PROSES PELAKSANAAN PEKERJAAN LANSKAP PADA PROYEK PENATAAN KAWASAN SPORT CENTER RUMBAI, RIAU, DI NINDYA‐TWW, JO.
GITA PERTIWI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Makalah Seminar Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Mei 2012
PROSES PELAKSANAAN PEKERJAAN LANSKAP PADA PROYEK PENATAAN KAWASAN SPORT CENTER RUMBAI, RIAU. (KEGIATAN MAGANG DI NINDYA-TWW, JO) Implementation Landscape Process of Rumbai Sport Center at Riau (Internship at Nidya-TWW JO)
Gita Pertiwi1, Fitriyah Nurul H. Utami2, Dewi Rezalini Anwar2 1 Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB 2Staf Pengajar Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB
Abstract The 18th Pekan Olahraga Nasional will be held in Riau Province. The Riau Government proclaimed to concentrate the sport events into a sport center. Sport Center Rumbai (SCR) has been built in stages, starting from 2008 and now it has established five venues that will be used in PON XVIII championship. As a sport center, SCR must be representative in accommodating it’s users and their security in accordance to the basic standards. SCR is structuring area facilities and infrastructure development work that consist of hardscape and softscape jobs. Implementation of SCR project is handled by Nindya-TWW Jo, which is a collaboration between two experienced company engaged in construction sector. It is neccessary to study the landscape implementation process. Implementation (construction) is performed after the stage of planning and design process is completed. By doing an internship program at Nindya-TWW Jo, student learned about landscape implementation process, especially softscape work in the sport center construction. Student is involved in SCR project by supervising the softscape implementation in the field and studio work. The product of this internship are shopdrawings, letters of administration related to implementation process and recomendation. Keywords: construction, sport center facilities, landscape implementation process, softscape, hardscape.
2
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Proses Pelaksanaan Pekerjaan Lanskap pada Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai, Riau di Nindya-TWW, JO” adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2012
Gita Pertiwi A44070022
iii
RINGKASAN
GITA PERTIWI. Proses Pelaksanaan Pekerjaan Lanskap pada Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai, Riau di Nindya-TWW, JO. Dibimbing oleh FITRIYAH NURUL H. UTAMI dan DEWI REZALINI ANWAR.
Sport Center Rumbai (SCR) adalah pusat kegiatan olahraga di Jalan Yos Sudarso, Rumbai, Kota Pekanbaru, memiliki luas 34 hektar (ha) yang terdiri dari 5 venues, yaitu: Stadion Bola Kaharuddin Nasution, Stadion Atletik, Gelanggang Aquatic, Hall Senam dan Hall Basket. Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai adalah proyek konstruksi yang dibangun dalam rangka persiapan PON 2012, untuk melengkapi fasilitas dan sarana umum agar gedung-gedung olahraga dalam suatu kawasan sport center terintegrasi satu sama lain. Proyek ini dilaksanakan oleh perusahaan konstruksi PT. Nindya Karya dan PT. Tuju Wali Wali yang melakukan Joint Operation dengan nama kemitraan Nindya-TWW, JO. Proyek Penataan Kawasan SCR yang ditangani Nindya-TWW, JO terdiri dari 9 item pekerjaan, yaitu: (1) pekerjaan pendahuluan, (2) pekerjaan pagar, (3) pekerjaan area parkir, (4) pekerjaan drainase, (5) pekerjaan Mekanikal-Elektrikal (ME), (6) pekerjaan jalan aspal, (7) pekerjaan pintu gerbang, (8) pekerjaan bangku taman, dan (9) pekerjaan taman atau softscape. Penulisan skripsi ini dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan magang. Kegiatan magang berlangsung selama 4.5 bulan dari April 2011 sampai Agustus 2011 di Nindya-TWW, JO, bertujuan: (1) menganalisis pelaksanaan pekerjaan lanskap proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai, mencakup manajemen proyek, pekerjaan softscape dan hardscape, (2) menganalisis proses bekerja di studio dalam pembuatan shop drawing dan as-built drawing pada proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai, serta (3) mampu merumuskan permasalahan dan membuat rekomendasi terkait pelaksanaan pekerjaan lanskap pada proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai. Metode kerja yang digunakan adalah partisipasi aktif dan terlibat langsung di dalam proses pelaksanaan pekerjaan lanskap, baik di studio maupun di lapang. Pekerjaan lanskap dibagi menjadi pekerjaan softscape dan hardscape. Pada pelaksanaan pekerjaan softscape penulis terlibat secara langsung mengawasi pelaksanaan pekerjaan penanaman pohon dan rumput. Adapun pada pekerjaan hardscape, penulis hanya mengamati secara umum proses pelaksanaannya di lapang, yaitu pada pekerjaan area parkir dan pekerjaan pagar. Posisi penulis selama melaksanakan kegiatan magang berada di dalam Divisi Engineering dan juga merangkap sebagai Landscape Assistant Supervisor. Kegiatan magang terbagi menjadi tiga kegiatan, yaitu: kegiatan studio, kegiatan administrasi dan kegiatan pelaksanaan pekerjaan lanskap. Pada Divisi Engineering, penulis mempelajari masalah teknis dan kegiatan studio seperti pembuatan gambar kerja terkait dengan pekerjaan softscape. Kemudian sebagai Landscape Assistant Supervisor, penulis mempelajari administrasi terkait dengan pelaksanaan, manajemen lapang, dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan softscape. Proses pembelajaran (magang) mencakup 3 hal, yaitu: manajemen proyek, kegiatan studio, dan pengawasan lapang. Ketiga aspek tersebut dianalisis secara deskriptif, kemudian dilakukan identifikasi terhadap permasalahan dan
iv
potensi yang terjadi di tempat magang, kemudian membandingkan dengan kriteria ideal untuk memberikan solusi dari sudut pandang Arsitektur Lanskap. Hal penting yang dipelajari dalam manajemen proyek berkaitan dengan perencanaan operasional (jadwal pelaksanaan, tenaga kerja, peralatan dan material) dan pengendalian (pengkoordinasian seluruh kegiatan operasional di lapangan), kontrak pengadaan material, surat-surat terkait pelaksanaan di lapang seperti Ijin Pelaksanaan Pekerjaan (IPP) dan sebagainya. Dari kegiatan studio, dipelajari dokumen gambar, prosedur kerja di studio, justifikasi teknis material, pembuatan shop drawing dan as-built drawing pekerjaan softscape. Adapun dari aspek pelaksanaan, dipelajari pengendalian terhadap proses berjalannya pekerjaan softscape, pemanfaatan sumberdaya berupa waktu, material dan tenaga kerja, serta pengawasan (supervisi) di lapang. Pelaksanaan pekerjaan softscape yang diikuti, yaitu: pekerjaan pendahuluan, pengukuran dan pematokan, pengolahan tanah, penanaman pohon dan rumput, serta pemeliharaan rutin. Pekerjaan hardscape yang diikuti adalah pembuatan area parkir dan pagar. Kesimpulan dari kegiatan magang ini ditemukan beberapa potensi pada kontraktor pelaksana Nindya-TWW JO, yaitu: manajemen proyek dikelola oleh tim manajemen konstruksi yang berpengalaman dan tim kerja yang solid, sedangkan dari segi pelaksanaan perusahaan kontraktor memiliki modal serta ketersediaan jumlah fasilitas dan peralatan yang memadai. Adapun kendala yang dijumpai, yaitu keterbatasan jumlah pekerja lapang dan penggunaan material yang kurang memenuhi standar. Kendala-kendala tersebut menyebabkan keterlambatan waktu, kerugian biaya dan mutu yang kurang terjamin. Untuk meminimalisir masalah, dilakukan identifikasi masalah secara sistematik. Keberhasilan suatu proyek diukur dari efektivitas penggunaan sumberdaya yang dibatasi oleh triple constrains, yaitu biaya, waktu dan kualitas. Kontraktor Nindya-TWW JO dinilai cukup baik dalam menangani proyek Penataan Kawasan SCR karena berhasil mengejar keterlambatan pelaksanaan dengan upaya-upaya perbaikan dan pengambilan tindakan koreksi yang tepat. Faktor kualitas/mutu dipengaruhi oleh aplikasi metode kerja serta penggunaan bahan dan alat. Adapun faktor biaya tidak dibahas oleh penulis karena merupakan hal yang tidak dapat dipublikasikan Kegiatan magang di proyek Penataan Kawasan Sport Center, Rumbai pada Nindya-TWW, JO telah memberikan pengalaman kerja nyata dan pengetahuan terkait dengan bidang keprofesian arsitektur lanskap. Penulis memperoleh pengalaman dalam mengikuti proses pelaksanaan proyek lanskap tersebut mulai dari tahap persiapan hingga pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan beserta permasalahan yang timbul seiring berjalannya proses pelaksanaan. Secara umum pelaksanaan pekerjaan lanskap pada proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai pada Nindya-TWW, JO telah berjalan dengan cukup baik, sesuai dengan teori acuan pustaka dan sesuai dengan pembelajaran yang diterima di kuliah.
v
© Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya
vi
PROSES PELAKSANAANPELAKSANAAN PEKERJAAN LANSKAPPROYEK PROSES PEKERJAAN LANSKAP PADA PADAPENATAANPENATAAN KAWASANCENTER RUMBAI, RUMBAI, RIAU PROYEK KAWASAN SPORT SPORT CENTER DI
NINDYA-TWW, JO. JO.
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
GITA PERTIWI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
vii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
: Proses Pelaksanaan PekerjaanLanskap pada Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai,Riau
di Nindya-TWW, JO.JO. Nama Penulis
NRP
: Gita Pertiwi : A44070022
Departemen
: Arsitektur Lanskap
Menyetujui,
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Fitriyah Nurul H. Utami, ST, MT
Dewi Rezalini Anwar, SP, M.A.Des
NIP. 197704242006042001
NIP. 19800318200812001
Mengetahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus : 18 Juli 2012
viii
RIWAYAT HIDUP
Gita Pertiwi dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada tanggal 25 Maret 1990. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Yusri Sharief dan Ibu Elis Maryani.
Penulis mengawali jenjang pendidikannya di Taman Kanak-kanak (TK)
Rizki, Bogor pada tahun 1993-1995. Pendidikan formal dimulai pada tahun 1995 di SDN Taman Pagelaran Bogor dan lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah di SLTP Negeri 6 Bogor hingga tahun 2004, dan ke jenjang pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Bogor hingga lulus tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Penyaluran Minat dan Kemampuan (PMDK) dengan mengambil jurusan Arsitektur Lanskap.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi, baik akademik
maupun non-akademik, diantaranya Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) pada tahun 2009 dan menjabat sebagai anggota PSDM. Dalam masa jabatannya penulis pernah menjadi penanggung jawab dalam suksesi kaderisasi pengurus HIMASKAP atau biasa disebut upgrading. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan masa kepengurusan di HIMASKAP dengan menjabat sebagai divisi fundrising. Penulis pernah mengikuti sayembara atau kompetisi desain lanskap, yaitu sayembara desain Taman Ade Irma Suryani (2010) dan sayembara desain landmark Kota Summarecon Bekasi (2011). Pada tahun 2011, penulis mengikuti kegiatan magang untuk menyelesaikan studi S1 pada Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai, Riau di Nindya-TWW, JO.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Proses Pelaksanaan Pekerjaan Lanskap pada Proyek Penataan Kawasan Sport Center, Rumbai, Riau” melalui hasil magang di perusahaan Nindya-TWW, JO di Rumbai. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Fitriyah Nurul H. Utami, ST, MT selaku dosen pembimbing skripsi I sekaligus dosen pembimbing akademik dan Ibu Dewi Rezalini Anwar, S.P, M.ADes selaku dosen pembimbing skripsi II, terimakasih atas ilmu, saran, bimbingan, dukungan dan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi;
2. Dr. Ir Andi Gunawan, M. Agr. Sc sebagai dosen penguji atas masukan dan sarannya untuk perbaikan skripsi;
3. Ibu Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku Ketua Departemen Arsitektur Lanskap IPB;
4. Ibu Dr. Ir. Nurhayati HS Arifin, M. Sc, ibu Dr. Ir. Afra. D. N. M, M. Sc, M.Si, ibu Yeni Maryani dan Mas Rahmat yang telah memberi kemudahan dalam proses perizinan magang dan pembuatan skripsi;
5. Project Manager Pak Anom Kurnia, Pak Miduk dan Pak Ridal. Teman- teman di proyek Sport Center Rumbai, kepada Tim Enggineering (Azi ARL 42, Pak Bambang, Bang Anda-Andi), staf senior (Pak Saragih, Pak Son, Pak Upang), Tim Surveyor (Pak Mien dan Iwan), rekan-rekan kerja Pak Hecky, Pak Aswad, Cuki, Bang Zerry, Pak Gur, Eka, Agung, Pak Unil dan seluruh staf yang tidak bisa disebutkan satu per satu;
6. Bapak Ir. Umar Zain dan Ibu Dini yang telah memberi bimbingan dan pelajaran berharga serta seluruh staf OZ;
7. Ibu Dr. Ir. Alinda FM Zain, M.Si, atas bimbingan dan pelajaran yang berharga;
x
8. Ayahanda Yusri Sharief dan Ibu tercinta Elis Maryani yang dirahmati
Allah SWT, terimakasih atas segala dukungan dan doa yang telah diberikan, serta adik-adikku Obi, Ica dan Baba;
9. Edwina, Fika, Iyut, Julius, Leni, Rizqi, Wondo, Yulita, Andika, Fahmi, Ade, Riky dan seluruh teman-teman seperjuangan ARL 44, atas persahabatan dan petualangan yang berharga, serta senior dan adik kelas ARL;
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Skripsi ini tidak sempurna, karena penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, September 2012
Gita Pertiwi
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvii BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1 1.1 1.2 1.3 1.4
Latar Belakang ........................................................................................ 1 Tujuan Magang ....................................................................................... 2 Manfaat Magang ..................................................................................... 2 Kerangka Pikir ........................................................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
PON (Pekan Olahraga Nasional) ............................................................ 4 Kawasan Sport Center............................................................................. 5 Proyek ..................................................................................................... 6 Manajemen Proyek................................................................................. 6 Pekerjaan Pelaksanaan ............................................................................ 8
BAB III. METODOLOGI...................................................................................... 10 3.1 3.2 3.3 3.4
Lokasi dan Waktu ................................................................................. 10 Data ....................................................................................................... 11 Metode Magang .................................................................................... 11 Batasan Magang .................................................................................... 12
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI MAGANG ............................................... 14 4.1
4.2
4.3
Deskripsi Umum Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai..... 14 4.1.1 Lokasi dan Aksesibilitas ........................................................... 15 4.1.2 Fasilitas dan Utilitas ................................................................. 16 Kondisi Fisik dan Biofisik .................................................................... 18 4.2.1 Tanah ........................................................................................ 18 4.2.2 Topografi Kawasan.................................................................. 19 4.2.3 Iklim dan Curah Hujan ............................................................. 19 4.2.4 Hidrologi................................................................................... 20 4.2.5 Vegetasi .................................................................................... 20 4.2.6 Satwa ........................................................................................ 23 Kondisi Umum Perusahaan................................................................... 23
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 24 5.1
Manajemen Proyek............................................................................... 24 5.1.1 Struktur Organisasi Formal (Kontraktual)................................ 24 5.1.2 Struktur Organisasi Pelaksana .................................................. 28
xii
5.2
5.3
5.4
5.5 5.6
5.1.3 Pengelolaan Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai 31 5.1.3.1 Fungsi Perencanaan..................................................... 32 5.1.3.2 Fungsi Pengendalian ................................................... 39 5.1.4 Area Kerja Proyek Sport Center Rumbai ................................. 43 Pekerjaan Studio................................................................................... 46 5.2.1 Gambar Rencana...................................................................... 47 5.2.2 Shop Drawing ........................................................................... 47 5.2.2 As Built Drawing ...................................................................... 75 Pekerjaan Softscape............................................................................... 78 5.3.1 Pekerjaan Persiapan .................................................................. 80 5.3.2 Pekerjaan Penanaman............................................................... 82 5.3.4 Pekerjaan Pemeliharaan .......................................................... 117 Pekerjaan Hardscape .......................................................................... 120 5.4.1 Pekerjaan Area Parkir ............................................................. 120 5.4.1.1 Fabrikasi Paving Block dan Cansteen ....................... 120 5.4.1.2 Proses Pelaksanaan Pekerjaan Area Parkir ............... 121 5.4.2 Pekerjaan Pagar ...................................................................... 125 5.4.2.1 Fabrikasi Pembesian Teralis Besi Pagar ................... 126 5.4.2.2 Proses Pelaksanaan Pekerjaan Pagar......................... 126 Permasalahan dan Potensi pada Pelaksanaan Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai........................................................... 131 Strategi dan Tindakan Koreksi............................................................ 136
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 140 6.1 6.2
Simpulan ............................................................................................. 140 Saran.................................................................................................... 141
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 142 LAMPIRAN........................................................... Error! Bookmark not defined.
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Magang .................................................. 10 Tabel 2. Jenis-jenis Data yang Dibutuhkan .......................................................... 11 Tabel 3. Bobot Pekerjaan pada Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai .................................................................................................... 15 Tabel 4. Time Table Process Pelaksanaan Pekerjaan Pagar, Parkir dan .
Softscape ................................................................................................. 34
Tabel 5. Analisis Justifikasi Teknis I dan II Material Softscape........................... 52 Tabel 6. Identifikasi Tanaman Sport Center Rumbai Berdasarkan Fungsi .......... 61
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pikir Magang ...................................................................... 3 Gambar 2. Lokasi Pembangunan Sport Center Riau. ........................................... 4 Gambar 3. Siklus Perencanaan dan Pengendalian Proyek .................................... 7 Gambar 4. Lokasi Magang .................................................................................. 10 Gambar 5. Lokasi Sport Center Rumbai............................................................. 16 Gambar 6. Gerbang Masuk Sport Center Rumbai .............................................. 16 Gambar 7. Eksisting Kawasan Sport Center Rumbai......................................... 17 Gambar 8. Eksisting Sport Center Rumbai......................................................... 17 Gambar 9. Tanah pada kawasan Sport Center Rumbai ...................................... 19 Gambar 10. Acacia auriculiformis........................................................................ 20 Gambar 11. Acacia longifolia ............................................................................... 21 Gambar 12. Acacia mangium ................................................................................ 21 Gambar 13. Vegetasi Eksisting di Sport Center Rumbai..................................... 22 Gambar 14. Sebaran Vegetasi pada Kawasan Sport Center Rumbai ................... 22 Gambar 15. Struktur Organisasi Proyek ............................................................... 25 Gambar 16. Struktur Organisasi Pelaksana........................................................... 28 Gambar 17. Bagan Kerja Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ........... 31 Gambar 18. Jadwal Perencanaan dan Realisasi .................................................... 33 Gambar 19. Alat Berat dan Mesin........................................................................ 36 Gambar 20. Material yang Digunakan pada Proyek Sport Center Rumbai.......... 37 Gambar 21. Proses Pengendalian Mutu oleh Nindya-TWW, JO.......................... 43 Gambar 22. Area Kerja Proyek Sport Center Rumbai.......................................... 44 Gambar 23. Kantor Pelaksana Proyek Sport Center Rumbai ............................... 44 Gambar 24. Pagar Pengaman Lokasi Proyek Sport Center Rumbai..................... 45 Gambar 25. Jalan Kerja di Lokasi Proyek Sport Center Rumbai ......................... 45 Gambar 26. Prosedur Pekerjaan Studio ................................................................ 47 Gambar 27. Gambar Rencana Pekerjaan SoftscapeError!
Bookmark
not
defined. Gambar 28. Identifikasi Pohon Berdasarkan Tinggi............................................. 60 Gambar 29. Contoh Penerapan Konsep Vista ....................................................... 62
xv
Gambar 30. Konsep Vista pada Perancangan Tata Hijau ..................................... 62 Gambar 31. Shop Drawing Pekerjaan Softscape ... Error! Bookmark not defined. Gambar 32. Zonasi Planting Plan Tata Hijau Kawasan Sport Center Rumbai.... 65 Gambar 33. Planting Plan Zona 1 ........................................................................ 66 Gambar 34. Planting Plan Zona 2 ........................................................................ 67 Gambar 35. Planting Plan Zona 3 ........................................................................ 68 Gambar 36. Planting Plan Zona 4 ........................................................................ 69 Gambar 37. Planting Plan Zona 5 ........................................................................ 70 Gambar 38. Planting Plan Zona 6 ........................................................................ 71 Gambar 39. Construction Drawing Pekerjaan Softscape...................................... 72 Gambar 40. Tampak Potongan Tata Hijau Kawasan Sport Center Rumbai......... 73 Gambar 41. Diagram Alur Persetujuan Shop drawing.......................................... 74 Gambar 42. As-built Drawing Pekerjaan Softscape Zona 1.................................. 76 Gambar 43. As-Built Drawing Pekerjaan Softscape Zona 4 ................................. 77 Gambar 44. Pembersihan Lahan ........................................................................... 80 Gambar 45. Pekerjaan Tanah ................................................................................ 81 Gambar 46. Pengelolaan Tanah ............................................................................ 82 Gambar 47. Pematokan ......................................................................................... 83 Gambar 48. Penggalian Tanah untuk Penanaman Pohon ..................................... 83 Gambar 49. Pengelolaan Tanah ............................................................................ 84 Gambar 50. Proses Penanaman Pohon.................................................................. 85 Gambar 51. Rumput Axonopus compressus. ........................................................ 85 Gambar 52. Penanaman Rumput Paetan ............................................................... 86 Gambar 53. Keyplan Pekerjaan Rumput ............................................................... 87 Gambar 54. Pekerjaan Penyiraman ..................................................................... 117 Gambar 55. Hasil Akhir Pekerjaan Softscape ..................................................... 120 Gambar 56. Mesin Fabrikasi Paving Block......................................................... 121 Gambar 57. Proses Fabrikasi Kansteen............................................................... 121 Gambar 58. Pekerjaan Persiapan........................................................................ 122 Gambar 59. Proses Pembuatan Pondasi Paving.................................................. 123 Gambar 60. Proses Pemasangan Cone Block ...................................................... 123 Gambar 61. Pekerjaan Finishing Paving ............................................................ 124
xvi
Gambar 62. Jenis Paving Block Berdasarkan Bentuk ......................................... 125 Gambar 63. Hasil Akhir Pekerjaan Area Parkir.................................................. 125 Gambar 64. Fabrikasi Teralis Besi Pagar............................................................ 126 Gambar 65. Pekerjaan Persiapan Pagar .............................................................. 126 Gambar 66. Proses Pelaksanaan Pekerjaan Pagar............................................... 127 Gambar 67. Pengujian Sifat Fisik Mix Beton..................................................... 128 Gambar 68. Pengujian Sifat Mekanik Mix Beton ............................................... 129 Gambar 69. Pekerjaan Finishing Pagar............................................................... 130 Gambar 70. Diagram Sebab Akibat .................................................................... 131
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah……………………………………………1117 16 Lampiran 2. Surat Kontrak Kerja Sama Operasi PT. Nindya Karya dan PT. Tuju Wali-Wali…………………………………………….117 118 Lampiran 3. Dokumen Kontrak Material Pohon…………………... ………….119 120 Lampiran 4. Dokumen Kontrak Rumput Paitan…………... …………………124 125 Lampiran 5. Berita Acara Terima Pohon…………………….………………1130 29 Lampiran 6. IPP (Ijin Pelaksanaan Pekerjaan) Softscape……………………….131 132 Lampiran 7. IPP (Ijin Pelaksanaan Pekerjaan) Penanaman Rumput………......132 Lampiran 8. Keyplan Pekerjaan Paving…………………………………... ….…..133 134 Lampiran 9. Detail construction Pekerjaan Paving……………………………... 135 134 Lampiran 10. Keyplan Pekerjaan Pagar……………………………………... …135 136 Lampiran 11. Detail Construction Pekerjaan Pagar…………………….…... ….136 137 Lampiran 12. Tampak Depan Pagar…………………………………………..137 138
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pekan Olahraga Nasional (PON) adalah pesta olahraga nasional yang
diselenggarakan empat tahun sekali dan diikuti seluruh provinsi di Indonesia. Pada September 2012 mendatang, Provinsi Riau ditunjuk sebagai lokasi diselenggarakannya PON XVIII, karena itu Pemerintah Provinsi Riau merencanakan pembangunan Riau Sport Center sebagai tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan olahraga. Sport Center atau bisa juga disebut kompleks olahraga merupakan suatu kawasan dimana kegiatan berbagai jenis olahraga dikonsentrasikan dalam satu lokasi terpadu. Sport Center Rumbai (SCR) adalah salah satu tempat yang akan digunakan untuk babak penyisihan beberapa cabang olahraga. Pembangunan SCR telah dimulai sejak tahun 2008 dan saat ini (Agustus 2011) telah terbangun venues Gelanggang Renang, Hall Senam dan Hall Basket, sedangkan Stadion Atletik masih dalam proses pembangunan, bersamaan dengan renovasi Stadion Kaharudin Nasution. Sebagai kawasan publik, SCR perlu dilengkapi fasilitas dan utilitas umum sehingga pemerintah mengadakan proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai (SCR). Fasilitas pelengkap diperlukan untuk mengakomodir kebutuhan pengguna sehingga tercipta kenyamanan, keamanan serta terbentuknya kesatuan ruang fisik dan lanskap secara harmonis. Secara umum proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai (SCR) terdiri dari pekerjaan softscape dan hardscape. Pekerjaan softscape meliputi penanaman pohon dan rumput, sedangkan pekerjaan hardscape terdiri dari pekerjaan area parkir, traffic island, pagar dan sebagainya. Ervianto (2005) menyatakan pelaksanaan (construction) adalah suatu tahap untuk mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya, waktu, dan mutu yang telah disepakati. Simond dan Starke (2006) menyatakan bahwa tahapan pelaksanaan merupakan perwujudan atau kegiatan setelah selesainya tahap perancangan. Pelaksanaan proyek tidak dapat terlepas dari sistem manajemen
2
proyek, yaitu pengorganisasian atas sumberdaya berupa uang, material bahan dan
alat, serta tenaga kerja. Soeharto (1995) menyatakan pelaksanaan penting untuk dipelajari karena berkontribusi sebanyak 80% terhadap keberhasilan suatu proyek, adapun perencanaan hanya berpengaruh sebanyak 20%. Dalam pengendalian suatu proyek dipelajari upaya-upaya untuk memantau proses berlangsungnya pelaksanaan agar tidak menyimpang dari tujuan semula dengan mempelajari, menganalisis kendala dan mengambil tindakan pembetulan. Kegiatan magang pada proyek penataan kawasan Sport Center Rumbai (SCR) di perusahaan kontraktor berguna untuk mempelajari tata laksana keprofesian arsitek lanskap secara langsung oleh mahasiswa. Nindya-TWW JO merupakan organisasi yang telah berpengalaman dan kompeten dalam bidang usaha jasa konstruksi. Joint Opeation merupakan kepanjangan dari JO, yaitu kerja sama operasi antara dua perusahaan konstruksi, yaitu PT Nindya Karya (Persero) dengan PT.TWW (Tuju Wali Wali), yaitu perusahaan kontraktor daerah di Provinsi Riau yang merupakan anak perusahaan dari Bosowa Grup.
1.2
Tujuan Magang Tujuan dari kegiatan magang pada proyek Penataan Kawasan Sport Center
Rumbai, yaitu: 1. menganalisis pelaksanaan pekerjaan lanskap proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai, mencakup manajemen proyek, pekerjaan softscape dan hardscape, 2. menganalisis proses bekerja di studio dalam pembuatan shop drawing dan as- built drawing pada proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai, 3. mampu merumuskan permasalahan dan membuat rekomendasi terkait pelaksanaan pekerjaan lanskap pada proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai.
1.3
Manfaat Magang Kegiatan magang di PT Nindya - TWW JO pada proyek penataan kawasan
Sport Center Rumbai memberikan manfaat: 1. meningkatkan pengetahuan dan kemampuan analisis penulis berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah sesuai dengan bidang keahlian Arsitektur Lanskap,
3
2. mengembangkan softskill dan sikap profesionalisme kerja dalam lingkup keilmuan Arsitektur Lanskap serta menambah keterampilan dan pengalaman kerja praktis dalam pelaksanaan proyek pekerjaan lanskap, 3. sebagai media pertukaran informasi, ilmu dan teknologi serta menjalin kerja sama dan hubungan yang baik antara Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor dengan perusahaan tempat magang.
1.4
Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam penyusunan skripsi berdasarkan kegiatan magang
adalah sebagai berikut: PON XVIII 2012
Standardisasi
Pembangunan Kawasan Sport Center Rumbai
Kontraktor Nindya-TWW JO
Pengenalan Kondisi Umum Perusahaan
Kegiatan Pelaksanaan Pekerjaan Lanskap
Kelembagaan SCR, Manajemen Proyek, Administasi pelaksanaan,
Pekerjaan Studio
Pekerjaan Softscape
Pekerjaan Hardscape
Kegiatan Magang
Analisis Laporan Kegiatan Magang & Rekomendasi
Gambar 1. Kerangka Pikir Magang
Pasca Magang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PON (Pekan Olahraga Nasional) PON (Pekan Olahraga Nasional) adalah pesta olahraga yang
diselenggarakan empat tahun sekali dan diikuti seluruh provinsi di Indonesia (Wikipedia, 2010). Pekan Olahraga Nasional pertama (PON I) diselenggarakan di Kota Solo pada tanggal 8-12 September 1948. Pada PON 2012, telah ada 30 cabang olahraga yang akan diperlombakan, yaitu Aquatik (Diving, Swimming, Syncronized Swimming), Archery, Atletik, Badminton, Baseball, Basket, Billiard dan Snooker, Tinju, Canoeing/Rowing (Flat Water Racing, TBR), Cycling (BMX, Mountain, Bike, Road, Track), Equastrian, Fencing, Sepak Bola, Gymanstics (Artistics, Rhythmic, Aerobics), Golf, Hockey, Judo, Karate, Pencak Silat, Sailing, Softball, Menembak, Sepak Takraw, Tenis Meja, Taekwondo, Tenis, Volley (Indor, Beach), Binaraga, Wrestling, dan Wushu. PON XVIII 2012 dilaksanakan di Pekanbaru, Riau. Terdapat dua titik sentral yang dikembangkan sebagai kompleks olahraga, yaitu Sport Center Panam dan Sport Center Rumbai (Gambar 2). Panam Sport Center
Rumbai Sport Center
Gambar 2. Lokasi Pembangunan Sport Center Riau. (Sumber: skycrappercity.com, 2010)
5
Kedua Sport Center ini terletak di Kota Pekanbaru yang merupakan
ibukota Provinsi Riau. Masing-masing sport center terdiri dari venues yang berbeda-beda dan akan dipakai dalam kejuaraan PON. Lokasi yang dijadikan sebagai pusat penyelenggaran PON 2012 adalah Sport Center Panam di Kampus Bina Widya UNRI.
2.2
Kawasan Sport Center Pada ketentuan umum UU 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,
kawasan dapat diartikan sebagai wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. Dalam konteks pembangunan kawasan merupakan sektor dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial seperti meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana. Dapat disimpulkan bahwa kawasan adalah sebuah tempat yang memiliki batasan ruang geografis dengan ciri dan kekhususan tertentu untuk menampung kegiatan manusia berdasarkan fungsinya. Dalam Tap MPR No.IV/MPR/1999 (GBHN), pemerintah menjadikan olahraga sebagai salah satu arah kebijakan pembangunan, yaitu menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup. Sport center atau bisa juga disebut kompleks olahraga merupakan suatu kawasan dimana kegiatan berbagai jenis olahraga dikonsentrasikan sehingga membentuk suatu kesatuan ruang yang saling terintegrasi dalam satu lokasi yang terpadu dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang lainnya. Sport center berfungsi sebagai berikut: 1. sebagai tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan olahraga seperti PON, POPDA, PORSENI, SEA Games dan kejuaraan nasional maupun regional lainnya; 2. sebagai markas yang menjadi pusat segala kegiatan organisasi berbagai cabang olahraga untuk melaksanakan kegiatan harian, pertemuan guna membahas masalah-masalah tentang olahraga, dan lain-lain; 3. dilengkapi fasilitas penunjang seperti jaringan jalan, RTH, area parkir, saluran drainase, penerangan, dan lain-lain; 4. sebagai tempat pembinaan dan pelatihan atlet-atlet olahraga termasuk tempat menyelenggarakan perlombaan olahraga dalam maupun luar negeri untuk meningkatkan daya saing para atlet.
6
2.3
Proyek Soeharto (1995) menyatakan bahwa proyek dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumberdaya tertentu bertujuan untuk menghasilkan produk. Cleland dan Ireland (2002) menambahkan, proyek adalah serangkaian kegiatan yang berlangsung dengan durasi tertentu, kompleksitas tertentu, pada area tertentu yang harus diakhiri dengan suatu accomplishment. Menurut Ervianto (2005), proyek memiliki tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi, yaitu: bersifat unik, melibatkan sejumlah sumberdaya dan membutuhkan organisasi. Proyek dikatakan unik karena suatu rangkaian kegiatan proyek hanya terjadi satu kali sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik, berbeda dari apa yang sudah dikerjakan sebelumnya, maka tidak ada proyek yang sama sekali identik. Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya, yaitu: pekerja, uang, mesin dan material. Saifudin (1997) mengungkapkan bahwa tingkat kompleksitas kegiatan pelaksanaan proyek bergantung pada: jumlah kegiatan yang harus dikerjakan dalam proyek, jumlah kelompok atau organisasi yang terlibat dalam proyek, serta keterkaitan antara kegiatan dan organisasi dalam proyek dengan pihak luar. Terdapat tiga kendala (triple constraint) yang menjadi batasan penting dalam pelaksanaan pekerjaan, yaitu: anggaran, jadwal dan mutu. Ketiga hal ini mempengaruhi satu sama lain. Suatu alat yang digunakan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan dalam proyek sehingga pelaksanaan berjalan sesuai dengan tujuan disebut manajemen proyek.
2.4
Manajemen Proyek Manajemen proyek digunakan sebagai tools and techniques untuk
mengkaji masalah proyek konstruksi yang berkaitan dengan penjadwalan pekerjaan, biaya proyek, pengorganisasian pekerjaan di lapangan. Menurut Soeharto (1995), dalam konsep manajemen proyek, terdapat dua komponen yang saling berhubungan dalam menentukan keberhasilan suatu proyek, yaitu perencanaan dan pengendalian. Gambar 3 menunjukkan daur manajemen terkait perencanaan dan pengendalian dalam suatu penyelenggaraan proyek. Perencanaan disusun oleh tim Manajemen Konstruksi (MK). Unsur-unsur perencanaan operasional proyek terdiri dari (1) perencanaan lingkup proyek, (2)
7
organisasi proyek, (3) rencana jadwal kegiatan, (4) perkiraan biaya, (5) proyeksi keperluan tenaga kerja, material, dan peralatan. PERENCANAAN
1. Merancang Sasaran
2. Lingkup Kerja
Penentuan target - anggaran - jadwal - program mutu
Penyusunan Work Breakdown Structure - per hirarki - paket kerja - kode biaya
5. Mengkaji & Menyimpulkan - interpretasi data - biaya & jadwal penyelesaian - kualitas - laporan
6.Tindakan Pembetulan - relokasi sumber daya - jadwal alternatif - prosedur & metode - re-work
3. Standar & Kriteria - milestone - anggaran per paket - standar mutu - kinerja
4. Memantau Prestasi - mengukur kinerja/produktivitas - sumber daya terpakai - kualitas
PENGENDALIAN
Gambar 3. Siklus Perencanaan dan Pengendalian Proyek (Sumber: Soeharto,1995)
Pengendalian dilakukan untuk memantau pelaksanaan pekerjaan di lapang sebagai upaya untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya penyimpangan dari tujuan. Sasarannya yaitu menghasilkan produk dengan batasan anggaran, jadwal, dan mutu yang telah ditentukan. Soeharto (1995), menguraikan proses pengendalian sebagai berikut: 1. Menentukan standar dan kriteria Standar dan kriteria diperlukan sebagai tolok ukur untuk membandingkan dan menganalisis hasil pekerjaan secara kuantitatif, sebagai indikasi untuk mengukur pencapaian sasaran. Terdapat bermacam-macam kriteria, yaitu berupa jadwal, satuan uang atau berupa standar mutu, dan spesifikasi yang berhubungan dengan kualitas material maupun hasil uji coba peralatan. 2. Merancang sistem informasi Keterangan yang cepat dan akurat diperlukan untuk memantau prestasi pekerjaan dan mengolahnya menjadi suatu bentuk informasi yang dapat
8
dipakai untuk tindakan pengambilan keputusan, pemantauan, dan pelaporan
hasil pelaksanaan pekerjaan. 3. Menganalisis hasil pekerjaan terhadap standar, kriteria, dan sasaran Data-data yang didapat dari sistem informasi kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan kriteria yang ditentukan. Hasil analisis dijadikan sebagai landasan tindakan pembetulan. 4. Mengadakan tindakan pembetulan Apabila hasil analisis menunjukkan adanya penyimpangan yang cukup berarti, maka diperlukan tindakan pembetulan, dapat berupa realokasi sumber daya, menambah tenaga kerja dan pengawasan serta biaya, mengubah metode kerja atau mengganti peralatan yang digunakan. Selanjutnya analisis dan pembetulan akan berguna sebagai umpan balik perencanaan pekerjaan selanjutnya agar lebih baik.
2.5
Pekerjaan Pelaksanaan Simond dan Starke (2006) menyatakan bahwa tahapan pelaksanaan
merupakan perwujudan atau kegiatan setelah selesainya tahap perancangan. Selanjutnya Simond dan Starke berpendapat bahwa pelaksanaan pekerjaan meliputi: pekerjaan penyerahan kontrak, pengawasan, sanksi pelanggaran, dan batas-batas pelaksanaan. Eckbo (1964) membedakan tahap pelaksanaan terdiri dari pelaksanaan administrasi dan fisik. Menurut Keppres No. 80 Tahun 2003, pelaksanaan administrasi merupakan seluruh proses pengadaan barang dan jasa untuk suatu proyek. Kegiatan administrasi selalu berlangsung tanpa pernah terputus. Adapun yang dibahas penulis adalah pekerjaan administrasi selama tahap construction berlangsung. Hal-hal administratif yang berkaitan dengan tahap construction tidak dapat terlepas dari dokumen kontrak. Dokumen kontrak merupakan pedoman atau patokan selama melaksanakan pekerjaan konstruksi, terdiri dari: Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), gambar rencana, Bill of Quantity dan surat-surat terkait. RKS adalah ketentuan yang dibuat oleh perencana/perancang sebagai panduan/prosedur yang harus diikuti oleh pelaksana, yaitu: pengadaan material, tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan, jenis pekerjaan, serta segala sistem yang diperlukan.
9 Adapun pelaksanaan fisik, menurut Rachman (1984), terdiri dari pekerjaan
pengukuran dan pematokan, pengolahan tanah, pelaksanaan tanaman (softscape) dan pelaksanaan elemen keras (hardscape) dan pemeliharaan. Terdapat tiga tahapan besar dalam suatu pekerjaan pelaksanaan fisik, yaitu: (1) tahap persiapan lahan, (2) tahap pelaksanaan pekerjaan, (3) tahap finishing dan serah terima proyek. Pada tahapan persiapan lahan, diadakan pembersihan areal pekerjaan, kemudian pekerjaan pengukuran dan pematokan (marking) serta pengolahan tanah. Pengukuran kembali (adjustment) dilakukan terhadap batas areal dan keadaan eksisting, untuk memastikan kesesuaian antara gambar rencana dengan kondisi tapak sesungguhnya. Jika kontraktor mendapatkan hasil pengukuran yang berbeda pada gambar rencana, maka kontraktor harus segera melaporkannya kepada konsultan pengawas/konsultan perencana untuk dilakukan penyesuaian dalam bentuk shop drawings. Setelah pematokan selesai dilakukan, kemudian masuk ke tahap pelaksanaan pembangunan pekerjaan, sesuai dengan gambar kerja yang telah disesuaikan dengan keadaan lapang dan disetujui oleh konsultan perencana. Pada tahap ini peran pengawasan sangat penting untuk memastikan pelaksanaan pekerjaan berjalan sesuai dengan perencanaan dan desain awal. Tahapan terakhir adalah finishing dan serah terima proyek.
10
BAB III
METODOLOGI
3.1
Lokasi dan Waktu Kegiatan magang dilakukan pada proyek Penataan Kawasan Sport Center
Rumbai di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Umban Sari, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, di bawah perusahaan Nindya-TWW JO (Gambar 4). Kawasan Sport Center Rumbai (SCR)
Provinsi Riau
Kota Pekanbaru
Gambar 4. Lokasi Magang (Sumber: kesbangpollinmas.riau.go.id, petakotaindonesia.wordpress.com, googleearth.com, diunduh 2011)
Kegiatan magang dilaksanakan selama 140 hari kerja, mulai dari 7 April 2011 sampai dengan 24 Agustus 2011 (Tabel 1). Jadwal harian magang adalah setiap hari Senin-Minggu, pukul 07.00-19.00 WIB.
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Magang
Jenis
Persiapan Pengenalan Kelembagaan Kegiatan Studio Kegiatan Administrasi Pelaksanaan Pekerjaan Lanskap Penyusunan Skripsi
Mei
Juni
Juli
Agt
Sep-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Juli
11
3.2
Data Untuk memenuhi tujuan dari kegiatan magang, maka dibutuhkan data
primer dan data sekunder, baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Tabel 2).
Tabel 2. Jenis-jenis Data yang Dibutuhkan No 1
2
3
Jenis Data Kondisi Umum Proyek a. Profil Sport Center Rumbai - Kelembagaan, pelaku proyek - Profil Perusahaan b. Keadaan Umum Tapak: Data Fisik dan Biofisik tapak - Tanah dan topografi - Iklim dan curah hujan - Hidrologi - Vegetasi dan satwa Manajemen Perusahaan a. Struktur Organisasi, b. Manajemen Proyek: - Perencanaan (Rencana jadwal kerja, bahan, alat dan tenaga kerja) - Pengendalian (Pengawasan, penyusunan informasi, analisis, perbaikan) Proses Pelaksanaan a. Administrasi Pelaksanaan - Dokumen administrasi: kontrak, RKS, surat izin pelaksanaan - Studio: justifikasi teknis, shop drawings, as-built drawing b. Pelaksanaan Pekerjaan softscape c. Pelaksanaan Pekerjaan hardscape
Bentuk Kegunaan
Cara Pengambilan Data Studi pustaka dan wawancara
Deskriptif
Keadaan umum tempat magang
Survai lapang dan studi pustaka
Deskriptif dan spasial
Studi pustaka dan wawancara
Deskriptif Analisis Manajemen Perusahaan
Studi pustaka, wawancara, dan partisipasi lapang
Deskriptif
Analisis Pelaksanaan Pekerjaan Lanskap
Deskriptif dan Spasial
3.3
Metode Magang Metode yang digunakan, yaitu partisipasi aktif atau terlibat langsung
dalam pelaksanaan pekerjaan studio dan lapang, wawancara, serta studi pustaka. Kegiatan magang terbagi ke dalam tiga kelompok kegiatan besar, yaitu: 1. Kegiatan Administrasi a. Mempelajari
aspek kelembagaan,
pengelolaan manajemen proyek.
struktur organisasi perusahaan,
12
b. pastisipasi aktif dalam pembuatan dokumen terkait pelaksanaan pekerjaan softscape seperti kontrak pengadaan material dan Ijin Pelaksanaan Pekerjaan. 2. Kegiatan Studio a partisipasi aktif dalam pembuatan dokumen gambar seperti shop drawings dan as-built drawings. b partisipasi aktif dalam pembuatan justifikasi teknis serta mempelajari prosedur yang berlaku pada kegiatan studio. 3. Kegiatan Lapang a. pengamatan langsung terhadap proses pelaksanaan proyek yang sedang berjalan. b. partisipasi aktif dalam kegiatan pengawasan,bertanggung jawab sebagai landscape assistant supervisor yang memonitoring jalannya pelaksanaan pekerjaan softscape. Data yang terkumpul disusun kemudian diperoleh informasi tentang pelaksanaan pekerjaan lanskap, teknis pekerjaan di studio serta permasalahan yang terjadi pada proyek SCR. Selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui potensi dan kendala, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dan rekomendasi. Permasalahan aktual dibandingkan dengan kriteria ideal berdasarkan sudut pandang Arsitektur Lanskap. Pembahasan menggunakan metode deskriptif.
3.4
Batasan Magang Batasan kegiatan magang adalah mengikuti proses pelaksanaan pekerjaan
lanskap pada proyek penataan kawasan Sport Center Rumbai yang dilakukan oleh perusahaan Nindya-TWW JO. 1. Berdasarkan Lingkup Pekerjaan Kegiatan magang dilakukan pada beberapa pekerjaan hardscape, namun lebih difokuskan pada pekerjaan softscape. Pada pekerjaan softscape, mahasiswa terlibat dalam: (a) pembuatan gambar kerja, (b) pengelolaan administrasi pelaksanaan, (c) pengawasan langsung/supervisi selama pelaksanaan pekerjaan softscape dilaksanakan. Adapun pekerjaan hardscape dibatasi menjadi dua, yaitu pekerjaan area parkir dan pagar. Pada pelaksanaan hardscape, mahasiswa hanya melakukan pengamatan langsung mengenai proses pelaksanaan di lapang.
13
2. Berdasarkan Penempatan Kerja
Selama kegiatan magang berlangsung, mahasiswa ditempatkan pada Divisi Engineering sebagai drafter, sekaligus merangkap sebagai landscape assistant supervisor. Pekerjaan engineering berkaitan dengan perhitungan kebutuhan material dan produksi shop drawing dan as-built drawing. Pekerjaan landscape assistant supervisor berkaitan dengan pengelolaan administrasi selama pelaksanaan khususnya pekerjaan softscape, seperti IPP (Ijin Pelaksanaan Pekerjaan), dokumen kontrak pengadaan material dan pengawasan di lapang. 3. Berdasarkan Luasan Area Total kawasan SCR memiliki luas 35 ha, terdiri dari ruang terbangun (97259.17 m²) dan ruang terbuka hijau (258145.26 m²). Ruang terbuka hijau merupakan area berlangsungnya Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai (SCR) dilaksanakan.
14
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI MAGANG
4.1
Deskripsi Umum Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai Sebelum dijadikan kawasan Sport Center Rumbai (SCR), area seluas 35 ha
ini merupakan area terbuka dengan panjang keliling 2660.92 m di dalamnya terdapat sarana umum berupa stadion bola. Stadion Rumbai atau lebih dikenal sebagai Stadion Kaharuddin Nasution didirikan pada tahun 1960 merupakan home base bagi tim PSPS (Persatuan Sepak Bola Pekanbaru dan Sekitarnya). Menyongsong Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012, kawasan di sekitar stadion akan dikembangkan menjadi Sport Center Rumbai (SCR) yang mewadahi venues berbagai cabang olahraga. Pembangunan venues SCR telah berlangsung sejak tahun 2008 dan pada 2011 persentase ruang terbangun seluas 97259.17 sisanya merupakan ruang terbuka hijau seluas 258145.26
dan
. Area terbangun
SCR terdiri dari lima venues, yaitu Stadion Kaharuddin Nasution, Hall Basket, Hall Senam, Gelanggang Aquatic dan Stadion Atletik. Saat ini (Agustus 2011) Hall Basket telah selesai dibangun dan berfungsi, Hall Senam merupakan bangunan baru dan telah diselesaikan tahun 2010, Gelanggang Aquatik selesai direhabilitasi tahun 2011, sementara Stadion Atletik sedang dibangun bersamaan dengan renovasi Stadion Kaharuddin Nasution. Adapun ruang terbuka hijau kemudian dikembangkan proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai berupa fasilitas-fasilitas penunjang, seperti jaringan jalan, area parkir, pintu gerbang dan pagar, saluran drainase, instalasi Mekanikal-Elektrikal dan tata hijau dan sebagainya. Kegiatan proyek ini secara resmi bernama “Penataan Kawasan Sport Center Rumbai” dengan nomor kontrak 643.1/DISPORA/KONTRAK/FSK- KWS-SCI/XII/2010/967, sebagai proyek pemerintah. Proyek berlokasi di Jalan Yos Sudarso, Rumbai, Pekanbaru berjalan sejak tanggal 10 Desember 2010. Jangka waktu penyelesaian pekerjaan yaitu 540 hari kalender dengan mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari satu tahun anggaran (multiyears) atas persetujuan Menteri Keuangan untuk pengadaan serta dibiayai oleh APBN dan APBD Provinsi Riau, tahun anggaran 2010-2011 sebesar Rp. 36.125.125.000,00.
15 Lingkup pekerjaan pada proyek penataan kawasan SCR yaitu pekerjaan
pembangunan fasilitas pelengkap. Sarana pelengkap tersebut memiliki fungsi yang tidak dapat dipisahkan dari integritas bangunan olahraga di kawasan sport center. Sebagaimana yang tertuang dalam dokumen kontrak, batasan pekerjaan pada proyek penataan kawasan SCR tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Bobot Pekerjaan pada Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai No Uraian Pekerjaan 1 Pekerjaan Pendahuluan 2 Pekerjaan Pagar 3 Pekerjaan Drainase 4 Pekerjaan Parkir 5 Pekerjaan Mekanikal-Elektrikal (ME) 6 Pekerjaan Jalan 7 Pekerjaan Bangku Taman 8 Pekerjaan Gerbang 9 Pekerjaan Taman (softscape) Bobot Total
Bobot (%) 0.982 12.491 25.795 36.081 3.559 16.025 0.159 0.573 4.335
100 %
(Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011)
Penulis tidak mengikuti kegiatan proyek secara menyeluruh disebabkan keterbatasan waktu magang. Penulis hanya mengikuti proses pelaksanaan pekerjaan softscape dan sebagian pekerjaan hardscape, yaitu pembangunan pagar dan area parkir.
4.1.1 Lokasi dan Aksesibilitas Secara administratif kawasan SCR terletak di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Umban Sari, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Batas proyek penataan kawasan di sebelah Timur adalah lahan Departemen Agama Asrama Haji dan kampus terbuka UNRI, sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Paus, sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Yos Sudarso dan sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Caltex (Gambar 5). Keberadaan SCR yang terletak pada jalan kolektor membuat aksesibilitas menjadi lebih mudah, terlebih dengan kondisi fisik jalan yang baik dan sudah teraspal. Dari Kota Pekanbaru berjarak 20 km, dapat diakses menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum, seperti angkutan kota dan taksi. Garis putus-putus merah (Gambar 5) menunjukkan batas Kawasan Sport Center Rumbai.
16
JALAN LINTAS SUMATERA UTARA
U
Jl.Caltex
No scale
WELCOME AREA II
Jl.YosSudarso
Asrama Haji
Sport Center Rumbai
WELCOME AREA I
Kampus terbuka UNRI
Jl.Paus
KOTA PEKANBARU
Gambar 5. Lokasi Sport Center Rumbai (Sumber: googleearth.com, 2011)
Kawasan SCR memiliki dua gerbang masuk (Gambar 6), yaitu main entrance yang terletak di Jalan Yos Sudarso dan secondary entrance yang terletak di Jalan Caltex. (a) Main enterance
(b) Secondary entrance
Gambar 6. Gerbang Masuk Sport Center Rumbai (Sumber: Dokumentasi Nindya-TWW, JO, 2010)
4.1.2 Fasilitas dan Utilitas Fasilitas yang ada di kawasan SCR adalah area parkir di sebelah utara yang kondisinya sudah rusak, jaringan jalan aspal yang menghubungkan main gate di depan Stadion Rumbai, Hall Basket, Hall Senam sampai secondary entrance yang terletak di utara, serta saluran drainase terbuka. Di depan Gedung Atletik, terdapat taman publik yang sudah dibangun. Kurangnya pengelolaan taman membuat keadaan taman tersebut kurang terawat. Secara spasial keadaan eksisting fasilits SCR tertera pada Gambar 7.
17 1 Stadion Rumbai
2 Hall Basket
3 Gedung Aquatic
4 Gedung Atletik 55 Hall Senam
3
1
4
2
5
Gambar 7. Eksisting Kawasan Sport Center Rumbai (Sumber: Nindya-TWW JO, 2011 digambar ulang oleh Gita Pertiwi)
Gambar 8 menampilkan keadaan eksisting kawasan SCR yang diambil pada bulan Januari 2011. Gambar ini didapat dari dokumentasi Nindya-TWW, JO. (a) Jalan di sekitar SCR
(c) Area parkir
(b) Jalan di dalam SCR
(d) Saluran drainase
Gambar 8. Eksisting Sport Center Rumbai (Sumber: Dokumentasi Nindya-TWW, JO. 2010)
18
4.2
Kondisi Fisik dan Biofisik Kondisi fisik meliputi keadaan dan jenis tanah, topografi kawasan, iklim
dan curah hujan serta hidrologi, sedangkan kondisi biofisik meliputi vegetasi dan satwa eksisting pada kawasan SCR.
4.2.1 Tanah Pekerjaan softscape membutuhkan informasi akan karakteristik tanah yang berguna dalam penyusunan metode pelaksanaan pekerjaan, perhitungan dalam penentuan jenis dan jumlah pupuk, serta perlakuan yang harus diberikan agar tanaman mencapai pertumbuhan yang ideal. Untuk mengetahui jenis tanah Kawasan SCR, dilakukan pengujian sampel tanah di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Riau. Aspek yang diteliti meliputi: penetapan kadar air tanah, tekstur tanah, konsistensi, warna, dan analisis kimia tanah. Hasil uji laboratorium sampel tanah Kawasan SCR tertera pada Lampiran 1. Hasil uji laboratorium menyatakan Kawasan SCR didominasi oleh jenis tanah Inceptisol. Menurut Soepardi (1983), Inceptisol berasal dari bahasa latin inceptum yang artinya permulaan, adalah tanah yang memperlihatkan dimulainya suatu perkembangan profil. Berdasarkan penilaian sifat-sifat kimia tanah mengacu kepada Hardjowigeno (1995), tanah pada kawasan SCR memiliki karakteristik masam (pH 4.5-5.5), kandungan P-tersedia dan Nitrogen total sangat rendah (<10 dan <0.10%), dan basa-basa yang dapat dipertukarkan bernilai rendah, sedangkan Kandungan C-organik rendah sampai sedang di lapisan atas dan sangat rendah di lapisan bawah. Dari hasil interpretasi data hasil uji laboratorium, disimpulkan bahwa tanah pada kawasan SCR memiliki status kesuburan yang tergolong rendah. Namun sampel tanah yang digunakan tergolong sebagai tanah tidak utuh (disturbed soil sampel), hal ini dapat mempengaruhi keakuratannya. Sifat fisik tanah dapat direpresentasikan dari tekstur tanah yang tergolong kasar dan ringan karena 76.90% mengandung pasir (sand), 16.43% mengandung debu (loam), dan 6.67% mengandung liat (clay). Dari segi warna, lapisan teratas setebal 8 cm berwarna kelabu (Gambar 9.a) menyiratkan keadaan drainase yang buruk dan sering tergenang air, sedangkan tanah lapisan bawah (tanah struktur) berwarna terang kemerahan (Gambar 9.b).
19 (a) Timbunan top soil
(b) Profil tanah SCR
Gambar 9. Tanah pada kawasan Sport Center Rumbai
4.2.2 Topografi Kawasan Kawasan SCR memiliki kemiringan lahan 0-2 % (datar), serta kemiringan lahan 3-14 % (agak landai/agak curam) dengan ketinggian rata-rata 10 meter di atas permukaan laut. Secara umum, topografi Kawasan SCR merupakan daerah dataran rendah dan agak bergelombang.
4.2.3 Iklim dan Curah Hujan Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Pekanbaru, Daerah Riau dinyatakan beriklim tropis basah yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau, dengan rata-rata curah hujan antara 2.500-3.000 mm setiap tahun. Suhu udara beragam antara 21°C-31°C. Kota Pekanbaru merupakan daerah yang sering ditimpa hujan setiap tahunnya berkisar 209 hari. Menurut catatan Stasiun Meteorologi Simpang Tiga, suhu udara rata-rata Kota Pekanbaru tahun 2006 menunjukkan 27.2°C dengan suhu maksimum 34.5 °C dan suhu minimum 21.8 °C. Kejadian kabut tercatat 5 kali dan kelembaban udara di Kota Pekanbaru berkisar antara 77-86%. Menurut data dari BMKG Pekanbaru pada tahun 2011 terjadi peningkatan suhu yang ekstrem setiap bulannya. Pada Januari suhu tertinggi mencapai 33,5°C (normal), bulan Februari mencapai 35,5°C (ekstrem), bulan Maret mencapai 34,6°C (mendekati ekstrem), bulan April mencapai 35,4°C (ekstrem) dan puncaknya terjadi pada bulan Mei melebihi batas wajar yaitu 36,5 °C. Di Riau, suhu yang dianggap ekstrem adalah di atas 35°C, sedangkan suhu normal berkisar antara 32-33°C. Kondisi angin kencang, rata-rata 10-20 knot yang menyulitkan pembentukan awan hujan.
20
4.2.4 Hidrologi Kawasan SCR dilengkapi dengan sistem drainase terbuka dan drainase tertutup. Drainase buatan bermuara pada parit eksisting, selebihnya pada area lainnya belum terbangun sistem drainase buatan. Sistem drainase ini belum cukup mengakomodasi limpasan air hujan pada keseluruhan area SCR sehingga sering terjadi genangan air pada area-area tertentu.
4.2.5 Vegetasi Vegetasi eksisting yang dominan pada kawasan SCR, yaitu Akasia. Akasia merupakan tanaman dikotil, berakar tunggang, batang berkambium dan bercabang banyak (simpodial), berkulit kasar dan kadang berduri. Daun majemuk menyirip, bentuk lonjong, tepi rata. Di kawasan SCR terdapat tiga spesies dari genus Acacia, yaitu Acacia auriculiformis, Acacia longifolia, dan Acacia mangium. Sepintas, ketiga jenis tanaman Akasia ini memiliki morfologi yang sama, namun jika diperhatikan secara seksama, terdapat perbedaan yang jelas pada bentuk percabangan, tajuk, bentuk daun dan warna bunga. Acacia auriculiformis memiliki tinggi 30-40 m dengan diameter batang 80-100 cm. Berbatang lurus dan keras. Warna kayu bervariasi dari cokelat sampai merah gelap. Pohon ini memiliki bunga yang berwarna kuning terang, beraroma wangi, dan berdiameter 8 cm (Gambar 10).
Gambar 10. Acacia auriculiformis (Sumber: Kawasan SCR, mengacu pada Lestari, 2008)
Acacia longifolia memiliki percabangan yang lebih rendah daripada Acacia auriculiformis dan berdaun lebih rimbun. Tinggi mencapai 15-25 m. Bunga berwarna putih kekuningan, berbentuk bulir dan bertangkai pendek (Gambar 11).
21
Gambar 11. Acacia longifolia (Sumber: Kawasan SCR, mengacu pada Lestari, 2008)
Acacia mangium tinggi mencapai lebih dari 7-15 m. Batangnya berkayu keras, bertekstur kasar, beralur longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat gelap sampai terang. Acacia mangium dapat tumbuh dengan cepat dan tahan terhadap berbagai kondisi cuaca, namun membutuhkan perawatan khusus karena daunnya yang banyak berguguran (Gambar 12).
Gambar 12. Acacia mangium (Sumber: Kawasan SCR, mengacu pada Lestari, 2008)
Gambar 13 merupakan foto kondisi eksisting yang diambil pada bulan Januari 2011 saat pekerjaan konstruksi belum dimulai sama sekali. Tanaman akasia memiliki beberapa potensi, yaitu secara morfologi bernilai estetis, berfungsi sebagai point of interest, tanaman pengarah jalan, dan tanaman peneduh karena bertajuk lebar. Akasia berasal dari famili Leguminocae atau polong- polongan, mampu memfiksasi nitrogen langsung dari udara sehingga dapat memperbaiki kualitas tanah. Tanaman akasia dapat hidup di lahan yang miskin hara dan tidak subur, lahan yang mengalami erosi, berbatu dan tanah gambut serta tanah yang memiliki pH rendah (4,2). Tanaman ini tersebar dengan baik pada ketinggian tidak lebih dari 300 m, dengan curah hujan 1000-4500 mm tiap tahun dengan cahaya matahari yang cukup.
22 (a) Kawasan Gelanggang Aquatic
(b) Kawasan Utara
(c) Kawasan Selatan
(d) Kawasan Hall Basket.
Gambar 13. Vegetasi Eksisting di Sport Center Rumbai (Sumber: Dokumentasi Nindya-TWW, JO. 2010)
Jika dilihat melalui Google Earth tahun 2010 seperti yang tertera pada Gambar 14, keadaan eksisting kawasan SCR merupakan hutan dengan struktur ketinggian vegetasi 0.5-6 meter dan berkanopi agak rapat.
Gambar 14. Sebaran Vegetasi pada Kawasan Sport Center Rumbai (Sumber: googleearth.com, 2010)
23
4.2.6 Satwa Secara umum, jenis satwa eksisting yang sering dijumpai pada kawasan SCR cukup beragam. Jenis satwa yang dijumpai adalah kucing, anjing, tikus, burung gereja (Passer montanus), kodok budug (Bufo melanosticus), kadal (Mabuya multifascitae) dan berbagai jenis serangga yang diperkirakan berasal dari lingkungan sekitar kawasan.
4.3
Kondisi Umum Perusahaan Nindya-TWW JO adalah nama kemitraan dari PT. Nindya Karya dan PT.
Tuju Wali yang melakukan Joint Operation (JO) atau bentuk Kerja Sama Operasi (KSO) antara kedua perusahaan penyedia jasa konstruksi. PT. Nindya Karya (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha jasa konstruksi yang mencakup pelaksanaan pekerjaan konstruksi, perencanaan dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa, pekerjaan terintegrasi (engineering, procurement dan construction/EPC), rancang bangun, building management, serta industri fabrikasi, mencakup konstruksi, operasi, infrastuktur dan pemeliharaan baik proyek pemerintah maupun non pemerintah. PT Nindya Karya merupakan perusahaan konstruksi besar dengan operasi yang bersifat regional, sehingga memiliki wewenang yang cukup besar untuk mengoperasikan bisnisnya di kabupaten atau berbagai daerah. Proyek konstruksi dipegang oleh Dewan Direksi Operasi yang membawahi kantor wilayah Sumatera (district office) yang berlokasi di Kompleks Sudirman Business Center JL. OK Jamil Blok A1-A2, Pekanbaru, Riau. PT. Tuju Wali Wali merupakan salah satu dari 33 anak perusahaan Bosowa yang bergerak di bidang general construction atau kontraktor umum. PT Tuju Wali Wali (TWW) berkedudukan di menara Bosowa Lt. 21 Jl. Jendral Sudirman No. 5, Makassar. Pada hakikatnya proyek yang ditangani oleh kontraktor Nindya-TWW JO terdiri dari dua jenis, yaitu (1) Proyek Renovasi Stadion Kaharudin Nasution Rumbai dan (2) Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai. Pelaksanaan kedua proyek tersebut berada pada lokasi yang sama, yaitu kawasan SCR. Penulis terlibat dalam Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai.
24
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Manajemen Proyek Proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Manajemen proyek konstruksi adalah proses
penerapan fungsi-fungsi manajemen
(perencanaan dan
pengendalian) secara sistematis dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Pengaplikasian manajemen proyek pada kontraktor pelaksana adalah dengan cara mengelola dan mengorganisir berbagai aset, sumber daya manusia, waktu serta kualitas pekerjaan proyek, sehingga proyek menghasilkan kualitas pekerjaan yang maksimal, meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. Menurut Soeharto (1995), manajemen perencanaan hanya berperan 20% dan sisanya terdiri dari manajemen pelaksanaan. Kontraktor bertanggung jawab melakukan koordinasi dan menyiapkan kebutuhan sumber daya konstruksi meliputi keuangan/dana, sumberdaya manusia/tenaga kerja ahli, material, peralatan dan menyusun metode kerja. Manajemen proyek meliputi langkah-langkah atau tahapan sebagai berikut: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penyelesaian proyek. Pembahasan dikhususkan pada lingkup pelaksanaan dan pengawasan, yang tidak terlepas dari fungsi pengendalian (controlling) dan pengawasan (reporting).
5.1.1 Struktur Organisasi Formal (Kontraktual) Dalam organisasi ditetapkan pedoman dan petunjuk kegiatan, pembagian tugas, komunikasi, jalur pelaporan dan tanggung jawab masing-masing individu. Pihak-pihak yang terlibat di dalam suatu proyek memiliki tugas, tanggung jawab dan fungsinya masing-masing, disebut juga sebagai pelaku proyek. Hubungan antar pelaku proyek memiliki dasar hubungan formal atau kontraktual, artinya pihak-pihak yang terlibat memiliki wewenang dan tanggung jawab sesuai kontrak yang disetujui bersama. Kontrak berperan dalam pembatasan tanggung jawab, penentuan cakupan dan peranan penyelenggara proyek serta berkaitan dengan hak dan kewajiban antara pengguna dan penyedia jasa. Skema hubungan kerja antar
25
pelaku proyek pada Proyek Penataan Kawasan SCR dapat dilihat di Gambar 15.
Struktur organisasi menggunakan jasa konsultan manajemen konstruksi yang bertindak sebagai manajer konstruksi dan wakil dari pemilik (owner).
Owner Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Riau (DISPORA)
Manajemen Konstruksi PT. Riau Multi Cipta Dimensi
Konsultan Perencana CV. Persada Nusantara Keterangan Hubungan Kontrak Hubungan Fungsional
Kontraktor Pelaksana Nindya-TWW, JO. Sub kontraktor Supplier
Gambar 15. Struktur Organisasi Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai (Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011)
Pemilik proyek (owner) adalah pihak yang memiliki gagasan mengenai proyek yang diinginkan dan berperan sebagai pihak pemberi tugas yang memberikan Surat Perintah Kerja (SPK) kepada pemenang tender. Pada proyek penataan kawasan SCR, yang berperan sebagai owner adalah Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Riau, yaitu pejabat struktural instansi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan jasa, mengelola administrasi kontrak dan mengendalikan pekerjaan. Konsultan perencana berperan sebagai pihak yang menerjemahkan dan membuat gambaran yang jelas dari aspek-aspek teknis, arsitektur dan ekonomis mengenai proyek yang dicita-citakan oleh owner. Konsultan Perencana berperan dalam pembuatan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Begitu juga dalam pembuatan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) dari proyek tersebut. Konsultan perencana merupakan badan atau perseroan yang membuat perencanaan bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil dan bidang-bidang terkait dengan sistem bangunan, dalam proyek ini adalah CV. Persada Nusantara. Jenis proyek, kompleksitas dan volume pekerjaan mempengaruhi pertimbangan akan pendekatan manajemen dalam suatu manajemen proyek. Pada
26
proyek berskala besar, biasanya pemilik proyek (owner) memberikan kepercayaan manajerial secara penuh pada manajemen konstruksi (MK). Pengawasan proyek dilakukan MK, mulai dari tahap pengembangan, perancangan, pelelangan, pelaksanaan, sampai pada tahap penyerahan proyek. Pada tahap pelaksanaan, MK berfungsi sebagai koordinator pengelola pelaksanaan melalui kegiatan pengendalian atau pengawasan. Keuntungan dari pengawasan langsung oleh MK adalah durasi dan biaya terkontrol dengan baik. Sistem manajemen proyek konstruksi menerapkan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control). Badan yang dipercaya sebagai Manajemen Konstruksi/MK pada proyek Penataan Kawasan SCR adalah PT. Riau Multi Cipta Dimensi. MK berwenang untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan dan memberikan konsultasi terkait teknis operasional kepada pihak kontraktor, agar didapatkan hasil kerja terbaik sesuai RKS, memberikan peringatan terhadap pihak pelaksana jika terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja, menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak memperhatikan peringatan yang diberikan, memeriksa gambar shop drawings, melakukan pengontrolan dalam pemesanan material maupun perlengkapan bangunan, serta melakukan perubahan melalui berita acara perubahan (site instruction). Kontraktor Pelaksana adalah pihak yang mendapat tugas dari pemilik proyek untuk melaksanakan proyek sesuai yang telah direncanakan konsultan perencana, sesuai dengan gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak. Kontraktor adalah perusahaan berbadan hukum yang bergerak dalam bidang pemborongan pembangunan suatu proyek sesuai dengan spesifikasi pekerjaan dan jadwal yang telah ditentukan. Kontraktor yang memenangkan pelelangan umum pada proyek SCR adalah Nindya-TWW JO, yaitu gabungan dari dua perusahaan penyedia jasa konstruksi PT Nindya Karya dengan PT. Tuju Wali Wali (TWW). JO atau Joint Operation adalah kerjasama operasi dua badan atau lebih yang sifatnya sementara hanya untuk melaksanakan suatu proyek tertentu sampai proyek tersebut selesai dikerjakan, tanpa pihak-pihak membentuk suatu badan hukum baru/tersendiri sebagai badan yang mempunyai usaha tertentu. Kerja sama operasi ini tertuang pada dokumen kontrak dimana kedua belah pihak bersepakat untuk
27
menyelesaikan pekerjaan proyek penataan kawasan SCR dalam waktu tertentu,
sesuai dengan kegiatan bersama dari masing-masing unit kerja dan pendanaan bersama. Joint Operation merupakan salah satu upaya untuk meminimalisir faktor resiko dengan membentuk ikatan kerja sama finansial, dimana dua atau lebih perusahaan kontraktor berkomitmen pada pembagian untung atau rugi, sesuai dengan presentase yang telah disepakati. Surat perjanjian kemitraan Kerja Sama Operasi (KSO) atau Joint Operation Agreement disebutkan bahwa PT. Nindya Karya sebagai perusahaan utama (leading firm). Keikutsertaan modal (sharing) pada setiap perusahaan memiliki persentase yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 2. Adapun stakeholder yang berada di bawah tanggung jawab kontraktor adalah supplier pohon dan sub kontraktor rumput. Supplier atau pemasok material pohon bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pohon baik jenis maupun jumlah sesuai dengan dokumen kontrak yang telah disepakati, sedangkan sub kontraktor rumput memiliki kewajiban untuk bekerja memenuhi kebutuhan rumput pada lanskap kawasan SCR sesuai dengan dokumen kontrak. Secara umum hubungan kerja antar pelaku proyek Penataan Kawasan SCR dapat dikatakan baik, namun kehadiran suatu konflik adalah sesuatu yang wajar. Beberapa penyebab konflik yang umum terjadi adalah masalah komunikasi, seperti perbedaan persepsi individual yang berhubungan dengan hasil akhir, kriteria dan prioritas, otoritas tugas dan keputusan. Hubungan kerja antara pengawas/MK dan kontraktor pelaksana dapat dikatakan kuat dikarenakan kantor direksi yang berada di dalam satu lokasi. MK sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, hendaknya memberikan pengawasan yang netral dan objektif sehingga tercapai praktik manajerial profesional dan mengkomunikasikan seluruh proses konstruksi kepada owner. Dalam beberapa kasus MK dapat dikatakan kurang netral dalam menjalankan tugasnya, misalnya pada pemesanan material walaupun MK berwenang dalam memberikan usulan terkait operasional pelaksanaan, namun bukan berarti MK berhak menentukan siapa pemasok/sub kontraktor yang akan ditunjuk untuk bekerja sama dengan pihak kontraktor. Pada kasus pekerjaan softscape, MK merekomendasikan supplier tanaman, padahal pihak kontraktor lebih berkenan jika penanaman dilakukan oleh sub kontraktor untuk mengecilkan kompleksitas proyek dan mentransfer risiko agar hasil
28 pekerjaan menjadi lebih terjamin. Kontraktor kurang tegas dan terpaksa menerima
supplier yang telah ditunjuk MK, padahal dari segi kualitas dan harga kurang kompeten. Kasus serupa terjadi kembali pada pekerjaan rumput, dimana owner merekomendasikan sub kontraktor rumput, padahal pekerjaan penanaman rumput dapat diswakelola oleh kontraktor. Hendaknya kontraktor dapat menunjuk sendiri sub kontraktor/supplier yang akan dijadikan partner kerjanya sehingga diharapkan terjadinya kerjasama dan koordinasi yang lebih baik.
5.1.2 Struktur Organisasi Pelaksana Adanya kerja sama operasi melahirkan suatu susunan kemitraan jangka pendek dengan klasifikasi pekerjaan masing-masing, dapat dilihat pada bagan struktur organisasi (Gambar 16). Posisi penulis dalam kegiatan magang berada pada divisi engineering sebagai drafter dan merangkap sebagai landscape assistant supervisor. Fokus penulis yaitu menangani pekerjaan softscape. Project Manager (PM)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Project Engineering
Site Manager
Finance & HRD
Logistic & Equipment
Cost Control Quality Surveyor (QS) & Quality Control (QC)
Engineering
Document Administrator & Public Relation
Surveyor
Finance
Supervisor
Accounting & Tax
Mekanikal- Elektrikal
Cashier
Sipil Lanskap
Security, Office Boy, Driver
Keterangan: Posisi Mahasiswa Magang
Gambar 16. Struktur Organisasi Pelaksana Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai (Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011)
29
Struktur organisasi adalah diagram yang menunjukkan fungsi-fungsi
departemen atau posisi dalam organisasi dan bagaimana mereka saling berhubungan. Pada struktur organisasi proyek terlihat adanya pembagian pekerjaan, hirarki dan tipe-tipe pekerjaan yang harus dilaksanakan, antara lain: 1. Project Manager (PM) atau kepala proyek Project Manager (PM) adalah wakil dari kontraktor yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan proyek, pembuat kebijakan mengenai ketentuan dan penyelesaian masalah dalam pelaksanaan proyek. 2. Site Manager (SM) Site Manager (SM) atau bisa juga disebut Construction Manager, bertanggung jawab dalam: (1) mengkoordinasikan, merencanakan dan mengevaluasi kemajuan pekerjaan di lapangan serta menyusun laporan kemajuan proyek, (2) membuat metode kerja dan jadwal pelaksanaan, serta (3) mengendalikan sumber daya baik bahan/material, pemakaian alat, maupun upah dan tenaga kerja. Pada proyek ini, Site Manager (SM) membawahi lima orang supervisor dan surveyor. Supervisor terdiri dari tiga orang pengawas sipil, satu orang pengawas pekerjaan lanskap dan satu orang pengawas Mekanikal-Elektrikal (ME). Ketiga pengawas sipil memiliki spesifikasi berbeda, dimana ada yang bertanggung jawab atas pekerjaan saluran, pekerjaan pagar dan pekerjaan area parkir. Peranan dari supervisor dan surveyor, yaitu: a Supervisor atau pelaksana lapang Supervisor bertanggung jawab dalam: (1) manajemen tenaga kerja di lapang, seperti menyiapkan tenaga kerja, mengkoordinasikan para mandor dan mengatur jadwal tenaga kerja sehari-hari, (2) mampu memahami gambar kerja rencana, (3) melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja mingguan dan spesifikasi teknis, (4) membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan di lapangan. b Surveyor Bertugas mengadakan pengukuran, pengolahan data survey dan ahli mengoperasikan alat pengukuran. 3. Divisi Teknik Berkaitan dengan masalah teknis. Dalam divisi ini terdapat:
30
a. Cost Control
Bertugas mengendalikan aliran dana dengan progress di lapangan dan menjaga agar biaya akhir proyek agar selalu terkendali. b. Quality Control (QC) & Quantity Surveyor (QS) QC bertugas menjamin mutu pekerjaan berdasarkan penggunaan waktu, mutu dan biaya yang disyaratkan, melalui pengendalian terhadap tenaga kerja, perawatan peralatan, pemeriksaan terhadap bahan/material yang digunakan. Adapun QS adalah ahli dalam perhitungan volume pekerjaan dan analisa satuan, bertugas dalam memperkirakan kebutuhan kuantitas material dan pengendalian biaya. c. Drafter Bertugas dalam pembuatan gambar teknik, seperti revisi gambar rencana, gambar kerja (shop drawings) dan lainnya. d. Engineer Adalah ahli dalam teknologi pelaksanaan pekerjaan, perencanaan teknik, perhitungan dan pelaporan progress/realisasi pekerjaan di lapang. e. Logistik Bertanggung jawab dalam pembelian peralatan/bahan material serta pengelolaannya di gudang, melakukan survey mengenai sumber dan harga material, membuat jadwal dan laporan managerial tentang penggunaan material dan peralatan proyek. f. Administratif Manager Bertanggung jawab atas segala hal yang menyangkut urusan administrasi kontraktor, juga bertugas untuk mengkoordinir akuntansi dan logistik. 4. Divisi Personalia dan Keuangan Personalia berkaitan dengan masalah administrasi umum dan undang-undang keamanan sosial, sedangkan keuangan berhubungan dengan akuntansi, audit, pembiayaan dan pelaporan pajak, ketepatan waktu pembayaran gaji, serta mengurusi konsekuensi yang timbul dari pendapatan pajak. 5. Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tujuan K3 adalah menyediakan lingkungan pekerjaan serta fasilitas yang sehat, aman melalui pengawasan terhadap 4M (Gambar 17).
31 Manusia Mesin Material Metode
Pengawasan 4M
Lingkungan kerja yang aman
Tidak ada kecelakaan Tidak ada kerusakan/ kerugian
Gambar 17. Bagan Kerja Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011)
Organisasi proyek memiliki arti unik dan dinamis. Dikatakan unik, karena dalam menghasilkan suatu produk, rangkaian kegiatan proyek hanya berlangsung satu kali, dan di waktu berikutnya pekerjaan akan dilakukan di lokasi baru, dengan pola baru, dan di bawah kendali organisasi proyek yang baru pula. Kedinamisan organisasi proyek terjadi karena hampir tidak pernah ada suatu organisasi yang bersifat tetap. Sering terjadi perubahan anggota dan komposisi organisasi dari awal proyek berlangsung. Perusahaan kontraktor Nindya Karya memiliki banyak kantor cabang sehingga sering terjadi perputaran sumber daya manusia dari satu proyek ke proyek lainnya, sedangkan perubahan anggota tim dalam suatu organisasi akan berdampak pada perubahan psikologis tim dan budaya kerja. Namun sebagai satu tim kerja, semua dari hirarki tertinggi sampai terendah saling bekerja sama menciptakan konduktivitas kerja yang positif. Struktur organisasi dikatakan cukup baik karena memenuhi prinsip- prinsip penting dalam penyusunan organisasi di lapangan, yaitu jalur instruksi yang langsung dan efektif, masing-masing staf memiliki uraian pekerjaan secara jelas, serta masing-masing individu berwenang mengambil keputusan sesuai dengan jabatannya. Manajemen yang baik tercapai bila adanya kerjasama yang baik. Keterkaitan antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya membutuhkan koordinasi, seperti pekerjaan penanaman softscape dan ME. Kurangnya koordinasi antar penanggungjawab dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan.
5.1.3 Pengelolaan Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai (SCR) Tidak pernah dijumpai suatu proyek yang semua kegiatannya berjalan sesuai perencanaan dasar, terutama pada proyek besar dan kompleks. Namun dengan adanya siklus perencanaan dan pengendalian yang terus menerus maka penyimpangan yang terjadi dapat ditekan sekecil mungkin. Dalam pengelolaan proyek, fungsi perencanaan dan pengendalian tidak dapat dipisahkan.
32
5.1.3.1 Fungsi Perencanaan Perencanaan operasional proyek Penataan Kawasan SCR, mencakup: perencanaan organisasi lapangan, perencanaan jadwal waktu pelaksanaan, perencanaan tenaga kerja, serta perencanaan peralatan dan material. Unsur-unsur tersebut penting dalam perencanaan terkait proses pelaksanaan di lapang. 1.
Jadwal Jadwal adalah penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkah-
langkah pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai sasaran. Metode yang digunakan dalam menyusun jadwal proyek Penataan Kawasan SCR adalah analisis jaringan kerja (network) yang digambarkan dalam suatu grafik hubungan urutan pekerjaan. Penjadwalan proyek penting dilakukan karena dapat membantu penggunaan tenaga kerja, uang, dan material dengan mengidentifikasi jalur kritis seefektif mungkin. Visualisasi dari kurva S menggambarkan perbandingan antara kurva S rencana dengan realisasi tertera pada Gambar 18. Setiap minggu diadakan pemeriksaan progress oleh engineer untuk memantau sejauh mana progress maupun deviasinya. Deviasi adalah adanya perbedaan antara waktu rencana dengan waktu aktual, dinyatakan dalam persen. Besar persentase keterlambatan bersifat fluktuatif setiap satuan waktu. Jadwal pelaksanaan dapat bersifat fleksibel karena pekerjaan yang satu terkait dengan pelaksanaan pekerjaan lain, menyebabkan adanya keterlambatan suatu pekerjaan dapat menghambat pekerjaan lain. Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan softscape dilakukan atas dasar kebijakan PM sebagai upaya untuk mengejar deviasi keterlambatan pada bulan ke 3-5. Pekerjaan softscape seharusnya dilakukan pada akhir proyek yaitu bulan ke 14-18, tetapi pada realisasinya pelaksanaan pekerjaan ini dimajukan menjadi bulan ke 6-9, terlihat kurva realisasi meningkat tajam. Namun, percepatan pekerjaan lanskap pada bulan ke 6-9 tidak diiringi dengan percepatan pekerjaan ME, padahal terdapat keterkaitan antar kedua pekerjaan tersebut. Pelaksanaan pekerjaan softscape telah dimulai sejak pertengahan April, sedangkan pekerjaan ME baru dilaksanakan pada bulan Agustus. Hal ini menyebabkan 3 polybag Palem Putri dibongkar ulang karena terkena pekerjaan pondasi ME. Ketidakselarasan antara pekerjaan ME dan pekerjaan lanskap juga mengganggu pekerjaan penanaman rumput.
33 JADWAL WAKTU PELAKSANAAN (KURVA-S) PEKERJAAN PENATAAN KAWASAN SPORT CENTER RUMBAI (MULTIYEARS), PEKANBARU, RIAU.
Gambar 18. Jadwal Perencanaan dan Realisasi Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai (Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011) Keterangan: Kurva Rencana (Januari 2011-Juni 2012) Kurva Realisasi (Januari 2011-Agustus 2011)
Adapun Tabel 4 adalah time table process khususnya pelaksanaan pekerjaan Pagar, Parkir dan Softscape yang penulis bahas pada skripsi ini.
34
Tabel 4. Time Table Process Pelaksanaan Pekerjaan Pagar, Parkir dan Softscape
Pekerjaan April
Mei
Bulan Juni
Juli
Agustus
1. Pekerjaan Pagar - Pekerjaan Pendahuluan - Pekerjaan Pondasi - Pekerjaan Struktur - Pekerjaan Dinding - Pengecatan 2.a. Pekerjaan Parkir Selatan - Pekerjaan pendahuluan - Pekerjaan Tanah - Pemasangan Paving block - Finishing b. Pekerjaan Paving Utara - Pekerjaan pendahuluan - Pekerjaan Tanah - Pemasangan Paving block - Finishing 3.a. Pekerjaan Softscape Selatan - Pekerjaan Tanah & Penggalian - Pekerjaan Penanaman Pohon - Pekerjaan Penanaman Rumput - Finishing b. Pekerjaan Softscape Utara - Pekerjaan Tanah & Penggalian - Pekerjaan Penanaman Pohon - Pekerjaan Penanaman Rumput - Finishing
Adapun keterlambatan pekerjaan softscape berhubungan dengan keterlambatan fabrikasi kansteen. Penanaman tanaman dan rumput dilakukan pada pulau jalan (traffic island) memerlukan kansteen yang sudah terpasang, agar dapat ditimbun oleh top soil setinggi 20 cm sebagai media rumput. Jika tidak, maka hasil pekerjaan penanaman rumput akan kurang memuaskan, seperti tinggi permukaan top soil kurang merata. Solusi yang bisa ditawarkan adalah mengganti kansteen sementara dengan bekisting sehingga pekerjaan penimbunan top soil dan penanaman rumput menjadi lebih rapi. Kesimpulannya, pada awal pelaksanaan proyek
(Desember-Mei)
terdapat
deviasi
keterlambatan
yang
cukup
mengkhawatirkan yaitu sebesar -10.05 %, namun kontraktor mengupayakan perbaikan sehingga pada Juni-Agustus 2011 persentase deviasi berkurang menjadi -5.94%. Hal ini membuktikan bahwa kualitas sistem informasi sudah cukup baik, sehingga tindakan koreksi yang diambil tepat dalam menyelesaikan masalah.
35
2.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja inti dimobilisasi dari Jakarta, Medan dan Makassar, sedangkan tenaga kerja harian diambil dari penduduk lokal. Berdasarkan jenis kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi dua yaitu pekerja harian dan pekerja borongan. Berdasarkan sistem pembayarannya, pembayaran tenaga kerja harian berdasarkan jam kerja normal yaitu 8 jam per hari, sedangkan untuk pekerja borongan akan dibayar penuh setelah item pekerjaan selesai seluruhnya. Tenaga kerja seringkali tidak mudah didapat, mahal, dan menimbulkan banyak persoalan, sehingga diperlukan perencanaan yang cermat mulai dari perkiraaan jumlah total tenaga kerja, jenis dan sebagainya. Pemilihan tenaga kerja dapat berpengaruh terhadap keefektifan penggunaan waktu dan biaya. Pekerja yang sudah terampil dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan memuaskan daripada pekerja yang belum berpengalaman. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan berimplikasi secara langsung terhadap pengeluaran biaya. Semakin cepat pekerjaan selesai, maka pembayaran tenaga kerja harian dan penyewaan alat akan semakin rendah, dan sebaliknya. Kebijakan daerah dapat mempengaruhi keefisienan penggunaan sumberdaya. Pada tahun 2011 UMP (Upah Minimum Provinsi) Riau berkisar sekitar Rp. 1.238.000,00. berdampak terhadap tingginya upah para pekerja lokal. Pada beberapa kasus, kontraktor cenderung lebih memilih jika pekerja harian didatangkan dari Sukabumi, Cianjur dan sekitarnya, karena bersedia dibayar Rp. 50.000,00 per hari tanpa termasuk uang makan. Berbeda dengan pekerja lokal yang tidak bersedia dibayar dengan upah sama. Jika diakumulasi, mendatangkan pekerja dari luar daerah, lebih dapat menekan anggaran proyek, walaupun biaya transportasi dan biaya akomodasi ditanggung oleh kontraktor. Kurangnya tenaga kerja baik dari segi jumlah maupun kualitas merupakan masalah dalam tenaga kerja. Rendahnya jam kerja efektif pekerja taman disebabkan oleh panasnya suhu udara, pekerja cepat lelah sehingga lebih sering beristirahat, serta upah yang kurang memadai (Rp 50.000,00 per hari tanpa termasuk biaya makan) dapat menurunkan gairah kerja dan berdampak pada keterlambatan pekerjaan. Untuk menyiasatinya, diperlukan alokasi biaya tambahan sebagai insentif bagi pekerja yang giat. Keberadaan suatu proyek tidak dapat dipisahkan dari peran masyarakat setempat, namun kadang kala pekerja
36
lokal memiliki kisaran upah yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan
produktifitas kerja yang baik sehingga sering memicu ketegangan bekerja. Misalnya, di sekitar lokasi proyek SCR, terdapat preman setempat yang sering berlaku meresahkan apabila tidak diikutsertakan dalam bongkar muat material. Sebaiknya kehadiran mereka dijadikan sebagai bahan pertimbangan, misalnya diikutsertakan dalam tenaga keamanan, dan sebagainya agar tidak menimbulkan kerugian finansial bagi kontraktor. 3.
Kebutuhan Material dan Peralatan Berbagai alat berat dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan penataan Kawasan SCR tertera pada gambar 19. (a) Excavator
(b) Buildozer
(c) Vibro roller
(e) Concrete mixer
(f) Concrete pump truck
(h) Pick up
(i) Mesin pencetak paving
(d) Motor grader
(g) Dump truck
(j) Genset
(k) Bar bender/cutter
(l) Concrete vibrator
Gambar 19. Alat Berat dan Mesin yang Digunakan pada Proyek Sport Center Rumbai
37
Secara umum, berbagai material yang diperlukan dalam pekerjaan
konstruksi proyek penataan Kawasan SCR tertera pada Gambar 20. Kebutuhan bahan dikendalikan oleh bagian logistik dan disesuaikan dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan dengan mengikuti jadwal dan spesifikasi teknik.
(a) Agregat kasar
(b) Sirtu (c) Agregat halus
(d) Kayu perancah
(e) Kabel Mekanikal-Elektrikal (f) Besi
(g) Semen
(h) Kayu bekisting (i) Bata
Gambar 20. Material yang Digunakan pada Proyek Sport Center Rumbai
Pemilihan peralatan baik dari segi jenis, kapasitas, maupun jumlahnya disesuaikan dengan kondisi lapangan agar sasaran pelaksanaan pekerjaan tercapai, yaitu tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu. Alat-alat berat didatangkan dari Pekanbaru, Medan dan sekitarnya. Perencanaan material dan peralatan berkaitan erat dengan ketepatan jadwal waktu penyerahan di lokasi proyek dan diusahakan tidak terlalu awal maupun terlambat. Misalnya, untuk peralatan yang pengadaannya memerlukan waktu lama, seperti mesin paving block dan generator listrik perlu dianalisis kurun waktu fabrikasi dan transportasinya. Peralatan mekanik seperti excavator, loader, crane truck, dan sebagainya di samping jadwal tersedianya peralatan di lokasi hendaknya juga dipertimbangkan keputusan
38
apakah lebih baik menyewa atau membeli, karena faktor ini cukup besar
pengaruhnya terhadap aliran kas dan biaya konstruksi secara keseluruhan. Untuk lebih terperinci, langkah-langkah berikut merupakan tahapan pengadaan material softscape (pohon): a Approval Material Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kontraktor akan mengajukan approval material yang telah disesuaikan dengan spesifikasi teknis yang diminta Konsultan Perencana kepada Konsultan Pengawas, b Pembuatan Shop Drawing dan ijin pelaksanaan pekerjaan di lapangan (IPP). c Pembelian Material (Purchasing) Sebelum proses pembelian material dilaksanakan terlebih dahulu harus melalui proses pengajuan permintaan material yang diajukan pelaksana dan disetujui owner. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengajuan permintaan material, yaitu; - volume material harus sesuai dengan shop drawing yang disetujui MK, - spesifikasi teknis material harus sesuai dengan approval material yang sudah disetujui oleh MK, - waktu kebutuhan dari material harus disesuaikan dengan schedule pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Langkah selanjutnya adalah survai ke lokasi penyedia material. Kegiatan survai menghasilkan beberapa calon mitra kerja. Pemilihan mitra kerja tersebut berdasarkan penawaran harga yang terendah, lokasi karena berhubungan dengan pengangkutan material, serta mutu/kualitas material. Kemudian dilakukan negosiasi harga, waktu pengiriman, cara pembayaran dan syarat lainnya. Hal-hal tersebut kemudian dilampirkan pada surat pemesanan dan dokumen kontrak. Penulis berperan dalam pembuatan dokumen kontrak dan berhubungan secara langsung dengan supplier dan sub kontraktor penyedia material tanaman dan rumput. Dokumen kontrak material pohon dan rumput tertera pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Pembuatan dokumen kontrak mengacu pada spesifikasi teknis yang tertera pada dokumen kontrak umum.
39
d Penyimpanan Material
Pada saat material yang dipesan sampai di lokasi proyek dilakukan pembuatan berita acara serah terima yang ditandatangani kedua belah pihak yaitu kontraktor dan penyedia barang (supplier/subkontrakor). Berita acara serah terima pohon tertera pada Lampiran 5. Selanjutnya diadakan seleksi material dengan mengacu pada spesifikasi yang telah disepakati dalam kontrak. Spesifikasi tersebut mencakup jenis pohon, ukuran atau dimensi material (tinggi pohon, dan diameter batang), kondisi fisik daun dan batang, dan sebagainya. Berdasarkan kontrak, pohon yang ditanam pada pekerjaan softscape proyek penataan kawasan SCR masing- masing memiliki ketentuan tinggi batang 2 meter, tidak termasuk cabang tajuk, tanaman bebas dari hama dan penyakit, serta memiliki sifat fisik daun, batang, dan cabang yang baik. Jika hal-hal tersebut telah terpenuhi maka material tersebut diijinkan masuk ke area penyimpanan yang telah diatur sedemikian rupa sehingga mempermudah dalam pendataan atau pemeriksaan kembali dan dicatat dalam buku stock material agar jumlah material tersebut dapat diketahui setiap saat. Untuk keperluan alat seperti cangkul, ember, gerobak, sprayer serta bahan seperti pupuk urea, pestisida dan lain-lain dilakukan pemesanan atau pengajuan permintaan kebutuhan alat dan bahan kepada divisi logistik. Adapun pembayaran pekerjaan sub kontraktor rumput dilakukan dengan cara opname lapang. Opname lapang atau mutual check merupakan pemeriksaan dan pengukuran oleh pelaksana atau supervisor landscape dan diketahui oleh Site Manager (SM) terhadap paket-paket pekerjaan lanskap yang dilaksanakan oleh sub kontraktor rumput. Pembayaran opname dilakukan berdasarkan kontrak harga satuan. Kontrak harga satuan adalah jenis kontrak kerja konstruksi untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan terhadap setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang kuantitas pekerjaannya masih bersifat sementara.
5.1.3.2 Fungsi Pengendalian Dalam pelaksanaan suatu perencanaan, tidak jarang ditemui adanya penyimpangan-penyimpangan dalam mencapai target. Urgensi dari kegiatan
40
pengendalian adalah sebagai usaha berkelanjutan yang bertujuan untuk memeriksa sampai seberapa jauh hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan, maka dilakukan pengkajian dan analisis atas permasalahan yang terjadi di lapang serta pengambilan tindakan koreksi. Berikut merupakan sistem pengelolaan proyek yang ditetapkan oleh Nindya-TWW JO. 1.
Sistem Informasi sebagai Pengendalian Proyek Kegiatan pengendalian dilakukan terhadap jadwal waktu pelaksanaan serta
jadwal penggunaan peralatan, material dan tenaga kerja. Jadwal yang telah tersusun dipantau realisasinya di lapang kemudian dilaporkan progresnya dalam bentuk Laporan Hasil Pekerjaan. Laporan dibuat oleh penyedia jasa serta diketahui, diperiksa oleh direksi teknis, dan disetujui oleh direksi pekerjaan. Laporan Hasil Pekerjaan terdiri dari: a. Laporan harian, memuat informasi secara kuantitatif untuk setiap pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk memudahkan pemantauan dan tindakan antisipasi terhadap kendala yang muncul di lapang. Laporan harian berisi: - tugas, penempatan dan jumlah tenaga kerja di lapangan - jenis dan kuantitas bahan di lapangan - jenis, jumlah, dan kondisi peralatan di lapangan - jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan - cuaca/peristiwa alam lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan b. Laporan mingguan, terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan mingguan serta catatan yang dianggap perlu. c. Laporan bulanan, terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan bulanan, tabulasi pengeluaran dan overlay jadwal yang direncanakan dengan realisasi pelaksanaan di lapang. d. Catatan atau kelengkapan laporan yang dianggap perlu, seperti lampiran foto- foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan. Selain berguna untuk memantau proyek, laporan berperan penting pada saat pemeriksaan dilakukan. Pada serah terima proyek terdapat audit/pemeriksaan data dan informasi hasil pekerjaan berdasarkan laporan dan cross-check terhadap pengukuran fisik di lapang, misalnya meter kubik pengerukan timbunan, berapa banyak gambar konstruksi yang telah diselesaikan dan sebagainya. Audit proyek
41
dapat mengindikasikan kemungkinan adanya penyimpangan terhadap prosedur yang diberlakukan, baik berasal dari pemerintah maupun internal perusahaan. 2.
Rapat Koordinasi Terdapat beberapa macam rapat koordinasi diantaranya: (1) pre
construction meeting atau biasa disebut kick off meeting merupakan rapat resmi pertama antara direksi pekerjaan (Dispora), direksi teknis (MK), penyedia jasa (kontraktor) dan perencana yang dilakukan sebagai tanda dimulainya proyek. Rapat ini bertujuan untuk menyamakan presepsi diantara semua pihak terkait hal- hal yang belum tertera dalam dokumen kontrak, antisipasi terhadap kendala yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, serta prosedur dan teknis pelaksanaan proyek; (2) site meeting (rapat lapangan) merupakan rapat formal internal yang rutin dilakukan dalam rangka koordinasi kegiatan pelaksanaan, melibatkan pihak kontraktor (PM, SM, Project Engineer, Engineer, Cost Control, QC & QS, Logistic, Supervisor) dan MK; (3) show cause meeting merupakan rapat yang dilakukan apabila kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai jangka waktu sesuai dokumen kontrak. Pada site meeting, kontraktor diminta mempresentasikan progress pekerjaan, kemudian dibahas apakah progress nyata di lapang sudah sesuai dengan target, jika belum sesuai project engineer mengecek berapa persen deviasi (selisih) antara target dan realisasi. Lalu diadakan diskusi bersama, apa kendala yang menyebabkan pekerjaan tersebut tidak tepat waktu dan bagaimana cara untuk mengejar keterlambatan tersebut, apa saja alternatif yang dapat memperbaiki keadaan. Perbaikan dapat dilakukan melalui penjadwalan ulang, penggantian metode kerja, penambahan tenaga kerja, pengadaan waktu lembur, atau pengadaan peralatan tambahan dan sebagainya. Jika terdapat perbedaan signifikan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan dokumen kontrak maka pengguna jasa bersama penyedia jasa dapat melakukan Perubahan Kontrak (Contract Change Order/CCO) yang meliputi; a. menambah/mengurangi kuantitas pekerjaan pada kontrak, b. menambah/mengurangi jenis pekerjaan/mata pembayarannya,
42 c. mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan lapangan. MK merupakan perpanjangan tangan dari owner (Dispora). MK diberikan kepercayaan manajerial secara penuh untuk menggantikan posisi Dispora di lokasi proyek sehingga pada saat site meeting keputusan MK merupakan mandat tertinggi. Rapat koordinasi penting dilakukan, karena perlunya komunikasi terbuka antar pihak yang berkepentingan sehingga hambatan pelaksanaan dapat dipantau dan diminimalisir. Namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan, selama lebih dari empat bulan penulis menjalankan magang, didapatkan bahwa site meeting dilaksanakan secara insidental saja dan tidak teratur. Pada implementasinya dapat dikatakan koordinasi yang dilakukan oleh Nindya-TWW JO masih tergolong lemah dan perlu ditingkatkan. Hendaknya rapat koordinasi dilakukan secara rutin sekali dalam satu minggu dan kontinyu. 3.
Quality Control Pengendalian mutu dilakukan melalui pengendalian terhadap tenaga kerja,
perawatan peralatan, material yang digunakan melalui tes/uji coba yang dilakukan di lapangan dan laboratorium serta pemeriksaan terhadap metode pelaksanaan dengan mengacu pada prosedur yang telah teruji. Program mutu berisi informasi pengadaan, organisasi proyek pengguna jasa dan penyedia jasa, prosedur pelaksanaan pekerjaan, prosedur instruksi kerja, pelaksanaan kerja. Program Mutu disusun oleh penyedia jasa dan disepakati oleh Pengguna Anggaran dan dapat direvisi sesuai kebutuhan. Gambar 21 merupakan gambaran kebijakan manajemen konstruksi yang diaplikasikan Nindya-TWW JO dalam proses pengendalian mutu. Seringkali penyedia jasa yang memenangkan pelelangan adalah yang menawarkan harga terendah, dengan kata lain mereka lebih banyak memangkas keuntungan yang akan mereka dapatkan dibandingkan dengan peserta lelang lainnya. Hal ini lantas tidak seharusnya membuat perusahaan kontraktor yang terpilih, mengurangi kualitas produk yang dihasilkannya. Biaya proyek adalah anggaran total yang diperlukan dalam menyelesaikan sebuah proyek, dimulai dari tahap persiapan, sampai dengan berakhirnya tahapan serah terima, termasuk masa retensi (garansi). Hal yang kurang disadari bahwa peningkatan kualitas akan
43
menurunkan biaya produksi, antara lain menurunkan resiko re-work, menghemat
waktu, meminimalisir bahan yang terbuang (scrap) dan biaya garansi, sehingga apabila diakumulasi akan berpengaruh terhadap biaya jangka panjang yang dikeluarkan perusahaan. Kesimpulannya, biaya total mungkin berada pada titik minimum di saat 100% barang atau jasa sempurna dan bebas dari cacat. Produk berkualitas rendah tidak hanya mengakibatkan biaya produksi yang lebih tinggi, tetapi juga dapat menyebabkan kecelakaan bahkan tuntutan hukum. Selain itu ada banyak pihak yang terlibat, penanggung jawab, pimpinan proyek, pengawas, pekerja, pemasok, pemerintah dan masyarakat. Pada akhirnya, reputasi merupakan nafas dari keberlanjutan organisasi pelaksana, yaitu memenangkan pelanggan.
Pengadaan/ Procurement
Perencanaan/ Planning Pembiayaan Proyek Perencanaan mutu Time schedule Schedule peralatan Schedule tenaga kerja
Seleksi vendor/supplier Seleksi sub kontraktor Seleksi tenaga kerja
Penyerahan/ Hand Over Daftar perbaikan Pemeliharaan rutin Kepuasan pelanggan
Pelaksanaan/ Project Execution Penalaran/training - Schedule - Target mutu - Safety/K3 Pengendalian mutu - Assessment board - prosedur Pemantauan - Tingkat kantor cabang, wilayah, pusat - Tingkat proyek
Gambar 21. Proses Pengendalian Mutu oleh Nindya-TWW, JO. (Sumber: Nindya-TWW JO, 2011)
5.1.4 Area Kerja Proyek Sport Center Rumbai Tata ruang di lahan proyek dapat mempengaruhi keefisienan berjalannya aktivitas proyek karena berhubungan dengan sirkulasi sumberdaya, seperti peralatan, material, lalu lintas kendaraan dan sirkulasi pekerja. Gambar 22 merupakan area kerja proyek SCR.
44 Batas Kawasan SCR
Batas Proyek Penataan Kawasan SCR (Nindya-TWW, JO)
Jalan Kerja
Gambar 22. Area Kerja Proyek Sport Center Rumbai
(Sumber: Googleearth, 2011. Digitasi oleh Pertiwi, 2011) Keterangan: (1) Pos satpam, (2) Kantor kontraktor, (3) Mushola, (4) Kantor Manajemen Konstruksi (MK), (5) Fabrikasi besi (6) Bar bender/Bar cutter (7) Barak pekerja, (8) Gudang/Workshop, (9) Fabrikasi paving, (10) Stock pasir, (11) Stock batu bata, (12) Borrow pit/lokasi penimbunan.
Penjelasan mengenai bagian dari area kerja proyek SCR sebagai berikut: 1. Kantor Pelaksana/Kantor Direksi Direksi keet bertempatkan di lokasi proyek penataan kawasan SCR seperti yang tertera pada Gambar 23 berguna untuk memperpendek rantai komunikasi antara pengambil keputusan, pelaksana, mandor dan pekerja, sehingga proses pekerjaan dan kontrol dapat berjalan cepat.
b
a (a) Direksi Keet Nindya-TWW JO
(b) Papan informasi proyek
Gambar 23. Kantor Pelaksana Proyek Sport Center Rumbai
45 Proyek bersifat kompleks, menuntut fleksibilitas yang ekstrim, maka
pembangunan Direksi Keet dibuat di dalam lokasi proyek agar mempermudah monitoring dan mengendalikan berjalannya proyek. Kantor kontraktor ditempatkan berdampingan dengan kantor MK agar mempermudah koordinasi. 2. Pos Jaga Pagar pengaman proyek dibangun di sekeliling lokasi proyek (Gambar 24). Pos jaga/pos keamanan dibangun di pintu masuk proyek dan di area strategis dengan menempatkan tenaga-tenaga pengaman sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 24. Pagar Pengaman Lokasi Proyek Sport Center Rumbai
3. Jalan Kerja Untuk memperlancar pelaksanaan proyek diperlukan akses jalan yang baik, karena pelaksanaan pekerjaan tidak akan pernah terlepas dari mobilisasi sumberdaya baik material, bahan, ataupun alat yang diperlukan. Pengadaan jalan kerja dan perbaikan jalan kerja telah meningkatkan kinerja pelaksanaan proyek Penataan Kawasan SCR. Gambar 25.a merupakan jalan kerja yang telah diaspal, melingkari pusat kawasan SCR, sedangkan Gambar 25.b menunjukkan jalan kerja yang belum diaspal, namun cukup berfungsi baik. (a) Jalur utama jalan kerja
(b) Jalur sekunder jalan kerja
Gambar 25. Jalan Kerja di Lokasi Proyek Sport Center Rumbai
46
4. Gudang, Stok Material dan Peralatan Mekanik
Gudang adalah tempat penyimpanan material dan peralatan tertentu. Material yang ditempatkan di gudang, yaitu pupuk, semen, kabel listrik, cat dan sebagainya, sedangkan jenis peralatan, yaitu genset, sprayer, spot light untuk pekerjaan lembur malam. Penempatan stok material untuk keperluan fabrikasi pembesian dan bekisting disesuaikan dengan lokasi pekerjaan tersebut. Adapun alat-alat berat seperti excavator diparkirkan pada lokasi yang terpantau security. Pada saat pekerjaan dilaksanakan, peralatan tersebut dimobilisasi ke lokasi pekerjaan, namun peralatan sewaan seperti dump truck masuk ke lokasi proyek ketika dibutuhkan saja. Pada area gudang, terdapat bengkel kerja di mana peralatan yang mengalami kerusakan diperbaiki kembali. Penataan area kerja pada proyek penataan kawasan SCR sudah cukup efektif, karena baik dari segi penataan (lay out) jalan kerja dapat memudahkan aksesibilitas dan mobilisasi kendaraan baik kendaraan bermuatan besar (untuk bongkar-muat material) maupun kendaraan pribadi pekerja. Selain itu penempatan material terpakai, timbunan (quarry) maupun tempat pembuangan (disposal area) sudah tepat karena tidak menghambat pergerakan alat/kendaraan sehingga menunjang keefisienan kerja. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan dan kerapihan area proyek. Kondisi proyek yang bersih dan rapi dapat memberikan kenyamanan serta menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja. Toilet kantor direksi kurang terawat, serta sering terjadi mati air menyebabkan para pegawai muslim perlu pergi ke mesjid yang jauh letaknya untuk melaksanakan ibadah shalat. Selain itu kurangnya sumber tenaga listrik cadangan (genset) menyebabkan pemborosan jam kerja, terlebih hampir tiga kali dalam seminggu Kota Pekanbaru mengalami mati listrik. Diperlukan pembuatan sumber tenaga listrik cadangan dan peningkatan supply kebutuhan air bersih.
5.2
Pekerjaan Studio Pekerjaan studio merupakan bagian dari lingkup kerja divisi engineering.
dan berkaitan dengan penyesuaian gambar-gambar kerja sehingga siap diimplementasikan pada pelaksanaan pekerjaan di lapang. Terdapat tiga jenis gambar yang saling berkaitan, yaitu: (1) gambar rencana, (2) shop drawing dan (3) as-built drawing. Adapun jenis gambar yang wajib diproduksi kontraktor
47
adalah shop drawing dan as built drawing. Proses dan keterkaitan pekerjaan studio dengan pelaksanaan di lapang terdapat pada Gambar 26. Penulis hanya terlibat dalam pembuatan shop drawing dan as-built drawing pekerjaan softscape dan tidak terlibat dalam pembuatan shop drawing pekerjaan hardscape.
Gambar 26. Prosedur Pekerjaan Studio (Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011)
5.2.1 Gambar Rencana Gambar rencana atau gambar kontrak adalah gambar yang diproduksi oleh konsultan perencana, yaitu CV Persada Nusantara yang telah mengacu pada BQ (Bill of Quantity) dan spesifikasi yang tertera pada dokumen kontrak. Gambar asli disimpan oleh direksi, sedangkan gambar-gambar detail pelaksanaan harus dibuat sendiri oleh kontraktor dan bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan di lapang. Gambar rencana dijadikan sebagai acuan pada proses pembuatan shop drawing. Kontraktor harus melakukan pengkajian ulang (review design), karena sering kali desain rencana tidak detail dalam hal dimensi dan spesifikasi material sehingga tidak dapat langsung diaplikasikan di lapang. Ada kalanya terjadi perbedaan menyangkut item atau volume pekerjaan antara gambar rencana, BQ dan RKS. Untuk itu shop drawing berperan dalam memperbaiki perbedaan tersebut, karena saat pembuatan shop drawing akan dihitung volume pekerjaan yang dilaksanakan.
5.2.2 Shop Drawing Shop drawing adalah gambar yang dibuat oleh kontraktor yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pekerjaan di lapang. Shop drawing berperan sebagai media komunikasi antara perencanaan dan pelaksanaan, berisi tentang detail dari
48 pembuatan komponen konstruksi dan digunakan pada proses instalasi untuk
mempermudah proses pemasangan. Pembuatan shop drawing merupakan bagian penting dari proses konstruksi, karena; - shop drawing berperan sebagai acuan yang jelas dan detail bagi pelaksana di lapang agar terhindar dari kesalahan yang mengakibatkan re-work, pembengkakan waktu dan biaya, - shop drawing dapat membantu kegiatan pengendalian pada kegiatan perhitungan terhadap kebutuhan jumlah/volume material, sehingga optimalnya ketepatan perhitungan biaya dan pembelian suatu material. Adapun shop drawing yang baik memenuhi kriteria sebagai berikut; - adanya keyplan memuat posisi pekerjaan yang jelas, - menggunakan notasi gambar dan legenda yang jelas untuk jenis material, -
skala, elevasi dan dimensi yang akurat pada tiap item pekerjaan,
-
gambar sesuai dengan kondisi lapang dan dapat diaplikasikan di lapang.
Pembuatan shop drawing pekerjaan softscape yang dilakukan penulis, mencakup: revisi elemen softscape dari segi jumlah/bobot dan lay out penanaman, serta memberikan saran atas pemilihan jenis dan jumlah tanaman yang sesuai kondisi tapak SCR. Tahapan pembuatan shop drawing pekerjaan softscape, yaitu: 1. Memperlajari Dokumen Kontrak Pentingnya mempelajari dokumen kontrak sebagai acuan dalam perhitungan dan memahami analisis kebutuhan material. Dokumen kontrak mencakup: gambar rencana, RKS, BQ (Bill of Quantity) dan spesifikasinya. Peninjauan ulang atau review design terhadap gambar rencana (Gambar 27) dilakukan engineering bersama MK. Permasalahan yang ditemukan, yaitu terdapat ketidaksesuaian antara jumlah tanaman pada gambar rencana dengan jumlah tanaman di dokumen BQ. Di dalam gambar rencana, tanaman berjumlah 506 pohon, sedangkan dokumen BQ menunjukkan jumlah pohon yang harus ditanam adalah 948 pohon. Kesimpulannya, terdapat selisih sebanyak 442 tanaman yang harus ditambahkan. MK memberikan masukan-masukan dan pemecahan masalah berupa rekomendasi penambahan jumlah pohon pada gambar shop drawing agar sesuai dengan dokumen BQ yang dijadikan acuan. MK bersama engineering melakukan perhitungan-perhitungan teknis, analisis teknis, tinjauan metode kerja, dan
49 tinjauan penggunaan material, kemudian menyerahkannya kepada Dispora untuk
diperiksa kelayakannya. Penulis juga melakukan wawancara dengan pihak MK, hasilnya diketahui bahwa tidak ada penerapan konsep khusus dalam tata hijau kawasan SCR yang dibuat oleh Konsultan Perencana. Karena itu penulis berinisiatif mengajukan pembuatan konsep penanaman pekerjaan softscape dan mendapat persetujuan MK. Perubahan yang terjadi tidak merubah nilai kontrak dan waktu pekerjaan, hanya saja yang berubah adalah jumlah/kuantitas material yang dipakai. Hasil perubahan tersebut oleh PM dan MK diwujudkan dalam bentuk justifikasi yang merupakan pembenaran secara teknis terhadap adanya perubahan yang terjadi. Justifikasi teknis tersebut dituangkan dalam CCO yang ditindak lanjuti dengan pembuatan amandemen kontrak. Analisis justifikasi teknis dan tinjauan material softscape dapat dilihat pada Tabel 5. 2. Penyesuaian Data Survai oleh Surveyor (Adjustement) Dalam pembuatan gambar kerja, engineering membutuhkan data-data terkini mengenai kondisi lapang yang didapatkan dari tim surveyor. Surveyor bertugas untuk melakukan peninjauan kondisi tapak, seperti pengukuran ulang terhadap topografi, luasan tapak, jarak antar batas tapak, dan sebagainya. Kemudian diadakan penyesuaian (adjustment) data survai, dengan gambar rencana. 3. Justifikasi Teknis Justifikasi teknis adalah kesepakatan tertulis yang dibuat oleh kontraktor, MK, dan owner mengenai perubahan spesifikasi material yang digunakan pada suatu pekerjaan. Pada justikfikasi teknis, terdapat tinjauan material softscape yang berisi tentang pertimbangan mengenai jenis material tanaman apa saja yang ditambahkan, maupun pengurangan jenis tanaman tertentu yang dinilai kurang tepat. Penulis berkontribusi dalam memberikan masukan terkait tanaman apa saja yang perlu dipilih dan tidak. Justifikasi teknis terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yaitu revisi atas kekeliruan jumlah pohon pada gambar rencana. Adapun tahap kedua dikarenakan permintaan owner yang menginginkan adanya penambahan pohon sebanyak 270 batang. a. Justifikasi Teknis Material Tanaman I Justifikasi teknis tahap I dilakukan karena terdapat perbedaan antara gambar
Gambar 27. Gambar Rencana Pekerjaan
51
rencana dengan dokumen BQ. Volume tanaman dari 506 pohon menjadi 948 pohon, sehingga dilakukan penambahan sebanyak 442 pohon agar sesuai dengan dokumen BQ. Dari hasil wawancara dengan MK didapat bahwa pada perancangan tata hijau Kawasan SCR, konsultan tidak menggunakan pertimbangan khusus dalam pemilihan jenis tanaman. Penulis menemukan beberapa penempatan tanaman-tanaman tertentu yang kurang sesuai baik secara fungsi maupun penggunaannya. Misalnya, terdapat beberapa pohon yang ditempatkan pada media tanam yang sempit padahal memiliki tipe pertumbuhan akar secara horizontal dan riskan terhadap struktur pagar dan saluran drainase. Sebaiknya sebelum membuat rencana penanaman, konsultan perlu memperhatikan hal-hal seperti sifat fisik (warna, tekstur, ukuran, tekstur, aroma, fungsi) dan mempertimbangkan sifat ekologis tanaman, seperti persyaratan tumbuh tanaman terhadap iklim, tanah, air, udara, perbanyakan, asosiasi antar tanaman dan pemeliharaan. Karena itu, justifikasi teknis yang diberikan kepada pihak MK berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tersebut. b. Justifikasi Teknis Material Tanaman II Dispora meminta diadakan penambahan pohon sebanyak 270 batang yang berfungsi sebagai pengarah jalan. Pohon pengarah jalan adalah pohon yang memiliki karakteristik pembentuk vertical plane dengan arsitektur batang ataupun tajuk yang berbentuk kolumnar, oval, menjurai dan ditanam secara koridor/memanjang. Penambahan volume pohon merupakan sumbangan dari Jamsostek, sehingga kembali diadakan justifikasi teknis. MK kemudian mengeluarkan Enginer’s Estimate yang berisi daftar tambahan tanaman berikut jumlah dan jenisnya. Penulis berperan dalam memberikan saran atas pemilihan jenis dan jumlah tanaman berdasarkan pertimbangan sifat fisik dan ekologisnya. Pertimbangan dalam pemilihan tanaman mencakup: tingkat ketoleranannya terhadap struktur pagar dan drainase, sifat pertumbuhan akar tanaman, fungsi tanaman secara arsitektur, sifat fisik dan nilai estetisnya. Adapun jumlah total dari perubahan Justifikasi Teknis I dan II apabila dijumlahkan: 948 + 270 menjadi 1218 polibag adalah jumlah keseluruhan tanaman yang ditanam pada pekerjaan softscape proyek Penataan Kawasan SCR. Hasil analisis justifikasi teknis I dan II tertera pada Tabel 5.
5. Analisis Justifikasi Teknis I dan II Material Softscape
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
ah
Kategori pohon sedang, tinggi mencapai 15 m. Daun majemuk dan menyirip, berjumlah ganjil serta berwarna hijau.
aja
Memiliki batang yang kokoh, tinggi mencapai 25-30 m. Daun berwarna hijau segar berbentuk menyirip. Pelepah yang rontok akan meninggalkan bekas lingkaran atau garis berwarna abu-abu putih pada batang palem raja.
tri
Bentuk pohon tidak terlalu besar. Tajuk menjurai. Daun berwarna hijau dan bertekstur sedang. Bunga berwarna kuning dan tidak beraroma. Sebaiknya ditanam di tanah yang mengandung pasir dan bebas genangan air.
Adaptif terhadap dataran tinggi, dataran rendah, pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh sedang. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Perbanyakan dengan biji, cangkok, stek batang. Adaptif terhadap dataran tinggi dan dataran rendah. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji.
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah, dan pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji.
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) 15 40 Dipertahankan Membutuhkan media ta (jumlah pohon yang lebar, minima tetap) dikarenakan akarn tunggang dan tumb horizontal, sehingg merusak konstru bangunan. Kebu penyiraman inte 45 91 Ditambahkan Untuk kebutuhan a sebanyak 46 pada media jalan d polibag yang sempit (lingk dan area parkir ken dan welcome area) akar serabut yang t merusak konstruks menciptakan suasa bergaya formal d fungsi utama seb tanaman pengara 25 85 Ditambahkan Memiliki fungsi se sebanyak 60 pelengkap pada tam polibag bergaya formal, po interest taman, tan pengarah jalan jika massal sejajar.
ah ys
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
Batang berwarna merah menyala yang tampak kontras dengan warna hijau daunnya. Daun berbentuk lanset yang tumbuh di tangkai daun.
Daunnya berwarna hijau dan bertekstur kasar. Bunga berwarna putih, tidak beraroma. Saat muda buah kelapa berwarna hijau, lalu menguning saat tua.
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah. Kelembaban lambat. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari seminaungan. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji dan anakan.
Adaptif terhadap dataran rendah dan pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji. Tinggi dewasa mencapai 10-15 Adaptif terhadap dataran m. Daun berwarna hijau tinggi atau dataran rendah. mengkilap, berbentuk lanset Kelembaban sedang. memanjang, bagian ujung Kecepatan tumbuh lambat. menyempit, dan tepi daun Kebutuhan cahaya matahari berombak. Bunga kecil-kecil penuh dan langsung. berwarna kuning kehijauan Kebutuhan penyiraman muncul dari ketiak daun. Buah intensif. Perbanyakan dengan glodokan tiang berbentuk bulat biji dan cangkok. memanjang.
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) 35 45 Ditambahkan Memiliki kesan vi sebanyak 10 baik pada batang y polibag berwarna merah da merumpun. Dapat pada media yang s
45 50 Ditambahkan sebanyak 5 polibag
Memiliki fungsi se pembentuk arsitek formal, pencipta su taman rekreasi dan pengarah jalan.
18 104 Ditambahkan sebanyak 86 polibag
Untuk arsitektura media tanam semp meter) serta memil tumbuh memanjan dan memiliki pertu akar yang toleran t konstruksi jalan da bangunan. Tanama pengarah jalan d penghalang tabir jika ditanam seja tajuknya yang m
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
Kategori pohon tinggi, mencapai 20 m. Bunga berwarna merah menyala hampir memenuhi tajuknya. Buahnya termasuk buah polong yang pipih. Jumlah biji pada setiap polong sekitar 10- 15 polong.
Adaptif terhadap dataran tinggi, dataran rendah dan pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan dengan biji, cangkok dan batang.
Kategori pohon tinggi, mencapai 35 m. Bentuk tajuk bertingkat. Daun tunggal dan letak daunnya tersebar. Helaian daun berbentuk bulat telur, liat seperti kulit, berwarna hijau. Ketika akan rontok, daun berubah warna menjadi jingga. Berbunga majemuk berwarna putih. Buah ketapang termasuk buah batu yang berwarna merah tua. Kategori pohon berukuran sedang, tinggi mencapai 15 m. Bentuk tajuk indah, berdaun hijau mengkilap. Buah matang berwarna merah jingga. Termasuk jenis pohon bergetah
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya semi naungan. Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) 25 40 Ditambahkan Akar memiliki sifa sebanyak 15 tumbuh menjalar s polibag horizontal dan men pada permukaan ta Jumlah selisih seba disubtitusi dengan yang cocok ditanam media tanam yang sempit seperti gl tiang. 20 60 Ditambahkan Berfungsi sebagai naungan pada med sebanyak 40 polibag parkir utara. Cocok peneduh pada laha dan sebagai tanam pengarah jalan.
20 100 Ditambahkan sebanyak 80 polibag
Berfungsi sebagai tabir jika ditanam m sejajar sebagai tana peneduh dan peng
ps
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
Kategori pohon tinggi, mencapai 20 meter ukuran dewasa. Batangnya besar, kokoh dan tegak.
Kategori pohon berukuran sedang, tinggi mencapai 10-15 meter. Pohon ini memberikan aroma.
Kategori pohon tinggi, mencapai 30 m. Buah berwarna cokelat. Berdaun majemuk,menyirip genap berwarna hijau tua. Buah berwarna cokelat, menyerupai bola, dan bertangkai.
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh sedang. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji, cangkok dan stek batang.
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) 45 45 Dipertahankan Berfungsi sebagai tanam (jumlah pohon peneduh karena taju tetap) lebar dan memberi sebagai kawasan h dan jika ditanam berfungsi sebaga jalan.
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh sedang. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji, cangkok dan stek batang.
25 40 Ditambahkan sebanyak 15 polibag
Adaptif terhadap dataran tinggi dan rendah. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan stek batang.
Memiliki akar tung akarnya tumbuh se horizontal, maka s jumlah pohon ditu untuk substitusi yang lebih cocok pada media tana sempit atau mem kurang dari 1.5 m glodokan tiang.
25 25 Dipertahankan Berfungsi sebagai tanam (jumlah pohon peneduh, tanaman p tetap) jalan dan akar toler terhadap konstruks bangunan.
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
na
-
-
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) 18 20 Ditambahkan Berfungsi sebagai sebanyak 2 peneduh, tanaman polibag jalan jika ditanam sejajar, dan membe kesan alami jika di secara acak menye hutan tropis.
Kategori pohon tinggi,mencapai 30-40 m. Berbatang tegak. Berdaun besar, berbentuk elips dengan lebar 30-60 cm saat dewasa, meranggas di musim kemarau. Buah berbentuk bulat sedikit gepeng dan berambut kasar. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang menyerupai balon kecil. Tinggi mencapai 45 m. Batang pohon berdiameter 100-160 cm. Berbunga merah jingga, ketika mencapai 4-5 tahun. Menyukai tanah yang lembab dan kering, namun tidak menyukai tanah yang tergenang air.
Adaptif terhadap dataran rendah dan pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan dengan biji. Cocok hidup di tanah yang tidak dibanjiri air. Membutuhkan pencahayaan penuh. Kecepatan tumbuh lambat. Adaptif di dataran tinggi dan dataran rendah, kelembapan sedang. Penyiraman semi-intensif.
25 35 Ditambahkan sebanyak 10 polibag
Kategori pohon sedang, tinggi rata-rata 10-15 m. Termasuk dalam famili Leguminosae dan merupakan sinonim dari pohon trembesi, namun warna daun kekuningan. Diameter kanopi lebih besar dari tingginya.
Adaptif terhadap dataran tinggi, rendah dan pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh sedang. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung atau semi naungan. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.
20 85 Ditambahkan sebanyak 40 polibag
Mudah pemelihara perawatan seperti t memerlukan pema karena pada masa pertumbuhan caba rontok sendiri (self Pertumbuhan san dibandingkan de keras lainnya, tid terkena serangan penyakit. Berfungsi sebagai peneduh karena taj yang sangat lebar s memberikan kenya suhu pada jalan da parkir.
ji i-
a
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
Kategori pohon sedang ,tinggi 10-15 meter. Mampu bertahan pada Dry season atau bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon dan tanah. Keistimewaan terletak pada tajuk bagus, daun rimbun, bunga indah berwarna merah putih.
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah dan pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung maupun semi naungan. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji dan cangkok. Kategori pohon sedang, tinggi Adaptif terhadap dataran mencapai 15 m. Berdaun tinggi dan rendah. majemuk, berbentuk bulat Kelembaban sedang. telur. Berbunga tidak beraturan Kecepatan tumbuh lambat. dan berbilangan lima. Buahnya Kebutuhan cahaya matahari berbentuk polongan pipih. penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan dengan biji dan cangkok. Kategori palem, tinggi Adaptif terhadap dataran mencapai 25 m, merumpun, tinggi atau dataran rendah. kokoh dan kuat, jumlah anakan Kelembaban sedang. hingga 50 batang. Batang dan Kecepatan tumbuh lambat. daun berduri keras berwarna Kebutuhan cahaya matahari hitam dan panjang. Berdaun penuh dan langsung. majemuk menyirip tunggal Kebutuhan penyiraman semi (pinnatus) yang berkesan intensif. Perbanyakan dengan dekoratif. Berbunga kuning biji. keunguan yang menyerupai tandan.
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) 100 95 Dikurangi Memiliki akar tung sebanyak 5 tumbuh menjalar. S polibag selisih jumlah dapa substitusi untuk tan identitas Provinsi R seperti palem nibu
- 80 Diadakan sebanyak 80 polibag
Berfungsi sebagai peneduh, tanaman jalan, dan point of taman jika ditan individu.
- 15 Diadakan sebanyak 15 polibag
Merupakan tanam Provinsi Riau sehin dari segi syarat e dan dapat menjad tanaman lokal pa kawasan. Fungsi tanaman pelengk taman bergaya fo point of interest t
is kor
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
Tanaman asal Madagaskar ini memiliki daun yang berbentuk kipas lebar dan tumbuh pada ujung pangkal tanaman, ujung daun bergerigi, memiliki buah berwarna ungu kehitaman.
Bentuk daunnya mirip ekor ikan, kulit daun mengilap, tingginya mencapai 3-5 meter, buah berbentuk bulat dan berwarna hijau kehitaman dengan sedikit kemerah- merahan.
Dominan hijau dapat tumbuh merumpun sehingga memberikan kesan sejuk. Tinggi hingga 6 meter. Warna buah merah merekah dan tumbuh bergerombol pada tandan panjang.
Pencahayaan penuh. Kecepatan tumbuh sedang. Adaptif di dataran rendah. Kelembapan sedang. penyiraman semi-intensif.
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) - 13 Diadakan Berfungsi sebagai sebanyak 13 pengarah jalan dan polibag interest. Pemelihar bersifat ekstensif y frekuensi pemupuk sekali dan peman dilakukan saat d mengering.
Pencahayaan penuh. Kecepatan tumbuh sedang. Adaptif di dataran tinggi, dan dataran rendah. Kelembapan sedang. Penyiraman semi- intensif.
- 14 Diadakan sebanyak 14 polibag
Pencahayaan penuh maupun semi-naungan. Kecepatan tumbuh lambat. Adaptif di dataran tinggi dan dataran rendah. Kelembapan sedang. Penyiraman semi-intensif
- 25 Diadakan sebanyak 25 polibag
Berfungsi sebagai pengarah jalan dan interest. Pemelihar bersifat ekstensif.
Berfungsi sebagai pengarah jalan jika secara linier memb koridor. Pemelihar ekstensif yaitu pem setiap 6 bulan seka pemangkasan sa mengering.
r
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
Tinggi mencapai 20 m, dengan diameter batang 30 cm. Berkanopinya padat, kompak dan berbentuk silinder. Daunnya berbentuk elips, bertekstur halus dan mengkilap, berwarna hijau, sedangkan daun muda berwarna merah terang. Bunganya kecil berwarna putih atau cream dan tidak mencolok. Bentuk kumpulan daunnya menyerupai ekor tupai, daun berwarna hijau tua menjuntai, tinggi mencapai 6 meter.
gle images, 2011 dan Lestari, 2008.
Adaptif terhadap dataran tinggi dan rendah. Kecepatan tumbuh cepat. Penyinaran secara langsung. Penyiraman semi intensif. Pemeliharaan bersifat ekstensif. Pemangkasan dilakukan secara ekstensif karena ranting dan daun jarang rontok. Tahan terhadap hama dan penyakit Membutuhkan pencahayaan penuh. Kecepatan tumbuh lambat. Adaptif di dataran tinggi dan dataran rendah. Kelembapan sedang. Penyiraman semi-intensif
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) - 62 Diadakan Berfungsi sebagai sebanyak 62 pengarah jalan, ke polibag teknik dan arsitekt media tanam semp 1-2 meter. Pertumb toleran terhadap ko jalan dan bangunan Berpotensi sebaga yang baik karena t yang masif , dapat kebisingan, polusi visual. - 48 Diadakan Berfungsi sebagai pengarah jalan jika sebanyak 48 polibag secara linier memb koridor. Tanaman i toleran di tanah y mengandung pas tergenang air.
948 1218 Tambahan sebanyak 270 polibag
60
4. Identifikasi Tanaman Setelah menetapkan permasalahan yang ada pada gambar rencana, dilakukan identifikasi jenis-jenis tanaman pada dokumen BQ, kemudian mahasiwa mengindentifikasi tanaman yang digunakan dalam penaatan kawasan SCR sebagai potensi. Dua aspek yang diidentifikasi yaitu karakter tanaman dan fungsinya. Karakter tanaman berupa sifat fisik, seperti bentuk, tekstur, warna, dan ukuran tanaman, dapat menciptakan efek visual yang kuat apabila dikomposisikan sesuai dengan tujuan/konsep perancangan elemen softscape (Gambar 28).
meter
40
20 15 10 5 30
25
8
7
6
5
4
3
2
11
40 meter
20 15 10 5 30 25
23 22 21 20 19 18 17 16
15
14
13
12
11
10
9
Gambar 28. Identifikasi Pohon Berdasarkan Tinggi (Sumber: Lestari, 2008. Digambar ulang oleh Pertiwi, 2011) Keterangan: (1) Jati (Tectona grandis), (2) Jabon (Antocephalus cadamba), (3) Ketapang (Terminalia catappa), (4) Mahoni (Swietenia mahagoni), (5) Palem Raja (Roystonea regia), (6) Trembesi (Samanea saman), (7) Munggur (Pithecollobium saman), (8) Nibung (Oncosperma tigillarium), (9) Kempas (Koompassia malaccensis), (10) Flamboyan (Delonix regia), (11) Glodogan tiang (Polyalthia longifolia), (12) Kamper (Dryobalanops camphora), (13) Dadap merah (Erythrina cristagalli), (14) Tanjung (Mimusops elengi), (15) Asam kranji (Pithecellobium dulce), (16) Kelapa Gading (Cocos sp.Var. Eburnea), (17) Pucuk merah (Syzygium oleana), (18) Palem Bismark (Bismarckia Nobilis), (19) Palem Merah (Cyrtostachys lakka), (20) Palem Ekor tupai (Caryota mitis), (21) Palem Putri (Veitchia merilii), (22) Palem Hijau (Ptychosperma macarthurii), (23) Palem Ekor ikan (Wodyetia bifurcata).
Kemudian keseluruhan pohon diidentifikasi berdasarkan fungsinya. Hasil identifikasi tersebut menjadi dasar peletakan tanaman atau pembuatan lay out tata hijau kawasan SCR (Tabel 6).
61
Tabel 6. Identifikasi Tanaman Sport Center Rumbai Berdasarkan Fungsi No
Nama Tanaman
1 Jati (Tectona grandis) 2 Jabon (Antocephalus cadamba) 3 Ketapang (Terminalia catappa) 4 Mahoni (Swietenia mahagoni) 5 Palem Raja (Roystonea regia)
Tinggi Maksimal (m) >30
6 Trembesi (Samanea saman) 7 Munggur (Pithecollobium saman) 8 Nibung (Oncosperma tigillarium) 9 Kempas (Koompassia malaccensis) 10 Flamboyan (Delonix regia) 11 Glodogan tiang (Polyalthia longifolia) 12 Kamper (Dryobalanops camphora) 13 Dadap merah (Erythrina cristagalli) 14 Tanjung (Mimusops elengi) 15 Asam kranji (Pithecellobium dulce) 16 Kelapa Gading (Cocos sp.Var. Eburnea 17 Pucuk merah (Syzygium oleana) 18 Palem Bismark (Bismarckia Nobilis) 19 Palem Merah (Cyrtostachys lakka) 20 Palem Ekor tupai (Caryota mitis) 21 Palem Putri (Veitchia merilii) 22 Palem Hijau (Ptychosperma macarthurii) 23 Palem Ekor ikan (Wodyetia bifurcata) (Sumber: Lestari, 2008)
Bentuk Tajuk Fungsi Peletakan
Bulat
Penaung
Backdrop
>30 Irregular Penaung Foreground
30 Spreading Penaung Backdrop
25
Kubah Menjari
Penaung Backdrop Aksen, Foreground pembingkai, 25 Spreading Penaung Backdrop 25 Spreading Penaung Backdrop 25 Irregular Aksen Soliter 20 Irregular Penaung Foreground 10
Spreading
30
Penaung
15 Kolumnar Pengarah
jalan, 15 Irregular Aromatik,
Backdrop Boundary Foreground
penaung
15 Kubah Aksen Foreground 15
Bulat
Dominant, Foreground unity, link 15 Irregular Unity, Foreground repetation 15 Menjari Aksen Soliter 10 Oval Pengarah
Boundary jalan 6 Kipas Aksen Welcome area 5 Irregular Aksen Boundary 4 Menjurai Border, kesan Boundary lembut 3 Menjari Border Boundary 3 Menjari Border Boundary 3 Irregular Border Boundary
5. Pengembangan Ide (Ideation) Mengembangkan ide atau gagasan dalam memecahkan permasalahan
tapak. Berdasarkan hasil identifikasi, penulis menerapkan konsep „enframement ,
62
yaitu penggunaan vista pada perancangan shop drawing softscape pada kawasan
SCR (Gambar 29).
Gambar 29. Contoh Penerapan Konsep Vista (Sumber: Simond dan Starke, 2006)
Simond dan Starke (2006) menyatakan vista adalah objek yang terbingkai. Enframement atau progressive realization, adalah suatu transisi perjalanan sebelum sampai ke objek utama. Pengaplikasikan konsep vista bertujuan untuk menghadirkan ruang terbuka hijau yang fungsional dan estetik, serta mengintegrasi kesatuan kawasan SCR. Obyek yang ditonjolkan adalah venues atau gedung-gedung olahraga. Pembingkaian dengan menggunakan elemen softscape sebagai frame. Komposisi softscape memvariasikan bentuk, ukuran, dan fungsinya, menciptakan siluet dan skyline yang baik sehingga menghasilkan visual interest pada gedung-gedung olahraga SCR. Gambar 30 (a) adalah Stadion Rumbai yang terletak di welcome area utama kawasan SCR. Bangunan berskala raksasa jika tidak diberi elemen softscape akan terkesan kaku dan datar karena tidak dapat menciptakan efek visual yang kontras. Berbeda dengan Gambar 30 (b) ketika welcome area tersebut telah diberi frame dengan elemen softscape, mampu menghadirkan suasana monumental sehingga dapat mengaksentuasi venue.
a
b
Gambar 30. Konsep Vista pada Perancangan Tata Hijau Kawasan Sport Center Rumbai. (Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011 digambar oleh Pertiwi, 2011)
63
Tahapan selanjutnya kemudian dilakukan pengembangan ide desain terhadap gambar shop drawing. Gambar 31 adalah shop drawing pekerjaan softscape yang telah dibuat oleh penulis. Perbedaan antara gambar rencana dan shopdrawing terletak pada: jenis, jumlah dan tata letak tanaman. Pada gambar rencana, jumlah pohon sebanyak 506 pohon sebanyak 16 jenis, sedangkan pada shop drawing jumlah tanaman bertambah menjadi 1020 pohon, sebanyak 23 jenis sebagaimana telah disesuaikan dengan dokumen BQ dan justifikasi teknis. Penempatan atau tata letak tanaman-tanaman tertentu disesuaikan dengan sifat perakaran dan fungsi arsitekturalnya. Untuk mempermudah penanaman di lapang, shop drawing dilengkapi dengan gambar rencana penanaman planting plan yang terbagi menjadi 6 zonasi. Pada planting plan tercantum spesifikasi jenis pohon, jumlah pohon dan jarak tanam. Gambar 32 merupakan keyplan planting plan tata hijau kawasan SCR. Gambar 33 adalah planting plan zona 1, yaitu area parkir yang terletak di kawasan selatan. Gambar 34 adalah planting plan zona 2 yang merupakan area buffer welcome area. Gambar 35 adalah planting plan zona 3 lingkar stadion Kaharudin Nasution. Gambar 36 adalah planting plan zona 4, yaitu area parkir yang terletak di kawasan utara. Gambar 37 adalah planting plan zona 5 area buffer welcome area. Adapun Gambar 38 adalah planting plan zonasi 6 area buffer utara. Pekerjaan
instalasi
tanaman
membutuhkan
gambar
detil
konstruksi
pohon/construction details dapat dilihat pada Gambar 39. Pengaplikasian konsep enframement pada Gambar 40, yaitu tampak potongan tata hijau kawasan SCR. Walaupun tata hijau SCR menerapkan konsep vista, namun hal tersebut kurang bisa terealisasi karena dibutuhkan jarak pandang minimal 50 meter, sedangkan lebar jalan depan depan stadion hanya 14 meter. Menurut Booth (1983), perbandingan rasio antara jarak ideal terhadap tinggi bangunan ideal adalah 2:1. Artinya apabila tinggi maksimal pohon Palem Raja sebagai frame stadion adalah 25 meter, jadi jarak pandang ideal adalah 50 meter. 6. Persetujuan Shop drawings Shop drawing yang dibuat oleh drafter harus dikoreksi oleh Project Engineer untuk menjamin ketepatan metode yang telah disepakati dan kesesuaian dengan kontrak. Koordinasi dengan pengawas/MK diperlukan untuk menjamin apa yang
drawing Pekerjaan Softscape
plan Planting plan Tata Hijau Kawasan
ting plan Zonasi 1
ng plan Zonasi 2
anting Plan Zonasi 3
ng plan Zonasi 4
Planting plan Zonasi 5
ng plan Zonasi 6
Gambar 39. Construction Drawing Pekerjaan Softscape (Sumber: Dokumen Shop drawing Nindya-TWW, JO. Digambar oleh: Pertiwi, 2011
telah digambar sesuai dengan maksud perencanaan. Gambar 41 adalah prosedur persetujuan shop drawing. Dalam pembuatan shop drawing softscape terjadi dua kali revisi ketika diajukan kepada Project Engineering. Revisi pertama terjadi karena kesalahan redaksional yaitu kesalahan penulisan jumlah material per zona, adapun revisi kedua dilakukan karena format gambar belum sesuai dengan format baku perusahaan, seperti penamaan kop surat dan penomoran gambar. Setelah disetujui oleh Project Engineering kemudian MK langsung menyetujui shop drawing softscape yang diajukan. Secara keseluruhan Project Engineer dan MK telah menyetujui konsep tata hijau SCR yang diajukan.
Konsultan perencana Gambar rencana/gambar tender
DISETUJUI
TIDAK DISETUJUI
Project Engineer Pemeriksaan Shop drawings
TIDAK DISETUJUI
Drafter Kontraktor Shop drawings
Konsultan Pengawas/MK Pemeriksaan Shop drawings
DISETUJUI
Distribusikan ke lapangan
Gambar 41. Diagram Alur Persetujuan Shop drawing (Sumber: Clough and Sears,1994)
7. Pelaksanaan lapang Setelah shop drawings mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas (MK), maka shop drawings segera dapat didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu site manager (SM) dan supervisor. Pelaksanaan pekerjaan di lapang dapat dilakukan setelah shop drawings disetujui agar didapatkan surat IPP atau Ijin Pelaksanaan Pekerjaan. IPP berisi keterangan mengenai pekerjaan apa yang akan dilaksanakan, material/bahan apa yang dibutuhkan, berapa volume pekerjaan yang akan dilakukan, dan dengan metode seperti apa. IPP tersebut dilampirkan shop drawings, kemudian diajukan kepada Konsultan Perencana dan SM untuk ditandatangani. Tanpa IPP, kegiatan pelaksanaan pekerjaan tidak dapat
75
dilaksanakan. IPP pekerjaan softscape dan pekerjaan rumput dapat dilihat pada
Lampiran 6 dan 7. Setelah didapatkan IPP, tim surveyor dapat segera membuat pematokan pada lokasi pekerjaan yang telah ditentukan di lapang. Supervisor menerjemahkan shop drawings ke dalam bentuk petunjuk pengerjaan, berupa penjelasan teknis kepada mandor. Para mandor kemudian membagikan tugas kepada masing-masing pekerjanya. Selama proses pengerjaan berlangsung, supervisor secara langsung mengawasi kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh mandor dan pekerja. Hasil pekerjaan tersebut kemudian diperiksa ulang oleh MK. Apabila hasil pekerjaan tidak sesuai dengan shop drawing tanpa ada konfirmasi sebelumnya, MK akan meminta pertanggungjawaban kepada SM dan berhak membuat instruksi tertulis agar pekerjaan tersebut dibongkar dan diulang sampai sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah disepakati. Setiap kemajuan (progress) selalu dicatat oleh supervisor untuk dilaporkan kepada SM. SM membuat laporan proyek untuk dilaporkan secara berkala kepada PM.
5.2.2 As Built Drawing As-built drawing adalah gambar realisasi yang sesuai dengan keadaan di lapangan, baik pemasangan, peletakan dan bentuk, pada saat pembangunan konstruksi selesai. As-built drawing menunjukkan adanya perubahan yang terjadi antara gambar rencana, shop drawing, dan realisasinya. Seiring proses pelaksanaan suatu pekerjaan ada saatnya pekerjaan yang dilaksanakan mengalami sedikit modifikasi dari rencana yang sudah disetujui oleh pemilik proyek karena berbagai hal. Modifikasi tersebut ditampung dalam as-built drawing, dilengkapi oleh berita acara lapangan serta foto-foto dokumentasi. Data-data ini berguna untuk pengelolaan fisik suatu proyek setelah pelaksanaan konstruksi diselesaikan. Kontraktor diharuskan merekap semua perubahan
yang terjadi
sebagai
amandemen terhadap dokumen kontrak asli. Pembuatan as-built drawing dimulai pada saat bersamaan pekerjaan penanaman dimulai, agar seluruh informasi mengenai perubahan dapat tertuang tanpa terlupa. Pada akhir Agustus, pelaksanaan lanskap baru terimplementasi pada zona 1 dan 4, menyebabkan penulis hanya terlibat pada pembuatan as-built drawing di zona 1 (Gambar 42) dan
zona
4
(Gambar
43)
saja.
lt Drawings Pekerjaan Softscape Zona 1
s-Built Drawings Pekerjaan Softscape Zona 4
Pekerjaan penanaman pada kedua zona tersebut belum selesai seluruhnya, akibat lahan tanam yang belum siap 100%. Penanaman segera dilakukan ketika lahan siap. Pada As-built drawing zona 1 notasi tajuk pohon yang berwarna hitam menunjukkan tanaman yang telah ditanam, warna merah menunjukkan perubahan yang terjadi dari gambar shop drawing, sementara garis putus-putus menunjukkan tanaman yang belum ditanam. Terdapat perubahan antara shop drawing dan as- built drawing zona 1, yaitu adanya perubahan tata letak pohon Asam kranji di depan Hall Basket. Rencana penanaman sedikit diubah karena terdapat pohon eksisting, sehingga solusi di lapang adalah memindahkan sebagian pohon Asam kranji ke samping turap dan memperpendek jarak tanamnya. Hal yang sama terjadi pada pohon Trembesi pada area parkir motor. Pemadatan jarak tanam dilakukan agar jumlah pohon yang dialokasikan pada area tersebut tetap dan tidak merubah keseluruhan lay-out penanaman yang telah ditentukan. Adapun pada zona 4 tidak ada perubahan antara shop drawing dan as-built drawings. Secara keseluruhan, proses pekerjaan studio mulai dari analisis gambar rencana, pembuatan shop drawing sampai pada as-built drawing berjalan lancar. Faktor-faktor yang menyebabkan gambar kerja tidak dapat direalisasikan secara langsung di lapang adalah data survai yang kurang akurat yang menyebabkan tanaman eksisiting tidak terekam seluruhnya, karena itu diperlukan penyesuaian luasan area, dimensi dan sebagainya dengan kondisi lapang. Sebagian tanaman eksisting dipertahankan atas kebijakan owner, sedangkan sebagian lainnya ditebang karena mengganggu proses pelaksanaan pekerjaan hardscape. Justifikasi teknis merupakan perubahan tertulis yang telah disepakati bersama oleh kontraktor, MK, dan DISPORA. Hasil perubahan gambar diperiksa oleh Project Engineering dan disetujui MK.
5.3
Pekerjaan Softscape Dalam spesifikasi teknis pekerjaan taman disebutkan bahwa lingkup
pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi: (1) pekerjaan pendahuluan, (2) pekerjaan tanah, (3) pekerjaan bangku, (4) pekerjaan batu sikat, (5) pekerjaan batu bata, (6) pekerjaan beton, (7) pekerjaan adukan dan plesteran, (8) pekerjaan pengecatan, (9) pekerjaan penanaman pohon, serta (10) pekerjaan penanaman
79
rumput. Namun, dikarenakan keterbatasan waktu magang, pekerjaan yang ditangani penulis pada saat kegiatan magang berlangsung hanyalah pekerjaan softscape yaitu pengawasan pekerjaan penanaman pohon dan rumput. Kegiatan pelaksanaan pekerjaan, yaitu melakukan pengawasan terhadap; - pematokan titik-titik penanaman pohon bersama surveyor, - pembuatan lubang tanam oleh pekerja harian, - pekerjaan timbunan top soil dan pengolahan media tanam, - penanaman pohon dan pemberian steger, - pekerjaan sub kontraktor rumput, dan - pemeliharaan. Berikut adalah penjelasan umum mengenai pekerjaan softscape. 1. Luasan Lahan Pekerjaan Lanskap Luasan area pekerjaan lanskap yaitu 47183.16
untuk penanaman 22 jenis
pohon sebanyak 1218 polibag serta 10.000
untuk penanaman rumput
Axonopus compressus. 2. Jenis dan alat yang digunakan Alat: cangkul, penggaruk, ember, gerobak dorong, selang, drum/tangki air, sprayer, parang/golok, mobil angkut, excavator dan sebagainya. Bahan: top soil, air, soft materials berupa pohon dan rumput, pupuk NPK, pupuk hijau, urea, steger, pestisida, tali dan sebagainya. 3. Tenaga Kerja Kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang sedang dilakukan. Pada tahap persiapan lahan dan penimbunan tanah pada kanstin diperlukan jumlah pekerja yang banyak, yaitu 6 orang. Pada waktu pekerjaan penanaman, jumlah pekerja bertambah menjadi 8 orang. Pada waktu pemeliharaan tanaman, jumlah pekerja dikurangi hingga menjadi 2 orang karena pekerjaan yang dilakukan tidak terlalu berat. Dalam pekerjaan ini, peran supervisor sangat dibutuhkan. Penulis terlibat sebagai supervisor yang bertugas memonitoring proses berjalannya pekerjaan penanaman. Pelaksanaan pekerjaan softscape mengacu kepada Spesifikasi Teknis Persyaratan Umum Taman, Pasal 7 : Pekerjaan Penanaman. Tahapan pelaksanaan pekerjaan softscape akan dideskripsikan berikut ini.
80
5.3.1
Pekerjaan Persiapan Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi, akan selalu diawali
dengan pekerjaan pendahuluan untuk mengkondisikan lapang agar sesuai dengan perencanaan. Setelah dokumen kerja berupa shop drawing dan ijin pelaksanaan di lapangan (IPP) selesai, dilanjutkan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Persiapan Lahan a. Pekerjaan Pengukuran Level Tanah Dilakukan foto eksisting dan mutual check awal Uitzet/MC.0. Pengukuran elevasi rencana bangunan dan mutual check awal menggunakan theodolite, waterpass dan roll meter. Setelah pengukuran dilaksanakan, selanjutnya dilakukan mutual check awal sebagai titik awal dari pelaksanaan pekerjaan. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran lokasi dan penentuan elevasi galian dan timbunan. Setelah itu, dilakukan pengukuran dan penempatan garis batas pada lokasi galian (cutting) dan timbunan sesuai dengan jarak-jarak dan elevasi rencana yang telah ditentukan. b. Pekerjaan Landclearing Pekerjaan pembersihan (landclearing) adalah tahapan yang dilakukan untuk menghilangkan lokasi dari puing-puing, gulma, sampah berlumpur dan bahan lain yang tidak dikehendaki. Pekerjaan landclearing dilakukan secara mekanik dan manual (Gambar 44). Cara mekanik (Gambar 44.a) dilakukan dengan alat berat buldozer dan excavator untuk menghilangkan sisa-sisa akar, puing-puing, top soil, dan sebagainya dengan cara digali/dikeruk, sedangkan cara manual (Gambar 44.b) digunakan untuk menebang pohon besar dengan menggunakan parang atau chainsaw.
(a) Pembersihan lahan secara mekanik
(b) Pembersihan lahan secara manual
Gambar 44. Pembersihan Lahan
81
2. Pekerjaan Tanah a. Galian dan Timbunan Kemudian dilakukan pekerjaan timbunan atau leveling, yaitu penyesuaian level tanah sampai memiliki ketinggian sesuai batas atau patok yang telah ditentukan. Penggalian dilakukan pada daerah-daerah yang memiliki ketinggian lebih. Galian tersebut kemudian diratakan dan disesuaikan dengan
ketinggian/peil
yang
dikehendaki.
Kemudian
dilakukan
penimbunan tanah secara bertahap dan merata sesuai dengan batas ketinggian dimana pada tahap akhir pembentukan muka tanah sudah dalam kondisi padat dan tidak terjadi penyusutan atau penurunan ketinggian (Gambar 45.a). Proses pemadatan tanah harus berlangsung secara alamiah dan tidak diperkenankan menggunakan zat pengeras tanah. Selama dan sesudah pemadatan tanah, tidak diperkenankan adanya air yang menggenang di atas tanah. Pemotongan tanah (cut and fill) dilakukan dengan excavator, perataan dan pemadatan tanah menggunakan bulldozer, pemadatan material galian menggunakan vibro roller dan pengangkutan serta penghamparan menggunakan dump truck. Tanah yang dipakai untuk menutupi area tanam harus memiliki kualitas yang baik (tanah hitam). Namun pada implementasinya, tanah yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu tanah galian setinggi 15 cm sebagai dasar, dan tanah humus/tanah hitam setinggi 20 cm sebagai lapisan atas (Gambar 45.b). Ketinggian tanah hitam merupakan batas minimum perkembangan akar rumput.
(a) Pembentukan muka tanah dan pemadatan
(b) Penggunaan tanah hitam
Gambar 45. Pekerjaan Tanah b. Pengelolaan Tanah
Pengelolaan tanah bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah. Perbaikan kondisi fisik tanah dapat dilakukan dengan penggemburan tanah. Upaya
82
penggemburan media tanam secara mekanik oleh excavator. Kondisi tanah subur yang diharapkan adalah bertekstur lempung dengan pH 6.5 untuk kedalaman setinggi 150 cm. Penanaman pohon digali sedalam 80-100 cm. Lapisan top soil ditambahkan kompos dengan perbandingan 1:15, padahal idealnya menggunakan perbandingan 3:1. Gambar 46 merupakan proses pengelolaan tanah SCR. Tahap pertama dilakukan pelangsiran tanah humus dari quarry ke area yang dibutuhkan menggunakan dump truck (Gambar 46.a). Kemudian tanah humus dialokasikan pada pada area kanstin (Gambar 46.b). Perataan tanah humus secara manual, perataan tanah sampai batas -5 cm dari permukaan kanstin (Gambar 46.c). Hasil akhir top soil yang sudah diratakan dapat dilihat pada Gambar 46.d. (a) Pelangsiran tanah humus
(b) Pengalokasian tanah humus
(c) Perataan tanah humus
(d) Top soil yang diratakan
Gambar 46. Pengelolaan Tanah
5.3.2
Pekerjaan Penanaman Proses pekerjaan ini memegang peranan penting terhadap keberhasilan
pekerjaan softscape. Proses penanaman yang salah akan mengakibatkan periode stress tanaman yang sangat lama bahkan menyebabkan kematian yang menimbulkan kerugian material dan finansial. 1. Penanaman Pohon Pelaksanaan penanaman yang baik adalah pada saat musim hujan, tetapi penanaman pada musim kemarau juga diperbolehkan dengan syarat sumber air
83 yang tersedia mencukupi kebutuhan. Penanaman yang paling ideal dilakukan
pada pagi hari sebelum pukul 10.00 WIB atau sore hari setelah pukul 16.00 WIB. Proses penanaman pohon terdiri dari beberapa tahapan, antara lain: a. Pengukuran dan Pematokan Pengukuran lokasi dan pematokan untuk memplotkan titik-titik penanaman pada lapang sesuai dengan gambar rencana (Gambar 47.a). Titik-titik penanaman ditandai dengan patok yang diberi warna pada ujungnya (Gambar 47.b). Titik ini merupakan tanda untuk pekerjaan penggalian, pengurugan dan penanaman. (a) Pematokan titik pohon
(b) Pematokan traffic island
Gambar 47. Pematokan
b. Penggalian Lubang Tanam Seharusnya lubang tanam untuk pohon digali sebesar 1x1x1 meter. Namun pada implementasinya hanya terealisasi 60x60x60 cm pada penggalian manual tahap I yang menggunakan tenaga manusia (Gambar 48.a). Tahap ke II penggalian merupakan alat berat excavator dengan dimensi 1x1x1 meter (Gambar 48.b). (a) Penggalian secara manual
(b) Penggalian secara mekanik
Gambar 48. Penggalian Tanah untuk Penanaman Pohon
c. Pemupukan Tanah Lubang galian diisi dengan tanah yang sudah diolah, yaitu tanah humus yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1 dan
84
dibiarkan selama 1 minggu sebelum berlanjut pada proses penanaman. Kemudian tanah galian dicampur kembali dengan pupuk kandang dengan ukuran 0.043
(±1 karung) untuk 1 pohon/perdu. Akan lebih baik pada
dasar lubang diberikan 10 gram furadan, sebelum diberi campuran pupuk, namun pada implementasinya hal tersebut tidak dilakukan. Gambar 49 adalah proses pengelolaan tanah sebelum dilakukan penanaman.
(a) Pupuk kandang
(b) Pencampuran top soil dan pupuk kandang
(c) Pendistribusian media tanam
(d) Pelangsiran campuran
Gambar 49. Pengelolaan Tanah
d. Penanaman Bibit tanaman berada dalam kondisi siap tanam dan sudah mengalami masa penyesuaian (aklimatisasi). Proses penanaman dimulai dengan pengangkutan material ke lokasi penanaman (Gambar 50.a). Material tanaman diletakkan di sisi lubang tanam, sementara itu lubang tanam diisi tanah hitam (Gambar 50.b). Pada saat pelaksanaan penanaman, bola akar dijaga agar tidak pecah atau mengalami kerusakan, pangkal akar tanah sejajar dengan permukaan tanah (Gambar 50.c) dan penegakan batang tanaman dan pemadatan permukaan tanah pada pangkal akar (bedengan) agar pada saat hujan tidak ada genangan air yang dapat menyebabkan kebusukan akar (Gambar 50.d). Kemudian batang tanaman ditegakkan dan terakhir dilakukan pemberian steger untuk memperkokoh tegakan tanaman (Gambar 50.e). Penstegeran disesuaikan dengan jenis dan tinggi pohon.
85
Untuk tanaman palem-paleman dan kelapa gading, steger menggunakan
sistem tripot (Gambar 50.f).
(a) Pengangkutan material
(b) Pengisian lubang tanam dengan tanah hitam
(c) Penanaman pohon
(d) Pembuatan bedengan
(e) Hasil akhir penanaman
(f) Penstegeran
Gambar 50. Proses Penanaman Pohon
2. Penanaman Rumput Rumput Paitan atau Axonopus compressus (Gambar 51) ditanam pada median pulau jalan area parkir dan ruang terbuka kawasan. Pekerjaan rumput ditangani oleh sub kontraktor, namun pelaksanaannya perlu diawasi.
Gambar 51. Rumput Axonopus compressus.
86 Permukaan tanah yang ditanami rumput sebelumnya digemburkan dan
diratakan hingga rapi dan terbebas dari material tidak terpakai. Penggemburan menggunakan cangkul hingga kedalaman 20 cm. Sebelum tanah ditanam, rumput dicacah dalam bentuk lempengan 20x20 cm dan tebal 3-5 cm. Rumput ditanam dengan cara dibenamkan ke dalam tanah hingga seluruh akarnya tertimbun. Metode penanaman memakai sistem papan catur (zigzag) dimana jarak dari as ke as rumput adalah 10 cm. Setelah rumput selesai ditanam, ditaburkan pupuk kandang di atasnya secara merata setebal 2-3 cm, dimaksudkan untuk mempercepat proses merapatnya rumput. Kemudian permukaan rumput dipukul secara perlahan hingga akar melekat ke dalam tanah. Proses perataan permukaan rumput menggunakan permukaan lebar batu bata atau balok kayu. Tahap terakhir yaitu penyiraman dengan air. Setelah dua minggu kemudian, dilakukan penaburan pupuk urea dan NPK secara merata. Penanaman rumput pada median pulau jalan tertera pada Gambar 52. Adapun keyplan pekerjaan rumput dapat dilihat pada Gambar 53.
(a) Penghamparan rumput
(b) Hasil pekerjaan rumput
Gambar 52. Penanaman Rumput Paetan
Berdasarkan pengamatan di lapang, secara keseluruhan pekerjaan penanaman telah dilakukan dengan baik, namun terdapat beberapa tahapan yang tidak dilakukan kontraktor padahal hal tersebut terdapat pada RKS, seperti pemberian pupuk yang tidak sesuai dengan perbandingan, tidak adanya pemberian furadan (pra tanam) dan pemberian mulsa (pasca tanam). Hal tersebut dilakukan kontraktor dengan alasan efisiensi biaya. Dampaknya adalah tanaman mengalami masa stress yang panjang, rentan terhadap hama, serta meningkatkan resiko kematian. Tidak ada tindak lanjut dari MK. Solusi yang dilakukan oleh pelaksana yaitu perawatan yang intensif dan pemantauan secara berkala di lapang.
AREA PEKERJAAN RUMPU
A PEKERJAAN RUMPUT
4000
Gambar 53. Keyplan Pekerjaan Rumput (Sumber: Nindya TWW, JO. 2011. Digambar oleh Pertiwi, 2011)
117 88
5.3.3 Pekerjaan Penyempurnaan Pekerjaan penyempurnaan terdiri dari; (1) perbaikan bahan terpakai berupa tanaman, pemberian steger dan bedengan tanah yang belum sempurna, (2) pemeriksaan tahapan pekerjaan dan penyempurnaan bagian yang belum dilaksanakan, (3) pembersihan lokasi pekerjaan dari kotoran, bahan dan perlengkapan yang tidak diperlukan lagi.
5.3.4
Pekerjaan Pemeliharaan Pekerjaan pemeliharaan dilakukan untuk menjamin keberlangsungan
hidup tanaman dan menjaga agar hasil pekerjaan tetap sesuai dengan desain rencana. Pemeliharaan dilakukan sampai masa retensi berakhir yaitu selama enam bulan setelah serah terima proyek. Pekerjaan pemeliharaan terdiri dari: 1. Pekerjaan Penyiraman Kontraktor melakukan penyiraman dengan cara menggunakan genset untuk menyedot air dari rawa atau parit yang terletak di sekitar SCR. Air tersebut ditampung ke dalam tangki yang diangkut menggunakan mobil pick up (Gambar 54.). Kemudian air tangki tersebut disalurkan ke tempat penampungan berupa drum-drum yang banyak tersebar di kawasan. Untuk penyiraman pohon diambil dari tempat penampungan menggunakan ember. Adapun pengambilan air dengan mobil pick up dilakukan sebanyak empat rit, yaitu dua rit untuk penyiraman pagi hari (pukul 08.00-10.00 WIB) dan dua rit untuk keperluan penyiraman sore hari (15.00-17.00 WIB). Frekuensi penyiraman disesuaikan dengan keadaan iklim, jika hari hujan lebat maka penyiraman hari itu ditiadakan untuk menghindari keadaan jenuh air yang dapat menyebabkan busuk akar ataupun rentan terhadap penyakit/hama.
Gambar 54. Pekerjaan Penyiraman
118
Permasalahan yang sering dialami terkait kendala teknis, misalnya genset yang hendak dipakai dalam keadaan tidak siap pakai, bensin habis, selang bocor, atau mesin yang belum diservis. Selain itu sumber air yang dipakai diragukan kualitasnya. Dikhawatirkan air sudah tercampur dengan limbah bahan-bahan kimia dari material konstruksi seperti semen, logam, minyak dan sebagainya yang tidak baik untuk tanaman. Kegiatan penyiraman ini cukup memakan waktu yang lama karena tidak adanya titik-titik kran air pada kawasan, namun tidak ada tindak lanjut dari konsultan ataupun MK. Titik-titik air hendaknya diantisipasi oleh konsultan perencana untuk memudahkan penyiraman/pemeliharaan softscape pada masa yang akan datang. Penggunaan alat berat seperti truk tangki tidak memungkinkan karena adanya pekerjaan pemasangan paving. 2. Pekerjaan Pemupukan Pemupukan anorganik dilakukan untuk mempercepat proses pertumbuhan. Pemupukan dilakukan dengan ketentuan pemakaian pupuk NPK dengan konsentrasi N lebih besar (2-1-1.5) untuk perdu berdaun indah, sedangkan untuk perdu berbunga indah dipakai NPK dengan konsentrasi P lebih besar (4- 5-3). Cara pemberian pupuk berbeda-beda tergantung jenis tanaman, yaitu untuk pohon dan perdu pupuk dimasukkan ke dalam lubang (melingkar dibawah tajuk) sebanyak 0.20-0.25 kg pertanaman. Pemberian pupuk dilakukan 1 bulan sekali setelah penanaman selama 3 bulan masa pemeliharaan, dan selanjutnya 3 bulan sekali. 3. Pekerjaan Penyiangan dan Pendangiran Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penggemburan dan pembersihan tanah dari gulma. Alat yang digunakan berupa garpu kecil sebagai alat penggaruk tanah, pisau kebun dan cangkul. Penyiangan dilakukan dua kali selama masa pemeliharaan. 4. Pekerjaan Penyemprotan Hama/Penyakit Pencegahan dan pemberantasan hama dilakukan dengan penyemprotan, penaburan insektisida dan fungisida. Pekerjaan ini dilakukan untuk menjaga tanaman dari kerusakan maupun terhambatnya pertumbuhan. Penyemprotan dilakukan dua kali selama masa pemeliharaan.
119
5. Pekerjaan Pemangkasan Dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan yang sudah
liar dan
menimbulkan bentuk yang tidak diinginkan. Pemangkasan dilakukan satu kali sebulan pada masa pemeliharaan. Pemangkasan rumput dilakukan pada saat usia penanaman mencapai 3-4 minggu. 6. Pekerjaan Penyulaman Penanaman kembali tanaman yang mati akibat perubahan media tanam, cuaca, adaptasi, atau akibat kelalaian pelaksana baik pada saat penanaman atau pada masa pemeliharaan. Tanaman yang mati harus diganti dengan jenis dan dimensi yang sama. 7. Pekerjaan Pemeliharaan I (Pertama) Dilakukan selama 6 bulan atau sampai terlihat kondisi tanaman tersebut dalam keadaan baik. Kegiatan pemeliharaan diintensifkan karena terdapat lebih dari lima pohon trembesi (Samanea saman) yang terjangkit oleh hama ulat. Kemungkinan hama tersebut terbawa pada saat serah terima material softscape ke lokasi proyek. Solusi yang dilakukan, yaitu diadakan pemberantasan hama secara mekanik (diambil dengan cara manual) dan kimiawi (penyemprotan dengan pestisida). Pemberantasan hama dilakukan secara intensif untuk mencegah agar tidak menyebar ke tanaman lainnya. Total pohon yang sudah tertanam pada akhir Agustus 2011 sebanyak 577 pohon, yaitu di 261 pohon kawasan Utara dan 316 pohon Selatan. Pada umumnya, hasil pekerjaan penanaman pohon dapat dikatakan cukup baik karena persentase hidup tanaman mencapai 98% pasca tiga bulan setelah dilakukan penanaman, terdapat 12 pohon Palem Putri yang mati akibat buruknya drainase. Akibat kelalaian kontraktor yang kurang mengantisipasi adanya genangan air, maka tanaman yang mati ditanggung dan digantikan oleh pihak kontraktor. Adapun dari hasil kerja penanaman rumput yang dilakukan oleh sub kontraktor belum bisa dikatakan memuaskan jika dilihat dari persebaran warna, kerapatan, dan kerapihan permukaan rumput yang kurang seragam. Setelah mendapatkan teguran dari supervisor, kemudian sub kontraktor rumput melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas hasil pekerjaan rumput seperti penyulaman, penyiraman dan perawatan yang intensif serta meningkatkan pemantauan terhadap para
120
pekerjanya. Kekurangan lain pada pekerjaan softscape yaitu berdasarkan kualitas visual, tanaman dikatakan kurang baik karena tinggi untuk masing-masing jenis tanaman tidak seragam. Berdasarkan spesifikasi teknis seharusnya tanaman memiliki tinggi batang minimal 2 meter (tidak termasuk tinggi tajuk), namun pada kenyatannya ada beberapa tanaman khususnya palem-paleman yang memiliki tinggi lebih dan kurang dari itu. Gambar 55 merupakan hasil akhir pekerjaan penanaman pohon dan rumput pada traffic island di Kawasan Selatan (Zona 1).
Gambar 55. Hasil Akhir Pekerjaan Softscape
5.4
Pekerjaan Hardscape Pada pelaksanaan pekerjaan hardscape, penulis sekedar mengamati proses
pelaksanaannya secara visual, yaitu pada pekerjaan area parkir dan pekerjaan pagar. Maka untuk mempermudah pemahaman mengenai tahapan ini, akan lebih banyak digunakan dokumentasi foto selama pelaksanaan berlangsung.
5.4.1 Pekerjaan Area Parkir Sebagai pusat aktivitas, SCR ditunjang dengan fasilitas parkir untuk kendaraan jenis mobil dan motor. Tempat parkir kendaraan pada kawasan SCR berbentuk parkir tegak lurus (perpendicular). Keyplan dan detail construction pekerjaan paving area dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.
5.4.1.1 Fabrikasi Paving Block dan Cansteen Untuk pengadaan material paving block, kontraktor memilih untuk mendatangkan mesin fabrikasi paving untuk produksi massal (Gambar 56). Fabrikasi paving membutuhkan ruang yang cukup luas, sehingga ditempatkan di kawasan Utara. Material yang digunakan untuk pembuatan paving block adalah semen, mortar dan air. Adapun fabrikasi kansteen dilakukan secara tradisional menggunakan alat-alat pencetak dari kayu dan tuas yang telah dirakit.
121
Gambar 56. Mesin Fabrikasi Paving Block
Proses fabrikasi kansteen dimulai dengan dimasukkannya mix beton ke dalam cetakan kansteen menggunakan gerobak (Gambar 57.a), kemudian mix beton dibiarkan sampai mengering. Setelah mix beton mengering lalu diangkat dengan tuas dan siap digunakan (Gambar 57.b) (a) Proses pencetakan mix beton
(b) Hasil cetakan mix beton
Gambar 57. Proses Fabrikasi Kansteen
5.4.1.2 Proses Pelaksanaan Pekerjaan Area Parkir Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan secara bertahap, yaitu dimulai dari zona selatan, kemudian berlanjut ke zona utara. Pada pelaksanaan pekerjaan area parkir di kawasan selatan, penulis dapat melihat secara langsung pengerjaan paving secara keseluruhan, mulai dari persiapan lahan sampai dengan finishing. Urutan tahapan pekerjaan area parkir sebagai berikut: 1.
Pekerjaan Persiapan Tahap awal pelaksanaan pekerjaan paving dimulai dengan pengukuran dan
dilanjutkan dengan pekerjaan timbunan. Pekerjaan ini terdiri dari: a. Pengukuran/staking out Staking out dilakukan untuk pengecekan bench mark di lapangan untuk memastikan bahwa kondisi, titik koordinat, elevasi dan dimensi telah benar sesuai shop drawing. Untuk mempermudah pelaksanaannya, digunakan
122
benang sebagai acuan bentuk dan acuan level dari curb. Permukaan tanah
merupakan base bagi struktur dan pondasi paving. b. Pekerjaan timbunan tanah bertujuan untuk penyesuaian elevasi tanah. Dilaksanakan secara mekanik dengan alat berat. Perataan timbunan tanah menggunakan motor grader (Gambar 58.a), sedangkan pemadatan tanah menggunakan vibro roller (Gambar 58.b). (a) Perataan timbunan tanah
(b) Pemadatan tanah
Gambar 58. Pekerjaan Persiapan
2.
Pekerjaan Struktur Paving Mesin yang digunakan adalah: mesin fabrikasi paving, vibrating plate,
gerobak dorong dan cone block cutter. Material yang digunakan untuk pekerjaan pondasi paving adalah sirtu dan pasir urug. Tahapan pekerjaan struktur paving dijelaskan sebagai berikut: a. Penghamparan material untuk pondasi paving block. Sirtu digunakan sebagai sub base pondasi paving, dimobilisasi menggunakan dump truck (Gambar 59.a), kemudian sirtu dihampar menggunakan motor grader lapis per lapis sesuai dengan garis kelandaian (Gambar 59.b). Lalu sirtu diratakan sampai memiliki elevasi yang telah ditentukan (Gambar 59.c). Hamparan sirtu dipadatkan menggunakan vibro roller (Gambar 59.d). (a) Pelangsiran sirtu
(b) Penghamparan sirtu
123 (c) Perataan sirtu
(d) Pemadatan sirtu
Gambar 59. Proses Pembuatan Pondasi Paving
b. Pemasangan Cone Block Pekerjaan pemasangan terdiri dari pemasangan kansteen dan dilanjutkan dengan pemasangan paving block. Tahap awal dimulai dengan pemasangan benang sebagai pembatas, selanjutnya dilakukan pemasangan kansteen secara manual (Gambar 60.a). Pada bagian dan jarak tertentu dipasang kansteen yang telah dipotong di bagian tengahnya sebagai lubang drainase air limpasan (Gambar 60.b). Di atas sirtu dihamparkan pasir urug sesuai dengan ketinggian benang yang dijadikan acuan kemudian permukan pasir urug diratakan secara manual (Gambar 60.c). Pemasangan paving mengikuti sistem papan catur/tepas (Gambar 60.d). (a) Pemasangan kansteen
(b) Kansteen khusus drainase
(c) Perataan permukan pasir urug
(d) Pemasangan paving
Gambar 60. Proses Pemasangan Cone Block
Pondasi kansteen menggunakan mortar dengan perbandingan campuran semen:pasir = 1:3 dan dipasang dengan ketebalan 3 cm. Untuk nat antar
124
kansteen digunakan spesi yang sama dengan ketebalan 1.5 cm. Dalam pemasangan kansteen hasil akhir harus rata tidak boleh ada sebagian yang menonjol ataupun turun diantara unit kansteen di sekitarnya. 3. Pekerjaan Finishing Paving Setelah Cone block terpasang rapi, kemudian ditaburkan sirtu diatas permukannya. Selanjutnya taburan sirtu disapukan agar memenuhi celah antar cone block sebagai nat (Gambar 61.a), tahapan terakhir dilakukan pemadatan menggunakan vibrating plate (Gambar 61.b). (a) Pengisian nat antar paving
(b) Pemadatan paving
Gambar 61. Pekerjaan Finishing Paving
Hasil pekerjaan area parkir menunjukkan terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan shop drawing atas persetujuan MK. Pada gambar rencana, kapasitas parkir kendaraan yang dapat ditampung pada kawasan Utara dan Selatan berjumlah 1460 mobil dan 545 motor, namun gambar rencana tersebut tidak dapat diaplikasikan karena tidak sesuai dengan hasil data survai. Kemudian diadakan adjustment terhadap data tapak terbaru sehingga pada shop drawing, kapasitas yang dapat ditampung kawasan Utara dan Selatan menjadi 1011 mobil dan 430 motor. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut antara lain: setelah diadakan survai terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan keadaan sebenarnya pada lapang, misalnya pada gambar rencana tidak tertera pohon eksisting padahal pada keadaan sebenarnya terdapat banyak pohon eksisiting yang tidak diizinkan ditebang oleh owner, sehingga luasan parkiran otomatis berkurang. Selain itu pada gambar rencana tidak ada detail mengenai jenis paving yang akan digunakan pada area parkir. Adapun dalam shop drawing, spesifikasi jenis paving diperinci. Terdapat tiga jenis paving block yang diproduksi, yaitu paving block jenis segi enam atau heksagonal (Gambar 62.a), paving block jenis bergerigi (Gambar 62.b) dan grass block (Gambar 62.c).
125
Penempatan masing-masing jenis ini akan diimplementasikan pada lahan parkir, trotoar dan halaman stadion. (a) Paving block heksagonal
(b) Paving block bergerigi
(c) Grass block
Gambar 62. Jenis Paving Block Berdasarkan Bentuk
Kendala yang mempengaruhi pelaksanaan pakerjaan paving adalah cuaca yang buruk. Pada saat musim hujan terjadi genangan pada beberapa spot area parkir SCR. Genangan air yang berkepanjangan berpotensi mempercepat kerusakan struktur dan material paving. Menghadapi ketidaksempurnaan pekerjaan paving, tidak ada tindak lanjut dari pihak kontraktor maupun MK. Gambar 63 merupakan hasil akhir pekerjaan area parkir pada Kawasan Utara (Zona 2).
Gambar 63. Hasil Akhir Pekerjaan Area Parkir
5.4.2 Pekerjaan Pagar Pekerjaan ini dilaksanakan secara manual (dengan tenaga manusia), dilakukan sepanjang batas tapak pada kawasan SCR. Penyelesaian pekerjaan pagar dilakukan secara bertahap dari zona A lalu berlanjut ke zona B, C dan seterusnya. Keyplan, shops drawings dan tampak depan pagar dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11. Adapun detail construction pagar dapat dilihat pada Lampiran 12
126
5.4.2.1 Fabrikasi Pembesian Teralis Besi Pagar Untuk menekan biaya proyek, kontraktor memproduksi sendiri pagar besi yang akan digunakan. Gambar 64 merupakan workshop fabrikasi besi. Sebaiknya penempatan fabrikasi besi diperhitungkan agar tidak berdekatan dengan kantor direksi, karena menimbulkan kebisingan yang mengganggu kenyamanan staf.
Gambar 64. Fabrikasi Teralis Besi Pagar
5.4.2.2 Proses Pelaksanaan Pekerjaan Pagar Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan pagar, yaitu: cangkul, genset, las besi, ember, gerobak, kuas cat dan concrete mixer. Material yang dibutuhkan: mix beton, air, pasir, batu alam, cat tembok, cat besi, batu bata, besi, papan multiplek setebal 9 mm. Penjelasan mengenai tahapan pekerjaan sebagai berikut: 1.
Pekerjaan Persiapan Persiapan diawali dengan pengukuran jalur pagar (Gambar 65.a) dengan
cara penarikan benang pada titik-titik yang telah ditandai di atas bouwplank (Gambar 65.b), dilanjutkan dengan galian tanah secara manual (Gambar 65.c). (a) Pengukuran jalur pagar
(b) Penandaan bowplank
(c) Galian tanah
Gambar 65. Pekerjaan Persiapan Pagar 2.
Pekerjaan Struktur Pagar Pekerjaan pagar secara umum dilaksanakan secara manual, namun
penggunaan alat mekanik tetap diperlukan dalam pembuatan mix beton. Proses
127
pekerjaan pagar (Gambar 66) dimulai dengan pemancangan kayu pada titik-titik
kolom pagar sesuai jarak yang ditentukan (Gambar 66.a), kemudian dilakukan pembuatan lantai kerja untuk pondasi (Gambar 66.b), selanjutnya pada as kolom pagar dibuat pondasi telapak. Pengerjaan pondasi telapak dan sloof dapat dikerjakan bersamaan, diawali dengan pemasangan bekisting pada garis-garis posisi kolom dan pemasangan rakitan besi (Gambar 66.c). Pengecoran dilakukan setelah mendapat persetujuan dari direksi. Pengecoran dibantu dengan concrete vibrator secara periodik agar didapatkan hasil beton yang padat. Hasil pengecoran dapat dilihat pada Gambar 66.d. Lalu dilakukan pemasangan batu bata sesuai dengan ukuran gambar kerja (Gambar 66.e). Dilanjutkan dengan plesteran dan pasangan batu alam serta pemasangan pagar besi bermotif pada struktur pagar yang telah selesai dikerjakan (Gambar 66.f). Penggabungan antara pagar besi dengan struktur pagar agar ditutup kembali dengan adukan beton.
(a) Pemancangan kayu pada titik kolom
(b) Pembuatan lantai kerja
(a) Pembuatan pondasi telapak
(b) Pengecoran
(c) Pemasangan batu bata
(d) Plesteran dan pemasangan pagar
Gambar 66. Proses Pelaksanaan Pekerjaan Pagar
128 Beton adalah elemen konstruksi yang terbuat dari campuran semen, pasir,
batu, dan air. Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku (SNI03 – 2847 Tahun 2002). Sebelum pekerjaan pengecoran dilaksanakan, perlu dilakukan Trial Test dan Mix Design, yaitu uji awal sebelum pengecoran dilaksanakan. Pengujian bertujuan untuk mengetahui takaran sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan dan dipakai sebagai acuan untuk pelaksanaan pekerjaan beton struktur. a. Pengujian Sifat Fisik Perlu dilakukan pengujian sifat fisik beton melalui uji slump atau slump cone test dengan menggunakan kerucut Abrams. Tujuannya untuk mengetahui mutu adukan beton dalam hal ini jumlah volume airnya, menjaga konsistensi perbandingan air dan semen sehingga didapat mutu beton yang disyaratkan. Proses pengujian = adukan beton dimasukkan ke dalam kerucut Abrams (Gambar 67.a). Lalu ditusuk-tusuk dengan batang baja berdiameter 16 mm sebanyak 25 kali. Proses penusukkan dilakukan bertujuan untuk pemadatan adukan beton agar tidak ada gelembung udara pada adukan beton. Kemudian permukaan atas diratakan dengan bibir atas kerucut. Mix beton dikeluarkan dengan cara pegangan kerucut ditekan lalu kerucut diangkat ke atas (Gambar 67.b). Turunnya puncak kerucut adukan beton disebut slump (Gambar 67.c). Selanjutnya penurunan slump yang terjadi dicatat. Slump minimum dan maksimum dari beton harus berkisar 15-25 cm. Pengujian ini dilaksanakan di lokasi pekerjaan.
(a) Pemasukkan mix beton ke kerucut Abrams
(b) Pengeluaran mix beton (c) Pengukuran slump
Gambar 67. Pengujian Sifat Fisik Mix Beton
b. Pengujian Sifat Mekanik Pengujian sifat mekanik beton dilakukan dengan pengujian kuat tekan beton (Gambar 68). Pembuatan cetakan beton dilakukan di lapang, sedangkan nilai dari kuat tekan beton didapatkan dari laboratorium konstruksi beton.
129
Pembuatan mix beton kubus sebanyak 6 buah dicetak dalam cetakan kubus 15x15x15 cm, kemudian biarkan sampel mix beton selama 7 dan 28 hari (Gambar 68.a). Dilakukan test uji tekan beton pada mesin tekan pada umur 7 dan 28 hari (Gambar 68.b). Mesin tekan dioperasikan dengan cara pemberian beban yang konstan antara 2-4 kg/cm² per detik. Pembebanan ini dilakukan sampai benda uji hancur kemudian beban maksimum yang terjadi dicatat (Gambar 68.c). Sebelum pekerjaan pengecoran dinding beton dilaksanakan, dibuat suatu cetakan bekisting yang terbuat multiplek dengan ketebalan 9 mm, berkualitas baik dan tidak pecah/bocor. Bekisting dan besi yang sudah terpasang dibersihkan dari kotoran dan sampah lainnya dengan disiram air menggunakan air compressor. Sebelum pengecoran dilakukan bekisting dilumuri mould oil hingga rata. Kebocoran bekisting telah dicek dan disumbat, kemudian sambungan pengecoran sebelumnya telah disiram dengan calbond atau air semen. Pemasangan bekisting harus kuat dan dipastikan pada saat dilakukan pengecoran tidak mengalami perubahan bentuk ataupun jebol. Penguatan bekisting dapat dilakukan dengan menggunakan kayu kaso sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lapang. Pengecoran dilakukan menggunakan truck mixer yang kemudian didistribusikan ke titik lokasi dengan bantuan talang cor atau gerobak dorong secara manual. Tinggi jatuh beton tidak boleh lebih dari 1.5 m untuk mencegah segregasi beton. (a) Pembuatan mix beton
(b) Test uji tekan beton
(c) Pencatatan beban maksimum
Gambar 68. Pengujian Sifat Mekanik Mix Beton 3.
Pekerjaan Finishing Tahapan pekerjaan finishing dapat dilihat pada Gambar 69. Pada tahap ini
dilakukan = pemberian ornamen pada dinding pagar sesuai gambar (Gambar 69.a) dan pembersihan teralis besi serta pengecatan struktur pagar dan besi spesifikasi yang telah ditentukan (Gambar 69.b). Gambar 69.c merupakan hasil akhir pekerjaan pagar pada Kawasan Selatan, namun belum dilakukan pekerjaan penyempurnaan yaitu pengecatan dan pemasangan batu alam. Ilustrasi hasil
130
finishing pekerjaan pagar kawasan SCR dapat dilihat pada Gambar 69.d. Pada pelaksanaan pekerjaan pagar di zona A, penulis dapat melihat secara langsung pengerjaan pagar dari tahap awal sampai pekerjaan struktur pagar. (a) Pemberian ornamen
(b) Pengecatan struktur pagar
(c) Hasil pekerjaan pagar
(d) Ilustrasi pagar
Gambar 69. Pekerjaan Finishing Pagar
Pekerjaan pagar mengalami keterlambatan dua bulan dari rencana pelaksanaan karena masalah pengadaan tenaga kerja yang sulit. Dalam pembuatan pagar diperlukan tenaga ahli las besi. Untuk mengejar keterlambatan, supervisor pagar mengadakan kerja lembur. Selain itu, terdapat perubahan antara gambar rencana dengan realisasi. Perubahan batas pagar terjadi pada pagar di kawasan selatan dan utara yang dimundurkan sejauh 1.5 meter dikarenakan adanya pelebaran Jalan Caltex dan Jalan Paus sehingga pagar dimundurkan 2 meter dari batas tapak. Perubahan ini menyebabkan letak saluran drainase yang awalnya berada di dalam pagar menjadi berada di luar pagar. Adapun pagar di kawasan barat tidak ada perubahan dengan letak saluran drainase yang tetap berada di dalam pagar, sedangkan pekerjaan pagar di kawasan timur belum dilaksanakan. Perbedaan tersebut terletak pada penggunaan spesifikasi material seperti jenis batu, warna cat teralis besi dan warna cat dinding pagar. Spesifikasi material finishing pagar permanen antara lain = cat tembok merk Nippon Paint kode PRO 0256 Dimitry White, cat besi warna hitam dan emas merk Syncromate, batu alam pada kolom bermotif dan batu alam pada pasangan bata kode Purwakarta.
131
5.5
Permasalahan dan Potensi pada Pelaksanaan Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai Setelah penulis mengikuti tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan
penataan kawasan SCR, ditemukan beberapa permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan proyek penataan kawasan SCR. Permasalahan ini terkait dengan pelaksanaan pekerjaan lanskap pada proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai mancakup manajemen proyek, pekerjaan studio, serta pelaksanaannya di lapang. Secara umum pengidentifikasian masalah ini lebih terfokus kepada pekerjaan softscape. Penulis mencoba merumuskan permasalahan
yang terjadi pada
pelaksanaan proyek penataan kawasan SCR, terutama pada pelaksanaan pekerjaan lanskap. Dalam merumuskan masalah, digunakan salah satu metode TQM atau Total Quality Management, yaitu diagram sebab akibat atau fish bone diagram (Heizer, J. dan Render, B. 2006). Diagram sebab akibat dapat dilihat pada Gambar 70.
SEBAB
Tidak sesuai spesifikasi
Pengurangan kuantitas
baku Mutu bahan kurang memenuhi standar
Tidak ada instruksi kerja tertulis Shop drawings tidak konsisten Perencanaan yang kurang matang
Jam kerja produktif kurang
Manusia
Upah
Kurangnya prestasi/ gairah kerja
Keterampilan&jumlah pekerjakurang Profesioanalisme
Koordinasi antar penanggung jawab pekerjaan lemah
Beberapa peralatan yang masih tradisional
Kurangnyainformasi fisik-biofisiktapak
Metode
Bahan
AKIBAT - Keterlambatan waktu - Kerugian biaya - Mutu kurang terjamin
Mesin dalam keadaan tidak siap pakai
Pengadaan alat yang memakan waktu lama
Alat/Mesin
Gambar 70. Diagram Sebab Akibat
(Sumber: analisis Pertiwi, 2011 mengacu pada Total Quality Management model (Heizer, J. dan Render, B. 2006))
Diagram sebab-akibat menunjukkan hubungan antara suatu masalah dan kemungkinan penyebabnya dan berguna untuk pengumpulan berbagai faktor
132
sebab dominan atas permasalahan yang terjadi sehingga mempengaruhi suatu hasil. Penyebab tersebut terdiri dari: bahan baku, metode, manusia dan mesin. Dari diagram di atas, permasalahan yang terjadi disebabkan: 1. Bahan/Material Terdapat pengurangan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi, baik dari segi volume maupun standar mutu, sehingga kualitas akhir yang diharapkan tidak tercapai. Contohnya pada pelaksanaan pekerjaan softscape, terdapat pengurangan kuantitas pupuk pada pekerjaan penanaman pohon, tidak digunakannya furadan sebelum penanaman dilakukan, serta penggunaan material top-soil yang berkualitas sub standar. 2. Metode Pada proses konstruksi, kejelasan instruksi merupakan hal yang penting. Sayangnya, tidak ada metode kerja tertulis yang dijadikan acuan oleh pelaksana lapang. Para pelaksana secara langsung melakukan instruksi di lapang berdasarkan pengalaman kerja yang telah mereka dapatkan pada proyek-proyek sebelumnya. Padahal metode kerja yang tertulis dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi keberhasilan proyek dan penentu pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. Metode kerja perlu diadakan secara tertulis, dapat berbentuk flow chart diagram. Tidak adanya titik-titik air untuk pekerjaan penyiraman softscape membuat pekerjaan pemeliharaan softscape menjadi tidak efektif dan banyak menyita waktu. Disarankan agar membuat titik-titik sumber air pada area kawasan. 3. Sumber Daya Manusia Kurangnya tenaga kerja dari segi jumlah maupun kualitas, rendahnya jam kerja efektif pekerja taman dikarenakan faktor cuaca Rumbai yang panas, serta rendahnya upah kerja harian (Rp 50.000,00). Penyebab-penyebab tersebut dapat menurunkan prestasi/gairah kerja. Hal ini berdampak pada keterlambatan pekerjaan. Selain itu sering kali pekerja lokal menuntut kisaran upah yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan produktifitas kerja yang baik. Preman di sekitar Kawasan dijadikan sebagai potensi untuk dijadikan tenaga harian atau tenaga security untuk menjaga keamanan proyek.
133
4. Mesin/Alat
Gudang bertanggung jawab atas pengadaan alat/bahan yang dibutuhkan pelaksana lapang. Sering kali dalam pengadaan suatu material membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu 3-4 hari dan itu cukup menunda pekerjaan yang menyebabkan keterlambatan. Mesin atau alat yang hendak digunakan sering kali dalam keadaan tidak siap pakai sehingga mengulur waktu pelaksanaan, misalnya genset penyedot air, lampu sorot untuk pekerjaan lembur. Faktor-faktor penyebab atau akar dari permasalahan apabila tidak terantisipasi sejak awal akan mengakibatkan kerugian bagi pihak kontraktor maupun para stakeholder terkait. Berikut merupakan akibat dari permasalahan yang terdapat pada proyek SCR: 1. Keterlambatan waktu Terdapat perbedaan waktu antara realisasi aktual dengan rencana. Setelah diakumulasi mulai dari awal pelaksanaan proyek sampai penulis selesai magang (Desember 2010 - Agustus 2011), deviasi keterlambatan proyek sebesar -5.933%. Deviasi normal adalah dibawah 5 %, apabila sudah lebih dari itu diperlukan adanya SCM (Show Cause Meeting), yaitu rapat ketegasan dari owner terhadap kontraktor. Dalam perjanjian kontrak, disebutkan bahwa owner akan memutus kontrak dengan pihak kontraktor apabila deviasi atau keterlambatan proyek mencapai 20%. 2. Kerugian biaya Penulis tidak dapat menampilkan kerugian biaya yang diderita kontraktor karena merupakan hal yang tidak dapat dipublikasikan. Namun apabila diidentifikasi dari berbagai keterlambatan pekerjaan dapat dipastikan bahwa memberi dampak negatif pada penggunaan biaya yang melebihi alokasi biaya. Keterlambatan suatu pekerjaan tidak hanya berimbas pada keterlambatan pekerjaan lainnya dan penambahan waktu saja, tapi juga menyebabkan biaya tambahan dikarenakan pengadaan pekerjaan tambahan, penambahan alat dan mesin, penambahan jumlah tenaga kerja dan lembur untuk mengejar keterlambatan. Selain itu, adanya pekerjaan bongkar-pasang dan re-work memicu pembengkakan biaya.
134
3. Mutu kurang terjamin
Kualitas adalah suatu kondisi dimana proyek telah sesuai dengan spesifikasi teknis baik secara fungsi maupun penampakan fisik. Dimensi mutu mencakup: performa, keandalan (reliability) dan daya tahan (durability). Dari hasil wawancara dengan pelaksana pekerjaan paving didapatkan bahwa pelaksana atau supervisor mengakui pekerjaan yang dilakukan kurang maksimal, baik dalam proses pengerjaannya maupun bahan yang digunakan. Pada pekerjaan paving dalam jangka pendek sudah terlihat adanya kerusakan. Ditemukan beberapa spot dimana terdapat celah yang terlalu renggang antar paving block yang satu dengan yang lain sehingga menyebabkan permukaan menjadi tidak rata. Ketidaksempurnaan ini akan menyebabkan spot tersebut tergenang ketika terjadi hujan. Genangan air yang intensif dapat berpotensi merusak struktur paving. Kerusakan tersebut tidak hanya merusak spot tersebut, namun dapat berpengaruh terhadap gaya ikat antar paving secara agregat. Pada pekerjaan pagar tidak ada permasalahan yang berarti terkait dengan mutu. Adapun pada pekerjaan softscape, material yang digunakan kurang baik sehingga mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan secara keseluruhan, yaitu tanah humus yang kurang baik, campuran pupuk yang kurang memadai, material tanaman yang sudah terjangkit hama pada awal pengangkutan serta tinggi tanaman yang kurang seragam. Pada pekerjaan paving dan pagar, tidak ada tindak lanjut dari MK dan supervisor, namun pada pekerjaan softscape, supervisor berupaya untuk menanggulangi hama dengan penyemprotan pestisida, memperbaiki kualitas tanaman dengan pemberian pupuk dan penyiraman yang teratur. Penggunaan material yang kurang berkualitas berpengaruh pada mutu pekerjaan, ada pun tugas supervisor hanyalah mengawasi pekerja di lapang agar mengikuti metode kerja yang telah ditetapkan, namun kebijakan dalam memutuskan bahan.material yang digunakan merupakan tanggung jawab pembuat kebijakan. Keberhasilan proyek dipengaruhi oleh baik tidaknya manajerial proyek. Kegiatan evaluasi proyek dilakukan pada setiap tahap mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pasca-pelaksanaan. Evaluasi kinerja berguna untuk memperoleh masukan mengenai perkembangan pelaksanaan proyek, apakah tujuan telah sesuai
135
dengan sasaran kinerja atau tidak. Kemudian dilakukan perbandingan antara kondisi riil terhadap standar. Standar yang dapat digunakan untuk menilai parameter keberhasilan suatu proyek. menurut Soeharto (1995) antara lain: a. Kriteria pengendalian proyek yang efektif, yaitu: - tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan - bentuk tindakan yang diambil tepat dan benar - mampu mengkomunikasikan masalah dan penemuan - memberikan petunjuk berupa perkiraan hasil pekerjaan yang akan datang b. Adapun kriteria pengendalian proyek yang tidak efektif, yaitu: - tidak memahami karakteristik proyek secara menyeluruh, antara lain keadaan fisik dan biofisik tapak, peserta organisasi yang kompleks, lokasi kegiatan, metode komunikasi dan koordinasi. - kualitas informasi yang tidak tepat pada waktunya, sumber informasi yang tidak valid, menyimpulkan informasi menjadi suatu laporan yang terkonsolidasi Tolak ukur dari penentu keberhasilan suatu proyek adalah tercapai atau tidaknya tujuan (goal). Tujuan pada kegiatan pelaksanaan, yaitu menyelesaikan proyek tepat waktu, sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, dan berkualitas baik serta terpenuhi kepuasan klien. Dari beberapa kriteria yang telah didapatkan, penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan pekerjaan dan pengelolaan proyek Penataan Kawasan SCR secara keseluruhan sudah cukup baik. Berdasarkan kegiatan pelaksanaan di lapang, penulis mengukur efektifitas pekerjaan atas dasar kualitas dan waktu. Adapun mengenai efektivitas penggunaan biaya, penulis tidak dapat menjelaskan karena tidak memiliki data terkait. Dari segi jadwal, walaupun pada awal pelaksanaan proyek terdapat deviasi keterlambatan yang cukup mengkhawatirkan (-10.05 %), namun seiring dengan waktu kontraktor dapat mengejar keterlambatan sehingga deviasi berhasil ditekan menjadi -5.94%. Hal ini membuktikan bahwa kualitas sistem informasi sudah cukup baik, sehingga tindakan koreksi yang diambil tepat dan menyelesaikan masalah. Apabila metode pemecahan masalah ini dipertahankan dan dikembangkan dengan baik, besar kemungkinan kontraktor akan mampu mengejar keterlambatan hingga normal. Selanjutnya, berdasarkan kualitas, terdapat beberapa pekerjaan yang hasilnya
136
kurang memuaskan. Faktor kualitas/mutu dipengaruhi oleh aplikasi metode kerja serta penggunaan bahan dan alat. Kekurangan kontraktor terletak pada kelalaian dalam memahami karakteristik aspek biofisik dan fisik, khususnya tanah sehingga kualitas pekerjaan softscape kurang maksimal. Keunggulan dari manajemen proyek Nindya-TWW Jo, yaitu solidnya tim organisasi kerja. Kekompakan team work tercipta dari rutinitas-rutinitas formal seperti pengadaan apel pagi/safety talk dan kebersamaan dalam kegiatan non- formal seperti olahraga rutin yang dilaksanakan setiap akhir pekan. Kekompakan tim dapat menciptakan atmosfir kerja yang positif, sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan loyalitas pekerja. Disamping keunggulan, terdapat kelemahan yaitu masalah kedisplinan kerja. Perlu diadakan perbaikan dan monitoring yang kontinyu untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk meningkatkan kepuasan klien, kinerja kontraktor masih dapat diperbaiki, di antaranya dengan cara menjadikan keluhan dan kritikan sebagai saran yang membangun. Perlu diingat bahwa faktor kepuasan tidak hanya didapat selama proses konstruksi berlangsung namun terlebih akan dirasakan pada saat serah terima terlaksana.
5.6
Strategi dan Tindakan Koreksi Permasalahan yang ditemukan pada pelaksanaan proyek perlu dianalisis
sebagai umpan balik agar perencanaan proyek selanjutnya dapat lebih baik. Umpan balik tersebut berguna untuk memperbaiki dan meminimalisir masalah yang berpengaruh pada waktu pelaksanaan proyek. 1. Dari Segi Manajerial dan Administrasi a. Metode - proses berfikir lengkap merencana dan melaksana adalah hal yang penting dalam proyek pelaksanaan. Inventarisasi yang lengkap, perencanaan yang tepat, pelaksanaan yang baik dan pemeliharaan yang berkesinambungan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terkait. - meningkatkan kegiatan pemantauan, inspeksi dan audit di berbagai lini, mulai dari bagian keuangan, engineering, sampai pelaksana. b. Sumber Daya Manusia - meningkatkan intensitas koordinasi terkait pelaksanaan. Site meeting sangat bermanfaat sebagai sarana komunikasi antara MK dan
137
kontraktor pelaksana dalam mengontrol pelaksanaan pembangunan di lapang. Koordinasi penting dilakukan sebagai alat pengendalian. Diperlukan adanya pengkajian ulang (review) bersama secara periodik karena sifat kegiatan proyek yang dinamis, kemungkinan ada bagian- bagian yang belum sepenuhnya terantisipasi. - sistem manajemen sumber daya manusia perlu ditingkatkan karena keterampilan pekerja mempengaruhi cepat/lambatnya pekerjaan. Pemberian insentif dan reward dapat meningkatkan semangat pekerja, selain itu pemberian sanksi tidak kalah penting untuk menegakkan kedisiplinan kerja bagi pelanggar SOP. c. Alat dan Bahan - dalam penggunaan material kontraktor seharusnya tidak hanya berorientasi pada efisiensi biaya saja tanpa memikirkan kualitas/mutu yang dihasilkan. - menambah jumlah alat sehingga mencukupi kebutuhan pelaksanaan. - terkait dengan administrasi pengadaan material, jumlah supplier untuk suatu jenis material diusahakan lebih dari satu. Memastikan pengiriman material dengan meminta bukti-bukti pengiriman material, melakukan pengecekan langsung terhadap lokasi material yang akan dikirim ke proyek, inspeksi atau pengecekan material dilakukan kembali pada saat material sampai ke proyek. - perlunya meningkatkan sistem manajerial untuk menjaga keawetan alat dan mesin seperti inventarisasi dan perawatan berkala agar selalu dalam kondisi siap pakai ketika dibutuhkan serta memastikan tersedianya suku cadang terutama pada elemen alat yang bersifat aus. - mengganti alat yang memiliki kapasitas yang lebih besar sesuai dengan perkembangan teknologi, misal pemasangan paving secara manual disubtitusi dengan penggunaan mesin pemasang paving otomatis agar pelaksanaan pekerjaan lebih efisien. 2. Dari Segi Pelaksanaan (Hardscape dan Softscape) Pelaksanaan konstruksi terdiri atas pekerjaan-pekerjaan yang saling terkait satu sama lain. Hubungan antar pekerjaan sangat menentukan strategi atau metode
138
yang tepat dalam melakukan percepatan proyek. Strategi percepatan pelaksanaan pekerjaan softscape dan hardscape pada proyek Penataan Kawasan SCR, yaitu: a. Metode Pelaksanaan - memprioritaskan pekerjaan yang termasuk ke dalam jalur pekerjaan kritis agar tidak menghambat pekerjaan lain. Pada pekerjaan softscape yang termasuk ke dalam pekerjaan kritis adalah perataan top soil pada pulau jalan sebagai media tanam rumput. Pakerjaan ini merupakan pekerjaan yang memakan waktu terlama dikarenakan jumlah pekerja yang bertugas sangat terbatas (4 pekerja) sedangkan area kerja sangatlah luas, yaitu 10.000
. Oleh karena itu perlu dilakukan
teknik percepatan, misalnya pekerjaan perataan top soil dikerjakan tanpa menunggu pekerjaan pemasangan dan finishing kansteen selesai atau dengan menambah tenaga kerja, lembur, atau penggunaan alat berkapasitas lebih besar agar durasi pekerjaan menjadi lebih singkat. - cuaca dan iklim perlu diperhitungkan dalam pembuatan metode kerja. Perlu antisipasi terhadap dampak cuaca buruk, misalnya menyediakan atap terpal sehingga pekerjaan dapat terus dilaksanakan walaupun terjadi hujan. - aktif mengevaluasi metode pelaksanaan yang ada untuk mengantisipasi kendala sehingga didapatkan metode pelaksanaan yang paling efektif. - sesegera mungkin memulai suatu pekerjaan dimana lahan telah siap. b. Material dan Alat - aktif memonitor agar penggunaan material dan alat sesuai dengan prosedur. - membuat sumber tenaga listrik cadangan sebagai antisipasi jika terjadi mati listrik. c. Sumber Daya Manusia/Tenaga Kerja - aktif memantau kedisiplinan tenaga kerja dan pengawasan ketat terhadap tenaga kerja yang kurang produktif. Durasi pekerjaan proyek konstruksi sangat tergantung pada produktifitas tenaga kerja. - menambah jam kerja atau lembur jika diperlukan. - aktif berkomunikasi dengan pekerja mengenai kesulitan pelaksanaan.
139
- memberikan
kejelasan
kegiatan/pekerjaan
instruksi
akan
akan
mereka
yang
maksud lakukan
dan
tujuan
serta
cara
melaksanakannya agar mereka mengetahui peranan serta tanggung jawab yang diemban. 3. Dari Segi Shop drawing - tidak pernah ada desain yang sempurna, sehingga berpeluang tinggi akan adanya perubahan pekerjaan dalam perjalanan suatu proyek. Karena itu, kaji ulang gambar (review design) penting dilakukan bersama MK dan engineer. Review design bertujuan untuk menghasilkan desain final yang optimum untuk dilaksanakan. - berkoordinasi yang baik dengan surveyor agar selalu mengetahui data-data terkini mengenai kondisi lapang. - penyusunan justifikasi teknis harus mengikuti aturan yang berlaku. - pembuatan shop drawing sebaiknya lebih representatif dari segi ukuran dan teknik agar dimengerti semua pihak terutama pelaksana di lapang.
140
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan Kegiatan magang yang berlangsung selama 4.5 bulan, di Nindya-TWW,
JO, telah memberikan pengalaman dan pemahaman terkait proses pelaksanaan pekerjaan lanskap. Terdapat tiga hal yang dipelajari, yaitu manajemen proyek, pekerjaan studio, proses pelaksanan pekerjaan hardscape dan softscape di lapang, serta perumusan permasalahan berdasarkan sudut pandang ilmu arsitektur lanskap. Dalam sistem manajemen proyek, terdapat fungsi perencanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Perencanaan operasional berhubungan dengan pengorganisasian jadwal pelaksanaan, tenaga kerja, peralatan dan material. Adapun pengendalian mencakup kegiatan pelaksanaan dan koordinasi lapang, pengkajian sistem informasi serta evaluasi. Koordinasi berperan penting dalam pemecahan masalah dan pengambilan kebijakan. Dari kegiatan studio, dipelajari prosedur kerja studio, justifikasi teknis material, pembuatan shop drawing dan as-built drawing pekerjaan softscape. Shop drawing berperan sebagai pedoman dalam pekerjaan pelaksanaan di lapang, adapun as-built drawing menggambarkan perubahan yang terjadi antara shop drawing dan realisasinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan antara shop drawing dan as-built drawing adalah data survai yang kurang akurat sehingga pada saat pelaksanaan diperlukan penyesuaian luasan area, dimensi dan sebagainya terhadap kondisi lapang. Adapun dari aspek pelaksanaan, dipelajari pengendalian terhadap pemanfaatan sumber daya melalui pengawasan (supervisi) terhadap penggunaan sumberdaya berupa waktu, material dan tenaga kerja. Secara umum, tahapan pelaksanaan pekerjaan hardscape dan softscape, terdiri dari: persiapan, pelaksanaan, penyempurnaan dan pemeliharaan. Pada tahap pelaksanaan kegiatan pengawasan berperan penting dalam keberhasilan suatu proyek. Indikator dalam menilai keberhasilan suatu pelaksanaan adalah tercapai atau tidaknya tujuan proyek, yaitu menyelesaikan proyek tepat waktu, sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan serta berkualitas baik. Penulis mengukur
141
hasil pekerjaan pelaksanaan lanskap kawasan SCR berdasarkan kualitas dan waktu. Faktor kualitas/mutu dipengaruhi oleh aplikasi metode kerja serta penggunaan bahan dan alat. Adapun dari segi waktu, walaupun pada awal pelaksanaan proyek terdapat deviasi keterlambatan yang mengkhawatirkan, namun kontraktor dapat mengejar keterlambatan dan meminialisir persentase deviasi melalui pengambilan strategi yang tepat. Beberapa potensi yang ditemukan pada kontraktor, yaitu: proyek dikelola oleh tim manajemen konstruksi yang berpengalaman, tim kerja solid, memiliki modal serta ketersediaan fasilitas dan peralatan yang memadai. Adapun kekurangan kontraktor berdasarkan kegiatan pengawasan lapang (supervisi), yaitu: (1) lemahnya koordinasi, (2) kualitas pekerjaan yang kurang memuaskan pada beberapa pekerjaan disebabkan penggunaan bahan dan alat yang kurang memenuhi standar, (3) kurangnya jumlah tenaga kerja. Secara umum, kontraktor sudah cukup baik dalam mengelola proyek, namun perlu diupayakan perbaikan agar lebih optimal. Produk (output) magang yang dihasilkan adalah shopdrawing, gambar konstruksi pohon, planting plan, dan as-built drawing pekerjaan softscape serta rekomendasi.
6.2
Saran Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan magang, ada beberapa hal
yang dapat dipertimbangkan. Nindya-TWW, JO sebagai kontraktor pelaksana hendaknya perlu meningkatkan kualitas pekerjaan dan pengawasan lapang. Kontraktor seharusnya tidak hanya berorientasi pada efisiensi biaya tanpa mempertimbangkan kualitas pekerjaan, karena manajemen mutu merupakan salah satu dari tujuan proyek, dan dapat menentukan citra perusahaan. Pengawasan yang baik mampu menjaga keseimbangan antara sumberdaya, anggaran dan penjadwalan sehingga sesuai dengan perencanaan. Rapat koordinasi perlu ditingkatkan sebagai alat pengendalian dan pengkajian ulang bersama secara periodik karena sifat kegiatan proyek yang dinamis. Konsultan perencana hendaknya lebih memperhatikan proses berfikir lengkap karena inventarisasi dan perencanaan yang tepat berpengaruh terhadap kelancaran proses pelaksanaan. Adapun MK hendaknya bersikap netral dan profesional dalam memberikan masukan atau kebijakan terkait pemilihan sub
142
kontraktor dan supplier. Saran bagi pemilik proyek (owner) yaitu DISPORA agar meningkatkan koordinasi dan komunikasi kepada seluruh peserta proyek. Departemen Arsitektur Lanskap diharapkan mempertahankan kegiatan magang pada perusahaan kontraktor sebagai sarana mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman kerja nyata serta meningkatan kemampuan, pengetahuan dan soft skill yang sangat berguna bagi profesi arsitek lanskap.
143
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim].
2011.
Sejarah
PON.
[terhubung
berkala]:
http:
//id.wikipedia.org/wiki/PON [25 Maret 2011].
____. 2011. Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII - 2012 - Riau [terhubung berkala
http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1205249/
[25
Maret 2011].
____.
2011.
Profil
PT.
Nindya
Karya.
[terhubung
berkala]:
http://www.nindyakarya.co.id/. [25 Maret 2011]
____. 2011. Profil Grup Bosowa. [terhubung berkala]: http://www.bosowa.co.id/. [25 Maret 2011].
____.
2011.
Peta
Provinsi
Riau.
[terhubung
berkala]:
:http://kesbangpollinmas.riau.go.id/statis-4-administratif.html/.
[25 Maret 2011].
____. 2011. Peta Kawasan Sport Center Riau. [terhubung berkala]: http://googleearth.com/. [ 7 April 2011].
____.
2011.
Keadaan
Iklim
Provinsi
Riau.
[terhubung
berkala]:
http://riau.bps.go.id/publikasi-online/riau-dalam-angka/bab-2-keadaan- iklim.html/. [11 Juni 2011].
____.
2011.
Peta
Kota
Pekanbaru.
[terhubung
berkala]:
:http://petakotaindonesia.com/2011/06/06/peta-pekanbaru/ [25 Januari 2012].
____. 2011. Foto-foto tanaman dalam analisis Justifikasi Teknis [terhubung berkala]: http://googleimages.com/. [ 27 September 2011].
Booth, N.K. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illinois : Waveland Press Inc.
Cleland, D.I. dan Ireland, L.R. 2002. Project Management: Strategic Design and Implementation. New York: McGraw Hill.
Clough, R. H. and Sears, G. A. 1994. Construction Contracting. New York : John Wiely and Sons.
144
Dipohusodo, I. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid I. Jakarta: Kanisius Dulbert, Biatna. Wahyu Widyatmoko. 2010. Kajian Standardisasi Bidang Olahraga. Vol 12: Hal 1.
Eckbo, Garrett. 1964. Urban Landscape Design. McGraw-Hill Book Company, New York.
Ervianto, Wulfram I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). Yogyakarta : C.V Andi Offset.
GBHN, TAP Nomor: IV/MPR/1999 tentang Keolahragaan Nasional.
Hakim, R dan Utomo, H. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Jakarta: Bumi Aksara.
Hardjowigeno, Sarwono. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Heizer, J dan B. Render. 2006. Operations Management. Edisi VII Bahasa
Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.
Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Presiden RI.
Lestari G dan Kencana IP. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya.
Nindya-TWW, JO. 2011. Laporan Bulanan. Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai. Riau.
Nindya-TWW JO. 2011. Dokumen Kontrak Induk. Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai. Riau.
Nindya-TWW JO. 2011. Dokumen Shop Drawing. Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai. Riau.
Nindya-TWW JO. 2011. Dokumen As-built Drawing. Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai. Riau.
Nindya-TWW, JO. 2011. Dokumentasi Lapang. Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai. Riau.
Noor, M. 2010. Tahapan Pelaksanaan atau Konstruksi. Teori Lanskap. Edisi 38: 74-76.
145
Rachman, Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksanakan. Makalah Diskusi dalam Festival Tanaman VI Himagron (Tidak dipulikasikan). Bogor. Sadyohutomo, Mulyono. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah – Realita dan Tantangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Saifudin, Azwar. 1997, Reliabilitas dan Validitas, ed. 3, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Simonds, J. O. dan Barry W. Starke. 2006. Landscape Architecture fourth
edition: A manual of Environment Planning and Design. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Soedarsono, Y.S. 2001. Kamus Istilah Proyek. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek: dari konseptual sampai operasional. Jakarta: Erlangga.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. IPB
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Standar Keolahragaan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
146
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah
Lanjutan
147
Lampiran 2. Surat Kontrak KSO antar PT.Nindya Karya dan PT.Tuju Wali Wali
148
Lanjutan
149
Lampiran 3. Dokumen Kontrak Material Pohon
150
Lanjutan
151
Lanjutan
152
Lanjutan
153
Lanjutan
154
Lampiran
4.
Dokumen
Kontrak
Rumput
Paitan
155
Lanjutan
156
Lanjutan
157
Lanjutan
158
Lanjutan
159
Lampiran 5. Berita Acara Serah Terima Pohon
160
Lanjutan
161
Lampiran 6 IPP (Ijin Pelaksanaan Pekerjaan) Softscape
162
Lampiran 7 IPP (Ijin Pelaksanaan Pekerjaan) Pekerjaan Penanaman Rumput.
piran 8. Rencana Pekerjaan Paving
r: Dokumen shop drawing Nindya-TWW,JO. 2011)
an 9. Detail Construction Pekerjaan Paving
Dokumen shop drawing Nindya-TWW,JO. 2011)
an 10. Keyplan Pekerjaan Pagar
1:4
SKALA 1:4000
Dokumen shop drawing Nindya-TWW,JO. 2011)
piran 12. Detail Construction Pekerjaan Pagar
SKALA 1:50
SKALA 1:50
r: Dokumen shop drawing Nindya-TWW,JO. 2011)
n 11. Tampak Depan Pagar
SKALA 1:60
SKALA 1:60
okumen shop drawing Nindya-TWW,JO. 2011)