Prosiding Seminar Tahunan Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang BMKG Tahun 2012
ISBN : 978-979-15549-8-5
Prosiding Seminar Tahunan Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang BMKG Tahun 2012
PROSIDING SEMINAR TAHUNAN HASIL-HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSLITBANG BMKG TAHUN 2012 JAKARTA, 15 MEI 2013
PENGARAH: Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng
KETUA DEWAN REDAKSI: Dr. Masturyono, M.Sc
DEWAN REDAKSI: Dr. Ir. Dodo Gunawan, DEA Drs. Suratno. M.Si Ir. Fachrizal, M.Sc
REDAKSI PELAKSANA: Roni Kurniawan, S.T, M.Si Muhammad Najib Habibie, S.Kel Drajat Ngadmanto, S.Si Utoyo Ajie Linarka, S.T
PANITIA PENYELENGGARA: Ketua: M.S. Yulianti, S.Si, Wakil Ketua: Roni Kurniawan, S.T, M.Si., Sekretaris & Bendahara: Dyah Lukita Sari, M.T, Seksi Persidangan: Welly Fitria, S.Si, Ratna Satyaningsih, M.Si, Angga Setiyo Prayogo, M.Si, Seksi Dokumentasi: Ozwald Rozar Putratama, Boko Nurdiyanto, S.Si, Yuaning Fajariana, S.Kom, Wido Hanggoro, S,Si, Seksi Konsumsi: Titah Sri Rudati, S.E
Prosiding Seminar Tahunan Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang BMKG Tahun 2012
DESAIN SISTEM PENENTUAN POTENSI TSUNAMI MENGGUNAKAN : RUPTURE DURATION (Tdur), TIME DOMINAN (Td) DAN T50EX SYSTEM DESIGN OF TSUNAMI POTENCY DETERMINATION USING CALCULATIONS OF RUPTURE DURATION (TDUR), DOMINANT PERIOD (TD), AND t50EX Masturyono, Thomas Hardy, Pupung Susilanto, Wiko Setyonegoro, Drajat Ngadmanto, Madlazim Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG Jl. Angkasa I/No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 – INDONESIA
ABSTRAK
Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia, adalah suatu sistem yang sangat vital dalam rangka mitigasi bencana alam tsunami. Sistem ini dikembangkan setelah kejadian tsunami Aceh 2004, yang terdiri dari Sistem monitoring gempabumi secara real time dan sistem monitoring perubahan permukaan laut. Monitoring gempa bumi bertujuan untuk mengetahui datangnya potensi ancaman tsunami akibat gempa bumi, sedangkan monitoring perubahan permukaan air laut digunakan untuk konfirmasi apakah tsunami benar-benar terjadi. Salah satu kriteria untuk menentukan potensi tsunami adalah magnitudo gempa bumi. Namun magnitudo gempa bumi bukan merupakan indikator timbulnya tsunami secara umum. Hanya gempa tertentu saja yang indikator timbulnya tsunami dapat dilihat dari besarnya magnitude. Lomax dan Michelini (2009), telah mengusulkan bahwa indikator potensi tsunami dapat dilihat dari rupture duration (Td), Time dominan (Tdom) dan T50EX. Metode ini dikembangkan pula oleh Madlazim untuk studi kasus gempa bumi di Indonesia. Hasil pengembangannya sudah digunakan untuk ujicoba secara offline. Hasil uji coba disimpulkan bahwa system tersebut akurat dan dapat dikembangkan untuk memperkuat InaTEWS dalam penentuan Potensi Tsunami. Dalam penelitian ini disusun rancang bangun sistem yang implementasinya untuk uji coba secara real time menggunakan data jaringan InaTEWS secaralangsung. Dalam pengembangan tersebut perlu membuat tampilan GUI untuk dapat disandingkan dengan tampilan InaTEWS yang telah ada. Kata Kunci : peringatan tsunami, rupture duration, time dominan, T50EX, ujicoba ABSTRACT Tsunami Early Warning System is the most important.system in tsunami hazard mitigation. This system develop after Aceh tsunami 2004 occurred. Its consist of real time earthquake monitoring system and water level monitoring. Earthquake monitoring detectingpotential tsunami hazard, meanwhile water level monitoring used to confirm if tsunami is occurring. Earthquake magnitude is one of criteria to determine tsunami potency, but it is not tsunami indicator generaly. Only certain earthquakes which the onset of tsunami can be seen from the magnitude as indicators. Lomax and Michelini (2009), proposed that potential tsunami indicators can be seen from the rupture duration (Td), Time predominant (Tdom) and T50EX. This method was also developed by Madlazim to study earthquakes in Indonesia. Offline test has been done and the results concluded that the system is accurate and can be developed to strengthen the Potential Tsunami determination on InaTEWS. This research is built system design that be able to test in real time using InaTEWS data network directly. GUI are needed on system develoment to get along with InaTEWS. Keywords: tsunami early warning, rupture duration, dominant period, T50EX,
154
Prosiding Seminar Tahunan Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang BMKG Tahun 2012
PENDAHULUAN Sistem peringatan dini tsunami indonesia (InaTEWS) mulai dibangun sejak tahun 2005, saat ini telah dapat berfungsi memberikan informasi Potensi Tsunami dalam waktu 5 menit setelah gempa bumi terjadi. Penentuan potensi tsunami, ditentukan bersarkan pada paramater gempa bumi yaitu kedalaman < 70 km, magnitude > 7, sumber gempa dilautan (P.J.Prih Harjadi, 2008). Pembangunan dilakukan secara bertahap dan kriterian potensi tsunami juga diperbaruhi sesuai dengan hasil evaluasi terhadap warning yang telah dikeluarkan. InaTEWS secara resmi beroperasi setelah dilakukan peresmian oleh Presiden SBY pada tanggal 11 Nopember 2008. Hasil analisa potensi tsunami ini diteruskan ke sistim DSS (Decision Support System), yang akan memberikan rincian warning, sesuai hasil perhitungan parameter gempa bumi tersebut. Dalam penerapannya menunjukan bahwa akurasinya kriteria ini masih perlu sempurnakan. Matlazim (2011a, 2011b ,2011c, 2012b, 2012b)telah mengembangkan program komputer yang berfungsi untuk menghitung estimasi parameter sumber gempa bumi : durasi rupture (Tdur), periode dominan (Td), durasi lebih dari 50 detik (T50Ex) dari gelombang P yang terekam oleh stasiun seismik lokal. Parameter ini merupakan parameter sumber gempa bumi yang dapat digunakan memberikan deskripsi tentang luas rupture dari suatu gempa bumi. Software ini juga dapat menghitung perkalian antara Tdur dengan Td dan perkalian antara Td dengan T50Ex, dimana hasil perkalian ini menjadi indikator kuat untuk potensi timbulnya tsunami. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua hasil perkalian tersebut, maka perkalian antara T50Ex dengan Td yang bisa digunakan untuk mengambil keputusan untuk menentukan Potensi tsunami. Software ini telah di ujicoba secara off line dengan menggunakan data wave form secara langsung format miniseed, sehingga software ini lebih cepat membaca seismogram secara real time, tanpa perlu mengkonversi lebih dahulu ke dalam format SAC atau lainnya. Kecepatan komputasi terhadap parameter-parameter gempa bumi tersebut bergantung pada jumlah data yang diproses. Sebagai contoh jika jumlah data
seismogram yang diproses ada 20 stasiun, maka waktu yang diperlukan oleh oleh software tersebut hanya sekitar 18 detik, sehingga software ini dapat dikembangkan untuk menyempurnakan indikator potensi tsunami di InaTEWS. Untuk menuju ke implementasi software tersebut dapat digunakan dalam InaTEWS, maka perlu dilakukan uji coba, dengan data real time dari jaringan gempa bumi InaTEWS. Ujicoba akan dilakukan di Lab Komputasi Litbang Geofisika BMKG secara rutin, untuk mendapatkan hasil validasi baik dari segi waktu proses maupun akurasi dari prediksi Potensi Tsunami. Dalam paper ini dipresentasikan Desain Sistem Penentuan Potensi Tsunami Menggunakan : Rupture Duration (Tdur), Time Dominan (Td ) dan T50EX, yang akan diimplementasikan tahun 2013. METODE PENGEMBANGAN Untuk pengembangan Desain (Rancang Bangun) Sistem Penentuan Potensi Tsunami menggunakan : Rupture Duration (Tdur), Time Dominan (Td ) dan T50EX, dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : a. Kajian pustaka untuk konsep dan implentasi dari InaTEWS. b. Kajian pustaka untuk pengembangan metode Rupture Duration (Tdur), Time Dominan (Td ) dan T50EX c. Penyusunan diagram blok Sistem Penentuan Potensi Tsunami Menggunakan : Rupture Duration (Tdur), Time Dominan (Td ) dan T50EX d. Kebutuhan dan Spesifikasi Perangkat Keras HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN a. Kajian pustaka untuk grand design dan implentasi dari InaTEWS (Harjadi, 2008). Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia, yang dikenal dengan InaTEWS (indonesia Tsunami Early Warning System), adalah suatu sistem yang produknya berupa peringatan dini akan adanya potensi tsunami. Sistem ini tidak dapat memastikan apakah tsunami benar-benar terjadi dalam waktu 5 menit setelah gempa bumi terjadi, tetapi hanya dapat memberikan informasi 155
Prosiding Seminar Tahunan Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang BMKG Tahun 2012
adanya potensi kejadian tsunami akibat terjadinya gempa bumi tektonik. Tetapi secara konseptual, sistem ini dapat memberikan informasi yang lebih lengkap seiring berjalannya waktu, karena selain berdasarkan parameter gempa bumi, InaTEWS juga dilengkapi dengan sistem monitoring perubahan permukaan laut, yaitu dengan menggunakan tsunami buoy, dan tide gauge. Tsunami buoy dirancang untuk dapat memberikan informasi perubahan ketinggian permukaan laut di tengah lautan, idealnya di dekat sumber tsunami. Sehingga konfirmasi terjadinya tsunami dapat diperoleh setelah atau bahkan bisa lebih dulu dari potensi tsunami yang dihasilkan dari analisa gempa bumi. Sistem ini dikembangkan dan dioperasikan oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). Sedangkan tide gauge, adalah sistem monitoring pasang sursut, yang umumnya dipasang di tepi pantai. Selain fungsi utamanya untuk monitor pasang surut, sistem ini dapat digunakan untuk memonitor kejadian tsunami setelah gelombangnya sampai di pantai. Secara konseptual, informasi ini memang terlambat untuk wilayah dimana alat itu di pasang, tetapi informasi dari alat ini sangat berguna untuk wilayah lain yang lebih jauh dari lokasi tide gauge. Untuk wilayah yang lebih jauh itu, informasi dari tide gauge merupakan peringatan tsunami yang paling dapat dipercaya untuk memperkirakan tingkat ancamannya. Sesuai dengan kesepakatan Nasional dalam pembangunan InaTEWS, sistem monitoring pasang surut merupakan tupoksi dari BIG (badan Informasi Geospasial). Untuk menyampaikan peringatan dini tsunami, dibangun juga sistem desiminasi, sehingga peringatan dini dapat sampai kepada aparatur yang berwenang dan masyarakat tepat waktu. Sistem diseminasi peringatan dini ini dibantu dengan DSS (Desicion Support System). DSS dirancang untuk dapat memberikan informasi lengkap tingkat ancaman tsunami di wilayah yang terancam oleh suatu kejadian tsunami tertentu. Paling tidak informasi waktu tiba dan perkiraan tinggi gelombang tsunami yang akan terjadi di sepanjang pantai dapat disajikan dari sistem ini.
InaTEWS juga dilengkapi dengan alat bantu yang langsung sampai di lokasi pantai, yaitu sirine. Sirine ini dapat diaktifkan pada saat terjadi ancaman tsunami untuk wilayah tertentu. Penyebaran peringatan dini tsunami juga menggunakan alat komunikasi lain, misalnya SMS, Media massa : TV, radio, media elektronik (email), dan lain sebagainya. Semua peralatan tersebut digunakan untuk membantu penyampaian peringatan dini tsunami kepada masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung. b. Kajian pustaka untuk pengembangan metode Rupture Duration (Tdur), Time Dominan (Td ) dan T50EX Peringatan dini tsunami yang efektif untuk gempabumi yang terjadi di dekat garis pantai membutuhkan waktu sekitar 3 – 5 menit setelah origin time (OT) gempabumi untuk memastikan apakah gempabumi tersebut berpotensi terjadi tsunami atau tidak. Beberapa lembaga seismologi dunia seperti Japan Meteorology Agency (JMA), the Indonesian tsunami early warning system(Ina-TEWS) dan West Coast and Alaska (WCATWC),Pasific Tsunami Warning Centres(PTWC) pertama kali mengidentifikasi gempabumi-gempabumi yang berpotensi menimbulkan tsunami berdasarkan parameterparameter gempabumi seperti lokasi, kedalaman dan magnitudo yang ditentukan secara cepat. Ina-TEWS menentukan kriteria gempabumi yang menimbulkan tsunami adalah magnitudo ≥ 7, episenter di laut, dan kedalaman < 100 km. Fakta telah menunjukkan bahwa walaupun kriteria tersebut sudah terpenuhi, tetapi tidak semua gempabumi tersebut dapat menimbulkan tsunami yang signifikan, contohnya gempa bumi Padang 30 September 2009 Mw= 7.6. Sementara itu gempabumi dengan magnitudo kurang dari 7 bisa menimbulkan tsunami, contohnya gempa bumi Flores 14 Mei 1995 dengan Mw= 6.9. Oleh karena itu kinerja peringatan dini tsunami perlu terus diperbaiki (Kumar et al., 2010). Besar dan dampak tsunami sangat terpengaruh oleh pergeseran lantai dasar laut yang berhubungan dengan panjang (L), lebar (W), mean slip (D), dan kedalaman (z), dari rupture gempabumi. Lomax dan Michelini (2009b; 156
Prosiding Seminar Tahunan Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang BMKG Tahun 2012
2011) telah menemukan bahwa parameter panjang rupture dari suatu gempa bumi merupakan parameter yang paling dominan sebagai penyebab tsunami. Untuk mengukur panjang rupture diperlukan metode yang komplek dan membutuhkan waktu komputasi yang lebih lama, sehingga tidak layak digunakan untuk peringatan dini tsunami. Lomax and Michelini (2009b; 2011) juga telah menemukan hubungan antara L dan durasi rupture yang bisa dinyatakan bahwa durasi rupture sebanding dengan panjang rupture. Untuk mengestimasi durasi rupture (To atau Tdur) bisa dilakukan dengan cara menganalisis seismogramseismogram grup gelombang P yang dominan dari seismogram frekuensi tinggi dari gempa bumi, sehingga durasi rupture gempa bumi bisa digunakan untuk peringatan dini dari tsunami (Geist dan Yoshioka, 1996; Geist and Parsons, 2005; Olson and Allen, 2005). Parameter lain yang bisa dijadikan parameter peringatan dini tsunami adalah periode dominan dari gelombang P, yang merupakan nilai puncak dari Time Domain (τc).
(2) T50 Exceedance (T50EX) adalah nilai perbandingan RMS ampiltudo saat durasi rupture (Tdur) mencapai 50-60s dengan rms amplitude saat durasi rupture 0–25 s. Software perhitungan Td, Tdur dan T50Ex ditulis menggunakan bahasa pemrograman BASH yang bisa running pada sistem operasi LINUX (UNIX). Software ini bisa di compile dan dijalankan dalam satu perintah (commandline) shell pada semua system LINUX (UNIX). Kompilasi ini membutuhkan software SeisGram2K60_20111209.jar yang bisa didownload di website: http://alomax.free.fr/seisgram/ver60/SeisGram2 K_install.html. Software perhitungan Td, Tdur dan T50Ex merupakan program komputer yang berfungsi untuk mengestimasi parameter sumber gempa bumi; durasi rupture (Tdur), periode dominan (Td), durasi lebih dari 50 detik (T50Ex) dari gelombang P yang terekam oleh stasiun seismik lokal dengan menggunakan metode prosedur langsung. Software ini juga mengkomputasi
perkalian antara Tdur dengan Td (Tdur * Td) dan perkalian antara Td dengan T50Ex (Td * T50Ex). Kedua hasil perkalian ini memberikan deskripsi tentang luas rupture. Oleh karena itu, hasil perkalian ini menjadi indikator kuat terjadi/tidaknya tsunami. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua hasil perkalian tersebut, maka perkalian antara T50Ex dengan Td yang diprioritaskan untuk digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan apakah gempa bumi tersebut menimbulkan tsunami atau tidak. Indikator potensi tsunami dari masing-masing parameter adalah jika: Tdur > 65, Td > 10, T50Ex > 1, Tdur * Td > 650, Td * T50Ex > 10. Gelombang P adalah bagian dari gelombang seismik gempa bumi yang merambat dengan kecepatan paling besar dibandingkan gelombang S dan gelombang L maupun R, sehingga dalam waktu kurang dari 2 menit data gelombang P sudah terekam di stasiun seismik lokal dan selanjutnya diproses untuk menentukan Tdur, Td, T50Ex, perkalian Tdur dengan Td (Tdur * Td) dan perkalian T50Ex dengan Td (Td * T50Ex). Matlazim (2012), telah mengembangkan software perhitungan Td, Tdur dan T50Ex bisa secara langsung membaca data seismogram dalam format miniseed, sehingga software ini lebih cepat membaca seismogram secara real time, tanpa perlu mengkonversi lebih dahulu ke dalam format SAC atau lainnya. Kecepatan komputasi terhadap parameterparameter gempa bumi tersebut bergantung pada jumlah data yang diproses. Sebagai contoh jika jumlah data seismogram komponen vertikal yang diproses ada 20 yang direkam oleh 20 stasiun, maka waktu yang diperlukan oleh software ini untuk komputasi parameterparameter tersebut sekitar 18 detik. Hasil uji coba offline dari software ini seperti terlihat pada tabel 1. c. Penyusunan Diagram Alir Sistem Penentuan Potensi Tsunami Menggunakan : Rupture Duration (Tdur), Time Dominan (Td ) dan T50EX Untuk memudahkan penyusunan Rancang bangun Sistem Penentuan Potensi Tsunami menggunakan Tdur, Td, dan T50EX, terlebih dahulu dibuat diagram alirnya, seperti terlihat pada gambar 1. 157
Prosiding Seminar Tahunan Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang BMKG Tahun 2012
Tabel 1. Hasil Uji coba offline program aplikasi penentuan potensi tsunami menggunakan perhitungan Tdur, Td dan T50Ex terhadap beberapa gempabumi yang berpotensi tsunami Origin time
Kota/Tsunami?
1994/06/02-18:17 1994/10/08-21:44 1994/11/14-19:15 1996/01/01-08:05 1996/02/17-05:59 1998/07/17-08:49 2000/05/04-04:21 2002/03/05-21:16 2002/09/08-18:44 2002/10/10-10:50 2004/11/11-21:26 2004/12/26-00:58 2005/03/28-16:09 2006/01/27-16:58 2006/03/14-06:57 2006/07/17-08:19 2007/09/12-11:10
Banyuwangi/T Halmahera/tT Filipina/tT Sulawesi/T Papua/T PN_Guinnea/T Sulawesi/tT Filipina/T PNGuinea/T Papua/T Timor/tT Sumatra-Andaman/T Nias/T Laut Banda/tT Laut Seram/tT Pangandaran/T Sumatra Selatan/T
Lintang (°) -10,48 -1,26 13,52 0,73 -0,89 -2,96 -1,105 6,03 -3,23 -1,71 -8,17 3,30 2,09 -5,48 -3,59 -9,25 -4,52
2007/09/12-23:49 2007/09/13-03:25 2007/10/24-21:02 2008/02/20-08:08 2008/02/25-08:36 2008/11/16-17:02 2009/01/03-19:43 2009/01/03-22:33 2009/02/11-17:34 2009/09/02-07:55 2009/09/30-10:16 2009/11/08-19:41 2010/04/06-22:15 2010/05/09-05:59 2010/10/25-14:42 2012/04/11-08:38 2007/09/12-23:49
Sumatra Selatan/T Sumatra Selatan/nT Sumatra Selatan/nT Sumatra Utara/nT Sumatra Selatan/nT Sulawesi/nT Papua/nT Papua/nT Talaud/nT Tasikmalaya/nT Padang/nT Sumbawa/nT Sumatra Utara/T Sumatra Utara/nT Mentawai/T Sumatra Utara/T Sumatra Selatan/T
-2,53 -2,22 -3,84 2,75 -2,35 1,29 -0,51 -0,70 3,90 -7,77 -0,79 -8,27 2,38 3,75 -3,48 2,31 -2,53
Bujur (°) 112,84 127,98 121,07 119,93 136,95 141,93 123,57 124,24 142,87 134,17 124,86 95,98 97,11 128,09 127,21 107,41 101,38
d (km) 6 20 14 14 11 7 6 31 33 10 10 39 21 397 31 34 30
100,96 99,56 100,91 95,97 100,02 122,10 132,78 133,28 126,40 107,32 99,96 118,63 97,05 96,02 100,11 93,06 100,96
10 10 30 34 35 26 35 35 20 50 80 33 31 38 21 23 10
Sesar
Mw
Td
T50Ex
TdT50Ex
Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr N N Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr Tr
7,7 6,8 7,1 7,9 8,2 7,0 7,5 7,5 7,6 7,5 7,5 9,0 8,6 7,6 6,7 7,7 8,4
21,9 4,4 5,3 25,7 14,9 10,8 5,2 10,7 13,5 10,1 8,7 18,8 13,7 2,1 4,6 9,1 13,2
1,6 0,5 0,7 0,7 1,5 0,9 0,9 1,1 0,7 1,2 0,8 2,0 3,4 0,3 0,5 1,6 2,9
35,0 2,2 3,7 17,9 22,4 9,7 4,9 11,8 9,5 12,1 6,9 37,6 46,9 0,63 2,3 14,6 38,3
7,9 7,0 6,8 7,4 6,9 7,3 7,6 7,4 7,1 7,0 7,5 6,6 7,8 7,2 7,8 8,6 7,9
13,9 6,4 7,9 6,4 7,2 8,7 10,3 12,7 8,1 6,0 7,9 6,9 13,4 7,1 8,7 4,9 13,9
1,4 0,6 0,7 0,9 0,7 0,8 0,7 0,5 0,4 0,6 0,7 0,7 1,5 0,6 1,5 2,7 1,4
19,5 3,8 5,5 5,8 5,0 7,0 7,2 6,4 3,2 3,6 5,5 4,8 20,1 4,3 13,1 13,2 19,5
158
Prosiding Seminar Tahunan Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang BMKG Tahun 2012
Gambar 1: Diagram alir Sistem Penentuan Potensi Tsunami menggunakan Tdur, Td, dan T50EX Data wave form dialirkan secara kontinyu (terus menerus) dan real time dalam sistem ini dari jaringan InaTEWS. Bila tidak ada indikator adanya gempa bumi, sistem terus mengalirkan data waveform sesuai dengan time serinya. Bila suatu saat mendapatnya indikator adanya gempabumi, maka akan di evaluasi apakah informasi dari sistem InaTEWS atau dari atau dari sumber lain. Bila dari Ina TEWS maka akan diperoleh flag secara otomatis, tapai bila dari jaringan lain akan dibuat flag manual. Selanjutnnya dilakukan parsing data dalam format sbagai berikut : Stasiun Tanggal Jam ........... ........... ........... Untuk 12 stasiun
Pengambilan data untuk proses perhitungan Td, Tdur, dan T50EX, dilakukan dengan logika sebagai berikut : Apakah jumlah baris > 0. Bila jawaban ya, maka akan dilakukan pemotongan data digital berdasarkan sebagai berikut: Ambil data waktu tiba gelombang P (tP) Waktu awal pemotongan : waktu tiba gelombang P (tP) – 30 detik Waktu akhir pemotongan : waktu tiba gelombang P (tP) + 180 detik Ambil data digital ke data bank Pemotongan data Mseed Identifikasi jumlah baris
159
Prosiding Seminar Tahunan Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang BMKG Tahun 2012
Setelah Jumlah baris = 0, berati tidak memenuhi jumlah baris > 0, dilakukan proses berikutnya yaitu : Dimulai proses perhitungan Td, Tdur dan T50EX, Td*Tdur, dan Td*T50EX, berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Matlazim (2011). Pembuatan Peta berdasarkan data parameter gempa dari InaTEWS Tabel 2. Kriteria Potensi tsunami No 1
2
Parameter T Dominan (Td)
3
Rupture Duration (Tdur) T50EX
4 5
Td * Tdur Td * T50EX KESIMPULAN
Kriteria > 10 detik
Ya
> 650 detik
v
>1 detik >650 >10
v v v
POTENSI TSUNAMI
KESIMPULAN Hasil kajian terhadap sistem Penentuan Potensi Tsunami yang telah dikembangkan oleh Matlazim (2012) secara offline, dengan menggunakan data-data gempa bumi Indonesia disimpulkan bahwa system tersebut akurat dan dapat dikembangkan untuk memperkuat InaTEWS dalam penentuan Potensi Tsunami.
Dilakukan tes logika, untuk menentukan Potensi tsunami.
Kriteria Potensi tsunami diambil berdasarkan hasil studi Madlazim (2012), dapat dilihat pada tabel 2.
Untuk itu dibuat rancang bangun implementasinya untuk dapat melakukan uji coba secara real-time menggunakan langsung data jaringan InaTEWS, seperti yang telah dibahas dalam paper ini.
Dalam pengembangan tersebut perlu membuat tampilan GUI untuk dapat disandingkan dengan tampilan InaTEWS yang telah ada.
Tidak V
d. Kebutuhan dan Spesifikasi Perangkat Keras. Untuk mengembangkan sistem ini diperlukan beberapa perangkat keras. Kebituhan tersebut paling tidak terdiri dari : Satu set computer sekelas work station atau server dengan memori minimal 8 gb, yang dilengkapi dengan sistem operasi linux dan monitor serta speaker aktive Perangkat software yang mengakomodir diagram logika diatas. Untuk operasional sistem ini didesign berjalan otomatis , dimana input yang diperlukan berupa sinyal gempa dan trigger event di intergrasikan atau diperoleh dari system processing yang ada, yang ada dan secara fisik di letakan di meja operator InaTEWS.
DAFTAR PUSTAKA
Lomax, A dan Michelini, A, 2009, Tsunami Early Warning Using Earthquake Rupture Duration,Geophysical Research Letter,Vol. 36. Lomax, A dan Michelini, A, 2010, Tsunami Early Warning Using Earthquake Rupture Duration and PWave Dominant period: the important of length and depth of faulting, Geophysical Journal International. Lomax, A dan Michelini, A, 2012, Tsunami Early Warning Within 5 minutes, Pure and Applied Geophysics. Madlazim (2011), Toward Indonesian Tsunami Early Warning System by Using Rapid Rupture Duration Calculation, Science of Tsunami Hazards, Vol 30, No. 4, Tsunami Society International, USA. Madlazim (2011), Menuju Sistem Peringatan Dini Tsunami Menggunakan Perhitungan Durasi Rupture Gempabumi secara Cepat dan Tepat, Edisi 3, 2011, Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI). Madlazim, (2011), Estimasi Durasi, Arah dan Panjang Rupture, serta Lokasilokasi Gempabumi Susulan Menggunakan Perhitungan Cepat, Jurnal
160
Prosiding Seminar Tahunan Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang BMKG Tahun 2012
Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA), Vol 2, No. 2. Madlazim (2011) Toward tsunami early warning system in Indonesia 3 minuts, Seminar Ilmiah Bulanan BMKG "Scientific Journal Club", Jakarta 28 Nopember 2011. Madlazim (2012), Toward tsunami early warning system in Indonesia by using rapid rupture durations estimation, AIP Conf. Proc. 1454, pp. 142-145; doi:http://dx.doi.org/10.1063/1.4730707 (4 pages) INTERNATIONAL
CONFERENCE ON PHYSICS AND ITS APPLICATIONS: (ICPAP 2011) Madlazim (2012),Menuju Peringatan Dini Tsunami Menggunakan Perhitungan Cepat Periode Dominan danT50 Exceeds, Seminar Ilmiah Bulanan BMKG "Scientific Journal Club" Kerjasama BMKG-ITS, Surabaya, Kamis, 27 September 2012. P.J. Prih Harjadi (Editor), 2008, Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) : Konsep dan Implementasi, BMKG.
DISKUSI 1. Rahmat Triyono: Kriteria di operasional untuk tsunami M≥7 dengan kedalaman <100 km, bukan <70 km. Sulit untuk menemukan kriteria yang tepat. Batas-batas penentuan potensi tsunami dari data gempabumi memang sulit karena digunakan untuk tujuan praktis (operasional) dan diseminasi yang seharusnya didasari oleh ilmiah. Harus ada sense ilmiah dari para operator dalam menjalankan SOP di operasional. Apakah duration rupture sama dengan durasi gempa? Rupture duration yang digunakan bukan signal duration (durasi gempa), karena kalau signal duration sudah merupakan gabungan dari banyak fase sehingga menjadi panjang, sedang rupture duration adalah berapa lama patahan itu bergerak yang mengindikasikan panjang rupture pada sumbernya. 2. Bambang SP: Tdom yang digunakan apakah dari ambient noise atau dari mana? Tdom yang dimaksud disini adalah T dominan atau T terbesar dalam sinyal gempa tersebut yang menggambarkan lebar rupture sumber gempa. Jadi bukan T dominan yang dihitung dari ambient noise atau biasa disebut periode dominan yang menggambarkan periode natural dari tanah di lokasi sensor. 3. Taufik Gunawan: Berapa waktu yang dibutuhkan oleh sistem tersebut untuk menentukan potensi tsunami? Waktu yang digunakan untuk menghitung potensi tsunami menggunakan duration rapture masih sulit dijawab secara pasti karena belum diaplikasikan pada data real time. Selama ini dilakukan pada data offline, dan untuk proses perhitungannya hanya perlu beberapa detik.
161