ISBN: 978-602-8718-13-4
SEMINAR HASIL PENELITIAN UGM 2009 YOGYAKARTA; 11 - 13 JANUARI 2010
Prosiding
PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN UGM KLUSTER SOSIAL HUMANIORA
Diselenggarakan Oleh: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN UGM Editor
: Prof. Dr. Danang Parikesit, M.Sc. Prof. Dr. Harno Owi Pranowo, M.Si. Dr. Ria Armunanto, M.Si. Dr. Amir Husni, M.P.
Penata Sampul
: Yulianto, S.E. Ika Nuria Yuanti, S.T.P. Hesti Nur Hidayati, S.Pt. Tri Mardiastuti, A.Md.
Penata Letak
: My. Endah Purwanti Putri, A.Md. Washom Muhzi Sudono Dwi Haryadi
Hak cipta dilindungi undang-undang Edisi I, Maret 2010
ISBN: 978-602-8718-13-4
Penerbit
: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM
Email
:
[email protected],
[email protected]
Telp.
: (+62 274) 520669, 552432, 548159 - Fax. (+62 274) 515391
L
1
KA TA PENGANTAR
Oalam rangka mewujudkan visinya sebagai Universitas Riset bertaraf intemasional, Universitas
Gadjah Mada telah menfasilitasi
perkembangan
dunia riset dengan
membentuk sebuah forum komunikasi bagi para peneliti dari berbagai bidang ilmu yaitu Kluster Riset. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada sebagai pengelola riset telah mengambil langkah strategis dalam meningkatkan kegiatan riset unggulan rnelalui kelompok Kluster Riset, yang terdiri dari Kluster Agro, Kluster Kesehatan dan Kedokteran, Kluster Sains-Teknik, dan Kluster Sosial Humaniora
Melalui peneliti multi disipliner diharapkan para peneliti Universitas Gadjah Mada, dapat memantapkan eksistensinya
dalam globalisasi
ilmu pengetahuan
dan teknologi,
sehingga hasil yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk fasilitas yang diberikan oleh Universitas Gadjah Mada kepada para peneliti adalah penyelenggaraan Seminar Hasil Penelitian UGM pada tanggal11 -13 Januari 2010.
Yogyakarta,
Editor
Maret 2010
14. CIRI, PERILAKU, DAN PENGGUNAAN kelas kata DALAM BAHASA MADURA - Akhmad SofYan--------------------------------------------------------
265
IS. KETAHANAN RUMAH TANGGA PET ANI - Drs. Silverius Djuni Prihatin, M. S i-------------------------------------------------------------------------------------279 16. MENELUSURI MAKNA KESEJAHTERAAN PADA MASYARAKAT MEGALITlK: STUm ETNOAREKOLOGI DI BORONADU, NIAS - Jajang Agus Sonjaya ---------------------------------------------------------------------293 17. REPRODUKSI SOSIAL REALIT AS POLITlK: ANALISIS FOTO JURNALISTIK KAMPANYE PEMILU 2009 DIINDONESIA - Ririt Yuniar----313 18. PENGARUH LUAS PENGUNGKAPAN DAN KUALITAS LABA TERHADAP KEGUNAAN lNFORMASI AKUNT ANSI BAG[ INVESTOR: SUATU USAHA PENGlNTERAKSIAN PERSPEKTlF INFORMASI DAN PERSPEKTIF PENGUKURAN - Margani Pinasti-------------------------327 19. POLITlK REPRESENT ASI GERAKAN ACEH MERDEKA - M. Nazaruddin
347
20. ANALISIS RESPON KlNERJA TERHADAP STRATEGI MERGER PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA: STUDI PADA BANK MANDIRI, BANK DAN AMON, DAN BANK PERMAT A - Murti Lestari----------------------359 21. MILITER DALAM NOVEL-NOVEL INDONESIA - Aprinus Ramayda Akmal, dan Ary Budiyanto ------------------------------------
Salam, 379
22. MODEL lNOVASI-INOVASI PENDIDIKAN BERPARADIGMA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PADA PENDIDIKAN DASAR DI DI YOGYAKARTA - Ir. Lies Rahayu WF, M.Pl, Indra Bastian, Ph.D,Muhammad Imam Zarnroni, M.Si, dan Wulansari, S.S --------------------------------------------391 23. PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI PULAU KECIL PERBAT ASAN BERBASIS MASY ARAKA T DI PULAU WEH SABANG Chafid Fandeli, M. Baiquni, and Wijaya-------------------------------------401 24. PENANGANAN BENTUK TERBALlK-BALIK DALAM PROSES PEMEROLEHAN BAHASA TULIS PRODUKTlF ANAK USIA DINI Tadkiroatun Musfiroh, Soepomo Poedjosoedarmo, Bahrudin Musthafa ------------457 25. ANALISIS EKONOMl STATUS KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA DENGAN MODEL PANEL DATA: PENGARUH POLA KONSUMSI DAN KEBIJAKAN PEL AYANAN KESEHATAN - Heni Wahyuni, Dedi Rosadi, Dewi Marhaeni ---------------------------------------------------------473 26. ANALISIS EKONOMI DAMPAK STATUS KESEHATAN DAN PERILAKU MEROKOK TERHADAP UPAH TENAGA KERJA DI INDONESIA - Heni Wahyuni-----------------------------------------------------------
@
27. PERLlNDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA DAR! ANAK PERUSAHAAN DALAM KONSTRUKSI PERUSAHAAN KELOMPOK DI INDONESIA - Sulistiowati -------------------------------------------------------505 28. POLITIK KESEJAHTERAAN SOSIAL DI INDONESIA KONTEMPORER: Memahami Visi Sistem Kesejahteraan Sosial dalam UU No. II tabun 2009 Wawan Mas'udi, S.lP, MPA & HasruI Hanif, S.JP, MA -------------------------539
Seminar Hasil Penelitian UGM 2009
ii
ANALISIS EKONOMI DAMPAK STATUS KESEHATAN DAN PERILAKU MEROKOK TERHADAP UP AH TENAGA KERJA DI INDONESIA Heni Wabyuni Jurusan IImu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjab Mada, Yogyakarta,
Indonesia
ABSTRACT In this research, we try to estimate the relationship between health status and smoking behaviour on the labour wage in Indonesia. We investigate using Indonesia Family Life Survey (IFLS) data and two-step Heckman correction to deal with sample selection bias. We found that there is significance relationships between all socioeconomic variables and wage both for smokers and non-smokers. The interesting thing is that the effect on wage is less for smokers than for non-smokers. Keywords: health status, smoking behaviour, IFLS, two-step Heckman correction PENDAHULUAN Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh kombinasi faktor yang tidak dapat dikontrol seperti faktor lingkungan, genetika dan pelayanan kesehatan dan faktor yang dapat dikontrol, seperti perilaku merokok dan perilaku tidak sehat lainnya. Sebagai salah satu bentuk dari modal manusia (human capital), kesehatan seperti juga pendidikan menentukan produktivitas individu dan tingkat upah. Penelitian ini ingin mengestimasi dampak kesehatan dan perilaku merokok terhadap tingkat upah tenaga kerja Indonesia. Karena tingkat upah mungkin mempunyai efek yang berkebalikan terhadap status kesehatan dan baik status kesehatan maupun tingkat upah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak diobservasi, maka status kesehatan mungkin akan endogeneous dalam model determinasi upah. Oleh karena itu, untuk memperhitungkan faktor endogeneiti maka estimasi yang dilakukan dalam penelitian ini akan menggunakan metode two-step Heckman correction dari status kesehatan dan tingkat upah. Model akan diestimasi menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) dimana survey ini mempunyai data yang sangat kaya tentang status kesehatan individu, tingkat upah, perilaku merokok individu dan faktor-faktor sosioekonomi lainnya seperti pendidikan dan jenis pekerjaan. Sumber daya manusia (human capital) sudah lama diyakini sebagai kunci pendorong utama produktivitas dan juga pertumbuhan ekonomi. Secara tradisional, sumber daya manusia sering diinterpretasikan sebagai tingkat pendidikan dan keahlian. Namun demikian, pada saat ini perhatian terhadap status kesehatan individu sebagai bagian dari human capital semakin penting dan berkembang. Sebagai contoh, banyak penelitian mengenai status kesehatan menunjukkan bahwa kesehatan penduduk mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap pembangunan ekonomi, khususnya di Negara berkembang (Bloom dan Mahal, 1997; Bloom dan Sachs, 1998; Bloom dan Canning, 2000; Bhargava dkk., 2001; Bloom, Canning dan Sevilla, 2001; dan Rivera dan Currais, 1999). Alasan mengapa kesehatan penduduk adalah penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi adalah bahwa status kesehatan pada tingkat mikro seperti juga pendidikan mempengaruhi produktivitas dan penawaran tenaga kerja.
489
SeminarHasilPenelitianUGM2009
•••
Sebagai contoh, beberapa penelitian menemukan bahwa status kesehatan yang lebih baik menaikkan partisipasi tenaga kerja dan tingkat upah (Currie dan Madrian, 1999; Stern, 1989; Bound et aI., 1999; Campolieti, 2002; dan Cai dan KaIb, 2006). Meskipun telah ada beberapa penelitian mengenai hubungan antara status kesehatan dengan tingkat upah, namun penelitian yang dilakukan untuk kasus Indonesia yang memasukkan perilaku merokok individu dengan menggunakan data IFLS masih sangat jarang dilakukan. Perilaku tidak sehat seperti merokok menjadi penting dimasukkan dalam model untuk kasus Indonesia karena pengeluaran rumah tangga Indonesia untuk rokok dan tembakau cukup besar dan bahkan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan dan kesehatan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan pada tahun 2005, rumah tangga dengan perokok menghabiskan 11,5 persen pengeluaran rumah tangganya untuk konsurnsi rokok, sementara hanya 11 persen digunakan untuk membeli ikan, daging, telur dan susu secara keseluruhan, 2,3 persen untuk kesehatan dan 3,2 persen untuk pendidikan. STUDI LITERA TUR Literatur tentang hubungan antara dampak kesehatan dengan kinerja di pasar tenaga kerja sangat luas dan telah berkembang cukup lama. Kinerja pasar tenaga kerja tidak hanya diukur dengan upah tetapi juga dengan pendapatan atau penghasilan. Namun demikian, dalam penelitian kali ini akan memfokuskan pada hubungan status kesehatan dengan tingkat upah karena upah lebih mencerminkan faktor produktivitas dibandingkan dengan pendapatan atau penghasilan. Sehingga studi pustaka akan lebih ditekankan pada yang berkaitan dengan upah dan status kesehatan. Studi mengenai hubungan antara upah dan status kesehatan pertama kali dilakukan oleh Grossman dan Benham (1974). Kedua peneliti tersebut menggunakan sistem persamaan simultan dengan variabel upah rata-rata (log), peketjaan yang dilakukan migguan (daIam data tahunan) dan variabel kesehatan yang dispesifikasikan dalam model ekonometri dan memperhitungkan endogeneiti dari kesehatan. Two-stage method digunakan untuk mengestimasi model dengan sampel laki-laki kulit putih di atas umur 18 tahun. Dalam penelitian mereka ditemukan bahwa variabel derived ill-health mempunyai hubungan negatif signifikan dengan tingkat upah dan upah mempunyai efek positif terhadap ill-health; dampak upah terhadap kesehatan adalah signifikan jika individu di atas 64 tahun dimasukkan daIam model, tetapi tidak signifikan bila individu tersebut tidak masuk dalam model anaIisis. Lee (1982) menggunakan data dari National Longitudinal Survey of Men 45-59, Survey I966, mengestimasi model persamaan simultan kesehatan dan upah, dengan dua indikator diskrit untuk health capital yang tidak diobservasi. Lee menemukan bahwa latent health mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap upah dalam jam (log). Namun demikian berbeda dengan Grossman dan Benham (1974), Lee (1982) menemukan bahwa tingkat upah mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap kesehatan dan hal tersebut mengontrol dampak berkebaIikan dari upah terhadap kesehatan secara substansiaI dan menurunkan dampak estimasi kesehatan terhadap upah. Haveman dkk. (1994) mengestimasi model persamaan simultan upah perjam (dalam data tahunan), jumlah jam ketja (daIam data tahunan) dan status kesehatan menggunakan Michigan Panel Study of Income Dynamics (PSID). Meskipun penelitian ini memasukkan jurnlah jam kerja, namun variabel tingkat upah tidak dimasukkan dalam model. Sehingga, dampak yang berkebalikan dari upah terhadap kesehatan tidak
SeminarHasilPenelitianUGM2009
490
diuji dalam studi ini. Selain itu, data status kesehatan menggunakan data satu tahun sebelumnya dalam mempengaruhi upah. Model diestimasi menggunakan sampel penduduk laki-Iaki kulit putih berumur antara 24 dan 65 tahun menggunakan estimator GMM. Penelitian ini menemukan bahwa lagged ill-health secara signifikan menurunkan upah dan efekoya lebih besar ketika endogeneiti kesehatan diperhitungkan. Cai (2007) yang juga menggunakan model persamaan simultan untuk mengatasi permasalahan endogeneiti menemukan bahwa, dengan menggunakan data Household, Income, and Labour Dynamics in Australia (HILDA) survey, terdapat hubungan signifikan antara status kesehatan dengan upah pekerja pria Australia. Hubungan yang signifikan ini ditemukan jika model memperhitungkan masalah endogeneiti dan kesalahan pengukuran dari variabel status kesehatan. Hubungan terbalik yaitu upah mempengaruhi status kesehatan tidak ditemukan dalam penelitian ini, tetapi ditemukan bahwa endogeneiti dalam kesehatan berasal dari faktor yang tidak bisa diobservasi. Lebih jauh, secara umum Strauss dan Thomas (1998) menjelaskan tentang mekanisme, konsep, definisi dan ukuran kesehatan yang berkaitan dengan hubungan antara upah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Di dalam Strauss dan Thomas (1998) dijelaskan bagaimana mekanisme mengatasi masalah endogeneiti kesehatan yang berasal dari faktor yang tidak dapat di observasi. Perilaku merokok dimasukkan dalam penelitian kali ini karena variabel ini diduga sangat berpengaruh terhadap status kesehatan individu dan upah. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa merokok diidentifikasi sebagai penyebab utama beberapa penyakit seperti jantung, strok, kanker dan paru (Doll dkk, 1986; Mattsom dkk, 1987). Estimasi yang dilakukan oleh Peto dkk (1992) menemukan bahwa selama tahun 1990an penggunaan tembakau menyebabkan kematian dini di negara maju sekitar 30 persen dari keseluruhan kematian antara umur 35 dan 69. Jika seorang perokok mulai merokok pada saat remaja, setengah dari mereka diprediksikan akan meninggal karena penyakit yang berkaitan dengan tembakau pada usia paruh baya. Kanker dimulai pada usia 30an jika orang mulai merokok pada usia 1520 tahun (peto dkk, 1994; Holman dkk, 1988). Manning dkk (1991) estimasi menyatakan bahwa merokok menurunkan harapan hidup individu usia 20 tahun sekitar 4,3 tahun atau 7 menit per batang rokok. Tenaga kerja yang merokok diduga memiliki produktivitas kerja yang lebih rendah atau biaya kesehatan yang lebih tinggi (atau bahkan keduanya) dibandingkan dengan yang tidak merokok. Rata-rata perokok diduga memiliki status kesehatan yang lebih rendah dibandingkan yang bukan perokok dan cenderung banyak meninggalkan pekerjaan karena sakit disebabkan penyakit yang berkaitan dengan merokok. Bush dan Wooden (1995) menggunakan data dari the Australian National Health Survey tahun 1989/1990 menunjukkan bahwa merokok mempunyai dampak yang besar dan signifikan terhadap absen dari pekerjaan, Probabilitas perokok laki-Iaki yang absen dari pekerjaan diestimasi sebesar 66 persen lebih besar dibandingkan laki-Iaki yang tidak merokok. Sedangkan untuk pekerja perempuan, probabilitas absen adalah sebesar 23 persen. Ryan dkk (1992) menguji ketidakhadiran karyawan Telecom Australia selama tahun 1991-1992 dan menemukan bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan karena ketidakhadiran karyawannya yang berhubungan dengan merokok adalah sebesar $ AUD 16,5 juta. Lebih jauh, sejak tahun 1980an banyak studi yang melihat dampak merokok terhadap masyarakat sekitarnya atau lebih dikenal dengan perokok pasif. Beberapa studi misalnya Hill, 1986, Borland, 1992 dan Mullins dkk, 1994 menunjukkan bahwa
491
SeminarHasilPenelitianUGM2009
I
perokok pasif sangat mempengaruhi kesehatan dan kesadaran ini scmakin berkcmbang dari waktu ke waktu. Levine dkk (1997) mengestimasi dampak mcrokok terhadap upah dengan menggunakan data the National Longitudinal Survey 0/ Youth. Mereka menggunakan berbagai pendekatan yang mengontrol perbedaan dalam karakteristik individu yang mungkin berhubungan dengan merokok dan kesehatan, termasuk di dalamnya karakteristik individu yang tidak terobservasi yang konstan terhadap waktu dan juga memasukkan karakteristik-karakteristk yang tidak terobservasi yang konstan di dalam suatu keluarga. Estimasi dengan menggunakan berbagai alternatif spesitikasi tersebut menyimpulkan bahwa merokok menurunkan upah sekitar 4 sampai dengan 8 persen. Sedangkan Lye dan Hirschberg (2000) mengestimasi hubungan an tara merokok, konsumsi alkohol dan upah untuk data dari the 1995 Australian National Health Survey. Lye dan Hirschberg mendukung temuan penelitian lainnya bahwa status kesehatan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja melalui upah. Di Indonesia sendiri, tingginya prevalensi perokok juga berkontribusi terhadap kematian dini, terutama pada laki-laki. Akibatnya memperpendek umur harapan hidup laki-laki, dan meningkatkan biaya kesehatan, serta menurunkan produktivitas. Departemen Kesehatan, RI (2004) mencatat di Indonesia setiap tahun terdapat 200.000 orang meninggal akibat merokok. Lima puluh persen perokok aktif meninggal akibat penyakit yang terkait dengan tembakau (Jha dkk, 2006) dan biaya kesehatan untuk mengobati penyakit yang terkait dengan merokok mencapai Rp 2,9 triliun sampai Rp II triliun per tahunnya atau setara dengan 0,12 persen sarnpai dengan 0,29 persen dari Produk Domestik Bruto (WHO, 2006). Berdasarkan berbagai peneltian atau studi tentang hubungan an tara status kesehatan, perilaku merokok dan upah di banyak negara maju, rnaka pene\itian di negara berkembang yang masih belum banyak dilakukan dan kenyataan bahwa dampak status kesehatan dan perilaku merokok di negara berkembang terutama di Indonesia sangat tinggi, menjadi sangat penting.
METODE PENELITIAN Deskripsi Data Penelitian ini akan menggunakan data dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) yang sangat kaya dalam data rnikro dan masih sangat jarang digunakan. Data dari IFLS mempunyai informasi yang sangat lengkap berkenaan dengan variabel status kesehatan (kondisi kesehatan individu baik ukuran subyektif rnaupun obyektif), tingkat upah dan variabel-variabel sosioekonomi dan sosiodemograti seperti tingkat pendidikan, umur, jenis pekerjaan utama, pengalaman kerja (work experience), jumlah jam kerja dalam seminggu, status perkawinan, perilaku merokok, dan apakah sampel berasal dari daerah urban (perkotaan) atau dari daerah rural (perdesaan) . Data yang digunakan berasal dari data panel IFLS2 (tahun 1997) dan IFLS3 (tahun 2000). Level data yang digunakan adalah data individu dewasa, yang berasal dari survey di 13 provinsi di Indonesia. Sampel diambil berdasarkan Stratified Random Sampling.
Model Ekonometri Dalam penelitian ini diestimasi suatu model faktor-faktor yang mempengaruhi upah dengan memoditikasi model standar human capital health dimana individu pekerja untuk beberapa hal dapat mempengaruhi penghasilannya melalui perbedaan dalam tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pengalaman kerja (working experience), status
Seminar Hasil Penelitian UGM 2009
492
perkawinan, berbagai ukuran status kesehatan dan perilaku merokok atau tidak. Berkenaan dengan masalah endogeneiti dalam merokok. maka digunakan langkah two-step Heckman masalah sample selection bias. Hal ini melibatkan estimasi yang menunjukkan perbedaan antara individu perokok dan
Smosd+, = Z/J + v" Dimana
jika
Smosd+;
= 0,
= nij + 1'1/
Smosdl'J
=I
sehat yang berkaitan dengan penentuan
variabel
pilihan
correction untuk mengatasi afirst stage probit equation bukan perokok:
(I) berarti
individu
pemah
merokok
sedangkan
jika
Z'J adalah list dari variabel penjelas untuk
maka individu tidak merokok.
keputusan merokok, yaitu status perkawinan, gender, pendidikan, umur, dan region; dan v" adalah a normally distributed error term. Dari estimasi model probit, densityfunction dan cumulative densityfunction ofa standard normally distributed variable, ~(n) dan
(;r) dan
IMR,wllImok
= ¢(;r)/{1-<1>(;r)}
(2)
dari fungsi densiti
dan fungsi distribusi. Pada langkah kedua persamaan upah berikut diestimasi dengan memasukkan (invers Mills ratio) secara terpisah an tara yang merokok dan yang tidak merokok: WI/' =
X,;a + Z;' f3 + AlMR,: + UII
IMR
(3)
di mana i menunjukkan individu yang di observasi, t adalah periode waktu di mana individu tersebut berada dan j adalah pilihan merokok (smoke) atau tidak merokok (nonsmoke). w', di sini adalah logaritma natural dari upah rata-rata per minggu,
X" adalah vektor variabel status kesehatan
dan variabel
sosio ekonomi,
seperti umur,
pendidikan, jenis pekerjaan, pengalaman kerja (working experience), status perkawinan dan region (urban atau rural). Vektor variabel ini merupakan vector oftime-varying, Z, adalah variable time-invariant seperti gender.
IMR" adalah invers Mills ratio. uII adalah
error term yang memenuhi asumsi iid N(O, SC ~). HASIL DAN ANALISIS Statistik Deskripsi Data Data yang digunakan diambil dari data Indonesia Family Life Survey, IFLS2 dan IFLS3. IFLS2 berasal dari survey yang dilakukan pad a tahun 1997 dan IFLS3 berasal dari survey yang dilakukan tahun 2000. Level data yang digunakan adalah data individu dewasa, yang berasal dari survey di 13 provinsi di Indonesia. Sampel diambil berdasarkan Stratified Random Sampling. Berikut ini penjelasan masing-masing variabel yang digunakan dan deskripsi statistiknya (Iihat Tabel I).
493
Seminar Hasil Penelitian UGM 2009
Tabel 1. Statistik Deskripsi dari Sampel Observasi : 5463 individu Variabel Rata-rata Standar Nilai Nilai Maksimum deviasi Minimum Upah rata-rata 73.956.92 88.323.93 500 1.625.000 (rupiah) perminggu (rupiah) (rupiah) Rata-rata jam kerja per minggu
44,92 (jam)
16,39075
0
100 (jam)
Pengalaman bekerja
21,17 (tahun)
6,567552
0
92 (tahun)
Lamanya menempuh pendidikan
7,56 (tahun)
4,563474
0
24 (tahun)
Umur
10,96046
94 (tahun)
Body Mass Index (BMI)
3,332175
43,47
Sumber: IFLS2 dan IFLS3, data diolah Variabel Upah Tenaga Kerja Variabel upah tenaga kerja yang diambil dari IFLS2 dan IFLS3 berasal dari pertanyaan "Approximately what was your salary/wage during the last month?". Data mengenai upah ini diambil dari buku individu 3A atau buku kuesioner 3A, section TK. Kemudian dari data mentah diolah menjadi upah rata-rata mingguan dengan membagi empat dari data mentahnya yang berupa data bulanan. Data upah ini diambil dari data individu dewasa, yaitu usia 15 tahun ke atas. Berdasarkan hasil deskripsi statistik ditemukan bahwa besamya upah rata-rata adalah Rp. 73.956,92 rupiah dengan nilai paling rendah Rp. 88.323,93 dan maksimum Rp 1.625.000,00. Variabel Rata-rata Jam kerja per minggu Dengan menggunakan sampel 5463 individu, rata-rata jumlah jam kerja per minggu adalah 44,92 jam dan dengan nilai maksimum 100 jam per minggu. Data untuk variabel ini diambil dari pertanyaan kuesioner "Normally, what is the aproximate total number of hours you work per week?", yaitu berasal dari buku 3A, section TK dari IFLS2 dan IFLS3. Berdasarkan hasil statistik deskriptif untuk variabel ini, maka ratarata jam kerja tenaga kerja dalam sampel cukup tinggi, artinya setiap individu bekerja rata-rata antara 8 sampai dengan 9 jam per hari. Variabel Pengalaman Bekerja Rata-rata pengalaman kerja individu yang digunakan dalam sampel cukup tinggi, yaitu selama 21 tahun lebih. Variabel pengalaman bekerja ini diambil dari
SeminarHasilPenelitianUGM2009
494