Seminar Nasional Biologi II tahun 2015
Pemanfaatan Sumberdaya Hayati Dan Peningkatan Kualitas Lingkungan: Bioremediasi Lahan Kritis Irdika Mansur2,3 2
3
SEAMEO BIOTROP, Jl. Raya Tajur Km 6 Bogor. E-mail:
[email protected] Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB, Kampus IPB Darmaga, Bogor.
PENDAHULUAN Indonesia merupakan satu negara yang dikaruniai oleh Alloh SWT dengan sumberdaya alam yang melimpah, baik sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (hutan tanaman, produk pertanian dan perkebunan, produk perikanan budidaya, produk peternakan, dll.) maupun sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (hutan alam, bahan tambang, produk perikanan laut dan darat alami, minyak bumi, dll.). Indonesia juga dikarunia dengan lahan yang relatif subur membentang di sepanjang katulistiwa dengan suhu, kelembaban dan intensitas sinar matahari hamper sepanjang tahun. Sumberdaya alam dan kekayaan alam ini perlu dikelola secara strategis untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat dan kemajuan bangsa Indonesia. Pemanfaatan sumberdaya alam dalam bentuk apapun akan memberikan dampak kepada sumberdaya alam tersebut maupun lingkungannya. Oleh karena itu, pemerintah dengan bantuan para ahli dibidang terkait telah mengeluarkan berbagai macam aturan, baik untuk pemanfaatan sumberdaya alam maupun pencegahan dan tanggung jawab pemulihan lingkungannya. Namun demikian, penerapan aturan-aturan tersebut di lapangan harus didukung oleh penegakan hukum maupun teknologi yang memadai. Penegakan hukum bukan menjadi ranah dari perguruan tinggi maupun lembaga penelitian, namun pengembangan teknologi, sosialisasi, sampai ke adopsinya merupakan tugas dari kedua lembaga tersebut. Untuk membiaya pembangunan dan kehidupan berbangsa, pemanfaatan sumberdaya alam tidak dapat dihindari. Pemanfaatan sumberdaya alam yang memberikan keuntungan besar bagi bangsa Indonesia wajib didukung oleh berbagai elemen bangsa. Salah satu bentuk dukungan adalah secara terus menerus membuat penemuanpenemuan teknologi untuk memaksimumkan manfaat ekonomi dan sosial, serta menekan dampak lingkungan hingga sekecil mungkin sampai ke tingkat yang dapat ditoleransi. Sebagai salah satu contoh adalah perkebunan kelapa sawit, minyak sawit menjadi salah komoditas ekspor strategis bagi Indonesia. Produk kelapa sawit bukan hanya minyak goreng, tetapi masih banyak produk turunan lainnya yang sangat berharga. Namun disisi lain, pengembangan perkebunan kelapa sawit yang pada umumnya monokultur akan mengurangi keanekaragaman hayati, merubah tata air, dsb. Bagaimana sikap kita sebagai ilmuwan Indonesia? Turut beramai-ramai menghujat pengembangan kelapa sawit yang merupakan sumber devisa yang penting bagi negara, atau mencari solusi untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh pengembangan kelapa sawit saat ini? Demikian juga dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang berupa bahan tambang yang tersimpan di bawah tanah. Kegiatan penambangan di Indonesia pada umumnya dilakukan dengan penambangan terbuka (open pit mining), dimana seluruh vegetasi dan lapisan tanah olah yang berada di atas lapisan bahan tambang harus disingkirkan terlebih dahulu agar dapat mengambil bahan tambang di bawahnya. Batuan-batuan penutup yang berada pada lapisan antara tanah dan bahan tambang juga harus disingkirkan. Batuan-batuan penutup ada yang netral, tetapi tidak sedikit yang dapat menghasilkan asam. Jika batuan yang berpotensi asam (PAF/Potentially acid forming) ini betermu dengan oksigen dan air maka akan membentuk air asam tambang yang pHnya sangat rendah (dibawah 3). Jika air asam tambang ini masuk ke perairan umum maka akan menyebabkan kerusakan lingkungan perariran dan mengganggu kesehatan manusia yang menggunakan air sungai yang tercemar tersebut. Dampak seperti ini dapat berlangsung beratus-ratus tahun. Lahan-lahan bekas tambang menjadi terbuka dan tidak subur. Dampak positif dari kegiatan pertambangan juga tidak sedikit, membuka isolasi wilayah terpencil, sumbangan ekonomi lokal maupun nasional, perbaikan infrastruktur daerah terpencil, penyerapan tenaga kerja, dll. Bagaimana sikap kita sebagai ilmuwan Indonesia? Fungsi penting dari ilmuwan adalah memberi pertimbangan kemungkinan dampak negatif, khususnya sosial dan lingkungan, yang akan terjadi dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam, sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Dengan demikian berbagai upaya dapat dilakukan untuk tetap mendapatkan manfaat dari pemanfaatan sumberdaya alam tersebut dan mengurangi dampak negatif yang akan ditimbulkan. Fungsi penting Pemanfaatan Sumberdaya Hayati dan Peningkatan Kualitas Lingkungan 1
Seminar Nasional Biologi II tahun 2015 selanjutnya adalah menemukan teknologi-teknologi tepat guna yang dapat digunakan untuk mengatasi dampak negatif pada saat dan setelah kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam dilaksanakan. Jika ilmuwan Indonesia hanya sibuk turut menghujat kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam, maka siapa yang diuntungkan? Tentu saja negara-negara lain penghasil sumberdaya alam yang sama. Tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Indonesia juga dikarunia keanekaragaman genetic, jenis, maupun ekosistem yang dapat dipelajari, ditiru, dikembangkan untuk menyelesaikan masalah-masalah lingkungan akibat pemanfaatan sumberdaya alam maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Bioremediasi secara khusus diterjemahkan sebagai upaya perbaikan lingkungan (khususnya akibat pencemaran) dengan menggunakan jasa-jasa mikroba, sedangkan secara umum diterjemahkan sebagai upaya pemanfaatn sumberdaya hayati untuk perbaikan lingkungan, dengan demikian termasuk dalam pengertian ini adalah fitoremediasi (pemulihan kesehatan lingkungan dari bahan pencemar dengan menggunakan tanaman). Dalam makalah ini yang dimaksud bioremediasi mengikuti pengertian secara umum saja dengan pertimbangan bahwa sesungguhnya sulit untuk membedakan fungsi mikroba dan tanaman dalam pemulihan kesehatan lingkungan. Sebagian besar tanaman bersimbiosis atau berasosiasi dengan mikroba di permukaan maupun di dalam jaringan akarnya, mikroba dalam kehidupannya juga memerlukan eksudat akar tanaman. Dalam makalah ini juga akan lebih banyak ditekankan pada bioremediasi lahan pasca tambang karena bukan hanya menyangkut daratan tetapi juga perairan. Diantara kegiatan-kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam, kegiatan pertambangan barangkali yang paling ekstrim dari sisi bentuk dampak yang ditimbulkan maupun jangka waktu dampak tersebut berlangsung setelah kegiatan penambangan berakhir. Perkembangan kegiatan penelitian dan implementasi bioremediasi pada kegiatan pertambangan di Indonesia juga akan disampaikan dalam makalah ini. SEKILAS KEGIATAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA Seperti disampaikan di atas bahwa meskipun pertambangan di Indonesia telah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda, seperti tambang emas Cikotok yang sekarang dikelola oleh perusahaan BUMN pertambangan, PT Aneka Tambang dan tambang batubara di Umbilin yang sekarang dibawah pengelolaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk., perusahaan BUMN tambang lainnya. Jumlah perusahaan yang beroperasi maupun volume produksi tahunannya masih sangat kecil. Seiring dengan waktu, usaha pertambangan di tanah air terus berkembang hingga tumbuh perusahaan-perusahaan dengan volume produksi sampai 50 juta ton batubara per tahun. Bahkan menurut Kementerian ESDM jumlah perusahaan pertambangan berkembang sangat pesat, dengan berbagai tahapan usaha mulai ekplorasi sampai eksploitasi, dengan jumlah mencapai 10.000 ijin usaha. Hal tersebut berkaitan dengan tingginya harga minyak beberapa tahun yang lalu sehingga mendongkrak harga batubara secara signifikan. Saat ini hal yang sebaliknya tengah terjadi, yaitu dengan jatuhnya harga minyak menyebabkan harga batubara jatuh. Banyak perusahaan pertambangan tutup karena dengan harga saat ini tidak memungkinkan untuk melakukan operasi secara menguntungkan. Tambang mineral, seperti emas, timah, nikel, baksit, besi, tembaga, dll. juga mengalami penurunan karena pemerintah harus menerapkan aturan dimana setiap perusahaan tambang wajib memiliki smelter. Bahan tambang mineral harus dilah dahulu sebelum diekspor. Sebagian besar pengusahaan tambang di Indonesia dilakukan dengan sistim tambang terbuka, dengan tahapan sebagai berikut: - Penyiapan saluran-saluran drainase dan kolam-kolam pengendapan untuk blok yang akan ditambang, - Pembersihan lahan dari vegetasi yang ada di atas permukaan lahan yang akan ditambang, dari pohon, semak belukar, hingga rerumputan dan herba, - Pemindahan tanah, secara teori sebaiknya lapisan olah dipisahkan dari lapisan tanah di bawahnya, namun secara teknis dan ekonomis tidak memungkinkan. Tanah disimpan di suatu lokasi yang aman untuk kelak digunakan pada saat penataan lahan untuk reklamasi, - Pemindahan batuan penutup, yaitu lapisan batuan antara lapisan tanah dan bahan tambang, - Pengambilan bahan tambang atau batuan yang mengandung bahan tambang, - Penutupan kembali lubang bekas tambang dengan batuan penutup, pembentukan kontur (lansekap) lahan, dan pembuatan saluran-saluran drainase, - Penebaran tanah sebagai media tumbuh tanaman, - Perbaikan kesuburan tanah, - Penanaman tanaman penutup tanah untuk mengendalikan erosi secara cepat dan penanaman bibit-bibit pohon untuk menghutankan kembali lahan yang telah ditambang. Dua tantangan utama dalam pengelolaan lingkungan tambang dan pemanfaatan lahan pasca tambang adalah kondisi tanah yang tidak ideal untuk budidaya tanaman, serta kemungkinan produksi air asam tambang yang disebabkan oleh tereksposnya batuan-batuan penghasil asam, sebagai contoh batuan pirit, pada oksigen dan air. Baik air maupun tanah dapat juga, namun tidak selalu, tercemar oleh logam berat sehingga tidak memungkinkan Pemanfaatan Sumberdaya Hayati dan Peningkatan Kualitas Lingkungan 2
Seminar Nasional Biologi II tahun 2015 untuk kegiatan budidaya yang menghasilkan bahan pangan yang akan masuk ke rantai makanan manusia. Oleh karena itu, terdapat dua pilihan untuk pemanfaatan lahan pasca tambang, yaitu ditanami dengan tanaman kehutanan untuk dipanen kayunya, atau harus dilakukan bioremediasi untuk menghilangkan bahan-bahan pencemar khususnya logam berat sehingga lahan tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk kegiatan budidaya. Air asam tambang merupakan masalah yang besar yang ditimbulkan dalam usaha penambangan. Air asam tambang akan terus terbentuk dan mencemari lingkungan selama batuan penghasil asam masih tersedia. Produksi air asam tambang dapat terjadi selama ratusan tahun dan dampak kerusakannya sampai jauh di luar areal penambangan, bahkan sampai ratusan kilometer (sejauh aliran air). Jika aliran air asam tambang sampai mencapai sungai, maka pencemaran dapat mengikuti aliran sungai tersebut hingga ke laut. Bukan hanya keasaman air saja yang menjadi perhatian dari air asam tambang ini, tetapi keasaman ini mengakibatkan meningkatkan kelarutan dari logam-logam berat. Oleh karena itu, dapat dibayangkan jika air asam tambang masuk ke perairan umum, maka dapat menyebabkan kematian atau sekurang-kurangnya kontaminasi logam berat pada tanaman air dan ikan-ikan yang hidup di dalamnya. Untuk mencegah terbentuknya air asam tambang telah tersedia teknologi, baik untuk pencegahan pembentukannya, maupun pengelolaan jika terlanjur terbentuk atau terjadi kebocoran. Di Indonesia, pengelolaan air asam tambang jika telah terlanjur terbentuk, pada umumnya dilakukan secara fisik dan kimiawi, yaitu dengan memberikan aerasi dan penambahan kapur untuk menaikkan pH dan mengendapkan logam berat. Namun pertanyaannya adalah siapa yang akan melakukan ini semua jika perusahaan telah berhenti beroperasi, padahal produksi air asam tambang akan terus terjadi sampai jauh setelah perusahaan berhenti beroperasi? Bioremediasi merupakan salah satu alternatif, namun perjalanan menuju implementasi di lapangan masih perlu banyak penelitian. KEGIATAN BIOREMEDIASI DALAM KEGIATAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA Perusahaan pertambangan berkewajiban untuk menjaga kualitas lingkungannya dan melakukan reklamasi lahanlahan pasca tambangnya. Reklamasi lahan dilaksanakan secara bertahap dan tidak menunggu keseluruhan kegiatan penambangan selesai. Peraturan terkait perijinan pertambangan, pengelolaan lingkungan, maupun rencana penutupan tambang telah diterbitkan oleh pemerintah. Sejak awal tahun 2000-an, teknologi untuk pengelolaan lingkungan dan reklamasi lahan pasca tambang juga terus berkembang. Lahan pasca tambang biasanya tidak subur dengan kandungan liat yang tinggi membuat tanah-tanah bekas tambang pada umumnya padat dan memiiki aerasi yang buruk. Disamping itu tanah-tanah bekas tambang juga asam bahkan dapat mencapai pH 2,9. Tanah pasca tambang merupakan campuran dari top soil dan sub-soil dimana proporsi sub-soil sangat tinggi. Sub-soil adalah lapisan tanah yang belum matang, dan miskin hara karena belum mengalami pelapukan. Sementara itu, lapisan top-soil merupakan lapisan yang subur karena hasil mineralisasi batuan serta hasil dekomposisi serasah atau dedaunan serta bahan-bahan organiklainnya.Ketebalan top soil, khususnya di luar Jawa pada umumnya tipis hanya 10-20 cm saja. Pencampuran dengan sub-soil menyebabkan kandungan unsur hara dan bahan organik menjadi sangat rendah. Hal ini menjadi tantangan yang besar pada saat melakukan reklamasi. Kandungan logam berat di tanah-tanah pasca tambang menambah besar masalah dalam reklamasi. Sampai saat ini kandungan logam berat di tanah-tanah pasca tambang belum mendapat perhatian yang besar karena, reklamasi lahan pasca tambang pada umumnya ditanami kembali dengan tanaman penutup tanah dan tanaman kehutanan tanpa tujuan untuk menghasilkan pakan maupun pangan. Kegiatan penambangan tidak hanya dilakukan di kawasan hutan, tetapi juga di luar kawasan hutan dimana reklamasi tidak harus menjadi hutan kembali. Lahan-lahan seperti ini kemungkinan besar akan digunakan untuk budidaya pertanian dalam arti luas (pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, atau agroforestry) yang akan menghasilkan pangan dan pakan. Oleh karena itu, kewaspadaan akan kontaminasi logam berat dan cara penanganannya akan menjadi hal yang penting kedepan. Penanganan tanah-tanah tercemar logam berat dapat dilakukan dengan penanaman jenis-jenis tanaman yang dikenal sebagai hiper-akumulator, yaitu tanaman-tanaman yang mampu menyerap logam-logam berat lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pada umumnya. Dalam penelitian mahasiswa bimbingan program Master di IPB (Sdr. Ekawati), rumput setaria adalah salah satu contoh jenis rumput yang cepat tumbuh dan mampu mengakumulasi logam-logam berat relative tinggi, misalnya untuk Fe dapat mencapai 13.000-14.000 ppm, sementara jenis tanaman lain yang dicoba hanya dalam skala ratusan ppm. Jenis-jenis tanaman seperti ini perlu dicari. Indonesia memiliki keanekaragaman jenis tanaman yang sangat tinggi, maka peluang mendapatkan jenisjenis hiper-akumulator juga tinggi. Tanah-tanah yang tercemar logam berat ditanami terlebih dahulu dengan tanaman-tanam hiper-akuuator kemudian secara secara periodic dipanen hingga kandungan logam berat turun di Pemanfaatan Sumberdaya Hayati dan Peningkatan Kualitas Lingkungan 3
Seminar Nasional Biologi II tahun 2015 bawah konsentrasi yang diijinkan. Lalu dikemanakan biomasa tanaman yang tercemar logam berat hasil bioremediasi? Belum ada solusi tepat untuk saat ini, secara teoritis dibakar di incinerator lalu abunya dipendam di tanah atau dicetak jadi batu bata. Sampai saat ini kegiatan bioremediasi ini memang belum dilakukan di lapangan dalam skala luas. Alternatif lain mengurangi pencemaran logam berat dalam tanah adalah dengan aplikasi kompos, namun kompos yang dibutuhkan sangat besar yaitu 20-50 ton per Ha. Tantangan yang besar untuk perusahaan adalah bagaimana menghasilkan kompos dalam skala besar dengan biaya yang serendah mungkin. Produksi kompos dengan skala ribuan ton per tahun belum umum di Indonesia, perlu penelitian terkait bahan baku, teknik pengomposan, serta seleksi decomposer yang efektif untuk produksi kompos skala besar. Penelitian-penelitian skala laboratorium dan implementasi skala kecil yaitu produksi kompos beberapa ratus ton barangkali sudah tersedia teknologinya, namun perlu penelitian lebih lanjut untuk skala besar. Dalam bioremediasi, kompos memiliki multi-fungsi, yaitu sebagai buffer pH, penjerap logam berat, memperbaiki lingkungan untuk kehidupan mikroba, menambah nutrisi tanah, serta meningkatkan daya ikat air (water holding capacity). Bioremediasi tanah pasca tambang tidak hanya untuk mengatasi masalah cemaran logam berat, tetapi juga kondisi tanah yang padat dengan aerasi yang sangat buruk. Kondisi ini menyebabkan genangan air pada saat musim hujan dan dapat menyebabkan kematian atau sekurang-kurangnya menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk mengatasi hal ini, perlu dicari jenis-jenis tanaman yang mampu hidup dan toleran terhadap kondisi anaerobik serta membentuk perakaran yang dalam. Akar-akar tanaman ini akan membentuk lorong-lorong di dalam tanah, sehingga air dapat eresap ke dalam tanah lebih baik. Gempol (Nauclea orientalis) dan pohon kayu putih (Melaleuca leucadenron) adalah contoh pohon yang mampu hidup di tanah-tanah padat dan tergenang. Hasil penelitian Sdr Faisal Danu Tuheteru mahasiswa bimbingan program Doktor di IPB juga menunjukkan bahwa gempol memiliki kemampuan penyerapan Fe dan Mn sangat tinggi. Bioremediasi air asam tambang dalam skala terbatas juga telah dilakukan di PT Bukit Asam (Persero) Tbk, tambang batubara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Mahasiswa program pasca IPB dari berbagai Program Studi terkait juga sedang melakukan penelitian di areal perusahaan tersebut. Bioremediasi yang dicoba, yaitu dalam bentuk lahan basah yang ditanami dengan rumput. Ekosistem lahan basah melibatkan bahan organik, mikroba seperti bakteri pereduksi sulfat, juga tanaman yang sesuai. Uji coba lahan basah yang cukup intensif sedang berjalan di PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Hasil sementara sangat menjanjikan, pH air input 3-4 dapat dinaikkan sampai 6-7 di outputnya, serapan logam berat juga tinggi, khususnya menggunakan gulma air (kiambang dan rumput tifa), yaitu 13.000-15.000 ppm.Bioremediasi dengan lahan basah ini memungkinkan menetralkan pH dan logam berat secara pasif, dimana air asam tambang di alirkan konstruksi lahan basah ini untuk menetralkan pH maupun menurunkan kandungan logam berat sehingga pada akhir kompartemen lahan basah, air bisa dilepaskan ke perairan umum. Beberapa peluang penelitian terkait pengembangan lahan basah ini antara lain: - Studi tanaman rumput/semak rawa yang memiliki kemampuan menyerap logam berat. - Seleksi jenis pohon-pohon rawa komersial yang mampu menyerap logam berat, dengan demikian lahan basah yang akan dibangun tidak hanya akan menyelesaikan masalah cemaran, tetapi juga produktif secara ekonomi. - Kajian mikroba-mikroba yang berperan dalam ekosistem lahan basah, termasuk keanekaragaman, biologi, ekologi, serta teknik pembiakan secara masal. - Kharakterisasi air tambang dari berbagai kegiatan tambang yang berbeda, dll. Mikroba-mikroba yang berperan dalam bioremediasi asam tambang pada umumnya bersifat anaerob sehingga merupakan tantangan tersendiri dalam melakukan penelitiannya, bagaimana agar tidak terjadi kontak dengan oksigen. Jatuhnya harga bahan tambang, terutama batubara, diperkirakan akan banyak tambang-tambang kecil yang akan ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya dan membiarkan air asam tambang mencemari badan-badan air di sekitarnya. Oleh karena itu, penelitian terkait bioremediasi dengan lahan basah ini sangat penting untuk dilakukan. SEKILAS TENTANG PROYEK GLOBAL INNOVATION INITIATIF Pada tahun 2015-2017, SEAMEO BIOTROP bersama beberapa universitas di Indonesia, yaitu Universitas Diponegoro, IPB, ITB, dan Universitas Brawijaya, serta 2 univeristas dari Inggris, yaitu Bangor University dan Aberystwyth University, serta 1 universitas dari Amerika, yaitu Western Carolina University difasilitasi oleh PT Bukit Asam (Persero) Tbk telah mendapatkan dana dari program Gobal Innovation Initative (GII) dibiayai oleh Pemerintah Inggris dan Amerika melalui British Council. Tema besar dari kerjasama ini adalah “Establishing a network of research excellence for mine reclamation in SEA” . Dalam kerjasama ini akan diberi kesempatan untuk kunjungan staf ke Inggris dan Amerika serta pertukaran mahasiswa pasca program Master selama 6 minggu di ketiga universitas di Inggris dan Amerika tadi, 2 orang per Pemanfaatan Sumberdaya Hayati dan Peningkatan Kualitas Lingkungan 4
Seminar Nasional Biologi II tahun 2015 tahun ke Inggris dan 1 orang ke Amerika. Untuk penelitian di PT Bukit Asam (Persero) Tbk., juga telah disediakan tempat tinggal dan ruang kerja. Topik penelitian dikonsultasikan dengan para penanggung jawab di tiap universitas yang bekerjasama (untuk Universitas Diponegoro, Dr. Tri Retnaningsih Soeprobowati), selanjutnya dikoordinasikan dengan penanggung jawab program kerjasama di perusahaan. Penelitian akan mencakup bioremediasi di lahan pasca tambang, maupun air asam tambangnya. Saat ini diperlukan mahasiswa yang melakukan penelitian kompos di PT Bukit Asam (Persero) Tbk., dan tahun 2015 ini mestinya harus dikirimkan 2 orang mahasiswa ke Inggris dan 1 orang ke Amerika untuk melakukan penelitian selama 6 minggu. PERAN DAN PELUANG KERJASAMA SEAMEO BIOTROP SEAMEO BIOTROP adalah lembaga penelitian biologi tropika berlokasi di Bogor, dimana salah satu programnya adalah restorasi lansekap, bagaimana mengembalikan lahan-lahan yang terdegradasi menjadi produktif kembali melalui pendekatan biologis. Tugas utama dari SEAMEO BIOTROP adalah melaksanakan riset, pelatihan, dan publikasi terkait sumberdaya biologi tropika yang strategis. Fasilitas yang tersedia, antara lain gedung perkantoran, laboratorium, perpustakaan, herbarium, rumah kaca, ruang dan gedung pertemuan, lahan percobaan, serta guest house. Laboratorium terbuka untuk peneliti-peneliti maupun mahasiswa dari universitas maupun lembaga penelitian lainnya. Dengan keterbatasan peneliti yang dimiliki sementara cakupan area penelitian demikian luas, maka SEAMEO BIOTROP mengundang para peneliti bergelar doktor maupun mahasiswa program doktor untuk mengajukan proposal penelitian untuk didanai. Besarnya dana penelitian per judul adalah Rp 60-125 juta, dana ini bersumber dari dana DIPA SEAMEO BIOTROP oleh karena itu harus mengikuti standard an aturan yang berlaku. Tata cara pengajuan proposal dapat dipelajari di website SEAMEO BIOTROP www.biotrop.org. Bioremediasi, khususnya terkait lahan pasca tambang merupakan salah satu program prioritas. SEAMEO BIOTROP lebih mengutamakan penelitian-penelitian terapan yang dapat segera diterapkan di lapangan. PENUTUP Bioremediasi merupakan teknik pembersihan tanah maupun air yang tercemar oleh bahan-bahan pencemar yang membahayakan kehidupan manusia maupun makhluk lainnya. Konsep dan penelitian dalam bidang ini sudah banyak dilakukan, namun penerapan di lapangan masih sangat terbatas. Peneliti perlu memikirkan bagaimana transfer teknologi bioremediasi ini dari laboratorium ke lapangan agar dapat memberikan manfaat yang nyata. Lahan-lahan terdegradasi akibat kegiatan penambangan, serta air asam tambang yang dihasilkan oleh kegiatan penambangan merupakan dua hal penting yang dapat diselesaikan dengan penerapan bioremediasi. Namun penelitian lebih komprehensif baik skala laboratorium maupun skala lapangan masih banyak perlu dilakukan. SEAMEO BIOTROP dan Konsorsium GII akan mendukung kegiatan-kegiatan penelitian dalam bioremediasi lahan pasca tambang maupun air asam tambang.
Pemanfaatan Sumberdaya Hayati dan Peningkatan Kualitas Lingkungan 5