Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
PENERAPAN PENDEKATAN THINK-PAIR-SHARE pada POKOK BAHASAN REAKSI OKSIDASI-REDUKSI 1
Rusly Hidayah, 2An Nuril Maulida Fauziah Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya e-mail:
[email protected] 2 Program Studi Sains, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya e-mail:
[email protected] 1
Abstrak-Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan respon siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri I Arosbaya Madura. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif. Aktivitas yang banyak dilaksanakan pada tipe TPS adalah mengerjakan LKS. Pembelajaran kooperatif tipe TPS mendapat respon yang positif. Abstract-This study aims to describe the results of student learning, student activities, and student response of cooperative learning model type TPS. Subjects in this study were students in SMA Negeri I Arosbaya Madura at Grade X . Data analysis techniques use descriptive analysis. Activities conducted on many types of TPS is working on LKS. Cooperative learning TPS type gets a positive response. Kata Kunci: hasil belajar siswa, aktivitas, respon, keterlaksanaan RPP, reaksi redoks, think-pair-share (TPS) PENDAHULUAN
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sains, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar baik secara mental, fisik maupun sosial. Tetapi kenyataan pada saat ini secara terus-menerus sampai sekarang masih berjalan pengajaran sains tradisional yang terbatas pada produk atau fakta-fakta, konsep-konsep teori saja (Nur, 1996 : 12) sehingga kurang cocok digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa karena siswa cenderung hanya menerima materi yang disampaikan guru tanpa harus berpikir untuk menemukan konsep dari suatu pokok bahasan. Berdasarkan observasi peneliti dengan memberikan angket pada siswa SMA Negeri 1 Arosbaya kelas XI yang
berjumlah 60 siswa, diperoleh 27 siswa (45%) menyatakan tidak tertarik dengan metode ceramah yang digunakan guru kimia selama ini, sebanyak 23 siswa (38,33%) menyatakan kesulitan dalam mempelajari materi kimia dan 10 siswa (16,67%) menganggap pembelajaran yang dilaksanakan selama ini biasa-biasa saja. Rata-rata nilai ulangan harian materi pokok reaksi oksidasi-reduksi siswa kelas X adalah 61,66 untuk kelas X-1; 62,15 untuk kelas X2; dan 58,75 untuk kelas X-4. Nilai rata-rata ini mengindikasikan bahwa nilai hasil belajar siswa kelas X untuk materi reaksi oksidasi reduksi masih rendah. Untuk menanggulangi kesulitan tersebut di samping penguasaan materi seorang guru dituntut memiliki keterampilan menyampaikan materi yang akan diberikan. Cara guru menciptakan suasana di kelas
B - 16
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
sangat pula berpengaruh pada keadaan yang ditampilkan siswa dalam pembelajaran. Apabila guru dapat menciptakan suasana yang membuat siswa termotivasi dan aktif dalam pembelajaran kemungkinan hasil belajar siswa meningkat sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu cara mengembangkan keterampilan proses adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif dimana model - model pembelajaran ini selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, juga sangat berguna membantu teman serta melibatkan peran aktif siswa (Ibrahim. 2005b : 12). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar siswa, penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial. Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya (Arends, 2001 : 315). Model pembelajaran kooperatif, terdiri dari 4 pendekatan, yaitu STAD, jigsaw, investigasi kelompok (IK) dan pendekatan struktural (Ibrahim 2005b : 29). Pendekatan struktural menekankan pada penggunaan struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas konvensional adalah resitasi, yakni guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur ini menghendaki siswa untuk bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (kelompok dicirikan sebagai kelompok kooperatif) (Ibrahim. 2005b : 25). Struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik (pengetahuan), dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan
sosial atau keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah thinkpair-share dan numbered-head together. Pembelajaran kooperatif tipe thinkpair-share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Arends,. 2001 : 324). Model pembelajaran ini memiliki banyak kelebihan di antaranya siswa dapat berinteraksi dalam memecahkan masalah untuk menemukan konsep-konsep yang dikembangkan dan juga dapat meningkatkan perolehan prestasi belajar siswa, meningkatkan keterampilan sosial siswa serta melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi melalui diskusi kelompok dan presentasi. Di antara materi kimia yang harus dikuasai oleh siswa SMA ialah materi pokok Reaksi Oksidasi-Reduksi yang diajarkan pada kelas X semester 2 dan dilanjutkan lagi di kelas XII semester 1 pada materi pokok Elektrokimia. Konsep-konsep yang ada pada materi pokok ini berupa pengetahuan deklaratif dimana siswa cenderung pasif menerima pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Agar siswa terlibat secara aktif maka diperlukan pendekatan pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Pada model pembelajaran ini siswa dituntut untuk saling berinteraksi dan bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan setiap permasalahan, sehingga memungkinkan siswa untuk berdiskusi dan tanya jawab antar siswa dengan siswa maupun antar siswa dengan guru. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare pada materi pokok Reaksi OksidasiReduksi. METODE PENELITIAN
B - 17
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pre test- post test. Subjek penelitian ialah siswa kelas X Sekolah Menengah Atas. HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktivitas siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TPS cukup tinggi, dengan kegiatan paling menonjol adalah mengerjakan LKS secara bersama. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran siswa terlibat aktif sehingga dominasi guru dalam kelas cenderung berkurang. Analisis aktivitas siswa menjelaskan bahwa frekuensi aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS didominasi oleh siswa, sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan persentase kegiatan paling menonjol sebesar 40,8 % Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh kerjasama dengan pasangan, teman sekelas dan ketergantungan siswa dalam struktur tugas, tujuan dan penghargaan. Ibrahim (2006b : 5) menyatakan bahwa setiap individu (siswa bertanggung jawab terhadap keberhasilan pembelajaran dan mengeliminasi tujuan individu dan tujuan kompetitif. Pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan waktu yang banyak kepada siswa dan pasangannya untuk berpikir (think dan pair) sebelum berbagi (share) dengan seluruh kelas berdasarkan pasangan masingmasing. Hal serupa dinyatakan oleh Ibrahim (2006:26), bahwa think-pair-share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu yang banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu. Melalui pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalahmasalah tersebut dengan temannya (Slavin, 1994 : 5). Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa untuk terlibat aktif dan memberikan lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan konsep, mengembangkan rasa percaya diri terhadap belajar individu dan kelompok. Siswa belajar aktif untuk menemukan prinsipprinsip dan mendapatkan pengalaman melalui kerja sama dalam menelaah materi yang tercakup dalam materi pelajaran. Seluruh siswa menyatakan senang selama mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Respon siswa terhadap komponen KBM menyatakan senang, baru, dan setuju terhadap pembelajaran yang diterapkan. Respon siswa selama mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS secara umum menyatakan senang dan setuju. Siswa yang setuju menyatakan bahwa pembelajaran ini dapat meningkatkan semangat belajar dan materi yang diajarkan mudah dimengerti. Mengenai pembelajaran kooperatif tipe TPS yang diterapkan sebagian besar siswa menyatakan baru. Sesuai dengan pendapat Piaget yang dikutip oleh Nur (2004b : 2007) bahwa proses perkembangan kognitif ikut ditentukan oleh lingkungan belajar anak. Jika lingkungan anak merupakan lingkungan yang aktif, sehat dalam memecahkan masalah, maka kognitif anak akan terpola untuk mampu menguasai konsep dan memecahkan masalah dengan cepat. Siswa juga memberikan respon yang positif, yaitu pembelajaran kooperatif tipe TPS yang digunakan dalam penelitian ini dapat diulang pada pokok bahasan yang lain. Rerata kemampuan guru (peneliti) dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural TPS meliputi aspek pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup berkategori baik, serta pengamatan suasana kelas berkategori baik. Hal ini menginterpretasikan bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran
B - 18
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
kooperatif dengan pendekatan struktural TPS berkategori baik. Analisis data tentang kemampuan guru (peneliti) dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah baik. Guru mampu mengorganisasikan siswa untuk belajar dalam kelompok kecil. Guru dalam mengoperasikan perangkat pembelajaran mampu membuat siswa antusias dalam mengikuti KBM, pengelolaan waktu juga dilakukan dengan baik. Pengelolaan waktu yang baik dapat terlaksana apabila strategi belajar yang digunakan sering dilatihkan di kelas, sehingga tidak hanya guru namun siswa juga akan terbiasa disiplin waktu. Selain itu pengelolaan waktu yang kurang baik dapat diantisipasi dengan selalu mengingatkan siswa untuk mengerjakan tugasnya. Selama kegiatan penerapan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural TPS di lapangan ditemui kendala sebagai berikut. a. Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif TPS b. Ada beberapa siswa yang datang terlambat c. Pada saat presentasi hasil kerja kelompok, anggota kelompok saling tunjuk Kendala yang ditemui selama kegiatan pembelajaran adalah siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, sehingga guru harus melakukan pemodelan langkah-langkah pembelajaran. Kendala lain yang ditemui adalah ada beberapa siswa yang datang terlambat dan hal ini dapat diatasi dengan meminta siswa untuk datang tepat waktu pada pertemuan berikutnya. Pada saat presentasi hasil kerja kelompok, anggota kelompok saling tunjuk. Hal ini dapat diatasi dengan cara guru langsung menunjuk setiap anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya
dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompoknya. Semua siswa dapat mencapai ketuntasan saat pos tes dengan nilai maksimum 96 dan nilai minimum 68 untuk yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Berdasarkan hasil penilaian ketuntasan hasil belajar siswa didapatkan informasi bahwa pada pre tes semua siswa tidak tuntas dalam menyelesaikan setiap butir soal yang diberikan dan pada postes 100% siswa dinyatakan tuntas dalam menyelesaikan setiap butir soal. Hal ini disebabkan pada saat pre tes siswa belum mendapatkan materi yang akan disampaikan melalui perangkat pembelajaran yang dikembangkan antara lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, dan Lembar Kerja Siswa (LKS), menyebabkan pengetahuan awal siswa tentang konsep reaksi oksidasi- reduksi masih kurang. Hasil analisis data tes hasil belajar (THB) setelah materi konsep reaksi oksidasi-reduksi diberikan dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut, memperlihatkan bahwa seluruh siswa dinyatakan berhasil atau tuntas dalam pembelajarannya dengan nilai ketuntasan ≥ 60 %. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model ini sangat unggul dalam membantu siswa guna memahami konsep-konsep yang sulit dan membantu siswa menumbuhkan kerjasama (Ibrahim, 2005b:10). Penelitian ini juga mengisyaratkan hal yang sama, yaitu dibutuhkan kerjasama dalam kelompok, karena setiap individu bertanggung jawab atas kelompoknya pada saat mempresentasikan hasil diskusinya. Indikator dan tujuan pembelajaran (TP) yang telah ditetapkan dapat diukur pencapaiannya melalui THB. THB berupa
B - 19
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
kumpulan soal-soal pilihan ganda, terdiri dari 25 soal menggunakan 5 pilihan jawaban, dimana setiap soal memiliki skor yang berbeda sesuai dengan ranah kognitif dari setiap butir soal. Soal kategori C1 dengan bobot skor 1, kategori C2 dengan bobot skor 1,5, kategori C3 dengan bobot skor 2, kategori C4 dengan bobot skor 2,5, kategori C5 dengan bobot skor 3, dan kategori C6 dengan bobot skor 3,5, dengan skor maksimal pilihan ganda adalah 68. Untuk mencapai skor maksimal 100, skor maksimal setiap siswa dibagi dengan jumlah skor maksimal 50 dikalikan 100 persen. Bila siswa menjawab benar semua, siswa tersebut
50 x100% . 50
mendapat nilai 100
Hasil analisis THB, menunjukkan bahwa seluruh tujuan pembelajaran telah dikuasai dengan tuntas berpedoman pada SKM yang telah ditetapkan oleh guru kimia SMAN I Arosbaya yang menyatakan jika seluruh tujuan pembelajaran dapat dikuasai siswa melebihi 60% dikatakan telah tuntas. Menurut Purwanto (2008 : 136) kisaran harga sensitivitas butir soal terletak antara 0 sampai +1. Semakin mendekati +1 maka butir soal tersebut peka terhadap efek pembelajaran. SIMPULAN
Kompetensi belajar kimia siswa kelas X dapat ditingkatkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif TPS. Guru mampu mengelola pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan baik, menggunakan perangkat pembelajaran yang sesuai, serta membuat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student centered. Kesulitan belajar seorang siswa dalam sebuah tim dapat diatasi dengan bantuan anggota timnya dengan cara berdiskusi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1989. Manajemen Penelitian. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Achmad, H. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Agustina, R. 2003. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Biologi SMU Bahan Kajian Lingkungan melalui Model Pembelajaran Diskusi Kelas Strategi Think-Pair-Share. Tesis Magister Pendidikan Yang Tidak Dipublikasikan. Surabaya: PPs UNESA Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York : McGraw-Hill, Inc Borich, G.D. 1994. Observation Skills for Effective Teaching. New York : MacMillan Publishing Company Brady, J.E. 1990. General Chemistry, Principles, and Structure. Singapore : John Wiley and Sons Inc Cholil, M. 2005. Keefektifan Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktural Numbered-HeadTogether di Kelas VII SMP. Tesis Magister Pendidikan Yang Tidak Dipublikasikan. Surabaya: PPs UNESA Gronlund, N.E. 1982. Constructing Achievement Test, Third Edition. Englewood Cliff: Prentice-Hall, Inc Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta Ibrahim, M. 2003a. Pengembangan Perangkat Pembelajaran (Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi). Jakarta: Depdiknas Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Ismono. 2005b. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA
B - 20
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Kemp, J.E, Morrison, G.R and Ross, S.M. 1994. Designing Effective Instruction, New York: Macmillan Publishing Company Nur, M. 1996a. Konsep Tentang Arah Pengembangan Pendidikan IPA SMP dan SMU Dalam Waktu 5 Tahun Yang Akan Datang. Surabaya : UNESA Nur, M. 2004b. Teori-teori Perkembangan Kognitif Edisi 2. PSMS. Surabaya : UNESA Prawiradilaga, D. S. 2007. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Peterson, Miller. 2004. “Comparing the Quality of Students`s Experiences during Cooperative Learning and Large-Group Instruction”. The Journal of Educational Research. 97.3.(123) Petrucci, R.H., Harwood, W.S., & Herring, G.F. 2002. General Chemistry, Principles, and Modern Applications. New Jersey : PrenticeHall, Inc Purwanto, M.N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology Theory into Practice, Fourth
Edition. Boston: Allyn and Bacon Publisher Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Kimia untuk SMA dan MA, Permen Diknas No. 22 dan 23, 2006 Sudjana. 1996. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito Sudiono, S. 2005. Kimia. Klaten : PT Intan Pariwara Sugianto, A. 2006. Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural NumberedHead-Together Materi Pokok Sistem Persamaan Linear dan Kuadrat di Kelas X SMA. Tesis Magister Pendidikan Yang Tidak Dipublikasikan. Surabaya: PPs UNESA Thiagarajan,Semmel & Semmel, 1974. Instructional Development for Training Teacher of Exeptional Children, Bloomington Indiana: Indiana University Tuckman, B.W. 1978. Conducting Educational Research. Second Edition. Harcourt Brace Jovanovich, Inc : United States of America
B - 21