PROSPEK BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) STUDI KASUS : KECAMATAN CIAMPEA DAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR
IVAN WAHYU HIDAYAT E14104059
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN IVAN WAHYU HIDAYAT. Prospek Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Studi Kasus : Kecamatan Ciampea dan Ciawi, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Dr. Ir. Bahruni, MS. Prospek kegiatan pembudidayaan jamur tiram putih menunjukkan tren positif. Hal tersebut ditandai oleh tingginya permintaan jamur tiram di dalam negeri maupun luar negeri, sedangkan suplai jamur tiram masih rendah. Pada saat ini seiring bertambahnya penduduk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi terkait dengan industri kulinernya, memberikan potensi besar bagi masyarakat dalam berinovasi kuliner, antara lain kuliner dari bahan jamur tiram. Studi kelayakan yang dikaji dalam penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan kegiatan budidaya jamur tiram putih di kecamatan Ciampea dan Ciawi. Berdasarkan hasil analisis finansial nilai NPV pada usaha budidaya jamur tiram di kecamatan Ciampea adalah sebesar Rp. 534.025.601, nilai tersebut memberikan pengertian bahwa usaha budidaya jamur tiram putih selama umur proyek 10 tahun mempunyai prospek menguntungkan. Nilai BCR yang diperoleh sebesar 1,5. Nilai ini merupakan perbandingan antara seluruh manfaat yang diperoleh selama umur proyek dengan seluruh biaya. Nilai BCR 1,5 mengandung pengertian pula bahwa selama umur proyek penerimaan lebih besar dari pada pengeluaran. Nilai IRR yang diperoleh pada usaha budidaya jamur tiram putih ini adalah 104%. Hal ini berarti bahwa usaha budidaya jamur tiram putih ini mampu memberikan tingkat pengembalian atau keuntungan per tahunnya sebesar 104% dari seluruh investasi yang ditanamkan selama sepuluh tahun umur proyek. Hasil analisis finansial pada usaha budidaya jamur tiram di kecamatan Ciawi nilai NPV adalah sebesar Rp. 1.073.313.595. Prospek usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciawi lebih besar dari Kecamatan Ciampea, karena perbandingan skala yang lebih besar. Kelayakan investasi ini juga dilihat dari nilai BCR sebesar 1,4 dan IRR 1.095% yang artinya layak diusahakan. Kata kunci : Jamur Tiram, Budidaya, Studi Kelayakan
SUMMARY IVAN Wahyu Hidayat. The Prospect of White Oyster Mushroom Cultivation (Pleurotus ostreatus) Case Study: SubDistrict Ciampea and Ciawi, Bogor District. Supervised by Dr. Ir. Bahruni, MS. The prospect of white oyster mushroom cultivation activities showed a positive trend. It is characterized by high demand for oyster mushroom in the country and abroad, while the supply of oyster mushrooms is still low. At this time as we get people in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi associated with the culinary industry, providing great potential for the community in culinary innovation, among other culinary ingredient of oyster mushrooms. The feasibility study examined in this study aims to analyze the feasibility of the white oyster mushroom cultivation in the district Ciampea and Ciawi. Based on the results of financial analysis on the NPV value of oyster mushroom cultivation in the district Ciampea was Rp. 534.025.601, the value is to give the sense that the white oyster mushroom cultivation during the project life of 10 years had a lucrative prospect. BCR values obtained at 1,5. This value is the comparison between the benefits gained during the life of the project with the entire cost. BCR value of 1,5 implies also that during the life of the project revenues greater than expenditures. IRR values obtained in the white oyster mushroom cultivation is 104%. This means that the white oyster mushroom cultivation is able to provide the level of return or profit per year, amounting to 104% of all capital invested during the tenyear project life. The results of financial analysis in the oyster mushroom cultivation in the district Ciawi NPV value was Rp. 1.073.313.595. The prospect of white oyster mushroom cultivation in the District Ciawi greater than Ciampea District, due to a larger scale comparison. Feasibility of this investment is also seen from the BCR 1,4 and IRR 1.095% which means the worth the effort. Key words: Oyster Mushrooms, Cultivation, Feasibility Study
PROSPEK BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) STUDI KASUS : KECAMATAN CIAMPEA DAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Oleh : IVAN WAHYU HIDAYAT E14104059
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Prospek Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus), Kecamatan Ciampea dan Ciawi, Kabupaten Bogor” Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor,
Agustus 2011
Ivan Wahyu Hidayat E14104059
LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Prospek
Budidaya
Jamur
Tiram
Putih
(Pleurotus
ostreatus) Studi kasus : Kecamatan Ciampea dan Ciawi, Kabupaten Bogor. Nama
: Ivan Wahyu Hidayat
NIM
: E14104059
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ketua,
Dr. Ir. Bahruni, MS NIP. 19610501 198803 1003
Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1001
Tanggal lulus:
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, atas segala limpahan rahmat-Nya yang memberikan kemudahan kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul “Prospek Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Studi kasus : Kecamatan Ciampea dan Ciawi, Kabupaten Bogor” Ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan, dan do’a sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis mengucapkan terima kasih kepada : Orang Tua yang telah mencurahkan segalanya dan Ana yang sibuk selalu; Dr. Ir. Bahruni, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan nasehat serta waktu yang berharga kepada penulis; Bpk. Soni Trison, S.hut, MSi dan keluarga yang telah memberikan arahan, motivasi, nasehat, waktu dan tempat yang berharga kepada penulis; Staf pengajar beserta tenaga teknis Departemen Manajemen Hutan pada khususnya dan staf pengajar beserta tenaga teknis di Fakultas Kehutanan IPB pada umumnya atas segala bantuan dalam penyelesaian skripsi ini; Rekan-rekan Manajemen Hutan pada khususnya dan rekan-rekan Fakultas Kehutanan pada umumnya atas semangat dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis; Pemilik usaha budidaya jamur tiram atas kesediaannya memberikan waktu dan tempat selama penulis melakukan penelitian; Serta semua pihak yang memberikan support dan do’anya kepada penulis. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, dimana penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kebaikan skripsi ini. Bogor, Agustus 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Salatiga pada tanggal 22 Mei 1987 dari pasangan Teguh Wahyu Y dan Siti Wahyuni. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Umum 1 Depok dan lulus tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) pada Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti organisasi formal maupun nonformal. Pada tahun 2005-2006 penulis aktif mengikuti organisasi “Forest Management Student Club” di Departemen Media Komunikasi dan Hubungan Luar. Penulis juga bergabung dalam bagian Kebijakan Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan. Penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Pengelolaan Hutan (P3H) di Jawa Timur pada tahun 2006, serta Praktek Kerja Lapang di KPH Bandung Selatan, Kabupaten Bandung. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Prospek Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Studi kasus : Kecamatan Ciampea dan Ciawi, Kabupaten Bogor” yang dibimbing oleh Dr. Ir. Bahruni, MS.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ...............................................................................................
i
DAFTAR TABEL .......................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
iv
I PENDAHULUAN .................................................................................... Latar Belakang .................................................................................. Perumusan Masalah ........................................................................... Tujuan ...............................................................................................
1 1 3 5
II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... Definisi Hasil Hutan Bukan Kayu...................................................... Jamur Tiram ...................................................................................... Klasifikasi Jamur Tiram .................................................................... Budidaya Jamur Tiram ...................................................................... Gambaran Umum Usaha Jamur di Indonesia ..................................... Kelayakan Finansial .......................................................................... Analisis Usaha ................................................................................... Analisis Kriteria Investasi ..................................................................
6 6 6 7 7 23 25 25 26
III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... Tempat dan Waktu Pengumpulan Data .............................................. Bahan dan Alat Penelitian ................................................................. Kerangka Pemikiran .......................................................................... Metode Pengumpulan Data ................................................................ Pengolahan Data ................................................................................ Analisis Data ..................................................................................... Analisis Kriteria Investasi.................................................................. Analisis Sensitivitas ..........................................................................
28 28 28 28 30 33 33 34 36
IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih................................. Proses Produksi ................................................................................. Teknis Budidaya Jamur Tiram Putih .................................................. Analisis Finansial ..............................................................................
37 37 38 45 49
V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
61
LAMPIRAN ................................................................................................
62
i
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Jenis Data, Sumber Data, dan Cara Pengambilan Data Untuk Penelitian .......................................................................................... 32 2. Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea .......... 49 3. Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi .............. 50 4. Biaya Tetap Usaha (Tahunan) Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi ......................................................... 51 5. Biaya Variabel Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea ............................................................................................ 52 6. Biaya Variabel Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi................................................................................................. 52 7. Produksi Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi .......................................................................................... 53 8. Penerimaan Dari Hasil Penjualan Jamur Tiram Segar dan Baglog di Kecamatan Ciampea dan Ciawi ......................................................... 54 9. Analisis Kriteria Investasi Pada Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi tahun 2011 ................................... 55 10. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Bahan Baku Serbuk Kayu Sebesar 10%...................................................................................... 56 11. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah Tenaga Kerja dan Buruh Sebesar 15% ........................................................................... 56 12. Analisis Sensitivitas Terhadap penurunan Harga Jual Produk Jamur Tiram dan Baglog Sebesar 15% ......................................................... 57 13. Analisis Kriteria Investasi Pada Usaha Budidaya Jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi Tahun 2011 ...................................... 58
ii
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Kerangka Pemikiran .............................................................................
29
2. Bangunan Kumbung Pemeliharaan di Kecamatan Ciampea ..................
39
3. Rak Tempat Penyimpanan Baglog Jamur di Kecamatan Ciampea .........
40
4. Peralatan Budidaya Jamur Tiram di Kecamatan Ciawi ..........................
41
5. Timbangan Budidaya Jamur Tiram di Kecamatan Ciawi .......................
41
6. Autoklaf yang Sedang Diloading dengan Baglog ..................................
43
7. Alur Teknik Budidaya Jamur Tiram Putih .............................................
45
iii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Cash Flow Pada Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea ............................................................................................
62
2. Cash Flow Pada Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi .................................................................................................
66
iv
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan berhasil meningkatkan perhatian terhadap pemasaran dan pemungutan hasil hutan non kayu sebagai suatu perangkat dalam mengembangkan konsep kelestarian. Hasil hutan non kayu memiliki kontribusi dengan adanya keterkaitan input dan output antar industri, konsumsi, dan investasi. Sehingga hasil hutan non kayu layak dijadikan andalan bagi kehidupan ekonomi di masyarakat sekitar hutan. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah yang baik untuk menaikkan atau mengembangkan nilai guna atau manfaat lebih dari hasil hutan non kayu. Bila melihat potensi sumberdaya alam serta sumberdaya manusia, maka memungkinkan untuk mengembangkan serta meningkatkan kualitas hasil hutan non kayu contohnya berupa tumbuh-tumbuhan. Usaha hasil hutan non kayu dalam ruang lingkup ekonomi masa kini mencakup berbagai macam usaha komersial dengan menggunakan kombinasi dari tenaga kerja, bahan, modal, dan teknologi. Kehutanan menghasilkan berbagai barang dan jasa bagi para produsen melakukan proses produksi serta mendistribusikan produk kepada pengguna atau konsumen. Hasil hutan non kayu merupakan bidang usaha yang cukup potensial bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat, karena usaha ini bisa menyerap tenaga kerja dan memiliki keterkaitan dengan kegiatan usaha lainnya seperti usaha pemasok input produksi (bahan-bahan) dan usaha distribusi barang. Hasil hutan non kayu ada berbagai macam, dimana masing-masing memiliki nilai manfaat yang berbeda-beda. Salah satu hasil hutan non kayu adalah jamur kayu. Tumbuhan jamur pada awalnya kurang begitu diminati masyarakat, bahkan cenderung dipandang sebelah mata. Karena selain hanya tumbuh di hutan tepatnya pada batang kayu, tumbuhan jamur ini juga dipandang tak memiliki gizi maupun nilai ekonomi. Salah satu jamur pangan yang berasal dari hutan adalah jamur tiram (Pleurotus ostreatus) yang menjadi salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Serat kayu mempunyai kandungan selulosa, hemi-selulosa dan
1
lignin, yang juga senyawa karbohidrat majemuk yang sulit terurai. Namun oleh berbagai jenis jamur kayu sebagai tanaman tingkat rendah yang bersifat saprofit maka senyawa itu dapat terurai dan termakan oleh miselium jamur. Berbagai jenis jamur kayu bermanfaat sebagai sayuran bernilai gizi tinggi dengan kolesterol rendah. Jamur tiram termasuk salah satu jenis jamur yang tidak mengandung kolesterol, menurut Suriawiria 2001, keunggulan jamur tiram ini adalah : a) Berkhasiat untuk kesehatan dimana kandungan protein nabatinya yang tidak mengandung kolesterol, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit darah tinggi, penyakit jantung, mengurangi berat badan, obat diabetes, obat anemia dan sebagai obat anti tumor (Suriawiria, 2001). Protein nabati yang terdapat dalam jamur hampir sebanding atau relatif lebih tinggi dibandingkan protein sayuran, dan memiliki kandungan lemak yang rendah dibandingkan daging sapi demikian juga kalorinya. b) Jamur tiram dapat diproduksi sepanjang tahun. c) Budidaya jamur tiram tidak menggunakan bahan kimia atau pupuk anorganik sehingga tidak merusak lingkungan. d) Dilihat dari segi teknik budidayanya, jamur tiram dapat dibudidayakan dengan mudah karena Indonesia memiliki potensi wilayah yang menunjang perkembangan jamur tiram tersebut. Pengembangan jamur tiram oleh masyarakat dapat dilakukan dengan pengambilan bibit di hutan yang kemudian dilakukan penangkaran untuk selanjutnya dibudidayakan pada media buatan yang mempunyai kandungan hara menyerupai media tumbuh asalnya yaitu kayu. Selain melalui penangkaran, bibit jamur juga bisa didapat melalui pembelian bibit jamur secara langsung oleh masyarakat. Jamur tiram bentuknya seperti tiram dengan beberapa jenis warna, tetapi yang paling disukai konsumen jamur tiram putih. Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi hanya mampu memasok 0,9% saja dari pasar jamur dunia, angka tersebut sangat kecil jika dibanding dengan China yang memasok 33,2% pasar jamur dunia dikutip dari situs kapalagi.com. Bila melihat dari minimnya pasokan jamur tiram dibandingkan dengan jumlah permintaannya, maka usaha budidaya jamur tiram merupakan kegiatan yang potensial untuk dikembangkan. Jamur tiram memiliki peranan yang cukup penting dalam memenuhi kebutuhan ekspor maupun domestik. Prospek pengembangan budidaya jamur tiram di Indonesia cukup
2
prospektif. Hal ini didukung oleh adanya lahan potensial dan agroklimat yang cocok, serta tersedianya sumberdaya manusia yang cukup. Pada saat ini seiring bertambahnya populasi penduduk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi terkait dengan industri kulinernya, hal ini memberikan potensi besar bagi masyarakat dalam berinovasi kuliner, salah satunya adalah membuat kuliner dari bahan jamur tiram. Walaupun masyarakat umum masih asing dengan jamur tiram seperti halnya jamur kuping (Auricularia spp.) atau jamur merang (Volvariella volvaceae), akan tetapi saat ini produk jamur tiram sudah mulai marak dijumpai baik dalam bentuk segar ataupun olahan di pasar-pasar tradisional dan pasar-pasar modern (swalayan dan supermarket). Produk ini salah satunya dipasok oleh petani-petani jamur tiram dari berbagai daerah di wilayah Bogor. Dalam kaitannya dengan pengelolaan hutan, usaha budidaya jamur tiram memiliki peluang untuk dikembangkan oleh masyarakat sekitar hutan dengan bantuan dari pihak pengelola hutan. Hal ini ditunjang dengan ketersediaan bahan baku untuk substrat media tumbuh yaitu serbuk kayu gergajian yang cukup melimpah di dalam atau di sekitar hutan serta di lokasi pabrik penggergajian. Kemajuan dalam usaha budidaya ini akan tercapai apabila teknik budidaya jamur dilakukan secara modern dan memperbesar skala usaha. Seiring
dengan
semakin
berkembangnya
usaha
jamur,
maka
pengembangan penelitian jamur juga perlu ditingkatkan terutama bagi negaranegara berkembang yang masih melakukan sistem budidaya secara konvensional, terkait dengan upaya peningkatan produksi di negara-negara tersebut. Hal ini ditunjang dengan ketersediaan bahan baku untuk substrat media tumbuh yaitu serbuk kayu gergajian cukup melimpah khususnya wilayah Bogor dan sekitarnya. Kemajuan dalam usaha budidaya ini akan tercapai apabila teknik budidaya jamur dilakukan secara modern dan memperbesar skala usaha. Perumusan Masalah Setiap
usaha
yang
dijalankan
pada
umumnya
memiliki
tujuan
memaksimalkan keuntungan dengan biaya tertentu atau meminimalkan biaya dengan keuntungan tertentu. Dalam mencapai tujuan tersebut, petani jamur tiram
3
dihadapkan pada berbagai kendala diantaranya adalah produktivitas yang rendah, terbatasnya kemampuan petani, modal yang sedikit, serta ilmu menghitung aspek keuangan yang kurang. Sebagian besar usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan petani mengalami keterbatasan dalam faktor-faktor produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani jamur tiram adalah bibit, serbuk kayu, bekatul, kapur, kapas, karet, plastik, cincin, minyak tanah, dan tenaga kerja. Studi kelayakan pada hakekatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan (Suad & Suwarsono, 2000). Maksud diadakannya studi kelayakan adalah untuk menganalisis terhadap suatu proyek tertentu, baik proyek yang akan dilaksanakan, sedang dan selesai dilaksanakan untuk bahan perbaikan dan penilaian pelaksanaan proyek tersebut. Adapun kriteria dari kelayakan adalah apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk diusahakan seperti : modal yang digunakan, daerah yang akan digunakan untuk melakukan usaha, komoditas yang digunakan, kualitas dari komoditas yang akan diusahakan serta teknologi yang digunakan. Modal ternyata bukanlah satu-satunya kunci sukses untuk melakukan kegiatan usaha. Kreativitas, kemampuan menangkap peluang usaha, dan keuletan adalah kunci yang lebih utama. Sebab kreativitas mampu melahirkan berbagai alternatif yang tidak terpikirkan oleh mereka yang tidak kreatif. Menghitung kelayakan usaha penting juga untuk pertimbangan pihak penyandang dana atau bank untuk menilai layak tidaknya diberikan pinjaman dana atas usaha yang akan didirikan. Materi dari suatu kelayakan usaha pada prinsipnya memuat empat aspek, yaitu aspek pemasaran, aspek teknis, aspek yuridis, dan aspek keuangan. Untuk meningkatkan produktivitas jamur tiram maka permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah hubungan antara jumlah produksi dengan biaya produksi dan harga jual, serta kelayakan usahatani jamur tiram yang dinilai dari aspek finansialnya. Analisis disini diperlukan untuk menentukan apakah usaha yang dilakukan sekarang cukup layak, dalam arti secara finansial menguntungkan dan memiliki pasar.
4
Hasil studi kelayakan merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang terlibat langsung maupun muncul diakibatkan adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya usaha tersebut. Dalam pengkajian aspek finansial diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan usaha. Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui pola dan proses produksi usaha jamur tiram. 2. Mengetahui kelayakan usaha jamur tiram dari aspek finansialnya.
Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi petani yang bersangkutan, dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk dapat meningkatkan produksi dan pendapatan. 2. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan tentang budidaya jamur tiram dengan limbah kayu dalam hal pengusahaannya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hasil Hutan Bukan Kayu Istilah Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah semua keanekaragaman biologi selain kayu yang digali dari hutan untuk keperluan manusia. The Expert Consultation on Non Wood Forest Product (1998) dalam Sofyan (2000), menyatakan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebagai bahan yang diambil dari hutan selain dari kayu dengan ragam bentuk dan sifat yang sangat luas. Pengertian Hasil Hutan Bukan Kayu yang dipakai di lingkungan kehutanan mencakup semua benda biologis termasuk jasa yang berasal dari hutan atau lahan sejenis di luar kawasan hutan dan tidak termasuk kayu dalam berbagai bentuk (www.google.com, 15/05/2010). Jamur Tiram Jamur tiram atau jamur tiram putih adalah jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem. Tubuh buah memiliki batang yang berada dipinggir (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii atau King Oyster Mushroom (Suriawiria, 2001). Tubuh buah mempunyai tudung yang berubah dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih dengan permukaan yang hampir licin dengan diameter 5 - 20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Spora berbentuk batang berukuran (8 - 11) × (3 - 4) µm. Miselium berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat. Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang. Pembudidayaan jamur tiram biasanya dilakukan dengan media tanam serbuk gergaji. Selain campuran pada berbagai jenis masakan, jamur tiram merupakan bahan baku obat statin. Jamur tiram diketahui membunuh dan
6
mencerna nematoda yang kemungkinan besar dilakukan untuk memperoleh nitrogen. Klasifikasi Jamur Tiram Menurut sistematika secara taksonominya, klasifikasi jamur tiram putih, yaitu: Kerajaan
: Fungi
Filum
: Basidiomycota
Kelas
: Homobasidiomycetes
Ordo
: Agaricales
Famili
: Agaricaceae
Genus
: Pleurotus
Spesies
: Pleurotus ostreatus Budidaya Jamur Tiram
Jamur merupakan tanaman yang berinti, berspora, tidak berklorofil berupa sel atau benang-benang bercabang. Karena tidak berklorofil, kehidupan jamur mengambil makanan yang sudah dibuat oleh organisme lain yang telah mati (Suhardiman, 1989). Jamur tiram bila kita budidayakan akan mendapat manfaat berganda. Selain rasanya lezat mengandung gizi yang cukup besar manfaatnya bagi kesehatan manusia sehingga jamur tiram dapat dianjurkan sebagai bahan makanan bergizi tinggi dalam menu sehari-hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pakar jamur di Departemen Sains Kementrian Industri Thailand bebarapa zat yang terkandung dalam jamur tiram atau Oyster mushroom adalah protein 5,94%; karbohidrat 50,59%; serat 1,56%; lemak 0,17% dan abu 1,14%. Selain kandungan ini, setiap 100 gr jamur tiram segar ternyata juga mengandung 45,65 kalori; 8,9 mg kalsium: 1,9 mg besi; 17,0 mg fosfor. 0,15 mg vitamin B1; 0,75 mg vitamin B2 dan 12,40 mg vitamin C. Dari hasil penelitian kedokteran secara klinis, para ilmuwan mengemukakan bahwa kandungan senyawa kimia khas jamur tiram berkhasiat mengobati berbagai penyakit manusia seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kelebihan kolesterol, anemia, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio dan influenza serta kekurangan gizi.
7
Dilihat dari aspek kesehatan, jamur tiram merupakan bahan pangan bergizi berkhasiat obat yang lebih murah dibandingkan obat modern. Secara ekonomis merupakan komoditas yang tinggi harganya dan dapat meningkatkan pendapatan petani serta dapat dijadikan makanan olahan untuk konsumsi dalam upaya peningkatan gizi masyarakat. Berikut gambaran secara umum untuk melakukan kegiatan budidaya jamur tiram, antara lain: Tempat tumbuh Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Tempat tumbuh jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu dan mengambil bahan organik yang ada didalamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun lancip atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan miselium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain. Dalam meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur sebagai sumber mineral dan pengatur pH meter. Campuran bahan-bahan tersebut yang dijadikan sebagai media perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60 - 65% dengan menambah air bersih agar miselia
8
jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik. Penambahan air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi dengan mikroorganisme. Tingkat keasaman (pH) Pertumbuhan jamur tiram dipengaruhi oleh tingkat keasaman medianya. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. Bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mengganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur. Suhu udara Dalam budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang sangat penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 280C dengan kelembaban 60 - 70% dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 220C. Cahaya Miselium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar, sebaiknya selama masa pertumbuhan miselium ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat intensitas penyinaran 60 - 70% cahaya. Sarana Produksi Budidaya Jamur Tiram Putih Sarana produksi yang diperlukan dalam usaha budidaya jamur tiram putih, yaitu bangunan, rak bambu, peralatan dan bahan-bahan, baik bahan baku maupun bahan tambahan.
9
·
Bangunan Budidaya jamur tiram putih secara komersil memerlukan beberapa
bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya. Bangunan yang diperlukan terdiri dari ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang penanaman dan ruang pembibitan. Bangunan tersebut dibuat dari kerangka kayu dengan dinding dari anyaman bambu dan atapnya dari genteng. Dinding bangunan dibuat dari anyaman bambu dengan tujuan memperkecil biaya bangunan, disamping pembuatannya yang mudah, anyaman bambu ini sangat baik dalam pengaturan suhu dan kelembaban ruangan, karena memberikan sirkulasi udara yang baik dari ventilasi anyaman serta dengan masuknya angin melalui jaringan anyaman, dapat mempercepat perkembangan spora jamur. Bangunan ini dapat dipergunakan unutuk jangka waktu 10 tahun. ·
Rak-Rak Bambu Ruangan inkubasi dan penanaman terdiri dari 15 rak yang tersusun dalam
dua baris dan pada masing-masing barisnya terdapat empat tingkat rak bendeng. Ukuran unit rak berukuran 20 cm x 100 cm dan tinggi 200 cm, setiap ruangan rak setinggi 50 cm ke arah vertikal diberi penyekat bambu. Pada ruangan rak tersebut log disusun dengan posisi bertumpuk vertikal sampai memenuhi ruangan dan di bawah kaki rak-rak bambu dipasang wadah atau kaleng berisi air untuk menghindari masuknya semut. ·
Peralatan Peralatan dalam budidaya jamur tiram putih pada umumnya menggunakan
alat-alat sederhana yang mudah diperoleh. Fungsi dari beberapa peralatan budidaya jamur tiram putih diantaranya, yaitu : ·
Jarum Inokulasi Jarum inokulasi digunakan untuk menginokulasi miselium jamur ke
media, maksudnya mengambil potongan agar-agar yang telah ditumbuhi miselium dan memindahkannnya ke media agar-agar.
10
·
Sprayer Sprayer digunakan untuk menyemprotkan alkohol 70% ke dalam ruangan
agar ruangan menjadi steril. Penyemprotan ini dilakukan satu jam sebelum melakukan inokulasi. ·
Timbangan Timbangan 150 kg digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang akan
digunakan untuk pembuatan media tanam atau media bibit jamur, sedangkan timbangan 2 kg digunakan untuk menimbang hasil panen jamur. ·
Alkohol 70% Alkohol ini digunakan untuk pekerjaan aseptik, misalnya mencelupkan
jarum inokulasi, selain itu digunakan untuk mensterilkan tangan yang akan melakukan pekerjaan inokulasi. ·
Saringan Pengayak Saringan pengayak digunakan untuk mengayak serbuk gergaji agar
seragam ukurannya dan tidak tercampur dengan bahan ikutan lainnya seperti kayu atau kerikil. Saringan ayakan dapat dibuat dengan menggunakan kawat ayakan berukuran kira-kira 0,5 cm dengan panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter. ·
Autoklaf Autoklaf digunakan untuk mensterilkan media. Contoh bahan-bahan yang
dapat disterilkan dengan autoklaf adalah kapas, sumber karet, serbuk kayu, baglog, media bibit dan botol bibit. Kapasitas autoklaf yang digunakan adalah 500 baglog. ·
Termometer Alat ini mempunyai fungsi untuk mengukur suhu udara di dalam bangunan
atau kumbung jamur. ·
Higrometer Alat ini digantung dalam ruangan dan digunakan untuk mengukur
kelembaban ruangan penanaman atau ruang inkubasi.
11
·
Bahan-bahan Bahan-bahan untuk budidaya jamur tiram putih yang perlu dipersiapkan
terdiri dari bahan baku dan bahan tambahan. ·
Bahan baku Serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur tiram
mengandung sejumlah unsur, diantaranya ada yang bermanfaat bagi pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat. Unsur yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur tiram putih antara lain karbohidarat, lignin dan serat, sedangkan faktor yang menghambat antara lain getah dan zat ekstratif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu, serbuk kayu yang digunakan untuk budidaya jamur tiram putih sebaiknya berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami. Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu adalah sebagai berikut : -
Serbuk kayu yang tidak tercampur dengan bahan bakar, contohnya : oli, solar, minyak dan lain-lain.
-
Serbuk kayu harus berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung getah.
-
Serbuk kayu harus baru dan kering. Serbuk kayu sebagai bahan baku substrat, setiap harinya digunakan
sebanyak 12 karung atau 200 kg dalam keadaan kering, dan dapat menghasilkan sekitar 500 baglog tanam. Pemasukan serbuk kayu dilakukan dengan sistem pemesanan langsung dengan harga per karung adalah Rp 1.500. ·
Bahan tambahan
Bekatul Bekatul merupakan sumber vitamin terutama vitamin B kompleks yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan miselium serta untuk pertumbuhan tubuh buah jamur. Bekatul yang akan dipakai sebagai media tanam harus yang berkualitas baik artinya bekatul tersebut tidak boleh bercampur dengan sekam atau kulit padi dan tidak boleh beku atau yang berwarna hitam. Apabila
12
bekatul tersebut kurang baik mutunya maka hal ini dapat menurunkan tingkat produktifitas jamur. Bekatul yang diperlukan untuk 500 baglog tanam adalah 30 kg, dengan harga Rp 1.000 per kg. Kapur Kapur digunakan untuk mengatur pH media. Disamping itu, kapur juga sebagai sumber kalsium (Ca). Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat. Banyaknya kapur digunakan adalah 4 kg untuk produksi 500 baglog tanam per hari per sekali proses budidaya dengan harga kapur Rp 500 per kg. Unsur kalsium dan karbon digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur tiram putih bagi pertumbuhannya. Gips Gips digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk memperkokoh media. Dengan kondisi yang kokoh maka diharapkan media tidak mudah rusak. Gips yang diperlukan untuk 500 baglog tanam adalah 1 kg. Harga gips Rp 2.000 per kg. Proses Budidaya Jamur Tiram Putih Keberhasilan budidaya jamur tiram putih ditentukan oleh proses budidaya yang dilakukan. Proses budidaya jamur tiram putih mulai dari persiapan sampai pemanenan membutuhkan 40 - 60 hari. Berapa tahapan proses budidaya jamur tiram putih yang dilakukan, yaitu : Ruang persiapan Ruang atau bangunan persiapan digunakan untuk persiapan pembuatan media tanam. Kegiatan yang dilakukan pada ruang persiapan antara lain : kegiatan pengayakan serbuk kayu, penimbangan serbuk kayu, perendaman serbuk kayu, penirisan serbuk kayu, pencampuran media, pengomposan media, pengantongan media, sterilisai media dan pendinginan media. Ruang persiapan dapat digunakan pula sebagai tempat untuk menyimpan bahan baku dan bahan tambahan apabila skala produksi usaha tidak terlalu besar. Ukuran ruangan 6 m x 5 m x 5 m. Persiapan media merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan sebelum dimulainya pembuatan media tumbuh. Pada ruang persiapan dilakukan kegiatan 13
yang meliputi penyediaan bahan baku, yaitu sebuk kayu dan bahan tambahan persiapan media tanam seperti bekatul, kapur dan gips yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Selain itu, persiapan alat atau sarana kerja juga perlu dilakukan. Komposisi media tanam yang harus dipersiapkan dan digunakan adalah sebagai berikut : -
Serbuk gergaji
: 199,6 kg dalam keadaan serbuk bersih
-
Bekatul (dedak)
: 30 kg
-
Kapur ( CaCO3)
: 4 kg
-
Gips ( CaSO4)
: 1 kg
Setelah semuanya siap maka segera dibuat rencana kegiatan produksi untuk media tanam yang meliputi : ·
Pengayakan serbuk gergaji Pada prinsipnya pengayakan dilakukan untuk memisahkan serbuk gergaji
dari sampah kulit kayu dan potongan kulit kayu yang tidak berguna, bahkan sampah tersebut dapat merusak kantong plastik dan mengakibatkan kontaminasi. Dalam hal ini, ukuran ayakan yang digunakan sama dengan dengan ukuran dalam mengayak pasir. Kawat ayakan yang digunakan berukuran kira-kira 0,5 cm dengan panjang 1,5 m dan lebar 1 m. Pengayakan dilakukan secara manual oleh satu orang tenaga manusia. Lama pengayakan serbuk gergaji adalah 1 - 2 jam untuk 12 karung atau 200 kg dengan limbah 0,4 kg, sehingga menghasilkan 199,6 kg serbuk gergaji bersih untuk 500 baglog tanam. Adapun manfaat dari pengayakan adalah untuk mendapatkan keseragaman ukuran serbuk gergaji sehingga pada saat dilakukan pencampuran dengan bahanbahan lainnya dapat merata dan penyebaran miselia pada media tanam substrat setelah diinokulasi diharapkan lebih sempurna. ·
Penimbangan Penimbangan dilakukan dengan tujuan mendapatkan komposisi yang tepat
dari beberapa bahan-bahan yang akan disiapkan untuk pembuatan media tanam, apabila penimbangan tersebut tidak tepat, maka berdampak pada pertumbuhan dan kualitas jamur yang tidak normal. Jenis timbangan yang dipakai adalah timbangan 150 kg. 14
·
Perendaman Kegiatan perendaman serbuk gergaji mempunyai maksud tujuan untuk
menghilangkan zat-zat penghambat pertumbuhan miselium seperti getah, minyak dan lain-lain. Fungsi lain dari perendaman ialah serbuk gergaji menjadi bersih dan lebih lunak serta kandungan kadar airnya lebih stabil. Sebelum melakukan perendaman, bak perendaman terlebih dahulu dibersihkan dari debu, lumut, dan kotoran-kotoran lainnya guna menjaga tidak tercemarnya air yang digunakan untuk merendam serbuk gergaji. Perendaman dilakukan dengan cara serbuk gergaji dimasukkan ke dalam karung terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kehilangan serbuk gergaji selama perendaman. Kemudian serbuk gergaji direndam dalam bak air yang bersih dan ditindih dengan pemberat. Apabila tidak digunakan pemberat, maka serbuk gergaji tersebut akan mengapung. Perendaman dilakukan selama 24 jam. ·
Penirisan Setelah waktu perendaman selesai, selanjutnya dilakukan penirisan dengan
cara meletakkan karung berisi sebuk gergaji yang telah direndam di atas para-para agar air yang berlebihan dalam serbuk gergaji tersebut tuntas (tidak banyak menetes). Kadar air yang berlebihan diatas 60% dapat mengakibatkan kontaminasi atau pembusukan media. Selain itu apabila media tanam terlalu basah karena kadar air terlalu tinggi, maka dapat menghambat pertumbuhan miselium. ·
Percampuran Media Tujuan dari fungsi pencampuran media yaitu agar pencampuran komposisi
media tanam yang terdiri dari serbuk gergaji + bekatul + kapur (CaCO3) + gips (CaSO4) dapat teraduk merata. Sebelum melakukan kegiatan ini lantai yang akan digunakan untuk pencampuran media tanam harus dibersihkan dahulu agar terhindar dari mikroorganisme pengganggu dan debu. Cara pencampuran media yang dilakukan adalah sebagai berikut: ½ bagian serbuk gergaji dicampur dengan bekatul + kapur + gips diaduk sampai merata dengan menggunakan sekop. Setelah itu hasil pencampuran tersebut dicampur
15
dengan ½ bagian sisa serbuk gergaji yang lain, kemudian ditambah dengan air bersih. Penambahan air dihentikan pada saat kadar air media telah tercukupi, dimana jika media dikepal dengan tangan akan terbentuk gumpalan yang tidak mudah pecah. ·
Pengomposan Pengomposan dilakukan dengan cara menekan campuran serbuk gergaji,
kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik selama satu hari. Proses pengomposan yang baik ditandai dengan kenaikan suhu menjadi sekitar 50 °C. Semakin tinggi suhu dan kelembaban saat pengomposan berlangsung akan mempercepat proses fermentasi media. Tujuan dari pengomoposan ialah untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dalam bahan-bahan dengan bantuan mikroba sehingga diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Senyawasenyawa yang lebih sederhana akan lebih mudah dicerna oleh jamur tiram putih sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur tiram putih lebih baik. ·
Pengantongan Media Media hasil pengomposan dimasukkan ke dalam kantong plastik
polipropilen (pp) ukuran 18 cm x 30 cm, dengan ketebalan 0,5 - 0,6 mm, diameter kantong 15 cm dan tinggi kantong 20 cm. Penggunaan kantong plastik dimaksud untuk menjaga kondisi lembab media dan memudahkan penanganan media selama pertumbuhan. Pemilihan kantong plastik berwarna putih bertujuan untuk mempermudah melihat pertumbuhan miselium. Kantong plastik yang terlalu tipis mudah pecah saat pengantongan, sedangkan kantong plastik yang terlalu tebal mempersulit pengantongan. Adapun prosedur media yaitu sebagai berikut : -
Media dimasukkan ke dalam kantong plastik sedikit demi sedikit sambil dipadatkan, apabila media di dalam kantong plastik tidak padat, maka pertumbuhan bibit atau miselium tidak merata. Media yang dimasukkan ke setiap kantong plastik sebanyak 1,3 kg. Cara memadatkan media tersebut secara normal, yaitu ditumbuk dengan botol atau alat lainnya.
-
Setelah log media dipadatkan, bagian atasnya diberikan cincin leher dan disumbatkan dengan kapas serta ditutup dengan potongan kertas koran yang diikat dengan karet gelang. Dengan demikian bungkusan akan menyerupai
16
botol. Perlakuan tersebut sangat berguna agar pada saat penyeterilan dilakukan, log tersebut tidak kemasukan air. ·
Sterilisasi Log media tanam yang akan ditanam bibit jamur harus disterilkan terlebih
dahulu. Sterilisasi dilakukan pada suhu 80 - 90 °C selama delapan jam. Untuk melakukan sterilisasi media digunakan alat pengukus, yaitu autoklaf yang dapat menampung kurang lebih 500 baglog, yang sedikit dimodifikasi dengan menambahkan bambu sebagai pembatas antara air dengan tempat media. Penyusunan baglog di dalam autoklaf dibuat bertingkat dalam posisi tidur sampai memenuhi autoklaf dan ditutup dengan plastik supaya uap panas tidak keluar. Tujuan dari sterilisasi adalah untuk membebaskan kontaminasi, yaitu mematikan jasad hidup atau bibit jamur liar yang dapat mengganggu pertumbuhan miselium. Akibat dari kurang baiknya sterilisasi dapat menyebabkan kegagalan sekitar 30% pada media tanam. Adapun sebab-sebab kegagalan dalam sterilirsasi, yaitu: -
Tekanan uap air panas tidak tercapai. Kondisi ini dapat disebabkan oleh nyala api kompor yang tidak konstan atau stabil, serta dapat juga disebabkan oleh uap panas yang tidak merata karena penyusunan log dalam autoklaf terlalu padat. Oleh karena itu kompor harus selalu dibersihkan dan wadah minyak harus diperhatikan.
-
Waktu pemanasan terlalu singkat yakni kurang dari 8 jam sehingga spora jamur liar yang ada di dalam media tanam tidak mati. Selain itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menekan kegagalan
adalah : -
Bahan untuk pembuatan log tanam harus terbebas dari benda asing
-
Autoklaf harus sterilisasi dan dapat menghasilkan uap air panas dengan temperatur atau tekanan yang sesuai dengan kebutuhan.
·
Pendinginan Media Sebelum dilakukan pemberian bibit atau inokulasi, media yang telah
disterilisasi harus didinginkan terlebih dahulu sekitar 8 - 12 jam. Pendinginan
17
dilakukan hingga suhu mencapai 35 - 40 °C. Apabila suhu media terlalu tinggi, maka bibit yang ditanam akan mati karena kepanasan. Ruang Pembibitan Ruang pembibitan adalah ruangan yang khusus digunakan untuk proses produksi bibit. Ruang ini digunakan bila produksi sudah besar. Ruangan ini seklaigus dijadikan sebagai tempat penyimpanan bibit-bibit jamur yang dibentuk dalam
kemasan
botol.
Menyediakan
ruangan
pembibitan
yang
diatur
kebersihannya sedemikian rupa sehingga terbebas dari kontaminan. Ruang Inokulasi Ruang Inokulasi adalah ruang yang digunakan untuk kegiatan menanam bibit pada media tanam. Ruang inokulasi harus mudah dibersihkan dan disterilkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh mikroba lain. Pada ruang inokulasi diusahakan tidak banyak terdapat ventilasi yang terbuka lebar. Ventilasi sebaiknya dipasang filter atau saringan dari kawat kassa atau kassa plastik. Hal ini untuk menghindari serangga dan debu yang terlalu banyak yang dapat meningkatkan kontaminan atau adanya mikroba lain. Ruang inokulasi tersebut berukuran 2,5 m x 3 m x 5 m dan digunakan untuk inokulasi media tanam dan bibit jamur. Ruang inokulasi termasuk sangat sederhana dan memiliki luasan yang kecil. Jumlah pekerja yang melakukan inokulasi bibit sebanyak 2 - 3 orang. Secara keseluruhan ruangan dilapisi dengan kassa plastik yang dipasang pada bambu-bambu pembatas ruangan sehingga kelembaban ruangan berkisar 80 90%. Hal-hal yang mutlak harus dipersiapkan dan diperhatikan untuk keberhasilan kegiatan inokulasi tersebut adalah sebagai berikut : ·
Kondisi ruangan Persyaratan yang harus dipenuhi untuk ruang inokulasi yaitu : a. Harus ruang khusus atau tersendiri. b. Terbuat dari tembok dengan lantai keramik. c. Ruangan harus selalu bersih dari debu dan kotoran.
18
d. Ruangan harus steril dengan cara menyemprotkan alkohol 70% dengan menggunakan alat sprayer. Kemudian dengan ruangan tersebut ditutup rapat selama satu jam sebelum dipakai. ·
Alat-alat Kerja Semua peralatan kerja yang diperlukan seperti sendok, alat penusuk dan
jarum inokulasi harus disterilkan dengan cara direbus ke dalam air mendidih dan pada saat akan dipakai harus disemprot dengan alkohol 70%. Kemudian dibakar beberapa saat di atas lampu spiritus. ·
Tenaga Pelaksana Karyawan yang menangani pekerjaan inokulasi harus berpengalaman dan
menguasai teknik inokulasi serta harus dalam kondisi sehat, bila sedang bekerja harus selalu menjaga kebersihan tangan dan pakaian serta memakai masker. ·
Bibit Kualitas bibit merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya jamur tiram
putih. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jamur tiram putih adalah sebagai berikut : -
Bibit berasal dari strain atau varietas unggul.
-
Umur bibit optimal 45 - 60 hari.
-
Warna bibit merata.
-
Bibit tidak terkontaminasi.
-
Tubuh buah jamur belum tumbuh. Setelah semua persyaratan untuk inokulasi dipenuhi, selanjutnya kegiatan
penginokulasian dapat dilakukan secara aseptik (suci hama) agar hasil pembibitan tidak terkontaminasi oleh mikroba perusak. Teknik inokulasi yang dilakukan adalah dengan cara taburan, yaitu siapkan media tanam yang akan diinokulasi. Suhu media tanam tidak boleh lebih dari 35 °C, agar bibit yang ditanam tidak mati. Sterilkan alat inokulasi atau sendok dan peralatan lainnya dengan cara mencelupkan ke dalam alkohol 70% dan membakarnya di atas nyala lampu spiritus. Buka media tanam pada bagian atas yang terdapat cincin leher dan taburkan bibit ke dalam permukaan media sebanyak dua sendok makan. Pasang
19
cincin yang terbuat dari plastik kemudian disumpal dengan kapas, kemudian ditutup dengan kertas koran dan diikat dengan karet gelang. Log media tanam yang sudah diberi bibit dipindahkan ke inkubasi. Ruang Inkubasi Ruang inkubasi adalah ruang yang digunakan untuk menumbuhkan miselium jamur tiram putih pada media tanam yang sudah diinokulasi. Ruang inkubasi biasa disebut dengan ruang spawning. Ruang inkubasi tidak boleh terlalu lembab karena pada masa kegiatan tersebut media tanam masih berada dalam keadaan tertutup kantong plastik sehingga kelembaban berasal dari substrat itu sendiri, bukan dari lingkungan. Suhu ruang inkubasi berkisar antara 22 - 28 °C dengan tingkat kelembaban 60 - 80%. Ruang ini dilengkapai dengan rak-rak inkubasi untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastik yang sudah diinokulasi. Rak-rak inkubasi dibuat berjejer dan saling berhadapan dengan maksud tujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan ruangan sehingga dapat memuat media maksimum 8.000 baglog. Ukuran ruang inkubasi 11 m x 6 m x 5 m. Masa inkubasi adalah 3 - 4 minggu yang ditandai dengan tumbuhnya miselia yang tampak putih merata menyeliputi seluruh bagian log media tanam. Penempatan media inkubasi dibuat rak-rak bambu yang terletak berjejer sehingga dapat dimanfaatkan secara efesien. Ruang Penumbuhan Ruang penumbuhan atau sering disebut juga ruang growing digunakan untuk menumbuhkan jamur tiram putih. Ruang ini dilengkapi dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot atau pengabut yang dipasang pada rak penanaman ataupun pengabut yang terpisah dari rak. Pengabut tersebut berfungsi untuk menyemprotkan air sehingga ruangan dapat diatur dalam kondisi optimal, suhu ruangan 16 - 22 °C dengan tingkat kelembaban 80 - 90%. Ruang penumbuhan ini berukuran 14 m x 14 m x 5 m dan dapat memuat media dengan kapasitas maksimum 12.000 baglog. Pada umunya ruang inokulasi, inkubasi dan penanaman dibuat berdekatan satu sama lain.
20
Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh miselia jamur, setelah berumur 40 - 60 hari sudah siap untuk dilakukan penumbuhan. Penumbuhan dilakukan dengan cara membuka plastik media tumbuh yang sudah dipenuhi miselia tersebut. Pada prinsipnya pembukaan media adalah bertujuan memberikan O2 yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur. Dengan O2 yang cukup, maka dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh buah dengan baik. Pembukaan media dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan menyobek plastik media di bagian atas atau dengan hanya membukanya saja. Satu atau dua minggu setelah media dibuka, biasanya akan tumbuh tubuh buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut selanjutnya dibiarkan selama 2 - 3 hari atau sampai tercapai pertumbuhan yang optimal yaitu cukup besar, tetapi belum mekar penuh. Kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh buah pada jamur kayu adalah pada suhu 16 - 22 °C dengan kelembaban 80 - 90%. Media tanam dan tubuh buah jamur disiram 2 - 3 kali sehari tergantung kondisi ruangan. Apabila suhu terlalu tinggi dan kelembaban terlalu rendah (biasanya terjadi pada musim panas), maka perlu dilakukan penyiraman air lebih banyak. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprayer. Setelah selesai penyiraman, air sisa penyiraman dibersihkan untuk mencegah kemungkinan timbulnya hama dan penyakit. Penyakit yang sering menyerang miselium adalah penyakit oncom dengan ciri-ciri berwarna merah muda dan bersifat mudah menyebar serta mematikan perambatan miselium jamur. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyemprotkan bahan kimia “Dithane“ ataupun minyak tanah. Setelah selesai penyemprotan fungisida maka semua media tanaman tersebut langsung dipisahkkan untuk dibakar supaya spora oncom tidak menyebar ke media lainnya. Sedangkan hama yang sering menyerang tubuh buah jamur di ruang penanaman adalah serangga dan ulat. Pengendalian dilakukan dengan melakukan perendaman kemudian mengeringkannya. Pengendalian hama ini tidak dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida karena dapat merusak kualitas tubuh buah jamur yang dipanen. Pemeliharaan yang teratur akan menghasilkan tubuh buah yang bagus.
21
Selain itu, kualitas penumbuhan jamur tiram putih juga dipengaruhi oleh kinerja pemanenan, karena hasil panen yang baik akan meningkatkan kualitas jamur. Untuk itu pemanenan jamur tiram putih yang akan dilakukan harus mempertimbangkan beberapa hal berikut : ·
Penentuan Saat Panen Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur tiram putih mencapai tingkat
yang optimal, yaitu cukup besar, tetapi belum mekar penuh. Pemanenan ini biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur atau primordial. Pada saat itu, ukuran jamur tiram putih sudah cukup besar dengan diameter rata-rata 5 - 10 cm. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegaranya dan mempermudah pemasarannya. Setiap log jamur tiram putih dapat dipanen 1 - 8 kali pemanenan. ·
Teknik Pemanenan Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumput jamur tiram
putih yang ada. Pemanenan tidak dapat dilakukan dengan cara hanya memotong cabang jamur tiram putih yang ukurannya besar saja, sebab dalam satu rumpun jamur tiram putih mempunyai stadia yang sama. Oleh karenanya, apabila pemanenan hanya dilakukan pada jamur tiram putih yang ukurannya besar saja maka jamur tiram putih yang berukuran kecil tidak akan bertambah besar, bahkan kemungkinan akan mati (layu atau busuk). Pemanenan perlu dilakukan dengan mencabut keseluruhan rumpun hingga akar-akarnya untuk menghindari adanya akar atau batang jamur tiram putih yang tertinggal. Adanya bagian jamur tiram putih yang tertinggal tersebut dapat membusuk sehingga akan menyebabkan kerusakan media, bahkan dapat merusak pertumbuhan jamur tiram putih yang lain. ·
Penanganan pascapanen Jamur yang sudah dipanen tidak dipotong hingga menjadi bagian per
bagian tudung, tetapi hanya dibersihkan kotoran yang menempel di bagian akarnya saja. Dengan cara tersebut, disamping kebersihannya lebih terjaga, daya simpan jamur tiram putih akan lebih lama. Kesegaran jamur hanya bertahan 2 - 3
22
hari. Oleh karena itu, langsung membungkus jamur dalam bentuk segar setelah dilakukan pemanenan. Pemasaran Jamur tiram putih yang dihasilkan lalu dijual dalam bentuk segar, dengan rata-rata penjualan tiap harinya adalah 30 kg/hari. Untuk mempertahankan kesegaran jamur tiram putih hingga sampai ke tangan konsumen, maka pemasaran dilakukan sesegera mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko kerugian, karena sifat jamur yang mudah busuk dan rusak. Dalam memasarkan produknya, menjual jamur tiram putih ke pasar lokal seperti pasar Cisarua, pasar Ramayana, pasar Anyar dan pasar Cipanas. Selain dipasarkan ke pasar-pasar lokal tersebut, seringkali konsumen datang langsung ke tempat proses budidaya jamur tiram putih untuk membelinya. Biasanya konsumen yang langsung datang ini, berasal dari Jakarta dan Bandung. Sedangkan produk kemasan stereofoam dipasarkan ke swalayan di Jakarta. Gambaran Umum Jamur Tiram di Indonesia Saat ini jamur tiram sudah memasyarakat dibandingkan dengan jenis jamur lainnya. Hal ini menyebabkan pasarnya pun tidak berada pada kalangan terbatas saja. Permintaan jamur tiram senantiasa meningkat disebabkan karena kebutuhan pasar akan produk jamur tiram kian meluas, tak hanya dalam bentuk segar, tetapi juga olahan. Pasar jamur tiram sangat potensial. Rasanya enak, selain untuk konsumsi dalam negeri, jamur tiram juga menembus pasar ekspor. Kebutuhan jamur tiram dalam bentuk kering maupun yang telah dikalengkan untuk beberapa negara seperti Singapura, Taiwan, Jepang, Hongkong cukup tinggi. Padahal untuk kebutuhan jamur tiram pasar dalam negeri belum cukup semuanya terpenuhi. Jamur ini tidak hanya dipasarkan dari rumah ke rumah, tetapi juga dipasarkan di toko swalayan. Pada tahun 2010 harga jamur tiram di pasaran bervariasi sekitar Rp 1.500 - Rp 2.000, per log. Ada juga yang menjual Rp. 7.000 per kg, atau harga eceran hingga Rp. 12.000 per kg. (www.google.com, 15/05/2010).
23
Tahapan-tahapan umum dalam budidaya jamur tiram putih, antara lain : ·
Pembuatan substrat tanam Mencampur serbuk kayu dengan bahan-bahan lain seperti bekatul, tepung
jagung dan kapur sampai merata (homogen) kemudian diayak. Menambah air hingga kandungan air dalam media menjadi 60 - 65% lalu tentukan pH-nya dengan kertas lakmus. Memasukkan media tanam ke dalam kantung plastik polypropilene dan memadatkannya lalu bagian atas kantung plastik diberi cincin paralon kemudian dilubangi 1/3 bagian dengan kayu dan ditutup dengan kertas lilin serta diikat dengan karet. Melakukan sterilisasi pada suhu 95
0
C selama 7 - 8 jam.
Mendinginkan media tanam selama 8 - 12 jam dalam ruangan inokulasi. ·
Penanaman (Inokulasi) Inokulasi dilakukan setelah media tanam dingin dengan suhu antara 22 0
28 C. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses penanaman (inokulasi). Sterilisasi semua alat dan bahan yang akan digunakan. Membuka penutup/kertas lilin dan memasukkan bibit dari dalam botol ke dalam media tanam dengan menggunakan stik inokulasi. Menutup kembali penutup/kertas lilin dan mengikat dengan karet. Memindahkan media tanam yang telah ditanami bibit tersebut ke dalam ruangan inkubasi sampai tumbuh miselium jamur, lamanya penumbuhan miselium jamur antara 45 - 60 hari. Setelah miselium memenuhi kantong plastik dipindahkan ke ruang produksi dengan membuka tutup kantong plastik dan menyemprot air secara teratur. ·
Pemanenan Dalam rentang waktu 10 - 15 hari kemudian dapat dipanen untuk pertama
kali, panen berikutnya setiap dua hari sekali secara teratur selama 6 bulan. Bekas batang jamur harus dibersihkan dari substratnya agar tidak terjadi pembusukan yang menyebabkan kerugian.
24
Kelayakan Finansial Dari kegiatan suatu usaha akan ditelaah bagaimana sumber-sumber pembiayaan usaha tersebut, bagaimana keuntungan tahunan dan keuntungan total selama usaha, analisis discounted (NPV, BCR, dan IRR), dan undiscountednya, serta analisis sensitivitas akibat perubahan terhadap unsur biaya dan pendapatan (misalkan ada perubahan harga-harga). Menurut Kadariah, et al (1978), untuk mengetahui kelayakan suatu usaha perlu dilakukan pengujian melalui analisis finansial. Selain itu usaha agribisnis merupakan usaha yang memerlukan modal usaha yang cukup besar dengan resiko yang besar pula. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis kelayakan usaha, yang dimaksud untuk mengevaluasi apakah usaha tersebut layak untuk diusahakan. Untuk mengevaluasi kelayakan usaha perlu diketahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Manfaat (benefit) adalah apa yang diperoleh orang atau badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kelayakan suatu usaha, antara lain aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial dan aspek ekonomis. Analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis Usaha Analisis usaha jamur merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha jamur berlangsung. Dalam analisis usaha jamur komponen yang digunakan adalah biaya produksi, penerimaan usaha dan pendapatan yang diperoleh dari usaha jamur. Dalam analisis usaha dilakukan analisis pendapatan usaha, analisis waktu pengembalian modal (payback period), dan Break Event Point (BEP). Analisis pendapatan usaha (laba) adalah total penerimaan (TR = Total Revenue) dikurangi dengan biaya total (TC = Total Cost). Jadi perubahan laba yang akan diperoleh perusahaan tergantung dari perubahan penerimaan (MR = Marginal Revenue) dan perubahan biaya (MC = Marginal Cost) (Sugiarto, et al, 2005).
25
Penerimaan adalah total produksi dikalikan dengan harga per satuan produk. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu, yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan berubahnya jumlah output. Biaya variabel adalah biaya yang berubah dengan berubahnya jumlah output (Lipsey et al, 1995). Analisis payback period digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang digunakan untuk melunasi investasi yang ditanamkan. Metode payback period merupakan metode yang menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali, karena itu hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu yaitu tahun atau bulan (Husnan dan Pudjiastuti, 2004). Break even point (BEP) adalah titik kembali modal yang menunjukkan biaya total yang dikeluarkan perusahaan sama dengan hasil penjualan yang diterimanya. Pada saat BEP dicapai usaha tidak untung dan tidak rugi. BEP dapat dihitung dengan mengetahui biaya tetap, biaya produksi, dan hasil penjualan (Sugiarto, et al, 2002). Analisis Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Setiap kriteria investasi menggunakan present value yang telah didiskonto dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu usaha (Kadariah, et al, 1978). Penilaian investasi dalam suatu usaha dilakukan dengan membandingkan antara semua manfaat yang diperoleh akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses investasi dilaksanakan. Analisis kelayakan usaha adalah penelitian tentang pengevaluasian apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan atau dilanjutkan, dilihat dari sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya. Suatu usaha dikatakan layak apabila usaha tersebut mendatangkan keuntungan. Dalam rangka mencari ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu kegiatan usaha telah dikembangkan berbagai macam indeks yang disebut kriteria investasi. Setiap indeks tersebut menggunakan Present Value (PV) yang telah didiskonto dari arusarus manfaat dan biaya selama umur kegiatan usaha (Kadariah, et al, 1978).
26
Kadariah, et al (1978) mengemukakan bahwa suatu usaha atau proyek dikatakan layak atau tidak untuk dilaksanakan jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang ada. Beberapa metode pengukuran dalam kriteria investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : -
Net Present Value (NPV) yaitu nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang, yang merupakan selisih kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya.
-
Benefit-Cost Ratio (B/C) adalah nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya.
-
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. IRR dapat pula dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek dengan syarat setiap manfaat yang diwujudkan, yaitu setiap selisih benefit (Bt) dan cost (Ct) yang bernilai positif secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama selama sisa umur proyek.
27
III. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Pengumpulan Data Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan
bahwa
di
wilayah
tersebut
terdapat
petani-petani
yang
mengusahakan atau memproduksi jamur tiram, baik itu memproduksi bibit maupun yang melakukan budidaya jamur tiram. Jumlah responden yang diteliti di Kecamatan Ciampea dan Ciawi masing-masing sebanyak 1 responden. Penelitian ini diawali dengan observasi atau penjajakan lokasi dan dilanjutkan dengan pengambilan data yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September tahun 2010. Bahan dan Alat Peneletian Objek yang menjadi bahan penelitian adalah usaha budidaya jamur tiram putih. Sedangkan alat yang digunakan yaitu peralatan tulis menulis, papan untuk penyangga tulisan, catatan, kamera untuk dokumentasi, dan bahan berupa kuesioner untuk dijadikan pedoman wawancara kepada responden yang diwawancarai. Kerangka Pemikiran Studi kelayakan terhadap usaha budidaya jamur tiram ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan layak untuk dikembangkan atau tidak. Studi kelayakan ini dilakukan dengan cara melakukan analisis kelayakan (aspek finansial) dilihat dari sumber biaya, inflow dan outflow, analisis discounted dengan penilaian terhadap NPV (Net Present Value), B/C (Benefit-Cost Ratio), dan IRR (Internal Rate of Return). Pada kelayakan usaha budidaya jamur tiram perlu juga dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui kejadian yang berbeda dengan perkiraan-perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Apabila
hasil
perhitungan
studi
kelayakan
dan
uji
sensitivitas
menunjukkan bahwa usaha budidaya jamur tiram masih layak diusahakan, maka perlu dilakukan kebijakan dan arah pengembangan usaha agar tercapai tujuan
28
perusahaan untuk mencapai keuntungan yang maksimum. Apabila usaha pengembangan tersebut tidak layak lagi untuk diusahakan, maka tidak diadakan upaya pengembangan teknologi. Hal lain yang juga akan dibuat dari data-data yang akan diperoleh, yaitu membuat hubungan antara modal, produksi, dan pendapatan dari usaha jamur tiram tersebut. Dimana akan menjelaskan grafik yang menunjukkan hubungan dua dimensi, antara lain hubungan antara modal dengan pendapatan, tingkat produksi dengan biaya produksi, tingkat produksi dengan pendapatan, serta tingkat produksi dengan tenaga kerja. Secara skematis kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1. Petani-petani jamur tiram Wawancara dengan petani jamur tiram Faktor-faktor yang mempengaruhi modal, biaya, dan pendapatan dalam usaha jamur tiram: Pemilihan lahan yang sesuai syarat tumbuh
Skala usaha Ditinjau dari jumlah produksi
Bibit yang baik dan teruji
Kebutuhan bangunan
Sumber bahan baku berlimpah
Peralatan untuk setiap kegiatan budidaya
Tenaga ahli, teknisi, dan tenaga kasar
Pelaksana kegiatan budidaya
Struktur Biaya & Besar Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel Produktivitas & Pendapatan
Analisis kelayakan (aspe k finansial) · Sumber Biaya · Inflow dan outflow · Analisis discounted dan undiscounted · Analisis sensitivitas
Budidaya jamur tiram layak atau tidak untuk
Gambar 1. Kerangka pemikiran dalam pengolahan data penelitian.
29
Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari berbagai sumber sebagai berikut : ·
Tinjauan Pustaka Dalam pembahasan permasalahan penelitian ini, memerlukan teori-teori
ilmiah yang dilakukan dalam penelaahan informasi dari berbagai sumber seperti buku,
tulisan
dan
literatur
yang
berisi
konsep-konsep
teoritis,
pendapat/pengetahuan/pengalaman para ahli dan praktisi. Data sekunder juga didapat dari berbagai informasi data yang dikeluarkan oleh instansi terkait dan internet. ·
Kajian lapangan Kajian lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data-data
primer sebagai bahan bahasan dalam melakukan perbandingan antara teori dan kenyataan di lapangan. Data primer ini didapatkan dengan cara melakukan kunjungan dan wawancara langsung berdasarkan kuesioner yang telah disiapkan. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari petani sebagai responden pada waktu pengumpulan data. Data dan informasi digali dengan menggunakan kuesioner yang lebih bersifat sebagai pedoman umum, yang selanjutnya dikembangkan dalam diskusi dengan responden untuk menangkap informasi yang lebih mendalam. Dalam melakukan pencarian data dan informasi, digunakan kuesioner yang mencakup: -
Identitas responden Terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan formal, lokasi usaha, lama pengalaman usaha.
-
Kondisi sosial ekonomi usaha Terdiri dari: modal, lahan, bangunan, input usaha, alat-alat usaha, sumberdaya manusia/tenaga kerja.
-
Kegiatan budidaya
Ø Penyiapan bahan 30
Terdiri dari: pengayakan serbuk kayu, penyerbukan serbuk kayu, pencampuran
bahan-bahan,
pengomposan,
pengadukan
kompos,
pembungkusan, sterilisasi. Ø Inokulasi dan Inkubasi Ø Pemeliharaan Ø Pemanenan Lama waktu pemanenan, pemanenan dilakukan secara total ataukah selektif, cara pemanenan, jumlah benih yang dihasilkan sekali panen, jumlah panen dalam setahun, kapan waktu panennya. Ø Pemasaran Cara pemasaran, harga jual (Rp/kg), cara pembayaran, siapa pembeli yang dominan. -
Penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan Ø Penerimaan Bagaimana jumlah penerimaan Ø Pengeluaran Bagaimana jumlah pengeluaran Ø Pendapatan Bagaimana jumlah pendapatan Metode pengumpulan data pada kajian ini menggunakan penggabungan
dari sumber data pimer dan data sekunder, sehingga data yang diperoleh lengkap dan aktual tentang segala permasalahan yang berkaitan dengan usahatani jamur tiram. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari: -
Interview, yaitu pengumpulan data yang berasal dari wawancara secara langsung dengan responden, dalam hal ini adalah petani.
-
Observasi, yaitu dengan cara pengamatan langsung secara sistematis terhadap aktivitas usaha. Disini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan pada usaha jamur tersebut.
-
Dokumentasi, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mempelajari catatancatatan yang ada pada usaha yang dianggap perlu.
31
-
Studi pustaka, yaitu guna menunjang pengumpulan data di lapangan diperlukan studi kepustakaan dimana digunakan literatur yang berhubungan dengan judul penelitian. Selain itu juga digunakan data praktis yang didapat dari surat kabar, majalah, dan sumber data praktis lainnya.
Tabel 1. Jenis data, sumber data, dan cara pengambilan data untuk penelitian. Sumber Cara pengambilan Jenis Data Data data Data primer Investasi Modal tetap 1. Upah dan bahan bangunan 2. Peralatan Wawancara dan (Sterilizer, Kompor tekan, Sprayer, Responden diskusi Peralatan produksi (cangkul, skop, ember, dll), Rak bambu) Modal Kerja 1. Bahan baku 2. Bahan tambahan 3. Tenaga kerja 4. Bibit Jamur 5. BBM 6. Lain-lain
Responden
Wawancara dan diskusi
Responden
Wawancara dan diskusi
Literatur, tulisan, buku, dll
Pencarian di perpustakaan dan membaca pustaka
Kegiatan usaha Proses Produksi Data sekunder
Bahan-bahan pustaka dengan penelitian
yang
berkaitan
32
Pengolahan Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan, diolah dengan bantuan kalkulator dan komputer. Program komputer yang digunakan adalah software Microsoft Word dan Excel. Selanjutnya data tersebut disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengelompokkan dan mengklasifikasikan data yang ada serta untuk mempermudah dalam melakukan analisis data. Kegiatan ini dilakukan untuk menajamkan dan mengkoordinasikan sehingga didapatkan data pokok yang akan menjadi pokok penelitian dan merupakan kesimpulan akhir. Untuk mengetahui kelayakan usaha jamur secara finansial dilakukan analisis biaya pembuatan dan nilai jamur dengan metode analisis kelayakan usaha yang memiliki indikator-indikator seperti tersebut sebelumnya di atas. Analisis Data Analisis Waktu Pengembalian Modal (Payback period) Analisis payback period adalah analisis suatu jangka waktu (periode) kembalinya keseluruhan investasi kapital yang ditanamkan, dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi kapital yang ditanamkan dengan menggunakan aliran kas (Gittinger, 1986). Secara matematis payback period dapat dirumuskan sebagai berikut : PP
=
Investasi Keuntungan
x tahun
Analisis Break Even Point (BEP) Menurut Rahardi et al (2005), Break Even Point merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian, pada saat BEP perusahan mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan BEP digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi. Selain itu, BEP juga dapat digunakan untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan. Untuk menentukan BEP, ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu biaya atau modal (baik modal tetap atau variabel), harga jual
33
dan tingkat produksi. BEP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
BEP = TC / (Harga Jual Per Unit - Biaya Variabel Per Unit)
dimana : TFC
=
Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap)
TVC
=
Total Variable Cost (Total Biaya Variabel)
TC
=
Total Cost = TVC + TFC Analisis Kriteria Investasi
Untuk mengetahui kelayakan usaha tersebut diperlukan besar manfaat atau benefit dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Menurut Kadariah, et al (1978), indikator yang digunakan untuk membandingkan manfaat dan biaya pada usaha adalah sebagai berikut : Net Present Value (NPV) NPV dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut:
NPV =
dimana:
9
Bt - Ct
t =0
(1 + i ) t
å
Bt
= Penerimaan pada tahun ke-t
Ct
= Biaya pada tahun ke-t
t
= Umur proyek
i
= Discount Rate
Kriteria kelayakan dalam metode NPV adalah : NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan dapat dilakukan. NPV = 0, maka proyek tidak menguntungkan tapi juga tidak rugi, jadi tergantung penilaian subyektif pengambilan keputusan. NPV < 0, maka proyek merugikan karena keuntungan lebih kecil dari pada biaya.
34
Benefit-Cost Ratio (B/C) Benefit-Cost Ratio (B/C) merupakan ratio jumlah keuntungan dari suatu proyek terhadap biaya, yang dalam hal ini dipisahkan antara biaya investasi dengan biaya operasionalnya. Secara matematika dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bt ) t t =0 (1 + i ) B /C = 9 ( Ct ) å t t =0 (1 + i ) 9
å
dimana:
(
Bt
= Penerimaan pada tahun ke-t
Ct
= Biaya pada tahun ke-t
t
= Umur proyek
i
= Discount Rate
Suatu usaha dinyatakan layak jika B/C lebih besar dari satu dan tidak layak jika B/C lebih kecil dari satu. Jika B/C sama dengan satu, penyerahan keputusan diserahkan kepada pihak manajemen. Kriteria kelayakan pada metode ini adalah : B/C > 1, proyek dianggap layak B/C = 1, merupakan titik impas B/C < 1, proyek tidak layak Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh ongkos proyek atau NPV = 0 (Kadariah, et al, 1978). Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan bunga yang berlaku menunjukkan bahwa usaha layak untuk dilaksanakan. Rumus perhitungannya : NPV’
IRR = i’ +
(i” – i’) NPV’ – NPV”
dimana :
NPV’
= NPV positif pada suku bunga i’
NPV” = NPV negatif pada suku bunga i”
35
i’
= tingkat bunga dimana NPV bernilai positif
i”
= tingkat bunga dimana NPV bernilai negatif
Dengan kriteria usaha : IRR > i, usaha dapat dilanjutkan IRR < i, usaha lebih baik ditolak Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah suatu teknik analisis untuk menguji secara matematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan dan biaya suatu proyek apabila terdapat kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dengan merubah suatu unsur atau dengan mengkombinasikan beberapa unsur kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis (Kadariah, et al, 1978).
36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih Berdasarkan hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, sudah cukup baik dalam penggunaan teknologi untuk kegiatan produksinya. Spesies jamur yang dibudidaya adalah jamur tiram putih yang memiliki ciri warna daging yang berwarna putih. Usaha budidaya jamur tiram putih yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi memiliki luas lahan kurang lebih 1.200 m2, yang terdiri dari bangunan kumbung dengan luas rata-rata dari kedua kecamatan 800 m2 sebagai tempat growing atau penumbuhan jamur tiram. 400 m2 luas lahan selain bangunan kumbung digunakan sebagai tempat penyimpanan sarana pendukung produksi. Ada beberapa aspek yang dapat diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya jamur tiram putih antara lain : Sosial Ekonomi Umumnya aspek sosial ekonomi berkaitan dengan lingkungan masyarakat sekitar lokasi kegiatan budidaya dilakukan. Beberapa syarat yang menjadi pertimbangan dari aspek sosial ekonomi adalah sebagai berikut : -
Lingkungan harus terjaga dengan baik. Artinya, usaha budidaya jamur tiram putih tidak akan merusak lingkungan yang sudah ada. Kondisi iklim cuaca di Kecamatan Ciampea dan Ciawi relatif sama. Suhu dari kedua daerah tersebut berkisar antara 15 - 22 0C dengan kelembaban 90%.
-
Tenaga kerja yang digunakan pada usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi berasal dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Hal ini berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar lokasi usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi.
-
Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan, yakni sarana produksi, sarana transportasi, sarana penerangan (listrik), dan sarana telekomunikasi seperti telepon guna menunjang kelancaran usaha. Dari lokasi usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi yang menjadi objek penelitian telah memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana bagi keberlangsungan usaha budidaya jamur tiram. Seperti kelengkapan sarana produksi yang berupa alat-alat kebersihan, masker, sepatu boot, dan lain
37
sebagainya. Untuk transportasi menggunakan motor maupun sepeda, dan sarana-sarana yang penunjang yang lainnya. -
Lokasi aman dan mendapat jaminan dari pihak-pihak yang berwenang di daerah setempat. Pada lokasi usaha di Kecamatan Ciampea yang telah berlangsung selama kurang lebih 5 tahun, tidak terjadi konflik dengan masyarakat sekitar. Begitu pun dengan lokasi usaha yang ada di Kecamatan Ciawi. Masyarakat yang ada di sekitar lokasi usaha terlihat tidak terganggu dengan adanya usaha budidaya jamur tiram tersebut. Proses Budidaya Jamur Tiram Putih Aspek budidaya mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan
budidaya jamur tiram putih. Untuk lokasi bangunan dipilih lahan dengan tanah yang stabil. Untuk budidaya jamur tiram pada lokasi penelitian, responden memilih lahan yang berhawa sejuk dengan suhu 10 - 22 0C dengan kelembaban udara cukup tinggi berkisar 90%. Dari kedua lokasi usaha yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, kegiatan usaha buidaya jamur tiram telah memenuhi kriteria yang baik untuk lokasi usaha. Hal ini terlihat dari hasil produksi yang cukup baik. Pembudidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi telah mengukur suhu dan kelembaban yang ideal, sehingga dari segi pemilihan iklim cuaca untuk lokasi usaha di Kecamatan Ciampea dan Ciawi sudah cukup memenuhi untuk standar produksi. Sarana Produksi Sarana produksi yang diperlukan dalam usaha budidaya jamur tiram putih, antara lain bangunan, rak bambu, peralatan dan bahan-bahan, baik bahan baku maupun bahan tambahan. ·
Bangunan Secara umum bangunan yang digunakan untuk usaha budidaya jamur
tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi seperti terlihat pada Gambar 2. Dalam usaha budidaya jamur tiram bangunan yang digunakan untuk budidaya jamur tiram putih disebut kumbung.
38
Gambar 2. Bangunan kumbung pemeliharaan di Kecamatan Ciampea. Budidaya jamur tiram putih secara komersil memerlukan beberapa bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya. Bangunan yang diperlukan terdiri dari ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang penanaman dan ruang pembibitan. Bangunan tersebut dibuat dari kerangka kayu dengan dinding dari anyaman bambu dan atapnya dari genteng. Dinding bangunan dibuat dari anyaman bambu dengan tujuan memperkecil biaya bangunan, disamping pembuatannya yang mudah, anyaman bambu ini sangat baik dalam pengaturan suhu dan kelembaban ruangan, karena memberikan sirkulasi udara yang baik dari ventilasi anyaman serta dengan masuknya angin melalui jaring anyaman, dapat mempercepat perkembangan spora jamur. Bangunan ini dapat dipergunakan unutuk jangka waktu 10 tahun. ·
Rak-Rak Bambu Bagian dalam bangunan kumbung terdapat rak-rak yang terbuat dari bahan
utama bambu yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bibit-bibit jamur. Dari lokasi usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi struktur rakrak yang digunakan sama dari bahan dan bentuk. Yang berbeda hanya tingkatan dari setiap rak di Kecamatan Ciampea umumnya rak yang digunakan memilki 3 tingkat dengan masing-masing tingkat ditumpuk bibit jamur. Untuk lokasi usaha di Kecamatan Ciawi menggunakan rak sebanyak 4 - 5 tingkat. Hal ini dikarenakan lokasi usaha yang cukup sempit sehingga bentuk rak sedikit ditambah tingkatannya agar memenuhi kebutuhan produksi jamur tiram.
39
Gambar 3. Rak tempat penyimpanan baglog jamur di Kecamatan Ciampea. Ruangan inkubasi dan penanaman terdiri dari 15 rak yang tersusun dalam dua baris dan pada masing-masing barisnya terdapat empat tingkat rak bedeng. Ukuran unit rak berukuran 20 cm x 100 cm dan tinggi 200 cm, setiap ruangan rak setinggi 50 cm ke arah vertikal diberi penyekat bambu. Pada ruangan rak tersebut log (bibit jamur) disusun dengan posisi bertumpuk vertikal sampai memenuhi ruangan dan di bawah kaki rak-rak bambu dipasang wadah atau kaleng berisi air untuk menghindari masuknya semut. ·
Peralatan Peralatan dalam budidaya jamur tiram putih pada umumnya menggunakan
alat-alat sederhana yang mudah diperoleh. Peralatan yang digunakan pada usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi relatif sama, yang membedakan hanya pada kelengkapan peralatan yang dipakai dan teknologi alat yang dipakai. Fungsi dari beberapa peralatan budidaya jamur tiram putih diantaranya, yaitu : ·
Jarum Inokulasi Jarum Inokulasi digunakan untuk menginokulasi miselium jamur ke media, dengan cara mengambil potongan agar-agar yang telah ditumbuhi miselium dan memindahkannnya ke media agar-agar.
·
Sprayer
40
Gambar 4. Peralatan budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciawi. Sprayer digunakan untuk menyemprotkan alkohol 70% ke dalam ruangan agar ruangan menjadi steril. Penyemprotan ini dilakukan 1 jam sebelum melakukan inokulasi. ·
Timbangan
Gambar 5. Timbangan panen jamur tiram di Kecamatan Ciawi. Timbangan 150 kg digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan media tanam atau media bibit jamur, sedangkan timbangan 100 kg digunakan untuk menimbang hasil panen jamur.
41
·
Alkohol 70% Alkohol ini digunakan untuk pekerjaan aseptik, misalnya mencelupkan
jarum inokulasi, selain itu digunakan untuk mensterilkan tangan yang akan melakukan pekerjaan inokulasi. ·
Saringan Pengayak Saringan pengayak digunakan untuk mengayak serbuk gergaji agar
seragam ukurannya dan tidak tercampur dengan bahan ikutan lainnya seperti kayu atau kerikil. Saringan ayakan dapat dibuat dengan menggunakan kawat ayakan berukuran kira-kira 0,5 cm dengan panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter. ·
Autoklaf Autoklaf digunakan untuk mensterilkan media. Contoh bahan-bahan yang
dapat disterilkan dengan autoklaf adalah kapas, sumber karet, serbuk kayu, baglog, media bibit dan botol bibit. Kapasitas autoklaf yang digunakan adalah 500 baglog.
42
Gambar 6. Autoklaf yang sedang diloading dengan baglog yang akan disterilkan di Kecamatan Ciampea. ·
Termometer Alat ini mempunyai fungsi untuk mengukur suhu udara di dalam bangunan
atau kumbung jamur. Bahan-bahan Bahan-bahan untuk budidaya jamur tiram putih yang perlu dipersiapkan terdiri dari bahan baku dan bahan tambahan. ·
Bahan baku Serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur tiram
mengandung sejumlah unsur, diantaranya ada yang bermanfaat bagi pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat. Unsur yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur tiram putih antara lain karbohidarat, lignin dan serat, sedangkan faktor yang menghambat antara lain getah dan zat ekstratif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu, serbuk kayu yang digunakan untuk budidaya jamur tiram putih sebaiknya berasal dari jenis kayu
43
yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami. Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu adalah sebagai berikut : -
Serbuk kayu yang tidak tercampur dengan bahan bakar, contohnya: oli, solar, minyak dan lain-lain. Serbuk kayu harus berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung getah. Serbuk kayu kering. Serbuk kayu sebagai bahan baku substrat, rataan setiap harinya digunakan
sebanyak 12 karung atau 200 kg dalam keadaan kering, dan dapat menghasilkan sekitar 500 baglog tanam. Pemasukan serbuk kayu dilakukan dengan sistem pemesanan langsung dengan harga per karung adalah Rp. 1.500. · -
Bahan tambahan Bekatul Bekatul merupakan sumber vitamin terutama vitamin B kompleks yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan miselium serta untuk pertumbuhan tubuh buah jamur. Bekatul yang akan dipakai sebagai media tanam harus yang berkualitas baik artinya bekatul tersebut tidak boleh bercampur dengan sekam atau kulit padi dan tidak boleh beku atau yang berwarna hitam. Apabila bekatul tersebut kurang baik mutunya maka hal ini dapat menurunkan tingkat produktifitas jamur. Bekatul yang diperlukan untuk 500 baglog tanam adalah 30 kg, dengan harga Rp. 1000 per kg.
-
Kapur Kapur digunakan untuk mengatur pH media. Disamping itu, kapur juga sebagai sumber kalsium (Ca). Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat. Banyaknya kapur digunakan adalah 4 kg untuk produksi 500 baglog tanam per hari setiap sekali proses budidaya dengan harga kapur Rp. 500 per kg. Unsur kalsium dan karbon digunakan untuk meningkatkan
mineral
yang
dibutuhkan
jamur
tiram
putih
bagi
pertumbuhannya.
44
Teknis Budidaya Jamur Tiram Putih Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi usaha, teknis kegiatan budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi tidak ada kegiatan yang berbeda jauh. Hasil pengamatan kegiatan budidaya jamur tiram putih dengan lokasi penelitian yaitu Kecamatan Ciampea dan Ciawi secara umum memiliki kegiatan yang sama. Kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih dapat digambarkan sebagai berikut : Tahap 1. Persiapan media Tahap 2. Inokulasi Tahap 3. Inkubasi Tahap 4. Penumbuhan Tahap 5. Pemanenan
Tahap 6. Pemasaran Gambar 7. Alur Teknik Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Tahap 1. Persiapan Media Persiapan media merupakan tahap awal untuk menghasilkan jamur tiram putih yang berkualitas baik sehingga menentukan keberhasilan budidaya jamur tiram putih. Mutu media yang baik ditunjang dengan pengelolaan yang tepat diharapkan dapat menghasilkan jamur tiram dengan kualitas yang baik dan jumlah yang mencukupi. Adapun kegiatan persiapan media meliputi : ·
Persiapan substrat
Bahan baku media pembuatan jamur tiram putih ini pada umumnya terdiri dari serbuk gergaji, kapur, bekatul (dedak padi), dengan komposisi yang disesuaikan dengan besarnya produksi jamur yang akan dihasilkan, masingmasing dari bahan baku. 45
·
Pengayakan serbuk kayu Pengayakan serbuk kayu dilakukan sebelum serbuk kayu dicampur
bersama bahan-bahan yang lain. Tujuan dari pengayakan serbuk kayu untuk menghasilkan serbuk kayu yang halus dan seragam. Dalam artian, serbuk ini tidak terlalu bercampur dengan benda-benda asing seperti kerikil, potongan kayu kecil, pecahan kaca ataupun plastik dan lain sebagainya. ·
Pencampuran media Semua bahan baku yang diperlukan untuk membentuk media dicampur
dengan air dan diaduk secara merata dengan komposisi yang disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Dari hasil penelitian kebutuhan baglog per hari kurang lebih 300 baglog yang didapat dari pencampuran serbuk kayu sebanyak 100 kg, bekatul 15 kg, dan kapur 5 kg. ·
Pengomposan media Proses pengomposan media perlu dilakukan untuk menguraikan senyawa-
senyawa komplek dalam bahan-bahan dengan bantuan mikroba sehingga diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur. Waktu yang diperlukan dalam kegiatan pengomposan media adalah kirakira 1 - 2 hari. ·
Pembungkusan atau pengantongan media Media yang siap dimasukan ke dalam kantong plastik yaitu media yang
tidak pecah atau terurai bila kepalan tangan dilepas. Plastik pembungkus yang digunakan yaitu plastik polipropilen (pp) karena plastik ini relatif tahan panas. Setelah media dibungkus, maka selanjutnya ujung plastik ujung plastik dapat disatukan dengan cincin yang terbuat dari potongan bambu pada leher plastik, sehingga bungkusan menyerupai botol. ·
Sterilisasi media Kegiatan selanjutnya adalah mensterilkan media yang telah dibungkus.
Tujuan
dari
mensterilkan
media
tersebut
adalah
untuk
menghambat
perkembangbiakan kontaminan atau benda asing yang tidak diinginkan yang
46
masuk ke dalam media atau bahan baku. Hal ini perlu dilakukan pada suhu 90 - 95 0
C selama kurang lebih 8 jam.
·
Pendinginan media Setelah kegiatan strelilisasi selasai selama hampir 8 jam. Media yang
dikeluarkan dari alat sterilisasi lalu didinginkan agar supaya bibit jamur tidak mati pada saat dilakukan pembibitan. Tahap 2. Inokulasi Sebelum kegiatan inokulasi dilakukan, ruangan untuk inokulasi, alat-alat dan perlengkapan yang digunakan harus disterilisasikan terlebih dahulu dengan menyemprotkan alkohol 70%. Umumnya kegiatan ini dilakukan dengan cara tusukan yaitu dengan membuat lubang dibagian tengah media melalui cincin sekitar 3/4 dari tinggi media. Alat tusuk dapat berupa lidi atau kayu dengan diameter 1 inci. Media kemudian ditutup dengan kapas setelah diinokulasi. Tahap 3. Inkubasi Tahap inkubasi ini dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah diinokulasi agar bibit jamur tumbuh. Suhu yang dibutuhkan selama proses inkubasi ini berkisar 20 - 25 0C. Kegiatan ini dilakukan hingga seluruh media berwarna putih karena ditutupi oleh miselia jamur. Setelah seluruh media memutih karena ditutupi oleh miselia jamur selama kurang lebih 40 - 60 hari dibuka tutup baglognya dan sudah siap untuk dilakukan penumbuhan. Pada dasarnya pembukaan media bertujuan untuk memberikan oksigen yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur. Dengan oksigen yang cukup maka dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh buah dengan baik. Tahap 4. Penumbuhan Satu sampai dua minggu setelah media dibuka maka tubuh buah akan tumbuh. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut selanjutnya dibiarkan selama 2 3 hari atau sampai tercapai pertumbuhan yang optimal. Apabila jamur yang sudah tumbuh tersebut dibiarkan terlalu lama maka bentuk jamur tersebut akan kurang baik dan daya simpannya akan menurun.
47
Kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh buah pada jamur kayu adalah pada suhu 16 - 22 0C dengan kelembaban 80 - 90%. Kondisi tersebut dipertahankan agar pertumbuhan jamur tetap dalam kondisi yang baik. Oleh karena itu, apabila suhu terlalu tinggi sedangkan kelembaban terlalu rendah (hal ini terjadi pada musim panas) perlu dilakukan penyemprotan dengan menggunakan sprayer atau dengan menggunakan pengabut yang bekerja dengan mesin pompa air. Tahap 5. Pemanenan Panen dilakukan sebanyak 4 sampai 8 kali panen, dimana keadaannya tergantung pada kandungan substrat tanam, bibit jamur serta lingkungan selama pemeliharaan. Panen jamur dilakukan pada pagi hari ketika jamur sudah memenuhi syarat untuk dipanen. Pada saat itu, ukuran jamur sudah cukup besar dengan diameter rata-rata antara 5 - 10 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat atau mencabut jamur yang dipanen. Bekas batang jamur dalam substrat tanam harus dibersihkan. Jamur yang sudah dipanen tidak perlu dipotong hingga menjadi bagian per tudung, tetapi hanya perlu dibersihkan kotoran yang menempel pada bagian akarnya saja. Dengan cara tersebut, disamping kebersihannya lebih terjaga, daya tahan jamur pun akan lebih lama. Hasil panen jamur tiram dapat langsung dipasarkan dalam kondisi segar. Tahap 6. Pemasaran Jamur tiram putih yang dihasilkan lalu dijual dalam bentuk segar, dengan rata-rata penjualan tiap harinya adalah 20 kg/hari. Untuk mempertahankan kesegaran jamur tiram putih hingga sampai ke tangan konsumen, maka pemasaran dilakukan sesegera mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko kerugian, karena sifat jamur yang mudah busuk dan rusak. Harga jual jamur tiram putih segar adalah Rp 7.000 per kilogram. Harga ini dilihat dari rata-rata harga yang biasa dipakai oleh penjual jamur itu sendiri. Dalam memasarkan produknya, menjual jamur tiram putih ke pasar lokal seperti pasar Cisarua, pasar Ramayana, pasar Anyar dan pasar Cipanas. Selain dipasarkan ke pasar-pasar lokal tersebut, seringkali konsumen datang langsung ke tempat proses budidaya jamur tiram putih untuk membelinya. Biasanya konsumen
48
yang langsung datang ini, berasal dari Jakarta dan Bandung. Sedangkan produk kemasan stereofoam dipasarkan ke swalayan di Jakarta. Analisis Finansial Analisis finansial adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu proyek/usaha melalui pengujian. Aspek finansial dalam penelitian ini berkaitan dengan nilai dari manfaat dan biaya dalam usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan satu kali selama umur proyek untuk memperoleh manfaat sampai secara ekonomis tidak dapat memberikan keuntungan lagi. Biaya investasi untuk usaha budidaya jamur tiram putih meliputi bangunan, sekop, timbangan pembibitan, pengayak, cidukan serbuk, alat strerilisasi, oven (drum), lampu spiritus, sendok tanam, sprayer strerilisasi, cangkul, pompa air, nostle, selang air, cutter, sprayer budidaya, sapu, pisau, timbangan pemanenan, dan keranjang. Tabel 2. Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea. No
Komponen Investasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Bangunan Sekop Timbangan Pembibitan Pengayak Cidukan Serbuk Alat Sterilisasi Oven (Drum) Lampu Spriritus Sendok Tanam Sprayer Sterilisasi Cangkul Pompa air Nostle Selang air Cutter Sprayer Budidaya
Jumlah (unit) 1 2 1 1 0 1 0 2 3 3 0 1 1 1 0 0
Harga per Unit (Rp) 90.000.000 65.000 75.000 50.000 10.000.000 15.000 15.000 7.000 150.000 12.000 250.000 -
Total Biaya (Rp)
Umur Teknis (tahun)
90.000.000 130.000 75.000 50.000 10.000.000 30.000 45.000 21.000 150.000 12.000 250.000 -
10 3 3 3 5 3 5 5 3 5 2 5 1 3
49
Tabel 2. Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea. 17 Sapu 0 18 Pisau 3 5.000 15.000 19 Timbangan Pemanenan 1 85.000 85.000 20 Keranjang 2 60.000 120.000 Total 23 100.789.000 100.983.000
3 3 3 3
Biaya investasi yang dikeluarkan di Kecamatan Ciampea rata-rata adalah sebesar Rp. 100.983.000 dengan luas lahan yang digunakan seluas 1.100 m2. Keseluruhan modal yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya jamur tiram putih untuk investasi ini berasal dari modal sendiri. Tabel 3. Investasi budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi.
No
Komponen Investasi
1 Bangunan 2 Sekop 3 Timbangan Pembibitan 4 Pengayak 5 Cidukan Serbuk 6 Alat Sterilisasi 7 Oven (Drum) 8 Lampu Spriritus 9 Sendok Tanam 10 Sprayer Sterilisasi 11 Cangkul 12 Pompa air 13 Nostle 14 Selang air 15 Cutter 16 Sprayer Budidaya 17 Sapu 18 Pisau 19 Timbangan Pemanenan 20 Keranjang 21 Tabung Gas Total
Jumlah (unit) 1 2 1 1 0 4 4 1 2 1 0 1 1 1 0 0 0 4 1 7 4 32
Harga per Unit (Rp)
Total Biaya (Rp)
14.000.000 14.000.000 65.000 130.000 75.000 75.000 50.000 50.000 80.000 320.000 350.000 1.400.000 25.000 25.000 17.500 35.000 6.000 6.000 175.000 175.000 13.000 13.000 200.000 200.000 2.500 10.000 75.000 75.000 55.000 385.000 500.000 2.000.000 15.689.000 18.899.000
Umur Teknis (tahun) 5 3 3 3 5 3 5 5 3 5 2 5 1 3 3 3 3 3 10
50
Biaya investasi yang dikeluarkan di Kecamatan Ciawi rata-rata adalah sebesar Rp 18.899.000 dengan luas lahan yang digunakan seluas 1.000 m2. Keseluruhan modal yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya jamur tiram putih untuk investasi ini berasal dari modal sendiri. Biaya operasional Biaya operasional yang dikeluarkan pada usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. ·
Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan berubahnya output.
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya jamur tiram putih terdiri atas gaji karyawan, dan penyusutan. Biaya tetap usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea adalah sebesar Rp 13.133.944. Jumlah biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Biaya tetap usaha (tahunan) budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi. Total Biaya (Rp) No. Jenis Ciampea Ciawi 1 Gaji Tenaga Kerja Tetap 6.140.000 5.600.000 2 Penyusutan 6.993.944 5.719.211 Total 13.133.944 11.319.211 Biaya tetap usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciawi adalah sebesar Rp 11.319.211. Jumlah biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciawi dapat dilihat pada Tabel 4. ·
Biaya Variabel Biaya vaiabel adalah biaya yang berubah dengan adanya perubahan jumlah
output. Biaya variabel yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi meliputi serbuk gergaji, kapur pertanian, dedak, tepung jagung, bibit jamur, spiritus, alkohol 70%, cincin, kapas sintetis, plastik baglog, masker, kayu bakar, plastik packing, tali rafia. Rincian biaya variabel Kecamatan Ciampea dan Ciawi dapat dilihat pada tabel 5 dan 6.
51
Tabel 5. Biaya variabel usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea. No
Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Serbuk Gergaji Kapur Pertanian Dedak Tepung Jagung Bibit Jamur Spiritus Alkohol 70% Cincin Kapas Sintetis Plastik Baglog Masker Gas Plastik Packing Tali Rafia
Jumlah (unit)
Total
Harga per Unit (Rp)
Total Biaya (Rp)
1.500 100 1.000 17 30,000 1 1 35.000 250 90 12 1 5 1
2.500 500 1.000 4.000 27 7.000 16.000 25 6.000 12.000 3.000 150.000 45.000 15.000
3,750,000 50.000 1.000.000 68.000 810.000 7.000 16.000 875.000 1.500.000 1.080.000 36.000 150.000 225.000 15.000
67.978
262.052
9.582.000
Berdasarkan tabel diatas biaya variabel yang dikeluarkan pengusaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea selama satu bulan adalah sebesar Rp. 9.582.000. Jumlah biaya variabel yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih ini dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa biaya variabel terbesar terdapat pada penggunaan bahan utama media yaitu serbuk kayu sebesar Rp. 3.750.000 hal ini dikarenakan serbuk kayu merupakan komponen penting dari usaha budidaya jamur tiram putih. Sedangkan biaya terendah yang dikeluarkan dari usaha budidaya jamur tiram putih adalah spiritus yaitu sebesar Rp. 7.000. Tabel 6. Biaya variabel usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi. No
Jenis
1 2 3 4
Serbuk Gergaji Kapur Pertanian Dedak Tepung Jagung
Jumlah (unit) 6.000 2 3 1
Harga per Unit (Rp) 2.500 500 1.000 4,500
Total Biaya (Rp) 15.000.000 1.000 3.000 4.500
52
Tabel 6. Biaya variabel usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi. 5 Bibit Jamur 25.000 27 675.000 6 Spiritus 1 6.000 6.000 7 Alkohol 70% 1 16.000 16.000 8 Cincin 23.000 40 920.000 9 Kapas Sintetis 250 6.000 1.500.000 10 Plastik Baglog 90 12.000 1.080.000 11 Masker 12 Gas 4 13.000 52.000 13 Koran 5 4.000 20.000 14 Plastik Packing 5 11.600 58.000 15 Tali Rafia 1 15.000 15.000 Total 54.363 92.167 19.350.500 Berdasarkan tabel diatas biaya variabel yang dikeluarkan pengusaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciawi selama satu bulan adalah sebesar Rp. 19.350.500. Jumlah biaya variabel yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih ini dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa biaya variabel terbesar terdapat pada penggunaan bahan utama media yaitu serbuk kayu sebesar Rp. 15.000.000 hal ini dikarenakan serbuk kayu merupakan komponen penting dari usaha budidaya jamur tiram putih. Sedangkan biaya terendah yang dikeluarkan dari usaha budidaya jamur tiram putih adalah spiritus yaitu sebesar Rp. 6.000. Penerimaan Hasil produksi dari usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 7. Produksi usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi. Kecamatan Produksi Ciampea Ciawi Jamur Baglog
1.200 kg/bln 12.000 baglog/bln
1.205 kg/bln 25.000 baglog/bln
Penerimaan yang diperoleh pengusaha budidaya jamur tiram putih berasal dari nilai produksi jamur tiram putih segar yang merupakan perkalian antara
53
produksi jamur tiram putih segar yang dihasilkan dengan harga jamur tiram putih yang berlaku di pasaran. Tabel 8. Penerimaan dari hasil penjualan Jamur Tiram Segar dan Baglog di Kecamatan Ciampea dan Ciawi. Harga per satuan Kecamatan Jumlah Nilai (Rp/bulan) (Rp) Ciampea 1.200 (kg/bulan) 7.000 8.400.000 12.000 Baglog/bln 1.500 18.000.000 Total 26.400.000 Ciawi 1.205 (kg/bulan) 7000 8.435.000 25.000 Baglog/bln 1.500 37.500.000 Total 45.935.000 Berdasarkan Tabel 8, penerimaan usaha budidaya jamur tiram putih yaitu sebesar Rp. 8.400.000 dan penerimaan dari baglog sebesar Rp. 18.000.000 merupakan seluruh penerimaan usaha di Kecamatan Ciampea. Sedangkan penerimaan usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciawi adalah sebesar Rp. 8.435.000 dan penerimaan dari baglog sebesar Rp. 37.500.000. Hasil penerimaan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi adalah total penerimaan selama satu bulan usaha budidaya jamur tiram berjalan. Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Kelayakan finansial untuk usaha budidaya jamur tiram putih dapat dilihat pada kriteria-kriteria investasi yang dianalisis meliputi net present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/ C) serta internal rate of return (IRR), sehingga dapat diketahui layak tidaknya usaha yang dijalankan atau dikembangkan. Alat ukur kriteria investasi tersebut dihitung dengan menggunakan suatu arus kas yang lebih dikenal dengan istilah cashflow. Berikut tabel hasil perhitungan analisis kriteria investasi pada usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi.
54
Tabel 9. Analisis kriteria investasi pada usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi tahun 2010. Lokasi Kriteria Nilai Ciampea NPV Rp. 534.025.601 BCR 1,5 IRR 104% Payback Periode 2 tahun BEP 21.126 baglog/thn Ciawi NPV Rp. 1.073.313.595 BCR 1,4 IRR 1.095% Payback Periode 1,6 tahun BEP 58.236 baglog/thn Berdasarkan hasil analisis finansial nilai NPV pada usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea adalah sebesar Rp. 534.025.601 nilai tersebut memberikan pengertian bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh selama umur proyek 10 tahun yang dihitung berdasarkan nilai saat ini adalah Rp. 534.025.601. Nilai BCR yang diperoleh sebesar 1,5. Nilai ini merupakan perbandingan antara seluruh keuntungan yang diperoleh selama umur proyek dengan seluruh kerugian yang dialami umur proyek. Nilai BCR 1,5 mengandung pengertian pula bahwa selama umur proyek penerimaan lebih besar dari pada pengeluaran. Nilai IRR yang diperoleh pada usaha budidaya jamur tiram putih ini adalah 104%. Hal ini berarti bahwa usaha budidaya jamur tiram putih ini mampu memberikan tingkat pengembalian atau keuntungan per tahunnya sebesar 104% dari seluruh investasi yang ditanamkan selama sepuluh tahun umur proyek. Berdasarkan hasil analisis finansial nilai NPV pada usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciawi adalah sebesar Rp. 1.073.313.595 nilai tersebut memberikan pengertian bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh selama umur proyek 10 tahun yang dihitung berdasarkan nilai saat ini adalah Rp. 1.073.313.595. Nilai BCR yang diperoleh sebesar 1,4. Nilai ini merupakan perbandingan antara seluruh keuntungan yang diperoleh selama umur proyek dengan seluruh kerugian yang dialami umur proyek. Nilai BCR 1,4 mengandung pengertian pula bahwa selama umur proyek penerimaan lebih besar dari pada pengeluaran. Nilai IRR yang diperoleh pada usaha budidaya jamur tiram putih ini adalah 1.095%. Hal ini berarti bahwa usaha budidaya jamur tiram putih ini
55
mampu memberikan tingkat pengembalian atau keuntungan per tahunnya sebesar 1095% dari seluruh investasi yang ditanamkan selama sepuluh tahun umur proyek. Analisis sensitivitas Tabel 10 memperlihatkan bahwa apabila terjadi perubahan skenario berupa peningkatan harga input yaitu harga serbuk kayu sebesar 10 persen, maka budidaya jamur tiram putih masih layak untuk dilaksanakan. Kelayakan ini dicerminkan dari nilai NPV yang positif, BCR yang lebih dari 1, IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan, payback period yang lebih kecil dari umur proyek. Tabel 10. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan bahan baku serbuk kayu sebesar 10%. Kriteria kelayakan usaha Ciampea Ciawi IRR
101%
993%
BCR
1,5
1,3
NPV
Rp. 553.198.058
Rp. 977.235.988
PBP
2 tahun
1,1 tahun
Baik usaha budidaya jamur tiram yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi sama-sama layak dilaksanakan meskipun terjadi peningkatan harga bahan baku yaitu serbuk kayu sebesar 10 persen. Tabel 11. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan upah tenaga kerja dan buruh sebesar 15%. Kriteria kelayakan usaha Ciampea Ciawi IRR
103%
999%
BCR
1,5
1,3
NPV
Rp. 524.994.501
Rp. 981.000.238
PBP
1,4 tahun
1,4 tahun
Tabel 11 memperlihatkan bahwa apabila terjadi perubahan skenario berupa peningkatan upah tenaga kerja dan buruh 15 persen, maka budidaya jamur tiram putih masih layak untuk dilaksanakan. Kelayakan ini dicerminkan dari nilai
56
NPV yang positif, BCR yang lebih dari 1, IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan, payback period yang lebih kecil dari umur proyek. Baik usaha budidaya jamur tiram yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi samasama layak dilaksanakan meskipun terjadi peningkatan upah tenaga kerja dan buruh sebesar 15 persen. Tabel 12. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual produk jamur tiram dan baglog sebesar 15%. Kriteria kelayakan usaha Ciampea Ciawi IRR
99%
838%
BCR
1,4
1,5
NPV
Rp. 419.454.707
Rp. 872.650.304
PBP
1,4 tahun
1,5 tahun
Tabel 12 memperlihatkan bahwa apabila terjadi perubahan skenario berupa penurunan harga produk berupa jamur tiram segar dan baglog sebesar 15 persen, maka budidaya jamur tiram putih masih layak untuk dilaksanakan. Kelayakan ini dicerminkan dari nilai NPV yang positif, BCR yang lebih dari 1, IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan, payback period yang lebih kecil dari umur proyek. Baik usaha budidaya jamur tiram yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi sama-sama layak dilaksanakan meskipun terjadi penurunan harga jual produk sebesar 15 persen. Kriteria Investasi Jika Menghasilkan 1 produk Dari hasil perhitungan, jika di Kecamatan Ciampea hanya memproduksi baglog saja besar NPV adalah Rp. 1.506.994.493, BCR sebesar 2,49, IRR sebesar 461%, Payback period selama 1,2 tahun. Sedangkan untuk produksi jamur saja besar NPV adalah Rp. 363.908.581, BCR sebesar 2,47, IRR sebesar 450%, dan Payback period selama 1,2 tahun.
57
Tabel 13. Analisis kriteria investasi pada usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi tahun 2010. Lokasi Produk NPV (Rp) BCR IRR(%) PBP Ciampea
Ciawi
Baglog
506.994.493
2,49
461
1,2
Jamur
363.908.581
2,47
450
1,2
Baglog
1.157.201.601
1,55
452
1,2
Jamur
282.465.164
1,85
487
1,2
Sedangkan di Kecamatan Ciawi hanya memproduksi baglog saja besar NPV adalah Rp. 1.157.201.601, BCR sebesar 1,55, IRR sebesar 452%, Payback period selama 1,2 tahun. Sedangkan untuk produksi jamur saja besar NPV adalah Rp. 282.465.164, BCR sebesar 1,85, IRR sebesar 487%, dan Payback period selama 1,2 tahun. Dampak Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi Pertumbuhan dan perkembangan suatu bisnis akan selalu dipengaruhi lingkungan sekitarnya, baik bersifat positif maupun negatif. Oleh karena itu, besar kemungkinan usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi dapat menyebabkan beberapa dampak terhadap lingkungan, masyarakat dan secara luas bagi negara. Lingkungan merupakan komponen yang terkena dampak secara langsung dari adanya usaha budidaya jamur tiram putih ini. Hal ini dikarenakan usaha ini bergerak di bidang pertanian yang mengandalkan bahan-bahan dari alam dan faktor lingkungan sebagai komponen utamanya, sedangkan dampak terhadap masyarakat lebih dikarenakan adanya peran utama masyarakat sebagai konsumen dan penyedia faktor-faktor produksi terutama tenaga kerja. Secara lebih luas lagi, usaha ini juga memberikan dampak bagi negara, karena secara tidak langsung negara merupakan pihak yang menaungi dan bertanggung jawab atas semua aktivitas yang terjadi di dalam negara tersebut. Dampak-dampak tersebut antara lain:
58
-
Dampak terhadap lingkungan Usaha budidaya jamur tiram putih ini sangat mendukung pelestarian lingkungan karena tidak menggunakan bahan produksi yang dapat membahayakan lingkungan. Usaha ini berperan dalam pemanfaatan sumberdaya yang tidak bernilai ekonomi menjadi bernilai ekonomi, yaitu serbuk kayu yang merupakan bahan utama pembuatan media tanam.
-
Dampak terhadap masyarakat Usaha budidaya jamur tiram ini dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya karena sebagian besar tenaga kerja yang dibutuhkan berasal dari masyarakat sekitar. Dengan adanya usaha ini juga dapat memberdayakan sumberdaya manusia yang kurang memiliki keterampilan dan berpendidikan rendah terutama kebutuhan tenaga kerja tidak tetap. Hal ini dikarenakan usaha budidaya jamur tiram putih ini relatif sederhana untuk dilakukan.
-
Dampak terhadap negara Usaha budidaya ini dapat memberikan kontribusi bagi negara dalam mengurangi angka pengangguran melalui penciptaan lapangan kerja baru. Usaha ini juga dapat memberikan inspirasi dalam kegiatan pemberdayaan sumber daya manusia melalui peningkatan jiwa kewirausahaan.
59
V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Budidaya jamur tiram putih layak dijalankan, hal ini didasarkan pada analisis teknis dan finansial. Berdasarkan analisis aspek teknis, kegiatan budidaya memerlukan peralatan yang sederhana dan mudah dijalankan oleh masyarakat. Pada analisis aspek finansial, kegiatan budidaya ini layak diusahakan, ini terlihat dari parameter yang memenuhi kriteria kelayakan investasi. Di Kecamatan Ciampea nilai NPV sebesar Rp. 534.025.601, nilai BCR sebesar 1,5, dan nilai IRR sebesar 104%, sedangkan di Kecamatan Ciawi nilai NPV sebesar Rp. 1.073.313.595, nilai BCR sebesar 1,4, dan nilai IRR sebesar 1.095%. Budidaya jamur tiram ini memiliki prospek untuk menyediakan lapangan usaha dan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar hutan.
Saran Perlu dilakukan kajian aspek pemasaran khusus dan pengujian pasar produk hasil olahan jamur
tiram,
sehingga
dapat
ditentukan strategi
pengembangan usaha lanjutan.
60
DAFTAR PUSTAKA Cahyana, Y.A., Muchroji, M. Bakrun. 1999. Budidaya dan Analisis Usaha Jamur Tiram. Jakarta. Ditjen Bina Produksi Holtikultura. 2007. Jakarta. Gittinger JP.1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Sutomo S dan K Manggiri, penerjemah. Jakarta : Universitas Indonesia ( UI Press). 579 hal. Terjemahan dari : Economic Analysis of Agriculture Project. Hernanto F. 1989. Ilmu Usaha Tani. Jakarta : PT. Penebar Swadaya. Husnan S, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Husnan S, E Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Ed ke-4. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Kadariah, L Karlina, C Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek Yogyakarta : Penerbit Fakultas Ekonomi, Jakarta : Universitas Indonesia (UI Press). Kus Hendrarini P. 2003. Analisis Budidaya Untuk Peningkatan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Tesis. Tidak dipubikasikan. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. Lipsey R G, PN Courant, DD Purvis, PO Steiner. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jakarta Barat : Binarupa Aksara. Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Cetakan 3. Jakarta : Ghalia Indonesia. Rahwana Heri. 2003. Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cicurug dan Parung Kuda Kabupaten Sukabumi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Rahardi F, Kristiawati, Nazaruddin. 2005. Agribisnis. Jakarta : Penebar Swadaya. Sofyan. 2000. Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta. Suad, H dan Suwarsono, M. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN. Yogyakarta Sugiarto, T Herlambang, Brastoro, R Sudjana, S Kelana. 2005. Ekonomi Mikro. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Suriawiria, U. 2001. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu. Jakarta: Penebar Swadaya.
61
LAMPIRAN
Lampiran 1. Cash Flow Pada Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea No I
Uraian komponen
Tahun 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Baglog
75130
75130
75130
75130
75130
75130
75130
75130
75130
Jamur
21522
21522
21522
21522
21522
21522
21522
21522
21522
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
7000
7000
7000
7000
7000
7000
7000
7000
7000
112.695.652
112.695.652
112.695.652
112.695.652
112.695.652
112.695.652
112.695.652
112.695.652
112.695.652
150.652.174
150.652.174
150.652.174
150.652.174
150.652.174
150.652.174
150.652.174
150.652.174
150.652.174
263.347.826
263.347.826
263.347.826
263.347.826
263.347.826
263.347.826
263.347.826
263.347.826
263.347.826
Kas Masuk Produksi
Harga Baglog (Rp/Pack) Jamur (Rp/Kg) Penerimaan Baglog (Rp) Jamur (Rp) Total Penerimaan II
0
Kas Keluar 1. Biaya Investasi Bangunan Sekop Timbangan Pembibitan Pengayak Alat Sterilisasi
90.000.000 130.000 75.000 50.000 10.000.000
130.000 75.000
130.000 75.000
75.000
50.000
50.000
130.000 75.000 50.000
10.000.000
62
Lanjutan lampiran 1. Lampu Spiritus Sendok Tanam Sprayer Sterilisasi Pompa air Nostle Selang air Cutter Sprayer Budidaya Sapu Pisau Timbangan Pemanenan Keranjang Total 1 2. Biaya Operasional Gaji Tenaga Kerja Baglog Upah Buruh Serbuk Gergaji Kapur Pertanian Dedak
30.000
30.000
45.000
45.000
21.000
21.000
150.000
150.000
12.000
12.000
12.000
250.000
12.000
12.000
-
-
250.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15.000
15.000
15.000
15.000
85.000
85.000
85.000
85.000
120.000
120.000
120.000
120.000
100.983.000
87.000
400.000
87.000
10.496.000
487.000
87.000
400.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
63
Lanjutan lampiran 1. Tepung Jagung
816.000
816.000
816.000
816.000
816.000
816.000
816.000
816.000
816.000
9.720.000
9.720.000
9.720.000
9.720.000
9.720.000
9.720.000
9.720.000
9.720.000
9.720.000
7.000
7.000
7.000
7.000
7.000
7.000
7.000
7.000
7.000
192.000
192.000
192.000
192.000
192.000
192.000
192.000
192.000
192.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
432.000
432.000
432.000
432.000
432.000
432.000
432.000
432.000
432.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
225.000
225.000
225.000
225.000
225.000
225.000
225.000
225.000
225.000
15.000
15.000
15.000
15.000
15.000
15.000
15.000
15.000
15.000
157.417.000
157.417.000
157.417.000
157.417.000
157.417.000
157.417.000
157.417.000
157.417.000
157.417.000
100.983.000
157.417.000
157.504.000
157.817.000
157.504.000
167.913.000
157.904.000
157.417.000
157.504.000
157.817.000
(100.983.000)
105.930.826
105.843.826
105.530.826
105.843.826
95.434.826
105.443.826
105.930.826
105.843.826
105.530.826
1.000
0.920
0.846
0.779
0.716
0.659
0.606
0.558
0.513
0.472
-
242.270.309
222.879.769
205.041.186
188.630.346
173.532.977
159.643.953
146.866.562
135.111.833
124.297.914
100.983.000
144.817.847
133.300.721
122.875.458
112.816.705
110.646.225
95.722.904
87.789.954
80.808.163
74.488.270
(100.983.000)
97.452.462
89.579.048
82.165.728
75.813.641
62.886.752
63.921.049
59.076.608
54.303.670
49.809.644
(100.983.000)
4.947.826
110.791.652
216.322.478
322.166.304
417.601.130
523.044.957
628.975.783
734.819.609
840.350.435
Bibit Jamur Spiritus Alkohol 70% Cincin Kapas Sintetis Plastik Baglog Masker Gas Plastik Packing Tali Rafia Total 2
Total biaya
III
Net Benefit
IV
DF (i = 8.7%) PV Manfaat PV biaya
V
NPV kumulatif NB
64
Lanjutan lampiran 1. Kriteria kelayakan usaha IRR BCR NPV PBP
Nilai 104% 1.5 534.025.601 2
65
Lampiran 2. Cash Flow Pada Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi No I
Uraian komponen
Tahun 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Kas Masuk Produksi Baglog
300000
300000
300000
300000
300000
300000
300000
300000
300000
Jamur
6916
6916
6916
6916
6916
6916
6916
6916
6916
Harga Baglog (Rp/Pack) Jamur (Rp/Kg)
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
7000
7000
7000
7000
7000
7000
7000
7000
7000
450.000.000
450.000.000
450.000.000
450.000.000
450.000.000
450.000.000
450.000.000
450.000.000
450.000.000
48.409.565
48.409.565
48.409.565
48.409.565
48.409.565
48.409.565
48.409.565
48.409.565
48.409.565
498.409.565
498.409.565
498.409.565
498.409.565
498.409.565
498.409.565
498.409.565
498.409.565
498.409.565
Penerimaan Baglog (Rp) Jamur (Rp) Total II
0
Kas Keluar 1. Biaya Investasi Bangunan Sekop Timbangan Pembibitan Pengayak Alat Sterilisasi
14.000.000 130.000 75.000 50.000 -
130.000 75.000
130.000 75.000
75.000
50.000
50.000
130.000 75.000 50.000
-
66
Lanjutan lampiran 2. Lampu Spiritus Sendok Tanam Sprayer Sterilisasi Pompa air Nostle Selang air Cutter Sprayer Budidaya Sapu Pisau Timbangan Pemanenan Keranjang Total 2. Biaya Operasional Gaji Tenaga Kerja Baglog Upah Buruh Serbuk Gergaji Kapur Pertanian Dedak
320.000
320.000
1.400.000
1.400.000
25.000
25.000
35.000
35.000
6.000
6.000
6.000
-
6.000
6.000
175.000
175.000
-
175.000
175.000
175.000
13.000
13.000
13.000
13.000
200.000
200.000
200.000
200.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16.429.000
256.000
393.000
256.000
1.780.000
649.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
14.400.000
14.400.000
14.400.000
14.400.000
14.400.000
180.000.000
180.000.000
180.000.000
180.000.000
12.000
12.000
12.000
36.000
36.000
36.000
72.000.000
256.000
393.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
14.400.000
14.400.000
14.400.000
14.400.000
180.000.000
180.000.000
180.000.000
180.000.000
180.000.000
12.000
12.000
12.000
12.000
12.000
12.000
36.000
36.000
36.000
36.000
36.000
36.000
-
67
Lanjutan lampiran 2. Tepung Jagung
54.000
54.000
54.000
54.000
54.000
54.000
54.000
54.000
54.000
8.100.000
8.100.000
8.100.000
8.100.000
8.100.000
8.100.000
8.100.000
8.100.000
8.100.000
72.000
72.000
72.000
72.000
72.000
72.000
72.000
72.000
72.000
192.000
192.000
192.000
192.000
192.000
192.000
192.000
192.000
192.000
11.040.000
11.040.000
11.040.000
11.040.000
11.040.000
11.040.000
11.040.000
11.040.000
11.040.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
12.960.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
624.000
624.000
624.000
624.000
624.000
624.000
624.000
624.000
624.000
240.000
240.000
240.000
240.000
240.000
240.000
240.000
240.000
240.000
696.000
696.000
696.000
696.000
696.000
696.000
696.000
696.000
696.000
318.426.000
318.426.000
318.426.000
318.426.000
318.426.000
318.426.000
318.426.000
318.426.000
318.426.000
16.429.000
318.426.000
318.682.000
318.819.000
318.682.000
320.206.000
319.075.000
318.426.000
318.682.000
318.819.000
(16.429.00 0)
179.983.565
179.727.565
179.590.565
179.727.565
178.203.565
179.334.565
179.983.565
179.727.565
179.590.565
1.000
0.920
0.846
0.779
0.716
0.659
0.606
0.558
0.513
0.472
-
458.518.459
421.820.110
388.058.979
356.999.980
328.426.845
302.140.612
277.958.244
255.711.356
235.245.038
16.429.000
292.940.202
269.710.867
248.230.741
228.265.017
210.999.655
193.426.295
177.583.133
163.501.289
150.479.832
(16.429.00 0)
165.578.257
152.109.242
139.828.238
128.734.964
117.427.190
108.714.316
100.375.112
92.210.067
84.765.206
Bibit Jamur Spiritus Alkohol 70% Cincin Kapas Sintetis Plastik Baglog Masker Gas Plastik Packing Tali Rafia Total
Total biaya
III
Net Benefit
IV
DF (i = 8.7%) PV Manfaat PV biaya
V
NPV
68
Lanjutan lampiran 2. Kriteria kelayakan usaha IRR BCR NPV PBP
Nilai 1.095% 1,4 1.073.313.592 1,6
69