ma’mal Al-Lughawy) sehingga mahasantri dapat mendengar langsung dari CD atau kaset bahasa Arab sehingga mahasantri terbiasa mendengar dan memahami percakapan dan ungkapan dalam bahasa Arab yang didengarnya. Pada pemberian materi maharatul kalam bertujuan agar mahasiswa mampu: 1. Mengucapkan bunyi atau huruf dalam kalimat bahasa Arab dengan makhraj dan intonasi yang tepat. 2. Berkomunikasi dengan sesama atau orang asing dengan bahasa Arab yang fasih. 3. Mengekspresikan pikirannya melalui ungkapan (ta’bir syafawi) dengan fasih. Sedangkan teknik yang digunakan adalah dengan melatih mahasiswa untuk mengucapkan huruf atau kalimat dengan benar, melatih mahasiswa menggunakan alat peraga dengan bahasa Arab., membiasakan mahasiswa untuk merilis ungkapan atau cerita dengan Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
246 ROSALINDA
menggunakan susunan bahasa Arab yang dikuasai, melatih mahasiswa untuk menjawab, mendiskusikan soal-soal serta memecahkan masalah-masalah dengan berbahasa Arab, demonstrasi melalui drama (masrahiyah) dan lain-lain. Pada pemberian materi maharatul Qira’ah bertujuan agar mahasiswa mampu: 1. Mengenalkan huruf-huruf Arab dan tanda bacanya. 2. Melatih mahasiswa dan memahami teks-teks Arab secara benar. 3. Melatih membaca dan memahami teks-teks Arab secara benar. Sedangkan teknik yang digunakan adalah dengan mendengarkan dengan penuh perhatian, mendiskusikan isi teks, mendengarkan sambil memahami teks, membaca secara individu. Dan hal-hal yang harus dilalui dalam mengajar maharah qira’ah adalah sebagai berikut: Qira’ah shautyah (kebenaran dan ketepan pengucapan), Qira’ah sari’ah (kecepatan dan kelancaran membaca), Qir’ah li al-fahmi (pemahaman bacaan). Pada pemberian materi maharatul kitabah bertujuan agar mahasiswa mampu:. 1. Membiasakan menulis dari sebelah kanan. 2. Melatih menulis dan mengekspresikan pikiran secara tertulis. Sedangkan teknik yang digunakan adalah dengan Kitabah alkhat, Imla’ bi al-manqul, Imla’ bi al-manzhur, Imla’ ikhtibariy dan Insya’ muwajjah dan insya’ hurr. (2009: 20-23). Keempat keterampilan bahasa inilah yang menjadi tujuan dari pembelajaran bahasa Arab di Ma’had Aly, karena seorang mahasiswa dikatakan mampu berbahasa Arab apabila menguasai empat kompetensi bahasa secara komprehensif. Sebagaimana proses belajar pada umumnya, Ma’had Aly juga mengadakan evaluasi sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Evaluasi belajar mengajar perkuliahan bahasa Arab di Ma’had Aly ini dilaksanakan dalam bentuk tes tulis dan lisan. Tes yang dilaksanakan antara lain. 1. Placement Test, yaitu ujian yang dilaksanakan sebelum para mahasiswa memasuki program pembelajaran bertujuan untuk Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
KONTRIBUSI MA’HAD ALY 247
2.
mengelompokkan kelas berdasarkan nilai. Tes Tahapan, yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengukur hasil pembelajaran bahasa Arab pada tiap tahap pembelajaran yang berupa tes tulis dan lisan dengan materi al-Maharat alLughawiyah al-Arba’ (al-Kalam, al-Kira’ah, al-Istisma’ dan alkitabah). Tes tahapan ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran bahasa Arab pada tiap tahap secara aktif dan pasif. (2009: 25)
Kemampuan Bahasa Arab Mahasantri Ma’had Aly Jurusan BSA dan PBA Tolak ukur seseorang mampu berbahasa adalah dilihat dari keterampilannya menguasai empat kompetensi bahasa yaitu keterampilan membaca (maharatul qira’ah), keterampilan menulis (maharatul kitabah), keterampilan mendengar (maharatul istima’) dan keterampilan berbicara (maharatul kalam). Seseorang belum bisa dikatakan mahir menguasai suatu bahasa apabila hanya menguasai satu atau dua kompetensi bahasa saja. Karena dalam bahasa satu sama lain saling keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan karena saling menunjang untuk tujuan kelancaran atau kemahiran berbahasa dengan baik dan benar. Kemampuan bahasa Arab mahasiswa jurusan bahasa Sastra Arab dan Pendidikan Bahasa Arab yang tinggal di Ma’had Aly dan mengikuti pendidikan bahasa Arab ditinjau dari empat kompetensi bahasa bisa dikatakan mengalami peningkatan dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak tinggal di Ma’had Aly. Hal ini bisa dilihat dari data yang diperoleh melalui hasil wawancara dan dokumentasi serta test yang dihimpun. Menggunakan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dari berbagai informan terkait keberhasilan Ma’had Aly dalam meningkatkan kemampuan bahasa Arab mahasantri jurusan bahasa Sastra Arab. Di antaranya keterangan SS, dosen pada jurusan BSA mengatakan: “Dalam proses belajar mahasiswa memiliki Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
248 ROSALINDA
kemampuan yang berbeda, dari pengalaman saya mengajar materi sastra Arab seperti Naqd Adab (kritik sastra) dengan referensi kitab bahasa Arab saya menilai bahwa kemampuan bahasa Arab mahasiswa yang tinggal di Ma’had Aly lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak tinggal di Ma’had Aly, hal ini terlihat dari hasil tugas makalah dengan referensi Arab yang diberikan selalu lebih baik hasilnya jika dibandingkan dengan mahasiswa non Ma’had Aly, hal ini juga terlihat dari ketekunan mereka dalam belajar”. (Wawancara, 08 Desember 2010). Hal senada pendapat AA, dosen BSA yang mengatakan: “Sepengetahuan saya selama mengajar tiga tahun terakhir ini seiring dengan keberadaan Ma’had Aly saya melihat ada kemajuan dalam kemampuan mahasiswa terutama mahasantri jurusan BSA menjadi lebih baik hal ini terlihat dari kemampuan memahami setiap materi yang saya berikan terutama mata kuliah Balaghah yang pada umumnya referensinya dalam BSA serta contohnya yang selalu menggunakan bahasa Arab”. (Wawancara, 08 Desember 2010). Dari informasi melalui wawancara di atas diketahui bahwa kemampuan kompetensi membaca (maharatul qira’ah) mahasantri Ma’had Aly cukup baik, hal ini disebabkan karena mereka dalam proses belajar di Ma’had Aly selalu mendapatkan materi maharatul qira’ah sehingga mereka sedikit terlatih membaca teks dan memahami isi teks meskipun belum maksimal. Kenyataan ini dijelaskan oleh MW, dosen Ma’had Aly yang menuturkan: “Salah satu materi yang diberikan kepada mahasantri Ma’had Aly adalah materi maharatul Qira’ah dengan tujuan agar mahasantri dapat memahami teks yang diberikan, dalam buku pedoman yang digunakan yaitu kitab al‘Arabiyah baina Yadaika salah satu komponennya adalah maharatul qira’ah sehingga setiap belajar mahasantri selalu membahas isi teks (qira’ah) sehingga diharapkan dapat terampil dalam membaca dan memahami kitab dengan referensi bahasa Arab”. (Wawancara, 06 Desember 2010). Tidak hanya mengalami peningkatan dalam keterampilan membaca (maharatul Qira’ah) tetapi juga mahasantri juga mengalami peningkatan dalam kemampuan komunikasi dengan bahasa Arab. Ini Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
KONTRIBUSI MA’HAD ALY 249
didasarkan pada keterangan YP, dosen jurusan PBA mengatakan: “Dalam proses belajar di kelas berdasarkan penilaian saya, mahasiswa yang tinggal di Ma’had Aly lebih komunikatif menggunakan bahasa Arab ketika belajar sehingga ketika saya memberikan mata kuliah dengan bahasa pengantar bahasa Arab, mahasiswa Ma’had Aly lebih aktif dibandingkan dengan mahasiswa non Ma’had Aly”. (Wawancara, 06 Desember 2010). Demikian juga dengan kemampuan komunikasi (Maharatul kalam) mahasantri Ma’had Aly bisa dikatakan cukup baik meskipun terkadang masih kurang menggunakan kaedah tata bahasa yang benar namun paling tidak mereka memiliki perbendaharaan kosa kata (mufradat) yang cukup sehingga menjadi modal mereka dalam berkomunikasi dengan bahasa Arab. Ditambah lagi lingkungan asrama yang mewajibkan santri untuk mempraktekkan kosa kata (mufradat) bahasa Arab yang telah diberikan oleh pengurus (mudabbir dan mudabbirah) dan sanksi bagi yang melanggar menjadikan mahasantri terbiasa untuk berani berbicara dalam bahasa Arab. Berikut keterangan KS, mahasantri jurusan BSA, yang mengatakan: “Kami mahasantri selalu dimotivasi untuk selalu berkomunikasi dengan bahasa Arab di asrama hal ini membuat kami tidak canggung lagi ketika hendak berbicara dalam bahasa Arab meskipun dengan kosa kata yang masih terbatas dan pengetahuan tata bahasa Arab yang kurang misalnya saja seputar bahasa harian seperti ila aina anti? (mau kemana kamu?) atau azhabu ilal madrasah (saya pergi ke kampus) namun kebiasaan membuat kami menjadi terlatih, hal ini menjadikan kami menjadi percaya diri ketika belajar di kelas reguler”. (Wawancara, 08 Desember 2010). Konstribusi Ma’had Aly dalam peningkatan kemampuan bahasa Arab mahasantri jurusan Bahasa Sastra Arab dan Pendidikan Bahasa Arab dapat juga diukur dari nilai bahasa Arab mahasantri. Hal ini dilihat pada Kartu Hasil Studi (KHS)nya, di antaranya: mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab dengan inisial SR, mahasantri jurusan Bahasa dan Sastra Arab semester V (lima) yang perkembangan nilai bahasa Arabnya dapat dilihat dalam tabel 1. Dari data Kartu Hasil Studi mahasantri sebagaimana dalam tabel Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
250 ROSALINDA No
Semest er
Mat a Kuliah
1.
I
Bahasa Arab (TOAFL)
60 (C)
2.
II
Bahasa Arab (Qira’at)
7 0 (B)
3.
III
Shorof I
65 (C+ )
Nahwu I
7 0 (B)
Ilm u Lughah
7 0 (B)
Maharatul Kalam
7 5 (B+ )
Qira’ah II
82 (A)
Bahasa Arab (Kitabah) 4.
IV
Nilai
Shorof II Masrahiy y ah
7 6 (B+ ) 7 0 (B) 7 1 ,2 5 (B)
Maharatul Kitabah II
7 0 (B)
Nazariy at al Tarjam ah
7 3 (B)
Maharatul Istim a’
Nahwu III
7 6,2 5 (B+ ) 7 7 ,7 5 (B+ ) 60 (C)
Al Arud wa al Qawafi
7 0 (B)
Maharatul kalam II
Tabel 1. KHS SR, mahasantri Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, semester V. 1 diketahui bahwa nilai yang diperoleh oleh mahasantri di atas pada nilai rata-rata baik, pada umumnya nilai yang diperoleh adalah baik yaitu 70 (B). Konstribusi Ma’had Aly sangat terlihat sekali pada kemampuan bahasa arab mahasantri tersebut terutama pada mata kuliah bahasa Arab (Maharatul Qira’ah) dengan nilai 70 (B), maharatul kalam 75 (B+), maharatul kitabah 76 (B+) dan maharatul istima’ 76,25 (B+). Berikut kartu hasil studi Mahasantri di atas, mahasantri dengan inisial LN juga memiliki nilai yang cukup pada mata kuliah empat kompetensi bahasa Arab, hal ini terlihat dari kartu hasil studinya sebagaimana dalam tabel 2. Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
KONTRIBUSI MA’HAD ALY 251 No Semest er
Mata Kuliah
Nilai
1.
I
Bahasa Arab
7 5 (B+ )
2.
II
Ilm u Shorof
60 (C)
Ushul nahwu
7 0 (B)
Tabel 2. KHS LN, mahasantri Jurusan Bahasa Arab, semester III. Dari Kartu Hasil studi mahasiswa di atas diketahui bahwa nilai ilmu shorofnya cukup yaitu 60 (C), namun demikian nilai bahasa Arab pada semester I mendapat nilai nilai yang baik yaitu 75 (B+), hal ini karena materi bahasa Arab yang diberikan di fakultas sama dengan materi yang diberikan di Ma’had Aly. Hal demikian dijelaskan LN, mahasiswa BSA yang mengatakan: “Pada semester I saya belajar bahasa Arab dengan nilai baik karena materi yang diberikan di kelas reguler kurang lebih sama terlebih lagi kitab yang dipakai juga sama yaitu al-‘Arabiyah baina Yadaika sehingga saya sangat terbantu sekali karena didukung oleh materi tambahan yang saya peroleh di Ma’had Aly”. (Wawancara, 08 Desember 2010). Mahasantri jurusan bahasa sastra Arab dan Pendidikan Bahasa Arab yang menjadi sampel untuk memperoleh data tentang kemampuan bahasa Arab baik. Adapun test yang digunakan ini adalah test buatan peneliti. Test ini digunakan untuk mendapatkan gambaran dan informasi data tentang kemampuan bahasa Arab mahasantri jurusan bahasa sastra Arab dan Pendidikan Bahasa Arab. Untuk memperoleh data utama penelitian, penulis memberikan test kepada mahasantri dengan menjawab lembaran soal yang peneliti sebarkan. Penilai adalah peneliti sendiri. Berdasarkan data nilai tes maka dicari rata-rata mean yang merupakan kemampuan bahasa Arab mahasantri jurusan bahasa sastra Arab dan pendidikan bahasa Arab dengan menggunakan rumus: M = Fx/N = 763/10 = 76,3 Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
252 ROSALINDA
Berdasarkan perhitungan tabel distribusi frekuensi di atas dapat diketahui bahwa kemampuan bahasa Arab Mahasantri jurusan bahasa sastra Arab dan pendidikan bahasa Arab 76,3 Nilai sebesar 76,3 berada pada interval 76 - 85 Dengan nilai ubah 8 dan nilai tersebut dikategorikan baik. Setelah nilai rata-rata kemampuan bahasa Arab Mahasantri jurusan bahasa sastra Arab dan pendidikan bahasa Arab dalam berbahasa Arab diketahui, selanjutnya penulis akan menentukan kriteria kualifikasi kemampuan bahasa Arab yang didasari pada kategori kualifikasi kemampuan dengan perhitungan persentase skala 10. Kemudian dilihat dari kemampuan bahasa Arab mahasantri jurusan bahasa sastra Arab dan pendidikan bahasa Arab secara umum nilai rata-ratanya adalah 76,3 . Selanjutnya untuk menentukan kriteria kemampuan bahasa Arab Mahasantri yang mampu atau tidak mampu dikemukakan dengan rumus 80 – 100 = Kemampuan bahasa sangat baik, 70 – 79 = kemampuan Bahasa baik, 60 – 69 = Kemampuan bahasa cukup, 50 – 59 = Kemampuan bahasa jelek., Kurang dari 49 = Kemampuan Bahasa jelek sekali. Dari kriteria ini dapat diketahui bahwa jumlah mahasantri yang memiliki kemampuan berbahasa Arab dengan rata-rata unsur yang dinilai kemampuan sangat baik adalah sebanyak 4 orang atau 40 % dan mahasantri yang kemampuan bahasa Arab dengan nilai rata-rata unsur-unsur yang dinilai baik adalah sebanyak 40 orang atau 4 % dan mahasantri dengan nilai rata-rata unsur-unsur yang dinilai cukup adalah sebanyak 2 orang atau 20 % dan mahasantri yang tidak mampu dengan nilai rata-rata unsure-unsur yang dinilai jelek dan jelek sekali adalah sebanyak 0 orang atau 0 %. Maka, setelah diadakan tes terlihat konstribusi Ma’had Aly dalam meningkatkan kemampuan bahasa Arab mahasantri yaitu: (1) nilai rata-rata kemampuan bahasa Arab mahasantri jurusan Bahasa Sastra Arab dan Pendidikan Bahasa Arab rata-rata adalah baik; (2) mahasantri jurusan Bahasa Sastra Arab dan Pendidikan Bahasa Arab yang tergolong pada kriteria kemampuan jelek dan jelek sekali adalah 0 orang atau 0 %.
Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
KONTRIBUSI MA’HAD ALY 253
Kesimpulan Proses belajar mengajar bahasa Arab di Ma’had Aly lebih sistematis. Hal ini terlihat dari materi dan target pelaksanaan yang jelas, pendekatan yang komprehensif, tujuan dan teknik serta evaluasi yang baik. Pada materi yang diberikan adalah materi dari kitab al-‘Arabiyah baina Yadaika jilid I sampai dengan II dengan target II semester harus selesai yaitu materi kitab jilid I diberikan pada semester I, kitab jilid II diberikan pada semester II, Tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan mahasantri pada empat kompetensi bahasa yaitu maharatul kitabah, maharatul istima’, maharatul qira’ah dan maharatul kalam dengan teknik yang disesuaikan dengan materi, sedangkan evaluasi yang diberlakukan adalah Placement Test dan Tes Tahapan. Data yang diperoleh melalui wawancara, dokumen dan tes menunjukkan kontribusi Ma’had Ali terhadap kemampuan bahasa Arab mahasiswa terutama jurusan Bahasa Sastra Arab dan Pendidikan Bahasa Arab dalam berbahasa Arab, lebih baik jika dibandingkan dengan mahasiswa non ma’had terutama dalam kemampuan komunikasi (maharatul kalam) dan kemampuan membaca (maharatul Qira’ah). Dari hasil dokumentasi yang diperoleh dari nilai Kartu Hasil Studi (KHS) diketahui bahwa Ma’had Aly sangat mendukung proses belajar mengajar di kelas reguler terutama pada empat kompetensi bahasa tersebut. Data tes yang peneliti lakukan terhadap sampel mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab dan Pendidikan Bahasa Arab diperoleh informasi bahwa mahasantri jurusan Bahasa dan Sastra Arab dan Pendidikan Bahasa Arab memiliki kemampuan bahasa Arab yang baik dan tidak ada yang kemampuan bahasanya jelek atau bahkan jelek sekali.
Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012
254 ROSALINDA
DAFTAR PUSTAKA Anonim. Buku Pedoman Akademik Ma’had Al-Jami’ah Al-Aly IAIN STS Jambi 2009. Jambi: Sulthan Thaha Press, 2009. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara, 1989. Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1995. Endraswara. Metode ,Teori, Teknik Peneltian Kebudayaan:Ideologi,epistimologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006. Faisal, Sanapiah. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang: YA3 Malang, 1990. J Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. M. Echol, John dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia, 2003. Keraf, Gorys. Eksposisi dan Deskripsi. Ende Flores: Nusa Indah, 1982. Tampubolon. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efesien. Bandung: Angkasa, 2008.
Media Akademika, Vol. 27, No. 2, April 2012