Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
PERENCANAAN TANGGAP DARURAT DI GEDUNG PERKANTORAN PT. LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Priyo Agus Setiawan1, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Jl. Teknik Kimia Kampus ITS Sukolilo , surabaya, 60111, Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Kebakaran akan menimbulkan hal-hal yang tidak menyenangkan, baik menyangkut kerusakan infra struktur, harta benda, kerugian materi, gangguan terhadap kelestarian lingkungan, berhentinya proses produksi barang serta jasa dan yang paling utama adalah bahaya terhadap keselamatan jiwa manusia. Gedung perkantoran memiliki klasifikasi kebakaran kelas A, karena terdapat bahan padat dan mudah terbakar. Oleh karena itu, upaya menurunkan tingkat korban jiwa dalam sebuah gedung, perlunya dilakukan perencanaan Emergency Response Plan (ERP). Peneliitian ini mengacu pada standar National Fire Protection Association (NFPA) 101 Life Safety Code dengan hasil akhir dalam bentuk ERP map atau peta evakuasi dengan penentuan jumlah emergency exit, travel distance, meeting point. Hasil perencanaan ERP pada gedung perkantoran adalah 1 (satu) lebar tempat keluar, 2 (dua) buah jumlah emergency exit dengan flow time 62 detik dan 1 (satu) meeting point (tempat berkumpul) di luar gedung. Kata kunci: Emergency Response Plan, National Fire Protection, meeting point, lebar tempat keluar, Emergency exit, flow time
PENDAHULUAN Kebakaran akan menimbulkan hal-hal yang tidak menyenangkan, baik menyangkut kerusakan infra struktur, harta benda, kerugian materi, gangguan terhadap kelestarian lingkungan, berhentinya proses produksi barang serta jasa dan yang paling utama adalah bahaya terhadap keselamatan jiwa manusia. Gedung perkantoran memiliki klasifikasi kebakaran kelas A, karena terdapat bahan padat dan mudah terbakar. Oleh karena itu, upaya menurunkan tingkat korban jiwa dalam sebuah gedung, perlunya dilakukan perencanaan Emergency Response Plan (ERP). Perancangan tanggap darurat merupakan salah satu persyaratan dalam elemen Sistem Manajemen K3 adalah tersedianya sistem tanggap darurat sebagai upaya evakuasi atau penyelamatan jiwa manusia ketika terjadi kebakaran. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi, ruang perkantoran memiliki klasifikasi kebakaran kelas A karena terdapat bahan padat yang mudah terbakar. Frekuensi terjadinya kebakaran yang semakin tinggi dan memakan banyak korban, perlunya dilakukan kalkulasi desain tanggap darurat sebagai upaya penyelamatan diri atau evakuasi untuk menuju ke tempat yang lebih aman. Dengan adanya peta tanggap darurat ini, akan sangat membantu korban untuk melakukan evakuasi. Oleh karena itu perlulah direncanakan peta evakuasi guna meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai upaya untuk mengimplementasikan salah satu elemen yang terkandung dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). ISBN : 978-602-97491-6-8 A-40-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Keadaan darurat adalah situasi atau kondisi yang tidak dikehendaki dan terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga yang dapat membahayakan kehidupan, asset dan operasi perusahaan serta lingkungan sekitar, sehingga memerlukan tindakan yang cepat untuk mengatasinya. Tingkat hunian dalam suatu bangunan dibagi: a. Banyaknya penghuni Kalkulasi banyaknya penghuni dihitung dengan membagi luas bangunan secara keseluruhan dengan luas lantai yang dipergunakan perorang (density factor) b. Tingkat kepadatan penghuni Merupakan luas permukaan lantai yang digunakan oleh satu orang pada setiap m 2. Pemilihan density factor bergantung pada penggunaan bangunan sesuai tabel 1 (NFPA no.1, Life safety code). Tabel 1. Density factor
Use Hotels and dormitories Apartment building General and high hazard industry Business Use Floor or portions of floors used only for offices
Ft2 (per person) 200 200 100
M2 (per person) 18,6 18,6 9,3
100 See Business Use
9,3 See Business Use
c. Distribusi Tingkat Hunian Distribusi dalam penggunaan gedung untuk penghuni harus dipakai sebagai pertimbangan dalam pembuatan sarana meloloskan diri. Lebar pintu keluar merupakan lebar bukaan yang diperlukan seseorang dalam baris tunggal. Mengacu perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992 sebagai berikut:
Bila 1 (satu) unit maka lebarnya 525 mm. Bila 2 (dua) unit dan tidak kurang dari 525 + 525 mm = 1050 mm. Bila 3 (tiga) unit dan tidak kurang dari 525 + 525 + 450 mm = 1500 mm. Bila 4 (empat) unit dan tidak kurang dari 525 + 525 + 450 +450 mm = 1950 mm (maksimum).
Banyaknya lebar tempat keluar (U) =
40
Dimana, N adalah jumlah penghuni, T adalah waktu untuk meloloskan diri, U adalah Banyaknya Tempat keluar pada tiap ruangan Specific flow of person (Fs) Specific flow of person merupakan bayaknya orang yang melintasi titik pada exit route persatuan waktu per unit lebar efektif (WE).
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-40-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Tabel 2. Specific flow of person
Type of facility
Corridors, doorways
Condition Low Optimum Moderate Crush
Specific of flow Fs (p/m.s) 0,7 1,3 1,10 0,55
Flow of person (Fc) Perhitungan flow of person merupakan prediksi jumlah orang yang melintasi titik pada escape route per unit waktu yang dirumuskan sebagi berikut: =
Dimana, Fs adalah specific of flow (p/m.s), WE adalah lebar efektif (m) Flow time (Tf) Flow time meupakan total waktu yang dibutuhkan N jumlah penghuni untuk melintasi titik pada satu pintu exit dirumuskan sebagai berikut: =
Dimana, N adalah jumlah penghuni (p), Fc adalah specific of flow (p/m.s), satuan p adalah person/orang. METODE Untuk memudahkan dalam menyelesaikan penelitian, perlunya dilakukan tahap-tahap pengerjaan sebagai berikut: Studi literatur. Metode untuk mendapatkan data-data dalam penyusunan penelitian untuk menunjang penelitian. Identifikasi dan perumusan masalah. Melakukan identifikasi masalah dan merumuskan masalah untuk mengetahui dasar pemilihan ide yang digunakan dalam penelitian. Pengumpulan data. Mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan dalam pengerjaan penelitian seperti layout ruangan, data karyawan dan data arah dan kecepatan angin dari BMG. Pengolahan data. Melakukan kalkulasi luas bangunan, jumlah penghuni, jumlah exit (pintu keluar), waktu escape (time flow) sebagai evaluasi tingkat aman atau tidaknya waktu evakuasi. Analisa. Melakukan analisa pada hasil peta evakuasi. Kesimpulan dan Saran HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah penghuni bangunan (N) Luas gedung perkantoran total adalah 221,4 m2 dengan density factor untuk office yaitu 9,3 m2 akan diperoleh banyaknya penghuni bangunan untuk meloloskan diri. ISBN : 978-602-97491-6-8 A-40-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
N=
221,4
= 23,80 ≈ 24
9,3
Lebar Tempat keluar (U) Asumsi bahaya kebakaran sedang dengan waktu 2,5 menit sehingga diperoleh U=
U=
40
Jumlah Penghuni 40 x Waktu(menit)
24 orang
x 2,5 menit
= 0,24 unit ≈ 1 Unit
Lebar tempat keluar sesuai perhitungan adalah 1 unit dengan lebar 525 mm. Jumlah Tempat Keluar (E) =
4
+1
E adalah jumlah Tempat Keluar U adalah Unit dari lebar tempat keluar (U=1), 1 E = + 1 = 1,25 exit ≈ 2 exit 4
Lebar Efektif (WE) Lebar Tempat keluar adalah 525 mm dapat digunakan sebagai lebar efektif (WE)
Flow Person (Fc)
WE = 525 mm = 0,525 m Fc = Fs x
Flow time (Tf)
P Fc = 0,55 P m. s x 0,525 m = 0,28875 s
=
Orang
detik
=
24
0,28875
= 83,12
Waktu yang dibutuhkan dalam aktivitas evakuasi adalah 83,12 detik. Karena waktu evakuasi kurang dari asumsi bahaya kebakaran sedang yaitu 2,5 menit, maka waktu evakuasi masih dalam keadaan aman. Setelah dilakukan kalkulasi pada sebuah bangunan, maka akan dibuat hasil disain peta evakuasi ketika terjadi darurat kebakaran yang dapat dilihat pada Gambar.2.
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-40-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Gambar.2 Peta evakuasi
Pada peta evakuasi harus menunjukkan keterangan yang jelas mengenai akses jalan menuju keluar atau ke tempat yang aman. Untuk meningkatkan kesuksesan dalam upaya penyelamatan diri secara individu, perlulah memberikan pembinaan mengenai budaya safety terhadap karyawan baik dari lini bawah sampai lini atas dalam manajemen, mengingat bahwa safety adalah tanggung jawab kita bersama. Safety briefing selalu dilakukan untuk mengingatkan karyawan untuk selalu meningkatkan kualitas kerja yang aman. Pembinaan dengan safety induction dengan memperkenalkan upaya penyelamatan terhadap jiwa. Pada peta evakuasi, perlulah secara riil untuk menempatkan safety sign (tanda-tanda keselamatan) pada setiap akses untuk menuju ke luar/tempat yang aman ke meeting point. Pembentukan tim evakuasi sangat perlu dalam menghadapi terjadinya bahaya dan yang paling penting adalah membuat skenario kebakaran sebagai upaya meningkatkan respon/tanggapnya pekerja terhadap keadaan darurat akibat kebakaran. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil dari kalkulasi waktu evakuasi menunjukan aman yaitu kurang dari standar waktu bahaya kebakaran sedang yaitu kurang dari 2,5 menit Saran Dalam meningkatkan upaya evakuasi korban, perlu dilakukan skenario kebakaran sehingga diperoleh waktu evakuasi yang optimal dan dilakukan latihan setidaknya minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Perlu dibentuknya tim tanggap darurat terhadap bahaya kebakaran dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya. Setiap akses keluar perlu dibuat safety sign yang mengacu pada hasil desain peta evakuasi atau Emergency Response map. DAFTAR PUSTAKA Allen, Drickerdik .(1996). Design Principles of Fire Safety. Department of the Environment, London. Chanafi. (1985). Penyelamatan Jiwa dari Ancaman Bahaya Kebakaran. Proceeding of The International Exhibition On Safety security and Fire fighting Equipment and seminar. Safetytech’85, November 26-30, Jakarta-Indonesia. ISBN : 978-602-97491-6-8 A-40-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
National Fire Protection Assotiation (NFPA). (1995). SFPE of Fire Protection Engineering Handbook, 2nd Edition, United State. National Fire Protection Assotiation (NFPA). (2000). Life Safety Code, United State.
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-40-6