PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN BIOLOGI & BIOLOGI FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA, Tanggal 19 November 2013
ISBN: 978-602-95166-2-3 Tim Reviewer : 1. Prof. Djukri 2. Prof. Bambang Subali 3. Dr. Heru Nurcahyo, M.Kes 4. Sukiya, M.Si 5. Surachman, M.S 6. Siti Umniyatie, M.Si
Tim editor : 1. Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc 2. Agus Wibowo, S.Si
Tema: “CURRENT BIOLOGICAL RESEARCH & EDUCATION IN LIFE SUPPORTING SYSTEM CONSERVATION"
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2013
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19 November 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta 2013 ini dapat disusun dalam waktu yang telah ditentukan. Seluruh makalah yang ada dalam prosiding ini merupakan kumpulan makalah yang telah lolos seleksi tim reviewer dan telah disampaikan dalam kegiatan seminar nasional yang diselenggarakan pada tanggal 19 Oktober 2013 di Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas MIPA UNY. Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi FMIPA UNY 2013 mengangkat tema “Current Biological Research and Education in Life Supporting System Conservation” . Makalah utama yang ditampilkan dalam seminar ini adalah : (1)
“Study in Biodiversity and Its Conservation” yang disampaikan oleh Dr.
Alexandra Landmann dari NGO Jerman, (2) “The Ecosystem and Ecotoxicology” yang disampaikan oleh Prof. Saberi Othman dari UPSI Malaysia, dan (3) “Current Research and Innovation In Biology Education” yang disampaikan oleh Prof. I.G.P.Suryadharma dari Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA, UNY. Selain makalah utama, juga disampaikan hasil kajian dan penelitian dalam bidang Pendidikan Biologi dan Biologi yang dilakukan oleh para guru dan peneliti di berbagai sekolah, perguruan tinggi, serta lembaga penelitian. Semoga prosiding ini dapat ikut berperan dalam penyebaran hasil kajian dan penelitian dalam bidang Pendidikan Biologi dan Biologi, sehingga dapat diakses oleh pembaca yang lebih luas dan bermanfaat bagi pekembangan bangsa.
November, 2013
Tim Editor
ii
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19 November 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
SAMBUTAN KETUA PANITIA Assalaamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur kita haturkan ke hadirat Allah SWT, karena atas karunia dan rahmah-Nya, Seminar Nasional Biologi dan Pendidikan Biologi dengan tema “Current Biological Research and Education in Life Supporting System Conservation” ini insyaAllah dapat terselenggara dengan baik dan lancar. Banyak penelitian Biologi yang telah dilakukan oleh para akademisi, baik di bidang Pendidikan Biologi mapun Biologi murni, yang semuanya itu perlu didiseminasikan atau dikomunikasikan di forum ilmiah, sehingga hasil penelitian tersebut dapat lebih dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Salah satu caranya adalah dengan seminar nasional. Melalui forum ini, juga diharapkan para akademisi dapat saling berbagi pengalaman dalam hal kajian maupun penelitian Biologi dan Pendidikan Biologi. Ada 40 artikel ilmiah yang terseleksi dan akan dipaparkan sebagai artikel pendamping dalam sesi paralel di seminar nasional ini, yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia, sedangkan dari Universitas Negeri Yogyakrta sendiri ada......makalah. Selain presentasi oral, juga ada presentasi poster hasil PKM para mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta yang turut tampil. Selain peserta pemakalah, juga terdapat peserta biasa yang diperkirakan jumlahnya mencapai 150 orang, yang terdiri dari pemerhati Biologi, para guru Biologi, dosen dan mahasiswa. Kami menghaturkan terima kasih atas partisipasi para hadirin, peserta, pemakalah, tamu undangan dan anggota panitia serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dengan peran masing-masing sehingga seminar nasional ini dapat terlaksana dengan baik. Kami juga menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pemakalah utama, Prof Dr. Saberi Othman (Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia), Dr. Alexandra Landman (NGO dari Jeman), dan Prof. Dr. IGP Suryadarma (Universitas Negeri Yogyakarta), yang telah meluangkan waktu untuk membagikan ilmu dan pengalamannya di forum ilmiah ini. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan di sana-sini dalam penyelenggaraan seminar nasional ini, untuk itu saya mewakili penitia mohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Kami juga mengharapkan sumbangan pemikiran untuk penyelengaraan seminar nasional di tahun-tahun berikutnya yang lebih baik, dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Demikian pengantar dari saya. Akhirnya, saya ucapkan selamat berseminar. Dan semoga seluruh rangkaian acara seminar nasional pada hari ini dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta mendapatkan ridho dan dinilai sebagai ibadah oleh Allah SWT. Amin. Wassalamu’alaikum wr.wb. Ketua Panitia Dr. Tien Aminatun
iii
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19 November 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
SAMBUTAN DEKAN FMIPA UNY Assalamu’alaikum wr. wb. Para peserta seminar yang berbahagia, selamat datang di FMIPA UNY. Sebagai agenda rutin tiap tahun, Jurusan Pendidikian Biologi FMIPA UNY mengadakan Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi dengan tema “Current Biological Research and Education In life Supporting System Conservation”. Tema ini mengangkat peran pentingnya penelitian biologi dan pendidikan biologi dalam mendukung sistem konservasi lingkungan sebagai wujud antisipasi menghadapi krisis lingkungan yang kita hadapi. Para hadirin yang berbahagia, kemandirian suatu bangsa mustahil akan tercapai apabila pendidikan di negara tersebut tidak berjalan dengan baik dan tidak pula ditopang oleh perkembangan dan kemajuan teknologi. Kita semua tahu bahwa kemajuan teknologi akan terwujud apabila didukung oleh perkembangan ilmu-ilmu dasar yang kuat dan kokoh. Untuk mencapai hal itu tidak bisa lepas dari bagaimana proses pembelajaran ilmu-ilmu dasar dilaksanakan di sekolah-sekolah ataupun di perguruan tinggi dan juga bagaimana penelitian-penelitian yang berkaitan dengan ilmu-ilmu dasar dan teknologi dikembangkan. Berkaitan dengan hal tersebut maka Jurdik Biologi FMIPA UNY menyelenggarakan seminar ini dengan salah satu tujuannya adalah untuk mempertemukan para peneliti, pendidik dan juga praktisi serta para pemerhati pendidikan untuk saling sharing hasil penelitian yang sudah dilaksanakan. Dengan demikian kita bisa mengetahui sejauh mana perkembangan ilmu-ilmu dasar dan juga teknologi yang sedang berkembang di negara kita tercinta ini, sehingga dengan mengetahui kondisi yang ada maka kita dapat mengambil sikap bagaimana untuk menyelenggarakan pendidikan yang mencerahkan dan yang menopang menuju tercapainya kemandirian bangsa. Saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada para nara sumber dan juga para peserta seminar ini atas partisipasinya. Kami mohon maaf apabila dalam penyelenggaraan seminar ini ada banyak kekurangan dan akhir kata semoga kemandirian bangsa yang kita idam-idamkan bersama dapat segera terwujud . Amin. Selamat berseminar dan wassalamu’alaikum wr. wb.
Dekan FMIPA UNY Dr. Hartono, M.Si
iv
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19 November 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
DAFTAR ISI Halaman i ii iii iv v
Halaman Sampul Halaman Editor Kata Pengantar Sambutan Daftar Isi
Makalah Utama: Environmental Health and Ecotoxicology Oleh :Prof. Dr. Saberi Othman(University Pendidikan Sultan Idris Malaysia) Kekerabatan Manusia dan Alam Oleh :Dr Alexandra Landmann( ngo Jerman) Membangun Aliran Kehidupan melalui Alur Keunikan Keanekaragaman Hayati Oleh :I G P Suryadarma(Jurdik Biologi FMIPA UNY) Makalah Paralel: BIDANG BIOLOGI 1. Agung Budiantoro, M. Si dan Dedi Wijayanti, M. Hum. Pemberdayaan Masyarakat Menuju Ekowisata Konservasi Penyu di Pantai Goa Cemara Patihan Gadingsari Sanden Bantul (Program KKN PPM DIKTI 2013) 2. Agung Kurniawan, Tri Warseno, dan Ni Putu Sri Asih Keanekaragaman Jenis Araceae Di Kawasan Hutan Bukit Tapak, Cagar Alam Batukahu, Bali 3. Anisa Linangkung1 Tenti Kurniawati2 Hubungan Persepsi Pasien Tentang Praktik Profesional Perawat dengan Kepuasan Pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 4. Anna Rakhmawati, Evy Yulianti, Eli Rohaeti 5.
Seleksi Bakteri Termofilik Pasca Erupsi Merapi sebagai Penghasil Enzim Amilase dan Protease Arif Lutfi Ahzani, Lusiawati Dewi, Lydia Ninan Lestario
U-1
U-13 U-16
B-1
B-9
B-17
B-33 B-35
Penghambatan Oksidasi Dan Kandungan Fenolik Total Dalam Fermentasi Tempe Kedelai Dengan Penambahan Tepung Labu Kuning (Curcubita moschata D.) 6.
B-49
Aryogi dan Lukman Affandhy
Keragaman dan Potensi Sumber Daya Genetik, serta Sistem Konservasi yang Dibutuhkan untuk Pemanfaatan Sapi Potong Lokal Indonesia 7.
B-61
Astuti
Uji Ketahanan Bakteri Asam Laktat AST 6 Streptococcus thermophilus dari Saluran Pencernaan Ikan Terhadap Suhu dan pH yang Berbeda
v
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19 November 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
8.
Ciptono dan Tri Harjana
B-73
Pengaruh Pemberian Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus niruri, L.) terhadap Ukuran Dan Struktur Histologik Kelenjar Prostat Tikus Jantan (Rattus norvegicus,L.). 9.
Dedi Yulianto Raharjo, Pekik Pabayita,W.S. Brams Dwandaru, Evy Yulianti
Preparasi dan Isolasi DNA Plasmid Bakteri E.coli Nanopartikel 10.
B-85
sebagai
Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri dan Tri Warseno
B-91
Konservasi Rhododendron di Kebun Raya “EKA KARYA” Bali 11.
Evy Yulianti, Anna Rakhmawati, Kartika Ratna Pertiwi
B-97
Uji Aktivitas Antimikrobia Isolat Bakteri Termofilik Pasca Erupsi Merapi 12.
B-103
Hendro Kusumo EPM
Inventarization of Floor Vegetation at Environment of Quarry, Sekotong, West Lombok 13.
Hikmah
B-121
Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) terhadap Kesehatan Mental dan Reproduksi Perempuan di Rifka Annisa Yogyakarta Tahun 2013 14.
Lusiawati Dewi, Susanti Pujihastuti, Herlina Puspita Sari
B-129
Pengaruh Penambahan Inokulum Tempe dan Tepung Belut terhadap Kualitas Tempe ditinjau dari Kadar Protein, Lemak, Abu dan Air 15.
Meiga Anggraini, Widaryati
B-139
Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Keberhasilan Penyembuhan Luka pada Pasien Pasca Operasi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 16.
Mochamad Arief Soendjoto, Mila Rabiati, Usman, Hafizh Muhardiansyah
B-155
Sebaran dan Status Bekantan (Nasalis larvatus) di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan 17.
B-165
Nabila Fatma, Mamnu’ah
Pengaruh Manajemen Koping Positif Terhadap Skor Kontrol Diri Remaja di SMK Muhammadiyah 1 Bantul 18.
Novi Febrianti, Yohn Ade Ardiyansyah
B-175
Pengaruh Jus Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) terhadap Gambaran Histopatologik Testis Mencit (Mus musculus) Strain Swiss yang Dipaparkan Asap Rokok 19.
Riefani maulana khalid1, Soendjoto M. Arief
B-181
Keragaman Burung Air di Kawasan NPLCT Arutmin Indonesia Tanjung Pemancingan Kotabaru, Kalimantan Selatan 20.
Rikhsan Kurniatuhadi, Anto Budiharjo, Tri Retnaningsih Soeprobowati
Studi Bioremoval Merkuri oleh Konsorsium Bakteri Resisten Merkuri Indigenus Danau Biru Singkawang Provinsi Kalimantan Barat
vi
B-195
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19 November 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
21.
Riyan Sudrajad , Mamnu’ah
B-205
Pengaruh Pelatihan Keterampilan Sosial Terhadap Keinginan Bunuh Diri Pada Remaja di SMA N 1 Patuk Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta 22.
Santoso Sastrodihardjo, Lusiawati Dewi dan Andi Permadi Santoso
B-215
Substitusi Pemanis Rendah Kalori Pada Fermentasi Teh Kombucha 23. 24.
Siti Mariyam, Kartika Ratna Pertiwi Profil Personal Health Behavior Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Sutomo dan I Nyoman Peneng
B-223 B-233
Struktur dan Komposisi Tumbuhan Bawah di Petak VII C Koleksi Kebun Raya Eka Karya Bali serta Dominansi Jenis Eksotik-Invasif Eupatorium riparium 25.
Sutomo, Dini Fardilla & I.N. Lugrayasa
B-241
Principle Component Analysis Variabel Mikroklimat untuk Mengetahui adanya Efek Tepi pada Kawasan Hutan yang Terganggu di Gunung Pohen Cagar Alam Batukahu Bali 26.
27.
Sutomo, I.D.P Darma dan Dini Fardila Laju Dekomposisi Seresah Daun Dua Jenis Tanaman Reboisasi Altingia excelsa Noronha dan Bischofia javanica Blume di Kebun Raya “Eka Karya” Bali Tien Aminatun dan Djuwanto
B-245
B-251
Keanekaragaman Laba-laba sebagai Musuh Alami pada Ekosistem Sawah Organik dan Konvensional 28.
Trianik Widyaningrum dan Fytroh Sulistyowati
B-263
Pengaruh Komposisi Campuran Tepung Jeroan Ikan Patin (Pangasius pangasius) dan Pellet Terhadap Pertumbuhan dan Kadar Protein Ikan Nila (Oreochromis iloticus) BIDANG PENDIDIKAN BIOLOGI 29.
Amir Fatah
B-273
Reidentifikasi Fungsi, Spesifikasi Kendaraan dan Gaya Berkendara dalam Rangka Menekan Angka Pencemaran Udara 30.
Andang Syaifudin, Dian Noviar
B-281
Efektivitas Model Pembelajaran Proyek Berbasis Jelajah Alam Sekitar (JAS) Terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Semester 2 Di SMA Negeri 2 Banguntapan 31.
Anjarwati
B-291
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Melalui Peran Guru di Sekolah 32.
Bambang Subali & Siti Mariyam
B-301
Pengembangan Tes Kreativitas Keterampilan Proses Sains Tentang Aspek Kehidupan pada IPA SD 33.
Dian Sudi Hadiningrum dan Paidi
B-311
Studi Kesiapan SMAN Kota Magelang untuk Implementasi Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah
vii
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19 November 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
34. 35.
Hilarius Jago Duda Penerapan Model Praktikum Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Kartika Chrysti S
B-321 B-333
Lesson Study dalam Upaya Penerapan Model Research Based Learning untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 36. 37.
Mia Wahyuningsari, Baskoro Adi Prayitno, Bowo Sugiharto Profil Pengetahuan dan Kebutuhan akan Pendidikan Seksual Siswa SMP di Surakarta Nani Aprilia
B-341 B-353
Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa melalui Penggunaan Model Cooperative Learning pada Kegiatan Lesson Study Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi 38. 39.
Paidi, Yuni Wibowo, Anna Rachmawati Analisis Tingkat Kemampuan Metakognitif Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA UNY Puguh Karyanto, Suwarno
B-365 B-379
Peningkatan Pemahaman Konsep Rantai Makanan dengan Memadukan Materi Belajar Ekosistem dan Pengelolaan Lingkungan malalui Pemahaman Karakteristik Ekofisiologi Hama Tikus Sawah sebagai Sumber Belajar 40.
Risanti Dhaniaputri
B-387
Kajian Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar Sebagai Pembangun Kesadaran Cinta Lingkungan Bagi Mahasiswa
viii
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19November 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
Keragaman Burung Air di KawasanNPLCT Arutmin Indonesia Tanjung Pemancingan Kotabaru, Kalimantan Selatan Riefani maulana khalid1, Soendjoto M. Arief2 1Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jl Hasan Basri, Banjarmasin 70123 Kalimantan Selatan. Tel. +62-812-55118112, email:
[email protected] 2Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Ahmad yani Km 36, Banjarbaru 70714 Kalimantan Selatan. Tel. +0511-472290, Fax. 0511-4772290, email:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman burung air di areal North Pulau Laut Coal TerminalPT. Arutmin Indonesia Tanjung Pemancingan, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Komunitas burung diidentifikasi pada kawasan hutan mangrove (HM), hutan sekunder (HS), permukiman (mess) dan perkantoran (PMPK),lahan terbuka, padang rumput dan semak belukar (LT-PRSB), serta telaga dan tepi pantai (T-TPt). Studi dilakukan dalam 2 tahap pengambilan data yang dilakukan pada bulan Desember 2012 – Januari 2012 dan bulan April - Mei 2013.Pengumpulan data dilakukan dengan frekuensi 10 hari pada tiap tahap pengambilan data. Penelitian dimulai pada pagi hari (pukul 06.00-11.00) dan siang hari (pukul 13.0018.00).Metode yang digunakan adalah titik/lingkar kelimpahan dan penjelajahan di tipe-tipe habitat.Analisa dilakukan dengan mendata tipe habitat, waktu perjumpaan, nama spesies, jumlah individu yang dijumpai, frekuensi relatif kehadiran spesies burung air di satu tipe habitat dan keanekaragaman spesies burung air. Hasil studi menunjukan kehadiran 15 spesies dari 6 famili.Famili Accipitridae (2 spesies), Alcedinidae (5 spesies), Ardeidae (4 spesies), Rallidae (1 spesies), Recurvirostridae (1 spesies), dan Scolopacidae (1 spesies). Tiga belas spesies burung dilindungi PP Nomor 7 Tahun 1999, yaitu: Haliaeetus leucogaster, Haliastur indus, Alcedo atthis, Alcedo meninting, Pelargopsis capensis, Todirhamphus chloris, Todirhamphus sanctus, Ardea sumatrana, Ardeola speciosa, Butorides striata, Egretta sacra, Himantopus leucocephalus, dan Numenius phaeopus. Spesies Haliaetus leucogaster dan Haliastur industermasuk dalam spesies dengan kategoriAppendix II pada Convention on International Trade in Endangered Species (CITES). Kata kunci: burung air, dilindungi, spesies.
PENDAHULUAN Latar Belakang PT. Arutmin Indonesiamerupakan perusahaan tambang batubara internasional yang mempunyai areal operasi dibagian tenggara Pulau Kalimantan (Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, dan Kabupaten Kotabaru) Provinsi Kalimantan Selatandengan luas 70.153 hektar (PT. Bumi Resources Tbk. 2013).Areal operasi terdiri atas areal Senakin, Satui, Batu Mulia, Batulicin, dan Asam-asam.Untuk memudahkan pengiriman batubara,PT Arutmin Indonesia mengoperasikan fasilitas pelabuhan bongkar muat batubara North Pulau Laut Coal Terminal (PT. AI-NPLCT) yang terletak di Tanjung PemancinganPulau Laut Utara, Kabupaten KotabaruProvinsi Kalimantan Selatan.Batubara dari areal tambang dibongkar dari tongkang, ditumpuk sementara, dan dimuat ke kapal untuk diangkut B-181
Riefani Maulana Khalid dan Soendjoto M. Arief/ Keragaman Burung Air
ke konsumen di dalam negeri dan luar negeri melalui areal pelabuhan PT. AI-NPLCT.Jarak tempuh tongkang dari areal tambang Senakin ke PT. AI-NPLCT adalah 45 km (± 24 jam perjalanan pulang pergi), sedangkan dari areal tambang Satui, Mulia, Asam-asam, dan Batulicin adalah 130 km(± 40 jam pulang pergi).Luas areal PT. AI-NPLCT sekitar 98 hektar.Di atas lahan ini terdapat terminal batubara 20 hektar,kolam pengendapan1 hektar, kompleks industri 5,25 hektar, permukiman untuk karyawan 6 hektar, daerah rekreasi 2 hektar, dan daerah penyangga 63,75 hektar(PT. Bumi Resources Tbk. 2013). Burung air merupakan jenis burung yang sangat tergantung pada lahan basah meliputi: rawa, paya, hutan bakau/hutan payau, muara sungai/estuarin, danau, sawah, sungai dan pantai sebagai tempat mencari makan, istirahat dan berkembang biak (Sibuea et al. 1995). Keberadaan burung air pada suatu habitat dipengaruhi oleh faktor ketersediaan, ketinggian dan kualitas air, ketersediaan makanan, tempat berlindung dan bersarang, dan predator.Struktur komunitas burung merefleksikan adanya seleksi habitat, karena burung memiliki kebutuhan spesifik untuk memperoleh makan, bercumbu (courting), kawin (mating), dan aktivitas lainnya.Burung air dapat dijumpai hidup secara soliter maupun berkelompok, umumnya dalam kelompok yang sangat besar dengan jumlah individu banyak.Hal ini merupakan salah satu upaya perlindungan diri pada saat mencari makan.Pembentukan kelompok pada saat makan bertujuan untuk mengusik mangsa yang bersembunyi di dalam lumpur (Sibuea et al. 1995).Sebagian besar burung air adalah penghuni tetap daerah tropis dan subtropis.Komunitas burung air sangat ideal dijadikan indikator bagi perubahan lingkungan dan untuk monitoring kondisi lingkungan pada lahan basah hal ini sangat erat hubungannya dengan kebutuhan spesifik burung air untuk memperoleh makan, berbiak, berpasangan dan aktivitas lainnya (Rose dan Scott, 1994). Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini memfokus pada burung-burung air yang ditemukan pada areal PT. AI-NPLCT. Tujuannyaadalah untuk mengetahui keragaman burung air di areal North Pulau Laut Coal TerminalPT. Arutmin Indonesia Tanjung Pemancingan, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Pengumpulan data dilakukan dalam 2 tahap pengambilan data yang dilakukan pada bulan Desember 2012 – Januari 2013 dan bulan April - Mei 2013.Pengumpulan data dilakukan dengan frekuensi 8 hari pada tiap tahap pengambilan data. Tempat penelitian adalah areal PT AI-NPLCTyang terletak di Tanjung Pemancingan.Di areal ini diidentifikasi lima tipe habitat bagi fauna. Kelima tipe habitat itu adalah: 1) HM: Hutan Mangrove yang terletak sepanjang pantaiatau sedikit ke darat di sebelah barat areal PT. AI-NPLCT, 2) HS: Hutan Sekunder yang terletak di areal Tanjung Pemancingan PT. AI-NPLCT, 3) PMPK: Permukiman (mess) dan perkantoranbelukar yang terletak di areal Tanjung Pemancingan PT. AI-NPLCT, 4) LT-PR-SB: LahanTerbuka, Padang Rumput, dan Semak Belukar yang terletak di areal Tanjung Pemancingan PT. AI-NPLCT, 5) T-TPt: Telaga dan Tepi Pantai yang terdiri atas,Telaga Mangapul,Telaga Mutiara,Telaga Abidin,Telaga Abdul Fatah, Telaga Hafis, dan Tepi PantaiBerbatu Karang yang membentang di sebelah timur areal PT AI-NPLCT atau di utara dan selatan pelabuhan bongkar muat batubara.
B-182
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19Oktober 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
Pengumpulan Data Obyek penelitian adalah spesies burung air diurnal. Metode yang digunakan adalah titik/lingkar kelimpahan dan penjelajahan di tipe-tipe habitat. Burung air diidentifikasi langsung secara visual. Selanjutnya didata tipe habitat, waktu perjumpaan, nama spesies, dan jumlah individu yang dijumpai. Penelitian dimulai pada pagi hari (pukul 06.00-11.00) dan siang hari (pukul 13.00-18.00). Pengamatan langsung secara visual diterapkan untuk obyek yang ditemukan dengan mata telanjang dan teropong binokuler.Semua spesies difoto dengan kamera yang dilengkapi dengan lensa zoomNikon (70 x 300 mm) dan lensa tele Nikon (80 x 400 mm). Dengan demikian, morfologi spesies dapat terekam dengan jelas. Foto-foto dikoleksi sebagai bahan untuk identifikasi spesies atau dokumentasi laporan. Identifikasi jenis burung air juga dilakukan langsung di lapangan berdasarkan bentuk morfologinya, dengan merujuk Howes dkk. (2003), MacKinnon et al. (2010)dan pustakapustaka lain yang relevan (terutama yang berkenaan dengan spesies di wilayah Kalimantan).Spesies diidentifikasi berdasarkan pada (i) bentuk dan ukuran tubuh, paruh, dan kaki, (ii) warna bulu pada tubuh, paruh, dan kaki, (iii) ciri-ciri khas yang tampak, serta (iv) suara yang dihasilkan. Analisis Data Data ditabulasi menurut unit waktu dan tipe habitat. Durasi satu unit waktu untuk burung air 20 menit (total unit waktu 36 unit), dikarenakan kondisinya yang relatif sulit dijumpai atau ditemukan.Berdasarkan pada unit waktu, frekuensi relatif kehadiran spesies burung air di satu tipe habitat dan keanekaragaman jenis burung air dihitung. Rumus dasarnya adalah sebagai berikut. Jumlah unit waktu kehadiran spesies ke-i Fspesies = ————————————————————— Jumlah semua unit waktu Frekuensi spesies ke-i FRk = —————————————————————————— x 100% Jumlah frekuensi semua spesies di satu tipe habitat H’ = -Σ (pi. Ln. pi) H’ = indeks keanekaragaman Shannon, pi = ni/N, perbandingan antara jumlah individu spesies ke-i dengan jumlah total individu, ni = jumlah suatu jenis, N = jumlah seluruh jenis yang ada dalam contoh.
Tingkat keanekaragaman spesies dianalisis berdasarkan kriteria Lee et al., (1978), yaitu: Sangat Tinggi H> 3,0; Tinggi jika H> 2,0; Sedang jika 1,6
B-183
Riefani Maulana Khalid dan Soendjoto M. Arief/ Keragaman Burung Air
Fauna and Flora).Kedua status terakhir ini diperoleh dengan mengakses informasi yang bersumber dari lembaga internasional tersebut melalui internet. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Spesies dan Status Fauna Pada penelitian ini teridentifikasi 15 spesies dari 6 famili (Tabel 1), yaitu: Famili Accipitridae (2 spesies), Alcedinidae (5 spesies), Ardeidae (4 spesies), Rallidae (1 spesies), Recurvirostridae (1 spesies), dan Scolopacidae (1 spesies). Hasil identifikasi sesuai dengan pendapat McKinnon (1998) yang mengungkapkan bahwa famili burung air yang banyak terdapat di Indonesia sekitar 12 famili dan familli yang memiliki jumlah jenis cukup banyak (wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali) adalah Ardeidae dan Alcedinidae.Jumlah spesies kemungkinanakan bertambah pada penelitian selanjutnya, dikarenakan masih ada spesies yang belum ditemukan pada areal PT. AI-NPLCT. Beberapa spesies yang belum ditemukan oleh peneliti, walaupun pernah dilaporkan secara lisanoleh staf PT. AI-NPLCT dan masyarakat sekitar tentang keberadaanDendrocygna javanica (Belibis) dan Leptoptilos javanicus (Bangau Tongtong). Pada daerah penelitian tidak ditemukan spesies fauna yang termasuk kategoriendemik Borneo atau Kalimantan.Spesies yang perlu diperhatikan adalah burung-burung yang dilindungi berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Statusnya pun hampir punah dan dikategorikan dalam Appendix I CITES. Pada Penelitian teridentifikasi 13 spesies burung yang dilindungi PP Nomor 7 Tahun 1999, yaitu: Haliaeetus leucogaster (Elang Laut Perut Putih), Haliastur indus (Elang Bondol) Alcedo atthis(Raja Udang Erasia), Alcedo meninting (Raja Udang Meninting), Pelargopsis capensis(Pekaka Emas), Todiramphus/ Todirhamphus chloris (Cekakak Sungai), Todiramphus/ Todirhamphus sanctus(Cekakak Suci), Ardea sumatrana (Cangak Laut), Ardeola speciosa (Blekok Sawah), Butorides striataatau Butorides striatus(Kokokan Laut), Egretta sacra(Kuntul Karang), Himantopus leucocephalus (Gagang Bayam Timur), dan Numenius phaeopus(Gajahan Pengala).Spesies Haliaeetus leucogaster (Elang Laut Perut Putih) dan Haliastur indus (Elang Bondol) termasuk dalam spesies dengan kategoriAppendix II pada Convention on International Trade in Endangered Species (CITES). Aktivitas yang mengancam kelestarian burung air, yaitu: perburuan liar dan kerusakan habitat.
B-184
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19Oktober 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
Tabel 1. Kehadiran Burung Air di PT. AI-NPLCT dan Statusnya No.
Kelas dan Famili
Nama Ilmiah
Nama Indonesia
Nama Internasional
Status PP 7/99
IUCN
CITES
1. 2.
Accipitridae Accipitridae
Haliaeetus leucogaster Haliastur indus
Elang-laut perut-putih Elang bondol
White-bellied Fish-eagle Brahminy Kite
Ya Ya
LC-d LC-d
Ap. II Ap. II
3. 4.
Alcedinidae Alcedinidae
Alcedo atthis Alcedo meninting
Raja-udang erasia Raja-udang meninting
Common Kingfisher Blue-eared Kingfisher
Ya Ya
LC-u LC-d
-
5. 6.
Alcedinidae Alcedinidae
Pelargopsis capensis Todiramphus/ Todirhamphus chloris
Pekaka emas Cekakak sungai
Stork-bellied Kingfisher Collared Kingfisher
Ya Ya
LC-d LC-d
-
7. 8.
Alcedinidae Ardeidae
Todiramphus/ Todirhamphus sanctus Ardea sumatrana
Cekakak suci Cangak laut
Sacred Kingfisher Great-billed Heron
Ya Ya
LC-i LC-d
-
9. 10.
Ardeidae Ardeidae
Ardeola speciosa Butorides striata, B. Striatus
Blekok sawah Kokokan laut
Javan Pond-heron Striated Heron
Ya Ya
LC-u LC-d
-
11. 12.
Ardeidae Rallidae
Egretta sacra Amaurornis phoenicurus
Kuntul karang Burak-burak/ Koreo Padi
Pacific Reef-egret White-brested Waterhen
Ya -
LC-s LC-u
-
13. 14.
Recurvirostridae Scolopacidae
Himantopus leucocephalus Numenius phaeopus
Gagang-bayam timur Gajahan pengala
White-headed Stilt Whimbrel
Ya Ya
LC-s LC-d
-
15.
Scolopacidae
Actitis hypoleucos;Tringa hypoleucos
Trinil pantai
Common Sandpiper
-
LC-d
-
Catatan:
1. PP No. 7/1999 = Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 2. Status keterancaman menurut IUCN (2012): - EN = Endangered (hampir punah); VU = Vulnerable (rawan); NT = Near Threatened (hampir terancam); LC = Least Concern (kurang/sedikit -
diprihatinkan); NA = has not yet been assessed for the IUCN Red List (belum dinilai untuk Buku Merah IUCN). kecenderungan populasi: d = decreasing (menurun); i = increasing (bertambah); s = stable (stabil); u = unknown (tidak diketahui).
3. Kategori perdagangan dalam CITES:
B-185
Riefani Maulana Khalid dan Soendjoto M. Arief/ Keragaman Burung Air
-
Appendix I = semua jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan; perdagangan hanya diijinkan hanya dalam kondisi tertentu,
-
misalnya untuk riset ilmiah. Appendix II = jenis
yang
statusnya
belum
terancam,
B-186
tetapi
akan
terancam
punah
apabila
dieksplotasi
berlebihan.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19Oktober 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
Kehadiran Spesies Fauna dan Penggunaan Tipe Habitat Burung air banyak mendatangi areal PT. AI-NPLCT karena habitat yang masih terjaga dan ketersediaan makanan yang cukup berlimpah, sehingga burung air dapat mengekspresikan rangkaian aktivitas kehidupannya, baik sebagian maupun semuanya, seperti mencari pakan, membangun atau memiliki sarang, mengerami telur, dan bahkan mengasuh anak.Hal ini dapat terlihat pada keanekaragaman burung air di daerah PT. AI-NPLCT yang termasuk dalam kriteria tinggi H’= 2.99382. Kondisi habitat dengan berbagai spesies hidupan (baik tumbuhan, hewan, maupun jasad renik) atau interaksi antarhidupan dan interaksi hidupan dengan komponen fisik disekitarnya (seperti tanah, air, udara) menciptakan lingkungan atau habitat yang membuat burung air aman dan nyaman.Ketidaksamaan habitat disebabkan oleh faktor ketersediaan sumber daya pakan yang berbeda (kuantitas dan kualitas) serta persaingan yang terjadi antar-fauna dalam pemanfaatan sumber daya (ruang dan waktu). Pada tipe habitat Permukiman/mess dan perkantoran teridentifikasi waktu kehadiran yang tinggi pada burung Cekakak Sungai (FRk = 3.39807), sedangkan burung air yang tidak teridentifikasi pada daerah tersebut, yaitu Elang Laut Perut Putih, Elang Bondol, Raja Udang Erasia, Raja Udang Meninting, Cekakak Suci, Blekok Sawah, Kokokan Laut, Kuntul Karang, Ganggang Bayam Timur, Gajahan Pengala, dan Trinil Pantai. Pada tipe habitat Lahan Terbuka, Padang Rumput, dan Semak Belukar teridentifikasi waktu kehadiran yang tinggi pada burung Blekok Sawah (FRk = 3.88351), sedangkan burung air yang tidak teridentifikasi pada daerah tersebut, yaitu Elang Laut Perut Putih, Raja Udang Erasia, Raja Udang Meninting, Pekakak Emas, Cangak Laut, Kokokan Laut, Kuntul Karang, Ganggang Bayam Timur, Gajahan Pengala. Pada tipe habitat Hutan Mangrove teridentifikasi waktu kehadiran yang tinggi pada burung Cekakak Sungai (FRk = 12.62142), sedangkan burung air yang tidak teridentifikasi pada daerah tersebut, yaitu Elang Bondol, Raja Udang Erasia, Cangak Laut, Kokokan Laut, Kuntul Karang, Ganggang Bayam Timur, dan Gajahan Pengala. Pada tipe habitat Hutan Sekunder teridentifikasi waktu kehadiran yang tinggi pada burung Cekakak Sungai (FRk = 9.22334), sedangkan burung air yang tidak teridentifikasi pada daerah tersebut, yaitu Raja Udang Erasia, Cangak Laut, Kokokan Laut, Kuntul Karang, Ganggang Bayam Timur, dan Gajahan Pengala. Pada tipe habitat Telaga dan Tepi Pantai teridentifikasi waktu kehadiran yang tinggi pada burung Kokokan Laut dan Burak-burak (FRk = 3.39807), sedangkan burung air yang tidak teridentifikasi pada daerah tersebut, yaitu Cekakak Sungai dan Blekok sawah (Tabel 2). Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir semua burung air yang teridentifikasi merupakan jenis burung pemangsa ikan, hal ini berkaitan dengan morfologi burung dan sumber daya alam yang terdapat di kawasan ini. Rose dan Scoot (1994) menyatakan, lokasi mencari makan pada burung biasanya dipilih berdasarkan perbedaan bentuk dan ukuran tubuh setiap jenis serta makanan yang disukai. Beberapa spesies burung air yang ditemukan bergantung pada keberadaan ikan di laut, perairan sekitar hutan mangrove, dan telaga-telaga buatan pada areal PT. AI-NPLCT. Selain ikan, jenis mangsa yang dapat diperoleh di daerah ini adalah hewan-hewan air lain seperti udang, kepiting, ular air, kodok, serta mamalia kecil seperti tikus dan tupai. Perairan laut yang surut menyebabkan karang-karang dapat terlihat hingga sejauh 100 m. Karang-karang dimanfaatkan untuk mencari makan atau istirahat oleh spesies burung yaitu Kuntul Karang, Cangak Laut, Gagang-Bayam Timur, Gajahan Pengala, dan Trinil Pantai. Spesies burung Elang Laut Perut Putih dan Elang Bondol mudah terlihat terbang tinggi di atas areal PT. AI-NPLCT.Pohon yang tingggi menjadi tempat spesies Elang ini untuk hinggap, istirahat, dan bersarang. Untuk Raja Udang Erasia, Raja Udang Meninting, Pekaka Emas, B-187
Riefani Maulana Khalid dan Soendjoto M. Arief/ Keragaman Burung Air
Cekakak Sungai, Cekakak Suci, Blekok Sawah, dan Kokokan Laut terlihat pada tumbuhan kering di sekitar perairan telaga dan hutan mangrove (Tabel 3). Burung dapat beranekaragam, melimpah, lestari, dan berhasil menciptakan relung yang khusus bagi dirinya sendiri untuk mengurangi kompetisi atas kebutuhan sumber daya (pakan) dan sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi lingkungan.Haliastur Indus danHaliaeetus leucogaster terlihat sedang terbang melayang di atas laut dan telaga-telaga buatan PT. AI-NPLCT, diduga keduanya sedang mengamati mangsa di laut dan telaga. Keduanya juga tampak bertengger di pohon bakau dan pohon sengon, masing-masing dijumpai pada lokasi yang berbeda.Burung air Egretta sacra mencari mangsa di daerah pesisir pantai atau muara sungai yang berlumpur dan menjadi pemangsa ikandengan cara berdiri pada suatu tempat atau mengikuti mangsa. Kelompok burung Todirhamphus chloris memiliki pola mencari makan yang berbeda, yaitu terbang di sekitar mangsa atau berdiri mengamati mangsa dari atas dahan atau tempat yang tinggi, kemudian akan menukik masuk ke dalam air untuk menangkap mangsa yang sedang berenang. Perbedaan pola dan cara memperoleh mangsa ini diduga mampu menciptakan kebersamaan antara beberapa jenis burung untuk dapat hidup dan mencari mangsa pada waktu dan lokasi yang sama. Habitat yang masih terjaga dan ketersediaan makanan yang melimpah di lokasi penelitian menyebabkan burung migran singgah dan menjadikan areal PT. AI-NPLCT sebagai stop over (tempat singgah) bagi burung air migran dari jalur Asia-Australia. Burung yang diduga menggunakan daerah penelitiansebagai habitat sementara dalam kegiatan migrasinya seperti: Gagang Bayam Timur dan Trinil Pantai. Burung ini ditemukan berada di perairan laut sekitar PT. AI-NPLCT. Kemudian burung terbang ke luar areal PT AI-NPLCT.Tingginya spesies burung air migran dibandingkan spesies burung residen menyebabkan terjadinya fluktuasi jumlah spesies maupun individu burung air.Bagi burung migran selain lokasi berbiak, lokasi yang penting adalah tempat persinggahan saat melakukan migrasi untuk memperoleh makanan sebagai sumber energinya untuk kembali ke lokasi berbiak.Umumnya burung air migran ditemukan pada September sampai Maret bertepatan dengan musim hujan, diduga pada bulan-bulan tersebut tersedia sumber makan berlimpah. Tabel 2. Frekuensi Relatif dan Keanekaragaman Spesies Burung Air Pada Suatu Tipe Habitat Nama Indonesia/Nama Latin Elang Laut Perut Putih (Haliaeetus leucogaster)
Elang Bondol (Haliastur indus)
Tipe Habitat
Pi Ln Pi
Frekuensi
Frekuesi
Spesies
Relatif
HM
0.00229
-0.01391
0.0278
0.48544
HS
0.03661
-0.12109
0.3333
5.82527
PMPK
0
0
0
0
LTPRSB
0
0
0
0
TTPt
0.00458
-0.02465
0.0556
0.97088
HM
0
0
0
0
HS
0.00458
-0.14115
0.3056
5.33983
0
0
0
0
LTPRSB
0.00229
-0.01391
0.0278
0.48544
TTPt
0.00686
-0.03420
0.0556
0.97088
HM
0
0
0
0
HS
0
0
0
0
PMPK
0
0
0
0
LTPRSB
0
0
0
0
PMPK
Raja Udang Erasia (Alcedo atthis)
Pi
B-188
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19Oktober 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
TTPt
0.00458
-0.02465
0.0278
0.48544
HM
0.00458
-0.02465
0.0556
0.97088
HS
0.00915
-0.04296
0.0833
1.45632
PMPK
0
0
0
0
LTPRSB
0
0
0
0
TTPt
0.01144
-0.05115
0.1389
2.42719
HM
0.00458
-0.02465
0.0556
0.97088
HS
0.00686
-0.03420
0.0833
1.45632
PMPK
0.00458
-0.02465
0.0278
0.48544
0
0
0
0
TTPt
0.01144
-0.05115
0.1111
1.94176
Cekakak Sungai
HM
0.11670
-0.25069
0.7222
12.62142
(Todiramphus/Todirhamphus chloris)
HS
0.06865
-0.18389
0.5278
9.22334
PMPK
0.01831
-0.07324
0.1944
3.39807
LTPRSB
0.02517
-0.09268
0.1944
3.39807
TTPt
0.00229
-0.01391
0.0278
0.48544
HM
0.02059
-0.07996
0.1667
2.91263
HS
0.03204
-0.11023
0.2222
3.88351
0
0
0
0
0.02059
-0.07996
0.1389
2.42719
Raja Udang Meninting (Alcedo meninting)
Pekaka emas (Pelargopsis capensis)
LTPRSB
Cekakak Suci (Todiramphus/Todirhamphus sanctus)
PMPK LTPRSB Cangak laut (Ardea sumatrana)
Blekok sawah (Ardeola speciosa)
TTPt
0
0
0
0
HM
0
0
0
0
HS
0
0
0
0
PMPK
0
0
0
0
LTPRSB
0
0
0
0
TTPt
0.00229
-0.01391
0.0278
0.48544
HM
0.09611
-0.22511
0.1111
1.94176
HS
0.00229
-0.01391
0.0278
0.48544
PMPK LTPRSB TTPt
0
0
0
0
0.18307
-0.31083
0.2222
3.88351
0
0
0
0
Kokokan laut
HM
0
0
0
0
(Butorides striata/Butorides striatus)
HS
0
0
0
0
PMPK
0
0
0
0
LTPRSB
0
0
0
0
TTPt
0.01602
-0.06622
0.1944
3.39807
Kuntul Karang
HM
0
0
0
0
(Egretta sacra)
HS
0
0
0
0
PMPK
0
0
0
0
LTPRSB Burak-burak
0
0
0
0
TTPt
0.00229
-0.08644
0.0833
1.45632
HM
0.04348
-0.13633
0.2500
4.36895
B-189
Riefani Maulana Khalid dan Soendjoto M. Arief/ Keragaman Burung Air
(Amaurornis phoenicurus)
HS
Gagang Bayam Timur (Himantopus leucocephalus)
4.85439
0.00686
-0.03420
0.0278
0.48544
0.06178
-0.17202
0.3889
6.79614
TTPt
0.03204
-0.11023
0.1944
3.39807
HM
0
0
0
0
HS
0
0
0
0
PMPK
0
0
0
0
0
0
0
0
TTPt
0.01144
-0.05115
0.0278
0.48544
HM
0
0
0
0
HS
0
0
0
0
PMPK
0
0
0
0
0
0
0
0
TTPt
0.00458
-0.02465
0.0278
0.48544
HM
0.00458
-0.02465
0.0556
0.97088
HS
0.00229
-0.01391
0.0278
0.48544
0
0
0
0
LTPRSB
0.00915
-0.04296
0.0833
1.45632
TTPt
0.01144
-0.05115
0.1111
1.94176
1
-2.99382
5.7222
100
PMPK
Jumlah Indeks Keanekaragaman Catatan:
0.2778
PMPK
LTPRSB
Trinil pantai (Actitis hypoleucos/Tringa hypoleucos)
-0.10456
LTPRSB
LTPRSB Gajahan Pengala (Numenius phaeopus)
0.02975
H`= -∑PiLn Pi = 2.99382
HM (Hutan Mangrove), HS (Hutan Sekunder), PMPK (Permukiman/mess dan perkantoran), LTPRSB (Lahan Terbuka, Padang Rumput, dan Semak Belukar) dan TTPt (Telaga dan Tepi Pantai).
B-190
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19Oktober 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
Tabel 3. Kehadiran Burung Air dan Lokasi Temuan Nama Ilmiah Haliaeetus leucogaster Haliastur indus
Alcedo atthis Alcedo meninting
Pelargopsis capensis
Todiramphus/ Todirhamphus chloris
Todiramphus/
Tipe
Pengamatan
Habitat
I
II
HM
0
1
Lokasi Temuan Bertengger pada tanaman bakau, Terbang di laut
HS
6
10
Terbang menuju hutan sekunder menuju menara (sarang), Bertengger pada tanaman Sengon
HS LTPRSB
7 1
13 0
Terbang menuju hutan sekunder, Bertengger pada tanaman Sengon Terbang diatas Lahan Terbuka, Padang Rumput, dan Semak Belukar
TTPt
2
1
Terbang di atas telaga dan laut, Bertengger pada tanaman Sengon di tepi telaga
TTPt
2
0
HM HS
0 0
2 4
Bertengger diatas tumbuhan bakau, Terbang diantara tumbuhan bakau Terbang menuju hutan sekunder
TTPt
4
1
Bertengger pada tumbuhan kering di tepi telaga (Mangapul, Mutiara, dan hafis) dan tumbuhan bakau. Terbang menuju hutan mangrove dan diantara tumbuhan bakau.
HM HS
2 0
0 3
Terbang diantara tumbuhan bakau, Bertengger diatas tumbuhan bakau Terbang menuju hutan sekunder, Bertengger pada tumbuhan di hutan sekunder
PMPK
0
2
TTPt
3
2
Terbang menuju hutan sekunder, Terbang menuju hutan mangrove Bertengger pada tumbuhan kering di tepi dan tengah telaga (Mangapul), Terbang menuju hutan sekunder dan hutan
HM HS
14 6
37 24
Terbang menuju hutan mangrove dan diantara tumbuhan bakau serta bertengger diatas tumbuhan bakau Terbang menuju hutan sekunder dan bertengger pada tumbuhan di hutan sekunder
PMPK LTPRSB
4 3
4 8
Bertengger pada tumbuhan kering, Terbang menuju hutan sekunder dan menuju hutan mangrove Bertengger pada tumbuhan kering, Terbang menuju hutan sekunder dan menuju hutan mangrove
TTPt
1
0
Bertengger pada tumbuhan kering di tepi telaga (Mangapul, Mutiara, dan hafis), tumbuhan di hutan sekunder, dan tumbuhan bakau. Terbang menuju hutan sekunder dan hutan mangrove
HM
0
9
Terbang menuju hutan mangrove dan diantara tumbuhan bakau, serta bertengger diatas tumbuhan bakau
Bertengger pada tumbuhan kering di tepi telaga (Mangapul dan Mutiara), Terbang menuju hutan mangrove, Bertengger diatas tumbuhan bakau
mangrove
B-191
Riefani Maulana Khalid dan Soendjoto M. Arief/ Keragaman Burung Air
HS
0
14
Terbang menuju hutan sekunder, Bertengger pada tumbuhan di hutan sekunder.
LTPRSB
0
9
Bertengger pada tumbuhan kering dan tumbuhan pibus, Terbang diatas lapangan berumput, menuju hutan sekunder, dan menuju hutan mangrove
TTPt
1
0
Bertengger pada tumbuhan kering di tepi dan tengah telaga (Mangapul dan Mutiara), Terbang menuju hutan mangrove dan di laut, Berdiri dan berjalan di tepi pantai batu berkarang dan pada batu berkarang,
HM
0
34
Bertengger pada tumbuhan kering, Terbang menuju hutan mangrove
HS LTPRSB
0 35
1 45
Terbang menuju hutan sekunder, Bertengger pada tumbuhan di hutan sekunder Berjalan di tengah lapangan bola, Terbang menuju hutan mangrove
Butorides striata, Butorides striatus
TTPt
4
3
Bertengger diatas tumbuhan kering di tepi dan tengah telaga (Mangapul), Terbang menuju hutan mangrove, Terbang diantara tumbuhan bakau, Bertengger diatas tumbuhan bakau
Egretta sacra
TTPt
6
4
Berdiri dan berjalan di tepi pantai batu berkarang dan pada batu karang, serta terbang di laut
Amaurornis phoenicurus
HM HS
7 7
12 6
Berdiri dan berjalan hutan mangrove Berdiri dan berjalan hutan sekunder
PMPK LTPRSB
0 12
3 15
Berdiri dan berjalan di tepi hutan mangrove dan sekunder, serta menuju telaga (Mangapul dan Mutiara) Berdiri dan berjalan di lapangan berumput
TTPt
5
9
Berdiri dan berjalan di tepi telaga (Mangapul, Mutiara, Abidin, dan Abdul Fatah)
Himantopus leucocephalus
TTPt
5
0
Berdiri di pantai berpasir diantara batu karang pada perairan laut yang surut
Numenius phaeopus
TTPt
2
0
Berdiri dan berjalan di tepi pantai batu berkarang dan pada batu karang
Actitis hypoleucos;
HM
0
2
Terbang menuju hutan mangrove
Tringa hypoleucos
HS PMPK
0 0
1 0
Terbang menuju hutan sekunder Berdiri dan berjalan di tengah lapangan berumput dan tepi jalan menuju telaga (Mangapul dan Mutiara)
LTPRSB TTPt
1 5
3 0
Berdiri dan berjalan di tengah lapangan berumput, dan tepi jalan Berdiri dan berjalan di tepi telaga (Mangapul dan Abdul Fatah) dan tepi pantai dekat hutan mangrove
Todirhamphus sanctus
Ardea sumatrana Ardeola speciosa
Catatan 1. Pertemuan I = Bulan D2012 - Januari 2013 dan pertemuan II = Bulan April - Mei 2013 2.
Lokasi temuan: HM (Hutan Mangrove), HS (Hutan Sekunder), PMPK (Permukiman/mess dan perkantoran), LTPRSB (Lahan Terbuka, Padang Rumput, dan Semak Belukar) dan TTPt (Telaga dan Tepi Pantai)
B-192
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19Oktober 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Pada penelitian ini teridentifikasi 15 spesies dari 6 famili (Tabel 1), yaitu: Famili Accipitridae (2 spesies), Alcedinidae (5 spesies), Ardeidae (4 spesies), Rallidae (1 spesies), Recurvirostridae (1 spesies), dan Scolopacidae (1 spesies). Jumlah spesies keseluruhan ini diduga masih bisa bertambah, karena beberapa spesies yang pernah ditemukan masyarakat belum bisa ditemukan oleh peneliti. Keanekaragaman burung air di arealPT. AI-NPLCT termasuk tinggi H’= 2.99382. Kehadiran spesies fauna dikarenakanketersediaanhabitat yang mendukung. Kondisi ini harus dipelihara dan ditingkatkan. Cekakak Sungai merupakan burung air yang paling tinggi kehadirannya pada daerah Permukiman/mess dan perkantoran, Hutan Mangrove, dan Hutan Sekunder. Pada tipe habitat Lahan Terbuka, Padang Rumput, dan Semak Belukar, serta Telaga dan Tepi Pantai teridentifikasi kehadiran yang tinggi pada burung Blekok Sawah, Kokokan Laut dan Burak-burak/Koreo padi. Rekomendasi Tanpa mengabaikan spesies-spesies fauna lainnya, direkomendasikan untuk tetap memerhatikan spesies-spesies burung air dan menjaga kelestarian habitat hidupnya. DAFTAR PUSTAKA Howes, J., D. Bakewell, dan Y. Rusila-Noor. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Bogor: Wetlands International-Indonesia Programme. IUCN.
2012. The IUCN Red List of Threatened 2012.2.
. 10 Januari 2013.
Species.
Version
MacKinnon, J., K. Phillipps, dan B. van Balen. 2010. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan (Termasuk Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam). Bogor: Burung Indonesia. Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. PT Bumi Resources Tbk. 2013. Arutmin Indonesia. . 12 Januari 2013. Rose, P.M. and D.A. Scott. 1994. Waterfowl Population Sibuea, T.Th, Y. Rusila-Noor, M.J. Silvius, dan A. Susmianto. 1995. Burung Bangau, Pelatuk Besi dan Paruh Sendok di Indonesia. Panduan untuk Jaringan Kerja. Jakarta: PHPA & Wetlands International-Indonesia Programme
B-193