Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL SERTA DAMPAKNYA TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PADA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL LAINNYA Dudi Rudianto1, Abang Firdaus2, dan Erna Garnia3 Fakultas Ekonomi, Universitas Sangga Buana YPKP Bandung Jl. PHH. Mustopa No. 68 Bandung 40124. Tlp. (022) 7275489 Fax. (022) 7201756 Email : 1.
[email protected]; 2.
[email protected]; 3.
[email protected]
ABSTRAK Struktur modal yang optimal merupakan struktur modal yang diperkirakan akan menghasilkan biaya modal rata-rata tertimbang yang paling rendah yang diharapkan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Namun sumber dana mana yang akan digunakan perusahaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor internal perusahaan diantaranya struktur aktiva (SA) dan ukuran perusahaan (UP). Kedua faktor tersebut diperkirakan akan berpengaruh terhadap struktur modal (SM) yang pada akhirnya akan berdampak pula terhadap harga saham perusahaan (HS). Dengan menggunakan Two Stage Least Square (TSLS) dan data populasi target sebanyak 24 pada seluruh industri tekstil dan produk tekstil lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, memberikan kesimpulan bahwa untuk model pertama, kedua faktor yang diteliti yaitu SA dan UP berpengaruh secara positif terhadap struktur modal dengan besar pengaruh yang berbeda-beda. Hubungan tersebut memberikan penjelasan bahwa struktur aktiva yang lebih banyak didominasi oleh aktiva tetap dan besarnya ukuran perusahaan merupakan sinyal positif bagi kreditur (obligator) untuk menambah jumlah utangnya, yang mengakibatkan struktur modal perusahaan meningkat. Kedalam struktur aktiva disini mengandung makna adanya penggunaan teknologi tinggi. Dalam program modernisasi dan otomatisasi, perusahaan dituntut untuk beroperasi lebih efisien dan lebih efektif melalui penggunaan aktiva-aktiva tetap (mesin) yang lebih banyak dan lebih produkstif. Sedangkan menurut model kedua, pengaruh struktur modal (SM) terhadap harga saham perusahaan (HS) diperoleh nilai koefisien yang positif, ini memiliki arti setiap peningkatan struktur modal akan meningkatkan pula harga saham perusahaan. Apabila dikaji melalui Teori Struktur Modal yang relevan, maka hasil penelitian ini memperkuat teori tersebut yang mengatakan bahwa struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang diukur oleh harga saham perusahaan. Kata Kunci : Struktur aktiva, Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Harga Saham
PENDAHULUAN Pembentukan struktur modal perusahaan merupakan salah aspek penting didalam perusahaan khususnya didalam pendanaan jangka panjang perusahaan. Pada prinsipnya pemenuhan kebutuhan modal jangka panjang (investasi) suatu perusahaan dapat di sediakan melalui penerbitan utang (obligasi) atau modal sendiri (equity) diantaranya melalui penerbitan saham. Kedua jenis modal ini memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Penerbitan utang mempunyai dua keuntungan yaitu penghematan pajak (tax deductibility) dan pendapatan tetap bagi pemegang utang (debtholder). Sedangkan
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
kelemahan utang diantaranya semakin tingginya resiko perusahaan, sehingga suku bunganya akan lebih tinggi. Dan apabila sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan laba operasi tidak mencukupi untuk menutup beban bunga, maka pemegang sahamnya harus menutup kekurangan itu, dan perusahaan akan bangkrut jika mereka tidak sanggup. Begitu pula terlalu banyak utang juga dapat menghambat perkembangan perusahaan yang pada gilirannya dapat membuat keengganan pemegang saham untuk tetap menanamkan modalnya. (Brigham dan Houston, 1998). Namun demikian dalam penarikan utang harus diusahakan agar beban bunga yang harus dibayar (cost of debt) lebih rendah daripada tingkat pengembaliannya (rate of return) (Trade-off Theory ; Fama dan Miller, 1972), hal ini dilakukan agar dapat menguntungkan bagi pemegang saham. Begitu pula apabila dalam pemenuhan kebutuhan dana tersebut perusahaan lebih mengutamakan pada utang saja maka ketergantungan perusahaan pada pihak luar akan makin besar dan resiko finansialnyapun akan makin besar pula. Dan sebaliknya apabila perusahaan hanya mendasarkan pada modal sendiri (saham) saja, maka biayanya akan sangat mahal (Pecking Order Theory, Myers dan Majluf, 1984). Namun demikian kedua jenis modal ini saling melengkapi dan saling membutuhkan satu sama lainnya di dalam membentuk struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal adalah perimbangan antara utang jangka panjang dan modal sendiri yang akan menghasilkan biaya modal rata-rata tertimbang yang paling rendah. Dengan struktur modal ini diharapkan dapat meningkatkan harga saham. Namun sumber modal mana yang akan digunakan perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya struktur aktiva yang dibentuk oleh perusahaan dan ukuran perusahaan (Myers, 1984; Titman dan Wessels, 1988; Rajan dan Zingales, 1995; Weston dan Copeland,1996; Levy dan Sarnat, 1998; Brigham dan Houston, 1998; Voulgaris et.,al, 2002; Bhaduri, 2002; Fama dan French, 2002). Perubahan pada kedua faktor tersebut pada akhirnya akan berpengaruh pula terhadap harga saham perusahaan. Harga saham perusahaan pada dasarnya merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan sebagai ukuran kinerja perusahaan (Wright dan Ferris, 1997; Walker, 2000). Harga saham digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon investor apabila ingin memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Industri tekstil dan produk tekstil lainnya termasuk garmen didalamnya merupakan salah satu komoditi yang mampu menghasilkan keuntungan pada perdagangan asing di Indonesia. Dalam kondisi krisis ekonomipun, sebagian besar industri ini masih mampu melakukan ekspor. Begitu pula masa depan industri ini akan terlihat cerah, dikarenakan perdagangan dunia tekstil dan lainnya meningkat sebesar US$100 milyar pada tahun 2006 yang lalu, dimana tingkat perdagangan tekstil dan industri tekstil lainnya relatif masih kecil dan belum optimum (Guiding of Book Textile and Garment Industry 2002 – 2004, API Jabar ). Menurut BPS yang dikompilasi oleh API tahun 2005, diketahui bahwa industri ini memberikan kontribusi terbesar terhadap perdagangan internsional, yaitu sebesar 15,37%. Selain itu industri inipun memberikan kontribusi sebesar US$ 9,55 bn terhadap GDP tahun 2004 atau sebesar 4%. Dari aspek tenaga kerja, industri ini merupakan industri padat karya mengingat kontribusinya dalam menyerap tenaga kerja yang sangat besar, yaitu sebesar 15% dari seluruh industri di Indonesia. Dengan demikian industri ini memegang peranan penting dan strategis dalam perekonomian nasional.
ISBN : 979-99735-2-X A-44-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Kerangka Pemikiran Untuk memperjelas dan menata konsep-konsep yang terlibat dalam penelitian langsung atau tidak langsung, dan rangkaian hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya, terlihat pada gambar berikut ini : Struktur Aktiva (SA)
Struktur Modal (SM)
Nilai Perusahaan (NP)
Ukuran Perusahaan (UP)
Pecking Order Theory
Agency Theory
Trade-off Theory
Signalling Theory
Assymetric Information Theory Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian Secara Konseptual
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, diturunkan hipotesis sebagai berikut : (1) Struktur aktiva dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal perusahaan, dan (2) Struktur modal memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. METODE PENELITIAN Operasionalisasi Variabel Variabel-variabel yang dioperasionalisasikan adalah semua variabel yang terkandung dalam hipotesis yang telah dirumuskan. Penelitian ini terdiri dari variabel (1) struktur aktiva (SA), (2) ukuran perusahaan (UP), sebagai variabel independen, (3) struktur modal (SM) sebagai variabel intervening, dan (4) Nilai Perusahaan (NP) sebagai variabel dependen. Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Variabel Struktur Aktiva (SA) Ukuran Perusahaan (UP) Struktur Modal (SM)
Konsep Variabel Menunjukkan besarnya komposisi/proporsi aktiva tetap dari total aktiva keseluruhan yang dimiliki perusahaan
Indikator Struktur Aktiva (tangibility) = Fixed Assets : Book Value of Total Assets
Skala Rasio
Menunjukkan besarnya perusahaan
Ukuran perusahaan (Size) =
Rasio
Ln of total assets Perbandingan antara modal asing permanen dengan modal sendiri
ISBN : 979-99735-2-X A-44-3
yang
Long Term Book Debt Ratio = Long term debt : Book value of equity
Rasio
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007 Tabel 1. Operasionalisasi Variabel (lanjutan) Variabel Nilai Perusahaan (NP)
Konsep Variabel Yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dengan jalan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham yang dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang atau present value semua keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh di masa yang akan datang yang terefleksi dari harga saham perusahaan.
Indikator Market value (MV) = Ln Market Price of shares
Skala Rasio
Alat analisis yang akan digunakan untuk mengestimasi kedua persamaan tersebut adalah TSLS (Two Stage Least Square), sebagaimana yang dikembangkan oleh Henri Theil dan Robert Basmann (dalam Gujarati, 1995). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian akan dibadi menjadi dua bagian yaitu hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Gambaran hasil penelitian akan mendeskripsikan mengenai variabel endogen (struktur modal dan nilai perusahaan) dan variabel eksogen (struktur aktiva dan ukuran perusahaan). Hasil pengujian multikolinieritas, pengujian heteroskedastis, pengujian autokorelasi. Pembahasan hasil penelitian diuraikan mengenai pengaruh masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen. Objek Penelitian Objek penelitian adalah variabel yang akan diamati. Penelitian ini terdiri dari variabel (1) Struktur Aktiva (SA) dan (2) ukuran perusahaan (UP) sebagai variabel independen, (3) struktur modal (SM) sebagai variabel intervening, dan (4) Nilai Perusahaan (NP) sebagai variabel dependen. Fokus utama dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal , yang terdiri dari struktur aktiva dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan pada perusahaan industri tekstil dan produk tekstil lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Deskripsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Struktur Aktiva Struktur aktiva yang diukur oleh proporsi aktiva tetap terhadap total aktiva, memiliki hubungan yang positif terhadap struktur modal. Artinya apabila struktur aktiva mengalami peningkatan maka semakin tinggi pula jumlah utang dan semakin tinggi pula struktur modal perusahaan. (Titman dan Wessels, 1988; Weston dan Copeland, 1996; Brigham dan Houston, 1998; R. Agus Sartono, 2001; Voulgaris et al, 2002; Bhaduri, 2002). Berikut ini disajikan mengenai perkembangan struktur aktiva industri tekstil dan produk tekstil lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
ISBN : 979-99735-2-X A-44-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007 Tabel 2. Perkembangan Rata-rata Struktur Aktiva Industri Tekstil danProduk Tekstil Lainnya Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Periode 1999 – 2004 (x) Tahun
Rata-rata Struktur Aktiva
1999 0,4272 2000 0,4045 2001 0,4216 2002 0,4340 2003 0,4510 2004 0,4728 Rata-rata 0,4352 Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2005
Perkembangan (%) (5,31) 4,23 2,94 3,92 4,83 2,12
Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa secara rata-rata struktur aktiva (proporsi aktiva tetap) yang dialokasikan oleh industri tekstil dan produk tekstil lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta setiap tahunnya adalah sebesar 0,4352 dengan kecenderungan meningkat setiap tahunnya rata-rata sebesar 2,12%. Kondisi ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya industri tekstil dan produk tekstil lainnya memiliki proporsi aktiva tetap yang cenderung seimbang dengan aktiva lancar didalam aktivanya. Namun perlu dicermati bahwa aktiva tetap yang dimiliki industri tekstil dan produk tekstil ini nampaknya sebagian besar dibelanjai oleh utang jangka panjang dan bukannya dibelanjai oleh kas perusahaan sebagai hasil dari aktivitas perusahaan. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menunjukkan besarnya skala perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur oleh total aktiva (asset). (Titman dan Wessels,1988). Aktiva itu sendiri adalah kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu perusahaan sebagai hasil dari transaksi-transaksi atau kejadiankejadian yang lalu. (Kieso dan Weygandt, 1993 dan SAK, 2002). Seperti halnya tingkat penjualan, ukuran perusahaanpun memiliki hubungan yang berbeda dengan struktur modal. Di satu sisi ukuran perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan struktur modal (Warner, 1977; Ang, Chua dan McConnel, 1982). Namun disisi lain memiliki hubungan yang negatif (Suad Husnan, 1994; Weston dan Copeland, 1996; Levy dan Sarnat, 1998; Brigham dan Houston, 1998; R. Agus Sartono, 2001; Ozkan, 2001; Voulgaris et al, 2002; Bhaduri, 2002). Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan menurut Titman dan Wessels (1988), diukur oleh The natural logarithm of total assets. Pada tabel 4.2. berikut ini diperlihatkan mengenai perkembangan total assets industri tekstil dan produk tekstil lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tabel 3. Perkembangan Rata-rataTotal Assets Industri Tekstil dan Produk Tekstil Lainnya Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 1999 -2004 (Jutaan Rupiah) Tahun Rata-rata Total Assets 1999 896.583,33 2000 1.061.130,54 2001 1.034.362,88 2002 918.938,96 2003 865.414,75 2004 882.905,42 Rata-rata 943.222,65 Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2005
ISBN : 979-99735-2-X A-44-5
Perkembangan (%) 18,35 (2,52) (11,16) (5,82) 2.02 0,174
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan rata-rata-rata total assets yang dialokasikan industri tekstil dan produk tekstil lainnya setiap tahunnya adalah sebesar Rp. 943.222,65,-, walaupun setiap tahunnya mengalami fluktuasi namun secara keseluruhan mengalami kecenderungan naik, rata-rata sebesar 0,174%. Kondisi ini menunjukkan arti bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk melakukan investasi pada masa yang akan datang apabila aktiva tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan baik untuk tujuan likuiditas maupun profitabilitas. Deskripsi Struktur Modal Perusahaan Struktur modal pada dasarnya menggambarkan jenis-jenis sumber dana jangka panjang perusahaan yang digunakan untuk mendanai kegiatan investasinya. Struktur modal yang digunakan perusahaan digambarkan dengan memperbandingkan antara utang jangka panjang (long term debt) dengan jumlah modal sendiri (saham) yang digunakan perusahaan (Weston dan Copeland,1996; Keown, Scott dan Petty, 1996; Levy dan Sarnat,1998; Brealey dan Myers,2000). Perbandingan ini diantaranya diukur oleh suatu indikator yang disebut book debt to equity ratio (Kallapur dan Trombey, 1999), yaitu suatu rasio yang mencerminkan perbandingan antara nilai buku utang dengan nilai buku ekuitas. Rasio menggambarkan perbandingan antara utang perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas) yang digunakan perusahaan dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan. Untuk melihat bagaimana perkembangan struktur modal industri tekstil dan produk tekstil lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. Perkembangan Rata-rata Book Longterm Debt to Equity Ratio Industri Tekstil dan Produk Tekstil Lainnya Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 1999 – 2004 (x) Tahun
Rata-rata Struktur Modal (book debt to equity ratio) 1999 0,4453 2000 0,9278 2001 0,0486 2002 -2,2892 2003 26,4948 2004 -1,4158 Rata-rata 4,0352 Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2005
Perkembangan (%) 108,35 (94,76) (4.810,29) 1.257,38 (105,34) (728,93)
Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa secara rata-rata struktur modal industri tekstil dan produk tekstil lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta setiap tahunnya adalah sebesar 4,0352. Kondisi ini menunjukkan bahwa sumber dana jangka panjang perusahaan lebih banyak didominasi oleh utang jangka panjang (long term debt) dengan kecenderungan turun rata-rata sebesar 728,93% per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa didalam kegiatan investasinya perusahaan lebih banyak mengandalkan sumber dananya dari utang. Apabila hal ini dilihat dari struktur modal pada tahun 2002, dimana pada tahun tersebut perusahaan tidak mampu melakukan pemupukan modal sendirinya sebagai akibat rata-rata perusahaan pada tahun tersebut tidak mampu menghasilkan laba.
ISBN : 979-99735-2-X A-44-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Deskripsi Nilai perusahaan Nilai perusahaan dalam penelitian ini merupakan variabel dependen. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar. Nilai perusahaan yang dapat memberikan kemakmuran bagi pemegang saham secara maksimum adalah apabila harga saham perusahaan meningkat, maka semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham. Sebagai variabel laten, maka nilai perusahaan dapat diukur oleh beberapa indikator, diantaranya menurut Smith dan Watt ,1992; Collins et al ,1995; Wright dan Ferris, 1997; Brigham & Houston, 1998; Walker, 2000, bahwa nilai perusahaan dapat diukur oleh harga saham. Berikut ini ditampilkan mengenai perkembangan nilai perusahaan industri tekstil dan produk tekstil lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang diukur oleh rata-rata harga pasar saham pada tanggal penutupan di akhir tahun : Tabel 5. Perkembangan Rata-rata Harga Saham Penutupan (Closing Price) Industri Tekstil dan Produk Tekstil Lainnya Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 1999 – 2004 (Rp) Tahun
Rata-rata Harga Saham Penutupan (Closing Price) 1999 1.667 2000 1.544 2001 1.316 2002 1.116 2003 1.014 2004 1.195 Rata-rata 1.308,67 Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2004
Perkembangan (%) (7,38) (14,77) (15,20) (9,14) 17,85 (5,73)
Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa secara rata-rata harga saham penutupan (closing price) pada akhir tahun industri tekstil dan produk tekstil lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, setiap tahunnya adalah sebesar Rp. 1.308,67,-, dengan kecenderungan turun rata-rata per tahun sebesar 5,73%. Apabila melihat kepada besaran harga saham pada range tersebut, maka harga saham rata-rata industri tekstil dan produk tekstil lainnya terdapat pada kategori saham third liner. Tetapi apabila melihat kembali pada beberapa indikator keuangan yang sudah dibahas di atas, yang menunjukkan sinyal yang kurang baik bagi perusahaan, maka terlihat adanya suatu rekayasa terhadap harga pasar saham perusahaan. Hasil Perhitungan Model Statistik Pengujian Asumsi klasik Model Struktur Modal Hasil pengujian asumsi klasik untuk model struktur modal, dapat dijelaskan sebagai berikut : Uji Multikolinieritas Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS versi 11.00, diketahui hasil sebagai berikut :
ISBN : 979-99735-2-X A-44-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007 Tabel 6. Hasil Pengujian Gejala Multikolinieritas a
Coefficients
Model 1
Collinearity Statistics Tolerance VIF .527 1.898 .527 1.898
UP SA
a. Dependent Variable: SM
Pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai VIF untuk kedua variabel bebas memiliki nilai dibawah 10. Dengan demikian, mendasarkan kepada pendapat Gujarati (1999: 166) dan Singgih Santono (2002: 357), dapat disimpulkan bahwa kedua variabel pada model struktur modal, variabel bebasnya tidak saling berkorelasi secara linier, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terdapat persoalan multikolinieritas. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS versi 11.00, diketahui hasil sebagai berikut : Tabel 7. Hasil Pengujian Gejala Heteroskedastisitas Coefficients
Model 1
(Constant) UP SA
Unstandardized Coefficients B Std. Error -1.3E+08 1.5E+08 1.0E+07 140703.5
a
Standardized Coefficients Beta
1.3E+07 804740.8
.091 .020
t -.847
Sig. .398
.782 .175
.436 .861
a. Dependent Variable: Resid2_SM
Sebagaimana dalam hasil di atas dapat diketahui bahwa hasil regresi nilai residual terhadap variabel bebas, menghasilkan nilai i yang tidak signifikan secara statistik pada = 5% untuk kedua variabel bebas dalam model struktur modal perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa varians residual dalam model untuk semua data adalah sama (homoskedastisitas) dan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas di dalam model penelitian. Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS versi 11.00, diketahui hasil sebagai berikut : Tabel 8. Hasil Pengujian Gejala Autokorelasi Model Summary Model 1
b
DurbinWatson 1.729
a
a. Predictors: (Constant), SA, UP b. Dependent Variable: SM
Sumber : Hasil pengolahan SPSS Versi 11.00 pada lampiran
ISBN : 979-99735-2-X A-44-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Berdasarkan hasil di atas diperoleh nilai Durbin-Watson hitung sebesar 1,729. Nilai Durbin-Watson hitung tersebut, selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai Durbin-Watson tabel untuk n = 24 dan k = 2, diperoleh dL = 0,666 dan dU = 2,318, sebagaimana tabel berikut ini : Tabel 9. Nilai Durbin-Watson Hitung dan Tabel Keterangan Model Penelitian
Nilai DW (dW) 1,729
Nilai DW Tabel DL dU 0,666 2,318
Analisis
Kesimpulan
(dU d 4du)
Tidak Ada Autokorelasi
Sumber : Pengolahan data
Pada Tabel 9 di atas, dapat diketahui bahwa daerah penolakan autokorelasi antara daerah dUtabel = 2,318 dengan 4-dUtabel = 1,682. Mengingat nilai Dwhitung (d) sebesar 1,752 berada di daerah dU d 4-dU, sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji Durbin-Watson (dW), di dalam model struktur modal tidak terdapat gejala autokorelasi, sebagaimana gambar berikut ini :
Nilai DWhitung
Serial Korelasi Positif Tidak Terdapat Serial Korelasi Serial Korelasi Negatif 0,666 2,318 1,729 1,682 3,334
Gambar 2. : Pengujian Durbin-Watson Model Struktur Modal
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa didalam kedua mode penelitian tidak terdapat gejala asumsi klasik. Dengan demikian secara keseluruhan model penelitian terbebas dari gejala multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Analisis Data Model Penelitian a. Tahap Pertama Pada tahapan kesatu ini, akan dibuat persamaan regresi untuk melihat pengaruh struktur aktiva (SA) dan ukuran perusahaan (UP) terhadap struktur modal (SM). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan software SPSS versi 11.00 sebagaimana terlampir, diperoleh hasil sebagai berikut : SM= 9,680 + 12,036 SA + 4,430 UP + ε1
(1)
b. Tahap Kedua Berdasarkan hasil pengujian terhadap persamaan OLS untuk tahap pertama, selanjutnya dihitung pengaruh struktur modal (SM), terhadap nilai perusahaan (NP), dimana struktur modal (SM) yang digunakan adalah struktur modal ramalan ( SMˆ ). Nilai ramalan diperoleh dari hasil perhitungan tahap pertama, yang dijadikan dasar untuk perhitungan OLS tahap kedua, yang hasil perhitungannya, adalah sebagai berikut : NP = 6,017 + 0,373 SMˆ + ε2 (2)
ISBN : 979-99735-2-X A-44-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Selanjutnya berdasarkan pengujian koefisien determinasi, yang dilakukan untuk melihat dan mengukur besarnya proporsi atau persentase variasi variabel tak bebas yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas, diketahui bahwa besarnya pengaruh variabel bebas pada model kesatu (SA dan UP) terhadap struktur modal adalah sebesar 0,446 atau 44,6%. Sedangkan besarnya pengaruh struktur modal pada model kedua (SM) terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 0,537 atau 53,7%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Apabila persamaan tersebut dimasukkan dalam tabel, maka akan tampak sebagaimana pada tabel berikut ini : Tabel 10. Hasil Pengujian Koefisien TSLS dan R 2 Tahap Pertama (Y1)
Tahap Kedua (Y2)
Variabel
Koefisien
Variabel
Koefisien
Konstanta
9,680
Konstanta
6,017
SA
12,036
SMˆ
0,373
UP
4,430 2
2
(R ) = 0,446
(R ) = 0,537
Berdasarkan hasil tersebut di atas, selanjutnya dapat dijelaskan secara terperinci mengenai pengaruh masing-masing variabel eksogen (Xi) terhadap variabel endogen (Yi), sebagai berikut : Model Pertama : Struktur Modal Perusahaan Pada bagian ini akan dikaji pengaruh struktur aktiva (SA) dan perusahaan (UP) terhadap struktur modal (SM), yaitu :
ukuran
Pengaruh Struktur Aktiva (SA) Terhadap Struktur Modal Perusahaan (SM) Dalam persamaan 1 dan tabel 10 di atas, diketahui bahwa dengan asumsi variabel lainnya (UP) adalah konstan (ceteris paribus) maka secara individu variabel struktur aktiva (SA) memiliki arah pengaruh yang positiff terhadap struktur modal perusahaan (SM). Artinya semakin besar struktur aktiva maka semakin besar keinginan perusahaan untuk berutang sehingga struktur modal semakin besar pula. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan yang sama dengan penelitian Rajan dan Zingales, 1995; Titman dan Wessels, 1988; Weston dan Copeland, 1996; Brigham dan Houston, 1998; R. Agus Sartono, 2001; Voulgaris et al, 2002; Bhaduri, 2002. Nilai koefisien yang tercatat dari hasil tahap pertama di atas untuk variabel SA adalah positif sebesar 12,036, hal ini menunjukkan bahwa struktur aktiva (SA) memberikan arah pengaruh yang positif (searah) terhadap struktur modal. Artinya setiap peningkatan struktur aktiva sebesar 1% akan meningkatkan kemungkinan perusahaan berutang sebesar 12,036%. Hal ini berarti bahwa semakin besar struktur aktiva, akan menyebabkan rasio utang terhadap equity dalam struktur modal akan semakin meningkat pula. Berdasarkan pengujian koefisien determinasi parsial, yang dilakukan untuk melihat dan mengukur besarnya proporsi atau persentase variasi variabel tak bebas, yaitu struktur modal perusahaan (SM) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas, dalam hal ini adalah struktur aktiva (SA), diketahui bahwa besar pengaruhnya adalah sebesar 0,162409 atau 16,2409%.
ISBN : 979-99735-2-X A-44-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Struktur aktiva dapat mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap penentuan struktur modal perusahaan. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang yang tinggi, terutama jika permintaan akan produk mereka cukup meyakinkan (misalnya perusahaan umum), akan banyak menggunakan utang hipotik jangka panjang. Perusahaan yang sebagian aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas masing-masing perusahaan tidak begitu tergantung pada pembiayaan utang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang besar dapat menggunakan utang dalam jumlah yang lebih besar pula. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang besar dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral utang perusahaan. Sehingga antara struktur aktiva dengan struktur modal memiliki hubungan yang positif Pengaruh Ukuran Perusahaan (UP) Terhadap Struktur Modal Perusahaan (SM) Dalam persamaan 1 dan tabel 10 di atas, diketahui bahwa dengan asumsi variabel lainnya (SA) adalah konstan (ceteris paribus) maka secara individu variabel ukuran perusahaan (UP) memiliki arah pengaruh yang positif terhadap struktur modal perusahaan (SM). Artinya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula keinginan perusahaan untuk berutang sehingga struktur modal semakin meningkat. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan yang sama dengan penelitian (Warner, 1977; Ang, Chua dan McConnel, 1982; Suad Husnan, 1994; Weston dan Copeland, 1996; Levy dan Sarnat, 1998; Brigham dan Houston, 1998; R. Agus Sartono, 2001; Ozkan, 2001; Voulgaris et al, 2002; Bhaduri, 2002). Nilai koefisien yang tercatat dari hasil tahap pertama di atas untuk variabel UP adalah positif sebesar 4,430, hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (UP) memberikan arah pengaruh yang positif (searah) terhadap struktur modal. Artinya setiap peningkatan ukuran perusahaan sebesar 1% akan meningkatkan kemungkinan perusahaan berutang sebesar 4,430%. Hal ini berarti bahwa semakin besar ukuran perusahaan, akan menyebabkan rasio utang terhadap equity dalam struktur modal akan semakin meningkat pula. Berdasarkan pengujian koefisien determinasi parsial, yang dilakukan untuk melihat dan mengukur besarnya proporsi atau persentase variasi variabel tak bebas, yaitu struktur modal perusahaan (SM) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas, dalam hal ini adalah ukuran perusahaan (SM), diketahui bahwa besar pengaruhnya adalah sebesar 0,101761 atau 10,1761%. Perusahaan dengan skala yang besar memiliki kecenderungan biaya kebangkrutan per dolar nilai asset yang lebih rendah dengan biaya pengadaan yang lebih rendah untuk menggunakan utang dibandingkan dengan perusahaan kecil. Biaya kebangkrutan yang rendah pada perusahaan besar membawa pada penggunaan utang yang lebih banyak dibandingkan dengan penerbitan saham. Kondisi yang sama apabila pemilik sekaligus manajer suatu perusahaan kecil kemungkinan lebih konservatif daripada manajer sebuah perusahaan besar. Jika aktiva bersih perusahaan kecil itu, misalnya $ 1 juta, dan jika perusahaan itu miliknya sendiri, maka pemilik-manajer (owner-manager) itu akan memutuskan untuk membatasi penggunaan utang, karena hal ini akan meningkatkan resiko hilangnya sebagian kekayaannya.
ISBN : 979-99735-2-X A-44-11
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Model Kedua : Nilai Perusahaan Pada bagian ini akan dikaji pengaruh dari struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dalam persamaan 2 di atas, diketahui bahwa secara individu variabel struktur modal (SM) memiliki arah pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan (NP). Nilai koefisien yang tercatat dari hasil 2SLS di atas adalah positif sebesar 0,373 menunjukkan bahwa struktur modal (SM) memberikan arah pengaruh yang positif (searah) terhadap nilai perusahaan (NP). Artinya setiap peningkatan struktur modal sebesar 1% maka akan meningkatkan nilai perusahaan sebesar 0,373%. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat struktur modal yang terjadi, maka nilai perusahaanpun akan meningkat pula. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (1963), De Angelo dan Masulis (1980), Masulis (1980), Kaaro (2002a), dan Park dan Evan (2004) yang mengatakan bahwa struktur modal dapat meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan tersebut terjadi akibat dari efek tax deductible. Artinya, perusahaan yang memiliki utang yang lebih banyak akan membayar bunga pinjaman yang lebih besar yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak yang lebih besar pula, yang dapat memberikan manfaat bagi pemegang saham. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Masulis (1980) yang mengacu pada teori sinyal (signalling theory), yang menyatakan bahwa nilai perusahaan pada hari pengumuman dan sehari setelah pengumuman perusahaan-perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan utang ternyata meningkat. Sedangkan perusahaan yang menurunkan utang ternyata mengakibatkan penurunan nilai perusahaan. Artinya terdapat peningkatan nilai bagi perusahaan yang meningkatkan proporsi utang dan dinilai masih memberikan manfaat bagi pemodal dalam bentuk penghematan pajak yang lebih besar dibandingkan risiko yang ditimbulkan akibat meningkatnya utang (trade 0ff theory). Dikaitkan dengan Teori sinyal, peningkatan utang juga dapat diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya di masa yang akan datang atau memiliki risiko bisnis yang rendah (Brigham et al , 1999), sehingga penambahan utang telah memberikan sinyal positif. Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur modal perusahaan yang meningkat, akibat peningkatan proporsi utang yang lebih besar dari peningkatan proporsi equity, akan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan struktur modal ini dipengaruhi oleh peningkatan faktor-faktor yang diteliti, yaitu struktur aktiva dan ukuran perusahaan. Artinya setiap peningkatan faktor-faktor tersebut akan mengakibatkan terjadinya peningkatan proporsi utang dibandingkan proporsi equity sehingga akan terjadi peningkatan struktur modal perusahaan. Peningkatan faktor-faktor tersebut pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Faktor yang paling dominan mempengaruhi perubahan struktur modal adalah struktur aktiva artinya bahwa besar kecilnya struktur aktiva ini sangat besar pengaruhnya terhadap struktur modal perusahaan. Hal ini dimaklumi karena kemampuan sebuah perusahaan industri dalam menggunakan aktiva tetap melalui padat modal pada mesin merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan produktivitas perusahaan yang pada gilirannya berpotensi besar untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Kondisi ini bagi kreditur merupakan sinyal positif untuk menambah utangnya bagi perusahaan.
ISBN : 979-99735-2-X A-44-12
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
KESIMPULAN 1. Secara rata-rata struktur aktiva (proporsi aktiva tetap) yang dialokasikan oleh industri tekstil dan produk tekstil lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta setiap tahunnya adalah sebesar 0,4352 dengan kecenderungan meningkat setiap tahunnya rata-rata sebesar 2,12%. 2. Secara keseluruhan rata-rata total assets sebagai indikator ukuran perusahaan, yang dialokasikan industri tekstil dan produk tekstil lainnya setiap tahunnya adalah sebesar Rp. 943.222.650.000,- dengan kecenderungan naik rata-rata per tahun sebesar 0,174%. 3. Dengan asumsi variabel (UP) adalah konstan (ceteris paribus) maka secara individu variabel struktur aktiva (SA) memiliki arah pengaruh yang positif terhadap struktur modal perusahaan (SM) sebesar 12,036, dengan besarnya koefisien determinasi parsial sebesar 16,2409%. Struktur aktiva yang dibentuk perusahaan merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi perubahan struktur modal dibandingkan ukuran perusahaan, artinya bahwa besar kecilnya struktur aktiva ini sangat besar pengaruhnya terhadap struktur modal perusahaan. Hal ini dikarenakan kemampuan sebuah perusahaan industri dalam menggunakan aktiva tetap melalui padat modal pada mesin merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan produktivitas perusahaan yang pada gilirannya berpotensi besar untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Kondisi ini bagi kreditur merupakan sinyal positif untuk menambah utangnya bagi perusahaan. 4. Dengan asumsi variabel (SA) adalah konstan (ceteris paribus) maka secara individu variabel ukuran perusahaan (UP) memiliki arah pengaruh yang positif terhadap struktur modal perusahaan (SM) sebesar 4,430, dengan besarnya koefisien determinasi parsial sebesar 10,1761%. 5. Secara simultan berdasarkan pengujian koefisien determinasi, yang dilakukan untuk melihat dan mengukur besarnya proporsi atau persentase variasi variabel struktur modal (SM) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas, yaitu struktur aktiva (SA) dan ukuran perusahaan (UP) adalah sebesar 0,446 atau 44,6%. 6. Pengaruh struktur modal (SM), terhadap nilai perusahaan (NP), dimana struktur modal (SM) yang digunakan adalah struktur modal ramalan ( SMˆ ) diperoleh nilai koefisien yang positif sebesar 0,373. Sedangkan berdasarkan pengujian koefisien determinasi, diketahui besarnya proporsi atau persentase variasi variabel nilai perusahaan (NP) yang dapat dijelaskan oleh variasi struktur modal ( SMˆ ) adalah sebesar 0,537 atau 53,7%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA AlNajjar, F.K and Balkaoui, A.R. 2001. Empirical Validation of a general Model of Growth Opportunities. Managerial Finance. 27, 3; ABI/INFORM Research. Altman, Edward 1., September 1984, A Further Empirical Investigation of the Bankruptcy Cost Question. Journal of Finance. 39, pp . 1067 – 1089. Ang, James S., Chua, Jess H., and McConnel, John J., 1982. The Administrativs Coats of Corporate Bankruptcy: A Note. Journal of Finance. Vol. 37, 337 – 348.
ISBN : 979-99735-2-X A-44-13
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Bacidore, Jeffrey M., Boquist, John A., Milbourn, Todd., and Thakor, Anjan V. 1997. The Search for The Best Financial Performance Measure. Financial Analyst Journal. May – June, pp. 11 – 20. Barclay, Michael J. and Smith, Clifford W., 2001b. On Financial Architecture: Leverage, Maturity, and Priority, dalam D.H. Chew (ed), The New Corporate Finance: WhereTheory Meets Practise, New York: McGraw-Hill, 210 – 223. Barton, Sidney L., Hill, Ned C., and Sundaram, Srinivasan, 1989, An Empirical Test of Stakeholder Theory Predictions of Capital Structure. Journal of The Financial Management Association, Spring, p. 36 – 44. Bathala, Chenchuramalah T., Moon, Kenneth P., and Rao, Ramesh P., 1994, Managerial Ownership, Debt Policy, and The Impact of Institutional Holding : An Agency Perspective. Journal of The Financial Management Association, Vol. 23 No. 3, Autumn, p. 38 – 50. Bernstein, Leopold A., and John, Wild J. 1998. Financial Statement Analysis Theory, Application & Interpretation. 6th Edition, Mc Graw Hill. Bhaduri, Saumitra N., 2002. Determinan of Corporate Borrowing: Some Evidence from The Indian Corporate Structure. Journal of Economics and Finance, vol. 22, 200 – 215. Bradley, Michael, Jarrel, Gregg A., and Kim, E. Han, 1984. On the Existence of an Optimal Capital Structure: Theory and Evidence, Journal of Finance, XXXIX, 3, pp. 857 – 880. Brealey, Richard A and Myers, Stewart C. 2000. Principles of Corporate Finance, 6th Edition, Mc Grow – Hill. Brigham, Eugene. F., and Houston, Joel.F. 1998. Fundamentals of Financial Management. 8th Edition, By Harcourt, Inc. Chang, Rosita P, and Rhee, Ghon, 1990. The Impact of Personal Taxes on Corporate Dividend Policy and Capital Structure Decision, Journal of Financial Management Association, Summer, p. 21 – 31. Chirinko, Robert S., & Singha, Anuja R., 2000. Testing Static Tradeoff Againts Pecking Order Models of Capital Structure: A Critical Comment. Journal of Financial Economics. No. 58, 417 – 425. Chung, 1993. Asset Characteristics and Corporate Debt Policy: an Empirical Test, Journal of Business Finance & Accounting, Vol. 20, No. 1, 83 – 98.
ISBN : 979-99735-2-X A-44-14