Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 HKI-Kaltim
ISBN: 978-602-19421-0-9
ANALISIS GAYA BELAJAR DAN GAYA BERFIKIR SISWA KELAS XI IPA SMAN 1 ANGGANA PADA PEMBELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN (Ksp) Abdul Majid1 , Farah Erika1 , Sari Ayu Rowaidah 2 ,
[email protected] ABSTRAK Penelit ian ini dilatarbelakangi oleh inovasi yang dilakukan oleh guru untuk mencapai hasil belajar maksimu m hanya dihubungkan dengan materi yang akan d isampaikan, kurang memperhatikan gaya belajar maupun gaya berfikir siswa padahal dalam setiap mengajar efekt ifitasnya bergantung pada gaya belajar dan gaya berfikir siswa d isamping sifat pribadi dan kesanggupan intelektualnya. Oleh karena itu mengetahui gaya belajar dan gaya berfikir siswa bagi seorang guru khususnya guru kimia, merupakan suatu usaha yang sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan mengajar. Populasi dalam penelit ian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA yang terdiri dari 3 kelas. Sampel yang diamb il dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 yang berjumlah 32 siswa. Pengumpulan data pada pen elitian ini melalui angket gaya belajar dan gaya berfikir serta ulangan harian berupa soal essay sebanyak 6 soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar do minan siswa adalah gaya belajar auditori dimana persentase gaya belajar auditori sebesar 45%, gaya belajar visual sebesar 24% dan gaya belajar kinestetik sebesar 31%. Gaya berfikir dominan siswa adalah gaya berfikir sekuensial konkrit (SK) dimana persentase gaya berfikir sekuensial konkrit sebesar 52%, gaya berfikir sekuensial abstrak sebesar 3% , gaya berfikir acak abstrak sebesar 35% dan gaya berfikir acak konkrit sebesar 10%. Kata kunci: gaya belajar, gaya berfikir, hasil belajar 1 2
) Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mulawarman ) SMA Negeri 1 Anggana Kutai Kartanegara
HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 HKI-Kaltim
ISBN: 978-602-19421-0-9
PENDAHULUAN Kemajuan pendidikan berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa, dimana pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan masa depan bangsa. Sebagai negara berkembang Indonesia juga terus membenahi pendidikan bangsanya. Manusia sebagai subjek pembangunan perlu dididik, dib ina, serta dikembangkan potensi-potensinya guna terciptanya subjek-subjek pembangunan yang berkualitas, sehingga dunia pendidikan dituntut mempersiapkan sumber daya manusia yang ko mpeten agar mampu bersaing di tengah kemajuan teknologi dan informasi seperti sekarang in i. untuk membangun manusia Indonesia yang berkualitas dilaku kan melalui pendidikan formal dan pendidikan informal. Salah satu jenjang pendidikan formal di Indonesia adalah pendidikan di SMA yang di dalamnya terdapat pendidikan kimia. Sekolah sebagai institut pendidikan forma l merupakan tempat berkumpulnya para siswa yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya baik dari segi ekonomi, adat istiadat, agama, keluarga, kepribadian maupun bakat dan minat bahkan kemampuan seseorang untuk memah ami dan menyerap pelajaran pun sudah pasti berbeda tingkatannya. Mereka sering kali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Hal in i dikarenakan setiap siswa memiliki cara belajar dan cara berfikir yang berbeda-beda dalam mengolah satu informasi yang disampaikan. Guna mencapai tuntutan di era teknologi dan informasi in i guru melakukan berbagai inovasi, dengan cara menggunakan pendekatan, model, metode dan media yang bermacam-macam, namun seringkali guru kurang memperhatikan gaya belajar dan gaya berfikir masing -masing siswa. Mereka hanya menghubungkan inovasi yang digunakan dengan materi yang akan disampaikan. Meskipun gaya belajar dan gaya berfikir yang dimiliki siswa berbeda-beda, namun tujuan yang hendak dicapai tetap sama yaitu guna mencapai tujuan pembelajaran dan mencapai hasil belajar yang diharapkan. Guru dalam mengajar harus memperhatikan gaya belajar dan gaya berfikir siswa karena dalam setiap mengajar efektifitasnya bergantung pada gaya belajar dan gaya berfikir siswa disamping sifat pribadi dan kesanggupan intelektualnya. Oleh karena itu mengetahui gaya belajar dan gaya berfikir siswa bagi seorang guru khususnya guru kimia, merupakan suatu usaha yang sangat penting dalam upaya mewujudkan keberhasilan mengajar. Menurut Kartini (1985), cara belajar yang dilakukan siswa ada yang efisien dan ada pula yang kurang efisien. Seorang siswa yang memiliki gaya belajar yang efisien memungkinkan mencapai hasil belajar yang lebih tinggi dari pada para siswa yang mempunyai gaya belajar yang kurang efisien. Dengan kata lain adanya gaya belajar dan gaya berfikir siswa yang berbeda-beda menyebabkan hasil belajar siswa pun berbeda pula. Apabila gaya belajar dan gaya berfikir siswa efisien maka tingkat pencapaian hasil belajar siswa akan tinggi begitupun sebaliknya apabila gaya belajar dan gaya berfikir siswa kurang efisien maka tingkat pencapaian hasil belajar siswa disekolah pun akan turun. Hasil penelitian dari Satria (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara g aya belajar terhadap hasil belajar siswa kelas X mata pelajaran akutansi di SMK Negeri 1 Kota Jambi, hal ini didukung oleh penelitian dari Regalia (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara gaya belajar terhadap hasil belajar kimia pokok bahasan koloid kelas XI IPA di SMAN 3 samarinda tahun pelajaran 2012/2013. Hasil penelit ian dari Murikhatu (2010), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara gaya berfikir sekuensial konkrit, sekuensial abstrak, acak konkrit dan acak abstrak dengan prestasi belajar kimia siswa kelas X semester 1 SMAN 1 Magelang tahun ajaran 2004/2005. Berdasarkan pemikiran diatas peneliti melihat bahwa gaya belajar dan gaya berfikir siswa merupakan faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Dalam penelit ian ini peneliti bermaksud mengkaji gaya belajar dan gaya berfikir siswa melalui hasil belajar kimia di seko lah. METODE P ENELITIAN Penelit ian in i dilaku kan di SMA Negeri 1 Anggana Kelas XI IPA 2, dengan jumlah sampel sebanyak 32 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan angket dan tes hasil belajar. Penelitian in i dilaku kan dengan melakukan pembelajaran kemudian ulangan harian dan pengisian angket gaya belajar dan gaya berfikir siswa. Hasil penelitian berdasarkan pero lehan nilai u langan harian yang berupa d ata mentah dianalisis dengan Nilai is a=
or menta or ma simal
x 00
Menentukan ketegori hasil belajar siswa dengan enjang =
or ma sim m – s or minim m j mla jenjang
Menentukan prosentase jawaban angket siswa dengan P=
HKI-Kaltim
x 100%
x 00
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 HKI-Kaltim
ISBN: 978-602-19421-0-9
HASIL DAN PEMBAHASAN Setiap individu memiliki gaya belajarnya masing-masing yang mungkin serupa tapi tidak sama, ada gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. Masing-masing gaya belajar tersebut memiliki caranya sendiri untuk mencapai tujuan belajar. Seorang yang memiliki gaya belajar visual, t idak akan berhasil apabila dipaksa menggunakan metode belajar yang seharusnya digunakan untuk gaya belajar auditori, begitupun dengan gaya belajar lainnya. Gaya belajar ini t idak hanya diterapkan kepada anak-anak saja, orang dewasapun sering mempraktekannya, paling tidak untuk dirinya sendiri dan orang disekitarnya. a.
Gaya Belajar Visual Hasil dari perhitungan angket gaya belajar siswa diketahui siswa XI IPA 2 di SMAN 1 Anggana yang memiliki kecenderungan dengan gaya belajar visual (melihat) berju mlah 7 siswa (24% dari 29 siswa). Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang menitik beratkan pada ketajaman indra penglihatan. Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat terlebih dahulu baru bisa mempercayainya. Siswa yang tergolong gaya belajar visual lebih banya memili peryataan yang berb nyi “saat g r menerang an materi Ksp, saya merasa lebi bisa ber onsentrasi ala menatap aja nya” ses ai dengan ara teristi seseorang yang memili i gaya belajar v is ual adalah siswa tersebut harus melihat mimik wajah, bahasa tubuh dan ekspresi wajah guru secara langsung tanpa penghalang apapun untuk mengerti materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Mereka berfikir dengan cara berimajinasi dan belajar leb ih cepat dengan menggunakan tampilan visual seperti diag ram, bu ku pelajaran bergambar dan video. Siswa dengan gaya belajar v isual akan merasa nyaman jika berada pada posisi paling depan saat pelajaran dikelas atau merasa nyaman jika berada pada posisi yang dapat dengan bebas melihat narasumber agar apa yang disampaikan narasumber tersebut mudah diserap dan dipahami siswa. Ciri -ciri seorang yang memiliki gaya belajar visual adalah berbicara dengan cepat dan lebih suka membaca materi sendiri dari pada dibacakan oleh o rang lain. Ada beberapa pendekatan yang bisa diterapkan untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual, seperti dengan menggunakan perangkat grafis dalam menyampaikan materi pelajaran. Perangkat grafis itu bisa berupa diagram peta konsep, gambar ilustrasi, slide power poin (PPT) dan sebagainya. Hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai u langan harian pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan diperoleh hasil bahwa terdapat 4 siswa masuk kategori baik dan 1 siswa kategori cukup dan 2 siswa kategori rendah. Penulis sudah menggunakan metode pembelajaran yang dirasa tepat pada siswa yang memiliki gaya belajar visual tapi kenyataannya masih ada siswa yang masuk kategori cukup dan rendah, hal ini dikarenakan ada beberapa faktor lain seperti faktor gaya belajar, minat dan lainnya. b. Gaya Belajar Audi tori Hasil dari perhitungan angket gaya belajar siswa diketahui siswa XI IPA 2 di SMAN 1 Anggana yang memiliki kecenderungan dengan gaya belajar auditori (mendengar) berju mlah 13 siswa (45% dari 29 siswa). Gaya be lajar auditori adalah gaya belajar yang mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami dan mengingat informasi yang disampai an ole g r . es ai dengan b nyi ang et “saya sangat m da mengingat materi yang di cap an ole g r saat menjelaskan pelajaran tentang Ksp” sis a yang memili i gaya belajar a ditori memb t an gaya ba asa yang efektif untuk menggambarkan sesuatu, sebab itulah yang memudahkannya untuk mencerna informasi. Fokusnya adalah pada perkataan dan suara, kebanyakan siswa yang bergaya belajar auditori tidak berminat melihat sipembicara atau lawan bicara karena yang difokuskannya adalah suara dan perkataan orang tersebut, bahkan informasi tertulis pun tidak akan menarik mereka sampai informasi tersebut disuarakan hingga mereka mendengarnya. Karakteristik siswa yang memiliki gaya belajar auditori adalah mengingat apa yang didengar daripada apa yang dilihat dan membaca dengan keras dan lantang. Metode pembelajaran yang paling tepat untuk siswa gaya belajar auditori ini adalah dengan metode ceramah, guru sebagai pemberi informasi dapat menjelaskan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan tanpa menggunakan alat bantu dan siswa yanag memiliki gaya belajar auditori dapat dengan mudah menyerap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hasil penelitian yang penulis lakukan pada siswa IPA 2 di SMAN 1 Anggana menyatakan sebagian besar siswa memiliki gaya belajar auditori. Walaupun penulis telah menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran, namun pada kenyataannya tidak semua siswa yang memiliki gaya belajar auditorial mendapatkan hasil belajar yang termasuk kategori baik, terlihat dari 13 siswa yang tergolong auditorial hanya 5 orang siswa yang termasuk kategori baik dan 7 siswa termasuk kategori cukup serta 1 orang sisanya masuk kategori kurang, hal ini dapat terjadi karena faktor-faktor lain berupa faktor internal dan faktor eksternal seperti faktor permasalahan keluarga, faktor lingkungan dan sebagainya. c. Gaya Belajar Ki nestetik Hasil dari perhitungan angket gaya belajar siswa diketahui siswa XI IPA 2 di SMAN 1 Anggana yang memiliki kecenderungan dengan gaya belajar kinestetik (gerakan) berju mlah 9 siswa (31% dari 29 siswa). Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang disertai dengan gerakan atau sentuhan. Karakteristik siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik adalah menempatkan tangan sebagai alat informasi, tanpa harus membaca penjelasan terlebih dahulu. Tidak HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 HKI-Kaltim
ISBN: 978-602-19421-0-9
semua orang bisa melaku kan gaya belajar seperti mereka yang kinestetik. Pernyataan angket yang banyak dipilih oleh sis a inesteti yang berb nyi “ji a a an meng adapi langan, saya m da meng afal dengan berjalan bola -balik sambil meng afal” ses ai dengan ara teristi sis a inesteti yang merasa bisa belajar lebih baik jika disertai dengan kegiatan fisik. Hasil belajar yang diperoleh dari n ilai u langan harian materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yaitu 3 siswa masuk kaktegori baik, 1 siswa masuk kategori cukup dan sisanya masuk kategori kurang. Banyak siswa ya ng masuk kedalam kategori kurang, padahal penulis telah menggunakan metode praktiku m. Hal ini d isebabkan karena para siswa tersebut sebelumnya belum pernah menggunakan metode praktiku m sehingga ini pengalaman pertama menggunakan metode tersebut dan pada materi kelarutan dan hasilkali kelarutan ini banyak terdapat hitungan, sehingga para siswa tersebut masih kesulitan dalam penerapan soal hitungan kedalam metode prakt iku m. Selain itu ada faktor lain yang mempengaruhinya seperti faktor bakat, mot if dan cara belajar yang digunakan siswa tersebut. Berdasarkan hasil analisis angket diketahui pada siswa kelas XI IPA 2 terdapat 7 siswa memiliki gaya belajar visual yaitu 24% dari ju mlah keseluruhan siswa, 13 siswa memiliki gaya belajar auditori (45%) dan sisanya 9 s iswa memiliki gaya belajar kinestetik (31%). Pada siswa kelas XI IPA 2 itu, gaya belajar yang dominan adalah gaya belajar Berikut adalah grafik gaya belajar siswa :
Sama halnya dengan gaya belajar, para siswa juga memiliki gaya berfikir yang berbeda -beda satu sama lainnya sehingga dalam memp roses satu informasi yang disampaikan oleh guru mereka menggunakan dominasi otak yang berbeda-beda. Ada gaya berfikir sekuensial konkrit (SK), sekuensial abstrak (SA), acak konkrit (AK) dan acak abstrak (AA). a.
Sekuensial Konkrit Hasil dari perhitungan angket gaya berfikir siswa diketahui siswa XI IPA 2 di SMAN 1 Anggana yang memiliki gaya berfikir Sekuensial konkrit berju mlah 15 siswa (52% dari 29 siswa), sebagian besar siswa kelas XI IPA 2 memiliki gaya berfikir sekuensial konkrit. Siswa yang memiliki gaya berfikir sekuensial konkrit (SK) cenderung memiliki dominasi otak kiri dan dalam memp roses informasi cara-cara yang ditampilkan secara teratur, linier dan sekuensial. Mereka selalu mengerjakan tugas tepat waktu, terencana dan tidak suka hal-hal yang mendadak, merekapun tidak suka men mp t gas. Berdasar an pernyataan ang et yang berb nyi “saya tipe orang yang perfe sionis” ingin segala sesuatunya dikerjakan dengan sempurna dan terencana. Dalam menyerap informasi siswa yang memiliki gaya berfikir SK lebih menonjolkan indra fisik yaitu indra penglihatan, peraba, pendengaran, perasa dan penciuman. Mereka memperhatikan dan mengingat realitas dengan mudah serta mengingat fakta, informasi, ru mus -ru mus dan aturan khusus dengan mudah. Cara belajar yang paling baik adalah dengan catatan dan makalah. Hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai u langan harian pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan diperoleh hasil bahwa terdapat 6 siswa termasuk katergori baik, 4 sis wa masuk kategori cukup dan 5 siswa masuk kategori kurang, walaupun siswa SK dapat mengingat fakta informasi, ru mus, dan aturan khusus dengan mudah namun masih ada siswa yang masuk katergori kurang, hal ini d ikarenakan pembelajaran kimia yang memang cenderung ke arah sesuatu yang abstrak, tidak hanya berpatokan pada rumus -ru mus saja, sehingga sedikit kurang cocok dengan gaya berfikir SK. Menurut DePorter dan Hernacki (2002) ada beberapa kiat yang dapat dilakukan oleh pemikir SK untuk memaksimalkan hasil belajar diantaranya : leb ih membangun lagi kekuatan organisasi, ketahuilah semua detail yang dibutuhkan dalam mengerjakan suatu tugas, kemudian pecah -pecahlah tugas tersebut dalam beberapa tahapan. b.
Sekuensial Abstrak Hasil dari perhitungan angket gaya berfikir siswa diketahui siswa XI IPA 2 di SMAN 1 Anggana yang memiliki gaya berfikir Sekuensial Abstrak berju mlah 1 siswa (3% dari 29 siswa). Siswa yang memiliki gaya berfikir sekuensial abstrak (SA) cenderung memiliki do minasi otak kanan tetapi dalam memproses informasi cara-cara yang ditampilkan secara teratur, linier dan sekuensial. Siswa SA merupakan pemikir yang cerdas dan punya ide -ide brilian. Mereka senang mengetahui dan berfikir tentang apa yang tidak difikirkan orang lain, mereka berfikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Proses berfi ir mere a logis, rasional dan intele t al. Berdasar an pernyataan ang et “saya obi membaca” is a A gemar membaca, menga ibat an sis a ini gemar berdis si dan berdebat. Apabila HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 HKI-Kaltim
ISBN: 978-602-19421-0-9
mengerjakan sesuatu, mereka mengerjakannya dengan mendalam. Mereka lebih suka belajar sendiri daripada berkelo mpok dan mereka lebih suka belajar dengan cara mengamati daripada melakukan. Tipe ini dikenal paling sukses dalam studi. Hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai u langan harian pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan diketahui bahwa siswa SA tersebut masuk kategori baik, hal ini sesuai dengan karakter SA yang gemar membaca, memiliki logika akademis yang baik dan sifat abstraknya mengakibatkan mereka lebih banyak tahu dan lebih mudah memahami materi pelajaran kimia. Berikut beberapa kiat yang dapat di laku kan oleh pemikir SA untuk memaksimalkan hasil belajar diantaranya : melat ih logika, menyuburkan kecerdasan dan menganalisis orang -orang yang berhubungan dengan siswa tersebut (DePorter dan Hernacki, 2002). c.
Acak Abstrak Hasil dari perhitungan angket gaya berfikir siswa diketahui siswa XI IPA 2 di SMAN 1 Anggana yang memiliki gaya berfikir Acak Abstrak berju mlah 10 siswa (35% dari 29 siswa). Siswa yang memiliki gaya berfikir acak abstrak (AA) cenderung memiliki do minasi otak kanan dan dengan cara yang tidak terstruktur. Dalam menyerap in formasi mere a memerl an a t yang aga lama dan memp rosesnya secara refle s. es ai b nyi ang et “saya tipe imajinatif” menyata an Siswa AA senang berimajinasi, mereka dapat mengingat informasi lebih baik apabila in formasi tersebut dipersonifikasikan. Perasaan dan emosi sangan mempengaruhi proses belajarnya. Mereka akan sangat tertekan jika berada dalam lingkungan yang sangat teratur. Hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai u langan harian pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan diperoleh bahwa terdapat 1 siswa masuk kategori baik, 3 siswa masuk kategori kurang dan sisanya masuk kategori cukup, walaupun siswa AA membutuhkan waktu lama dalam memproses informasi namun masih ada 1 siswa yang masuk kategori baik hal ini dikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar seperti gaya belajar, minat belajar ataupun siswa tersebut memang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Berikut beberapa kiat yang dapat dilakukan oleh pemikir AA untuk memaksimalkan hasil belajar, diantaranya : gunakan kemampuan alamiah untuk bekerjasama dengan orang lain, ketahuilah betapa besar emosi mempengaruhi konsentrasimu, membangun kekuatan belajar dengan berasosiasi, waspadalah terhadap waktu karena sering mengabaikannya, dan gunakan isyarat -isyarat visual dalam belajar (DePorter dan Hernacki, 2002). d.
Acak Konkrit Hasil dari perhitungan angket gaya berfikir siswa diketahui siswa XI IPA 2 di SMAN 1 Anggana yang memiliki gaya berfikir acak konkrit berju mlah 3 siswa (10% dari 29 siswa), Siswa yang memiliki gaya berfikir acak konkrit (AK) cenderung memiliki do minasi otak kiri tetapi dalam memproses informasi dengan cara yang kurang terstruktur. Siswa AK gemar mencoba sesuatu dengan cara mereka sendiri sehingga mereka dikenal dengan siswa kreat if, mereka sanggup mengerja an beberapa pe erjaan se alig s. Berdasar an b nyi ang et “saya tipe pen rasa ingin ta ” sis a AK memiliki sifat ingin tahu yang besar akan tetapi mereka leb ih mengandalkan proses daripada hasil, mengakibatkan hasil pekerjaan mereka sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan, mereka tidak suka dengan aturan. Bagi siswa AK belajar bukan hal menarik, mereka hanya akan belajar apabila mendekati ujian atau pelajaran tersebut memancing rasa penasaran mereka. Hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai u langan harian pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan diperoleh bahwa 1 siswa masuk kategori baik dan sisanya masuk kategori cukup, tidak ada yang masuk kategori kurang hal in i d ikarenakan penulis mengemas lembar kerja siswa untuk memancing rasa ingin tahu siswa, akan tetapi karena mereka leb ih mengandalkan proses dari pada hasil mengakibatkan 2 siswa lainya memiliki hasil belajar yang biasa saja. Berikut adalah beberapa kiat yang dapat dilakukan oleh pemikir AK untuk memaksimalkan hasil belajar, diantaranya : gunakan kemampuan divergen yang sudah dimiliki, siapkan diri untuk memecah kan masalah dan carilah dukungan dari orang-orang disekitar (DePorter dan Hernacki, 2002). Berdasarkan hasil analisis angket diketahui pada siswa kelas XI IPA 2 terdapat 15 siswa memiliki gaya berfikir Sekuensial Konkrit (SK) yaitu 52% dari ju mlah keseluruhan siswa, 1 siswa memiliki gaya berfikir Sekuensia abstrak (SA) yaitu 3% dari ju mlah keseluruhan siswa, 10 siswa memiliki gaya berfikir acak abstrak (AA) yaitu 35% dari ju mlah keseluruhan siswa dan 3 siswa memiliki gaya berfikir acak konkrit (AK) yaitu 10% dari ju mlah keseluruhan siswa. gaya berfikir yang dominan adalah gaya berfikir sekuensial konkrit (SK), secara keseluruhan hasil belajar siswa tergolong rendah, hal ini dikarenakan pembelajaran kimia merupakan pembelajaran yang lebih cenderung menggunakan otak kanan sedangkan SK cenderung menggunakan otak kiri. Berikut adalah grafik gaya berfikir siswa pada siswa kelas XI IPA 2
HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 HKI-Kaltim
ISBN: 978-602-19421-0-9
KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan hasil penelit ian yang telah dilaku kan diperoleh kesimpulan bahwa gaya belajar pada pokok bahasan kelarutan dan hasilkali kelarutan pada siswa kelas XI IPA d i SMAN 1 Anggana: (1) gaya belajar visual: 24 % dengan kategori baik; (2) gaya belajar auditor : 45% dengan kategori cukup; (3) gaya belajar kinesteti : 31% dengan kategori cukup. Gaya berfikir pada pokok bahasan kelaruta n dan hasilkali kelarutan pada siswa kelas XI IPA di SMAN 1 Anggana : (1) gaya berfikir sekuensial konkrit : 54 % dengan kategori cukup; (2) gaya berfikir sekuensial abstrak : 3% dengan kategori baik; (3) gaya berfikir acak abstra : 35% dengan kategori cukup; (4) gaya berfikir acak konkrit : 10% dengan kategori cukup. DAFTAR PUSTAKA 1. DePorter, B dan Hernacki, M., 2002. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa. 2. Gunawan, Adi., 2004. Genius Learning Strategy Petunjuk Proses Mengajar. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. 3. Hakim, T., 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Pusat Pembangunan Swadaya Nusantara. 4. Iska, NZ., 2006. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan . Jakarta: Kizi Brother. 5. Keenan, CW d kk., 2010. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. 6. Murikhatu, T., 2010. Hubungan antara Gaya Berfikir Sekuensial Konkrit, Sekuensial Abstrak, Acak Konkrit dan Acak Abstrak dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Magelang Tahun Ajaran 2004/2005. Magelang: Faku ltas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 7. Nasution, S., 1995. Didaktis Asas-asas Mengajar. Jakarta : PT. Bu mi Aksara 8. Nasution, S., 2009. Berbagai Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bu mi Aksara. 9. Pramudjono, 2010. Statistik Dasar Aplikasi Untuk Penelitian Edisi Kelima. Samarinda: Purry Kencana Mandiri 10. Regalina, N., 2013. Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Koloid di Kelas XI IPA di SMAN 3 Samarinda Tahun Pembelajaran 2012/2013 . Samarinda: Fakultas KIP Universitas Mulawarman 11. Sabri, A., 2007. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional. Jakarta: Pedo man Ilmu Jaya. 12. Sadirman A.M , 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grasindo Persada. 13. Sanjaya, W., 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Edisi Pertama. Jakarta: Prenada Media Grup. 14. Saputra, Rafi., 2009. Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern Edisi Pertama. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada. 15. Satria, E., 2013. Hubungan Motivasi Belajar dan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Kota Jambi. Jamb i: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Un iversitas Jamb i. 16. Sudjana, N., 2003. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Jakarta: Remaja Rosdakarya. 17. Suprijono, A., 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Belajar 18. Surachman, W., 1986. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars 19. Susilo, 2009. Prinsip dan Teori Dasar Penelitian Pendidikan. Jakarta: Poliyama W idya Pustaka. 20. Svehla, G., 1990. Vogel Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka 21. Tim Penyusun Kamus Pusat Pemb inaan dan Pengembangan Bahasa. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 22. Winkel, WS., 2000. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gresindo.
HKI-Kaltim