PROSIDING SEMINAR ” Potensi Sumberdaya Hayati Tropis dalam perkembangan ilmu Pengetahuan dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat” dalam Rangka Purna Tugas Profesor Sukarti Moeljopawiro Yogyakarta, 10 Desember 2009
FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2010
Prosiding Seminar ” Potensi Sumberdaya Hayati Tropis dalam perkembangan ilmu Pengetahuan dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat” Penyusun: Dr. Rarastoeti Pratiwi, M.Sc. Dr. Siti Sumarmi Dr. L. Hartanto Nugroho, M.Agr. Dr. Yekti Asih Purwestri, M.Si. Dra. Ratna Susandarini, M.Sc. Desain cover dan layout: SRiyadi dan Galih Penerbit : Fakultas Biologi UGM Cetakan I : Maret 2010 ISBN 978-979-8969-04-1 © 2010 Penulis makalah Isi makalah dalam prosiding ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Pihak manapun tidak diperkenankan menggandakan bagian publikasi ini tanpa persetujuan pemegang hak cipta.
ii
KATA PENGANTAR Seminar Nasional Biologi dengan tema ” Potensi Sumberdaya Hayati Tropis dalam perkembangan ilmu Pengetahuan dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat” diselenggarakan dalam Rangka Purna Tugas Profesor Sukarti Moeljopawiro pada tanggal 10 Desember 2009 di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Seminar yang berlangsung sehari ini mempresentasikan sebanyak 71 makalah yang disajikan secara lisan (36 makalah) dan poster (35 makalah). Adapun dalam prosiding ini memuat sebagian dari makalah yang dipresentasikan dalam seminar tersebut. Hal ini dikarenakan adanya beberapa pertimbangan, antara lain sebagian peserta tidak menghendaki naskahnya dimasukkan dalam prosiding ini. Isi makalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis makalah, dan dalam hal ini penyuntingan dilakukan sebatas pada format makalah. Dengan demikian hak cipta publikasi tetap berada pada penulis makalah. Seminar dan prosiding seminar ini dapat diterbitkan atas bantuan, kerjasama dan perhatian yang besar dari para peserta seminar. Untuk itu, kami dari pihak panitia seminar dan penyusun prosiding mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila ada kekurangan selama penyusunan prosiding ini. Yogyakarta, Maret 2010 Ketua Rarastoeti Pratiwi
iii
LAPORAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL BIOLOGI Yang saya hormati, Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas Biologi UGM, Para Pembicara Utama: Prof. Dr. Umar Anggara Jenie, M.Sc., Apt. (Kepala LIPI) Prof. Dra. Sukarti Moeljopawiro, M.App.Sc., Ph.D. (Fakultas Biologi UGM) Prof. Dr. drh. Wayan T. Artama (Fakultas Kedokteran Hewan UGM) Dr. Ir. Wiwik Eko Widayati, MS. (P3GI Pasuruan) Tamu undangan dan para hadirin sekalian yang berbahagia, Assalamu’alaikum wr.wb. serta salam sejahtera bagi kita semua, Hari ini merupakan hari yang sangat istimewa bagi kita semua, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita telah diberi kesehatan dan kesempatan untuk saling bersilaturahmi dalam acara Seminar Nasional Biologi 2009 dalam rangka purna tugas Prof. Dra. Sukarti Moeljopawiro, M.App.Sc., Ph.D. Seminar Nasional dengan mengangkat tema “Potensi Sumberdaya Hayati Tropis dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat” diharapkan dapat menjadi sarana komunikasi ilmiah yang menyegarkan serta menginspirasi kita semua agar lebih meningkatkan pemahaman kita terhadap fenomena alam khususnya yang terkait bidang Biologi Tropika, demi peningkatan kesejahteraan umat manusia. Para hadirin yang saya hormati, Prof. Dra. Sukarti Moeljopawiro, M.App.Sc., Ph.D. adalah satu-satunya Guru Besar dalam bidang Biokimia di Fakultas Biologi UGM yang telah memiliki banyak pengalaman, baik dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Ibarat buah kelapa, beliau adalah buah kelapa yang sudah banyak sekali menghasilkan “santan”. Hal ini dapat mengandung makna yakni sudak banyak ilmu dan pengalaman beliau yang telah kita terima dan pergunakan dalam berbagai bidang Biologi. Ibarat tanaman, beliau adalah padi dengan bulir yang bernas, yang mampu dijadikan “nasi” yang pulen. Meski demikian, toh tanaman padi tersebut akan selalu merunduk ketika bulirnya makin penuh dan menguning. Hal ini juga mengandung makna tentang kerendahan hati beliau dalam menyampaikan pengalaman maupun ilmunya yang tinggi. Saya pribadi, adalah mahasiswa yang pertama kali menjadi bimbingan beliau dalam penelitian skripsi S1 (1986-1987) dan diangkat menjadi staf dosen juga dibawah bimbingan beliau di Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi UGM sejak tahun 1989. Saya merasa sangat beruntung dan berterima kasih karena termasuk salah satu kolega yang dapat merasakan gurihnya “santan” dan hangatnya “nasi” yang selalu beliau sajikan. Dalam kesempatan ini pula saya mohon maaf mungkin belum menjadi dosen seperti yang beliau harapkan, untuk itu saya berharap beliau dapat menjadi teladan dan inspirasi untuk pengembangan diri saya selanjutnya. Hadirin yang berbahagia, sungguh merupakan kesempatan berharga bagi saya, selaku Ketua Panitia, dapat terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan seminar yang akan kita hadapi bersama hari ini. Kelancaran penyelenggaraan seminar ini tidak lepas dari kehadiran dan kesediaan para pembicara utama yakni Prof. Dr. Umar Anggara Jenie, M.Sc., Apt., yang akan menyampaikan makalah tentang masalah Biologi Kelautan; Prof. Dra. Sukarti Moeljopawiro, iv
M.App.Sc., Ph.D., yang akan menyampaikan makalah tentang pemafaatan buah merah dalam bidang kesehatan; Prof. Dr. drh. Wayan T. Artama, yang akan menyampaikan makalah yang terkait dengan toxoplasma; serta Dr. Ir. Wiwik Eko Widayati, MS., yang akan menyampaikan makalah tentang peningkatan produksi gula. Seminar ini juga dihadiri oleh para peneliti dari berbagai instansi yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia, serta para mahasiswa S1, S2, dan S3 maupun kalangan umum. Untuk itu kami sangat berterimakasih atas kehadiran dan partisipasinya. Panitia juga berterimakasih kepada para pembawa makalah yang akan menyajikan presentasi lisan maupun poster yang terbagi dalam bidang keanekaragaman hayati tumbuhan maupun hewan, biofarmaka, biomedis, pangan dan gizi, biologi fungsional, dan biologi lingkungan. Seminar ini dapat berlangsung karena dukungan penuh dari Dekan dan para Sivitas Akademika Fakultas Biologi UGM, para sponsor yakni CV. Budi Mulya Asih, Jayapura, Papua; Restoran Pesona Pingka, Sleman, Yogyakarta; CV. Indogama Pratama, Yogyakarta; para peserta seminar dan pihak terkait lainnya. Untuk itu dalam kesempatan ini panitia menyampaikan penghargaan yang tinggi dan rasa terimakasih yang dalam. Sebagai ketua panitia saya mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh anggota panitia atas usaha dan kerjasama yang dilakukan selama persiapan dan pelaksanaan seminar. Pada kesempatan ini pula, atas nama panitia Seminar Nasional Biologi 10 Desember 2009, kami mengucapkan selamat berseminar dan terimakasih atas kerjasama yang baik, serta mohon maaf apabila ada ketidaksempurnaan selama penyelenggaraan seminar ini. Akhir kata, billahi taufiq wal hidayah wassalamu’alaikum wr.wb.
Ketua, Rarastoeti Pratiwi
v
SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA Yth., Rektor UGM, Yth., Prof. Dr. Umar Anggara Jenie, Apt., Direktur LIPI, Ysh., Para pembicara utama, Prof. Dr. drh. Wayan T. Artama dan Dr. Ir. Wiwik Eko Widayati (P3GI), Yth., Prof. Dra. Sukarti Moeljopawiro, M.App.Sc., Ph.D., Ysh., Ketua/Sekretaris Senat Fakultas, para Dekan di lingkungan UGM, para Wakil Dekan Fakultas Biologi, Ysh., para kolega dosen, mahasiswa S1, S2, dan S3, serta para tamu undangan yang berbahagia Ass. wr.wb., Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua, Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT., atas nikmat kesehatan yang dilimpahkan kepada kita semua sehingga kita dapat menghadiri acara Seminar Nasional Biologi dengan tema: “Potensi Sumberdaya Hayati Tropis dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat” dalam rangka Purna Tugas Guru Besar Fakultas Biologi UGM, Prof. Dra. Sukarti Moeljopawiro, M.App.Sc., Ph.D. Saya atas nama Fakultas Biologi menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan Prof. Dr. Umar Anggara Jenie, Apt., serta para pembicara utama yang lain untuk hadir pada acara ini. Sesuai misi Fakultas Biologi UGM yang menekankan pada peningkatan mutu pendidikan yang berbasis penelitian sumberdaya hayati tropis, maka sangatlah tepat penyelenggaraan Seminar Nasional ini dalam memperingati Purna Tugas salah seorang Guru Besar kita. Jika kita ingat kembali, Guru Besar adalah jabatan tertinggi yang telah dicapai seseorang dalam bidang pendidikan, sebagai bukti pengembangan keilmuan di bidangnya serta pembelajaran bagi anak didiknya. Prof. Sukarti telah berhasil mengembangkan laboratorium biokimia melalui penelitian-penelitian kerjasama beliau, baik penelitian dasar sampai penelitian terapan, melalui hibah RUT, Dikti, kerjasama Deptan maupun dengan laboratorium forensik, Mabes Kepolisian. Selain itu, aktivitas beliau dalam pengajaran dan pembimbingan mahasiswa yang telah meluluskan ratusan mahasiswa baik S1, S2, maupun S3 di Fakultas Biologi, Fakultas Pertanian dan PAU (Pusat Antar Universitas) Bioteknologi, UGM, saya termasuk salah satunya. Beliau pernah menjabat Dekan Fakultas Biologi UGM periode 20002004. Semoga kiprah beliau selama ini dapat diteladani oleh generasi penerusnya. Para hadirin yang berbahagia, Sebagai biolog, Purna Tugas dapat dipahami sebagai aspek fisiologis yang normal, dan bahkan secara ekologis mestinya telah dipersiapkan generasi baru sebagai penerus suksesinya, karena hakekatnya manusia adalah sekedar titah yang tunduk terhadap sunatullah. Tentunya dengan Masa Purna Tugas ibu, kami menyadari bahwa kami masih mengharapkan sumbangan pemikiran tanpa harus banyak menyita waktu beliau. Atas nama Fakultas Biologi UGM, saya haturkan beribu terimakasih atas seluruh pengabdian dan dedikasi ibu selama ini, kami tentu merasakan kehilangan, tetapi semangat juang terlanjur tertanam di sanubari untuk disemaikan kepada para penerus. Kami atas nama civitas juga memohon maaf apabila selama berinteraksi ada kesalahpahaman yang tidak perlu terjadi, dan kami selalu mendoakan vi
kesehatan dan kebahagiaan bagi Prof. Dra. Sukarti Moeljopawiro, M.App.Sc., Ph.D. Akhir kata, apabila ada kurang lebihnya saya mohon maaf, bilahit taufiq wal hidayah, Wassalaamualaikum warahmatullahi wa barakatuh,
Yogyakarta, 10 Desember 2009 Retno Peni Sancayaningsih
vii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii LAPORAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL BIOLOGI ............................ iv SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA .. vi DAFTAR ISI ................................................................................................................... viii PEMBICARA UTAMA 1 Potensi Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.) Sebagai Penghambat Pertumbuhan Sel Kanker Sukarti Moeljopawiro 2 Pengaruh Perubahan Iklim Global Terhadap Sumber Hayati Laut, Ketahanan Pangan Serta Usaha Mitigasi dan Adaptasi Prof. Umar Anggara Jenie, M.Sc., Apt. 3 Toxoplasmosis di Indonesia: Pada Hewan dan Manusia Prof. Dr. drh. Wayan T. Artama 4 Potensi Sumber Hayati Untuk Peningkatan Produksi Gula di Indonesia Dr. Ir. Wiwik Eko Widayati, MS. MAKALAH ORAL 1 Seleksi Awal Penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) untuk Identifikasi Lima Spesies Aquilaria AYPBC Widyatmoko, Elsih Dian Ariningsih dan Aniek Prasetyaningsih 2 Identifikasi dan Inventarisasi Anggrek Alam (Spesies) Aerides odorata L. di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Suyanto Zaenal Arifin 3 Heteromorfi pada Habitus dan Daun Murraya pinnata (L.) Jack: Studi Kasus Di Yogyakarta Astuti, I.P., Ratna Susandarini, Purnomo, dan Mofit Eko Purwanto 4 Penggunaan Kromatografi Permeasi Gel dan Penukar Ion dalam Purifikasi Endo-β-1,4-d-xilanase Asal Bakteri Sistem Abdominal Rayap Macrotermes gilvus serta Karakterisasi Enzimatisnya Anak Agung Istri Ratnadewi, Muhammad Naqib, Agung Budi Santoso, Dan Riska Octavia Wijaya 5 Keefektifan Formulasi Insektisida Nabati Minyak Serai Wangi dan Cengkeh terhadap Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus Light Warsi Rahmat Atmadja dan Agus Ismanto 6 Pengaruh Alga Coklat (Sargassum duplicatum J Agardh.) Terhadap Struktur Histologis Duodenum, Pankreas, dan Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) yang Terdedah FeSO4.7H2O Ratri Indraswari, Ni Luh Putu R.P., Istriyati, dan Ardaning Nuriliani 7 Pengaruh Pemberian Ekstrak Batang Tabar Kedayan (Aristolochia papillifolia Ding Hou) terhadap Struktur Mikroanatomi Hepar Mencit (Mus musculus L.) Retno Aryani 8 Struktur Mikroskopis Ginjal dan Hati Induk Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Diperlakukan dengan Kurkumin Istriyati, Irda Yulianti dan Ari Hepi Yanti 9 Isolasi dan Amplifikasi Gen Ketahanan Terhadap Cucumber Mosaic Virus (Creb-2) pada Akar Melon (Cucumis melo L.) Hasil Kultur In Vitro Wiwit Probowati dan Budi Setiadi Daryono
viii
2
8 19
28
33
39
43
53
57
67
75
83
10
11 12
13
Perkembangan Embrio Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus) pada Beberapa Suhu Inkubasi Regina Melianawati, Philip Teguh Imanto dan Made Suastika Uji Daya Hasil 14 Genotip Sorgum (Sorghum bicolor L.) untuk Menunjang Ketahanan Pangan Basuki Pertumbuhan Zygosaccharomyces rouxii dengan Agitasi dan Tanpa Agitasi untuk Produksi Biomassa Dewi Desnilasari dan Wawan Agustina Studi Pertumbuhan Lactobacillus casei dalam Media MRSB untuk Produksi Biomassa Dewi Desnilasari, Yusuf Andriana dan Wawan Agustina
14
Tropical Deforestation in Bukit Barisan Selatan National Park, Sumatra, Indonesia Suyadi 15 Perilaku Individu Rusa Sambar Jantan (Cervus unicolor Brookei) pada Fase Pertumbuhan Ranggah Muda (velvet) dan Ranggah Keras di Penangkaran Rusa Desa Api-api Kabupaten Penajam Paser Utara Jusmaldi 16 Beberapa Aspek Biologi dan Ekologi Colobocentrotus atratus di Pantai Pasir Panjang Cagar Alam Pulau Sempu Kabupaten Malang Magdalena Putri Nugrahani dan Maulana Khalid Reifani 17 Pengendalian Hama Boktor (Xystrocera festiva) dengan Menggunakan Insektisida Hayati Berbahan Aktif Bacillus Thuringiensis Secara Invitro Illa Anggraeni dan Agus Ismanto 18 Efektivitas Ekstrak Biji Nona Sebrang (Annona glabra L.) dan Mimba (Azadirachta indica A. Juss) Sebagai Pencegah Serangan Larva Heterobostrychus aequalis Wat Agus Ismanto 19 Efikasi Ekstrak Tubuh Buah Jamur Ganoderma australe dan Ganoderma mastosporum terhadap Rayat Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren Agus Ismanto, Nandang Heryana dan Neo Endra Lelana MAKALAH POSTER 1 Tumbuhan Paku di Danau Tolire Besar, Ternate Izu Andry Fijridiyanto dan Sri Hartini 2 Inventarisasi dan Pemanfaatan Flora di Jalur Menengah Areal Trekking Kawasan Ekowisata Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem Bali AA Gde Raka Dalem dan Made Ria Defiani 3 Kekayaan Anggrek Alam di Kecamatan Panti, Sumatera Barat Sri Hartini dan Izu Andry Fijridiyanto 4 Struktur Komunitas Ordo Anura di Kawasan Ekowisata Sawangan, Magelang, Jawa Tengah Tony Febri Qurniawan, Hastin ambar Asti dan Rury Eprilurahman 5 Tanaman Obat untuk Kontrasepsi Oral Tradisional Masyarakat Suku Dayak di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan Rusmiati 6 Pemanfaatan Tumbuhan untuk Pengobatan Tradisional oleh Masyarakat Dayak Benuaq di Kutai Barat Medi Hendra 7 Uji Hormon Tumbuh Alami dan Lama Perendaman terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Sambung Nyawa Rati Riyati, Susilowati dan Hidayah
ix
89
96 102
107 110 120
129
137
142
148
154 162
167 173
176
180
190
8
9
10
11
12
13
14
15 16
17 18
19
20
21
22
Pertumbuhan Setek Batang Sirih Merah pada Variasi Jumlah Buku dan Komposisi Media Pembibitan Nurngaini, Sugeng Priyanto dan Sri Kusmiyati Pengaruh Jarak Tanaman Cemara Udang (Casuarina equisetifolia var. incana) dari Pantai terhadap Kandungan Hara Gutasi Winastuti, D.A., W.W. Winarni, Sri Danarto, dan Titi Handayani Pemasakan Buah Pisang (Musa paradisiaca L.) Kultivar Uter dan Kepok pada Jenis Pembungkus yang Berbeda Diah Rachmawati dan Olgananda Megawati Penghambatan Pertumbuhan Koloni Rhizoctonia solani Penyebab Busuk Akar pada Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) dengan Enzim Kitinase Trichoderma harzianum Rina Sri Kasiamdari dan Dian Hermawan Struktur Histologis Usus dan Ginjal Puntius gonionotus dan Clarias olivaceaus Goa Semuluh Serta Puntius brevis dan Clarias sp. Goa Ngingrong pada Kawasan Karst Gunung Sewu, DIY Ardaning Nuriliani dan Istriyati Studi Komunitas Plankton dan Analisa Kualitas Perairan Teluk Pegametan Bali Hubungannya dengan Pemanfaatannya untuk Budidaya Perikanan Bejo Slamet Pemutihan Kulit Kerang Mutiara (Pinctada sp.) Sebagai Bahan Kerajinan Masyarakat Pesisir Widhianto Tricahyadi dan Muhammad Ali Ridha Ichsan Profil Klorofil di Telaga Merdada, Banjarnegara, Jawa Tengah Suwarno Hadisusanto, Anindya P. dan Arif Harsoyo Pemanfaatan Cuka Kayu (Wood Vinegar) untuk Pengendalian Larva Spodoptera litura Secara Invitro Sri Utami, Illa Anggraeni dan Agus Ismanto Hydrocarbonoclastic Bacteria dari Lumpur Lapindo, Sidoarjo Endah Retnaningrum, Sefi Silvinia dan Arif Habibal
196
Enumerasi dan Identifikasi Kapang dari Udara di Dalam Ruang Kelas Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Umbulharjo, Kota Madya Yogyakarta Miftahul Ilmi Respon Imun Humoral Mencit yang Diberi Spirulina platensis dan Diinfeksi dengan Takizoit Simanjuntak, S.B.I., Sukarti Molejopawiro, Wayan T. Artama, dan Subagus Wahyuono Kajian Potensi Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Bakasang Penghasil Antimikrobia Helen J. Lawalata, Langkah Sembiring dan Endang S. Rahayu Perubahan Kandungan Zat Gizi dan Energi dari Ampas Tahu dan Ampas Singkong Akibat Proses Fermentasi Dian Sundari, N. Nia Kurniawati dan Efriwati Ekspresi Hd3a Protein pada Suspensi Kultur Sel Padi Yekti Asih Purwestri dan Ko Shimamoto
250
x
201
206
210
218
223
233
237 240
245
256
263
267
274
SEMINAR NASIONAL BIOLOGI
TUMBUHAN PAKU DI DANAU TOLIRE BESAR, TERNATE Izu Andry Fijridiyanto dan Sri Hartini Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 13 Bogor, E-mail:
[email protected]
Located in Ternate Island, the Tolire Besar Lake lays at the slope of Mount Gamalama about 200 meters up to the sea. Having beautiful scenery and myth stories, this lake is one of popular tourist destinations in Ternate. This lake still has plant vegetations of the remaining nature forest in its surrounding area. To explore the ferns diversity in this area, a floristic study was carried out. Total of eighteen species belong to fifteen genera were found. Most of these ferns are terrestrial ferns and some of others are epiphytic or epilithic ferns. Keywords : Diversity, fern, Ternate, Tolire Besar Lake
PENDAHULUAN Danau Tolire Besar terletak di kaki Gunung Gamalama, Pulau Ternate. Danau ini terbentuk akibat aktivitas vulkanik yang berada di sisi Barat Laut Pulau Ternate, berjarak tidak begitu jauh dari daerah pantai pada ketinggian 30-200 m dpl. Danau Tolire Besar memiliki luas ± 5 ha dengan kedalaman lereng sekitar 50 m. Kawasan Danau Tolire Besar memiliki sisa-sisa vegetasi hutan alami dengan pemandangan yang cukup indah serta cerita-cerita mistik dan legenda yang cukup terkenal di masyarakat menjadikan danau ini merupakan salah satu objek wisata yang populer di Pulau Ternate. Secara administratif, Pulau Ternate termasuk dalam wilayah Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Pulau ini memiliki luas sekitar 111,80 m2 dan terletak pada ketinggian 0-1715 m dpl. Puncak Gunung Gamalama merupakan tempat tertinggi dari Pulau ini. Gunung Gamalama adalah salah satu gunung teraktif di Indonesia [1]. Pulau Ternate merupakan bagian dari Kepulauan Maluku yang berada di pertemuan empat lempeng utama dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia dan Lempeng Laut Filipina, serta terletak diantara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia [2]. Karena posisinya dan sejarah geologinya yang unik, Kepulauan Maluku dikenal memiliki flora dan fauna yang khas.
154
Sebagai bagian dari Kepulauan Maluku yang terkenal memiliki flora dan fauna yang khas, keanekaragaman jenis tumbuhan paku di Pulau Ternate khususnya di Danau Tolire Besar belum terungkap secara lengkap. Karena itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat keanekaragaman jenis tumbuhan paku yang masih bisa ditemukan di kawasan ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan paku di kawasan Danau Tolire Besar, Pulau Ternate. METODE PENELITIAN Penelitian tentang keanekaragaman jenis paku di kawasan Danau Tolire Besar dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif yaitu dengan mengelilingi kawasan Danau Tolire Besar. Pengamatan dan pengoleksian spesimen herbarium dilakukan untuk mengetahui keberadaan tumbuhan paku baik yang tumbuh secara terestrial maupun epifit. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan buku-buku: Jenis Paku Indonesia [3], Kerabat Paku [4], A Revised Flora of Malaya [5], Ferns and Fern Allies [6] dan Flora Malesiana [7]. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan dan identifikasi terungkap bahwa di kawasan Gunung Gamalama ditemukan sebanyak 17 Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
dalam rangka Purna Tugas Prof. Dra. Sukarti Moeljopawiro, M.App.Sc., Ph.D.
jenis. Ke-17 jenis tersebut disajikan dalam Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan paku yang ditemukan tersebut merupakan anggota dari 11 marga. Marga dengan anggota jenis terbanyak adalah dari marga Polypodiaceae dan Schizaeaceae dengan jumlah masingmasing sebanyak tiga jenis. Berdasarkan habitnya tumbuhan paku yang ditemukan di kawasan Danau Tolire Besar sebagaian besar tumbuh secara terrestrial dan beberapa jenis berupa ephifit di pohon Syzigium cumini yang merupakan
jenis pohon yang mendominasi kawasan Danau Tolire Besar. Ada juga yang tumbuh di batu (epilithic) seperti jenis Microsorum scolopendria (Burm.f.) Copel. Jenis Nephrolepis hirsutula (G. Forst.) C. Presl ditemukan berupa terrestrial dan ephifit sedangkan Bolbitis sinuate (Presl) Hennipman dan Drynaria quercifolia (L.) Smith dengan habitat terestrial dan epilithic. Jenis-jenis tersebut ditemukan tumbuh dari ketinggian 30-200 m dpl.
Tabel 1. Jenis tumbuhan paku yang ditemukan di kawasan Danau Tolire Besar No.
Jenis
Suku
Habit
1.
Asplenium macrophyllum Sw.
Aspleniaceae
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Aspleniaceae Lomariopsidaceae Pteridaceae Thelypteridaceae Dryopteridaceae Polypodiaceae Schizaeaceae Schizaeaceae Polypodiaceae
Terrestrial epilithic
11.
Asplenium nidus L. Bolbitis sinuate (Presl) Hennipman Cheilanthes tennifolia (Burm.f.) Swartz Cyclosorus heterocarpus (Blume) Ching Diplazium esculentum (Retz.) Sw. Drynaria quercifolia (L.) Smith Lygodium circinatum (N.L.Burman) Swartz Lygodium flexuosum (L.) Swartz Microsorum scolopendria (Burm.f.) Copel. Nephrolepis hirsutula (G. Forst.) C. Presl
Epifit di Syzigium cumini Terrestrial Terrestrial, epilithic Terrestrial Terrestrial Terrestrial Terrestrial, epilithic Terrestrial
Nephrolepidiaceae
12. 13. 14.
Psilotum nodum L. Pteris orientalis v. Ald. v. Ros. Pyrrosia lanceolata (L.) Farwell
Terrestrial, Epifit di Cocos nucifera, Epifit Terrestrial Epifit di Syzigium cumini, epilithic Terrestrial Terrestrial Terrestrial
9. 10.
Psilotaceae Pteridaceae Polypodiaceae
15. Schizaea dichotoma (L.) J.E. Smith Schizaeaceae 16. Selaginella willdenowii (Desv.) Backer Selaginellaceae 17. Tectaria crenata Cavanilles Dryopteridaceae Ket : Nama suku menurut [8]Hoshizaki and Moran ( 2001).
Altitude (m dpl) 50 200 180-200 30 50 200 30 50, 180 50 60 50, 60, 200 50 50 50 200 50
KUNCI IDENTIFIKASI MENUJU JENIS: 1.a. Tumbuh secara terrestrial .......................................................................................... 2 1.b. Tumbuh secara epifit, kadang epilitik atau terestrial ................................................ 12 2.a. Batang menjalar ........................................................................................................ 3 2.b. Batang tidak menjalar ................................................................................................ 4 3.a. Batang besar, anak daun merupakan cuping-cuping daun berbentuk garis–lanset dengan lekukan yang sangat dalam sehingga mirip dengan anak daun yang tersusun menjari, tangkai daun tidak membengkak ......................... Lygodium circinnatum (1) 3.b. Batang lebih kecil, anak daun berbentuk segitiga, bagian lateral hanya terdiri atas 1 atau 2 cuping sedang pada bagian ujung terdiri atas 2 atau 3 cuping, bagian pangkal membundar, tangkai daun membengkak .............................. Lygodium flrxuosum (2) 4.a. Daun tunggal .............................................................................................................. 5 Yogyakarta, 10 desember 2009
155
SEMINAR NASIONAL BIOLOGI
4.b. Daun majemuk ........................................................................................................... 6 5.a. Daun berbentuk pita, mirip sekali dengan rumput, di bagian ujung daun melebar menyerupai bulu burung merak yang merupakan tempat sporangia, tinggi tumbuhan 20-25 cm ................................................................................. Schizaea dichotoma (3) 5.b. Daun berbentuk bulat lonjong, kecil dan kaku, mengerombol di ujung batang sehingga tampak menutupi batangnya; batang tegak dan bersisik halus, kadangkadang bercabang menyirip; strobili berbentuk seperti tabung, di ujung batang, terangkai dari daun-daun subur yang berbentuk pendek, melebar dan tumpul ............ ........................................................................................... Selaginella willdenowii (4) 6.a. Daun dimorfik ........................................................................................................... 7 6.b. Daun tidak dimorfik .................................................................................................. 8 7.a. Daun-daun tersusun saling berdekatan; tangkai daun panjangnya mencapai 40 cm, tebal dan berdaging; daun steril tunggal atau majemuk menyirip dengan 1-5 pasang anak daun, anak daun berbentuk elips sampai lanset, tebal dan berdaging, berwarna hijau tua; daun fertil lebih sempit dari daun steril, anak daun 12-15 pasang, bagian bawahnya tertutup oleh spora yang berwarna coklat ..................... Bolbitis sinuata (5) 7.b. Daun tegak, panjang 60-100 cm, anak daun tersusun sangat rapat; anak daun berbentuk memanjang, bagian tepi agak berombak, bagian pangkal agak melebar; daun fertil lebih sempit dari daun steril; indusia terdapat berderet di sepanjang tepi daun, bentuk seperti ginjal ................................................... Nephrolepis hirsutula (6) 8.a. Memiliki anak-anak daun yang mereduksi di tangkai daun; panjang tangkai daun 5080 cm; daun majemuk tunggal atau semi majemuk ganda, helaian daun jorong-lanset, panjang sampai 120 cm, anak daun linear sampai linear melanset, panjang sampai 20 cm, yang fertil lebih sempit dari yang steril, duduk; sori bulat, berderet di sepanjang tepi daun ............................................................................ Cylosorus heterocarpus (7) 8.b. Tidak ada anak daun yang mereduksi ...................................................................... 9 9.a. Daun majemuk tunggal ............................................................................................ 10 9.b. Daun majemuk ganda .............................................................................................. 11 10.a. Tangkai daun jauh lebih pendek dari helaian daunnya, berwarna keunguan, ditutupi rambut-rambut saat muda, bersisik di bagian pangkalnya; helaian daun 40-70 cm, lebar 30-40 cm, anak daun duduk, berbentuk memanjang sampai garis; sori berbentuk garis, di sepanjang tepi daun .......................................................... Pteris orientalis (8) 10.b. Tangkai daun ditutupi oleh sisik-sisik berwarna coklat; panjang daun mencapai 70 cm, pada ujung daun tumbuh 1-4 anak daun, pada bagian pangkal terdapat sepasang daun yang bercuping dua; anak daun saling berpasangan; sori besar, bulat, dalam satu deretan di sepanjang anak-anak tulang daun ................................ Tectaria crenata (9) 11.a. Daun majemuk ganda dua sampai tiga, berbentuk segitiga, panjang mencapai 80 cm, tumbuh tegak; tangkai daun ungu gelap; helaian daun sempit; anak daun tipis namun kuat, berbentuk jorong dan tumpul pada bagian ujungnya; sori tersebar di sepanjang tepi daun ............................................................................ Cheilanthes tenuifolia (10) 11.b. Daun majemuk ganda 2; anak daun bundar tumpul dengan tulang daun berlekuk, yang paling ujung memiliki ujung yang runcing; sori berbentuk memanjang, tersebar di sepanjang anak tulang daun, kadang-kadang menggerombol .................................... ........................................................................................... Diplazium esculentum (11) 12.a Batang bercabang menggarpu, berbentuk bulat sampai segitiga, berwarna hijau, tumbuh menjuntai; daun sangat kecil, tersusun dalam 2 atau 3 baris; kantong spora bulat atau segitiga, diameter 2-3 mm, kuning cerah, menempel di lekukan-lekukan batang ......................................................................................... Psilotum nudum (12) 12.b. Tidak memiliki batang yang bercabang menggarpu ................................................ 13
156
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
dalam rangka Purna Tugas Prof. Dra. Sukarti Moeljopawiro, M.App.Sc., Ph.D.
13.a. Memiliki daun dimorfik ........................................................................................... 14 13.b. Daun tidak dimorfik ................................................................................................. 15 14.a. Daun basal (daun steril) duduk, bercuping dangkal, panjang 10-50 cm, lebar 10-40 cm; daun fertil bertangkai 15-35 cm, helaian daun menjari, panjang 40-150 cm, lebar 15-50 cm, anak daun tanpa penyempitan di bagian basal; sori dalam 2 barisan paralel yang teratur atau kadang tidak teratur, dekat dengan tulang daun, bundar, diameter 12 mm .................................................................................... Drynaria quercifolia (13) 14.b. Daun steril bertangkai sampai 5 cm, helaian 2-24 cm X 0,3-4,3 cm, ujung membundar; daun fertil tangkainya sampai 9 cm, helaian 3,5-31 cm X 0,3-3,5 cm, bagian pangkal perlahan menyempit, paling lebar di bagian tengah, ujung tumpul; sori berderet di sepanjang tepi daun atau menyebar di seluruh permukaan daun ....................................................................................... Pyrrosia lanceolata (14) 15.a. Sori tersusun dalam bentuk garis, terdapat di atas tiap urat daun ............................ 16 15.b. Sori membulat, tersebar merata di permukaan daun atau tersusun dalam satu atau beberapa barisan yang tidak teratur diantara tulang dan tepi daun ................................ ...................................................................................... Microsorum scolopendria (15) 16.a. Daun tunggal, tangkai daun kokoh, hitam, panjang sekitar 5 cm, panjang helaian daun sampai 150 cm, lebar sampai 20 cm; perlahan-lahan menyempit sampai bagian ujung, ujung dan dasar meruncing atau runcing; tulang daun menonjol di permukaan atas daun, biasanya hampir rata ke bawah, berwarna coklat tua pada daun tua ............................................................................................... Asplenium nidus (16) 16.b. Daun majemuk; helaian daun 20-50 cm, lebar 10-20 cm, bagian ujung bentuk segitiga menyempit, bagian tepi bercuping dalam, bagian ujung tidak bercuping; anak daun 10-15 pada setiap sisi, biasanya berseling, bagian pangkal bertangkai, bagian ujung duduk, ke arah ujung semakin kecil .................. Asplenium macrophyllum (17) URAIAN JENIS Lygodium flexuosum (L.) Swartz Sinonim: Lygodium pinnatifidum Swartz dan Lygodium serrulatum Blume. Suku: Schizaeaceae Lygodium flexuosum merupakan tumbuhan paku yang dapat berukuran besar dengan akar rimpang yang menjalar pendek. Tumbuhan ini memiliki batang yang kuat seperti kawat dengan 2 macam daun yaitu daun steril dan daun fertil. Anak daun pada daun steril berbentuk memanjang dimana di bagian lateral hanya terdiri atas 1 atau 2 cuping sedang pada bagian ujung terdiri atas 2 atau 3 cuping, panjang anak daun 310 cm. Bagian pangkal membundar sehingga mudah dibedakan dengan jenis lainnya. Tangkai daunnya membengkak. Sori menggerombol di ujung daun subur yang berbentuk segitiga, kadang-kadang terletak di dasar daun.
Yogyakarta, 10 desember 2009
Lygodium circinnatum (N.L.Burman) Swartz Sinonim: Lygodium dichotomum (Cav.) Swartz, Lygodium pedatum (Burm.f.) Swartz, dan Lygodium basilanicum Christ. Suku: Schizaeaceae Lygodium circinnatum juga merupakan tumbuhan paku yang dapat berukuran besar (panjang dapat mencapai 10 m) dengan akar rimpang yang menjalar pendek dan memiliki batang yang kuat seperti kawat ukurannya jauh lebih besar dari batang Lygodium flexuosum. Tumbuhan ini juga mempunyai 2 macam daun yaitu daun steril dan daun fertil. Anak daun pada daun steril panjangnya mencapai 25 cm. Anak-anak daun itu sebenarnya merupakan cupingcuping daun berbentuk garis-lanset dengan lekukan yang sangat dalam sehingga mirip dengan anak daun yang tersusun menjari. Sporangia terletak di tepi ujung-ujung gerigi daun fertil.
157
SEMINAR NASIONAL BIOLOGI
Schizaea dichotoma (L.) J.E. Smith Suku: Schizaeaceae Schizaea dichotoma memiliki bentuk daun yang seperti pita sehingga mirip sekali dengan rumput, dan di bagian ujung daun melebar menyerupai bulu burung merak, tempat sporangia. Tinggi tumbuhan ini 2025 cm. Di alam jenis ini tumbuh di tempat yang teduh dan lembab hingga pada ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Meskipun demikian di daerah yang keringpun, jenis ini dapat tumbuh dengan baik. Selaginella willdenowii (Desv.) Backer Suku: Selaginellaceae Selaginella willdenowii memiliki daun berukuran kecil-kecil. Daunnya berbentuk bulat lonjong, kecil dan kaku, mengerombol di ujung batang sehingga tampak menutupi batangnya. Karena kondisi inilah maka rane halus biasa digunakan sebagai penutup tanah. Batangnya tegak dan bersisik halus, kadang-kadang bercabang menyirip. Strobili berbentuk seperti tabung, terangkai dari daun-daun subur yang berbentuk pendek, melebar dan tumpul. Tumbuhan paku ini berpotensi sebagai tanaman hias karena daunnya yang memiliki warna indah. Daunnya yang berwarna hijau pada keadaan tertentu misalnya di tempat yang ternaung berubah menjadi kebiruan. Bolbitis sinuata (Presl) Hennipman Bolbitis diversifolia dan Sinonin: Acrostichum diversifolium. Suku: Lomariopsidaceae Daun-daun paku ini tersusun saling berdekatan. Tangkai daun panjangnya mencapai 40 cm, tebal dan berdaging. Daun steril tunggal atau majemuk menyirip dengan 1-5 pasang anak daun.Helaian anak daun steril berbentuk elips sampai lanset, bagian tepi rata atau agak bergelombang, bagian ujung runcing, tebal dan berdaging, berwarna hijau tua. Sedang daun fertil lebih sempit dari daun steril, anak daun 12-15 pasang, bagian bawahnya tertutup oleh spora yang berwarna coklat.
158
Nephrolepis hirsutula (G. Forst.) C. Presl Sinonim: Polypodium hirsutulum Forst. dan Nephrolepis exaltata (L.) Schott var. hirsutula (Forst.) Baker Suku: Nephrolepidiaceae Nephrolepis hirsutula tumbuh berumpun, berbatang pendek. Akar rimpangnya mulamula tumbuh menjalar, kemudian tegak. Daunnya tegak, panjang 60-100 cm, anak daun tersusun sangat rapat. Anak daun berbentuk memanjang, bagian tepi agak berombak, bagian pangkal agak melebar. Daun fertil lebih sempit dari daun steril. Indusia terdapat berderet di sepanjang tepi daun. Bentuknya seperti ginjal. Cyclosorus heterocarpus (Blume) Ching Sinonim : Aspidium heterocarpum Blume, Dryopteris heterocarpa (Blume) O.Kuntze, helypteris heterocarpa (Blume) Morton dan Sphaerostephanos heterocarpus (Blume) Holttum Suku: Thelypteridaceae Tumbuhan paku terestrial, majemuk, berambut, anak-anak daun mereduksi di tangkai daun. Rimpang tegak, biasanya bercabang dekat bagian pangkal, bersisik coklat. Daun majemuk tunggal atau semi majemuk ganda, panjang tangkai daun 5080 cm; helaian daun jorong-lanset, panjang sampai 120 cm, anak daun linear sampai lineat melanset, panjang sampai 20 cm, yang fertil lebih sempit dari yang steril, duduk. Sori bulat, berderet disepanjang tepi daun. Pteris orientalis v. Ald. v. Ros. Suku: Pteridaceae Akar rimpang menjalar pendek atau agak tegak, bersisik, panjang sisik sekitar 5 mm. Daun majemuk tunggal, panjang tangkai daun jauh lebih pendek dari helaian daunnya. Tangkai daun keunguan, gundul dan agak terang saat sudah tua, ditutupi rambut-rambut saat muda, bersisik di bagian pangkalnya. Helaian daun 40-70 cm, lebar 30-40 cm, panjang anak daun semakin bertambah mulai dari ujung ke bagian pangkal, kecuali beberapa anak daun di
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
dalam rangka Purna Tugas Prof. Dra. Sukarti Moeljopawiro, M.App.Sc., Ph.D.
bagian pangkal meskipun tidak lebih pendek dari yang di ujung. Tulang daun utama berwarna keunguan seperti tangkai daunnya, anak daun duduk (tidak bertangkai), berbentuk memanjang sampai garis. Sori berbentuk garis, di sepanjang tepi daun, memanjang dari bagian pangkal sampai ujung anak daun. Di Indonesia jenis paku ini tersebar di daerah Indonesia bagian timur [9]. Tectaria crenata Cavanilles Sinonim: Aspidium repandum auct. Non Willd., Aspidium pachyphyllum Kunze dan Aspidium grandifolium Presl. Suku: Dryopteridaceae Panjang daun mencapai 70 cm. Pada ujung daun tumbuh 1-4 anak daun, sedang pada bagian pangkal terdapat sepasang daun yang bercuping dua. Anak daun tersusun saling berpasangan. Tangkai daun ditutupi oleh sisik-sisik berwarna coklat. Sori berukuran besar, berbentuk bulat, tersusun dalam satu deretan di sepanjang anak-anak tulang daun. Cheilanthes tenuifolia (Burm.f.) Swartz Sinonim: Cheilanthes hispidula Kunze, Cheilanthes moluccana kunze dan Cheilosoria tenuifolia (Burm.f.) Trev. Suku: Pteridaceae Paku ini memiliki perawakan yang ramping. Rimpangnya pendek, bercabang banyak dan keras seperti kawat. Tangkai daunnya berwarna ungu gelap, ditutupi oleh bulubulu halus berwarna coklat. Bulu-bulu akan hilang bila tumbuhan telah dewasa. Daun panjangnya mencapai 80 cm, tumbuh tegak, beralur pada tangkai bagian atasnya. Daun berbentuk segitiga, menyirip ganda dua sampai tiaga. Helaian masing-masing daun sempit. Anak daun tipis namun kuat, berbentuk jorong dan tumpul pada bagian ujungnya. Sori tersebar di sepanjang tepi daun.
Yogyakarta, 10 desember 2009
Diplazium esculentum (Retz.) Sw. Sinonim: Hemionitis esculenta Retz., Asplenium esculentum (Retz.) C. Presl. Dan Athyrium esculentum (Retz.) Copel. Suku: Dryopteridaceae Merupakan tumbuhan paku terestrial yang memiliki daun majemuk ganda 2. Anak daunnya bundar tumpul dengan tulang daun berlekuk. Anak daun yang paling ujung memiliki ujung yang runcing. Sori berbentuk memanjang, tersebar di sepanjang anak tulang daun. Kadangkadang sori tersebut menggerombol. Psilotum nudum L. Suku: Psilotaceae Psilotum nudum tingginya dapat mencapai 60 cm, memiliki akar rimpang yang pendek dan tumbuh menjalar. Batangnya bercabang menggarpu dan tiap cabang bercabang menggarpu lagi. Batang berbentuk bulat sampai segitiga, berwarna hijau. Pada tumbuhan yang sudah dewasa, pecabangannya sudah banyak sehingga tumbuh menjuntai. Daun paku ini sangat kecil sehingga tampak seperti tidak berdaun, tersusun dalam 2 atau 3 baris. Kantong spora berbentuk bulat atau segitiga, diameter 2-3 mm, berwarna kuning cerah, menempel di lekukan-lekukan batang. Drynaria quercifolia (L.) Smith Sinonim: Polypodium quercifolium L. dan Phymatodes quercifolia C. Presl Suku: Polypodiaceae Jenis ini dicirikan dengan akar rimpang setebal 2-3 cm atau lebih, menjalar pendek, panjang ruas sampai 10 cm, sisik coklat kehitaman, panjang 6-20 mm, lebat tersebar, seperti bulu tupai. Daun dimorfik. Daun basal (daun steril) duduk, bercuping dangkal, panjang 10-50 cm, lebar 10-40 cm. Daun fertil bertangkai 15-35 cm, helaian daun menjari, panjang 40-150 cm, lebar 1550 cm. Anak daun tanpa penyempitan di bagian basal. Sori dalam 2 barisan paralel yang teratur atau kadang tidak teratur, dekat dengan tulang daun, bundar, diameter 1-2 mm.
159
SEMINAR NASIONAL BIOLOGI
Pyrrosia lanceolata (L.) Farwell Sinonim: Acrostichum lanceolatum L., Candollea lanceolata Mirb. Ex Desv., Polypodium adnascens Sw. dan Cyclophorus lanceolatus Alston. Suku: Polypodiaceae Tumbuhan ini mempunyai akar rimpang setebal 1,2-2,1 mm, menjalar panjang, ditutupi oleh sisik-sisik yang tersebar. Daun dimorfik, tidak jelas sampai jelas bertangkai. Daun fertil tangkainya sampai 9 cm, helaian 3,5-31 cm X 0,3-3,5 cm, bagian pangkal perlahan menyempit, paling lebar di bagian tengah atau di bawahnya, ujung tumpul. Daun steril bertangkai sampai 5 cm, helaian 2-24 cm X 0,3-4,3 cm, paling lebar di bagian tengah atau di atasnya, ujung membundar atau tumpul. Sori berderet di sepanjang tepi daun atau menyebar di seluruh permukaan daun.
ditutupi sisik-sisik sepanjang sampai 2 cm, berwarna coklat hitam. Tangkai daun kokoh, hitam, panjang sekitar 5 cm. Daun tunggal, panjang sampai 150 cm, lebar sampai 20 cm, perlahan-lahan menyempit sampai bagian ujung, ujung dan dasar meruncing atau runcing. Tulang daun menonjol di permukaan atas daun, biasanya hampir rata ke bawah, berwarna coklat tua pada daun tua. Urat daun bercabang tunggal, kadang bercabang dua, cabang pertama dekat bagian tengah sampai ± 0,5 mm dari tepi daun. Tekstur daun seperti kertas. Sori sempit, terdapat di atas tiap urat daun dan cabang-cabangnya mulai dari dekat bagian tengah daun sampai bagian tepi, hanya sampai bagian tengah lebar daun.
Asplenium macrophyllum Sw. Suku: Aspleniaceae Akar rimpang menjalar pendek, bagian Microsorum scolopendria (Burm.f.) Copel. ujung ditutupi sisik-sisik gelap sepanjang 5 Sinonim: Polypodium scolopendria Burm.f., mm. Tangkai daun sekiat 20 cm, agak tegak, Polypodium phymatodes L., Phymatodes hampir hitam ketika kering, saat muda scolopendria (Burm.f.) Ching dan bagian pangkalnya ditutupi oleh sisik, Phymatosorus scolopendria (urm.f.) gundul saat tua. Helaian daun 20-50 cm, lebar 10-20 cm, simply pinnate, bagian PichinSerm. ujung narrowly deltoid, bagian tepi banyak Suku: Polypodiaceae Tumbuhan paku dengan rimpang menjalar atau sedikit bercuping dalam, bagian ujung pendek atau panjang. Daun dalam 2-8 tidak bercuping. Anak daun 10-15 pada pasang, jelas atau tidak. Helaian daun steril setiap sisi, biasanya berseling, bagian dan daun fertil sama,lanset sampai linear. pangkal bertangkai, bagian ujung duduk, Bagian ujung runcing atau meruncing, panjang sampai 15 cm dan lebar 2,5 cm, ke biasanya berdaging. Sori membulat, arah ujung semakin kecil. tersebar merata di permukaan daun atau tersusun dalam satau atau beberapa barisan KESIMPULAN yang tidak teratur diantara tulang dan tepi Tumbuhan paku di Danau Tolire daun. Besar, di Pulau Ternate, ditemukan sebanyak 17 jenis yang sebagain besar berupa paku teresterial. Beberapa jenis ada Asplenium nidus L. Sinonim: Neotopteris nidus (L.) J. Smith, yang berupa ephifit atau ephilitic. Selain itu Thamnopteris nidus (L.) Presl. Dan juga ditemukan jenis-jenis berupa terestrial dan ephifit atau terestrial dan ephilithic. Asplenium musifolium J. Smith ex Mett. Suku: Aspleniaceae Dari ke-17 jenis tersebut umumnya juga Paku epifit dengan akar rimpang kokoh, ditemukan di daerah lain di Indonesia tegak, bagian ujung mendukung daun-daun kecuali jenis Pteris orientalis distribusinya yang tersusun roset, di bagian bawahnya terbatas di Indonesia bagian Timur. terdapat kumpulan akar yang besar dan Asplenium macrophyllum dan Schizaea rambut berwarna coklat, bagian ujung
160
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
dalam rangka Purna Tugas Prof. Dra. Sukarti Moeljopawiro, M.App.Sc., Ph.D.
dichotoma merupakan jenis-jenis yang termasuk jarang ditemukan di alam. DAFTAR PUSTAKA [1] Pemda Kota Ternate. 2007. http://www.kotaternate.go.id/Pemerintah%20daerah.htm. [2] Monk, KA., Y de Fretes and G. Reksodiharjo-Lilley. 1997. The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku. Periplus Editions (HK) Ltd. Singapore. [3] Sastrapradja, S., J.J. Afriastini, D. Darnaedi, dan E.A. Widjaja.1978. Jenis Paku Indonesia. Bogor. Lembaga Biologi Nasional-LIPI. [4] Sastrapradja, S. dan J.J. Afriastini. 1985. Kerabat Paku. Bogor. Lembaga Biologi Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Yogyakarta, 10 desember 2009
[5] Holttum, R.E. 1966. A Revised Flora of Malaya. Vol.II. Ferns of Malaya. Singapore. Authority Government Printing Office. [6] de Winter, W.P. and V.B. Amorosa (Editors). 1992. Ferns and Fern Allies. Plant Resources of South East Asia No.15 (2). Bogor. Indonesia. [7] Hovenkamp, P.H., M.T.M. Bosman, E. Hennipman, H.P. Nootebom, G. RodlLinder, and M.C. Roos. 1998. Polypodiaceae. in Flora Malesiana Vol. 3 Series II-Ferns and Fern allies. Rijksherbarium. Leiden. The Netherlands, pp: 1-234. [8] Hoshizaki, B.J. and R.C. Moran. 2001. Fern Grower’s Manual. Revised and Expanded Edition. Portland, Oregon. Timber Press. [9] Andrews, S.B. 1990. Ferns of Queensland. Brisbane. Queensland Department of Primary Industries.
161