Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI REDOKS KELAS X SMA DEVELOPMENT OF INTERACTIVE MULTIMEDIA TO TRAIN SCIENCE PROCESS SKILL ON REDOX MATTER FOR SENIOR HIGH SCHOLL GRADE X Elsa Budiarti dan Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia, FMIPA, Unesa e-mail:
[email protected], HP: 083856336567 Abstrak Penelitian ini bertujuan mengembangkan Multimedia Interaktif (MMI) yang layak ditinjau dari kualitas isi dan tujuan, instruksional, dan teknis. Jenis penelitian adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Sasarannya adalah MMI yang dikembangkan. Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar telaah, validasi, soal keterampilan proses sains dan pemahaman konsep, lembar observasi aktivitas siswa, serta angket respon siswa. Sumber data berasal dari dosen kimia, guru kimia, serta 10 siswa kelas X SMA dan data dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan kelayakan secara teoritis didapatkan penilaian validator terhadap MMI untuk melatihkan keterampilan proses sains dengan persentase 75% - 100%. Hasil keterampilan proses sains mengamati, merancang penelitian ilmiah, mengumpulkan dan mencatat data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan dikaterogikan berturut-turut sangat baik (4,00), sangat baik (3,68), sangat baik (3,87), cukup (2,27) dan cukup (2,00). Sementara itu kelayakan empiris berupa hasil respon siswa menunjukkan bahwa MMI mendapatkan respon yang baik karena memperoleh persentase 80 - 100% yang didukung dengan aktivitas siswa selama melakukan pembelajaran dengan menggunakan MMI. Kata kunci: multimedia interaktif, keterampilan proses sains, redoks Abstract The aim of this research to develop the feasibility of interactive multimedia in terms of content, instructional, and technical. The type of research is a research and development (R&D). The target is the interactive multimedia that had been developed. The instrument which used consists of analysis sheet, validation, question of science process skills and comprehension concept, the activity of learners sheet and student response questionnaire. Source of data were obtained by chemistry lecturer, chemistry teacher, as well as 10 students grade X Senior High School and data was done descriptively. Based on the theoretical feasibility obtained by validators assessment of interactive multimedia to practice science process skills with the percentage of feasibility between 75% - 100%. Science process skills observing, planning scientific investigation, collecting and recording data, analyzing data, and making conclusion are successively categorized as very good (4,00), very good (3,68), enough (2,27), and enough (2,00). While the empirical feasibility that form results of student responses indicate that interactive multimedia getting a good response for obtaining the percentage of 80 - 100% is supported by student activity during the learning with interactive multimedia. Keywords: interactive multimedia, science process skills, redox
B - 74
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 PENDAHULUAN Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Perkembangan pendidikan tidak terlepas dari perkembangan teknologi karena kecanggihan teknologi dapat mempengaruhi mutu pendidikan. Setiap saat pendidik yang tergabung di dalamnya berusaha untuk mengembangkan teknologi yang digunakan untuk kualitas pendidikan yang lebih baik dengan memperhatikan kurikulum yang berlaku. Penyempurnaan pola pikir kurikulum 2013 di antaranya adalah pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik; pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi interaktif; serta pembelajaran alat tunggal menjadi multimedia. Ketiga pola pikir tersebut menjadi acuan dalam penelitian ini. Pada struktur kurikulum 2013 terdiri atas kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran peminatan, salah satu mata pelajaran peminatan yakni mata pelajaran kimia [1]. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA yang mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Oleh karena itu dalam pembelajaran kimia siswa harus mengkontruksi pengetahuannya dan memberi makna melalui pengalaman nyata dan pendekatan ilmiah. Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari- hari erat kaitannya dengan pendekatan Keterampilan Proses Sains (KPS). KPS diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya ialah ada pada diri siswa [2]. KPS sangat berperan penting dalam proses pembelajaran, namun pada kenyataannya siswa jarang dilatih untuk mengimplementasikan keterampilan ini, sehingga proses pembelajaran
masih cenderung teacher center (berpusat pada guru). Hasil studi penelitian menyatakan bahwa skor keterampilan proses siswa masih cenderung rendah. Skor yang didapatkan sebagai berikut: mengamati (65,22%), merancang penelitian ilmiah (39,13), mengumpulkan dan mencatat data (34,28%), menganalisis data (37,50), serta menarik kesimpulan (73,91). Komponen KPS yang rendah perlu dilatihkan kembali dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai. Seiring dengan perkembangan IPTEKS, media pembelajaran berbasis komputer yang harus diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Salah satunya yakni Multimedia Interaktif (MMI). Kelebihan penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran yaitu mampu membuat pembelajaran lebih menarik dan interaktif karena pendidik dituntut untuk inovatif [3]. Sementara itu media interaktif efektif juga dalam menuntaskan hasil belajar siswa karena memenuhi kriteria ketuntasan klasikal sebesar ≥75% [4]. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi redoks, materi tersebut masih di anggap sulit oleh siswa yang ditandai dengan tingkat pemahaman siswa dalam menyetarakan reaksi redoks dengan metode ion-elektron sebesar 65% [5]. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia, menyatakan bahwa mereka menggunakan metode ceramah dan belum pernah menggunakan MMI selama proses pembelajaran, sehingga membuat siswa kurang tertarik untuk belajar. Oleh karena itu penggunaan MMI sesuai dalam pembelajaran materi redoks. Mengatasi permasalahan diatas, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “ Pengemnbangan Multimedia Interaktif untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains pada Materi Redoks Kelas X SMA.” METODE Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yang terdiri atas 3 tahapan, yaitu tahap studi pendahuluan, studi pengembangan dan evalusi. Sasaran penelitian
B - 75
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 adalah MMI yang dikembangkan. Sumber data diperoleh dari dosen kimia, guru kimia dan 10 siswa kelas X SMA Negeri 1 Gedangan. Penelitian hanya dilakukan pada tahap uji coba terbatas. Instrumen penelitian terdiri atas lembar telaah, validasi, soal keterampilan proses sains dan pemahaman konsep, lembar observasi aktivitas siswa, serta angket respon siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan tes. Angket digunakan untuk memperoleh data telaah, validasi, tes dan respon siswa. Data tersebut dianalisis secara deskriptif. Persentase skor data hasil validasi diperoleh berdasarkan Skala Likert dengan nilai skala 0 (sangat kurang) sampai 4 (sangat baik) [6]. Setelah itu nilai hasil validasi dimasukkan ke dalam rumus untuk memperoleh persentase kelayakan: =
× 100% × × Kemudian diinterpretasikan ke dalam kriteria sesuai dengan Tabel 1 berikut: Tabel 1. Kriteria Interpretasi Skor Persentase (%) Kriteria Sangat 0 – 20 Kurang 21 - 40 Kurang 41 – 60 Cukup 61 - 80 Baik 81 – 100 Sangat Baik
[6] Berdasarkan kriteria interpretasi skor tersebut, MMI yang dikembangkan dikatakan layak apabila memenuhi kualitas isi dan tujuan, instruksional, dan teknis dengan persentase yang diperoleh mencapai ≥ 61% [6]. Analisis data keterampilan proses sains mencakup 5 soal essay yang memuat lima komponen keterampilan proses sains yang meliputi: mengamati, merancang penelitian ilmiah, mengumpulkan dan mencatat data, menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Masing-masing soal memiliki skor maksimum 3 dengan total skor maksimum 30 untuk keseluruhan soal yang dinyatakan pada rubrik penilaian kriteria keterampilan proses sains.
Perhitungan penilaian keterampilan proses sains menggunakan skala 1-4 dan kemudian dikonversi dalam predikat A-D [7]. Untuk memperoleh predikat A-D, maka nilai siswa perlu dikonversi ke dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus: = × Agar dapat dikonversi ke dalam predikat A-D, maka nilai siswa perlu dikonversi ke dalam bentuk skor dengan menggunakan rumus: nilai siswa Nilai siswa = 25 Selanjutnya skor tersebut dikonversikan ke dalam predikat penilaian sesuai dengan Tabel 2.
Tabel 2. Konversi Nilai ke dalam Predikat Skor Rerata Predikat 4,00 A 3,66 – 3,99 A3,33 – 3,65 B+ 3,00 – 3,32 B 2,66 – 2,99 B2,33 – 2,65 C+ 2,00 – 2,32 C 1,66 – 1,99 C1,33 – 1,65 D+ 1,00 – 1,32 D [7] Analisis data pemahaman konsep siswa juga dihitung menggunakan skala 1-4 dan kemudian dikonversi dalam predikat A-D. Jumlah soal yang diberikan pada tes pemahaman konsep berupa 20 soal pilihan ganda, sehingga skor maksimum yang diperoleh sebesar 20. Konversi skor hasil pemahaman konsep sesuai dengan Tabel 2. Apabila nilai keterampilan proses sains dan pemahaman konsep yang didapatkan 2,00 atau huruf C, maka siswa dinyatakan tuntas belajar [7]. Sementara itu lembar observasi aktivitas siswa dan angket respon
B - 76
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 siswa di analisis dengan mempertimbangkan jawaban yang diberikan oleh observer dan siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Validasi MMI Validasi MMI didasarkan pada kualitas isi dan tujuan, instruksional, serta teknis dengan rata-rata persentase untuk masing-masing kriteria ≥ 61%, maka MMI yang dikembangkan dapat dikategorikan layak dan sangat layak [6]. Aspek pada kualitas isi dan tujuan yakni kesesuaian antara KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang mendapatkan kriteria sangat layak dengan persentase 87,5%. Hal ini sesuai dengan [7] bahwa materi redoks merupakan materi pokok yang diajarkan di kelas X semester genap yang terdapat pada KD 3.9 Menganalisis perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi serta menentukan bilangan oksidasi atom dalam molekul atau ion. indikator pembelajaran dalam MMI sesuai dengan kompetensi dasar mendapatkan persentase sebesar 87,5% dengan kriteria sangat layak. Pada kualitas instruksional, keseluruhan aspek mendapatkan kriteria sangat layak dan layak. Aspek “Soal-soal dalam MMI dapat dikerjakan secara interaktif” dan “Terdapat hasil skor evaluasi dalam MMI” sesuai dengan aspek kualitas tes dan penilaiannya yang dipaparkan oleh Walker dan Hess dalam [8]. Keinteraktifan dapat di amati dari partisipasi dan respon siswa, baik berupa jawaban, pemilihan keputusan, serta perintah yang ada di dalam MMI yang dikembangkan. Proses interaktif memberikan kemudahan umpan balik kepada siswa. Menurut Gagne dalam [3], menyatakan bahwa konsep umpan balik itu sangat penting dalam proses pembelajaran, dikarenakan dengan proses ini pengguna dapat menyesuaikan kegiatan mereka. Kualitas teknis pada MMI yang dikembangakan dikategorikan layak sangat layak pada semua aspek. Aspek keterbacaan yang meliputi penggunaan bahasa yang baik dan benar serta mudah dipahami oleh siswa sangat berpengaruh dalam penyajian MMI. Jika
bahasa yang digunakan kurang tepat atau salah, maka pesan/informasi mengenai konsep juga tidak sesuai. Selain itu aspek kualitas/ tayangan teks, gambar, animasi, serta video juga berperan penting dalam proses pembelajaran. Ilustrasi gambar membantu siswa dalam menafsirkan dan mengingat- ingat isi materi yang disampaikan [9]. Keterampilan Proses Sains Soal keterampilan proses sains yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 5 soal essay yang meliputi lima komponen keterampilan proses sains yaitu mengamati, merancang penelitian ilmiah, mengumpulkan dan mencatat data, menganalisis data serta menarik kesimpulan. KPS pertama yang dilatihkan adalah keterampilan mengamati. Siswa dikatakan dapat melakukan pengamatan terhadap fenomena yang disajikan apabila memenuhi kriteria rubrik penilaian KPS yang didaptasi dari [10]. Keterampilan mengamati dikatakan baik apabila pengamatan yang dilakukan oleh siswa sesuai dengan fenomena dan penulisannya tepat. Berdasarkan hasil tes keterampilan mengamati mendapatkan nilai teringgi dari keterampilan lainnya yaitu 4,00 dengan kriteria sangat baik. Hal ini dikarenakan seluruh siswa mampu menuliskan hasil pengamatan sesuai dengan fenomena, sehingga memperoleh skor maksimum. KPS kedua yang dilatihkan adalah keterampilan merancang penelitian ilmiah yang terdiri atas (merumuskan masalah; membuat hipotesis; mengidentifikasi variabel; mendaftar alat dan bahan yang akan digunakan; serta menentukan prosedur kerja). Aspek merumuskan masalah dan membuat hipotesis memperoleh total skor 23 dan 25. Belum maksimumnya skor pada aspek merumuskan masalah dan membuat hipotesis dikarenakan masih banyak siswa yang membuat rumusan masalah kurang sesuai dengan fenomena, sehingga jawaban hipotesis pun tidak sesuai dengan rumusan masalah. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keseluruhan aspek pada keterampilan merancang penelitian
B - 77
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 ilmiah dikatakan tuntas dengan nilai sebesar 3,68 kategori sangat baik.
Dengan kata lain, MMI yang dikembangkan layak dalam melatihkan KPS siswa.
KPS ketiga yang akan dilatihkan yakni mengumpulkan dan mencatat data melalui pembuatan tabel data. Pembuatan tabel data dikatakan baik apabila siswa mampu membuat tabel data sesuai dengan variabel manipulasi dan variabel respon serta menyajikan hasil data yang diperoleh dengan tepat. Berdasarkan hasil nilai keterampilan mencatat dan mengumpulkan data memperoleh skor 29. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan siswa dikatakan tuntas dalam keterampilan menncatat dan mengumpulkan data dengan nilai sebesar 3,87 (kategori sangat baik). KPS keempat yang dilatihkan yaitu menganalisis data. Menurut [10], siswa harus menggunakan pengetahuan ilmiahnya dan menginterpretasikan hasil pengamatan dan pengukuran, sehingga analisis data dapat dilakukan dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menganalisis data memperoleh nilai 2,27 dalam kategori cukup. Hal ini dikarenakan siswa kurang mampu menyambungkan pemahamannya dengan teori. KPS kelima yang dilatihkan adalah menarik kesimpulan. Siswa dikatakan dapat melakukan penarikan kesimpulan terhadap percobaan yang telah dilakukan apabila memenuhi kriteria rubrik penilaian KPS yang didaptasi dari [10]. Keterampilan penarikan kesimpulan dikatakan baik apabila siswa mampu menyatakan kapan hipotesis diterima dan mampu menarik kesimpulan dengan tepat. Keterampilan menarik kesimpulan mendapatkan nilai terendah yakni 2,00, hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang membuat kesimpulan tidak sesuai dengan hipotesis dan menuliskan jawabannya sebatas pengetahuan mereka saja. Skor keterampilan ini sebesar 2,00 dengan kategori cukup dan dinyatakan tuntas. Berdasarkan kelima KPS yang dilatihkan dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan siswa telah melakukan keterampilan proses sains dengan yang ditandai dengan skor > 2,00.
Observasi Aktivitas Siswa Observasi aktivitas siswa bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa selama uji coba MMI. Lembar observasi ini diberikan kepada 5 observer saat melakukan uji coba MMI. Data hasil obeservasi aktivitas siswa dianalisis secara deskriptif dengan melihat jawaban observer pada setiap aspek yang diamati. Aktivitas siswa terbagi atas 3 bagian yakni pendahuluan, isi, dan penutup. Observer memberi jawaban “ya” apabila siswa melakukan kegiatan pada setiap aspek yang diberikan dan jawaban “tidak” jika siswa tidak melakukan kegiatan pada aspek tersebut. Secara keseluruhan siswa telah melakukan ketiga bagian yang ada di MMI, yang ditandai dengan banyaknya jawaban “ya” yang diberikan oleh observer atas aspek yang di lakukan oleh siswa. Respon Siswa Hasil data lembar angket respon siswa pada saat uji coba terbatas di analisis secara deskriptif. Jika hasil persentase angket respon ≥ 61%, maka respon siswa dikategorikan baik [6]. Siswa menilai MMI yang telah dikembangkan dengan mengisi kolom “ya” apabila kriteria di dalam lembar angket respon sesuai dengan MMI yang dikembangkan dan kolom “tidak” jika tidak sesuai dengan MMI. Siswa merespon positif terhadap MMI yang dikembangkan, yang dibuktikan dengan persentase respon sebesar 80% untuk hasil jawaban “ya” untuk keseluruhan komponen yang didasarkan pada kualitas isi dan tujuan, instruksional, dan teknis. Selain itu siswa juga menjawab tidak mengalami kesulitan selama mengoperasikan MMI. Hal ini menunjukkan bahwa MMI yang dikembangkan memudahkan dan membantu siswa dalam proses pembelajaran.
B - 78
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 SIMPULAN Berdasarkan kesesuaian antara hasil analisis data penelitian dengan rumusan masalah, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kelayakan MMI yang dikembangkan ditinjau dari kualitas isi dan tujuan, instruksional, dan teknis dikategorikan layak digunakan sebagai media pembelajaran dengan persentase masingmasing kriteria antara (75% – 100%). 2. Keterampilan proses sains mengamati, merancang penelitian ilmiah, mengumpulkan dan mencatat data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan dikaterogikan berturut-turut sangat baik (4,00), sangat baik (3,68), sangat baik (3,87), cukup (2,27) dan cukup (2,00). 3. Aktivitas siswa selama uji coba menggunakan MMI dikatakan baik, dibuktikan dengan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas siswa dalam melakukan tahapan- tahapan yang ada di MMI. 4. Respon siswa terhadap MMI yang dikembangkan ditinjau dari kualitas isi dan tujuan, instruksional, dan teknis menunjukkan respon positif yang didukung dengan hasil observasi aktivitas siswa. SARAN Saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya dan guru yang akan menggunakan MMI yang dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Penelitian hanya dilakukan sampai tahap uji coba terbatas, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar diketahui kelebihan dan kekurangannya. 2. Penerapan MMI yang sudah dikembangkan untuk pembelajaran siswa kelas X SMA dengan waktu yang lebih lama dan secara berkala.
Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Tawil, Muh dan Liliasari. 2014. Keterampilan – Keterampilan Sains dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makassar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. 3. Munir, 2015. Multimedia Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta. 4. Kusumadewi, Dini. 2008. Pengembangan Media Interaktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Laju Reaksi Kelas XI SMA. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 5. Wardani, Sri., Widodo, Antonius Tri., Priyan, Niken Eka. 2009. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Sains Berorientasi Problem-Based Instruction. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No. 1 6. Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel–Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. 7. Permendikbud. 2014. Permendikbud No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 8. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 9. Nur, Mohammad, Prima Retno Wikandari dan Bambang Sugiarto. 2008. Teori- Teori Pembelajaran Kognitif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Universitas Negeri Surabaya. 10. Kheng, Yeap Tok. 2008. Longman Science Process Skill Form 1. Selangor Darul Ehsan: Pearson Malaysia.
DAFTAR PUSTAKA 1. Permendikbud. 2013. Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
B - 79